Nama Kelompok 2 :
Universitas Udayana
2018
1. Azas-azas Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM)
Berdasarkan Bab II Pasal 2 beserta penjelasannya pada UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang
UMKM azas-azasnya antara lain ; (1) azas kekeluargaan,yaitu azas yang melandasi upaya
pemberdayaan UMKM sebagai bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan
berdasarkan atas dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,efesiensi
berkeadilan,berkelanjutan,berwawasan lingkungan,kemandirian,keseimbangan,kemajuan,dan
kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.(2) Azas demokrasi
ekonomi,yaitu pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan
perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.(3) Azas kebersamaan,yaitu
azas yang mendorong peran seluruh UMKM dan dunia usaha secara bersama-sama dalam
kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.(4) Azas efesiensi berkeadilan,yaitu
azas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan UMKM dengan mengedepankan efesiensi
berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,kondusif,dan berdaya
saing.(5) Azas berkelanjutan,yaitu azas yang secara terencana mengupayakan berjalannya
proses pembangunan melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan secara
berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri.(6) Azas
berwawasan lingkungan,yaitu azas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.(7)
Azas kemandirian,yaitu azas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap menjaga
dan mengedepankan potensi,kemampuan,dan kemandirian UMKM.(8) Azas keseimbangan
kemajuan,adalah azas pemberdayaan UMKM yang berupaya menjaga keseimbangan
kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.(9) Azas kesatuan ekonomi
nasional,adalah azas pemberdayaan UMKM yang merupakan bagian dari pembangunan
kesatuan ekonomi nasional.
Menurut Bab II Pasal 4 dan Pasal 5 UU No.20/2008 tentang UMKM,prinsip dan tujuan
pemberdayaan UMKM adalah sbb :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000.- (lima puluh juta rupiah)
diluar tanah dan bangunan tempat usaha ; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000.-(tiga ratus juta
rupiah)
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000.-(lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000.-(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha;atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000.-(tiga ratus juta rupiah)
sampai paling banyak Rp2.500.000.000.-(dua milyar lima ratus juta rupiah)
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000.-(lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000.-(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha;atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000.-(dua milyar lima ratus
juta rupiah) sampai paling banyak Rp50.000.000.000.-(lima puluh milyar rupiah)
Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha
(asset) dengan total nilai kewajiban,tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.Yang
dimaksud dengan hasil penjualan tahunan adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal
dari penjualan barang dan jasa dalam satu tahun buku.
• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000.- (lima puluh juta rupiah)
diluar tanah dan bangunan tempat usaha ; atau
• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000.-(tiga ratus juta rupiah)
sampai paling banyak Rp2.500.000.000.-(dua milyar lima ratus juta rupiah)
Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha
(asset) dengan total nilai kewajiban,tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.Yang
dimaksud dengan hasil penjualan tahunan adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal
dari penjualan barang dan jasa dalam satu tahun buku.
Dalam Literatur ekonomi, dan dalam diskusi yang sdilakukan oleh para ahli ekonomi
selalu dibedakan dua cara untuk melakukan tukar menukar: Perekonomian barter dan
perekonomian uang. Yang dimaksud dengan perekonomian barter adalah suatu
perkonomian yang masih sangant primitif dimana uang tidak digunakan dalam
kegiatan jual beli. Dalam perkonomian ini perdagangan dilakukan secara barter-
barang yang dijual ditukar dengan barang yang lain. Pada masa ini perekonomian
barter hampir tidak ditemukan lagi didunia ini.
2. Keinginan untuk memperoleh keuntungan
a. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.
b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil
c. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah
dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan berskala besar yang pada umumnya
birokratis
d. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.
Kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (Tambunan, 2002)
adalah:
• Kesulitan pemasaran
Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee
(1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang
terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM
adalah tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk
yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun dipasar
ekspor.
• Keterbatasan financial
UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial
antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka
panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output
jangka panjang.
• Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius
bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan,
manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas,
akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan
penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi
dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus
pasar baru.
• Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu
masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi
UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha
Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk-produk textile mengalami
kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam
rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS.
• Keterbatasan teknologi
Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih
menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-
alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya
membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi,
tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi
UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global.
Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UKM
Sejak tahun 2006, Kementerian Koperasi dan UKM telah mengembangkan berbagai bentuk
dan skema pemberian dukungan kepada KUMKM melalui beberapa program kegiatan
sebagai berikut:
1. Program pembiayaan usaha mikro. (a) Program pembiayaan produktif KUM
dengan memfasilitasi 840 KSP/USP masing-masing dengan modal Rp 100 juta.
(b) Program pembiayaan produktif KUM pola syariah yang bertujuan untuk
memberdayakan pengusaha kecil dan mikro melalui kegiatan usaha berbasis
syariah serta memperkuat peran dan posisi KJKS/UJKS sebagai instrumen
pemberdayaan usaha mikro dengan menyalurkan dana kepada 360 KJKS/UJKS.
2. Program pemberdayaan usaha mikro dan kecil (UMK) melalui sertifikasi hak atas
tanah dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha UMK dalam
mengakses sumber-sumber permodalan khususnya bagi lembaga keuangan yang
mensyaratkan adanya agunan bagi debitornya.
3. Pemanfaatan dana SUP-005 untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil.
4. Program sarjana pencipta kerja mandiri (Prospek Mandiri) untuk meningkatkan
jumlah wirausahawan kecil dan menengah melalui skema bantuan modal kerja.
5. Pengembangan usaha KUKM di sektor peternakan melalui bantuan dana bergulir
kepada koperasi untuk pengadaan bibit sapi dan sarana penunjang lainnya.
6. Program pengembangan usaha koperasi di bidang pangan yang dilakukan melalui
kegiatan pengembangan pengadaan pangan koperasi dengan sistem bank padi,
pengadaan alat pertanian, dan sarana produksi di sentra pangan.
7. Program pengarusutamaan gender di bidang KUKM melalui dukungan perkuatan
dana bergulir kepada kelompok-kelompok produktif masyarakat, yang pada
umumnya adalah wanita pengusaha skala mikro dan kecil dengan menerapkan
sistem tanggung renteng.