Anda di halaman 1dari 10

Ringkasan Materi Kuliah

Perangkat Organisasi Koperasi dan UMKM


(Dosen Pengampu : Drs. I Made Dana, M.M)

Nama Kelompok 2 :

Ni Nyoman Ayu Manik Ankgaryta Pramana 1607521126

Ni Putu Pratiwi Irmayanthi 1607521135

Nyoman Ayu Dewanggi Diparesta Arnaya 1607521157

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2018
1. Azas-azas Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM)

Berdasarkan Bab II Pasal 2 beserta penjelasannya pada UU  Nomor 20 Tahun 2008 tentang
UMKM azas-azasnya  antara lain ; (1) azas kekeluargaan,yaitu azas yang melandasi upaya
pemberdayaan UMKM sebagai bagian dari perekonomian  nasional yang diselenggarakan
berdasarkan atas dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,efesiensi
berkeadilan,berkelanjutan,berwawasan lingkungan,kemandirian,keseimbangan,kemajuan,dan
kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.(2) Azas demokrasi
ekonomi,yaitu pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan
perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.(3) Azas kebersamaan,yaitu
azas yang mendorong peran seluruh UMKM dan dunia usaha secara bersama-sama dalam
kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.(4) Azas efesiensi berkeadilan,yaitu
azas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan UMKM dengan mengedepankan  efesiensi
berkeadilan dalam  usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil,kondusif,dan berdaya
saing.(5) Azas berkelanjutan,yaitu azas yang secara terencana mengupayakan berjalannya
proses pembangunan melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan secara
berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri.(6) Azas
berwawasan lingkungan,yaitu azas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.(7)
Azas kemandirian,yaitu azas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap menjaga
dan mengedepankan potensi,kemampuan,dan kemandirian UMKM.(8) Azas keseimbangan
kemajuan,adalah azas pemberdayaan UMKM yang berupaya menjaga keseimbangan
kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.(9) Azas kesatuan ekonomi
nasional,adalah azas pemberdayaan UMKM yang merupakan  bagian dari pembangunan
kesatuan ekonomi nasional.

1. Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM

Menurut Bab II Pasal 4 dan Pasal 5 UU No.20/2008 tentang UMKM,prinsip dan tujuan
pemberdayaan UMKM adalah sbb :

1. Prinsip pemberdayaan UMKM


1. Penumbuhan kemandirian,kebersamaan,dan kewirausahaan UMKM untuk
berkarya dengan prakarsa sendiri
2. Mewujudkan kebijakan public yang transparan,akuntabel,dan berkeadilan
3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai
dengan kompetensi UMKM
4. Peningkatan daya saing UMKM
5. Penyelenggaraan perencanaan,pelaksanaan,dan pengendalian secara terpadu
2. Tujuan pemberdayaan UMKM
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,berkembang,dan
berkeadilan
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri
3. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah,penciptaan
lapangan kerja,pemerataan pendapatan,pertumbuhan ekonomi,dan
pengentasan kemisikinan
4. Kriteria-kriteria UMKM

Berdasarkan Pasal 6 beserta penjelasannya,UU No.20 Tahun 2008 tentang


UMKM,kriteria UMKM adalah sebagai berikut  :

1)      Kriteria Usaha Mikro

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000.- (lima puluh juta rupiah)
diluar tanah dan bangunan tempat usaha ; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000.-(tiga ratus juta
rupiah)

2)      Kriteria Usaha Kecil

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000.-(lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000.-(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha;atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000.-(tiga ratus juta rupiah)
sampai paling banyak Rp2.500.000.000.-(dua milyar lima ratus juta rupiah)

3)      Kriteria Usaha Menengah

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000.-(lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000.-(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha;atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000.-(dua milyar lima ratus
juta rupiah) sampai paling banyak Rp50.000.000.000.-(lima puluh milyar rupiah)

Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha
(asset) dengan total nilai kewajiban,tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.Yang
dimaksud dengan hasil penjualan tahunan adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal
dari penjualan barang dan jasa dalam satu tahun buku.

2. Kriteria UMKM di Indonesia


Berdasarkan Pasal 6 beserta penjelasannya,UU No.20 Tahun 2008 tentang
UMKM,kriteria UMKM adalah sebagai berikut  :

1. Kriteria Usaha Mikro

• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000.- (lima puluh juta rupiah)
diluar tanah dan bangunan tempat usaha ; atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000.-(tiga ratus juta


rupiah)
2. Kriteria Usaha Kecil

• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000.-(lima puluh juta rupiah)


sampai dengan paling banyak Rp500.000.000.-(lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000.-(tiga ratus juta rupiah)
sampai paling banyak Rp2.500.000.000.-(dua milyar lima ratus juta rupiah)

3. Kriteria Usaha Menengah

• Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000.-(lima ratus juta rupiah)


sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000.-(sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;atau

• Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000.-(dua milyar lima


ratus juta rupiah) sampai paling banyak Rp50.000.000.000.-(lima puluh milyar
rupiah)

Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha
(asset) dengan total nilai kewajiban,tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.Yang
dimaksud dengan hasil penjualan tahunan adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal
dari penjualan barang dan jasa dalam satu tahun buku.

3. Aspek-Aspek Pendukung Non Finansial Kemajuan UMKM di


Indonesia
Berikut ini adalah faktor-faktor Pendorong Perkembangan Usaha:

1. Mewujudkan barang yang akan diminta masyarakat

Dalam Literatur ekonomi, dan dalam diskusi yang sdilakukan oleh para ahli ekonomi
selalu dibedakan dua cara untuk melakukan tukar menukar: Perekonomian barter dan
perekonomian uang. Yang dimaksud dengan perekonomian barter adalah suatu
perkonomian yang masih sangant primitif dimana uang tidak digunakan dalam
kegiatan jual beli. Dalam perkonomian ini perdagangan dilakukan secara barter-
barang yang dijual ditukar dengan barang yang lain. Pada masa ini perekonomian
barter hampir tidak ditemukan lagi didunia ini.
2. Keinginan untuk memperoleh keuntungan

Uraian diatas belum sepenunhya menjawab pertanyaan yang dikemukakan pada


permulaan bagian ini, yaitu: Mengapa segolongan masyarakat Mendirikan
perusahaan? Apabila pertanyaan ini dikemukakan kepada bara pengusaha, akan
didapati berbagai macam jawaban. Walau bagaimana pun berbagai jawan ini akan
menuju kepada kapada jawaban ini berikut: pendirian perusahaan bertujuan untuk
memperoleh pendapatan dan keuntungan. Berusaha memperoleh keuntungan
merupakan motivator dalam sebagian pengusaha dalam mendirikan badan usaha yang
menghasilkan barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

4. Peran, Prospek Kekuatan dan Kelemahan UKM


Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dibandingkan dengan usaha besar (Partomo dan Rachman, 2002) antara lain:

a. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.
b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil
c. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah
dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan berskala besar yang pada umumnya
birokratis
d. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

Kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (Tambunan, 2002)
adalah:
• Kesulitan pemasaran
Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee
(1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang
terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM
adalah tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk
yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun dipasar
ekspor.
• Keterbatasan financial
UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial
antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka
panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output
jangka panjang.
• Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius
bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan,
manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas,
akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan
penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi
dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus
pasar baru.
• Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu
masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi
UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha
Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk-produk textile mengalami
kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam
rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS.
• Keterbatasan teknologi
Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih
menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-
alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya
membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi,
tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi
UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global.

5. Pola Pemberdayaan Koperasi


Kaitan dengan peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, maka pemenuhan terhadap hak
atas pekerjaan secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi salah satunya oleh kebijakan
pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah, disamping juga sektor riil dan
perdagangan. Pengembangan UMKM memiliki potensi yang besar dan strategis dalam
rangka mengurangi kemiskinan, mengingat pertumbuhan dan aktifnya sektor riil yang
dijalankan UMKM mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat, yaitu tersedianya
lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM dapat
menjadi penyeimbang pemerataan dan penyerapan tenaga kerja. UMKM dapat diandalkan
sebagai penggerak roda ekonomi masyarakat pedesaan, perkotaan, bahkan di daerah
tertinggal. Dalam rangka memberdayakan UMKM, maka Kementerian Koperasi dan UKM
melakukan beberapa kegiatan antara lain:

Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UKM

Kegiatan yang dilaksanakan melalui program ini adalah:

1. Fasilitasi dan penyediaan kemudahan dalam formalisasi usaha dengan


mengembangkan pola pelayanan satu atap untuk memperlancar proses dan
biaya perijinan.
2. Penyempurnaan peraturan perundangan beserta ketentuan pelaksanaannya
dalam rangka membangun legalitas usaha yang kuat, melanjutkan
penyederhaan birokrasi, perijinan, dan lokasi, serta peninjauan terhadap
pemberlakuan berbagai pungutan biaya usaha, baik sektoral maupun spesifikasi
daerah.
3. Memperbarui/memulihkan hak-hak legal, antara lain dengan
memperbarui/memulihkan surat-surat ijin usaha melalui prosedur dan
mekanisme yang sederhana, mudah, cepat, dan tanpa pungutan, bahkan apabila
memungkinkan cukup dengan melapor atau mendaftar saja.

Program pengembangan sistem pendukung usaha UKM

Kegiatan yang dilaksanakan melalui program ini adalah:


4. Perluasan sumber pembiayaan, khususnya kredit investasi dan penyediaan
pembiayaan ekspor melalui lembaga modal ventura dan lembaga bukan bank
lainnya, terutama yang mendukung UKM.
5. Penggunaan jaringan pasar domestik untuk produk-produk UKM dan anggota
koperasi melalui pengembangan lembaga pemasaran jaringan/kemitraan
usaha, dan sistem transaksi usaha yang bersifat on-line, terutama untuk
komoditas unggulan berdaya saing tinggi.
6. Penguatan infrastruktur pembiayaan bagi petani dan nelayan di pedesaan dan
pengembangan badan pembiayaan alternatif, seperti: sistem bagi hasil dana
bergulir, sistem tanggung renteng atau jaminan tokoh masyarakat setempat
sebagai ganti agunan, dan penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat luas.
7. Fasilitasi pengembangan badan penjaminan kredit melalui kerja sama bank
dan lembaga asuransi, dan fasilitasi bantuan teknis kepada BPR dan Konsultan
Keuangan Mitra Bank (KKMB) untuk meningkatkan penyaluran kredit bagi
sektor pertanian.
8. Penyediaan dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan pengrajin
melalui pendekatan pembinaan sentra-sentra produksi disertai dukungan
penyediaan infrastruktur pedesaan.
9. Bantuan untuk KSP/USP yang masih dapat melakukan kegiatan.
10. Memfasilitasi UKM agar dapat berdagang di pasar darurat yang disediakan
Departemen Perdagangan.

Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM

Kegiatan yang dilakukan melalui program ini adalah:

11. Bantuan teknis dan pendampingan teknologi kepada pemerintah daerah,


masyarakat dan UKM di wilayah perbatasan.
12. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan untuk memacu pengembangan
wirausaha baru UKM berbasis teknologi, berorientasi ekspor, pengembangan
inkubator teknologi dan bisnis, serta pemberian dukungan pengembangan
kemitraan investasi antar UKM.
13. Pemasyarakatan kewirausahaan, penyediaan sistem insentif dan pembinaan
untuk memacu pengembangan wirausaha baru UKM berbasis teknologi,
berorientasi ekspor, sub kontrak, dan agribisnis/agroindustri.
14. Pendataan ulang/revitalisasi kelembagaan KUKM.
15. Bantuan pembuatan alat/sarana usaha berupa kapal penangkap ikan yang
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap bersama Departemen Kelautan dan
Perikanan.

Pemberdayaan usaha skala mikro

a. Kegiatan yang dilaksanakan melalui program ini adalah:


16. Peningkatan kesempatan dalam berusaha dengan penyediaan kemudahan dan
pembiayaan teknis manajemen dalam memulai usaha, perlindungan usaha,
tempat usaha wirausaha baru, dan penyediaan badan pembiayaan alternatif
untuk usaha.
17. Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan perkoperasian serta fasilitasi
pembentukan wadah koperasi di daerah kantong-kantong kemiskinan.
18. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan LKM dan KSP di
sektor pertanian dan pedesaan antara lain melalui pembentukan sistem
jaringan antar LKM dan antar LKM dan bank.
19. Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah melalui pendekatan klaster
di sektor agribisnis dan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam
pengelolaan usaha, termasuk dengan cara meningkatkan kualitas koperasi
sebagai wadah organisasi untuk meningkatkan skala ekonomi usaha dan
efisiensi kolektif.
20. Memfasilitasi sarana usaha bagi usaha skala mikro, yang berlokasi di sekitar
tenda-tenda penampungan, dan pasar darurat yang pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh Departemen Perdagangan.
21. Peningkatan kredit skala mikro dan kecil serta peningkatan kapasitas dan
jangkauan pelayanan KSP/USP.
22. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan kewirausahaan pengusaha mikro
dan kecil.

Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi

Kegiatan yang dilaksanakan melalui program ini adalah:

a. Fasilitasi penguatan lembaga dan organisasi berbasis masyarakat di pedesaan


berdasarkan identifikasi best practices dan lessons learned program-program
pemberdayaan masyarakat.
b. Peningkatan pelayanan lembaga perkoperasian dan UKM pada zona aman
bencana terhadap kelompok kegiatan ekonomi terdekat yang terkena bencana.
Program-program tersebut diupayakan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi
sektor riil sehingga dapat membuka lapangan kerja yang luas, meningkatkan
nilai tambah produk, meningkatkan daya beli masyarakat, dan meningkatkan
pendapatan usaha mikro, kecil, dan menengah, yang pada gilirannya
diharapkan akan mampu menurunkan kemiskinan.

Sejak tahun 2006, Kementerian Koperasi dan UKM telah mengembangkan berbagai bentuk
dan skema pemberian dukungan kepada KUMKM melalui beberapa program kegiatan
sebagai berikut:
1. Program pembiayaan usaha mikro. (a) Program pembiayaan produktif KUM
dengan memfasilitasi 840 KSP/USP masing-masing dengan modal Rp 100 juta.
(b) Program pembiayaan produktif KUM pola syariah yang bertujuan untuk
memberdayakan pengusaha kecil dan mikro melalui kegiatan usaha berbasis
syariah serta memperkuat peran dan posisi KJKS/UJKS sebagai instrumen
pemberdayaan usaha mikro dengan menyalurkan dana kepada 360 KJKS/UJKS.
2. Program pemberdayaan usaha mikro dan kecil (UMK) melalui sertifikasi hak atas
tanah dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha UMK dalam
mengakses sumber-sumber permodalan khususnya bagi lembaga keuangan yang
mensyaratkan adanya agunan bagi debitornya.
3. Pemanfaatan dana SUP-005 untuk pembiayaan usaha mikro dan kecil.
4. Program sarjana pencipta kerja mandiri (Prospek Mandiri) untuk meningkatkan
jumlah wirausahawan kecil dan menengah melalui skema bantuan modal kerja.
5. Pengembangan usaha KUKM di sektor peternakan melalui bantuan dana bergulir
kepada koperasi untuk pengadaan bibit sapi dan sarana penunjang lainnya.
6. Program pengembangan usaha koperasi di bidang pangan yang dilakukan melalui
kegiatan pengembangan pengadaan pangan koperasi dengan sistem bank padi,
pengadaan alat pertanian, dan sarana produksi di sentra pangan.
7. Program pengarusutamaan gender di bidang KUKM melalui dukungan perkuatan
dana bergulir kepada kelompok-kelompok produktif masyarakat, yang pada
umumnya adalah wanita pengusaha skala mikro dan kecil dengan menerapkan
sistem tanggung renteng.

Anda mungkin juga menyukai