Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Pada Gangguan

Hormon Hipertiroid

KELOMPOK 2 (KELAS 2C)

BERNADET APRIANI (C1814201110)


CANTIKA W.V. KEMBUAN(C1814201111)
CICILIA DORANTES PALPIALY(C1814201112)
DESSY NATALIA LATUMENASE(C1814201113)
DIAN ASTRID MADIKA(C1814201114)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS


MAKASSAR, 2019/2020

KONSEP DASAR MEDIK


A. PENGERTIAN HIPERTIROID
Hipertiroid adalah keadaan dimana terjadinya peningkatan
hormone tiroid lebih dari yang dibutuh kantubuh. Hipertiroidme adalah
peningkatan produksi dan sekresi hormone tiroid oleh kelenjar tiroid.Tirot
oksikosis adalah sindromklinis yang diakibatkan oleh peningkatan tiroksin
(T4) atau triiodotironin (T3). Tirotoksikosis merupakan istilah yang
digunakan dalam manefestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh
distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid.Angka kejadian pada
hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada
usia antara 20-40 tahun.

B. ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR HIPERTIROID


1. Anatomi fisiologi kelenjar tiroid

a. Anatomi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus yang berada di
kanan dan kiri trakea anterior dan dihubungkan oleh suatu
isthmus. Isthmus kelenjar tiroid terletak tepat dibawah
kartilago tiroid, dipertengahan antar apeks kartilagodan
insisura suprasternum. Berat kelenjar pada orang normal,
seperti yang ditentukan oleh pemeriksaan ultrasonik
bervariasi tergantung pada iodin dari makanan,umur, dan
berat badan. Tetapi, pada orang dewasa beratnya sekitar
15- 25 g. Pada sekitar 48% orang, lobus kanan dari
kelenjar tiroid ini didapati lebih besar dari kiri, sedang pada
12% orang didapati lobus kiri lebih besar dari kanan.
Kelenjar tiroid mempunyai suplai darah yang kaya. Aliran
darah ke kelenjar tiroid adalah sekitar 5ml/g/menit dan
pada penderita hipertiroidisme aliran darah ke kelenjar ini
meningkat.
b. Embriologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin
pertama yang berkembang dalam tubuh yang berkembang
sekitar 24 hari setelah kehamilan. Kelenjar berasal dari
proliferasi sel- sel epitel endodermal pada permukaan
dasar faring yang berkembang. Sisi pertama
perkembangan berada di dua struktur kunci yaitu
tuberculum impar dan kopula, yang dikenal sebagai
foramen sekum. Tiroid pertama kali berkembang ke kaudal
menuju tuberculum impar, yang juga dikenal sebagai tunas
lidah tengah. Penebalan embrionik muncul dari lengkung
faringeal pertama dan terjadi di tengah dasar faring yang
berkembang membantu membentuk lidah sebagai
penebalan dua lidah lateral yang menumbuhkannya.
Prekusor tiroid pertama (tiroid premordium) mulai
sebagai garis penebalan sederhana dan berkembang
membentuk divertikulum tiroid. Struktur pertama kali
kosong walaupun selanjutnya memadat dan menjadi dua
lobus, Kedua lobus berada pada samping garis tengah dan
dihubungkan oleh isthmus. Turunnya kelenjar tiroid
pertama kali terjadi anterior terhadap lorong faringeal.
Pada titik ini tiroid masih berhubungan dengan lidah
melalui duktus triglosus. Tubulus selanjutnya memadat
pada kehamilan 7 – 10 minggu. Penurunan kelenjar lebih
lanjut menuju anterior atau ventral tulang tiroid lalu ke
anterior kartilago laring.
c. Struktur Hormon Tiroid
Hormon tiroid unik karena mengandung 59-65%
unsur iodin. Tironin yang diiodinisasi diturunkan dari
iodinisasi cincin fenolik dari residu tirosin dalam tiroglobulin
membentuk mono- dan diiodotirosin, yang digabungkan
membentuk T3 atau T4.
d. Fisiologi Hormon Tiroid
Iodium adalah trace element dalam tubuh manusia,
dan ini merupakan substrat esensial dalam pembentukan
hormon tiroid. Kebutuhan anak- anak 40 – 120 mg/hr dan
dewasa 150 mg/ hr. Iodium masuk ke sel sel folikuler
kelenjar tiroid dalam bentuk iodium inorganik dan
ditransformasikan ke dalam tahapan langkah metabolik
menjadi tiroksin ( T4 ) dan triiodotironin ( T3 ). Kelenjar
tiroid menangkap sekitar 60 mgiodium perhari untuk
menjaga suplai tiroksin adekuat. Biosintesis hormon tiroid
merupakan suatu urutan langkah-langkah proses yang
diatur oleh enzim-enzim tertentu.
Fungsi dari hormon-hormon tiroid antara lain adalah:
a. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-
duanya
b. Meningkatkan metabolisme karena peningkatan
komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini
pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testes.
Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun
berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih
cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih
singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya
dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah
dilepaskan dari folikel kelenjar.
c. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus
khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.
d. Merangsang pembentukan sel darah merah
e. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai
kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat
metabolisme
f. Bereaksi sebagai antagonis insulin Tirokalsitonin
mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama
menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat
reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium
serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan
pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan
kalsium serum akan merangsang pengeluaran
tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan
sekresi gastrin di lambung.

C. ETIOLOGI
Penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit
graves, nodultiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid.
1. Adenoma Hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisi dan jarang
terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atautoksik goiter diffuse merupakan penyakit
yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya
antibodi yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang
melekati sel-seltiroid. Penyakit Graves merupakan kelainan autoimun
dimana autoantibodi yang teraktivitas akan berikatan dengan reseptor
dari THS sehingga menyebabkan rangsangan produksi dan sekresi
hormon tiroid secara terus menerus disamping juga menyebabkan
penambahan ukuran dari kelenjar tiroid. TSI menirutindakan THS dan
merangsang tiroid untuk membuat hormone tiroid terlalu banyak.
Penyakit ini dicirikan adanya hipertioidisme, pembesaran kelenjar
tiroid (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).
3. Tiroiditis
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan
oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus
dan pneumococcus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid , kerusakan sel dan peningkatan
jumlah hormon toroid.
Tiroiditis dikelompokkan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis
postpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan. Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8 persen
wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini
karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis sub akut, tiroiditis
wanita dengan postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum
kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga
disebabkan karena autoiumun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi
mungkim juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi
dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan
sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipotiroid, pemberian obat-obatan hipotiroid untuk
menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat
menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.

D. PATOFISIOLOGI
Pasien dengan hipertiroid menunjukkan adanya sekresi hormone
tiroid yang lebih banyak, karena fungsi berbagai faktor penyebab yang
tidak dapat dikontrol melalui mekanisme nornal. Peningkatan hormon
tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya
aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan
banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju
metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan
metabolisme, sehingga berat badan pasein akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan
degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan
protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi pningkatan reseptor beta
adrenergik, sehingga denyut nadi menjado lebih cepat, peningkatan
kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon
adrenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap
sekresi dan metabolisme hipotalamus, hipofisis dalam mensekresi
hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas
mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada
usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi
tidak terartur.

E. MANEFESTASI KLINIS
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten,
tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi
disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernapasan
Pernapasan cepat dan dalam, bernapas pendek, penurunan
kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan
berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan
protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal,
hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.

6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak
toleran panas, keadaan rambur lurus, lembut, halus dan mungkin
terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup, gelisah,
emosi tidak stabil sepertu kecemasan, curiga, tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido,
impoten.
10. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bolah mata menonjol ke depan seperti mau
keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penumbunan karbohidrat
kompleks yang menahan air di belakang mata. Retensi cairan ini
mendorong bola mata ke depan sehingga bola mata nampak
menonjol keluar ronggaa orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi
kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata
menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
Ciri-ciri pasien hipertiroidisme
1. Tremor dan tampak gugup
2. Otot terasa lemas
3. Cepat lelah
4. Berat badan menurun walupun nafsu makan meningkat
5. Intoleransi terhadap cuaca panas
Biasanya, pasien ini menunjukkan emosi yang labil, insomnia, dan
untuk wanita terjadi amenorea.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70-250 ng/dl atau 1.2-3.4 SI
unit).
b. Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4-12 mcg/dl atau 51-154 SI
unit).
c. In deks T4 bebas, meningkat (N: 0.8-2.4 ng/dl atau 10-31 SI unit).
d. T3RU, meningkat (N:24-34%).
e. THR stimulation test, menurun atau tidak ada respon THS
f. Tiroid antibodi antiglobulan antibodi, titer antiglobulin antibodi
tinggi (N: titer<1 : 100).
g. Tirotropin resseptor antobodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada
penyakit graves.

2. Tet penunjang lainnya


a. CT Scan tiroid
Untuk mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Lodine
radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur
pengambilan iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24
jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
b. USG kelenjar tiroid
Untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid
apakah massa atau nodule.
c. EKG
Untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial
fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada hipertiroid yaitu:
1. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini
disebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian
belakang bola mata. Biasanya terjadi pada pasien dengan panyakit
graves.
2. Penyakit jantung
Terutama karsioditis dan gagal ginjal.
3. Stroma tiroid (tirotoksikosis)
Pada periode akut pasien mengalami dengan deman tinggi,
takhikardia berat, derilium, dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem.
Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan
harus lebih khusus. Faktor presepitasi yang berhubungan dengan
tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak
tertangani, infeksi, ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak
infark, over dosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid
adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat
konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap
jaringan tubuh. Obat-obat yang diberikan untuk menghambat kerja
hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glucocorticoid,
dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan
untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatetik dan takikardia.

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobata adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid
ke keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan
mengurangi gejala tidak nyaman. Tidak bekerja pengobatan tunggal
untuk sema orang. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod
dan pembedahan.
1. Obat-obat anti tiroid (OAT)
a. Propylthiouracil (PTU)
Merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai efek
samping agranulocitosis sehingga sebelum diberikan harus dicek
sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tabket 50 dan 100
mg.
b. Methimozole (tapazole)
Bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid dalam tubuh.
Obat ini mempunyai efek sampaing agranulositosis, nyeri kepala,
mual muntah, diare, jaudisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 5 dan 20 mg.
c. Adrenargik bloker
Seperti propanolol dapat diberikan untuk mengontrol aktivitas
saraf simpatetik, misalnya adanya takhikardia, palpitasi, tremor.
d. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi,
PTU 300-600 mg/hr atau methimazole 40-45 mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radioaktif iodine-131, yodium radioaktif secara bertahap akan
menghancurkan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak
akan menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy).
Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek
samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan
suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein,
3000-4000 kalori.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN 11 POLA GORDON


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kurangnya pengetahuan klien tentang penyebab serta faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertiroid.
2. Pola nutrisi dan metabolik
Berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat.
3. Pola eliminasi
Klien mengalami konstipasi/kesusahan dalam BAB dan BAK
berkurang.
4. Pola aktivitas dan latihan
Klien merasa cepat lelah bila beraktivitas
5. Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami susah tidur dan istirahat karena khawatir pada
penyakitnya dan juga sensitif terhadap cuaca panas
6. Pola kognitif
Klien khawatir terhadap penyakit yang sedang dideritanya
7. Pola persepsi dan konsep diri
Klien kehilangan kepercayaan dirinya dan lebih sering tampak gugup
8. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Klien biasanya menunjukkan emosi yang yang labil dan mengalami
insomia
9. Pola reproduksi dan seksualitas
Pada wanita biasanya terjadi amenorea (Tidak mengalami
menstruasi).
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Klien mengalami emosi yang labil memicu terjadinya stress.
11. Pola nilai kepercayaan
Beribadah namun tidak maksimal di karenakan dalam kelamahan
tubuh.
B. Diagnosa keperawatan

1. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung.


2. Deprivasi tidur b/d aktivitas di siang hari yang tidak adekuat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan makan.

C. Perencanaan Keperawatan

NO. Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan Perawatan


b/d perubahan frekuensi tindakan keperawatan jantung :
jantung. selama 3X 24 jam 1. Pastikan tingkat
diharapkan aktivitas pasien
penurunan curah yang tidak
jantung dapat teratasi membahayakan
dengan kriteria hasil: curah jantung atau
pemprovokasi
1. Tekanan serangan jantung.
darah sistolik 2. Intruksikan pasien
dipertahankan tentang pentingnya
pada skala 2 untuk segera
ditingkatkan ke melaporkan bila
skala 3. merasakan nyeri
2. Tekanan dada.
darah diastole 3. Monitor ttv secara
dipertahankan rutin.
pada skala 2 4. Monitor toleransi
ditingkatkan ke aktivitas pasien.
skala 3 5. Bangun hubungan
3. Kekuatan nadi saling mendukung
brakialis kanan antara pasien dan
dipertahankan keluarga.
pada skala 2
ditingkatkan ke
skala 3.
4. Kekuatan nadi
brakialis kiri
dipertahankan
pada skala 2
ditingkatkan ke
skala 3.

2. Deprivasi tidur b/d Setelah dilakukan Pengurangan


aktivitas di siang hari tindakan keperawatan Kecemasan:
yang tidak adekuat selama 3X 24 jam
diharapkan deprivasi 1. Kaji untuk tanda
tidur dapat teratasi verbal dan
dengan kriteria hasil : nonverbal
1. pola tidur kecemasan
dipertahankan 2. Lakukan usapan
pada skala 1 pada punggung
ditingkatkan atau leher dengan
ke skala 5. cara yang tepat.
2. Tidak dapat 3. Instrusikan klien
beristirahat menggunakan
dipertahankan teknik rileksasi.
pada skala 1 4. Berikan aktivitas
ditingkatkan pengganti yang
ke skala 5. bertujuan untuk
3. Perasaan mengurangi
gelisa tekanan.
dipertahankan
pada skala 1 Peningkatan tidur:
ditingkatkan 1. Tentukan pola tidur
ke skala 5. atau aktivitas
pasien
2. Monitor pola tidur
pasien dan catat
kondisi fisik
3. Anjurkan pasien
untuk memantau
pola tidur.
4. Dorong
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
penekanan tidur
REM.
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manejemen
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan gangguan
kebutuhan tubuh b/d selama 3X 24 jam makan :
ketidak mampuan makan diharapkan 1. Ajarkan dan
ketidakseimbangan dukung konsep
nutrisi dapat teratasi nutrisi yang baik
dengan kriteria hasil: dengan klein.
1. Produksi 2. Dorong klien
ludah mendiskusi
dipertahankan makanan yang
pada skala 3 disukai dengan ahli
ditingkatkan gizi.
ke skala 4. 3. Timbang berat
2. Kemampuan badan klien secara
mengunyah rutin.
dipertahankan 4. Batasi makanan
pada skla 2 sesuai dengan
ditingkatakan jadwal, makanan
ke skala 4 pembuka dan
3. Penerimaan makanan ringan.
makan 5. Monitor perilaku
dipertahankan klien yang
pada skala 1 berhubungan
ditingkatkan dengan pola
ke skala 4. makan,penambaha
4. Tidak nyaman n dan kehilangan
dalam berat badan.
menelan 6. Batasi aktivitas
dipertahankan fisik sesuai
pada skala 1 kebutuhan untuk
ditingkatkan meningkatkan
ke skala 4. berat badan.

C. Implementasi dan Evaluasi


No. Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. Penurunan curah 1. Memastikan 1. Tekanan darah


jantung tingkat sistolik deviasi
aktivitas sedang dari
pasien yang kisaran normal.
tidak 2. Tekanan darah
membahayaka diastole deviasi
n curah sedang dari
jantung atau kisaran normal.
pemprovolasi 3. Kekuatan nadi
serangan brakialis kanan
jantung. deviasi sedang
2. Mengintruksik dari kisaran
an pasien normal.
tentang 4. Kekuatan nadi
pentingnya brakialis kiri deviasi
untuk segerah sedang dari
melaporkan kisaran normal.
bila
merasakan
nyeri dada.
3. Memonitoring
TTV secara
rutin.
4. Memonitoring
toleransi
aktivitas
pasien.
5. Membangun
hubungan
saling
mendukung
antara pasien
dan keluarga.

2. Deprivasi tidur b/d 1. Mengkaji 1. Pola tidur tidak


aktivitas di siang hari untuk tanda terganggu
yang tidak adekuat verbal dan 2. Tidak dapat
nonverbal beristirahat : Tidak
kecemasan ada
2. Melakukan 3. Perasaan gelisa :
usapan pada Tidak ada.
punggung
atau leher
dengan cara
yang tepat.
3. Menginstrusik
an klien
menggunakan
teknik
rileksasi.
4. Memberikan
aktivitas
pengganti
yang
bertujuan
untuk
mengurangi
tekanan.
5. Menentukan
pola tidur atau
aktivitas
pasien
6. Memonitor
pola tidur
pasien dan
catat kondisi
fisik
7. Menganjurkan
pasien untuk
memantau
pola tidur.
8. Mendorong
penggunaan
obat tidur
yang tidak
mengandung
penekanan
tidur REM.

3. Ketidakseimbangan 1. Mengajarkan 1. produksi ludah sedikit


nutrisi kurang dari dan dukung terganggu
kebutuhan tubuh konsep nutrisi 2. kemampuan menguyah
yang baik sedikit terganggu
dengan klein 3. penerimaan makanan
2. Mendorong sedikit terganggu
klien 4. tidak nyaman dengan
mendiskusi menelan sedikit
makanan yang terganggu.
disukai
dengan ahli
gizi
3. Menimbang
berat badan
klien secara
rutin
4. Membatasi
makanan
sesuai dengan
jadwal,
makanan
pembuka dan
makanan
ringan
5. Memonitoring
perilaku klien
yang
berhubungan
dengan pola
makan,penam
bahan dan
kehilangan
berat badan
6. Membatasi
aktivitas fisik
sesuai
kebutuhan
untuk
meningkatkan
berat badan
D. Peran dan fungsi perawat dalam merawat pasien dengan gangguan
Hormon Tiroid (Hipertiroid)
Peran pelaksanaan (care giver), perawat memberikan asuhan
keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu, keluarga dan masyarakat. dalam perannya perawat bertindak:
1. Sebagai comforter (memberikan rasa aman dan nyaman bagi klien)
2. sebagai communicator (mediator) antara klien dengan anggota
tim kesehatan lainnya)
3. Sebagai protector dan advodkat (melindungi dan menjamin
keseimbangan hak dan kewajiban klien)
4. Sebagai rehabilitator (mengembalikan fungsi organ atau bagian
tubuh agar sebuh atau berfungsi normal)
Selain peran pelaksanaan perawat berperan sebagai pendidik ;
5. Sebagai health educator, perawat berperan untuk mendidik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga
keperawatan atau kesehatan yang berada dibawah tanggung
jawabnya. Berupa penyuluhan kesehatan maupun bentuk
desiminasi ilmu.
Peran lain yang perlu dijalani perawat adalah peran sebagai
pengelolah, perawat berperan dan bertanggungjawab dalam
mengelolah pelayanan maupun pendidikan keperawatan sesuai
dengan konsep manajemen keperawatan termasuk memfasilitasi
suatu perubahan atau inovasi. peran sebagai peneliti, dalam
perannya ini perawat di harapkan mampu mengidentifikasi
masalah hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan yang di berikan kepada pasien.

E. Pendidikan kesehatan bagi pasien gangguan hipertiroid


1. Menganjurkan pasien mengatur pola nutrisi dengan tinggi kalori dan
tinggi protein 3000-4000 kalori
2. Menganjurkan pasien minum obat-obatan anti tiroid secara teratur
dan sesuai dosis
3. Menganjurkan pasien menghindari hal-hal pemicu terjadinya
peningkatan hormon tiroid contohnya mengkonsumsi makan tinggi
iodium

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani Reni Y.2014. Asuhan Keperawatan Geronik. Jakarta : CV. Trans Info
Media.

Baradero, Mary,dkk.2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC

Brunner dan Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Rumorbo, Hotman.2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem


Endokrin. Jakarta: EGC.

Tarwoto,dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.


Jakarta : CV. Trans Info Media

Aini nur, dkk.2016.Asuhan Keperawatan Pada Sistem Endokrin dengan


Pendekatan Nanda Nic Noc.Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai