Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

SMF KULIT
DERMATITIS NUMULARIS

1. No. ICD-10
(L30.0)
2. Pengertian Dermatitis numularis adalah suatu kelainan kulit inflamatif
(Definisi) berupa papul dan papulovesikel yang berkonfluensi
membentuk plak berbentuk koin berbatas tegas dengan
oozing, krusta, dan skuama. Sangat gatal, dengan predileksi
pada ekstremitas atas dan bawah.1-3
Sinonim: eksema diskoid.1,2

3. Anamnesa 
Pencetus antara lain kulit kering, fokus infeksi pada gigi,
saluran napas atas, atau saluran napas bawah.1,3
Faktor alergen lingkungan yang berperan sebagai pencetus
yaitu: tungau debu rumah dan Candida albicans.1

Stres emosional, disfungsi liver atau konsumsi alkohol
berlebihan dapat memperberat penyakit Menyerang
terutama orang dewasa (50-65 tahun), jarang pada bayi
dan anak-anak, puncak onset pada anak-anak yaitu pada
usia 5 tahun.1

Keluhan subjektif sangat gatal, terutama pada fase akut.1

Pada sebagian pasien dermatitis numularis didapatkan
insidensi atopi yang tinggi, tetapi pada sebagian yang lain
tidak.2

4. Pemeriksaan 
Predileksi:ekstremitasatastermasukpunggungtangan(wanita)da
Fisik n ekstremitas bawah (pria).1

Kelainan kulit dapat bersifat akut, subakut, atau
kronik.1,3

Lesi karakteristik berupa plak berukuran 1-3 cm
berbentuk koin yang terbentuk dari konfluensi
papul dan papulovesikel.1

Pada bentuk akut terdapat vesikel, erosi dan
eksudasi membentuk lesi yang basah (oozing), serta
krusta pada dasar eritema. Pada fase kronis, berupa
plak kering, berskuama, dan likenifikasi.1,3

Dapat timbul komplikasi berupa infeksi bakteri
sekunder.1

Lesi menyembuh dimulai dari bagian tengah
membentuk gambaran anular.1

Kelainan kulit dapat meluas ke badan, wajah dan
leher3 atau menjadi generalisata.1
5. Pemeriksaan 1. Untuk penegakan diagnosis tidak perlu
Penunjang pemeriksaan penunjang khusus.1-3
2. Apabila diperlukan, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang sesuai diagnosis
banding.1-3
3. Pada kasus berat atau rekalsitran, dilakukan uji
tempel.4

6. Diagnosa 1. Dermatitis kontak alergi


Banding 2. Dermatitis stasis
3. Dermatitis atopik
7. Pengobatan Evidence base untuk tatalaksana dermatitis
numularis sebagian besar berdasarkan penelitian-
penelitian dermatitis atopik.2

Non Medikamentosa
2. Hindari/atasi faktor pencetus.2,3
3. Berikan emolien apabila ditemukan kulit
kering.1,2,5-7 (A,1)

Medikamentosa
Prinsip:
Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai
dengan manifestasi klinis.3 Terdapat beberapa obat
yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai
berikut:
1. Topikal
 Kompres pada lesi akut5,8 (C,4)
 Antiinflamasi dan/atau antimitotik:
o Pilihan utama: kortikosteroid topikal
potensi sedang hingga kuat2,3,5,9 (C,4)
o Pilihan lainnya inhibitor
kalsineurinseperti
takrolimus dan
pimekrolimus2,10 (B,1) atau preparat
tar2,5,11 (C,4)
2. Sistemik
 Antihistamin oral2,3,11 (C,4)
 Pada kasus dermatitis numularis berat dan
refrakter dapat diberikan:
o kortikosteroid sistemik2,11 (C,4)
o Pada anak dapat diberikan metotreksat
dengan dosis 5-10 mg perminggu12
(C,4)
 Pada kasus dermatitis numularis
dengan lesi generalisata
dapat ditambahkan fototerapi
broad/narrow band UVB.2,5,11 (C,4)
8. Kepustakaan 1. Burgin S. Nummular eczema, lichen simplex
chronicus, and prurigo nodularis. Dalam:
Fitzpatrick’s Dematology in General Medicine.
Wolff K, Goldsmith LA, Kazt SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffell DJ, editor. Edisi ke-8. New
York : Mc Graw-Hill, 2012.h.184-7
2. Ingram R.J. Eczematous Disorders. Dalam:
Griffiths C. Barker J. Bleiker T. Chalmers R.
Creamer D. penyunting. Rook’s textbook of
dermatology. Edisi ke-9. Oxford: Blackwell;
2016.h.39.7-39.9.
3. Todorova A. Eropean handbook of
dermatological treatments. Katsambas AD,
Lotti TM, Dessinioti C, D’Erme AM editor.
Edisi ke-3. New york: Springer. 2015.h.671-
680.
4. Khurana S, Jain VK, Aggarwal K, Gupta S.
Patch testing in discoid eczema. J Dermatol.
2002; 29:763-7.
5. Ring J, Alomar A, Bieber T, Delereuran M,
Fink-Wagner A, Gelmetti C, et al. Guidelines
for treatmen of atopic exczema (atopic
dermatitis) Part I. JEADV. 2012;1045-1060.
6. Breternitz M, Kowatzki D, Langenauer M et al.
Placebo-controlled, double-blind, randomized,
prospective study of a glycerol-based emollient
on eczematous skin in atopic dermatitis:
biophysical and clinical evaluation. Skin
Pharmacol Physiol. 2008;21:39–45.
7. Lode´n M, Andersson AC, Anderson C et al. A
double-blind study comparing the effect of
glycerin and urea on dry, eczematous skin in
atopic patients. Acta Derm Venereol. 2002;82:
45- 47.
8. Schnopp C, Holtmann C, Stock S et al. Topical
steroids under wetwrap dressings in atopic
dermatitis-a vehicle-controlled trial.
Dermatology. 2002;204:56–59.
9. Van der Meer JB, Glazenburg EJ, Mukler PG,
dkk. The management of moderate to severe
atopic dermatitis in adults with topical
fluticasone propionate. The Netherlands Adult
Atopic Dermartitis-a vehicle-controlled trial.
Dermatology. 2002;204:56-9.
10. Boguniewicz M, Fiedler VC, Raimer S,
Lawrence ID, Leung DY, Hanifin JM. A
randomized, vehicle-controlled trial of
tacrolimus ointment for treatment of atopic
dermatitis in children. Pediatric Tacrolimus
Study Group. J Allergy Clin Immunol.
1998;102:637-44.
11. Cowan MA. Nummular eczema – a review,
follow- up and analysis of 325 cases. Acta
Derm Venereol (Stockh). 1961;41:453-60.
12. Robert H, Orchard D. Metotrexate is a safe and
effective treatment for paediatric (nummular)
eczema: A case series of 25 children.
Australasian J of Dermatology. 2010;51.128-
130.

dr.Khairur Rahmah,SpKK
dr.Ridha Raudah,SpKK
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF KULIT

Dermatitis Seboroik (L21.9)

1. No. ICD-10
(L21.9)
2. Pengertian Dermatitis seboroik (DS) adalah kelainan kulit
(Definisi) papuloskuamosa kronis yang umum dijumpai pada
anak dan dewasa. Penyakit ini ditemukan pada area
kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea seperti
wajah, kulit kepala, telinga, tubuh bagian atas dan
fleksura (inguinal, inframammae, dan aksila).1

3. Anamnesa 
Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama
kehidupan. Sering disebut cradle cap. Keluhan utama
biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak dan
umumnya tidak gatal.1,2

Pada anak dan dewasa, biasanya yang menjadi
keluhan utama adalah kemerahan dan sisik di kulit kepala,
lipatan nasolabial, alis mata, area post aurikula, dahi dan
dada. Lesi lebih jarang ditemukan di area umbilikus,
interskapula, perineum dan anogenital. Area kulit yang
kemerahan biasanya gatal. Pasien juga dapat mengeluhkan
ketombe (Pitiriasis sika). Keluhan dapat memburuk jika
terdapat stressor atau cuaca dingin.1,3,4

Pada bayi umumnya bersifat swasirna sementara
cenderung menjadi kronis pada dewasa.1

4. Pemeriksaan 
Pada bayi, dapat ditemukan skuama kekuningan atau
Fisik
putih yang berminyak dan tidak gatal. Skuama biasanya
terbatas pada batas kulit kepala (skalp) dan dapat pula
ditemukan di belakang telinga dan area alis mata. Lesi
lebih jarang ditemukan di lipatan fleksura, area popok dan
wajah.1,2

Pada anak dan dewasa dapat bervariasi mulai dari:1,3,4
o Ketombe dengan skuama halus atau difus, tebal dan
menempel pada kulit kepala
o Lesi eksematoid berupa plak eritematosa superfisial
dengan skuama terutama di kulit kepala, wajah dan
tubuh
o Di dada dapat pula menunjukkan lesi petaloid atau
pitiriasiformis.

Apabila terdapat di kelopak mata, dapat disertai dengan
blefaritis.3

Dapat meluas hingga menjadi eritroderma.1,3

5. Pemeriksaan Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk


Penunjang diagnosis. Apabila diagnosis meragukan, dapat
dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan
pewarnaan KOH untuk menyingkirkan infeksi jamur
atau biopsi kulit.2 (C,5)

6. Diagnosa 1. Pada bayi1,2 : dermatitis atopik, skabies, psoriasis


Banding
2. Pada anak dan dewasa1,3: psoriasis, dermatitis atopik,
dermatitis kontak, impetigo, tinea
3. Di lipatan: dermatitis intertriginosa, kandidosis kutis
Harus disingkirkan: histiositosis sel Langerhans (pada
bayi)1

7. Pengobatan Dewasa ;
Pilihan pengobatan dapat berupa salah satu atau
gabungan dari terapi sebagai berikut (lihat bagan alur):
1. Daerah non skalp
 Ringan
o Antijamur topikal: krim ciclopirox 1%5-7
(B,1), krim ketokonazol 2%5,7 (A,1) 2 kali
sehari selama 4 minggu.
o AIAFp: krim piroctone
olamine/alglycera/bisabolol 2 kali
sehari selama 4 minggu5,6,8 (A,1)
o Kortikosteroid topikal kelas I: krim atau
salep hidrokortison 1% 2 kali sehari
selama 4 minggu5-6,9-10 (A,1)
o Inhibitor kalsineurin topikal: krim
pimekrolimus 1%5-6,10-11 (A,1), salep
takrolimus 0,1% 2 kali sehari selama 4
minggu5-6,10,12 (A,1)
 Sedang/berat
o Kortikosteroid topikal kelas II: krim
desonide 0,05%5-6,10,13 (A,1), salep
aclometasone 0,05%5,6 2 kali sehari
selama 4 minggu
o Antijamur sistemik:
- Itrakonazol 200 mg/hari selama 1
minggu kemudian 200 mg/hari
selama 2 hari/bulan selama 11
bulan5-6,14 (A,1)
- Terbinafin 250 mg/hari selama 4-6
minggu (regimen kontinu) atau
250 mg/hari selama 12
hari/bulan untuk
bulan (regimen intermiten)5-6,14
(A,1)
 Urutan pilihan terapi
o Lini pertama
- Ketokonazol topikal5-7 (A,1)
- Kortikosteroid topikal potensi ringan-
sedang5-6,9-10,13 (A,1)
- AIAFp topikal5,6,8 (A,1)
o Lini kedua
- Lithium succinate/lithium gluconate
topikal5,10 (A,1)
- Krim ciclopirox5-7 (B,1)
- Inhibitor kalsineurin topikal5-6,10-12 (A,1)
o Lini ketiga
- Terbinafin oral5-6,14 (A,1)
- Itrakonazol oral5-6,14 (A,1)
- Gel metronidazol5,15 (A,1)
- Krim non steroid5,13 (A,1)
- Terbinafin topikal5,16 (A,1)
- Benzoil peroksida5,17 (D,4)
- Fototerapi5,18 (D,4)
Bayi

1. Daerah skalp
o Antijamur topikal: sampo ketokonazol 2%
2 kali/minggu selama 4 minggu5- 7,19,28
(A,1)
o Emolien: white petrolatum ointment sebagai
penggunaan sehari-hari5-6

o AIAFp: krim piroctone


olamine/alglycera/bisabolol setiap 12 jam5-6,8
(A,1)
2. Daerah non skalp
o Antijamur topikal: krim ketokonazol 2% 1 kali
sehari selama 7 hari5-6,29 (A,1)
o Kortikosteroid topikal kelas I: krim
hidrokortison 1% 1 kali sehari selama 7
hari5-6,29 (A,1)

Tindak lanjut:
Bila menjadi eritroderma atau bagian dari
penyakit Leiner: perlu dirawat untuk
pemantauan penggunaan antibiotik dan
kortikosteroid sistemik jangka panjang. Bila
ada kecurigaan penyakit Leterrer-Siwe perlu
kerjasama dengan dokter spesialis anak.
II. Edukasi
1. Menghindari faktor pemicu/pencetus misalnya5:

Penggunaan pendingin ruangan (air
conditioner) atau udara dengan
kelembapan rendah di lingkungan kerja

Hindari garukan yang dapat menyebabkan lesi
iritasi

Hindari bahan-bahan yang dapat
menimbulkan iritasi

Mengkonsumsi makanan rendah lemak

Tetap menjaga higiene kulit
2. Mencari faktor-faktor predisposisi yang diduga
sebagai penyebab5
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
perjalanan penyakit (tujuan pengobatan, hasil
pengobatan yang diharapkan, lama terapi, cara
penggunaan obat, dan efek samping obat yang
mungkin terjadi)5
4. Edukasi mengenai pentingnya perawatan kulit
dan menghindari pengobatan diluar yang
diresepkan6

8. Kepustakaan 1. CD, Hivnor C. Seborrheic dermatitis. Dalam: Wolff K,


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell
DJ,editor. Fitzpatrick’s Dematology in General Medicine.
Edisi ke-8. New York: Mc Graw-Hill; 2012. h259-66.
2. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic
dermatitis: an overview. Am Fam Physician. 2006 Jul
1;74(1):125-30.
3. Clark GW, Pope SM, Jaboori KA. Diagnosis and treatment
of seborrheic dermatitis. Am Fam Physician. 2015 Feb
1;91(3):185-90.
4. Dessinioti C, Katsambas A. Seborrheic dermatitis:
etiology, risk factors, and treatments: facts and
controversies. Clin Dermatol. 2013 Jul-Aug;31(4):343-51.
5. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Dermatitis
Seboroik 2017.
6. Cheong WK, Yeung CK, Torsekar RG, Suh DH, Ungpakorn
R, Widaty S, et al. Treatment of Seborrhoeic Dermatitis
in Asia: A Consensus Guide. Skin Appendage Disorders.
2015;1:189- 96.
7. Okokon EO, Verbeek JH, Ruotsalaienen JH, Ojo OA,
Bakhoya VN. Topical antifungals for seborrhoeic
dermatitis (review). The Cochrane Library. 2015;4:1-229.
8. Veraldi S, Menter A, Innocenti M. Treatment of mild to
moderate seborrhoeic dermatitis with MAS064D
(Sebaclair®), a novel topical medical device: results of a
pilot, randomized, double- blind, controlled trial. JEADV.
2008;22:290-6.
dr.Khairur Rahmah,SpKK
dr.Ridha Raudah,SpKK

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


SMF KULIT

Miliaria (L74.3)

1. No. ICD-10
(L74.3)

2. Pengertian Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat


(Definisi) yang disebabkan oklusi duktus ekrin, ditandai dengan
erupsi papul-vesikel, tersebar di tempat predileksi,
dapat mengenai bayi, anak dan dewasa.1

3. Anamnesa 1. Riwayat hiperhidrosis, berada di lingkungan panas dan


lembab, bayi yang dirawat dalam inkubator.1-4
2. Miliaria kristalina terdiri atas vesikel miliar (1-2 mm)
subkorneal, tanpa tanda radang, mudah pecah dan
deskuamasi dalam beberapa hari.1-5
3. Miliaria rubra merupakan jenis tersering, vesikel miliar atau
papulovesikel di atas dasar eritematosa, tersebar diskret.1-5
4. Miliaria pustulosa berasal dari miliaria rubra yang menjadi
pustul.1,2
5. Miliaria profunda merupakan kelanjutan miliaria rubra,
berbentuk papul putih, tanpa tanda radang.1-5

4. Pemeriksaan
Fisik
5. Pemeriksaan Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk
Penunjang diagnosis.1-5 (D,5)

6. Diagnosa 4. Pada bayi1,2 : dermatitis atopik, skabies, psoriasis


Banding
5. Pada anak dan dewasa1,3: psoriasis, dermatitis atopik,
dermatitis kontak, impetigo, tinea
6. Di lipatan: dermatitis intertriginosa, kandidosis kutis
Harus disingkirkan: histiositosis sel Langerhans (pada
bayi)1
7. Pengobatan Pengobatan simtomatik dan menghindari faktor pencetus

Non medikamentosa
Mandi setiap kali berkeringat

Medikamentosa
Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan
indikasi sebagai berikut:
1.Bedak kocok mengandung kalamin, dapat ditambahkan
antipruritus (mentol).4 (D,5)
1. Miliaria rubra dengan inflamasi berat dapat
diberikan kortikosteroid topikal, bila terdapat
infeksi sekunder: antibiotik topikal.4 (D,5)
2. Miliria profunda diberikan lanolin anhidrous,
bila luas dapat diberikan isotretinoin.5,6 (C,4)

II. Edukasi
Menghindari banyak berkeringat, pilih
lingkungan yang lebih sejuk dan sirkulasi udara
(ventilasi) cukup. Mandi memakai sabun. Pakai
pakaian tipis dan menyerap keringat. 1-5,7,8 (C,4)

8. Kepustakaan 1. Paller AS, Mancini AJ Disorders of the Sebaceous and Sweat Glands.
Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. Edisi ke-4. Canada: Elsevier;
2016.h.175-92.
2. Suh KN, Keystone JS. Helminthic infections. Dalam: Wolff K, Goldsmith
LA, Freedberg IM, Fealey RD, Hebert AA. Disorders of the eccrine
sweat glands and sweating. Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw Hill Companies Inc;
2012.h.946.
3. Goddard DS, Gilliam AE, Frieden IJ. Vesicobullous and erosive diseases
in newborn. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer JV. Dermatology. Edisi
ke-3. New York: Elsevier; 2012.h.528- 9.
4. Coulson IH, Wilson NJE. Disorders of sweat glands. Dalam: Griffiths C,
Barker J, Bleiker T, Chalmer R, Creamer D. Rook’s Textbook of
Dermatology. Edisi ke-9. United Kingdom: Willey Blackwell;
2016.h.94.1-19.
5. Chadwick PW, HeymannWR.Miliaria. Dalam: Lebwohl MG, berth-
Jones J, Heymann WR, Coulson I, editor. Treatment of skin
disease.Comprehensive Theapeutic strategies.Edisi ke-4. London:
Elsevier Saunders, 2014.h.457-9
6. Kirk JF, Wilson BB, Chun W, Cooper PH. Miliaria profunda. J Am Acad
Dermatol. 1996;35:54-6.
7. Carter R, Garcia AM, Souhan BE. Patients presenting with miliaria
while wearing ame resistant clothing in high ambient temperatures: a
case series. J Med Case Reports. 2011;5:474.
8. Haas N, Martens F, Henz BM. Miliaria crystallina in an intensive care
setting. Clinical and experimental dermatology. 2004;29:32-4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF KULIT

Pitiriasis Alba

1. No. ICD-10
(L30.5)
2. Pengertian Pitiriasis alba adalah suatu kelainan kulit berupa makula
(Definisi) hipopigmentasi dengan batas tidak tegas1,2 disertai
skuama putih halus (powdery white scale) pada
permukaannya, yang timbul terutama di daerah wajah,
diduga berhubungan dengan riwayat pajanan sinar
matahari.1,3

3. Anamnesa 
Terutama timbul pada anak dan remaja1-3, usia antara 3
sampai 16 tahun. angka kejadian pada lelaki dan
perempuan sama.2

Umumnya asimtomatik, terdapat beberapa kasus dengan
keluhan gatal atau rasa terbakar.1

Faktor yang diduga sebagai pencetus: pajanan sinar
matahari, frekuensi mandi, dan pajanan air panas.3

Pitiriasis alba dapat menjadi gambaran klinis dari dermatitis
atopik2,3
ringan.3

4. Pemeriksaan
Fisik
5. Pemeriksaan
Penunjang
6. Diagnosa
Banding
7. Pengobatan
8. Kepustakaan

Anda mungkin juga menyukai