TUGAS 4 DICK N CARREY - PENGEMBANGAN - SISTEM - PEMBELAJARAN - D PDF
TUGAS 4 DICK N CARREY - PENGEMBANGAN - SISTEM - PEMBELAJARAN - D PDF
Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika
dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, & Kemp
(2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga memandang desain
pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan
desain pembelajaran sebagai metode yang sistematistetapi bukan pendekatan
sitematis.Tahapan yang diguanakan yaituperencanaan, pengembangan, evaluasi, dan
management proses. Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners, objectives,
Analisis pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana mereka belajar, dan
konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-
keterampilan warga belajar yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap
ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan
tempat keterampilan diterapkan.Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam
strategi pembelajaran.
9. Merevisi pembelajaran
Data yang diperoleh dari evaluasi formative dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk
memecahkan kesulitan yang dihadapi warga belajar dalam mencapai tujuan.Bukan
hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran
agar lebih efektif.
A. Latar Belakang
Mungkin hal yang paling kritis dalam proses desain Pembelajaran adalah
mengidentifikasi tujuan Pembelajaran. Pada perancangan desain Pembelajaran yang
sistematika merekomendasikan untuk menggunakan pendekatan teknologi kinerja, di
mana tujuan Pembelajaran didasarkan pada analisis kinerja, penilaian kebutuhan dari
permasalahan yang ada. Tidak ada solusi yang mudah dan tunggal perlu ada proses
yang sistematis untuk memecahkan masalah secara efektif.
B. Konsep Pengembangan
Dick and Carrey menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk menentukan
apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar proses untuk mendapatkan informasi tentang tujuan yang
diharapkan maka dilakukan Analisa awal dan akhir (Front-End Analysis) atau secara
spesifik terdiri dari: Performance Analysis, Need Assessment, Job Analysis, Practical
experience with learning difficulties of student dan Some other requirement for new
instruction.
Maksud dari studi performance analysis adalah untuk mendapatkan informasi pada
masing masing komponen dalam model tersebut supaya menjawab persoalan-
persoalan dan mengidentifikasi kemungkinan solusi yang diambil. Jika solusi tersebut
diterapkapkan pada ketrampilan yang baru atau memperbaharui/membangkitkan
ketrampilan yang lama kemudian direncakan untuk mendesain pembelajaran yang akan
dibuat.
Penilaian kebutuhan adalah sebuah pengamatan yang dilakukan untuk melihat atau
mengkaji antara harapan dan kenyataan.Ada tiga komponen dalam logika penilaian
kebutuhan, Komponen pertama menetapkan suatu standar atau tujuan yang disebut
sebagai status yang diinginkan.
Sedangkan aspek yang paling penting dari sebuah tujuan Pembelajaran adalah
deskripsi dari apa yang pelajar akan dapat melakukannya, deskripsi yang tidak lengkap
tanpa indikasi (l) siapa pelajar, (2) di mana mereka akan menggunakan keterampilan ,
dan (3) alat-alat yang akan tersedia.
Untuk mengenali tujuan Pembelajaran pendidikan seni budaya yang akan diberlakukan
di sekolah menengah pertama kelas VII dilakukan beberapa analisis, antara lain :
Guru Kesenian :
2. Need Assessment
Berkaitan dengan hal tersebut diatas , SMP Giovani Kupang sebagai lembaga
pendidikan perlu memasukkan pendidikan seni dalam kurikulum.
3. Job Analysis
Secara umum lulusan dari Lembaga pendidikan menengah pertama belum memiliki
ketrampilan yang cukup terutama ketrampilan kriya yang akan menjadi salah satu
bekal ketrampilan dalam hidupnya di masyarakat. Dari fakta tersebut di atas perlu
peningkatan kemampuan peserta didik, yaitu dengan menerapkan ketrampilan seni
kriya pada mata pelajaran pendidikan seni budaya.
Tujuan pembelajaran harus (1) jelas, pernyataan umum hasil pelajar (2) berkaitan
dengan Identifikasi masalah dan penilaian kebutuhan, dan (3) dapat dicapai dengan
pembelajaran daripada beberapa cara yang lebih efisien seperti meningkatkan motivasi
karyawan.
Siapa pembelajarnya?
Pebelajar adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Giovani Kupang yang
telah setuju untuk menerima pembelajaran ketrampilan seni kriya.
Pebelajar akan menggunakan keterampilan seni kriya mereka dalam masyarakat, untuk
diaplikasikan sesuai dengan fungsinya.
Dalam hal ini, tim desain mewawancarai lembaga pendidikan, dan personel yang ada
untuk menentukan persepsi mereka akan pentingnya dan kelayakan untuk penerapan
ketrampilan. Desainer juga mewawancarai beberapa personil siswa untuk
berpartisipasi dalam penerapan ketrampilan seni kriya. Tanggapan positif tentang
kemungkinan instruksi diterima dari semua diwawancarai.
Apakah ada sumber daya yang memadai (waktu, uang, dan personil) untuk
mengembangkan instruksi?
Isi dan keterampilan yang mendasari kerja praktik kelompok sangat stabil.
Pebelajar tersedia, yaitu siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran baik secara teori maupun praktik.
Ini menunjukkan bahwa penetapan tujuan pembelajaran dan perbaikan dapat menjadi
panjang, proses kompleks yang mencakup banyak aspek dalam identifikasi masalah,
analisis kinerja, penilaian kebutuhan, dan pernyataan dari tujuan pembelajaran yang
jelas.
A. Latar Belakang
Analisis Pembelajaran merupakan langkah kedua dari desain Pembelajaran model Dick
and Carey. Tujuan utama dari analisis Pembelajaran adalah menentukan komponen
utama dari tujuan pembelajaran serta mengidentifikasi keterampilan bawahan dari
setiap langkah untuk mencapai tujuan Pembelajaran tersebut.Komponen utama dari
tujuan Pembelajaran berisi langkah-langkah yang pebelajar harus mampu lakukan
untuk mencapai tujuan Pembelajaran.Langkah kedua dari analisis Pembelajaran
analisis keterampilan bawahan sampai menemukan perilaku masukan.
Secara umum analisis Pembelajaran ada dua langkah, yaitu analisis tujuan (goal
analysis) dan analisis keterampilan bawahan (subordinat skill analysis). Sebuah
Analisis Tujuan adalah suatu analisis untuk menghasilkan langkah-langkah utama
dalam mencapai tujuan pembelajaran dan Analisis Keterampilan Bawahan adalah
sebuah analisis keterampilan yang diperlukan pebelajar untuk mencapai tujuan sampai
pada keterampilan paling dasar (paling murni) serta ditentukannya sebuah garis entry
behaviors.
1. Analisis Tujuan
a. Informasi Verbal.
b. Keterampilan Intelektual.
Contohnya : mampu menentukan letak titik yang menjadi perpotongan antara kedua titik
yang saling berpotongan dalam bidang gambar.
c. Keterampilan Psikomotor.
Contohnya : Mampu menempel accesoris pada media yang akan dijadikan kartu
ucapan.
d. Sikap.
e. Strategi Kognitif
Strategi kognitif adalah meta processes yang digunakan untuk mengatur cara kita
berpikir tentang hal-hal dan memastikan belajar kita sendiri, mengingat dan berpikir
serta belajar teknik berpikir, cara menganalisis masalah, ancangan untuk memecahkan
masalah. Cara mengingat nama, cara mengirit bensin. Keterampilan berada lebih tinggi
dibandingkan dengan keterampilan intelek. Karena pada strategi kognitif kita sudah
menggunakan keterampilan intelek untuk mencari cara dalam memecahkan masalah.
Jika dalam pencapaian tujuan itu ada keputusan yang harus diambil, misalnya pada
langkah 3, maka langkah 3 ditunjukkan dalam kotak wajik. Dengan adanya alternatif
maka prosedur sekarang menjadi dua jalur, yaitu : 1, 2, 3, 4 dan 5 atau mengambil jalur
alternatif sesuai keputusan yang diambil, yaitu : 1, 2, 3, 6 dan 7. Oleh karenanya pada
kontek ini tidak semua langkah harus dikerjakan.
Pada kasus lain, jika ada langkah balikan maka perlu kita buat garis putus-putus
sebagai tanda arus balik/revisi. Dan jika dalam penulisan tidak cukup dalam satu baris
maka kita bisa memutus dan menyambung di bagian bawah.
a. Analisis Sub-Step
Dalam mengidentifikasi terkadang dalam satu langkah kita perlu membuat sub langkah
yang mewakili langkah tersebut. Misal pada langkah 2 kita membuat sub langkah 2.1,
2.2 dan 2.3 serta pada langkah 5 juga dibuat sub langkah 5.1 dan 5.2.
Hasil dari analisa tujuan berupa langkah-langkah yang ditulis dalam kotak-kotak yang
diberi nomor urut dan disusun secara horizontal dari kiri ke kanan.Nomor urut pada
kotak merupakan urutan langkah keterampilan dalam mencapai tujuan Pembelajaran.
a. Analisis Hierarki
Adalah penting untuk memeriksa kembali analisa anda beberapa kali, untuk
memastikan bahwa anda telah mengenali semua keterampilan bawahan yang
diperlukan pebelajar bagi menguasai tujuan Pembelajaran.Pada tahap ini anda harus
kembali menempuh prosedur langkah mundur, dari keterampilan yang tertinggi, paling
kompleks dalam hierarki anda ke keterampilan yang terendah, paling sederhana yang
b. Analisis Prosedural
Analisa prosedural ialah satu teknik yang digunakan untuk mengenali langkah-langkah
keterampilan bawahan dalam analisis untuk tujuan intelektual atau keterampilan
psikomotorik.Setelah keterampilan bawahan atau lebih pas mungkin rincian
keterampilan untuk mencapai keterampilan diatas.Keterampilan ini lebih merupakan
rincian langkah untuk mencapai tujuan diatasnya, setiap langkah ibawahnya bukan
merupakan syarat untuk langkah selanjutnya. Analisa prosedural merupakan jenis
analisis subskills seperti terlihat di bawah
c. Analisis Rumpun
Analisa rumpun (cluster analysis) biasa digunakan pada tujuan informasi verbal. Analisa
rumpun lebih berfungsi mengidentifikasi kategori atau komponen-komponen utama dari
tujuan informasi verbal yang akan dicapai. Setiap kategori dalam informasi verbal
tersebut hampir tidak memiliki hubungan baik secara hierarki maupun prosedural, tetapi
mungkin hanya memiliki kemiripan atau memiliki fungsi sama dalam pencapaian tujuan
yang dianalisa. Contohnya : tujuan menuliskan nama-nama profinsi di pulau sumatra
Langkah yang harus dilakukan dalam analisa rumpun adalah menempatkan kotak-kotak
keterampilan bawahan hasil Identifikasi pada posisi yang sama seperti pada analisis
prosedural tetapi bukan, hubungannya dengan keterampilan super-ordinat seperti
dalam analisis hierarki tetapi bukan.
d. Perilaku Masukan
Asumsikan Anda memiliki peta analisis Pembelajaran yang begitu lengkap.Ini mewakili
berbagai keahlian yang dibutuhkan untuk mengambil pelajar dari tingkat yang paling
dasar pemahaman sampai tujuan Pembelajaran Anda.Jika mayoritas peserta didik
sudah menguasai beberapa keterampilan dasar yang ada pada peta analisis sebelum
memulai Pembelajaran maka, maka diatas keterampilan tersebut dibuat garis putus-
putus. Garis putus-putus tersebut adalah garis entry behaviors (perilaku masukan)
e. Sifat Kesementaraan
Kesalahan kedua terjadi apabila garis putus-putus itu ditarik terlalu rendah pada bagan
analisa Pembelajaran. Dalam keadaan ini praduganya ialah pebelajar-pebelajar sedikit
saja atau sama sekali tidak memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan Pembelajaran. Kesalahan seperti ini bisa berakibat fatal dari sudut
pengembangan material Pembelajaran yang sebenarnya tidak diperlukan para
pebelajar, dan dari sudut waktu yang diperlukan bagi para pebelajar untuk mempelajari
hal-hal guna mencapai tujuan yang sebenarnya sudah mereka kuasai.
1. Simpulan
Proses tujuan analisis dimulai hanya setelah Anda memiliki pernyataan yang jelas dari
tujuan Pembelajaran. Langkah-langkah dalam proses analisis tujuan adalah :
1. Mengklasifikasikan tujuan menjadi salah satu dari empat wilayah belajar, yaitu
sikap, keterampilan intelektual, informasi verbal dan keterampilan psikomotorik.
2. Mengidentifikasi langkah-langkah utama yang harus dilakukan peserta didik
untuk mencapai tujuan. Produk awal Anda harus dipandang sebagai draft dan
harus tunduk pada evaluasi dan perbaikan.
3. Mengidentifikasi keterampilan bawahan dari semua langkah-langkah utama
dalam pencapaian tujuan. Langkah ini harus sampai kepada keterampilan yang
paling dasar dan murni.
4. Melakukan analisis keterampilan bawahan terhadap langkah-langkah utama.
A. Latar Belakang
Alasan lain bagi perancang untuk menganalisis pembelajar dan konteks adalah bahwa
analisis ini tidak dapat dilakukan dalam satu kantor. Desainer harus berbicara dengan
pembelajar, instruktur, dan manajer; mereka harus mengunjungi ruang kelas, fasilitas
pelatihan, dan peserta didik tempat kerja untuk menentukan keadaan di mana peserta
didik akan mendapatkan dan menggunakan keterampilan baru mereka. Seperti pada
langkah 2 analisa Pembelajaran dan analisa pebelajar dan konteks sering digunakan
secara simultan sebagai satu kesatuan, sehingga informasi dikumpulkan dari setiap
komponen
B. Konsep Pengembangan
Untuk melakukan analisis pembelajar dan konteks ada tiga analisis yang dilakukan,
yaitu analisis pembelajar, analisis konteks performansi dan analisis konteks learning.
Sebelum kita membahas analisis pembelajar, baik kita tahu dulu siapa pembelajar
dalam desain yang akan dibuat. Pembelajar disini kadang disebut sebagai populasi
target atau kelompok sasaran. Mari kita mulai dengan mempertimbangkan bahwa
pebelajar mendapatkan seperangkat Pembelajaran. Kita akan mengacu pada pebelajar
ini sebagai target population yaitu mereka adalah orang-orang yang akan dikenai
Pembelajaran secara tepat.
Informasi yang berguna yang akan didapat meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal),
(2).Pengetahuan awal tentang topik tertentu, (3).Sikap terhadap isi dan sistem
penyampaian, (4).Motivasi belajar, (5).Tingkat pendidikan dan kemampuan,
(6).Pembelajaran yang disukai, (7).Sikap terhadap pengelolaan pemberian
1) Perilaku Masukan.
Menekankan pentingnya menentukan apa yang peserta didik sudah tahu tentang topik
yang akan diajarkan secara parsial. Mereka membangun pengetahuan baru dengan
membangun pemahaman mereka sebelumnya, sehingga hal ini sangat penting bagi
desainer untuk menentukan jangkauan dan sifat pengetahuan sebelumnya.
Sikap atau kesan pebelajar terhadap isi materi dan bagaimana akan disajikan akan
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Harapan populasi tentang cara
penyampaian materi akan menimbulkan motivasi.
4) Motivasi Akademik.
Tingkat motivasi pebelajar merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai
pembelajaran yang sukses. Ketika pebelajar mempunyai tingkat motivasi atau interest
yang rendah terhadap topik tertentu, pembelajaran hampir tidak terjadi.Keller (1987)
mengembangkan sebuah model motivasi ARCS (perhatian, relevansi, kepercayaan dan
kepuasan) yang diperlukan dalam kesuksesan belajar tersebut.
Menentukan tingkat prestasi dan kemampuan umum pebelajar. Informasi ini akan
membantu mendapatkan gambaran jenis pengalaman pembelajaran yang mereka
alami dan mungkin kemampuan mereka dalam mengatasi masalah terhadap
pendekatan baru dan berbeda dalam pembelajaran.
Temukan keterampilan belajar dan kesukaan serta minat pebelajar untuk mendapatkan
model pembelajaran yang sesuai. Dengan kata lain, apakah pebelajar menyukai
pendekatan ceramah atau diskusi dalam belajar atau apakah mereka mengalami
pendekatan belajar yang lain seperti studi kasus, pembelajaran berbasis masalah, kelas
seminar atau pembelajaran mandiri melalui web site.
BAHRUR ROSYIDI | MODEL PENGEMBANGAN DICK AND CARREY 26
7) Sikap Terhadap Organisasi Pelatihan / Pendidikan
Populasi sasaran yang mempunyai sikap positif dan konstruktif terhadap organisasi
yang menyediakan belajar.Beberapa penelitian telah mengindikasikan bahwa sikap-
sikap yang menunjang terhadap kesuksesan pembelajaran adalah berkaitan dengan
keterampilan baru yang dapat diterapkan di tempat kerja.
8) Karakteristik Kelompok.
Analisa pebelajar secara benar akan menghasilkan dua jenis informasi tambahan yang
dapat mempengaruhi dalam merancang pembelajaran. Pertama, tingkat keragaman
populasi pebelajar.Kedua, interaksi langsung yang terjadi pada populasi pebelajar. Hal
ini untuk mendapatkan dan mengembangkan kesan terhadap apa yang mereka ketahui
dan bagaimana perasaan mereka.
Semua Variabel pembelajar ini akan digunakan untuk memilih dan mengembangkan
tujuan Pembelajaran, dan mereka akan sangat mempengaruhi berbagai komponen dari
strategiPembelajaran. Mereka akan membantu para desainer mengembangkan strategi
motivasi untuk Pembelajaran dan akan menyarankan berbagai jenis contoh yang dapat
digunakan untuk mengilustrasikan poin, cara-cara di mana belajar dapat (atau tidak)
akan disajikan, dan cara untuk membuat praktek keterampilan yang relevan bagi
pembelajar.
Keluaran Hasil dari analisis pebelajar termasuk deskripsi tentang peserta didik (1) entry
sebelumnya perilaku dan pengetahuan tentang topik, (2) sikap terhadap konten dan
potensi sistem pengiriman, (3) motivasi akademik, (4) sebelum pencapaian dan tingkat
kemampuan, (5) belajar preferensi, (6) umum sikap terhadap organisasi memberikan
pelatihan, dan (7) karakteristik kelompok.
Aspek fisik dimana keterampilan tersebut akan diterapkan adalah apakah mereka
menggunakannya berdasarkan perlengkapan, fasilitas, peralatan, waktu, atau sumber-
sumber yang lain ?Data-data ini dapat digunakan untuk merancang sebuah
pembelajaran sehingga keterampilan tersebut dapat diterapkan pada lingkungan atau
situasi yang mirip dengan tempat kerja.
Pemahaman terhadap konteks sosial seperti bekerja sendiri atau merupakan anggota
tim? Apakah pebelajar bekerja secara mandiri atau apakah mereka bekerja
mempresentasikan konsep atau idenya dalam pertemuan staf atau supervisor ?
Untuk memastikan bahwa keterampilan baru yang akan diterima oleh pebelajar sesuai
dengan kebutuhan yang sudah diidentifikasi, kita seharusnya memprediksikan
keterampilan-ketrampilan yang relevan yang akan dipelajari oleh pebelajar tersebut
dengan situasi tempat mereka bekerja.
Hasil utama penelitian pada tahap ini adalah (1) suatu deskripsi lingkungan fisik dan
organisasi, dimana keahlian tersebut digunakan, dan (2) rangkaian faktor khusus yang
memudahkan atau bercampur dengan pemanfaatan keahlian baru oleh para pebelajar..
Terdapat dua aspek untuk analisis konteks pembelajaran, yaitu menentukan apa dan
bagaimana seharusnya. Apa di sini adalah suatu tinjauan kondisi yang mana instruksi
tersebut terjadi. Hal ini mungkin hanya terjadi di satu lokasi, seperti suatu pusat
BAHRUR ROSYIDI | MODEL PENGEMBANGAN DICK AND CARREY 28
pelatihan bersama, atau salah satu dari banyaknya lokasi yang dihadiri oleh seorang
klien.Bagaimana seharusnya di sini dapat berupa fasilitas, perlengkapan, dan sumber
yang cukup mendukung instruksi yang diinginkan.
Dalam pernyataan sasaran pembelajaran yang dirancang pada tahap awal model ini,
peralatan dan item pendukung lainnya juga diperlukan untuk menunjukkan sasaran
yang disusun.Apakah lingkungan pembelajaran yang Anda kunjungi mencakup
sasaran-sasaran ini?Dapatkah lingkungan tersebut sesuai dengan sasaran yang ada?
Seorang instruktur mengajar dua puluh hingga dua puluh empat pebelajar dalam suatu
ruang kelas yang masih menggunakan metode pelatihan bersama.Pendidikan umum
sendiri dipimpin oleh guru dengan dua puluh hingga dua puluh empat pebelajar.
Dalam banyak cara, analisis konteks pembelajaran bersifat sama terhadap lokasi kerja.
Tujuan utama analisis ini adalah untuk mengenali fasilitas dan batasan yang ada dari
lokasi tersebut.
Hasil-hasil pokok dari analisis konteks pembelajaran ini adalah sebagai berikut: (1)
sebuah deskripsi tentang sejauh mana tingkat lokasi yang digunakan untuk
menyampaikan pelatihan dengan keahlian yang diperlukan untuk beralih ke lokasi kerja,
dan (2) sebuah susunan batasan yang akan menjadi implikasi-implikasi penting untuk
proyek.
1.
A. Latar Belakang
Komponen yang paling terkenal dalam model desain pembelajaran adalah menulis
tujuan performansi, atau sering disebut dengan behavioral objectives (tujuan perilaku).
Robert Mager (1962). Tujuan penulisan tujuan performansi adalah untuk menjawab
pernyataan tentang kemampuan apa yang akan dilakukan pebelajar ketika mengikuti
dan menyelesaikan proses pembelajaran.
Ketika guru dilatih untuk merumuskan tujuan intruksional khusus, terhadap dua
kesulitan utama yang dihadapi ketika proses mendefinisikan tujuan tidak termasuk
dalam komponen yang integral pada model desain pembelajaran. Pertama, tanpa
sebuah model yang jelas para guru menemui kesulitan untuk menentukan bagaimana
memperoleh tujuan pembelajaran.Meskipun para pengajar dapat menguasai
mekanisme penulisan tujuan, tidak ada konsep dasar yang dapat mengarahkan dalam
mendapatkan tujuan. Sebagai hasilnya beberapa guru kembali kepada isi yang terdapat
dalam teks books untuk mengidentifikasi topik-topik yang akan mereka tulis sebagai
behavioral objectives. Kedua, mungkin lebih sebagai kritikan adalah apa yang dilakukan
dengan tujuan tersebut setelah ditulis oleh para guru. Tujuan ini hanya sebatas tulisan
yang hanya berfungsi sebagai dokumen administrasi bagi seorang guru.
B. Konsep Pengembangan
Tujuan Performansi adalah sebuah gambaran detail tentang apa yang akan dapat
dilakukan oleh pebelajar setelah menyelesaikan pembelajaran. Titik pertama mengacu
pada 3 istilah yang sering digunakan ketika mendeskripsikan performance pebelajar.
Robert Mager 1975 pertama kali mengunakan istilah behavioral objectives
,performance objectives dan instructional objectives. Anda seharusnya tidak memiliki
pengertian yang keliru mengenai instructional objectives.Instructional objectives
menggambarkan jenis pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang akan dipelajari oleh
pebelajar.
2. Komponen Tujuan.
Dalam penyusunan tujuan diperlukan kata kerja operasional yang terukur dari masing
masing ranah ( Kognitif, psikomotor, dan afektif). Penulisan tujuan ini harus mampu
mengungkapkan jenis perilaku yang dirumuskan melalui proses identifikasi dalam
analisis pembelajaran.
Ketika tujuan melibatkan aspek sikap, pelajar biasanya diharapkan untuk memilih
alternatif tertentu. Di sisi lain, hal itu mungkin melibatkan pelajar membuat pilihan dari di
antara berbagai kegiatan.
Komponen kedua dari tujuan menetapkan kondisi-kondisi tertentu yang menjadi bagian
dari tujuan tersebut.Kondisi mengacu pada lingkungan dan sumber-sumber yang
tersedia pada saat tujuan ditetapkan. Dalam pemilihan kondisi yang tepat
mempertimbangkan baik perilaku yang di capai maupun karakteristik populasi target
anda juga membedakan fungsi-fungsi dari kondisi tersebut, fungsi tersebut meliputi :
Bagian akhir dari objektif adalah kriteria dalam memutuskan keterampilan performance
yang dapat diterima.dalam menetapkan kriteria yang logis, anda harus
mempertimbangkan tugas yang dilaksanakan. Beberapa tugas intelectual skill dan
verbal information hanya mempunyai satu respon yang dianggap benar.Beberapa tugas
intelectual skill dan verbal information tidak menghasilkan jawaban tunggal dan respon
siswa yang bervariasi.
3. Tulis tujuan untuk setiap langkah dalam analisis tujuan jika tidak terdapat substep.
6. Tulis tujuan untuk entry behaviour jika terdapat siswa yang tidak memiliki
kompetensi yang tercakup dalam entry behavior.
4. Evaluasi Tujuan.
Cara yang baik untuk mengevaluasi kelayakan kejelasan dan tujuan yang telah ditulis
adalah untuk membangun sebuah item tes yang akan digunakan untuk mengukur
Cara lain untuk mengevaluasi kejelasan tujuan adalah dengan meminta seorang rekan
untuk membangun tes item yang sama dan sebangun dengan perilaku dan kondisi
yang ditentukan. Jika item tidak diproduksi sangat mirip dengan salah satu yang ada
dalam pikiran, maka tujuan tidak cukup jelas untuk berkomunikasi .
Di juga harus mengevaluasi kriteria yang telah ditetapkan dalam tujuan.Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan kriteria untuk mengevaluasi contoh-contoh yang ada
kinerja yang diinginkan atau respons.
Saran bermanfaat lainnya adalah sebaiknya tidak ia enggan untuk menggunakan dua
atau bahkan tiga kalimat untuk secara memadai menggambarkan tujuan Tidak ada
persyaratan untuk membatasi tujuan ke satu kalimat. Diasumsikan bahwa siswa akan
mempelajari bahan-bahan sebelum melakukan keterampilan.
C. Hasil Pengembangan
A. Latar Belakang
Konsep baru dalam pengukuran proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar
(learned-centered) adalah penilaian yang berpusat pada pembelajar (learner-centered
assessment ). Definisi learner-centered assessment sejajar dengan definisi tradisional
test acuan patokan, sebagai element inti dari pembelajaran yang didesain secara
sistematis. Tipe test ini penting untuk mengevaluasi perkembangan pebelajar dan
kualitas pembelajaran. Hasil dari tes acuan patokan memberikan indikasi instuktur
seberapa baik pebelajar mampu mencapai setiap tujuan pembelajaran, dan
mengindikasikan komponen mana dari pembelajaran yang bisa berjalan dengan baik,
dan komponen mana yang perlu direvisi.Selain itu juga, tes acuan patokan
memungkinkan pebelajar untuk merefleksikan diri dengan mengaplikasikan kriteria
untuk menilai hasil kerja mereka sendiri.
Berhubungan dengan hal tersebut di atas perlu dibahas bagaimana menyusun dan
membangun aspek penilaian dalam pembelajaran yang mencakup semua jenis
kegiatan yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik setelah
menyelesaikan unit pembelajaran.
B. Konsep Pengembangan
Pengembangan tes muncul di point ini dan bukannya di setelah pembelajaran karena
tes harus sesuai dengan tujuan performance.Performance yang ingin dicapai dalam
tujuan harus sesuai dengan performance yang ingin dicapai dalam tes atau penugasan.
Penilaian acuan patokan terbentuk dari item-item atau tugas-tugas performance yang
langsung mengukur ketrampilan yang dideskripsikan dalam satu atau lebih tujuan
performance.
Tes ini diberikan kepada pebelajar sebelum memulai pembelajaran. Tes ini berguna
untuk mengukur ketrampilan syarat atau ketrampilan yang harus sudah dikuasai
sebelum pembelajaran dimulai. Keterampilan syarat akan muncul di bawah garis entry
behavior.
b. Pretest
Tes ini dilakukan pada awal pembelajaran untuk mengetahui apakah pebelajar sudah
menguasai beberapa atau semua ketrampilan yang akan diajarkan. Tujuannya adalah
BAHRUR ROSYIDI | MODEL PENGEMBANGAN DICK AND CARREY 39
untuk efisiensi.Jika semua ketrampilan sudah dikuasai maka tidak perlu ada
pembelajaran.Namun jika hanya sebagian materi yang sudah dikuasai maka data tes ini
memungkinkan desainer untuk lebih efisien. Mungkin hanya review atau pengingat
yang dibutuhkan.
Biasanya pretest dan entry behavior test dijadikan satu. Hasil dari tes entry behavior
dapat digunakan desainer untuk mengetahui apakah pebelajar siap memulai
pembelajaran, sedangkan dari hasil pretest desainer dapat memutuskan apakah
pembelajaran akan menjadi terlalu mudah untuk pebelajar.
c. Practice test
Tujuan tes ini adalah untuk membuat pebelajar lebih aktif berpartisipasi selama
pembelajaran. Tes ini memungkinkan pebelajar untuk menampilkan pengetahuan dan
ketrampilan baru dan untuk refleksi diri sampai level berapa ketrampilan dan
pengetahuan mereka. Tes ini berisi ketrampilan yang lebih sedikit dan lebih fokus pada
materi per pertemuan daripada per unit.Hasil tes ini digunakan instruktur untuk
memberikan feedback dan untuk memonitor pembelajaran.
d. Posttest
Tes ini paralel dengan pretes.Sama dengan pretes, posttest mengukur tujuan
pembelajaran.Postest harus menilai semua objektif dan terutama fokus pada objektif
terakhir.Namun jika waktu tidak memungkinkan, maka hanya tujuan akhir dan
ketrampilan penting saja yang diujikan.
Postest mungkin digunakan untuk menilai performance pebelajar dan untuk memberi
kredit karena telah menyelesaikan program.Tujuan yang terutama dari tes ini adalah
agar desainer dapat mengidentifikasi area pembelajaran yang tidak bisa dilakukan
dengan baik. Jika pebelajar gagal dalam tes, desainer harus dapat mengidentifikasi
dalam proses pembelajaran yang mana tidak dimengerti oleh siswa.
2. Mendesain Tes
Objektif untuk intelektual skill lebih kompleks dan biasanya menggunakan model
objektif, kreasi produk atau pertunjukan langsung.
Penilaian untuk ranah afektif juga kompleks. Biasanya tidak ada cara langsung untuk
mengukur tingkah laku seseorang. Penilaian di ranah ini biadanya dilakukan dengan
observasi.
Pendekatan yang kedua, bisa digunakan cara statistik. Jika desainer ingin memastikan
bahwa pebelajar benar-benar mengerti ketrampilan sebelum mereka melanjutkan tahap
pembelajaran selanjutnya, maka kemungkinan-kemungkinan harus disediakan untuk
menampilkan ketrampilan sehingga hampir tidak mungkin keberhasilan menjadi hasil
utama.Jika menggunakan soal pilihan ganda sangat mudah untuk menghitung
probabilitas kesempatan keberhasilan. Dengan tipe soal yang lain, lebih sulit dilakukan
penghitungan tapi lebih mudah untuk meyakinkan orang lain bahwa keberhasilan bukan
sekedar kesempatan saja
Soal tes dan penugasan harus sesuai dengan tujuan utama pembelajaran.Soal dan
penugasan harus sesuai dengan perilaku termasuk konsep dan action.Untuk
menyesuaikan jawaban soal tes dengan perilaku yang diharapkan dalam tujuan,
desainer harus mempertimbangkan tugas belajar atau kata kerja yang ditunjukkan
dalam tujuan.Butir soal harus mengukur perilaku yang sesungguhnya yang
dideskripsikan dalam tujuan.
Dalam membuat tes item dan penilaian tugas, desainer harus mempertimbangkan
seting kinerja dan juga lingkungan belajar atau lingkungan kelas. Tes item dan tugas
harus realistis atau relevan dengan seting kinerja. Kriteria ini membantu untuk
memastikan transfer pengetahuan dan skill dari belajar ke dalam lingkungan kinerja.
Siswa akan merasa cemas selama assessment, penyusunan tes item dan penilaian
tugas yang baik dapat menghilangkan rasa cemas siswa. Cetakan tes yang berkualitas
meliputi kebahasaan baik, pengucapan dan tanda baca tepat dan tulisan jelas, petunjuk
jelas, sumber materi dan pertanyaan jelas.Kriteria ini membantu siswa untuk melakukan
dengan tenang.
Terdapat beberapa saran yang dapat membantu anda dalam menentukan berapa
banyak tes item pilihan yang diperlukan. Jika tes item memerlukan sebuah format
respon yang memungkinkan siswa dapat menebak jawaban dengan benar anda dapat
memasukkan beberapa tes item paralel untuk tujuan yang sama jika kemungkinan
menebak jawaban yang benar kecil kemungkinan, anda dapat memutuskan satu atau
dua item untuk menentukan kemampuan siswa
1. Jenis-jenis Item
Pertanyaan penting lainnya adalah jenis tes item atau penilaian tugas apa yang paling
baik dalam menilai kinerja siswa? Perilaku tertentu dalam objektif memberikan point-
point penting terhadap jenis item atau tugas yang dapat digunakan untuk menguji
perilaku.
Contoh, jika point penting yang ditanyakan kepada siswa adalah mengingat fakta, maka
tanyakan kepada siswa tersebut dengan jawaban siswa yang menyatakan fakta-fakta
daripada memberikan pertanyaan yang meminta reaksi siswa seperti pada pertanyaan
pilihan ganda.gunakan objektif sebagai guide, dalam menyeleksi jenis tes item yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan kinerja tertentu yang
terdapat dalam objektif. Setiap jenis test items mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Untuk meyeleksi jenis tes items yang baik dari
beberapa format test item yang ada, pertimbangkan beberapa faktor seperti faktor
waktu yang diperlukan oleh siswa dalam memberikan respon, waktu penilaian yang
1. Menulis Petunjuk
Test harus terdapat petunjuk yang jelas, singkat. Permulaan tes biasanya
menyebabkan kecemasan pada siswa yang akan dinilai. Oleh karena itu tes
seharusnya mengurangi keraguan pada pikiran siswa mengenai apa yang akan mereka
kerjakan dalam menyelesaikan test.
Dibawah ini informasi petunjuk test yang biasanya ditemukan dalam test :
a. Judul test seharusnya memberikan kesan kepada siswa mengenai content atau isi
daripada kata-kata sederhana seperti Pretest atau Test I
c. Siswa diberitahu untuk menebak jawaban jika mereka tidak yakin dengan jawaban
yang benar.
Arah dan uji test item untuk tes objektif harus diujicobakan terlebih dulu sebelum
digunakan untuk evaluasi formatif. Agar tidak terjadi kesalahan pada instrumen tes ,
perancang harus memastikan hal hal berikut:
2. masing-masing item tes jelas dan menyampaikan kepada peserta didik yang
dimaksud dipembentukan atau stimulus;
C. Hasil Pengembangan
Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas VII SMP Giovani Kupang
Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas VII SMP Giovani Kupang
Tujuan Pembelajaran
2. Siswa dapat mengekspresikan diri karya seni rupa, musik, seni tari, dan seni teater.
2.2 Siswa dapat membuat kartu ucapan dengan memanfaatkan barang bekas
dari lingkungan sekitar.
Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas VII SMP Giovani Kupang
Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas VII SMP Giovani Kupang
Tabel Desain Evaluasi Seni Rupa Kelas VII SMP Giovani Kupang
Nama : Tanggal :
ASPEK YES NO
A. Pendekatan Kustomer
1. Tersenyum
2. Inisiatif untuk menyapa
3. Komentar individu
4. Meminta izin
5. Pelayanan
6. Perhatian pada semua aspek
7. Lain-lain
B. Selama Kegiatan
1. Mendengarkan dengan penuh
perhatian
2. Meminta klarifikasi informasi
3. Menyiapkan bentuk permintaan
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan para pengajar beraneka ragam. Ada pengajar
yang memulai kegiatannya dengan menunggu pertanyaan dari siswa, ada yang aktif
memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, ada pula yang mulai dengan
memberikan penjelasan tentang materi yang akan diuraikan, dan ada yang memulai
mengulangi penjelasan tentang materi yang lalu. Selanjutnya ada yang melanjutkan
dengan kegiatan menjawab pertanyaan siswa, membentuk kelompok diskusi atau
menggunakan program lain. Istilah startegi pembelajaran menyatakan berbagai jenis
aktivitas belajar mengajar, seperti diskusi kelompok, membaca, studi kasus,
perkuliahan, simulasi computer, lembar kerja, proyek kelompok kerjasama, dll.
B. Konsep Pengembangan
Model tradisional
Korespondensi
Kuliah kelompok besar yang diikuti dengan Tanya jawab.
Belajar jarak jauh dengan video tape atau siaran.
Video conference interaktif dua arah
Pembelajaran berbasis computer
Pembelajaran berbasis web menggunakan internet atau intranet
Program belajar mandiri dengan bantuan modul atau paket pembelajaran.
Kombinasi system kebiasaan, kombinasi dan unik.
Dalam proses desain pembelajaran yang ideal, hal pertama yang dipertimbangkan
adalah tujuan, karakteristik pembelajar, konteks dan performa pembelajaran, tujuan
khusus, assessment (penilaian), dan memilih system penyampaian yang terbaik. Dan
untuk mencapai memilih sistem penyampaian yang terbaik, semua komponen di atas
harus dipertimbangkan:
a. Merangkai Isi
b. Pengelompokkan Pembelajaran
Satu rangkaian yang besar adalah pendekatan program pembelajaran linear yang
cenderung merubah semua informasi ke dalam unit-unit kecil dan meminta respon terus
menerus dari pembelajar, aktivitas dasar, atau anda ingin menampilkan informasi
tersebut ke dalam bentuk beberapa tujuan terlebih dahulu pada berbagai aktivitas
pebelajar. Anda harus mempertimbangkan 5 faktor dalam menentukan jumlah informasi
yang akan ditampilkan (atau ukuran „kelompok‟), yaitu :
Aspek pertama yang perlu diperhatikan adalah mengingat bahwa komponen belajar itu
ditujukan untuk memandu proses intelektual pembelajar melalui aktivitas dan mental
yang membantu pembelajaran. Idealnya adalah semua pembelajar harus mampu
mengatur proses intelektual mereka seperti menjadi pebelajar yang mandiri.
Intelektual skill;
Seorang desainer harus menyadari dua hal yaitu cara pebelajar mengorganisir
pengetahuan yang diterima dalam memori dan keterbatasan kemampuan mereka untuk
mengingat materi baru. Strategi yang digunakan harus mencakup cara-cara bagaimana
pebelajar dapat menghubungkan materi baru yang didapatkan dengan pengetahuan
yang sudah ada dalam memori.
Informasi verbal;
Skill motorik;
Apa implikasi dari deskripsi pembelajaran skill motorik yang menampilkan isi, contoh,
praktek dan umpan balik (feed back) ?Implikasi yang sangat nyata adalah persyaratan
dari beberapa presentasi visual dari skill, sudah pasti video atau film bisa digunakan
untuk melihat gerak tetapi sering foto dan gambar juga bisa digunakan, Kategori isi dan
contoh dalam strategi biasanya dalam bentuk deskripsi verbal yang diikuti dengan
ilustrasi.
Perilaku terdiri dari tiga komponen: perasaan, sikap, dan pemahaman kognitif.
Perasaan bisa dideskripsikan sebagai hal yang menyenagkan atau tidak
menyenangkan yang diekspresikan melalui kecenderungan kita untuk mendekati atau
menghindari sebuah situasi.Sikap, harus mendemonstrasikan kondisi yang
menggambarkan tujuan performa.
C. Hasil Pengembangan
1.1. Melalui eksplorasi tentang bahan bahan bekas siswa dapat menuliskan
macam-macam bahan bekas untuk membuat karya seni kriya.
1.2 Melalui diskusi siswa dapat menyebutkan bebrapa alat untuk membuat
seni kriya.
2.1 Dengan menyiapkan bahan dan alat siswa dapat mengumpulkan bahan
yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan.
2.2 Dengan menyiapkan alat dan bahan siswa dapat memilih bahan dan alat
yang sesuai untuk pembuatan kartu ucapan.
2.3 Dengan mengamati beberapa contoh pola / desain yang disiapkan guru
BAHRUR ROSYIDI | MODEL PENGEMBANGAN DICK AND CARREY 55
siswa dapat membuat desain kartu ucapan.
2.4 Dengan latihan membuat pola kartu ucapan siswa dapat membuat
bagian-bagian kartu ucapan.
Untuk menetahui ketrampilan mana yang sudah dikuasai siswa, maka perlu
dilakukan Tes Tingkah Laku Masukan, dengan mengujikan beberapa soal, yang
berkaitan dengan sejumlah ketrampilan subordinat yang telah disusun.
Ketrampilan-ketrampilan yang sudah dikuasai akan diletakkan di bawah garis
entry behavior, sedangkan yang belum dikuasai di atas garis entry behavior dan
perlu disiapkan material pembelajarannya. Jika hanya beberapa siswa yang tidak
menguasai ketrampilan subordinat, maka siswa tersebut diberi tugas mandiri
untuk menguasai ketrampilan yang belum dikuasai tersebut. Namun jika semua
siswa belum menguasai semua ketrampilan subordinat, maka ditetapkan tidak
ada garis entry behavior.
2. Pra-Tes
Pasca Tes
Bagi siswa yang belum mencapai batas minimal yang telah ditetapkan, akan
diberikan remedial (dibimbing lagi tentang materi yang belum dikuasai atau
dengan tutor sebaya dan diahiri dengan tes ahir).
Bagi siswa yang telah mencapai batas minimal kelulusan, maka yang
bersangkutan akan diberi pengayaan materi, berkaitan dengan kreasi-kreasi seni
BAHRUR ROSYIDI | MODEL PENGEMBANGAN DICK AND CARREY 56
rupa yang lain (membuat pigura, kartu lebaran dan lain-lain).
Isi Presentasi dan Aktivitas Partisipasi Belajar
Tujuan 1.1.Melalui eksplorasi tentang bahan bahan bekas siswa dapat
menuliskan macam-macam bahan bekas untuk membuat karya seni kriya.
Isi Presentasi
Contoh
Kertas koran, kertas HVS, Kertas Folio, Kertas asturo, Kertas buffalo, Kertas
gambar, Kertas emas, lidi, daun kering, bunga kering ,bungkus makanan, klise,
bulu unggas, ranting, pelepah daun kelapa dll
Partisipasi siswa
Contoh
Pisau, Cutter, gunting, lem, mistar, jangka, palu, paku, gergaji, paku payung dll
Partisipasi siswa
Contoh
Siswa dapat memilih bahan dan alat yang sesuai untuk pembuatan kartu
ucapan.
Contoh
Siswa memilih bahan dan alat yang sesuai untuk pembuatan kartu
ucapan.Seperti kertas, koran, kertas buffalo, kertas gambar, kertas emas, pisau,
gunting, lem, curter, penggaris, paku payung, palu dll.
Siswa memilih bahan dan alat yang sesuai untuk pembuatan kartu
ucapan.Seperti kertas, koran, kertas buffalo, kertas gambar, kertas emas, pisau,
gunting, lem, curter, penggaris, paku payung, palu dll.
Umpan balik
Contoh
siswa membuat desain kartu ucapan dengan berbagai variasi contoh yang
disiapkan oleh guru.
Partisipasi siswa
Contoh
Contoh
Contoh
A. Latar Belakang
B. Konsep Pengembangan
Pada titik ini dalam proses desain pembelajaran, sebuah sistem pengiriman ditentukan
dan strategi pengajaran telah dikembangkan, termasuk pengelompokan dan
pengurutan, komponen pembelajaran, pengelompokan siswa, dan tentatif pilihan
media. ada 3 faktor cara pemilihan media yaitu: (1) ketersediaan bahan pembelajaran
yang ada, (2) dapat di implementasikan dan diproduksi, (3) memberi kemudahan pada
instruktur
Dengan strategi pembelajaran selesai di tangan, Anda, pada akhirnya, siap untuk mulai
memilih bahan pengajaran yang ada, mengembangkan bahan sendiri, atau menulis
spesifikasi untuk orang lain yang akan mengembangkan bahan-bahan. Sebelum Anda
mulai Anda harus sadar akan beberapa komponen yang biasanya membentuk suatu
paket pembelajaran, dan perhatikan bahwa dalam istilah paket kami menyertakan
semua bentuk cetak dan bahan-bahan ditengahi.
Draft kasar Bahan Kita semua tahu apa istilah konsep kasar berarti, karena kita semua
menulis draf kasar kertas yang kemudian telah direvisi menjadi bentuk akhir. Konsep
kasar berarti tentang hal yang sama ketika diterapkan pada bahan pengajaran, tetapi
membawa makna tambahan bahwa produk tersebut dikembangkan di alternatif,
sederhana, lebih murah format media.
Tujuan untuk melakukan konsep kasar bahan baku untuk membuat cepat, biaya rendah
versi desain Anda, sehingga Anda akan memiliki sesuatu untuk membimbing produksi
akhir dan sesuatu untuk memperhitungkan evaluasi formatif dan mencoba dengan
subjek-materi ahli, beberapa pelajar, atau sekelompok pelajar.
C. Hasil Pengembangan
2. Guru memilih dan Bahan dan Bahan dan Bahan dan Bahan Guru/Bahan
mengubah bahan atau guru atau guru atau guru dan atau
yang ada agar guru
sesuai dengan
strategi
pembelajaran
3. Guru tidak Guru Guru Guru Guru Guru/Bahan
memakai bahan,
tetapi
menyampaikan
pembelajaran
sesuai strategi
Alat/Perantara Yang akan digunakan Garis Besar Draf yang akan dibuat
Ilustrasi Teks Teks dan beberapa contoh gambar
kartu
Ukuran Teks
Ukuran A-4
LCD
Bahan ajar dalam bentuk Power Point
PERTEMUAN KE-1
SUB
KOMPONEN TEKS
KETRAMPILAN
Pretes 2.2 Skor:………………..Nama:
………………………..
Isi Presentasi 2.2.1
Tanggal :
1. Kertas-kertas bekas
A. Latar Belakang
B. Konsep Pengembangan
Evaluasi formatif adalah proses perancangan untuk memperoleh data yang dapat
digunakan untuk meninjau kembali instruksi agar lebih efisien dan efektif. Penekanan
dalam evaluasi formatif adalah pada pengumpulan dan analisis dan revisi dari instruksi.
Ada tiga fase dasar evaluasi formatif.Yang pertama adalah evaluasi perorangan,
evaluasi kelompok kecil dan uji lapangan.Sebelum ini dilaksanakan didahului oleh
tinjauan ulang dari ahli yang tidak terlibat tidak langsung tetapi mempunyai keahlian
yang relevan.
Kerangka acuan apa yang dapat Anda gunakan untuk merancang evaluasi formatif?
Dengan mengingat bahwa tujuan evaluasi formatif adalah untuk menunjukkan
kesalahan-kesalahan tertentu dalam bahan-bahan untuk mengoreksi mereka, termasuk
desain evaluasi instrumen, prosedur, dan kebutuhan personil untuk menghasilkan
informasi tentang lokasi dan alasan untuk setiap masalah.
1) Apakah bahan sudah sesuai untuk jenis hasil belajar yang diharapkan ?
5) Bahan-bahan yang dapat dikelola secara efisien dengan cara mereka dimediasi?
Selain adanya data evaluasi dari pembelajar perlu juga melihat analisi dari seorang ahli.
Ketika draf desain selesai terkadang desain tidak bisa melihat permasalahan yang
ada.Resensi atau pendapat dari tenaga ahli perlu dipertimbangkan untuk perbaikan dan
perubahan pada draf pertama desain. Terutama dalam strategi belajar, tipe belajar dan
ketetapatan bahan yang akan digunakan dalam desain pembelajaran.
3. Evaluasi Perorangan
1) Memilih Pelajar
Penentuan pelajar yang dilibatkan dalam evaluasi perorangan harus mewakili populasi
target, baik segi kemampuan maupun karakteristik lainnya.Misal dari segi kemampuan,
dipilih yang diatas rata-rata, rata-rata dan di bawah rata-rata. Dilihat dari motivasi, dipilih
yang motivasi positif, netral dan negatif, Atau kalau itu bukan pelajar bisa dipilih
berdasarkan pengalaman, diatas sepuluh tahun, dua sampai lima tahun dan yang baru
setahun.
2) Pendataan
Data pendataan atau pengambilan informasi dati evaluasi perorangan seperti diatas,
yaitu : kejelasan, dampak dan kelayakan.
a. Kejelasan
Untuk kejelasan instruksi, ada tiga kategori utama dari informasi yaitu pesan, link, dan
prosedur. Kategori pertama, pesan, meliputi: kosakata, kalimat kompleksitas, dan
struktur pesan..Kategori kedua, link, bagaimana pesan dasar dirancang mencakup
konteks, contoh, analogi, ilustrasi, demonstrasi, dan sebagainya.Katagori ketiga,
prosedur, mengacu pada instruksi karakteristik seperti urutan, ukuran segmen yang
disajikan, transisi antara segmen, kecepatan, dan variasi yang dibangun ke dalam
presentasi. Ini akan berpengaruh kepada motivasi dan kecepatan dalam pembelajaran
b. Dampak
c. Kelayakan
3) Prosedur
Prosedur yang khas dalam evaluasi perorangan adalah untuk menjelaskan kepada para
pelajar tentang bahan pembelajaran.Reaksi pembelajar terhadap materi, mengetahui
kekurangan materi, mengerjakan soal-soal, mencatat waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan materi. Pebelaajar akan menemukan kesalahan ketik, kelalaian konten,
halaman yang hilang, grafik yang berlabel tidak tepat, tidak sesuai link di halaman web
mereka, dan jenis lainnya. Kesulitan memahami urutan belajar, konsep belajar, dan
soal-soal yang diberikan.
5) Belajar Sisa
6) Interpretasi Data
Informasi tentang kejelasan instruksi, dampak pada pelajar, dan kelayakan instruksi
perlu diringkas dan terfokus.Aspek-aspek tertentu dari instruksi yang ditemukan untuk
menjadi lemah kemudian dapat dipertimbangkan dalam rangka rencana revisi yang
mungkin untuk meningkatkan instruksi untuk pelajar serupa.
7) Hasil
(l) berisi kosa kata yang sesuai, kompleksitas bahasa, contoh, dan ilustrasi untuk
peserta didik;
(3) layak digunakan dengan pembelajar, sumber daya, dan pengaturan yang ada.
Instruksi lebih lanjut dapat disempurnakan dengan menggunakan kelompok kecil
cobaan.
Ada dua tujuan dalam evaluasi kelompok kecil.Pertama effektivitas perubahan dan
Identifikasi masalah yang masih tersisa setelah evaluasi perorangan.Kedua untuk
menentukan apakah pelajar dapat menggunakan instruksi tanpa berinteraksi dengan
instruktur.(Pada titik ini dalam diskusi kita, kita terus menganggap bahwa perancang
merancang beberapa bentuk bahan pengajaran diri.)
Langkah efektif untuk mengevaluasi pembelajaran dan kinerjanya dengan melihat skor
pretest dan posttest. Informasi yang dikumpulkan mengenai kelayakan dari instruksi
biasanya meliputi:
(l) waktu yang dibutuhkan bagi pelajar untuk menyelesaikan baik instruksi dan tolok
ukur kinerja yang dibutuhkan,
(2) biaya dan kelangsungan hidup menyampaikan instruksi dalam format dimaksudkan
dan lingkungan, dan
2) Memilih Pebelajar
Evaluasi kelompok kecil terdiri dari 8 – 20 orang pembelajar. Dimungkin untuk memilih
secara acak dai populasi target. Atau mngkin desainer perlu mengikutkan pembelajar
yang telah ditetapkan untuk mewakili kelompok, misalnya pebelajar yang prestasinya
rendah, rata-rata, tinggi atau yang terbasa dengan prosedur tertentu misalnya berbasis
komputer, web dan yang tidak, atau yang muda, berpengalaman.
3) Prosedur
• Apakah anda menerima umpan balik yang memadai pada latihan-latihan praktis?
Data kuantitatif dan informasi yang dikumpulkan selama evaluasi dirangkum dan
dianalisis.Data kuantitatif terdiri dari skor tes serta persyaratan waktu dan biaya
proyeksi. Informasi deskriptif terdiri dari komentar yang dikumpulkan dari sikap
kuesioner, wawancara, atau evaluator catatan tertulis selama proses evaluasi.
6) Hasil
Hasil dari evaluasi kelompok kecil mungkin perbaikan instruksi yang sederhana, seperti
mengubah contoh dan kosa kata dalam tes item atau meningkatkan jumlah waktu yang
dialokasikan untuk studi.Atau mungkin memerlukan perubahan besar dalam strategi
pengajaran (misalnya, strategi motivasi, urutan tujuan, pengiriman pembelajaran
format), atau dalam sifat informasi yang disajikan kepada peserta didik.
Evaluasi uji lapangan menggunakan konteks belajar yang mirip dengan sasaran yang
akan digunakan. Tujuan uji lapangan untuk efektivitas perubahan pada evaluasi
kelompok kecil dan instruksi dapa digunakan pada kontek belajar yang sebenarnya.
Uji lapangan dapat dicobakan pada kelompok besar yang terdiri dari 30 orang yang
dipilih secara acak yang berbeda. Atau pada kelas perorangan tetapi akan menemui
kesulitan karena pebelajar akan tersebar.
informasi yang dikumpulkan adalah prestasi pelajar dan sikap; instruktur prosedur dan
sikap; dan sumber daya seperti waktu, biaya, ruang, dan peralatan.
Prosedur uji lapangan hampir sama dengan kelompok kecil. Perbedaan pada peran
desain yang harus dikurangi atau dihilangkan diganti dengan peran guru, oleh
karenanya guru harus dilatih dulu.Mungkin setelah evaluasi kelompok kecil pretest dan
posttest diubah atau dikurangi hanya menilai entry paling penting.Kuesioner difokuskan
pada faktor-faktor lingkungan yang mungkin mengganggu pembelajaran.
Data prestasi dan informasi sikap pelajar dan guru diringkas untuk membantu
menemukan bagian-bagian pada instrusi yang tidak efektif. Hal ini akan digunakan
sebagai revisi akhir.
C. Hasil Pengembangan
1. 1. Review Ahli
sesuai dengan komentar para ahli lain yang diundang di luar pengembang
pembelajaran, diperoleh informasi bahwa produk pembelajaran tersebut dapat
dikembangkan, karena hasilnya cukup baik berdasarkan hasil kuesioner.
Dari hasil interview dan kuesioner terdapat 3 orang ahli diperoleh informasi sebagai
berikut:
Pernyataan
Kebenaran Isi atau materi menurut bidang
iomunya dan relevansinya dengan tujuan
No. Nama Responden
pembelajaran
Baik
Kurang Cukup Baik
Sekali
Andriani, S.Pd
1 v
(Ahli bidang study)
Sentot Hardiyono, S.Pd
2 v
(Ahli Produk Media)
Darma Cahyono, S.Pd
3 v
(Ahli Pengembang Instruksional)
Jumlah 1 2
A. Latar Belakang
Pada hampir semua model desain pembelajaran, akan ditemukan penekanan utama
pada konsep evaluasi formatif, yaitu pada pengumpulan data untuk mengidentifikasi
masalah dan merevisi bahan pengajaran. Model desainpembelajaran sering
menunjukkan bahwa setelah data yang telah dikumpulkan dan diringkas, harus direvisi
material pembelajarannya agar lebih “tepat.”
Ada dua jenis dasar revisi yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan material
pembelajaran.Yang pertama adalah perubahan yang dibuat dengan isi atau substansi
bahan untuk membuat mereka lebih akurat atau lebih efektif sebagai sarana belajar.
Tipe kedua perubahan berkaitan dengan prosedur yang digunakan dalam
menggunakan bahan
B. Konsep Pengembangan
Ada banyak cara yang berbeda di mana data yang dikumpulkan dalam suatu evaluasi
formatif dapat dirangkum untuk menunjukkan daerah kesulitan belajar dan
kemungkinan revisi. Metode-metode yang kita gambarkan di sini adalah hanya saran.
Ketika Anda mulai bekerja dengan data Anda sendiri, Anda mungkin menemukan teknik
lain yang akan membantu Anda memperoleh lebih banyak wawasan dari mereka. Kita
akan melihat dulu apa yang dapat Anda lakukan dengan data dan informasi dari
evaluasi formatif satu-ke-satu, dan kemudian mempertimbangkan kelompok kecil dan
fase uji-lapangan.
Dari uji satu-satu masih dirasakan sangat sedikit data yang diperoleh, karena informasi
yang biasanya tersedia hanya dari tiga sampai lima pelajar. Karena pelajar ini dipilih
berdasarkan keragaman, informasi yang mereka berikan akan bervariasi, dalam bentuk
berbagai kemungkinan, akan sangat berbeda, bukan menyatu dengan beberapa jenis
kelompok rata-rata. Dengan kata lain, perancang harus melihat persamaan dan
perbedaan antara tanggapan para peserta didik, dan menentukan perubahan yang
terbaik.
Perancang memiliki lima jenis informasi dasar yang tersedia: Perancang memiliki lima
jenis informasi dasar yang tersedia:
Selanjutnya data yang akan diringkas adalah yang terkait dengan posttest. Dimulai
dengan mendapatkan item kinerja individu dan kemudian menggabungkan nilai item
untuk masing-masing tujuan sampai pada total skor. Dengan mengembangkan sebuah
tabel yang menunjukkan setiap siswa skor pretest, posttest skor, dan total waktu
belajar.
Revisi dimulai dengan melihat kinerja pembelajar dalam melaksanakan evaluasi satu-
satu. Yaitu dengan melihat item tes apakah berfungsi baik atau tidak, Jika tidak maka
item tes kita revisi. Jika berfungsi baik maka kita revisi struktur pembelajarannya.
Kelompok kecil evaluasi formatif menyediakan perancang dengan ringkasan data yang
agak berbeda situasi. Data dari 8 – 20 siswa memungkinkan adanya data yang lebih
lengkap. Data yang tersedia biasanya adalah sebagai berikut:
Unit dasar analisis untuk semua penilaian adalah penilaian masing-masing item.Kinerja
pada setiap item harus dinilai sebagai benar atau salah.Jika salah satu item memiliki
beberapa bagian, maka setiap bagian harus dinilai dan dilaporkan secara terpisah
sehingga informasi tidak hilang. Informasi item individu ini diperlukan untuk tiga alasan:
1. Berguna dalam memutuskan apakah ada masalah tertentu dengan item atau
apakah itu secara efektif mengukur kinerja sesuai yang dijelaskan dalam objektif.
Setelah item data yang telah dikumpulkan dan disusun menjadi sebuah item dasar-oleh
tujuan-tabel tersebut kemudian dimungkinkan untuk membangun tabel data yang lebih
komprehensif.
Group‟s Item-by-Objektif Kinerja tabel ringkasan data yang pertama yang harus
dibangun adalah item-oleh-meja objektif.Contoh digambarkan dalam Tabel
11.1.Asumsikan bahwa kita memiliki sepuluh-item tes yang mengukur empat
tujuan.Dua puluh pelajar berada di kelompok kecil evaluasi formatif.
Tujuan yang tercantum di bagian atas meja, dan item yang dimasukkan di baris kedua
dalam tujuan mereka mengukur.Peserta didik data dicatat dalam baris-baris di bawah
item dan tujuan. X dalam kolom di bawah item menunjukkan respon yang benar, dan
kosong menunjukkan respons yang tidak tepat untuk setiap pelajar.
Dengan data mentah yang ditampilkan dengan cara ini, kita dapat menggunakan tabel
untuk membuat dua ringkasan untuk analisis: item kualitas dan kinerja peserta didik.
Anda harus menganalisis kualitas item pertama, karena item yang rusak tidak boleh
dianggap ketika menganalisis kinerja pelajar. Bawah baris berisi ringkasan data yang
diperlukan untuk analisis item.Baris pertama berisi jumlah dua puluh siswa yang
menjawab setiap item dengan benar.Baris berikutnya berisi persentase peserta didik
yang menjawab setiap item dengan benar. Angka-angka ini diperoleh dengan membagi
jumlah siswa dalam evaluasi ke jumlah siswa yang menjawab dengan benar-yaitu,
untuk item 1,18 / 20 = .90 atau 90 persen. Baris terakhir berisi persentase dari
kelompok yang menguasai masing-masing tujuan. Nilai ini dihitung dengan membagi
jumlah siswa yang menguasai masing-masing tujuan dengan total jumlah siswa dalam
analisis. Dalam contoh ini, pelajar harus benar menjawab semua pertanyaan untuk
tujuan untuk menguasai tujuan.
Tujuan untuk item-oleh-analisis objektif tiga: untuk menentukan kesulitan dari setiap
item untuk kelompok, untuk menentukan kesulitan masing-masing tujuan untuk
kelompok, dan untuk menentukan konsistensi yang himpunan item dalam langkah-
langkah objektif peserta didik kinerja objektif.
Kesulitan item nilai-nilai di atas 80 persen mencerminkan item relatif mudah untuk
kelompok, sedangkan mencerminkan nilai-nilai yang lebih rendah yang lebih
sulit.Demikian pula, secara konsisten nilai-nilai tinggi atau rendah untuk item-item
dalam suatu tujuan mencerminkan kesulitan objektif untuk grup tersebut.Sebagai
contoh, nilai kesulitan untuk item 1 dan 2 dalam Tabel 11.1 (90 dan 95) menunjukkan
bahwa hampir semua pelajar menguasai item sebagai.
Konsistensi dari indeks kesulitan item dalam suatu tujuan biasanya mencerminkan
kualitas dari item. Jika item mengukur keterampilan yang sama, dan jika tidak ada
sengaja kompleksitas atau petunjuk dalam item, kemudian peserta didik performa di set
item harus relatif konsisten. Kelompok-kelompok kecil, perbedaan dari 10 atau 20
persen tidak dianggap besar, tetapi perbedaan-perbedaan dari 40 persen atau lebih
harus menimbulkan kekhawatiran. Perhatikan dalam Tabel 11.1 data item yang
konsisten dalam tujuan 1 dan 2. Sebaliknya, data yang tidak konsisten di dalam tujuan
3 dan 4.Untuk tujuan 3, dua item ini cukup konsisten (85 dan 90), sementara satu item,
6, menghasilkan kesulitan yang jauh lebih rendah indeks (30).Seperti pola baik sengaja
mencerminkan kompleksitas dalam item atau keterampilan yang berbeda yang sedang
diukur. Pola yang objektif 4 mengilustrasikan dua konsisten item (50 dan 45) dan satu
outlier (90). Jenis ini mencerminkan pola baik petunjuk dalam butir 8 atau keterampilan
yang berbeda yang sedang diukur.Ketika kesulitan indeks tidak konsisten diamati dalam
suatu tujuan, hal ini menandakan bahwa item dalam himpunan harus ditinjau ulang dan
direvisi sebelum menggunakan kembali mereka untuk mengukur kinerja pelajar.Jika
item dinilai suara, maka mencerminkan aspek instruksi yang harus dipertimbangkan
kembali.
Pembelajar „Item-by-Objektif Kinerja Tipe kedua analisis yang dapat dilakukan dengan
menggunakan item-by-meja objektif kinerja pelajar perorangan.Sebelum melakukan
analisis ini, Anda harus menghapus item apapun dinilai cacat selama analisis
item.Terakhir empat kolom dalam tabel berisi data kinerja individu.Pertama dua kolom
ini berisi nomor dan per ¬ sen item yang dijawab dengan benar oleh setiap pelajar.Dua
kolom terakhir berisi jumlah dan persen tujuan dikuasai oleh setiap pelajar.Menjawab
semua item dalam satu tujuan ditetapkan sebagai kriteria untuk penguasaan.
Data hipotetis bagi pelajar dalam Tabel 11.1 menggambarkan bahwa individu-individu
di dalam kelompok dilakukan cukup berbeda pada tes.Dua individu menguasai semua
empat tujuan, dan nilai tertinggi untuk tiga lainnya berkisar pembelajar tidak tujuan
menguasai hingga 75 persen. Jika data ini diwakili kinerja pada perilaku masuk atau
keterampilan untuk dimasukkan dalam instruksi, maka mereka akan menyarankan yang
sudah siap untuk instruksi instruksi dan apakah benar-benar dibutuhkan oleh beberapa
anggota sampel. Sebaliknya, jika mereka tercermin posttest kinerja, maka desainer bisa
membuat kesimpulan tentang perlunya merevisi instruksi.Data tentang peserta didik
kinerja pada item dan tujuan memberikan informasi yang berbeda, dan untuk formatif
evaluator, data tujuan menguasai lebih informatif daripada skor mentah.
Peserta didik di seluruh Tes Kinerja item-oleh-tabel tujuan menyediakan data untuk
menciptakan tabel untuk meringkas peserta didik kinerja di tes.Tabel 11.2
menggambarkan bagaimana pembelajar-by-tujuan penguasaan dapat digambarkan di
tes diberikan. Data yang disajikan untuk hanya lima dari dua puluh mahasiswa dalam
Tabel 11.2
peserta didik yang menguasai masing-masing tujuan harus meningkat dari pretests ke
posttests. Pola seperti digambarkan untuk semua empat tujuan dalam Tabel 11.2.
Anda mungkin juga ingin meringkas pembelajar „kinerja di tes dengan menggunakan
persentase menguasai tujuan pada setiap tes.Ringkasan seperti digambarkan dalam
Tabel 11.3.Baris teratas mengidentifikasi tes dan jumlah tujuan diukur oleh masing-
masing.Baris berikutnya berisi tujuan persentase dikuasai oleh setiap siswa pada setiap
tes.Baris bawah rata-rata persentase berisi tujuan dikuasai oleh kelompok pada setiap
tes. Dari data ini perancang dapat menyimpulkan bahwa: (l) kelompok sesuai untuk
dipilih adalah evaluasi, (2) keterampilan meliputi instruksi sebelumnya tidak dikuasai
oleh kelompok, dan (3) instruksi itu efektif dalam meningkatkan peserta didik
keterampilan.
Graphing Learners „Performances Cara lain untuk menampilkan data adalah melalui
berbagai teknik pembuatan grafik. Grafik dapat menunjukkan kinerja pretest dan
posttest untuk setiap tujuan dalam studi evaluasi formatif.Anda mungkin juga ingin
membuat grafik jumlah waktu yang diperlukan untuk melengkapi bahan pengajaran
serta jumlah waktu yang diperlukan untuk pretest dan posttest.Sebuah contoh pretest /
grafik performa posttest muncul pada Gambar 11.1.
Tabel 11.3
9
9 Posttest
Student 3 Behavior Pretest Instructional
Number Objectives Objectives Objectives
1 100 100 100 11 89 89 89
100 100
2 22 22 11
4 II
20 67 92 0 67 88
Mean 14
Teknik grafis lain untuk meringkas data evaluasi formatif melibatkan bagan analisis
pembelajaran. Prosedur ini memerlukan penentuan rata-rata pretest dan posttest
kinerja peserta didik berpartisipasi dalam evaluasi formatif pada keterampilan masing-
masing ditunjukkan pada bagan analisis pembelajaran.Perancang menggunakan
salinan bagan analisis pembelajaran, tanpa pernyataan keterampilan.Lihat Gambar
11.2 untuk contoh dari teknik ini.The pretest dan posttest skor untuk masing-masing
tujuan yang dimasukkan dalam kotak yang sesuai. Hal ini memberikan tampilan yang
menarik dari hubungan dari nilai pada
berbagai keterampilan dalam bahan pengajaran. Ini akan menjadi jelas jika peserta
didik kinerja menurun ketika mereka mendekati bagian atas hirarki. Anda mungkin juga
menemukan suatu keterampilan dikuasai oleh hanya beberapa peserta didik yang
tampaknya memiliki sedikit efek pada berikutnya superordinate penguasaan
keterampilan.
Jenis Data lain Ada jenis data lain untuk meringkas dan menganalisis di samping
peserta didik pada tujuan kinerja. Telah ditemukan bahwa cara yang baik untuk
meringkas data dari suatu sikap kuesioner ini adalah untuk menunjukkan pada salinan
kosong kuesioner persentase peserta didik yang memilih tiap alternatif untuk berbagai
pertanyaan. Jika Anda juga meminta terbuka, umum tanggapan dari pembelajar, maka
Anda dapat merangkum mereka untuk setiap pertanyaan.
Penting lain jenis data adalah komentar yang diperoleh dari pembelajar, dari instruktur
lain yang terlibat dalam evaluasi formatif, dan subjek-materi dari para ahli yang bereaksi
terhadap bahan-bahan. Data dan informasi yang dikumpulkan dalam konteks kinerja
evaluasi formatif mungkin harus diringkas dalam mode deskriptif.Karena hampir
mustahil untuk merangkum komentar ini dalam bentuk tabel atau grafik, lebih baik untuk
mencoba untuk menghubungkan masing-masing komentar ini ke bahan pengajaran
sendiri, atau untuk tujuan dalam bahan-bahan yang mereka rujuk.Komentar-komentar
ini dapat ditulis langsung pada salinan dari bahan.
Jenis akhir data ringkasan Anda mungkin ingin mempersiapkan berkaitan dengan
pendekatan alternatif apapun Anda mungkin telah digunakan selama baik kelompok
kecil evaluasi atau uji coba lapangan. Data ini mungkin kinerja pada item tes spesifik,
respon pada kuesioner sikap, atau bahkan sebuah indikasi dari total waktu belajar.
Urutan untuk Meneliti Data Ketika anda ingin menyiapkan ringkasan data Anda, Anda
akan segera mulai mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai efektivitas umum
bahan pengajaran Anda dan sejauh mana revisi Anda mungkin diminta untuk membuat.
Setelah memeriksa data umum, kami sarankan agar Anda menggunakan data dalam
urutan berikut.
Perilaku entry Pertama, setelah menghapus data untuk semua item yang rusak, Anda
harus memeriksa data yang tersisa berkenaan dengan masuknya perilaku peserta
Pretests dan Posttests Langkah kedua adalah untuk meninjau pretest dan posttest data
ditampilkan pada bagan analisis pembelajaran. Jika Anda sequencing bahan-bahan
yang tepat dan jika Anda mengidentifikasi keterampilan yang hierarkis bergantung pada
satu sama lain, maka kinerja pelajar harus menurun saat Anda bergerak ke atas melalui
hierarki-yaitu, harus ada pelajar miskin performa di terminal tujuan daripada
keterampilan sebelumnya . Ketika instruksi bekerja dengan baik, akan ada, tentu saja,
akan ada penurunan kinerja peserta didik sebagai pembelajar menyelesaikan
keterampilan di bagian atas analisis. Data ini akan membantu Anda mengidentifikasi
dengan tepat di mana masalah yang ada dan bahkan mungkin menyarankan
perubahan dalam urutan pengajaran keterampilan tertentu.
Ketiga, Anda dapat memeriksa skor pretest untuk menentukan sejauh mana individu
pembelajar, dan kelompok secara keseluruhan, telah memperoleh keterampilan yang
Anda mengajar. Jika mereka sudah memiliki sebagian besar keterampilan, maka anda
akan menerima relatif sedikit informasi tentang efektivitas instruksi atau bagaimana hal
itu bisa diperbaiki. Jika mereka tidak memiliki keterampilan ini, maka Anda akan
memiliki lebih percaya diri dalam analisis yang mengikutinya.
Dengan membandingkan nilai pretest dengan posttest objektif dengan objektif, yang
biasanya apa yang dilakukan ketika Anda memeriksa bagan analisis pembelajaran,
Anda dapat menilai peserta didik kinerja pada setiap tujuan tertentu dan mulai terfokus
pada tujuan tertentu dan instruksi yang terkait dengan kebutuhan yang muncul revisi .
Belajar Sisa Sebuah perhatian penting dalam evaluasi formatif adalah jumlah waktu
yang diperlukan oleh mahasiswa untuk melengkapi bahan pengajaran.Mungkin perlu
bagi Anda untuk merevisi bahan-bahan untuk membuat mereka dapat tampil dalam
periode waktu tertentu.Ini adalah tugas yang sangat sulit, dan itu harus dilakukan
dengan sangat hati-hati.Dengan bahan individual tidak lazim bagi pelajar yang paling
Di sisi lain, ada kekhawatiran prosedural yang dapat dikendalikan. Apakah pembelajar
terhambat oleh logistik yang diperlukan untuk menggunakan bahan-bahan? Apakah
ada pertanyaan tentang bagaimana untuk melanjutkan dari satu langkah ke depan?
Apakah ada penundaan panjang dalam mendapatkan nilai tes? Ini adalah jenis
masalah prosedural pelaksanaan yang sering diidentifikasi dalam kuesioner dan diskusi
tanya jawab. Solusi untuk masalah-masalah seperti itu harus ditemukan dan
dimasukkan ke dalam baik instruksi atau instruktur „manual untuk membuat kegiatan
pengajaran berjalan lebih lancar.
1. Proses Revisi
Kami menyarankan bahwa ketika Anda memulai proses revisi, Anda meringkas data
Anda seperti yang disarankan dalam bab ini. Kami menyadari bahwa kebutuhan
desainer pembelajaran akan berbeda menurut jenis bahan yang mereka bekerja,
namun strategi yang disarankan di sini harus diterapkan pada hampir semua usaha
desain pembelajaran. Sebagai contoh, jika Anda telah mengajarkan keterampilan
psikomotorik, maka kinerja posttest Anda akan dicatat pada rubrik dari beberapa
macam, dan diringkas pada bagan analisis pembelajaran. Mungkin juga ada kertas dan
pensil bawahan ujian keterampilan dan pengetahuan.Skor ini harus diperiksa
sehubungan dengan keterampilan motorik yang terkait. Penggunaan sikap tanggapan
dan waktu belajar akan sama untuk semua jenis instruksi.
Mengingat semua data dari evaluasi kelompok kecil atau uji lapangan, perancang harus
membuat keputusan tentang bagaimana membuat revisi. Hal ini hampir selalu terlihat di
mana masalahnya, tetapi tidak selalu jelas apa yang sebaiknya dilakukan perubahan.
Jika perbandingan beberapa pendekatan telah tertanam dalam evaluasi formatif, maka
hasilnya harus menunjukkan jenis perubahan yang akan dibuat. Jika tidak,
mengusulkan untuk merevisi strategi mengikuti instruksi satu-ke-satu evaluasi juga
berlaku pada saat ini, yaitu menggunakan data, pengalaman Anda, dan suara prinsip-
prinsip pembelajaran sebagai dasar untuk revisi Anda.
Saran tambahan: Ketika meringkas data dari evaluasi lapangan, Anda harus berhati-
hati untuk meringkas dalam yang akurat dan jelas mode. Anda akan menemukan
bahwa data-data ini menarik tidak hanya untuk Anda sebagai perancang pembelajaran,
tetapi juga akan berfungsi sebagai kendaraan yang efektif untuk menunjukkan kepada
orang lain bagaimana peserta didik dilakukan dengan instruksi Anda. Tabel dan grafik
dapat menyediakan baik umum dan penjelasan rinci tentang kinerja keseluruhan dari
peserta didik.
C. Hasil Pengembangan
Revisi terhadap semua langkah pada desain Dick and Carey adalah sebagai berikut :
A. Latar Belakang
Evaluasi formatif merupakan proses pengumpulan data dan informasi dalam rangka
untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. Sedangkan Evaluasi Sumatif adalah
proses pengumpulan data dan informasi dalam rangka untuk membuat keputusan
tentang perolehan tujuan pembelajar yang telah dirancang .
Penilaian formatif dilaksanakan sebagai suatu proses yang bersifat membangun tanpa
mengandung keputusan. Namun, pada suatu titik tertentu, perlu diketahui apakah
pengajaran kita sudah efektif. Agar kita dapat mencapai keputusan itu, penilaian
sumatif perlu dilaksanakan.
Ada dua tahap evaluasi sumatif.Yang pertama berfokus pada hubungan antara
instruksi, minat, dan kebutuhan organisasi. Tahap kedua adalah uji coba lapangan dari
instruksi yang mirip dengan fase ketiga evaluasi formatif, kecuali sekarang dilakukan
untuk tujuan yang berbeda yaitu, untuk menentukan apakah menghasilkan hasil yang
diinginkan untuk pengambil keputusan
B. Konsep Pengembangan
Evaluasi sumatif didefinisikan sebagai desain studi evaluasi dan pengumpulan data
untuk memverifikasi efektivitas bahan pengajaran dengan target pelajar. Tujuan
utamanya adalah untuk menentukan digunakan atau tidak bahan pengajaran di
lingkungan sekitar dan mengadopsi bahan yang berpotensi untuk kebutuhan
pembelajaran
Evaluasi sumatif memiliki dua fase utama: penilaian ahli dan uji coba lapangan. Tujuan
dari tahap penilaian ahli untuk menentukan apakah digunakan instruksi atau instruksi
lainnya yang memiliki potensi untuk kebutuhan pembelajaran.Tujuan dari tahap uji coba
lapangan untuk mendokumentasikan efektivitas pengajaran yang menjanjikan dengan
anggota kelompok sasaran dalam pengaturan dimaksud.Analisis dan keputusan yang
harus dibuat selama setiap tahap.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap penilaian ahli adalah (l) mengevaluasi
kesesuaian antara kebutuhan pembelajaran pengajaran, (2) mengevaluasi kelengkapan
dan ketepatan pengajaran, (3) mengevaluasi strategi pembelajaran yang terkandung
dalam pengajaran, (4) mengevaluasi utilitas dari instruksi, dan (5) menentukan
kepuasaan pembelajaran.
1. Analisis kesesuaian
2. Analisis konten
3. Analisis Desain
4. Analisis Kelayakan
Pada sumatif soalnya bisa berbeda dengan formatif tergantung dengan h asil analisis
dan revisi.
Target uji lapangan di Formatif dan Sumatif bisa berbeda yang penting satu level.
Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab sebelum melakukan uji coba lapangan semua
bahan-bahan dengan peserta didik.
Salah satu strategi dalam menyediakan para ahli dengan menyiapkan salinan semua
bahan dan meminta mereka untuk menilai keakuratan dan kelengkapan bahan-bahan
untuk tujuan yang dinyatakan. Yang lebih baik, lebih hemat biaya-strategi yang efektif
akan bekerja dengan para ahli untuk menghasilkan sebuah analisis pembelajaran
dinyatakan. Hasil analisis ahli harus mencakup tujuan analisis dan analisis keterampilan
bawahan.
Analisis Desain,
Dalam menganalisis desain diperlukan daftar periksa yang dapat digunakan untuk
meninjau dan membandingkan bahan-bahan yang akan menjadi kandidat yang paling
menyeluruh dan menghemat waktu pendekatan.
Current User Analisis / Pemakai Analisa . Ada analisis lain yang perlu di sertakan dalam
desain. Gunanya untuk mencari informasi tambahan tentang bahan calon dari
organisasi yang berpengalaman dalam menggunakan mereka. Jenis informasi apa
yang harus dicari:
Apa yang mereka pretest dan posttest tingkat kinerja menggunakan instruksi?
Akhir kegiatan perencanaan adalah untuk mengembangkan orientasi dan pelatihan bagi
instruktur. Evaluasi sumatif yang baik akan memerlukan kerja sama dari orang-orang
yang melaksanakan instruksi. Mereka harus merasa bahwa mereka adalah bagian
penting dari studi ini, bahwa mereka akan diberitahu, dan bahwa pendapat mereka
menghitung. Mengembangkan hubungan awal dengan kelompok ini dan
mempertahankan hubungan kerja sama di seluruh studi akan meningkatkan kualitas uji
lapangan dan data dapat diperoleh.
Mempersiapkan. Kegiatan dalam tahap persiapan mengalir dari keputusan yang dibuat
selama tahap perencanaan.Mereka melibatkan memperoleh semua bahan, instrumen,
sumber daya, dan orang-orang yang ditentukan.
Meringkas dan menganalisis data. Ringkasan data teknik yang telah dijelaskan untuk
uji coba lapangan evaluasi formatif sesuai untuk sumatif percobaan lapangan. Perlu
dibuat tabel untuk membandingkan kemajuan individu dan kelompok dari pretests untuk
menggambarkan posttests dan penggunaannya dalam konteks kinerja.
Pelaporan Hasil Sifat laporan evaluasi sumatif tergantung pada desain. Jika baik dalam
penilaian ahli dan tahap uji coba lapangan, maka keduanya harus didokumentasikan
dalam laporan.Pada bagian ini dijelaskan tujuan umum, pertanyaan-pertanyaan khusus,
rancangan dan prosedur, hasil, dan rekomendasi dan dasar pemikiran.Alasan untuk
rekomendasi harus berdasarkan data yang ada dalam bagian hasil.
Uji lapangan
Sejarah Bahan pengajaran Satu set bahan diproduksi di
pengembangan sistematis dirancang di rumah atau di tempat lain
pembelajaran rumah dan disesuaikan tidak perlu mengikuti
dengan kebutuhan pendekatan system uraian
organisasi
Bahan Satu set bahan Satu set bahan atau
beberapa set bersaing
Posisi evaluator Anggota hasil desain dan Tipe penilai dari luar
tim pengembangan
Hasil Suatu resep untuk merevisi Sebuah laporan
instruksi Biasanya mendokumentasikan desain,
evaluator eksternal prosedur, hasil, rekomendasi,
dan dasar pemikiran
C. Hasil Pengembangan
Catatan: MAT : Isi Materi Pembelajaran; PRE dan POST tes; X: Ketrampilan dalam
material/ tes.
4. Adakah prosedur
aplikasi menggambarkan
peran dan prinsip?
2.Apakah strategi V V V
menyiapkan link informasi
baru dalam memorinya? V V V
5Adakan logika
mnemonok yang
menyiapkan ketikan
informasi baru tidak dapat
terhubungkan di dalam
memori?
6. Apakah praktik
teramasuk sikap yang
diperkuat isyarat
elaborasi?
III.Sikap YES NO YES NO YES NO
1Adakah perasaan V V V
keinginan digambarkan?
BAHRUR ROSYIDI | MODEL PENGEMBANGAN DICK AND CARREY 90
2. Apakah keinginan V V V
tingkah laku
tergambarkan? V V V
2.Apakah pembelajaran V V V
termasuk presentasi
visual menggambarkan
urutan waktu?
3.Apakah ketrampilan
yamng komplek merusak
bagian logika pembelajar,
analisis, eksperoimen, dan
latihan.
Kandidat 1 Kandidat 2
User
Kelayakan Pertanyaan Material Material User satisf
satisf
Yes No Yes No Yes No Yes No
I Karakteristik Pembelajaran
A. Apakah material terdiri dari
1. Petunjuk / Siulabus?