98
B. Pengertian
Integral suatu fungsi adalah operator matematik yang dipresentasikan dalam
b
bentuk: I = ∫ f ( x) dx (5.1)
a
dan merupakan integral suatu fungsi f (x) terhadap variabel x dengan batas-batas
integrasi adalah dari x = a sampai x = b. Seperti pada Gambar 5.1 dan persamaan
(5.1), yang dimaksud dengan integral adalah nilai total atau luasan yang dibatasi oleh
fungsi f (x) dan sumbu-x, serta antara batas x = a dan x = b. Dalam integral analitis,
persamaan (5.1) dapat diselesaikan menjadi:
b
∫ f ( x) dx = [F ( x)] a = F (b) − F (a )
b
dengan F (x) adalah integral dari f (x) sedemikian sehingga F ' (x) = f (x).
Sebagai contoh:
3
3
1 3 1 3 1 3
∫ x dx = x = 3 (3) − 3 (0) = 9.
2
0 3 0
99
tersebut merupakan bentuk trapesium yang luasannya dapat dihitung dengan rumus
geometri, yaitu:
f (a ) + f (b)
I = (b − a)
2
C. Metode Trapesium
Metode integral numerik merupakan integral tertentu yang didasarkan pada
hitungan pendekatan. Hitungan pendekatan tersebut dilakukan menggunakan fungsi
polinomial yang diperoleh berdasar data tersedia. Bentuk paling sederhana adalah
apabila tersedia dua titik data yang dapat dibentuk fungsi polinomial order satu yang
merupakan garis lurus (linier). Seperti pada Gambar 5.2a, akan dihitung:
b
I = ∫ f ( x) dx
a
yang merupakan luasan antara kurve f (x) dan sumbu-x serta antara x = a dan x = b,
bila nilai f (a) dan f (b) diketahui maka dapat dibentuk fungsi polinomial order satu
f1(x).
Perhatikan sketsa pada Gambar 5.2 berikut ini.
100
sama dengan luas bidang yang tidak diarsir. Apabila hanya terdapat dua data f (a)
dan f (b), maka hanya bisa dibentuk satu trapesium dan cara ini dikenal dengan
metode trapesium satu pias. Jika tersedia lebih dari dua data, maka dapat dilakukan
pendekatan dengan lebih dari satu trapesium, dan luas total adalah jumlah dari
trapesium-trapesium yang terbentuk. Cara ini dikenal dengan metode trapesium
banyak pias. Seperti pada Gambar 5.2b, dengan tiga data dapat dibentuk dua
trapesium, dan luas kedua trapesium (bidang yang diarsir) adalah pendekatan dari
integral fungsi. Hasil pendekatan ini lebih baik dari pada pendekatan dengan satu
pias. Apabila digunakan lebih banyak trapesium hasilnya akan lebih baik.
Fungsi yang diintegralkan dapat pula didekati oleh fungsi polinomial dengan
order lebih tinggi, sehingga kurve yang terbentuk tidak lagi linier, seperti dalam
metode trapesium, tetapi kurve lengkung. Seperti pada Gambar 5.2c, tiga data yang
ada dapat digunakan untuk membentuk polinomial order tiga. Metode Simpson
merupakan metode integral numerik yang menggunakan fungsi polinomial dengan
order lebih tinggi. Metode Simpson 1/3 menggunakan tiga titik data (polinomial
order dua) dan Simpson 3/8 menggunakan empat titik data (polinomial order tiga).
Jarak antara titik data tersebut adalah sama.
Metode trapesium merupakan metode pendekatan integral numerik dengan
persamaan polinomial order satu. Dalam metode ini kurve lengkung dari fungsi f (x)
digantikan oleh garis lurus. Seperti pada Gambar 5.2, luasan bidang di bawah fungsi
f (x) antara nilai x = a dan nilai x = b didekati oleh luas satu trapesium yang terbentuk
oleh garis lurus yang menghubungkan f (a) dan f (b) dan sumbu-x serta antara x = a
dan x = b. Pendekatan dilakukan dengan satu pias (trapesium). Menurut rumus
geometri, luas trapesium adalah lebar kali tinggi rerata, yang berbentuk:
f (a ) + f (b)
I ≈ (b − a) (5.2)
2
Pada Gambar 5.3, penggunaan garis lurus untuk mendekati garis lengkung
menyebabkan terjadinya kesalahan sebesar luasan yang tidak diarsir.
Besarnya kesalahan yang terjadi dapat diperkirakan dari persamaan berikut:
1
E=− f ' ' (ξ )(b − a ) (5.3)
12
101
dengan ξ adalah titik yang terletak di dalam interval a dan b. Persamaan (5.3)
menunjukkan bahwa apabila fungsi yang diintegralkan adalah linier, maka metode
trapesium akan memberikan nilai eksak karena turunan kedua dari fungsi linier
adalah nol. Sebaliknya untuk fungsi dengan derajat dua atau lebih, penggunaan
metode trapesium akan memberikan kesalahan.
Penyelesaian:
Bentuk integral diatas dapat diselesaikan secara analitis:
[ ] = [e ]
4 4
I = ∫ e x dx = e x 0
4
− e 0 = 53,598150.
0
102
D. Metode Trapesium dengan Banyak Bias
Dari contoh soal di atas terlihat bahwa pendekatan dengan menggunakan
satu pias (trapesium) menimbulkan kesalahan sangat besar. Untuk mengurangi
kesalahan yang terjadi maka kurve lengkung didekati oleh sejumlah garis lurus,
sehingga terbentuk banyak pias (Gambar 5.4). Luas bidang adalah jumlah dari
luas beberapa pias tersebut. Semakin kecil pias yang digunakan, hasil yang
didapat menjadi semakin teliti.
Dalam Gambar 5.4, panjang tiap pias adalah sama yaitu ∆x. Apabila terdapat n
b−a
pias, berarti panjang masing-masing pias adalah: ∆x =
n
Batas-batas pias diberi notasi: xo = a, x1, x2, …, xn = b, tegral total dapat ditulis
dalam bentuk:
x1 x2 xn
I = ∫ f ( x) dx + ∫ f ( x) dx + + ∫ f ( x) dx (5.4)
x0 x1 xn −1
Penyelesaian:
Metode trapesium dengan 4 pias, sehingga panjang pias adalah:
b−a 4−0
Δx = = = 1.
n 4
Luas bidang dihitung dengan persamaan (5.6):
Δx n −1
I= f ( a ) + f (b ) + 2 ∑ f ( xi )
2 i = 1
104
=
2
[
1 0 4
e + e + 2(e1 + e 2 + e3 ) = 57,991950. ]
Kesalahan relatif terhadap nilai eksak:
53,598150 − 57,991950
εt= × 100 % = − 8,2 %.
53,598150
Apabila digunakan metode trapesium dengan koreksi ujung, maka integral dihitung
dengan persamaan (5.10). Dalam persamaan tersebut koreksi ujung mengandung
turunan pertama dari fungsi. Apabila f (x) = ex, turunan pertamanya adalah f ' = ex;
sehingga:
Δx n −1
Δx
2
I= f ( a ) + f (b ) + 2 ∑ f ( x ) − [ f ' (b) − f ' (a)]
2
i
i =1 12
=
1 0
2
[
e + e 4 + 2 ( e1 + e 2 + e 3 ) −
1
12
]
( e4 − e0 )
f ( x n ) − f ( x n −1 ) f (4) − f (3) 33 − 19
f ' ( xn = b = 4) = = = = 14.
x n − x n −1 4−3 1
I=
1
[1 + 33 + 2(3 + 9 + 19)]− 1 (14 − 2) = 48 − 1 = 47.
2 12
Flowcahart dan Coding menghitung nilai integral dengan metoda Trapsium
%Program Aturan_Trapesium
f=inline('4*x-x^2','x');
hasil_eksak=1.6667;
a=input(' batas bawah integrasi :');
b=input(' batas atas integrasi :');
N=input(' jumlah segmen N :');
h=(b-a)/N;
sum=f(a)+f(b);
for i=1:N-1
x=a+i*h;
sum=sum+2*f(x)
end
hasil_numerik=sum*h/2.;
beda_hasil=hasil_eksak-
hasil_numerik;
error = abs(beda_hasil/hasil_eksak);
fprintf('%f
%f',hasil_numerik,error);
E. Metoda Simpson
Masalah utama dalam perhitung dengan metoda pendekatan adalah ketelitian
hasil perhitngan. Akurasi hasil perhitungan dengan metoda Trapesium dapat
ditingkatkan dengan mempersempit (memperkecil) pias integrasi. Kelemahan dari
memperkecil pias adalah hasil perhitungan cenderung labih lama, karena iterasi yang
panjang. Akurasi perkiraan hasil perhitungan integrasi dapat ditingkatkan dengan
106
menggunakan pendekatan polinomial order lebih tinggi untuk menghubungkan titik-
titik data, seperti terlihat pada Gambar 5.5
108
Persamaan (5.16) dikenal dengan metode Simpson 1/3. Diberi tambahan nama
(b − a ) 5
εt = − f ' ' ' ' (ξ )
2880
Contoh soal 3:
4
Hitung I = ∫ e x dx, dengan aturan Simpson 1/3.
0
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (7.17) maka luas bidang adalah:
b−a
Ai = [ f (a) + 4 f (c) + f (b)] = 4 − 0 (e0 + 4e 2 + e 4 ) = 56,7696.
6 6
Kesalahan terhadap nilai eksak:
53,598150 − 56,7696
εt= × 100 % = − 5,917 %.
53,598150
Terlihat bahwa pada pemakaian satu pias, metode Simpson 1/3 memberikan hasil
lebih baik dari rumus trapesium.
109
b
∫ f ( x) dx = A1 + A3 + ... + An − 1 (5.18)
a
Pada metode Simpson ini jumlah interval adalah genap. Apabila persamaan (5.16)
disubstitusikan ke dalam persamaan (5.18) akan diperoleh:
b
Δx Δx Δx
∫ f ( x) dx = ( f 0 + 4 f1 + f 2 ) + ( f1 + 4 f 2 + f 3 ) + ... + ( fn − 2 + 4 fn −1 + fn )
a 3 3 3
atau
b
Δx n −1 n−2
∫ f ( x) dx = f ( a ) + f (b ) + 4 ∑ f ( xi ) + 2 ∑ f ( xi ) (5.19)
a 3 i =1 i=2
dengan f ' ' ' ' adalah rerata dari turunan keempat untuk setiap interval.
Algoritma untuk menghitung integral dengan metoda Simpson 1/3 adalah sebagai
berikut:
1. Definisikan fungsi yang akan diintegrasikan
2. Tentukan batas bawah b dan batas atas a integrasi
3. Tentukan jumlah pita (pias) N
(𝑎𝑎+𝑏𝑏)
4. Hitung lebar pita ℎ =
𝑁𝑁
5. Inisialisai jumlahan Jum = f(a) + f(b)
6. Inisialisasi faktor bobot fak = 4
7. Hitung jumlahan dari i = 1 hingga i = N-1
8. Tentukan titik setiap 𝑥𝑥𝑖𝑖 = 𝑎𝑎 + 𝑖𝑖ℎ
110
a. Berikan syarat jika (fak = 4), maka fak=2
b. Hitung nilai integral jum =jum + fak * f (x)
c. Hitung hasil akhir penjumlahan jum
Alagoritma di atas dalam bentuk flowchart dengan sedikit modifakasi dapat dibuat
sebagai berikut:
α β ββ
BEGIN
FLOW CHART UNTUK MENGHITUNG
INTEGRA L
DENGAN METODA SIMPSON
x < x2 yes
no
BACA
x1, x2 s(i) = s(i) + dx/3
i=1 yes
i=0
d = 100
d=s(i) - s(i-1)
i = i +1;
j=0
s(i) = 0
x = x1 tulis tulis
p = 2^(i-1) p,s(i),d p, s(i)
dx = (x2 - x1)/p
abs(d)>e yes
fx
No
β ββ
tulis
s(i)
j=j+1
Catatan:
fx = fungsi sembarangan
ενδ ^ = dibaca pangkat
x=x1 or x=x2
No
no
x = x + dx
111
%program integral metoda simpson 1/3
clc
a=input('batas bawah = ');
b=input('batas atas = ');
i=0;
d=100;
e=1e-5;
disp('jumlah segmen(N) lebar segmen(h) luas daerah kesalahan');
while abs(d)>e
i=i+1;
j=0;
s(i)=0;
x=a;
N=2^i;
h=(b-a)/N;
while x<=b
fx=x*x;
j=j+1;
if x==a |x==b
s(i)=s(i)+fx;
else
if (x>a) & (x<b) & rem(j,2)==0
s(i)=s(i)+4*fx;
else
if (x>a) & (x<b) & rem(j,2)==1
s(i)=s(i)+2*fx;
end
end
end
x=x+h;
end
s(i)=s(i)*h/3;
if i==1
fprintf('%8d %22f %18f\n',N,h,s(i));
else
d=s(i)-s(i-1);
fprintf('%8d %22f %18f %16f\n',N,h,s(i),abs(d));
end
end
Contoh soal 4:
4
Hitung I = ∫ e x dx , dengan metode Simpson dengan ∆x = 1.
0
Penyelesaian:
112
Dengan menggunakan persamaan (5.19) maka luas bidang adalah:
1
I = [ e 0 + e 4 + 4(e1 + e3 ) + 2 e 2 ] = 53,863846.
3
Kesalahan terhadap nilai eksak:
53,598150 − 53,863846
εt = ×100 % = 0,5 %.
53,598150
Penggunaan cara yang sama pada penurunan aturan Simpson 1/3, akhirnya diperoleh:
3Δ x
I= [ f ( x0 ) + 3 f ( x1 ) + 3 f ( x2 ) + f ( x3 )] (5.20)
8
b−a
dengan: ∆x =
3
Persamaan (5.20) disebut dengan metode Simpson 3/8 karena ∆x dikalikan
dengan 3/8. Metode Simpson 3/8 dapat juga ditulis dalam bentuk:
I = (b − a)
[ f ( x0 ) + 3 f ( x1 ) + 3 f ( x2 ) + f ( x3 ) ] (5.21)
8
Metode Simpson 3/8 mempunyai kesalahan pemotongan sebesar:
3
εt=− Δ x 3 f ' ' ' ' (ξ ) (5.22a)
80
b−a (b − a ) 5
dimana ∆x = , maka: ε t = − f ' ' ' ' (ξ ) (5.22b)
3 6480
Metode Simpson 1/3 biasanya lebih banyak digunakan karena mencapai
ketelitian order tiga dan hanya memerlukan tiga titik, dibandingkan metode Simpson
3/8 yang membutuhkan empat titik. Dalam pemakaian banyak pias, metode Simpson
1/3 hanya berlaku untuk jumlah pias genap. Apabila dikehendaki jumlah pias ganjil,
maka dapat digunakan metode trapesium. Tetapi metode ini tidak begitu baik karena
adanya kesalahan yang cukup besar. Untuk itu kedua metode dapat digabung, yaitu
113
sejumlah genap pias digunakan metode Simpson 1/3 sedang 3 pias sisanya digunakan
metode Simpson 3/8.
Contoh soal 5:
4
Gunakan metoda atau aturan Simpson 3/8 hitung I = ∫ e x dx . Hitung pula
0
integral tersebut dengan menggunakan gabungan dari metode Simpson 1/3 dan 3/8,
apabila digunakan 5 pias dengan ∆x = 0,8.
Penyelesaian:
a) Metode Simpson 3/8 dengan satu pias
Integral dihitung dengan menggunakan persamaan (5.21):
I = (b − a)
[ f ( x0 ) + 3 f ( x1 ) + 3 f ( x2 ) + f ( x3 ) ]
8
(e 0 + 3e1,3333 + 3e 2, 6667 + e 4 )
I = (4 − 0) = 55,07798.
8
Besar kesalahan adalah:
53,598150 − 55,07798
εt = × 100 % = − 2,761 % .
53,59815
b) Apabila digunakan 5 pias, maka data untuk kelima pias tersebut adalah:
f (0) = e0 = 1 f (2,4) = e2,4 = 11,02318.
f (0,8) = e0,8 = 2,22554 f (3,2) = e3,2 = 24,53253.
f (1,6) = e1,6 = 4,9530 f (4) = e4 = 54,59815.
Integral untuk 2 pias pertama dihitung dengan metode Simpson 1/3 (persamaan
5.17):
b−a
Ai = [ f ( a ) + 4 f (c ) + f ( b ) ]
6
1,6
I= (1 + (4 × 2,22554 ) + 4,95303 ) = 3,96138.
6
Tiga pias terakhir digunakan aturan Simpson 3/8:
I = (b − a)
[ f ( x0 ) + 3 f ( x1 ) + 3 f ( x2 ) + f ( x3 ) ]
8
(4,95303 + (3 ×11,02318) + (3 × 24,53253) + 54,59815)
I = 2,4 = 49,86549.
8
114
Integral total adalah jumlah dari kedua hasil diatas:
I = 3,96138 + 49,86549 = 53,826873.
Kesalahan terhadap nilai eksak:
53,598150 − 53,826873
εt= × 100 % = − 0,427 %.
53,59815
H. Integral dengan Metode Gauss Kuadratur
Beberapa rumus di atas didasarkan pada titik data yang berjarak sama. Kita
pada kenyataannya (praktek) sering menjumpai suatu keadaan yang memerlukan
pembagian pias dengan panjang tidak sama, seperti terlihat pada Gambar 5.8. Pada
kurva yang melengkung dengan tajam diperlukan jumlah pias yang lebih banyak
sehingga panjang pias lebih kecil dibanding dengan kurva yang relatif datar.
115
dengan a dan b adalah batas integrasi dan (b – a) adalah lebar dari interval integrasi.
Hasil integrasi berdasarkan trapesium memberikan kesalahan cukup besar karena
metode trapesium harus dihitung melalui titik-titik ujung batas integrasi, seperti
terlihat pada Gambar 5.9a.
1
f ( x) = 1 : c1 f ( x1 ) + c2 f ( x2 ) = ∫ 1 dx = 2 = c1 + c2 (5.30)
−1
3
Penyelesaian dari sistem persamaan diatas adalah:
1 1
c1 = c2 = 1; x1 = − = –0,577350269; x2 = = 0,577350269.
3 3
Substitusi dari hasil tersebut ke dalam persamaan (5.26) menghasilkan:
1 1
I = f (− )+ f ( ) (5.31)
3 3
117
dan batas baru xd = 1, memberikan: b = a0 + a1(1) (5.34)
Persamaan (7.33) dan (7.34) dapat diselesaikan secara simultan dan hasilnya adalah:
b+a b−a
a0 = dan a1 = (5.35) dan (5.36)
2 2
Substitusikan persamaan (5.35) dan (5.36) ke persamaan (5.32) menghasilkan:
(b + a ) + (b − a ) xd
x= (5.37)
2
b−a
Diferensial dari persamaan tersebut menghasilkan: dx = dxd (5.38)
2
Persamaan (5.37) dan persamaan (5.38) dapat disubstitusikan ke dalam
persamaan yang diintegralkan. Bentuk rumus Gauss Kuadratur untuk dua titik dapat
dikembangkan untuk lebih banyak titik, yang secara umum mempunyai bentuk:
I = c1 f (x1) + c2 f (x2) + … + cn f (xn) (5.39)
Nilai c dan x untuk rumus sampai dengan enam titik diberikan dalam Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Nilai c dan x pada rumus Gauss kuadratur
Jumlah
Koefisien c Variabel x
titik
c1 = 1,000000000 x1 = − 0,577350269
2
c2 = 1,000000000 x2 = 0,577350269
c1 = 0,555555556 x1 = − 0,774596669
3 c2 = 0,888888889 x2 = 0,000000000
c3 = 0,555555556 x3 = 0,774596669
c1 = 0,347854845 x1 = − 0,861136312
c2 = 0,652145155 x2 = − 0,339981044
4
c3 = 0,652145155 x3 = 0,339981044
c4 = 0,347854845 x4 = 0,861136312
c1 = 0,236926885 x1 = − 0,906179846
c2 = 0,478628670 x2 = − 0,538469310
5 c3 = 0,568888889 x3 = 0,000000000
c4 = 0,478628670 x4 = 0,538469310
c5 = 0,236926885 x5 = 0,906179846
c1 = 0,171324492 x1 = − 0,932469514
c2 = 0,360761573 x2 = − 0,661209386
6
c3 = 0,467913935 x3 = − 0,238619186
c4 = 0,467913935 x4 = 0,238619186
c5 = 0,360761573 x5 = 0,661209386
c6 = 0,171324492 x6 = 0,932469514
118
Contoh soal 1:
4
Hitung integral I = ∫ e x dx, dengan menggunakan metode Gauss kuadratur.
0
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (7.37) untuk a = 0 dan b = 4 didapat:
(b + a ) + (b − a ) xd
x=
2
(4 + 0) + ((4 − 0) xd )
x= = 2 + 2 xd
2
Turunan dari persamaan tersebut adalah:
dx = 2 dxd
Kedua bentuk diatas disubstitusikan ke dalam persamaan asli, sehingga didapat:
4 1
(2+ 2xd )
∫ e dx = ∫ e
x
2 dxd
0 −1
Ruas kanan dari persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung luasan dengan
metode Gauss Kuadratur, dengan memasukkan nilai xd = x1 = –0,577350269 dan
nilai xd = x2 = 0,577350269.
Untuk x1 = –0,577350269 → 2 e[ 2 + ( 2 × ( −0,577350269)) ] = 4,6573501.
Contoh soal 2:
4
Hitung integral I = ∫ e x dx, dengan menggunakan metode Gauss Kuadratur 3 titik.
0
Penyelesaian:
Untuk 3 titik persamaan (5.26) menjadi:
I = c1 f ( x1 ) + c 2 f ( x 2 ) + c3 f ( x3 ) (c1)
119
Seperti terlihat dalam Tabel 7.1, untuk 3 titik, koefisien c dan x adalah:
c1 = 0,555555556. x1 = −0,774596669.
c2 = 0,888888889. x2 = 0,000000000.
c3 = 0,555555556. x3 = 0,774596669.
Dari contoh soal sebelumnya didapat persamaan yang telah dikonversi adalah:
4 1
( 2+ 2xd )
∫ e dx = ∫ e
x
2 dxd
0 −1
2𝑗𝑗−1 . Kemudian dengan menggunakan fungsi dasar ini, Ij,k dapat ditemukan secara
iteratif sebagai matriks segitiga-bawah di mana masing-masing nilai di kolom yang
bukan paling kiri adalah fungsi dari nilai di sebelah kiri dan entri di atasnya. Ingat disini
bahwa pada batas ketika k mendekati tak terhingga, nilai Ij,k mendekati nilai eksak,
sedangkan untuk nilai yang lebih kecil dari k, integral Romberg masih hanya perkiraan,
meskipun hasil yang diperoleh sangat bagus.
121
Algoritma Metode Integrasi Romberg adlah sebagai berikut:
1. Tentukan fungsi f(x) dan selang integrasinya [a,b]
2. Tentukan jumlah subinterval m
3. Bentuk matrik kuadrat R dengan ukuran m x m yang akan menampung hasil
perhitungan.
4. Untuk R1,1 hitung integral fungsi menggunakan metode trapesium dengan
m=1
5. Untuk j = 2,…,m dan k=1, hitung integral dengan jumlah grid 𝑚𝑚 = 2𝑗𝑗−1
6. Untuk j=2,…,m dan k=2,…,m hitung nilai perbaikan nilai integrasi
menggunakan persamaan iterasi Romberg
7. Solusi integrasi diperoleh pada Rm,m
Berdasarkan algoritma tersebut, kita akan menyusun suatu fungsi pada R untuk
melakukan proses perhitungan secara komputasi integrasi dengan metode Romberg.
Fungsi untuk menghitung integrasi dengan metoda Romberg adalah sebagai berikut:
clear all;
clc;
n=input('masukkan jumlah iterasi =');
x1=input('masukkan nilai batas bawah x =');
x2=input('masukkan nilai batas atas x =');
disp(' hasil integrasi ');
R=zeros(n,n);
h=x2-x1;
fx1 = x1^2;
fx2 = x2^2;
R(1,1)=h/2*(fx1+fx2);
jum=0;
for i=2:n
p1=2^(i-1);
p2=2^(i-2);
for j=1:p2
s=(2*j-1);
u= x1+s*h/(p1);
fu=u^2; %sesuaikan dengan fungsi
jum = jum+fu;
end
R(i,1)=(R(i-1,1)/2)+h/(p1)*jum ;
jum=0;
for k=2:i
R(i,k)=(((4^(k-1))*R(i,k-1))-R(i-1,k-1))/((4^(k-1))-1);
end
end
R
disp(['hasil integrasi pertama terhadap x yaitu ',num2str(R(n,n))]);
122
J. Integral Lipat Numerik
Integrasi numerik merupakan suatu alat utama yang digunakan untuk
mendapatkan nilai hampiran suatu integral tentu yang tidak dapat diselesaikan secara
analitik. Nilai integral didapatkan melalui hampiran integral tentu, digunakan banyak
metode, salah satu metode yang dapat digunakan adalah metoda trapesium rekursif.
Metoda ini digunakan pada saat perhitungan di kolom pertama. Perhitugan integral
dalam bidang sains dan teknik sering muncul dalam bentuk integral ganda dua (atau
lipat dua) atau integral ganda tiga (lipat tiga). Integral lipat dapat dianggap sebagai
integral pengulangan yang mana dalam bentuk matematis dapat ditulis sebagai :
𝑑𝑑𝑑𝑑)
dimana 𝑔𝑔(𝑥𝑥) = ∫𝑐𝑐(𝑥𝑥) 𝑓𝑓(𝑥𝑥, 𝑦𝑦)𝑑𝑑𝑑𝑑
123
atau secara umum dapat ditulis sebagai berikut
y = d(x) j=4
j=3
j=2
j =1
y = c(x) j =0
x= a x= b
Gambar 5.11 Grid integrasi dua dimensi
124
Volume benda yang ditutupi oleh bidang di atas dapat dihitung dengan
mengunakan integral bidang (integral lipat dua) atau dapat ditulis dengan
d ( x )
b
I = ∫ ∫ f ( x, y )dy dx
a c( x)
Untuk menyelesaikan integral di atas secara numerik dapat digunakan metoda
trapesiun yaitu:
d ( x) d(x )
Misal G ( x) = ∫ f ( xy)dy
c( x)
, G ( xi ) = ∫ f ( x , y)dy
c ( xi )
i
= [ f 0 + 2( f1 + f 2 ............................. + f n −1 ) + f n ]
h
2
h d ( x ) d ( x1 ) d ( x2 ) d ( xn )
= x ∫ f ( x0 , y )dy + 2 ∫ f ( x1 , y )dy + 2 ∫ f ( x2 , y )dy + ............................. + ∫ f ( xn , y )dy
2 c ( x0 ) c ( x1) c ( x2 ) c ( xn )
I = [ y0 + 2( y1 + y2 ............................. + yn −1 ) + yn ]
h
2
I = x [G ( x0 ) + 2(G ( x1 ) + G ( x2 ) ) + ................................. + G ( xn −1 ) + G ( xn )]
h
2
hy = (d ( xi ) − c( xi ) )
i
N
Nilai untuk titik celah y dilambangkan dengan Yi,0, Yi,1, ……………………Yi,N.
Metoda integral trapesoida menjadi
d (x )
G( x i ) = ∫ f ( x , y)dy
i
c( x i )
=
hy
[ f (x , y
i i ,0 ) + 2[ f (xi , yi ,1 ) + f (xi , yi , 2 )....................... f (xi , yi , N −1 )] + f (xi , yi , N )]
2
I ≅
hx
[G ( xo ) + 2G ( x1 ) + 2G ( x2 ) + ........G ( x N )]
2
125
d ( xi )
dimana : G ( x ) =
i ∫ f ( xi , y )dy
c ( xi )
dengan h = 1 [d ( x ) − c( x )] dan h = (b − a ) .
y i i x
N N
Contoh soal 1
Umpamakan kita diberikan tabel f(x,y) parameter Fisika sebagai berikut
0.6 3.0
Hitungah integral : 𝐼𝐼 = ∫0.2 ∫1.5 𝑓𝑓(𝑥𝑥, 𝑦𝑦)𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 berdasarkan data pada tebel di atas.
Untuk sebagai latihan gunakan metoda Trapesium untuk menghitung integrasi variabel
x (sumbu-x) dan metoda Simpson 1/3 untuk integrasi terhadap variabel y (sumbu-y).
Penyelesaian:
Integrasi terhadap variabel x (dalam arah sumbu-x) kita ambil y tetap, sehingga bentuk
integrasi menjadi:
126
Integrasi terhadap variabel y (dalam arah sumbu-y) kita ambil x tetap, namun
harga telah kita bagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan lebar pita yang kita
pilih, sehingga bentuk integrasi menjadi:
0.6 3.0
Jadi hasil 𝐼𝐼 = ∫0.2 ∫1.5 𝑓𝑓(𝑥𝑥, 𝑦𝑦)𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 ≈ 2.6446
Cara perhitugan integral lipat dua di atas dapat kita generalisasikan dalam bentuk
umum untuk integral lipat tiga.
3 1 𝑦𝑦 3
Coding untuk menghitung nilai integral 𝐼𝐼 = ∫0 ∫0 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑 adalah
1+𝑥𝑥
sebagai berikut:
clear all;
clc;
f=inline('(y^3)/(x+1)','x','y');
n=input('masukkan jumlah iterasi =');
x1=input('masukkan nilai batas bawah x =');
x2=input('masukkan nilai batas atas x =');
y1=input('masukkan nilai batas bawah y =');
y2=input('masukkan nilai batas atas y =');
disp(' integrasi terhadap x');
R=zeros(n,n);
h=x2-x1;
R(1,1)=h/2*((1/(1+x1))+ (1/(1+x2)));
jum=0;
for i=2:n
for j=1:2^(i-2)
s=(2*j-1);
u= x1+s*h/(2^(i-1));
su=1/(u+1);
jum = jum+su;
end
R(i,1)=(R(i-1,1)/2)+h/(2^(i-1))*jum ;
jum=0;
127
for k=2:i
R(i,k)=(((4^(k-1))*R(i,k-1))-R(i-1,k-1))/((4^(k-1))-1);
end
end
R
disp(['hasil integrasi pertama terhadap x yaitu ',num2str(R(n,n)),'y^3']);
disp(' integrasi terhadap y');
intx=R(n,n);
R=zeros(n,n);
h=y2-y1;
R(1,1)=h/2*(intx*((y1)^3))+ intx*((y2)^3);
jum=0;
for i=2:n
for j=1:2^(i-2)
s=(2*j-1);
u= y1+s*h/(2^(i-1));
su=intx*(u^3);
jum = jum+su;
end
R(i,1)=(R(i-1,1)/2)+h/(2^(i-1))*jum ;
jum=0;
for k=2:i
R(i,k)=(((4^(k-1))*R(i,k-1))-R(i-1,k-1))/((4^(k-1))-1);
end
end
R
disp(['hasil integrasi kedua terhadap y yaitu ', num2str(R(n,n))])
Luas daerah pada peta di atas dengan menggunakan data pada tabel dapat
dihitung dengan 3 (tiga) cara yaitu metoda integrasi Reimann, metoda intagrasi
Trapesium dan Metoda Simpson.
Luas dan volume benda putar yang terbentuk oleh fungsi y = f(x) dapat kita
hitung dengan menggunakan persamaan :
129
Gambar 5.13. Bangun terbentuk akibat fungsi diputar dan gridnya
Ruang benda putar dapat dibedakan menjadi 4 bagian seperti terlihat pada Gambar
(5.13), dimana bagian I dan II merupakan bangun selinder yang tidak perlu dihitung
dengan membagi-bagi lagi ruangnya. Bagian III dan IV bangun dengan batas tidak
berupa garis lurus dan tentu perlu dihitungkan kembali
Bagian I : 𝐿𝐿𝐼𝐼 = 2𝜋𝜋(4)(7) = 56𝜋𝜋
𝑉𝑉𝐼𝐼 = 𝜋𝜋 72 4 = 196𝜋𝜋
Bagian III : 𝐿𝐿𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 2𝜋𝜋(4)(7) = 56𝜋𝜋
𝑉𝑉𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝜋𝜋 122 12 = 1.728 𝜋𝜋
Sementara untuk menghitung bagian II dan IV diperlukan pembagian area, umpanya
kita ambil h = 1, sehingga diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:
n 0 1 2 3 4 5
Y(n) 7 10 11 11 11.5 12
Pada bagian II dan IV : 𝐿𝐿𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝐿𝐿𝐼𝐼𝐼𝐼 dan 𝑉𝑉𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝑉𝑉𝐼𝐼𝐼𝐼 . Luasnya dapat dihitung dengan
menggunakan rumusan metoda Trapesium, sehingga dapat diperoleh:
130
Jadi luas permukaan botol adalah 560𝜋𝜋
dan volume botol dapat yang diperoleh adalah
𝑉𝑉 = 𝑉𝑉𝐼𝐼 + 𝑉𝑉𝐼𝐼𝐼𝐼 + 𝑉𝑉𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 + 𝑉𝑉𝐼𝐼𝐼𝐼
= 196196𝜋𝜋 + 1187.5𝜋𝜋 + 1728𝜋𝜋 + 1187.5𝜋𝜋 = 4299𝜋𝜋
Jadi volume botol adalah 4299𝜋𝜋
Seorang pada saat keluar dari pesawat terbang akan melakukan terjun payung
kepada bekerja gaya gravitasi yang menyebabkan penerjun payung bergerak ke bawah.
Gaya menyebabkan penerjun bergerak ke bawah menuju permukaan bumi. Ketika
penerjun membuka parasut kepadanya bekerja gaya gesek parasut dan udara. Gaya
gesek berlawanan arah dengan gerakan akibat gaya gravitasi yang dimanfaatkan
penerjun untuk memperlambat jatuhnya ke permukaan Bumi sehingga bisa mendarat
dengan selamat dan pada titik yang ditentukan. Konstruksi model matematika pada
penerjun payung yang akan dibangun adalah saat mulai membuka parasut hingga
mendarat pada target. Pada saat penerjun mulai meloncat dari pesawat maka hukum
II Newton dapat diterapkan dan dalam hal ini penerjun diasumsikan melakukan
gerak jatuh bebas. Selama di udara penerjun melakukan gerak translasi sampai
pada posisi siap membuka parasut. Selanjutnya gaya total dapat dinyatakan dalam
suatu variabel dan parameter yang terukur. Sedangkan gaya total itu sendiri
merupakan penjumlahan dari gaya tarik ke bawah (FD) dan gaya tarik ke atas (FU).
dimana 𝐹𝐹𝑔𝑔 merupakan gaya gravitasi dari penerjun payung yang arahnya selalu
menuju pusat bumi sedangkan 𝐹𝐹𝑑𝑑 adalah gaya hambat udara yang arahnya selalu
131
berlawanan dengan pergerakan penerjun payung. 𝑚𝑚 adalah massa keseluruhan
yaitu massa penerjun ditambah dengan massa peralatan yang dibawah oleh
penerjun (termasuk parasut). Percepatan merupakan hasil turunan pertama
𝑑𝑑𝑑𝑑
kecepatan terhadap waktu, sehingga dapat ditulis dengan 𝐹𝐹𝑔𝑔 − 𝐹𝐹𝑑𝑑 = 𝑚𝑚 𝑑𝑑𝑑𝑑
, dimana
Jarak yang ditempuh penerjun setelah terjun selama (t) detik dapat dihitung dengan
persamaan
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑣𝑣(𝑡𝑡) =
𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑐𝑐 𝑡𝑡
𝑡𝑡 𝑡𝑡 𝑔𝑔𝑔𝑔
𝑥𝑥 = ∫0 𝑣𝑣(𝑡𝑡)𝑑𝑑𝑑𝑑 = ∫0 𝑐𝑐
�1 − 𝑒𝑒 −� 𝑚𝑚 � � 𝑑𝑑𝑑𝑑 (5.42)
𝐵𝐵. ����⃗
𝜙𝜙 = � ���⃗ 𝑑𝑑𝑑𝑑
132
Gambar 5.14: Fluks magnetik menyatakan jumlah garis gaya yang menembus
permukaan dalam arah tegak
Umpamakan kawat sangat penjang dialiri arus 10 ampere. Kita dapat menghitung
besar fluks magnet yang menembus suatu persegipanjang yang sisi panjangnya
sejajar dan sisi pendeknya tegak lurus terhadap kawat yang dialiri arus listrik Jika
diketahui panjang persegipanjang 20 cm, lebarnya 9 cm. Jarak salah satu sisi
panjang persegipanjang ke kawat 1 cm, µ0 = 4π x 10-7 weber.Amp-1m-1. Fluks yang
melalui elemen persegipanjang adalah dΦ = B .dA = Bldr . Menurut hukum Ampere,
induksi magnetik pada jarak r dari suatu kawat panjang yang dialiri arus listrik i
adalah
µ0i
B= . (5.43)
2πr
sehingga kita dapat dapatkan fluk magetik yang menembus persegi panjang adalah
𝜇𝜇 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑Φ = 2𝜋𝜋0 𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑟𝑟
(5.44)
dengan memasukan semua besar yang diketahui integal ini dapat dihitung, dimana
bentuk dapat dapat ditulis menjadi
0.1
−7
𝑑𝑑𝑑𝑑
Φ = 4 𝑥𝑥 10 �
0.01 𝑟𝑟
133
Misalkan, sebuah lingkaran dengan jari-jari R di letakkan berdekatan dengan
kawat panjang yang di aliri arus listrik i. Jarak antara kawat dan lingkaran adalah H.
Kita dapat menentukan fluks magnetik pada lingkaran yang berada dekat dengan
kawat yang dialiri arus listrik tersebut. Ilustrasi kasus ini pada Gambar 5.16
Fluks magnetik yang menembus area permukaan benda yang berbentuk lingkaran
dapat kita selesaikan menggunakan persamaan dasar untuk menghitung fluks
magnetik dan analisa integral matematis menggunakan sistem koordibat polar.
Berdasarkan Gambar 5.16, terlihat bahwa 𝑑𝑑𝑑𝑑 = 𝑟𝑟. 𝑑𝑑𝑑𝑑. 𝑑𝑑𝑑𝑑 dan berdasarkan
Persamaan (5.44) kita bisa tuliskan
µ 0i
B= . (5.45)
2πy
e. Radiasi Benda-Hitam
dλ, λ adalah panjang gelombang dalam cm, h adalah konstanta Planck (6.6256x10-27 erg
det), c adalah kecepatan cahaya (2.99792x1010 cm/det), k adalah kontanta Boltzman
(1.3805x10-16 erg/°K). dan T adalah temperatur absolut dalam °K
135
Hukum Planck juga dapat dinyatakan dalam istilah lainnya, seperti jumlah
foton yang dilepas pada panjang gelombang tertentu, atau rapat energi dalam
volume radiasi. Satuan SI dari Bν adalah Wsr−1m−2Hz−1, sedangkan satuan Bλ adalah
Wsr−1m−3. Pada frekuensi rendah (panjang gelombang panjang), hukum Planck
cenderung ke Hukum Rayleigh–Jeans, sedangkan pada batasan frekuensi tinggi
(panjang gelombang pendek), lebih cenderung ke perkiraan Wien.
L. Kesimpulan
Integrasi numerik mengambil peranan penting dalam masalah sains dan teknik.
Hal ini menginat di dalam bidang sains sering ditemukan ungkapan-ungkapam integral
matematis yang tidak mudah atau bahkan tidak dapat diselesaikan secara analitis.
Metode integral numerik merupakan integral tertentu yang didasarkan pada hitungan
pendekatan. Integrasi numerik digunakan untuk menyelesaikan perhitungan pada
integral tentu. Pendekatan pada integrasi numerik ada dua yaitu metode pias/pita dan
polinom interpolasi. Pendekatan dengan metode pias akan membagi daerah integrasi
menjadi sejumlah pias yang memiliki bentuk segiempat. Luas daerah integrasi
dihampiri dengan luas seluruh pias, yang dihitung dengan aturan tertentu. Beberapa
aturan pada metode pias adalah aturan segiempat, aturan trapesium, dan aturan titik
tengah.
Pendekatan dengan polinom interpolasi akan menghampiri fungsi integrand f(x)
dengan polinom interpolasi pn(x). Integrasi dilakukan terhadap polinom interpolasi
pn(x) karena suku-suku polinom lebih mudah diintegralkan daripada fungsi integrand
f(x). Rumus integrasi numerik yang diturunkan dengan pendekatan ini digolongkan ke
dalam metode Newton-Cotes. Beberapa aturan integrasi yang diturunkan dari metode
Newton-Cotes adalah metoda Trapesium, metoda Simpson 1/3 dan metoda Simpson
3/8
Terdapat dua pendekatan lagi pada integrasi numerik. Namun, dua pendekatan
ini tidak lazim jika dibandingkan dengan dua metode yang sudah dijelaskan.
Pendekatan yang pertama adalah penggunaan ekstrapolasi pada integrasi. Nilai
integrasi akan semakin mendekati nilai integrasi sejati jika jarak antara titik data, h,
semakin kecil. Pada integrasi numerik, ekstrapolasi pada h mendekati 0 (h ≈ 0) akan
136
membantu untuk memperoleh nilai integrasi yang lebih baik. Dua macam metode
ekstrapolasi yang digunakan adalah ekstrapolasi Richardson dan ekstrapolasi Aitken.
Ekstrapolasi Richardson yang diterapkan secara terus menerus disebut sebagai metode
Romberg.
M. Latihan
1. Tabel berikut menunjukkan perubahan posisi sudut (radian) sebuah pertikel yang
bergerak melingkar pada interval waktu t (detik)
θ 0.042 0.104 0.168 0.242 0.327 0.408 0.489
t 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12
Tentukan kecepatan sudut partikel pada saat 0.02 detik dan 0.10 detik
4
2. Gunakan aturan trapezoida untuk menghitung ∫2 𝑓𝑓(𝑥𝑥)𝑑𝑑𝑑𝑑 yang nilai fungsinya
diberikan dalam tabel berikut dan hitung juga kesalahannya
x f(x)
2,0 1,7321
2,4 1,8708
3,0 2,0000
3,4 2,1213
4,0 2,2361
3. Sebuah objek dibatasi oleh sumbu x, garis x, garis x, dan kurva yang melalui titik-
titik pada daftar berikut diputar mengelilingi sumbu .
x 0,0 0,24 0.40 0.74 1.00
𝑦𝑦 2 1.0000 0,9792 0,9194 0,8261 0,7081
Estimasilah volume benda yang terjadi, dan hitunglah teliti sampai tiga decimal
4. Sebuah pondasi gedung dibentang sepanjang sumbu x, garis x = 0, garis x =1 .
Bentangan pondasi yang melalui titik-titik pada tabel berikut diputar mengelilingi
sumbu-x.
x 0,0 0,24 0.40 0.74 1.00
y 1.0000 0,9896 0,9489 0,9089 0,8414
Estimasilah volume yang terjadi, dan hitunglah teliti sampai tiga decimal
1
1
5. Hitunglah integral I = ∫ dx dengan ketelitian sampai dengan tiga tempat
0
1+ x
137
Romberg, dengan h = 0.125, h = 0.25 dan h = 0.5. Kemudian bandingkan hasil
perhitungan dari ketiga metoda tersebut
3
1
6. Evaluasi I = ∫ dx dengan menggunakan metode Simpson dengan membagi daerah
1
x
menjadi 4 pias, kemudian tentukan kekeliruannya, apabila dibandingkan dengan
integrasi langsung. Lakukan cara yang sama dengan menambahkan menjadi 8
1
1
7. Hitunglah nilai dari I = ∫ dx dengan.
0
1 + x 2
8. Sebuah balok berada di atas meja yang licin diikatkan pada pegas horizontal yang
mengikuti hukum Hook bekerja gaya F= -kx, dengan x diukur dari posisi seimbang
balok dan konstanta gaya pegas k = 400 N/m. Bila pegas ditekan 5 cm, hitunglah
usaha yang dilakukan pegas, menggunakan aturan Trapezoida dan metode Romberg
untuk h = 0.125, h = 0.25 dan h = 0.5. Kemudian bandingkan hasil perhitungan Sdr.
Kedua metoda tersebut, beri komentar Sdr
Tentukanlah medan magnetik di pusat sebuah solenoid yang panjangnya 20 cm,
jari-jari r = 1,4 cm dengan jumlah lilitan 600 serta arus mengalir sebesar 4 ampere,
dengan metoda Simpson 3/8
10. Tentukan momen inersia suatu batang homogen (kerapatan ρ), terhadap poros
yang melalui salah satu ujungnya.
11. Hitung momen inersia suatu empat persegi panjang dengan lebar b dan tinggi h,
a. terhadap suatu poros yang berimpit dengan garis alas
b. terhadap suatu poros melalui titik berat, yang sejajar dengan garis alas.
12. Hitung momen inersia Ix dari benda yang dipotong dari bola x2 + y2 + z2 = a2 oleh
silinder x2 + y2 = a2
13. Nilai efektif dari arus listrik bolak balik mempunyai rumus :
T
∫i
1
I RMS = 2
(t )dt
T
0
138
Untuk T adalah periode, yaitu waktu untuk suatu gelombang, i(t) adalah arus fungsi
waktu. Hitunglah arus RMS dari bentuk gelombang dalam gambar di bawah ini
menggunakan :
(a) kaidah trapesium
(b) kaidah 1/3 Simpson
(c) metode Romberg
(d) kuadratur Gauss orde 3 dan 4 untuk T = 1 detik. Bandingkan hasilnya dengan
perhitungan analitik.
1 1
∫∫x
3
14. Hitung nilai integral ydydx
0 0
15. Suatu kawat yang sangat panjang dialiri arus listrik 40 ampere.
Hitunglah besar fluks magnet yang menembus suatu persegipanjang yang sisi
panjangnya sejajar dan sisi pendeknya tegak lurus terhadap kawat tadi. Diketahui
panjang persegipanjang 40 cm, lebarnya 10 cm. Jarak salah satu sisi panjang
persegipanjang ke kawat 2 cm, µ0 = 4π x 10-7 weber.Amp-1m-1. Fluks yang
µ0i
melalui elemen persegipanjang adalah dΦ = B .dA = Bldr dan B = . Ambil
2πr
lebar pita integrasi 2 cm.
17. Suatu benda hitam meradiasikan energi berdasarkan rumus Planck berikut:
2πhc 2 dλ erg
e dλ =
λ [exp(hc / kλT ) − 1] cm 2 det
5
dimana e dλ adalah energi radiasi dengan interval panjang gelombang dλ, λ adalah
panjang gelombang dalam cm, h adalah konstanta Planck (6.6256x10-27 erg det), c
adalah kecepatan cahaya (2.99792x1010 cm/det), k adalah kontanta Boltzman
139
(1.3805x10-16 erg/°K), dan T adalah temperatur absolut dalam °K. Hitung besar
energi yang dikeluarkan pada setiap interval panjang gelombang (0,10), (100,110),
(1000,1010), (0,∞) pada kasus T = 10, 100, 1000. Metode yang digunakan:
a. Kaidah Trapesium
b. Kaidah 3/8 Simpson
c. Metode Romberg
d. Metode Gauss-Legendre orde 4
140