Anda di halaman 1dari 26

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

FRAUD DAN
KARAKTERISTIKNYA
AKUNTANSI FORENSIK

Disusun Oleh :

Harris Pardede 120110090001

Risma Carita Vidya Clara 120110090071

Vera Anastasia 120110090090

Azka Yulia Karisma 120110090118

Mario Lamtorang 120110090126

Andrew Agustinus 120110090146


KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan Maha
Kuasa karena dengan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“FRAUD DAN KARAKTERISTIKNYA.” Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah
guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Forensik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan dari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun, dengan segala kekurangan yang ada, penulis berharap bahwa makalah ini dapat menjadi
suatu sumbangan kecil dalam hal ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Akuntansi
Forensik.

Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang sangat
membantu penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan,
dorongan, bimbingan, doa, kritikan, pemikiran-pemikiran, kesabaran, dan kesempatan yang telah
diberikan.

Akhir kata, apabila terdapat kesalahan penulisan dan kalimat yang kurang berkenan, baik
disengaja maupun tidak, penulis memohon maaf. Terima kasih.

Bandung, Maret 2012

Penulis
PENDAHULUAN

Kecurangan (Fraud) adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk menipu /memanipulasi pihak
lain sehingga menjadi korban dan mederita kerugian dan pelakunya memperoleh keuntungan.
Semua organisasi berisiko dan rentan menjadi sasaran dari Fraud.

Fraud atau kecurangan yang dilakukan, baik oleh pihak internal perusahaan (manajemen)
maupun oleh pihak eksternal perusahaan (supplier), dapat menimbulkan kerugian yang cukup
signifikan bagi perusahaan yang bersangkutan. Faud dalam hal “memperindah” laporan
keuangan tentu mengakibatkan kerugian tersendiri bagi pihak investor. Mereka dapat terkecoh
dengan melihat fluktuasi laba perusahaan dan dengan segera menginvestasikan dana mereka
pada perusahaan tersebut, padahal keadaan yang sebenarnya adalah terjadi manipulasi dalam
pembuatan laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen.

Perusahaan juga akan merasakan imbas dari hal ini. Jika kecurangan semacam ini terpublikasi di
kalangan masyarakat, maka citra dan reputasi perusahaan akan menurun dan pada akhirnya
berakibat pada menurunnya jumlah investor yang bersedia menanam modal di perusahaan
tersebut.

Sementara itu, kecurangan dalam hal penggelapan asset atau mark up pembelian akan berakibat
langsung pada laba perusahaan.

Dalam dekade terakhir ini, dengan terungkapnya skandal pada berbagai perusahaan baik nasional
maupun internasional, telah mengarahkan publik dan pemegang saham maupun pemangku
kepentingan untuk menuntut perusahaan agar tidak mentoleransi Fraud.

Para pelaku fraud, dengan berbagai macam motivasi, akan selalu berusaha mendapatkan celah
untuk melakukan tindakan fraud guna mendapatkan keuntungan yang diinginkannya. Oleh
karena itu, perusahaan perlu menerapkan control yang kuat demi menghindari kerugian yang
akan ditimbulkan oleh fraud.
A. DEFINISI
Menurut Black’s Law Dictionary dalam Prasetyo et al (Peak Indonesia, 2003), fraud
didefinisikan sebagai: “Mencakup semua macam yang dapat dipikirkan manusia, dan
yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan
saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tak terduga,
penuh siasat licik atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan
orang lain tertipu”.
Sedangkan menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah:
“Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan
tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan
orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi
ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain”.

B. MOTIF DAN INDIKATOR FRAUD

Ada 3 elemen kunci yang mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan
fraud.ke 3 elemen kunci yang sering disebut dengan Fraud Triangel tersebut antara lain :

1. Adanya tekanan / pressure


2. Adanya kesempatan / opportunity
3. Adanya alasan pembenaran / rationalization

Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud Triangle) berikut:
Pressure pada seseorang atau individu akan membuat mereka mencari kesempatan
untuk melakukan fraud. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan pressure antara lain:

1. Masalah keuangan seperti tamak,hidup melebihi kemampuan,banyak hutang,


kebutuhan tak terduga
2. Sifat buruk seperti penjudi, peminum, pecandu narkoba
3. Hubungan dengan pekerjaannya seperti kurang mendapat perhatian, kondisi kerja
yang buruk
4. Lain-lain seperti tekanan dari keluarga

Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian inernal di


organisasi tersebut. Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu atau
kelompok yang sebelumnya tidak memiliki motif untk melakukan fraud. Faktor –faktor
yang dapat meningkatkan adanya opportunity seseorang melakukan fraud antara lain :

1. Sistem Pengendalian intern yang lemah


2. Karena tidak mampu menilai kualitas kerja
3. Kurang atau tidak adanya akses terhadap informasi
4. Gagal mendisiplinkan atau memberikan sanksi pada pelaku fraud
5. Lalai, apatis
6. Kurang atau tidak adanya audit trail ( jejak audit )

Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya yang


mengandung fraud. Pada umumnya para pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa
tindakannya bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang
merupakan haknya. Faktor-faktor yang mendorong seseorang mencari pembenaran (
rationalization ) atas tindakannya melakukan fraud, antara lain :

1. Mencontoh atasan atau teman sekerja


2. Merasa sudah berbuat banyak untuk perusahaan
3. Menganggap bahwa yang diambil tidak seberapa
4. Dianggap meminjam, pada waktunya akan dikembalikan
Faktor Pemicu Fraud

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut
juga dengan teori GONE,
yaitu Greed (keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (kebutuhan), Exposure (pen
gungkapan).

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan
faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi
sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).

1. Faktor generic
 Kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan tergantung pada
kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan
kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada yang mempunyai
kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu
organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan
kecurangan daripada karyawan
 Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak terulangnya
kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain.
Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya dikenakan sanksi apabila
perbuatannya terungkap.
2. Faktor individu
 Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed).
 Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang lebih cenderung
berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan pegawai/pejabat yang
terkait dengan aset yang dimiliki perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja.
Selain itu tekanan (pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan
orang yang jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan.
Indikator Fraud

Indikator Fraud (Red Flags of Fraud) pada perusahaan menurut Krell (2002) dalam
Bartkova (2005) adalah:

1. Lax Accounting, biasanya terjadi karena penerapan praktek akuntansi yang


agresif.
2. Failure to Anticipate Cash Needs, menurunnya likuiditas perusahaan, dan sering
menunda pembayaran kepada pihak lain.
3. Supply Chain Blindless, sistem manajemen yang menyangkut pembelian,
persediaan produksi, dan pengiriman barang tidak teratur dan tidak terencana.
4. Perils of Dirty Data, penggunaan data yang tidak bisa diandalkan bahkan data
palsu.
5. Draining the Talent Pool. Karyawan tidak loyal terhadap perusahaan karena
tuntutan pekerjaan tinggi, sedangkan penghargaan minim.
6. Hazard of Weak Governance. Tata kelola yang buruk sehingga memberi
peluang terhadap tindak kecurangan.
7. Ignoring the Importance of Crisis Management, manajemen mengelola
perusahaan dengan cara yang salah atau integritas rendah.

C. KARAKTERISTIK FRAUD

Dilihat dari pelaku fraud maka secara garis besar kecurangan bisa dikelompokkan
menjadi dua jenis :

 Oleh pihak perusahaan, yaitu :

1. Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting).
 Salah Saji Yang Timbul Karena Kecurangan Pelaporan Keuangan
a. Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan
ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena
kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah
irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali
dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa :
Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.
Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional
comissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan
keuangan. Contoh salah saji jenis ini adalah :
• Penggelapan terhadap penerimaan kas.
• Pencurian aktiva perusahaan.
• Mark-up harga
• Transaksi “tidak resmi”.
b. Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang berasal dari kecurangan
pelaporan keuangan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Karakteristik Manajemen Faktor-faktor risiko dalam kelompok ini menyangkut
kemampuan, tekanan, gaya, dan sikap manajemen yang berkaitan dengan
pengendalianinternal dan proses pelaporan keuangan. Secara rinci, faktor-faktor
risiko tersebut adalah:
o Komitmen manajemen kepada analis atau kreditor terhadap penyelesaian utang
perusahaan yang terlalu agresif atau tidak realistis.
o Manajemen melakukan cara-cara yang tidak semestinya untuk menurunkan
labaguna memperkecil pajak
2. Kondisi-kondisi Industri. Faktor-faktor risiko yang termasuk dalam kelompok
inimeliputi faktor-faktor ekonomi dan peraturan-peraturan yang terkait dengan
operasi perusahaan, antara lain:
 Kemampuan perusahaan menghasilkan laba tidak memadai atau lebih
rendahdibanding dengan perusahaan lain yang sejenis (kualitas laba yang rendah).
 Tuntutan ganti rugi dan keluhan dari mitra kerja dan pelanggan meningkat.
3. Karakteristik Operasi dan Stabilitas Keuangan. Faktor-faktor berikut ini
berkaitandengan sifat dan rumitnya transaksi, kondisi keuangan, dan kemampuan
perusahaandalam memperoleh laba.
 Transaksi dalam jumlah besar dan tidak biasa atau sangat rumit pada akhir tahun.
 Pertumbuhan laba yang tidak biasa dibanding dengan pertumbuhan laba
yangdiperoleh perusahaan sejenis.

2. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva
(misstatements arising from misappropriation of assets).

 Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan pihak asingyang dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

D. JENIS-JENIS FRAUD

Kecurangan, pada dasarnya adalah perbuatan yang mengarah kepada hal negative dimana
perbuatan yang dilakukan akan menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak
lainnya. Akibat dari kecurangan sangat serius. Tetapi kecurangan yang tampak atau
terlihat hanya sebagian kecilnya yakni 20% dan 80% nya tidak terungkap.

Jenis kecurangan yang selama ini dikenal meliputi kecurangan-kecurangan berikut ini.

a. Employee Embezzlement atau Occupational Fraud


Yaitu kecurangan yang dilkaukan pegawai karena jabatan atau kedudukannya
dalam organisasi. Yang dirugikan adalah organisasi atau perusahaan

b. Management Fraud
Yaitu kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, biasanya dengan melakukan
penyajian laporan keuangan yang tidak benar untuk keuntungan organisasi atau
perusahaan. Untuk menraik investor, manajemen merekayasa laporan keuangannya yang
tidak baik menjadi seolah-olah menguntungkan (hal ini dikenal sebagai fraudulent
financial reporting).
Yang menjadi korban atas kecurangan ini adalah public investor. Bila dampaknya
sangat material dan kasusnya terungkap, dapat mengakibatkan kebangkrutan dan
merugikan semua stakeholder perusahaan. Management fraud ini termasuk dalam
kategori kejahatan kerah putih (white collar crime)

c. Investment Scam
Yaitu kecurangan yang dilakukan dengan membujuk investor dengan
menanamkan uangnya pada suatu bentuk investasi dengan janji akan memperoleh hasil
investasi yang berlipat dalam waktu cepat. Untuk meyakinkan investor, pada awal
investasi investor diberikan hasil seperti yang dijanjikan, tetapi pada waktu kemudian
macet.

d. Vendor Fraud
Yaitu kecurangan yang dilakukan oleh pemasok atau organisasi yang menjual
barang atau jasa dengan harga yang terlalu tinggi dibandingkan dengan kualitasnya, atau
barang/jasa tidak direalisasikan walaupun pembeli telah membayar. Korbannya adalah
pembeli. Jika pemebelinya adalah suatu organisasi atau perusahaan, penjual sering
memberikan pengembalian (kickback) kepada petugas pembelian, karena vendor fraud
sering dilakukan dengan pejabat terkait.

e. Customer Fraud
Yaitu kecurangan yang dilakukan pemebeli/pelanggan. Pembeli tidak/kurang
membayar harga barang/jasa yang diterima. Korbannya adalah penjual.

f. Computer Fraud
Yaitu kecurangan yang dilakukan dengan cara merusak program computer, file
data, system operasi, alat atau media yang digunakan yang mengakibatkan kerugian bagi
organisasi yang system komputernya dimanipulasi.
E. TINDAKAN FRAUD DI ENTITAS KOMERSIAL DAN ENTITAS PEMERINTAH

Tindak kecurangan / fraud dapat terjadi di entitas mana saja, baik entitas komersial
maupun entitas pemerintah. Berikut adalah contoh tindak kecurangan yang biasa terjadi
di dalam entias komersial maupun entitas pemerintah.

Tindakan Fraud di Entitas Komersial

Fraud di entitas komersial dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian besar, yaitu fraud
dalam laporan keuangan, fraud dalam hal penyalahgunaan asset, dan korupsi.

Kecurangan laporan keuangan


Dapat diklasifikasikan ke dalam 5 kelompok, yaitu:
1. Pendapatan fiktif (Fictitious Revenue)
Mencatat penjualan barang atau jasa yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Biasanya
merupakan penjualan kepada konsumen fiktif (ghost customers), atau penjualan fiktif
kepada konsumen yang sebenarnya ada, namun tidak pernah ada pengiriman barang atau
penyediaan jasanya.
2. Perbedaan waktu (Timing Difference)
Kecurangan ini berkaitan dengan pencatatan penjualan atau biaya pada periode waktu
yang salah, sehingga prinsip matching cost againts revenue tidak ditaati. Akibatnya
terjadi pelaporan net income yang terlalu tinggi dalam periode akuntansi, sedangkan
dalam periode lainnya net income menjadi terlalu rendah dilaporkan, atau sebaliknya
Dorongan fraud ini biasanya menyangkut performance dan bonus tahunan pengelola
perusahaan.
3. Menyembunyikan kewajiban dan biaya.
Kecurangan ini dilakukan dengan cara tidak mengungkap adanya kewajiban dan biaya
dalam laporan keuangan. Terdapat tiga metode umum yang digunakan, yaitu:
a. Menghilangkan kewajiban
b. Mengkapitalisasi biaya
c. Membiayakan pengeluaran modal
d. Tidak mengungkap kewajiban atas penjaminan produk atau kontinjensi lain
4. Pengungkapan yang tidak tepat.
Manajemen tidak mengungkapkan kejadian kejadian penting, misalnya transaksi-
transaksi dengan hubungan istimewa, penjualan produk baru yang biasanya high risk,
penggunaan teknologi atau metode baru, serta tidak mengungkap penghitungan estimasi.
5. Cara penilaian aktiva tidak tepat.
Penilaian aset yang dilakukan tidak sesuai standar akuntansi yang berlaku.

Kecurangan Pemakaian Aset


1. Skimming
Pencurian terhadap penerimaan kas yang belum tercatat dalamsistem akuntansi. Selain itu
juga dikenal dengan kecurangan “off book”, yang berarti uang dicuri sebelum dicatat
dalam pembukuan sehingga tidak ada jejak audit (audit trail) yang ditinggalkannya.
2. Cash Larcency adalah pencurian terhadap kas secara sengaja.
3. Pencurian persediaan
Ada empat kategori dalam pencurian persediaan dan aset lainnya, yaitu
 Larcency Scheme
Pengambilan persediaan perusahaan, tanpa ada upaya untuk menutupi pencurian
tersebut dalam buku dan catatan, dilakukan pegawai gudang, pegawai persediaan,
pegawai pengiriman dan pegawai lainnya yang punya akses terhadap persediaan.
Banyak pegawai yang secara terang-terangan membawa aset perusahaan keluar
gudang tanpa dicurigai oleh rekan kerjanya karena mereka beranggapan bahwa
mereka sedang melaksanakan tanggung jawabnya.
 Asset Requisition and Transfer Scheme
Bentuk dasar kecurangan ini terjadi saat seorang pegawai meminta material
persediaan untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam berbagai kasus mereka
meninggikan (mark-up) jumlah yang diminta dan menciptakan satu proyek yang
benar-benar fiktif untuk mencuri material yang mereka inginkan. Adapula pegawai
yang memalsukan form permintaan barang untuk mengambil barang dari gudang
 Purchasing & Receiving Scheme
Pegawai yang mempunyai kewenangan untuk membeli barang, yang sebenarnya tidak
diperlukan perusahaan. Kerugian yang diderita perusahaan adalah sebesar
pembayaran aset yang tidak pernah adatersebut.
 False Shipment Scheme
Keuntungan bagi pelaku adalah aset dikirim dari gudang oleh orang lain (bukan
pelaku kecurangan). Perusahaan tidak sadar bahwa dia telah mengirimkan aset
kepada pelaku kecurangan.

4. Kecurangan Pengeluaran Kas


Kecurangan yang dilakukan terhadap pengeluaran perusahaan diantaranya adalah:
1. Billing Scheme atau kecurangan dalam penagihan.
Mayoritas pengeluaran perusahaan terjadi dalam siklus pembelian, maka kecurangan
ini menyumbangkan kerugian yang lebih besar dibandingkan lainnya. Billing Scheme
dirancang untuk menghasilkan uang tunai. Pelaku membuat voucher/tagihan untuk
perusahaannya, dengan dokumen tersebut perusahaan
mengeluarkan uang untuk membayar barang/jasa dengan harga yang telah
ditinggikan.
2. Membuat tagihan melalui shell company.
Shell company adalah satu entitas fiktif yang sengaja didirikan dengan maksud untuk
melakukan kecurangan.
3. Membuat tagihan melalui perusahaan yang bukan mitra tetap yang dapat dilakukan
dalam bentuk pembayaran ganda.
4. Kecurangan dalam pembayaran gaji atau upah.
Dalam kecurangan ini yang dipalsukan adalah kartu catatan waktu kerja (time card)
atau memalsukan informasi yang ada dalam catatan gaji. Metode yang digunakan
antara lain: Pegawai fiktif (ghost employees), Memalsukan informasi waktu kerja dan
tariff gaji, dan kecurangan komisi.
5. Kecurangan dalam permintaan penggantian biaya.
Kecurangan melalui manipulasi pengeluaran kas dapat dilakukan pegawai dengan
cara memanipulasi prosedur penggantian beban biaya.
Korupsi
Menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), korupsi dapat
digolongkan ke dalam kategori:
1. Conflict Of Interest.
Pertentangan kepentingan (conflict of intrest) terjadi saat pegawai memiliki
kepentingan ekonomis perorangan yang bertentangan dengan kepentingan organisasi
atau entitas usaha.
2. Illegal Gratuity.
Pemberian hadiah dari pihak yang diuntungkan kepada pegawai yang memiliki
wewenang untuk mengambil keputusan.
3. Bribery.
Suap dapat didefinisikan sebagai penawaran, pemberian atau penerimaan segala
sesuatu yang memiliki niat untuk mempengaruhi aktivitas atau keputusan seseorang.
Termasuk didalamnya adalah unsur mark-up yang dikembalikan dalam bentuk komisi
(kickback).
4. Economic extortion.
Pemerasan yang dilakukan satu pihak kepada pihak lain

Tindakan Fraud di Entitas Pemerintah


Skema fraud yang terjadi di entitas pemerintah cukup banyak dan beragam, dari
sumber BPKP (2004) menjabarkan secara rinci tindak kecurangan dalam APBN maupun
APBD, dari segi pengeluaran maupun pemasukan.
Rangkumannya adalah sebagai berikut:

Dari segi penerimaan:

1. Rendahnya anggaran penerimaan pajak, PBB, Bea Cukai, retribusi dan pajak lainnya
dibanding potensi yang tersedia.
2. Manipulasi restitusi pajak.
3. Laporan SPT pajak bulanan maupun tahunan yang tidak sesuai dengan potensi pajak
yang sesungguhnya.
4. Kesalahan pengenaan tarip pajak maupun bea.
5. Pembebasan pajak atas bahan baku impor tujuan ekspor tidak sesuai data
sesungguhnya.
6. Perusahaan yg ditunjuk oleh pemerintah pusat /daerah memperkecil data volume
produksi pertambangan atau hasil alam.
7. Memperbesar biaya cost recovery, sehingga setoran hasil menjadi berkurang.
8. Kontrak pembagian hasil atas tambang yang merugikan negara.
9. Pemegang HPH maupun masyarakat mengeksploitasi hutan diluar kewilayahannya.
10. Penjualan aset pemerintah tidak berdasar harga wajar atau harga pasar.
11. Pelaksanaan tukar guling (ruislaag) yang merugikan negara dan pemanfaatan tanah
negara yang harga sewanya tidak wajar (dibawah pasar).
12. Penerimaan yang seharusnya masuk ke rekening kas negara, namun masuk ke
rekening atas nama pejabat atau perorangan, meskipun pejabat tersebut pimpinan
instansi yang bersangkutan, namun cara ini berpotensi merugikan negara.

Dari segi pengeluaran:


1. Pengeluaran belanja/jasa atau perjalanan dinas barang fiktif.
2. Pembayaran ganda pejabat atau pegawai yang diperbantukan.
3. Penggelembungan (mark-up) harga, atau harga patokan terlalu mahal dibandingkan
harga pasar.
4. Pelaksanaan sistem tender, penunjukan rekanan dan atau konsultan, persyaratan
kualifikasi, dan lain-lain tidak sesuai standar prosedur, atau sesuai prosedur tetapi
hanya memenuhi persyaratan formalitas.
5. Pemenang tender men-sub kontrak-kan pekerjaannya kepada pihak ketiga, sehingga
posisi rekanan tidak lebih sebagai broker semata.
6. Rekanan atau konsultan tidak mampu melaksanakan pekerjaannya sesuai jadwal
yang ditetapkan.
7. Pekerjaan atau barang yang dihasilkan tidak sesuai spesifikasi.
8. Program bantuan sosial atau penanggulangan bencana yang salah sasaran.
9. Adanya “percaloan” dalam pengurusan alokasi dana, sehingga instansi atau daerah
yang ingin mendapatkan alokasi anggaran perlu mencadangkan dana untuk komisi.
10. Biaya yang terlalu tinggi pada penunjukan konsultan keuangan, akuntan,
underwriter, dan penggunaan tenaga profesional lainnya terkait dengan program
pemerintah atau BUMN.
11. Privatisasi BUMN yang merugikan negara.
12. Biaya restrukturiusasi, bantuan likuiditas dan biaya lain-lain yang sejenis yang
merugikan negara.

F. PENGENDALIAN FRAUD
Seluruh pegawai cenderung tidak akan melakukan fraud jika mereka percaya bahwa
mereka akan ditangkap bila melakukan fraud. Fraud masih dapat dilakukan meskipun
system pengendali telah ditempatkan secara periodic untuk mencegah fraud jika pegawai
tidak memperdulikan fungsi control itu sendiri. Prinsip ini dapat bekerja sebaliknya.
Fraud dapat dicegah meskipun controlnya lemah akan tetapi setiap orang percaya bahwa
control tersebut ada pada tempatnya. Jadi kunci untuk mencegah timbulnya fraud adalah
dengan meningkatkan persepsi bahwa pelaku fraud akan ditangkap jika melakukan fraud.
Tujuan ini akan tercapai melalui kombinasi berikut : sistem pengendalian internal yang
kuat misalnya dengan melakukan check and recheck kebenaran seluruh isi data dan
dokumen oleh checker/supervisor atau bila perlu oleh manager dan harus dibuktikan
dengan tandatangan, tanggal dan waktu dilakukannya check, membentuk fraud hotline
dan training untuk mengenal tanda-tanda dari fraud. Manajemen juga harus
mempertimbangkan publikasi hasil investigasi fraud untuk menunjukkan kepada seluruh
pegawai bahwa seluruh aktivitas fraud tidak dapat ditoleransi .
Beberapa cara pengendalian fraud :
1. Teladan dari atas
Ini adalah hal paling sederhana untuk dilakukan namun menuntut komitmen yang kuat
dari top manajemen, membangun suatu budaya jujur dan etika moral yang tinggi harus
dimulai dari Top Manajemen Penelitian di dalam pengembangan moral secara serius
telah menegaskan bahwa kejujuran di dalam perusahaan hanya dapat diterapkan dengan
baik, apabila pimpinan memberi contoh secara tepat, "The Tone At The Top”
2. Konfirmasi
Manajemen perlu dengan jelas menegaskan kepada seluruh karyawan untuk memikul
tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan "code of conduct". Semua karyawan
sampai senior manajemen dari fungsi keuangan dan bidangbidang yang rentan terhadap
perilaku tidak etis (seperti, pengadaan, penjualan, dan pemasaran) diwajibkan
menandatangani pernyataan "code of conduct" minimal setahun sekali, sebagai
penegasan atas komitmennya.
3. Menciptakan iklim kerja yang positif
Lingkungan kerja yang positif dapat meningkatkan moral dan mempengaruhi sikap atau
niat karyawan untuk tidak melakukan kecurangan, pada lingkungan kerja yang posisif
akan membebaskan karyawan dari perasaan hanya dimanfaatkan, diancam atau
diacuhkan oleh manajemen
4. Pelatihan
Setiap karyawan baru wajib dilatih mengenai nilai-nilai perusahaan dan aturan yang
perilaku. Pelatihan ini harus mencakup apa yang diharapkan dari seluruh karyawan
berkenaan dengan daftar jenis masalah, termasuk kecurangan yang terjadi atau indikasi
yang dicuragi yang harus dikomunikasikan , disertai dengan contoh-contoh kasus.
5. Menciptakan kultur kejujuran dan etika perusahaan
Melihat maraknya fraud hamper di semua level perusahaan ada beberapa hal yang secara
sistematis perlu dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu perusahaan sebaiknya bisa
menjunjung nilai-nilai kejujuran dalam setiap filosofi yang mereka anut, sehingga tetap
kejujuran diutamakan dan dijunjung tinggi oleh semua orang-orang yang berada dalam
perusahaan tersebut
6. Disiplin
Cara suatu perusahaan dalam menanggapi tersangka kecurangan serta tindakan yang
dapat diambil sebagai respon adanya kecurangan dapat berupa :
a. pengutusan tuntas atas insiden tersebut
b. tindakan yang tepat dan konsisten harus diambil terhadap pelaku-pelaku tindak
kecurangan.
c. pengendalian yang relevan perlu dinilai dan dikembangkan.
d. komunikasi dan pelatihan dilaksanakan untuk menegakkan nilai-nilai perusahaan,
aturan perilaku dan ekspektasi karyawan.
Jadi secara umum, fraud dapat dikendalikan atau minimal diminimalisir terjadinya bila
semua personil memiliki budaya dan moral yang baik dengan tidak mempertaruhkan
reputasinya dengan perbuatan yang melanggar aturan yang berlaku. Kedua, peranan
supervisor, manajer juga sangat penting dalam mendeteksi dan mencegah timbulnya
Fraud. Lemahnya kontrol dari supervisor dalam mengawasi dan mereview hasil kerja
bawahannya dan tidak memberikan arahan sebenarnya dalam proses penjualan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Ketiga, diluar dari lemahnya faktor tersebut diatas, kurangnya budaya anti fraud juga
masih sangat rendah di lingkungan perusahaan ditunjukkan dengan tidak adanya
keinginan untuk melaporkan gejala dan tindakan fraud yang telah terjadi kepada pihak
yang berkepentingan/ berwenang.

G. PREVENTING FRAUD
Pencegahan kecurangan adalah upaya untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab-
sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu
perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan
tersebut.

Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen


dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa
tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil
lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 ( tiga )
tujuan pokok yaitu ; keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta
kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang berlaku.
Untuk hal tersebut , kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara lain dengan
cara-cara berikut :
1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik
Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan, maka tugas manajemen untuk
mengendalikan jalannya perusahaan menjadi semakin berat. Agar tujuan yang telah
ditetapkan top manajemen dapat dicapai, keamanan harta perusahaan terjamin dan
kegiatan operasi bisa dijalankan secara efektif dan efisien, manajemen perlu
mengadakan struktur pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah
kecurangan.
Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of
Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan September
1992 memperkenalkan suatu rerangka pengendalian yang lebih luas daripada model
pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup menejemen risiko, yaitu
pengendalian intern terdiri atas 5 ( lima ) komponen yang saling terkait yaitu :
1) Lingkungan pengendalian ( control environment ) menetapkan corak suatu
organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern,
menyediakan disiplin dan struktur.
Lingkungan pengendalian mencakup :
a. Integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen
e. Struktur organisasi
f. Pemberian wewenang dan tanggungjawab
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2) Penaksiran risiko ( risk assessment ) adalah identifikasi entitas dan analisis


terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tuuannya, membentuk suatu dasar
untuk menenetukan bagaimana risiko harus dikelola.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personel baru
c. Sistem informasi yang baru atau diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produk atau aktivitas baru
f. Operasi luar negeri
g. Standar akuntansi baru
3) Standar Pengedalian ( control activities ) adalah kebijakan dari prosedur yang
membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan
prosedur yang dimaksud berkaitan dengan :
a. Penelaahan terhadap kinerja
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian fisik
d. Pemisahan tugas

4) Informasi dan komunikasi ( information and communication ) adalah


pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk
dari waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggungjawab mereka.
Sistem imformasi mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan
yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi
entitas dan untuk memelihara akuntabiltas bagi aktiva, utang dan ekuitas.
Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung
jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan
keuangan.

5) Pemantauan ( monitoring ) adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian


intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi
pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian


1) Review Kinerja
Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya
dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja priode sebelumnya,
menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi atau keuangan satu
sama lain, bersama dengan analisis atas hubungan dan tindakan penyelidikan dan
perbaikan; dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer
kredit atas laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan
pinjaman.
2) Pengolahan informasi
Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan, kelengkapan,
dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem
informasi adalah pengendalian umum ( general control ) dan pengendalian
aplikasi ( application control). Pengendalian umum biasanya mencakup
pengendalian atas operasi pusat data, pemerosesan dan pemeliharaan perangkat
lunak sistem, keamanan akses, pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi.
Pengendalian ini berlaku untuk maiframe, minicomputer dan lingkungan pemakai
akhir (end-user ). Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi adalah
sah, diotorisasi semestinya, dan diolah secara lengkap dan akurat.
3) Pengengendalian fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva, penjagaan yang
memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses terhadap aktiva dan
catatan; otorisasi untuk akses ke program komputer dan data files; dan
perhitungan secara periodic dan pembandingan dengan jumlah yang tercantum
dalam catatan pengendali.
4) Pemisahan tugas
Pembebanan tanggungjawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otorisasi,
pencatatan transaksi, menyelenggarakan penyimpanan aktiva ditujukan untuk
mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi baik untuk berbuat
kecurangan dan sekaligus menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam
menjalankan tugasnya dalam keadaan normal.

3. Meningkatkan kultur organisasi


Meningkatkan kultur organisasi dapat dilakukan dengan mengimplementasikan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang saling terkait satu sama lain
agar dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien,
menghasikan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah (menurut Saifuddien Hasan, 2000) :
1) Keadilan ( Fairness )
Melidungi kepentingan pemegang saham minoritas dan steakholders lainnnya dari
rekayasa transaksi yang bertentangan dengan peraturan peraturan yang berlaku
2) Transparansi
Keterbukaan ( disclosure ) bagi steakholder yang terkait untuk melihat dan
memahami proses suatu pengambilan keputusan/pengelolaan suatu perusahaan.
Dalam hal ini terkait pula kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan informasi
material kepada pemegang saham /publik dan pemerintah secara benar, akurat,
teratur dan tepat waktu.
3) Akuntabilitas ( Accountability )
Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan atas distribusi dan
keseimbangan kekuasaan antar anggota direksi, komisaris, pemegang saham dan
pengawas. Di sini menyangkut pula proses pertanggungjawaban para pengurus
perusahaan atas keputusan – keputusan yang dibuat dan kinerja yang dicapai.
4) Tanggung jawab ( Responsibility )
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum dan
ketentuan/peraturan yang berlaku termasuk tanggap terhadap lingkungan di mana
perusahaan berada
5) Moralitas
Manajemen dan seluruh individu dalam perusahaan wajib menjunjung tinggi
moralitas, di dalam prinsip ini terkandung unsur-unsur kejujuran, kepekaan sosial
dan tanggug jawab individu
6) Kehandalan ( Reliability )
Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki kompetensi dan
profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan
7) Komitmen
Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki komitmen penuh
untuk selalu meningkatkan nilai perusahaan , dan bekerja untuk mengoptimalkan
nilai pemegang sahamnnya ( duty of loyalty ) serta menurunkan risiko perusahaan
Dalam pedoman GCG yang disusun oleh The National Committee on Coprporate
Governance (Maret 2000) telah disarankan dengan jelas bagi perusahaan untuk
memenuhi 13 (tiga belas) aspek penting yang harus diperhatikan manajemen
perusahaan yaitu :
Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi, Sistem Audit, Sekretaris
Perusahaan, Pihak-pihak yang berkepentingan (steakholders),
Keterbukaan,Kerahasiaan, Informasi Orang Dalam, Etika Barusaha dan Anti
Korupsi, Donasi, Kepatuhan pada Peraturan Perundangundangan (Proteksi
Kesehatan, Keselamatan Kerja , Pelestarian Lingkungan serta Kesempatan Kerja
yang sama)

4. Mengefektifkan fungsi internal audit


Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak akan
terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan saksama
sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan dan dapat
memberikan saran-saran yang bermafaat kepada manajemen untuk mencegah
terjadinya kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen agar
fungsi internal audit bisa efektif membantu manajemen dalam melaksanakan
tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar
mengenai kegiatan yang diperiksanya adalah :
1) Internal audit departemen harus mempunyai kedudukan yang independen dalam
organisasi perusahaan dalam artikata ia tidak boleh terlibat kegiatan operasional
perusahaan dan bertanggungjawab kepada atau melaporkan kegiatannya kepada
top manajemen
2) Internal audit departemen harus mempunyai uraian tugas secara tertulis, sehingga
setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas, wewenang dan
tanggungjawabnya.
3) Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna untuk :
 mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas
 menentukan standar yang berguna untuk mengukur dan meningkatkan
performance
 memberi keyakinan bahwa hasil akhir internal audit departemen sesuai
dengan requirement dari internal audit director
4) Harus ada dukungan yang kuat dari top manajemen kepada internal audit
departemen . Dukungan tersebut dapat berupa :
 penempatan internal audit departemen dalam posisi yang independen
 penempatan audit staf dengan gaji yang cukup menarik
 penyediaan waktu yang cukup dari top manajemen untuk membaca,
mendengarkan dan mempelajari laporan –laporan internal audit departemen
dan respon yang cepat dan tegas terhadap saran-saran perbaikan yang diajukan
oleh internal auditor
5) Internal audit departemen harus memiliki sumber daya yang profesional, capable,
bisa bersikap objective dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi
6) Internal auditor harus bisa bekerjasama dengan akuntan public Jika internal
auditor sudah bisa bekerja secara efisien dan efektif dan bisa bekerjasama dengan
akuntan publik, maka audit fee yang harus dibayar kepada KAP bisa ditekan
menjadi lebih rendah karena hasil kerja internal auditor bisa mempercepat dan
mempermudah penyelesaian pekerjaan KAP
5. Menciptakan struktur pengajian yang wajar dan pantas
6. Mengadakan Rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil hak cuti
7. Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan dan berikan
penghargaan kepada mereka yang berprestasi
8. Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan baik dalam
hal keuangan maupun non keuangan
9. Menetapkan kebijakan perusahaan terhadap pemberian-pemberian dari luar harus
diinformasikan dan dijelaskan pada orang-orang yang dianggap perlu agar jelas mana
yang hadiah dan mana yang berupa sogokan dan mana yang resmi
10. Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi kecurangan karena
kecurangan sulit ditemukan dalam pemeriksaan yang biasa-biasa saja
11. Menyediakan saluran saluran untuk melaporkan telah terjadinya kecurangan
hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses pada jalur yang benar
DAFTAR PUSTAKA

http://informasi-seminar.com/fraud-risk-management-metode-efektif-mengendalikan-kecurangan-
dalam-proses-bisnis-perusahaan/

http://jurnalskripsi.com/audit-intern-berbasis-risiko-untuk-mengungkap-adanya-kecurangan-fraud-
pada-pembiayaan-studi-kasus-pada-pt-bank-syariah-%E2%80%9Cx%E2%80%9D-di-malang-pdf.htm

http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/cegah_deteksi.pdf

http://marbunwis.blogspot.com/search/label/fraud

http://www.scribd.com/doc/78626652/68/Pencegahan-Pendeteksian-Fraud

Anda mungkin juga menyukai