Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted
Helminths merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia
yang agak diremehkan oleh masyarakat. Infeksi kecacingan tergolong
neglected disease yaitu infeksi yang kurang diperhatikan oleh masyarakat
dan penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala klinis yang
jelas tetapi dampak yang ditimbulkan baru terlihat dalam waktu yang
lama, contohnya adalah kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang, dan
gangguan kognitif pada anak. Jenis cacing Soil Transmitted Helminths
diantaranya adalah Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale,
Necator americanus, Trcihuaris trichiura dan Strongyloides stercoralis.
Penyakit kecacingan dapat juga meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit penting seperti malaria, TBC, diare, dan anemia (Bethony, dkk
2006). Diantara keempat jenis cacing tersebut, Ascaris Lumbricoides
merupakan jenis cacing yang prevelansinya terbesar (Bogitsh, dkk 2005).
Menurut WHO (2019), faktor risiko kecacingan antara lain umur,
jenis kelamin, imunisasi, sumber air bersih, pembuangan tinja, serta faktor
lingkungan fisik seperti kelembapan tanah, adanya lahan pertanian, faktor
sosial, faktor ekonomi (meliputi pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan).
Selain itu, personal hygiene juga berperan dalam pencegahan infeksi
cacing STH seperti contoh cuci tangan. Dalam penelitian yang dilakukan
pada siswa SD di kecamatan Blang Mangat Kota Lhoksseumawe,
ditemukan keterkaitan antara perilaku cuci tangan yang baik dengan
infeksi cacing STH.
Pada tahun 2019, WHO (World Health Organization) melaporkan
bahwa lebih dari 24% dari populasi dunia mengalami infeksi kecacingan
dan 60% diantaranya adalah anak-anak. Sementara di Indonesia, menurut
survei DepKes RI (2006) untuk semua umur menyentuh angka 40%-60%.

1
2

Terkontaminasinya tanah dengan tinja yang mengandung telur atau larva


cacing merupakan cara penyebaran penyakit ini. Telur dan larva masuk
kedalam tubuh melalui mulut bersama makanan dan minuman yang
terkontaminasi telur cacing atau tercemar tangan yang kotor dapat
menyebabkan terjadinya infeksi.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang bisa
ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Santri merupakan siswa yang
belajar di pondok pesantren sedagkan kiai merupakan orang yang
pemimpin atau pengasuh di pondok pesantren. Sistem asrama
diberlakukan di pondok pesantren, kegiatan makan, belajar, bermain,
mengaji hingga tidur dilakukan oleh santri secara bersama-sama (Zarkasyi
dalam Misbach, 1996).
Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah
kebersihan anak-anak, dalam kasus ini adalah santri pondok pesantren
sabulussalam Palembang berhubungan atau tidak dengan infeksi cacing
usus STH sehingga peneliti membuat penelitian tentang hubungan
kebiasaan cuci tangan dengan infeksi cacing STH di pondok pesantren
Sabulussalam Palembang.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan antara kebersihan individu dengan infeksi
STH pada anak-anak?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui apakah ada hubungan antara kebersihan individu
dengan infeksi STH pada anak-anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian terinfeksi kecacingan pada
santri Sabulussalam.
2. Untuk mengetahui spesies infeksi kecacingan pada santri.
3

3. Untuk mendeskripsikan kebersihan lingkungan pondok


pesantren.
4. Untuk mengetahui kaitan antara angka kejadian infeksi cacing
usus STH dengan perilaku cuci tangan di pondok pesantren
Sabulussalam.
1.4 Hipotesis
Kebersihan individu santri pondok pesantren Sabulussalam
Palembang mempengaruhi terjadinya infeksi cacing usus pada santri
Pondok pesantren Sabulussalam Palembang.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat penelitian
1 Menjadi tambahan pengetahuan bagi institusi kesehatan
tentang infeksi cacing STH.
2 Menjadi informasi data atau rujukan untuk penelitian
selanjutnya.
3 Menjadi masukan bagi pembaca untuk mencegah terjadinya
infeksi cacing STH
1.5.1 Manfaat bagi peneliti
1. Peneliti mendapatkan pengalaman dalam meneliti masalah
kesehatan pada masyarakat.
2. Peneliti dapat menyalurkan ilmu sekaligus memberi edukasi
kepada masyarakat yang kurang mengetahui faktor-faktor
risiko kecacingan.
1.5.2 Manfaat Bagi pondok pesantren
1. Masyarakat dapat mengetahui risiko kecacingan pada anak.
2. Masyarakat dapat lebih mewaspadai akan terjadinya
kecacingan pada anak.
3. Dapat mencegah terjadinya infeksi cacing usus pada
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Cmwe 8 CWH
    Cmwe 8 CWH
    Dokumen3 halaman
    Cmwe 8 CWH
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Plewwwwwqqqqq
    Plewwwwwqqqqq
    Dokumen2 halaman
    Plewwwwwqqqqq
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Xvyasvcyw
    Xvyasvcyw
    Dokumen3 halaman
    Xvyasvcyw
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • MCQ Mutu
    MCQ Mutu
    Dokumen9 halaman
    MCQ Mutu
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • 9 Ewmdimc
    9 Ewmdimc
    Dokumen4 halaman
    9 Ewmdimc
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Ceuwrfbi
    Ceuwrfbi
    Dokumen9 halaman
    Ceuwrfbi
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Blok 28 Skenario A
    Laporan Tutorial Blok 28 Skenario A
    Dokumen45 halaman
    Laporan Tutorial Blok 28 Skenario A
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Dsmcvdoew
    Dsmcvdoew
    Dokumen8 halaman
    Dsmcvdoew
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • CC SDJKC
    CC SDJKC
    Dokumen5 halaman
    CC SDJKC
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Ciwnec
    Ciwnec
    Dokumen3 halaman
    Ciwnec
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Bxsuyvxuwe
    Bxsuyvxuwe
    Dokumen4 halaman
    Bxsuyvxuwe
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • 8609 20035 1 SM PDF
    8609 20035 1 SM PDF
    Dokumen5 halaman
    8609 20035 1 SM PDF
    Indah Nevhita L
    Belum ada peringkat
  • Nicedawq
    Nicedawq
    Dokumen2 halaman
    Nicedawq
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Dixi
    Dixi
    Dokumen6 halaman
    Dixi
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • DELIRIUM
    DELIRIUM
    Dokumen26 halaman
    DELIRIUM
    muhammad reza
    100% (1)
  • DNDHDJ
    DNDHDJ
    Dokumen11 halaman
    DNDHDJ
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Coxsackie Virus
    Coxsackie Virus
    Dokumen3 halaman
    Coxsackie Virus
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • SKENARIO A Blok 25 Tahun 2019 I. Skenario
    SKENARIO A Blok 25 Tahun 2019 I. Skenario
    Dokumen5 halaman
    SKENARIO A Blok 25 Tahun 2019 I. Skenario
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Blok 25 Debb
    Laporan Blok 25 Debb
    Dokumen13 halaman
    Laporan Blok 25 Debb
    Dibyo Wiranto
    Belum ada peringkat
  • Hal Yang Harus Diperbaiki Untuk Skripsi
    Hal Yang Harus Diperbaiki Untuk Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Hal Yang Harus Diperbaiki Untuk Skripsi
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Dncjcu
    Dncjcu
    Dokumen16 halaman
    Dncjcu
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    Dokumen66 halaman
    Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    RifqiUlwanHamidin
    Belum ada peringkat
  • CC SDJKC
    CC SDJKC
    Dokumen5 halaman
    CC SDJKC
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Anmal Sken B Blok 26
    Anmal Sken B Blok 26
    Dokumen18 halaman
    Anmal Sken B Blok 26
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • MSLACKM
    MSLACKM
    Dokumen5 halaman
    MSLACKM
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Ducj
    Ducj
    Dokumen17 halaman
    Ducj
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    Dokumen66 halaman
    Laporan Tutorial Skenario A Blok 28 Fix
    RifqiUlwanHamidin
    Belum ada peringkat
  • Jcjfncnzsu
    Jcjfncnzsu
    Dokumen28 halaman
    Jcjfncnzsu
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat
  • Lpelfitjf
    Lpelfitjf
    Dokumen4 halaman
    Lpelfitjf
    Biaggi Nugrahaa
    Belum ada peringkat