Fraud Dan Karakteristiknya Kelompok Risma Carita PDF
Fraud Dan Karakteristiknya Kelompok Risma Carita PDF
FRAUD DAN
KARAKTERISTIKNYA
AKUNTANSI FORENSIK
Disusun Oleh :
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan Maha
Kuasa karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“FRAUD DAN KARAKTERISTIKNYA.” Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah
guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Forensik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan dari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun, dengan segala kekurangan yang ada, penulis berharap bahwa makalah ini dapat menjadi
suatu sumbangan kecil dalam hal ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Akuntansi
Forensik.
Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang sangat
membantu penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan,
dorongan, bimbingan, doa, kritikan, pemikiran-pemikiran, kesabaran, dan kesempatan yang telah
diberikan.
Akhir kata, apabila terdapat kesalahan penulisan dan kalimat yang kurang berkenan, baik
disengaja maupun tidak, penulis memohon maaf. Terima kasih.
Penulis
PENDAHULUAN
Kecurangan (Fraud) adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk menipu /memanipulasi pihak
lain sehingga menjadi korban dan mederita kerugian dan pelakunya memperoleh keuntungan.
Semua organisasi berisiko dan rentan menjadi sasaran dari Fraud.
Fraud atau kecurangan yang dilakukan, baik oleh pihak internal perusahaan (manajemen)
maupun oleh pihak eksternal perusahaan (supplier), dapat menimbulkan kerugian yang cukup
signifikan bagi perusahaan yang bersangkutan. Faud dalam hal “memperindah” laporan
keuangan tentu mengakibatkan kerugian tersendiri bagi pihak investor. Mereka dapat terkecoh
dengan melihat fluktuasi laba perusahaan dan dengan segera menginvestasikan dana mereka
pada perusahaan tersebut, padahal keadaan yang sebenarnya adalah terjadi manipulasi dalam
pembuatan laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Perusahaan juga akan merasakan imbas dari hal ini. Jika kecurangan semacam ini terpublikasi di
kalangan masyarakat, maka citra dan reputasi perusahaan akan menurun dan pada akhirnya
berakibat pada menurunnya jumlah investor yang bersedia menanam modal di perusahaan
tersebut.
Sementara itu, kecurangan dalam hal penggelapan asset atau mark up pembelian akan berakibat
langsung pada laba perusahaan.
Dalam dekade terakhir ini, dengan terungkapnya skandal pada berbagai perusahaan baik nasional
maupun internasional, telah mengarahkan publik dan pemegang saham maupun pemangku
kepentingan untuk menuntut perusahaan agar tidak mentoleransi Fraud.
Para pelaku fraud, dengan berbagai macam motivasi, akan selalu berusaha mendapatkan celah
untuk melakukan tindakan fraud guna mendapatkan keuntungan yang diinginkannya. Oleh
karena itu, perusahaan perlu menerapkan control yang kuat demi menghindari kerugian yang
akan ditimbulkan oleh fraud.
A. DEFINISI
Menurut Black’s Law Dictionary dalam Prasetyo et al (Peak Indonesia, 2003), fraud
didefinisikan sebagai: “Mencakup semua macam yang dapat dipikirkan manusia, dan
yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan
saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tak terduga,
penuh siasat licik atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan
orang lain tertipu”.
Sedangkan menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah:
“Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan
tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan
orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi
ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain”.
Ada 3 elemen kunci yang mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan
fraud.ke 3 elemen kunci yang sering disebut dengan Fraud Triangel tersebut antara lain :
Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud Triangle) berikut:
Pressure pada seseorang atau individu akan membuat mereka mencari kesempatan
untuk melakukan fraud. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan pressure antara lain:
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut
juga dengan teori GONE,
yaitu Greed (keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (kebutuhan), Exposure (pen
gungkapan).
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan
faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi
sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).
1. Faktor generic
Kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan tergantung pada
kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan
kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada yang mempunyai
kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu
organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan
kecurangan daripada karyawan
Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak terulangnya
kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain.
Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya dikenakan sanksi apabila
perbuatannya terungkap.
2. Faktor individu
Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed).
Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang lebih cenderung
berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan pegawai/pejabat yang
terkait dengan aset yang dimiliki perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja.
Selain itu tekanan (pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan
orang yang jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan.
Indikator Fraud
Indikator Fraud (Red Flags of Fraud) pada perusahaan menurut Krell (2002) dalam
Bartkova (2005) adalah:
C. KARAKTERISTIK FRAUD
Dilihat dari pelaku fraud maka secara garis besar kecurangan bisa dikelompokkan
menjadi dua jenis :
1. Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting).
Salah Saji Yang Timbul Karena Kecurangan Pelaporan Keuangan
a. Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan
ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena
kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah
irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali
dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa :
Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.
Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional
comissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan
keuangan. Contoh salah saji jenis ini adalah :
• Penggelapan terhadap penerimaan kas.
• Pencurian aktiva perusahaan.
• Mark-up harga
• Transaksi “tidak resmi”.
b. Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang berasal dari kecurangan
pelaporan keuangan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Karakteristik Manajemen Faktor-faktor risiko dalam kelompok ini menyangkut
kemampuan, tekanan, gaya, dan sikap manajemen yang berkaitan dengan
pengendalianinternal dan proses pelaporan keuangan. Secara rinci, faktor-faktor
risiko tersebut adalah:
o Komitmen manajemen kepada analis atau kreditor terhadap penyelesaian utang
perusahaan yang terlalu agresif atau tidak realistis.
o Manajemen melakukan cara-cara yang tidak semestinya untuk menurunkan
labaguna memperkecil pajak
2. Kondisi-kondisi Industri. Faktor-faktor risiko yang termasuk dalam kelompok
inimeliputi faktor-faktor ekonomi dan peraturan-peraturan yang terkait dengan
operasi perusahaan, antara lain:
Kemampuan perusahaan menghasilkan laba tidak memadai atau lebih
rendahdibanding dengan perusahaan lain yang sejenis (kualitas laba yang rendah).
Tuntutan ganti rugi dan keluhan dari mitra kerja dan pelanggan meningkat.
3. Karakteristik Operasi dan Stabilitas Keuangan. Faktor-faktor berikut ini
berkaitandengan sifat dan rumitnya transaksi, kondisi keuangan, dan kemampuan
perusahaandalam memperoleh laba.
Transaksi dalam jumlah besar dan tidak biasa atau sangat rumit pada akhir tahun.
Pertumbuhan laba yang tidak biasa dibanding dengan pertumbuhan laba
yangdiperoleh perusahaan sejenis.
2. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva
(misstatements arising from misappropriation of assets).
Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asingyang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
D. JENIS-JENIS FRAUD
Kecurangan, pada dasarnya adalah perbuatan yang mengarah kepada hal negative dimana
perbuatan yang dilakukan akan menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak
lainnya. Akibat dari kecurangan sangat serius. Tetapi kecurangan yang tampak atau
terlihat hanya sebagian kecilnya yakni 20% dan 80% nya tidak terungkap.
Jenis kecurangan yang selama ini dikenal meliputi kecurangan-kecurangan berikut ini.
b. Management Fraud
Yaitu kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, biasanya dengan melakukan
penyajian laporan keuangan yang tidak benar untuk keuntungan organisasi atau
perusahaan. Untuk menraik investor, manajemen merekayasa laporan keuangannya yang
tidak baik menjadi seolah-olah menguntungkan (hal ini dikenal sebagai fraudulent
financial reporting).
Yang menjadi korban atas kecurangan ini adalah public investor. Bila dampaknya
sangat material dan kasusnya terungkap, dapat mengakibatkan kebangkrutan dan
merugikan semua stakeholder perusahaan. Management fraud ini termasuk dalam
kategori kejahatan kerah putih (white collar crime)
c. Investment Scam
Yaitu kecurangan yang dilakukan dengan membujuk investor dengan
menanamkan uangnya pada suatu bentuk investasi dengan janji akan memperoleh hasil
investasi yang berlipat dalam waktu cepat. Untuk meyakinkan investor, pada awal
investasi investor diberikan hasil seperti yang dijanjikan, tetapi pada waktu kemudian
macet.
d. Vendor Fraud
Yaitu kecurangan yang dilakukan oleh pemasok atau organisasi yang menjual
barang atau jasa dengan harga yang terlalu tinggi dibandingkan dengan kualitasnya, atau
barang/jasa tidak direalisasikan walaupun pembeli telah membayar. Korbannya adalah
pembeli. Jika pemebelinya adalah suatu organisasi atau perusahaan, penjual sering
memberikan pengembalian (kickback) kepada petugas pembelian, karena vendor fraud
sering dilakukan dengan pejabat terkait.
e. Customer Fraud
Yaitu kecurangan yang dilakukan pemebeli/pelanggan. Pembeli tidak/kurang
membayar harga barang/jasa yang diterima. Korbannya adalah penjual.
f. Computer Fraud
Yaitu kecurangan yang dilakukan dengan cara merusak program computer, file
data, system operasi, alat atau media yang digunakan yang mengakibatkan kerugian bagi
organisasi yang system komputernya dimanipulasi.
E. TINDAKAN FRAUD DI ENTITAS KOMERSIAL DAN ENTITAS PEMERINTAH
Tindak kecurangan / fraud dapat terjadi di entitas mana saja, baik entitas komersial
maupun entitas pemerintah. Berikut adalah contoh tindak kecurangan yang biasa terjadi
di dalam entias komersial maupun entitas pemerintah.
Fraud di entitas komersial dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian besar, yaitu fraud
dalam laporan keuangan, fraud dalam hal penyalahgunaan asset, dan korupsi.
1. Rendahnya anggaran penerimaan pajak, PBB, Bea Cukai, retribusi dan pajak lainnya
dibanding potensi yang tersedia.
2. Manipulasi restitusi pajak.
3. Laporan SPT pajak bulanan maupun tahunan yang tidak sesuai dengan potensi pajak
yang sesungguhnya.
4. Kesalahan pengenaan tarip pajak maupun bea.
5. Pembebasan pajak atas bahan baku impor tujuan ekspor tidak sesuai data
sesungguhnya.
6. Perusahaan yg ditunjuk oleh pemerintah pusat /daerah memperkecil data volume
produksi pertambangan atau hasil alam.
7. Memperbesar biaya cost recovery, sehingga setoran hasil menjadi berkurang.
8. Kontrak pembagian hasil atas tambang yang merugikan negara.
9. Pemegang HPH maupun masyarakat mengeksploitasi hutan diluar kewilayahannya.
10. Penjualan aset pemerintah tidak berdasar harga wajar atau harga pasar.
11. Pelaksanaan tukar guling (ruislaag) yang merugikan negara dan pemanfaatan tanah
negara yang harga sewanya tidak wajar (dibawah pasar).
12. Penerimaan yang seharusnya masuk ke rekening kas negara, namun masuk ke
rekening atas nama pejabat atau perorangan, meskipun pejabat tersebut pimpinan
instansi yang bersangkutan, namun cara ini berpotensi merugikan negara.
F. PENGENDALIAN FRAUD
Seluruh pegawai cenderung tidak akan melakukan fraud jika mereka percaya bahwa
mereka akan ditangkap bila melakukan fraud. Fraud masih dapat dilakukan meskipun
system pengendali telah ditempatkan secara periodic untuk mencegah fraud jika pegawai
tidak memperdulikan fungsi control itu sendiri. Prinsip ini dapat bekerja sebaliknya.
Fraud dapat dicegah meskipun controlnya lemah akan tetapi setiap orang percaya bahwa
control tersebut ada pada tempatnya. Jadi kunci untuk mencegah timbulnya fraud adalah
dengan meningkatkan persepsi bahwa pelaku fraud akan ditangkap jika melakukan fraud.
Tujuan ini akan tercapai melalui kombinasi berikut : sistem pengendalian internal yang
kuat misalnya dengan melakukan check and recheck kebenaran seluruh isi data dan
dokumen oleh checker/supervisor atau bila perlu oleh manager dan harus dibuktikan
dengan tandatangan, tanggal dan waktu dilakukannya check, membentuk fraud hotline
dan training untuk mengenal tanda-tanda dari fraud. Manajemen juga harus
mempertimbangkan publikasi hasil investigasi fraud untuk menunjukkan kepada seluruh
pegawai bahwa seluruh aktivitas fraud tidak dapat ditoleransi .
Beberapa cara pengendalian fraud :
1. Teladan dari atas
Ini adalah hal paling sederhana untuk dilakukan namun menuntut komitmen yang kuat
dari top manajemen, membangun suatu budaya jujur dan etika moral yang tinggi harus
dimulai dari Top Manajemen Penelitian di dalam pengembangan moral secara serius
telah menegaskan bahwa kejujuran di dalam perusahaan hanya dapat diterapkan dengan
baik, apabila pimpinan memberi contoh secara tepat, "The Tone At The Top”
2. Konfirmasi
Manajemen perlu dengan jelas menegaskan kepada seluruh karyawan untuk memikul
tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan "code of conduct". Semua karyawan
sampai senior manajemen dari fungsi keuangan dan bidangbidang yang rentan terhadap
perilaku tidak etis (seperti, pengadaan, penjualan, dan pemasaran) diwajibkan
menandatangani pernyataan "code of conduct" minimal setahun sekali, sebagai
penegasan atas komitmennya.
3. Menciptakan iklim kerja yang positif
Lingkungan kerja yang positif dapat meningkatkan moral dan mempengaruhi sikap atau
niat karyawan untuk tidak melakukan kecurangan, pada lingkungan kerja yang posisif
akan membebaskan karyawan dari perasaan hanya dimanfaatkan, diancam atau
diacuhkan oleh manajemen
4. Pelatihan
Setiap karyawan baru wajib dilatih mengenai nilai-nilai perusahaan dan aturan yang
perilaku. Pelatihan ini harus mencakup apa yang diharapkan dari seluruh karyawan
berkenaan dengan daftar jenis masalah, termasuk kecurangan yang terjadi atau indikasi
yang dicuragi yang harus dikomunikasikan , disertai dengan contoh-contoh kasus.
5. Menciptakan kultur kejujuran dan etika perusahaan
Melihat maraknya fraud hamper di semua level perusahaan ada beberapa hal yang secara
sistematis perlu dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu perusahaan sebaiknya bisa
menjunjung nilai-nilai kejujuran dalam setiap filosofi yang mereka anut, sehingga tetap
kejujuran diutamakan dan dijunjung tinggi oleh semua orang-orang yang berada dalam
perusahaan tersebut
6. Disiplin
Cara suatu perusahaan dalam menanggapi tersangka kecurangan serta tindakan yang
dapat diambil sebagai respon adanya kecurangan dapat berupa :
a. pengutusan tuntas atas insiden tersebut
b. tindakan yang tepat dan konsisten harus diambil terhadap pelaku-pelaku tindak
kecurangan.
c. pengendalian yang relevan perlu dinilai dan dikembangkan.
d. komunikasi dan pelatihan dilaksanakan untuk menegakkan nilai-nilai perusahaan,
aturan perilaku dan ekspektasi karyawan.
Jadi secara umum, fraud dapat dikendalikan atau minimal diminimalisir terjadinya bila
semua personil memiliki budaya dan moral yang baik dengan tidak mempertaruhkan
reputasinya dengan perbuatan yang melanggar aturan yang berlaku. Kedua, peranan
supervisor, manajer juga sangat penting dalam mendeteksi dan mencegah timbulnya
Fraud. Lemahnya kontrol dari supervisor dalam mengawasi dan mereview hasil kerja
bawahannya dan tidak memberikan arahan sebenarnya dalam proses penjualan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Ketiga, diluar dari lemahnya faktor tersebut diatas, kurangnya budaya anti fraud juga
masih sangat rendah di lingkungan perusahaan ditunjukkan dengan tidak adanya
keinginan untuk melaporkan gejala dan tindakan fraud yang telah terjadi kepada pihak
yang berkepentingan/ berwenang.
G. PREVENTING FRAUD
Pencegahan kecurangan adalah upaya untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab-
sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu
perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan
tersebut.
http://informasi-seminar.com/fraud-risk-management-metode-efektif-mengendalikan-kecurangan-
dalam-proses-bisnis-perusahaan/
http://jurnalskripsi.com/audit-intern-berbasis-risiko-untuk-mengungkap-adanya-kecurangan-fraud-
pada-pembiayaan-studi-kasus-pada-pt-bank-syariah-%E2%80%9Cx%E2%80%9D-di-malang-pdf.htm
http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/cegah_deteksi.pdf
http://marbunwis.blogspot.com/search/label/fraud
http://www.scribd.com/doc/78626652/68/Pencegahan-Pendeteksian-Fraud