Anda di halaman 1dari 10

SOSIOLOGI DAN POLITIK EKU 116 (C2)

“DEMOKRASI ERA ORDE LAMA HINGGA ERA REFORMASI”

Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Genap pada Mata Kuliah Sosiologi dan Politik

Dosen Pengmpu: Gede Kamajaya, S.Pd.,M.Si

Oleh :

A.A. Ayu Intan Kusuma Wardhani (1707521074) / 19

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena Kuno pada
abad ke-5 SM. Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat. Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk
pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa kekuasaan berada di tangan
orang banyak (rakyat). Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburgnya mendefinisikan
demokrasi sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Hal ini berarti
kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat mempunyai hak,
kesempatan, dan suara yang sama di dalam mengatur kebijakan pemerintahan. Demokrasi
adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari
rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi
perwakilan).
Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi yaitu demokrasi langsung dan demokrasi
perwakilan. Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat
mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh
langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sedangkan dalam demokrasi perwakilan,
seluruh rakyat memilih perwakilan melaui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat
dan mengambil keputusan bagi mereka.
Perkembangan demokrasi di mulai dari demokrasi langsung, demokrasi kuno, yang
mulai timbul dan berkembang sejak jaman yunani kuno sampai pada perkembangannya
mencapai demokrasi tidak langsung, demokrasi perwakilan atau demokrtasi modern.
Demokrasi merupakan cara yang dipilih Indonesia untuk menjalankan pemerintahanya sebaik
mungkin, tujuanya supaya dalam pemerintahan juga terdapat kepentingan rakyat yang
diwakilkan kepada wakil rakyat yang disampaikan kepada para pemimpin yang telah kita
pilih supaya kehidupan bangsa tidak condong kepeda kalangan tertentu tetapi mewakili
seluruh kepentingan rakyat Indonesia demi kesejahteraan bersama.
Pelaksanaan demokrasi saat ini sudah dikatakan cukup baik dalam hal transparansi
pemerintahan, walaupun banyak indikasi kecurangan dalam pemilu hal ini tentu menjadi
sebuah langkah awal bahwa rakyat semakin tahu dan peduli akan perannya di dalam
pemerintahan, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat tentu saja menjadi tujuan utama negara
yang menganut pemeritahan demokrasi.

B. Demokrasi pada Masa Orde Lama


1
Pada masa Orde lama, kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh
kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana peralihan dari masyarakat terjajah
menjadi masyarakat merdeka. Pada masa orde lama terdapat dua pelaksanaan, yaitu:
1. Masa demokrasi liberal
2. Masa demokrasi terpimpin

1. Masa Demokrasi Liberal (1950 – 1959)


Demokrasi yang dipakai adalah demokrasi parlementer atau demokrasi liberal.
Demokrasi pada masa itu telah dinilai gagal dalam menjamin stabilitas politik. Latar belakang
munculnya masa demokrasi liberal adalah karena dua hal, yaitu:
1. Bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bersifat federal tidak cocok
dengan hati rakyat Indonesia.
2. Bentuk negara federal justru akan melemahkan integrasi Indonesia.
Untuk itulah, timbul usaha untuk mengembalikan Indonesia ke bentuk negara
kesatuan. Pada 15 Agustus 1950, Perdana Menteri Kabinet RIS, Mohammad Hatta,
menyerahkan mandatnya kepada Soekarno. Selanjutnya, pada 17 Agustus 1950, Indonesia
kembali menjadi negara kesatuan dengan sistem demokrasi liberal. Dalam sistem demokrasi
ini, kabinet dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab terhadap
parlemen. Presiden hanya berkedudukan sebagai kepala negara.
Karena masa kerja atau usia kabinet yang hanya sesat, pelaksanan program kerja
kabinet tidak mungkin berjalan maksimal, tuntas dan merata. Pembangunan masyarakat,
bangsa, dan negara di segala bidang tidak dapat terlaksana karena para pemimpin partai yang
menjadi menteri hanya memikirkan kepentingan partainya. Hal inilah yang mendorong
Soekarno untuk mengeluarkan dekrit presiden. Dekrit adalah sebuah istilah untuk
menunjukkan adanya keputusan dari kepala negara atau pemerintahan untuk menyudahi
sesuatu. Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang berisi 3 keputusan
yaitu:
1) Menetapkan pembubaran konstituante
2) Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali sebagai konstitusi negara dan tidak
berlakunya UUDS 1950
3) Pembentukan MPRS dan DPRS
Tujuan dari Soekarno mengeluarkan dekrit adalah karena dilatar-belakangi oleh:
1) Kegagalan konstituante untuk membuat UUD meskipun sudah berkali-kali sidang.
2) Situasi politik dan ketidakstabilan keamanan dalam negeri semakin memburuk.
3) Konflik antar partai yang mengganggu kestabilan nasional.
2
4) Sikap menghalalkan segala cara dalam melaksanakan tujuan partai dalam konstituante.
5) UUDS 1950 dan demokrasi liberal yang dianggap tidak cocok dengan kondisi
masyarakat.
6) Terjadinya gerakan pemberontakan dan separatis yang mengancam kedaulatan.
Adapun sisi positif dari dekrit ini adalah:
1) Perintah untuk kembali ke UUD 1945 telah memberikan pedoman yang jelas untuk
keberlangsungan negara.
2) Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik berkepanjangan.
3) Merintis pembentukan lembaga-lembaga tinggi negara (MPRS dan DPAS) yang
tertunda pembentukannya pada masa Demokrasi Liberal.

2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)


Menurut Ketepan MPRS no. XVIII/MPRS /1965 demokrasi trepimpin adalah
kerakyatan yang dipimpn oleh hikmat kebijaksamaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Demokrasi terpimpin merupakan kebalikan dari demokrasi liberal dalam kenyataanya
demokrasi yang dijalankan Presiden Soekarno menyimpang dari prinsip-prinsip negara
demokrasi. Penyimpanyan tersebut antara lain:
1. Kaburnya sistem kepartaian dan lemahnya peranan partai politik
2. Peranan parlemen yang lemah
3. Jaminan hak-hak dasar warga negara masih lemah
4. Terjadinya sentralisasi kekuasaan pada hubungan antara pusat dan daerah
5. Terbatasnya kebebasan pers sehingga banyak media masa yang tidak dijinkan terbit.

Ada tiga hal pokok yang melatarbelakangi lahirnya demokrasi terpimpin:


1. Dari segi politik, konstituante dinilai gagal dalam menyusun UUD baru.
2. Dari segi keamanan nasional, terjadi berbagai gerakan separatis dan pemberontakan
pada masa demokrasi liberal.
3. Dari segi ekonomi, terlalu sering berganti kabinet menyebabkan programprogram
tidak terlaksana dan mengakibatkan pembangunan yang tersendatsendat.
Berangkat dari tiga hal diatas, maka presiden Soekarno mengeluarkan dekrit presiden.
Ia pun kemudian membentuk kabinet kerja dengan dirinya juga sebagai perdana menteri.
Kabinet ini kemudian dilantik pada tanggal 10 Juli 1959 dengan program kerjanya Tri
Program Kabinet Kerja. Tiga pokok tugasnya adalah mengatasi masalah sandang pangan,
meningkatkan keamanan dalam negeri, serta mengembalikan wilayah negara. Dalam
demokrasi terpimpin, Soekarno telah berhasil membentuk dua lembaga yang menjadi cikal-
3
bakal lembaga tinggi negara. Pertama adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) melalui Penpres No. 2 Thn 1959 dengan semua anggota ditunjuk dan diangkat
presiden. Kedua adalah Dewan Pertimbangan Agung (DPA) melalui Penpres No 3. Thn 1959
dengan Soekarno sebagai ketua dam Roeslan Abdulgandi sebagai wakil ketua. Dalam
pelaksanakan demokrasi terpimpin, Soekarno menerapkan sistem politik berkeseimbangan
(balance of power). Presiden juga mengambil alih pimpinan tertinggi angkatan militer dengan
membangun Komando Operasi Tinggi (KOTI). Pada masa demokrasi terpimpin, PKI tumbuh
subur karena dilindungi oleh pemerintah. Seperti dalam pembentukan kabinet gotong royong
(kaki empat) yang merupakan gabungan dari Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdlatul
Ulama (NU), Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi), dan Partai Komunis Indonesia
(PKI).
Pada masa ini, Soekarno menegaskan konsep persatuan nasionalis, agama, dan
komunis (NASAKOM). Menurutnya, semua ideologi harus bersatu dan bergerak secara
progesif dan revolusioner demi pembangunan Indonesia. Meskipun mendapat tantangan dari
berbagai elemen masyarakat, Soekarno tetap mencoba menghilangkan sentimen negatif dari
komunisme. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. PKI sedang mempersiapkan aksi
revolusioner untuk mengubah ideologi negara. Dukungan Soekarno mengenai nasakom dapat
dilihat pada pidato 17 Agustus 1959 “Penemuan Kembali Revolusi Kita”. Naskah ini
kemudian diberikan kepada panitia kerja Dewan Pertimbangan Agung (diketuai D. N. Aidit,
ketua PKI) yang kemudian dirumuskan menjadi Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
serta diberi judul Manifesto Politik Republik Indonesia. Hasilnya, politik Indonesia condong
ke haluan blok komunis.
Selain itu, dalam masa demokrasi terpimpin terjadi berbagai keputusan yang
menyangkut luar negeri:
1. Muncul istilah Oldefo (Old Established Force: Negara-negara kapitalis yang
cenderung kolonialis) dan Nefo (New Emerging Force: Negara-negara anti
imperialis dan anti kolonialis).
2. Politik Mercusuar yaitu pengadaan proyek-proyek besar untuk mengangkat
nama Indonesia menjadi tertemuka. (Pembangungan Kompleks OR Senayan).
3. Politik Poros yaitu menjalankan hubungan istimewa dengan RRC (Poros
JakartaPeking) dan juga Kamboja, Vietnam Utara, Korea Utara (Poros Jakarta-
Pnom Penh-Hanoi-Peking-Pyongyang).
Dalam masa demokrasi terpimpin, perekonomian Indonesia mengarah pada sistem
perekonomian etatisme, yang berarti seluruh kegiatan ekonomi diatur dan dikendalikan
pemerintah. Berikut adalah program-programnya:
4
1. Pembentukan Dewan Perancang Nasional (DEPERNAS) Dan Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Di bawah Kabinet Karya dibentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas) pada
tanggal 15 Agustus 1959. Depernas dipimpin oleh Muh. Yamin dengan anggota berjumlah 50
orang. Hasil yang dicapai berhasil menyusun Rancangan Dasar UndangUndang Pembangunan
Nasional Semesta Berencana Tahapan tahun 1961 - 1969 yang disetujui oleh MPRS dengan
Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960. Isi utamanya adalah blueprint berupa tripola, proyek
pembangunan, pola penjelasan pembangunan, dan pola pembiayaan pembangunan.
2. Penurunan Nilai Mata Uang
Pada tanggal 13 Des 1965 melalui Penpres No 27, Presiden menetapkan langkah
devaluasi rupiah dari awalanya Rp. 1000 menjadi Rp. 100, dengan harapan menurunkan
inflasi. Pada tanggal 25 Agustus 1950 pemerintah mengumumkan penurunan nilai uang
(devaluasi) sebagai berikut: Uang kertas pecahan bernilai Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas
pecahan bernilai Rp 1.000 menjadi Rp 100 dan semua simpanan di bank yang melebihi Rp
25.000 dibekukan.
3. Deklarasi Ekonomi (DEKON)
Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi secara
menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (DEKON). Tujuan dibentuknya Dekon adalah untuk
menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari imperialisme. Meski
begitu, dalam pelaksanaannya Dekon tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah
inflasi, Dekon justru mengakibatkan perekonomian Indonesia stagnan. Masalah
perekonomian diatur atau dipegang oleh pemerintah sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi
banyak diabaikan.
4. Proyek Politik Mercusuar
Keadaan perekonomian semakin buruk karena pembengkakan biaya proyek
mercusuar. Proyek Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan ibukota agar mendapat
perhatian dari luar negeri. Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of the New Emerging Forces)
sebagai tandingan dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek besar seperti gedung
CONEFO yang sekarang dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI Jakarta, Gelora Bung Karno,
Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, pembangunan Monumen Nasional (Monas), dan pusat
pertokoan Sarinah.
Perbedaan Dalam Pelaksanaan Demokrasi Liberal Dengan Demokrasi Terpimpin
1. Keterkaitannya dengan Masalah Kedaulatan Rakyat
Pada masa demokrasi liberal, kedaulatan rakyat sepenuhnya dilakukan DPR
(parlemen/legislatif) yang dapat membentuk serta menghentikan kabinet. Sementara pada
5
masa demokrasi terpimpin, kedaulatan secara normatif dilakuakn MPR, namun dalam
pelaksanaannya masih dibawahi oleh Presiden.
2. Keterkaitannya dengan Masalah Pembagian Kekuasaan
Pada masa demokrasi liberal, kekuasan DPR (legislatif) lebih kuat daripada kekuasan
kabinet (eksekutif) dan presiden hanyalah kepala negara. Sementara pada masa demokrasi
terpimpin kedudukan tertinggi terdapat pada lembaga eksekutif dengan kenyataan bahwa
presiden menjadi pemimpin negara, pemerintahan, dan seumur hidup.
3. Keterkaitannya dengan Masalaah Pengambilan Keputusan
Pada masa demokrasi liberal, DPR menentukan keputusan berdasarkan voting
sementara pada demokrasi terpimpin dilaksanakan oleh MPRS dan DPR-GR dengan
berdasarkan mufakat.

C. Demokrasi pada Masa Orde Baru (1966 – 1998)


Era demokrasi terpimpin di bawah pimpinan Presiden Soekarno mendapat tamparan
yang keras ketika terjadinya peristiwa tanggal 30 September 1965, yang disinyalir didalangi
oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan PKI tersebut membawa akibat yang
teramat fatal bagi partai itu sendiri, yakni tersisihkannya partai tersebut dari arena perpolitikan
Indonesia. Begitu juga dengan Presiden Soekarno yang berkedudukan sebagai Pimpinan
Besar Revolusi dan Panglima Angkatan Perang Indonesia secara pasti sedikit demi sedikit
kekuasaannya dikurangi bahkan dilengserkan dari jabatan Presiden pada tahun 1967, sampai
pada akhirnya ia tersingkir dari arena perpolitikan nasional. Orde Baru adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut masa pemerintahan yang terjadi di Indonesia setelah mundurnya
Presiden Soekarno. Presiden pengganti Soekarno pada masa Orde Baru adalah Soeharto yang
mendapatkan mandatnya melalui Supersemar setelah terjadinya peristiwa G30S PKI di tahun
1965.
Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu
antara tahun 1966-1968, ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik
Indonesia. Era yang kemudian dikenal sebagai Orde Baru dengan konsep Demokrasi
Pancasila. Visi utama pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Dengan visi tersebut, Orde Baru memberikan secercah harapan bagi rakyat Indonesia,
terutama yang berkaitan dengan perubahan-perubahan politik, dari yang bersifat otoriter pada
masa demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno menjadi lebih demokratis. Harapan
rakyat tersebut tentu saja ada dasarnya. Presiden Soeharto sebagai tokoh utama Orde Baru
dipandang rakyat sebagai sesosok manusia yang mampu mengeluarkan bangsa ini keluar dari
6
keterpurukan. Hal ini dikarenakan beliau berhasil membubarkan PKI, yang ketika itu
dijadikan musuh utama negeri ini. Selain itu, beliu juga berhasil menciaptakan stabilitas
keamanan negeri ini pasca pemberontakan PKI dalam waktu yang relatif singkat. Itulah
beberapa anggapan yang menjadi dasar kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru
di bawah pimpinan Presiden Soeharto.
Harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya terwujud. Karena, sebenarnya tidak ada
perubahan yang subtantif dari kehidupan politik Indonesia. Antara Orde Baru dan Orde Lama
sebenarnya sama saja (sama-sama otoriter). Dalam perjalanan politik pemerintahan Orde
Baru, kekuasaan Presiden merupakan pusat dari seluruh proses politik di Indonesia. Lembaga
Kepresidenan merupakan pengontrol utama lembaga negara lainnya baik yang bersifat
suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK dan MA) maupun yang bersifat infrastruktur (LSM,
Partai Politik, dan sebagainya). Selain itu juga Presiden Soeharto mempunyai sejumlah
legalitas yang tidak dimiliki oleh siapapun seperti Pengemban Supersemar, Mandataris MPR,
Bapak Pembangunan dan Panglima Tertinggi ABRI.

D. Demokrasi pada Masa Era Reformasi (1988 – Sekarang)


Gerakan reformasi membawa perubahan-perubahan dalam bidang politik dan usaha
penegakkan kedaulatan rakyat, serta meningkatkan peran serta masyarakat dan mengurangi
dominasi pemerintah dalam kehidupan politik. Dengan pengangkatan BJ Habibie sebagai
presiden baru berubah juga pola otoriter penguasa yang selama 32 tahun kita rasakan ketika
massa pemerintahan Soeharto.
Pelaksanaan demokrasi pada masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi dengan
mendasarkan pada UUD 1945 yang telah diamandemen oleh MPR. Dengan penyempurnaan
pelaksanaannya, meningkatkan peran lembaga-lembaga negara dengan menegakkan fungsi,
wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan, (check and
balance system) yang jelas antar lembaga-lembaga eksekutif, legislative, dan yudikatif dan
yang lebih jelas tidak ada kekuasaan berlebih pada salah satu lembaga, seperti berikut :
1. Presiden dan wakil Presiden dipilih dengan masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih
kembali satu kali jabatan yang sama.
2. DPA dihapuskan
3. Anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD dipilih melalui pemilu.
Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai dengan hasil pemilu. Nuansa demokrasi
sangat terasa dalam era reformasi ini, terutama dalam hal penegakkan HAM dan usaha
recovery ekonomi dan kemandirian bangsa.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
7
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi.
b. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum.
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bebas dari
KKN.
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden RI.
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV.
f. Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua
kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anwary S.Dr. 2001. “Bunga Rampai Amanat Rkyat Jilid I”, Jakarta, Penerbit Institute of
socio economics and political studies

Arifin Rahman. 1998. “Sistem Politik Indonesia Dalam Prespektif Struktural dan Fungsional”
Surabaya, SIC.

Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2016. Sejarah Indonesia Jilid 3 untuk SMA/MA Kelas XII
Kelompok Wajib. Jakarta: Erlangga.

Kharti, Irene S. V. 2018. “Sejarah Kelas 12\Kehidupan Indonesia di Masa Demokrasi


Terpimpin”. Ruang Guru (Online) https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-
12kehidupan-indonesia-di-masa-demokrasi-terpimpin . Diakses pada 28 maret 2020

M, Rusdi. 2013. “Indonesia Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)”. (Online)


https://history1978.wordpress.com/2013/03/26/indonesia-masa-demokrasiliberal-
1950-1959/. Diakses pada 28 maret 2020

Pendidikan, K., & Kebudayaan, R. I. (2013). Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan”. Indonesia: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai