MAKALAH KMB 2 Kel
MAKALAH KMB 2 Kel
Hormon Hipertiroid
C. ETIOLOGI
Penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit
graves, nodultiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid.
1. Adenoma Hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisi dan jarang
terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atautoksik goiter diffuse merupakan penyakit
yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya
antibodi yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang
melekati sel-seltiroid. Penyakit Graves merupakan kelainan autoimun
dimana autoantibodi yang teraktivitas akan berikatan dengan reseptor
dari THS sehingga menyebabkan rangsangan produksi dan sekresi
hormon tiroid secara terus menerus disamping juga menyebabkan
penambahan ukuran dari kelenjar tiroid. TSI menirutindakan THS dan
merangsang tiroid untuk membuat hormone tiroid terlalu banyak.
Penyakit ini dicirikan adanya hipertioidisme, pembesaran kelenjar
tiroid (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).
3. Tiroiditis
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan
oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus
dan pneumococcus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan
pembesaran pada kelenjar tiroid , kerusakan sel dan peningkatan
jumlah hormon toroid.
Tiroiditis dikelompokkan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis
postpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi
pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan. Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8 persen
wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini
karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis sub akut, tiroiditis
wanita dengan postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum
kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga
disebabkan karena autoiumun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi
mungkim juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi
dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan
sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipotiroid, pemberian obat-obatan hipotiroid untuk
menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat
menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.
D. PATOFISIOLOGI
Pasien dengan hipertiroid menunjukkan adanya sekresi hormone
tiroid yang lebih banyak, karena fungsi berbagai faktor penyebab yang
tidak dapat dikontrol melalui mekanisme nornal. Peningkatan hormon
tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya
aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan
banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju
metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan
metabolisme, sehingga berat badan pasein akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan
degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan
protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi pningkatan reseptor beta
adrenergik, sehingga denyut nadi menjado lebih cepat, peningkatan
kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon
adrenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap
sekresi dan metabolisme hipotalamus, hipofisis dalam mensekresi
hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas
mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada
usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi
tidak terartur.
E. MANEFESTASI KLINIS
1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten,
tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi
disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernapasan
Pernapasan cepat dan dalam, bernapas pendek, penurunan
kapasitas paru.
3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan
berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan
protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal,
hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak
toleran panas, keadaan rambur lurus, lembut, halus dan mungkin
terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup, gelisah,
emosi tidak stabil sepertu kecemasan, curiga, tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido,
impoten.
10. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bolah mata menonjol ke depan seperti mau
keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penumbunan karbohidrat
kompleks yang menahan air di belakang mata. Retensi cairan ini
mendorong bola mata ke depan sehingga bola mata nampak
menonjol keluar ronggaa orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi
kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata
menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
Ciri-ciri pasien hipertiroidisme
1. Tremor dan tampak gugup
2. Otot terasa lemas
3. Cepat lelah
4. Berat badan menurun walupun nafsu makan meningkat
5. Intoleransi terhadap cuaca panas
Biasanya, pasien ini menunjukkan emosi yang labil, insomnia, dan
untuk wanita terjadi amenorea.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70-250 ng/dl atau 1.2-3.4 SI
unit).
b. Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4-12 mcg/dl atau 51-154 SI
unit).
c. In deks T4 bebas, meningkat (N: 0.8-2.4 ng/dl atau 10-31 SI unit).
d. T3RU, meningkat (N:24-34%).
e. THR stimulation test, menurun atau tidak ada respon THS
f. Tiroid antibodi antiglobulan antibodi, titer antiglobulin antibodi
tinggi (N: titer<1 : 100).
g. Tirotropin resseptor antobodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada
penyakit graves.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada hipertiroid yaitu:
1. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini
disebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian
belakang bola mata. Biasanya terjadi pada pasien dengan panyakit
graves.
2. Penyakit jantung
Terutama karsioditis dan gagal ginjal.
3. Stroma tiroid (tirotoksikosis)
Pada periode akut pasien mengalami dengan deman tinggi,
takhikardia berat, derilium, dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem.
Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan
harus lebih khusus. Faktor presepitasi yang berhubungan dengan
tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak
tertangani, infeksi, ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak
infark, over dosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid
adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat
konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap
jaringan tubuh. Obat-obat yang diberikan untuk menghambat kerja
hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glucocorticoid,
dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan
untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatetik dan takikardia.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobata adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid
ke keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan
mengurangi gejala tidak nyaman. Tidak bekerja pengobatan tunggal
untuk sema orang. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod
dan pembedahan.
1. Obat-obat anti tiroid (OAT)
a. Propylthiouracil (PTU)
Merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai efek
samping agranulocitosis sehingga sebelum diberikan harus dicek
sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tabket 50 dan 100
mg.
b. Methimozole (tapazole)
Bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid dalam tubuh.
Obat ini mempunyai efek sampaing agranulositosis, nyeri kepala,
mual muntah, diare, jaudisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 5 dan 20 mg.
c. Adrenargik bloker
Seperti propanolol dapat diberikan untuk mengontrol aktivitas
saraf simpatetik, misalnya adanya takhikardia, palpitasi, tremor.
d. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi,
PTU 300-600 mg/hr atau methimazole 40-45 mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radioaktif iodine-131, yodium radioaktif secara bertahap akan
menghancurkan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak
akan menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy).
Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek
samping yang mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan
suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein,
3000-4000 kalori.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
C. Perencanaan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani Reni Y.2014. Asuhan Keperawatan Geronik. Jakarta : CV. Trans Info
Media.