Anda di halaman 1dari 7

Pembahasan

Baby Sleep Salve merupakan sediaan salep yang terbuat dari bahan alami
yang dapat memberikan aroma yang enak dan menenangkan sehingga dapat
memberikan efek rileksasi untuk dapat meningkatkan kualitas tidur yang baik
terutama pada bayi. Formula ini terdiri dari bahan alami yaitu daun salam
(Syzygium polyanthum), kulit buah jeruk (Citrus sinensis), rosella (Hibiscus
sabdariffa), minyak zaitun, minyak lavender, dan cera alba. Pemilihan bahan
alami tersebut, dikarenakan memiliki kandungan minyak atsiri yang dapat
memberikan aroma yang tidak terlalu pekat/menyengat, melainkan memberikan
aroma yang lembut dan enak serta cocok untuk bayi. Selain itu formula ini dibuat
menjadi bentuk sediaan salep, karena salep memiliki jangka waktu kontak yang
lebih lama bila dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sehingga aroma akan
tetap terasa lebih lama dan juga dibuat dengan tekstur yang halus yang
memberikan kenyamanan saat penggunaan baby sleep salve, bahan simplisia
dibuat bentuk ekstraknya agar tidak mengiritasi kulit, karena bayi memiliki kulit
yang sensitif.
Menurut penelitian Kun Harismah dan Chusniatun (2012), minyak atsiri
yang terkandung pada daun salam adalah fenol, monoterpen dan sesquiterpen
yaitu nerolidol dan linalool yang terdapat pada famili Myrtaceae dan merupakan
senyawa yang dominan dalam memberikan aroma khas minyak daun salam.
Menurut Windholz (1983) senyawa nerolidol termasuk ke dalam golongan
sesquiterpen dan merupakan senyawa paling penting dalam minyak atsiri karena
menghasilkan bau khas minyak daun salam (B. Sofiana, dkk). Lalu menurut
penelitian Istianto, dkk (2006) menyatakan komponen dalam minyak atsiri kulit
jeruk adalah limonen dan linalool, yang keduanya merupakan golongan
monoterpenoid. Selain kedua bahan tersebut, terdapat minyak lavender yang juga
memiliki minyak atsiri yang sama seperti daun salam dan kulit jeruk. senyawa
minyak atsiri ini yang dapat memberikan bau aromatik yang digunakan untuk
merelaksasi otot dan menenangkan perasaan cemas. Sedangkan pada bunga
rosella digunakan sebagai antioksidan yang berasal dari pigmen antosianin
(flavonoid ) karena sediaan salep ini mengandung minyak sehingga dibutuhkan
antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan mudah
tengik. Dan untuk bahan minyak zaitun digunakan untuk sebagai melembutkan
kulit agar kulit tetap lembab dan tidak tidak menimbulkan iritasi.
Senyawa aromatic Linalool dapat larut dalam air dan pelarut organik,
berwujud cair pada suhu kamar. Banyak terdapat dalam tumbuh-tumbuhan,
khususnya herbal dan buah. Linalool biasa digunakan dalam pembuatan vitamin
E, proses industri makanan, parfum, kosmetik, dan sabun. Linalool memiliki
rumus molekul C10H17OH dan nama lain 3,7-dimethyl-1,6-octadien3-ol.
Linalool akan meleleh pada suhu kurang dari 20 o C dan mendidih pada suhu 198
– 199 o C.
Konsentrasi formula yang digunakan adalah daun salam (5.8%), rosella
(5,8%), kulit jeruk (5,8%), minyak zaitun (76.67%), minyak lavender, dan cera
alba (5.8%), formula ini dibuat untuk 1 pot salep dengan bobot 15 gram. Bahan
yang masih dalam bentuk simplisia akan dibuat menjadi bentuk ekstraknya agar
dapat lebih spesifik terhadap senyawa yang diinginkannya dibandingkan dengan
yang masih dalam bentuk simplisia.

4.1 Hasil Persiapan Bahan Baku.


Bahan baku yang digunakan adalah daun salam, rosella, dan daun jeruk
yang diperoleh dari Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Kota Bandung. Simplisia
daun salam, rosella, dan daun jeruk dihaluskan sampai berupa serbuk kasar
sampai agak halus dengan tujuan memperluas permukaan sehingga memperbesar
kontak dengan pelarut pada saat proses ekstraksi.

4.2 Karakerisasi Simplisia


Karakerisasi Simplisia dilakukan dengan penetapan kadar sari larut air,
kadar sari larut etanol, kadar air, susut pengeringan, dan kadar abu total. Hasil
dari karakterisasi dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Tabel hasil karakterisasi simplisia daun salam, kulit jeruk, bunga
rosella
Kadar Kadar Sari
Kadar Susut
No. Simplisia Sari Larut Larut Kadar Air
Abu Total Pengeringan
Air Etanol
Daun Belum Belum
1 10% 2,36% 9%
Salam konstan dilakukan

Belum Belum
2 Kulit Jeruk 2,43% 5,665% 40%
konstan dilakukan

Bunga 7,99% dalam


3 20% 12,6% 6% 2,07%
Rosella 3,8 menit

Pesyaratan >14,2% >4,2% ≤10% <8,7 ≤10

Penetapan kadar abu total pada simplisia bertujuan untuk memberikan


gambaran kandungan mineral pada simplisia daun salam, kulit jeruk, bunga
rosella berasal dari proses awal pemanenan hingga diperoleh simplisia kering.
Dari hasil penelitian kadar abu total pada simplisia diperoleh kadar abu total daun
salam dan kulit jeruk belum konstan sedangkan diperoleh kadar abu total bunga
rosella lebih kecil dari 8,7% yaitu 2,07% yang menunjukan bahwa simplisia
bunga rosella yang digunakan pada penelitian ini memenuhi syarat kadar abu
total yang ditetapkan oleh Farmakope Herbal Indonesia (FHI).
Penetapan kadar sari larut air pada simplisia bertujuan untuk mengetahui
jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut air.
Dari hasil penelitian kadar sari larut air pada simplisia diperoleh kadar sari larut
air pada simplisia daun salam 10%, pada kulit jeruk adalah 2,43%, dan pada
bunga rosella adalah 20% yang menunjukan bahwa simplisia daun salam yang
digunakan pada penelitian ini tidak memenuhi syarat kadar sari larut air, simplisia
kulit jeruk yang digunakan pada penelitian ini tidak memenuhi syarat kadar sari
larut air dan simplisia bunga rosella yang digunakan pada penelitian ini
memenuhi syarat kadar sari larut air yang ditetapkan oleh Farmakope Herbal
Indonesia (FHI) yaitu lebih besar dari 14,2%.
Penetapan kadar sari larut etanol pada simplisia bertujuan untuk
mengetahui jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam
pelarut etanol. Dari hasil penelitian kadar sari larut etanol pada simplisia
diperoleh kadar sari larut etanol pada simplisia daun salam 2,36%, pada kulit
jeruk adalah 5,665%, dan pada bunga rosella adalah 12,6% yang menunjukan
bahwa simplisia daun salam yang digunakan pada penelitian ini tidak memenuhi
syarat kadar sari larut etanol, simplisia kulit jeruk yang digunakan pada penelitian
ini memenuhi syarat kadar sari larut etanol dan simplisia bunga rosella yang
digunakan pada penelitian ini memenuhi syarat kadar sari larut etanol yang
ditetapkan oleh Farmakope Herbal Indonesia (FHI) yaitu lebih besar dari 4,2%.
Penetapan kadar air pada simplisia bertujuan untuk mengetahui batasan
maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Dari hasil
penelitian kadar air pada simplisia diperoleh kadar air pada simplisia daun salam
9%, pada kulit jeruk adalah 40%, dan pada bunga rosella adalah 6% yang
menunjukan bahwa simplisia daun salam yang digunakan pada penelitian ini
memenuhi syarat kadar sari larut air, simplisia kulit jeruk yang digunakan pada
penelitian ini tidak memenuhi syarat kadar sari larut air dan simplisia bunga
rosella yang digunakan pada penelitian ini memenuhi syarat kadar sari larut air
yang ditetapkan oleh Farmakope Herbal Indonesia (FHI) yaitu lebih kecil dari
10%.
Susut pengeringan pada simplisia bertujuan untuk memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Dari hasil penelitian susut pengeringan pada simplisia diperoleh
susut pengeringan pada simplisia bunga rosella adalah 7,99% yang digunakan
pada penelitian ini memenuhi syarat kadar sari larut air yang ditetapkan oleh
Farmakope Herbal Indonesia (FHI) yaitu lebih kecil dari 10%.

4.3 Ekstraksi simplisia daun salam, kulit jeruk, dan bunga rosella
Proses ekstraksi digunakan metode maserasi dengan pelarut atau cairan
penyari etanol 96%. Maserasi dipilih pada proses ekstraksi simplisia daun salam,
kulit jeruk, dan bunga rosella memiliki sifat termolabil dan dilakukan maserasi
juga agar pemisahan zat nya lebih sempurna serta metodenya lebih sederhana.
Maserasi dilakukan selama 3x24 jam dengan setiap harinya dilakukan pergantian
pelarut sebanyak 200ml. pengocokan dilakukan selama 3 jam pertama untuk
dapat menarik minyak atsiri yang terdapat didalam sel tumbuhan. Lalu disaring
dan filtrate diuapkan di waterbath agar didapatkan ekstrak kental.
Menurut penelitian Tamzil Aziz, dkk (2010), cara memproduksi minyak
atsiri salah satunya adalah dengan cara ekstaksi dengan menggunakan pelarut
yang mudah menguap / pelarut organic yaitu ekstraksi menggunakan pelarut
etanol akan memberikan hasil yang lebih baik dan Nilai bobot minyak atsiri
umumnya berkisar antara 0,696 – 1,188. Pada penelitian tersebut, disebutkan juga
bahwa pelarut yang baik untuk minyak atsiri adalh dengan menggunkan
petroleum eter, namun pada pengujian yng dilakukan tidak memilih pelarut
petroleum eter karena sifat toksiknya yang dkhawatirkan dapat berdampak pada
pengguna salep terutama pada bayi, sehingga praktikan lebih memilih
menggunakan pelarut etanol yang diketahui lebih aman daripada pealrut organic
lainnya.

4.4 Penapisan Fitokimia


Penapisan fitokimia merupakan tahap awal untuk melakukan identifikasi
metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia. Hasil penapisan fitokimia dapat
dilihat pada table 4.2
Tabel 4.2 Tabel hasil penapisan fitokimia simplisia
Uji Skrining Fitokimia Daun Salam Kulit Jeruk Bunga Rosella
Alkaloid + - -
Flavonoid -
Monoterpen dan Seskuiterpen + + +
Fenolat + +
Steroid dan Triterpenoid + + +
Kuinon + + +
Saponin
Tannin - - -
Keterangan : (+) mengandung senyawa yang diuji
(-) tidak mengandung senyawa yang diuji
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, simplisia daun salam, simplisia kulit jeruk,
dan simplisia rosella positif mengandung senyawa metabolit sekunder monoterpen
dan sesquiterpen yang menjadi sasaran senyawa yang diinginkan. Hal ini karena
linalool termasuk kedalam senyawa metabolit sekunder monoterpen. Selain itu,
ketiga simplisia tersebut positif mengandung senyawa metabilut sekunder steroid
dan triterpenoid. Dan positif fenolat hanya pada simplisia daun salam dan
simplisia kulit jeruk. hasil negative ditujukkan pada metabolit sekunder flavonoid,
kuinon, saponin, dan tannin serta hasil positf alkaloid hanya pada simplisia
alkaloid. Pengujian penapisan fitokimia ini dilakukan pada simplia dan juga
ekstrak, namun pada ekstrak belum dilakukan penapisan fitokimia. Penapisan
fitokimia dilakukan secara berkala untuk mengetahui apakah metabolit sekunder
yang terdapat pada tumbuhan ini mengalami kerusakan atau tidak akibat dari
proses ekstraksi atau apakah senyawa ini tidak tertarik oleh pelarut yg
digunakannya.

4.5 Alasan menggunakan salep dan bahan herbal


Pada pembuatan sediaan baby sleep salve ini, menggunakan basis salep
yaitu cera alba, dimana cera alba tersebut termasuk ke dalam golongan basis salep
hidrokarbon. Pemilihan basis salep ini dapat berpengaruh terhadap sediaan fisik
baby sleep salve, seperti daya lekat, daya sebar, dan juga ph namun tidak
berpengaruh pada organoleptis dan homogenitas.

Menurut penelitian Rina Wijayanti, dkk (2012), menyatakan bahwa basis


salep yang sesuai untuk suatu ekstrak (ekstrak rosella) adalah basis salep golongan
hidrokarbon. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil penelitiannya yaitu memiliki
daya sebar yang lebih baik daripada golongan basis salep yg lainnya karena
memiliki konsistensi yang rendah sehingga memiliki daya sebar yang paling luas.
Basis salep dapat mempengaruhi daya sebar karena tiap basis memiliki konsistensi
yang berbeda sehingga memiliki konsistensi yang berbeda. dan juga pada pengujian
pH yang didapatkan adalh basis hidrokarbonlah yang paling stabil yaitu berada pada
rentang ph 4.5-6.5, pada bayi diketahui memiliki ph kulit yaitu 5,5.

Kelebihan dari sediaan salep yang digunakan untuk pembuatan baby sleep
salve herbal adalah :
a. Memiliki kontak sediaan dengan kulit yang lama
b. Jarang menimbulkan efek samping sehingga relatif lebih aman
c. Memiliki multikomponen sehingga dapat digunakan untuk penyakit
yang lain
d. Lebih alami sehingga diharapkan tubuh lebih mudah untuk menerima
dan bisa menolerirnya
.

Daftar pustaka
Jurnal referens :
B. Sofianna Sembiring, Christina Winarti dan Bariyah Baringbing. 2012.
IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA MINYAK DAUN SALAM
(Eugenia polyantha) DARI SUKABUMI DAN BOGOR. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat

Kun Harismah1 dan Chusniatun.2016. PEMANFAATAN DAUN SALAM


(Eugenia polyantha) SEBAGAI OBAT HERBAL DAN REMPAH
PENYEDAP MAKANAN.Surakarta- Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Tamzil Aziz, Yuanita, Susanti.2010. EKSTRAKSI EUGENOL DARI DAUN


SALAM INDIA (LAURUS NOBILIS LAURACEAE).universitas
sriwijaya

Alfianur.2017. EKSTRAKSI EUGENOL DARI DAUN SALAM INDIA


(LAURUS NOBILIS LAURACEAE). Malang-universitas islam negeri

Rina WIJAYANTI1* , Muslihatus SYARIFAH1 , Edijanti GOENARWO1.2018.


PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN
SALEP EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa
L.). Universitas Islam Sultan Agung

Anda mungkin juga menyukai