Anda di halaman 1dari 11

NASIB ANJING MILIK NURUL (video)

Tugas Individu
Unit Pembelajaran 2: Sistem Saraf Tepi
Modul I : Nasib Anjing Milik Nurul (video)
BLOK 5 SISTEM SARAF DAN LOKOMOSI

Oleh
Candra Nunus Andayani
10/302343/KH/06700

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
20 April 2011
2| UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimana struktur makroanatomi sistem saraf tepi?
2. Bagaimana fungsi dari sistem saraf perifer?
3. Bagaimana mekanisme gerak refleks?
4. Jelaskan definisi dan mekanisme neurotransmitter!
PEMBAHASAN
1. Bagaimana struktur makroanatomi sistem saraf tepi?
Sistem saraf perifer (PNS) terdiri atas nervus cranial, yang muncul dari aspek inferior
encephalon, dan nervus spinal yang muncul dari medulla spinalis. Sistem saraf otonom
(ANS) adalah bagian fungsional dari sistem nervus. Dia terdapat komponen dengan
CNS dan nervus spesifik. ANS masih dibagi menjadi bagian simpatik dan bagian
parasimpatik yang memberikan inervasi ke otot polos dan otot jantung, mirip kelenjar.
Sistem nervus simpatik menghubungkan inervasi otot skelet, yang memiliki kontraksi
volunter dan involunter. Sistem nervus visceral didesain untuk menginervasi otonom
dari organ visceral (Kent, 2010).
Nervus periver sebagian besar tersusun dari neuron sensorik dan neuron motorik secara
bersama-sama, ini disebut nervus mixed. Beberapa nervus cranial, akan tetapi, yang
tersusun dari hanya neuron sensoris atau neuron motoris saja. Nervus sensoris melayani
rangsang khusus dari penyedap, penciuman, penglihatan, pendengaran dan
keseimbangan. Nervus motoris menghubungkan impuls ke otot, meyebabkan mereka
berkontraksi, atau ke kelenjar, yang menyebabkan mereka sekresi (Kent, 2010).
Didalam PNS terdapat sel body yang secara fungsional berhubungan dengan neuron
yang dirumpunkan bersama sebagai ganglion (Kent, 2010).
Ganglion (jamak, ganglia) adalah sekelompok badan sel, yang seringkali mempunyai
fungsi yang serupa, dalam sistem saraf tepi (Campbell, 2004).
Nervus cranialis
Nervus cranialis berasal dari encephalon, pada hewan tingkat tinggi berjumlah 12
pasang, sednagkan pada hewan tingkat rendah hanya 10. Nervus cranialis keluar dari
brain stem dan ventral cerebrum dan diberi nama dari anterior ke posterior sesuai
fungsi, distribusi dan aksi otot yang diinervasi. Berikut disajikan dalam bentuk tabel
keduabelas nervus cranialis tersebut.
3| UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

Sumber: Kent, 2010


Pada N. Trigeminus memiliki 3 cabang:
1. N. Ophtalmicus
N. Ophtalmicus bersifat sensoris, masuk fossa orbitalis dan memberikan 3 cabang
yaitu : N. cornualis, N. Iacrimalis, dan N. frontalis, kemudian melanjut sebagai N.
nasociliaris.
4| UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

2. N. Maxilaris
Terbagi dalam N. Infra orbitalis dan N. Spheno palatina.
3. N. Mandibularis
Pada m. pterigoideus yang lateral syaraf terbagi dalam beberapa cabang yaitu :
1. N. Buccinatorius
2. N. Temporalis Profundus
3. N. Massetericus
4. N.Temporalis superficialis
5. N. Pterygoideus
6. N. Lingualis
7. N. Alveolaris Mandibularis
Nervus spinalis
Pada mamalia secara umun terdapat 31 pasang nervus spinalis dikelompokkan sebagai
berikut: 8 nervus cervicalis, 12 nervus thoraksika, 5 nervus lumbar, 5 nervus sacral dan
1 nervus coccygeal (Kent, 2010).
Secara komparasi jumlah nervus spinalis pada beberapa spesies hewan sebagai berikut:

Nervus spinalis
Kuda Sapi Anjing

Cervix 8 8 8

Thorax 18 13 13

Lumbal 6 6 7

Sacral 5 5 3

Coccygeal 5 5 5

Jumlah
42 37 36

Nervus cervicalis.
C1: keluar melewati canalis intervertebralis atlas
D (cabang dorsal): musculus dan kulit di bag. Dorsal kepala hingga frontal
5| UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

V (cabang ventral): bersama ramus communicant, ganglion cervicalis anterior


innervasi m. sternothyrohyoideus
C2:keluar melewati canalis intervertebralis axis
D: m. obliquus capitis dan kulit di dorsal leher
V: ke n. spinalis acesory dan n. cutaneus kemudian melanjut ke n. auricula
cutaneus posterior
C3-5: tidak ada yang khusus menginervasi musculus dan kulit leher
C6: V: berkontribusi pada plexus brachialis dan n. prenicus
N. Thoracica
Sebanyak 13 pasang sesuai jumlah vertebrae thoracalis. Cabang dorsal: (1) Cabang
medial menginervasi musculus daerah punggung, (2) Cabang lateral merupakan n.
cutaneus, dan (3) Cab. ventral mrpk n. intercostalis, juga dihubungkan dengan trunkus
sympathicus.
N. Lumbaris
Sebanyak 6 pasang, terdiri: (1) cab dorsal: inervasi m. lumbaris dan kulit di dekatnya,
(2) Cab ventral: dihubungkan dengan trunkus sympathicus oleh ramus comunican.
Plexus lumbosacral
Merupakan anastomose cabang ventral n. spinalis lumbar ke 3 terakhir (L4, L5,
L6) dan sacral kedua pertama (S1, S2). 5 cabang dibentuk adalah: N femoralis,
N obturator, N sciatic, N gluteus anterior, N gluteus posterior.
Cabang ventral n. spinalis lumbalis ke 3 atau 4 yang menginervasi dinding abdomen:

Nervus Hewan dengan 6 pasang n. lumbalis Hewan dengan 7 pasang n.


(kuda, sapi) lumbalis (carnivore)

L1 n. Iliohypogastric n. iliohypogastric cranialis

L2 n. ilioinguinalis n. iliohypogastric caudalis

L3 n. genitofemoralis dan femoralis n. ilioinguinalis


cutaneus lateral

L4 -- n. genitofemoralis dan femoralis


cutaneus lateralis
N Sacral
6| UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

Sebanyak 5 pasang, muncul dari conus medularis. 2 Cabang pertama sebagai plexus
lumbosacral. Cab ventral ke 3 sebagai n pudic, ke 4 n hemorrhoid posterior, ke 5 ke m
spinter ani externus.
N Coccygeal
Sebanyak 5-6 pasang, muncul dari bagian akhir corda spinalis. Innervasi struktur ekor

Bagan sistem saraf tepi:


Peripheralnervous
Peripheral nervous
system
system

BagianSensoris
Bagian Sensoris BagianMotoris
Bagian Motoris

Bagiansensoris
Bagian sensoris Bagiansensoris
Bagian sensoris Bagianmotorik
Bagian motorik Bagianmotorik
Bagian motorik
visceral
visceral somatik
somatik visceral
visceral somatik
somatik

Bagiansimpatetik
Bagian simpatetik

Bagianparasimpatetik
Bagian parasimpatetik

Bagan Sistem saraf tepi, sumber: Saladin, 2003


2. Bagaimana fungsi dari sistem saraf perifer?
Unit fungsional sistem saraf pada vertebrata maupun avertebrata adalah neuron. Neuron
merupakan sel yang sangat terspesialisasi, mengandung berbagai organel khas yang
ditemukan pada kebanyakan sel eukariotik, sangat teradaptasi bagi komunikasi berkat
penjulurannya yang laksana kabel. Dendrit adalah penjuluran-penjuluran, seringkali
bercabang-cabang seperti pohon, yang mengangkut impuls menuju badan sel pusat.
Badan sel adalah daerah yang lebih tebal di neuron dan mengandung nukleus serta
sebagian besar sitoplasma. Akson adalah penjuluran, umumnya sangat panjang, yang
mengangkut impuls menjauhi badan sel. Biasanya neuron hanya memiliki satu akson
tunggal. Banyak akson dan bahkan dendrit dapat berkombinasi hingga membentuk satu
saraf tunggal (Fried, 2006).
7| UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

Neuron disokong, baik dalam pengertian mekanis maupun metabolik, oleh sel-sel glia.
Sel-sel tersebut jauh lebih banyak jumlahnya daripada neuron dan sangat beragam baik
dalam hal arsitektur maupun fungsi spesifiknya. Di otak dan sumsum tulang belakang,
sel-sel glia disebut neuroglia. Di neuron sistem saraf tepi yang jauh letaknya dari pusat,
yang mengangkut impuls-impuls menuju dan dari sistem saraf pusat, jaringan
penyokongnya tersusun atas sel-sel Schwann. Sel-sel Schwann itu cenderung tumbuh
mengitari akson sehingga akson terbungkus dalam pelindung berlapis-lapis yang
bersifat mengisolasi listrik, disebut selubung mielin. Selubung bermembran dan
berlemak tersebut, yang merupakan ciri dari serabut-serabut saraf paling tepi pada
vertebrata, menyebabkan terbentuknya kabel terisolasi yang cepat dan sangat efisien
untuk transmisi impuls (Fried, 2006).

Mekanisme Penghantaran Impuls


Ketika neuron tidak sedang menghantarkan impuls, neuron disebut dalam keadaan
istirahat. Pada kondisi tersebut, terdapat sebuah potensial istirahat (perbedaan muatan)
antara bagian dalam dan bagian luar membran. Terdapat konsentrasi ion natrium yang
lebih tinggi diluar membran, sedangkan didalam terdapat konsentrasi ion kalium yang
lebih tinggi. Sebagai tambahan, terdapat sejumlah protein bermuatan negatif disdebelah
dalam. Gradien konsentrasi itu dipertahankan oleh dua faktor: impermeabilitas
membran yang sedang berada dalam kondisi istirahat terhadap Na + dan kerja pompa
Na+/K+ yang, dengan dorongan ATP, mentransfer Na+ keluar dan memompa K+
kedalam. Karena gradien tersebut, bagian neuron dalam relatif negatif terhadap bagian
luar; terdapat suatu perbedaan potensial yang kira-kira sebesar -60 mV diantara kedua
sisi membran. Kecenderungan alamiah untuk mengoreksi ketidak seimbangan yang
tidak stabil secara energi itu adalah kekuatan pendorong terjadinya impuls saraf (Fried,
2006).
Ketika sebuah neuron distimulasi, titik stimnulasi tiba-tiba menjadi permeabel terhadap
ion-ion natrium, yang mengalir masuk dan mendepolarisasi membran (dengan kata lain
menghilangkan perbedaan potensial), seiring diseimbangkannya muatan internal yang
negatif oleh ion-ion positif yang mengalir masuk. Cukup banyak Na + yang masuk
hingga bagian dalam membran menjadi positif selama beberapa milidetik. Pergeseran
muatan itu menjadi dasar impuls neural, atau potensial aksi. Walaupun hanya terjadi
disuatu tempat saja dineuron, pergeseran muatan itu memicu depolarisasi diarea yang
8| UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

bersebelahan, dan dengan demikian menginisisasi potensial aksi baru. Proses tersebut
berlanjut sebagai suatu gelombang depolarisasi disepanjang akson. Karenanya impuls
sebenarnya tidak ditranspor kemana-mana, tetapi seperti sebuah gelombang air
diciptakan ulang disetiap titik (Fried, 2006).
Pada neuron yang terbungkus selubung mielin, yang terlapisi lipid itu tidak
memungkinkan pertukaran ion antara cairan ekstra seluler dengan bagian interior
neuron, gelombang depolarisasi berkelanjutan tidak mungkin terjadi seperti pada
serabut-serabut yang tak termielinaasi. Sebuah cara lain bagi propagansi impuls saraf
pada neuron yang terselubung mielin telah dievolusikan. Sebenarnya, selubung mielin
disela secara teratur disepanjang neuron oleh rentangan-rentangan pendek membran tak
termielinasi. Nodus-nodus Ranvier tersebut mampu menginisiasi potensial aksi seperti
juga neuron tak termielinasi. Potensial aksi itu menghasilkan arus listrik yang bergerak
secara spontan melalui cairan ekstraseluler maupun intraseluler menuju nodus
berikutnya, dimana arus itu menginisiasi depolarisasi lagi, dan begitu seterusnya. Proses
melompat-lompat itu (penghantaran saltatoris) lebih cepat daripada transmisi dalam
serabut serabut tak termielinasi, sebab impuls terutama ditransmisikan sebagai arus
listrik, bukannya melalui proses-proses kimiawi yang lebih lambat, yang terlibat dalam
penciptaan ulang potensial aksi secara terus menerus. Bahkan pada segmen-segmen
kimiawi transmisi (dalam nodus), prosesnya berlangsung lebih cepat daripada dalam
membran-membran tak termielinasi, sebab nodus 500 kali lebih permeabel terhadap ion
(Fried, 2006).
3. Bagaimana mekanisme gerak refleks?
Refleks adalah respon seragam dan otomatis terhadap sebuah stimulus spesifik (Fried,
2006).
Refleks sentakan lutut merupakan contoh respon sederhana. Satu ketukan pada lutut
akan menyebabkan tarikan pada tendon yang berhubungan dengan otot paha (kuadrisep)
sehingga menarik kaki bagian bawah. Reseptor regangan pada otot akan mendeteksi
tarikan itu. Ketika dirangsang, neuron sensoris mengirimkan sinyal ke sinapsis dengan
neuron motoris pada sumsum tulang belakang. Selanjutnya neuron motoris
mengirimkan pesan ke kuadrisep agar berkontraksi (meregangkan kaki) (Campbel,
2004).
Refleks sentakan lutut bisa digambarkan sebagai berikut:
9| UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

a. Refleks sentakan lutut disebabkan oleh ketukan pada tendon yang beerhubungan
dengan otot kuadrisep
b. Reseptor sensoris mendeteksi peregangan mendadak pada otot kuadrisep
(ekstensor) paha.
c. Neuron sesnsoris mengirimkan informasi ke
d. Sinapsis dengan neuron motoris pada sumsum tulang belakang.
e. Neuron motoris mengirimkan sinyal ke otot kuadrisep untuk berkontraksi, yang
menyentakkan kaki bagian bawah kearah depan. Hanya dua jenis neuron
(sensoris dan motoris) yang memperantarai kerja refleks yang sesungguhnya,
akan tetapi
f. Neuron sensoris dari kuadrisep juga berkomunikasi dengan interneuron di
sumsum tulang belakang.
g. Selanjutnya interneuron menghambat neuron motoris yang
h. Mengirimkan sinyal ke otot kaki yang berbeda (fleksor), yang kerjanya
berlawanan dengan otot kuadrisep. Inhibisi ini menghambat fleksor sehingga
tidak berkontraksi, yang akan menahan kerja kuadrisep.
(Campbell, 2004).
4. Jelaskan definisi dan mekanisme neurotransmitter!
Titik asosiasi akson dan dendrit disebut sinapsis. Pada sinapsis tipikal mamalia terdapat
sebuah celah yang jelas (disebut celah sinapsis) dititk pertemuan sinapsis, biasanya
sekitar 18-20 nanometer lebarnya. Pergerakan impuls saraf menyeberangi celah tersebut
terutama merupakan suatu peristiwa kimiawi yang diperantarai oleh neurotransmiter-
neurotransmiter semacam asetilkolin (ACh), asam γ-aminobutirat (GABA),
noradrenalin dan serotonin (Fried, 2006).
Jadi neurotransmitter adalah mesenjer kimiawi yang dibebaskan dari terminal sinaptik
sebuah neuron pada suatu sinapsis kimiawi yang berdifusi melewati celah sinaptik dan
berikatan dengan dan merangsang sel pascasinaptik (Campbell, 2004).
Mekanisme sinapsis:
Ketika potensial aksi mendepolarisasikan membran termunal sinaptik, potensial aksi itu
(1) memicu aliran masuk Ca2+ yang (2) menyebabkan vesikula sinaptik menyatu dengan
membran neuron prasinaptik. Ketika vesikula sinaptik menyatu dengan membran, (3)
molekul neurotransmitter dibebaskan kedalam celah sinaptik, molekul ini berdifusi
10 | UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

menembus celah dan berikatan dengan reseptor saluran ion yang tertanam dalam
membran pascasinaptik itu. (4) pengikatan molekul neurotransmitter dengan reseptor
spesifiknya akan membuka saluran ion. Pergerakan ion yang dihasilkan akan mengubah
voltase membran pascasinaptik, sehingga memindahkan potensial membran menuju
harga ambang yang diperlukan untuk suatu potensial aksi atau menghiperpolarisasikan
membran (suatu sinapsis inhibitoris). (5) pada kasus lain, neurotransmitter secara cepat
dirombak oleh enzim atau diambil kembali oleh neuron lain, yang menutup saluran ion
dan mengakhiri respon sinaptik.
Jenis-jenis neurotransmitter yang dikenal
Neurotransmitter Struktur Golongan Tempat sekresi
fungsional
Asetilkolin O Eksitatoris pada Sistem sarf pusat;
Sistem H2C-C-O-CH2-CH2-N+- otot rangka saraf tepi;
(CH3)3 vertebrata; persambungan
eksitatoris atau pada
inhibitoris pada neuromuskuler
tempat lain vertebrata
Amina Biogenik
Norepinephrin Eksitatoris atau SSP, SST
inhibioris
Dopamin Umumnya SSP,SST
eksitatoris, bisa
inhibitoris pada
beberapa tempat
Serotonin Umumnya SSP
inhibitoris
Asam amino
GABA H2NCH2CH2CH2COOH Inhibitoris SSP,
persambungan
neuromuskuler
invertebrata
Glisin H2NCH2COOH Inhibitoris SSP
Glutamat Eksitatoris SSP,
persambungan
neuromuskuler
invertebrata
11 | UP 2/Modul I/BLOK 5/6700

Eksitatoris SSP
Aspartat
Neuropeptida
Substansi P Arg Pro Lys Pro Gln Gln Eksitatoris SSP, SST
Phe Phe Gly Leu Met
Met-enkefalin Tyr Gly Gly Phe Met Umumnya SSP
inhibitoris
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, Reece, Mitchell. 2004. Biologi, Fifth Edition. jilid 3. Jakarta:
Erlangga. Hal 202-205
Fried, George H dan George J. Hademenos. 2006. Schaum’s Outlines Biologi, Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga. Bab 22 hal. 255-256.
Kent, M Van De Graff. 2010. Schaum’s Outline of Human Anatomy and Physiology,
3rd. Ed. New York: McGraw-Hill Companies. Hal. 182-193
Saladin. 2003. Anatomy and Physiology, the unity of form and function. New York:
The McGraw-Hill Companies. Hal. 444

Anda mungkin juga menyukai