Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU no 36 tahun 2009 BAB 1 pasal 1 tentang kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 mengacu
pada Undang Undang R.I No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, adalah
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Mayoritas orang Indonesia cenderung mengabaikan kesehatan giginya. Drg
Zaura Rini Matram MDS praktisi kedokteran gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia (FKG UI) menyebut 80% orang Indonesia mengidap
penyakit gigi berlubang. Ini bukan sesuatu yang mengejutkan karena menurut Rini
bahwa 77% orang Indonesia ternyata malas gosok gigi alias tak pernah gosok gigi
(Mangku, 2009).
Penyakit gigi dan mulut yang banyak di derita masyarakat Indonesia adalah
gingivitis dan karies gigi, sumber dari kedua penyakit tersebut adalah akibat
terabaikannya kebersihan gigi dan mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak (Putri,
2012). Gigi yang berlubang tentu memang tidak sehat. Masyarakat di Indonesia
masih belum mempertimbangkan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini menurut Rini
terlihat dari 50% orang Indonesia berusia di atas 10 tahun mengidap masalah karies
(lubang) gigi yang belum teratasi. Fakta yang lainnya adalah orang Indonesia yang
menderita penyakit gigi dan mulut.
tersebut bersifat agresif kumulatif. Artinya daerah yang rusak tersebut menjadi
tidak dapat disembuhkan (Mangku, 2009).
Mulut merupakan bagian tubuh yang sangat penting, maka harus dijaga
kebersihannya salah satunya dengan cara menggosok gigi secara teratur dan
benar. Menggosok gigi yang di anjurkan adalah setiap sehabis makan dan
sebelum tidur. Untuk menentukan kebersihan gigi dan mulut seseorang dapat
diukur dengan menggunakan indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukan
keadaan klinis gigi yang di dapat pada waktu melakukan pemeriksaan, dengan
cara mengukur luas permukaan gigi yang tertutup oleh debris dan kalkulus.
Debris adalah sisa makanan yang terdapat dalam rongga mulut (Sandira, 2009).
Angka debris indeks dapat di pengaruhi oleh jenis makanan yang di makan
seseorang. Jenis makanan ini dapat berupa makanan yang berserat, berair atau
makanan manis, lunak, melekat. Selain faktor makan debris indeks juga dapat di
pengaruhi oleh faktor kebiasaan seperti menyikat gigi sesudah makan, dan
sebelum tidur dsb. Angka debris indeks ini dapat di turunkan dengan cara
memakan makanan yang berserat dan berair. Ada beberapa macam makanan
berserat dan berair yang dapat diperoleh di pasaran seperti buah-buahan. Hal lain
dari buah-buahan adalah kemampuannya untuk dapat melakukan self cleansing
terhadap rongga mulut.
Makanan padat dan juga berserat dari buah dan sayur secara fisiologis akan
memaksa mulut manusia untuk menggerus dan menghancurkannya sebelum
masuk ke saluran pencernaan selanjutnya, sehingga dapat mendorong sekresi air
ludah (Milati, 2009).
Buah jambu biji merupakan buah yang memiliki kandungan serat dan air yang

cukup banyak. Selain itu buah ini juga memerlukan pengunyahan yang cukup keras

sehingga dapat mendorong sekresi ludah. Sehingga jambu biji dapat membersihkan

gigi dari sisa sisa makanan secara alami, jadi dapat mempengaruhi angka debris

indeks seseorang. Selain itu jambu merah juga memiliki kandungan air dan serat

yang tinggi. Jambu biji adalah salah satu tanaman jenis perdu, dalam bahasa Inggris

disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar

ke Thailand kemudian ke Negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini
telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah jawa. Jambu biji sering

disebut juga jambu kluthuk, jambu siki atau jambu batu. Jambu biji masih banyak

orang menganggap remeh, padahal banyak manfaatnya bagi kesehatan dari zat kimia

yang dikandungnya. Buah jambu biji besarnya cukup bervariasi, dari yang

berdiameter 2,5 cm sampai 10 cm Jambu yang disukai oleh masyarakat umumnya

adalah yang berdaging lunak dan tebal, rasanya manis, berbiji sedikit dan buahnya

berukuran besar (Dalimuntho, 2008).

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai)

“Pengaruh Mengunyah Jambu Biji (Psidium guajava) terhadap Perubahan Debris

Indeks”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan bagaimana Pengaruh

Mengunyah Jambu Biji (Psidium guajava) terhadap Perubahan Debris Indeks?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan hanya untuk mengetahui pengaruh mengunyah

jambu biji (Psidium guajava) terhadap perubahan debris indeks pada anak kelas

IV-V SDN Banjarbru Utara 3.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh mengunyah jambu biji (Psidium guajava)

terhadap perubahan debris indeks

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui skor debris sebelum mengkonsumsi buah jambu biji pada

anak kelas IV-V SDN Banjarbaru Utara 3.


b. Untuk mengetahui skor debris setelah mengkonsumsi buah jambu biji pada

anak kelas IV-V SDN Banjarbaru Utara 3.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut terhadap
Pengaruh mengunyah buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap perubahan
debris indeks.
2. Manfaat Praktis
a. Masyarakat dapat mengetahui pengaruh mengunyah buah apel buah jambu biji
dalam meningkatkan status kebersihan gigi dan mulut.

b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu kesehatan gigi dan mulut
dan untuk menambah literatur perpustakaan.

c. . Dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh mengunyah jambu biji


terhadap perubahan angka debris indeks.

Anda mungkin juga menyukai