Anda di halaman 1dari 54

BUKU INFORMASI

MENGINTERPRETASIKAN NON DESTRUCTIVE


TEST (NDT) MAP
C.24LAS01.024.1

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I.


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS
DIREKTORAT BINA STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PELATIHAN KERJA
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan
2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------- 2


BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------- 4
A. Tujuan Umum -------------------------------------------------------------------- 4
B. Tujuan Khusus ------------------------------------------------------------------- 4
BAB II MENYIAPKAN PENGINTERPRETASIAN NON DESTRUCTIVE TEST (NDT) MAP
------------------------------------------------------------------------------------------ 5
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam menyiapkan penginterpretasian
Non Destructive Test (NDT) Map --------------------------------------------- 5
1. Fungsi gambar teknik ------------------------------------------------------ 5
2. Cara mengidentifikasi gambar teknik ------------------------------------ 7
3. Cara mengidentifikasi jenis – jenis Non Destructive Test (NDT) ----- 23
4. Cara mengidentifikasi macam – macam simbol -simbol NDT ------- 34
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam menyiapkan penginterpretasian
Non Destructive Test (NDT) Map ---------------------------------------------- 35
1. Mengidentifikasikan gambar teknik--------------------------------------- 35
2. Mengidentifikasikan jenis – jenis Non Destructive Test (NDT) ------ 35
3. Mengidentifikasikan simbol – simbol NDT ------------------------------- 35
C. Sikap kerja yang diperulkan dalam menyiapkan penginterpretasian Non
Destructive Test (NDT) Map---------------------------------------------------- 35
1. Cermat dan teliti dalam mengidentifikasi gambar teknik, jenis – jenis
Non Destructive Test (NDT) dan simbol – simbol NDT ---------------- 35
2. Taat asas dalam mengidentifikasi gambar teknik, jenis – jenis Non
Destructive Test (NDT) dan simbol – simbol NDT. --------------------- 35
BAB III MENGINTERPRETASI JENIS NON DESTRUCTIVE TEST (NDT) UNTUK
POSISI UJI DAN KOMPONEN TERTENTU ----------------------------------------- 36
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam menginterpretasi jenis Non
Destructive Test (NDT) untuk posisi uji dan komponen tertentu. ------- 36
1. Jenis Non Destructive Test (NDT) dengan posisi uji ------------------ 36
2. Macam – macam kualifikasi petugas NDT. ----------------------------- 42
3. Cara menentukan metode NDT ------------------------------------------ 42

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 2 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam menginterpretasi jenis Non


Destructive Test (NDT) untuk posisi uji dan komponen tertentu. ------- 46
1. Menyesuaikan jenis Non Destructive Test (NDT) dengan posisi uji- 46
2. Mengidentifikasikan Kualifikasi petugas NDT -------------------------- 46
3. Menentukan metode NDT ------------------------------------------------ 46
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam menginterpretasi jenis Non
Destructive Test (NDT) untuk posisi uji dan komponen tertentu. -------- 46
1. Harus cermat dan teliti dalam Menyesuaikan jenis Non Destructive
Test (NDT) dengan posisi uji, Mengidentifikasikan Kualifikasi
petugas NDT dan Menentukan metode NDT -------------------------- 46
2. Harus taat asas dalam Menyesuaikan jenis Non Destructive Test
(NDT) dengan posisi uji, Mengidentifikasikan Kualifikasi petugas
NDT dan Menentukan metode NDT ------------------------------------- 46
DAFTAR PUSTAKA ----------------------------------------------------------------------------- 47
A. Dasar Perundang-undangan --------------------------------------------------- 47
B. Buku Referensi ------------------------------------------------------------------ 47
C. Majalah atau Buletin ------------------------------------------------------------- 47
D. Referensi Lainnya ---------------------------------------------------------------- 47
DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN -------------------------------------------------- 48
A. Daftar Peralatan/Mesin ---------------------------------------------------------- 48
B. Daftar Bahan---------------------------------------------------------------------- 48
LAMPIRAN --------------------------------------------------------------------------------------- 49
Lampiran 1 Penetrant test----------------------------------------------------------- 50
Lampiran 2 Magnetic Particle test -------------------------------------------------- 51
Lampiran 3 Laminasi ----------------------------------------------------------------- 52
Lampiran 4 Radiographic test------------------------------------------------------- 53
DAFTAR PENYUSUN --------------------------------------------------------------------------- 54

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 3 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

BAB I
PENDAHULUAN

a. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu merencanakan desain
dan konstruksi perakitan sambungan las untuk proses manufactur.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi
Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map guna memfasilitasi peserta
latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan penginterpretasian Non Destructive Test (NDT) Map meliputi
kegiatan Mengidentifikasikan gambar teknik, jenis – jenis Non Destructive Test
(NDT) dan simbol -simbol NDT;
2. Menginterpretasi jenis Non Destructive Test (NDT) untuk posisi uji dan komponen
tertentu meliputi kegiatan Menyesuaikan jenis Non Destructive Test (NDT)
dengan posisi uji, Mengidentifikasikan Kualifikasi petugas NDT dan Menentukan
metode NDT;

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 4 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

BAB II
MENYIAPKAN PENGINTERPRETASIAN NON DESTRUCTIVE TEST
(NDT) MAP

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam menyiapkan penginterpretasian Non


Destructive Test (NDT) Map
1. Fungsi Gambar Teknik
Gambar adalah sebuah alat komunikasi untuk menyatakan maksud dari
seorang ahli teknik. Oleh karena itu gambar sering juga disebut sebagai bahasa
teknik atau bahasa untuk ahli teknik. Penerusan informasi adalah fungsi yang
penting untuk bahasa maupun gambar. Gambar bagaimanapun adalah bahasa
teknik. Oleh karena itu gambar diharapkan dapat meneruskan keterangan-
keterangan secara tepat dan obyektif. Keterangan-keterangan dalam gambar
yang tidak dapat dinyatakan dengan bahasa lisan harus diwakili oleh lambang-
lambang. Karena itu, kualitas keterangan yang dapat diberikan dalam gambar
tergantung dari keterampilan juru gambar (drafter).
Sebagai juru gambar sangat penting untuk memberikan gambar yang tepat
dan mempertimbangkan kemampuan pembacanya. Untuk pembaca, yang
terpenting adalah mengumpulkan keterangan sebanyak yang dapat dibacanya
dengan teliti.
Gambar teknik memiliki 3 fungsi, yaitu: sarana penyampaian informasi,
sarana penyimpanan informasi dan sebagai konsep.
a. Sarana Penyampaian Informasi
Gambar teknik mempunyai fungsi meneruskan informasi dari juru gambar
kepada orang-orang yang bersangkutan, seperti: perencana proses,
operator, pemeriksa, perakit dan sebagainya. Orang-orang yang
bersangkutan bukan saja orang-orang dalam pabrik tetapi juga orang-
orang di pabrik lain yang merupakan pihak sub kontrak (rekanan) ataupun
orang-orang berbahasa asing yang berhubungan dengan rancangan
tersebut

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 5 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

b. Sarana Pengawetan, Penyimpanan dan Penggunaan Informasi


Gambar merupakan data teknis yang sangat penting sebagai bahan
informasi untuk perencanaan yang akan datang. Untuk membuat satu unit
alat (misalnya mesin) memerlukan beratus-ratus bahkan beribu- ribu
gambar yang harus dibuat. Karena itu gambar harus diberi nomor
(kodifikasi nomor urut). Nomor urut dibuat untuk memudahkan dalam
mencari data/informasi saat merakit atau mereparasi suatu suku
cadang.
Selain diberi nomor, gambar perlu juga disimpan dan diawetkan sebagai
informasi untuk rencana-rencana baru. Penyimpanan gambar ini dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1) Disimpan dengan dibendel dengan cara gambar
dikumpulkan, gambar yang mempunyai ukuran besar dilipat sesuai
dengan aturan melipat gambar, diurut sesuai dengan
pengelompokannya kemudian dibendel dalam satu file.
2) Untuk menghemat tempat, gambar difoto dengan skala diperkecil
dan klisenya disimpan pada kartu berlubang untuk memudahkan
mencari gambar yang diperlukan.
3) Saat ini gambar dapat dibuat dengan komputer, maka
penyimpanan gambar pun dapat disimpan dalam media CD atau
hard disk.
c. Konsep
Dalam perencanaan, konsep abstrak yang melintas dalam pikiran
diwujudkan dalam bentuk gambar melalui proses. Awalnya konsep
(ide) dianalisa lalu diwujudkan dalam bentuk gambar untuk kemudian
diteliti dan dievaluasi.
Proses ini diulang-ulang sehingga didapatkan gambar yang sempurna.
Dengan demikian gambar tidak hanya melukiskan gambar, tetapi
berfungsi juga sebagai peningkat daya pikir untuk perencana. Oleh karena
itu seorang lulusan teknik tanpa kemampuan menggambar akan memiliki
kekurangan dalam cara menyampaikan atau menerangkan sebuah ide.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 6 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

2. Cara mengidentifikasi gambar teknik


Cara mengidentifikasi gambar teknik meliputi banyak komponen berikut
macam – macam komponennya :
a. Perlengkapan / Alat – Alat Menggambar Teknik
1) Mesin Gambar
Mesin gambar adalah suatu alat untuk mempercepat penyelesaian
gambar. Dengan mesin ini gambar yang diperoleh lebih baik dan
lebih tepat. Ketinggian serta kemiringan papan gambarnya dapat
dilakukan / distel dengan mudah dan cepat. Diatas papan gambar
dilengkapi dengan busur derajat, sepasang mistar yang tegak lurus
satu sama lain, serta bias diatur kemiringannya sesuai keinginan dan
dapat digerakkan bebas di semua permukaan papan gambar. Lihat
gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 Meja gambar


2) Papan Gambar
Papan gambar harus dibuat dari jenis kayu dengan urat yang halus
untuk mendapatkan permukaan papan gambar yang rata dan halus.
Kedua kaki penyangga / penguat dipasang dibawah papan gambar
dengan sambungan ekor burung agar papan gambar kuat, tidak
melengkung / bergelombang apabila keadaan udara panas atau
dingin yang akan mempengaruhi kelembaban kayu. Kaki – kaki ini
dibuat miring agar papan gambar miring ke arah tukang gambar.
Dengan demikian akan memudahkan pelaksanaan menggambar.
Pada kaki penguat tersebut dibuat alur untuk menyimpan mistar
gambar.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 7 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Harus dijaga agar permukaan papan gamar tetap rata dan halus.
Oleh karena itu jangan sekali – kali memotong kertas gambar
memakai landasan papan gambar.
3) Mistar Pengukur
Mistar pengukur mempunyai garis pembagi dalam mm, dibuat dari
bahan yang tidak mudah rusa, biasanya dari kayu yang baik, tidak
terpengaruh kelembaban udara atau dari seluloid. Untuk
memindahkan ukuran yang baik dan tepat, pembagian skala harus
sedekat mungkin dengan kertas, jadi harus tipis.
Mistar ukur ini tidak boleh bengkok, oleh karena itu hanya untuk
memindahkan ukuran, bukan untuk menggaris. Pada mistar hitung
biasanya juga diperuntukkan sebagai mistar pengukur.

Gambar 2.2 Mistar Pengukur


4) Pensil Gambar

Pensil dibuat dengan berbagai macam kekerasan. Tingkat kekerasan


diberi tanda dengan huruf dan disertai angka B = Black, F = Firm, H
= Hard. Lebih banyak B, pensil lebih lunak, lebih banyak H pensil
lebih keras. Adapun pensil gambar sesuai golongannya yaitu :
• Golongan lunak sampai paling lunak meliputi B, 2B, 3B dan 4B.
• Golongan pensil tulis, keras sedang meliputi HB, F
• Golongan keras sampai sangat keras meliputi H sampai dengan
9H.

Tanda – tanda khusus pada pensil gambar dengan angka adalah


Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map
Halaman: 8 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

• No. 1 = lunak
• No. 2 = sedang
• No. 3 = keras
• No. 4 = keras sekali

Kekerasan pensil yang harus dipakai tergantung pada keadaan


kertas dan gambar. Makin besar kertas dan makin halus / rumit
gambar, maka dipakai pensi yang makin keras.

Pensil HB dan F tidak boleh dipakai gambar teknik karena


terlalu lunak sehingga garis yang digambar mudah luntur dan
membuat gambar menjadi kotor. Dengan pensil ini tidak dapat
membuat garis yang tajam. Pensil akan cepat tumpul.

Maka yang paling tepat adalah pensil H dan 2H. Ujung pensil
yang pipih dan bulat pada ujung / titik tulisnya lebih baik daripada
titik tuli yang bulat atau runcing. Ujung piph dan bulat akan tahan
lama dan tidak mudah putus.
Sekarang banyak dipakai pensil gambar mekanik karena titik tulisnya
tidak mudah putus dan inti pensilnya mudah disimpan.
5) Mal Gambar dan Mal Bentuk
Tidak semua garis lengkung dapat digambar dengan jangka, maka
untuk mengatasi hal tersebut dipakai mal gambar, misal gambar
elips, parabola, hyperbola, lengkungan potongan dan sebagainya
(gambar 2.3). Untuk menggambar, bentuk – bentuk dengan ukuran
tertentu supaya lebih cepat dipergunakan mal – mal bentuk (gambar
2.4).

Gambar 2.3 Mal Gambar

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 9 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Gambar 2.4 Mal Bentuk


6) Busur Derajat
Busur derajat dibuat dari logam yaitu aluminium atau plastik.
Biasanya busur derajat ini mempunyai garis – garis pembagi dari 00
sampai dengan 1800 (gambar 2.5). Dengan alat ini dapat diukur
sudut atau membagi sudut.

Gambar 2.5 Busur Derajat


7) Kertas Gambar

Untuk latihan dan perencanaan awal biasanya dipakai kertas gambar


yang tebal dan putih serta permukaannya tidak berbulu atau kasar.
Jika kertas yang dipakai kasar / berbulu akan sulit menarik garis lurus
atau garis lengkung yang kecil – kecil. Bila menggambar sket akan
lebih mudah menggunakan kertas milimeter karena perbandingan
panjang garis yang satu dengan yang lainnya pada kertas milimeter
bisa diatur sehingga gambar yang diperoleh mempunyai ukuran
yang serasi dengan ukuran benda kerja yang direncanakan.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 10 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Apabila gambar kerja yang dibutuhkan lebih dari satu atau akan
diproduksi lagi (untuk kebutuhan pada bagian – bagian lain seperti
pada bagian produksi, atau untuk penyimpanan data dan lain – lain)
biasanya dipakai kertas kalkir. Di dalam bengkel biasanya dipakai
gambar produksi ulang, sedangkan gambar aslinya (kalkir) dan
sebuah copynya disimpan sebagai arsip.
a) Standar Ukuran Kertas Gambar
Kertas gambar mempunyai ukuran panjang dan lebar.
Sebagai ukuran pokok dari kertas gambar, diambil ukuran A0

yang mempunyai luas 1 m2 atau 1.000.000 mm2.


Perbandingan lebar dan panjangnya sama dengan
perbandingan sisi bujursangkar dengan diagonalnya. Jika
bujursangkar mempunyai sisi = x maka diagonalnya

. Selanjutnya x dipakai sebagai lebar kertas gambar


dan y sebagai panjang kertas gambar.

Gambar 2.6 Menentukan ukuran kertas A0


Karena ukuran kertas gambar A0 mempunyai luas x.y =

1.000.000 mm2, dengan , maka x2 = 1.000.000

mm2 sehingga diperoleh lebar 841 mm (dibulatkan) dan

panjang 841 = 1189 mm.


Untuk mendapatkan ukuran kertas gambar lainnya adalah
dengan cara membagi dua panjangnya, sehingga ukuran:
Sesuai dengan standar ISO (International Standardization for
Organization) dan NNI (Nederland Normalisatie Instituet)

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 11 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

selanjutnya kertas gambar diberi garis tepi sesuai dengan


ukurannya.
Pada tabel di bawah ditetapkan ukuran batas tepi bawah, tepi
atas dan tepi kanan (diwakili kolom C) sedangkan tepi kiri
untuk setiap ukuran kertas gambar ditetapkan 20 mm.
Penetapan jarak ini dimaksudkan untuk memberikan jarak
sehingga jika kertas gambar dibundel tidak akan mengganggu
gambarnya.

Tabel 2.1 Standar ukuran kertas

b. Jenis – Jenis Garis


Selain pembakuan ukuran kertas gambar, jenis garis pada gambar teknik
pun turut ditetapkan sehingga setiap garis menunjukkan fungsi
tersendiri. Terdapat sedikit perbedaan antar berbagai bidang keteknikan
dalam jenis dan fungsi garis ini.

Tabel 2.2 Jenis-jenis garis dan penggunaannya (ISO R. 128)

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 12 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

c. Standar Huruf dan Angka


Huruf dan angka yang dipakai pada gambar teknik, yang dianjurkan oleh
ISO 3098/11974 harus mudah dibaca dan dapat ditulis miring 75 atau
tegak. Contoh atau gambaran dari huruf dan angka yang dipakai pada
gambar teknik adalah sebagai berikut.
1) Penulisan Huruf dan Angka Tegak

Gambar 2.7 Huruf dan angka tegak

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 13 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Gambar 2.7 Huruf dan angka tegak

2) Penulisan Huruf dan Angka Miring (75 )

Gambar 2.8 Huruf dan angka miring


3) Ukuran Huruf Standar
Perbandingan tinggi dan lebar huruf diambil dari perbandingan
ukuran kertas yang distandarkan, yaitu √2: 1
Ketentuan – ketentuan ukuran huruf yang dianjurkan dapat dilihat
pada tabel 2.3 berikut :

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 14 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Tabel 2.3 Perbandingan standar huruf dan angka

Keterangan tabel:
a) Tinggi huruf kecil; tinggi huruf kecil disini adalah tinggi huruf
kecil diantara huruf yang dipakai, tinggi huruf kecil ini tanpa
tangkai dan kaki (huruf b, k, l = bertangkai dan j, g = berkaki).
b) Tinggi huruf kecil untuk tipe A = (10/14).h dan untuk tipe B
= (7/10).h
c) Jarak antar huruf; jarak antar huruf disini adalah jarak antara
huruf yang satu dan lainnya dalam satu kata. Untuk tipe A
(2/14).h dan untuk tipe B (2/10).h.
d) Jarak antar garis; jarak antar garis disini adalah jarak
antara batas bawah huruf besar di atas dan batas atas huruf
besar di bawah.
e) Jarak antar kata; bila dalam suatu kalimat ada dua kata yang
disambung (misalnya baja nikel) maka jarak antara kata baja
dan nikel tersebut dianjurkan sebagai berikut: untuk
penggunaan tipe huruf A jaraknya 6/14.h dan untuk tipe huruf
B jaraknya 6/10.h.
f) Tebal huruf yaitu tebal pena yang digunakan untuk membuat
huruf. Ukuran pena tersebut harus disesuaikan dengan
tinggi huruf dan tipe huruf yang digunakan. Tebal huruf yang
dianjurkan untuk tipe A adalah 1/14.h dan untuk tipe B yaitu
1/10.h.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 15 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Contoh 1 :
Jika huruf mempunyai tinggi h = 14 mm, berapa lebar
hurufnya (x = lebar huruf)?
Jawab :
ℎ √2
ℎ: 𝑥 = √2: 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 =
𝑥 1
ℎ 14
dengan h = 14 mm, maka 𝑥 = = = 9,899 𝑚𝑚
√2 √2

jadi lebar hurufnya adalah 9,899 mm atau dibulatkan menjadi


10 mm
d. Tata Letak (lay out)
1) Kepala Gambar (etiket)
Setiap gambar kerja yang dibuat, selalu ada etiketnya. Etiket dibuat
di sisi kanan bawah kertas gambar. Pada etiket (kepala gambar) ini
kita dapat mencantumkan:
a) nama yang membuat gambar
b) judul gambar
c) nama instansi, departemen atau sekolah
d) tanggal menggambar atau selesainya gambar
e) tanggal diperiksanya gambar dan nama pemeriksa
f) ukuran kertas gambar yang dipakai
g) skala gambar
h) jenis proyeksi
i) satuan ukuran yang digunakan
j) berbagai data yang diperlukan untuk kelengkapan gambar.
e. Skala
Skala merupakan perbandingan ukuran antar objek pada gambar
dengan ukuran benda sebenarnya. Skala dikelompokkan menjadi: skala
sebenarnya, skala diperbesar dan skala diperkecil.
Bilangan skala yang direkomendasikan untuk digunakan pada gambar
teknik adalah: 1, 2, 5 dan 10.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 16 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Tabel 2.4. Skala pada gambar teknik

Kategori Skala yang direkomendasikan


50: 1 20: 1 10: 1
Skala perbesaran
5: 1 2: 1
Ukuran sebenarnya 1: 1
1: 2 1: 5 1: 10
1: 20 1: 50 1: 100
Skala pengecilan
1: 200 1: 500 1: 1000
1: 2000 1: 5000 1: 10000

f. Mengenal Proyeksi

Untuk bisa membaca gambar, maka terlebih dahulu anda harus


memahami informasi yang terdapat pada gambar tersebut.
Untuk bisa memahami informasi dari sebuah gambar, antara designer
(perancang gambar), drafter (juru gambar) dan operator (pengguna
gambar) harus mempunyai konsep yang sama sehingga informasi
gambar yang dimaksudkan tidak terjadi salah pengertian di antara
ketiga orang tersebut.
Untuk itu designer, drafter dan operator harus memahami, simbol,
ukuran dan skala gambar yang telah distandarkan. Cara yang lain dapat
dilakukan untuk bisa membaca gambar adalah dengan memahami jenis
proyeksi dari gambar tersebut.
Proyeksi adalah gambar dari benda nyata atau khayalan, yang dilukiskan
menurut garis-garis pandangan pengamat pada suatu bidang datar/
bidang gambar. Proyeksi juga berfungsi untuk menyatakan wujud benda
dalam bentuk gambar yang diperlukan.
Proyeksi merupakan cara penggambaran suatu benda, titik, garis, bidang,
benda ataupun pandangan suatu benda terhadap suatu bidang gambar.
Proyeksi piktorial/pandangan tunggal adalah cara penyajian suatu gambar
tiga dimensi terhadap bidang dua dimensi. Sedangkan proyeksi ortogonal

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 17 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

merupakan cara pemproyeksian yang bidang proyeksinya mempunyai


sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Secara umum proyeksi dapat
dilihat pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Grafik pembagian gambar proyeksi


1) Proyeksi Piktorial (Posisi Benda)

Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah


bidang dua dimensi, dapat dilakukan dengan beberapa macam cara
proyeksi sesuai dengan aturan menggambar. Beberapa macam cara
proyeksi antara lain
a) Proyeksi Isometrik
Untuk mendapatkan sedikit gambaran mengenai bentuk benda
yang sebenarnya pada umumnya dibuat gambar isometri,
dimetri dan trimetri, dari proyeksi aksonometrinya. Pada
proyeksi aksonometri tidak terdapat panjang sisi yang

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 18 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

sebenarnya dari benda yang bersangkutan. Oleh karena itu,


penggambarannya memakan waktu. Di pihak lain gambar
isometri, dimetri atau trimetri setidaknya satu sisi merupakan
panjang sisi yang benar. Pada gambar isometri panjang garis
pada sumbu-sumbu isometri menggambarkan Panjang yang
sebenarnya. Karena itu penggambarannya sangat sederhana,
dan banyak dipakai untuk membuat gambar satu pandangan.
Gambar isometri dapat menyajikan benda dengan tepat dan
memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan
cara proyeksi yang lain.
Ciri pada sumbu
- Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis
mendatar.
- Sudut antara sumbu satu dengan sumbu lainnya 120°.
Ciri pada ukurannya
Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan
panjang benda yang
digambarnya.

b) Proyeksi Dimetri
Proyeksi pada gambar dimana skala perpendekan dari dua sisi
dan dua sudut dengan garis horizontal sama, disebut proyeksi
dimetri. Pada proyeksi dimetri terdapat beberapa ciri dan
ketentuan yang perlu diketahui, ciri dan ketentuan tersebut
antara lain:
(1) Ciri pada sumbu
Pada sumbu x mempunyai sudut 10°, sedangkan pada
sumbu y mempunyai sudut 40°.
(2) Ketentuan ukuran
Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, dan
skala pada sumbu y = 1 : 2,
sedangkan pada sumbu z = 1 : 1

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 19 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Contoh :

Gambar 2.10 Proyeksi dimetri


c) Proyeksi Miring
Pada proyeksi miring, sumbu x berhimpit dengan garis
horisontal/mendatar dan sumbu ymempunyai sudut 45°
dengan garis mendatar. Skala pada proyeksi miring sama
dengan skala pada proyeksi dimetri, yaitu skala pada sumbu x
= 1 : 1, dan pada sumbu y = 1 : 2, sedangkan pada sumbu z
= 1 : 1.
2) Proyeksi Ortogonal
Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya
mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis-garis
yang memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut
proyektor. Selain proyektor tegak lurus terhadap bidang proyeksinya
juga proyektor-proyektor tersebut sejajar satu sama lain. Contoh-
contoh proyeksi ortogonal dapat dilihat pada gambar dibawah ini
1. Proyeksi ortogonal dari sebuah titik
2. Proyeksi ortogonal dari sebuah garis
3. Proyeksi ortogonal dari sebuah bidang
4. Proyeksi ortogonal dari sebuah benda
3) Proyeksi Pandangan
Proyeksi Eropa dan Amerika merupakan proyeksi yang digunakan
untuk memproyeksikan pandangan dari sebuah gambar tiga dimensi
terhadap bidang dua dimensi
a) Proyeksi Eropa
Proyeksi Eropa disebut juga proyeksi sudut pertama, juga ada
yang menyebutkan proyeksi kuadran I, perbedaan sebutan ini
Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map
Halaman: 20 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

tergantung dari masing pengarang buku yang menjadi refrensi.


Dapat dikatakan bahwa Proyeksi Eropa ini merupakan proyeksi
yang letak bidangnya terbalik dengan arah pandangannya
(lihat Gambar 2.11)

Gambar 2.11 Gambar proyeksi Eropa


Keterangan :

P.A = Pandangan Atas


P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang

Gambar 2.12 Gambar proyeksi Eropa

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 21 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

b) Proyeksi Amerika

Proyeksi Amerika dikatakan juga proyeksi sudut ketiga dan juga


ada yang menyebutkan proyeksi kuadran III. Proyekasi
Amerika merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama
dengan arah pandangannya (lihat Gambar 2.13)

Gambar 2.13 Proyeksi Amerika


Keterangan :

P.A = Pandangan Atas


P.Ki = Pandangan Kiri
P.Ka = Pandangan Kanan
P.Ba = Pandangan Bawah
P.Be = Pandangan Belakang

Gambar 2.14 Proyeksi Amerika

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 22 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

3. Cara mengidentifikasi jenis – jenis Non Destructive Test (NDT)


a. Penetran test ( P.T.)
Adalah suatu cara untuk mengetahui cacat las pada permukaan
benda kerja hasil pengelasan atau hasil proses produksi logam dangan
menggunakan sejenis cairan kimia yang bekerja berdasarkan Rembes-an
atau secara kapilaritas. Uji Penetrasi dapat di lakukan pada material yang
mengandung besi (ferro) atau material yang tidak mengandung besi (non
ferro) termasuk kaca,keramik, dan plastik. Sertifikasi sesuai acuan ISO
9712.
Jenis-Jenis Uji Penetrasi :
b. Water Washable Contrast.
c. Solvent Removable Contrast.
d. Water Washable Fluorescent.
e. Solvent Removable Fluorescent.
f. Post-emulsifiable Fluorescent.

Cara kerja Uji Penetrasi dengan menggunakan 3 ( tiga ) cairan kimia.


Cairan Pembersih (Cleaner tidak berwarna/transparan) Cairan Penetrasi
( Penetrant berwarna merah ) Cairan Pengembang(Developer berwarna
putih)
1) Langkah Kerja untuk melakukan Uji Penetrasi :
a) Bersihkan benda kerja dengan menggunakan cairan
Pembersih ( cleaner ) apabila benda kerja kotor oleh
debu,oli,minyak bekas dll.

b) Semprotkan / oleskan cairan Penetrasi ( penetrant ) kemudian


tunggu sekitar 10-20 menit ( dwell Time ) , Jarak antara
benda kerja dengan tabung Cairan Penetrasi adalah sekitar 15
s/d 20 cm , jika disemprotkan dengan posisi tegak lurus.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 23 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

c) Bersihkan cairan penetrasi dengan menggunakan cairan


pembersih ( cleaner ) yang di semprotkan ke majun / lap ,
kemudian gosokan satu arah.

d) Semprotkan Cairan Pengembang ( Developer ) pada benda


kerja di atas ( 3 ) , maka cacat las akan terlihat dengan jelas
, karena cairan penetrasi yang berwarna merah akan keluar ,
dan cairan pengembang ( yang berwarna putih ) menarik
cairan penetrasi ke permukaan melalui cacat las tadi.

e) Laporan hasil dengan UJi Penetrasi harus segera di lakukan /


di putuskan ketika proses penyemprotan cairan pengembang ,
karena cairan penetrasi akan keluar ketika terjadi pengeringan
pada cairan pengembang. Setelah Pengujian selesai maka
bekas nya harus segera di bersihkan.
Kelebihan dan Kekurangan Uji Penetrasi .
Kelebihannya
• Mudah digunakan
• Murah
• Cepat mendapatkan hasil Uji

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 24 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

• Mudah di bawa ke area pengujian


• Dapat di gunakan pada logam yang tidak mengandung unsur besi.
• Tidak diperlukan keahlian khusus.
Kekurangan nya
• Hanya bisa memeriksa cacat permukaan saja.
• Cairan penetrasi dapat terkontaminasi dengan unsur lain
(antara lain parafin)
• Sulit membersihkan permukaan benda Uji
• Cairan kimia berpotensi merusak kesehatan
• Hasil pengujian tidak bisa bertahan lama
• Pengujian di lakukan pada suhu kamar

b. Magnetic Particle Test


Adalah bagian dari pengujian tidak merusak untuk mandapatkan
cacat las atau cacat material hasil pengelasan atau hasil proses
pengerjaan logam pada permukaan benda kerja , dan sedikit (<3mm) di
bawah permukaan (sub surface) benda uji. Proses Magnetik atau
Gelombang Medan Magnet membuat molekul benda uji menjadi searah,
bila pada benda uji ada cacat maka akan terjadi kutub baru pada daerah
tersebut,pada daerah ini terjadi kebocoran medan magnet (leakage field)
sehingga mendorong/menarik cairan kimia yang mengandung serbuk
besi dan mengarahkan pada cacat benda uji tersebut. Serta gelombang
medan magnet harus memotong / menyilang jalur las/cacat (apabila ada
cacat).Induksi medan magnet dapat di lakukan secara langsung arus
mengalir pada benda uji,dan secara tidak langsung dengan
menempatkan benda uji pada suatu medan magnet melingkar (circular)
atau memanjang (longitudinal).
Pengujian Magnetik dapat dilakukan hanya pada benda uji yang
mengandung besi dan bersifat magnetik.
Bila ada cacat maka akan terlihat lebih gelap, yang di hasilkan oleh
serbuk besi (black Ink), karena ada perbedaan warna dengan warna
dasar benda uji yang telah di semprot oleh cat berwarna putih (white
contrast paint).
Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map
Halaman: 25 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Pada penggunaan Fluorescent maka cacat akan terlihat berwarna


hijau/kuning dengan penyinaran lampu Ultra Violet.
Kalibrasi MT yoke AC harus bisa mengangkat benda seberat 10lbs
(4,5kg).
Serifikasi sesuai acuan ISO 9712.
Keterangan : Prods AC atau DC sudah tidak lagi digunakan karena dapat
merusak benda uji(arc striking).
MT yoke DC juga jarang di pakai karena berat sehingga sulit mobilisasi
nya, tetapi masih di gunakan apabila area benda uji tidak ada sumber
listrik misalnya di hutan.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan nya adalah :

- Mudah Digunakan

- Hasil Pengujian nya cepat

- Tidak mahal

- Pembersihan pada permukaan benda uji tidak terlalu sulit.

- Memungkinkan pengujian pada benda uji yang ada cat nya


( atau lapisan tipis yang lain nya / thin coated )
Kekurangan nya :

- Pengujian nya hanya untuk permukaan ( surface )


dan sedikit di bawah permukaan ( slight sub surface )

- Hanya untuk material yang mengandung besi dan bersifat


magnetik.

- Kedalaman cacat tidak dapat di ketahui.

- Hanya cacat lurus dan memanjang yang dapat di ketahui.

- Pemerikasaan hanya dapat dilakukan dengan dua arah (circular dan


longitudinal).

- De-magnetisasi menghilangkan sisa medan magnet, post cleaning


dengan cup power brush.
Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map
Halaman: 26 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

c. Ultrasonic Test
(UT) Cara kerja dari alat Uji ultrasonic adalah, memancarkan
gelombang suara yang merambat pada suatu benda dengan frequensi
tinggi sekitar 20 kHz dan akan dipantulkan kembali apabila mengenai sisi
dari ketebalan material (Continue) atau back wall echo, dan apa bila
terdapat cacat pada material maka cacat tersebut akan memotong arah
rambatan dari gelombang yang di pancarkan oleh alat ultrasonic tersebut
(Discontinuity), dan di interpretasikan dalam bentuk grafik/pulse pada
layar alat UT tersebut atau display CRT. Dalam rambatannya didalam
benda uji, gelombang ini dipengaruhi oleh sifatsifat material misalnya
massa jenis,homogenitas,besar butir dan kekerasan material. Untuk
memeriksa tebal bahan dan/atau adanya indikasi cacat di dalam suatu
bahan dengan gelombang ultrasonic dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu teknik resonansi , teknik transmisi, dan teknik gema. Dari ketiga
teknik tersebut, teknik gema dengan kontak langsung paling sering di
gunakan pada pemeriksaan di lapangan. Teknik resonansi dapat
mengukur tebal bahan dengan cara mengukur frekuensi atau panjang
gelombang ultrasonic yang dapat menimbulkan resonansi maksimum pada
bahan tersebut. Adanya cacat dapat di deteksi dengan terjadinya
perubahan resonansi karena jarak bahan yang beresonansi berubah.
Teknik transmisi, adanya cacat didalam bahan dapat diketahui dari adanya
penurunan intensitas gelombang ultrasonic yang diterima oleh probe
penerima, sedangkan tebal bahan tidak lazim di ukur dengan teknik
transmisi. Teknik Gema , tebal bahan , lokasi dan besar nya cacat dapat
diketahui dari waktu rambat dan amplitude gelombang yang diterima oleh
probe.
Fungsi kuplan adalah memudahkan merambatnya gelombang dari
probe kedalam benda uji karena bila antara probe dan benda uji terdapat
udara maka hampir 100% gelombang akan dipantulkan kembali kedalam
probe. Pada teknik kontak langsung, bila permukaan halus lapisan kulpan
sangat tipis , sehingga tidak mempengaruhi arah rambatan gelombang,
tetapi mempengaruhi amplitude dari indikasi yang timbul pada layar. Oleh

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 27 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

sabab itu dalam pengukuran besar nya cacat takanan yang diberikan pada
probe ketika menggosok harus konstan, agar tebal kuplan yang terletak
antara probe dengan benda uji tetap. Untuk menghindari perubahan
amplitude yang disebabkan oleh tebal kuplan yang tidak konstan. Alat
ultrasonic tergantung dari teknik yang digunakan, peralatan yang
digunakan untuk teknik resonansi berbeda dengan peralatan untuk teknik
transmisi dan teknik gema. Anyscan 30 dan Anysan 20 adalah peralatan
untuk teknik gema. Pengukuran waktu yang dilakukan melalui skala
horizontal dapat di terjemahkan menjadi pengukur jarak ( S=Vt )
sedangkan pengukuran tegangan yang harus di presentasikan pada skala
vertical adalah untuk mengetahui besarnya cacat. Skala horizontal dan
vertical ini harus linier agar interpelasi dapat dilakukan dan tidak
mempengaruhi ketelitian pembacaan.

Gambar 2.15 Skema UT


Keterangan :
- Grafik/pulse yang menunjukan backwall echo (gema)
adalah continuity , terdapat pada skala 7 pada display
CRT.
- Grafik/pulse yang menunjukan indikasi cacat /defect
(crack ) adalah discontinuity, terdapat pada skala 4 pada
display CRT.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 28 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Gambar 2.16 Contoh gambar kurva DAC


Dalam proses merambatnya gelombang ultrasonic memerlukan suatu
media atau di sebut COUPLANT. Tanpa adanya media couplant,
gelombang ultrasonic tidak dapat merambat.
Media COUPLANT ini bisa berupa :

- Air

- Oli

- Grease - Dll.
Media yang paling sering dan baik diaplikasikan adalah couplant jenis oli
grease.
Kelebihan dan Kekurangan Uji Ultrasonik
Kelebihan nya :

- Cepat mendapatkan hasil uji.

- Dapat memeriksa cacat di permukaan dan di bawah permukaan

- Aman dan dapat mengukur cacat pada kedalaman

- Mudah di bawa kemana – mana dan menggunakan baterey


Kekurangan nya :

- Karena memerlukan keterampilan khusus maka operator Uji


Ultrasonik harus mengikuti pelatihan khusus Uji Ultrasonik yang di
lengkapi sertifikat.

- Permukaan benda uji harus bersih dan rata

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 29 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

- Hanya indikasi cacat tidak bisa jenis cacat nya

- Setiap mulai bekerja di haruskan kalibrasi awal Rambatan gelombang


ultrasonic pada setiap benda uji berbeda-beda di sebut MT Level atau
Sound Velocity. Penentuan MT Level juga di aplikasikan terhadap
pengunaan probe (beam ) untuk probe LURUS ( Straight Beam )
𝟓𝟗𝟐𝟎𝒎/𝒔.
d. Radiography Test
Menggunakan gelombang sinar radioaktif yang diserap oleh material
yang dilaluinya, dan menggunakan negative film sebagai alat perekam.
Intensitas radiasi yang melalui material dengan ketebalan tertentu akan di
perlemah , besar nya intensitas yang berbeda akan terekam oleh film
dalam bentuk perbedaan kepekaan ( density kehitaman) yang
menunjukan ketidak homogenan benda uji yang diindikasikan sebagai
cacat. Film radiografi yang sudah diproses di ruang gelap dikatakan
mempunyai kualitas baik bila film tersebut dapat mendeteksi cacat yang
dimensinya tertentu, sesuai dengan yang diinginkan atau lebih kecil, yang
di nyatakan dengan sensitifitas radiografi, dan kontras yang tinggi, dan
definisi baik. Kontras adalah perbedaan densitas ( kepekatan/terang-
gelap)film,jika perbedaan densitas semakin besar maka kontras film
semakin tinggi. Sedangkan definisi yang baik, adalah apabila film dapat
memperlihatkan secara tajam pada daerah batas (deposit las)yang
mempunyai densitas berbeda. Film radiografi yang dapat memperlihatkan
cacat yang ukuran nya kecil dikatakan mempunyai sensitifitas radiografi
tinggi.
Sensitifitas radiografi (S) dinyatakan dalam (mm). Sensitifitas radiografi
(S)relative, dinyatakan dalam % ketebalan indikator, yang menunjukan
sensitifitas radiografi adalah, munculnya bayangan penetrameter (IQI).
Material bahan penetrameter adalah sama dengan bahan benda uji.
Pemilihan nomor yang digunakan adalah sesuai dengan % prosentase
sensitifitas radiografi yang diinginkan dan tebal benda uji. Penentuan
waktu paparan ( exposure time) diperoleh dari grafik exposure chart curie

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 30 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

menit versus ketebalan benda uji untuk sinar gamma dan grafik exposure
chart mA – menit versus ketebalan benda uji untuk sinar X.
Penetrameter ( IQI )adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
besarnya sensitifitas film radiografi, yaitu dengan melihat diameter atau
lubang terkecil yang terlihat dalam film radiografi yang kemudian
dibandingkan dengan ketebalan benda uji kemudian dikalikan dengan
bilangan 100%.
Penetrameter (IQI) yang digunakan pada umumnya jenis lobang dan jenis
kawat. Penetrameter jenis kawat terbuat dari kawat-kawat halus dengan
diameter tertentu dan diletakan sejajar, serta dibungkus dengan plastik.
Pada setiap kemasan plastik terdiri dari 7 macam diameter kawat yang
berbeda untuk standar ISO .
Contoh penggunaan peni kawat berdasarkan DIN dan ISO dengan tebal
las termasuk reinforcement 28,6mm, sensitifitas(relative yang disyaratkan
adalah 2%,Maka sensitifitas absolute = 2%28,6mm = 0,572mm. Jadi
penetrmeter/peni yang digunakan adalah 6 ISO 12. Bila bayangan kawat
muncul 3 buah berarti sensitifitasnya = 0,5/28,6X100% = 1,7%
(sensitifitasnya semakin tinggi berarti kwalitas film semakin baik) artinya
cacat yang lebih kecil dari standar yang disyaratkan masih terlihat.Bila
bayangan kawat muncul 2 buah berarti sensitifitasnya = 0,4/28,6X100%
= 1,3% (ini menggunakan standar minimal yang dapat diterima dari film
radiografi). Bila bayangan kawat muncul 1 buah berarti sensitifitasnya =
0,3/28,6X100% = 1,1% (sensitifitas semangkin rendah berarti kwalitas
film sangat buruk )artinya film radiografi di tolak, karena cacat terkecil
dari standar yang diisyaratkan tidak tampak pada film radiografi.
Untuk contoh yang sama bila menggunakan peni standar ASTM, maka
sensitifitas absolute 2% X 28,6/25,4 = 0,022inch, jadi peni yang
digunakan adalah standar ASTM A.
Bila bayangan kawat muncul 3 buah berarti sensitifitasnya
0,020/1,125X100% = 1,77% berarti kwalitas film semakin baik.
Bila bayangan kawat muncul 2 buah berarti sensitifitasnya
0.025/1,125X100% = 2,2% ini merupakan standar minimal yang dapat

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 31 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

diterima dari film radiografi. Bila bayangan kawat muncul 1 buah berarti
sensitifitasnya 0,032/1,125X100% = 2,8% artinya kwalitas film sangat
buruk, artinya film radiografi di tolak.
Prinsip Radiografi

- Radasi Sinar X dan atau Sinar Gamma di gunakan untuk pengujian


Radiografi.

- Radiasi nya di tembakan dengan berbagai macam sudut sesuai


kepadatan(density) material benda uji tersebut.

- Daerah yang lebih tipis dan kepadatan benda uji yang lebih renggang
, maka gambar nya terlihat lebih gelap (hitam) bila dibandingkan
dengan gambar benda uji pada film uji radiografi.

- Daerah yang lebih tebal dan kepadatan benda uji lebih padat , maka
gambarnya terlihat lebih terang(putih) bila dibandingkan dengan
gambar benda uji pada film uji radiografi.

- Dapat digunakan pada benda uji logam , bukan logam , dan


komposit.

Terminology Uji Radiografi

Gambar 2.17 Cara kerja uji radiografi

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 32 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Gambar 2.18 Skema radiografi


Film Radiografi dengan gambar peni (indikasi kwalitas gambar) akan
terpampang pada film, setelah di tembak ( shoot) dan di cuci
(development) pada uji radiografi.
Kelebihan dan Kekurangan Uji Radiografi
Kelebihan nya :

- Hasil Uji dapat disimpan lama.

- Indikasi cacat jelas terlihat.

- Persiapan pada permukaan benda uji tidak perlu


perlakuan khusus.

- Semua material dapat di lakukan uji radiografi.

- Dapat melakukan uji radiografi pada benda uji yang tipis.


Kekurangan nya :

- Mahal alat dan proses pengujian nya.

- Karena berpotensi radiasi tinggi dan berbahaya maka sulit untuk


memobilisasi ( tidak bisa naik pesawat terbang ).

- Hasil nya lambat karena butuh waktu untuk proses pencucian film
uji radiografi.
Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map
Halaman: 33 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

- Sulit menentukan cacat las di kedalaman.

- Dapat di lihat dari dua sisi ( bolak – balik ) maka berpotensi terjadi
kesalahan membaca cacat pada film radiografi.

- Tidak jelas untuk memeriksa cacat berbentuk lurus dan memanjang


tanpa ukuran ketebalan (planar defect) apabila pancaran sinar
radiasinya segaris dengan cacat tersebut.

Untuk seorang AR (Ahli Radiografi) atau OR(operator Radiografi )


harus memiliki izin dari Bapeten / Batan
Dengan memperhatikan factor Bahaya Radiasi terhadap kesehatan maka
setiap AR atau OR harus dilengkapi alat ukur ( Film Badge ) yang
bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat terpapar radiasi
para pekerja Uji Radiografi tersebut.
Apabila Film Badge nya menunjukan indikasi telah terpapar radiasi dan
film bagde berwarna hitam , maka pekerja Uji Radiasi tersebut di
haruskan cuti selama Sembilan bulan terus menerus.
4. Cara mengidentifikasi simbol -simbol NDT
ANSI / AWS A2.4-98 termasuk sistem yang komprehensif untuk
menunjukkan persyaratan untuk pengujian non-destruktif (NDT) pada gambar,
tetapi dalam ISO 2553: 1992 tidak ada referensi untuk NDT
Tabel 2.5 kode symbol NDT

Catatan peringatan diperlukan terkait simbol pengujian visual


VT karena banyak gambar, mungkin mayoritas, akan dikeluarkan
tanpa simbol untuk NDT. Ini tidak boleh dianggap menyiratkan itu

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 34 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

inspeksi visual tidak diperlukan. Ini penting dan seharusnya


jelas bahwa semua komponen yang dilas harus diperiksa secara visual sebagai
masalah rutin.

Gambar 2.19 Simbol NDT pd gambar


Aplikasi simbol untuk NDT ditunjukkan pada Gambar diatas di mana
simbol ditempatkan pada garis referensi, seperti simbol las, dengan
garis panah yang menunjuk ke sambungan las.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam menyiapkan penginterpretasian Non


Destructive Test (NDT) Map
1. Mengidentifikasikan gambar Teknik
2. Mengidentifikasikan jenis – jenis Non Destructive Test (NDT)
3. Mengidentifikasikan simbol -simbol NDT

C. Sikap kerja yang diperulkan dalam menyiapkan penginterpretasian Non


Destructive Test (NDT) Map
Harus bersikap secara:
1. Cermat dan teliti dalam mengidentifikasi gambar teknik, jenis – jenis Non
Destructive Test (NDT) dan simbol – simbol NDT
2. Taat asas dalam mengidentifikasi gambar teknik, jenis – jenis Non Destructive
Test (NDT) dan simbol – simbol NDT

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 35 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

BAB III
MENGINTERPRETASI JENIS NON DESTRUCTIVE TEST (NDT) UNTUK POSISI
UJI DAN KOMPONEN TERTENTU

A. Pengetahuan yang diperlukan dalam menginterpretasi jenis Non


Destructive Test (NDT) untuk posisi uji dan komponen tertentu
1. Jenis Non Destructive Test (NDT) dengan posisi uji
a. Penetran test ( P.T.)
Pada Uji penetran merupakan salan satu metode NDT yang paling
luas penggunaannya, uji penetran dilakukan untuk mendeteksi
diskontinuitas permukaan dengan prinsip kapilaritas pada material
padat yang tidak berpori. Dapat diaplikasikan pada material yang
bersifat magnetik dan nonmagnetik. Prinsip dasar pengujian penetran
adalah berdasarkan pada aksi kapilaritas, kapilaritas bertanggung jawab
terhadap masuk dan keluarnya cairan penetran dari dan ke dalam
diskontinuitas.
Gaya kapiler sangat kuat, ketika pengujian penetran dilakukan pada
spesimen pada posisi di atas kepala atau melawan gravitasi, cairan
penetran akan tertarik melewati bukaan atau celah melawan gaya
gravitasi. Gaya kapilaritas lebih kuat daripada gaya gravitasi dan
diskontinuitas akan terdeteksi walaupun posisi benda uji di atas kepala.
Pada uji cairan penetrant, cairan diaplikasikan di atas permukaan
spesimen dan diberikan waktu yang cukup untuk terserap ke dalam
diskontinuitas. Jika diskontinuitasnya kecil dan sempit seperti pada retak
atau lubang jarum, kapilaritas membantu penetrasi. Setelah waktu
mencukupi bagi penetrant untuk memasuki diskontinuitas, permukaan
spesimen kemudian dibersihkan kemudian diaplikasikan serbuk penyerap
(developer) sehingga cairan penetran yang sudah meresap kedalam celah
akan tertarik keluar membentuk indikasi diskontinuitas. Gaya kapiler
sekali lagi bekerja sebagai penghisap yang menarik penetrant keluar dari
dalam diskontinuitas

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 36 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Gambar 2.20 Prinsip pengujian penetran


Pengujian penetrant dapat diplikasikan pada berbagai jenis
material, termasuk material logam dan nonlogam. Pengujian penetrant
tidak dapat diaplikasikan untuk menemukan diskontinuitas yang tidak
membuka ke permukaan dan permukaan material yang berpori
Pengujian penetrant terdiri dari tahapan-tahapan berikut tanpa
mempertimbangkan material yang diuji:
Langkah 1: Pembersihan dan pengeringan benda atau lokasi yang
diperiksa.
Langkah 2: Aplikasi penetrant. Dibiarkan beberapa lama agar
menyusup ke dalam diskontinuitas.
Langkah 3: Pembersihan penetrant sisa di permukaan.
Langkah 4: Aplikasi developer
Langkah 5: Evaluasi indikasi, diterima atau ditolak.
Langkah 6: Pembersihan benda atau lokasi setelah selesai diuji
Secara umum kelebihan dari pengujian penetrant adalah portable,
biaya yang tidak mahal, sensitifitas baik, serbaguna, hampir semua
material padat tidak berpori dapat diuji, efektif untuk inspeksi tak
merusak suatu hasil produksi. Keterbatasan dari pengujian penetrant
adalah hanya diskontinuitas yang membuka kepermukaan spesimen yang
dapat di deteksi, banyak variable proses yang harus dikontrol, hasil
dipengaruhi oleh temperatur yang bervariasi, kondisi permukaan dan
konfigurasi benda yang diuji, sangat membutuhkan persiapan permukaan
b. Magnetic Particle Test
Saat ini teknik pengujian magnetik partikel sangat luas mencakup
perangkat pemeriksaan portabel, tetap, dan semi-otomatis. Pengujian

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 37 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

magnetik partikel menggunakan magnet permanen, elektromagnet baik


menggunakan AC atau DC, atau kombinasi keduanya. Media deteksi
yang tersedia sebagai bubuk kering atau sebagai suspensi cair. Tersedia
banyak warna sehingga memberikan kontras dengan warna permukaan
atau latar belakang benda uji dan juga tersedia partikel fluorescent untuk
sensitivitas maksimum.
Berdasarkan sifat magnetnya logam diklasifikasikan menjadi
diamagnetik, paramagnetik dan feromagnetik. Logam-logam
diamagnetik memiliki kerentanan yang kecil dan negatip terhadap
magnetisasi (sedikit menolak), air raksa, bismuth, seng, tembaga, perak,
dan emas adalah contoh material diamagnetik. Logam-logam
paramagnetik memiliki kerentanan yang kecil dan positip terhadap
magnetisasi (sedikit tertarik), aluminium, platina, tembaga sulfat,
magnesium, molybdenum, lithium, dan tantalum adalah contohnya.
Logam-logam ferromagnetik – memiliki kerentanan yang besar dan
positip terhadap magnetisasi, memiliki daya tarik yang kuat, dan mampu
menahan magnetisasi setelah medan magnet dihilangkan, besi, cobalt,
nikel, dan gadolinium adalah contoh logam ferromagnetik. Hanya logam-
logam ferromagnetik yang umumnya diperiksa menggunakan metoda
pengujian partikel magnet.
Pada pengujian partikel magnet bisa digunakan pada segala posisi
tetapi Keterbatasan pengujian partikel magnet yaitu hanya berlaku
untuk material ferromagnetik. Pengujian partikel magnet tidak mampu
mendeteksi diskontinuitas yang letaknya lebih dalam dari 4 mm di bawah
permukaan. Namun demikian, kedalaman penetrasi akan tergantung
pada permeabilitas material, jenis diskontinuitas, dan besar serta jenis
arus yang dipakai.
c. Ultrasonic Test
Ultrasonik adalah teknik pemeriksaan yang serbaguna, dipakai
untuk menguji bermacam-macam produk logam dan nonlogam seperti
sambungan las, benda tempa, benda cor, lembaran tipis, tabung, plastik,
dan keramik. Ultrasonik memiliki keunggulan dapat mendeteksi

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 38 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

diskontinuitas bawah permukaan dengan akses hanya dari satu sisi


spesimen. Tujuan pengujian ultrasonik adalah untuk memastikan
keandalan produk dengan cara :
1) Memperoleh informasi yang berhubungan dengan diskontinuitas.
2) Mengungkap sifat diskontinuitas tanpa mengganggu kegunaan
benda
3) Memisahkan material yang diterima dan ditolak dengan mengacu
pada standard yang telah ditetapkan
Pada pengujian ultrasonic sangat dipengaruhi oleh probe contohnya :
Pemeriksaan Cacat Laminasi Menggunakan Probe Normal
Lembaran yang dirol dan pelat dapat diuji dengan probe normal atau
probe sudut, tergantung pada persyaratan yang diminta. Pengujian
memakai probe normal memiliki keuntungan yaitu mampu menemukan
laminasi dengan mudah. Namun demikian, pengujian memakai probe
normal memboroskan waktu dan diskontinuitas dekat permukaan
mungkin tak terdeteksi, kecuali apabila dipakai teknik khusus
Pemeriksaan Sambungan Las Menggunakan Probe Sudut
Sambungan las dapat diuji ultrasonik menggunakan teknik probe normal
maupun sudut. Pengujian sambungan las memakai probe normal dapat
dilakukan jika kampuh las digerinda rata, sementara jika kampuh las tidak
digerinda, digunakan teknik probe sudut. Untuk men-scan sambungan
las, transducer digerak-gerakkan ke depan dan belakang seperti di bawah
ini. Pada ½ jarak skip, berkas suara mengenai dasar pelat dan pada 1
jarak skip, berkas akan mengenai atas pelat seperti dalam Gambar di
bawah ini

Gambar 2.21 Jarak Skip

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 39 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Cacat yang dapat diperiksa oleh alat Uji Ultrasonic adalah Cacat di
Permukaan dan juga Cacat di Bawah Permukaan yang terdapat di dalam
(posisi cacat) deposit sambungan las atau material. Uji ultrasonic dapat
menunjukan posisi cacat dan bentuk cacat nya saja, tetapi tidak dapat
menunjukan Jenis Cacat nya.
Misalnya : Cacat yang berbentuk lurus memanjang tanpa ada ketebalan (
planar defect ) di kedalaman tertentu atau cacat volumetric (non planar
defect) di kedalaman tertentu dapat di periksa dengan pengujian UJI
Ultrasonik , tanpa dapat mengetahui jenis cacat nya.
Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui posisi dan ukuran suatu
discontinuity, tetapi keakuratan pengujian ini sangat tergantung pada
tebal (thikness) material yang diperiksa , oleh karena itu maka Range
(jarak) pada alat harus lebih atau sama dengan ketebalan material.
Karena pada prinsipnya energy gelombang suara yang diterima akan
melemah berbanding terbalik dengan jaraknya ( Range). Pelemahan
energy gelombang suara tersebut dapat di interpretasikan dalam bentuk
KURVA. Kurva ini lah yang disebut dengan kurva DAC (Distance and
Amplitudo Correction)
d. Radiography Test
Pengujian radiografi merupakan salah satu metode NDT yang
memanfaatkan kemampuan dari radiasi sinar X atau sinar Gamma
dalam menembus logam, citra atau banyangan dari diskontinuitas pada
benda uji akan terekam pada film radiografi. Sama halnya dengan uji
ultrasonic, pada uji radiografi dapat mendeteksi diskontinnuitas yang ada
di bawah permukaan, akan tetapi ini membutuhkan akses dari kedua sisi
benda uji untuk meletakkan film radiografi
Marker lokasi yang muncul pada film sebagai citra radiografi harus
diletakkan pada benda uji bukan pada kaset. Lokasinya harus ditandai
secara permanen pada permukaan benda yang diradiografi sehingga
dapat dilakukan tracing secara akurat dari daerah interest pada film
terhadap lokasi sebenarnya pada benda. Marker lokasi harus diletakkan
menurut ketentuan sebagai berikut :

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 40 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

1) Single Wall Viewing


• Marker lokasi harus diletakkan pada sisi sumber
saat melakukan radiografi pada plat rata atau sambungan las
longitudinal pada komponen silinder atau cone.
• Marker lokasi harus diletakkan pada sisi sumber
saat melakukan radiografi pada plat lengkung atau berbentuk
bola dengan sisi cekung menghadap sumber radiasi dan
dengan SFD < jari-jari bagian dalam komponen.
• Marker lokasi harus diletakkan pada sisi sumber
saat melakukan radiografi pada plat lengkung atau berbentuk
bola dengan sisi cembung menghadap sumber radiasi
• Marker lokasi harus diletakkan pada sisi film saat
melakukan radiografi pada plat lengkung atau berbentuk bola
dengan sisi cekung menghadap sumber radiasi dan dengan
SFD > jari-jari bagian dalam komponen.
• Marker lokasi dapat diletakkan pada sisi sumber atau sisi
film apabila meradiografi plat lengkung atau berbentuk
bola yang sisi cekungnya menghadap sumber radiasi dan
jarak SFD = jari-jari bagian dalam komponen
2) Double Wall Viewing
• Untuk double wall viewing setidaknya satu marker lokasi
harus diletakkan berdekatan dengan las-lasan atau pada
material di daerah interest pada tiap-tiap film

Agar diperoleh film yang memiliki definisi yang baik maka jarak
minimum dari sumber radiasi ke objek harus dihitung menggunakan
persamaan:
𝑂𝐹𝐷
𝑈𝑔 = 𝐹 ∙
𝑆𝑂𝐷

SOD : jarak minimum sumber radiasi ke objek


F : ukuran sumber radiasi (mm)
Tw : tebal las (mm) [lihat tabel 2.6]
Ug : geometric unsharpness maximum(mm) [lihat tabel 2.7]

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 41 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

Tabel 2.6 Ketentuan tebal las (Tw)

PIPA (OD
PLAT ≤ 3.5 PIPA (OD > 3.5
Inches
Inches)
EXPOSURE
Tw = Tm +Tr Tw = 2 (Tm + Tw = 2 (Tm + Tr)
TIME Tr)

Ug Tw = Tm +Tr Tw = OD + (2 x Tw = Tm + Tr
Trface)
IQI Selection Tw = Tm +Tr Tw = (2 x Tm) + Tw = Tm + Tr
Tr

Tabel 2.7 Ug maksimum


Tebal las (mm) Ug maksimum(mm)

< 50 0.51
50 – 75 0.76
76 – 100 1.02
> 100 1.78

2. Macam – macam kualifikasi petugas NDT


a. NDT Level I
Seseorang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang
cukup agar memenuhi syarat untuk melakukan kalibrasi tertentu dengan
benar

b. NDT Level II

Seseorang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang


cukup agar memenuhi syarat untuk mengatur dan mengkalibrasi
peralatan dan menafsirkan dan mengevaluasi hasil sehubungan dengan
kode, standar, dan spesifikasi yang berlaku.

c. NDT Level III

Seseorang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis yang


memadai agar mampu mengembangkan, mengkualifikasi, dan menyetujui
prosedur, menetapkan dan menyetujui teknik, menafsirkan kode,

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 42 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

spesifikasi standar, dan prosedur; dan menetapkan metode, teknik, dan


prosedur NDT tertentu untuk digunakan.

3. Cara menentukan metode NDT


Menentukan metode NDT yang akan digunakan untuk menginspeksi benda
kerja harus memperhitungkan dari jenis metode yang dipakai.
a. Penetran test ( P.T.)
Pengujian penetrant dapat diplikasikan pada berbagai jenis
material, termasuk material logam dan nonlogam. Pengujian penetrant
tidak dapat diaplikasikan untuk menemukan diskontinuitas yang tidak
membuka ke permukaan dan permukaan material yang berpori.
Secara umum kelebihan dari pengujian penetrant adalah portable,
biaya yang tidak mahal, sensitifitas baik, serbaguna, hampir semua
material padat tidak berpori dapat diuji, efektif untuk inspeksi tak
merusak suatu hasil produksi. Keterbatasan dari pengujian penetrant
adalah hanya diskontinuitas yang membuka kepermukaan spesimen yang
dapat di deteksi, banyak variable proses yang harus dikontrol, hasil
dipengaruhi oleh temperatur yang bervariasi, kondisi permukaan dan
konfigurasi benda yang diuji, sangat membutuhkan persiapan permukaan
Pencahayaan yang tepat harus dijadikan pertimbangan pertama dalam
pemeriksaan benda uji.
1) Jika dipakai fluorescent dye penetrant maka diperlukan ruangan
gelap dan lampu ultraviolet dengan intensitas yang memadai
2) Jika dipakai visible dye penetrant, diperlukan penerangan dengan
cahaya biasa

Setelah indikasi diketahui lokasinya, selanjutnya diinterpretasi.


Selama interpretasi, penyebab dan pengaruh indikasi terhadap artikel
atau benda uji harus ditentukan. Pada tahap ini indikasi tersebut
diklasifikasikan sebagai palsu, tidak relevan atau relevan. Evaluasi
mengikuti interpretasi. Jika selama tahap evaluasi ditentukan bahwa
diskontinuitas membahayakan pemakaian komponen, atau tidak
memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, diskontinuitas tersebut
selanjutnya diklasifikasikan sebagai cacat atau defect
Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map
Halaman: 43 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

b. Magnetic Particle Test


Pengujian magnetik partikel (MT) adalah metode uji tak rusak
(NDT) untuk mendeteksi diskontinuitas, terutama diskontinuitas linear
yang terletak di permukaan atau dekat permukaan pada material
feromagnetik
Sifat-sifat logam berikut ini dapat menentukan seberapa efektif
penggunaan metoda partikel magnet untuk mengevaluasi sebuah
komponen.
1) Permeabilitas, mengacu pada mudah tidaknya medan magnet
terbentuk di dalam benda yang diperiksa. Permeabilitas tinggi
mudah menjadi magnet. Permeabilitas rendah sulit menjadi
magnet.
2) Reluktansi, lawan dari permeabilitas magnet. Material dengan
permealitias tinggi akan memiliki reluktansi yang rendah.
3) Magnetisme sisa, mengacu pada jumlah magnetisme yang
tertahan setelah gaya magnet dihilangkan.
4) Retentivity, yaitu kemampuan suatu material untuk menahan
sejumlah tertentu magnetisme sisa.
5) Gaya coercive, yaitu gaya magnet pembalik yang diperlukan
untuk menghilangkan magnetisme sisa dari benda.
Contoh : jika sebuah baja karbon tinggi ditempatkan dalam medan
magnet akan menunjukkan hal-hal berikut:
a) Baja tersebut memiliki permeabilitas rendah karena sulit
termagnetisasi.
b) Baja memiliki reluktansi yang tinggi untuk menerima medan
magnet karena tingginya kadar karbon.
c) Baja memiliki medan magnetisme sisa yang tinggi. Baja
karbon tinggi enggan untuk menerima medan magnet, namun
enggan juga untuk mengeluarkannya setelah menerima.
d) Baja memiliki penahanan yang tinggi terhadap medan magnet
yang telah ia peroleh.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 44 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

e) Diperlukan gaya magnet pembalik yang tinggi untuk


menghilangkan magnetisme sisa dari komponen baja berkadar
karbon tinggi

Keterbatasan pengujian partikel magnet yaitu hanya berlaku


untuk material ferromagnetik. Pengujian partikel magnet tidak mampu
mendeteksi diskontinuitas yang letaknya lebih dalam dari 4 mm di bawah
permukaan. Namun demikian, kedalaman penetrasi akan tergantung
pada permeabilitas material, jenis diskontinuitas, dan besar serta jenis
arus yang dipakai.
c. Ultrasonic Test
Ultrasonik adalah teknik pemeriksaan yang serbaguna, dipakai
untuk menguji bermacam-macam produk logam dan nonlogam seperti
sambungan las, benda tempa, benda cor, lembaran tipis, tabung, plastik,
dan keramik. Ultrasonik memiliki keunggulan dapat mendeteksi
diskontinuitas bawah permukaan dengan akses hanya dari satu sisi
spesimen.
Pengujian ultrasonik adalah bentuk lain dari pengujian tanpa
merusak. Ini berarti bahwa kita memiliki sistem pengujian tanpa
merusak yang khusus. Pada dasarnya dalam pengujian ultrasonik kita
memasukkan getaran ultrasonik ke dalam spesimen. Spesimen kemudian
mengubah getaran tersebut dengan beberapa cara. Hasil perubahannya
dideteksi oleh sistem pengujian, dan melalui sebuah indikasi, kita
memperoleh informasi mengenai spesimen. Sebagai inspektor, pekerjaan
kita adalah mengaplikasikan sistem ke dalam spesimen dan
menginterpretasi hasilnya melalui indikasi yang kita peroleh.
Pengujian ultrasonik adalah proses pengaplikasian gelombang
ultrasonik pada sebuah spesimen untuk menentukan kemulusan,
ketebalan, atau beberapa sifat fisik lainnya. Transducer menghasilkan
energi suara yang menyebabkan perpindahan partikel di dalam spesimen.
Dalam prakteknya, ukuran diskontinuitas terkecil yang dapat
ditemukan dengan pengujian ultrasonik adalah ½ λ (panjang
gelombang). Oleh karena itu, untuk mendeteksi cacat yang berukuran

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 45 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

kecil, diperlukan transducer yang menghasilkan frekuensi lebih besar.


Umumnya pengujian ultrasonik menggunakan probe/transducer
dengan frekuensi 0,5 MHz – 25 MHz
Ada empat mode perambatan gelombang atau getaran diantaranya
adalah compression waves atau longitudinal waves, Shear waves atau
transverse waves, Surface waves atau disebut juga Rayleigh waves
dan Lamb waves atau disebut plate waves.
d. Radiography Test
Pengujian radiografi merupakan salah satu metode NDT yang
memanfaatkan kemampuan dari radiasi sinar X atau sinar Gamma
dalam menembus logam, citra atau banyangan dari diskontinuitas pada
benda uji akan terekam pada film radiografi. Sama halnya dengan uji
ultrasonic, pada uji radiografi dapat mendeteksi diskontinnuitas yang ada
di bawah permukaan, akan tetapi ini membutuhkan akses dari kedua sisi
benda uji untuk meletakkan film radiografi.
Perbedaan mendasar antara cahaya tampak dan sinar X dan gamma
bagi radiografer adalah kemampuan penembusannya. Cahaya tampak
akan dihentikan oleh obyek yang tak tembus pandang. Namun demikian
karena sinar X memiliki frekuensi tinggi dan panjang gelombang yang
pendek, mereka mampu menembus benda- benda dan mengekspos film
radiografi. Kedalaman penembusan sinar X tergantung pada jenis
material obyek dan energi sinar X tersebut
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Membuat desain sambungan las
1. Menyesuaikan jenis Non Destructive Test (NDT) dengan posisi uji
2. Mengidentifikasikan Kualifikasi petugas NDT
3. Menentukan metode NDT
C. Sikap kerja yang Diperlukan dalam Membuat desain sambungan las
1. Harus cermat dan teliti dalam menyesuaikan Jenis Non Destructive Test (NDT)
dengan posisi uji, mengidentifikasi Kualifikasi petugas NDT dan menentukan
metode NDT
2. Harus taat asas dalam menyesuaikan Jenis Non Destructive Test (NDT) dengan
posisi uji, mengidentifikasi Kualifikasi petugas NDT dan menentukan metode
NDT

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 46 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

DAFTAR PUSTAKA

A. Dasar Perundang-undangan
1. -
B. Buku Referensi
1. Gardner, W.E. 1992. Improving the Effectiveness and realiability of Non-
Destructive Testing. United Kingdom : Pergamon Press
2. Hallai C. And Kulcsar P. 1992. Non-Destructive Testing 92. Amsterdam : Elsevier
3.

C. Majalah atau Buletin


1. –

D. Referensi Lainnya
1. Thoriq, Mohammad W. 2015. TEORI NDT
2. Sukardi, Adi. 2012. 5 Metode uji tidak merusak arcmart
3. https://www.asnt.org/MajorSiteSections/NDT-Resource-
Center/Codes_and_Standards/NDT_Certification_System

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 47 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori
2. Printer
3. Lembar report
4. Material test
5.
6.
7.
8.

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Modul Pelatihan (buku informasi, buku kerja, Setiap peserta
buku penilaian)
2. Kertas HVS A4
3. Spidol whiteboard
4. Spidol marker
5. Kertas chart (flip chart)
6. Tinta printer
7. ATK siswa
8.
9.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 48 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

LAMPIRAN

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 49 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

LAMPIRAN 1
PENETRANT TEST

Date : ………………………………
Material : ………………………………
Welding Process / Position : ………………………………
Reference : ………………………………

Type of Penetrant visible fluorescent dual sensitivity


Method solvent removable water-washable post emulsifier
precleaning ……….………….. min emulsifying ……….………….. min
Time
penetration ……….………….. min developing ……….………….. min
Surface condition weld machine process grind
……………..
base metal
Range weld part edge preparation
repair weld
back chippingSize Result
No. Part / Item…………………………………….
(mm) Type of defect Remark
Accepted Reject

Lighting equipment : ………………………………


Light intensity : ………………………………

Reviewed by, Examined by,


Name NRP Signature
1.
2.
3.
( ) 4.
NIP: 5.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 50 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

LAMPIRAN 2
MAGNETIC PARTICLE TEST
Date : ………………………………
Material : ………………………………
Reference : ………………………………

Equipment yoke prod coil SN:


Particle type dry wet fluorescent color contrast
Method continuous residual
Surface condition weld machine process grind ……………..
base metal
Range weld part edge preparation
repair weld
back chipping …………………………………….
Result
No. Part / Item Size of defect Remark
Accepted Reject

Lighting equipment : ………………………………


Light intensity : ………………………………
Reviewed by, Examined by
Name NRP Si
g
1.
n
2. at
3. ur
e
( ) 4.
NIP: 5.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 51 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

LAMPIRAN 3
LAMINASI
NAMA / NRP : ………………………………
KODE TEST PIECE/TANGGAL : ………………………………
RANGE : ………………………………
PROBE : ………………………………
dB : ………………………………

Reviewed by, Examined by,


Name NRP Signature
1.
2.
3.
( ) 4.
NIP: 5.

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 52 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

LAMPIRAN 4

RADIOGRAPHIC INTERPRETATION REPORT


Name : Date :
Signature : Interpretation Result : Acc /
Reshoot
Radioragraphic Identification :

Material: Base Metal Thickness: mm Weld Thickness:


mm Welding Process: Edge Preparation:
Source Type: Source Size: mm SOD :
mm Film Type: Screens: Technique:
Type of IQI used: No. of Visible Wire: Wire Diameter: mm
Film Density: Adjacent to the designated wire Min. : Max. : Film
Density Requirements: Min. : X 0.85 = Max. : X 1.3 =

Report
1. Calculate the sensitivity level (EPS) for the radiograph !

2. What is the wire ID number (essential wire) or wire diameter that must appear
on radiograph ? (base on your calculation)

3. Calculate the geometric unsharpness (Ug) base on the parameter given !

4. Comments on radiographic quality:


a) Sensitivity :
b) Density :
c) Technique :

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 53 dari 54
Buku Modul Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Industri Logam Sub-bidang Pengelasan C.24LAS01.024.1

DAFTAR PENYUSUN MODUL

NO. NAMA PROFESI


1. Guntoro Amuktibowo Instruktur

Judul Modul : Menginterpretasikan Non Destructive Test (NDT) Map


Halaman: 54 dari 54
Buku Modul Versi: 2018

Anda mungkin juga menyukai