Anda di halaman 1dari 25

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS TRISAKTI

FOLLOW-UP ARTICLE:
“Incentives and Culture in Risk Compliance”

TUGAS MATA KULIAH METODE KUANTITATIF


Dosen: Dr. Yolanda Masnita Siagian

Disusun Oleh :
Egis Setiasih (NIM 122011900033)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

1 Gap Research

Dalam industri keuangan, kepatuhan terhadap risiko telah menjadi masalah serius,
setelah banyaknya kasus pelanggaran kebijakan yang berdampak signifikan terhadap
lembaga keuangan dan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun ada sejumlah studi yang
meneliti tentang kepatuhan pajak, tetapi masih sedikit yang diketahui tentang perilaku
kepatuhan terhadap risiko dalam lembaga keuangan. Pelanggaran terhadap aturan pajak
dianggap merugikan pemerintah dan masyarakat, sementara kepatuhan terhadap kebijakan
risiko yang ditetapkan oleh pengusaha disikapi berbeda oleh karyawan.
Kepatuhan adalah permasalahan yang mempengaruhi semua staf bank di semua jenis
risiko (termasuk kredit, pasar dan operasional), seperti pada beberapa contoh kasus yang
pernah terjadi. Kebijakan anti pencucian uang (APU) dan anti terorisme, misalnya,
dirancang untuk melindungi bank dari kemungkinan sanksi pemegang otoritas, denda, dan
rusaknya reputasi; namun staf HSBC gagal mematuhi kebijakan internal berkaitan dengan
APU yang mengakibatkan denda sebesar 1,9 miliar dolar (Guardian, 2012). Di Wells
Fargo, seorang staf membuka sekitar dua juta rekening tanpa melakukan prosedur otorisasi
kelayakan nasabah meskipun memiliki kontrol untuk mencegah penyalahgunaan tersebut
(Tayan, 2016). Kasus trader nakal di Barings, NAB, Allied Irish Bank, Societe Generale,
J.P. Morgan, UBS, dll. (McConnell, 2014) telah menunjukkan bahwa seorang staf dapat
mengabaikan kebijakan trading dengan melakukan transaksi melampaui batas wewenang
yang telah diberikan untuk mengendalikan risiko pasar. Bahkan batas wewenang
pemberian kredit dapat diabaikan pada saat pengajuan kredit, termasuk informasi palsu,
yang mengakibatkan risiko kredit melebihi risk appetite (McConnell, 2016).
Ketidakpatuhan membahayakan nasabah, yang berdampak pada rusaknya reputasi dan
memerlukan biaya pemulihan yang mahal seperti yang terjadi pada sebuah skandal terkenal
“Payment Protection Insurance” (Guardian, 2016). Denda dari pemegang otoritas semakin
berat; menurut Boston Consulting Group (BCG, 2017) total denda terhadap sektor
keuangan dari akhir krisis hingga akhir 2016 telah mencapai 321 miliar dolar.
Kepatuhan terhadap kebijakan dapat dipahami dalam konteks praktik manajemen
risiko di lembaga keuangan (Stulz, 2015). Keputusan pengambilan risiko adalah hak
prerogatif untuk level manajemen senior, dan karenanya peran utama manajemen risiko
bagi sebagian besar staf adalah mematuhi batasan risiko dan kebijakan yang telah
ditetapkan. Jelas bahwa sebagian besar staf di seluruh perusahaan bukan sebagai
'pengambil risiko' seperti yang telah dipelajari dalam literatur keuangan. Peran staf adalah

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 1


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

untuk menghasilkan laba melalui aktivitas yang konsisten dengan batasan risiko dan
kebijakan lain yang dirancang untuk melindungi lembaga keuangan dari risiko berlebihan.
Kepatuhan terhadap batasan risiko dan kebijakan merupakan hal yang penting untuk
memastikan bahwa keputusan risiko strategis yang ditetapkan manajemen telah
diimplementasikan dan pada akhirnya untuk memastikan ketahanan lembaga keuangan.
Meskipun telah diketahui dengan jelas mengenai pentingnya kepatuhan terhadap
kebijakan risiko untuk ketahanan jangka panjang lembaga keuangan dan masyarakat secara
keseluruhan, hanya sedikit yang diketahui tentang perilaku kepatuhan. Peneliti menduga
bahwa ketidakpatuhan terhadap kebijakan risiko disebabkan oleh adanya persyaratan untuk
menghasilkan laba jangka pendek. Kepatuhan terhadap kebijakan risiko kadang-kadang
bertolak belakang dengan peluang keuntungan bersamaan dengan opportunity cost; waktu
yang dihabiskan untuk memenuhi kepatuhan dapat digunakan untuk menghasilkan laba.
Fokus artikel ini adalah bagaimana staf profesional keuangan mengelola hubungan antara
laba jangka pendek dan kepatuhan dengan kebijakan risiko untuk mencapai ketahanan
jangka panjang.
Pada banyak lembaga keuangan, kebijakan mengenai keuntungan imperatif diatur
jelas untuk staf melalui penggunaan struktur remunerasi dengan komponen variabel yang
signifikan. Dalam waktu yang singkat setelah krisis, praktik kompensasi seperti itu
diidentifikasi sebagai faktor yang menyebabkan staf kurang memperhatikan risiko jangka
panjang (Financial Stability Board, 2009). Namun, terlepas dari reformasi dan peraturan
baru dalam area ini (Financial Stability Board, 2017; European Banking Authority, 2015),
sistem remunerasi tersebut masih memungkinkan untuk terjadinya skandal. Dalam kasus
Wells Fargo yang mencuat ke publik pada tahun 2016, insentif keuangan diidentifikasi
sebagai faktor penyebab yang mendorong cross-selling (Tayan, 2016). Di sisi lain, insentif
kinerja "berkekuatan tinggi" (misal variable payments) dirancang untuk memotivasi
(Lazear, 2000), sering dipandang sebagai salah satu sumber dari berbagai jenis pelanggaran
institusional. Dalam literatur, Johnson et al. (2009) menemukan bahwa bentuk dan status
pembayaran insentif membantu menjelaskan tentang fraud di perusahaan. Bannier et al.
(2012) berpendapat bahwa sistem bonus dalam industri perbankan yang berkontribusi
terhadap pengambilan risiko yang berlebihan dapat dijelaskan melalui persaingan
kemampuan. Baru-baru ini Boyallian dan Ruiz Verdu (2017) mengaitkan hubungan antara
insentif pengambilan risiko oleh CEO dengan kegagalan bank selama krisis keuangan
2007-2010. Seperti yang ditunjukkan selama krisis (Senior Supervisors Group, 2009) fokus
berlebihan pada keuntungan jangka pendek merupakan bencana bagi manajemen risiko.

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 2


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Sebuah studi terbaru berdasarkan wawancara dengan CEO dan CFO (Graham et al.,
2017) telah menyoroti kekhawatiran serupa tentang insentif keuangan. Peserta (mewakili
berbagai industri) ditanya tentang potensi insentif keuangan untuk menggali budaya
perusahaan. Sejumlah besar setuju bahwa insentif dapat mengalahkan budaya karena fokus
mereka pada tujuan jangka pendek dan bukan standar budaya yang sempurna.
Karakteristik penting lainnya dari lingkungan industri pasca krisis adalah penekanan
pada budaya risiko, yaitu perilaku norma yang berkaitan dengan manajemen risiko dalam
lembaga keuangan. Hal ini konsisten dengan yang disebutkan sebelumnya mengenai
kebutuhan yang lebih besar untuk kepatuhan staf terhadap kebijakan risiko dan pengakuan
bahwa kontrol tidak dapat dihindarkan dari ketidaksempurnaan. Financial Stability Board
(2014), misalnya, menekankan pentingnya budaya risiko untuk mempengaruhi perilaku
staf dan memastikan kegiatan bisnis berada dalam risk appetite/kebijakan. Sementara
perhatian regulasi sekarang berfokus pada topik budaya risiko (BCBS, 2015; APRA,
2018), beberapa bukti yang tersedia untuk mendukung hal ini, juga tidak membimbing para
pemimpin yang ingin menanamkan budaya risiko. Ada berbagai cara untuk meningkatkan
budaya organisasi dalam industri jasa keuangan (Financial Conduct Authority, 2018),
tetapi masih sangat jarang didapati bukti pendukungnya.
Dalam literatur keuangan, perilaku manusia diketahui dipengaruhi oleh norma
profesional (Cohn et al., 2017), budaya nasional (Stulz dan Williamson, 2003) dan budaya
perusahaan (Guiso et al., 2015). Untuk keperluan penelitian ini, budaya yang terkait dengan
praktik manajemen risiko dalam organisasi bisa dibilang paling relevan, yaitu risk culture
(budaya risiko). Istilah 'risk culture' terkadang digunakan untuk menggambarkan 'risk
appetite' yaitu, jumlah risiko yang akan diterima organisasi untuk mencapai tujuan
strategisnya (Ellul dan Yerramilli, 2013; Fahlenbrach et al., 2012). Referensi lain
membedakan antara risk appetite dan risk culture, mencatat bahwa terlepas dari risk
appetite yang dipilih, budaya organisasi mungkin atau mungkin tidak mendorong staf
untuk menghormati batasan yang ada (Fraser dan Simkins, 2007; Sheedy dan Griffin,
2018). Perbedaan inilah yang menjadi perhatian utama peneliti, mengenai sejauh mana staf
dapat patuh terhadap kebijakan risiko.
Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen di lapangan, melibatkan 269 pekerja
profesional keuangan, untuk menyelidiki pengaruh insentif keuangan (Financial
Incentives) dan budaya tempat kerja (Workplace Culture) terhadap kepatuhan risiko (Risk
Compliance).

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 3


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

2 Conceptual Framework

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan penelitian terdahulu yang telah


diuraikan oleh peneliti, untuk menguji pengaruh insentif keuangan (Financial Incentives)
dan budaya tempat kerja (Workplace Culture) terhadap kepatuhan risiko (Risk
Compliance) disajikan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Financial Incentives

- Variabel Remuneration
- Fix Remuneration
Risk Compliance

Workplace Culture

- Risk Focused
- Profit Focused

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:


1. Hipotesis penelitian secara simultan
a. Terdapat pengaruh variabel remuneration incentive dan risk-focused culture
terhadap risk compliance.
b. Terdapat pengaruh variabel remuneration incentive dan profit-focused
culture terhadap risk compliance.
c. Terdapat pengaruh fix remuneration incentive dan profit-focused culture
terhadap risk compliance.
2. Hipotesis penelitian parsial
a. Terdapat pengaruh variabel remuneration incentive terhadap risk compliance.
b. Terdapat pengaruh fix remuneratioan incentive terhadap risk compliance.

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 4


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

3 Variabel Definition

1. Financial Incentives
Secara teoritis, financial incentives adalah kompensasi khusus yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan di luar gaji utama untuk membantu memotivasi atau
mendorong karyawan agar bekerja lebih keras dan berusaha untuk terus meningkatkan
kinerja kerja di perusahaan. Financial incentives juga dapat memotivasi orang untuk
berinvestasi pada keahlian tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sehingga
diharapkan kinerja dan insentif akan lebih tinggi dari yang seharusnya.
Financial incentives sering disarankan sebagai metode untuk memotivasi dan
meningkatkan kinerja staf yang dipengaruhi oleh iming-iming uang atau bonus (Atkinson,
Banker, Kaplan, Young, 2001; Horngren, Foster, & Datar, 2000; Zimmerman, 2000), dan
penggunaannya dalam organisasi terus meningkat (Wall Street Journal, 1999).
Financial incentives adalah penentu terpenting dari perilaku kepatuhan yang konsisten
dalam konteks kepatuhan terhadap risiko. Secara khusus, ditemukan bahwa fix
remuneration secara signifikan meningkatkan kepatuhan terhadap kinerja relatif terhadap
variable pay-for-performance remuneration (berdasarkan pada laba yang diharapkan). Fix
remuneration meningkatkan produktivitas, secara seimbang, bermanfaat bagi industri
keuangan. Relatif terhadap budaya organisasi yang berfokus pada laba.
2. Workplace Culture
Menurut Sheedy et al. (2017), budaya risiko adalah persepsi bersama di antara
karyawan berkaitan dengan prioritas relatif terhadap manajemen risiko, termasuk persepsi
mengenai praktik dan perilaku terkait risiko yang diharapkan, dinilai, dan didukung.
Pemahaman peneliti mengenai budaya risiko diambil dari literatur pada budaya
organisasi yang terfokus (Schneider et al., 2013) di antaranya budaya risiko. Menurut
Schneider et al. (2013), staf memahami prioritas bisnis yang sebenarnya melalui
pengalaman tempat kerja mereka. Budaya organisasi yang terkait dengan manajemen risiko
digambarkan dengan dua kondisi: profit-focused (berfokus pada laba) atau risk-focused
(berfokus pada risiko).

3. Risk Compliance
Compliance merupakan kepatuhan yang mengacu pada batas-batas yang diamanatkan
oleh hukum dan peraturan, kebijakan, prosedur, dll. Kepatuhan terhadap risiko membantu
melindungi perusahaan dari beragam risiko. Kepatuhan terhadap kebijakan dapat dipahami
dalam konteks praktik manajemen risiko di lembaga keuangan (Stulz, 2015). Keputusan

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 5


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

pengambilan risiko adalah hak prerogatif untuk level manajemen senior, dan karenanya
peran utama manajemen risiko adalah mematuhi batasan risiko dan kebijakan yang telah
ditetapkan. Sebagian besar staf di seluruh perusahaan bukanlah sebagai 'pengambil risiko'
seperti yang telah dipelajari dalam kajian keuangan. Peran staf adalah untuk menghasilkan
laba melalui aktivitas yang konsisten dengan batasan risiko dan kebijakan yang dirancang
untuk melindungi lembaga keuangan dari berbagai macam risiko. Kepatuhan terhadap
batasan risiko dan kebijakan merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa
keputusan risiko strategis yang ditetapkan manajemen telah diimplementasikan dan pada
akhirnya untuk memastikan ketahanan lembaga keuangan.

4 Variabel Indicator

Percobaan dilakukan dengan desain antar variabel; peserta berpartisipasi dalam satu
dari lima treatment. Treatment bervariasi dalam dua hal, yaitu insentif (fixed vs. variable
remuneration) dan kerangka lingkungan kerja (fokus risiko vs fokus laba), seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1. Secara keseluruhan diuji lima kombinasi variabel: VN (variabel
dan nil kerangka lingkungan kerja); VR (variabel dan berfokus pada risiko); VP (variabel
dan fokus pada keuntungan); FP (tetap dan berfokus pada keuntungan); dan FN (fokus
tetap dan nil kerangka lingkungan kerja).
Tabel 1. Treatments
Nil framing Profit-focused Risk-focused
Fix paymnet FN FP
Variable payment (pay-for-performance) VN VP VR

Lokasi percobaan sengaja dipilih untuk menciptakan suasana lebih profesional, yaitu
bertempat di universitas Macquarie University, gedung kelas-A lantai 24, dengan
pemandangan pelabuhan, di kawasan pusat bisnis Sydney. Gedung ini baru dibangun
dengan standar tinggi, sangat mirip dengan kantor keuangan terdekatnya. Karya seni
kontemporer koleksi universitas berlimpah. Merek dan simbol terkait dengan universitas
ini sangat mirip dengan lembaga keuangan tersebut. Pada saat kedatangan, para peserta
disambut secara profesional oleh resepsionis, dan disediakan koran bisnis dalam ruang
tunggu sebelum diantar ke laboratorium untuk dilakukan pengambilan data.
Eksperimen ini dirancang untuk meniru keputusan investasi yang diambil oleh
eksekutif jasa keuangan (misalnya membeli sekuritas, memberikan pinjaman, dan

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 6


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

penjaminan asuransi) di mana risiko ditanggung oleh pemberi kerja. Peserta diharapkan
membuat keputusan investasi sebanyak mungkin atas nama pemberi kerja mereka, asalkan
investasi mematuhi kebijakan/batasan risiko yang telah ditetapkan oleh perusahaannya.
Selama 20 menit, mereka dapat berinvestasi hingga 60 transaksi, tergantung pada
produktivitas mereka. Eksperimen diciptakan agar para peserta berada di bawah tekanan
waktu, mendekati lingkungan industri sebenarnya.
Dalam setiap transaksi, pertama-tama para peserta diminta untuk menghitung nilai
investasi dengan mengharapkan dua hasil (dengan kalkulator) sebelum memutuskan
apakah akan berinvestasi. Contoh transaksi ditunjukkan di sini:

Dalam contoh ini keuntungan yang diharapkan adalah (0,6 x $200,000) + (0,4 x -
$250,000) = $20,000. Persyaratan menghitung nilai yang diharapkan mempunyai tiga
tujuan. Pertama, menirukan pekerjaan dan biaya yang terjadi dalam keputusan investasi
dalam kondisi nyata. Skenario keputusan menjadi lebih realistis dan konteks profesional
menjadi lebih menonjol. Kedua, upaya peserta dalam menghitung nilai yang diharapkan
dan investasi mereka dalam transaksi yang sesuai adalah ukuran dari upaya menghasilkan
keuntungan (sebagai lawan dari kecenderunagn perilaku lalai) yang merupakan variabel
kunci dalam penelitian ini. Ketiga, persyaratan untuk menghitung nilai yang diharapkan
cenderung melibatkan peserta dalam kesadaran penuh, hati-hati, dan analitis dibandingkan
dengan pola pikir intuitif. Kahneman (2011) menyebut dua pola pikir ini sebagai Sistem 2
dan Sistem 1, menyoroti fakta bahwa Sistem 1 lebih efisien, lebih rentan terhadap eror.

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 7


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Untuk mencerminkan konteks industri, para peserta diberikan batas risiko untuk
mencegah investasi yang dianggap terlalu berisiko (didefinisikan sebagai kemungkinan
kerugian maksimum), bahkan jika sangat menguntungkan. Dengan kata lain, setiap
investasi dalam transaksi dengan kemungkinan kerugian melebihi batas risiko $200.000
tidak sesuai dengan kebijakan risiko, dan investasi apapun dalam transaksi dengan
kemungkinan kerugian tidak lebih besar dari batas risiko $200.000 sesuai dengan kebijakan
risiko. Angka $200.000 dipilih begitu saja, sama seperti batas risiko di tempat kerja sering
tampak sewenang-wenang bagi karyawan, yang biasanya tidak terlibat dalam keputusan
risk appetite. Angka bulat dipilih demi mempertahankan batas risiko yang konsisten, untuk
meminimalkan beban kognitif. Dari 60 transaksi, 20 transaksi di antaranya melebihi batas
risiko, sehingga memberikan banyak peluang untuk pelanggaran kebijakan. Peserta
diberitahu bahwa 20% dari transaksi akan diperiksa untuk kepatuhan terhadap kebijakan
dan pembayaran mereka akan dikenakan sanksi jika ditemukan ketidakpatuhan. Ini
mencerminkan kemungkinan bahwa dalam pengaturan industri kepatuhan tidak dapat
ditegakkan secara komprehensif. Hukuman atas ketidakpatuhan ditetapkan tiga kali lipat
dari nilai yang diharapkan dari investasi yang tidak patuh.
Dalam perlakuan pembayaran variabel, peserta diberitahu bahwa mereka akan
menerima pembayaran tunai sebesar 0,023% dari total nilai investasi yang diharapkan
selama sesi berlangsung, sedikit penalti kepatuhan (jika ada). Pada tingkat hukuman ini,
strategi pemaksimalan pembayaran dalam perlakuan pembayaran variabel adalah
kepatuhan nol, yaitu berinvestasi dalam setiap transaksi meskipun melanggar kebijakan.
Dengan kata lain eksperimen ini dirancang sedemikian rupa sehingga godaan untuk
melanggar kebijakan itu berarti.
Dalam perlakuan pembayaran tetap, para peserta diberikan denda kepatuhan sebesar
A$120 (jika ada). Dalam perlakuan ini, strategi pemaksimalan laba adalah kepatuhan 100%
karena tidak ada manfaat finansial bagi ketidakpatuhan dan kemungkinan penalti.
Dalam semua perlakuan, dibuat jaminan pembayaran minimum sebesar A$50,
terlepas dari kinerja dan hukuman kepatuhan.
Untuk mengatasi lingkungan organisasi, peserta diberi sebuah bacaan dan gambar
yang menggambarkan lingkungan kerja. Sebagaimana disebutkan sebelumnya,
implementasi budaya yang berfokus pada risiko telah diusulkan sebagai cara untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan risiko. Yang penting, budaya risiko
didefinisikan sebagai prioritas relatif, di mana prioritas yang mengalahkannya di sebagian
besar lembaga keuangan adalah profit jangka pendek. Oleh karena itu, disediakan kerangka

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 8


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

informasi “yang berfokus pada laba” atau “yang berfokus pada risiko” (lihat Lampiran A).
Kerangka informasi dirancang untuk menggambarkan perilaku pekerja dan manajer
dimana dianggap penting seperti yang telah disebutkan sebelumnya tentang budaya tempat
kerja. Dalam hubungannya dengan manajer, dimasukkan juga pernyataan informal
(terutama pada saat adanya tekanan), untuk memodelkan perilaku manajemen risiko dan
respon terhadap pelanggaran; kemudian dalam kaitannya dengan pekerja, dimasukkan
pernyataan informal, yaitu status relatif dari berbagai peran dan model perilaku kepatuhan.
Kerangka informasi diulang setelah periode 15, 30 dan 45 untuk dapat memicu munculnya
hal-hal penting yang dapat dianalisis. Dalam eksperimen lain, kerangka serupa telah
digunakan untuk mempengaruhi perilaku etis yang mungkin terkait dengan perilaku
kepatuhan (Jones dan Kavanagh, 1996; Gino dan Margolis 2011).
Di setiap awal sesi, peserta membaca dan menandatangani formulir persetujuan.
Mereka kemudian dijelaskan instruksi-instruksi dalam eksperimen yang akan mereka
jalani. Percobaan dimulai setelah semua peserta menjawab dengan benar serangkaian
pertanyaan kompetensi. Percobaan ini dilaksanakan di z-Tree (Fischbacher, 2007). Di akhir
percobaan, peserta mengisi survei online secara singkat. Sesi berlangsung rata-rata 50
menit, dan pendapatan rata-rata sekitar $115 per orang (dengan jaminan minimum $50).
Untuk mengontrol preferensi risiko, kepribadian, budaya kerja perusahaan dan sikap
tiap individu terhadap kepatuhan risiko, diberikan pertanyaan lanjutan kepada mereka yang
dijelaskan seperti di bawah ini:
Toleransi Risiko Individual: 5 item dari domain finansial dalam skala Domain-
Specific Risk-Taking (DOSPERT) (Blais dan Weber 2006). Alfa Cronbach-nya adalah
0,71. Tidak digunakan metode insentif untuk memunculkan sikap risiko. Pertama, mereka
akan meminta untuk dinaikkan pembayaran insentif kepada pekerja profesional keuangan.
Dan jika mereka dibayar atas keputusan mereka dalam percobaan utama dan dalam tugas
memunculkan sikap risiko, perlu secara acak dipilih satu pembayaran akhir untuk
mengesampingkan kemungkinan lindung nilai. Kedua, percobaan akan jauh lebih lama jika
kita menerapkan tugas-tugas yang dirancang oleh Holt dan Laury (2002). Mengingat fokus
utama adalah pada perilaku kepatuhan risiko, pemilihan DOSPERT ditujukan untuk
memperoleh toleransi risiko peserta.
Hati nurani: Variabel kepribadian ini (salah satu dari lima ciri kepribadian) dinilai
menggunakan 4 item dari Mini International Personality Item Pool (Donnellan et al., 2006).
Alfa Cronbach-nya adalah 0,66. Dilihnya hati nurani dengan alasan bahwa ia mengacu
pada kontrol impuls sosial yang ditentukan yang memfasilitasi perilaku mengikuti aturan

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 9


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

(John et al., 2008). Di bidang keselamatan, meta-analisis (Christian et al., 2009; Clarke,
2006) dan studi primer (Wallace dan Vodanovich, 2003) mengemukakan bahwa dari lima
ciri kepribadian utama, hati nurani adalah prediktor terbaik atas kepatuhan dengan prosedur
keselamatan.
Budaya Risiko Pemberi Kerja (Penghindaran): 6 item digunakan dari faktor
penghindaran budaya risiko dalam skala sesuai dengan Sheedy et al. (2017). Item merujuk
pada tempat kerja peserta jika hal ini dapat memengaruhi perilaku di laboratorium.
Dipilihnya faktor Penghindaran karena ini telah ditemukan terkait dengan ketidakpatuhan
dalam studi survei sebelumnya (Sheedy dan Griffin, 2018). Perhatikan bahwa skor tinggi
untuk ukuran ini dianggap tidak diinginkan atau menunjukkan budaya risiko yang tidak
menguntungkan. Alpha Cronbach-nya adalah 0,86. Item sampel: Perilaku mereka yang
melanggar kebijakan risiko biasanya dimaafkan apabila mereka berkinerja tinggi.
Perilaku Individu terhadap Manajemen Risiko/Kepatuhan: Dalam konteks
keselamatan, sikap atau motivasi pribadi mengenai keselamatan telah ditemukan sebagai
penentu signifikan kepatuhan terhadap kebijakan keselamatan (Neal dan Griffin 2006;
Neal et al., 2000). Item sampel diadaptasi dari Neal et al. (2000) dan menciptakan satu set
3 item slider baru yang dirancang untuk menangkap sikap individu terhadap manajemen
risiko dan kepatuhan di tempat kerja (Alfa Cronbach = 0,70).

Manajemen risiko adalah:


Hambatan yang tidak penting dalam vs Pemberi kesempatan untuk melakukan
melakukan bisnis bisnis
Fokus pada manajemen risiko dan kepatuhan adalah:
Berlebihan vs Harus meningkat
Kepatuhan adalah:
Hambatan yang berlebihan pada bisnis vs Penting untuk reputasi dan ketahanan
perusahaan

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 10


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

5 Follow-up

Pasca krisis melanda dunia, manajemen risiko yang efektif telah menjadi hal yang
sangat krusial dalam industri jasa keuangan. Banyak laporan menyebutkan mengenai
perlunya manajemen risiko yang lebih baik (Senior Supervisor’s Group, 2009; Basel
Committee on Banking Supervision, 2010). Dalam kajian peraturan dan praktisi, terdapat
kesepakatan umum yang menjelaskan bahwa manajemen risiko merupakan tanggung
jawab semua karyawan, bukan hanya pemimpin senior dan spesialis risiko (Institute of
International Finance, 2009; McKinsey, 2016; Basel Committee on Banking Supervision,
2015; Financial Stability Board, 2013; Harle et al., 2016). Dengan mengadopsi model
"Tiga Garis Pertahanan" (Institute of Internal Auditors, 2013), tanggung jawab manajemen
risiko terletak pada pengambil risiko, yaitu mereka yang memberikan pinjaman,
memperjualbelikan saham dan turunannya, mengelola aset, sebagai advisor, menjaminkan
asuransi dan menyediakan jasa broker. Sejalan dengan hal tersebut, baru-baru ini dilakukan
eksperimen oleh Cohn et al. (2017) yang menegaskan sejauh mana manajemen risiko perlu
diprioritaskan dalam suatu perusahaan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap risiko, selain
yang dijelaskan dalam analisa artikel di atas. Pada riset selanjutnya, penulis merasa perlu
untuk menambahkan satu variabel mengenai gender, sehingga dalam perusahaan jasa
keuangan dapat dipahami mengenai perilaku manajemen risiko dilihat dari gender.
Hubungan antara gender dan perilaku manajemen risiko sangatlah kompleks. Akan
tetapi, terdapat hipotesa bahwa peningkatan keterwakilan perempuan dalam industri
keuangan telah dipromosikan oleh sejumlah regulator dan komentator sebagai sarana
mempromosikan manajemen risiko yang lebih baik. Menurut "Lehman Sisters
Hypothesis", kegagalan Lehman Brothers berhubungan langsung dengan dominasi laki-
laki dan budaya maskulin yang agresif (Kroes, 2009, hal. 3).

Menurut Komite Parlemen Inggris 2014 tentang Standar Perbankan:

“…di sini masih banyak yang harus dilakukan dalam mempromosikan keragaman
gender dalam dunia perbankan. Terdapat keharusan untuk memaksa bank dalam
mendorong keragaman gender tenaga kerja mereka karena tenaga kerjanya masih
sangat disominasi oleh laki-laki. Pemerintah telah mengambil rumusan agar memiliki
lebih banyak perempuan di pemerintahan melalui […] rekomendasi bahwa perusahaan
FTSE100 harus meningkatkan jumlah direktur perempuan. Jika hal itu

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 11


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

menguntungkan, maka begitu juga harus dilakukan bisnis perbankan. Orang-orang


yang bekerja di suatu industri memberikan dampak pada budaya industri itu sendiri.
Lebih banyak wanita di perbankan akan bermanfaat bagi bank. Bank-bank utama yang
berbasis di Inggris harus mempublikasikan perincian kebutuhan gender dalam operasi
perdagangan mereka, dan apabila ada ketidakseimbangan yang signifikan, apa yang
akan mereka lakukan untuk mengatasi masalah ini [...]. (Parliamentary Commission
on Banking Standards, 2013, p. 365).”

Meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan, rekomendasi di atas mungkin


mencerminkan pemahaman yang luas akan perbedaan gender dalam perilaku risiko, yaitu
rata-rata wanita lebih menolak risiko dan tidak percaya diri berlebihan dalam mengambil
tindakan keuangan daripada pria (Barber dan Odean, 2001; Byrnes et al., 1999; Croson dan
Gneezy, 2009).

Harapan bahwa tingginya representasi perempuan akan meningkatkan perilaku para


bankir dimana sangat bergantung pada asumsi bahwa perempuan yang mengejar karier di
bidang perbankan akan melakukannya sesuai dengan stereotip kewanitaannya. Kumar
(2010) menemukan bahwa analis ekuitas wanita membuat perkiraan yang lebih berani yang
menunjukkan bahwa perempuan yang sukses di industri keuangan mungkin saja tidak
mencerminkan stereotip perempuan tradisional. Beck et al. (2012) mengemukakan bahwa
petugas perempuan bagian pinjaman membuat keputusan peminjaman yang lebih baik
ketika meminjamkan kepada wanita lain; ini dikaitkan dengan keterampilan yang lebih
besar dalam membangun hubungan kepercayaan. Bellucci et al. (2010) menemukan
peminjam perempuan cenderung membatasi ketersediaan kredit untuk peminjam yang baru
dibandingkan rekan pria mereka; ini dikaitkan dengan keengganan menerima risiko yang
lebih besar.

Untuk menguji pengaruh insentif keuangan (Financial Incentives), budaya tempat


kerja (Workplace Culture) dan Gender terhadap kepatuhan risiko (Risk Compliance)
disajikan skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 12


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Financial Incentives

- Variabel Remuneration
- Fix Remuneration

Workplace Culture
Risk Compliance
- Risk Focused
- Profit Focused

Risk Management Behaviour

- Gender

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 13


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Lampiran A. Instruksi Peserta

Instruksi eksperimen:
(VP: variable payment, profit-focused culture
VN: variable payment, no culture framing
VR: variable payment, risk-focused culture
FP: fixed payment, profit-focused culture
FN: fixed payment, no culture framing)

A.1. Instruksi
Terima kasih telah berpartisipasi dalam percobaan ini. Tolong jangan berbicara dengan peserta
lain sampai percobaan selesai. Harap matikan ponsel dan simpan. Jika tidak mematuhi aturan
ini, kami harus mengecualikan Anda dari pembayaran apa pun. Partisipasi dan kinerja Anda
dalam percobaan ini tidak akan diungkapkan kepada siapa pun; demikian pula identitas dan
kinerja peserta lain tidak akan diungkapkan kepada Anda. Dalam hal ini, keputusan sepenuhnya
anonim. Anda akan diminta untuk membuat hingga 60 keputusan investasi dalam percobaan ini
dalam [VP / VR / FP: 21] [VN / FN: 20] menit. Setelah percobaan, Anda akan diminta untuk
menyelesaikan survei singkat (sekitar 5 menit) untuk membantu kami mengendalikan faktor-
faktor demografis. Pastikan untuk membaca semua halaman instruksi [VP / VN / VR / FP: 4]
[FN: 3].

A.1. Analisis investasi


Eksperimen ini dirancang untuk meniru keputusan investasi yang diambil oleh eksekutif jasa
keuangan. Anda harus melakukan beberapa analisis (dengan kalkulator) dan kemudian
memutuskan apakah akan berinvestasi atas nama atasan Anda.

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 14


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Contoh:

Investasi memiliki peluang 50% untuk mendapatkan $200.000 dan peluang 50% untuk
kehilangan $190.000. Anda harus menghitung laba yang diharapkan oleh atasan Anda. Laba
dihitung sebagai berikut:

Keuntungan yang diharapkan = Kemungkinan untung × Jumlah laba – Kemungkinan


kehilangan × Jumlah kerugian

Dalam contoh ini, laba yang diharapkan adalah: 0,5 × 200.000 - 0,5 × 190.000 = 5.000

A.3. Keputusan Investasi

Setelah Anda memasukkan keuntungan yang diharapkan dengan benar, Anda memilih untuk
berinvestasi atau tidak atas nama atasan Anda. Perusahaan bersedia mengambil risiko demi
mendapatkan keuntungan yang diharapkan, tetapi telah membuat kebijakan untuk membatasi
risiko (lihat di bawah). Sebagai seorang karyawan, Anda diharapkan untuk melakukan investasi
menguntungkan sebanyak yang Anda bisa atas nama atasan Anda, asalkan mereka mematuhi
kebijakan/batasan risiko majikan.

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 15


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

A.4. Pembayaran Tunai

Keputusan Anda akan menentukan berapa banyak uang tunai yang Anda terima pada akhir sesi.
[VP / VN / VR: Secara spesifik, pembayaran Anda akan menjadi 0,023% dari total laba yang
diharapkan dari semua investasi Anda setelah penalti kepatuhan, tetapi kami menjamin
pembayaran setidaknya $50.] [FP / FN: Secara spesifik, pembayaran Anda akan menjadi $120
dikurangi denda kepatuhan, tetapi kami menjamin pembayaran setidaknya $50.] Harap dicatat
bahwa pembayaran Anda dalam percobaan tidak akan ditentukan oleh hasil realisasi setiap
investasi, yaitu apakah investasi tersebut menang atau kalah.

A.5. Batasan/Kebijakan Risiko

Seperti halnya karyawan jasa keuangan, dalam percobaan ini Anda beroperasi di bawah
kebijakan/batasan risiko tertentu. Kebijakan dirancang untuk mencegah investasi yang
dianggap terlalu berisiko, meskipun sangat menguntungkan. Untuk percobaan ini, investasi
dengan jumlah kerugian $200.00 atau lebih dilarang, terlepas akan adanya probabilitas dan
keuntungan. Kepatuhan terhadap kebijakan diaudit di akhir percobaan. Ada tingkat audit 20%
yaitu, ada kemungkinan 20% bahwa setiap investasi akan diperiksa untuk kepatuhan terhadap
kebijakan risiko. Anda tidak akan tahu penawaran mana yang telah diaudit hingga akhir
percobaan.

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 16


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Jika Anda ketahuan melanggar kebijakan ini, Anda akan dikenakan sanksi, yaitu laba yang
Anda harapkan (dan juga penghasilan tunai Anda) akan berkurang. [VP / VN / VR / NC: Penalti
terhadap total keuntungan yang Anda harapkan adalah 3 kali dari laba yang diharapkan atas
investasi yang tidak patuh. Oleh karena itu, kerugian bersih adalah 2 kali dari laba untuk
investasi yang tidak patuh jika diaudit.] [FP / FN: denda adalah 0,046% dari laba yang
diharapkan dari investasi yang tidak patuh.]

Contoh:

Investasi memiliki peluang 60% untuk mendapatkan $200.000 dan peluang 40% untuk
kehilangan $250.000. Dalam contoh ini, keuntungan yang diharapkan adalah: 0,6 × 200.000 -
0,4 × 250.000 = 20.000. Investasi ini melanggar kebijakan risiko (jumlah kerugian $250.000
lebih dari batas yang ditentukan $200.000). [VP / VN / VR: jika Anda berinvestasi, maka total
laba yang diharapkan akan meningkat sebesar $20.000. Jika Anda tertangkap (peluang 20%)
maka Anda akan dikenakan sanksi 3x $20.000 atau $60.000, yaitu dampak bersih investasi pada
laba yang diharapkan = $20.000 – $60.000 = - $40.000.] [FP / FN: jika Anda masuk dan Anda
tertangkap (20% kemungkinan) maka Anda akan dikenakan penalti sebesar 0,046% dari
$20.000 atau $9,20.]

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 17


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

[VR / FR: Di tempat kerja Anda, ketidakpatuhan terhadap kebijakan risiko ditanggapi dengan
sangat serius dan sangat jarang. Pelanggaran tidak diizinkan atau ditoleransi, bahkan jika
mereka menghasilkan laba tinggi. Manajer Anda adalah teladan yang sangat baik dari perilaku
manajemen risiko dan sering berbicara tentang perlunya mematuhi kebijakan risiko, bahkan
ketika tim tidak mencapai target laba. Jelas dari apa yang rekan lakukan dan katakan bahwa
kepatuhan dengan kebijakan risiko dianggap penting bagi perusahaan untuk bertahan dan
berkembang. Manajer risiko sangat dihormati karena mereka dipandang sebagai nilai tambah
bagi organisasi.

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 18


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Ringkasan:

Panjang sesi : [VP / VR / FP: 21] [VN / FN: 20] menit

Jumlah penawaran : Hingga 60

Kebijakan / Batas Risiko : Jumlah kerugian harus kurang dari $ 200.000

Hukuman : [VP / VN / VR : 3x] [FP / FN: 0,046%] keuntungan yang diharapkan


untuk kesepakatan yang tidak patuh jika tertangkap

Tingkat audit : 20% dari transaksi yang diperiksa untuk kepatuhan

Pembayaran : [VP / VN / VR: 0,023% dari total laba yang diharapkan] [FP / FN: $ 120]
dikurangi denda

Pembayaran minimum : $ 50

Lalu dimulai serangkaian pertanyaan untuk mengonfirmasi pemahaman Anda dan dua putaran
percobaan agar Anda terbiasa dengan sistem. Kami akan memulai percobaan setelah Anda
menyelesaikan dua putaran percobaan. Anda punya pertanyaan?

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 19


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Daftar Pustaka

BCBS 2015. Guidelines: corporate governance principles for banks. July 2015. Available at
http://www.bis.org/bcbs/publ/d328.pdf.
Blais, A.R., Weber, E.U., 2006. A domain-specific risk-taking (DOSPERT) scale for adult
populations. Judgm. Decis. Mak. 1 (1), 33.
Bonner, S.E., Sprinkle, G.B., 2002. The effects of monetary incentives on effort and task
performance: theories, evidence, and a framework for research. Acc. Organ. Soc. 27 (4),
303–345.
Boyallian, P., Ruiz-Verdú, P., 2017. Leverage, CEO risk–taking incentives, and bank failure
during the 2007–2010 financial crisis. Rev. Finance doi:10.1093/rof/rfx051.
Christian, M.S., Bradley, J.C., Wallace, J.C., Burke, M.J., 2009. Workplace safety: a meta-
analysis of the roles of person and situation factors. J. Appl. Psychol. 94 (5), 1103.
Clarke, S., 2006. The relationship between safety climate and safety performance: a meta-
analytic review. J. Occup. Health Psychol. 11 (4), 315–327.
Cohn, A., Fehr, E. , Maréchal, M.A., 2014. Business culture and dishonesty in the banking
industry. Nature 516 (7529), 86–89.
Cohn, A., Fehr, E., Maréchal, M.A., 2017. Do professional norms in the banking industry favor
risk-taking? Rev. Financ. Stud. doi: 10.1093/rfs/hhx003.
Ellul, A., Yerramilli, V., 2013. Stronger risk controls, lower risk: evidence from U.S. bank
holding companies. J. Finance LXVIII (5), 1757–1803.
European Banking Authority 2015. Final report: guidelines on sound remuneration policies.
Available at https://www.eba.europa.eu/regulation-and-policy/ remuneration/guidelines-
on-sound- emuneration-policies.
Fehr, E., Schmidt, K.M. , 2004. Fairness and incentives in a multi-task principal–agent model.
Scand. J. Econ. 106 (3), 453–474.
Financial Stability Board 2009. Principles for sound compensation practices. April 2009.
Available at http://www.fsb.org/wp-content/uploads/r _0904b.pdf.
Financial Stability Board 2014. Guidance on supervisory interaction with financial institutions
on risk culture: a framework for assessing risk culture. April 2014. Available at
http://www.fsb.org/wp-content/uploads/140407.pdf.
Financial Stability Board, 2017. Implementation and Effects of the G20 Financial Reg- ulatory
Reforms 3 July 2017 3rd Annual Report Available at http://www.fsb.org/ wp-
content/uploads/P030717-2.pdf .
Fischbacher, U., 2007. z-Tree: Zurich toolbox for ready-made economic experiments. Exp.
Econ. 10 (2), 171–178.
Fraser, J.R., Simkins, B.J. , 2007. Ten common misconceptions about enterprise risk
management. J. Appl. Corp. Finance 19 (4), 75–81.
Gino, F., Margolis, J.D., 2011. Bringing ethics into focus: how regulatory focus and risk
preferences influence (un) ethical behavior. Organ. Behav. Hum. Decis. Pro- cess. 115
(2), 145–156.

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 20


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Guardian 2012. HSBC pays record $1.9bn fine to settle us money-laundering-accusations, 12


December 2012. Available at https://www.theguardian.com/business/ 2012/dec/11/hsbc-
bank- us- money- laundering .
Guardian 2016. PPI claims –all you need to know about the mis-selling scandal. Available at
https://www.theguardian.com/business/2016/aug/02/ppi-claims-all-you-need-to-know-
about-the-mis-selling- scandal
Guiso, L., Sapienza, P. , Zingales, L., 2015. The value of corporate culture. J. Financ. Econ.
117 (1), 60–76.
Holmstrom, B., Milgrom, P., 1991. Multitask principalmagent analyses: incentive contracts,
asset ownership, and job design. J. Law Econ. Organ. 7, 24–52.
Holt, C.A., Laury, S.K., 2002. Risk aversion and incentive effects. Am. Econ. Rev. 92 (5), 1644.
Institute of Internal Auditors 2013. The three lines of defense in effective risk management and
control. January 2013. Available at https://www.iia.org.au/sf_docs/default-
source/member-services/thethreelinesofDefenseineffectiveriskmanagementandcontrol_
Position_Paper_Jan_2013.pdf?sfvrsn=0.
Jenkins Jr, G.D., Mitra, A., Gupta, N., Shaw, J.D., 1998. Are financial incentives related to
performance? A meta-analytic review of empirical research. J. Appl. Psychol. 83 (5),
777–787.
Johnson, S.A., Ryan, H.E., Tian, Y.S., 2009. Managerial incentives and corporate fraud: the
sources of incentives matter. Rev. Finance 13 (1), 115–145.
Jones, G.E., Kavanagh, M.J. , 1996. An experimental examination of the effects of individual
and situational factors on unethical behavioral intentions in the workplace. J. Bus. Ethics
15 (5), 511–523.
Kahneman, D., 2011. Thinking Fast and Slow. MacMillan.
Kirchler, M., Lindner, F., Weitzel, U., 2019. Rankings and risk-taking in the finance industry.
The Journal of Finance 73 (5), 2271–2302 Forthcoming.
Kumar Saurabh and Tanuj Nandan. 2018. Role of financial risk attitude and financial behavior
as mediators in financial satisfaction - Empirical evidence from India. South Asian
Journal of Business Studies Vol. 7 No. 2, 2018 pp. 207-224.
www.emeraldinsight.com/2398-628X.htm
Lazear, E.P., 2000. The power of incentives. Am. Econ. Rev. 90 (2), 410–414.
List, J.A., Haigh, M.S., 2010. Investment under uncertainty: testing the options model with
professional traders. Rev. Econ. Stat. 92 (4), 974–984.
McConnell, P., 2014. Dissecting the JPMorgan whale: a post-mortem. J. Oper. Risk 9 (2), 59–
100.
McConnell, P. 2016. Fraudulent loans point to due diligence problems at Australia’s major
banks 9 may 2016. Available at www.theconversation.com .
Mercer 2017. Remuneration practices in the UK –detailed review. April 2017. Available at
http://retailbankingremreview.com.au/wp-content/uploads/2017/04/Independent-study-
into-UK-rem-practice.pdf .
Schneider, B., Ehrhart, M., Macey, W., 2013. Organisational climate and culture. Annu. Rev.
Psychol. 64 (1), 361–388.
Senior Supervisors Group 2009. Risk management lessons from the global banking crisis of
2008. Available at https://www.sec.gov/news/press/2009/report102109. pdf.

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 21


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

Sheedy, E., Griffin, B., 2018. Risk governance, structures, culture, and behavior: A view from
the inside. Corporate Governance: An International Review 26 (1), 4–22 Forthcoming.
Sheedy, E.A., Griffin, B., Barbour, J.P., 2017. A framework and measure for examining risk
climate in financial institutions. J. Bus. Psychol. 32 (1), 101–116.
Sheedy, E., Zhang, Le, Tam, K.C.H., 2019. Incentives and culture in risk compliance.
https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2019.105611
Stulz, R.M., Williamson, R., 2003. Culture, openness, and finance. J. Financ. Econ. 70 (3), 313–
349.
Stulz, R.M., 2015. Risk-taking and risk management by banks. J. Appl. Corp. Finance 27, 8–
18.
Tayan, B., 2016. The Wells Fargo Cross-Selling Scandal. Stanford University Graduate School
of Business Rock center for corporate governance at Stanford University closer look
series: topics, issues and controversies in corporate governance no. CGRP-62Research
Paper No. 17-1. Available at SSRN: https://ssrn.com/abstract= 2879102.
Sheedy, E., Lubojanski, M. , 2018. Risk management behaviour in banking. Managerial
Finance Vol. 44 No. 7, 2018 pp. 902-918. www.emeraldinsight.com/0307-4358.htm
The Lehman Sisters hypothesis. Article in Cambridge Journal of Economics. 2014. DOI:
10.1093/cje/beu010

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033) Halaman 22


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

ARTIKEL UTAMA
“INCENTIVES AND CULTURE IN RISK COMPLIANCE”
ELIZABETH SHEEDY, LE ZHANG, KENNY CHI HO TAM

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033)


Follow-up Article: Incentives and Culture in Risk Compliance
Tugas Mata Kuliah Metode Kuantitatif - MM Universitas Trisakti

ARTIKEL PENDUKUNG
“RISK MANAGEMENT BEHAVIOUR IN BANKING”
ELIZABETH SHEEDY & MARTIN LUBOJANSKI

Disusun oleh: Egis Setiasih (NIM 122011900033)

Anda mungkin juga menyukai