Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut termasuk bagian dari kesehatan tubuh secara umum,
sehingga kebersihan gigi dan mulut sangat penting untuk diketahui oleh setiap
individu maupun kelompok masyarakat ( Rosanti et al,2020).
Menurut World Health Organization (WHO) (2018), menyatakan bahwa
kesehatan gigi dan mulut merupakan indikator utama kesehatan secara keseluruhan,
kesejahteraan dan kualitas hidup. Kesehatan gigi dan mulut adalah keadaan rongga
mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan pendukungnya terbebas dari rasa
sakit dan penyakit seperti kanker mulut dan tenggorokan, infeksi luka mulut,
penyakit periodontali, kerusakan gigi atau karies , kehilangan gigi, serta penyakit
dan gangguan lain yang membatasi kapasitas individu dalam menggigit, mengunyah
makanan, tersenyum, dan berbicara.
Federation Dental Internasional (FDI) menyatakan bahwa karies adalah penyakit
paling banyak dan paling umum dialami oleh orang diseluruh masyarakat.Karies
gigi dapat disebabkan karena mengkomsumsi gula berlebihan,kurangnya perawatan
kesehatan gigi,dan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan gigi yang
sesuai,masalah kesehatan gigi dan mulut paling abnayk berdasarkan The Global
Burden Of Disease Study pada tahun 2016 adalah karies gigi,hamper dari setengah
populasi penduduk dunia yaitu kurang lebih sebanyak 30,58 milyar jiwa mengalami
karies (Kementrian Kesehatan RI,2019).
Hasil Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS ) tahun 2018 bahwa prevalensi
karies di Indonesia sangat tinggi yakni 88% artinya hanya 12% masyarakat
Indonesia yang bebas dari karies.Prevalensi karies di wilayahProvinsi Nusa
Tenggara Timur mencapai 40,7%.
Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak maupun
dewasa, baik pada gigi susu maupun permanen. Anak usia 6-14 tahun merupakan

1
kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi atau pergantian
dari gigi susu ke gigi permanen. (Norfain, 2017).
Menurut Riris Friandi (2021), Penelitian tentang pengetahuan antara pola makan
dengan karies gigi pada anak usia sekolah ada hubungan, sehingga perlu dilakukan
promosi kesehatan tentang karies gigi, penyebab karies, dampak karies dan cara
mencegah karies sehingga dapat menekan angka kejadian karies gigi pada anak usia
Sekolah.
Pola makan merupakan suatu keadaan dimana seseorang memberikan informasi
tentang beberapa macam makanan yang akan dimakan setiap hari dalam memenuhi
kebutuhan makan yang terdiri dari jenis makanan dan frekuensi makanan yang di
konsumsi. Pola makan harus dijaga untuk mencegah terjadi gangguannya kesehatan
gigi salah satunya adalah karies gigi. Makanan yang memiliki sifat mudah melekat
pada permukaan gigi yaitu makanan yang manis seperti cokelat,permen,dan lain-lain
( Theresia et al,2021.)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “ Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Pola Makan Dengan
Karies Pada Siswa-Siswi Kelas V Sekolah Dasar Negeri Balfai”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pola makan dengan karies pada
siswa-siswi kelas V SD Negeri Balfai.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pola makan pada Siswa-Siswi
kelas V SD Negeri Balfai.
2. Untuk mengetahui tingkat kejadian karies pada Siswa-Siswi kelas V SD
Negeri Balfai.

2
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berguna bagi:
1. Bagi Peneliti.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menanmbah pengetahuan dan


pemahaman peneliti tentang hubungan pola makan dengan karies di Siswa-
Siswi kelas V SD Negeri Balfai.

2. Bagi Sekolah Dasar Negeri Balfai.


Agar pihak sekolah lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
menjaga pola makan sehingga selalu menginfokan kepada muridnya untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulut.
3. Bagi Jurusan Keperawatan Gigi Kupang.
Dapat menambah bahan bacaan bagi Jurusan Kesehatan Gigi Kupang.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pola Makan


Pola makan merupakan suatu metode dan upaya untuk mengatur jenis serta
jumlah makanan yang dikonsumsi dengan tujuan untuk menjaga kesehatan,
memastikan kecukupan asupan nutrisi, dan mencegah atau mempercepat timbulnya
penyakit (Amaliyah, M., 2021). Pola makan seseorang atau suatu kelompok
mengacu pada bagaimana mereka memilih dan menyantap makanan mereka sebagai
respon terhadap aspek fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial. Jenis, frekuensi,
dan jumlah adalah tiga elemen kunci dari pola makan. Karena remaja telah
mencapai titik kemandirian, sehingga memilih makanan menjadi sangat penting.
Remaja putri bebas makan apa saja yang mereka inginkan. Remaja sering kali
terpengaruh oleh teman sebayanya karena aktivitas yang mereka lakukan di luar
rumah (Sulistyoningsih, 2016).
Pola makan merupakan suatu upaya untuk mengontrol jumlah dan jenis
makanan dengan tetap memberikan gambaran secara keseluruhan, seperti status gizi,
menjaga kesehatan, dan menghindari atau mengobati penyakit (Depkes RI, 2016).
Pola makan adalah informasi tentang jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh
individu atau kelompok orang pada waktu tertentu, dan asupan makanan dapat
dinilai berdasarkan jumlah dan jenis makanan yang dimakan (Ari Istiany,2016).
Adapun tiga komponen pola makan yaitu sebagai berikut:
a. Jenis makanan
Merupakan jenis makanan pokok yang dimakan setiap hari.
Membiasakan makan-makanan yang beraneka ragam adalah prinsip pertama dari
gizi seimbang yang universal, bahan makanan yang dikonsumsi oleh remaja
sangat beragam. Setiap manusia membutuhkan makanan yang bervariasi atau
beraneka ragam karena tidak ada satu pun makanan yang mengandung semua
zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Jenis makanan meliputi makanan pokok yang
dikonsumsi setiap kali terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,

4
sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber
makanan utama bagi masyarakat yang tinggal di Indonesia dimana setiap daerah
memiliki makanan utama yang berbeda-beda seperti beras, jagung, sagu, umbi-
umbian dan tepung.
b. Frekuensi makan
Mengacu pada seberapa sering orang makan dalam sehari, termasuk
sarapan, makan siang, makan malam dan makanan selingan. Sedangkan
berdasarkan frekuensi makan merupakan keseringan atau berulang kalinya
individu makan (utama dan selingan) dalam sehari. Frekuensi makan adalah
jumlah makan sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif, makanan secara alami
diproses di dalam tubuh melalui saluran pencernaan dari mulut ke usus kecil.
Menurut Suhardjo (dalam Amaliyah et al., 2021) frekuensi makan merupakan
keseringan atau berulang kalinya individu makan dalam sehari. Adapun
penilaian frekuensi makanan antara lain: Sering dimakan (1x sehari), Dimakan
secara teratur (4-6 kali/ minggu), Biasa dimakan (3 kali per minggu), Kadang-
kadang dimakan (1-2 kali per minggu), Jarang dimakan.
c. Jumlah makan
Berkaitan dengan banyaknya makanan yang di makan dalam setiap
individu dalam kelompok. Sesuai dengan ukuran yang dikonsumsi, jumlah
makanan bergizi harus disesuaikan. Ukuran jumlah makanan yang dikonsumsi
setiap kali makan adalah jumlah atau porsi makan (Oetoro, 2018).
B. Jenis dan Bentuk Makan
Makanan memiliki bentuk padat dan cair yang teksturnya lengket misalnya
cokelat batang, wafer cokelat, biscuit, roti, cokelat, caramel, jelly, pudding, beng-
beng yang mudah melekat pada permukaan gigi. Sedangkan makanan yang bentuk
cair yaitu sirup buah, minuman bersoda, ice cream, es manis, yang tidak melekat
pada permukaan gigi sehingga mudah dibersihkan dari pada makanan berbentuk
padat.jenis makanan ini dapat dikategorikan makanan yang bisa menyebabkan
terjadinya karies gigi ( Rehena,2020).

5
C. Pola Konsumsi Makanan
Pola makanan yang tinggi cenderung lebih beresiko mengalami karies gigi
dibandingkan dengan pola makan yang sangat rendah untuk mengalami karies gigi
pada anak usia sekolah.(Winahyu et al,2019).
Pola konsumsi makanan merupakan gambaran jenis, porsi dan ukuran yang
dikonsumsi oleh tiap individu. Dari pola konsumsi juga terbentuk gambaran
mengenai seberapa besar kecukupan gizi yang telah terpenuhi.
D. Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, mulai dari permukaan gigi (ceruk, fisure, dan inter proksimal) meluas ke
arah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada suatu
permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi,
misalnya dari email ke dentin atau pulpa. Karies dikarenakan berbagai sebab,
diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme, dan air ludah, Permukaan dan
bentuk gigi. Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme,
merupakan penyebab dari karies gigi, sementara penyebab karies yang tidak
langsung adalah permukaan dan bentuk dari gigi tersebut (Tarigan,2012).
Karies adalah interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan
diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak
menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi
jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya. Adapun
Klasifikasi karies Menurut Pea (2018) karies diklasifikasikan menjadi:
1) Karies Email
Karies Email yang terjadi pada lapisan email gigi, pada karies ini orang
yang menderita belum merasakan sakit dan ngilu. Karies email ini dapat
dilakukan perawatan dengan cara di tumpat.
2) Karies Dentin
Karies Dentin berarti gigi berlubang sudah mencampai dentin. Orang
yang menderita karies ini akan merasa ngilu bila gigi berlubang tersebut
kemasukan makanan atau terkena rangsangan dingin. Dentin bisa

6
menghantarkan rangsangan karena didalam dentin terdapat saluran kecil yang
berisi ujung pembulu saraf, darah dan limfe, pada karies ini masih bisa
dilakukan perwatan yaitu dengan cara penumpatan.
3) Karies Pulpa
Karies Pulpa mencapai lapisan pulpa gigi yang berisi sel saraf, dan pembuluh
darah. Orang yang menderita karies ini sudah merasakan keluhan sakit yang
terus menerus yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Komplikasi kemudian
yang diikuti matinya sel saraf sehingga rasa sakit akan berhenti, apabila ketika
saraf mati, proses kerusakan di dalam gigi terus berjalan sampai tulang
penduduk gigi, akibat akan terjadi pembekakan.

Tanda dan gejala awal dari lesi karies yang baru adalah munculnya bercak putih
kapur pada permukaan gigi, ini menunjukan area demineralize enamel. Hal ini
disebut sebagi lesi karies yang baru mulai “microcavity”, sebagi lesi terus
demineralize , dapat berubah menjadi coklat dan akhirnya berubah menjadi sebuah
kavitasi (“rongga”). Sebelum bentuk rongga proses ini reversible, dan struktur gigi
hilang tidak dapat diregenerasi. Sebuah bercak coklat yang kusam dalam
penampilannya mungkin tanda karies aktif Menurut Hongini (2016).

E. Faktor-faktor Penyebab Karies Gigi


Ada empat kriteria utama yang diperlukan untuk pembentukan karies adalah
permukaan gigi (email atau dentin), penyebab bakteri karies, difermentasi
karbohidrat (sukrosa), dan waktu. Semua karies dari dimeneralisasi asam terjadi
dimana makanan (yang mengandung korbohidrat seperti gula) yang tersisa pada
gigi. (Taringan,2018).
1. Gigi
Anatomi gigi dapat mempengaruhi kemungkinan pembentukan karies,
dimana alur dalam gigi banyak dan berlebihan, pit dan fissura karies lebih
mungkin untuk dikembangkan. Juga, karies lebih mungkin untuk berkembang
ketika makanan terjebak diantara gigi.
2. Bakteri

7
Mulut mengandung berbagai bakteri mulut, tetapi hanya beberapa spisies
tertentu dari bakteri yang diyakini gigi berkaries. Streptococcus mutans dan
lactobacilluslah diantara mereka yang paling dekat hubungannya dengan karies.
Lekukan pada oklusal permukaan molar premolar gigi menyebabkan retensi
mikroskopis untuk bakteri plak, seperti melakukan approximal. Plak juga dapat
berkumpul atas atau dibawah gusi dimana ia disebut sebagai supra dan sub
ginggiva.
3. Difermentasi karbohidrat
Bakteri dalam mulut seseorang mengubah glukosa, fruktosa, dan paling
sering sukrosa menjadi asam seperti asam laktat melalui glokolisis proses yang
disebut fermentasi. Jika dibiarkan kontak dengan gigi, asam dapat menyebabkan
demineralisasi, yang pembubaran konten mineral. Jika demineralisasi terus dari
waktu ke waktu, kandungan mineral yang mungkin akan hilang sehingga bahan
organik yang lembut ditinggalkan hancur, membentuk rongga atau lubang.
4. Waktu
Frekuensi gigi yang terkena kariogenik (asam) akan mempengaruhi
pembangunan karies. Setelah makan atau makanan ringan, bakteri dimulut
mengubah metabolisme gula, menghasilkan asam produk yang menurunkan pH.
Setiap paparan lingkungan asam, bagian dari kandungan mineral anorganik pada
permukaan gigi larut dan tetap terlarut selama dua jam. Perkembangan karies
gigi sangat bergantung pada frekuensi paparan asam.
F. Proses Terjadinya Karies Gigi
Faktor yang menyebabkan terjadinya karies memiliki hubungan serta
mendukung yaitu faktor host atau gigi, agen atau mikroorganisme, faktor waktu, dan
faktor makanan.
1. Host/Gigi
Gigi yang sering mengalami lubang gigi yaitu gigi bagian belakang
dikarenakan gigi bagian belakang manusia pada umumnya menyisakan makanan
pada saat makan ( Hafizah,2021).

8
2. Mikroorganisme
Bakteri streptococcus mutans dan lactobacillus merupakan
mikroorganisme atau bakteri plak gigi ( Ramayanti dan Purnakarya,2013).
3. Waktu
Kerusakan gigi dapat terjadi secara cepat melainkan dalam hitungan
bulan atau tahun ( Ramayanti dan Purnakarya,2013).
4. Makanan
Makanan adalah salah satu penyebab terjadinya karies gigi,makan
tersebut ialah makakan kariogenik dikarenakan makanan kariogenik kandungan
karbohidratnya banyak,yang lengket serta mudah hancur didalam rongga mulut (
Rehena,2020).
G. Akibat Karies Gigi
Karies dapat menyebabkan rasa sakit yang berdampak pada gangguan
pengunyahan sehingga asupan nutrisi akan berkurang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Karies gigi yang tidak dirawat selain rasa sakit lama-
kelamaan juga dapat menimbulkan bengkak akibat terbentuknya nanah yang berasal
dari gigi tersebut. Keadaan ini selain mengganggu fungsi pengunyahan dan
penampilan, fungsi bicara juga ikut terganggu (Lindawati, 2014).
H. Pencegahan Karies Gigi
Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, (2011), pencegahan gigi bertujuan
untuk mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam
mulut. Pencegahan karies gigi antara lain :
a. Pola Makan
Makanan bersukrosa memiliki dua efek yang sangat merugikan. Pertama,
seringnya asupan makanan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi
menimbulkan kolonisasi Streptococcus mutans. Meningkatkan potensi karies
pada plak. Kedua, plak lama yang sering terkena sukrosa dengan cepat
termetabolisme menjadi asam organik, menimbulkan penurunan pH plak yang
drastis. Perubahan pola makan baru dapat menjadi efektif jika pasien tersebut
termotivasi dan diawasi. Bukti adanya aktivitas karies baru pada pasien baru

9
pada pasien tersebut remaja dan dewasa mengidentifikasi perlunya konsultasi
pola makan. Tujuan kosultasi pola makan seharusnya untuk mengidentifikasi
sumber sukrosa dan zat yang mengandung asam dalam makanan dan untuk
mengurangi frekuensi asupan 16 keduanya. Perubahan kecil pada pola makan,
seperti mengganti konsumsi makanan ringan dengan yang bebas gula lebih dapat
diterima semua orang daripada perubahan yang drastis (Putri, Herijulianti,dan
Nurjanah,2011).
b. Kontrol Plak
Menurut Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, (2011), salah satu usaha yang
dapat dilakukan untuk mencegah karies gigi adalah menyikat gigi. Menjaga
kebersihan rongga mulut harus dimulai pada pagi hari yaitu dengan menyikat
gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Ketika tidur, aliran saliva
akan berkurang sehingga efek buffer akan kurang, karena itu semua plak harus
dibersihkan (Tarigan, 2014). Kontrol plak dengan menyikat gigi sangat
penting .Sebelum menyarankan hal-hal lain kepada pasien. Agar berhasil, hal-
hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Pemilihan sikat gigi yang baik serta penggunaannya
b. Cara menyikat gigi yang baik
c. Frekuensi dan lamanya penyikatan
d. Penggunaan pasta fluor
e. Pemakaian bahan disclosing
Menurut Putri, dkk, (2011), salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
mencegah karies gigi adalah menyikat gigi. Menjaga kebersihan rongga mulut
harus dimulai pada pagi hari yaitu dengan menyikat gigi pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur. Ketika tidur, aliran saliva akan berkurang sehingga
efek buffer akan kurang, karena itu semua plak harus dibersihkan
(Tarigan,2014).

10
I. Perawatan Karies
Tindakan awal dari perawatan karies gigi,lubang kecil pada gigi sebaiknya
segera ditambal.Gigi yang tidak ditambal segera ditambal proses bertambah besar
lubang pada gigi akan terus berlangsung.Lubang-lubang tidak menutup sendiri
secara alamiah,tetapi diperlukan penambalan oleh dokter gigi ( Afrilina dan
Gracinia,2018).
Gigi yang sakit atau berlubang tidak akan disembuhkan dengan pemberian obat-
obat.Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan
semula dengan melakukan pengeboran atau bagian gigi yang pecah hanya dapat
dikembalikan bentuknya dengan cara penambalan gigi,selain jaringan gigi yang
sakit,jaringan gigi yang sehat juga harus diambil karena bakteri-bakteri sudah masuk
ke bagian gigi yang telah dalam,setelah itu baru dilakukan penambalan untuk
mengembalikan bentuk gigi seperti semula, sehingga dapat berfungsi dengan baik
( Massler,2017).
J. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitannya antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya,atau antara variabel yang lain dari masalah yang
diteliti (Notoadmodjo,2012). Dengan penelitian ini penulis mengamati beberapa
variabel yang terdiri dari:

Pola Makan terdiri dari


Karies Gigi
- Frekuensi

- Jenis Makanan

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan adalah jenis penelitian deskriptif merupakan
metode penelitian yang diguakan untuk menggambarkan masalah yang terjadi pada
masa sekarang atau sedang berlangsung dengan tujuan untuk mendapatkan
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang ada hubungannya dengan
masalah yang diteliti yaitu gambaran pengetahuan pola makan dengan karies gigi.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian SD Negeri Balfai Kabupaten Kupang Tahun 2024.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah Siswa-Siswi Kelas V SD Negeri Balfai Kabupaten
Kupang Tahun 2024 sebanyak 84 orang.
2. Sampel
Dilihat dari jumlah populasi maka pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah Siswa-Siswi Kelas V di SD Negeri Balfai Kabupaten Kupang yang
berjumlah 84 orang. Karena jika total sampel kurang dari 100 maka diambil
semua.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat yaitu pola makan.
2. Variabel bebas yaitu karies gigi.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan pemeriksaan
kesehatan gigi menggunakan format pemeriksaan status kesehatan gigi.
2. Data Sekunder
Data jumlah siswa-siswi yang diperoleh dari kepala sekolah SD Negeri
Balfai Kabupaten Kupang Tahun 2024.

12
F. Defenisi Operasional

G. No Variabel Defenisi Alat ukur Hasil ukur Skala


1 Pola makan Pola makan
merupakan
suatu keadaan Kuesioner a.Baik bila
dimana -Frekuensi total skor
seseorang makanan 10 30-21
memberikan -Jenis Ordinal
b.Sedang
informasi makanan 10
tentang bila total
beberapa skor 20-11
macam c.Buruk
makanan bila total
yang akan skor 0-10
dimakan
setiap hari
dalam
memenuhi
kebutuhan
makan yang
terdiri dari
jenis
makanan dan
frekuensi
makanan
yang di
konsumsi
2. Karies gigi suatu Format
pengukuran pemerikasaan 0,0-1,1 =
untuk status sangat Ordinal
mengetahui kesehatan rendah
tingkat gigi
1,2-2,6 =
kejadian D+M+F=T
karies gigi rendah
2,7-4,4 =
sedang
4,5-6,5 =
tinggi

Skala ordinal mengukur data yang bersifat non-numerik dan nilai intervalnya
tidak diketahui.

13
H. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk pemeriksaan karies gigi adalah sebagai berikut :
1. Diagnostek set ( kaca mulut,sonde,pinset,excavator)
2. Nierbeken
3. Kapas
4. Akohol 70%
5. Cotton pellet
6. Masker
7. Sarung tangan
8. Format kartu status
Instrumen untuk pengukuran frekuensi pola makan dan frekuensi menyikat gigi
serta status kesehatan gigi.
1. Kuesioner
2. Format pemeriksaan kesehatan gigi.
Instrumen pada penelitian ini merupakan alat ukur dan pengumpulan data status
karies dilakukan dengan pemeriksaan indek DMF-T dan pola makan diukur
menggunakan pengisian kuesioner Food Frequency Questionnaire ( FFQ).
1. Untuk mendapatkan pola makan menggunakan kuesioner dengan 20
pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan jawaban diantaranya ( SR) diberi
jawaban 1, Jarang (JR) diberi jawaban 2,dan tidak pernah (TP) diberi
jawaban 0.
2. Kemudian masing-masing skor dijumlahkan dan ditentukan oleh kriteria
frekuensi mengonsumsi makanan.
a Baik bila total skor 30-21
b Sedang bila total skor 20-11
c Buruk bila total skor 0-10
3. Untuk mendapatkan data dengan mengisi format pemeriksaan indeks karies
gigi ( DMF-T) dengan memberi kode 0 ( Sehat), kode 1 (Karies), kode 2
( tumpatan dengan karies), kode 3 ( tumpatan tanpa karies), kode 4

14
( dicabut), kode 5 ( dicabut karena sebab lain), kode 6 ( fissure sealant), kode
7 ( protesa cekat), kode 8 ( gigi tidak tumbuh), kode 9 ( lain-lain).
Kemudian masing-masing diberi skor dijumlahkan dan ditentukan oleh
kriteria :
a. 0,0-1,1 = sangat rendah
b. 1,2-2,6 = rendah
c. 2,7-4,4 = sedang
d. 4,5-6,5 = tinggi
e. > 6,6 = sangat tinggi
I. Jalannya Penelitian
1. Persiapan
a Penentuan lokasi penelitian
b Mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala Sekolah SD
Negeri Balfai Kabupaten Kupang dengan bekal rekomendasi dari Ketua
Jurusan Kesehatan Gigi.
2. Pelaksanaan
a Memberikan kuesioner kepada para Siswa-Siswi Kelas V SD Negeri Balfai
Kabupaten Kupang untuk mendapatkan data pola makan kuesioner
dibacakan secara langsung kepada responden dan diberikan penjelasan
secara lisan mengenai butir pertanyaan.
b Melakukan pemeriksaan untuk melihat keadaan rongga mulut serta mengisi
format pemeriksaan karies gigi pada Siswa-Siswa Kelas V SD Negeri Balfai
Kabupaten Kupang.
J. Analisa data
Setelah data diolah dan dikumpulkan berdasarkan distribusi frekuensi dan
disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif berdasarkan presentase.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2013). Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo


2013. Sukoharjo. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.

Ghofur, A.Buku Pintar Kesehatan Gigi dan Mulut, Mitra Buku, Jogjakarta,2012.

Hongini, Y. S., & Adityawarman, M. (2012).Kesehatan Gigi dan Mulut. Bandung:


Pustaka Reka Cipta.

Budisuari A.M., Oktarina & Mikrajab A.M. 2010.Hubungan Pola Makan dan
Kebiasaan Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan Mulut (Karies) Di
Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.

Indah Z, dkk. (2013). Penyakit Gigi, Mulutdan THT. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kartikasari, H.Y., Nuryanto, (2014), Hubungan Kejadian Karies Gigi Dengan


Konsumsi Makanan Kariogenik dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar.

Mumpuni (2013).“45 Masalah dan Solusi Penyakit Gigi dan Mulut”.Yogyakarta :Andi

Sondang, P., & Hamada , T., Menuju Gigi Dan Mulut Sehat Pencegahan dan
Pemeliharaan

Ramayanti,s., dan Purnakarya,I.(2013). Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies


Gigi Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,7(2),89-93
.https://doi.org/10.24893/jkma.v7i2.114.

Rehena,Z.(2020).Hubungan Jenis Dan Frekuensi Konsusmsi Makanan Dengan


Kejadian Karies Gigi Pada Anak SD Negeri 5Waai Kabupaten Maluku Tengah
Zasendy. Moluccas Health Journal,2(April),1-8.

Keumala,C.R.(2020). Hubungan pola makan dengan karies gigi pada murid sekolah
dasar,Jurnal SAGO Gizi Dan Kesehatan.

Putri .,MH,Herijulianti E,Nurjannah N,2010. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras


dan jaringan pendukung gigi,Buku,Kedokteran.,EGC.M.,Jakarta.

Taringan.,R.,2013.Karies Gigi.ECG.,Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai