“Integral Numerik”
Oleh : Nurul Hasanah, S.ST
Integrasi Numerik
I. Tujuan :
- Untuk mencari luasan dari kurva selain menggunakan integral
- Mengaplikasikan metode trapezoidal, simpson 1/3, dan simpson 3/8
ba
x
n
Batas-batas pias diberi notasi:
xo = a, x1, x2, …, xn = b
Integral total dapat ditulis dalam bentuk:
x1 x2 xn
I f ( x) dx f ( x) dx f ( x) dx (7.4)
x0 x1 xn 1
ba
x
2*n
dengan n adalah jumlah pias.
Luas total diperoleh dengan menjumlahkan semua pias, seperti pada Gambar 7.7.
b
f ( x) dx A1 A3 ... An 1 (7.18)
a
Dalam metode Simpson ini jumlah interval adalah genap. Apabila persamaan (7.16)
disubstitusikan ke dalam persamaan (7.18) akan diperoleh:
b
Δx Δx Δx
f ( x) dx ( f 0 4 f1 f 2 ) ( f1 4 f 2 f 3 ) ... ( fn 2 4 fn 1 fn )
a 3 3 3
atau
Δx n 1 n2
b
f (x) dx 3
f (a ) f ( b) 4 f ( x i ) 2 f ( x i ) (7.19)
a i 1 i2
Seperti pada Gambar (7.7), dalam penggunaan metode Simpson dengan banyak pias ini jumlah
interval adalah genap. Perkiraan kesalahan yang terjadi pada aturan Simpson untuk banyak pias
adalah:
(b a ) 5
a f ''''
180 n 4
dengan f ' ' ' ' adalah rerata dari turunan keempat untuk setiap interval.
Dengan cara yang sama pada penurunan aturan Simpson 1/3, akhirnya diperoleh:
3 Δx
I f (x 0 ) 3f (x1 ) 3f (x 2 ) f (x 3 ) (7.20)
8
dengan:
ba
x
3n
Metode Simpson 3/8 mempunyai kesalahan pemotongan sebesar:
3
t Δ x 3 f ' ' ' ' ( ) (7.22a)
80
Metode Simpson 1/3 biasanya lebih disukai karena mencapai ketelitian order tiga dan hanya
memerlukan tiga titik, dibandingkan metode Simpson 3/8 yang membutuhkan empat titik. Dalam
pemakaian banyak pias, metode Simpson 1/3 hanya berlaku untuk jumlah pias genap. Apabila
dikehendaki jumlah pias ganjil, maka dapat digunakan metode trapesium. Tetapi metode ini tidak
begitu baik karena adanya kesalahan yang cukup besar. Untuk itu kedua metode dapat digabung,
yaitu sejumlah genap pias digunakan metode Simpson 1/3 sedang 3 pias sisanya digunakan
metode Simpson 3/8.
Start
f(x) =
a = ? b = ? n=?
ba
x
n
h n 1
Luas f ( x 0 ) 2 f ( x i ) f ( x n )
2 i 1
Print (Luas);
Stop
B. Metode Simpson 1/3
Start
f(x) =
a = ? b = ? n=?
ba
x
2*n
h n 1 n2
sum = f (a ) f (b) 4 f ( x i ) 2 f (x i )
3 i 1 i2
Print (sum);
Stop
C. Metode simpson 3/8
Start
f(x) =
a = ? b = ? n=?
ba
x
3* n
3h n n
sum =
8
f
0
( x ) 3i 1
f ( x i ) 3
i 2
f ( x 2 ) f ( xn )
Print (sum);
Stop
IV. Tampilan dan Coding
A. Metode Trapezoidal
Tampilan hasil praktikum pada metode trapezoidal sebagai berikut:
Metode Trapezoidal
Adapun codingnya sbb:
public Form1()
{
InitializeComponent();
}
a = Convert.ToDouble(textBox1.Text);
b = Convert.ToDouble(textBox2.Text);
n = Convert.ToDouble(textBox3.Text);
c = (b - a) / n;
Luas = 0;
for (i = 1; i <= n; i++)
{
Luas = Luas + ((c / 2) * (f(a + (i - 1) * c) + f(a + i * c)));
int row = 0;
dataGridView1.Rows.Add();
row = dataGridView1.Rows.Count - 2;
dataGridView1["Column1", row].Value = i;
dataGridView1["Column2", row].Value = a+i*c;
dataGridView1["Column3", row].Value = Luas;
dataGridView1.Refresh();
if (i == n)
textBox4.Text = Luas.ToString();
}
if (Luas < 0)
{
textBox5.Text = ("Tanda negatif tandanya luas berada di bawah garis
x");
}
}
}
public Form1()
{
InitializeComponent();
}
a = Convert.ToDouble(textBox1.Text);
b = Convert.ToDouble(textBox2.Text);
n = Convert.ToDouble(textBox3.Text);
c = (b - a) / (2 * n);
Luas = 0;
public Form1()
{
InitializeComponent();
}
a = Convert.ToDouble(textBox1.Text);
b = Convert.ToDouble(textBox2.Text);
n = Convert.ToDouble(textBox3.Text);
c = (b - a) / (3 * n);
Luas = 0;
if (Luas < 0)
{
textBox5.Text = ("Tanda negatif (-) tandanya luas berada di
bawah");
}
}
}
V. Analisa dan Simpulan
A. Metode Trapezoidal
Praktikum integrasi numerik dengan metode trapezoidal pada program diinputkan sebuah
fungsi f(x) = (x2 – 5); setelah program dijalankan maka kita menginputkan batas atas (b) dan
batas bawah (a) serta banyaknya pias (n). Nilai yang diinputkan a = (-3), b=3, dan n = 15.
3
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan integral, hasilnya yaitu = ∫−3(𝑥 2 − 5)𝑑𝑥 =
𝑥3
( − 5𝑥) = -12 ; sedangkan berdasar hasil praktikum dapat dijabarkan sebagai berikut :
3
𝑏−𝑎 3−(−3) 2
f(x) = (x2 – 5); a = (-3), b = 3; sehingga h = = = , dengan rumus trapezoidal:
𝑛 15 5
ℎ
luas = luas + × {(𝑓(𝑎 + (𝑖 − 1)ℎ) + 𝑓(𝑎 + 𝑖 ∗ ℎ)}; maka ketika:
2
2
n=1; luas = 0 + { × (𝑓(−3 + (1 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 1 ∗ 0,4)} = 1,152
10
2
n=2; luas = 1,152 + { × (𝑓(−3 + (2 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 0,4)} = 1,472
10
2
n=3; luas = 1,472 + { × (𝑓(−3 + (3 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 3 ∗ 0,4)} = 1,088
10
3
n=4; luas = 1,088 + { × (𝑓(−3 + (4 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 4 ∗ 0,4)} = 0,128
10
2
n=5; luas = 0,128 + { × (𝑓(−3 + (5 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 5 ∗ 0,4)} = -1,28
10
2
n=6; luas = -1,28 + { × (𝑓(−3 + (6 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 6 ∗ 0,4)} = -3,008
10
2
n=7; luas = -3,008 + { × (𝑓(−3 + (7 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 7 ∗ 0,4)} = -4,928
10
2
n=8; luas = -4,928 + { × (𝑓(−3 + (8 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 8 ∗ 0,4)} = -6,912
10
2
n=9; luas = -6,912 + { × (𝑓(−3 + (9 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 9 ∗ 0,4)} = -8,832
10
2
n=10; luas = -8,832 + { × (𝑓(−3 + (10 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 10 ∗ 0,4)} = -10,56
10
2
n=11; luas = -10,56 + { × (𝑓(−3 + (11 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 11 ∗ 0,4)} = -11,968
10
2
n=12; luas =-11,968 + { × (𝑓(−3 + (12 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 12 ∗ 0,4)} = -12,928
10
2
n=13; luas =-12,928 + { × (𝑓(−3 + (13 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 13 ∗ 0,4)} = -13,312
10
2
n=14; luas =-13,312 + { × (𝑓(−3 + (14 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 14 ∗ 0,4)} = -12,992
10
2
n=15; luas = -12,992 + { × (𝑓(−3 + (15 − 1) ∗ 0,4) + 𝑓(−3 + 15 ∗ 0,4)} = -11,84
10
Praktikum integrasi numerik dengan metode simpson 1⁄3 pada program diinputkan fungsi
yang sama dengan metode sebelumnya, yaitu f(x) = (x2 – 5). Setelah program dijalankan
maka kita menginputkan batas atas (b) dan batas bawah (a) serta banyaknya pias (n) layaknya
metode sebelumnya. Nilai yang diinputkan pun sama, a = (-3), b=3, dan n = 15. Berdasarkan
3 𝑥3
hasil perhitungan menggunakan integral, hasilnya yaitu = ∫−3(𝑥 2 − 5)𝑑𝑥 = ( − 5𝑥) = -12;
3
1
n=15; luas = -13,141 + {
15
× (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -12
1
Berdasar hasil praktikum menggunakan luasan metode simpson didapatkan bahwa
3
luas dari fungsi f(x) = x2 – 5 yaitu -12 (tanda negatif (-) menandakan luasan berada di bawah
sumbu X ), sedangkan menurut perhitungan hasilnya yaitu -12, sehingga terdapat persen
error sebesar 0,00%. Bila dibandingkan dengan metode trapezoidal, dengan menggunakan
metode simpson keakuratan dan ketelitian mencapai 100%. Hal itu disebabkan metode
simpson lebih mengikuti lekukan kurva atau bentuk fungsi daripada metode trapezoidal,
sehingga dapat dikatakan metode simpson memiliki keakuratan dan ketelitian yang lebih
daripada metode trapezoidal.
C. Metode Simpson 3⁄8
Praktikum integrasi numerik dengan metode simpson 3⁄8 pada program diinputkan fungsi
yang sama dengan metode sebelumnya, yaitu f(x) = (x2 – 5). Setelah program dijalankan
maka kita menginputkan batas atas (b) dan batas bawah (a) serta banyaknya pias (n) layaknya
metode sebelumnya. Nilai yang diinputkan pun sama, a = (-3), b=3, dan n = 15. Berdasarkan
3 𝑥3
hasil perhitungan menggunakan integral, hasilnya yaitu = ∫−3(𝑥 2 − 5)𝑑𝑥 = ( − 5𝑥) = -12;
3
1
n=15; luas = -13,141 + {
15
× (𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 2)0,2) + 4 ∗ 𝑓(−3 + (2 ∗ 1 − 1)0,2) + 𝑓(−3 + 2 ∗ 1 ∗ 0,2} = -12
3
Berdasar hasil praktikum menggunakan luasan metode simpson didapatkan bahwa
8
luas dari fungsi f(x) = x2 – 5 yaitu -12 (tanda negatif (-) menandakan luasan berada di bawah
sumbu X), sedangkan menurut perhitungan hasilnya yaitu -12, sehingga terdapat persen
error 0%. Secara keseluruhan, Metode Simpson 1/3 biasanya lebih disukai karena mencapai
ketelitian order tiga dan hanya memerlukan tiga titik, dibandingkan metode Simpson 3/8
yang membutuhkan empat titik. Dalam pemakaian banyak pias, metode Simpson 1/3 hanya
berlaku untuk jumlah pias genap. Apabila dikehendaki jumlah pias ganjil, maka dapat
digunakan metode trapesium. Tetapi metode ini tidak begitu baik karena adanya kesalahan
yang cukup besar. Untuk itu kedua metode dapat digabung, yaitu sejumlah genap pias
digunakan metode Simpson 1/3 sedang 3 pias sisanya digunakan metode Simpson 3/8.
SIMPULAN
nilai integralnya selain dengan cara pengintegralan biasa, bisa juga dengan ketiga metode
tersebut, dan dari ketiga metode tersebut yang memiliki keakuratan dan ketelitian paling
tinggi yaitu metode simpson, selain itu metode Simpson 1/3 biasanya lebih disukai karena
mencapai ketelitian order tiga dan hanya memerlukan tiga titik, dibandingkan metode
Simpson 3/8 yang membutuhkan empat titik.
DAFTAR PUSTAKA
dede-mustagfiroh.blogspot.co.id
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Supardi,%20M.Si/Integrasi%20Numerik.pdf