PENDAHULUAN
Cacat bawaan adalah suatu kelainan/ cacat yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun
mental. Cacat bawaan dapat disebabkan akibat kejadian sebelum kehamilan, selama
kehamilan dan saat melahirkan atau masa perinatal. Cacat ini dapat akibat penyakit genetic,
pengaruh lingkungan baik sebelum pembuahan (bahan mutagenic) maupun setelah terjadi
pembuahan (bahan teratogenik). paling sering terjadi dibulan awal kandungan. Kasus yang
paling sering terjadi ketika seorang ibu bahkan belum sadar dirinya hamil, penyebab
utamanya belum diketahui secara pasti, namun ada factor-faktor yang dicurigai dapat
menyebabkan meningoensefalokel seperti ibu hamil yang mengalami diabetes,kekurangan
asam folat, pola makan yang buruk, dan meminum obat secara tidak terkontrol.
Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, diantaranya
meningoensefalokel yang merupakan defek pada cranium yang biasanya terjadi pada
daerah oksipital,dimana daerah meningen dan korteks serebri atau batang otak/sereblum
menonjol keluar dan ditutupi oleh kulit.Meningoensefalokel akan berkaitan dengan
kelainan mental yang berat meskipun sudah dilakukan operasi.
Di Indonesia, fakta mengatakan dari 3 kasus yang sering terjadi pada bayi baru lahir
yaitu ensefalus, anensefali dan meningo ensefalokel, sebanyak 6,5% bayi baru lahir terkena
meningo ensefalokel. Sementara itu fakta lain mengatakan 4,5% dari 10.000 bayi yang lahir
di Belanda menderita kelainan yang sama atau sekitar 100 bayi setiap tahunnya.
Gejala klinis sangat bervariasi tergantung malformasi serebral yang terjadi, termasuk
hidrosephalus dan banyaknya jaringan otak yang mengalami dysplasia dan masuk ke dalam
1
kantung meningo ensefalokele. Jika hanya mengandung meningens saja, prognosisnya
lebih baik dan dapat berkembang normal. Meningo ensefalokele sering disertai dengan
kelainan kranium farsial atau kelainan otak lainnya, seperti hidrosefalus atau kelainan otak
lainnya (Syndrome Meckel, Syndrome Dandy Walker).
1.2 TUJUAN
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
MENINGOENCEFALOKEL
Herniasi atau benjolan ini dapat berisi meningen dan cairan cerebrospinal saja
disebut meningokel cranial, dapat juga berisi meningen, Cairan serebrospinal dan
jaringan /parenkim otak disebut meningoensefalokel. Secara umum herniasi melalui
defek cranium disebut meningoensefalokel, Walaupun sebenarnya berbeda patologi,
pengobatan dan prognosisnya. Kira-kira 75% meningoencefalokel didapatkan di
region oksipital, dapat terlihat sebagai kantong kecil bertangkai atau berstruktur
seperti kista besar, Dapat lebih besar daripada cranium,tertutup oleh kulit seluruhnya,
Kadang-kadang ditempat-tempat tertentu hanya dilapisi oleh membran tipis seperti
kertas perkamen, Sebanyak 15% dari ensefalokel terletak difrontal. (Cristopher, 2007;
lubis, 2009).
3
abnormal/displasia. Insiden meningo ensefalokel 1-5 per 10.000 bayi lahir hidup;
paling kecil dari seluruh penyakit defek tuba neuralis (8% - 19%). Di Eropa dan
Amerika hampir 80% - 90% meningo ensefalokel terdapat di regio oksipital, meningo
ensefalokel di daerah anterior (frontal, nasofrontal, nasofaringeal) lebih sering di Asia
Tenggara.
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
4
spina. Etiologi ini dianggap sama dengan etiologi anesefali dan mielomeningokel
(Fenichel, 2001).
2.1.4 Klasifikasi
Berikut adalah klasifikasi meningo ensefalokel menurut Suwanwel :
1. Ensefalomeningokel oksipital
2. Ensefalomeningokel lengkung tengkorak :
a. Interfrontal
b. Fontanel anterior
c. Interparietal
d. Fontanel posterior
e. Temporal
3. Ensefalomeningokel fronto-ethmoidal :
a. Nasofrontal
b. Naso-ethmoidal
c. Naso-orbital
4. Ensefalomeningokel basal :
a. Transethmoidal
b. Sfeno-ethmoidal
c. Transsfenoidal
d. Frontosfenoidal atau sfeno-orbital
5
5. Kranioskhisis :
a. Kranial, fasial atas bercelah
b. Basal, fasial bawah bercelah
c. Oksipitoservikal bercelah
d. Akrania dan anensefali.
Meningo ensefalokel anterior lebih jarang terjadi dibandingkan meningo ensefalokel posterior.
Yangpertamabiasanya dibagike dalam dua kelompok : meningo ensefalokelsinsipital (tampak) dan
meningo ensefalokel basal (tak tampak). Mungkin juga dibagi kedalam empat kelompok :
6
Meningoensefalokel basal dapat dibagi kedalam lima kelompok :
7
keterbelakangan mental dan pertumbuhan, Ataksia (gangguan gerakan tubuh
yang disebabkan masalah pada otak dan kejang.
Pada pemeriksaan neurologis umumnya didapatkan hasil normal, tetapi
beberapa kelainan dapat terjadi meliputi deficit fungsi saraf cranial, gangguan
penglihatan, dan kelemahan motorik fokal.
Meningo ensefalokelanterior sering bersamaandengan anomali muka,
seperti bibir dan langit-langit bercelah.Empat anomali yaitu
meningoensefalokel oksipital, hidrosefalus,deformitas Klippel-Feil, dan
langit-langit bercelahsering terjadi sebagai tetrad. Kelainan jantungkongenital
dan ekstremitas yang displastik adalah anomali yang berhubungan yang
terletak dibagian lain dari badan.
Hidrosefalus mungkin terjadi sebelum diperbaikinya sefalokel, atau
mungkin terbentuk setelah operasi. Insidens hidrosefalus yang menyertai pada
meningo ensefalokel oksipital adalah 25 persen pada meningokel dan 66
persen pada meningo ensefalokel. Hidrosefalus yang bersamaan pada
meningo ensefalokelanterior jarang. Seperti pada spinabifida, insidens
hidrosefalus lebih tinggi pada sefalokelyang mengandungjaringan otak.
Insidens hidrosefalus yang menyertai pada meningo ensefalokel oksipital
adalah hampir sama dengan pada mielomeningokel.
8
scan diperlukan. Meningoensefalokel anterior harus didiferensiasi dari polip
nasal, teratoma orbitofronal, gliomaektopik (nasal), dan keadaan serupa.
Teratoma orbitofrontal mungkinmenampakkan kalsifikasi pada foto polos dan
meluas kedalam ruang intrakranial.Tumor ini menjadi maligna dengan
pertambahan usia. Glioma nasal adalah tumor neurogenik kongenital yang
jarang yaitu massa heterotopik non neoplastik dari jaringan neuroglial. Tapi
mungkin tumbuh seperti neoplasma sejati, menginfiltrasi jaringan sekitarnya,
serta metastasis ke nodus limfe regional.
MRI cranial dapat memberikan gambaran pasti dalam kandungan
meningiensefalokel. Meskipun terletak pada garis tengah, isi dari protrusi
biasanya dari salah satu hemisfer yang lebih kecil.
USG/ Ultasonografi yang paling bermanfaat dalam penegaan diagnosis
prenatal.
2.1.7 Komplikasi
Meningo ensefalokel sering disertai dengan kelainan kranium fasial atau
kelainan otak lainnya, seperti hidrochephalus atau kelainan kongenital lainnya
(Syndrome Meckel, Syndrome Dandy-Walker). Kelainan kepala lainnya yang
dapat dideteksi dengan USG adalah kista otak, miensefalus (fusi tulang
occiput vertebrata sehingga janin dalam sikap hiperekstensi),
huloprokensefalus (hanya berbentuk sebuah rongga ventrikel yang
berdilatasi), hindranensefalus (destruksi total jaringan otak sehingga kepala
hanya berisi cairan), kelainan bentuk kepala (dulikochephaluskh, branchi
chpalusk) dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa komplikasi dari meningo ensefalokel, yaitu :
a) Kelumpuhan keempat anggota gerak (kuadri plegia spastik)
b) Gangguan perkembangan
c) Mikrosefalus
d) Hidrosefalus
e) Gangguan penglihatan
9
f) Keterbelakangan mental dan pertumbuhan
g) Ataksia
h) Kejang
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan meningo ensefalokel tergantung dari isi dan luas dari anomali.
Pada meningokel oksipital, di mana kantung tidak mengandung jaringan saraf,hasil
dari pembedahan hampir selalu baik. Tetapi pada meningo ensefalokel yang berisi
jaringan otak biasanya diakhiri dengan kematian dari anak.
Hampir semua meningo ensefalokel memerlukan intervensi bedah saraf, kecuali
massanya terlalu besar dan dijumpai mikrosefali yang jelas. Bila mungkin tindakan
bedah sedini mungkin untuk menghindari infeksi, apalagi bila ditemui kulit yang
tidak utuh dan perlukaan di kepala.
Pada neonatus apabila dijumpai ulkus pada meningo ensefalokele /tidak terjadi
kebocoran cairan serebrospinal, operasi segera dilakukan. Pada meningo ensefalokel
yang ditutupi kulit kepala yang baik, operasi dapat ditunda sampai keadaan anak
stabil. Tujuan operasi adalah menutup defek (watertight dural closure), eksisi masa
otak yang herniasi serta memelihara fungsi otak.
1. Penanganan Pra Bedah
Segera setelah lahir daerah yang terpakai harus dikenakan kasa steril yang direndam salin
yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutupi kasa steril yang tidak melekat untuk
mencegah jaringan saraf yang terpapar menjadi kering.
Perawatan pra bedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada saat mempertahankan
suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan
dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan
lesi yang basah. Lingkaran occipito frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya. Diperlukan
pemeriksaan X-Ray kepala AP/LAT dan diambil photografi dari lesi.
2. Perawatan pasca bedah
Pemberian makan per oral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan. Jika ada drain
penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan atau
tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dan wadah. Lingkar kepala diukur dan
10
dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Sering kali terdapat peningkatan awal dalam
pengukuran setelah penutupan cacat spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi
perkembangan hidrochephalus maka harus diberikan terapi yang sesuai.
Tindakan penanganan
Penanganan Meningoensefalokel :
a. Cegah infeksi perlukaan ensefalokel waktu lahir, menutup luka dengan kasa steril
setelah lahir.
b. Persiapan operasi dilakukan sedini mungkin untuk mencegh infeksi otak yang sangat
berbahaya.
c. Pasca operasi perhatikan luka agar tidak basah,perhatikan kemungkinan terjadi
hidrosefalus:ukur lingkar kepala, pemberian antibiotic (kolaborasi)
11
2.1 TINJAUAN PUSTAKA ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Pada keadaan meningoencefalokel umumnya tidak mengalami penurunan
kesadaran.
b. TTV :
Suhu :< 36,5 C atau > 37,5 C
Nadi :< 50x / menit atau > 220x/menit.
12
2. Pemeriksaan Fisik ( Head to toe)
1) Kulit
a. Warna kulit : pink / ikterus
b. Cyanosis : ada / tidak ada
c. Kemerahan (RASH) : ada / tidak ada
d. Tanda lahir : ada / tidak ada
e. Turgor kulit : elastic / tidak
f. Akral : hangat /dingin
g. Suhu : 36,5 - 37,5°C
2) Kepala / Leher
Terdapat benjolandi frontal / oksipital
3. Dada / Paru
1) Bentuk : simetris
2) Suara nafas : kanan kiri sama, ada / tidak suara nafas tambahan
3) Respirasi : spontan dengan alat bantu O2
4. Jantung
1) CRT : < 3 detik
2) Denyut jantung : normal, kuat / lemah, teratur,
3) Suara jantung : S1 / S2 tunggal, terdengar murmur / tidak
4) Nadi : normal 120 - 160 x / menit
5. Abdomen
1) Lingkar abdomen : tegang / kembung / distensi / supel
2) Peristaltik Usus : ada / tidak
3) Tali Pusat : kering / basah
6. Genetalia
Laki-laki
1) Testis sudah / belum turun, rugae jelas / tidak
2) Alat genetalia bersih / kotor
3) Frekuensi, warna, dan produksi urine
7. Ekstremitas
1) Gerakan : Bebas / terbatas
13
2) Ekstremitas atas : ada / tidak ada kelainan
3) Ekstremitas bawah : ada / tidak ada kelainan
4) Spina / Tulang belakang : ada / tidak ada kelainan
8. Refkel
1) Rooting reflek : positif / negative
2) Menggenggam : positif / negative
3) Menghisap : positif / negative
4) Babinski : positif / negative
9. Tonus / Aktifitas
1) Aktifitas : kuat / lemah
2) Menangis : kuat / lemah / keras
2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
POST OP
2.2.3 INTERVENSI
Intervensi adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan.
1. Resiko Infeksi dibuktikan dengan adanya tindakan prosedur invasive( PPNI,SDKI
2016:304).
Tujuan: Tingkat infeksi menurun dalam 3hari
14
Kriteria hasil :
- Kebersihan tangan Meningkat
- Demam menurun
- Bengkak menurun
- Letargi menurun
- Kultur darah membaik
- Kadar sel darah putih membaik
Intervensi :
Observasi
Teraupetik
Edukasi
Kolaborasi:
pemberian imunisasi
15
- Dukungan keluarga dan social meningkat
- Bayi tidur setelah menyusu meningkat
- Perlekatan bayi pada payudara ibu membaik
- Payudara ibu kosong setelah menyusui meningkat
- Hisapan bayi meningkat
Intervensi
- Intervensi Utama: Konseling laktasi
Edukasi menyusui
- Intervensi Pendukung
- Dukungan emosionalDukungan kelompok
- Dukungan tidur
- Edukasi nutrisi bayi
- Edukasi orang tua
- Konseling dan manajemen nutrisi
- Manajemen nyeri
- Pemberian kesempatan menghisap pada bayi
- Pemeriksaan payudara
- Perawatan kanguru
Kriteria hasil:
16
- Pengisian kapiler membaik
- Akral membaik
- Turgor kulit membaik
Intervensi:
Perawatan sirkulasi:
- Observasi
- Periksa sirkulasi perifer ( mis,nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
ankle brachial index)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas.
- Teraupetik
- Hindari pemasangan infuse atau pengambilan darah diarea keterbatasan perfusi
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan hidrasi
- Edukasi
- Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
- Anjurkan melakukan perawatan luka yang tepat
kriteria hasil:
- Elastisitas meningkat
- Hidrasi meningkat
- Perfusi jaringan meningkat
- Kerusakan jaringan dan lapisan kulit menurun,
17
- Hematoma menurun.
- Nekrosis, kemerahan menurun
- Suhu kulit, tekstur membaik
Intervensi :
Observasi:
18
Reduksi Ansietas:
Observasi
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (missal kondisi,waktu,stressor)
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda- tanda ansietas ( verbal dan non verbal)
Teraupetik
- Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan dengn tenang dan meyakinkan
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating
Edukasi
- Informasikan secara factual mengenai diagnosis , pengobatan dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk bersama dengan bayinya jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
6.Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik / Prosedur Operasi,
(PPNI,SDKI:172).
Tujuan: Tingkat nyeri dapat menurun selama 3 hari
Kriteria hasil:
- Meringis menurun
- Ketegangan otot menurun
- Pupil dilatasi menurun
- Frekuensi nadi membaik
19
- Pola nafas membaik
- Heart reat membaik
- Fungsi berkemih membaik
- Pola tidur membaik
Intervensi:
Manajemen nyeri:
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teraupetik
- Berikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri missal penggunaan
bantal air.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri missal suhu incubator
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Kepada ibu dan keluarga:
- jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan nyeri
- anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- ajarkan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- pemberian analgetik jika perlu.
20
BAB 3
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
Tanggal :18 Oktober 2019
Pukul :10.00 WIB
No.Register :1278-XX
MRS :08 Oktober 2019
Diagnosa : NA BBLR SMK + Meningoensefalokel post eksisi/Debridement
21
Nama :By. Ny.*E*
Tanggal lahir : 08 oktober 2019
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke :2
Usia : 10 hari
22
23
2. Riwayat Antenatal
Sebelum dan pada saat hamil ibu bayi mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan
TORCH (pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya toksoplasmosis, rubella,
cytomegalovirus, dan herpes simplex virus)yaitu untuk mencegah komplikasi pada janin, Tetapi
Ibu bayi mengatakan rajin memeriksakan kandungannya ke dokter spog pemeriksaan 9x, di
bidan 1x.
Saat hamil ibu jarang atau tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat misalnya
sayuran, buah-buahan (jeruk, alpukat), susu, daging dan hati. ibu mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit menurun seperti penyakit kuning, penyakit jantung, dan penyakit sesak napas,
selama hamil ibu bayi mengatakan waktu periksa di dokter SpOg pada usia kehamilan 4 bulan
dari hasil USG sdh keliatan kalau bayinya mengalami cacat/ kepala bayi bermasalah.setelah
mengetahui hasil tersebut,waktu lahiran langsung dirujuk ke Rs.dr.Soetomo Surabaya.
3. Riwayat Natal
Rujukan dari Rs. Probolinggo dengan GIIIP1011 atas indikasi KPP> 24Jam .Ibu
mengatakan bayinya lahir sectio di OK GBPT tgl 8 Oktober 2019 pukul 10.40 WIB, AS 7-8 ,
bb 2350 gr, PB 49 cm,LK 30 cm, terdapat kelainan meningo encephalokel. Dengan indikasi ketuban
pecah dini>24Jam+janin kelainan congenital dengan diagnose ibu , GIIIP1011 dengan usia
gestasi 37-38 minggu tidak mengalami perdarahan Bayi lahir dengan apgar scor 7-8, ,.Bayi tidak
dilakukan IMD.
4. Riwayat Postnatal
bayi tidak mendapat resusitasi saat lahir.Bayi lahir langsung menangis, tonus otot baik,
terdapat kelainan bawaan Meningoencepalokel..
24
PEMERIKSAAN FISIK
Di periksa tanggal : 18-10-2019 jam 10.00 Wib.
Panjang badan : 49 Cm
Lingkar Kepala : 30 Cm
KULIT
KEPALA/ LEHER
d) Caput succedanum : tidak ada => Meningocele pecah (Terdapat luka post operasi
meningoencephalokel terbungkus kasa dengan luka bersih dan
kering)
f) Telinga :Normal
g) Hidung :simetris, tidak ada napas cuping hidung, tidak ada secret, frekuensi
nafas 40 x/menit
i) Mulut :bibir kering, mukosa mulut lembab, tidak ada stomatitis, terpasang
OGT
a) Bentuk :Simetris
b) Suara nafas :vesikuler kanan kiri sama, bersih, tidak ada suara nafas tambahan
JANTUNG
ABDOMEN
a. Lingkar abdomen : 28 Cm Supel
b. Bising Usus : Ada
c. Peristaltik usus : 6…X/Menit
d. Tali Pusat :Segar
26
Perkembangan Interpersonal
Pengasuh : Ibu
Berkunjung : : Ada
Kontak mata : Ya
Menyentuh : Ya
PMK : Tidak
GENITALIA
Perempuan
EXTREMITAS
Gerakan : Bebas
REFLEK
27
Rooting : Lemah
Menggenggam : Lemah
Menghisap : Lemah
TONUS/ AKTIVITAS
Aktifitas : Lemah
Menangis : Keras
SKRINING NYERI
NIPS Skala nyeri :2
PROGRAM THERAPI
↓
2. Bayi rewel
Reflek hisap lemah
3. BAK 5x / 24 ↓
jam
Menyusu tidak efektif
4. Bayi
terpasang OGT
5. Bayi meneteki
msih malas
6. Ibu
memberikan susu memakai
sendok.
7. Bayi lebih
banyak tidur
-
29
3.6 INTERVENSI
Menyusu tidak
- Konseling laktasi
2 18-10-2019 efektif
berhubungan
- Edukasi menyusui
Tujuan:Status - Intervensi Pendukung
denganreflek hisap
menurun
menyusui terpenuhi - Dukungan
2x 24 jam emosionalDukungan
Kriteria hasil: kelompok
Berat badan bayi - Dukungan tidur
membaik - Edukasi nutrisi bayi
Dukungan keluarga - Edukasi orang tua
dan social meningkat - Konseling dan
31
Hisapan bayi
meningkat
Observasi
- Periksa sirkulasi
perifer ( mis,nadi
3 perifer, edema,
Perfusi perifer tidak pengisian kapiler,
efektif warna, suhu, ankle
berhubungan
brachial index)
dengan penurunan
- Monitor panas,
konsentrasi
kemerahan, nyeri atau
haemoglobin - Tujuan: perfusi
bengkak pada
perifer meningkat
ekstremitas.
dalam 2x 24jam
Teraupetik
- Kriteria hasil:
- Hindari pemasangan
- Denyut
infuse atau
perifer
pengambilan darah
meningkat
diarea keterbatasan
- Penyembuha
perfusi
n luka
- Lakukan pencegahan
meningkat
infeksi
- Kelemahan
- Lakukan hidrasi
otot membaik
Edukasi
- Pengisian
32
kapiler - Anjurkan
membaik menghindari
- Akral penggunaan obat
membaik penyekat beta
- Turgor kulit - Anjurkan melakukan
membaik perawatan luka yang
tepat
Observasi:
-Identifikasi penyebab
gangguan integritas
kulit (misal perubahan
sirkulasi, perubahan
status nutrisi,
Gangguan itegritas penurunan
4 kulit berhubungan kelembaban, suhu
dengan perubahan lingkungan ekstrem,
sirkulasi penurunan mobilitas)
Terapeutik
-Ubah posisi tiap 2 jam
Tujuan: jika tirah baring
Setelah -Gunakan produk
dilakukan berbahan petroleum
tindakan atau minyak pada kulit
keperawatan kering
selama 3 hari -Gunakan produk
maka berbahan ringan/alami
intregitas kulit dan hipoalergik pada
meningkat. kulit sensitive
33
ketegangan
-Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi
-Pemberian obat
antiansietas, jika perlu.
Observasi
-Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
-Identifikasi skala nyeri
Tujuan: -Identifikasi respon
Tingkat nyeri nyeri non verbal
dapat -Identifikasi factor yang
menurun memperberat dan
selama 3 hari memperingan nyeri
Kriteria hasil: -Monitor keberhasilan
-Meringis terapi komplementer
menurun yang sudah diberikan
-Ketegangan -Monitor efek samping
otot menurun penggunaan analgetik
-Pupil dilatasi Teraupetik
menurun -Berikan tekhnik non
-Frekuensi farmakologis untuk
nadi membaik mengurangi rasa nyeri
-Pola nafas missal penggunaan
membaik bantal air.
-Heart reat -Kontrol lingkungan
membaik yang memperberat rasa
-Fungsi nyeri missal suhu
36
berkemih incubator
membaik -Fasilitas istirahat dan
-Pola tidur tidur
membaik -Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Kepada ibu dan
keluarga:
-jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
-jelaskan strategi
meredakan nyeri
-anjurkan memonitor
Nyeri akut nyeri secara mandiri
berhubungan -anjurkan
dengan Agen menggunakan analgetik
6 pencedera fisik secara tepat
/Prosedur Operasi
-ajarkan tekhnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-pemberian analgetik
jika perlu.
37
18-10-19
14.00
S:-
16.15
1 Melakukan cuci tangan 6 langkah. O : - Keadaan umum bayi
18.30
lemah
2 Memonitor reflek hisap dan - Tangis lemah
menelan. - Reflek hisap
20.00
lemah,reflek menelan
kurang
3 Melakukan Oral hygiene - Terpasang OGT no 6
4 Mengobservasi adanya residu dan - Diet asi/pasi 12 x 30
muntahan. cc/sonde
-Tidak ada residu,tidak
1
5 Memberikan ASI/PASI tiap 2 jam ada muntah
@30ml/per OGT - Mulut bersih
- BBL 2350gr
- BBS 2460gr
6 Memonitor berat badan.
A : status menelan cukup
membaik
7 Memberikan medikasi. P : Lanjutkan intervensi
1,2,3,4,5,6,7
39
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai sebagai suatu pendapat
terhadap situasi dan kejadian (Nursalam,2007). Pada kasus yang diambil penulis yaitu bayi dengan
Meningoensefalokel dilakukan dengan pengumpulan anamnesa, data subyektif, data obyektif dan
data penunjang.
Penulis tidak dapat menganamnesa orangtua pasien dikarenakan pada saat berkunjung penulis
tidak pernah bertemu dengan orang tua bayi. Data yang penulis dapatkan hanya dari status rekam
medis bayi.
2. Interpretasi Data
41
Kemungkinan bayi terkena meningoensefalokel sangat tinggi jika terdapat factor resiko yang
mendukung, diantaranya adalah berat lahir rendah, kelahiran preterm, demam inpartu d
Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat merupakan tindakan
utama dalam menghadapi pasien m
Dan yang muncul pada asuhan keperawatan By. E, di ruang RKL adalah
4. Intervensi Keperawatan
Kasus meningoensefalokel pada teori dilakukan pembedahan. Tujuan operasi adalah menutup
defek (watertight dural closure), eksisi masa otak yang herniasi serta memelihara fungsi otak. Pada
kasus By “E” telah dilakukan pembedahan eksisi cele/ Debridement.
Untuk perawatan pasca bedah intervensi yang dapat dilakukan yaitu pemberian ASI atau PASI
per oral/OGT 2 jam setelah pembedahan serta mengukur lingkar kepala sekali atau dua kali
seminggu. Pada kasus bayi E telah dilakukan pemberian PASI per OGT 30 cc dan telah dilakukan
pengukuran lingkar kepala yaitu 30 cm.
5. Implementasi
6. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada diagnosa keperawatan Menyusu tidak efektif dan menjadi masalah
actual, Setelah dilakukan tindakan sesuai intervensi keperawatan maka diharapkan kemampuan
peran ibu dapat memberikan Asi secara langsung dari payudara ibu kepada bayi dan anak untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Evaluasi terakhir yaitu pada masalah menyusi tidak efektif.
Setelah dilakukan tindakan reflek hisap bayi baik.
42
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, N.U. 2009. Encephalocele; in CKD-Cermin Dunia Kedokteran Magazine; Kalbe Farma; PT. Temprint;
Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta.