Anda di halaman 1dari 135

'

Vaksin Flu
majalah.tempo.co
2 mins read

J
auh sebelum corona muncul, dunia terkena wabah penyakit flu
pada awal abad ke-19. Setelah berkali-kali meneliti, para ahli
akhirnya menemukan obat dari penyakit yang disebabkan oleh
virus influenza itu pada 1993.

Vaksin Flu

• Gejala corona mirip dengan gejala influenza.

• Para ahli menemukan obat influenza setelah meneliti 75 tahun.

• Sempat gagal berkali-kali, peneliti akhirnya menemukan kelemahan virus

influenza.

VIRUS corona (Covid-19) menyerang dunia. Sejak pertama kali


muncul di Wuhan, Cina, pada Desember 2019, virus itu telah
menyebar ke 197 negara per Rabu, 25 Maret 2020. Lebih dari 18 ribu
dari 422 orang yang terinfeksi meninggal oleh serangan Covid-19.
Semua orang bisa terinfeksi oleh virus yang gejalanya mirip dengan
terkena virus influenza, seperti flu, demam, dan batuk-batuk, itu.

Meski gejalanya mirip, penyakit flu bisa disembuhkan lantaran para


ahli sudah menemukan vaksin penangkal virus. Berbeda dengan
corona, yang hingga saat ini para ahli masih berjibaku menemukan
penangkal Covid-19. Artikel majalah Tempo berjudul “Virus Dijerat,
Obat Dibuat” edisi 25 Desember 1993 mengulas bagaimana para ahli
berupaya menemukan obat flu.

Ketika itu, dokter Peter Colman dan dokter Jose Varghese dari
Organisasi Riset Ilmiah dan Industri Australia, bersama dokter
Graeme Laver dari Australian National University, berhasil
menemukan titik kelemahan virus influenza. Penemuan ini
merupakan tonggak baru sejak virus itu dikenal oleh dunia
kedokteran pada 1918.

Melacak virus influenza tidaklah mudah. Para ahli yang getol


“mengejar” virus ini acap tertipu. Dan, bila dibuatkan vaksinnya,
virus influenza bisa begitu cepat mengubah diri, sehingga zat
penangkal itu mubazir. Sampai sepuluh tahun, Colman, Varghese, dan
Laver melacak cara kerja virus influenza.

Hasil pengamatan mereka menunjukkan virus yang juga menyerang


berbagai hewan menyusui dan burung itu terdiri atas beberapa gen
yang dibungkus mantel dari dua jenis protein sialidase dan
hemaglutinin. Sewaktu virus itu memasuki tubuh calon penderita,
hemaglutinin-lah yang memegang kunci.

Begitu berada di dalam sel, virus segera memperbanyak diri,


membentuk jutaan partikel yang disebut virion. Virion- virion ini lalu
menyebarkan infeksi dan memasuki sel-sel di sekitarnya. Pada tahap
ini, pemilik tubuh mulai merasakan sakit kepala, batuk-batuk, dan
ngilu di persendian.

Meskipun beberapa percobaan—pada pertengahan 1970-an—dengan


sialidase gagal, Colman dan Varghese tetap ngotot. Sialidase ternyata
sejenis enzim. Dalam tubuh, enzim adalah pembuat energi
berkapasitas tinggi. Menurut Colman, kalau energi ini dapat
dimanfaatkan sebagai energi perekat, secara teori orang harus dapat
membuat obat yang menempel lebih kuat pada sialidase daripada
hemaglutinin.

Sudah diketahui bahwa virus influenza sangat pandai menyesuaikan


diri dengan bagian tubuh yang ditempelinya. Colman dan Varghese
lalu mencari pola yang konstan dari molekul protein sialidase yang
berubah-ubah ini. Mereka mengambil virus influenza, kemudian
mengkristalkannya.

Dalam bentuk kristal ini, mereka mendapat gambar tiga dimensi dari
sialidase. Protein ini ternyata molekul berbentuk jamur yang mencuat
dari inti virus. Para peneliti menemukan bahwa pada kepala jamur
selalu ada belahan seperti saku. Ternyata unsur belahan ini
memegang peran utama dalam interaksi virus pada sel tubuh yang
dimasukinya.

Tak mengherankan bila sistem kekebalan tubuh gagal mengenali


bagian aktif molekul sialidase. Itulah sebabnya kenapa mekanisme
kekebalan tubuh kewalahan mencari kelemahan virus influenza.
Untuk itu, perlu prototipe yang dapat menyumbat belahan molekul
sialidase. Prototipe ditemukan dokter Wen Yang Wu, warga Australia
keturunan Cina, yang merupakan tiruan asam sialik. Cara kerjanya
ialah menyumbat belahan seperti saku yang menyembunyikan bagian
aktif dari sialidase.

Jadi obat ini tidak mencegah infeksi, tapi membiarkannya. Sesudah


infeksi terjadi, sebelum jutaan virion yang diciptakan virus yang
masuk ke sel lendir menyebar, mereka diperangkap. Sementara itu,
mekanisme tubuh bereaksi membasmi mereka dalam perangkapnya.
Obat ini telah diuji pada musang dan sukses.

Tahun depan, menurut produsen obat Biota dan mitranya, Glaxo


Australia, ramuan obat influenza ini akan dites pada manusia. Hidung
sekitar 8.000 sukarelawan akan disemprot dengan obat ini, lalu
mereka dilepas ke lapangan untuk menerima virus influenza. Berapa
lama tes ini akan berjalan? “Mungkin sekitar tiga tahun lagi,” kata
Ken Windall, Direktur Utama Glaxo Australia.
Permainan Kelam Menteri
Perdagangan
majalah.tempo.co
2 mins read

K
ongsi bisnis PT Yudistira Bumi Bhakti dengan PT Aneka
Tambang Tbk dalam bisnis penambangan dan pengangkutan
bijih nikel dinilai merugikan negara. Menyeret Menteri
Perdagangan Agus Suparmanto.

Permainan Kelam Menteri Perdagangan

KERAGUAN sejumlah kalangan bahwa proses pemilihan anggota


Kabinet Indonesia Maju tidak dilakukan secara cakap dan teliti kini
menuai bukti. Kekacauan dalam pelaksanaan tugas di beberapa
kementerian pada enam bulan pertama usia kabinet mulai terkuak.

Salah satunya Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. Politikus


Partai Kebangkitan Bangsa ini diduga pernah terlibat patgulipat
bisnis dengan perusahaan negara dan dilaporkan ke Badan Reserse
Kriminal Kepolisian RI. Di tengah jalan, kasus itu berhenti dengan
alasan tidak cukup bukti. Oleh polisi, Agus tidak pernah dimintai
keterangan.

Investigasi majalah ini menemukan jejak Agus dalam transaksi


lancung PT Yudistira Bumi Bhakti saat memperoleh proyek
penambangan dan pengangkutan bijih nikel di area konsesi milik PT
Aneka Tambang Tbk di Tanjung Buli, Kabupaten Halmahera Timur,
pada 2001-2014.

Yudistira Bumi Bhakti awalnya adalah perusahaan milik Menteri


Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Yulius Isyudianto. Pada 2000,
Agus melalui perusahaannya, PT Mitrasysta Nusantara, menjadi salah
satu pemodal dan menjadikan Yudistira Bumi Bhakti sebagai
kendaraan untuk memenangi tender proyek dari Aneka Tambang.
Meski menjadi bohir, nama Agus tidak tercantum dalam akta
perusahaan.

Pada 2001, Yudistira Bumi Bhakti menang tender proyek di Tanjung


Buli itu dengan masa kontrak hingga 2004. Ketika kontrak habis,
direksi Aneka Tambang kembali menunjuk langsung Yudistira Bumi
Bhakti sebagai pelaksana proyek penambangan dan pengangkutan
bijih nikel, dalam lima periode, hingga 2014. Selain prosedur
mendapatkan proyek itu terindikasi melanggar aturan, Yudistira Bumi
Bhakti diduga mendapat harga spesial sehingga memperoleh untung
di atas kewajaran.

Praktik bisnis ganjil ini pernah menjadi temuan auditor internal


Aneka Tambang pada 2009. Audit itu mendapati jumlah konsumsi
bahan bakar minyak pada kontrak kerja sama yang jauh lebih tinggi
dibanding konsumsi BBM yang digunakan Yudistira Bumi Bhakti pada
2007 dan 2008. Tak hanya itu, Badan Pemeriksa Keuangan pada audit
2012 menilai Aneka Tambang tidak berhati-hati dalam menjalin kerja
sama dengan Yudistira Bumi Bhakti.

Namun pelbagai temuan internal dan lembaga auditor negara itu


diabaikan pemegang saham. Mereka yang ditengarai melanggar tidak
tersentuh hukum, malah terus menjabat—bahkan kerja sama tersebut
terus berlangsung hingga 2014.

Kongsi lancung ini sulit diterima akal sehat. Perusahaan negara


bidang pertambangan menjalin bisnis dengan perusahaan antah-
berantah di bidang yang semestinya sudah dikuasai Aneka Tambang
selama bertahun-tahun. Praktik bisnis ini bisa dicurigai merupakan
rekayasa keuangan untuk melegalkan upaya penjarahan aset negara.

Dugaan praktik lancung Agus melengkapi sejumlah polemik tentang


kebijakan yang pernah diambilnya. Contoh paling anyar adalah saat
terjadi kelangkaan gula yang berdampak pada melambungnya harga
bahan kebutuhan pokok itu. Agus ditengarai tak kunjung meneken
permohonan impor gula, seperti yang sudah diputuskan rapat
Menteri Koordinator Perekonomian.

Penegak hukum harus bergerak cepat menelusuri perkara Aneka


Tambang. Presiden Joko Widodo tidak boleh meremehkan persoalan
ini karena kini ia mempertaruhkan kepercayaan publik kepada
pemerintah dan kinerja Kementerian Perdagangan yang dipimpin
Agus.

Jokowi tidak boleh tersandera oleh politik balas budi. Sudah lama
menjadi omongan: terpilihnya Agus sebagai Menteri Perdagangan
pada Oktober 2019 merupakan imbalan atas dukungan Partai
Kebangkitan Bangsa, partai asal Agus, dalam pemilihan presiden. PKB
salah satu partai pengusung Jokowi.

Sulit untuk percaya bahwa Jokowi tak tahu latar belakang calon
menterinya. Seperti pada awal periode pertama pemerintahannya, ia
mengecek setiap detail riwayat calon sebelum menetapkan sebagai
menteri. Karena itu, terpilihnya Agus besar kemungkinan lebih
banyak didasari pertimbangan menjaga perimbangan kekuatan
partai-partai pendukung Jokowi. Meski sempat jadi kasak-kusuk,
terlalu berlebihan mencurigai partai penyokong “menjajakan” jatah
menteri kepada kandidat yang bisa memberikan imbalan ekonomi
kepada partai dan oknum pimpinan partai.

Tanpa kehendak memperbaiki kabinetnya, pemerintah Jokowi akan


terseok-seok menghadapi pelbagai tantangan—termasuk pandemi
Covid-19 dan dampak ekonomi yang mengikutinya. Tanpa menyadari
bahwa ia telah salah langkah dalam penyusunan kabinet, Jokowi akan
terus terjerembap dalam pemerintahan yang kehilangan kredibilitas.


Mahal Proyek Listrik Sampah
majalah.tempo.co
2 mins read

T
AK sepatutnya pemerintah membiarkan PT PLN menjadi
korban rente yang tidak ada habis-habisnya. Pembangunan
12 pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) merugikan
PLN karena perusahaan negara itu harus membeli listrik dua kali
lebih mahal dibanding harga pokok pembeliannya. Pemerintah daerah
juga dirugikan karena harus membeli sampah olahan pada angka
tertentu.

Sudah puluhan tahun PLN terpaksa membeli listrik dari pembangkit


swasta dengan harga lebih mahal. Kini saatnya pemerintah
mengoreksi model bisnis seperti itu dan tidak lagi mencampuri
urusan bisnis PLN dengan kebijakan-kebijakan yang seolah-olah baik
tapi justru merugikan perusahaan ini. Tidak ada yang salah dengan
pembangunan pembangkit ramah lingkungan sepanjang program
tersebut tetap mempertimbangkan aspek bisnis, terutama jika opsi
untuk itu tersedia.
Pemerintah bisa bersandar pada rekomendasi Komisi Pemberantasan
Korupsi. KPK mengkaji model bisnis PLTSa sejak 2019. Ini adalah
bagian dari kerja koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi, yang
dalam sektor kelistrikan sudah berlangsung sejak 2015. Pemerintah
harus segera mengkaji ulang proyek ini karena akan membebani PLN.
Pada akhirnya, pemerintah juga harus menambalnya dalam bentuk
kompensasi kerugian tersebut di Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang percepatan


proyek PLTSa, pemerintah menetapkan pembangunan PLTSa di
Jakarta dan sebelas kota lain. Kota-kota itu merupakan penyumbang
sampah terbesar di Indonesia. Aturan tersebut menetapkan kontrak
pengolahan sampah antara pemerintah dan investor serta perjanjian
jual-beli listrik antara pengembang PLTSa dan PLN.

Dalam skema itu, pemerintah daerah mesti membayar tipping fee atau
biaya layanan pengolahan sampah (BLPS) maksimal Rp 500 ribu per
ton kepada investor. Sedangkan PLN harus membeli listrik dari PLTSa
dengan skema feed in tariff selama 25 tahun. Harganya US$ 13,35 sen
per kilowatt-jam untuk PLTSa berkapasitas maksimal 20 megawatt
dan US$ 14,54 sen untuk pembangkit lebih dari 20 MW. Khusus di
Jakarta, PLN membayar US$ 11,8 sen per kWh.

Angka-angka tersebut jelas tak masuk hitungan bisnis PLN. Menurut


KPK, jika itu diteruskan, PLN sudah pasti merugi. Beban ini pada
akhirnya akan ditanggung konsumen dalam bentuk kenaikan tarif
listrik. Kalau PLN tidak bisa menaikkan tarif listrik, pemerintahlah
yang harus menanggung kerugian itu. Langkah terbaik bagi
pemerintah adalah mengikuti rekomendasi KPK dengan membatalkan
proyek ini.

Lagi pula, ada persoalan lain, yakni penggunaan teknologi pengolahan


sampah yang tak ramah lingkungan. Dalam Peraturan Presiden
Nomor 35 Tahun 2018, pemerintah tidak mengatur jenis pembangkit
listrik yang digunakan, sehingga beberapa wilayah masih memakai
teknologi berbasis termal atau pembakaran. Padahal sistem semacam
ini seharusnya tak digunakan lagi karena bisa meracuni udara.
Mahkamah Agung pada 2017 juga membatalkan Peraturan Presiden
Nomor 18 Tahun 2016 yang menjadi landasan proyek PLTSa dengan
teknologi termal.

Jika PLN masih bertekad meneruskan program pembangkit ramah


lingkungan, ada pilihan yang lebih masuk akal dari sisi hitungan
bisnis, yakni pengolahan pelet atau briket sampah sebagai bahan
bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Cara yang disebut co-
firing ini sudah diuji di empat PLTU dan PLN ternyata bisa
menghemat biaya pembelian batu bara. Cara ini jelas lebih efisien
ketimbang membangun PLTSa, yang mahal dan memberi peluang bagi
masuknya para pemburu rente.

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah



Komisi Antikorupsi,
Wassalam
majalah.tempo.co
2 mins read

T
iga bulan kepemimpinan Firli Bahuri memadamkan harapan
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi. Pengkhianatan
terhadap amanat reformasi.

Komisi Antikorupsi, Wassalam

HAMPIR tujuh belas tahun berdiri, Komisi Pemberantasan Korupsi


atau KPK kini berada di titik terendahnya. Undang-undang hasil
revisi, akhir tahun lalu, telah mempereteli kekuatan lembaga itu.
Kualitas buruk komisioner periode 2019-2023 pun memperlemah
kinerja komisi yang sebelumnya selalu mendapat kepercayaan tinggi
dari publik tersebut.

Revisi Undang-Undang KPK oleh Dewan Perwakilan Rakyat 2014-2019


dan periode pertama pemerintahan Joko Widodo membuat penyidikan
perkara korupsi begitu rumit dan birokratis. Pada saat yang sama,
Jokowi mengajukan calon-calon kompromistis yang menghasilkan
kepemimpinan Firli Bahuri di komisi antikorupsi.

Sejak dilantik pada 20 Desember 2019, Firli Bahuri dan empat wakil
ketuanya menciptakan “tradisi baru”. Ia mendatangi lembaga-
lembaga lain dengan dalih “pencegahan”. Ia mementingkan seremoni,
termasuk pertunjukan memasak di depan para jurnalis.
Kepemimpinan periode ini melupakan bagian terpenting dari
pencegahan korupsi: penindakan yang bisa menimbulkan efek jera.

Boleh dikatakan tidak ada kasus baru yang ditangani KPK pada
periode ini. Sampai muncul olok-olok: Firli betul-betul hebat, dalam
tiga bulan kepemimpinannya, koruptor bisa dihilangkan. Buktinya,
tak ada lagi koruptor yang ditangkap. Sebuah sindiran yang sangat
punya alasan.

Memang, di awal periode mereka, KPK menangkap anggota Komisi


Pemilihan Umum, Wahyu Setiawan, yang diduga menerima suap dari
politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Harun Masiku. Tapi
penangkapan ini merupakan kelanjutan dari kepemimpinan
sebelumnya. Kelanjutan perkara ini pun masih belum jelas karena
KPK belum bisa menangkap Harun. Lembaga itu juga tak serius
mengejar mantan Sekretaris Mahkamah Agung, Nurhadi
Abdurrachman, yang telah dinyatakan sebagai tersangka perkara
gratifikasi Rp 46 miliar.

Pemimpin baru KPK kini juga sibuk dengan urusan internal. Firli dan
kawan-kawan terkesan menyingkirkan beberapa personel yang
dianggap tak sejalan. Mereka dikembalikan ke institusi asal, yakni
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan
Agung. Di masa lalu, komisioner justru berusaha mempertahankan
personel terbaik yang hendak ditarik institusinya.

Kewenangan penerbitan surat untuk penyelidik yang akan bergerak di


lapangan juga jadi persoalan. Pada periode sebelumnya, surat
penyelidikan cukup ditandatangani satu atau dua orang pemimpin
KPK. Kini semua diharuskan melibatkan Firli. Kelincahan penyelidik
yang menjadi keunggulan mereka di masa lalu telah berakhir.

Pemimpin KPK tidak memiliki visi pencegahan korupsi yang jelas.


Program pencegahan korupsi yang berjalan di KPK saat ini tak lebih
merupakan kelanjutan periode sebelumnya. Belum ada gebrakan baru
dari Firli dan pimpinan KPK lain dalam pencegahan korupsi yang
kerap mereka dengungkan.

Dalam tiga bulan ini, menurut survei, kepercayaan publik terhadap


KPK anjlok. Hasil sigi Indo Barometer menunjukkan tingkat
kepercayaan turun ke posisi keempat. Dalam survei Cyrus Network
pada akhir Januari lalu yang diumumkan Maret ini, peringkat KPK
sebagai lembaga yang dipercaya publik bahkan berada di bawah
Kepolisian—hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Dengan situasi seperti ini, kita sudah bisa mengucapkan selamat


tinggal pemberantasan korupsi. Rezim Jokowi dan Dewan Perwakilan
Rakyat bertanggung jawab atas pengkhianatan terhadap perjuangan
reformasi ini.

Firli Bahuri Komisi Pemberantasan Korupsi



Mencari Pemimpin Pelawan
Corona
majalah.tempo.co
1 min read

• Kegamangan pemerintah pusat menghadapi pandemi membuat pemerintah

daerah berimprovisasi mencari selamat.

• Polemik soal mengkarantina wilayah atau tidak saat ini tidak lagi relevan.

• Dibutuhkan kepemimpinan yang kuat agar Indonesia tidak dilanda krisis

multidimensi.

S
IKAP gamang pemerintah pusat bakal membuat Indonesia
makin terpuruk. Saat ini, wabah penyakit virus corona 2019
atau Covid-19 sudah menyebar ke 28 provinsi dengan lebih
dari seribu orang terinfeksi dengan tingkat kematian dua kali lipat
rata-rata global. Kegagapan pemerintah pusat itu membuat beberapa
kepala daerah ketakutan sehingga bergerak tanpa panduan untuk
menyelamatkan penduduknya.
Setidaknya lima kepala daerah mengambil langkah tegas. Wali Kota
Surakarta sejak 16 Maret lalu meliburkan sekolah, meniadakan acara
olahraga dan seni, serta menutup tempat wisata. Gubernur Bali
mengimbau penduduk masuk rumah setelah hari raya Nyepi. Adapun
Gubernur Maluku dan Gubernur Papua resmi menutup jalur
transportasi udara dan laut selama 14 hari. Yang paling baru, Wali
Kota Tegal menutup jajan-jalan di kota itu mulai 30 Maret hingga 30
Juli nanti.

Instruksi Presiden Joko Widodo untuk menjaga jarak sosial alias


social distancing dengan cara bekerja, belajar, dan beribadah di
rumah tak selalu dituruti publik. Banyak bisnis yang tak menerapkan
kerja dari rumah, masyarakat masih senang berkerumun, dan rumah
ibadah tetap menggelar kegiatan berjemaah. Tak aneh bila
perpindahan orang antarwilayah kian tinggi karena ingin liburan atau
sengaja menghindari episentrum wabah. Walhasil, laju penularan kini
melonjak menjadi tiga digit per hari.

Polemik soal mengkarantina wilayah atau tidak (seraya menerapkan


kebijakan jaga jarak) saat ini tidak lagi relevan. Negara yang menutup
wilayahnya, ambillah contoh Italia, terbukti tidak berhasil
membendung penyebaran Covid-19. Adapun Cina dan Taiwan terbukti
sukses. Korea Selatan, yang tidak mengkarantina wilayah, berhasil
menurunkan angka penambahan pasien corona. Sebaliknya, banyak
negara yang tak menerapkan karantina kini termehek-mehek
menahan laju penambahan warga yang terpapar.

Yang dibutuhkan saat ini adalah kepemimpinan yang kuat, yakni


pemimpin yang asertif, dapat menggelorakan solidaritas sosial, dan
dipercaya publik. Hal yang terakhir hanya dapat dicapai jika
pemerintah bersikap terbuka—termasuk perihal kondisi masyarakat
yang terpapar dan jumlah korban.

Jokowi harus cepat mengambil keputusan. Kelambanan Presiden


dalam memutuskan penggunaan tes cepat massal (mass rapid test)
tidak boleh terulang. Ia harus merombak anggaran belanja agar lebih
banyak dana yang bisa dipakai untuk memerangi Covid-19,
memobilisasi sebanyak mungkin sumber daya untuk memperkuat
sistem dan fasilitas kesehatan, serta menginisiasi solidaritas publik.

Tak asal cepat, ia selayaknya memikirkan masak-masak setiap


kebijakan yang akan diambil. Pernyataannya tentang para pengojek
online yang boleh tidak membayar cicilan kendaraan bermotor,
sekadar contoh, mungkin terdengar populis. Namun, jika diterapkan,
kebijakan itu akan memukul perusahaan keuangan penyedia kredit—
dan akhirnya mengganggu kinerja perbankan. Rencana menyalurkan
bantuan tunai langsung kepada masyarakat kelas bawah yang
terpukul corona hendaknya juga disertai persiapan yang matang
perihal ketersediaan data calon penerima dan cara distribusinya.

Tanpa itu semua, Indonesia akan terus centang-perenang menghadapi


pandemi. Salah-salah kita malah terpuruk pada krisis multidimensi.


Kisruh Proyek Menteri Agus
majalah.tempo.co
9 mins read

M
enteri Perdagangan Agus Suparmanto digugat ke polisi
dengan tuduhan menipu dan menggelapkan uang
perusahaan. Pengusaha properti ini pernah berkongsi
dengan Pramono Anung—kini Menteri Sekretaris Kabinet—mengerjakan
proyek pengerukan dan pengapalan bijih nikel dari PT Aneka Tambang
Tbk pada 2001-2014. Saling gugat mantan kolega bisnis itu menguak
dugaan penggelembungan nilai proyek dengan keuntungan fantastis
hingga Rp 2,9 triliun. Proyek itu juga meninggalkan kerusakan
lingkungan yang masif di Tanjung Buli, Halmahera Timur, Maluku
Utara.

Lokasi bekas kantor perusahaan PT Yudistira Bumi Bhakti,


Buli, Maba, Halmahera Timur. TEMPO

• Sebelum menjabat Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto pernah berkongsi

dengan Pramono Anung dalam bisnis tambang nikel.


• Agus menjadi investor PT Yudistira Bumi Bhakti yang mengeruk keuntungan

tidak wajar hingga Rp 2,9 triliun dari proyek Antam di Halmahera, Maluku

Utara

• Bekas rekan bisnis Agus melaporkannya ke polisi karena tidak mendapat bagian

keuntungan yang dijanjikan sebelumnya.

PADA 3 Februari lalu, warga di Desa Buli, Halmahera Timur,


dihebohkan sepotong berita yang ramai beredar di media daring
(online) tentang laporan dugaan penipuan dan penggelapan di PT
Yudistira Bumi Bhakti. Sejak 2001, nama perusahaan penambang
nikel itu memang sudah akrab di telinga warga desa terpencil di
pelosok Provinsi Maluku Utara itu. Hampir duapuluh tahun lalu,
Yudistira mulai menambang nikel di kampung mereka. Sejak itu,
warga mengeluh udara dan air jadi kotor, laut jadi dangkal dan penuh
lumpur.

Kabar yang sampai ke Desa Buli: mantan Komisaris Yudistira, Yulius


Isyudianto, melaporkan Agus Suparmanto, investor perusahaan itu,
dengan tuduhan menggelapkan keuntungan perusahaan hasil
menggali nikel di Tanjung Buli sebesar Rp 500 miliar. “Baru kali itu
kami tahu perusahaan tersebut ternyata bukan punya Antam,” ujar
Slamet Kiye, penduduk Buli, kepada Tempo yang datang ke kampung
itu pada 24 Maret lalu.

Bekas wilayah operasional PT Yudhistira Bumi Bhakti di Tanjung Buli, Maba,


Halmahera Timur. TEMPO

Sebelumnya, penduduk hanya tahu, kata Slamet, perusahaan yang


memangkas bukit dan membuang sisa nikel ke laut Tanjung Buli itu
adalah PT Aneka Tambang (Antam). Slamet dan para nelayan di sana
juga baru tahu kalau salahsatu pemilik Yudistira Bumi Bhakti kini
menjadi Menteri Perdagangan.
Berita itu cepat menyebar karena warga mengunggahnya ke Facebook
lalu menular lewat WhatsApp di telepon genggam mereka. Komentar
para nelayan Tanjung Buli hampir seragam: mereka terperangah soal
nilai uang yang dipermasalahkan dalam sengketa itu. “Di sini kami
sengsara, di atas deal-nya miliar-miliaran,” ucap Slamet, 35 tahun.
“Masyarakat enggak kebagian apa-apa.”

•••

TAK hanya melaporkan Agus Suparmanto ingkar janji membagi


keuntungan proyek selama 13 tahun itu, Yulius Isyudianto juga
membongkar cara culas perusahaannya mendapatkan proyek
tersebut. “Proyek itu tanpa tender dan harganya digelembungkan,”
katanya.

Syahdan, pada 1999, kawan Yulius, Rafli Ananta Murad dan Sardjono,
mengajaknya ikut tender pengerukan bijih nikel di Tanjung Buli,
Halmahera Timur, yang ditawarkan PT Aneka Tambang. Perusahaan
negara ini baru membuka area baru di pulau-pulau kecil di Maluku
Utara itu dan mengklaim memiliki cadangan nikel sebanyak 220 juta
ton nikel basah (WMT, wet metric ton)—cadangan nikel terbesar
kedua Antam setelah Sulawesi Tenggara. Luas area nikel yang bakal
dikeduk di Tanjung Buli adalah 2.340 hektare.

Rafli dan Sardjono berpengalaman dalam urusan tender di Antam,


tapi mereka tak punya perusahaan yang memiliki izin usaha
pertambangan. Yulius bersama Pramono Anung memiliki PT Yudistira
Bumi Bhakti yang usahanya di bidang ini. “Tapi ternyata Yudistira tak
punya modal,” ujar Rafli.

Foto udara bekas wilayah tambang nikel PT Yudhistira Bumi Bhakti di Tanjung Buli,
Maba, Halmahera Timur. TEMPO

Rafli dan Yulius lalu mengontak Miming Leonardo, pemilik PT Surya


Labuan Sari. Miming juga mengenal Agus Suparmanto, yang ketika itu
tengah berkibar dengan usaha percetakan dan properti melalui PT
Mitrasysta Nusantara.

Pucuk dicita ulam tiba. Setelah mendengar peluang mereka cukup


besar untuk memenangi tender itu, Agus setuju mengucurkan modal
awal sebanyak US$ 6 juta atau Rp 58 miliar pada kurs Rp 9.600 per
dolar Amerika Serikat waktu itu.

Benar saja. Meski baru pertama kali ikut lelang di Antam, Yudistira
dinyatakan menang, mengalahkan PT Minerina Bhakti, anak usaha
Dana Pensiun Antam; dan PT Kasuari, anak usaha PT Intraco Penta
yang lama mengerjakan proyek-proyek pengerukan bijih tambang.
Harga yang diajukan Yudistira US$ 8,47 per WMT untuk pengerukan
hingga pengiriman ke kapal untuk ekspor.

Rafli menduga Yudistira menang karena ada Pramono Anung di


jajaran pemilik perusahaan. Popularitas Pramono Anung di Antam
dikonfirmasi Dedi Aditya Sumanagara, Direktur Antam ketika itu.
“Dia adik kelas saya di ITB,” katanya. “Tapi bukan karena dia PT
Yudistira menang tender.” Sementara itu, Pramono mengaku tak
mengenal satu pun anggota direksi Antam. “Sejak menjadi anggota
DPR pada 1999, saya sudah melepas segala urusan bisnis di
Yudistira,” tuturnya.

Menurut Dedi, ada banyak faktor yang dipertimbangkan dalam


menunjuk perusahaan Pramono itu menang lelang pengerukan bijih
nikel di Halmahera. Salah satunya harga penawaran.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, 11


Maret 2020. ANTARA/Muhammad Adimaja

Padahal, menurut Rafli, harga yang mereka ajukan sebetulnya harga


tertinggi dan di atas rata-rata pasar. Sebab, harga normal untuk
proyek serupa di Halmahera senilai US$ 8,35 per WMT bijih nikel.
“Memang harganya lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontraktor
lain di Halmahera,” kata Dedi mengakui. “Tapi ada effort perusahaan
melakukan reklamasi, konservasi, bahkan membebaskan lahan.”

Setelah proyek di tangan, para pengendali Yudistira mulai berembuk


membagi saham dan keuntungan proyek. Sebagai pemodal, Agus
Suparmanto dan Miming Leonardo disepakati mendapat 70 persen
keuntungan, sementara Yulius Isyudianto dan Pramono Anung
mendapat 10 persen. Sisanya dibagi untuk para pemrakarsa lain.
Syaratnya, seluruh saham Pramono dan Yulius di Yudistira diserahkan
kepada Miming dan Juandy Tanumihardja, yang menjadi pelaksana
proyek. “Itu atas permintaan Agus,” ujar Yulius.

Kegiatan mengeruk nikel di Tanjung Buli pun dimulai pada 2001.


Dalam kontrak, pengerukan bijih nikel itu akan berakhir pada 18 Juli
2004. Anehnya, hingga tiga tahun berlalu, menjelang masa berakhir
kontrak, Antam tak kunjung membuka tender baru. Direktur Antam
Dedi Aditya malah menunjuk langsung Yudistira meneruskan proyek
untuk periode kedua hingga 18 Juli 2007. “Itu bukan penunjukan
langsung, tapi perpanjangan kontrak,” ucap Dedi ketika dimintai
konfirmasi.

Menurut dia, dalam aturan Pedoman Pengelolaan Rantai Pasokan


Antam, perpanjangan kontrak dimungkinkan. Selain itu, dalam
kontrak pertama ada klausul perpanjangan jika proyek masih
berjalan. Ketika disinggung bahwa pada 2003 sudah ada Keputusan
Presiden Nomor 80 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang
atau Jasa Pemerintah tentang kewajiban lelang, Dedi mengatakan
aturan internal mereka sudah mengacu pada keputusan tersebut.

Selain soal aturan yang membolehkan, kata Dedi, penunjukan kembali


Yudistira menimbang urusan bisnis. Pada 2007, menurut dia, harga
nikel dunia sedang naik sampai US$ 52,35 per ton—tertinggi sejak
1979. Maka jika Antam membuka lelang, yang membutuhkan waktu
empat-enam bulan, potensi keuntungan perusahaan negara tersebut
akan hilang selama masa menunggu pemenang tender. “Terbukti
keuntungan bersih kami pada 2007 mencapai US$ 500 juta,” ujar
Dedi.

Masalahnya, penunjukan langsung kepada Yudistira berlanjut untuk


kontrak-kontrak berikutnya, bahkan hingga Dedi digantikan Alwin
Syah Loebis pada 2008. Sama seperti Dedi, Alwin menunjuk Yudistira
untuk kontrak berikutnya hingga 2014.

Alwin—juga sama seperti Dedi—bersandar pada alasan aturan


internal dan pertimbangan bisnis harga nikel dunia yang sedang
bagus sehingga lelang ditiadakan. “Jika tender akan lama sehingga
mengganggu waktu produksi,” tuturnya. Padahal harga nikel pada
2008 turun 22 persen, seperti dicatat laporan keuangan Antam tahun
itu.
•••

PROYEK Yudistira berjalan mulus hingga setahun menjelang


berakhirnya kerja mereka di Tanjung Buli. Pada 2013, Rafli Ananta
Murad dan Yulius Isyudianto menagih jatah mereka dalam
kesepakatan awal. Dari perhitungan keduanya, pendapatan Yudistira
dari proyek mengeruk bijih nikel dan mengapalkannya pada 2001-
2013 mencapai Rp 7 triliun. Dari situ, keuntungan bersihnya
diperkirakan sebanyak US$ 280 juta atau sekitar Rp 2,9 triliun.

Artinya, di luar jatah Agus Suparmanto, Yulius dan para komisaris


lain seharusnya mendapatkan Rp 1 triliun. Namun, kata Rafli, Agus
selalu mengelak ketika disinggung soal pembagian jatah itu. Bosan
menagih, Rafli dan Yulius lalu menyewa pengacara untuk mensomasi
Agus. Tak mempan juga. Agus selalu berkelit. Habis kesabaran, pada
2013 itu, Yulius akhirnya melaporkan Agus ke polisi dengan tuduhan
menipu dan menggelapkan uang perusahaan.

Menurut Rafli, sempat tersiar kabar kalau satu dari tiga sekondan itu
—Agus, Miming, dan Juandy—sudah hendak menjadi tersangka.
Diduga karena itu, Agus mengontak Yulius mengajak damai. Ia
menjanjikan uang Rp 500 miliar asalkan laporan Yulius ke polisi
dicabut. Sebagai komitmen, Agus memberikan Rp 30 miliar. Deal.
Kesepakatan di depan notaris pun dibuat. Hanya, tak tertulis di sana
bahwa Agus akan membayar Rp 500 miliar seperti janjinya.

Sadar belakangan kalau perjanjian damai itu merugikan, Rafli dan


Yulius kembali melaporkan Agus ke polisi dengan pasal sama pada
Januari 2020. Sebab, selama tujuh tahun mereka menagih, Agus
selalu mengelak mengakui nota perdamaian pada 2013 itu. Ironisnya,
polisi berpatokan pada nota itu untuk menghentikan penyelidikan
untuk laporan kedua Yulius.

Berita itulah yang dibaca oleh warga Desa Buli nun di Halmahera.
Mereka masygul karena PT Yudistira Bumi Bhakti meninggalkan desa
mereka begitu saja menyisakan lubang-lubang tambang tanpa
reklamasi, apalagi konservasi. Laut yang penuh limbah sisa nikel
membuat ikan hilang dan mendangkal sehingga mereka harus
memutar perahu ketika melaut. “Ternyata semua ini hanya
kepentingan bisnis,” ujar Ismanudin, warga Buli. “Masyarakat yang
terkena dampak tak dipikirkan.”

•••

PARA nelayan Tanjung Buli bisa jadi makin bergidik kalau tahu
hitung-hitungan proyek itu berdasarkan dokumen internal PT
Yudistira Bumi Bhakti sendiri. Seperti disinggung Yulius Isyudianto,
sejak awal harga yang mereka ajukan untuk mendapatkan proyek
Halmahera itu sudah dikatrol setinggi mungkin.

Ini terlihat pada harga kontrak 2007-2009. Di sana tertera US$ 22,9
per wet metric ton. Padahal harga proyek yang sama di sekitar
Halmahera ketika itu hanya sekitar US$ 11 per WMT.

Yulius dan Rafli Ananta Murad mengaku tak mengetahui persis


bagaimana komponen harga yang dibuat Miming Leonardo dan
Juandy Tanumihardja ketika mengajukan proyek tiap perpanjangan
kontrak. Waktu itu Rafli hanya menjabat manajer teknis dan Yulius
sudah tak cawe-cawe urusan manajemen.

Surat permintaan konfirmasi dari Direktur Utama PT Antam Alwin Syah Lubis ke PT
Yudistira terkait temuan tim auditor internal Antam

Keduanya belakangan mencari data pembanding untuk tiap kontrak


ke perusahaan lain di sekitar Tanjung Buli. Salah satunya dengan
membandingkan harga di proyek yang sama di Pulau Obi—tak jauh
dari Tanjung Buli—dengan medan yang mirip. Pelaksananya PT
Parama Murti, berupa proyek pengerukan dan pengapalan pada 2010.
“Harga di Yudistira itu US$ 18,62, sementara kontraktor Parama
hanya US$ 9,04,” kata Rafli.

Menanggapi harga yang lebih tinggi dari harga wajar itu, Dedi Aditya
Sumanagara dan Alwin Syah Loebis kembali menekankan bahwa
komponen harga bergantung pada jenis kegiatan penambang. “Kalau
lebih kecil itu pasti hanya ngeruk tambangnya, tidak ada reklamasi,”
ujar Alwin. “Yudistira juga menambang dengan baik dan ramah
lingkungan.”

Klaim Dedi dan Alwin tak sesuai dengan kenyataan. Seperti


diungkapkan Slamet Keyi, yang memandu Tempo ke lokasi
penambangan Yudistira pada 24 Maret lalu, pemulihan lahan bekas
galian tambang tak benar-benar dilakukan. “Sejak Yudistira masih di
sini, kami demo berkali-kali karena alam jadi berubah, tapi tak
digubris,” kata Ismanudin.

Ihwal kelebihan harga juga dikonfirmasi oleh auditor internal PT


Aneka Tambang. Pada 2009, auditor Antam menyurati direksi soal
konsumsi bahan bakar minyak mesin dan kapal-kapal Yudistira yang
angka penagihannya lebih tinggi dari realisasi lapangan yang dicek
tim audit. Alwin Syah Loebis lalu meneruskan temuan itu kepada
direksi Yudistira pada 18 Februari.
Balasan PT Yudistira yang menolak memberikan konfirmasi ke PT Antam terkait
hasil temuan tim auditor internal Antam

Pada realisasi pekerjaan 2007 dan 2008, tim audit menemukan


tagihan konsumsi bahan bakar untuk penambangan dan pengapalan
berjumlah 13,77 liter per ton. Padahal, dalam realisasi di lapangan,
tim audit menemukan konsumsi untuk penambangan hanya 2,81 liter
per ton dan pengapalan 2,9 liter. Ada selisih 8,06 liter. Sepanjang
periode itu, Yudistira menambang dan mengapalkan 3 juta ton bijih
nikel.

Pada 23 Februari 2009, Juandy Tanumihardja membalas surat Alwin


Syah. Ia menolak permintaan PT Antam menunjukkan harga bahan
bakar sebenarnya, nama perusahaan penyedia, hingga ongkos
angkutnya. Juandy beralasan, “Otoritas internal audit hanya
mempunyai batas kewenangan yang bersifat internal organisasi
perusahaan.”

Berbeda dengan Juandy, Alwin mengatakan tim audit sudah menerima


penjelasan direksi Yudistira soal harga bahan bakar itu. “Di audit
belum memasukkan konsumsi bahan bakar perusahaan subkontraktor
Yudistira,” ujarnya. “Setelah dimasukkan, harganya jadi wajar.”

Pada awal Maret lalu, Tempo menemui Juandy untuk memperjelas


duduk soal kelebihan harga itu di Hotel Mercure, Jakarta Utara.
Ketika itu, ia sedang berbicara dengan pengacara Rafli Ananta Murad
dalam gugatan penipuan dan penggelapan terhadap Agus
Suparmanto, Husdi Herman. Setelah mereka selesai ngobrol, Tempo
menemui Juandy dan menanyakan semua kejanggalan proyek nikel
Halmahera itu. Setelah lama diam, ia menjawab, “Saya tak mau
berkomentar.”

Tak hanya itu. Badan Pemeriksa Keuangan juga menjadikan


kejanggalan kontrak Yudistira ini sebagai temuan audit pada 2014.
BPK menyoroti nilai aset Yudistira yang diserahkan kepada Aneka
Tambang setelah proyek selesai senilai Rp 13,7 miliar. BPK menilai
nilai aset itu terlalu kecil sehingga berpotensi merugikan Antam.
Catatan BPK terhadap proyek Yudistira adalah “Antam tak
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyusun kontrak kerja
sama”.
(dari kiri) Mantan Direktur PT. Yudistira Bumi Bhakti Juandy Tanumiharja,Husdi
Herman dan Yulius Isyudianto di Senayan City, Jakarta, 18 Februari 2020.
Dokomentasi Husdi Herman

Senior Vice President PT Antam Tbk Kunto Hendrapawoko


mengatakan perusahaannya sudah melakukan perbaikan atas temuan
audit tersebut sesuai dengan rekomendasi BPK. “Tindak lanjutnya
sudah dinyatakan diterima BPK,” katanya dalam keterangan tertulis
pada 21 Maret 2020.

Adapun Agus Suparmanto selalu mengelak ketika hendak dimintai


konfirmasi soal proyek ini. Sewaktu ditemui setelah memberikan
sambutan dalam acara Dialog Nasional Perdagangan 2020 oleh Kamar
Dagang dan Industri Indonesia di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, ia tak
menjawab pertanyaan seputar proyek Halmahera. Menteri
Perdagangan ini lebih senang menjawab pertanyaan soal dampak
ekonomi akibat pandemi virus corona.

Surat permintaan wawancara secara resmi ke kantornya pun hanya


dijawab bagian hubungan masyarakat bahwa Agus tak bersedia
diwawancarai karena khawatir penularan virus corona. Ia mengutus
pengacaranya, Petrus Bala Pattyona, untuk menjawab semua
pertanyaan seputar proyek nikel di Maluku Utara. “Klien saya itu
bukan pengurus Yudistira sehingga beliau merasa tidak berwenang
menjawab pertanyaan,” ujarnya.

Menurut Petrus, semua keterangan dan tuduhan mantan kolega bisnis


kliennya tak bisa dipertanggungjawabkan karena tak ada buktinya. Ia
mengakui bahwa Agus adalah investor Yudistira, tapi bukan pemodal
utama seperti diklaim Rafli Ananta Murad. “Klien saya tidak paham
soal penunjukan langsung dan semua prosesnya,” katanya.
Penanggung Jawab: Bagja Hidayat
Pemimpin Proyek: Agung Sedayu
Penulis: Agung Sedayu, Erwan Hermawan, Dini Pramita
Penyumbang Bahan: Agung Sedayu, Erwan Hermawan (Jakarta),
Dini Pramita, Budhy Nurgianto (Halmahera)
Bahasa: Hardian Putra Pratama, Iyan Bastian
Foto: Jati Mahatmaji
Desain: Djunaedi


Seteru Setengah Triliun
majalah.tempo.co
2 mins read

P
erseteruan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dengan
bekas teman bisnisnya dalam pertambangan bijih nikel Aneka
Tambang di Halmahera.

Agus Suparmanto. TEMPO/Subekti

• Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dituduh menipu kongsi bisnisnya.

• Ia menjanjikan pembagian keuntungan Rp 500 miliar, termasuk untuk Pramono

Anung.

• Polisi menghentikan kasusnya karena ada perjanjian damai.

SETELAH tiga bulan bolak-balik ke Badan Reserse Kriminal Kepolisian


Republik Indonesia, Husdi Herman menerima pemberitahuan yang
dinanti tapi tak diharapkannya itu. Pada Kamis, 19 Maret lalu, polisi
menerbitkan surat penghentian penyelidikan laporan dugaan
penipuan terhadap Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.

Polisi menilai laporan Husdi “bukan merupakan tindak pidana”.


“Kami kecewa dan sedang memikirkan kemungkinan membuat
gugatan praperadilan,” ujar Husdi, Jumat, 27 Maret lalu. Husdi adalah
pengacara Yulius Isyudianto, mantan komisaris PT Yudistira Bumi
Bhakti—perusahaan pertambangan yang dihelanya bersama Agus dan
Sekretaris Kabinet Pramono Anung Wibowo.

Pada 2001-2014, perusahaan ini mendapatkan proyek mengeruk bijih


nikel sekaligus mengangkutnya dari Pulau Pakal dan Tanjung Buli,
Halmahera Timur, Maluku Utara. PT Aneka Tambang Tbk menunjuk
Yudistira mengerjakan proyek itu melalui lelang pada 2001,
seterusnya dengan penunjukan langsung. Total pendapatan Yudistira
selama 14 tahun itu US$ 750,4 juta atau Rp 7,05 triliun dari 38,93
juta ton bijih nikel yang mereka ambil.

Menurut Yulius, Agus menjadi investor proyek itu dengan menanam


US$ 6 juta melalui PT Mitrasysta Nusantara. Dalam nota
kesepahaman yang ditandatangani para pemegang saham pada 13
Maret 2001, mereka bersepakat berbagi keuntungan: Agus
dan Miming Leonardo mendapat 70 persen, sementara Yulius dan
enam pemegang saham lain 30 persen. Setahun sebelum proyek
berakhir, pada 2013, Yulius belum memperoleh jatah yang mereka
sepakati itu.

Yulius dan Rafli Ananta Murad—pemegang saham lain—menghitung,


dari pendapatan itu, nilai keuntungan proyek pada 2001-2012 sebesar
US$ 280 juta atau Rp 2,7 triliun. Karena itu, mereka seharusnya
mendapat US$ 84 juta atau Rp 1 triliun dengan kurs Rp 12 ribu pada
akhir 2013. Jatah Pramono sebanyak 5 persen dan Rafli 10 persen.

Ditunggu-tunggu, janji itu tak kunjung dipenuhi. Yulius, lewat


pengacara Hotman Paris Hutapea, menyomasi Agus. Upaya itu tidak
membuahkan hasil. Rafli pun melaporkan Agus beserta Miming
Leonardo dan Juandy Tanumihardja dengan tuduhan penipuan dan
penggelapan pada 2013. Di Yudistira, Miming adalah komisaris,
sementara Juandy direktur.

Menurut Yulius, pada Maret 2014, Agus menemuinya di Hotel


Dharmawangsa, Jakarta Selatan, untuk menawarkan perdamaian.
Agus berjanji memberikan jatah Yulius Rp 500 miliar dengan syarat
laporan ke polisi dicabut. Sebagai komitmen, Agus memberikan Rp 30
miliar. “Sisanya dibayar setelah Juandy menyelesaikan laporan
keuangan perusahaan,” ucap Yulius.
Ia setuju. Apalagi, kata Rafli, Pramono Anung, yang waktu itu
menjabat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, meminta Yulius
menerima tawaran Agus supaya tidak gaduh. Sebab, saat itu
mendekati masa pemilihan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Tapi
Pramono menyangkal pernyataan ini. “Saya tidak ikut campur dalam
perjanjian perdamaian itu,” tuturnya.

“Perjanjian perdamaian” yang disebut Pramono itu terjadi pada 3


April 2014. Di hadapan notaris Djumini Setyohadi, Agus dan Yulius
beserta pemegang saham lain menandatangani surat perjanjian yang
isinya pencabutan laporan ke polisi serta pembatalan nota
kesepakatan perjanjian keuntungan 2001. Polisi pun menghentikan
perkara dengan alasan tidak cukup bukti.

Belakangan, Rafli dan Yulius baru sadar bahwa perjanjian


perdamaian itu merugikan mereka. Soalnya, dalam nota kesepakatan
di depan notaris itu tak tertulis Agus bakal membayar Rp 500 miliar
seperti yang ia janjikan secara lisan. Walhasil, ketika mereka
menagih, Agus mengelak. “Ia bilang, ‘Kalian kan sudah
menandatangani perjanjian perdamaian’,” ujar Yulius.

Agaknya, surat damai itu pula yang menjadi senjata Agus. Menteri
Perdagangan ini tak menjawab Tempo ketika ditanyai soal dugaan
penipuan itu. Melalui pengacaranya, Petrus Bala Pattyona, Agus
menyangkal pernah berjanji memberikan Rp 500 miliar kepada
Yulius. “Mana buktinya? Ada saksi? Kasus ini sudah selesai,” kata
Petrus.

Kendati sudah dua kali gagal, Rafli tak putus asa. Ia menyewa
pengacara Henry Yosodiningrat untuk melaporkan kembali Agus
Suparmanto ke polisi. Langkah pertamanya meminta polisi
menghidupkan kembali laporan pertamanya pada 2013.


Dampak buruk
penambangan bijih nikel
Antam di Halmahera.
majalah.tempo.co
4 mins read

• Laut tercemar karena kontraktor membuang limbah di laut.

• Lahan tak direklamasi sehingga udara kotor dan air tercemar.

D
ESA Buli di Kecamatan Maba, Halmahera Timur, praktis
dikelilingi pertambangan. Sekitar 10 kilometer ke utara dari
pusat desa, ada lahan yang menjadi pusat penambangan
bijih nikel oleh PT Aneka Tambang Tbk. Di selatan desa, Antam
membangun tempat pemurnian (smelter) bijih nikel berbiaya US$ 1,6
miliar.

Desa ini terpencil nun di utara di pulau kecil Maluku Utara. Dari
Jakarta, dibutuhkan waktu hampir 12 jam perjalanan dengan pesawat
melalui Manado, lalu singgah di Bandar Udara Sultan Babullah di
Ternate. Dari sini, naik pesawat kecil lagi menuju Bandara Buli di
Halmahera Timur. Untuk sampai ke Desa Buli, perlu naik mobil
selama setengah jam.

Seperti umumnya penduduk desa lain di seluruh Indonesia,


masyarakat Desa Buli hidup miskin meski berada di pusat sumber
daya ekonomi. Menurut data Badan Pusat Statistik, pendapatan
keluarga di desa ini hanya Rp 2 juta per bulan atau Rp 400 ribu per
kapita—jauh di bawah garis kemiskinan. “Setelah tambang
beroperasi, hidup jadi makin sulit,” kata Robby, tokoh masyarakat
Wefimlowos—komunitas nelayan sekitar Tanjung Buli.

Penduduk di pulau-pulau kecil itu, yang jumlahnya 12 ribu jiwa,


umumnya mengandalkan pekerjaan sebagai nelayan untuk hidup.
Robby menunjuk puncak bukit di atas tanjung yang kini gundul.
Tanahnya dikeruk sejak 2001 oleh PT Yudistira Bumi Bhakti,
perusahaan yang sahamnya dimiliki Agus Suparmanto—kini Menteri
Perdagangan—dan Pramono Anung—kini Sekretaris Kabinet.
Menurut Robby, sejak Yudistira mengeduk nikel di sana, nelayan sulit
melaut. Pasalnya, lumpur sisa penambangan nikel meluncur begitu
saja ke laut di bawahnya ketika hujan. Sejak 1995 tinggal di Desa Buli,
Robby bersaksi air laut tak pernah sehitam sekarang. Lumpur juga
membuat laut menjadi dangkal sehingga nelayan harus memutar
perahu ketika melaut. Akibatnya, biaya menangkap ikan bertambah
untuk membeli solar.

Hingga 2000, Robby dan nelayan lain tak pernah melaut hingga
bermil-mil jauhnya. Sejak limbah menimbun teluk, ikan menjadi sulit
diperoleh. Itu artinya risiko para nelayan pun bertambah karena
harus berlayar ke laut lepas. “Sekarang jala juga harus dicuci dua hari
sekali karena kotor oleh lumpur,” ucap laki-laki 59 tahun ini.

Pada 2012, Robby dan para nelayan lain berdemonstrasi ke kantor PT


Yudistira, meminta perusahaan memperhatikan pengelolaan limbah
pengerukan agar tak mengotori laut. Mereka juga meminta Yudistira
mereklamasi lubang-lubang nikel agar kembali hijau karena menjadi
sumber air. Alih-alih memenuhi tuntutan penduduk, Yudistira
menambah derita laut Buli. “Kapal membuang sisa tanah nikel ke laut
ketika mencucinya,” ujar Ismunandar, 35 tahun, laki-laki yang
mendorong pendukung berani berdemo ke perusahaan.

Dengan mata kepala telanjang saja, kata Ismunandar, sedimen laut


tampak menebal setidaknya dua meter. Jika satu kapal berkapasitas
70 ton, Ismunandar menghitung, sisa tanah nikel sekitar 1 persen
atau 700 kilogram. Dalam sebulan setidaknya ada 10-13 kapal yang
buang sauh di Tanjung Buli untuk membersihkan sisa nikel. Selama 14
tahun, kapal-kapal tersebut melakukan “ritual” membersihkan sisa
nikel tanpa peduli terhadap protes masyarakat.

Rafli Ananta Murad, salah satu pemegang saham Yudistira,


menjelaskan bahwa ihwal kapal tongkang pengangkut bijih nikel ke
kapal-kapal untuk ekspor diserahkan kepada agen yang disewa
perusahaan. “Itu transshipment,” ucapnya. Ia mengakui dosa terberat
para agen kapal adalah kebiasaan membuang limbah sisa
penambangan ke laut ketika mencucinya.

Penunjukan agen kapal, pengaturan, dan pengawasannya, tutur Rafli,


merupakan tanggung jawab manajemen PT Yudistira. Ia menunjuk
Direktur Utama Yudistira, Juandy Tanumihardja, sebagai pihak yang
bisa menjelaskan soal limbah-limbah itu. Tempo sudah menemui
Juandy untuk meminta penjelasan, tapi ia menolak seluruh
pernyataannya dikutip.

Menurut Rafli, jangankan limbah sisa nikel, satu kapal pengangkut


bijih pernah tenggelam sekitar 2012 di sekitar perairan Tanjung Buli.
Namun manajemen perusahaan baru mengangkatnya pada 2019
dan melaporkannya ke Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan.

Pencemaran ini membuat para nelayan di Tanjung Buli, Pulau Pakal,


dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya tak lagi mendapatkan ikan
goropa merah atau kerapu sunu, yang dulu menjadi tangkapan
andalan para nelayan karena harganya mahal. Hidup ikan ini
bergantung pada terumbu karang di kedalaman 3-300 meter.
“Sekarang tidak ketemu lagi meskipun sudah mati-matian melaut,”
ucap Ismunandar.

Tingkat pencemaran di Tanjung Buli juga dibuktikan oleh penelitian


Institut Pertanian Bogor pada 2007. Para peneliti menemukan
biological oxygen demand dan chemical oxygen demand—indikator
pencemaran laut—di Laut Buli sebesar 23-37 miligram per liter dan
27-75 miligram per liter. Jauh di ambang batas laut normal.

Penelitian itu juga menyebutkan penambangan terbuka dengan


mengupas gunung, seperti yang dilakukan PT Yudistira, secara
bertahap mengubah bentang alam Tanjung Buli. Erosi dan
sedimentasi laut adalah ancaman yang merusak ekosistem di sana
jika tak segera direklamasi.

Jejak usaha reklamasi Yudistira terlihat dari gundukan-gundukan


tanah merah di lahan bekas tambang. Namun tak terlihat pepohonan
akan tumbuh kembali setelah enam tahun. Tempo, yang menyambangi
lokasi tambang itu pada Selasa, 24 Maret lalu, bertemu dengan
lubang-lubang yang masih menganga dan pohon mati di tanah
urukan. Di ujung ada pohon dengan semak merimbun. “Pohon yang
tumbuh itu pohon liar, bukan hasil reklamasi,” ujar Ismunandar.

Keadaan ini tak cocok dengan pengakuan mantan Direktur Utama


Antam, Dedi Aditya Sumanagara. Dedi memimpin Antam ketika
proyek Yudistira dimulai. Menurut dia, harga beli jasa Antam kepada
Yudistira lebih mahal dari harga proyek normal karena memasukkan
kegiatan reklamasi dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada
masyarakat sekitar proyek. Pada 2001, harga proyek Yudistira sebesar
US$ 8,47 per wet metric ton, lebih tinggi dari harga normal sebesar
US$ 8,35 WMT. “Selain itu, perusahaan punya effort melakukan
konservasi cadangan dan keselamatan kerja,” kata Dedi.

Rafli mengatakan usaha konservasi dilakukan perusahaannya di


daratan. Karena itu, Antam mendapat predikat hijau untuk tambang
Buli selama 2001-2014. Menurut dia, Antam melarang Yudistira
melakukan konservasi di lahan yang masih punya sisa nikel.
Akibatnya, air tanah di sekitar tambang tak jernih lagi. Di sini air
untuk mandi dan minum berbau, keruh, lengket, dan asam. Untuk
dipakai mandi, air harus diendapkan sekitar 10 menit agar jernih.
Dampak lain adalah merebaknya infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA). Polusi udara dari mesin-mesin pengeruk nikel mencemari
udara Tanjung Buli yang dihirup penduduk sekitar. “ISPA adalah
penyakit terbanyak yang diderita penduduk sini,” tutur Kepala Pusat
Kesehatan Masyarakat Buli, Nurridha Asmayati Kiye.

Di Puskesmas Buli ada enam tabung oksigen yang dioperasikan dua


dokter umum. Satu dokter didatangkan Antam sebagai bagian dari
tanggung jawab perusahaan. Tapi minimnya fasilitas dan perhatian
Antam yang tak kunjung datang membuat banyak pasien tak
tertangani. Rumah sakit rujukan ada di Ternate, yang butuh waktu
setengah hari untuk dicapai dengan mobil dan kapal. “Dari sepuluh
pasien, sembilan meninggal dalam perjalanan,” ujar Nurridha.


“Saya Hanya Investor”
majalah.tempo.co
2 mins read

A
gus Suparmanto melalui pengacara Petrus Bala Pattyona:

Kuasa Hukum Menteri Perdagagan, Agus Suparmanto,


Petrus Balapatyona. TEMPO/Harfin

• Menteri Perdagangan Agus Suparmanto membantah jika disebut sebagai pemilik

PT Yudistira Bumi Bhakti.

• Agus Suparmanto dituduh menipu karena tak menyetor keuntungan proyek.

• Nilai proyek diduga digelembungkan hingga Rp 3,1 triliun.


AGUS Suparmanto melenggang menjadi Menteri Perdagangan dalam
kabinet Presiden Joko Widodo jilid II pada Oktober 2019 melalui
Partai Kebangkitan Bangsa. Padahal, pada 2013, ia dilaporkan menipu
rekan bisnisnya dalam proyek penambangan bijih nikel dan
pengangkutannya di PT Aneka Tambang (Antam) di Tanjung Buli,
Halmahera Timur, Maluku Utara.

Rekan bisnisnya di PT Yudistira Bumi Bhakti tersebut juga menuduh


Agus menggelembungkan nilai proyek pada 2001-2014 itu hingga Rp
3,1 triliun. Yulius Isyudianto, Komisaris Yudistira, menuduh Agus
ingkar janji tak memberikan keuntungan proyek senilai Rp 500
miliar. Yulius juga buka suara proyek itu didapat mereka melalui
penunjukan langsung, meski awalnya melalui lelang bersama tiga
perusahaan lain, dengan harga yang dikatrol melebihi nilai wajar.

Agus tak menjawab pertanyaan Tempo soal tuduhan-tuduhan itu.


Ketika ditemui dalam acara Dialog Nasional Perdagangan 2020 oleh
Kamar Dagang dan Industri Indonesia di Hotel Aryaduta, Jakarta
Pusat, ia tak menjawab pertanyaan seputar proyek Halmahera Timur
itu. Ia lebih senang menjawab soal dampak ekonomi akibat pandemi
virus corona. Surat permintaan wawancara dijawab oleh bagian
Hubungan Masyarakat Kementerian Perdagangan: “Pak Menteri
meminimalisasi pertemuan tatap muka untuk mencegah penyebaran
corona.”

Agus menjawab pertanyaan Tempo melalui pengacaranya, Petrus Bala


Pattyona, di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, pada 11 Maret
2020. Melalui Petrus, Agus juga mengirimkan jawaban tertulis.

Bagaimana ceritanya Yudistira mendapat proyek dari


Antam di Tanjung Buli?

Dia tidak tahu mengenai kesepakatannya. Dia bukan direktur


Yudistira. Dia sama sekali tidak terlibat dalam pengurusan,
pengelolaan, ataupun operasional perusahaan itu.

Apa posisinya di PT Yudistira?

Hanya investor.

Di data kami, ia menyuntikkan modal ke Yudistira melalui


PT Mitrasysta Nusantara sebesar US$ 6 juta untuk modal
proyek Tanjung Buli itu....

Dia bukan pemodal utama dan tidak benar dia menyuntikkan US$ 6
juta.
Tapi, pada 3 Januari 2000, Agus Suparmanto
menandatangani kesepakatan dengan Yulius Isyudianto
soal proyek itu. Setahun kemudian, setelah proyek didapat
dan sesuai dengan perjanjian, Yulius menjual sahamnya
kepada Agus....

Dia memang menandatangani nota kesepahaman itu. Namun


kedudukannya sebatas dalam jabatannya di PT Mitrasysta, bukan
pribadi.

Para direktur PT Yudistira mengatakan Agus Suparmanto


berkuasa di perusahaan dan tahu persis proyek di
Antam....

Informasi tersebut tidak benar, tidak sesuai dengan fakta hukum, dan
sangat tendensius. Dia bukan pengurus atau pemegang saham,
sehingga keliru jika dia dianggap orang paling berkuasa. Dia juga
tidak tahu soal proyek Antam.

Ada catatan Agus beberapa kali ikut rapat di Yudistira....

Klien kami tidak pernah menghadiri rapat di PT Yudistira.

Soal penunjukan proyek di Antam itu, apa penjelasan


Anda?

Klien kami tidak mengerti prosesnya. Dia juga bukan orang yang
kompeten untuk memberikan jawaban atau pendapat.

Kami memperoleh dokumen dugaan markup dalam kerja


sama itu....

Klien kami bukan pengurus Yudistira sehingga tidak berwenang


menjawab pertanyaan ini.

Pada 2013, ia dilaporkan menipu karena tak membayar


keuntungan proyek Antam. Januari 2020 dilaporkan
ulang....

Laporan tersebut aneh karena, setahu klien saya, laporan pada 2013
itu sudah dihentikan. Sudah selesai karena ada penandatanganan akta
perjanjian perdamaian pada 3 April 2014.

Yulius mengaku ditipu karena nilai perjanjian tak sama


dengan kenyataannya. Agus berjanji memberikan Rp 500
miliar, tapi hanya memberinya Rp 30 miliar....

Apa buktinya ada Agus berjanji memberikan Rp 500 miliar? Laporan


itu fitnah yang bertujuan menjatuhkan reputasi klien saya.
Nilai Rp 500 miliar itu sama dengan 30 persen
keuntungan Yudistira. Jika Agus dituntut memberikan
jatah keuntungan proyek, artinya dia orang yang berperan
di Yudistira....

Iya. Saya lupa dia pemilik atau apa. Tapi saat itu dia Direktur Utama
PT Mitrasysta Nusantara, yang menjadi investor PT Yudistira Bumi
Bhakti.


Antam: Penunjukan
Langsung Pertimbangan
Bisnis
majalah.tempo.co
2 mins read

W
awancara Sekretaris Perusahaan PT Antam Kunto
Hendrapawoko soal kerja sama PT Aneka Tambang
(Antam) dan PT Yudistira Bumi Bhakti dalam proyek
penambangan dan pengangkutan bijih nikel di Tanjung Buli,
Halmahera Timur, Maluku Utara, yang diduga bermasalah.

Kunto Hendrapawoko. antam.com

• Antam menyatakan penunjukan PT Yudistira sebagai penggarap proyek melalui

lelang.

• Kelebihan harga disebut akibat banyaknya kegiatan penambangan.

• Audit BPK menemukan kejanggalan dalam proyek tersebut.


KERJA sama PT Aneka Tambang (Antam) dan PT Yudistira Bumi
Bhakti dalam proyek penambangan dan pengangkutan bijih nikel di
Tanjung Buli, Halmahera Timur, Maluku Utara, diduga bermasalah.
Selama 14 tahun sejak 2001, pelaksana proyek tersebut adalah PT
Yudistira, yang sahamnya dimiliki Agus Suparmanto, Menteri
Perdagangan sekarang.

Melalui keterangan tertulis pada 21 Maret 2020, Sekretaris


Perusahaan PT Antam Kunto Hendrapawoko membantah dugaan
tersebut. Menurut dia, penunjukan Yudistira yang sahamnya dimiliki
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dan Sekretaris Kabinet
Pramono Anung itu melalui proses lelang.

Pernyataan Kunto didukung Direktur Utama Antam ketika proyek itu


terjadi, Dedi Aditya Sumanagara. Namun penerus Dedi, Alwinsyah
Lubis, justru mengakui penunjukan langsung Yudistira karena
pertimbangan bisnis. Berikut ini keterangan ketiganya. Wawancara
Dedi berlangsung pada 18 Maret 2020, sementara Alwinsyah melalui
telepon empat hari kemudian. Keduanya juga memberikan keterangan
tertulis setelah wawancara.

Bagaimana awal mula kerja sama itu?

Kunto: Didahului lelang. Perusahaan menjalankan pengadaan sesuai


dengan ketentuan dan Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan
Jasa di Lingkungan Aneka Tambang, di antaranya pembuatan harga
perkiraan sendiri, metode pengadaan, serta proses pemilihan mitra
kerja.

Kontrak pertama selesai pada 2004, mengapa lima kontrak


berikutnya melalui penunjukan langsung?

Kunto: (Tidak menjawab.)

Dedi: Itu bukan penunjukan langsung, tapi perpanjangan kontrak


yang dimungkinkan oleh aturan. Ada juga klausul perpanjangan
kontrak dalam kontrak awal pada 2001. Perpanjangan juga
berdasarkan keputusan PT Antam Nomor 5 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pengelolaan Rantai Pasokan.
Alwinsyah Lubis. Dok TEMPO/Dwianto Wibowo

Pada 2012 metodenya penunjukan langsung, bukan


tender....

Alwinsyah: Tender butuh empat-enam bulan. Bakal lama dan


mengganggu produksi.

Bukankah penunjukan langsung melanggar peraturan


presiden?

Alwinsyah: Berdasarkan aturan pengadaan yang kami susun, kami


bisa menunjuk langsung dengan pertimbangan bisnis untuk
mencegah kerugian atau potensi keuntungan yang hilang.

Kami mendapat perbandingan harga wajar pada 2009


sebesar US$ 12 per ton, sementara harga Yudistira US$
17,5 per ton. Mengapa berbeda?

Alwinsyah: Saya tidak tahu detailnya. Dalam kontrak ada banyak


faktor, dari CSR (tanggung jawab sosial perusahaan), lingkungan,
sampai reklamasi. Harga US$ 12 ton itu pasti tidak memasukkan
biaya reklamasi. Habis ngeruk, ditinggal lahannya.
Atau pada 2010, harga proyek yang sama di PT Parama
Murti, yang menambang nikel tidak jauh dari lokasi
Antam, harganya US$ 9,86 per ton, sementara Yudistira
US$ 18,62 per ton. Mengapa bedanya jauh sekali?

Kunto: (Tidak menjawab.)

Alwinsyah: Itu pasti mereka hanya menambang, tidak melakukan


reklamasi. Yudistira kan melakukan reklamasi dan CSR.

Dedi Aditya Sumanagara

Dedi: Saat itu biaya penambangan bijih nikel di Tanjung Buli cukup
wajar jika dibandingkan dengan biaya penambangan di salah satu
perusahaan tambang internasional. Memang harganya lebih tinggi
jika pembandingnya biaya penambangan kontraktor lain yang
beroperasi di sekitar Halmahera. Itu karena adanya effort PT
Yudistira untuk melakukan reklamasi, melakukan komitmen
keselamatan kerja, menjaga kualitas produksi, melakukan konservasi
cadangan, dan bahkan melakukan pembebasan lahan.

Auditor internal Antam juga menemukan biaya yang lebih


mahal dibanding harga lapangan, misalnya, dalam
konsumsi bahan bakar pada 2007-2008....

Kunto: Sebagai bagian dari pelaksanaan good corporate governance


Antam, audit internal senantiasa melakukan review atas efektivitas
pelaksanaan operasional perusahaan. Semua rekomendasi auditor
internal pada periode tersebut telah ditindaklanjuti perusahaan dan
tindak lanjutnya diterima dan dinyatakan sesuai.

Alwinsyah: Kayaknya audit internal belum memasukkan konsumsi


BBM subkontraktor. Setelah dimasukkan, konsumsinya jadi wajar.
Formula setelah ekstrapolasi jadi tinggi. Lalu ada negosiasi dengan
kontraktor dan dikoreksi. Koreksinya sudah diterima auditor.

Tapi, dalam surat mereka kepada Antam, Yudistira


menolak menjelaskan soal harga bahan bakar minyak....

Alwinsyah: Saya lupa. Tapi temuan audit internal itu sudah


dikoreksi.

Audit Badan Pemeriksa Keuangan 2012 juga menyebutkan


Antam tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
menyusun kontrak dengan Yudistira....

Kunto: Rekomendasi BPK pada periode tersebut telah ditindaklanjuti


oleh PT Antam dan diterima oleh BPK.


Menjalar Jauh dari Bogor
majalah.tempo.co
5 mins read

S
ejumlah acara yang mendatangkan ratusan peserta dari
berbagai kota menjadi pusat penyebaran virus corona.
Diperkirakan masih ada yang belum terlacak.

Penutupan sejumlah kawasan wisata, guna menghindari


penyebaran virus Corona, di Kawasan Monas, Jakarta, 15
Maret 2020. TEMPO/Muhammad Hidayat

• Persidangan Sinode Tahunan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB)

menjadi pusat penularan Covid-19.

• Sejumlah pengurus GPIB meninggal, ada juga yang dirawat dan mengisolasi

diri.

• Episentrum penularan virus juga muncul di acara Musyawarah Daerah

Himpunan Pengusaha Muda Jawa Barat.


DEMAM menyerang Rico Sihombing pada Kamis, 12 Maret lalu.
Berkali-kali ia batuk kering dan napasnya terasa sesak. Berobat ke
sebuah rumah sakit di Kemayoran, Jakarta Pusat, dia diminta
menjalani foto toraks. “Saya juga diminta tes swab,” katanya saat
dihubungi lewat telepon pada Rabu, 25 Maret lalu. Lendir di hidung
dan mulut Rico pun diambil untuk mendeteksi keberadaan virus
corona.

Empat hari sebelumnya, suhu badan Rico juga sempat naik.


Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, dokter mendiagnosis
dia mengidap demam berdarah karena jumlah trombositnya hanya 81
ribu dari batas minimal 140 ribu. Lima hari setelah menjalani tes
swab, 17 Maret lalu, penatua atau asisten pendeta di Gereja Protestan
Indonesia Bagian Barat (GPIB) Immanuel, Gambir, Jakarta Pusat, itu
dinyatakan positif menderita Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19.

Rico tak tahu persis kapan dan di mana ia terpapar virus asal Wuhan,
Cina, tersebut. Tak pergi ke luar negeri, ia sempat menghadiri
sejumlah acara dengan sekumpulan orang sebelum dinyatakan positif
terjangkit corona. Pada 1 Maret lalu, dia bertugas di gereja. Ia pun
sempat menghadiri rapat di Jakarta Pusat dan musyawarah GPIB di
Gunung Geulis, Bogor, selama tiga hari sejak 5 Maret. Semua teman
dan keluarga yang berkontak fisik dengannya dalam acara itu telah
menjalani tes corona. Menurut Rico, semua hasilnya negatif.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo memukul gong menandai Pembukaan Persidangan


Sinode Tahunan Gereja Protestan di Bogor, Februari 2020. bambangsoesatyo.info

Hanya, Rico bercerita bahwa ia menghadiri Persidangan Sinode


Tahunan Majelis Sinode GPIB di Hotel Aston, Bogor, Jawa Barat, pada
26-29 Februari lalu. Acara itu dihadiri sekitar 700 pengurus GPIB dari
berbagai penjuru Tanah Air. Duduk di podium, Rico ikut memimpin
forum sinode bersama empat orang lain. Di antaranya seorang
pendeta yang bertugas di GPIB Bahtera Hayat Batam, Kepulauan Riau.
Pada 19 Maret lalu, atau dua hari setelah Rico dinyatakan positif
corona, pendeta tersebut juga dinyatakan terkena Covid-19. Tiga hari
setelah hasil tesnya keluar, pendeta perempuan itu meninggal.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi memastikan


pendeta itu salah satu pasien yang tertular dari kluster sidang GPIB di
Bogor. Dengan masa inkubasi virus 2-14 hari—seperti dinyatakan
Badan Kesehatan Dunia (WHO)—Pemerintah Kota Batam segera
melacak pihak yang pernah berkontak dengan pendeta tersebut.
Setidaknya ada 77 orang yang berdekatan dengan pendeta itu.
Sebagian dari mereka masih menjalani isolasi mandiri di rumah.
Namun ada juga yang dikarantina di Rumah Susun Tanjung Uncang,
Batam.

Bukan hanya Rico dan pendeta asal Batam yang duduk di barisan
depan yang terjangkit corona. Sekretaris II Majelis Sinode GPIB Sheila
Aryani Salomo bercerita bahwa bangku depan di lajur tengah yang
semula disediakan untuk pengurus majelis sinode—semacam
pengurus pusat—diisi sejumlah pejabat yang datang. Sheila pun
bergeser ke lajur kiri setelah rombongan Ketua Majelis
Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo dan Wali Kota Bogor
Bima Arya tiba.

Duduk di bangku kehormatan, Bambang dan Bima ditemani seorang


penatua yang juga ketua majelis sinode. Penatua itu meninggal pada
18 Maret lalu. Seorang pengurus GPIB yang berada dalam pertemuan
itu bercerita bahwa penatua tersebut sempat intens berkomunikasi
dengan seorang pendeta lain selama sidang digelar. Belakangan,
pendeta itu pun meninggal. Pendeta lain yang sekamar dengannya
juga meninggal.

Pada Kamis, 19 Maret lalu, Bima Arya mengumumkan dia positif


terpapar corona. Tiga hari sebelumnya, dia baru kembali dari
kunjungan ke Turki dan Azerbaijan. Pada Jumat, 27 Maret lalu,
seorang pejabat Pemerintah Kota Bogor meninggal karena Covid-19.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengatakan pejabat tersebut
ikut menjemput Bima sepulang dari kunjungan ke luar negeri.

Belum jelas benar, siapa yang diduga menjadi pembawa dan penyebar
virus dalam sidang di Bogor. Tanpa pengujian corona, Wali Kota Bogor
Bima Arya menjelaskan kepada para pewarta bahwa para pengurus
gereja itu meninggal bukan karena Covid-19. Ia mencontohkan, ketua
majelis sinode yang mendampinginya berpulang karena demam
berdarah.

Namun, di samping peserta yang duduk di deretan terdepan, sejumlah


hadirin sinode di baris tengah dan belakang juga terjangkit corona.
Setidaknya ada tiga orang lain yang positif corona sepulang dari
sidang di Bogor. Mereka berasal dari Bekasi, Lampung, dan Kutai
Timur. “Kami sedang menelusuri posisi tempat duduknya,” ujar Sheila
Aryani Salomo.

Belakangan, virus corona juga menjalar ke jemaat GPIB yang tak


hadir dalam forum sinode. Marina—bukan nama sebenarnya—anggota
jemaat GPIB di Serpong, Tangerang Selatan, menderita Covid-19 sejak
Selasa, 17 Maret lalu. Marina menjalani isolasi di Rumah Sakit
Karawaci. Kepada Tempo, Marina mengaku mengalami demam tinggi
pada 6 Maret lalu. Ia sempat didiagnosis menderita flu biasa. Dua
hari kemudian, berdasarkan hasil pemeriksaan darah, ia didiagnosis
menderita tifus.

Ketika kondisi tubuhnya tidak fit, Marina sempat mengikuti dua kali
rapat, di Serpong dan Jakarta. Ia hadir dalam pertemuan di Gedung
Melawai, Serpong, dan kantor majelis di kompleks GPIB Immanuel,
Gambir. Dalam rapat itu, Marina mengaku bertemu dengan orang-
orang yang datang ke pertemuan di Bogor. “Tapi saya tak bisa
memastikan apakah tertular dari rapat-rapat tersebut,” katanya.

Penyebaran virus dari sidang sinode di Bogor memicu polemik di


kalangan jemaat. Di grup Facebook terbatas pengurus GPIB yang
bernama GPIB-Presbyter (Diaken-Penatua-Pendeta), sejumlah
pengurus mendesak ada keterbukaan soal korban corona. Apalagi
para pemimpin gereja itu bersentuhan dengan ratusan hingga ribuan
anggota jemaat. GPIB memiliki ratusan gereja yang tersebar di
berbagai pulau di Indonesia.

Sekretaris II Majelis Sinode GPIB Sheila Aryani Salomo mengatakan


pengurus GPIB telah mengeluarkan beberapa surat edaran yang
meminta jemaat menunda sejumlah acara dan meniadakan ibadah
Minggu di gereja per 15 Maret lalu. “Kami pun membentuk gugus
tugas khusus untuk merespons kejadian ini,” ujarnya.

Sheila juga mengaku sudah berkoordinasi dengan anggota staf ahli


Menteri Kesehatan, Alexander Kaliaga Ginting, pada Kamis, 12 Maret
lalu. Alexander, kata Sheila, menyarankan Majelis Sinode GPIB
menerbitkan imbauan kepada pengurus yang hadir dalam pertemuan
di Bogor agar memeriksakan diri. Alexander membenarkan adanya
percakapan dengan Sheila. “Supaya bisa dipetakan peserta yang
berisiko rendah, sedang, dan tinggi,” ujarnya. Sehari setelah
koordinasi tersebut, Majelis Sinode GPIB mengeluarkan surat edaran
yang berisi imbauan agar para peserta sidang memeriksakan dan
mengisolasi diri.
Mencermati jumlah orang yang terkena dampak dan peta
persebarannya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebutkan
sidang sinode GPIB di Bogor termasuk episentrum penularan virus.
“Jika ada beberapa orang positif dalam acara yang sama, kemudian
menyebar, pasti itu kluster penularan yang baru,” tutur Ridwan dalam
wawancara khusus dengan Tempo pada 27 Maret lalu. Ia pun
meyakini masih ada peserta yang belum teridentifikasi karena tak
merasakan gejala sakit atau belum memeriksakan diri.

Ridwan juga menemukan kluster lain, yakni Musyawarah Daerah


Himpunan Pengusaha Muda Jawa Barat. Diselenggarakan di Hotel
Swiss-Belinn Karawang, 9-10 Maret lalu, acara itu dihadiri sedikitnya
400 orang. Ridwan termasuk pejabat yang hadir di sana. Episentrum
Karawang ini ditemukan Ridwan ketika ia mengetes seluruh staf
khususnya. Pemerintah Jawa Barat mendatangkan alat uji corona
dengan metode polymerase chain reaction (PCR) dari Korea Selatan.
Setelah serangkaian pemeriksaan, salah satu anggota stafnya positif
Covid-19. “Saya tanya riwayat kegiatannya seminggu terakhir,
ternyata dia wira-wiri di Musda Hipmi,” ujar Ridwan.

Menyebar ke Berbagai Penjuru


SEBULAN setelah kasus corona pertama diumumkan, bermunculan
pusat penularan virus corona. Episentrum itu bermula dari acara-
acara yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai kota, lalu menjalar
ke berbagai wilayah lain.

Anggota staf khusus itu juga memberitahukan nama pejabat dalam


konferensi tersebut yang berkontak intens dengannya. Salah satunya
Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana. Dicek menggunakan alat
dari Korea, Yana positif terjangkit virus corona. Yana mengumumkan
diri sudah sembuh dari penyakit itu pada 27 Maret lalu.

Pelacakan berlanjut kepada pejabat yang berinteraksi dengan Yana.


Tim Ridwan menemukan foto Yana duduk dekat dengan Bupati
Karawang Cellica Nurrachadiana selama acara berlangsung. Cellica,
politikus Partai Demokrat, akhirnya menjalani tes dan dinyatakan
positif corona. “Saya tak merasakan gejala sakit dan sedang menjalani
isolasi di rumah sakit,” kata Cellica melalui akun media sosial
pribadinya pada 25 Maret lalu.

Walau begitu, gejala Cellica sakit sudah tampak lima hari


sebelumnya. Ia terbatuk-batuk ketika memberikan pidato saat
pelantikan kepala desa di kantornya. Cellica lalu meminta wakilnya,
Ahmad Zamakhsyari, melanjutkan sambutan. Menepi ke sisi podium,
Cellica meminta sebotol air minum kepada ajudan dan
menenggaknya.

Selain tiga orang itu, ada mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan dua pejabat Jawa Barat yang terjangkit corona setelah
mengikuti Musyawarah Daerah Hipmi di Karawang. Ketua Dewan
Pembina Hipmi Jawa Barat Jodi Janitra mengatakan lembaganya
sedang berusaha menelusuri kontak fisik peserta musyawarah yang
dinyatakan positif. “Semua rekan di daerah juga disarankan ikut tes
corona,” ujar Jodi.

RAYMUNDUS RIKANG, ROSSENO AJI, M.A. MURTHADHO


(BOGOR), IQBAL LAZUARDI (BANDUNG), YOGI EKA
SAHPUTRA (BATAM)
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Pontang-panting Mengunci
Kota
majalah.tempo.co
5 mins read

S
ejumlah daerah bersiap menghadapi karantina akibat wabah
Covid-19. Pemerintah pusat tak mau karantina total.

Penutupan sejumlah ruas jalan di kota Tegal, terkait


penyebaran virus Corona di Tegal, Jawa Tengah, 27 Maret
2020. ANTARA/Oky Lukmansyah

• Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyiapkan empat skenario karantina

menghadapi wabah Covid-19.


• Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menilai karantina wilayah baik untuk

mencegah penyebaran corona.

• Pemerintah pusat akan mengeluarkan peraturan tentang karantina terbatas

dalam waktu dekat.

DI hadapan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang


juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Doni Monardo,
Anies Baswedan mempresentasikan kajiannya pada Rabu, 18 Maret
lalu. Gubernur DKI Jakarta itu memaparkan penanganan wabah
Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di Ibu Kota.

Selama sekitar satu jam, Anies, yang didampingi Sekretaris Daerah


Saefullah dan Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti, menjelaskan
empat skenario. Dokumen paparan yang diperoleh Tempo
menyebutkan empat skenario itu terdiri atas fase pertama, yakni
limited crowding; fase 2A, limited mobility; fase 2B, near zero
mobility; dan fase 3, zero mobility. “Yang terakhir bukan lockdown,
tapi zero mobility,” ujar Doni dalam wawancara khusus dengan Tempo
di kantornya pada Kamis, 26 Maret lalu.

Dalam paparan yang berisi 29 slide itu disebutkan bahwa Jakarta


perlu menerapkan fase 2B. Pada tahap ini, tak ada mobilitas
antarnegara dan diberlakukan pembatasan ketat perpindahan
antarkota. Transportasi publik serta kendaraan pribadi pun dibatasi.
Restoran dan warung makan hanya dimungkinkan untuk pelayanan
pesan-antar atau bawa pulang. Hanya toko pangan dan apotek yang
beroperasi penuh. Sekolah ditutup, pekerja kantoran bekerja dari
rumah, dan acara yang mengundang keramaian dilarang.

Fase selanjutnya lebih ketat. Seluruh kegiatan mobilitas antarnegara


dan antarkota ditiadakan. Transportasi publik berhenti beroperasi
dan kendaraan pribadi tak diizinkan melintas. Hanya toko pangan dan
apotek yang buka untuk pelayanan pesan-antar. Di bagian
kesimpulan, arah kebijakan Jakarta adalah pembatasan sosial serta
pergerakan secara drastis dan sangat ketat.

Isolasi Setengah Hati

PENYEBARAN virus corona tambah hari makin luas. Hingga Jumat, 27


Maret lalu, ada 1.046 kasus di 28 provinsi. Sebanyak 87 orang
meninggal. Pemerintah pusat dan daerah belum satu suara soal
kebijakan karantina atau isolasi wilayah. Sejumlah daerah bahkan
berinisiatif mengisolasi sebagian wilayahnya.
Seusai pemaparan itu, Doni justru menyarankan Anies
menggencarkan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya social
distancing atau jaga jarak. “Saya sampaikan, ‘Pak Gubernur tolong
berfokus meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahayanya
virus ini’,” katanya.

Menurut Doni, social distancing merupakan langkah terbaik yang bisa


dilakukan saat ini. Jika skenario lockdown atau karantina wilayah
diterapkan, pemerintah mesti menanggung bukan cuma keperluan
dasar seluruh masyarakat, melainkan juga kebutuhan makan hewan
peliharaan. Ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan. “Kalau ini terjadi, alangkah habis
energi kita,” ujarnya.

Setelah bertemu dengan Doni, Anies mengatakan kebijakan daerah


akan selaras dengan pusat. “Kami pastikan langkah-langkah yang
dilakukan DKI sejalan dengan strategi yang dipimpin Kepala BNPB,”
ujar Anies.

•••

HINGGA pekan terakhir Maret 2020, pemerintah berkukuh tak


menerapkan karantina wilayah. Presiden Joko Widodo dalam berbagai
kesempatan menyatakan lockdown belum perlu diambil. Teranyar,
pada saat rapat online bersama semua gubernur pada Selasa, 24
Maret lalu, Jokowi mengungkapkan alasan tak memilih langkah itu.
“Setiap negara punya karakter, budaya, dan kedisiplinan yang
berbeda-beda. Oleh sebab itu, kami tidak memilih jalan itu,” ujar
Jokowi.

Pada Sabtu, 28 Maret, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19


mencatat 1.155 kasus positif corona. Sebanyak 102 orang meninggal
dan 59 dinyatakan sembuh. Di Ibu Kota, ada 627 orang yang
terjangkit corona dan 62 meninggal. Panglima Daerah Militer
Jayakarta Mayor Jenderal Eko Margiyono mengatakan skenario
terburuk adalah bakal ada 8.000 penduduk DKI yang terkena Covid-
19. “Dari hasil simulasi bersama Forkompida (Forum Koordinasi
Pimpinan Daerah) DKI, karena Jakarta paling banyak terpapar,
skenario terburuk bisa mencapai 6.000-8.000 orang positif,” tutur
Eko.
Pemerintah DKI sendiri masih menghitung biaya yang dibutuhkan
seandainya pemerintah pusat memutuskan karantina. Peneliti senior
Institute for Development of Economics and Finance, Enny Sri
Hartati, yang mengikuti rapat online tim mitigasi Covid-19 DKI,
mengaku dimintai masukan soal biaya itu. Dia memperkirakan
jumlahnya sekitar Rp 3 triliun. Hitungan itu berdasarkan basis data
penerima bantuan sosial DKI ditambah dengan pekerja informal yang
mencapai 2,2 juta orang, dengan asumsi kebutuhan per hari Rp 100
ribu dan masa karantina 14 hari.

Dua camat yang ditemui Tempo ragu DKI bakal siap menghadapi
karantina wilayah, karena persoalan anggaran. Camat yang berdinas
di Jakarta Timur dan Selatan tersebut bercerita, sejak awal corona
merebak di Jakarta, mereka harus mengeluarkan duit pribadi untuk
keperluan warga. Misalnya membeli disinfektan dan pembersih
tangan. Mereka pun harus merogoh saku sendiri untuk membeli alat
penunjang kesehatan, seperti masker dan termometer. Keduanya
mengatakan DKI tak memiliki anggaran untuk mengatasi wabah
corona. Dana bencana yang tersedia di Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Jakarta hanya untuk mengatasi kebakaran dan banjir.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Muhammad Taufik


mengatakan telah berkomunikasi dengan Sekretaris Daerah Saefullah
mengenai pergeseran APBD untuk penanggulangan Covid-19. “Intinya,
kami menyetujui dan tak akan menghambat,” ujar Taufik. Dia
mencontohkan, dari pergeseran pos balap mobil Formula E, belanja
tak terduga, dan sejumlah pos lain, bisa didapatkan duit Rp 4 triliun.

Untuk urusan pangan, DKI juga telah mempersiapkan stok. Kepala


Bidang Pangan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan
Bambang Purwanto mengatakan Jakarta masih memiliki stok 350 ribu
ton beras. Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Arief
Prasetyo Adi, menyebutkan perusahaannya telah mengajukan impor
22 ribu ton bawang putih ke Kementerian Perdagangan. Sedangkan
untuk gula, Food Station sudah mendatangkan pasokan dari Jawa
Timur sebanyak 500 ton. Harga bawang putih dan gula kian melonjak
setelah corona menjalar ke berbagai wilayah.

Bukan hanya DKI, daerah lain juga bersiap menghadapi karantina


wilayah. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku telah
menyiapkan sejumlah skenario. Jawa Barat merupakan wilayah kedua
terbanyak kasus positif corona, setelah Jakarta. Pada Jumat, 27 Maret
lalu, pasien positif di wilayah itu mencapai 98 orang. Jawa Barat, kata
Ridwan, telah menghitung bantuan bahan pokok yang akan diberikan
kepada masyarakat yang terkena dampak, dengan kebutuhan
anggaran sekitar Rp 5 triliun. Setiap keluarga diproyeksikan
mendapat Rp 500 ribu berbentuk uang dan bahan kebutuhan pokok.
Bantuan itu dirancang untuk dua bulan dan maksimal empat bulan.

Ridwan sendiri menilai karantina wilayah sebagai kebijakan yang


baik untuk menekan wabah. “Saya taat pemerintah pusat. Tapi, kalau
lockdown terjadi, kami harus bersiap dan tidak boleh gagap,” ujarnya.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, seandainya Ibu Kota
ditutup, wilayahnya juga harus diisolasi. Sebab, 60 persen warga
Bekasi beraktivitas di Jakarta, yang merupakan episentrum corona.
Sejumlah daerah lain berinisiatif menerapkan karantina, antara lain
terkait dengan kedatangan pemudik dari Ibu Kota. Pemerintah
Kabupaten Sumedang, misalnya, memberlakukan isolasi kewilayahan
di semua kecamatannya. “Isolasi kewilayahan ini lebih untuk
pemudik agar mereka tidak ke luar rumah,” kata Bupati Sumedang
Dony Ahmad Munir.

Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono juga menerapkan pembatasan


wilayah di pintu masuk Jalan Pantura dan perbatasan Kabupaten
Tegal mulai 30 Maret hingga 30 Juli. Selama masa karantina, setiap
pintu masuk Kota Tegal akan ditutup dengan road barrier beton.
Menurut Dedy, kebijakan itu merupakan antisipasi terhadap
melonjaknya pendatang asal Ibu Kota menjelang Lebaran 2020.

Di kawasan timur, Gubernur Papua Lukas Enembe juga menutup


akses bandar udara dan pelabuhan selama 14 hari, mulai 26 Maret
hingga 9 April mendatang. Peneliti dari Yayasan Pusaka, lembaga
pemerhati hak masyarakat adat, Rasella Melinda, tak bisa kembali ke
Jakarta karena terjebak di Merauke. Padahal Melinda mengaku sudah
membeli tiket pulang untuk 26 Maret. “Saya tidak tahu ada karantina
karena masih di pedalaman dan tak ada sinyal. Ya, nasib,” katanya.

Namun ada juga wilayah yang belum berniat menerapkan karantina,


seperti Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. “Kami tidak tergesa-
gesa pada posisi lockdown. Dampaknya tinggi,” ujar Sekretaris Daerah
DIY Kadarmanta Baskara Aji.

Memastikan daerah selaras dengan pusat, Menteri Dalam Negeri Tito


Karnavian berkeliling menemui sejumlah kepala daerah, termasuk
Ridwan Kamil. Ridwan mengaku sempat berbincang tentang lockdown
dengan Tito pada pertengahan Maret lalu. Menurut dia, Tito
mengingatkan bahwa kewenangan karantina wilayah dalam skala
besar ada pada pemerintah pusat. Sehari sebelumnya, Tito juga
menyambangi Anies di kantornya dan mengingatkan hal serupa.
Mantan Kepala Kepolisian RI itu mengatakan daerah harus
mengajukan usul kepada Gugus Tugas Covid-19 jika ingin menerapkan
karantina wilayah.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md.
menyebutkan pemerintah sedang menyiapkan peraturan pemerintah
tentang karantina wilayah. Mahfud mengatakan aturan ini dibuat
untuk menyeragamkan prosedur karantina terbatas. “Nanti akan
diatur kapan daerah boleh melakukan pembatasan, apa syaratnya,
apa yang dilarang,” ujar Mahfud.

DEVY ERNIS, GANGSAR PARIKESIT, JAMAL A. NASHR


(SEMARANG), AHMAD FIKRI (BANDUNG), SHINTA
MAHARANI (DIY), ADI WARSONO (BEKASI)
Gugus Tugas Penanganan Covid-19

Sejumlah pasien di Rumah
Sakit Darurat Penanganan
Covid-19, Wisma Atlet,
mengeluhkan pelayanan.
majalah.tempo.co
3 mins read

• Dari kekurangan makanan, minuman, dan obat-obatan sampai soal pelayanan

kesehatan.

• Ratusan pasien datang setelah rumah sakit darurat Covid-19 itu diresmikan

Presiden Jokowi.

S
UCIPTO Hari Wibowo langsung menghubungi Sekretaris
Jenderal Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)
Noor Sidharta pada Selasa, 24 Maret lalu. Ketua Yayasan
Penyintas Indonesia, organisasi yang membantu para korban ledakan
bom di Tanah Air, itu mengabarkan bahwa satu anggotanya, Dwieky
Siti Rhomdoni, belum mendapat perawatan yang memadai di Rumah
Sakit Darurat Penanganan Virus Corona, Wisma Atlet, Kemayoran,
Jakarta Pusat.

Dwieky menjadi pasien di Wisma Atlet sejak Senin malam, 23 Maret


lalu. Perempuan 37 tahun itu dirujuk ke sana setelah berobat ke
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto dan dinyatakan
terkena Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Sucipto bercerita
bahwa Dwieky mendapat makanan dan minuman yang terbatas
selama dirawat. Jam waktunya pun tak menentu. Bekal yang dibawa
Dwieky pun menipis.

Yayasan Penyintas mengirimkan makanan, buah, vitamin, serta


peralatan mandi. Menurut Sucipto, Dwieky juga sempat memesan
makanan melalui aplikasi ojek online. Tapi semua barang itu tak
sampai karena ditahan petugas penjaga. “Kami panik karena Dwieky
sendirian di sana,” kata Sucipto menceritakan peristiwa itu kepada
Tempo, Jumat, 27 Maret lalu.

Bukan hanya makanan, obat-obatan pun tak kunjung didapat Dwieky.


Sucipto bercerita, koleganya itu juga kesulitan mendapat alat bantu
pernapasan, yang mesti digunakan bergiliran dengan pasien lain. Ia
harus dibawa dari lantai lima, tempatnya dirawat, ke lantai satu
untuk mendapatkan oksigen. Maka Sucipto meminta bantuan Noor
Sidharta agar Dwieky bisa mendapat pelayanan yang lebih baik.

Noor membenarkan percakapannya dengan Sucipto. Ia pun mendapat


kabar serupa dari Dwieky. Noor langsung menghubungi seorang
pejabat Kementerian Kesehatan dan memberitahukan bahwa
pelayanan masih belum layak. “Kami minta khusus supaya Dwieky
diperhatikan,” ujarnya pada Kamis, 26 Maret lalu. Dwieky mengaku
menghubungi banyak pihak dan menjelaskan kondisinya. “Saya masih
sakit dan tidak ditangani dengan baik,” katanya melalui WhatsApp
pada Rabu, 25 Maret lalu.

Dwieky juga mengeluhkan soal barang-barang dan makanan yang


tertahan di pos penjaga. Setelah tiga hari dirawat di Wisma Atlet,
baru Dwieky menerima semua barang itu. Itu pun setelah dia
bertanya kepada seorang petugas medis berpakaian hazmat yang
melintas di depan kamarnya. Menurut Dwieky, petugas medis itu
mengatakan keluarga dan kerabat boleh memberikan barang dari luar
Wisma Atlet jika mengantar ke unit gawat darurat dan menitipkannya
ke perawat.

Pengalaman serupa dialami Ricky Ricardo, yang juga dirawat di


Wisma Atlet. Datang bersama kakaknya, David Fernando, pada Selasa
malam, 24 Maret lalu, Ricky mengalami panas tinggi seperti gejala
Covid-19. Kepada Tempo, David bercerita bahwa dia membawa
adiknya ke Wisma Atlet karena rumah sakit rujukan penuh. “Saya
bawa ke Wisma Atlet karena sudah diresmikan Presiden,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo meresmikan rumah sakit darurat itu pada
Senin, 23 Maret lalu.

Tiba pukul tujuh malam, dari kejauhan, David memantau


pemeriksaan Ricky, yang berstatus pasien dalam pengawasan, untuk
mendapatkan kamar. Hari berganti, sekitar pukul dua dinihari, David
akhirnya pulang ke rumahnya di Pasar Minggu dan meninggalkan
adiknya sendirian. Ia belum bisa beristirahat karena adiknya tak
kunjung mendapat ruangan. “Baru mendapat ruangan di lantai tujuh
jam empat pagi,” katanya. David lega. Dia berpikir, adiknya bakal
ditangani dengan baik setelah mendapat kamar. Ia pun hanya
membekali Ricky air 1,5 liter dan sejumlah makanan kecil.

Namun, sekitar pukul sepuluh, Ricky mengabarkan lewat telepon


bahwa dia belum mendapat makanan dan minuman. Bersama ibunya,
David kembali ke Wisma Atlet. Ia membeli enam kotak ayam goreng
untuk Ricky dan pasien lain yang berada di lantai itu. Berharap
adiknya sudah mendapat makanan, David kecewa karena adiknya
belum juga menerima asupan gizi.

Suasana Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 di Wisma Atlet Kemayoran,


Jakarta, 25 Maret 2020. TEMPO/Muhammad Hidayat

David dan ibunya lalu mendatangi petugas rumah sakit dan minta
Ricky dirawat di rumah saja. “Lebih baik dirawat mandiri daripada
dirawat tanpa kepastian seperti itu,” ujarnya. Dengan kondisi tubuh
sudah tidak demam lagi, Ricky diperbolehkan dirawat di rumah.
Sebelum Ricky pulang, David harus meneken surat yang isinya
menyebutkan adiknya menjadi tanggung jawab penuh keluarga.

Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo


tak membantah kabar bahwa sejumlah persoalan masih terjadi di
Wisma Atlet. Salah satu alasannya, rumah sakit darurat itu langsung
didatangi ratusan pasien setelah dibuka. “Tidak ada negara yang
sangat siap menghadapi ini,” ujar Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana itu kepada Tempo, Rabu, 25 Maret lalu.

Pemimpin Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet yang juga Panglima


Komando Daerah Militer Jayakarta, Mayor Jenderal Eko Margiyono,
menyebutkan, setelah rumah sakit itu diresmikan, tercatat ada 74
pasien yang datang pada Selasa, 24 Maret lalu. Sehari berselang,
jumlah yang datang mencapai 178 orang. Hingga Jumat, 27 Maret lalu,
tercatat 274 pasien di rumah sakit tersebut.

Eko mengatakan fasilitas kesehatan itu hanya menangani pasien


dengan kondisi ringan dan sedang. Pasien dalam kondisi berat
direkomendasikan ke rumah sakit rujukan. “Jika ada pasien yang
ringan tapi membawa penyakit komplikasi lain, itu akan kami rujuk,”
ujarnya.

Doni Monardo mengatakan, meski ada kekurangan pada awal-awal


pembukaan rumah sakit darurat, penanganan pasien di sana makin
lama kian membaik. Dihubungi pada Jumat, 27 Maret lalu, Dwieky Siti
Rhomdoni, yang awalnya merasa tidak ditangani dengan baik, pun
merasakan perbedaan itu. Menurut dia, nasi kotak dan air kemasan
sudah diantar ke tiap kamar, lengkap dengan vitamin serta obat
pengencer dahak, flu, dan infeksi organ dalam. Kamar yang memiliki
dua tempat tidur pun telah dilengkapi dispenser dan air galon.

Hari itu, usia Dwieky bertambah satu tahun. Dua video ucapan
selamat yang diterimanya membuat Dwieky terharu. Yang satu
berasal dari 30 pasien lain di lantai 5 Wisma Atlet. Satu lagi ucapan
serupa dari satu dokter dan dua perawat yang berkostum hazmat
putih. “Tetap semangat,” kata ketiganya di video tersebut.

HUSSEIN ABRI DONGORAN, AJI NUGROHO

Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Gugus Tugas


Penanganan Covid-19

Panen Kabar Bohong Corona
majalah.tempo.co
3 mins read

R
ingkasan berita sepekan.

Rilis kasus penyebaran berita hoax soal corona di Terminal


1B Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Februari
2020. ANTARA/Fauzan

• Ujian nasional ditiadakan.

• Wartawan divonis dua tahun penjara.

• Terduga teroris tewas ditembak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

MARKAS Besar Kepolisian RI dan sejumlah kepolisian daerah


menangkap 46 tersangka penyebar kabar bohong terkait dengan virus
corona hingga Kamis, 26 Maret 2020. “Kemarin jumlah tersangka 45
kasus. Ada lagi kasus baru hingga totalnya mencapai 46 kasus,” kata
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Argo
Yuwono, Kamis, 26 Maret lalu.

Penyidik Badan Reserse Kriminal tengah memeriksa satu tambahan


tersangka tersebut. Beberapa hari sebelumnya, Kepolisian Resor
Jakarta Barat dan Kepolisian Sektor Tanjung Duren menangkap CL, 56
tahun, dan LL, 29 tahun, penyebar video palsu korban corona.

CL diduga membuat video berdurasi sekitar satu menit yang


memperlihatkan seorang petugas keamanan jatuh pingsan di kawasan
Grogol, Petamburan, Jakarta Barat. Menurut polisi, LL menyebarkan
video tersebut ke grup WhatsApp dan menjadi viral di media sosial.
“Padahal petugas keamanan tersebut pingsan karena sakit flu biasa,”
ujar Kepala Polres Jakarta Barat Komisaris Besar Audie S. Latuheru.

Kabar bohong korban virus corona juga menyebar di Bondowoso, Jawa


Timur. Melalui Facebook, seorang warga Kecamatan Jambesari diduga
menginformasikan seorang warga Kecamatan Sumber Waringin
mengidap corona. Ia menyertakan video penjemputan korban di
Terminal Bondowoso yang sebenarnya merupakan acara sosialisasi
dan pengecekan kesehatan di tempat itu.

Polisi menjerat para tersangka dengan Undang-Undang Informasi dan


Transaksi Elektronik dengan hukuman penjara maksimal 6 tahun dan
denda hingga Rp 1 miliar. Dalam beberapa kasus, polisi menerapkan
pasal pidana penyebaran kabar bohong dengan hukuman paling tinggi
10 tahun penjara.

Dari Sumatera hingga Sulawesi

CONTOH KABAR BOHONG

- Tentara Nasional Indonesia mengeluarkan surat daftar zona merah


Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
- Menteri dilarang melayat ke Solo karena ibunda Presiden Joko
Wibowo meninggal akibat corona.
- Bayi baru lahir bisa berbicara dan menyebut telur rebus obat Covid-
19.
- Jika hendak pergi ke Kota Sukabumi harus ada surat keterangan
kepolisian.
- Berjemur untuk membunuh virus corona.
- Prabowo Subianto membeli alat pelindung diri dan obat corona dari
Cina memakai uang pribadi.
- Video penumpang pesawat yang semuanya positif corona.

SUMBER: KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN


INFORMATIKA, TEMPO.CO

Terduga Teroris Tewas Ditembak

DETASEMEN Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI menembak mati


Muhtar, terduga terorisme jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD),
di Desa Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu, 25 Maret lalu.
“Muhtar melawan menggunakan pedang ketika ditangkap,” ujar
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Argo
Yuwono.

Polisi juga menangkap empat terduga teroris di desa tersebut, tiga di


antaranya tinggal di rumah Muhtar yang berprofesi sebagai pelukis.
Menurut Argo, keempat orang yang digelandang petugas itu
merupakan anggota JAD jaringan Semarang, Kendal, Temanggung,
dan Makassar. Argo belum mau menjelaskan peran mereka.

Pengamat terorisme dan pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian, Noor


Huda Ismail, mengatakan jejaring JAD masih eksis dan makin luas.
Anggota JAD, kata dia, kerap berkonsolidasi melalui media sosial.
“Bukan hal aneh ketika satu kelompok kecil dalam satu daerah
berasal dari berbagai jaringan,” ucap Huda.
Ujian nasional berbasis komputer di Jakarta, Buaran, Maret 2019. TEMPO/Hilman
Fathurrahman W

Ujian Nasional Dihapus

PEMERINTAH dan Dewan Perwakilan Rakyat bersepakat menghapus


ujian nasional untuk pendidikan dasar hingga menengah. Keputusan
ini muncul untuk menghambat penyebaran wabah virus corona.
“Keselamatan dan kesehatan rakyat harus diutamakan,” ujar juru
bicara Presiden, Fadjroel Rachman, Selasa, 24 Maret lalu.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim sebelumnya


berencana menghapus ujian nasional pada 2021. Rapat antara Nadiem
dan Komisi Pendidikan memutuskan untuk mempercepat kebijakan
tersebut karena berisiko menyebarkan virus corona. “Orang tua atau
kakek-nenek mereka juga bisa tertular,” ucapnya.

Anggaran ujian nasional tahun 2020 rencananya akan direlokasi


untuk mendanai kebutuhan selama proses mitigasi wabah Covid-19.
Untuk menentukan standar kelulusan siswa, para guru akan
menggunakan ujian sekolah atau penilaian akumulatif prestasi
belajar selama lima semester terakhir.

MA Tolak Kasasi Pimpinan KPK

MAHKAMAH Agung menolak kasasi pimpinan Komisi Pemberantasan


Korupsi soal rotasi di lembaga itu pada 10 Maret lalu. Dengan
demikian, rotasi yang dilakukan pimpinan KPK batal demi hukum.
“Amar putusan tolak kasasi,” demikian tertulis dalam situs web
perkara MA, Kamis, 26 Maret lalu.

Sengketa ini bermula dari rotasi dan mutasi 14 pegawai oleh


pimpinan KPK pada Agustus 2018. Para pegawai menilai perombakan
itu melanggar aturan kepegawaian karena tak punya alasan jelas.
Pegawai KPK menggugat keputusan itu ke Pengadilan Tata Usaha
Negara karena pimpinan menolak membatalkan rotasi tersebut.

Di pengadilan tingkat pertama, gugatan tersebut ditolak hakim. Di


tingkat banding, hakim menerima gugatan itu. Pelaksana tugas juru
bicara KPK, Ali Fikri, mengatakan lembaganya akan melaksanakan
putusan MA.

Youtube/sultraline.id

Wartawan Divonis Dua Tahun Penjara

MAJELIS hakim Pengadilan Negeri Pasarwajo, Kabupaten Buton,


Sulawesi Tenggara, memvonis Pemimpin Redaksi
Liputanpersada.com Mohammad Sadli Saleh dua tahun bui pada
Kamis, 26 Maret lalu. Hakim menilai Sadli bersalah karena
menyebarkan informasi yang menimbulkan kebencian di masyarakat.
“Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dua tahun penjara,” kata
ketua majelis hakim, Subai.

Kasus ini bermula saat Sadli menurunkan artikel berjudul


“Abracadabra: Simpang Lima Labungkari Disulap Menjadi Simpang
Empat” pada 10 Juli 2019. Bupati Buton
Tengah Samahuddin melaporkan Sadli ke polisi karena artikel
tersebut. Polisi menahan Sadli sejak Januari lalu.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kendari, Zainal A. Ishaq,
menyayangkan laporan dan penahanan terhadap Sadli. “Proses
hukum terhadap dirinya dilakukan tanpa mekanisme penyelesaian
sengketa jurnalistik,” ujar Zainal.


Ketua Pelaksana Gugus
Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 Doni
Monardo mengatakan
lockdown mustahil
diberlakukan di Jakarta.
majalah.tempo.co
8 mins read

• Pemerintah mengambil kebijakan pembatasan jarak fisik (physical distancing)

untuk meredam penularan virus corona.

• Doni Monardo mengimbau rumah sakit darurat untuk pasien Covid-19 tidak

hanya tersedia di Wisma Atlet, tapi juga dibangun di setiap provinsi.

B
ENCANA yang datang silih berganti membuat kesibukan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Letnan Jenderal TNI Doni Monardo nyaris tanpa jeda. Sejak
awal tahun ini, ia telah disibukkan oleh urusan penanganan banjir
Jakarta dan sekitarnya; tanah longsor di daerah Sukajaya, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat; hingga banjir bandang yang melanda Sangihe,
Sulawesi Utara.

Belum tuntas betul memitigasi sederet bencana itu, Doni dihadapkan


pada dampak merebaknya wabah virus corona di Kota Wuhan, Cina.
BNPB ikut berperan dalam evakuasi 237 warga Indonesia dari ibu
kota Provinsi Hubei itu pada Ahad, 2 Februari lalu. BNPB juga ikut
andil memulangkan warga Indonesia di kapal pesiar World Dream
dan Diamond Princess. “Saya terlibat dari perencanaan hingga
pemulangan mereka,” kata Doni dalam wawancara khusus
dengan Tempo di kantornya, Kamis, 26 Maret lalu.

Keterlibatan Doni, 56 tahun, dalam penanganan dampak


wabah corona berlanjut setelah Presiden Joko Widodo menunjuknya
sebagai Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
19 pada 13 Maret lalu. Penunjukan Doni tak lepas dari
terus melonjaknya angka pengidap penyakit akibat infeksi
virus corona sejak Jokowi mengumumkan dua kasus positif pertama
di Indonesia pada Senin, 2 Maret lalu.

Sejak melakoni tugas barunya, Doni memilih bermukim di Graha


BNPB, Jakarta Timur. Sofa hitam di ruang kerjanya diberi jarak
dengan diselotip warna kuning agar para tamunya tidak duduk
berdekatan. “Saya tiap hari ketemu dengan banyak orang. Kalau saya
tidak bisa menertibkan, saya kena, kegiatan gugus tugas bisa
terganggu,” ujarnya.

Kepada wartawan Tempo, Mahardika Satria Hadi, Devy Ernis,


dan Raymundus Rikang, mantan Komandan Jenderal Komando
Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat itu menceritakan kesiapan
pemerintah dalam menghadapi wabah corona, rencana pembangunan
sejumlah rumah sakit darurat untuk pasien Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) di daerah, hingga sikapnya terhadap opsi karantina
wilayah.

Mengapa pemerintah memutuskan tidak menerapkan


lockdown terhadap Jakarta untuk mengurangi penyebaran
virus corona?

Pertanyaan itu sudah sangat sering disampaikan. Tentang status


lockdown, slow down, atau apa sajalah. Saya mengatakan berulang
kali, jangan perdebatkan status. Karena tiap negara punya
karakteristik masing-masing. Sekarang kalau Jakarta di-lockdown,
bagaimana dengan kedutaan negara-negara sahabat. Apakah mungkin
pemerintah negara lain menjemput warga negaranya di Jakarta.
Kemudian apakah Jakarta mampu menghidupi atau
memenuhi kebutuhannya sendiri. Itu dulu yang harus dipahami.

Tapi Jakarta telah menjadi daerah episentrum


wabah corona di Indonesia.

Ketika karantina wilayah atau lockdown diterapkan, sesuai dengan


Pasal 55 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan, maka kebutuhan dasar seluruh
masyarakat di wilayah itu harus dibiayai oleh pemerintah. Bukan
hanya masyarakatnya, tapi termasuk hewan peliharaan. Kalau ini
terjadi, alangkah habis energi kita. Pemerintah kan harus tunduk
pada undang-undang. Ketika undang-undang dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan yang ada, kira-kira dampaknya seperti apa.

Lalu apa solusi terbaik yang diambil pemerintah saat ini?

Mari kita bersatu, ikuti keputusan politik negara. Pak Jokowi telah
memutuskan social distancing atau diterjemahkan hari ini sebagai
physical distancing (pembatasan jarak fisik). Ini merupakan rujukan
terakhir dari WHO (Badan Kesehatan Dunia). Jadi apa yang dilakukan
pemerintah kita tidak serta-merta tanpa mendapatkan masukan dan
saran dari banyak pihak.

Apakah tanpa lockdown bisa menekan angka penyebaran


virus ke daerah?

Saya kepala gugus tugas di tingkat pusat. Di tingkat daerah ada


gubernur, wakil ketuanya adalah panglima komando daerah militer
dan kepala kepolisian daerah. Kebijakan-kebijakan lokal, selama tidak
bertentangan dengan kebijakan nasional dan tidak mempengaruhi
daerah lain, enggak ada masalah. Contoh sederhana, kalau
mau lockdown, belajar dulu dari RT (rukun tetangga). Jadi, RT di-
lockdown, artinya RT yang sudah tertular enggak boleh ada orang
yang keluar dan masuk. Segala kebutuhan RT itu dipenuhi RT-RT atau
RW (rukun warga) sekitarnya. Tunjukkan kebersamaan dulu.
Misalnya, mau mencoba yang lebih besar, ya tingkat kelurahan.
Kelurahan lain bisa ikut memberikan bantuan. Kalau ini bisa
dilakukan, enggak perlu sampai tingkat nasional.

Apa sudah ada daerah yang mampu menerapkan itu?

Ini yang harus kita berikan arahan. Kepada daerah-daerah lain yang
masih steril, ya enggak apa-apa mereka menentukan kebijakan lokal.
Yang penting tidak mengganggu daerah lain, tidak menimbulkan
persoalan tambahan, dan tentu kebijakannya tidak keluar dari
kebijakan politik nasional. Kalau daerah bisa menggerakkan
instrumen yang ada, kita bisa mengurangi (penyebaran wabah). Kalau
mencegah rasanya agak berat sekarang ini.

Sejauh mana pembatasan jarak fisik bisa mengurangi


penyebaran wabah corona?

Inilah perlunya kerja sama seluruh komponen bangsa. Di sini kami


mengedepankan kolaborasi pentahelix berbasis komunitas. Pertama,
pemerintah pusat, pemerintah daerah, unsur TNI, Polri, dan
instrumen negara lain. Kedua, dunia pendidikan, peneliti, periset,
pakar pada bidangnya. Ketiga, dunia usaha. Keempat, komunitas itu
sendiri, terutama masyarakat, ada relawan, tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh pemuda, dan organisasi kemasyarakatan. Kelima
adalah media. Kalau bisa bersatu dengan narasi tunggal, yaitu ikut
keputusan negara, kita akan bisa menyelesaikan ini dengan baik.

Sejumlah negara mengambil kebijakan lockdown dan


ternyata cukup sukses meredam penyebaran Covid-19.
Tanggapan Anda?

Sebagai ketua gugus tugas, komandan saya cuma satu. Saya tidak mau
berdiskusi. Saya berfokus menjalankan keputusan politik negara.
Kalaupun ada diskusi, mungkin hanya di lingkup internal kami. Tidak
ada satu pun orang yang kira-kira boleh berpikir berbeda. Karena
perbedaan akan membuat kita lemah. Sekarang ini sudah sama
statusnya dengan perang. Panglima perangnya bilang kita maju,
sementara prajuritnya ada yang belok kanan-kiri, bagaimana kita
mau menghambat musuh?

Tapi keputusan pemerintah Cina menutup akses


Kota Wuhan pada masa awal merebaknya
wabah corona terbukti ampuh mencegah meluasnya
penularan virus.

Tidak ada satu pun negara, negara maju sekalipun, yang sangat siap
menghadapi hal ini. Hanya negara-negara yang memiliki rantai
komando yang sangat kuatlah, yang bisa mengekang segala
kehidupan masyarakat, yang lebih sukses. Kalau kita sekarang sudah
mengatakan hidup dalam alam demokrasi, setiap ada kebijakan pasti
ada polemik di tengah masyarakat. Sekarang kita tinggalkan
sementara ego sektoral.

Sejauh mana opsi lockdown dibahas di lingkup


internal gugus tugas?

Dua minggu lalu, Gubernur Jakarta Anies Baswedan kemari. Saya


sampaikan, “Pak Gubernur, tolong fokus pada upaya meningkatkan
pengetahuan tentang bahayanya virus ini.” Karena masyarakat masih
santai, menganggap enteng lantaran enggak tahu ancamannya. Virus
ini bisa menulari siapa saja. Tidak menunjukkan gejala belum tentu
dia tidak terpapar. Yang rentan orang-orang yang punya penyakit
bawaan dan orang berusia lanjut. Karena itu, taat pada protokol
kesehatan, enggak boleh pegang mata, hidung, mulut. Kalau mau
pegang harus cuci tangan dulu, pastikan tangan bersih. Kalau ini
dikerjakan dengan benar, saya yakin 100 persen proses penularannya
bisa dicegah.
Anies sempat mengajukan opsi lockdown?

Pak Anies tidak pernah mengajukan langkah lockdown. Beliau


membuat beberapa opsi. Yang terakhir itu bukan lockdown, tapi zero 
mobility.

Ada kepala daerah lain yang berkomunikasi dengan Anda?

Ada beberapa gubernur yang berkonsultasi. Saya ingatkan mereka


sekarang punya otoritas. Mereka bisa memanfaatkan tentara dan
polisi untuk penanganan Covid-19, dari pencegahan, deteksi,
investigasi, hingga penanganan pasien. Daerah juga harus bisa
mengambil langkah. Jangan semuanya tergantung pusat. Gubernur
sampai kepala desa kan punya anggaran. Pesantren, asrama-asrama
sudah dapat diisolasi. Isolasi terbatas.

Apakah cukup dengan instruksi dari gubernur?

Cukup gubernur. Kecamatan yang masih steril, misalnya, ya sudah


diisolasi mandiri atau, maaf, karantina lokal supaya dia aman dulu.
Nah, kalau bisa di daerah sudah terbentuk kantong-kantong seperti
ini. Jangan semua beban diserahkan ke pusat.

Banyak negara yang kehilangan tenaga medis karena


minimnya persediaan alat pelindung diri (APD), termasuk
di Indonesia. Bagaimana Anda mengatasi persoalan ini?

Tidak ada negara yang mampu menghadapi wabah corona dengan


mudah. Amerika enggak punya (cukup) APD. Eropa juga begitu.
Industri tekstil di hampir semua negara maju sudah tidak ada,
dialihkan ke negara berkembang di Asia Selatan dan Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Kitalah yang banyak memproduksi tekstil.
Masalahnya, hampir 100 persen produknya diekspor. Nah, sekarang
pemerintah sudah membuat kebijakan melarang ekspor kebutuhan
tertentu. Diprioritaskan untuk kebutuhan domestik. Presiden sudah
memerintahkan para menteri terkait untuk berfokus meningkatkan
produksi di Indonesia.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo (tengah)
memberikan keterangan kepada media berita terkini mengenai kasus COVID-19 di
Kantor Pusat BNPB, Jakarta, Sabtu (14/3/2020)./ANTARA FOTO/Muhammad
Adimaja

Apa saja yang diprioritaskan?

Alat pelindung diri, masker. Ketika kita bisa memenuhi kebutuhan


nasional untuk APD, maka kelak kalau ini semua sudah beres, kita
bisa membantu negara lain.

Bagaimana dengan APD yang didatangkan dari Cina


beberapa waktu lalu?

Kemarin itu banyak diberitakan bahwa itu bantuan dari Cina. Padahal
itu bukan buatan Cina.

Ternyata APD produksi Indonesia?

Bea dan Cukai mencegah ekspor APD sebanyak 205 ribu unit ke Cina.

Apakah semuanya barang legal?

Legal. Ini sudah dipesan oleh negara tersebut (dari produsen APD di
Indonesia) jauh hari sebelum ada peristiwa corona.

APD bagian apa saja?

Lengkap, satu set kecuali kacamata, masker, dan sarung tangan.


Standar nomor satu.

Ada berapa perusahaan yang mengekspor APD?

Ada banyak. Saya enggak tahu persisnya.

Dengan kebutuhan dalam negeri yang tinggi, seperti apa


instruksi pemerintah kepada perusahaan-perusahaan
produsen APD lokal?

Memprioritaskan keseluruhan untuk APD, sarung tangan, masker, dan


kacamata.

Bagaimana dengan kontrak yang telah disepakati dengan


rekanan mereka di Cina?

Saya enggak tahu itu aturannya. Tapi, yang unik, 100 persen APD ini
bahan bakunya dari luar (Cina). Negara yang memesan itu mengirim
bahan bakunya kemari, kemudian kita kembali mengekspornya ke
sana. Jadi kita ini, mohon maaf, layaknya tukang jahit. Itulah
persoalan yang kita hadapi.
Berapa kebutuhan APD untuk menghadapi lonjakan
jumlah penderita Covid-19 di Tanah Air?

Yang penting kita produksi semaksimal mungkin apa yang bisa kita
lakukan. Kita juga mendatangkan apa yang tidak kita miliki, seperti
alat rapid test.

Mengapa rumah sakit rujukan Covid-19 di daerah masih


ada yang kehabisan APD?

Mungkin ada, tapi jumlahnya terbatas.

Bagaimana seharusnya mekanisme pengadaannya?

Database sebenarnya ada. Setiap tahun ada pengadaan barang di


Kementerian Kesehatan sampai ke rumah sakit umum daerah (RSUD).
Nah, salah satu perlengkapan dan peralatan yang harus ada itu APD.
Itu sudah menjadi standar operasionalnya RSUD. Sekarang tinggal
dilihat saja mana RSUD yang punya, mana yang enggak. Silakan
publik melakukan evaluasi.

Jadi pengadaan APD oleh tiap RSUD?

Kan, (dananya) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Bagaimana evaluasi gugus tugas terhadap kinerja Rumah


Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet?

Per 26 Maret ini sudah 208 pasien yang dirawat. Sangat efektif
karena rumah sakit kita sudah enggak mampu lagi. Rumah sakit yang
bukan rujukan saja sudah menampung pasien Covid-19. Kami
berharap model Wisma Atlet tidak hanya ada di Jakarta, tapi di semua
provinsi. Karena itu, kami mengharapkan pemerintah daerah bisa
memanfaatkan fasilitas pusat yang ada di daerah, seperti asrama haji
ataupun balai-balai latihan kementerian. Apalagi ada unsur TNI dan
Polri di daerah itu yang bisa dimanfaatkan. Cuma, jangan ambil risiko
menempatkan kawasan karantina untuk pasien Covid-19 di asrama
militer dan polisi.

Mengapa tidak diperbolehkan?

Kita harus memberikan perlindungan penuh kepada tentara dan


polisi. Jangan sampai di antara mereka ada yang tertular, karena
mereka cadangan terakhir. Ketika nanti di luar sudah kesulitan, maka
tentara dan polisi baru keluar.

Benarkah penanganan pasien di Rumah Sakit Darurat


Wisma Atlet masih semrawut?

Namanya juga masih baru. Hari pertama saja yang crowded, sekali
datang sekian ratus orang. Coba bayangkan. Tapi nanti ikuti
perkembangannya. Kita juga jangan melihat semuanya itu mau yang
sempurna.

DONI MONARDO

• Tempat dan tanggal lahir: Cimahi, Jawa Barat, 10 Mei 1963 •


Pendidikan: Akademi Militer (1985), Sekolah Staf dan Komando
Angkatan Darat (1999), Lembaga Ketahanan Nasional (2012) • Karier:
Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (2012-2014), Komandan
Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (2014-2015),
Panglima Komando Daerah Militer XVI/Pattimura (2015-2017),
Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi (2017-2018),
Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (2018-2019), Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (sejak Januari 2019), Ketua
Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (sejak Maret
2020)

Anda mengimbau semua daerah juga menyiapkan rumah


sakit darurat Covid-19. Persiapannya seperti apa?

RSUD dan rumah sakit swasta di daerah sudah harus mempersiapkan


diri. Pak Menteri Basoeki Hadimoeljono sudah mengatakan kepada
saya bahwa Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat siap melakukan
renovasi di semua provinsi. Presiden sudah menugasi menteri terkait
untuk melakukan refocusing dan realokasi APBD serta Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Ada puluhan triliun dana yang
sekarang diubah. Semua arahnya kepada upaya penanganan Covid-19,
termasuk membantu masyarakat tidak mampu.

Berapa kenaikan jumlah penderita Covid-19 dengan


pendekatan rapid test yang masif?

Kalau, misalnya, alat yang dipakai ini efektif, sangat mungkin terjadi
pelonjakan. Kita enggak perlu khawatir, pelonjakan pasti akan terjadi.
Yang penting jangan sampai korban yang meninggal jumlahnya besar,
khususnya tenaga medis, tenaga kesehatan, dokter, perawat, dan
pekerja rumah sakit, termasuk pengemudi ambulans dan mobil
jenazah.
Apakah kebijakan pembatasan jarak fisik yang telah
berjalan selama ini bakal dievaluasi?

Pertanyaan seperti itu, menurut saya, jangan lagi ada dalam benak
kita. Ini kebutuhan yang paling dasar. Physical distancing adalah
solusi yang terbaik dalam menghadapi wabah corona.

Bagaimana pemerintah menegakkan kebijakan itu


sementara sebagian masyarakat di daerah kerap tak
mengacuhkan anjuran untuk menjaga jarak?

Ini pentingnya kesadaran kolektif. Kalau hukuman ditegakkan 100


persen, mungkin nanti penjara penuh semua. Jadi penegakan hukum
bukanlah jalan terbaik. Yang paling penting adalah bagaimana kita
mengingatkan setiap individu. Setiap tokoh yang punya pengaruh di
daerah harus bersuara, berteriak, menyampaikan dengan cara apa
pun supaya bangsa kita bisa selamat.

Dalam beberapa kejadian, polisi sampai harus


membubarkan paksa kegiatan yang melibatkan banyak
orang.

Pada akhirnya bisa ada langkah hukum. Tapi, sekali lagi, kalau hukum
ditegakkan bukan juga menyelesaikan masalah.

Bagaimana masyarakat menghadapi mudik Lebaran yang


sebentar lagi tiba?

Imbauan saya jangan dulu. Sabar sajalah. Harus dijaga untuk tidak ke
luar rumah dulu dan setiap orang yang ada di rumah pun harus selalu
jaga jarak.

Gugus Tugas Penanganan Covid-19



Hampir dua lusin
perusahaan bioteknologi di
dunia berlomba
mengembangkan vaksin
untuk virus SARS-Cov-2.
majalah.tempo.co
3 mins read

• Perusahaan pembuat vaksin Moderna Inc dari Cambridge, Amerika Serikat,

menjadi yang pertama melakukan uji klinis fase I untuk vaksin bernama mRNA-

1273 pada 16 Maret lalu.

• Meskipun uji klinis sukses, mustahil dapat menyediakan vaksin Covid-19 di

pasar dalam waktu setahun ke depan.


J
ENNIFER Haller, 43 tahun, ibu dua anak dari Seattle, Amerika
Serikat, sangat percaya diri saat lengan kirinya ditembus jarum
suntik di markas Kaiser
Permanente Washington Health Research Institute, Senin, 16 Maret
lalu. Pekerja perusahaan teknologi itu menjadi relawan pertama dari
45 orang yang ikut uji klinis fase pertama vaksin untuk virus SARS-
Cov-2 yang bernama mRNA-1273. “Tak ada risiko bagi saya terpapar
virus itu,” ujar Haller dengan yakin kepada CNN.

Bakal vaksin bikinan National Institute of Health (NIH) bersama


perusahaan bioteknologi Moderna Inc itu memang tak mengandung
virus hidup yang dilemahkan. Sebagai gantinya adalah molekul
asam ribonukleat (RNA) virus sintetis. Tipe RNA-nya adalah RNA
kurir (mRNA) yang mengandung instruksi ke sel-sel virus untuk
menciptakan protein spike—yang berbentuk paku mahkota.
Protein spike inilah yang menempel di dinding sel inang
dan menginfeksinya.

Peneliti berharap dengan menyuntikkan mRNA virus ke tubuh


manusia akan memperoleh respons imun yang kuat. Bila protein asing
itu terdeteksi, sistem kekebalan tubuh akan membuat antibodi untuk
menyerangnya dan lebih siap bereaksi bila virus Covid-19 alami kelak
menyerang. “Kami tak tahu apakah vaksin ini menyebabkan respons
imun. Itulah perlunya uji klinis,” kata kepala
pengujian Lisa Jackson dari Kaiser Permanente.

Memakai mRNA sintetis merupakan cara cepat memproduksi vaksin


ketimbang metode tradisional yang harus menumbuhkan virus hidup
di laboratorium. Moderna hanya butuh 42 hari mengembangkan bibit
vaksin sejak 13 Januari lalu hingga mengirimnya ke NIH pada 24
Februari lalu. Hal itu berkat Yong-
Zhen Zhang dari Fudan University, Shanghai, Cina, dan tim yang
berhasil mengurutkan gen virus SARS-Cov-2 dan membagikannya
di Virological.org pada 11 Januari lalu.
Menurut Anthony S. Fauci, Direktur National Institute of Allergy and
Infectious Diseases NIH, walaupun uji klinis berjalan mulus, vaksin
itu mustahil tersedia di pasar dalam 12-18 bulan ke depan. Ada
banyak tahap pengembangan vaksin. Tahap akhir biasanya menjadi
leher botol karena pendaftaran dan persetujuan otoritas serta
produksi massal bisa membutuhkan waktu hingga satu dekade.
“Vaksin tetap penting jika virus jadi ancaman jangka panjang,”
ucap Fauci.

Vaksin ebola menjadi contoh betapa lama pengembangan vaksin.


Ebola terdeteksi oleh para saintis pada 1976. Tapi, hingga wabah itu
menghantam Afrika Barat pada 2014, tak satu pun vaksin yang
dikembangkan. Bibit vaksin rVSV-ZEBOV yang dikembangkan Merck
baru diuji-kliniskan di Guinea ketika wabah itu menginfeksi 28 ribu
orang pada 2016. Vaksin itu mendapat sertifikasi Badan Kesehatan
Dunia (WHO) pada November 2019 serta persetujuan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) sebulan kemudian.

Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) mungkin


tidak merujuk pada pengalaman vaksin ebola itu. Koalisi global yang
bermarkas di Oslo, Norwegia, itu bertekad memiliki vaksin Covid-19
dalam waktu enam bulan. CEPI, yang didirikan pemerintah Norwegia
dan India, Bill & Melinda Gates Foundation, Wellcome Trust, serta
World Economic Forum, telah mensponsori delapan konsorsium
pengembang vaksin, termasuk proyek mRNA-1273.

Inovio Pharmaceuticals Inc juga mendapat dukungan dana US$ 9 juta


dari CEPI untuk membuat vaksin asam deoksiribonukleat (DNA)
bernama INO-4800. Inovio, yang bermarkas di San Diego, California,
Amerika, mengklaim telah mendapatkan bibit vaksin itu tiga jam
setelah urutan gen virus SARS-Cov-2 dipublikasikan. Pembuatannya
via teknik pemetaan digital urutan DNA virus, yang juga sukses
membuat vaksin sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) yang
telah diuji klinis fase II.
Ada hampir dua lusin perusahaan bioteknologi, sebagian besar asal
Amerika, berlomba menciptakan vaksin Covid-19. Di antaranya
Novavax Inc, Heat Biologics Inc,
Janssen Pharmaceutical Companies Johnson & Johnson, Sanofi,
dan Vaxart Inc. Perusahaan-perusahaan tersebut ada yang mendapat
pendanaan dari Biomedical Advanced Research and Development
Authority (BARDA) Departemen Kesehatan Amerika dan NIH. Ada
pula yang didanai CEPI.

Di daratan Eropa, ada BioNTech SE dari Mainz, Jerman, yang


mengembangkan vaksin mRNA bernama BNT162. Vaksin itu akan
diuji-kliniskan pada akhir April nanti, menggandeng Shanghai Fosun
Pharmaceutical Group. Perusahaan Jerman lain, CureVac AG, yang
berbasis di Tübingen juga mengembangkan vaksin mRNA. Selain itu,
Institut Pasteur Prancis menggandeng Themis Bioscience dari
Austria mengembangkan vaksin berdasarkan teknologi vaksin
campak.

Di Australia, University of Queensland di Brisbane mendapat


dukungan CEPI dan Commonwealth Scientific and Industrial Research
Organisation (CSIRO) mengembangkan vaksin dari protein spike virus
yang mereka juluki vaksin molecular clamp. Sementara itu, di Israel,
MIGAL Galilee Research Institute Ltd tak mau ketinggalan
mengembangkan vaksin Covid-19 yang berbasis teknologi
vaksin Infectious Bronchitis Virus, yang menyerang ternak unggas.

Perusahaan Cina, CanSino Biologics, juga tak mau kalah dari Moderna
dalam menggelar uji klinis fase I. Perusahaan yang bermarkas
di Tianjin itu bekerja sama dengan Institute of Biotechnology pada
Academy of Military Medical Sciences menguji klinis vaksin yang
dinamai Ad5-nCoV kepada 108 relawan. Ad5-nCoV adalah kandidat
vaksin rekayasa genetika dengan bagian replikasi adenovirus tipe 5
sebagai vektor untuk mengekspresikan protein spike virus.

Indonesia juga hendak mengembangkan vaksin Covid-19 sendiri.


Menurut Amin Soebandrio, Direktur Lembaga Biologi
Molekuler Eijkman, Jakarta, pihaknya ditunjuk oleh Menteri Riset dan
Teknologi untuk memimpin konsorsium pengembangan vaksin.
“Ditargetkan dalam waktu 12-18 bulan sudah ada bibit vaksin yang
siap diserahkan ke industri, dalam hal ini PT Bio Farma, untuk
diproduksi,” tutur Amin kepada Tempo, Rabu, 18 Maret lalu.

Lembaga Eijkman, kata Amin, berpengalaman membuat vaksin flu


burung untuk unggas. “Kami bisa membuat bibit vaksin dalam waktu
10 bulan pada 2011,” ujarnya. Amin menjelaskan dua strategi yang
disiapkan dalam membuat vaksin untuk manusia, yakni mempelajari
antigen yang bisa dipakai untuk vaksin dan menggunakan informasi
genetik virus yang ada di GenBank untuk membuat peptidanya secara
sintetis sebagai bahan vaksin.
Komisi Pencegahan Korupsi
majalah.tempo.co
3 mins read

M
enitikberatkan pada pencegahan, pemimpin Komisi
Pemberantasan Korupsi baru memiliki program setelah
tiga bulan menjabat. Minimnya penindakan kasus
berimbas pada kesuksesan program pencegahan.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri


(kanan) berbincang dengan anggota Dewan Pengawas KPK
Albertina Ho (kedua dari kanan) pada acara
penandatanganan kontrak kerja Pejabat Eselon I dan II di
Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, 5 Maret
2020./ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

• Selama 100 hari pertama, pemimpin KPK lebih banyak melanjutkan prgram

pencegahan warisan pemimpin periode sebelumnya.

• Agenda pencegahan tak berjalan efektif tanpa program penindakan.

• KPK menempatkan pegawainya di BUMN untuk mencegah kerugian negara.


SERATUSAN pegawai berbaris rapi mengikuti persamuhan akbar di
lantai 3 gedung serbaguna Komisi Pemberantasan Korupsi pada
Kamis, 5 Maret lalu. Pejabat eselon I dan II berdiri di barisan paling
depan. Mereka menyimak arahan Ketua KPK Firli Bahuri setelah
menyaksikan penandatanganan kontrak kinerja pejabat lembaga itu.

“Arahan tersebut ingin mendorong kebijakan pimpinan di bidang


pencegahan,” ujar juru bicara KPK bidang pencegahan, Ipi Maryati
Kuding, Jumat, 27 Maret lalu.

Ini pertama kalinya pemimpin KPK periode sekarang menyampaikan


arah kebijakan mereka di bidang pencegahan korupsi di hadapan
pegawai. Sejak dilantik pada 20 Desember 2019, kata Ipi, pemimpin
KPK lebih banyak melanjutkan program koordinasi, supervisi, dan
pencegahan warisan komisioner sebelumnya.

Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan mengatakan lembaganya


menyelaraskan program pencegahan dengan Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi.
Aturan itu memberikan mandat kepada aparat penegak hukum seperti
KPK untuk mendorong perbaikan proses perizinan, tata niaga,
keuangan negara, penegakan hukum, dan reformasi birokrasi.
“Rumusan kebijakan itu merupakan gagasan yang bakal mewarnai
kinerja KPK periode ini,” ujarnya.

Menurut Pahala, sebenarnya sejak dulu KPK melakukan banyak kajian


dan mengeluarkan rekomendasi perbaikan tata kelola lembaga,
kementerian, ataupun badan usaha milik negara. KPK juga
menyelamatkan aset negara di sejumlah daerah dan meningkatkan
penerimaan negara, misalnya dari pajak batu bara. “Tapi untuk tahun
ini belum muncul program baru,” katanya.

Ipi Maryati mengatakan KPK akan menjalankan program pencegahan


yang berbeda dengan kebijakan KPK era sebelumnya. Strategi
pemberantasan korupsi bakal mengedepankan kegiatan yang
berdampak pada perbaikan indeks persepsi korupsi, indeks perilaku
antikorupsi, dan survei penilaian integritas. “Pada 2019, kinerja KPK
memiliki nilai terendah di antara sembilan survei yang berkontribusi
pada indeks persepsi korupsi. Ini harus diperbaiki,” ucap Ipi.

Survei Transparency International Indonesia 2019 merilis indeks


persepsi korupsi Indonesia di urutan 85 dengan 40 poin. Capaian itu
terbilang rendah dalam skala global. Di Asia Tenggara, peringkat
pertama ditempati Singapura dengan 85 poin, Brunei Darussalam 60
poin, dan Malaysia 53 poin. Indonesia sejajar dengan negara seperti
Burkina Faso, Guyana, Lesotho, serta Trinidad dan Tobago.
Seorang pejabat KPK mengatakan pemimpin lembaga antirasuh
periode sekarang masih gagap menjalankan program pencegahan.
Mereka mengedepankan pencegahan ketimbang
mengkombinasikannya dengan penindakan, seperti melakukan
operasi tangkap tangan. “Program pencegahan akan efektif kalau
penindakan berada di depan,” ujarnya.

Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan/TEMPO/ Gunawan Wicaksono

Menurut narasumber ini, saat ia turun ke daerah, para pejabat lokal


mulai tak mengacuhkan KPK. Para pejabat itu tak lagi patuh saat
menerima rekomendasi atau surat dari tim pencegahan KPK yang
ingin memperbaiki sistem di daerah.

Saat menjalani seleksi sebagai calon pemimpin KPK, Firli Bahuri dan
keempat komisioner memang berjanji mengedepankan pencegahan.
Bagi mereka, pemberantasan korupsi tak harus tecermin lewat
penangkapan dan memenjarakan koruptor. Firli bahkan mengaku
sedih melihat banyak orang ditahan setelah operasi tangkap tangan.

Nurul Ghufron, Alexander Marwata, Lili Pintauli Siregar, dan Nawawi


Pomolango juga berjanji lebih banyak menjalankan program
pencegahan jika terpilih sebagai pemimpin KPK. Nawawi bahkan
mengibaratkan KPK seperti orang mabuk yang berjalan sempoyongan
sehingga tak kunjung berhasil mencapai tujuan. “Kalau fokus di
pencegahan, indeks persepsi korupsi bisa naik,” ucapnya setelah
menjalani uji kelayakan di Dewan Perwakilan Rakyat tahun lalu.

Menurut Ipi Maryati, salah satu program pemimpin KPK dalam


bidang pencegahan adalah dengan menyambangi sejumlah
kementerian dan lembaga negara untuk mengkampanyekan
pencegahan, pemantauan, dan evaluasi. “Sayangnya, beberapa
kegiatan terpaksa dibatalkan dan ditunda karena wabah Covid-19,”
katanya.

KPK juga sedang menjajaki kemitraan dengan sejumlah badan usaha


milik negara yang dinilai strategis. Rencananya KPK akan
menempatkan pegawai di dalam struktur BUMN. Menurut Ipi,
kebijakan ini bertujuan mendukung fungsi pengawasan dan
pelaksanaan tugas KPK. “Tapi wacana ini sebenarnya sudah dibahas
pimpinan periode sebelumnya,” ujarnya.

Untuk tahap pertama, KPK merekomendasikan tiga pegawai buat


menjadi anggota komite audit Dewan Komisaris Pertamina. Proses
penempatan itu kini memasuki seleksi fase akhir. Juru bicara
Pertamina, Fajriyah Usman, tak merespons pesan Tempo hingga
Sabtu, 28 Maret lalu.

Namun penempatan pegawai di Pertamina itu beraroma tak sedap.


Peneliti Indonesia Corruption Watch, Kurnia Ramadhana,
mendapatkan informasi bahwa KPK justru merekomendasikan
pegawai yang tidak pernah terlibat dalam bidang audit. “Kalau tidak
memiliki pengalaman, bagaimana mungkin dia bisa menjalankan
fungsi pengawasan di Pertamina,” katanya.

RIKY FERDIANTO, MAYA AYU PUSPITASARI



Tim Sukses di Rumah Tidak
Layak Huni
majalah.tempo.co
2 mins read

K
omisi Pemberantasan Korupsi menyelidiki dugaan
penyelewengan program renovasi rumah tidak layak huni
Pemerintah Kabupaten Jember. Ada peran bekas anggota tim
sukses bupati.

Bupati Jember Faida./jemberkab.go.id

• KPK menemukan penyelewengan dalam proyek perbaikan seribu rumah tidak

layak huni di Kabupaten Jember.

• Penyelidik memeriksa orang dekat Bupati Jember.

• Pendamping penerima bantuan ternyata bekas anggota tim sukses.

PENYELIDIKAN yang tadinya berlangsung tertutup itu kini telanjur


terbuka. Setelah pengumpulan bukti dari lapangan di Desa
Sukowono di Jember, Jawa Timur, gagal, Komisi Pemberantasan
Korupsi memanggil satu per satu saksi ke Jakarta sejak akhir Februari
lalu.

Salah seorang di antaranya Kepala Desa Sukowono Kholifah. Ia datang


ke gedung KPK pada 26 Februari lalu. Menurut Kholifah, penyelidik
bertanya soal program renovasi rumah tidak layak huni (RTLH) yang
dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jember 2019.

Desa Sukowono mendapat jatah perbaikan 165 unit rumah. “Saya


ditanyai soal program yang turun ke desa apa saja. Salah satunya
RTLH itu,” kata Kholifah, Kamis, 26 Maret lalu.

Bupati Jember Faida mencanangkan program bantuan rehabilitasi


1.150 rumah penduduk yang dianggap belum layak huni. Nilai
proyeknya mencapai Rp 20 miliar. Tiap kepala keluarga mendapatkan
jatah Rp 17,5 juta untuk membeli bahan bangunan dan membayar
ongkos tukang.

Dua anggota staf Pemerintah Kabupaten Jember mengatakan terjadi


penyelewengan di hampir semua proyek pembangunan rumah.
Misalnya, untuk menjalankan proyek ini, pemerintah membentuk tim
fasilitator lapangan RTLH. Dalam praktiknya, peran tim digantikan
orang-orang yang dulu membantu Faida pada pemilihan kepala
daerah 2016. Salah satunya Faisal Amir, bekas koordinator “relawan”.

Faisal semestinya menjadi pendamping penerima bantuan di


Kecamatan Sukowono, tapi ia justru diduga berperan sebagai
kontraktor. Dokumen yang diperoleh Tempo menyebutkan Faisal
berhubungan langsung dengan pemilik toko material bangunan.
Rekanan Faisal dalam proyek ini membenarkan informasi tersebut.
“Dia belanja di toko ini senilai Rp 4,5 miliar,” ujar Rosiyanto, pemilik
toko material “Anyar”.

Faisal juga disangka menarik bantuan Rp 17,5 juta yang sudah


dikirimkan kepada warga desa. Ia kemudian mengumpulkan duit itu
di rekening pribadinya. Seharusnya warga penerima bantuan bisa
langsung menerima uang dan membelanjakannya dengan didampingi
tim fasilitator lapangan.

Dihubungi lewat sambungan telepon, Faisal membenarkan menjabat


salah satu koordinator relawan program RTLH. Ia menolak disebut
sebagai “relawan” Faida. “Relawan rakyat,” katanya. Dua nomor
telepon selulernya tak aktif lagi ketika ia hendak dimintai konfirmasi
soal perannya dalam proyek RTLH pada kesempatan berbeda.
KPK sudah mengambil keterangan Faisal di Jakarta. Penyelidik juga
memanggil dua pemilik toko material dan dua pejabat setingkat
kepala dinas yang diduga mengetahui program RTLH.

Juru bicara KPK, Ali Fikri, mengatakan penyelidik memang sudah


memanggil sejumlah saksi dan masih akan bertambah. “Prosesnya
masih berlanjut,” ujar Ali, Kamis, 26 Maret lalu.

Adapun Bupati Faida tak kunjung membalas permintaan wawancara.


Tempo mencoba menemui dia saat berada di Pendapa Kabupaten
Jember pada Kamis, 26 Maret lalu. Faida menolak ditemui. Melalui
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Jember Gatot
Triyono, Faida mengatakan tidak berkenan diwawancarai kecuali soal
penanganan virus corona.

NUR HADI (JEMBER)



Ada 24 penyelidikan baru
dalam kepemimpinan Firli
Bahuri cs.
majalah.tempo.co
2 mins read

• KPK periode sekarang belum pernah melakukan operasi tangkap tangan.

• KPK mengklaim kunjungan ke banyak lembaga sebagai strategi pencegahan.

L
IMA pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi periode 2019-
2023 telah 100 hari memimpin lembaga itu sejak dilantik
pada 20 Desember tahun lalu. Dalam kurun tersebut, kinerja
Ketua KPK Firli Bahuri bersama empat wakilnya dinilai minim
gebrakan. Salah satu ukurannya: KPK tak pernah lagi menggelar
operasi tangkap tangan (OTT). Sejumlah kasus yang ditangani pun
merupakan warisan dari pimpinan periode sebelumnya. Pelaksana
tugas juru bicara KPK, Ali Fikri, menolak anggapan tersebut.
“Penanganan perkara terus berjalan. Tidak bisa dipilah-pilah ini
periode sebelumnya,” kata Ali lewat sambungan telepon pada Kamis,
26 Maret lalu.

Apa saja capaian KPK dalam 100 hari pimpinan periode


ini?

Kalau penindakan, kita berbicara penanganan perkara. Kami


meneruskan yang lalu. Ada juga perkara baru yang terus berjalan.
Kemarin, di masa pimpinan baru ini, ada operasi tangkap tangan di
Sidoarjo, Jawa Timur, dan perkara pergantian antarwaktu anggota
Dewan Perwakilan Rakyat di Komisi Pemilihan Umum. Yang kedua,
ada juga penahanan. Ada kepala daerah yang ditahan di era pimpinan
sekarang.

Bukankah OTT Sidoarjo dan komisioner KPU itu


penyelidikannya sejak pimpinan periode sebelumnya?

Sebagian pihak mengatakan itu produk yang dulu, iya memang betul
harus diakui. Tapi, ketika menetapkan tersangka, itu kan produk
pimpinan yang baru. Apakah itu bisa dikatakan KPK tidak bekerja?
Ketika menetapkan tersangka, perlu pemikiran dan argumentasi. Ini
bagian kerja pimpinan yang sekarang. Perkara itu terus berjalan, jadi
tidak bisa dipilah-pilah. Kami terus bekerja.
Selama kepemimpinan Firli Bahuri belum pernah ada
operasi tangkap tangan.…

Operasi tangkap tangan itu perlu. Harus tetap dilakukan sebagai efek
kejut. Agar pencegahan efektif, salah satunya harus ada OTT dari tim
penindakan. OTT ini salah satu metode, salah satu alat. Dihubungkan
dengan penegakan hukum, penindakan, tidak salah juga kalau case
building, kayak kasus Bengkalis. Seolah-olah orang melihat ada KPK,
lalu ada OTT. Kadang mengukur keberhasilan KPK dengan OTT itu
tidak fair.

Apa kendalanya hingga tidak ada OTT lagi?

OTT merupakan penyelidikan secara tertutup. Kami terus melakukan.


Sampai bulan kemarin, ada 63 surat perintah penyelidikan tertutup
dan terbuka. Artinya memang tetap akan dilakukan. Surat perintah
penyelidikan juga ada yang baru sejak Desember tahun lalu. Totalnya
ada 24.

Terkait dengan penyadapan, apakah hal tersebut tidak


berjalan karena proses perizinan di tingkat pimpinan yang
begitu lama?

Penyadapan tetap berjalan. Kami dengan Dewan Pengawas


berkoordinasi dengan baik. Saya tahu betul tidak ada kendala yang
berarti, 1 x 24 jam keluar, kok.

Mengapa KPK tak kunjung menangkap Harun Masiku dan


bekas Sekretaris Mahkamah Agung, Nurhadi
Abdurrachman, beserta menantunya?

Ini isu yang mengkhawatirkan bagi kami, ketika masyarakat


harapannya sangat besar untuk ditemukannya para DPO (daftar
pencarian orang) ini. Kami memahami itu. Saya kira keberhasilan
menangkap empat DPO kemudian jangan dijadikan ukuran satu-
satunya keberhasilan. Kalau memang belum ditemukan, iya kami
harus mengakui itu, tapi bukan berarti kami berpangku tangan.

Informasi terakhir, di mana keberadaan Nurhadi dan


Harun Masiku?

Kami melakukan penggeledahan di Surabaya, Mojokerto, Bogor, dan


lainnya untuk mencari Nurhadi cs serta Harun Masiku. Kasus pun
terus berjalan lewat pemeriksaan saksi dan tersangka. Bahkan kasus
suap komisioner KPU sudah kami limpahkan ke pengadilan, tinggal
menunggu penetapan sidang. Dalam dakwaan Syaiful sebagai
pemberi, kami terapkan Pasal 55 KUHP, yaitu dia melakukan
perbuatan itu bersama-sama Harun Masiku. Namun sidangnya kami
pisah. Kami tetap berupaya mengejar Harun Masiku. Seperti itu peta
gambaran penindakan.

Di media, Firli Bahuri menyampaikan pernyataan bahwa


tidak ada OTT belakangan ini menunjukkan pencegahan
KPK sudah berhasil. Apa konsep pencegahan dari
pemimpin KPK sekarang?

Secara umum begini, sempat menjadi bahan kritik dari beberapa


pihak bahwa pimpinan KPK sering ke lembaga lain sehingga
dikhawatirkan nanti ada conflict of interest dan melanggar etik. Kami
ke lembaga atau kementerian itu untuk mengetahui petanya. Di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, misalnya,
anggarannya besar sehingga rawan korupsi. Kemudian kami bisa
menjajaki untuk masuk lewat pencegahan. Mengenai conflict of
interest, itu kan kalau pertemuannya tidak diketahui orang atau di
tempat-tempat tertutup. Kalau kami, ini pertemuan terbuka.
Pertemuan antarlembaga ini saya kira bagian dari mengatur strategi
pencegahan.


Seratus Hari Tak Bertaji
majalah.tempo.co
5 mins read

P
engusutan perkara di Komisi Pemberantasan Korupsi menurun
di bawah kepemimpinan Firli Bahuri. Tak ada operasi tangkap
tangan akibat proses perizinan yang panjang.

Komisoner KPK 2019-2023 seusai mengucapkan sumpah di


Istana Negara, Jakarta, 20 Desember 2019./Humas Setkab
RI

• Penyelidik KPK ditangkap penduduk di Jember ketika sedang mengumpulkan

bukti.

• Proses pengajuan izin penyadapan menjadi panjang menghambat operasi

tangkap tangan.

• KPK lebih berfokus pada pencegahan ketimbang penindakan.


TIGA hari berlalu, mobil Toyota Innova berpelat L itu masih terlihat
wira-wiri di Desa Sukowono, Jember, Jawa Timur. Sesekali mobil
berpenumpang tiga orang dan seorang sopir itu parkir di depan
kantor desa.

Aktivitas janggal tersebut memantik kecurigaan warga desa. Pada


Selasa malam awal Februari itu, penduduk akhirnya menggeruduk
mobil ketika sedang terparkir di mulut gang menuju rumah Kepala
Desa Sukowono Kholifah. “Massa hampir menghajar mereka karena
tak mau menunjukkan kartu identitas,” kata Kholifah menceritakan
lagi peristiwa tersebut pada Rabu, 25 Maret lalu.

Penduduk menyangka para penumpangnya bagian dari sindikat


penculikan anak. Waktu itu cerita soal penculikan sedang jadi
perbincangan warga desa. Walau sudah dikepung penduduk, para
penumpang, dua perempuan dan seorang pria, enggan membuka
identitasnya.

Camat Sukowono, personel komando rayon militer, dan petugas dari


kepolisian sektor ikut turun tangan. Tapi penumpang mobil tetap
bungkam. “Mereka bilang hanya menumpang tidur,” ujar Kholifah.

Mencegah amukan massa, aparat memboyong penumpang Innova ke


kantor Kepolisian Resor Jember. Ketiganya akhirnya berterus terang.
Mereka mengaku sebagai pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi
yang sedang bertugas memantau sebuah kasus.

Pelaksana tugas juru bicara KPK, Ali Fikri, membenarkan informasi


bahwa petugas KPK ditangkap penduduk di Jember. Ia mengatakan
tim tersebut sedang melakukan penyelidikan tertutup—istilah di KPK
ketika sedang menghimpun bukti di lapangan—kasus korupsi renovasi
rumah tidak layak huni (RTLH) Pemerintah Kabupaten Jember.

Setelah pengumpulan bahan di lapangan itu gagal, KPK melakukan


penyelidikan terbuka dengan memanggil sejumlah orang untuk
dimintai keterangan. “Ada dinamika di lapangan,” ucap Ali Fikri
memberikan alasan.

Menurut penegak hukum yang mengetahui proses tersebut, KPK tak


memulai penyelidikan kasus RTLH dengan menyadap komunikasi
para pelaku. Alasannya, pengajuan izin menyadap kepada pimpinan
membutuhkan waktu yang panjang. Tim langsung turun ke Sukowono
untuk menemukan bukti keras begitu menerima informasi akan ada
serah-terima duit.
Lokasi gang di Jalan Sokowono tempat penyelidik KPK digeruduk warga, 25 Maret
2020./TEMPO/ Nur Hadi

Perizinan berbelit mulai terjadi di bawah pemimpin KPK periode ini.


Tak hanya di kasus Jember, kata penegak hukum tadi, pengajuan izin
penyadapan memakan proses panjang selama tiga bulan belakangan.
Ini berdampak pada operasi tangkap tangan. Akhir-akhir ini KPK tak
lagi menggulung pelaku suap karena peristiwa serah-terima duit tak
terpantau lantaran terhambat izin menyadap.

KPK di bawah Firli Bahuri, Alexander Marwata, Nurul Ghufron, Lili


Pintauli Siregar, dan Nawawi Pomolango memang pernah menggelar
operasi tangkap tangan. Tim KPK menangkap komisioner Komisi
Pemilihan Umum, Wahyu Setiawan, dan Bupati Sidoarjo Saiful Ilah
pada Januari lalu. Tapi surat perintah penyelidikan dan izin
penyadapan dua perkara itu diterbitkan pemimpin KPK periode lama.

Sebenarnya penyelidik menyiapkan sejumlah operasi tangkap tangan


lain. Menurut dua penegak hukum yang ditemui terpisah, rencana itu
kandas karena operasi bocor dalam proses pengajuan izin menyadap.

Selain minim operasi tangkap tangan, pemimpin KPK tak banyak


membuka kasus baru. Sejak dilantik Presiden Joko Widodo pada 20
Desember 2019, Firli dan kawan-kawan memang telah meneken 60-
an surat perintah penyelidikan sepanjang tiga bulan terakhir. Tapi
sebagian besar kasus itu telah diselidiki sejak periode pemimpin KPK
sebelumnya. Dengan kata lain, pemimpin KPK sekarang hanya
memperpanjang surat perintah penyelidikan.

Di bawah pemimpin periode sekarang juga KPK banyak “mengalah”.


Misalnya, menurut dua penegak hukum tadi, KPK sebenarnya sudah
menangani dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya sejak pertengahan
2019. Penanganan kasus tak berlanjut karena Firli “mempersilakan”
Kejaksaan Agung mengusutnya. Padahal Kejaksaan baru memulai
penyelidikan pada November 2019.

Penyelidik juga sudah bersiap menangani dugaan korupsi di PT Asabri


sejak awal 2020. Penyelidikan berjalan di tempat setelah Badan
Reserse Kriminal Kepolisian RI menangani kasus tersebut.
Tak kinclongnya KPK periode ini diperburuk oleh masih
berkeliarannya empat buron yang kasusnya membetot perhatian
publik. KPK kehilangan jejak bekas Sekretaris Mahkamah Agung,
Nurhadi Abdurrachman, beserta menantunya, Rezky Herbiyono, dan
pengusaha Hiendra Sunjoto. Ketiganya tersangka suap penanganan
perkara di MA. Demikian juga keberadaan Harun Masiku. Penyuap
komisioner KPU, Wahyu Setiawan, ini pun tak diketahui rimbanya.

Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum RI, Wahyu Setiawan (kanan),


menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, 23
Januari 2020./TEMPO/Imam Sukamto

Dalam perkara Harun Masiku, pemimpin KPK malah


menyederhanakan kasus. Mereka mengesampingkan dugaan
keterlibatan petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan meski
saat itu, ketika Wahyu Setiawan baru saja ditangkap, indikasinya
kuat. Akibatnya, kasus berhenti di Harun Masiku, yang kini entah di
mana.

Firli Bahuri membantah jika KPK disebut malas mengungkap kasus


baru. Menurut dia, minimnya jumlah penindakan merupakan bukti
keberhasilan KPK bekerja dalam bidang pencegahan. “Jawabannya
mungkin pencegahannya berhasil. Yang pasti akan dilakukan evaluasi,
bukan berarti kami tidak bekerja,” ujar Firli, pertengahan Maret lalu.
Saat menjalani seleksi sebagai calon pemimpin KPK, Firli dan
keempat koleganya memang sama-sama mengutamakan program
pencegahan ketimbang penindakan.

Firli mengatakan KPK memiliki tiga senjata: pencegahan, penindakan,


dan kombinasi antara pencegahan dan penindakan. Jenderal polisi
bintang tiga ini mengakui memang mengutamakan pencegahan pada
awal kepemimpinannya di KPK. Menurut dia, selama ini kasus operasi
tangkap tangan meliputi perkara pengadaan barang dan jasa, tata
kelola keuangan, pelayanan, serta reformasi birokrasi. “Itu yang
membuat semangat kami berkoordinasi dengan kementerian,” tutur
bekas Deputi Penindakan KPK ini.
Meski mengedepankan pencegahan, kata pelaksana tugas juru bicara
KPK, Ali Fikri, penanganan perkara terus berjalan. Menurut dia, dua
operasi tangkap tangan pada awal Januari lalu juga merupakan
capaian KPK di era Firli. “Ketika menetapkan tersangka itu kan
produk pimpinan baru, perlu pemikiran dan argumentasi,” ujar Ali.

Dia mengatakan operasi tangkap tangan hanya salah satu metode KPK
untuk memberikan efek kejut sehingga program pencegahan bisa
berhasil. Program pencegahan, kata Ali, tak akan efektif tanpa
diiringi operasi tangkap tangan.

Ali menyanggah informasi bahwa proses izin penyadapan yang


berbelit berdampak pada rencana operasi tangkap tangan. Menurut
dia, koordinasi antara pemimpin KPK dan Dewan Pengawas berjalan
mulus sehingga izin penyadapan bisa terbit dalam 24 jam. “Saya tahu
betul, tidak ada kendala yang berarti,” tuturnya.

Di bidang penindakan, Ali mengklaim KPK tetap tak kendur. Selama


tiga bulan ini, komisi antikorupsi telah menerbitkan 63 surat perintah
penyelidikan dan 24 surat perintah penyidikan. Menurut Ali, tim KPK
pun terus mengejar empat buron meski wabah corona sedang
melanda. “Saya tadi baru saja berkomunikasi dengan tim yang
menangani Nurhadi cs. Mereka terus bekerja,” ucapnya.

Nurhadi/TEMPO/Imam Sukamto

Tetap saja kinerja KPK di bawah Firli Bahuri tak memuaskan aktivis
antikorupsi. Peneliti Indonesia Corruption Watch, Kurnia Ramadhana,
mencatat, selama seratus hari kepemimpinan Firli, KPK tak bertaji
dan sarat kontroversi.

Soal keberadaan Harun Masiku pada awal kasus mencuat, misalnya,


KPK ketinggalan informasi. Komisi antikorupsi sempat menyangkal
keberadaan Harun di Indonesia, meski Tempo memperoleh bukti
bahwa Harun berada di Jakarta. Setelah itu, KPK kehilangan jejaknya
sebagaimana dalam kasus Nurhadi, bekas Sekretaris MA.
Penindakan sejumlah kasus pun menurun drastis. Dalam catatan
Kurnia, selama 2016-2019, komisi antirasuah menggelar operasi
tangkap tangan sebanyak 87 kali dengan jumlah tersangka 327 orang.
Tiga bulan lebih di bawah Firli Bahuri, KPK baru melakukan dua kali
operasi. “Itu pun penyelidikannya dimulai pada era Agus Rahardjo,”
ujar Kurnia.

LINDA TRIANITA, NUR HADI (JEMBER)



Gunungan Masalah Listrik
Sampah
majalah.tempo.co
7 mins read

K
omisi Pemberantasan Korupsi merekomendasikan pemerintah
merevisi skema proyek pengolahan sampah untuk kelistrikan.
Dianggap hanya menguntungkan investor dan membebani
keuangan negara.

Truk sampah dari DKI Jakarta di Tempat Pengolahan


Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa
Barat, Oktober 2018./TEMPO/Subekti

• KPK menuntaskan kajian terhadap proyek pengolahan sampah untuk energi

listrik.

• Model bisnis yang dikembangkan pemerintah membebani keuangan negara.

• Skema baru ditawarkan agar biaya lebih efisien.


KABAR dari Kuningan pada Jumat, 6 Maret lalu, mengejutkan Yudi
Prabangkara. Akhir pekan itu, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan
Korupsi Nurul Ghufron menyinggung Peraturan Presiden Nomor 35
Tahun 2018 yang penerbitannya diinisiasi Kementerian Koordinator
Kemaritiman dan Investasi, kantor tempat Yudi menjabat Asisten
Deputi Bidang Infrastruktur Pertambangan dan Energi.

Yang membikin getir adalah pernyataan Nurul Ghufron bahwa proyek


percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi
listrik (PSEL) yang dipayungi peraturan presiden tersebut berpotensi
merugikan negara. Pernyataan Nurul ini dilatarbelakangi kajian KPK
di sektor kelistrikan. “Kami enggak tahu kajian apa itu. Kami juga
enggak pernah dihubungi,” kata Yudi kepada Tempo, Kamis, 26 Maret
lalu.

Pernyataan Nurul, yang dikutip banyak media massa, langsung


direspons Kementerian Koordinator Kemaritiman. Deputi Bidang
Koordinasi Infrastruktur Ridwan Djamaluddin mengundang tim KPK
pada pekan berikutnya, Senin, 9 Maret lalu. Bos Yudi ini meminta
komisi antirasuah menjelaskan kajian tersebut.

Dipimpin Deputi Pencegahan Pahala Nainggolan, rombongan KPK


memenuhinya. Kajian yang melatarbelakangi pernyataan Nurul
Ghufron sejak tahun lalu dikerjakan anak buah Pahala di Direktorat
Penelitian dan Pencegahan. Di kantor Ridwan dan Yudi juga
menunggu sederet pejabat yang berkaitan dengan isu ini. Direktur
Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana mewakili Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral. Sedangkan dari PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero) datang Direktur Pengadaan Strategis 1
Sripeni Inten Cahyani.

Berlangsung dua jam, persamuhan itu tak memutuskan rencana


tindak lanjut pemerintah terhadap sejumlah rekomendasi yang
disodorkan KPK. “Belum ada komitmen apa pun,” ucap Pahala kepada
Tempo.

Menurut Yudi, ura-ura itu memang baru permulaan. Diperlukan


pertemuan lanjutan untuk membicarakan hal yang lebih teknis. Untuk
sementara, yang terpenting bagi Yudi, tak ada pernyataan di kajian
yang menyebutkan soal potensi kerugian negara dalam proyek
pembangunan PSEL alias pembangkit listrik tenaga sampah di 12 kota
yang kini digeber pemerintah.

•••
KAJIAN KPK bertajuk “Pengelolaan Sampah untuk Energi Listrik
Terbarukan” berangkat dari rendahnya porsi pembangkit energi baru
dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional. Angkanya naik-
turun di kisaran 10-12 persen sejak 2013. Padahal pemerintah sejak
jauh hari menetapkan target bisa menggenjot porsi EBT menjadi 23
persen pada 2025.

Sejak 2015, tim pencegahan KPK aktif mengkaji risiko korupsi di


sektor kelistrikan. Kajian terbaru tentang pembangkit listrik tenaga
sampah ini melengkapi sederet laporan lain, termasuk di sektor EBT
lain, seperti pembangkit tenaga mikrohidro dan tenaga surya yang
rampung pada 2016 dan 2017.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Nurul Ghufron (kanan) bersama Deputi
Bidang Pencegahan KPK Pahala Nainggolan di gedung KPK, Jakarta, 6 Maret
2020./ANTARA/Rivan Awal Lingga

Adapun pembangunan pembangkit tenaga sampah di 12 wilayah yang


dimaksud Yudi Prabangkara merupakan proyek percepatan yang
dicanangkan Presiden Joko Widodo lewat penerbitan Peraturan
Presiden Nomor 35 Tahun 2018. Wilayah tersebut meliputi Jakarta,
Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung, Semarang,
Surakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar, Palembang, dan Manado.
Sejumlah daerah itu merupakan penyumbang terbesar produksi
sampah nasional yang tiap tahun mencapai 64 juta ton.

Diteken pada 12 April 2018, peraturan presiden tersebut


menggantikan ketentuan lama dalam Peraturan Presiden Nomor 18
Tahun 2016 tentang percepatan pembangunan pembangkit listrik
berbasis sampah di tujuh daerah, yakni DKI Jakarta, Tangerang,
Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, dan Makassar. Peraturan
lama itu tak berumur panjang setelah gugatan uji materi yang
diajukan kelompok sipil dikabulkan Mahkamah Agung.
Dalam aturan baru, nama proyek itu bukan lagi pembangunan
pembangkit listrik tenaga sampah, melainkan instalasi pengolah
sampah menjadi energi listrik. Dengan begitu, ucap Yudi, “Listriknya
hanya bonus. Tujuan utamanya bukan menghasilkan listrik, tapi
mengolah sampah.”

Makanya, menurut dia, pemerintah sadar betul bahwa biaya


pengolahan tidak murah. “Yang harus dihitung adalah benefit-nya,
sampahnya hilang,” tutur Yudi.

Tapi persoalan biaya inilah yang menjadi sorotan pertama KPK.


Skema pengembangan pembangkit tenaga sampah yang berlaku saat
ini dinilai bakal membebani pemerintah daerah dan PLN. Sebab,
model bisnis dan pendanaan proyek memisahkan dua sumber
pendanaan. Pemerintah daerah dan pengembang menjalin perjanjian
pengolahan sampah sehingga harus membayar biaya layanan
pengelolaan sampah (BLPS) atau yang biasa disebut tipping fee—di
luar biaya pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan. Dari total
BLPS per ton, pemerintah pusat menanggung maksimal 49 persen dan
paling tinggi Rp 500 ribu.

Besaran subsidi ini tergantung kantong daerah. Jakarta, misalnya,


akan menanggung sendiri BLPS senilai Rp 583 ribu per ton lantaran
kapasitas anggaran daerahnya yang jumbo, mencapai Rp 87,95 triliun
pada 2020. Pemerintah DKI akan membangun Intermediate
Treatment Facility Sunter—proyek PSEL yang digarap konsorsium
perusahaan daerah PT Jakarta Propertindo dan perusahaan energi
asal Finlandia, Fortum—di Jakarta Utara.

Selanjutnya, selain mendapat duit dari pemerintah daerah dalam


bentuk BLPS, pengembang menjual listrik hasil pengolahan sampah
tersebut kepada PLN. Skemanya feed-in tariff, tanpa negosiasi dan
eskalasi selama 25 tahun, dengan harga US$ 13,35 sen per kilowatt-
jam untuk pembangkit berkapasitas di bawah 20 megawatt.

KPK menilai biaya dalam skema itu akan memberatkan pemerintah


pusat dan daerah serta PLN. Jika ditotal, pemerintah di 12 daerah
diperkirakan harus membayar pengembang sedikitnya Rp 2 triliun
per tahun. Sedangkan PLN ditaksir mesti menggelontorkan Rp 1,6
triliun per tahun jika seluruh proyek rampung. Maka total biaya yang
harus ditanggung negara lewat anggaran pemerintah dan perusahaan
pelat merah tersebut selama 25 tahun ke depan mencapai Rp 90,9
triliun. “Satu-satunya yang enggak ada risiko cuma investor,” kata
Pahala Nainggolan. Dia sepakat ini belum tentu kerugian negara. “Itu
pemborosan.”
Dari sana, tim pencegahan juga menemukan seabrek persoalan dalam
proyek PSEL, antara lain perjanjian yang tidak adil antara daerah dan
pengembang. KPK mencontohkan proyek PSEL Kota Palembang,
Sumatera Selatan. Dalam perjanjian kerja sama antara Kota
Palembang dan PT Indo Green Power, pemenang tender, BLPS yang
disepakati sebesar Rp 297 ribu per ton. Kota Palembang minimal
memasok sampah sebanyak 1.000 ton per hari. Jika pasokan kurang
dari itu, Kota Palembang tetap membayar dengan hitungan 1.000 ton.

Harga beli listrik yang harus ditanggung PLN juga kelewat mahal.
Dengan kurs pekan lalu di kisaran Rp 16.200 per dolar Amerika
Serikat, nilainya setara dengan Rp 2.174 per kilowatt-jam. Angka
tersebut hampir dua kali lipat biaya pokok penyediaan pembangkitan
listrik PLN periode 1 April 2019-31 Maret 2020 yang hanya Rp 1.119
per kilowatt-jam atau US$ 7,86 sen—dengan kurs saat itu.

Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 memang menyatakan


pemerintah dapat memberikan kompensasi kepada PLN yang telah
membeli listrik dengan harga tinggi. Namun, menurut KPK,
kompensasi itu tidak langsung alias tanpa subsidi. Yudi pun
membenarkan info bahwa pasal kompensasi buat PLN bukan
mandatori. “Kompensasinya ‘dapat’. Bisa iya, bisa tidak,” ucap Yudi.
“Kalau cash flow PLN bagus seperti sekarang, seharusnya bisa bayar
sendiri.”

Sripeni Inten Cahyani mengatakan PLN sudah meneken tiga


perjanjian jual-beli listrik sampah dengan tiga pemerintah provinsi
dan kota, yaitu DKI Jakarta, Surakarta, dan Surabaya. Sisanya, dia
melanjutkan, menunggu kesiapan pemerintah daerah serta
konsorsium yang ditunjuk. “Pemda yang lain belum ada yang maju
lagi,” tutur Sripeni saat dihubungi pada Jumat, 27 Maret lalu.

Menurut dia, sebagai perusahaan milik negara, PLN tetap akan


membeli listrik sesuai dengan amanat peraturan presiden jika
pemerintah daerah dan pengembang sudah siap. Ihwal harga beli
listrik yang dianggap KPK memberatkan PLN, perusahaan
menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. “Perkara kompensasi
ini sudah ada petunjuk pelaksanaannya dari Kementerian Keuangan,”
ujar Sripeni. “Badan Pemeriksa Keuangan yang menentukan apakah
masuk area kompensasi atau subsidi.”

Masalahnya, kompensasi yang selama ini diterima PLN kerap datang


belakangan. Pada 2018, merujuk pada laporan keuangan PLN,
perusahaan setrum negara itu membukukan piutang kompensasi
kepada pemerintah sebesar Rp 23,1 triliun. Angka itu adalah
akumulasi kompensasi dalam beberapa tahun karena pemerintah
melarang PLN menaikkan tarif listrik ketika biaya pengadaan listrik
tidak kunjung turun.

Sripeni menyatakan PLN tidak terlalu khawatir karena ukuran


pembangkit listrik tenaga sampah relatif kecil dibanding pembangkit
jenis lain. “Enggak begitu signifikan. PLN concern ikut membantu
lingkungan,” katanya.

Bank Dunia dalam kajiannya pada April 2018 mencatat Asia bagian
timur sebagai wilayah dengan pertumbuhan produksi sampah
tertinggi di dunia. Khusus di Indonesia, produksi sampah
diperkirakan meningkat 76 persen dalam sedekade ke depan.

Tanpa peningkatan kapasitas pengelolaan sampah yang memadai,


masalah ini akan memicu dampak beruntun, dari masalah lingkungan
dan kesehatan masyarakat hingga beban perekonomian. Namun Bank
Dunia juga mencatat anggaran yang tersedia untuk pengelolaan
sampah di negeri ini sekitar 2,6 persen dari total anggaran daerah.
Angka ini berarti hanya berkisar US$ 5-6 per kapita per tahun, jauh
dari benchmark internasional sebesar US$ 15-20 per kapita per tahun.

•••

SELAIN menyodorkan temuan potensi pemborosan dalam skema


pengolahan sampah menjadi energi listrik, KPK rupanya menawarkan
opsi alternatif. Daripada mempertahankan model pengolahan sampah
lewat pembakaran (incinerator) alias pemanasan (thermal) yang
uapnya bakal menggerakkan turbin penghasil listrik, pemerintah
dianjurkan menempuh cara kolaborasi.

Maksudnya, investor hanya mengolah sampah menjadi pelet atau


briket. Produk olahan sampah ini selanjutnya dibeli PLN untuk
dicampurkan dengan batu bara di pembangkit listrik tenaga uap yang
sudah ada. “Ini akan menghilangkan rente di mana-mana,” ucap
Pahala Nainggolan. Untuk itu, KPK merekomendasikan pemerintah
merevisi Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 dengan
menetapkan standar teknologi yang sama di semua daerah.

PLN sudah mencoba ramuan ini di Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Jeranjang, Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan PLTU Paiton, Jawa
Timur. Menurut Sripeni Inten Cahyani, pada pertengahan Maret lalu,
perusahaan memerintahkan 56 PLTU milik PLN menguji coba
campuran itu.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya (kiri) saat meninjau tempat
pengolahan sampah menjadi “pellet refuse derived fuel” (RDF) di Dusun Kebon
Kongok, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, 8 Maret lalu./ANTARA/Ahmad Subaidi

Sripeni menambahkan, dalam pertemuan pada Senin, 9 Maret lalu,


dia juga meminta Kementerian Energi serta Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan mempertimbangkan pelet-pelet itu sebagai
bagian dari energi baru dan terbarukan. “Kalau enggak
diperhitungkan sebagai EBT, percuma dong dibeli PLN,” kata Sripeni.

Dia hakulyakin, bila uji coba itu berhasil, opsi ini bakal jauh lebih
efisien. Biaya layanan pengolahan sampah yang dikeluarkan
pemerintah daerah bakal turun. Sedangkan biaya pengadaan
pembangkit PLN bakal lebih rendah lantaran tidak perlu membuat
yang baru.

Betapapun Sripeni paham, opsi ini tidak menarik buat investor. Cuan-
nya kecil. “Tapi kan ini mengolah sampah. Jangan niatnya mencari
untung,” tuturnya.

Jauh sebelum ada opsi pelet sampah, dua pemerintah daerah,


Surabaya dan Semarang, sudah mengembangkan metode gasifikasi.
Konsep ini memanfaatkan metana yang terbentuk dari penguburan
sampah (landfill gas/LFG). Gas itu kemudian menggerakkan turbin
pembangkit. Merujuk pada data Badan Perlindungan Lingkungan
Amerika Serikat (EPA), sebanyak 72 proyek LFG di Negeri Abang Sam
telah menghasilkan listrik.

Tapi pemerintah dalam Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018


sudah kadung memutuskan bahwa pengolahan sampah harus bisa
mengurangi volumenya dalam waktu singkat. Teknologinya juga
sudah harus teruji. Makanya, menurut Yudi Prabangkara, metode
pengolahan menggunakan pembakaran sampah yang diuji
kelayakannya di setiap daerah.

Yudi menyebutkan berbagai opsi, termasuk mengkonversi sampah


menjadi briket, untuk campuran batu bara di PLTU harus dikaji lebih
lanjut. “Apakah pelet bisa memusnahkan sampah secara cepat?
Jangan-jangan sampahnya masih numpuk juga?”

Padahal kajian KPK punya keraguan serupa terhadap pembangunan


pembangkit tenaga sampah yang kini dijalankan pemerintah. Di DKI
Jakarta, proyek terbesar dengan kapasitas listrik 35 megawatt hanya
sanggup mengolah 2.200 ton sampah per hari dari total produksi
sampah di area ini yang mencapai lebih dari tiga kali lipatnya.

KHAIRUL ANAM
Komisi Pemberantasan Korupsi

Simpang-Siur Stimulus, Krisis
Bisa Meletus
majalah.tempo.co
2 mins read

Ilustrasi: Tempo/Imam Yunni

E
KONOMI Indonesia tengah menghadapi dua ancaman serius
karena pandemi Covid-19. Pertama, ada perdarahan devisa
karena modal asing beterbangan dari pasar finansial dalam
negeri untuk mencari tempat aman. Kedua, konsumsi masyarakat
merosot karena wabah. Bukannya tumbuh, ekonomi Indonesia tahun
ini bisa mengerut.

Masalah pertama, kaburnya dana investasi portofolio asing,


sebetulnya tidak hanya menimpa Indonesia. Pasar negara-negara
berkembang lain terkena pukulan serupa. Kali ini, nilai investasi yang
kabur dari negara berkembang bahkan jauh lebih besar daripada
kejadian serupa dalam krisis 2008. Tapi negara pengekspor
komoditas seperti Indonesia terancam pukulan ganda. Sebab,
keluarnya devisa dalam jumlah amat besar berbarengan dengan
merosotnya pemasukan devisa imbas jatuhnya harga komoditas.

Jika dihitung sejak awal tahun hingga pekan ketiga Maret, Bank
Indonesia sudah membeli obligasi di pasar sekunder senilai Rp 168,2
triliun—sekitar US$ 10 miliar. Operasi pasar ini tentu menguras
cadangan devisa BI karena investor asing pada akhirnya akan
menukar rupiah dari penjualan obligasi itu dengan dolar Amerika
Serikat untuk mereka bawa pulang.

Untungnya, pada pengujung pekan lalu, ada gelagat perdarahan ini


akan berhenti. Kepanikan investor agak mereda karena program
stimulus ekonomi pemerintah Amerika senilai US$ 2 triliun disetujui
Senat. Pasar berbalik optimistis dan harga saham, dari New York
sampai Jakarta, langsung melonjak. Rupiah juga turut menguat di
kisaran 16.200 per dolar. Namun ada baiknya investor mewaspadai
euforia ini. Belum tentu perdarahan devisa di Indonesia mereda jika
solusi masalah kedua, melambatnya ekonomi, belum tersedia.

Sudah saatnya pemerintah segera mengguyurkan stimulus baru


dengan cara lebih radikal. Pemerintah kabarnya tengah menimbang
opsi mengguyurkan stimulus fiskal berskala besar berupa bantuan
langsung tunai. Untuk membiayainya, pemerintah menerbitkan
obligasi baru, tapi tidak menjualnya ke pasar. Bank Indonesia yang
membeli obligasi itu. Walhasil, nilai stimulus ini bisa signifikan agar
ekonomi bergerak.

Agar langkah itu tidak melanggar batas defisit anggaran 3 persen


terhadap produk domestik bruto sebagaimana amanat Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah
tentu harus menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-
undang. Di sini memang ada kontroversi. Pencabutan batas ini bisa
saja menjadi bumerang pada masa depan lantaran tak ada lagi rem
bagi langkah politikus di Dewan Perwakilan Rakyat ataupun
pemerintah untuk membuat negara berutang demi proyek-proyek
raksasa yang bagus secara politis atau menguntungkan kroni tapi
membebani ekonomi. Maka harus ada batas waktu pula untuk
pencabutan batas defisit. Misalnya terbatas untuk tahun ini saja,
sepanjang ada wabah.

Merumuskan stimulus yang efektif sebetulnya bukan perkara rumit.


Pemerintah bisa menciptakan banyak aktivitas ekonomi yang punya
daya ungkit besar, langsung berdampak pada masyarakat. Sayangnya,
bukannya mempercepat eksekusi opsi yang masih dalam
pertimbangan itu, pemerintah masih saja keliru mengambil
kebijakan. Dalam keadaan genting begini, misalnya, keluar sinyal
kuat bahwa pembangunan ibu kota baru masih berjalan sebagaimana
rencana.

Yang lebih runyam lagi, pemerintah malah memunculkan stimulus


simpang-siur tentang kelonggaran cicilan kredit kendaraan bagi
pengemudi taksi dan ojek online, juga kredit usaha kecil-menengah,
selama satu tahun ke depan. Apakah industri keuangan yang harus
menanggung beban itu? Bagaimana jika justru tingkat kredit macet
yang kini masih terkendali malah membesar dan mencekik
perbankan?

Dari pengalaman yang sudah-sudah, semestinya pemerintah sadar


bahwa hal terpenting dalam penanggulangan krisis adalah menjaga
sekuat tenaga agar jangan sampai ledakan kredit macet memukul
industri perbankan. Sebab, jika itu terjadi, bukan hanya dua soal tadi
yang tengah mengancam Indonesia. Wabah Covid-19 bisa meledakkan
krisis ala 1998 yang sungguh menakutkan.


Tak Semua Bergerak Cepat
majalah.tempo.co
3 mins read

K
emajuan sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga sampah
dalam program percepatan pemerintah tak merata. Baru di
Surabaya yang siap beroperasi.

Proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah


(PLTSa) Benowo di Surabaya, Jawa Timur, 2019./Humas
Kota Surabaya

• Surabaya bersiap menjadi kota pertama yang berhasil menjalankan program

percepatan listrik sampah.

• Kajian KPK mencatat kelemahan dalam pelaksanaan proyek di beberapa daerah.

• Proyek PLTSa di kota lain diperkirakan bakal molor.

CEROBONG merah-putih menjulang di antara dua instalasi utama


pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) yang berbaris di pinggir
kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya.
Pembangunan pembangkit unit kedua yang merupakan
pengembangan unit sebelumnya tersebut telah rampung dan
menunggu peresmian Presiden Joko Widodo.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian


Energi dan Sumber Daya Mineral Hendra Iswahyudi optimistis
pembangkit Benowo bisa segera beroperasi. Saat berkunjung ke lokasi
pembangkit, Jumat, 13 Maret lalu, Hendra telah mengecek
serangkaian kegiatan pengujian peralatan dan sistem kelistrikan di
pembangkit baru berkapasitas 9 megawatt tersebut. “Ini akan
menjadi contoh bagi sebelas kota lain,” kata Hendra, Jumat, 27 Maret
lalu.

PLTSa Benowo adalah satu di antara 12 proyek percepatan instalasi


pengolah sampah menjadi energi listrik (PSEL) berbasis teknologi
ramah lingkungan yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 35
Tahun 2018. Selain di Surabaya, pembangkit berbasis sampah kota ini
direncanakan dibangun di DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan,
Bekasi, Bandung, Semarang, Surakarta, Makassar, Denpasar,
Palembang, dan Manado. Semua kementerian, lembaga, dan
pemerintah daerah diminta bahu-membahu memberikan kemudahan
perizinan supaya proyek tak jalan di tempat.

Yang baru kelar dibangun di TPA Benowo ini sebenarnya proyek


kedua. Sejak 2015, unit pertama berkapasitas 1,65 megawatt telah
beroperasi dengan metode pemanfaatan gas metana (landfill
gas/LFG) hasil pengolahan 1.000 ton sampah per hari. Sedangkan
unit baru memakai sistem termal, memanfaatkan uap panas hasil
pembakaran sampah.

Beresnya perjanjian pembelian dengan PT Perusahaan Listrik Negara


(Persero) dan ketersediaan infrastruktur jaringan 20 kilovolt di lokasi
proyek membuat PT Sumber Organik, pengembang proyek ini,
hakulyakin pembangkit bisa beroperasi sebelum paruh pertama 2020
berlalu. “Sehingga dapat menyuplai listrik bagi warga Surabaya dan
sekitarnya,” ucap Direktur Utama PT Sumber Organik Agus Nugroho.

Di Jakarta, rencana pemerintah DKI mengembangkan fasilitas


pengolahan sampah atau intermediate treatment facility (ITF) di
Sunter, Jakarta Utara, juga menunjukkan kemajuan setelah terkatung-
katung sejak digagas pada 2015. Perjanjian kerja sama pembangunan
telah diteken Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta dan PT Jakarta Propertindo atau Jakpro, badan usaha milik
daerah, pada Oktober 2019. Biaya layanan pengolahan sampah alias
tipping fee senilai Rp 583 ribu per ton—dengan jaminan pasokan
sampah 2.200 ton per hari—juga telah disepakati pada Februari 2020,
yang akan berlaku saat ITF Sunter beroperasi.
Proyek ITF Sunter rencananya dikembangkan PT Jakarta Solusi
Lestari, perusahaan patungan antara Jakpro dan Fortum, perusahaan
asal Finlandia yang menjadi mitra Jakpro. Pembangunan diperkirakan
membutuhkan waktu tiga tahun. Selanjutnya, Jakarta Solusi Lestari
akan mengoperasikannya selama 25 tahun dengan skema build-
operate-transfer. Setelah konsesi habis, aset diserahkan ke
pemerintah DKI Jakarta.

PLTSa Sunter bakal menggunakan teknologi insinerasi memakai


tungku pembakar sampah. Kepala Unit Pengelola Sampah Terpadu
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto menjelaskan,
metode ini banyak dipilih untuk diterapkan di kota besar dengan area
pengolahan terbatas tapi memiliki target mereduksi sampah dalam
volume besar.

Di Sunter, misalnya, luas lahan yang tersedia hanya 3,05 hektare


untuk menggiling 2.200 ton sampah per hari. Bandingkan dengan
pembangkit unit pertama di Benowo, yang dengan area mencapai 37,4
hektare mengolah sekitar 1.000 ton sampah sehari. “Sehingga
membutuhkan investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan yang lebih
besar,” tutur Asep.

Namun tak semua proyek percepatan pembangkit listrik tenaga


sampah menunjukkan kemajuan. Kajian tim Direktorat Penelitian dan
Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi mencatat sejumlah
proyek justru bergerak merangkak, bahkan mundur. Kajian
menunjukkan kondisi ini terjadi lantaran besarnya proyek, baik
kebutuhan dana investasi maupun teknologi, tak diimbangi
kemampuan sumber daya manusia di tingkat pemerintah daerah.

Di Palembang, misalnya, lelang proyek sempat dipersoalkan dan tak


mendapat rekomendasi Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral lantaran pengembang tak melengkapi dokumen teknis yang
disyaratkan. Tim KPK juga menyoroti perjanjian kerja sama antara
Pemerintah Kota Palembang dan PT Indo Green Power sebagai
pengembang yang dianggap berat sebelah. Contohnya, pemerintah
daerah tetap harus membayar tipping fee Rp 297 ribu per ton dengan
pasokan sampah 1.000 ton per hari kendati realisasi pengiriman
sampah kurang dari itu.

Pemerintah Kota Palembang sebenarnya telah memulai rencana


renegosiasi untuk mengubah perjanjian tersebut. Namun pembahasan
belum rampung dan kini tertunda akibat wabah Covid-19. “Ditunda
dulu. Akan ada penjadwalan ulang setelah persoalan Covid-19
berlalu,” ujar Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Palembang Ratu
Dewa kepada Tempo, Rabu, 25 Maret lalu.
Dengan kondisi tersebut, target dimulainya pembangunan
pembangkit berkapasitas 20 megawatt itu pada pertengahan tahun
ini agaknya bakal molor. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan
Kota Palembang Alex Fernandus mengungkapkan, hingga pekan lalu,
belum ada aktivitas sama sekali di lahan seluas 22 hektare yang
disiapkan pengembang di daerah Keramasan, sekitar 8 kilometer
barat daya pusat kota.

Masalah juga dihadapi rencana pembangunan pembangkit listrik


tenaga sampah di TPA Suwung, Denpasar, Bali. Penyebabnya,
pemerintah mengubah skema penugasan menjadi lelang ulang.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali Made Teja menjelaskan,


pemerintah daerah akan melelang ulang proyek ini untuk
menyesuaikannya dengan ketentuan kerja sama pemerintah dan
badan usaha. “Nantinya, bila ada hambatan (dalam memenuhi
kelengkapan dokumen), pemda akan menentukan pola baru dalam
pengelolaan pembangkit listrik bertenaga sampah ini,” katanya,
Jumat, 27 Maret lalu.

Menurut Made Teja, saat ini Dinas Lingkungan Hidup bekerja sama
dengan Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, dan
Kawasan Permukiman sedang menyusun kajian akhir pra-studi
kelayakan atau final business case untuk pengolahan 1.000 ton
sampah per hari yang ditargetkan bisa menghasilkan setrum hingga
10 megawatt tersebut. “Bila selesai tepat waktu, proses selanjutnya
tahap transaksi atau proses lelang,” ucap Made Teja. Dia mengakui
proses melengkapi dokumen hingga eksekusi bakal memakan waktu
cukup lama. “Tapi semua harus dilewati.”


Babak Akhir Pemuja Nazi
majalah.tempo.co
4 mins read

P
emerintah Jerman akhirnya menyatakan Reichsbürger sebagai
organisasi terlarang. Kelompok pengusung rasisme berafiliasi
dengan partai politik resmi.

Demonstrasi kelompok Neo Nazi menentang pendatang


muslim di Hannover, Jerman, November 2014./
REUTERS/FABIAN BIMMER/FILE

• Reichsbürger tak mengakui Holocaust, menolak Republik Federal Jerman, dan

memuja Hitler.

• Polisi Jerman menemukan berbagai senjata di rumah anggota Reichsbürger.

• Menteri Dalam Negeri Jerman menyatakan kelompok ini sebagai organisasi

terlarang.
TIGA senapan serbu, tiga busur panah, dua parang, dan satu katapel
ditemukan polisi Jerman ketika menggeratak rumah seorang
perempuan 50-an tahun di Gummersbach, Negara Bagian Nordrhein-
Westfalen, pada Maret pekan ketiga. Di rumah seorang pria di
Dresden pada pekan yang sama, polisi menyita sebilah katana. Begitu
juga ketika aparat menggeledah rumah seorang pria di Rheinland-
Pfalz. Sepucuk senapan diangkut dari si empunya rumah.

Mereka yang digeledah adalah anggota kelompok sayap kanan


Reichsbürger (Warga Negara Kekaisaran) dan jaringannya.
Penggerebekan dilancarkan setelah Menteri Dalam Negeri Jerman
Horst Seehofer menyatakan kelompok tersebut sebagai organisasi
terlarang. “Untuk pertama kalinya Menteri Dalam Negeri melarang
kelompok Reichsbürger,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri,
Steve Alter, pada Kamis, 19 Maret lalu.

Kementerian menyatakan Reichsbürger intoleran karena


mengujarkan rasisme dan anti-Semitisme hingga membengkokkan
sejarah. Kelompok itu juga mempersoalkan legitimasi Republik
Federal Jerman dan menolak membayar pajak. Banyak dari mereka
menyebut Jerman bukanlah negara, melainkan “perusahaan”, dan
tidak mengakui hukum serta otoritas pemerintah.

Herbert Reul, Menteri Dalam Negeri Negara Bagian Nordrhein-


Westfalen, daerah yang menjadi pusat gerakan itu, menyebut
Reichsbürger sebagai ancaman bagi masyarakat. “Mereka menyangkal
keberadaan Republik Federal Jerman serta menghasut untuk
membenci orang Yahudi dan orang asing,” katanya. “Ini adalah waktu
yang tepat untuk memburu orang-orang yang menyebarkan teori
konspirasi seperti mereka. Tidak ada toleransi, hanya tindakan
keras.”

Reichsbürger terdiri atas sejumlah kelompok kecil dan individu yang


mendeklarasikan sendiri “wilayah nasional” yang mereka sebut
“Kekaisaran Jerman Kedua”, “Negara Merdeka Prusia”, ataupun
“Kerajaan Jermania”. Mereka menganggap Konstitusi Kekaisaran
Jerman 1919, yang diterapkan selama Nazi berkuasa, masih berlaku
hingga kini. Mereka pun mengabaikan reunifikasi Jerman Barat dan
Jerman Timur pada 1990 yang membentuk Republik Federal Jerman.

Salah satu tokohnya adalah Peter Fitzek, bekas koki yang mengangkat
diri sebagai “Raja Jerman” pada 2012. Dia mengklaim wilayah seluas
sembilan hektare di luar Kota Wittenberg, Negara Bagian Saxony-
Anhalt, sebagai kerajaannya. Pada 2017, pengadilan menghukumnya
tiga tahun delapan bulan penjara karena terbukti menggelapkan US$
1,5 juta melalui bank bikinannya.
“Pada intinya gerakan ini berbasis anti-Semitisme,” tulis Jan Rathje,
ilmuwan politik di Amadeu Antonio Foundation, lembaga penelitian
ekstremisme Jerman, bersama koleganya, Melanie Hermann, dalam
kajian tentang Reichsbürger. Menurut mereka, kelompok itu
mempercayai teori konspirasi seperti keyakinan bahwa Rothschild,
keluarga Yahudi kaya Jerman dari abad ke-18, telah mengendalikan
lembaga keuangan dunia.

Dua tokoh Reichsbürger, Horst Mahler dan Sylvia Stolz, bahkan


terang-terangan menolak Holocaust, tragedi pembantaian Yahudi oleh
Nazi. “Penolakan atas Holocaust adalah pandangan utama anggota
kelompok ini yang saya temui ketika menyamar,” ucap Tobias
Ginsburg, jurnalis Yahudi-Jerman yang pernah menyusup ke
kelompok itu, kepada Haaretz. “Terasa lebih menyakitkan ketimbang
merasa ganjil terhadap gagasan mereka bahwa Yahudi menguasai
dunia dengan jubah hitam atau meminum darah anak-anak seperti
yang saya dengar dari sebagian orang di sana.”

“Sayangnya, meski pikiran mereka aneh, belakangan ini kelompok


tersebut dan ideologinya menjadi sangat menarik bagi banyak orang
dengan gangguan riwayat hidup,” kata Ginsburg, merujuk pada orang
dengan pengalaman bercerai, bangkrut, dan kehilangan orang yang
dikasihi. “Bagi orang-orang ini, lebih mudah percaya bahwa kekuatan
gelap telah menghancurkan hidup mereka daripada mengakui hal itu
terjadi karena kesalahan mereka sendiri.”

Polisi memperkirakan anggota kelompok ini mencapai 19 ribu orang


dan banyak yang memiliki senjata api. Sejak 2016, polisi telah
menarik 790 lisensi senjata api dari mereka. Pada tahun itu pula
seorang tokoh Reichsbürger membunuh seorang polisi di
Georgensgmünd.

Tindakan serius baru dilakukan pemerintah ketika seorang anggota


kelompok tersebut membantai sembilan migran di Kota Hanau pada19
Februari lalu. Tobias Rathjen, pria 43 tahun, menerobos masuk ke bar
Midnight milik orang Turki yang tak jauh dari pusat kota. Dia
menembaki tiga tamu yang sedang bersantap dan Gökhan Gültekin,
pramusaji yang baru mengantarkan pesanan tetamu. Dalam sekejap,
kedai bersofa hijau dengan pipa hookah—yang jamak dipakai untuk
mengisap shisha—di meja itu banjir darah. “Mereka menembak
saudara dan kami anak-anak kami,” ujar Kemal Koçak, pemilik bar,
seperti dikutip Hurriyet. “Meski kami selamat, separuh jiwa kami
telah pergi. Gökhan telah pergi.”

Rathjen kemudian berjalan ke Karl-Schumacher Platz dan masuk ke


kafe Arena milik orang Turki. Pistol Glock 17,9 milimeter di
tangannya lantas memuntahkan peluru ke arah orang yang
berkerumun di ruang shisha. Dengan tenang, dia meninggalkan kafe
itu dan masuk ke mobil BMW hitamnya.
Dia pulang ke rumahnya di Helmholtzstrasse, yang tak jauh dari
lokasi pembantaian. Dia kemudian menembak mati ibunya yang
berusia 72 tahun, lalu membedil dirinya sendiri. Polisi memastikan
bahwa pistol Rathjen diperoleh secara legal dan juga digunakan
dalam serangan di Muenchen pada 2016.

Sarjana manajemen bisnis dari Bayreuth University itu meninggalkan


manifesto penuh kebencian yang menolak etnis minoritas Jerman. Di
situs pribadinya, dia mengunggah dokumen sepanjang 24 halaman
yang menyerukan “pembersihan total” orang-orang dari Timur
Tengah, Asia, dan Afrika.

Dalam laporan yang dirilis pada Senin, 23 Maret lalu, Komisi Anti-
Rasisme dan Intoleransi Eropa (ECRI) Dewan Eropa mendeteksi
meningkatnya islamofobia dan percakapan xenofobia di kalangan
masyarakat Jerman. Komisi mendesak pemerintah Jerman untuk
meningkatkan upaya mencegah dan melawan ekstremisme dan neo-
Nazi.

Menurut ECRI, rasisme tak hanya diusung Reichsbürger, tapi juga dua
organisasi di bawah Partai Alternatif untuk Jerman (AfD), yakni
Sayap (Flügel) dan Pemuda Jerman Patriotik, yang mengikuti tradisi
Pemuda Hitler. Kedua organisasi itu diawasi ketat oleh Kantor
Perlindungan Konstitusi, badan intelijen Jerman. “Sayap terbukti
punya niat ekstremis,” ucap Thomas Haldenwang, Presiden Kantor
Perlindungan Konstitusi, seperti dikutip Deutsche Welle.

AfD adalah partai oposisi terbesar di parlemen nasional (Bundestag)


dengan 91 kursi atau 12 persen dari semua kursi. Berbagai tekanan
politik akhirnya mendorong partai membubarkan Sayap pada Rabu,
25 Maret lalu.

Menurut Presiden Bundestag, Wolfgang Schäuble, pemerintah terlalu


lama menganggap sepele ancaman teror kelompok ini. Tidak ada
pilihan lain, kata dia, “Pemerintah harus membongkar jaringan
radikal dan menghancurkan kelompok ekstremis sayap kanan.”

IWAN KURNIAWAN (DEUTSCHE WELLE, HAARETZ,


HURRIYET, BBC )

Harta Gelap Putri Diktator
majalah.tempo.co
5 mins read

P
utri mantan Presiden Angola menjadi tersangka kasus korupsi
perusahaan minyak Sonangol. Dibongkar konsorsium jurnalis
internasional.

Ilustrasi Luanda Leaks terkait investigasi kasus


penggelapan dana./marwen ben mustapha - inkyfada/icij

• Perempuan jutawan Isabel dos Santos ditaksir memiliki kekayaan US$ 2,1

miliar.

• Hakim Portugal memerintahkan penyitaan seluruh aset Isabel dos Santos.

• Kasus korupsinya dibongkar oleh Konsorsium Internasional Jurnalis Investigatif

(ICIJ).

KEBERUNTUNGAN Isabel dos Santos, putri mantan Presiden Angola,


José Eduardo dos Santos, pelan-pelan mulai memudar. Sejak Januari
lalu, perempuan yang disebut majalah ekonomi Forbes sebagai wanita
terkaya di Afrika dengan perkiraan aset mencapai US$ 2,1 miliar itu
ditetapkan sebagai tersangka penggelapan dana dan kesalahan
manajemen saat memimpin perusahaan minyak milik Angola,
Sonangol.

Pemerintah Angola menyita lusinan rekening pribadi serta


perusahaan Isabel dan suaminya, Sindika Dokolo, juga membekukan
asetnya senilai US$ 1 miliar dalam upaya mengembalikan pinjaman
negara yang belum dibayar. Angola meminta Portugal—negara tempat
Isabel banyak memiliki perusahaan—melakukan hal serupa. Dalam
sidang putusan pada 13 Maret lalu, hakim Carlos Alexandre
memerintahkan penyitaan semua asetnya. Putusan ini lebih keras
daripada yang ditetapkan pengadilan lebih rendah, yang hanya
membekukan rekening banknya, pada Januari lalu.

Perkembangan terbaru ini di luar perkiraan Scilla Alecci, salah satu


jurnalis Konsorsium Internasional Jurnalis Investigatif (ICIJ) yang
menyelidiki asal-usul kekayaan Isabel dan suaminya. Bersama sekitar
120 jurnalis dari berbagai negara, ICIJ menganalisis dan
memverifikasi informasi setelah mendapatkan lebih dari 715 ribu
dokumen. Hasil proyek penyelidikan kolaboratif yang kemudian diberi
nama “Luanda Leaks” ini dirilis pada 15 Januari lalu.

“Isabel dos Santos dan keluarganya dapat berbisnis di Portugal


selama bertahun-tahun (sekitar dua dekade), yang berarti dia
mendapat lisensi dan izin untuk melakukannya oleh pemerintah
Portugal yang sama atau pihak berwenang yang kompeten,” kata
Alecci kepada Tempo, Rabu, 25 Maret lalu. “Perkembangan terbaru ini
baik bahwa mereka memperhatikannya sekarang, tapi tidak jelas apa
yang akan mereka lakukan pada masa depan untuk mencegah hal
semacam ini terjadi lagi.”

•••

ISABEL dos Santos lahir pada 20 April 1973 di Baku, Azerbaijan, dari
istri pertama José Eduardo, Tatiana Kukanova. Dia bersekolah di
sekolah negeri di ibu kota Angola, Luanda. “Dia sangat rendah hati,”
ujar jurnalis dan juru kampanye antikorupsi, Rafael Marques de
Morais, seperti dikutip France24. “Orang-orang menyukainya karena
dia sangat sederhana, merakyat, dan tidak ingin dilihat sebagai yang
istimewa.”
Isabel do Santos dalam sebuah acara amal yang dihadiri selibriti Hollywood, di
Amerika Serikat, Mei 2015./Instagram Isabel dos Santos

Ayahnya, seorang gerilyawan yang berjuang untuk kemerdekaan


Angola dari Portugal, menjadi presiden pada 1979. Isabel pindah ke
London setelah ayah dan ibunya bercerai. Dia bersekolah di St. Paul,
kemudian belajar teknik listrik dan manajemen bisnis di King’s
College di London.

Isabel kembali ke Angola saat berusia 24 tahun. Saat itu, ayahnya


memasuki tahun ke-18 masa kepresidenan. Ia memulai usaha bisnis
pertamanya dengan membuka sebuah restoran di Luanda bernama
Miami Beach. Menurut Morais, bisnisnya tidak berhasil. “Restorannya
dikelola dengan buruk. Bahkan hari ini masih butuh dua jam untuk
dilayani dan satu jam untuk mendapat tagihan.” Setelah itu, ia
mendirikan bisnis pengumpulan sampah. Hasilnya sama.

Meski demikian, pundi-pundi kekayaan Isabel terus penuh, yang


berasal dari sahamnya di sejumlah perusahaan. The Guardian merilis
laporan majalah Forbes yang menyebut Isabel sebagai pemilik saham
terbesar di Zon, konglomerasi media Portugal, sebanyak 28,8 persen
senilai US$ 385 juta. Ia juga dikabarkan memiliki 19,5 persen saham
di bank Portugal, Banco BPI, dengan nilai US$ 465 juta dan 25 persen
saham di Banco BIC Angola senilai sekitar US$ 160 juta. Selain itu,
Isabel disebut sebagai pemegang 25 persen saham di perusahaan
telekomunikasi Angola, Unitel.

Surat kabar pemerintah, Jornal de Angola, memberi dia julukan


“Wirausaha 2012”. Forbes melihat kepemilikan saham Isabel di
beberapa perusahaan Portugal, termasuk perusahaan televisi kabel
dan bank Angola, menempatkannya dalam daftar miliarder untuk
pertama kalinya. Morais memandang kekayaan Isabel itu semata-
mata ada berkat kekuasaan ayahnya. “Sebagian besar bisnisnya di
Angola disetujui dan dialihkan dari ayahnya, yang presiden itu,”
tuturnya seperti dilansir The Guardian.

Isabel menikah dengan Sindika Dokolo, kolektor seni Kongo dan putra
dari Sanu Dokolo, taipan dan pendiri Bank of Kinshasa.
Pernikahannya menjadi pergunjingan karena sangat mewah untuk
ukuran negara yang sebagian besar warganya hidup di bawah garis
kemiskinan. Ada laporan bahwa sebuah kelompok paduan suara
diterbangkan dari Belgia dan dua pesawat carteran mengantarkan
makanan dari Prancis. Presiden-presiden Afrika berada di antara
seratus tamu istimewa dalam pesta yang biayanya diperkirakan
sekitar US$ 4 juta itu.

Pasangan Isabel-Sindika memiliki tiga anak dan wira-wiri antara


Luanda, London, Lisabon, dan Johannesburg, tempat kerabat Sindika.
Keberuntungan Isabel berubah setelah ayahnya lengser pada 2017,
sesudah memerintah lebih dari 30 tahun, meski masih tetap menjadi
Presiden Gerakan Rakyat untuk Pembebasan Angola (MPLA), partai
yang memerintah Angola sejak negara itu merdeka pada 1975. José
Eduardo dos Santos adalah presiden terlama kedua di Afrika setelah
Teodoro Obiang Nguema Mbasogo dari Guinea Ekuatorial.

Dokumen penggelapan dana perusahaan yang dilakukan Isabel do Santos./ ICIJ

Isabel memimpin Sonangol sejak 2016, setahun sebelum ayahnya


lengser. Namun posisi itu tak lama dipegangnya. João Lourenco,
presiden baru Angola, yang berjanji memerangi korupsi,
mencopotnya. Isabel lantas pergi ke luar negeri dan berpindah-pindah
antara London, Dubai, dan Portugal. Pada Mei 2018, Angola
meluncurkan penyelidikan dugaan korupsi selama Isabel memimpin
Sonangol.

Menurut Scilla Alecci, ICIJ melacak seluk-beluk kekayaan Isabel dan


sang suami pada awal 2019. Organisasi itu menyelidiki dan
memverifikasi ribuan dokumen berupa surat elektronik rahasia,
kontrak, audit, risalah rapat, dokumen perusahaan, dan lain-lain.
Dokumen itu berasal dari Platform untuk Melindungi Pengungkap
Fakta di Afrika (PPLAAF), organisasi yang berbasis di Paris, Prancis.

Proyek liputan bersama itu, kata Alecci, memberikan pengetahuan


tentang dunia keuangan yang penuh rahasia yang hanya dapat diakses
oleh beberapa orang kaya dan penjahat. “Kami juga melihat para
konsultan, pengacara, dan akuntan terkemuka itu beraksi, membantu
memindahkan dan menyembunyikan dana yang memungkinkan
penjarahan salah satu negara termiskin di dunia.”

Penyelidikan ICIJ ini, Alecci melanjutkan, membantah klaim Isabel


selama ini bahwa dia menghasilkan kekayaannya melalui ketajaman
bisnis, ketabahan, dan kewirausahaan. “Arsip keuangan dan bisnis
yang bocor mengungkap kisah bagaimana dia memindahkan ratusan
juta dolar uang publik dari salah satu negara termiskin di planet ini
dan masuk ke labirin perusahaan dan anak perusahaan, yang banyak
di antaranya berlindung di bawah yurisdiksi kerahasiaan nasabah di
luar negeri,” ujar Alecci.

Salah satu tantangan dalam melacak kekayaan Isabel ini, Alecci


mengungkapkan, adalah bagaimana meyakinkan pengacara, akuntan,
dan beragam orang dalam untuk berbicara. “Beberapa tampaknya
takut dan gentar melawan orang-orang yang berkuasa. Yang lain
mengelak dari tanggung jawab dengan mengatakan bahwa klien
mereka bukan Dos Santos sendiri, melainkan perusahaan cangkang,”
tutur Alecci.

Setelah hampir dua tahun menyelidiki Isabel, para penyelidik Angola


menetapkannya sebagai tersangka pada Januari lalu. “Isabel dos
Santos dituduh melakukan kesalahan manajemen dan penggelapan
dana selama masa jabatannya di Sonangol,” kata jaksa penuntut
umum Helder Pitta Gros dalam konferensi pers, 22 Januari lalu. Isabel
dituduh menggunakan pengaruh ayahnya untuk mencuri uang dari
Afrika Selatan, yang kaya minyak dan berlian tapi miskin, dan
menyimpannya di luar negeri.

Gros menjelaskan, Dos Santos adalah satu di antara lima tersangka


yang semuanya kini tinggal di luar negeri. Empat tersangka lain
adalah Nuno Ribeiro da Cunha, bankir di EuroBic; Mário Leite da
Silva, manajer bisnis utama Isabel; Paula Oliveira, teman dan mitra
bisnisnya; dan Sarju Raikundalia, mantan direktur keuangan di
Sonangol.

Ribeiro adalah mantan bankir pribadi Isabel di EuroBic, bank


Portugal. Menurut Luanda Leaks, Ribeiro-lah yang mengizinkan
transfer puluhan juta dolar dari Sonangol ke rekening di Dubai
setelah Isabel diberhentikan dari Sonangol. Setelah ditetapkan
sebagai tersangka, ia dipanggil bosnya di EuroBic. Malam harinya, ia
ditemukan tewas di garasi rumahnya di Restelo, Lisabon.

Ihwal lambannya penetapan Isabel sebagai tersangka, Alecci


mengatakan penyebabnya adalah kerumitan kasusnya. “Butuh waktu
lama karena ayahnya adalah presiden yang berkuasa hingga 2017.
Semuanya berubah ketika presiden baru berjanji memberantas
korupsi,” ujarnya. “Tapi, pada saat yang sama, kita harus berhati-hati.
Para ahli ragu terhadap kampanye antikorupsi pemerintah saat ini
dan masih menunggu tindakan nyata."

Isabel membantah tuduhan terhadapnya dan berjanji berjuang


melalui pengadilan internasional untuk membela nama baiknya.
“Tuduhan terhadap saya beberapa hari terakhir sangat menyesatkan
dan tidak benar,” ucapnya dalam sebuah pernyataan seperti dilansir
media Jerman, Deutsche Welle.

ABDUL MANAN (GUARDIAN, FRANCE24, DEUTSCHE


WELLE, PORTUGALRESIDENT.COM )

Berita Internasional dalam
Sepekan
majalah.tempo.co
2 mins read

A
merika Serikat dan Cina akan mempererat kerja sama untuk
menghadapi wabah Covid-19.

Poster hadiah US$ 15 juta bagi orang yang dapat


memberikan informasi untuk menahan dan mendakwa
Presiden Venezuela Nicolás Maduro./DEA/Handout via
REUTERS

• Amerika Serikat dan Cina akan mempererat kerja sama untuk menghadapi

wabah Covid-19.

• Pengadilan Amerika Serikat Mendakwa Presiden Venezuela Maduro dengan

Pasal Narkotik.

• Turki Mendakwa 20 Warga Saudi dalam Kasus Khashoggi.


CINA

Bersama Amerika Mengatasi Wabah Corona

PEMERINTAH Cina dan Amerika Serikat akan bekerja sama lebih erat
untuk mengatasi penyebaran Covid-19 dan meningkatkan hubungan
kedua negara. Hal ini dibahas dalam percakapan telepon antara
Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Amerika Donald Trump pada
Jumat, 27 Maret lalu.

Percakapan itu dilakukan seusai pertemuan para pemimpin G20


melalui konferensi online. Saat pertemuan itu, Xi menyerukan kerja
sama internasional yang lebih besar untuk menghadapi wabah virus
corona. Dalam cuitan di Twitter, Trump mengatakan bahwa dia telah
berbicara dengan Xi dengan sangat rinci tentang pandemi Covid-19,
yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 24 ribu orang di seluruh
dunia.

Dengan lebih dari 85.500 kasus, Amerika telah melampaui Cina


dalam jumlah kasus infeksi corona. Cina kini memiliki 81.340 kasus.
Jumlah korban tewas di Cina sebanyak 3.292, sementara di Amerika
mencapai 1.301 hingga Kamis, 26 Maret lalu.

Xi mengatakan hubungan kedua negara berada pada titik kritis dan ia


berharap Amerika mengambil langkah besar dalam meningkatkan
hubungan. “Dalam keadaan saat ini, Cina dan Amerika harus bersatu
untuk memerangi epidemi,” kata Xi seperti dikutip The Guardian.
“Cina bersedia terus memberikan informasi dan pengalaman kepada
Amerika tanpa syarat.”

SELANDIA BARU

Penembak Christchurch Mengaku Bersalah

BRENTON Tarrant, pria Australia yang melepaskan tembakan di dua


masjid di Christchurch, Selandia Baru, mengubah sikapnya dengan
mengaku bersalah dan menerima dakwaan terhadapnya dalam sidang
pada Rabu, 25 Maret lalu. Penembakan pada 15 Maret 2019 itu
menewaskan 51 orang dan melukai 49 lainnya.

Serangan Tarrant mengejutkan negeri itu dan dianggap sebagai


pembantaian terburuk dalam sejarah modern negara tersebut.
Tarrant didakwa dengan 51 pembunuhan, 40 percobaan pembunuhan,
dan 1 tuduhan di bawah tindakan penindasan terorisme. Persidangan
berikutnya ditetapkan berlangsung pada 2 Juni 2020 di pengadilan
tinggi Christchurch.

Tarrant menyampaikan pernyataannya melalui video dari selnya di


Auckland karena Selandia Baru menerapkan karantina nasional
(lockdown) untuk mengendalikan pandemi virus corona.
“Permohonan bersalah hari ini akan memberikan sedikit kelegaan
bagi banyak orang yang hidupnya hancur oleh peristiwa 15 Maret itu,”
ujar Perdana Menteri Jacinda Ardern seperti dikutip ABC.

AMERIKA SERIKAT

Maduro Didakwa Pasal Narkotik

AMERIKA Serikat mendakwa Presiden Venezuela Nicolás Maduro dan


14 anggota lingkaran dalamnya dengan pasal perdagangan narkotik,
terorisme, korupsi, dan pencucian uang. Dalam pengumuman yang
disampaikan pada Kamis, 26 Maret lalu, Amerika menawarkan hadiah
US$ 15 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapan dan
penuntutan Maduro.

Jaksa Agung Amerika William Barr mengatakan pemimpin Venezuela


itu bekerja sama dengan faksi pembangkang dari bekas kelompok
gerilya Kolombia. “Mereka didukung rezim Maduro, yang
memungkinkan mereka menggunakan Venezuela sebagai tempat yang
aman sehingga dapat terus melakukan perdagangan kokain dan
pemberontakan bersenjata,” ucap Barr seperti dikutip The Guardian.

Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza, seperti dilansir Al


Jazeera, menilai dakwaan ini menunjukkan keputusasaan elite
Washington yang tak berhasil menyingkirkan Maduro. Ia menilai
Trump “sekali lagi menyerang rakyat Venezuela dan lembaga-
lembaganya yang demokratis, menggunakan bentuk kudeta baru
berdasarkan tuduhan yang menyedihkan, vulgar, dan tidak berdasar”.

TURKI

20 Warga Saudi Didakwa Kasus Khashoggi

JAKSA Turki secara resmi mendakwa 20 warga negara Arab Saudi


dalam kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di konsulat
Kerajaan Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018. Pengumuman ini
disampaikan Kepala Kantor Jaksa Istanbul Irfan Fidan, Rabu, 25
Maret lalu, seperti dilansir The Guardian.

Mantan penasihat pengadilan kerajaan, Saud al-Qahtani, dan eks


wakil kepala intelijen, Ahmad al-Asiri—keduanya orang dekat Putra
Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman, ada di antara para
terdakwa. Surat perintah penangkapan terhadap mereka telah
dikeluarkan, tapi jadwal pengadilan in absentia belum ditentukan.

Pemerintah Saudi menolak permintaan Turki mengekstradisi para


terdakwa. Pada Desember 2019, Saudi telah menggelar pengadilan
sendiri dan menjatuhkan hukuman mati kepada lima terdakwa
pembunuh Khashoggi. Pengadilan itu dikritik karena tertutup dan
membebaskan orang dekat Pangeran Salman yang justru diduga
terlibat.


Bak Cuci Tangan
Portabel/Tempo
majalah.tempo.co
2 mins read

• Universitas Indonesia membuat unit cuci tangan praktis dengan tiga bak untuk

membantu warga di tengah wabah Covid-19.

• Fasilitas mencuci tangan bisa dipindahkan dengan didorong tenaga manusia.

• Dikombinasikan dengan teknologi penjernih air, bisa digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sanitasi di daerah yang dilanda bencana.

T
IM Universitas Indonesia membuat tempat mencuci tangan
yang bisa dipindah-pindah (moveable hand washer).
Perangkat ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan warga di
tempat umum dan fasilitas pelayanan publik di tengah kondisi
darurat wabah Covid-19. Menjaga kebersihan tangan menjadi salah
satu upaya memutus rantai penularan penyakit menular yang dipicu
oleh virus corona tersebut.
Produk ini adalah hasil kolaborasi Fakultas Teknik, Fakultas
Kedokteran, dan Ikatan Alumni Universitas Indonesia. Pembuatan bak
cuci tangan ini berasal dari ide Dekan Fakultas Teknik UI Hendri D.S.
Budiono. Desainnya dibuat oleh alumnus FTUI, Irfan Ferdiansyah, dan
didukung oleh guru besar FTUI, Yandi Andri Yatmo, dan Ponco Birowo
dari FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. “Dirancang agar
mudah didorong dengan tenaga manusia ke mana-mana,” kata Hendri
pada Selasa, 24 Maret lalu.

Menurut Hendri, bak cuci tangan yang praktis dan mudah


dipindahkan dapat menjadi alternatif solusi dalam kondisi darurat di
tempat umum atau fasilitas pelayanan publik. Alat itu bisa dipakai
masyarakat yang belum bisa memenuhi permintaan pemerintah
untuk tinggal di rumah selama pandemi ini. “Dalam kondisi seperti
ini lebih baik memang tinggal di rumah, tapi kami memahami ada
masyarakat dan tempat yang membutuhkan alat seperti ini,” ujarnya.

Fasilitas itu dilengkapi dengan tiga bak mencuci tangan yang


dipasang mengelilingi tandon air. Jarak antarbak cuci, menurut
Hendri, sesuai dengan aturan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang
menganjurkan minimal satu meter. Adapun sumber airnya bisa
menggunakan pasokan dari jaringan yang sudah ada atau suplai dari
truk pengangkut air. “Saluran pembuangan juga harus terkoneksi
agar tidak becek dan malah menimbulkan risiko penyakit lain,” kata
Hendri.

Unit cuci tangan ini ditempatkan di lokasi strategis, seperti rumah


sakit, pasar, stasiun, dan terminal. Dalam satu lokasi dipasang
setidaknya dua unit atau bisa ditambah sesuai dengan kebutuhan dan
ketersediaan produk. Tim UI sudah membuat lebih dari 50 unit
pesanan. “Ada beberapa tempat yang meminta banyak, tapi kami
membuat sistem prioritas agar tidak terpusat di tempat tertentu,”
ucap Hendri.

Hendri mengatakan desain fasilitas cuci tangan itu telah dikirimkan


ke jaringan alumnus FTUI berbagai daerah. Merekalah yang
nanti akan membantu pembuatan perangkat tersebut. “Desain tinggal
dicetak dan dibangun sendiri di daerah yang memerlukan,” katanya.

Tim UI berencana menambahkan panel surya ke dalam rancangan


fasilitas cuci tangan tersebut. Energi listrik dari matahari nanti bisa
digunakan untuk menggerakkan radar pelampung air di dalam
tandon. Energi listrik juga bisa digunakan untuk menyalakan
penerang sehingga fasilitas cuci tangan bisa digunakan pada malam
hari. Tim Fakultas Kedokteran juga meminta agar tuas keran air bisa
diaktifkan dengan kaki untuk meminimalkan kontak tangan.

Perangkat cuci tangan ini juga bisa dipakai di daerah yang terkena
bencana alam. Dalam kondisi darurat bencana alam, fasilitas sanitasi
biasanya menjadi langka karena sulitnya mendapatkan pasokan air
bersih. “Bisa digabung dengan teknologi penjernih air yang
sebelumnya sudah dibuat tim Fakultas Teknik,” ujar Hendri.


Semprotkan
Disinfektan/Tempo
majalah.tempo.co
1 min read

P
ENELITIAN tim
ilmuwan University of California, Los Angeles, Amerika
Serikat, mengungkap bahwa virus SARS-CoV-2 yang
menyebabkan pandemi Covid-19 dapat bertahan lama di dalam
aerosol dan permukaan benda. Menurut studi yang dipublikasikan di
jurnal ilmiah New England Journal of Medicine itu, virus SARS-CoV-2
dapat bertahan tiga jam di dalam aerosol, lebih dari 24 jam di
permukaan kardus, dan lebih dari tiga hari di permukaan plastik atau
logam antikarat. Itulah sebabnya sering mencuci tangan dengan
sabun dan menyemprotkan disinfektan adalah salah satu cara terbaik
mencegah penularan sampar ini.

Pistol Penyemprot
Penyemprot dengan prinsip listrik statis (electrostatic) EPIX360
dari Emist ini bertenaga baterai dan tak berkabel. Bentuknya seperti
alat pengering rambut dengan bobot 1,36 kilogram, termasuk
tangki disinfektan 240 mililiter. Diameter cairannya 60-145 mikron
sehingga hemat 70 persen ketimbang alat konvensional. Luas
ruangan yang bisa didisinfeksi mencapai 372 meter persegi per jam.

Bilik Disinfeksi

Bilik disinfeksi alias mobile sterilizer chamber buatan PT Pindad


Enjiniring Indonesia—anak usaha PT Pindad—di Bandung, Jawa Barat,
ini merupakan produk lokal. Bilik berdinding akrilik transparan ini
dilengkapi drum berkapasitas 120 liter dan pompa. Saat ini, dengan
kapasitas produksi 25 unit per hari, perusahaan tengah dibanjiri
pesanan.

Kipas Angin Embun


Kipas angin embun Tornado Embun Mist Water Fan (MIST26) merek
Regency ini dapat menyemprotkan cairan disinfektan selama delapan
jam nonstop. Kapasitas tangkinya 36 liter dengan konsumsi listrik
260 watt. Kipas yang dapat berputar 90 derajat ini
bisa mendisinfeksi ruangan seluas 250 meter persegi.

Penyemprot Nirkabel

Penyemprot disinfektan portabel EM360 dari Emist ini memiliki


tangki 3,8 liter yang dipanggul di punggung. Bertenaga baterai
ion litium yang dapat dipakai dua jam nonstop. Alat ini memakai
teknologi listrik statis dan jarum-jarum yang bisa menyemprotkan
cairan berukuran 60-145 mikron. Dapat mendisinfeksi ruangan seluas
5.000 meter persegi dalam satu jam.


Siasat Bertahan dari Wabah
majalah.tempo.co
2 mins read

B
eberapa pesohor Indonesia turut merasakan dampak wabah
virus corona. Ada yang menggelar konser online, bekerja dari
rumah, ada pula yang berbagi pengetahuan seputar Covid-19
lewat media sosial.

Navicula/TEMPO/STR/Johannes P. Christo

• Dampak wabah virus corona dirasakan semua lapisan masyarakat, termasuk

para pesohor di Indonesia.

• Grup Navicula menggelar konser online untuk mencegah kerumunan penonton,

aktris Asmara Abigail terjebak di Italia yang sedang dikarantina total.

• Menteri Tjahjo Kumolo menyemprot rumahnya dengan cairan disinfektan

setelah mengetahui tiga anggota keluarganya terinfeksi virus corona.


TAK seperti sederet konser mereka sebelumnya, Navicula menggelar
pertunjukan tanpa penonton, Jumat, 20 Maret lalu. Hanya ada
beberapa kursi kayu dan bean bag yang melompong di
area Antida Studio, Denpasar, tempat konser digelar. Sejumlah
kamera dan sebuah layar elektronik berukuran 40 inci tampak berdiri
di depan panggung.

Minus penggemar, konser grup musik beraliran grunge ini disiarkan


online di YouTube. “Inspirasinya dari gerakan social distancing. Bagi
yang memilih di rumah, kami memberikan sesuatu agar tidak bosan,”
kata vokalis Navicula, Gede Robi Supriyanyo.

Konser online adalah upaya Navicula mendukung gerakan pembatasan


interaksi sosial untuk mencegah penyebaran virus corona.
Menurut Robi, masyarakat Indonesia patut waspada dan tidak
menganggap enteng virus yang telah menginfeksi ratusan ribu orang
di berbagai negara itu.

Akibat merebaknya wabah Covid-19, Navicula terpaksa membatalkan


jadwal konsernya di Bali; Jakarta; Sulawesi; dan Malang, Jawa Timur,
hingga April nanti. Bahkan mereka urung menjalani tur ke Amerika
Serikat dan Jepang. “Paling banyak batal di Bali,” ucap Robi.
Sebelumnya, Navicula biasa manggung hingga tiga kali sepekan.

Sejumlah pesohor lain Tanah Air turut merasakan imbas


wabah corona. Aktris Asmara Abigail, misalnya, belum bisa keluar
dari Italia—negara dengan jumlah korban tewas terbanyak akibat
virus ini. Terjebak di Kota Milan tak membuatnya resah walaupun
pemerintah Italia telah menerapkan penutupan wilayah
atau lockdown sejak 9 Maret lalu. “Ada keluarga dari oma di sini,”
katanya, Rabu, 25 Maret lalu.

Asmara Abigail/TEMPO/Aditia Noviansyah


Asmara, 27 tahun, datang ke Negeri Pizza untuk menghadiri Milan
Fashion Week pada pertengahan Februari lalu. Ia semula berencana
melanjutkan perjalanan ke Amsterdam dan Paris untuk
pemutaran filmnya bulan ini. Tapi pemerintah Italia keburu menutup
negaranya. “Aku juga enggak berusaha pulang karena selama
perjalanan risiko tertular besar,” tutur pemeran film Perempuan
Tanah Jahanam itu.

Untuk mengisi waktu, Asmara berbagi pengetahuan tentang


penanganan Covid-19 di berbagai belahan dunia sejak Sabtu, 21 Maret
lalu. Ia mengajak beberapa kawannya yang tinggal di Amerika
Serikat, Prancis, dan Inggris bertukar pengalaman lewat Instagram
Live di akunnya setiap pukul 21.00 WIB.

Di dalam negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo dan keluarganya harus menjalani
tes setelah menantunya, aktor Detri Warmanto; sopir; dan sekretaris
pribadinya dinyatakan positif terinfeksi virus corona, Kamis, 19 Maret
lalu. “Ketiganya langsung mengisolasi diri. Kami tunggu
perkembangannya setelah tujuh hari dan 14 hari,” ujar Tjahjo, Senin,
23 Maret lalu.

Tjahjo Kumolo/TEMPO/STR/Dhemas Reviyanto Atmodjo

Adapun hasil uji laboratorium oleh Kementerian Kesehatan


menunjukkan Tjahjo dan anggota keluarganya yang lain negatif dari
infeksi Covid-19. Kediaman Tjahjo juga langsung disemprot dengan
cairan disinfektan. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
ini pun menjalankan tugasnya dari rumah.

Pengalaman mengkarantina diri dirasakan pemain ganda campuran


bulu tangkis nasional, Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti.
Sepulang menjuarai turnamen All England 2020, 15 Maret lalu,
mereka menjalani karantina mandiri di pusat pelatihan
nasional Cipayung, Jakarta Timur. “Memang agak
berkurang euforianya. Senang juara, tapi ada rasa khawatir,” kata
Melati, yang baru pertama kali meraih gelar All England.

Praveen Jordan & Melati Daeva Oktavianti/Dok. PBSI

Seluruh tim All England 2020 menjalani karantina selama 14 hari


sekembali dari Birmingham, Inggris. Sementara Praveen banyak
menghabiskan waktu dengan bermain game, Melati memilih
menonton Crash Landing on You (CLOY), drama Korea favoritnya. “Di
kamar lebih banyak istirahat, makan, tidur. Tapi pelatih minta untuk
tetap gerak dan jaga kondisi fisik dengan stretching. Selebihnya
nonton CLOY, ha-ha-ha...,” tutur Melati.

MAHARDIKA SATRIA HADI, MADE ARGAWA (DENPASAR),


NUR ALFIYAH, IRSYAN HASYIM

Anda mungkin juga menyukai