Anda di halaman 1dari 18

Apa yang dimaksud dengan sampah?

Hani
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang
oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai
jika dikelola dengan prosedur yang benar.
Nugroho Panji, 2013. Panduan Membuat Kompos Cair. Jakarta: Pustaka baru
Press

Apa hasil dari penguraian sampah?


Sampah yang dapat terurai dapat menghasilkan kompos, sedangkan
sampah yang tidak dapat terurai akan di bakar di instalasi pengolahan sampah
terpadu, dimana sampah akan diolah ataupun di bakar untuk mengurangi
penggunaan lahan tempat pembuangan akhir (TPA). (LIPI, 2003)
Pembakaran sederhana menghasilkan panas, cahaya, air, dan karbon
monoksida. Abu sebagai kombinasi material akhir, terbentuk akibat pembakaran
tidak sempurna dan padatan baru yang terbentuk selama masa oksidasi. (LIPI,
2003)

Bagaimana cara mendapatkan air bersih yang sehat? Hani


Mengutip Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, air bersih adalah air
yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Berdasarkan penjelasan dalam aturan di atas, air bersih yang dimaksud tidak
hanya layak sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan
buang hajat, namun juga harus layak diminum.
Berikut beberapa prosesnya:
 Merebus. Rebuslah air bersih sampai matang atau mendidih (melebihi
suhu 100 derajat Celsius). Biarkan air tetap berada di atas api kompor
selama tiga hingga lima menit untuk memastikan kuman-kuman yang ada
di air tersebut sudah mati.
 Sodis (solar disinfection). Sodis adalah proses pemanasan air
menggunakan tenaga matahari. Caranya, masukkan air bersih dalam botol
bening. Lalu letakkan botol tersebut di atas genting atau atap rumah
selama empat hingga enam jam saat cuaca panas atau enam hingga
delapan jam saat cuaca berawan. Panas matahari dan sinar ultraviolet akan
membunuh kuman-kuman yang ada di dalam air sehingga air menjadi
layak minum.
 Klorinasi. Klorinasi adalah proses pemberian cairan yang mengandung
klorin (bisa dibeli di toko kimia) untuk membunuh bakteri dan kuman
yang ada di dalam air bersih.

Setelah melakukan salah satu proses diatas, untuk melihat sehat atau tidaknya air
yang akan kita konsumsi, kita dapat mengecek TDS air.
Menurut WHO (World Health Organization), kandungan mineral dalam
air tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan selama air masih dikategorikan
tawar. Meski begitu, WHO menetapkan standar kandungan padatan terlarut dalam
air minum yang terbagi menjadi beberapa kriteria level.

Kurang dari 300   Bagus sekali


300 – 600 Baik Baik
600 – 900  Bisa diminum
900 – 1.200 Buruk
900 – 1.200 Berbahaya

Sumber:
 WHO/SDE/WSH/03.04/16 tentang TDS dalam air minum.
 Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 yang
menetapkan standar TDS maksimum adalah 500 mg/l.

Berapa macam jenis jamban? hani


Untuk mencegah penularan penyakit yang berbasis lingkungan, kita semua harus
buang air besar (BAB) di jamban. Ada 3 jenis jamban : ( dinkes sumut, 2017)

1. Jamban Leher Angsa


Jamban ini, perlu air untuk menggelontor kotoran. Air yang terdapat pada leher
angsa adalah untuk menghindarkan bau dan mencegah masuknya lalat dan kecoa.

2. Jamban Cemplung
Jamban ini, tidak memerlukan air untuk menggelontor kotoran. Untuk
mengurangi bau serta agar lalat dan kecoa tidak masuk, lubang jamban perlu
ditutup.

3. Jamban Plengsengan
Jamban ini, perlu air untuk menggelontor kotoran. Lubang jamban perlu juga
ditutup.

Bagaimana gambaran SDM di puskesmas? hani


Standar Berdasarkan Permenkes 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
 Dokter Umum
 Dokter Gigi
 Perawat
 Bidan
 Tenaga Kefarmasian
 Tenaga Kesehatan Masyarakat
 Tenaga Kesehatan Lingkungan
 Tenaga Gizi
 TENAGA KESEHATAN
 Ahli Teknologi Laboratorium Medik

Apa tanda dan gejala penyakit DBD? hani


Gejala yang akan muncul seperti ditandai dengan demam mendadak, sakir
kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan menifestasi perdarahan seperti
mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan di bagian permukaan tubuh
pada penderita. ( kemenkes RI, 2017)
Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan
mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan
merasakan demam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua penderita
mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami
turunnya demam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat melakukan
aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan
pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan
trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Di fase
yang ketiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam
kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan
perlahan naik kembali normal kembali. (Kemenkes RI, 2017)

Bagaimana langkah-langkah melakukan penyelidikan epidemiologi kasus


DBD? hani
Dalam upaya kewaspadaan dini dan respon kejadian penyakit DBD
tentunya perlu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi DBD yang bertujuan untuk
mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan
penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal penderita.
Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan penyelidikan epidemiologi DBD di
Puskesmas, sebagai berikut:
a) Setelah menemukan/menerima laporan adanya penderita DBD, petugas
Puskesmas/Koordinator DBD segera mencatat dalam Buku Catatan Harian.
b) Menyiapkan peralatan survei seperti tensimeter, senter, formulir PE, dan surat
tugas.
c) Memberitahukan kepada Lurah/Kades dan Ketua RW/RT setempat bahwa di
wilayahnya ada tersangka/penderita DBD dan akan dilaksanakan PE.

Pelaksanaan PE sebagai berikut :


 Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan
wawancara dengan keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita
infeksi dengue lainnya (sudah ada konfirmasi dari RS atau unit yankes
lainnya), dan penderita demam saat itu dalam kurun waktu 1 minggu
sebelumnya.
 Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan
pemeriksaan kulit (petekie), dan uji torniquet untuk mencari kemungkinan
adanya suspek infeksi dengue.
 Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan
tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
aedes baik di dalam maupun di luar rumah/bangunan.
 Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi tempat tinggal
penderita.
 Bila penderita adalah siswa sekolah dan pekerja, maka selain dilakukan di
rumah penderita tersebut, PE juga dilakukan di sekolah/tempat kerja
penderita.Hasil pemeriksaan adanya penderita infeksi dengue lainnya dan
hasil pemeriksaan terhadap penderita suspek infeksi dengue dan
pemeriksaan jentik dicatat dalam formulir PE.
 Hasil PE segera dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten,
untuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan Kades/Lurah
setempat.
 Bila hasil PE positif (Ditemukan 1 atau lebih penderita infeksi dengue
lainnya dan/atau >3 penderita suspek infeksi dengue, dan ditemukan jentik
(>5%), dilakukan penanggulangan fokus (fogging fokus, penyuluhan PSN
3M Plus dan larvasida selektif, sedangkan bila negatif dilakukan PSN 3M
Plus, larvasida selektif dan penyuluhan.
( surveilans epidemiologi kabupaten sumedang)

Apa itu promosi kesehatan? Hani


Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang
direncanakan untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan. (Lawrence Green, 1990)

Bagaimana langkah-langkah pimpinan puskesmas mengadakan pertemuan


dengan staf puskesmas dan tokoh masyarakat? Hani
Menurut kemenkes RI tahun 2016 :
 Sosialisasi Eksternal

Petugas Puskesmas perlu melakukan sosialisasi tentang pendekatan


keluarga kepada camat, Ketua RT/RW, Lurah/Kepala Desa, ketua-ketua
organisasi kemasyarakatan seperti PKK, dan pemuka-pemuka masyarakat agar
pelak- sanaan pendekatan keluarga mendapat dukungan dari masyarakat.
 Sosialisasi di Kantor Kecamatan

Camat adalah pengambil keputusan pertama yang harus menjadi sasaran


sosialisasi di luar Puskesmas. Kepala Puskesmas meminta waktu khusus untuk
menghadap Camat guna mensosialisasikan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga kepada Camat. Sosialisasi kepada Camat tidak berbentuk
ceramah, tetapi lebih berupa dialog dan advokasi. Kepala
Puskesmas menyiapkan bahan dialog dan advokasi dengan baik (termasuk
data dan alat peraga yang diperlukan), disesuaikan dengan waktu yang diberikan
oleh Camat. Sosialisasi ini tidak perlu harus selesai dalam sekali temu-muka,
sehingga Kepala Puskesmas dapat merancang sosialisasi berkelanjutan kepada
Camat.
Kepala Puskesmas mengajukan permintaan untuk diadakannya sosialisasi
kepada para pejabat di kantor kecamatan, setelah dilakukan sosialisasi dan
pemahaman Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga kepada
Camat. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Camat dan sekaligus menjadi pem-
bicara. Kepala Puskesmas sebagai pendamping untuk menambah informasi yang
disampaikan oleh Camat.
 Sosialisasi untuk Lintas Sektor Tingkat Kecamatan

Peserta dari sosialisasi untuk lintas sektor tingkat kecamatan adalah para
pejabat lintas sektor di tingkat kecamatan. Sosialisasi untuk pejabat-pejabat lintas
sektor tingkat kecamatan ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan
komitmen kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan pendekatan keluarga oleh
Puskesmas. Sebagaimana pada sosialiasi ke pejabat-pejabat kantor kecamatan,
dalam sosialisasi diupayakan agar Camatlah yang mengundang dan Camat tidak
sekedar membuka pertemuan, tetapi berperan sebagai penyaji dan aktif meng-
awal sosialisasi sampai selesai. Hal ini penting dilakukan guna menciptakan
pemahaman bahwa pendekatan keluarga bukan hanya urusan sektor kesehatan.
Sosialisasi juga berguna untuk menaikkan kredibilitas pendekatan keluarga oleh
Puskesmas sebagai bagian dari arus utama (mainstream).
 Sosialisasi untuk Unsur-Unsur Masyarakat

Peserta dari sosialisasi untuk unsur-unsur masyarakat mencakup para


Ketua RT/RW, Lurah/Kepala Desa, ketua-ketua organisasi kemasyarakatan
seperti PKK, dan pemuka-pemuka masyarakat. Sebagaimana pada sosialisasi
untuk lintas sektor, sosialisasi ini pun sebaiknya Camat ikut berperan aktif dan
penuh. Sosialisasi ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman dari unsur-unsur
masyarakat, sehingga muncul komitmen untuk membantu pelaksanaannya.
Pengaturan tugas terintegrasi dalam pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga diharapkan akan terbentuk di tingkat kecamatan dengan
kedua jenis sosialisasi tersebut di atas. Pengaturan tugas tidak harus terbentuk
secara formal, melainkan dapat berupa jejaring koordinasi dan kerjasama antara
internal Puskesmas dengan pihak-pihak eksternal yang diharapkan
mendukungnya. Pengaturan tugas yang terintegrasi dapat digambarkan secara
skematis sebagai berikut.
Apa yang dimaksud dengan musyawarah masyarakat desa?
Musyawarah masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga
desa untuk membahas hasil Survei Mawas Diri dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari Survei Mawas Diri
(Depkes RI, 2007).

Apa saja langkah-langkah surveilance epidemiologi? (berkaitan dengan


DBD) hani,ozi
Pengumpulan Data Surveilans Epidemiologi
Pengumpulan Data adalah pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah
sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans
di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain. Survei khusus,
dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati.
Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara
dan pemeriksaan.
Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk. Menentukan
jenis dan karakteristik (penyebabnya). Menentukan reservoir
Transmisi Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB
A.    Sumber Data Surveilans
Salah satu system pengumpulan data yang dilakukan secara terus menerusdalam
epidemiologi dikenal dengan surveilans. Sebagai sumber datasurveilans, WHO
merekomendasikan 10 macam sumber data yang dapat dipakai :
1.      Data mortaliatas
2.      Data morbiditas
3.      Data pemeriksaan laboratorium
4.      Laporan penyakit
5.      Penyelidikan peristiwa penyakit
6.      Laporan wabah
7.      Laporan penyelidikan wabah
8.      Survey penyakit, vector dan reservoir
9.      Pengunaan obat, vaksin dan serum
10.  Demografi dan lingkungan

B. Macam-macam sumber data menurut


(Kepmenkes RI No.1116/Menkes/SK/VIII/2003):
1.      Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
danmasyarakat
2.  Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatanserta laporan
kantor pemerintah dan masyarakat
3.      Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukandan
masyarakat
4.      Data geografi yang dapat diperoleh dari unit unit meteorologi dan geofisika
5.      Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatandan
masyarakat
6.      Data kondisi lingkungan
7.      Laporan wabah
8.      Laporan penyelidikan wabah/KLB
9.      Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan
10.  Studi epidemiology dan hasil penelitian lainnya
11.  Data hewan dan vektor sumber penular penyakit yang dapat diperolehdari
unit pelayanan kesehatan dan masyarakat
12.  Laporan kondisi pangan
C.     Metode Pengumpulan Data
Dalam surveilans, data dikumpul melalui sistem pelaporan yang ada.
Berdasarkan keperluannya, pengumpulan data untuk surveilans dibedakan
menurut sumber data yaitu primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan secara
langsung dari penderita di lokasi dan sarana kejadian penyakit.  
Data sekunder dikumpulkan dari sumber data laporan rutin yangada atau
sumber khusus tambahan lain sesuai variabel yang diperlukan. Surveilans secara
rutin sering menggunakan cara ini. Ada data tersier yaitu data yang diambil dari
hasil kajian, analisis data atau makalah yang telah dipublikasikan. Besarnya
sumber data sangat tergantung pada populasi, yaitu data yang diambil dari semua
penduduk merupakan data yang diamati atau yang berisiko terkena penyakit
(reference population) di suatu wilayah dimana penyakit terjadi (desa, kecamatan,
kebupaten, provinsi atau negara). Sistem surveilans rutin di kabupaten
menggunakan cara ini melaluilaporan sarana kesehatan (Puskesmas) yang
menjangkau seluruh wilayah kabupaten. Dalam survei khusus, cara ini jarang
dilakukan karena mahal dan membutuhkan waktu lama. Untuk data sampel, yaitu
data yang diambil darisebagian penduduk atau sebagian puskesmas yang dianggap
mewakili seluruh penduduk atau wilayah dimana kejadian penyakit berlangsung
atau berisiko terkena penyakit. 
Dalam survei khusus cara ini sering dilakukankarena lebih cepat dan
murah. Bila menggunakan sampel, pemilihan sampel basanya dilakukan
mengikuti ketentuan statistik. Pertama, perlu menentukanunit sampel yang akan
dipilih yaitu sampel perorangan atau kelompok (kluster ), sehingga langkah
selanjutnya dapat membuat daftar unit sampelsecara berurutan, dan
menetapkan besar atau jumlah sampel. Besar sampel ditentukan oleh populasi
penduduk yang akan diwakilidan perkiraan besarnya prevalensi dari penyakit
yang dipantau.
Umumnya makin besar jumlah sampel, makin baik informasi yang
dihasilkan tentang penduduk yang diwakilinya.
Bandingkan besar sampel dan ketepatan hasil (lebar range prevalensi yang
dihasilkan) pada tabel tertentu. Kemudian unitsampel dipilih sesuai jumlah yang
ditentukan, yang bisa dilakukan secara acak (random), sistematik (pilihan
berselang seling) atau kombinasi caratersebut. Cara ini memberikan sampel yang
dapat mewakili semua populasiyang diamati. Kadang-kadang sampel terpaksa
dipilih sesuai kepentingan pengamatan (selektif, purposive), biasanya bila
penyakit sangat jarang terjadi. Cara ini mewakili populasi yang diamati.
Sampel dapat berganti setiap waktu dan setiap pengamatan, atau
dapat berupa sampel tetap untuk diikuti terus selama periode pengamatan(sentinel,
kohort). Data dapat dikumpulkan sesaat, yaitu data tentang kejadian penyakit atau
kematian yang dikumpul pada tempat dan saat kejadian penyakit sedang
berlangsung (cross sectional).
Data penyakit sesaat tersebut (prevalens) dapat dikumpul dalam suatu
periode waktu yang singkat (misalnya 1 hari, disebut point prevalence) atau
periode yang lebih panjang (minggu, bula, tahun, disebut period prevalence). Data
kejadian diwaktu lalu, yaitu data yang dikumpul tentang kejadian penyakit atau
kematian yang sudah terjadi pada waktu lalu (restrospective).
Untuk mencari faktor risiko penyebab penyakit atau kematian sedangkan
data kejadian di waktu mendatang, yaitu data yang dikumpul tentang kejadian
penyakit atau kematian yang sedang berlangsung dan akan terjadi pada waktu
mendatang yang periodenya telah ditetapkan sebelumnya(prospective). Tujuannya
adalah memantau besarnya pengaruh suatu factor risiko atau intervensi program
tertentu timbulnya penyakit atau kematian. Sifat kejadian penyakit yang dipantau
berdasarkan data kasus lama, yaitu penderita yang sudah menderita sakit (dan saat
ini masih sakit, sudah sembuh atau sudah meninggal) sejak sebelum pengumpulan
data dilakukan. Penemuan kasus lama dapat dipakai untuk menilai
efektivitas pengobatan, pelaksanaan pengobatan standar, resistensi, adanya
pengaruh faktor risiko lingkungan dan perilaku sehingga sakit berlangsung lama.
Sedangkan kasus baru, yaitu penderita yang baru menderita sakit pada saat peiode
pengumpulan data dilakukan selanjutnya cara penemuan kasus baru, terutama bila
terjadi dalam waktu singkat. Dipakai untuk menilai adanya KLB atau wabah di
suatu tempat, yang memerlukan tindak lanjut.

D.    Alat pengumpulan Data


Untuk pengumpulan data surveilans diperlukan alat bantu yang harus disiapkan
lebih dulu. Alat bantu pengumpulan data dapat berupa daftar register penderita,
kuesioner, formulir, tabel atau cheklist yang memuat variabel yang berkaitan
dengan penyakit yang diamati. Alat bantu baku disediakan untuk pengumpulan
data rutin. Pada KLB/ wabah perlu dibuatkan alat bantu baru tentang faktor
penyebab dan faktor risiko penularan yang berkaitan dengan penyakit pada
KLB/wabah tersebut. Pengumpulan data membutuhkan serangkaian kegiatan
pengelolaan tersendiri oleh tim surveilans meliputi perencanaan
kegiatan, pengorganisasian,
pembiayaan dan penjadwalan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi hasil
pengumpulan data. Pengumpulan data pada Surveilans Epidemilogi Terpadu pada
unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyimpulkan data dari : 1.
Laporan bulanan Puskesmas (form 4, STP.Plus)
2. Laporan bulanan rumah sakit (form 5a dan 5b, STP.RS)
3. Laporan bulanan laboratorium (form 6a. STP.Lab 1 dan form 6b.STP.Lab 2)
4. Laporan mingguan PWS-KLB (form 3. PWS-KLB)

Pada Puskesmas dan rumah sakit sentinel melaporkan laporan bulanan dari
pelayanan kesehatan swasta. 
Praktik pengumpulan data dari laporan puskesmas, meringkas dalam bentuk tabel.
Dari penjelasan tersebut maka dapat dirumuskan tujuan dari pengumpulan data
adalah menentukan kelompok/golongan populasi yang berisiko (umur, sex,
bangsa, pekerjaan dan lainnya), menentukan jenis agent dan karakteristiknya,
menentukan reservoir infeksi, memastikan penyebab trasmisi, dan mencatat
kejadian penyakit.

E.     Waktu Pengumpulan Data


Waktu pengumpulan data pada sistem surveilans meliputi:
1. Rutin bulanan. Laporan yang berkaitan dengan perencanaan dan
evaluasi program dari sumber data yang dilakukan oleh Puskesmas yaitu 
SP2TP(Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas)
2. Rutin harian dan mingguan. Laporan tersebut berkaitan dengan Sistem
Kewaspadaan Dini (SKD) dari kejadian Luar Biasa (KLB)
3. nsidensitil adalah laporan sewaktu-waktu seperti laporan W1 untuk
Kejadian Luar Biasa (KLB)
4. Laporan berdasarkan hasil survei.

Pengolahan Data Surveilans Epidemiologi


Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam
metodeilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan
maknayang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang
telah dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan
kategorisasi, dilakukan manipulasi serta diperas sedemikian rupa sehingga data
tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk
menguji hipotesa atau pertanyaan penelitian. Mengadakan manipulasi terhadap
data mentah berarti mengubah data mentah tersebut dari bentuk awalnya menjadi
suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan
antara fenomena.
Beberapa tingkatan kegiatan perlu dilakukan, antara lain memeriksa data
mentah sekali lagi, membuatnya dalam bentuk tabel yang berguna, baik secara
manual ataupun dengan menggunakan komputer. Setelah data disusun dalam
kelompok-kelompok serta hubungan-hubungan yang terjadi dianalisa, perlu pula
dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi dan
membandingkannya dengan fenomena-fenomena lain di luar penelitian tersebut.
Berdasarkan pengolahan data tersebut, perlu dianalisis dan dilakukan penarikan
kesimpulan hasil penelitian. Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai
proses mengartikan data-data lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat
penelitian.
Misalnya dalam rancangan penelitian kuantitatif, maka angka-angka yang
diperoleh melalui alat pengumpul data tersebut harus diolah secara kuantitatif,
baik melalui pengolahan statistik inferensial maupun statistik deskriptif.
Lain halnya dalam rancangan penelitian kualitatif, maka pengolahan data
menggunakan teknik nonstatitistik, mengingat data-data lapangan diperoleh dalam
bentuk narasi atau kata-kata, bukan angka-angka. Mengingat data lapangan
disajikan dalam bentuk narasi kata-kata, maka pengolahan datanya tidak bisa
dikuantifikasikan. 
Perbedaan ini harus dipahami oleh peneliti atau siapapun yang melakukan
penelitian,
sehingga penyajian data dan analisis kesimpulan penelitian relevan dengan sifat at
au jenis data dan prosedur pengolahan data yang akan digunakan.
Makna penelitian yang diperoleh dalam pengolahan data, tidak sampai
menjawab pada analisis “kemengapaan” tentang makna-makna yang diperoleh.
Misalnya dalam rancangan penelitian kuantitatif, maka angka-angka yang
diperoleh melalui alat pengumpul data tersebut harus diolah secara
kuantitatif, baik melalui pengolahan statistik inferensial maupun statistik
deskriptif.

1.      Jenis Dataa
a.       Data kualitatif
Data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan
atau berupa kata-kata.
b.      Data kuantitatif
Data kuantitaif merupakan data yang dihasilkan dari pengukuran,dapat berupa
bilangan bulat atau desimal. Berbeda dengan data kualitatif, data kuantitatif
hasilnya dinyatakan dalam kuantitas numerik terhadap ciri tertentu yang
disebut variabel, misalnya jumlah bakteri yang terdapat dalam sampel air. 

2.      Pengolahan Data
a.       Penyusunan data
Data yang sudah ada perlu dikumpulkan semua agar mudah untuk mengecek
apakah semua data yang dibutuhkan sudah terekapsemua. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.
Penyusunan data harus dipilih data yang ada hubungannya dengan penelitian, dan
benar-benar otentik. Adapun data yang diambil melalui wawancara harus
dipisahkan antara pendapat responden dan pendapat interviwer. 
b.       Klasifikasi data
Klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan, mengelompokkan,dan
memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu yang telahdibuat dan
ditentukan oleh peneliti. Keuntungan klasifikasi data iniadalah untuk
memudahkan pengujian hipotesis.

c.       Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Jenis
data akan menentukan apakah peneliti akan menggunakan teknik kualitatif atau
kuantitatif. Data kualitatif diolah dengan menggunakan teknikstatistika baik
statistika non parametrik maupun statistika parametrik.
d.      Interpretasi hasil pengolahan data
Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan analisisdatanya dengan
cermat. Kemudian langkah selanjutnya penelitimenginterpretasikan hasil analisis
akhirnya peneliti menarik suatukesimpulan yang berisikan intisari dari seluruh
rangkaian kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya. 
 Menginterpretasikan hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain:
interpretasi tidak melenceng dari hasil analisis, interpretasi harus masih dalam
batas kerangka penelitian, dan secara etis peneliti rela mengemukakan kesulitan
dan hambatan-hambatan sewaktu dalam penelitian.

3.      Pengolahan Data Penelitian Secara Kualitatif dan Kuantitatif


a. Pengolahan Data Kualitatif  
Pengolahan data kualitatif dalam penelitian akan melalui tiga kegiatan analisis
yakni sebagai berikut. 
i.                    Reduksi Data Reduksi 
Data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi dat kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Dalam kegiatan reduksi data dilakukan pemilahan-pemilahan tentang:
bagian data yang perlu diberi kode, bagian data yang harus dibuang, dan pola
yang harus dilakukan peringkasan. Jadi dalam kegiatan reduksidata dilakukan:
penajaman data, penggolongan data, pengarahan data, pembuangan data yang
tidak perlu, pengorganisasian data untuk bahan menarik kesimpulan. Kegiatan
reduksi data ini dapat dilakukan melalui: seleksi data yang ketat,
pembuatan ringkasan, dan menggolongkan data menjadi suatu pola yanglebih luas
dan mudah dipahami.
ii.                  Penyajian Data 
Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang tersusun
sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian yang sering digunakan adalah dalam bentuk
naratif, bentuk matriks, grafik, dan bagan.

b.      Pengolahan Data Kuantitatif  


i.                    Mengelompokkan Data
Ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif tidak
memerlukan perhitungan matematis. Sebaliknya, data kuantitatif memerlukan
adanya perhitungan secara matematis. Oleh sebab itu, data kuantitatif perlu diolah
dan dianalisis antara lain dengan statistik. Untuk mengolah dan menganalisis data,
ada dua macam statistik, yaitu statistic deskriptif dan statistik inferensial. 
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian
melalui pengukuran. Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan
membuat generalisasi.
ii.                  Kegiatan Awal dalam Mengelompokkan Data 
Agar data dapat dikelompokkan secara baik, perlu dilakukan kegiatan awal
sebagai berikut :
 Editing , yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar
pertanyaan, kartu atau buku register.
 Coding , yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang terkumpul
di setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan
dalam penganalisisan dan penafsiran data.
 Tabulating  (penyusunan data), yaitu pengorganisasian data sedemikian
rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk
disajikan dan dianalisis. Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain dengan metode Tally, menggunakan kartu, dan
menggunakan komputer.

iii.                Pengolahan Statistik Sederhana 


Pengolahan statistik adalah cara mengolah data kuantitatif sehingga data
mempunyai arti. Biasanya pengolahan data dilakukan dengan beberapa macam
teknik, misalnya distribusi frekuensi (sebaran frekuensi) dan ukuran memusat
(mean, median, modus).
c.       Menarik Kesimpulan/Verifikasi 
Sejak langkah awal dalam pengumpulan data, peneliti sudah mulai mencari arti
tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi
tertentu. Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesa-
gesa, tetapi secara bertahap dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan
data.

Analisis Deskriptif Data Surveilans Epidemiologi


Analisis Deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji
generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sample.
Jenis-Jenis Analisis Deskriptif Data
1.      Analisis Data Menurut Waktu
2.      Analisis Data Menurut Tempat
3.      Analisis Data Menurut Orang

Interpretasi secara Deskriptif dan Interferensial


Interpretasi Data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis
dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu untuk menemukan makna dari
data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang
diperbaiki. Interpretasi data perlu dilakukan peneliti untuk memberikan arti
mengenai bagaimana tindakan yang dilakukan mempengaruhi peserta didik.
Interpretasi data juga penting untuk menantang guru agar mengecek kebenaran
asumsi atau keyakinan yang dimilikinya
 Teknik Dalam Melakukan Interpretasi Data
1.      Menghubungkan data dengan pengalaman diri guru atau peneliti
2.      Mengaitkan temuan (data) dengan hasil kajian pustaka atau teori terkait
3.      Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan mengenai penelitian
dan implikasi hasil penelitian
4.      Meminta nasihat teman sejawat jika mengalami kesulitan

Diseminasi Data Surveilans Epiemiologi


Menurut Depkes RI (2003), diseminasi adalah suatu kegiatanyang
ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka
memperoleh informasi, timbulkesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan
informasi tersebut. Dandiseminasi data Surveilans adalah penyebar luasan
informasi, yang baik harusdapat memberikan informasi yang mudah dimengerti
dan dimanfaatkan dalammenentukan arah kebijakan kegiatan, upaya pengendalian
serta evaluasi program, contohnya:
1.      Membuat suatu laporan hasil kajian yang disampaikan kepada atasan
2.      Membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan
3.      Membuat suatu tulisan di majalah rutin
4.      Memanfaatkan media internet

Anda mungkin juga menyukai

  • Cmwe 8 CWH
    Cmwe 8 CWH
    Dokumen3 halaman
    Cmwe 8 CWH
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Plewwwwwqqqqq
    Plewwwwwqqqqq
    Dokumen2 halaman
    Plewwwwwqqqqq
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • 9 Ewmdimc
    9 Ewmdimc
    Dokumen4 halaman
    9 Ewmdimc
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Plewwwwqqq
    Plewwwwqqq
    Dokumen9 halaman
    Plewwwwqqq
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Xuwxbuwsxew
    Xuwxbuwsxew
    Dokumen3 halaman
    Xuwxbuwsxew
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Ceuwrfbi
    Ceuwrfbi
    Dokumen9 halaman
    Ceuwrfbi
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Blok 28 Skenario A
    Laporan Tutorial Blok 28 Skenario A
    Dokumen45 halaman
    Laporan Tutorial Blok 28 Skenario A
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Dsmcvdoew
    Dsmcvdoew
    Dokumen8 halaman
    Dsmcvdoew
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Bxsuyvxuwe
    Bxsuyvxuwe
    Dokumen4 halaman
    Bxsuyvxuwe
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Nicedawq
    Nicedawq
    Dokumen2 halaman
    Nicedawq
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Xvyasvcyw
    Xvyasvcyw
    Dokumen3 halaman
    Xvyasvcyw
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Dncjcu
    Dncjcu
    Dokumen16 halaman
    Dncjcu
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • CC SDJKC
    CC SDJKC
    Dokumen5 halaman
    CC SDJKC
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Referat Gangguan Mental Organik
    Referat Gangguan Mental Organik
    Dokumen26 halaman
    Referat Gangguan Mental Organik
    muhammad reza
    100% (1)
  • Ciwnec
    Ciwnec
    Dokumen3 halaman
    Ciwnec
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Dixi
    Dixi
    Dokumen6 halaman
    Dixi
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    Dokumen66 halaman
    Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    RifqiUlwanHamidin
    Belum ada peringkat
  • Coxsackie Virus
    Coxsackie Virus
    Dokumen3 halaman
    Coxsackie Virus
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    Dokumen66 halaman
    Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    RifqiUlwanHamidin
    Belum ada peringkat
  • 8609 20035 1 SM PDF
    8609 20035 1 SM PDF
    Dokumen5 halaman
    8609 20035 1 SM PDF
    Indah Nevhita L
    Belum ada peringkat
  • DNDHDJ
    DNDHDJ
    Dokumen11 halaman
    DNDHDJ
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Hal Yang Harus Diperbaiki Untuk Skripsi
    Hal Yang Harus Diperbaiki Untuk Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Hal Yang Harus Diperbaiki Untuk Skripsi
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • SKENARIO A Blok 25 Tahun 2019 I. Skenario
    SKENARIO A Blok 25 Tahun 2019 I. Skenario
    Dokumen5 halaman
    SKENARIO A Blok 25 Tahun 2019 I. Skenario
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Blok 25 Debb
    Laporan Blok 25 Debb
    Dokumen13 halaman
    Laporan Blok 25 Debb
    Dibyo Wiranto
    Belum ada peringkat
  • MSLACKM
    MSLACKM
    Dokumen5 halaman
    MSLACKM
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Ducj
    Ducj
    Dokumen17 halaman
    Ducj
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Jcjfncnzsu
    Jcjfncnzsu
    Dokumen28 halaman
    Jcjfncnzsu
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • CC SDJKC
    CC SDJKC
    Dokumen5 halaman
    CC SDJKC
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Lpelfitjf
    Lpelfitjf
    Dokumen4 halaman
    Lpelfitjf
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat