Oleh:
Desak Nyoman Arista Retno Dewi
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan YME karena dengan berkat dan
rahmatnya penelitian “Analisis Persepsi Risiko (Risk Perception) Dan Sikap Risiko (Risk
lancar. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para wirausahawan pemula
mengenai proses identifikasi risiko atau potensi risiko, persepsi risiko dan sikap risiko.
1. Pimpinan Fakultas Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya, Ibu Yuni Apsari,
M.Si., Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi UKWMS, terimakasih atas kesempatan
3. Para partisipan penelitian yang telah bersedia terlibat dalam penelitian ini.
4. Para asisten pelatihan yaitu Claudia (2011) dan Vivien (2011) terimakasih atas
iii
Peneliti menyadari pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari kekurangan. Masih
perlu banyak belajar untuk melaksanakan penelitian dengan benar sesuai dengan metode
dan kaidah penelitian ilmiah. Untuk itu peneliti mohon maaf kepada semua pihak jika
sekiranya ada kekurangan atau kesalahan dalam pelaksanaan penelitian ini. Semoga
laporan penelitian ini bisa diterima dan memberikan inspirasi kepada siapa saja yang
memiliki ketertarikan terkait dengan analisa risiko atau potensi risiko, persepsi dan sikap
Peneliti,
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
3.1. Model Penelitian ...…...........................………….......................... 22
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
Desak Nyoman Arista Retno Dewi. (2014). Analisis Persepsi Risiko (Risk Perception) Dan
Sikap Risiko (Risk Attitude) Dengan Karakteristik Pada Wirausahawan Pemula.
ABSTRAKSI
Wirausahawan (entrepreneurs) merupakan salah satu profesi yang juga selalu berhubungan
dengan risiko. Dalam menjalankan aktivitas kewirausahaan, risiko menjadi bagian yang
tidak dapat dipisahkan. Risiko memiliki dua karakter yaitu ketidakpastian dan konsekuensi.
Risiko merupakan suatu ketidakpastiah situasi atau kondisi yang bisa memberikan efek
positif atau negatif terhadap satu atau beberapa tujuan. Ketidakmampuan dalam
menghadapi risiko sangat dipengaruhi oleh persepsi terhadap risiko (risk perception).
Berdasarkan persepsi risiko yang dimiliki akan menentukan sikap terhadap risiko (risk
attitude). Secara psikologi persepsi dan sikap risiko dipengaruhi salah satunya oleh
karakteristik kepribadian. Melalui analisis karakteristik kepribadian berdasarkan konsep
big five personality, peneliti ingin melihat bagaimana karakteristik kepribadian para
wirausahawan pemula yang dalam proses kerjanya selalu berhadapan dengan risiko. Lalu
identifikasi bentuk risiko atau potensi risiko usaha, persepsi risiko dan sikap risiko.
Penelitian ini menggunakan kombinasi model kualitatif dan kuantitatif dengan metode
wawancara dan penyebaran kuesioner. Data akan diolah secara kualitatif mengggunakan
thematic analysis dan data kuantitatif akan diolah berdasarkan panduan penilaian. Hasil
penelitian menunjukan partisipan memiliki persepsi yang berbeda sesuai dengan jenis atau
karakteristik usahanya. Selain itu bentuk risiko atau potensi risiko yang memiliki kesamaan
terkait dengan sikap konsumen, kualitas bahan baku, perubahan atau perkembangan
ekonomi, sosial (trend) dan keamanan, proses produksi, dan kerjasama dengan pihak lain
atau rekanan juga dipersepsikan berbeda. Persepsi risiko mendasari sikap risiko yang
dipilih. Penentuanpersepsi risiko dan sikap risiko dipengaruhi oleh tpe kepribadiannya.
Hasil olah data big five personality, mayoritas skor tertinggi partisipan berada pada
dimensi kepribadian openness to experience dan agreeableness. Sedangkan mayoritas skor
terendah berada pada dimensi kepribadian neuroticism dan extraversion.
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
dihadapkan dengan kondisi yang tidak pasti. Lingkungan sosial, kesehatan, bisnis
manusia yang memiliki hubungan dengan risiko. Dalam pengertiannya tidak ada
definisi yang pasti mengenai risiko. Terdapat berbagai definisi risiko dari berbagai
peneliti dan praktisi risiko, namun secara keseluruhan sepakat risiko berhubungan
dengan dua karakter yaitu ketidakpastian dan konsekuensi (Hillson & Murray-
atau kondisi yang bisa memberikan efek positif atau negatif terhadap satu atau
sebagai sumber dari munculnya hal-hal atau risiko yang dapat mengancam atau
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Risiko keuangan, risiko karir, risiko
keluarga dan sosial, dan risiko psikis merupakan beberapa jenis risiko yang dihadapi
oleh wirausahawan (Kuratko dan Hodgetts, 2007). Sebagai seorang yang memiliki
tenaga kerja untuk menghasilkan barang baru, usaha baru, serta proses usaha baru,
keuntungan dan bertindak tepat untuk memastikan kesuksesan (Sutanto, 2002). Hal
yang tepat dan cermat terkait dengan langkah-langkah pengelolaan usaha dengan
kesuksesan. Namun disisi lain tidak ada jaminan bahwa segala upaya tersebut akan
menantang sebagai upaya mencari peluang usaha dan kesuksesan. Oleh karena itu
seorang wirausahawan harus memiliki suatu sikap yang berani menanggung risiko.
memiliki sikap optimis, dorongan dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan
kreasi usaha baru (Kuratko & Hodgetts, 2007). Berdasarkan penelitian mengenai
memilih risiko, seorang wirausahawan harus mampu menghitung risiko yang akan
diambil secara tepat dan bijaksana. Beberapa data menunjukkan dampak risiko yang
harus gulung tikar. Berita nasional dari Viva News 9 Juli 2010 memberitakan dari
tahun ke tahun jumlah perusahaan rokok di Pulau Madura semakin menyusut. Sekitar
186 pabrik rokok gulung tikar dikarenakan kalah bersaing dengan perusahaan rokok
besar. Secara finansial modal usaha yang tidak besar membuat sedikit demi sedikit
memberitakan data dari Apindo Jabar bahwa 10 perusahaan harus gulung tikar
3
karena penetapan upah minimum kota-kabupaten (UKM) dan kenaikan tarif dasar
listrik (TDL) yang mempengaruhi biaya operasional industri yang meningkat 10-15
persen. Berita dari Surabaya Post, 15 Mei 2013 juga memberitakan mengenai ribuan
yang memiliki sikap terhadap risiko yang rendah atau tinggi cenderung akan gagal
dibandingkan wirausahawan dengan sikap risiko yang medium. Hal ini menunjukkan
bahwa seorang wirausahawan perlu memiliki sikap yang tepat terhadap risiko. Tahu
kapan harus menghadapi risiko ataupun menghindari risiko. Untuk itu diperlukan
kemampuan yang dapat memberikan penilaian dan evaluasi yang tepat pada situasi
berhubungan dengan persepsi yang dimiliki terhadap risiko, yang menjadi dasar
situasi risiko yang didasarkan pada pengalaman atau keyakinan yang dimiliki
(Slovic, 2000). Persepsi terhadap risiko akan menentukan sikap terhadap risiko (risk
attitude). Sikap risiko adalah tindakan yang dipilih berdasarkan pemikiran terhadap
ketidakpastian yang memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap tujuan, yaitu
sikap untuk menerima dan menghadapi risiko (risk propensity) atau menghindari
risiko (risk aversion) (Rohrmann, 2004). Persepsi risiko dan sikap risiko akan
risiko (risk behavior) yang ditampilkan. Situasi tidak pasti yang sama dapat
4
pada konsekuensi (Hillson & Murray-Webster, 2005). Seberapa besar risiko yang
ada dan kemungkinan untuk menerima risiko sangat dipengaruhi oleh jenis bahaya,
pengalaman pribadi, keyakinan dan sikap, serta pengaruh sosial yang ada. Dalam
kerangka teori paradigma psikometri, risiko diasumsikan secara subyektif oleh tiap
orang dan dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, institusional dan budaya
(Slovic, 1992).
dipengaruhi oleh faktor personal yang meliputi motivasi, nilai-nilai pribadi, harapan,
pola pikir, pengalaman dan budaya, juga kepribadian (Morris & Maisto, 2001). Dari
berbagai penelitian dalam Chauvin, Hermand, & Mullet (2007), faktor personal lain
yang juga mempengaruhi penilaian terhadap risiko adalah usia, gender, tingkat
control, pandangan dunia, keyakinan baru, sudut pandang, dan kepribadian klasik.
risiko telah banyak diteliti. Dalam penelitian Sjöberg dan af Wahlberg (2002)
nuklir dengan tiga faktor kepribadian menunjukkan adanya korelasi sebesar 0,23
penyimpangan akan dinilai sebagai suatu risiko yang umum. Dalam penelitian
Sjöberg yang lain tahun 2003 mengenai korelasi antara penilaian risiko pribadi
terhadap kebiasaan diet yang tidak baik dengan lima faktor kepribadian
kebiasaan diet yang tidak baik sebagai hal yang berisiko terhadap dirinya.
Sikap seseorang untuk mengambil risiko atau menghindari risiko dipengaruhi oleh
ada hubungan antara kepribadian dengan penilaian terhadap risiko atau persepsi
Kepribadian adalah suatu pola yang unik dari pikiran, perasaan dan perilaku
yang sifatnya menetap dan bertahan dari waktu ke waktu, dalam berbagai situasi
(Morris & Maisto, 2001). Salah satu pendekatan teori kepribadian yaitu teori sifat
(trait theories) menjelaskan bahwa kepribadian terdiri dari sifat-sifat atau disposisi
yang dikodekan dalam sistem syaraf sebagai struktur yang memandu perilaku secara
konsisten (Gordon Allport dalam Morris & Maisto, 2001). Sifat-sifat kepribadian
menjadi dasar dalam menilai karakter pribadi tiap orang, yang dipetakan dalam
model (B5/FFM) merupakan satu konsep teori kepribadian yang memetakan sifat
kedalam lima karakter atau tipe kepribadian yang terdiri dari conscientiousness,
kegagalan wirausahawan ditengah persaingan dan inovasi dunia usaha yang tinggi.
Chauvin, Hermand, & Mullet (2007) mengenai hubungan antara variabel kepribadian
dan persepsi risiko terhadap 8 tipe bahaya (produksi energi, polusi, seks, kecanduan,
senjata, aktivitas diluar, narkoba dan obat terlarang, jaminan kesehatan, berbagai
bahaya pribadi, dan penyimpangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor yang
persepsi risiko yang rendah sedangkan skor yang tinggi pada tipe agreeableness,
tinggi. Dalam penelitian sikap risiko dan kepribadian yang dilakukan oleh Nicholson,
Soane, & Willman (2005) mengenai kepribadian dan domain spesifik pengambilan
7
dimana sikap mengambil risiko ditunjukkan dengan skor yang tinggi pada
extraversion dan opennes to experience, dan dari skor rendah pada agreeableness,
persepsi risiko, sikap risiko, dan juga karakter kepribadian menjadi penting dalam
upaya pengelolaan risiko yang baik dan mendukung pengambilan keputusan yang
tepat terhadap bentuk risiko yang muncul. Hal ini terutama untuk profesi yang penuh
diperlukan guna mengelola potensi risiko atau risiko usaha yang dimilikinya.
Pengelolaan risiko yang tidak baik dikarenakan tidak adanya pemahaman yang jelas
Oleh karena itu penelitian ini ingin melakukan analisa terhadap persepsi risiko dan
sikap risiko pada para wirausahawan yang masih pemula beserta karakteristik
dan sikap terhadap risiko pada wirausahawan muda. Dengan demikian akan dapat
bentuk pelatihan, terutama yang terkait dengan hal-hal yang dibutuhkan dalam
1.2.1 Karakteristik kepribadian apa yang membentuk persepsi risiko dan sikap
1.2.2 Bagaimana persepsi risiko dan sikap risiko yang dimiliki wirausahawan
yang membentuk persepsi risiko dan sikap risiko, beserta bentuk persepsi risiko dan
sikap risiko yang dimiliki terkait dengan usaha yang dijalankannya sehingga mampu
kepribadiannya.
risiko dan sikap risiko yang dimiliki beserta dimensi karakteristik kepribadian
sehingga dapat menentukan perilaku yang tepat dalam menghadapi dunia usaha yang
penuh risiko.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
kondisi dimana sesuatu yang bernilai dipertaruhkan dengan hasil yang tidak pasti.
Dalam banyak teori perilaku dan psikologi, ketidakpastian dinilai sebagai mediator
penting dari respon manusia ketika berada pada situasi dengan hasil yang tidak
konstruk psikologis yang hanya ada dalam pikiran. Jika seseorang memiliki
pengetahuan yang lengkap maka orang tersebut tidak perlu merasakan ketidakpastian
(Windschitl and Wells, 1996). Dalam Hillson & Murray-Webster (2005) risiko
memiliki dua sisi yaitu ketidakpastian yang dapat diwujudkan sebagai probabilitas
atau konsekuensi. Kedua dimensi tersebut harus dipahami agar dapat membuat
keputusan yang tepat. Dimana pengambilan keputusan setiap Individu dan grup yang
Financial risks merupakan risiko yang berkaitan dengan hal-hal keuangan dan
biaya-biaya perusahaan, sepereti aset, biaya produksi, ongkos, pajak, suku bunga,
dan hutang. Nonfinancial risks merupakan risiko yang berkaitan dengan hal-hal
dan keselamatan kerja, kejahatan dan kecurangan kerja, dan kualitas dan
persaingan.
Dynamic risks adalah risiko yang berasal dari kondisi lingkungan eksternal yang
dsan konsumen. Static risks adalah risiko yang berasal dari situasi yang sudah
pasti dan dapat diprediksikan, seperti over time, dan kerusakan akibat kesalahan
manusia.
Speculative risks yaitu risiko yang disebabkan oleh situasi yang memiliki dua
kemungkinan untuk mengalami kerugian atau keuntungan. Pure risks yaitu risiko
mengalami kerugian atau tidak rugi. Pure riks dapat diklasifikasikan sebagai :
a. Personal risks yaitu risiko yang disebabkan oleh kemungkinan kerugian atas
pendpatan atau aset sebagai akibat dari kondisi kematian yang mendadak,
b. Property risks yaitu risiko pada properti yang meliputi kerugian secara
dialami akibat dari kerugian secara langsung, seperti tidak dapat beroperasinya
c. Liability risks yaitu risiko yang muncul dari kemungkinan kerugian atas aset
atau pendapatan yang akan didapat akibat kesalahan menilai, atau kerugian
akibat kesalahan hukum yang disengaja atau tidak disengaja, atau pelanggaran
d. Risks arising from failure of other yaitu risiko yang muncul dari pelanggaran
perjanjian atau kesepakatan yang telah dibuat oleh salah satu pihak.
Fundamental risks meliputi risiko yang berasal dari kelompok tertentu dan
ekonomi, sosial, dan politik. Particular risks meliputi risiko yang berasal dari
gedung.
karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda walaupun objeknya
sama. Hal ini dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri
pengertian dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit persepsi adalah
penglihatan yaitu bagaimana seseorang melihat sesuatu. Dalam arti luas persepsi
lingkungannya. Robins (1999: 124) persepsi adalah suatu proses dimana individu
disimpulkan persepsi adalah proses pemberian gambaran atau makna atas stimulus
berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki. Setelah itu diberikan respon
sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsangan. Setelah diterima
bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan
diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima dengan berbagai
cara. Dikatakan telah terjadi persepsi setelah data atau rangsangan tersebut berhasil
seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang
Sugiharto (2001) persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor yaitu pengalaman
masa lalu dan faktor pribadi. Menurut Stephen P. Robins terdapat tiga faktor yang
Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda atau peristiwa. Persepsi
terhadap sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secara teori melainkan
dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat. Hal tersebut yang
peristiwa yang sejenis dan memisahkan dari kelompok lain yang tidak serupa
3. Situasi
Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasi dimana persepsi
tersebut timbul, harus mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut
situasi risiko yang didasarkan pada pengalaman atau keyakinan yang dimiliki
(Slovic, 2000). Pada pendekatan paradigma psikometri, risiko dinilai sebagai hal
yang subyektif dan berada dalam pikiran yang dipengaruhi faktor psikologis, sosial,
risiko yang tergantung pada seberapa baik orang dalam memahami perubahan dan
dampaknya sebagai hal yang berbeda dari yang diperkirakan (Hillson & Murray-
keputusan yang sama akan mengambil keputusan yang berbeda tergantung pada
Pada beberapa orang mungkin akan merasa sangat tidak nyaman dengan
15
yang lain merasakan kenyamanan dengan ketidakpastian dan dipersepsi sebagai hal
yang dapat diterima sehingga tidak ada keinginan untuk menghindari ancaman. Pada
beberapa orang yang lain cukup mampu bertoleransi dengan ketidakpastian namun
yang lain merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dalam jangka waktu yang
lama sehingga mengambil tindakan jangka pendek untuk memberikan hasil jangka
panjang.
didorong oleh persepsi (Hillson & Murray-Webster, 2005). Respon ini disebut
sebagai sikap terhadap risiko. Sikap risiko adalah tindakan yang dipilih berdasarkan
terhadap tujuan (Hillson & Murray-Webster, 2006). Sikap risiko dipilih individu atau
grup ketika berhadapan dengan situasi risiko yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
terlihat dan terukur dari situasi dimana keputusan dibuat. Faktor ini meliputi
2. Bawah sadar (subconscious), meliputi mental jalan pintas yang dibuat untuk
Heuristic menyusun suatu mekanisme yang akan membuat situasi yang kompleks
3. Afektif (affective) adalah respon yang didasarkan pada emosional naluriah atau
Tiga faktor ini disebut dengan the triple strand. Ketiga faktor ini memiliki
Kepribadian didefinisikan sebagai suatu pola yang unik dari pikiran, perasaan
dan perilaku yang sifatnya menetap dan bertahan dari waktu ke waktu, dalam
berbagai situasi (Morris & Maisto, 2001). Dalam pendekatan teori sifat (trait
theories), menurut Gordon Allport (dalam Morris & Maisto, 2001) kepribadian
adalah sifat-sifat atau disposisi yang dikodekan dalam sistem syaraf sebagai struktur
yang memandu perilaku secara konsisten. Raymond Cattell (dalam Morris & Maisto,
2001) menggunakan teknik statistik yang disebut analisis faktor untuk menjelaskan
sifat.
karakteristik kepribadian (McRae & Costa (1997) dalam Halonen & Santrock
(1999)).
17
interpersonal dan memiliki karakteristik mudah bergaul, aktif, asertif, ambisi dan
bersemangat.
terhadap perubahan, aktif mencari hal baru, pengalaman baru, imajinatif, inovatif
dan reflektif.
dapat memaafkan orang lain, toleransi terhadap orang lain dan bekerja sama
keteraturan dan cara kerja yang sistematis, teratur, terarah, dan terencana.
kestabilan emosi.
2.7 Wirausahawan
dalam mengkreasi usaha baru. Ia juga merupakan individu yang optimis, memiliki
komitmen dan dorongan yang kuat untuk mencapai kepuasan dengan menjadi
mandiri (Kuratko & Hodgetts, 2007). Wirausahawan juga dikenali melalui perannya
sebagai manajer, agen perubahan ekonomi, dan individual (Wickham, 2006). Dalam
perannya sebagai manajer, wirausahawan dikenali dari aktivitas yang dilakukan dan
tanggung jawabnya sebagai pemilik usaha atau organisasi, pendiri usaha atau
yang ada, dan memiliki jiwa kepemimpinan. Perannya sebagai agen pembawa
mengenali dan mengelola risiko, memanfaatkan modal dan keuntungan yang didapat
segala informasi yang ada. Sebagai individual, wirausahawan dikenali sebagai the
great person yang mampu menjadi model bagi orang lain, memiliki kemampuan
kognisi dan pengambilan keputusan yang tepat, karakter kepribadian dan sifat-sifat
yang mendukung kesuksesan dimana kepribadian dan sifat juga terbentuk melalui
interaksi sosial, pengalaman dan kesempatan yang ada. Wirausahawan juga dikenal
sebagai individu yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi sosial yang
Menurut Kuratko & Hodgetts (2007) terdapat empat area risiko yang dihadapi oleh
wirausahawan, yaitu risiko keuangan, karir, keluarga dan sosial, dan risiko psikis.
Risiko keuangan terutama dialami ketika memulai usaha yang baru. Risiko karir
berkaitan dengan tidak adanya jenjang karir dan terjadi saat usaha yang dijalankan
belum stabil atau saat mengalami kegagalan. Risiko keluarga dan sosial muncul
waktu yang kurang dalam menjalin relasi dengan keluarga dan teman. Sedangkan
risiko psikis terjadi saat ada tekanan psikologis akibat aktivitas kewirausahaan.
Meski dihadapkan pada situasi yang berisiko, seorang wirausahawan harus mampu
McClelland D.C, Spenser L.M, dan Santiago J (1987) mengenai identifikasi dan
(India, Malawi, dan Equador) menunjukkan bahwa pengambil risiko sebagai salah
dan segera bertindak jika ada peluang, teguh, secara pribadi haus akan informasi,
memiliki standar mutu yang tinggi, berkomitmen dalam memenuhi kontrak atau
berorientasi pada penyelesaian masalah, memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
dorongan untuk mencapai tujuan dan bertumbuh, berorientasi pada tujuan dan
kesempatan, inisiatif dan tanggung jawab pribadi, gigih dalam memecahkan masalah,
letak kendali internal (internal locus of control), mampu menghadapi risiko dan
realistik dan memiliki selera humor, dan memiliki kebutuhan yang rendah akan
status dan kekuasaan. Soo Ji Min (1999) (dalam Kuratko dan Hodgetts, 2007)
bersumberdaya, kreatif, berorientasi pada masa depan, pemikir yang bebas, pekerja
memiliki energi yang tinggi, kreatif dan inovatif, berorientasi pada masa depan,
2.8 Analisis Persepsi Risiko (Risk Perception) dan Sikap Risiko (Risk Attitude)
dengan Karakteristik Pada Wirausahawan Muda
risiko usaha perlu dilakukan oleh para wirausahawan agar mampu mengidentfikasi
selalu dihadapkan pada situasi yang penuh ketidakpastian atau berisiko yang dapat
yang ada.
21
Kepribadian adalah suatu pola yang unik dari pikiran, perasaan dan perilaku yang
sifatnya menetap dan bertahan dari waktu ke waktu, dalam berbagai situasi. Sifat-
sifat kepribadian menjadi dasar dalam menilai karakter pribadi tiap orang yang
atau five-factor model (B5/FFM) merupakan satu konsep teori kepribadian yang
memetakan sifat kedalam lima karakter atau tipe kepribadian yang terdiri dari
agreeableness.
kepribadian B5/FFM dengan persepsi dan sikap risiko pada wirausahawan telah
BAB III
METODE PENELITIAN
menganalisa data terkait dengan persepsi risiko dan sikap risiko wirausahawan
pemula.
Penelitian analisis karakteristik dengan persepsi risiko dan sikap risiko pada
Penelitian analisis karakteristik dengan persepsi risiko dan sikap risiko pada
wirausahawan pemula dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juni 2014.
pemula, pemilik usaha yang bergerak diberbagai bidang dan telah menjalankan
rumusan masalah sampai dengan penyusunan alat ukur baik berupa kuesioner
maupun panduan wawancara. Untuk itu persiapan penelitian yang dilakukan adalah
penelitian.
alat ukur yang digunakan adalah kuesioner atau alat tes big-five personality dan
Tahap 1 : melakukan identifikasi dan analisa terhadap jenis risiko yang dihadapi
oleh wirausahawan pemula sesuai dengan jenis usaha dan lamanya usaha
Tahap 2 : melakukan analisa pada persepsi risiko dan sikap risiko yang dimiliki
wirausahawan pemula sesuai dengan jenis risiko dan bidang usaha yang
wawancara.
Ramdhani, 2012.
24
Tahap 4 : melakukan analisa keterkaitan antara jenis risiko, persepsi dan sikap
personality)
Cara yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Data berupa jenis risiko dan bentuk persepsi risiko dan sikap risiko yang
analisis data yang melibatkan pemilahan informasi menjadi tema-tema yang berupa
konsep atau gagasan yang sering muncul dan dikenali sebagai sumber data yang
dianalisis.
Hasil kuesioner atau alat tes akan diolah sesuai dengan pedoman skoring dan
Mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian ini akan mengikuti dan terlibat
dalam hampir semua aktivitas penelitian. Mulai dari pengambilan data awal,
penelitian dan pengaplikasian ilmu yang didapat. Selain itu diharapkan penelitian ini
BAB IV
ANALISA DATA
wawancara.
orang wirausahawan pemula yang mewakili 6 jenis usaha dengan rincian pada tabel
4.1 berikut:
Secara umum pengambilan data dilakukan mulai tanggal 26 Mei 2014 sampai
27 Juni 2014. Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh asisten
antara peneliti dengan informan yang sulit. Selain itu kesibukan peneliti juga menjadi
merupakan tabel 4.2. berupa jadwal wawancara dan penyebaran kuesioner yang telah
dilakukan:
risiko yang muncul, dampak dari risiko atau potensi risiko yang ada, persepsi
terhadap risiko atau potensi risiko, dan sikap terhadap risiko atau potensi risiko.
28
Hasil pengukuran terhadap bentuk risiko atau potensi risiko usaha didapatkan
hasil bahwa setiap jenis usaha memiliki risiko atau potensi risikonya masing-masing
sesuai dengan jenis usahanya. Seperti EC yang memiliki jenis usaha souvenir online
shop menyatakan bahwa untuk dapat membuat desain souvenir yang bagus sesuai
dengan keinginan konsumen dibutuhkan mood yang juga bagus. Ketika mood yang
dimiliki sedang dalam kondisi yang tidak baik maka akan berpengaruh pada desain
EC : “Design saya design kan trus dikirim ke dia tunggu fix baru kita
cetak. Suka balesnya lama banget sampe tengah malem gitu
baru dibales, orang udah tidur, apa lagi kan butuh mood kalo
mau design design kaya gitu. Moodnya itu kaya misalnya
kaya ngantuk itu udah nggak bisa ngerjain kalo udah
ngantuk. Kayanya itu otaknya udah drop lah, tidur aja
mungkin ya. Trus kaya yang lagi banyak kerjaan yang lain
kaya gitu. Itu biasanya nggak bisa ngerjain.”
31
jumlah stok yang sedikit sedangkan kebutuhan konsumen banyak bisa membuat
konsumen tidak jadi membeli. Selain itu properti usaha yang tidak dijaga dan
dikelola dengan baik juga menjadi risiko usaha bagi Jc. Seperti HP (handphone)
yang merupakan salah satu properti usahanya dalam menyimpan data konsumen atau
sebagai media promosi usaha ketika hilang dan datanya tidak semua di rekap
(backup) dalam bentuk yang lain, maka menghambat proses usahanya. Berikut
Jc : “Kadang itu kalo ada yang order.. ee… order banyak gitu ya trus
ternyata stok kita sisa sedikit, pasti kita order lagi kan trus
tenyata orang yang order ini nggak jadi, cancel. Kan gitu juga,
ya kita kan mau marah juga ya yak apa. Ya emang ada
kustomer yang kaya gitu.”
Jc : “Oh waktu itu aku BB ku ilang (tertawa). Waktu BB ku ilang ya
udah brarti customer ku ilang juga.”
Jc : “Rekapannya, ya kalo yang sudah, sudah.. ya itu kalo sudah ada,
sudah order aku rekap di kertas, cuman kalo kan kadang ada
orang yang beli hari ini terus nanti ae gitu. Lha kalo BB nya
ilang aku nggak ada contact buat…”
Pada partisipan Vc yang memiliki usaha cup cakes and tarts marketing atau
promosi menjadi hal yang berisiko bagi usahanya jika tidak dilakukan dengan baik.
Menurutnya jika romosi tidak dilakukan dengan gencar maka usahanya tidakakan
rekan-rekan kuliahnya dan rekan-rekan orang tuanya. Proses pengiriman kue yang
sudah jadi juga menjadi risiko tersendiri jika tidak dilakukan secara hati-hati. Hal ini
berkaitan dengan kondisi jalan dan kemungkinan kue untuk jatuh atau rusak. Risiko
usaha yang lain terkait dengan rencana membuka toko. Menurutnya membuka toko
32
memiliki potensi untuk menjadi risiko usaha dan bahkan risikonya lebih besar
dibandingkan dengan sistem online yang dijalankannya saat ini. Berikut pernyataan
yang mendukung:
ketidak sesuaian hasil dengan permintaan konsumen menjadi risiko dalam usaha
konveksinya. Selain itu ukuran baju dan batasan jumlah kuota pemesanan juga
menjadi risiko usaha konveksi. Dimana perbedaan ukuran baju yang menjadi contoh
dengan ukuran badan konsumen menjadi risiko tersendiri sehingga sering harus
mengukur sendiri. Demikian juga dengan batasan kuota pemesanan yang 3 lusin
tersebut. Bentuk risiko lainnya terkait dengan ketidak sesuaian antara harga yang
ditetapkan dengan jumlah kuota peserta travel and tour, jumlah makanan yang
kurang saat pelaksanaan travel and tour dan potensi mengalami kecelakaan selama
Dy, AP & DT : “Ee kalo di konveksi kita ada resiko bisanya gini bu,
untuk hasilnya itu kadang tidak sesuai dengan
permintaan gitu pertama.”
Dy, AP & DT : “Untuk ukuran kadang-kadang kita juga ada kendala.
Jadi kan kita juga untuk baju yang fitting itu kan
terbatas bu, jadi masih ada pinjem sana pinjem sini,
jadi terkadang sama orang itu ini aku masih bisa
pinjamkan yang S,M aja. Lalu untuk ukuran XL
33
Selain bentuk risiko atau potensi risiko yang berbeda sesuai dengan jenis
usahanya, juga terdapat beberapa bentuk risiko atau potensi risiko yang sama meski
jenis usahanya berbeda-beda. Berikut bentuk risiko atau potensi risiko yang sama:
1. Sikap konsumen merupakan bentuk risiko atau potensi risiko yang dialami oleh
beberapa jenis usaha seperti usaha souvenir online miliki EC, desain milik Ls, cup
cakes and tarts milik Vc, dan usaha travel and tour dan konveksi miliki Dy, AP &
DT. Bentuk risiko atau potensi risiko ini mulai dari sikap yang tidak konsisten dan
tidak pasti ketika memesan, sikap yang tidak sesuai dengan kesepakatan atau
34
perjanjian diawal, sikap yang negatif, sikap yang selalu minta dituruti sampai
2. Kualitas bahan baku juga menjadi salah satu bentuk risiko atau potensi risiko yang
dialami oleh EC pemilik usaha souvenir online, dan Jc pemilik usaha fashion
online. Bentuk risiko atau potensi risiko pada kualitas bahan baku mengarah pada
bahan dasar untuk membuat suatu produk atau memasarkan suatu produk
memiliki kualitas yang kurang baik atau tidak sesuai dengan standar. Seperti yang
dialami EC dimana mug yang dipesan untuk membuat souvenir memiliki kualitas
yang kurang baik, mudah pecah dan susah untuk dicetak. Hal ini juga berkaitan
EC : “Terkait mug nya itu apa susah di itu.. suka gagal cetak apa
namanya, resikonya kan gagal cetak trus suka pecah
gitu nah trus gitu resiko. Mugnya itu cacat. Jadi kita
nyetok dapet barang cacat.”
Pada Jc kualitas bahan baku juga menjadi risiko usahanya. Kondisi barang yang
cacat membuatnya tidak bisa dijual dan menjadi kerugian usaha baginya. Berikut
3. Kondisi ekonomi, perkembangan trend, dan keamanan juga merupakan hal yang
menjadi risiko atau potensi risiko usaha. Seperti yang dialami EC dalam usahanya
souvenir online. Harga bahan baku yang fluktuatif, naik turun, mengikuti
perubahan ekonomi menjadi salah satu potensi risiko usahanya. Selain itu
perkembangan trend yang maju dan berubah-ubah dapat berpotensi menjadi risiko
usahanya jika tidak diikuti dengan intens. Persaingan harga dengan usaha yang
sejenis juga menjadi potensi risiko bagi EC. Berikut pernyataan yang mendukung:
Hal yang saja juga dialami oleh Sh, dimana harga bahan baku yang mengikuti
fluktuasi nilai mata uang dollar juga menjadi risiko usahanya, selain birokrasi di
Harga bahan baku kue yang mengikuti kondisi ekonomi menjadi salah satu
potensi usahanya.
Vc : “Eee mungkin harga juga sih, kalo misalnya ini naik semua,
naiknya bisa sewaktu-waktu. Selama ini kan naiknya ga
terlalu parah, habis ini kan listriknya naik lumayan banyak
jadi bisa.”
Fluktuasi perubahan harga karena kondisi politik atau ekonomi juga menjadi
Dy, AP & DT : “Bisa dari kondisi politik atau apa yaa, banyak
lah bu perubahan kayak gitu yang kita
diberitahunya pun mepet-mepet. Tiba-tiba
hari ini apa harganya segini, kainnya
harganya segini, lalu kita hitung, kita
laporkan kepada konsumen segini. Kita beli
kain lagi nah harganya sudah beda, masa kita
mau hitung lagi ke konsumen”
37
4. Proses produksi yang berkaitan dengan proses pembuatan produk mulai dari awal
hingga menjadi produk yang siap jual atau sesuai permintaan konsumen juga bisa
menjadi suatu bentuk risiko atau potensi risiko terhadap usaha yang dijalankan.
Seperti yang dialami Ls ketika hasil laminasi tidak sesuai dengan standar dan
disebabkan bentuk risiko yang lain yaitu mood atau kondisi dan sikap dari
Ls : “Kadang mbaknya itu lagi ndak enak hati atau apa itu,
jadinya kerjanya cepat-cepat. Nah cepat-cepat itu
ngelaminasi. Nah ngelaminasi itu harusnya perlu dua
kali, tapi dia cuma sekali, terus dikomplain. Ndak mood
atau mungkin, mungkin dia bingung juga dengan
alatnya”
Ls : “Ya mungkin kesalahan kayak warna. Ya itu lagi,
pegawainya itu. Eee.. sebenarnya mampu sih cuma
kayak lagi males atau gimana akhirnya kan ndak
seberapa terlalu bagus hasilnya”
Hal yang sama juga dialami Sh terkait proses produksi percetakan dari awal
hingga akhir yang juga berisiko, dan hal ini juga berhubungan dengan bentuk
risiko usaha yang lain yaitu terkait dengan cara kerja karyawannya. Berikut
Pada usaha yang dijalankan Vc, potensi risiko terkait dengan proses produksi juga
menjadi permasalahan baginya. Hal ini terkait dengan penggunaan bahan dan
mendukung:
Risiko usaha yang sama juga dialami Dy, AP & DT dalam proses produksi
5. Kerjasama dengan pihak lain atau rekanan juga menjadi salah satu bentuk risiko
atau potensi risiko dari usaha Ls yang memiliki usaha di bidang desain pada
brosur, buku, nota, website dan profil perusahaan juga memiliki risiko atau
potensi risiko tersendiri yang membedakannya dengan usaha yang lainnya. Seperti
ketika menjalankan usaha dengan melibatkan rekan kerja desainer lain jurstru
menjadi potensi risiko bagi usahanya karena desainer rekanan tersebut bekerja
tidak sesuai dengan cara dan standar kerja yang ditetapkan pada usahanya. Berikut
Hal ini sama dengan yang dialami oleh Dy, AP & DT dalam menjalankan usaha
tour and travelnya dan konveksi. Dimana rekanan usaha juga menjadi risiko usaha
ketika mereka bekerja tidak sesuai dengan standar atau ketentuan yang dimiliki.
Risiko atau potensi risiko yang muncul tersebut membawa dampak atau
EC : “Resikonya… oh ini ada lagi bu, jadi barang.. apa.. mugnya itu
cacat. Jadi kita nyetok dapet barang cacat, iya bener nggak bisa
di pake”
Jc : “Kan itu harus nge-ready kan itu banyak lah. Nah itu kalo sampe
nggak habis kan juga ya.. rugi lah”
Sh : “Ternyata ee.. birokarasi dipemerintahannya ini agak rumit,
agak terlambat itu juga, klien kan juga marah juga”
41
Ls : “Dampaknya ya orang itu jadi apa ya? Lho kok gini hasilnya, ya
komplain kan gitu”
Dy, AP & DT : “Konsumennya paling banter ngomel terus”
“Itu akan jadi resiko kami, mengurangi profit kami”
“Wah kalau customer apa ee merasa kecewa, kita
juga kepercayaan kita menurun”
Vc : “Yaa lebih baik membuang bahannya daripada kehilangan
nama”
secara keseluruhan menilainnya sebagai hal yang harus dihadapi dan dicari
solusinya. Seperti EC yang menilai risiko sebagai hal yang biasa dan terkadang
membuat tidak nyaman, namun dihadapinya dan dinilai sebagai tantangan dalam
usahanya. Seperti juga Sh dan Vc yang menilai risiko sebagai hal yang biasa dan
membuat tidak nyaman namun juga penting untuk dihadapi. Jq dan Dy, AP & DT
menilai risiko sebagai hal yang dihadapi dengan pemikiran yang positif, dan
menilainya sebagai tantangan usaha. Ls juga menilai risiko sebagai hal yang harus
bahwa risiko atau potensi risiko yang muncul dihadapi dengan sikap yang tegar,
semangat, pantang takut dan tidak mudah menyerah dengan menyusun persiapan dan
yang muncul akan selalu dihadapinya. Dy, AP & DT juga menyatakan risiko yang
muncul dalam usahanya dihadapi dengan menyusun persiapan yang lebih baik
kedepannya. EC dan Jc mensikapi risiko yang muncul dengan sikap yang tegar,
semangat dan giat, tidak mudah menyerah dalam mencari solusi. Demikian juga
dengan Ls dan Sh yang menghadapi risiko atau potensi risiko dengan mencari
didapatkan hasil bahwa mayoritas skor tertinggi partisipan berada pada dimensi
Dari delapan partisipan penelitian, tiga orang memiliki skor tertinggi pada
tertinggi pada dimensi kepribadian openness to experience. Pada skor terendah, satu
orang pada dimensi kepribadian extraversion, dan tujuh orang memiliki skor
4.3.6 Analisis Persepsi Risiko (Risk Perception) dan Sikap Risiko (Risk Attitude)
dengan Karakteristik pada Wirausahawan Pemula
Dari seluruh hasil pengolahan data didapatkan bahwa persepsi risiko yang
dimiliki atas bentuk risiko atau potensi risiko usaha yang muncul mendasari tindakan
menilai risiko atau potensi risiko sebagai bentuk pembelajaran dalam menjalankan
usahanya yang harus dihadapi, juga ditunjukkan dengan tindakan yang dipilihnya
45
untuk menghadapi risiko atau potensi risiko yang muncul yaitu mencari alternatif
terhadap bentuk risiko atau potensi risiko dari usahanya. Penilaiannya ini didukung
dengan sikap yang tegar, semangat dan giat dalam menghadapinya. Berikut
Jc : “Jadi orang bilang kalo gak laku gimana, kalo aku sih positif
thinking”
Jc : “Ya kalo sudah mulai dari nol sih aku ya lebih giat lagi. Tetep
ya itu dari giat situ sih”
Hal ini sejalan dengan teori Hillson & Murray-Webster (2005) yang
persepsi. Persepsi yang berbeda terhadap bentuk risiko atau potensi risiko usaha yang
ada akan memunculkan sikap yang juga berbeda meskipun bentuk risiko atau potensi
risikonya sama. Hal ini mendukung pernyataan Slovic (1992 & 2000) bahwa risiko
dinilai sebagai hal yang subyektif dan berada dalam pikiran yang dipengaruhi faktor
psikologis, sosial, lembaga, dan budaya, dan juga didasarkan pada pengalaman atau
sejalan dengan pernyataan Morris & Maisto (2001) dalam teorinya yang menyatakan
dipengaruhi oleh faktor personal yang meliputi motivasi, nilai-nilai pribadi, harapan,
pola pikir, pengalaman dan budaya, juga kepribadian. Kepribadian sebagai salah satu
faktor personal yang mempengaruhi persepsi terhadap risiko juga ditunjukkan melalui
personality.
Persepsi dan sikap terhadap risiko yang dimiliki Ls yang menilai risiko
terhadap perubahan, aktif mencari hal baru, pengalaman baru, imajinatif, inovatif dan
reflektif. Demikian juga dengan tipe kepribadian Jc yang agreeableness juga sejalan
dengan persepsi dan sikapnya terhadap risiko. Dimana penilaian positif terhadap
bentuk risiko atau potensi risiko didukung dengan sikap yang tegar, semangat dan
giat dalam menghadapinya sejalan dengan ciri kepribadian yang berhubungan dengan
percaya, dapat memaafkan orang lain, toleransi terhadap orang lain dan bekerja sama
dengan orang lain. Secara lengkap hasil analisa dapat dilihat pada tabel 4.3.5 berikut:
BAB V
5.1 Kesimpulan
dan Sikap Risiko (Risk Attitude) dengan Karakteristik pada Wirausahawan Pemula
1) Bentuk risiko atau potensi risiko usaha menunjukkan bahwa setiap usaha
memiliki risiko atau potensi risiko yang berbeda-beda sesuai dengan jenis usaha
2) Bentuk risiko atau potensi risiko usaha juga menunjukkan adanya kesamaan
walaupun jenis usaha dan karakteristiknya berbeda. Risiko atau potensi risiko
tersebut terkait dengan sikap konsumen, kualitas bahan baku, perubahan atau
3) Dampak dari risiko atau potensi risiko usaha yang ada adalah kerugian pada
4) Persepsi yang dimiliki terhadap risiko atau potensi risiko usaha meliputi adanya
perasaan tidak nyaman terhadap bentuk risiko atau potensi risiko yang muncul.
Namun demikian risiko atau potensi risiko yang ada juga dinilai sebagai hal yang
positif dan dihadapi dengan pemikiran yang positif, serta dianggap sebagai
sebuah tantangan dan proses pembelajaran agar kedepan mebjadi lebih baik.
49
5) Sikap yang dipilih terhadap risiko atau potensi risiko usaha yang ada adalah
dengan bersikap tegar dan tetap semangat, pantang menyerah dan takut, juga
dan extraversion.
5.2 Saran
Proses identifikasi terhadap bentuk risiko atau potensi risiko dapat terus
disertai dengan analisa terhadap persepsi risiko dan sikap risiko yang dimiliki
terhapat bentuk risiko atau potensi risiko yang akan dihadapi sesuai dengan jenis
dan sikap risiko dari pemilih usaha (wirausahawan) untuk kemudian menentukan
Sesuai dengan visi fakultas untuk menjadi agen perubahan dan pusat
dengan para wirausahawan maupun instansi yang menaunginya. Selain itu juga
workshop.
51
DAFTAR PUSTAKA
Caliendo, M., Fossen, F., & Kritikos, A. (2008). The impact of risk attitudes on
entrepreneurial survival. IZA Discussion Paper No. 3525
Chauvin, B., Hermand, D., & Mullet, E. (2007). Risk perception and personality
facets. Risk Analysis, Vol. 27, No. 1
Halonen, J. S., & Santrock, J. W. (1999). Psychology contexts & applications third
edition. United State: McGraw Hill
Highhouse, S. & Yuce, P. (1996). Perspectives, perceptions and risk taking
behaviour, Organizational Behavior and Human Decision Processes, 65 (2),
159-167
Hillson, D. A. & Murray-Webster R. (2005). Understanding and managing risk
attitude. Aldershot, UK: Gower
Hillson, D. A. & Murray-Webster R. (2006). Managing Risk Attitude using
Emotional Literacy. PMI Global Congress EMEA Proceedings – Madrid,
Spain
Kuratko D. F. & Hodgetts R. M. (2007). Entrepreneurship: Theory, Process,
Practice. Canada: Thomson South-Western
Morris, C. G. & Maisto, A. A. (2001). Understanding psychology fifth edition. New
Jersey: Prentice Hall
Project Management Institute. (2004). A Guide to the Project Management Body of
Knowledge (PMBoK), (Third Edition). Newtown Square, PA, US: Project
Management Institute
Ramdhani, N. (2012). Adaptasi bahasa dan budaya inventori big five. Jurnal
Psikologi, Vol. 39, No. 2, 189-207
Rosa, E. A. (2003) The ligical structure of the social amplification of risk framework
(SARF): Metatheoretical foundation and policy implication. Dalam N. K.
Pidgeon, R. E. & Slovic, P (Ed.), The social amplification of risk. (pp. 47-79).
Cambridge: Cambridge University Press
Sjöberg, L., Elin Moen., & Rundmo, T. (2004). Explaining risk perception. An
evaluation of the psycometric paradigm in risk perception research.
Trondheim, Norway: Rotunde Publikasjoner
Sjöberg, L. & af Wahlberg, A. (2002). Risk perception and new ages beliefs. Risk
Analysis, 22, 751-764
Slovic, P. (1992). Perception of risk: reflection on the psycometric paradigm. dalam
S. Krimsky and D. Golding (Eds), Social theories of risk (pp.117-152).
Westport, CT: Praeger
Slovic, P. (2000). The perception of risk. London: Earthscan
Sutanto, A. (2002). Kewirausahaan. Jakarta: Ghalil Indonesia.
Vaughan, Emmett J. (1997). Risk Management. Canada, Jhon Wiley & Sons.
52