Anda di halaman 1dari 6

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Mikroorganisme

Karies

Host Substrat

Tidak Karies
Waktu

Faktor Risiko Karies


1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Letak geografis
4. Kesadaran, sikap,
perilaku
5. Pendidikan kesehatan
gigi dan mulut

26
27

3.2 Konsep Penelitian

Faktor Risiko Karies

Usia

Pedesaan Frekuensi
Karies
Letak Geografis

Perkotaan Frekuensi
Karies

Jenis Kelamin

Perilaku

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

3.3 Hipotesis Penelitian

Karies tidak hanya disebabkan oleh faktor yang ada di dalam mulut

atau yang langsung berhubungan dengan karies, tetapi juga ada faktor luar yang

merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor

tersebut antara lain adalah lingkungan dan sosial budaya (Pratiwi 2013).

Lingkungan yang salah satunya berupa tempat tinggal dan sosial budaya yaitu
28

mata pencaharian dapat mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut seseorang

atau masyarakat ( Setyohadi dkk. 2012). Faktor kultur sosial yang berkembang

juga dapat menyebabkan banyaknya kejadian karies gigi. Budaya yang ada pada

masyarakat di pedesaan, misalnya menganggap bahwa karies adalah hal yang

biasa terjadi pada anak-anak, dapat sembuh seiring dengan bertambahnya usia

anak (Nurafifah dkk. 2013).

Masalah kesehatan gigi anak menunjukkan kecenderungan terus

meningkat di daerah pedesaan maupun perkotaan. Tingginya angka karies gigi

pada anak-anak dipengaruhi oleh faktor perilaku anak. Perilaku anak-anak erat

kaitannya dengan tingkat pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dan mulut.

Kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan ketidaktahuan akan bahaya

penyakit gigi dan mulut yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan,

menyebabkan anak-anak tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi yang ada

(Pradita dkk. 2013).

Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia

dini, karena usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta

larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat mempengaruhi keadaan

giginya. Hasil penelitian Ariefani (2000) tentang perbedaan pengetahuan anak

tentang kesehatan gigi antara anak SD perkotaan dan SD pedesaan di Kabupaten

Blitar menunjukan bahwa rata-rata pengetahuan anak tentang kesehatan gigi di

SD pedesaan lebih rendah dibandingkan SD di perkotaan. Hal ini dikarenakan

lokasi kedua SD tersebut, pelayanan kesehatan, sikap orang tua, media cetak,

elektronik sehingga perbedaan itu terjadi antara SD di perkotaan dan pedesaan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk


29

terbentuknya tindakan seseorang, oleh karena itu berdasarkan pengalaman dan

penelitian, terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang akan lebih

awet daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan anak

sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau

tidaknya kebersihan gigi dan mulut anak. Tingkat pengetahuan kesehatan pada

anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari orang tua, karena peran orang tua

sangat mempengaruhi keadaan kesehatan gigi dan mulut anak (Pradita dkk. 2013).

Kesehatan gigi anak sangat bergantung pada orang tua atau orang yang

mengasuhnya. Oleh karena itu orang tua serta anak-anak perlu mendapatkan

informasi dan pengetahuan tentang karies gigi agar memperoleh kesehatan gigi

dan mulut yang optimal (Widayanti 2013).

Selain pendidikan, peran orang tua, usia, pengetahuan anak dipengaruhi

oleh lingkungan tempat mereka tinggal. Lingkungan adalah segala sesuatu yang

ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap masuknya pengetahuan ke seseorang yang berada dalam

lingkungan tersebut. Menurut penelitian Nurchasanah (2006), menunjukkan

bahwa lingkungan tempat tinggal mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran

mengenai kesehatan gigi. Daerah pedesaan dan perkotaan yang berbeda situasi

dan kondisi akan sangat berpengaruh terhadap kesadaran tentang kesehatan gigi

dan mulut anak-anak.

Kebiasaan anak yang suka mengkonsumsi makanan kariogenik akan

meningkatkan risiko terkena karies. Makanan yang mengandung karbohidrat

khusunya gula banyak terkandung dalam jajanan yang dikonsumsi anak sekolah.

Kebiasaan anak makan cokelat, permen terlalu sering dan tidak diakhiri dengan
30

menggosok gigi, dapat mempercepat terjadinya karies gigi (Nurafifah 2013).

Kesadaran anak-anak, tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut masih sangat

rendah dan belum menjadi prioritas terutama di daerah pedesaan dimana

rendahnya kesadaran atau perhatian orang tua untuk membawa anaknya

memeriksakan gigi juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingginya

frekuensi karies pada anak-anak (Prasetya dkk. 2016). Anak Taman Kanak-Kanak

(TK) yang terletak di daerah pinggiran, dengan asumsi letaknya yang cenderung

jauh dari perkotaan dan perawatan kesehatan gigi cenderung kurang mendapat

perhatian sehingga meningkatkan faktor risiko terjadinya karies.

Menurut penelitian Rudi dkk (2010) mengenai analisis status kesehatan

gigi dan mulut pada murid kelas VI SD di Kota Jambi, menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan prevalensi karies daerah kota dan desa. Hal ini dimungkinkan

karena di daerah perkotaan sarana komunikasi dan transportasi lebih merata,

sehingga tiap pelosok lebih dapat terjangkau program usaha kesehatan umum dan

gigi. Orang tua di kota lebih mengetahui bagaimana menjaga kebersihan gigi dan

mulut anaknya serta lebih cepat mendapatkan pelayanan kesehatan gigi bila

memerlukan.

Tingginya angka karies gigi menunjukkan bahwa tenaga medis

pada bidang kesehatan gigi perlu memperkenalkan pendidikan kesehatan gigi

sedini mungkin pada anak agar mereka dapat mengetahui cara memelihara

kesehatan gigi dan mulut secara baik dan benar (Haryani 2003). Berdasarkan dari

uraian data diatas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa terdapat perbedaan

frekuensi karies gigi anak Taman Kanak-Kanak (TK) di daerah pedesaan dan
31

perkotaan dan frekuensi karies gigi anak Taman Kanak-Kanak (TK) di daerah

pedesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan.

Anda mungkin juga menyukai