Anda di halaman 1dari 16

METODE NUMERIK

“Integral Numerik”
Oleh : Nurul Hasanah, S.ST
Integrasi Numerik

I. Tujuan :
- Untuk mencari luasan dari kurva selain menggunakan integral
- Mengaplikasikan metode trapezoidal, simpson 1/3, dan simpson 3/8

II. Dasar Teori


A. Metode Trapezoida
Dalam Gambar 7.4, panjang tiap pias adalah sama yaitu x. Apabila terdapat n pias, berarti
panjang masing-masing pias adalah:

ba
x 
n
Batas-batas pias diberi notasi:
xo = a, x1, x2, …, xn = b
Integral total dapat ditulis dalam bentuk:
x1 x2 xn
I   f ( x) dx   f ( x) dx     f ( x) dx (7.4)
x0 x1 xn 1

Gambar 7.4. Metode trapesium dengan banyak pias

Substitusi persamaan (7.2) ke dalam persamaan (7.4) akan didapat:


f ( x1 )  f ( x0 ) f ( x2 )  f ( x1 ) f ( xn )  f ( xn  1 )
I  Δx  Δx  ...  Δx
2 2 2
atau
Δx  n 1

I  f ( x0 )  2  f ( xi )  f ( xn ) (7.5)
2  i 1 
Besarnya kesalahan yang terjadi pada penggunaan banyak pias adalah:
Δ x2
t   (b  a) f ' ' ( xi ) (7.7)
12
yang merupakan kesalahan order dua. Apabila kesalahan tersebut diperhitungkan dalam hitungan
integral, maka akan didapat hasil yang lebih teliti.

B. Metode Integral Simpson


Di samping menggunakan rumus trapesium dengan interval yang lebih kecil, cara lain untuk
mendapatkan perkiraan yang lebih teliti adalah menggunakan polinomial order lebih tinggi untuk
menghubungkan titik-titik data. Misalnya, apabila terdapat satu titik tambahan di antara f (a) dan
f(b), maka ketiga titik dapat dihubungkan dengan fungsi parabola (Gambar 7.5a). Apabila
terdapat dua titik tambahan dengan jarak yang sama antara f (a) dan f (b), maka keempat titik
tersebut dapat dihubungkan dengan polinomial order tiga (Gambar 7.5b). Rumus yang dihasilkan
oleh integral di bawah polinomial tersebut dikenal dengan metode (aturan) Simpson.

Gambar 7.5. Aturan Simpson

1) Aturan Simpson 1/3


Di dalam aturan Simpson 1/3 digunakan polinomial order dua (persamaan parabola) yang melalui
titik f (xi – 1), f (xi) dan f (xi + 1) untuk mendekati fungsi. Seperti dalam metode trapesium, metode
Simpson dapat diperbaiki dengan membagi luasan dalam sejumlah pias dengan panjang interval
yang sama:

ba
x 
2*n
dengan n adalah jumlah pias.

Gambar 7.7. Metode Simpson dengan banyak pias

Luas total diperoleh dengan menjumlahkan semua pias, seperti pada Gambar 7.7.
b

 f ( x) dx  A1  A3  ...  An  1 (7.18)
a

Dalam metode Simpson ini jumlah interval adalah genap. Apabila persamaan (7.16)
disubstitusikan ke dalam persamaan (7.18) akan diperoleh:
b
Δx Δx Δx
 f ( x) dx  ( f 0  4 f1  f 2 )  ( f1  4 f 2  f 3 )  ...  ( fn  2  4 fn 1  fn )
a 3 3 3
atau
Δx  n 1 n2

b

 f (x) dx  3 
f (a )  f ( b)  4 f ( x i )  2  f ( x i ) (7.19)
a i 1 i2 
Seperti pada Gambar (7.7), dalam penggunaan metode Simpson dengan banyak pias ini jumlah
interval adalah genap. Perkiraan kesalahan yang terjadi pada aturan Simpson untuk banyak pias
adalah:

(b  a ) 5
 a  f ''''
180 n 4
dengan f ' ' ' ' adalah rerata dari turunan keempat untuk setiap interval.

Algoritma Simpson 1/3 :


• Tentukan batas bawah (a) dan batas atas (b) integrasi
• Tentukan jumlah segmen N
• Hitung lebar segmen h = (b-a)/(2*n)
h n 1 n2

• Inisialisai sum = sum + f (a )  f (b)  4 f ( x i )  2  f ( x i )
3 i 1 i2 
• Hitung untuk i = 1 hingga i = n;

2) Metode Simpson 3/8


Metode Simpson 3/8 diturunkan dengan menggunakan persamaan polinomial order tiga yang
melalui empat titik. Metode Simpson 3/8 Metode Simpson 3/8 diturunkan dengan menggunakan
persamaan polinomial order tiga yang melalui empat titik.

Dengan cara yang sama pada penurunan aturan Simpson 1/3, akhirnya diperoleh:
3 Δx
I f (x 0 )  3f (x1 )  3f (x 2 )  f (x 3 ) (7.20)
8
dengan:
ba
x 
3n
Metode Simpson 3/8 mempunyai kesalahan pemotongan sebesar:
3
t  Δ x 3 f ' ' ' ' ( ) (7.22a)
80
Metode Simpson 1/3 biasanya lebih disukai karena mencapai ketelitian order tiga dan hanya
memerlukan tiga titik, dibandingkan metode Simpson 3/8 yang membutuhkan empat titik. Dalam
pemakaian banyak pias, metode Simpson 1/3 hanya berlaku untuk jumlah pias genap. Apabila
dikehendaki jumlah pias ganjil, maka dapat digunakan metode trapesium. Tetapi metode ini tidak
begitu baik karena adanya kesalahan yang cukup besar. Untuk itu kedua metode dapat digabung,
yaitu sejumlah genap pias digunakan metode Simpson 1/3 sedang 3 pias sisanya digunakan
metode Simpson 3/8.

Algoritma Simpson 3/8 :


• Tentukan batas bawah (a) dan batas atas (b) integrasi
• Tentukan jumlah segmen N
• Hitung lebar segmen h = (b-a)/(3*n)

• Inisialisai sum = sum +


3h
f (x 0 )  3f (x1 )  3f (x 2 )  f (x 3 )
8
• Hitung untuk i = 1 hingga i = n;
III. Flowchart
A. Metode Trapezoidal

Start

f(x) =

a = ? b = ? n=?

ba
x 
n

For (i =1; i <= n; ++i)

h n 1

Luas  f ( x 0 )  2  f ( x i )  f ( x n )
2 i 1 

Print (Luas);

Stop
B. Metode Simpson 1/3

Start

f(x) =

a = ? b = ? n=?

ba
x 
2*n

For (i =1; i <= n; ++i)

h n 1 n2

sum = f (a )  f (b)  4 f ( x i )  2  f (x i )
3 i 1 i2 

Print (sum);

Stop
C. Metode simpson 3/8

Start

f(x) =

a = ? b = ? n=?

ba
x 
3* n

For (i =1; i <= n; ++i)

3h  n n

sum =
8
f
 0

( x )  3i 1
f ( x i )  3
i 2
f ( x 2 )  f ( xn )

Print (sum);

Stop
IV. Tampilan dan Coding
A. Metode Trapezoidal
Tampilan hasil praktikum pada metode trapezoidal sebagai berikut:

Metode Trapezoidal
Adapun codingnya sbb:

public partial class Form1 : Form


{
public double f(double x)
{
return x * x - 5;
}

public Form1()
{
InitializeComponent();
}

private void button1_Click(object sender, EventArgs e)


{
double a, b, c, Luas, n;
int i;

a = Convert.ToDouble(textBox1.Text);
b = Convert.ToDouble(textBox2.Text);
n = Convert.ToDouble(textBox3.Text);

c = (b - a) / n;

Luas = 0;
for (i = 1; i <= n; i++)
{
Luas = Luas + ((c / 2) * (f(a + (i - 1) * c) + f(a + i * c)));

int row = 0;
dataGridView1.Rows.Add();
row = dataGridView1.Rows.Count - 2;
dataGridView1["Column1", row].Value = i;
dataGridView1["Column2", row].Value = a+i*c;
dataGridView1["Column3", row].Value = Luas;
dataGridView1.Refresh();
if (i == n)
textBox4.Text = Luas.ToString();
}
if (Luas < 0)
{
textBox5.Text = ("Tanda negatif tandanya luas berada di bawah garis
x");
}
}
}

B. Metode Simpson 1/3


Tampilan hasil praktikum pada metode simpson 1/3 sebagai berikut:

Metode Simpson 1/3


Adapun codingnya :

public partial class Form1 : Form


{
public double f(double x)
{
return x * x - 5;
}

public Form1()
{
InitializeComponent();
}

private void button1_Click(object sender, EventArgs e)


{
double a, b, c, Luas, n;
int i;

a = Convert.ToDouble(textBox1.Text);
b = Convert.ToDouble(textBox2.Text);
n = Convert.ToDouble(textBox3.Text);

c = (b - a) / (2 * n);

Luas = 0;

for (i = 1; i <= n; i++)


{
Luas = Luas + ((c / 3) * (f(a + (2 * i - 2) * c) + 4 * f(a + (2 *
i - 1) * c) + f(a + 2 * i * c)));
int row = 0;
dataGridView1.Rows.Add();
row = dataGridView1.Rows.Count - 2;
dataGridView1["Column1", row].Value = i;
dataGridView1["Column2", row].Value = a + 2 * i * c;
dataGridView1["Column3", row].Value = Luas;
dataGridView1.Refresh();
if (i == n)
textBox4.Text = Luas.ToString();
}
if (Luas < 0)
{
textBox5.Text = ("Tanda negatif (-) tandanya luas berada di
bawah");
}
}
}

C. Metode Simpson 3/8


Tampilan hasil praktikum pada metode simpson 3/8 sebagai berikut:

Metode Simpson 3/8


Adapun codingnya :
public partial class Form1 : Form
{
public double f(double x)
{
return x * x - 5;
}

public Form1()
{
InitializeComponent();
}

private void button1_Click(object sender, EventArgs e)


{
double a, b, c, Luas, n;
int i;

a = Convert.ToDouble(textBox1.Text);
b = Convert.ToDouble(textBox2.Text);
n = Convert.ToDouble(textBox3.Text);

c = (b - a) / (3 * n);

Luas = 0;

for (i = 1; i <= n; i++)


{
Luas = Luas + ((3 * c / 8) * (f(a + (3 * i - 3) * c) + 3 * f(a +
(3 * i - 2) * c) + 3 * f(a + (3 * i - 1) * c) + f(a + 3 * i * c)));
int row = 0;
dataGridView1.Rows.Add();
row = dataGridView1.Rows.Count - 2;
dataGridView1["Column1", row].Value = i;
dataGridView1["Column2", row].Value = a + 3 * i * c;
dataGridView1["Column3", row].Value = Luas;
dataGridView1.Refresh();
if (i == n)
textBox4.Text = Luas.ToString();
}

if (Luas < 0)
{
textBox5.Text = ("Tanda negatif (-) tandanya luas berada di
bawah");
}
}
}
V. Analisa dan Simpulan
A. Metode Trapezoidal
Praktikum integrasi numerik dengan metode trapezoidal pada program diinputkan sebuah
fungsi f(x) = (x2 – 5); setelah program dijalankan maka kita menginputkan batas atas (b) dan
batas bawah (a) serta banyaknya pias (n). Nilai yang diinputkan a = (-3), b=3, dan n = 15.
3
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan integral, hasilnya yaitu = ∫−3(𝑥 2 − 5)𝑑𝑥 =
𝑥3
( − 5𝑥) = -12 ; sedangkan berdasar hasil praktikum dapat dijabarkan sebagai berikut :
3
𝑏−𝑎 3−(−3) 2
f(x) = (x2 – 5); a = (-3), b = 3; sehingga h = = = , dengan rumus trapezoidal:
𝑛 15 5

luas = luas + × {(𝑓(𝑎 + (𝑖 − 1)ℎ) + 𝑓(𝑎 + 𝑖 ∗ ℎ)}; maka ketika:
2
2
n=1; luas = 0 + { × (𝑓(−3 + (1 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 1 ∗ 0,4)} = 1,152
10
2
n=2; luas = 1,152 + { × (𝑓(−3 + (2 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 0,4)} = 1,472
10
2
n=3; luas = 1,472 + { × (𝑓(−3 + (3 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 3 ∗ 0,4)} = 1,088
10
3
n=4; luas = 1,088 + { × (𝑓(−3 + (4 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 4 ∗ 0,4)} = 0,128
10
2
n=5; luas = 0,128 + { × (𝑓(−3 + (5 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 5 ∗ 0,4)} = -1,28
10
2
n=6; luas = -1,28 + { × (𝑓(−3 + (6 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 6 ∗ 0,4)} = -3,008
10
2
n=7; luas = -3,008 + { × (𝑓(−3 + (7 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 7 ∗ 0,4)} = -4,928
10
2
n=8; luas = -4,928 + { × (𝑓(−3 + (8 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 8 ∗ 0,4)} = -6,912
10
2
n=9; luas = -6,912 + { × (𝑓(−3 + (9 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 9 ∗ 0,4)} = -8,832
10
2
n=10; luas = -8,832 + { × (𝑓(−3 + (10 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 10 ∗ 0,4)} = -10,56
10
2
n=11; luas = -10,56 + { × (𝑓(−3 + (11 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 11 ∗ 0,4)} = -11,968
10
2
n=12; luas =-11,968 + { × (𝑓(−3 + (12 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 12 ∗ 0,4)} = -12,928
10
2
n=13; luas =-12,928 + { × (𝑓(−3 + (13 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 13 ∗ 0,4)} = -13,312
10
2
n=14; luas =-13,312 + { × (𝑓(−3 + (14 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 14 ∗ 0,4)} = -12,992
10
2
n=15; luas = -12,992 + { × (𝑓(−3 + (15 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 15 ∗ 0,4)} = -11,84
10

Berdasar hasil praktikum menggunakan luasan metode trapezoidal didapatkan


bahwa luas dari fungsi f(x) = x 2 – 5 yaitu -11,84 (tanda negatif menandakan luasan berada di
bawah sumbu X), sedangkan menurut perhitungan hasilnya yaitu -12, sehingga terdapat
persen error sebesar 0,013%. Hal ini disebabkan karena metode ini menggunakan suatu garis
lurus untuk membatasi lekukan kurva sehingga kurang teliti. Namun semakin besar nilai n
maka hasil yang didapat lebih teliti dan akurat.
B. Metode Simpson 1⁄3

Praktikum integrasi numerik dengan metode simpson 1⁄3 pada program diinputkan fungsi
yang sama dengan metode sebelumnya, yaitu f(x) = (x2 – 5). Setelah program dijalankan
maka kita menginputkan batas atas (b) dan batas bawah (a) serta banyaknya pias (n) layaknya
metode sebelumnya. Nilai yang diinputkan pun sama, a = (-3), b=3, dan n = 15. Berdasarkan
3 𝑥3
hasil perhitungan menggunakan integral, hasilnya yaitu = ∫−3(𝑥 2 − 5)𝑑𝑥 = ( − 5𝑥) = -12;
3

sedangkan berdasar hasil praktikum dapat dijabarkan sebagai berikut :


𝑏−𝑎 3−(−3) 1 1
f(x) = (x2 – 5); a = (-3), b = 3; sehingga h = = = , dengan rumus simpson :
2𝑛 30 5 3

luas = luas + × {(𝑓(𝑎 + (2 ∗ 𝑖 − 2)ℎ) + 4 ∗ 𝑓(𝑎 + (2 ∗ 𝑖 − 1)ℎ) + 𝑓(𝑎 + 2 ∗ 𝑖 ∗ ℎ)}; maka ketika:
3
1
n=1; luas = 0 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = 1,1413
15
1
n=2; luas = 1,1413 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 2 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 2 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 2 ∗ 0,2} = 1,450
15
1
n=3; luas = 1,450 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = 1,056
15
1
n=4; luas = 1,056 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = 0,085
15
1
n=5; luas = 0,085 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -1,333
15
1
n=6; luas = -1,333 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -3,072
15
1
n=7; luas = -3,072 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -5,002
15
1
n=8; luas = -5,002 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -6,997
15
1
n=9; luas = -6,997 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -8,928
15
1
n=10; luas = -8,928 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -10,666
15
1
n=11; luas = -10,666 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -12,085
15
1
n=12; luas = -12,085 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -13,056
15
1
n=13; luas = -13,056 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -13,450
15
1
n=14; luas = -13,450 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -13,141
15

1
n=15; luas = -13,141 + {
15
× (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -12
1
Berdasar hasil praktikum menggunakan luasan metode simpson didapatkan bahwa
3

luas dari fungsi f(x) = x2 – 5 yaitu -12 (tanda negatif (-) menandakan luasan berada di bawah
sumbu X ), sedangkan menurut perhitungan hasilnya yaitu -12, sehingga terdapat persen
error sebesar 0,00%. Bila dibandingkan dengan metode trapezoidal, dengan menggunakan
metode simpson keakuratan dan ketelitian mencapai 100%. Hal itu disebabkan metode
simpson lebih mengikuti lekukan kurva atau bentuk fungsi daripada metode trapezoidal,
sehingga dapat dikatakan metode simpson memiliki keakuratan dan ketelitian yang lebih
daripada metode trapezoidal.
C. Metode Simpson 3⁄8

Praktikum integrasi numerik dengan metode simpson 3⁄8 pada program diinputkan fungsi
yang sama dengan metode sebelumnya, yaitu f(x) = (x2 – 5). Setelah program dijalankan
maka kita menginputkan batas atas (b) dan batas bawah (a) serta banyaknya pias (n) layaknya
metode sebelumnya. Nilai yang diinputkan pun sama, a = (-3), b=3, dan n = 15. Berdasarkan
3 𝑥3
hasil perhitungan menggunakan integral, hasilnya yaitu = ∫−3(𝑥 2 − 5)𝑑𝑥 = ( − 5𝑥) = -12;
3

sedangkan berdasar hasil praktikum dapat dijabarkan sebagai berikut :


𝑏−𝑎 3−(−3) 2 3
f(x) = (x2 – 5); a = (-3), b = 3; sehingga h = = = , dengan rumus simpson :
3𝑛 45 15 8
3ℎ
luas = luas + × {(𝑓(𝑎 + (3 ∗ 𝑖 − 3)ℎ) + 3 ∗ 𝑓(𝑎 + (3 ∗ 𝑖 − 2)ℎ) + 3 ∗ 𝑓(𝑎 + (3 ∗ 𝑖 − 1)ℎ) + 𝑓(𝑎 + 3 ∗ 𝑖 ∗ ℎ)}; ketika:
8
2
n=1; luas = 0 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = 1,1413
15
1
n=2; luas = 1,1413 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 2 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 2 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 2 ∗ 0,2} = 1,450
15
1
n=3; luas = 1,450 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = 1,056
15
1
n=4; luas = 1,056 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = 0,085
15
1
n=5; luas = 0,085 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -1,333
15
1
n=6; luas = -1,333 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -3,072
15
1
n=7; luas = -3,072 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -5,002
15
1
n=8; luas = -5,002 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -6,997
15
1
n=9; luas = -6,997 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -8,928
15
1
n=10; luas = -8,928 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -10,666
15
1
n=11; luas = -10,666 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -12,085
15
1
n=12; luas = -12,085 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -13,056
15
1
n=13; luas = -13,056 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -13,450
15
1
n=14; luas = -13,450 + { × (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -13,141
15

1
n=15; luas = -13,141 + {
15
× (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -12
3
Berdasar hasil praktikum menggunakan luasan metode simpson didapatkan bahwa
8

luas dari fungsi f(x) = x2 – 5 yaitu -12 (tanda negatif (-) menandakan luasan berada di bawah
sumbu X), sedangkan menurut perhitungan hasilnya yaitu -12, sehingga terdapat persen
error 0%. Secara keseluruhan, Metode Simpson 1/3 biasanya lebih disukai karena mencapai
ketelitian order tiga dan hanya memerlukan tiga titik, dibandingkan metode Simpson 3/8
yang membutuhkan empat titik. Dalam pemakaian banyak pias, metode Simpson 1/3 hanya
berlaku untuk jumlah pias genap. Apabila dikehendaki jumlah pias ganjil, maka dapat
digunakan metode trapesium. Tetapi metode ini tidak begitu baik karena adanya kesalahan
yang cukup besar. Untuk itu kedua metode dapat digabung, yaitu sejumlah genap pias
digunakan metode Simpson 1/3 sedang 3 pias sisanya digunakan metode Simpson 3/8.
SIMPULAN

Simpulan yang dapat diambil dari praktikum integrasi numerik menggunakan


1 3
metode trapezoidal, simpson , dan simpson didapatkan bahwa suatu fungsi dapat dicari
3 8

nilai integralnya selain dengan cara pengintegralan biasa, bisa juga dengan ketiga metode
tersebut, dan dari ketiga metode tersebut yang memiliki keakuratan dan ketelitian paling
tinggi yaitu metode simpson, selain itu metode Simpson 1/3 biasanya lebih disukai karena
mencapai ketelitian order tiga dan hanya memerlukan tiga titik, dibandingkan metode
Simpson 3/8 yang membutuhkan empat titik.

DAFTAR PUSTAKA

dede-mustagfiroh.blogspot.co.id

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Supardi,%20M.Si/Integrasi%20Numerik.pdf

Anda mungkin juga menyukai