Anda di halaman 1dari 11

D.

4 Dermatitis Kontak Alergi (L23)

I. Definisi
Dermatitis kontak alergi (DKA) ialah dermatitis yang terjadi akibat pajanan dengan
bahan alergen di luar tubuh, diperantai reaksi hipersensitivitas tipe 4 (Coombs dan
Gel).1
Klasifikasi:1
1. DKA lokalisata
2. DKA sistemik

II. Kriteria Diagnostik

Klinis
Riwayat terpajan dengan bahan alergen.1,2
Terjadi reaksi berupa dermatitis, setelah pajanan ulang dengan alergen
tersangka yang sama. Bila pajanan dihentikan maka lesi akan membaik.1,2
Gambaran klinisnya polimorfik, sangat bervariasi bergantung stadiumnya:1,2
1. Akut: eritema, edema, dan vesikel
2. Subakut: eritema, eksudatif (madidans), krusta
3. Kronik: likenifikasi, fisura, skuama
Lesi dapat juga non-eksematosa, misalnya: purpurik, likenoid, pigmented, dan
limfomatoid.1,2
Gejala subyektif berupa rasa gatal.1,2
Pada DKA lokalisata, lesi berbatas tegas dan berbentuk sesuai dengan bahan
penyebab.1,2
Pada DKA sistemik, lesi dapat tersebar luas/generalisata.1,2
Dapat berhubungan dengan pekerjaan/lingkungan pekerjaan (Lihat tabel D.4)
Bila berhubungan dengan pekerjaan, memenuhi 4 dari 7 kriteria Mathias3 (C,3)
yaitu:
1. Manifestasi klinis sesuai dengan dermatitis kontak
2. Pada lingkungan kerja terdapat bahan yang dicurigai dapat menjadi iritan
atau alergen
3. Distribusi anatomis sesuai dengan area terpajan
4. Terdapat hubungan temporal antara waktu terpajan dan timbulnya
manifestasi klinis
5. Penyebab lain telah disingkirkan
6. Kelainan kulit membaik pada saat tidak bekerja/libur/cuti
7. Tes tempel atau tes provokasi dapat mengidentifikasi penyebab

Diagnosis Banding1 (D,5)


1. Dermatitis kontak iritan
2. Dermatitis numularis (bila berbentuk bulat oval)
3. Dermatitis seboroik (di kepala)
4. Dishidrosis (bila mengenai telapak tangan dan kaki)

202
Dermato-Alergo-Imunologi
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji tempel untuk mencari penyebab4 (A,2). Uji tempel dapat digunakan dengan
alergen standar, alergen seri tertentu (misal seri kosmetik, seri sepatu, dll),
serta alergen tambahan yang berasal dari bahan yang dicurigai (misalnya dari
potongan sepatu, bahan dari pabrik tempat bekerja).
2. Pada DKA kosmetika, apabila tes tempel meragukan/negatif dapat dilanjutkan
dengan tes pakai (use test), tes pakai berulang (repeated open application test-
ROAT)2 (C,3)

III. Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
1. Identifikasi dan penghindaran terhadap bahan alergen tersangka.1,2,5 (B,1)
2. Anjuran penggunaan alat pelindung diri (APD), misalnya sarung tangan, apron,
sepatu bot.* Pada beberapa kondisi oklusif akibat penggunaan sarung tangan
terlalu lama dapat memperberat gangguan sawar kulit. 1,2

Medikamentosa:
1. Sistemik: simtomatis, sesuai gejala dan sajian klinis
Derajat sakit berat: dapat ditambah kortikosteroid oral setara dengan prednison
20 mg/hari dalam jangka pendek (3 hari) 2,5 (D,5*)
2. Topikal:
Pelembab setelah bekerja. disarankan pelembab yang kaya kandungan lipid 6,9-
11
(A,1) misalnya vaselin (petrolatum).
Sesuai dengan gambaran klinis
Basah (madidans): beri kompres terbuka (2-3 lapis kain kasa) dengan
larutan NaCl 0,9%5
Kering: beri krim kortikosteroid potensi sedang sampai tinggi, misalnya
mometason furoat, flutikason propionat, klobetasol butirat.2,6,9-11 (A,1)
Bila dermatitis berjalan kronis dapat diberikan klobetasol propionate
interiten.2,6,9-11 (B,1)
3. Pada kasus yang berat dan kronis, atau tidak respons dengan steroid bisa
diberikan inhibitor kalsineurin atau fototerapi BB/NB UVB2,7,9-11 (B,2), atau obat
imunosupresif sistemik misalnya azatioprin atau siklosporin 2,6,8 (A,1). Bila ada
superinfeksi oleh bakteri: antibiotika topikal/sistemik (C,4).

Tindak lanjut:
Pada DKA yang mengenai telapak tangan (hand dermatitis) dapat sangat
menyulitkan untuk melaksanakan tugas sehari-hari sehingga dianjurkan pemakaian
APD yang sesuai dan pemberian emolien.1,2

IV. Komplikasi1
1. Infeksi sekunder (penatalaksanaan sesuai dengan lesi, pemilihan jenis
antibiotik sesuai kebijakan masing-masing rumah sakit).
2. Hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi paska inflamasi.

203
Dermato-Alergo-Imunologi
V. Edukasi
1. Edukasi mengenai prognosis, informasi mengenai penyakit, serta perjalanan
penyakit yang akan lama walaupun dalam terapi dan sudah modifikasi
lingkungan pekerjaan, perawatan kulit.2,5,6,9-11 (B,2)
2. Edukasi mengenai penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis
pekerjaan, bila dermatitis berhubungan dengan kerja. 2,5,6,9-11 (B,2)
3. Edukasi mengenai perawatan kulit sehari-hari dan penghindaran terhadap
alergen berdasarkan hasil uji tempel.2,5,6,9-11 (B,2)

VI. Prognosis
Pada kasus dermatitis kontak ringan, prognosis sangat bergantung pada
kemampuan menghindari bahan iritan penyebab. Pada kasus dermatitis kontak
yang berat diakibatkan pekerjaan keluhan dapat bertahan hingga 2 tahun walaupun
sudah berganti pekerjaan.1,2,9-11 (B,2)

VII. Kepustakaan
1. Castanedo-Tardan MP, Zug KA. Allergic contact dermatitis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Kazt SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,editor. Dalam: Fitzpatrick‟s Dematology in General Medicine.
Edisi ke-7. New York : Mc Graw-Hill; 2012.
2. Brasch J, Becker D, Aberer W, Bircher A, Kranke B, Jung K, et al. Guideline Contact Dermatitis.
Allergo J Int. 2014; 23: 126-38.
3. De Carvallo MG, Calvo B, Benach J, Pujol R, Gimenez-Arnau AM. Assessment of the Mathias
Criteria for establishing occupational causation of contact dermatitis. Actas Dermofisiologr.
2012;103(5):411-21.
4. Rodrigues DF, Goulart EMA. Patch-test results in children and adolescents: systematic review
of a 15-year period*. An Bras Dermatol. 2016;91(1):64-72.
5. Usatine RP, Riojas M. Diagnosis and Management of Contact Dermatitis. Am Fam Physician.
2010 Aug;82(3):249-55.
6. Saary J, Qureshi R, palda V, DeKoven J, Pratt M, Skotnicki-Grant S, et al. A systematic review
of contact dermatitis treatment and prevention. J Am Acad Dermatol 2005.53:845-55.
7. Sezer E, Etikan I. Local narrowband UVB phototherapy vs. local PUVA in the treatment of
chronic hand eczema. Photodermatol Photoimmunol Photomed 2007; 23:10–4
8. Granlund H, Erkko P, Reitamo S. Comparison of the infl uence of cyclosporine and topical
betamethasone17,21 diproprionate treatment on quality of life in chronic hand eczema. Acta
Derm Venereol. 1997;77: 54–8.
9. Bourke J, Coulson I, English J.Guidelines for the management of contact dermatitis: an update.
British J Derm. 2009;160:946-954.
10. Smedley J. Concise guidance: diagnosis, management and prevention of occupational contact
dermatitis. Clin Med. 2010;5:487-490.
11. Honari G, Taylor JS, Sood A. Occupational skin diseases due to irritants and allergens. Dalam:
Wolff K, Goldsmith LA, Kazt SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Dalam: Fitzpatrick‟s
Dematology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw-Hill, 2012.h. 2611-21.

204
Dermato-Alergo-Imunologi
VIII. Bagan Alur

Riwayat kontak dengan alergen


Bila pajanan dihentikan, lesi membaik

Tanda dermatitis
o Akut, subakut, kronik
o Gejala subjektif: gatal
Lesi bersifat lokalisata, berbatas tegas, bentuk sesuai bahan
penyebab

Uji tempel

– +

Cari kemungkinan false-negative karena Dermatitis kontak alergi


efek anti-inflamasi

Nonmedikamentosa: Medikamentosa:

Hentikan pajanan dengan alergen Sistemik: simtomatis sesuai gejala dan


tersangka gambaran klinis
Anjuran penggunaan alat Derajat sakit berat: dapat ditambah
pelindung diri/APD (sarung tangan, kortikosteroid oral setara dengan
krim barier) prednison 20 mg/hari dalam jangka
pendek (3 hari)
Topikal: sesuai dengan sajian klinis
Basah (madidans): beri kompres terbuka
Kering: beri krim kortikosteroid potensi
sedang
Bila kronik, bisa diberikan inhibitor
kalsineurin, atau kortikosteroid potensi
kuat, atau fototerapi

205
Dermato-Alergo-Imunologi
Tabel D.4. Berbagai jenis pekerjaan berisiko, bahan iritan dan alergen penyebab dermatitis kontak 11

JENIS PEKERJAAN PAJANAN IRITAN PAJANAN ALERGEN


Pekerja bidang agrikultur Pupuk, insektisida/pestisida, debu kayu, diesel, bahan bakar, Pestisida, makanan ternak, oat, barley, fungisida,
minyak, beberapa tumbuhan, pelarut, wet-work produk germisida, semen, tumbuh-tumbuhan, debu
kayu, wol

Bakeri Asam, tepung, bumbu rempah, sabun dan deterjen, pembersih Amonium persulfat, bezoil peroksida, pewarna
oven, minyak esensial, jamur, enzim sayuran makanan, minyak esensial, perasa artifisial, tepung,
beberapa buah-buahan

Pekerja konstruksi Asam, fiber glass, pelarut, pembersih tangan Semen, kromium, kobal, epoxy-resins, nikel, resin,
karet, debu kayu

Koki/tukang masak Wet work, sabun, deterjen, sayur, buah-buahan, daging dan ikan Perasa artificial, bumbu, formaldehid, bawang putih,
mentah, bumbu rempah, gula, tepung, suhu panas. sodium metabisulfite (antioksidan untuk buah)

Kosmetologis Sabun, deterjen, pemutih, pelarut, larutan pengeriting, shampo, Pewarna rambut, parafenilenediamn, pewangi,
wet-work pengawet produk, karet, methylmethacrylate
Pekerja bidang kesehatan Wet work, adhesif (epoxy dan cyanoacrylates), minyak esensial, Eugenol, obat anestesi, merkuri, disinfektan,
gigi/dentist tambalan gigi, amalgam, pelarut methacrylates, latex, aselerator karet

Tukang kembang Wet work, sabun, deterjen, pupuk, herbisida, pstisida, trauma Tanaman, pestisida/insektisida
mekanik dan kimiawi

Pekerja dibidang kesehatan Wet work, sabun, deterjen, alkohol, ethylene oxide, obat-obatan. Sarung tangan lateks, obat anestesi, antibiotik,
antiseptik, fenotiazin, formaldehid, glutaraldehid

Mekanik Pelarut, pendingin, pembersih lemak, larutan asam, pencegah Kromium, nikel
korosif, suhu panas, sabun, logam.

206
Dermato-Alergo-Imunologi
D.5 Dermatitis Kontak Iritan (L.24)

I. Definisi
Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah inflamasi pada kulit, akibat respons terhadap
pajanan bahan iritan, fisik, atau biologis yang kontak pada kulit, tanpa dimediasi
oleh respons imunologis.1

Klasifikasi:2
1. Subjective irritancy
2. Irritant reaction
3. Suberythematous irritation
4. DKI akut
5. Delayed acute irritancy
6. DKI kronik (kumulatif)
7. Frictional dermatitis
8. Traumatic reactions
9. Pustular/acneiform reactions
10. Asteatotic irritant eczema

II. Kriteria Diagnostik

Klinis3
Terdapat riwayat pajanan dan hubungan temporal dengan bahan iritan.
Tangan adalah lokasi tersering, diikuti wajah, dan kaki.
Gejala subyektif berupa rasa gatal, terbakar/nyeri.
Sajian klinis bergantung pada jenis iritan dan pola pajanan. (Lihat tabel D.5)
Biasanya disertai kulit kering atau gangguan sawar kulit.
Bila pajanan dihentikan maka lesi membaik.
Seringkali berhubungan dengan pekerjaan/lingkungan pekerjaan (Lihat tabel
D.4 pada PPK dermatitis kontak alergi)

Diagnosis Banding2
1. Dermatitis kontak alergi
2. Dermatitis numularis
3. Dermatitis seboroik (bila di kepala)
4. Dermatitis statis
Harus disingkirkan:
Lokalisata:
1. DKA
2. Penyakit Bowen
Diseminata:
1. DKA luas
2. Cutaneus T Cell Lymphoma

207
Dermato-Alergo-Imunologi
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji tempel bila tidak dapat dibedakan dengan dermatitis kontak alergi4 (A,2)
2. Open test5

III. Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
1. Identifikasi dan penghindaran terhadap bahan iritan tersangka. 5,6 (B,1)
2. Anjuran penggunaan alat pelindung diri (APD), misalnya sarung tangan apron,
sepatu bot. Pada beberapa kondisi oklusif akibat penggunaan sarung tangan
terlalu lama dapat memperberat gangguan sawar kulit. 5,6 (B,2)
3. Edukasi mengenai prognosis, informasi mengenai penyakit, serta perjalanan
penyakit yang akan lama walaupun dalam terapi dan sudah modifikasi
lingkungan pekerjaan, perawatan kulit.5,6 (B,2)

Medikamentosa:
1. Sistemik: simtomatis, sesuai gejala dan sajian klinis
Derajat sakit berat: dapat ditambah kortikosteroid oral setara dengan prednison
20 mg/hari dalam jangka pendek (3 hari).5,6 (D,5*)
2. Topikal:
Pelembap setelah bekerja/after work cream. Disarankan pelembap yang kaya
kandungan lipid,5-7 petrolatum (A,1).
Sesuai dengan sajian klinis
Basah (madidans): beri kompres terbuka (2-3 lapis kain kasa) dengan
larutan NaCl 0,9%.6
Kering: beri krim kortikosteroid potensi sedang, misalnya flusinolon
asetoid.5-7 (A,1)
Bila dermatitis berjalan kronis dapat diberikan mometason fuorate
intermiten5-7 (B,1)
3. Pada kasus yang berat dan kronis, atau tidak respons dengan steroid bisa
diberikan inhibitor kalsineurin atau fototerapi dengan BB/NB UVB5,8 (B,2) atau
obat sistemik misalnya azatioprin atau siklosporin5,7,9 (A,1). Bila ada
superinfeksi oleh bakteri: antibiotika topikal/sistemik1 (C,4)

IV. Komplikasi
Infeksi sekunder (terapi infeksi sekunder sesuai dengan klinis dan pemilihan jenis
antibiotik sesuai dengan kebijakan masing-masing rumah sakit).1

V. Edukasi
1. Edukasi mengenai prognosis, informasi mengenai penyakit, serta perjalanan
penyakit yang akan lama walaupun dalam terapi dan sudah modifikasi
lingkungan pekerjaan, perawatan kulit.5-7,10,11 (B,2)
2. Edukasi mengenai penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis
pekerjaan, bila dermatitis berhubungan dengan kerja.5-7,10,11 (B,2)
3. Edukasi mengenai perawatan kulit sehari-hari dan penghindaran terhadap iritan
yang dicurigai.5-7,10,11 (B,2)

208
Dermato-Alergo-Imunologi
VI. Prognosis
Pada kasus dermatitis kontak ringan, prognosis sangat bergantung pada
kemampuan menghindari bahan iritan penyebab. Pada kasus dermatitis kontak
yang berat diakibatkan pekerjaan, keluhan dapat bertahan hingga 2 tahun
walaupun sudah berganti pekerjaan.2,10,11 (B,2)

VII. Kepustakaan
1. Bourke J, Coulson I, English J. Guidelines for the management of contact dermatitis: an update.
British J Derm 2009;160:946-54
2. Amado A, Sood A, Taylor JS. Irritant contact dermatitis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Kazt SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,editor. Dalam: Fitzpatrick‟s Dematology in General Medicine.
Edisi ke-7. New York: Mc Graw-Hill, 2012.h.499-506
3. Honari G, Taylor JS, Sood A. Occupational skin diseases due to irritants and allergens. In:
Wolff K, Goldsmith LA, Kazt SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Dalam: Fitzpatrick‟s
Dematology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw-Hill, 2012.h.2611-21.
4. Rodrigues DF, Goulart EMA. Patch-test results in children and adolescents: systematic review
of a 15-year period*. An Bras Dermatol. 2016;91(1):64-72.
5. Brasch J, Becker D, Aberer W, Bircher A, Kranke B, Jung K, et al. Guideline Contact Dermatitis.
Allergo J Int. 2014;23:126-38.
6. Usatine RP, Riojas M. Diagnosis and Management of Contact Dermatitis. Am Fam Physician.
2010 Aug;82(3):249-55.
7. Saary J, Qureshi R, palda V, DeKoven J, Pratt M, Skotnicki-Grant S, et al. A systematic review
of contact dermatitis treatment and prevention. J Am Acad Dermatol. 2005.53:845-55.
8. Sezer E, Etikan I. Local narrowband UVB phototherapy vs. local PUVA in the treatment of
chronic hand eczema. Photodermatol Photoimmunol Photomed. 2007;23:10–4.
9. Granlund H, Erkko P, Reitamo S. Comparison of the infl uence of cyclosporine and topical
betamethasone17,21diproprionate treatment on quality of life in chronic hand eczema. Acta
Derm Venereol 1997;77:54–8.
10. English JSC. Current concept of irriitant contact dermatitis. Occup environ med 2004;61:722-
726.
11. Smedley J. Concise guidance: diagnosis, management and prevention of occupational contact
dermatitis. Clin Med 2010;5:487-90.

209
Dermato-Alergo-Imunologi
VIII. Bagan Alur

Riwayat kontak dengan bahan iritan dan


terdapat hubungan temporal

Iritan lemah: Iritan kuat:

Sabun, deterjen, surfaktan, pelarut Bahan kimia kaustik (asam dan basa)
organik, minyak

Berhari-hari, berbulan-
bulan, bertahun-tahun Segera setelah
setelah kontak kontak

Gatal, nyeri, Rasa terbakar, gatal, nyeri seperti


Bercak-bercak eritem, tersengat
hyperkeratosis, fisura Eritema, edema, batas tegas
sesuai bahan penyebab,
vesikulasi, eksudasi, bula, nekrosis
jaringan

DKI kronik DKA DKI akut


kumulatif

– +
Tes tempel

Topikal:
Kortikosteroid potensi Topikal:
sesuai derajat
Lesi basah : kompres terbuka
inflamasi
Lesi kering : kortikosteroid
Emolien (petrolatum potensi sesuai derajat inflamasi
based) Emolien
Inhibitor kalsineurin
Fototerapi BB/NB UVB Sistemik:
Sistemik: Kortikosteroid setara prednison
Identifikasi & 20 mg/hari 3 hari
Antihistamin
eliminasi Antihistamin
Azathioprine
bahan-bahan
Cyclosporine iritan Bila ada infeksi sekunder oleh
Proteksi bakteri:
Antibiotika sistemik/topikal

210
Dermato-Alergo-Imunologi
Tabel D.5 Gambaran klinis subtipe dermatitis kontak iritan2

Subtipe Dermatitis Kontak Predileksi Manifestasi Klinis Jenis Pajanan Iritan


Subjective irritancy Wajah, leher, kepala Kelainan subyektif berupa gatal, Kosmetik, tabir surya, asam laktat,
panas, rasa terbakar, rasa tajam, propilen glikol,, garam alumonium,
setelah beberapa menit kontak dan pakaian terbuat dari wol,
dengan bahan iritan, tetapi tidak
terlihat kelainan pada kulit.

Irritant reaction Biasanya pada dorsum dan jari Reaksi akut dengan gambaran klinis wet work; air, deterjen, sabun
tangan monomorf berupa eritem ringan,
vesikel atau erosi, skuama. Bila
pajanan berlanjut dapat profresif
menjadi DKI kronik kumulatif

Suberythematous irritation Tangan Secara klinis reaksi iritasi tidak surfaktan


terlalu terlihat jelas, tetapi
pemeriksaan histopatologis men-
dukung dermatitis. Subyektif: gatal,
rasa panas, tersengat.

DKI akut Dapat terjadi pada semua area tubuh Dapat terjadi lesi eritem, eksudasi Biasanya pada pajanan tunggal
bergantung pola pajanan dengan vesikel hingga bula, hingga bahan iritan kuat atau kaustik yang
Bibir, pada irritant cheilitis nekrosis jaringan. bersifat asam/alkalis kuat.
Area inguinal da perianal, pada diaper Seringnya akibat kecelakaan saat
dermatitis akibat pajanan lama kerja. Dapat juga kontak aerogen,
dengan urin dan feses. misalnya bubuk semen, kalsium
silikat, dan debu gergaji pohon.
Delayed acute irritancy Dapat terjadi pada semua area tubuh Merupakan proses akut, tetapi tidak Tretinoin, gel diklofenak, kalsipotriol,
bergantung pola pajanan ada tanda peradangan hingga 8-24 benzoyl peroxide, propilen glikol,
Bibir, pada irritant cheilitis jam setelah kontak. Sajian klinis dan podofilin, benzalkonium klrida,
perjalanan penyakit sama dengan antralin, akrilat, sodium lauril sulfat.
DKI akut.
Seringkali sulit dibedakan dengan
DKA.

211
Dermato-Alergo-Imunologi
Subtipe Dermatitis Kontak Predileksi Manifestasi Klinis Jenis Pajanan Iritan
DKI kronik (kumulatif) Tangan, wajah, tungkai Eritem, penebalan kulit, kering, Iritan lemah dengan pajanan sering
kasar, likenifikasi, dan/atau fisura. berulang, misalnya sabun, deterjan,
Lesi dapat timbul beberapa hari, surfaktan, minyak, pelarut, kosmetik
bulan, hingga tahun setelah
pajanan. Sering sulit dibedakan
dengan DKA

Keluhan subyektif: gatal, nyeri,


Frictional dermatitis Puting payudara (nipple dermatitis), Iritasi mekanik terjadi akibat Duri tanaman, plester adhesif,
tungkai (penggunaan prostetik), mikrotrauma dan friksi berulang. kertas kasar, kaca, serat wol yang
tangan. Kulit biasanya kering, erosi, kasar.
menebal.

Traumatic reactions Tangan Terjadi akibat trauma pada kulit, Benda tajam, tumpul, panas.
misalnya luka bakar dan laserasi.
Tampak eritem, papul, vesikel, dan
bersisik, Biasanya menetap sampai
6 minggu atau lebih. Kadang
menyerupai dermatitis numularis.

Pustular/acneiform reactions Wajah Lesi transien berupa pustul steril Minyak, tar, logam berat, halogen,
setelah pajanan beberapa hari. dan beberapa jenis kosmetik.
Sering menyertai pasien dermatitis
atopik atau dermatitis seboroik.

Asteatotic irritant eczema (exsiccation Tungkai bawah, lengan bawah. Sering dialami kelompok usia lanjut Air yang merupakan elemen
eczematid) yang mandi sering tanpa hipotonik, kekerasan curah air,
menggunakan pelembap. Rasa sabun antiseptik, quaternary
sangat gatal pada kulit yang kering, ammonium.
iktiosiformis.

212
Dermato-Alergo-Imunologi

Anda mungkin juga menyukai