Anda di halaman 1dari 610

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I, dibahas hal-hal berhubungan dengan landasan-


landasan yang menjadi pola pikir penelitian, diantaranya : (1.1.) Latar
Belakang Masalah, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Rumusan Masalah,
(1.4.) Tujuan dan Tempat Penelitian, dan ( 1.5. ) Sistematika Penulisan,
secara lengkap sebagaimana penjelasan berikut ini :

1.1. Latar Belakang Masalah


Sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas tidak terlepas
dari pembiayaan pendidikan di dalamnya, karena pada dasarnya
kualitas pendidikan berbanding lurus dengan biaya pendidikan yang
dikeluarkan. Semakin tinggi biaya pendidikan yang digunakan dan
dikeluarkan maka semakin baik pula layanan pendidikan tersebut,
sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dengan
kata lain Pembiayaan pendidikan yang baik adalah pembiayaan yang
mampu memenuhi semua kebutuhan berdasarkan anggaran yang
telah direncanakan.

Pembiayaan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan atau


sekolah, diperoleh dari anggaran pemerintah pusat, pemerintah
daerah, iuran siswa, dan sumbangan masyarakat sebagaimana
diatur dalam undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada pasal 49 Ayat 1 menyatakan bahwa dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh


Faudah Hanum Mahmudah, dalam tesisnya berjudul “Pengaruh
Pembiayaan untuk Kompetensi Guru dan Sarana Presarana
terhadap Mutu Hasil Pembelajaran Tingkat SMP Negeri di Kabupaten
Bandung”, menyatakan bahwa pembiayaan pendidikan merupakan
satu aspek penting dalam kebijakan sektor pendidikan, mulai dari
bagaimana memobilisir dana untuk pendidikan, bagaimana mendis-
tribusikannya, serta bagaimana mengawasi penggunaannya agar
efektif dan efisien.

Salah satu masalah dalam peningkatan kualitas pendidikan


di Indonesia adalah beragamnya kualitas pendidikan di setiap tingkat
dan jenis unit pendidikan. Sekolah sebagai unit pendidikan atau
lembaga pendidikan formal, merupakan ujung tombak dan paling
menentukan dalam menciptakan suatu generasi yang mampu
menghadapi tantangan global yang terjadi saat ini. Beberapa
indikator yang esensial yang sangat menentukan mutu sekolah
sebagai input antara lain siswa, kurikulum, sarana prasarana, biaya,
pengelolaan, dan lingkungan.

Kualitas pendidikan Indonesia saat ini masih sangat rendah


jika dibandingkan dengan negara lain. Bahkan jika dibandingkan
dengan sesama negara ASEAN-pun kualitas pendidikan Indonesia
paling rendah, jika diukur dengan menggunakan Human
Development Index (HDI) yang diterbitkan oleh UNDP. Bardasarkan
laporan yang dipublikasikan pada tanggal, 21 Maret 2017 yang lalu,
Human Development Index, atau IPM Indonesia berapa pada posis
ke 113 atau sekitar (0,689), turun 3 peringkat dari posis pada tahun
2014 (peringkat ke 110 dengan indeks 0,686).Hal ini sebagai akibat
kurang berfungsinya bidang pendidikan dalam memberdayakan
masyarakat secara keseluruhan. Peningkatan kualitas pendidikan
3

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) guru, (2) manajemen


pendidikan, (3) proses belajar mengajar, (4) siswa, dan (5) sarana
dan prasarana. Dari kelima faktor tersebut gurulah yang merupakan
faktor dominan dalam proses pembenahan kualitas pendidikan. Oleh
karena itu pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kulaits
professional guru (Tilaar 2000 : 85).

Tantangan nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan


adalah selisih antara kondisi nyata sekarang (saat sekolah
melakukan analisis/evaluasi diri) dengan kondisi ideal yang di
harapkan berdasarkan tuntutan standar nasional pendidikan (SNP).
Itulah sebabnya untuk menetapkan kondisi saat ini, sekolah perlu
melakukan evaluasi diri didasarkan pada 8 (delapan ) SNP yaitu
Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar
Pengelolaan, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, Standar Penilaian dan Standar Pembiayaan.

Untuk mengetahui kondisi saat ini antara lain dengan


menggunakan berbagai teknik/metode, misalnya dengan melakukan
Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Dengan melakukan evaluasi diri akan
menunjukkan kinerja sekolah misalnya, bagian yang mengalami
perbaikan atau peningkatan, bagian yang tetap, dan bagian yang
mengalami penurunan serta bagian-bagian yang belum memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Berikut ini penulis memaparkan Hasil Evalusi diri sekolah
(EDS), tempat penelitian berdasarkan data empiris dilapangan dalam
pengembangan delapan standar Nasional Pendidikan, khususnya
Standar isi, Standar pendidikan dan tenaga pendidik, Standar
Pembiayaan serta standar penilaian.
a. Standar Isi; Hasil evaluasi diri sekolah menunjukkan bahwa,
standar Isi diperoleh kondisi nyata Isi kurikulum yang dilaksanakan
4

di sekolah terdiri dari 5 aspek, kondisi ideal mestinya Isi Kurikulum


yang dilaksanakan sekolah terdiri dari 9 aspek, maka besarnya
tantangan nyata adalah pemenuhan 4 aspek.
b. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; diperoleh kondisi
nyata bahwa, jumlah guru mata pelajaran yang mengajar sesuai
dengan latar belakang pendidikannya dari keseluruhan guru yang
ada adalah: 75%, kondisi ideal mestinya jumlah guru mata
pelajaran yang mengajar sesuai dengan latar belakang
pendidikannya dari keseluruhan guru yang ada adalah:100%,
maka besarnya tantangan nyata adalah 25%.
c. Standar Pembiayaan; Brdasarkan hasil evaluasi diri sekolah untuk
standar Pembiayaan diperoleh kondisi nyata sekolah menyusun
RKS dan RKAS yang di dalamnya memuat RAPBS dengan
melibatkan stakeholders dan baru mencakup 6 unsur, kondisi
ideal mestinya sekolah menyusun RKS dan RKAS yang di
dalamnya memuat RAPBS dengan melibatkan stakeholders dan
mencakup 10 unsur, maka besarnya tantangan nyatanya adalah
menambah 4 unsur.
d. Standar Penilaian; Hasil evaluasi diri sekolah untuk standar
penilaian, komponen penilaian oleh pendidik, aspek pemanfaatan
hasil penilaian, hasilnya adalah sebagai berikut : jumlah guru 30
orang, kondisi nyata di sekolah guru yang memanfaatkan hasil
penilaian untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah 15
orang, sedangkan kondisi idealnya mestinya semua guru
memanfaatkan hasi penilaian untuk memperbaiki pembelajaran,
maka tantangan nyatanya adalah 15 guru atau 50 %.

Perumusan atau penyusunan strategi pelaksanaan program


peningkatan kualitas pendidikan lebih mengarah kepada kiat, cara,
teknik, dan atau strategi yang jitu, efisien, efektif, dan visibel untuk
dilaksanakan dan harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai
5

pada program tersebut. Beberapa cara yang bisa ditempuh misalnya


dengan pelatihan atau workshop, seminar, lokakarya, temu alumni,
kunjungan, in house training, matrikulasi, remedial, pengayaan,
pendampingan, bimbingan teknis rutin, dan lainnya. Dalam
perencanaan pelaksanaan harus mempertimbangkan alokasi waktu,
ketersediaan dana, SDM, fasilitas, dan sebagainya.

Selanjutnya, sekolah merumuskan berbagai alternatif


pemecahan persoalan dari setiap permasalahan yang ada. Dari
alternatif-alternatif pemecahan persoalan yang ada, Kepala sekolah
bersama-sama dengan unsur Tim Pengembang RKS serta Komite
Sekolah, menyusun rencana kegiatan untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditetapkan. Rencana yang dibuat harus
menjelaskan secara detail dan lugas tentang aspek-aspek yang ingin
dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, siapa yang harus
melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya
yang diperlukan. Hal itu juga diperlukan untuk memudahkan sekolah
dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah
maupun orangtua peserta didik, baik secara moral maupun finansial.

Sekolah merencanakan alokasi anggaran biaya untuk


kepentingan satu tahun. Dalam membuat rencana anggaran ini dari
setiap besarnya alokasi dana harus dimasukkan asal semua sumber
dana, misalnya dana rutin atau daerah (provinsi dan kabupaten/kota),
dari pusat (BOS, block grant, dll), dari komite sekolah, atau dari
sumber dana lainnya. Penyusunan rencana anggaran ini dituangkan
ke dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS).

RKS, RKAS dan RAPBS pada umumnya dibuat pada awal


tahun pertama untuk empat tahun mendatang dan harus
6

memperhatikan kebutuhan sekolah, masyarakat serta sesuai dengan


Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan RKS dapat dilakukan oleh
sekolah dengan urutan berikut :
a. Membentuk Tim Penyusun RKS
b. Analisis Lingkungan Strategis
c. Menetapkan Visi, Misi, Tujuan
d. Identifikasi Tantangan Nyata: membandingkan antara kondisi ideal
(SNP) dengan kondisi nyata (saat ini) antara lain melalui Evaluasi
Diri Sekolah (EDS).
e. Perumusan Program Strategis untuk Pemenuhan SNP (Empat
Tahunan)
f. Perumusan Strategi Pencapaian Pemenuhan SNP (Empat
Tahunan)
g. Perumusan Hasil yang Diharapkan (Empat Tahunan)
h. Penyusunan RKAS (Kegiatan Pemenuhan SNP Satu Tahunan).

Barikut ini penulis menyajikan data-data nilai prestasi dan


besaran biaya bantuan pendidikan pada ketiga satuan tingkat
pendidikan dasar Negeri di Kota Bandung Tahun 2014 s.d. tahun
2016.

Tabel 1.1.
Data Jumalah Anggaran Sekolah (RAPBS)

No JUMLAH
BIAYA/ TAHUN ANGGARAN
. Sekolah Dalam juta
Urt 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6
1 BUAHBATU BRU 413.855.600 407.744.000 319.466.000 1.241.065.600
2 CIJAGRA 248.936.000 242.936.000 251.729.000 743.601.000
3 TURANGGA 246.150.000 246.150.000 248.788.00 746.247.000
Sumber : RAPBS Sekolah

Data rata-rata nilai tingkat satuan pendidikan dasar tahun


2014 s.d. tahun 2016 :
7

Tabel 1.2.
Rata-rata Nilai US/M Tingkat SD Negeri Kota Bandung
Tahun 2013/2014 s.d. 2015/2016

Rata Rata Nilai US


No Tahun
Pelajaran Bhs. Indo Mat IPA Rata-rata
1 2 3 4 5 6
1 2013/2014 81.37 85.92 83.05 83.45
2 2014/2015 81.45 84.82 80.95 82.41
3 2015/2016 76.74 79.01 82.03 79.26

Untuk memperjelas gambaran pertumbuhan kondisi kualitas


SD Negeri di Kota Bandung, kusus pada tiga sekolah tempat
penelitian, berikut ini merupakan grafik kondisi kualitas lulusan SD
Negeri dari tahun 2013/2014 s.d. 2015/2016.

90
80
70
60
50
40
30
20 2015/2016
10 2014/2015
0 2013/2014
B.INDO MAT IPA RATA-RATA

Grafik 1.1.
Rata-Rata US/M dari Tahun 2013/2014 s.d 2015/ 2016

Berdasarkan latarbelakang dan hasil penelitian peneliti


terdahulu serta hasil penelitian pendahuluan peneliti, maka peneliti
8

dapat menentukan judul penelitian tentang : “PENGARUH BIAYA


KURIKULUM DAN BIAYA KOMPETENSI GURU TERHADAP
PRESTASI HASIL BELAJAR SISWA PADA SATUAN PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA BANDUNG”.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH


Penelitian ini akan menyajikan analisis biaya pendidikan pada
satuan pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kota Bandung, khusnya
tiga sekolah yang dipilih sebagai sampel penelitian : SDN Buahbatu
Baru, SDN Cijagra dan SDN Turangga dalam usaha memenuhi
delapan standar nasional pendidikan. Secara spesifik dari latar
belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut :
a. Masyarakat (orang tua murid) satuan pendidikan dasar negeri
memiliki pandangan terhadap biaya pendidikan berbeda-beda yaitu
biaya pendidikan sebagai investasi dan biaya pendidikan
dipandang sebagai konsumsi.
b. Biaya pendidikan setiap tahun kecenderungannya meningkat.
c. Satuan biaya pendidikan (unit cost) rata-rata per tahun, belum
dimiliki Sekolah Dasar Negeri dimaksud, yang dapat dimanfaatkan
sebagai acuan pemenuhan delapan standar nasional pendidikan.
d. Korelasi antara peningkatan biaya pendidikan dengan peningkatan
kualitas pembelajaran siswa belum diketahui sepenuhnya.

1.3. RUMUSAN MASALAH


Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti, dirumuskan
dalam bentuk pernyataan masalah (problem statement) kaitannya
dengan varibel-varibel biaya kurikulum (X1 = variabel bebas 1) dan
biaya Kompetensi Guru (X2 = variabel bebas 2) yang berpengaruh
terhadap prestasi hasil belajar siswa (Y =Variabel terikat). Pernyataan
9

masalah (problem statement) dapat dirumuskan dalam bentuk


pertanyaan sebagai beikut :
a. Apakah terdapat pengaruh antara biaya Kurikulum dan biaya
kompetensi guru secara parsial terhadap Prestasi Hasil Belajar
Siswa?.
b. Sejauhmana pengaruh biaya Kurikulum dan Kompetensi guru
secara simultan terhadap Prestasi Hasil Belajar Siswa?

1.4. TUJUAN DAN TEMPAT PENELITIAN


1.4.1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
1. Ingin mengetahui Pengaruh biaya Kurikulum dan
Kompetensi Guru terhadap Prestasi Hasil belajar
Siswa pada satuan pendidikan Dasar Negeri di Kota
Bandung dalam 3 tahun terakhir tahun 2014 s.d tahun
2016.
2. Ingin memperoleh gambaran tentang Pengaruh biaya
Kurikulum dan Kompetensi Guru terhadap Prestasi
Hasil belajar siswa untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.

b. Tujuan Khusus
1. Ingin memperoleh gambaran tentang perencanaan
(plan) biaya Kurikulum dan Kompetensi Guru
terhadap Prestasi Hasil Belajar Siswa untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Ingin memperoleh gambaran tentang pelaksanaan
(do) biaya Kurikulum dan Kompetensi Guru terhadap
Prestasi Hasil Belajar Siswa untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
3. Ingin memperoleh gambaran tentang refleksi/
10

penilaian (see) biaya Kurikulum dan Kompetensi


Guru terhadap Prestasi Hasil Belajar Siswa untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.4.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada satuan pendidikan


Dasar Negeri Buahbatu Baru, Jalan Buahbatu No. 273,
Satuan pendidikan Dasar Negeri Cijagra, Jalan Situ
Lembang No. 1 dan satuan pendidikan Dasar Negeri
Turangga, Jalan Turangga No. 27 yang berada di wilayah
Kota Bandung sebagai sampel dari populasi SD Negeri
se-kota Bandung yang dipilih penulis guna melaksanakan
kegiatan perencanaan, persiapan, pengambilan, peng-
olahan, dan menganalisis data serta penyusunan laporan.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memperlihatkan rangkaian kegiatan yang sistematika


maka tulisan ini akan dibagi dalam lima bab, dimana bab-bab
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, meliputi :
BAB I : Pendahuluan, menguraikan tentang Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan
Tempat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Penulisan, dimana dalam bagian ini menguraikan tentang berbagai
teori antara lain menyangkut teori tentang belajar dan prestasi
belajar, teori dan definisi tentang anggaran pendidikan, Kurikulum,
kompetensi guru, Kerangka berpikir dan hipotesis Penelitian.
BAB III : Metodologi Penelitian, menguraikan tentang :
Pendekatan dan Metode Penelitian, Varibel dan Pengukuran
Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, dan Persyaratan data.
11

BAB IV : Gambaran Umum tentang Obyek Penelitian, Hasil


dan Analisa/Pengujian Hipetesis, Pembahasan Hasil Penelitian, dan
Keterbatasan Penelitian,
BAB V : Penutup, membahas : Kesimpulan tentang hasil
penelitian, Implikasi bagi obyek penelitian dan Rekomendasi
BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II Lantadas teori, membahas tentang : (2.1.). Kajian Pustaka,


(2.2.). Kurikulum, (2.3.). Kompetensi Guru (2.3.). Prestasi Hasil Belajar
Siswa, (2.4.). Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penulisan, dimana
dalam bagian ini menguraikan tentang berbagai teori antara lain teori
tentang belajar dan prestasi belajar, teori dan definisi tentang anggaran
pendidikan, Kurikulum, kompetensi guru, Kerangka berpikir dan hipotesis
Penelitian.

2.1. KAJIAN PUSTAKA


2.1.1. Konsep Pembiayaan Pendidikan
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia
pada masa yang akan datang, sebab pendidikan merupakan
suatu investasi yang sangat baik dan sebagai proses
pembentukan manusia untuk menumbuh kembangkan potensi
yang ada. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting
untuk miningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas.

Dalam UUD 1945 pasal 31 “Tiap-tiap warga negara


berhak mendapat pengajaran.” Hal ini membuktikan adanya
langkah pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara
Indonesia. Kenyataannya, tidak semua orang dapat
memperoleh pendidikan yang selayaknya, dikarenakan
berbagai faktor termasuk mahalnya biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan.

Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD


Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV) yang
13

menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat


pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya; pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang; negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh
persen) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. 

Menurut Undang-undang (UU) No. 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pendidikan
merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemda,
baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dan oleh karenanya
Pemda berkewajiban untuk mengurus dan membiayai
pendidikan.

Anggaran pembiayaan pendidikan terdiri dari dua sisi


yang berkaitan satu sama lain, yaitu anggaran penerimaan dan
anggaran pengeluaran untuk memcapai tujuan-tujuan
pendidikan. Yang di maksud dengan anggaran peneriamaan
adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah
sebagai sumber resmi dan di terima secara teratur.
Sedangkan, anggaran pengeluaran adalah jumlah uang yang
di belanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan
pendidikan sekolah. Belanja sekolah sangat bervariasi jumlah
proporsinya dari satu sekolah dengan sekolah yang lain, dan
dari waktu ke waktu. (Nanang Fattah, 2009:24)
14

2.1.2. Biaya Pendidikan


Biaya Pendidikan adalah semua pengeluaran yang
memiliki kaitan langsung dengan penyelenggaraan pendidikan.
Biaya pendidikan meliputi biaya investasi, biaya operasional,
dan biaya personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia,
dan modal kerja tetap. Biaya operasioanal meliputi gaji
pendidik dan tenaga kependidikan, serta segala tunjangan
yang melekat pada gaji; bahan atau peralatan pendidikan habis
pakai. Biaya pendidikan tak langsung berupa air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak,  dan sebagainya. Biaya
personal meliputi pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan.

Hal yang tidak kalah penting dalam pembiayaan


pendidikan adalah penganggaran, penyusunan rencana
operasional yang dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk
satuan uang yng digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu
tertentu. Akumulasi biaya dibagi jumlah siswa akan diketahui
besarnya biaya satuan (unit cost). Unit cost yang dimaksud di
sini adalah unit cost per siswa dilihat dari aspek recurring cost,
aspek capital cost dan akumulasi atau penjumlahan dari
recurring cost dengan capital cost, serta seluruh biaya yang
dikeluarkan langsung oleh siswa untuk keperluan pendidikan-
nya.
15

2.1.3. Anggaran Sekolah


Berdasarkan pendekatan unsur biaya (ingredient
approach), pengeluaran sekolah dapat dikategorikan dalam
bebrapa item pengeluaran, yaitu : Pengeluaran untuk
pelaksanaan pelajaran, Pengeluaran untuk tata usah sekolah,
Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, Kesejahteraan
pegawai, Administrasi, Pembiayaan teknis edukatif, dan
Pendataan.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada satuan


pendidikan dasar di kota Bandung, khususnya tiga sekolah
Dasar Negeri yang menjadi obyek dan lokasi penelitian,
dianggarkan sejumlah biaya  untuk peningkatan prestasi
akademik dan non akademik, sebagaimana tercantum dalam
Rencana Kegiatan dan Angggaran Sekolah (RKAS), dan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) yang akan disajikan secara kumulatif dalam lampiran
makalah ini.

Dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran sekolah


(RKAS), dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS) pada tingkat satuan Pendidikan Dasar
Negeri Buahbatu Baru, Cijagra dan Turangga di kota
Bandung, biaya keseluruhan (total coast) selama tiga tahun
anggaran, tahun 2014 s.d 2016, adalah sebesar Rp.
2.158.800.000,00,- yang berasal dari Pendapatan Rutin dan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Jumlah
seluruhnya = 3,735 siswa dengan rincian, SD Negeri Buahbatu
Baru = 1,219 siswa, SD Negeri Cijagra sebanyak 1,419 siswa,
dan SD Negeri Turangga sebanyak 1,097 siswa, sebagaimana
diuraikan dalam tabel anggaran berikut ini.
16

Tabel 2.1.
Bantuan APBN dan APBD Kota Bandung
Tahun 2014 - 2016

No JUMLAH
BIAYA/ TAHUN ANGGARAN
. Sekolah Dalam juta
Urt 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6
1 BUAHBATU BRU 413.855.600 407.744.000 319.466.000 1.241.065.600
2 CIJAGRA 248.936.000 242.936.000 251.729.000 743.601.000
3 TURANGGA 246.150.000 246.150.000 248.788.00 746.247.000

Biaya satuan per siswa (unit cost) tingkat satuan


pendidikan dasar adalah Rp. 800.000, dana bantuan operasioanl
sekokolah (BOS). Biaya satuan persiswa (unit cost) selama tiga
tahun pada Satuan Pendidikan Sekolah Dasar di Kota Bandung
adalah 800.000 x 3 = 2.400.000. Hal ini sesuai dengan UU No 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas: “Pemerintah dan pemerintah
daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada
jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya”.

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) terdiri


dari 8 (delapan) Standar Nasionlam Pendidikan dan 13 Komponen
Pembiayaan Bantuan Operasional Sekolah, berikut ini

a. Standar Nasional Pendidikan dalam pembiayaan BOS :


1. Pengembangan Kompetensi Kelulusan
2. Pengembangan Kurikulum KTSP
3. Pengembangan Proses Pembelajaran
4. Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Pengembangan Sarana dan Prasarana Sekolah
6. Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah
7. Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan
8. Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian
b. Komponen Pembiayaan BOS :
17

1. Pengembangan perpustakaan,
2. Kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru
3. Kegiatan pembelajaran dan ektrakurikuler,
4. Keigatan Ulangan dan Ujian
5. Pembelian bahan-bahan habis pakai
6. Langanan daya dan jasa
7. Perawatan sekolah
8. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga
kependidikan honorer.
9. Pengembangan profesi guru
10. Membantu siswa miskin
11. Pembiayaan pengelolaan BOS
12. Pembelian perangkat komputer, dan
13. Biaya lainnya jika seluruh kompnen 1 s.d 12 telah
terpenuhi pendanaan dari BOS.

2.2. KURIKULUM
2.2.1. Pengertian Kurikulum
Istilah Kurikulum (curriculum) berasal dari Bahasa
Yunani, yiatu “curir” berarti pelari dan “curere” berarti tempat
berpacu. Peneleti memaknai kata “curir” dan “curere”, sebagai
“medan pertempuran bagi setiap individu, atau kelompok”
yang bertarung memenangkan suatu pertandingan.
Pengertian kurikulum berdasarkan kedua arti kata dimaksud
dalam pandangan peneliti, dapat diartikan sebagai suatu
usaha setiap individu, atau kelompok dalam sebuah wadah
pendidikan baik secara formal, informal, dan non formal untuk
mencapai sesuatu yang dijadikan sebagai tujuan. Pengertian
kurikulum dalam perspektif yuridis-formal, sebagaimana
terdapat dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu : “seperangkat rencana dan
18

pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta


cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu” ( Bab 1 pasal 1 ayat 19). Pengertian kurikulum ini
lebih banyak berhubungan dengan fungsi dan kegiatan guru
sebagai pengembang kurikulum di sekolah, baik dalam
dimensi rencana, kegiatan maupun hasil, yaitu bahwa Kuriku-
lum harus memiliki rencana, tujuan, isi dan bahan-bahan
pelajaran serta cara/metode yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, dimana
pengertian kurikulum ini menggambarakan anatomi kurikulum
yaitu : tujuan, isi/materi, metode.cara dan evaluasi.

Menurut Hilda Taba (1962), Kurikulum sebagai a plan


for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari
oleh siswa. Kurikulum juga diartikan sebagai dokumen tertulis
yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah.
Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam
definisi kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana
yang dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu
pemikiran tertentu tentang kualitas pendidikan yang
diharapkan. Perbedaan pemikiran atau ide akan menyebab-
kan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang dihasilkan,
baik sebagai dokumen mau pun sebagai pengalaman belajar.

2.2.2. Konsep Kurikulum


Dalam studi tentang kurikulum, dikenal beberapa
konsep kurikulum, seperti :
a. Kurikulum ideal (ideal curriculum), yiatu kurikulum yang
berisi sesuatu yang baik, yang diharapkan atau dicita-
citakan, sebagaimana dimuat dalam buku kurikulum.
19

b. Kerikulum nyata (real curriculum or actual curriculum),


yaitu, kegiatan-kegiatan nyata yang dilakukan dalam
proses pembelajaran atau menjadi kenyataan dari
kurikulum yang direncanakan, sebagaimana dimuat dalam
buku kurikulum.
c. Kurikulum tersembunyi (Hidden Curriculum), yaitu segala
sesuatu yang mempengaruhi peserta didik secara positif
ketika sedang memperlajari sesuatu, baik dari pribadi guru,
peserta didik itu sendiri, karyawan sekolah, suasana
pembelajaran dan sebagainya.
d. Kurikulum dan pembelajaran (curriculum and instruction),
yaitu dua istilah yang berbeda tetapi tidak dapat dipisah-
kan satu sama lain seperti dua sisi mata uang, yang
menunjuk pada suatu program bersifatumum, jangkawaktu
lama, dan tidak dapat dicapai dalam waktu seketika.
Pembelajarannya bersifat realistis dan nyata.

2.2.3. Komponen-Komponen Kurikulum


Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, khususnya Bab I pasa 1 ayat 1
dijelaskan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang-
kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut diatas,
diperlukan suatu program pendidikan yang disusun secara
sistematis, logis, dan sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik yaitu kurikulum. Dalam konteks desain dan
20

pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum


(termasuk guru) harus memperhatikan kerangka dasar
kurikulum dengan pendekatan sistem, yaitu kurikulum yang
memiliki komponen-komponen pokok, baik pada tingkat
makro (nasional), institusi (lembaga), bidang studi atau
mata pelajaran, maupun pada tingkat program pembel-
ajaran (silabus dan RPP).

AnalisIs terhadap komponen-komponen kurikulum


dapat mengacu pada pendapat beberapa pakar kurikulum,
diantaranya :

a. Ralph. W. Tyler. Dalam bukunya “Basic Principles of


Curriculum and Instruction” mengemukakan bahwa isi
kurikulum berdasarkan empat pertanyaan mendasar
sebagai berikut : “What educational purposes should the
school seek to attain? (objectives); What educational
experiences can be provides that are likely to attain
these purposes? (instructional strategic and content); How
can these educational experiences be effectively
organized? (organizing learning experiences); How can
we determine whether these purposes are being attain?
(Assessment and evaluation).
b. Hilda Taba (1962), merinci isi kurikulum menjadi tujuan,
pengalaman belajar, organisasi bahan kurikulum dan
kegiatan belajar, dan evaluasi.
c. Glenys G. Unruh dan Adolph Unruh (1984) mengem-
bangkan komponen kurikulum berdasarkan definisi kuri-
kulum, yaitu suatu rencana tentang : 1) tujuan, 2) isi dari
apa yang dipelajari, 3) Proses pembelajaran, dan 4)
21

evaluasi untuk hasil-hasil pembelajaran. Berikut ini


komponen-komponen kurikulum secara nasional.

Gambar 2.1. Komponen utama Kurikulum

Bagan tersebut, menggambarkan bahwa sistem


kurikulum terbentuk oleh empat komponen utama yaitu :
komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau
strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi.
Apabila ada suatu komponen yang memiliki kelemahan,
maka akan berpengaruh dan menjadi lemah pula
komponen-komponen lainnya yang pada akhirnya akan
menyebabkan lemahnya sistem kurikulum itu sendiri secara
keseluruhan.

2.2.4. Implementasi Komponen Kurikulum


a. Komponen tujuan
Domain Perbedaan dari ketiga tingkatan, yakni tingkat
kognitif SD, SMP, dan SMA/SMK, terletak pada
perbedaan jenis pengetahuan dan ruang
22

lingkup objek pengetahuan. Untuk tingkat SD,


jenis pengetahuan yang dituntut untuk dimiliki
adalah faktual dan konseptual, serta ruang
lingkup objek masih berada di lingkungan
sekitar dan berkaitan/terjadi kontak langsung.
Untuk SMP, jenis pengetahuan yang dituntut
untuk dimiliki adalah faktual, konseptual, dan
prosedural, serta ruang lingkup objek masih
berada di lingkungan sekitar maupun di
tempat yang berbeda dan masih terlihat.
Sementara untuk tingkat SMA, jenis
pengetahuan yang dituntut untuk dimiliki
adalah prosedural dan metakognitif, serta
ruang lingkup objek masih berada di
lingkungan sekitar dan dia dapat mengetahui
sebab-sebab dari fenomena yang terjadi.

Perbedaan dari ketiga tingkatan, yakni tingkat


SD, SMP, dan SMA/SMK, terletak pada
penerapan sikap yang diharapkan. Untuk
tingkat SD, penerapan sikap masih dalam
ruang lingkup lingkungan sekitar, sedangkan
Domain untuk tingkat SMP penerapan sikap dituntut
afektif untuk diterapkan pada lingkungan
pergaulannya dimanapun ia berada.
Sementara itu, untuk tingkat SMA/SMK,
dituntut memiliki sikap kepribadian yang
mencerminkan kepribadian bangsa dalam
pergaulan dunia.

Domain Perbedaan dari ketiga tingkatan, yakni tingkat


psikomotor SD, SMP, dan SMA/SMK, hanya terletak
pada kemandirian siswanya. Untuk tingkat
SD, tidak dituntut untuk kemandirian tinggi,
namun dituntut untuk menyelesaikan suatu
23

tugas yang hanya ditugaskan kepadanya.


Untuk tingkat SMP, dituntut untuk dapat
mempelajari sesuatu yang tidak hanya
berasal dari satu sumber saja, melainkan dari
sumber lain juga dituntut untuk dipelajari.
Untuk tingkat SMA/SMK, kemampuan
keterampilan yang dituntut adalah
keterampulan untuk dapat mengembangkan
atau mengaplikasikan teori yang dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.

b. Komponen isi
Kurikulum setiap jenjang atau tingkatan
pendidikan dalam hal isi, yakni segala sesuatu yang
diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar
mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Dalam
pembahasan ini, sesuatu yang diberikan kepada peserta
didik adalah mata pelajaran dan alokasi waktu yang
diberikan untuk setiap mata pelajaran.

SD Untuk kurikulum SD, terdapat usulan penge-


lompokkan mata pelajaran. Kelompok A
meliputi mata pelajaran pendidikan agama,
PPKn, bahasa Indonesia, matematika, IPA,
dan IPS. Sementara itu, kelompok B terdiri
dari seni budaya & prakarya, serta pendidikan
jasmani, olahraga & kesehatan. Untuk muatan
lokal dan pengembangan diri yang awalnya
merupakan pelajaran terpisah, diusulkan untuk
digabungkan pada kelompok B, yakni muatan
lokal dan seni budaya & keterampilan
digabungkan menjadi mata pelajaran seni
budaya & prakarya dan pendidikan jasmani,
24

olahraga & kesehatan, serta pengembangan


diri diintegrasikan pada semua mata
pelajaran.Usulan mengenai alokasi waktu
untuk setiap mata pelajaran setiap tingkatan
kelas diusulkan berbeda-beda, tergantung dari
tujuan kurikuler yang ingin dicapainya. Ada
dua usulan yang berbeda, khususnya
mengenai pembelajaran mata pelajaran IPA
dan IPS, yang didasarkan pada tingkat
kemampuan berpikir anak. Namun begitu,
untuk jumlah alokasi waktunya sama.

Untuk kurikulum SMP, terdapat penambahan


alokasi waktu pembelajaran dari kurikulum
SMP yang sebelumnya. Selain itu, ada pula
usulan untuk mengelompokkan mata
pelajaran. Untuk mata pelajaran pendidikan
agama, PPKn, bahasa Indonesia, matematika,
IPA, IPS, dan bahasa Inggris, dimasukkan ke
dalam kelompok A. Sementara itu, kelompok
B terdiri atas mata pelajaran seni budaya,
SMP
penjaskes, dan prakarya (termasuk muatan
lokal). Namun, dalam usulan kurikulum baru
ini tidak terdapat mata pelajaran keterampil-
an/TIK, melainkan TIK diintegrasi-kan dalam
setiap mata pelajaran. Hal tersebut memang
terkesan sangat rancuh, mengingat pada era
ini proses pembelajaran tidak dapat terlepas
dari teknologi yang semakin hari semakin
berkembang.

SMA/SMK Untuk kurikulum SMA, tidak ada perubahan


untuk mata pelajaran kelompok A dan
kelompok B. Namun, untuk mata pelajaran
kelompok C dibagi menjadi 3 jurusan, yakni
25

jurusan berdasarkan minat akademik di bidang


matematika & sains, bidang sosial, dan bidang
bahasa, yang memiliki alokasi waktu yang
sama. Pada usulan kurikulum yang baru,
terdapat pula mata pelajaran pilihan yang
terdiri dari mata pelajaran literasi media,
bahasa asing lain, teknologi terapan, dan
pilihan pendalaman minat atau lintas
minat.Untuk kurikulum SMK, tidak ada
perubahan untuk mata pelajaran kelompok A
dan kelompok B. Namun, untuk mata
pelajaran kelompok C dibagi menjadi 5
jurusan, yakni jurusan berdasarkan minat
akademik di bidang matematika, fisika, kimia,
bahasa inggris vokasi dan keterampilan
kejuruan, yang memiliki alokasi waktu yang
berbeda dimana keterampilan kejuruan
memiliki alokasi waktu yang lebih banyak.

c. Komponen metode
Dalam pemgembangan kurikulum, tidak disebut-
kan secara khusus metode pengembangan dalam
pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang pengajar
di kelas. Namun, harus dipahami bahwa seorang guru
seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran
secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang
memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses
belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan
(PIKEM), dengan efektivitas yang tinggi, serta harus sesuai
dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin
dicapai.
26

d. Komponen evaluasi

Gambar 2.2. Prosedur Penyusuan Kompetensi Dasar

Komponen evaluasi merupakan bagian dari


pembentuk Kurikulum yang berperan sebagai cara untuk
mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu
tercapai atau tidak. Adanya rancangan kurikulum,
merupakan bentuk pembaha-ruan kurikulum, dimana telah
dilaksanakannya evaluasi dari kurikulum-kurikulum sebe-
lumnya. Tugas komponen evaluasi terhadap sebuah kuri-
kulum, antara lain mempertahankan Standar Kompetensi-
Kompetendi Dasar lama yang sesuai dengan Standar
Kelulusan (SKL) baru, merevisi SK-KD lama dan
disesuaikan dengan SKL baru, dan menyusun SK-KD
baru.

2.3. KOMPETENSI GURU


27

Kompeten dan kompetensi adalah dua kata yang semakin


sering diucapkan dalam lingkup bisnis maupun organisasi
pemerintah belakangan ini. Makna hakiki kedua kata itu pun
cenderung disederhanakan. Kompeten dan kompetensi, misalnya,
dianggap sama dengan keahlian atau kemampuan. Orang yang ahli
di bidang teknik bangunan, umpamanya, dianggap kompeten di
bidang teknik bangunan. Padahal, kompetensi seorang ahli teknik
bangunan yang berprofesi sebagai dosen akan berbeda dengan ahli
teknik bangunan yang berprofesi sebagai Manajer Proyek. Di sini
terlihat, bahwa kompetensi individu tidak bisa berdiri sendiri hanya
sebatas kebiasaan atau kemampuan seseorang, tetapi terkait erat
dengan tugas dan profesi yang dijalankan orang itu dalam pekerjaan.

Kompetensi diakui sebagai faktor penting keberhasilan


seseorang dalam pekerjaannya. Sebagai contoh guru sebagai salah
satu profesi, Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, menyatakan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Selanjutnya Mendiknas RI melalui Permen Nomor 16
Tahun 2007 menetapkan Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Identifikasi kompetensi guru yang tepat dianggap
memiliki nilai prediksi yang valid untuk keberhasilan guru dalam
pekerjaannya. ”Apakah arti sebenarnya kompetensi dan bagaimana
pula dengan pengertian kompetensi guru?”, menjadi pertanyaan
yang sangat penting untuk dijawab.
2.3.1. Pengertian kompetensi
Untuk memahami pengertian “standar kompetensi”,
hendaknya ditelusuri terlebih dahulu pengertian dari “kom-
petensi”. Berkaitan dengan definisi/pengertian “kompetensi”,
berikut adalah pernyataan-pernyataan yang berhubungan
28

dengan pengertian kompetensi tersebut :


a. Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang
Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan: “Kompe-
tensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”.

b. Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari


kompetensi yaitu: Competence is defined as the ability to
adequately perform a task, duty or role. Competence
integrates knowledge, skills, personal values and attitudes.
Competence builds on knowledge and skills and is acquired
through work experience and learning by doing.

Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan


sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran
atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan
kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keteram-
pilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran
yang dilakukan. Komponen-komponen atau karakteristik yang
memben-tuk sebuah kompetensi menurut Spencer and Spen-
cer adalah :
1. Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang
diinginkan atau dikehendaki oleh seseorang, sehingga me-
nyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti
mengendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk
menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.
2. Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang
konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu.
29

3. Self Concept, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang.


4. Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu.
Komponen kompetensi ini sangat kompleks. Nilai dari
knowledge test, sering gagal untuk memprediksi kinerja
karena terjadi kegagalan dalam mengukur pengetahuan
dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan dalam
pekerjaan.
5. Skills, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas
fisik atau mental tertentu.
Kelima kompetensi tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 2.4. Karakteristik Kompetensi

Komponen kompetensi motives dan traits disebut


hidden competency karena sulit untuk dikembangkan dan sulit
mengukurnya. Komponen kompetensi knowledge dan skills
disebut visible competency yang cenderung terlihat, mudah
dikembangkan dan mudah mengukurnya. Sedangkan kompo-
nen kompetensi self concept berada di antara kedua kriteria
kompetensi tersebut. Kompetensi merupakan kombinasi dari
keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan perilaku
30

(attitude) yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk


suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja serta
kontribusi pribadi seseorang terhadap organisasinya.

Definisi yang diajukan oleh Spencer, menjelaskan


bahwa dalam menggunakan konsep kompetensi harus ada
“Kriteria Pembanding” (Criterion Reference) untuk membukti-
kan bahwa sebuah elemen kompetensi mempengaruhi baik
atau buruknya kinerja seseorang. Pada umumnya setiap orang
memiliki kinerja yang sama (average performance) tetapi ada
beberapa orang memiliki keahlian yang khusus (superior
performance) sehingga harus dibedakan dari orang-orang yang
lain. Kriteria pembanding yang digunakan dalam konsep
kompetensi untuk membedakan superior performance dengan
average per-formance adalah sebagai berikut:
a. Cross Cultural Interpersonal Sensitivity. Kemampuan untuk
memahami budaya orang lain melalui tingkah laku dan
ucapannya, serta untuk memprediksi bagai-mana mereka
akan bereaksi.
b. Positive Expectations of Others. Kepribadian yang kuat
dalam memahami formalitas dan nilai dari orang lain yang
berbeda dengan diri sendiri, dan kemampuan untuk
mempertahankan pandangan positif ke-tika berada dalam
tekanan.
c. Speed in Learning Political Networks. Kemampuan untuk
mengerti dengan cepat sehingga mempengaruhi apa dan
siapa masing-masing orang dalam kepentingan politiknya.

Secara ringkas, seperti diadopsi DeSeCo (Definition


and Selection of Competency) model mendasar dari
kompetensi adalah utuh dan dinamis dalam menghadapi
31

tuntutan yang kompleks, dengan menggabungkan prasyarat


psikososial (meliputi kognitif, motivasi, etika, kemamuan sendiri
dan komponen sosial) dan konteks dalam sebuah sistem yang
kompleks yang menghasilkan kinerja terbaik atau tindakan
seefektif mungkin, sehingga kompetensi tidak terjadi secara
bebas dari hubungan antara tindakan dan konteks, malahan,
dipahami dalam hubungan ketergantungan dan dinyatakan
dengan tindakan yang mempunyai tujuan yang diberikan
seseorang dalam sebuah situasi khusus.

2.3.2. Pengertian Guru


Guru adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan
keahlian khusus. Pekerjaan sebagai guru ini tidak bisa
dilakukan oleh seseorang tanpa mempunyai keahlian sebagai
guru. Menjadi seorang guru dibutuhkan syarat-syarat khusus.
Apa lagi jika menjadi seorang guru yang professional, maka
harus menguasai seluk beluk pendidikan serta mengajar
dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang harus
dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 2005 guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru adalah unsur penting di dalam keseluruhan
sistem pendidikan. Karena itu peranan dan kedudukan guru
demi meningkatkan mutu dan kualitas anak didik harus
diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Guru bukan hanya
sebatas pegawai yang hanya melakukan tugas tanpa ada rasa
tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang dipikulnya.
32

Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah


pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi,
sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri
sendiri. sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan
seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang
baru dan sebagai fasilitator anak supaya  dapat belajar dan
mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara
optimal.

2.3.3. Pengertian Kompetensi Guru


 Dalam pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang
terdiri atas standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala. Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
mengisyaratkan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 

Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai


bahwa guru haruslah orang yang memiliki insting sebagai
33

pendidik, mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus


menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan.
Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. 

Guru sebagai agen pembelajaran (learning agent)


adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator,
pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik. Kompetensi guru sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 14 tahun 2005 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat
kompetensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran, sekurang-kurangnya
meliputi (1) pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3)
pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan
pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan teknologi
pembelajaran, (7) evaluasi proses dan hasil belajar, dan (8)
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
 
b. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup
(1) berakhlak mulia, (2) arif dan bijaksana, (3) mantap, (4)
berwibawa, (5) stabil, (6) dewasa, (7) jujur, (8) mampu
34

menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (9)


secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (10)
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. 

c. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai


bagian dari masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi (1)
berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat, (2) menggu-
nakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional, (3) bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua/wali peserta didik, (4) bergaul secara
santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (5) menerapkan
prinsip-prinsip persaudaraan dan semangat kebersamaan.

d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru


dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi,
dan/atau seni yang sekurang-kurang meliputi penguasaan
(1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai
standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan
(2) konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi,
atau seni yang relevan yang secara konseptual menaungi
atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampu.
silahkan baca selengkapnya disini Keempat kompetensi
tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja
guru.

Secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a)


pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan
35

bidang studi baik disiplin ilmu (diciplinary content) maupun


bahan ajar dalam kurikulum sekolah (pedagogical content); (c)
penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, meliputi
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses
dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan
pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan
profesionalitas secara berkelanjutan. 

Untuk meningkatkan kopentensi guru saat ini, peme-


rintah telah menyalurkan dana sebesar Rp 2 triliun bagi
pengeingkatan kompetensi guru diantaranya alokasi sertifikasi
kompetensi guru. Pelaksanan peningkatan kompetensi guru
yang sedang berjalan, terpusat pada pembinaan karier berupa
pendidikan dan latihan (diklat), mulai dari diklat tatap muka,
diklat online, dan biaya peningkatan mutu lainnya. Peningkatan
kualifikasi guru untuk meningkatkan kompeten-si, Kemdikbud
mempunyai dua strategi. Pertama, secara teknis diberikan
sistem Pengakuan Pengalaman dan Kompetensi Hasil Belajar
(PPKHB) untuk guru dalam jabatan, dan lain sebagainya.

2.3.4. PRESTASI HASIL BELAJAR SISWA

Prestasi hasil belajar siswa, merupakan rangkaian


beberapa kata yang memiliki makna tertentu. Peneliti membagi
dalam dua bagian utama : Pr estasi belajar siswa dan hasil
belajar siswa.

a. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah kemampuan seseorang
dalam menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran.
Singkatnya dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah
hasil usaha belajar. Prestasi belajar dapat dilihat secara
36

nyata berupa skor atau nilai setelah siswa mengerjakan


suatu tes atau ulangan. Tes atau ulangan yang digunakan
untuk menentukan prestasi belajar merupakan alat untuk
mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa, misalnya
pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.

b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya penilaian hasil belajar tidak
dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan
komprehensif. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup :
1. Kemampuan kognitif yaitu knowledge (pengetahuan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, mering-
kas), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasi-
kan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai).
2. Kemampuan afektif yaitu receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respon), valuing (nilai),
organization (organisasi), characterization (karakterisa-
si), rountinized (rutin).
3. Kemampuan psikomotorik mencakup keterampilan
produktif, teknik fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Menurut Lindgren, hasil belajar meliputi kecakapan,


informasi, pengertian, dan sikap. (dalam Suprijono, 2010 :
5). Pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan, menurut
Gagne, hasil belajar meliputi informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan
sikap.
37

Perbedaan hasil belajar dengan prestasi


belajar adalah pada saat melakukan penilaian hasil
belajar. Penilaian hasil belajar dilakukan sekali setelah
suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Sedang-
kan penilaian prestasi belajar dilakukan setelah beberapa
kali melakukan penilaian hasil belajar.

3. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS


3.1. Kerangka Berpikir
Beberapa faktor yang melandasi kerangka pemikiran ini,
diantaranya :
a. Pembiayaan pendidikan dan prestasi hasil belajar siswa ada
keterkaitan.
b. Pembiayaan pendidikan merupakan analisis terhadap sumber-
sumber pendapatan dan penggunaan biaya yang diperuntuk-
an dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Kebijakan Anggaran Pemerintah (pusat dan daerah) pada
tingkat satuan pendidikan Dasar Negeri sangat erat kaitannya
dengan program pembiaayan yang bersumber pada APBN
dan ABPD, dengan tujuan untuk pemerataan dan perluasan
akses dan untuk peningkatan prestasi hasil belajar siswa,
daya saing, akuntabilitas serta tranpasransi.
d. Penggunaan biaya sepenuhnya untuk pembiayaan delapan
Standar Nasional Pendidikan.
e. Keberhasilan belajar mengajar tercermin dalam prestasi
hasil belajar siswa yang ditentukan oleh faktor pembiayaan
secara kuanatitif maupun alokasi yang tepat

Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut dapat dilihat


pada gambar berikut :
38

KEBIJAKAN RKS/RKAS Pemanfaatan Biaya


ANGGARAN RAPBS Operasional :
Pengembangan
Kurikulum

Peningkatan
Kompetesi Guru
IDENTIFIKASI BIAYA
SUMBER PENDIDIKAN
SUMBER BIAYA

PRESTASI HASIL
BELAJAR SISWA

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bagan kerangka pemikiran dapat dijelaskan sebagai


berikut :
a. Kebijakan Anggaran, fokus penelitian adalah penentuan subsidi
Bantuan operasional sekolah (BOS) tentang besar kecilnyanya
alokasi biaya untuk setiap satuan pendidikan/sekolah.
b. RKS/RKAS/RAPBS, penelitian mengkaji penerimaan dan
pengeluaran yang diteliti selama tiga tahun yakni perode 2014
s.d. 2016.
c. Identifikasi Sumber biaya difokuskan pada sumber dana rutin
yang berasal dari APBN, APBD ( Pemerintah) dan masyarakat.
d. Alokasi pemanfaatan biaya, fokus untuk pengembangan
kurikulum dan peningkatan kompetensi guru.
e. Prestasi hasil belajar, diukur melalui indikator US/M dan
Tingkat kelulusan selama periode 2014 s.d. 2016.

3.2. Hipotesis Penelitian


Hipotesis seperti yang dikemukanan Bohar (1993 : 67)
39

dimaksudkan sebagai hasil jawaban sementara yang kebenaran-


nya masih perlu diuji secara empiris. Maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah hasil jawaban terhadap masalah penelitian
yang secara teoritis dianggap benar. Untuk memberikan arah
pada penelitian ini dirumuskan hipotesis dalam paradigma
penelitian sebagai berikut :

Biaya Kurikulum
Satuan Pendidikan
( X ¿ ¿1)¿ r1
r3 Prestasi Hasil
Belajar Siswa
(Y)
Biaya
r 2 Kompetensi Guru
( X ¿ ¿2)¿

Gambar 2.5. Paradigma Penelitian

1. Biaya Kurikulum secara parsial berpengaruh terhadap


prestasi hasil belajar siswa (r 1 ¿
2. Biaya kompetensi guru secara parsial berpengaruh
terhadap prestasi hasil belajar siswa ( r 2 ¿
3. Biaya kurikulum dan kompetensi guru secara bersama-sama
(Simultan) berpengaruh terhadap prestasi hasil belajar siswa.
(r ¿¿ 3) ¿

Dimana, jika :
H 0 = Biaya kurikulum, dan Kompetensi guru secara bersama-
sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap prestasi
hasil belajar siswa.
H i= Biaya Kurikulum dan kompetensi guru secara bersama-
sama (Simultan) bepengaruh terhadap prestasi hasil
40

bejar siswa.
BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang jenis penelitian yang digunakan


dalam melakukan penelitian. Dengan menggunakan metode ini dapat
memandu peneliti dalam melakukan penelitian sehingga dihasilkan
penelitian yang valid dan reliabel. Bab ini juga mengemukakan
tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode dan
teknik pengumpulan data, populasi, teknik pengumpulan, variabel
penelitian, rumusan hipotesa dan analisa data.

3.1. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN


Penelitian Ini merupakan penelitian dengan pendekatan
kuantitaf, dimana penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel
tertentu. Pengumpulan data menggungganakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan ( Sugiyono, 2008 :
14).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif


analiktik dengan menggunakan pendekatan kuantitif yaitu metode
penelitian yang menggunakan atau mengambil sampel dari suatu
populasi dengan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang
pokok (Singarimbun dan Efendi, 1989).

Langkah awal dalam penelitian ini menggunakan alat bantu


analisis deskriptif sebagai dasar awal penganalisaan. Ada sifat-
sifat tertentu yang pada umumnya terdapat pada metode
deskriptif analitik, sehingga dapat dicapai ciri : (1) Memusatkan
diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan
42

masalah aktual. (2) Data dikumpulkan mula-mula disusun,


dijelaskan kemudian dianalisis.

Dengan demikian analisis diawali dengan melihat


kecenderungan keterkaitan antar fenomena amatan, setelah
pendekatan kuantitatif deskriptif dilakukan melalui penyebaran
kuisioner maupun menggunakan data pendukung lainnya.
Analisis lebih lanjut menggunakan analisis statistic inferensial.
Adapun penghitungan statistik dalam penelitian ini untuk
mengungkapkan adanya pengaruh biaya Kurikulum Satuan
Pendidikan, biaya Kompetensi Guru terhadap Prestasi Hasil
Belajar Siswa.

3.2. VARIABEL PENELITIAN DAN PENGUKURAN


3.2.1. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2014
: 39).

Berdasarkan hubungan antara variabel dengan


variabel yang lain. Dalam penelitian ini variabel penelitian
terdiri dari varibel independen atau sering disebut varibel
stimulus, predictor, antecendent, yang dalam Bahasa
Indonesia disebut variabel bebas yaitu : Biaya Kurikulum
(X1) dan Biaya Kompetensi Guru (X 2), merupakan variabel
yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat), sering disebut
sebagai variabel output, kriteria, konsisten, yang dalam
Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat
43

yaitu Prestasi Hasil Belajar Siswa (Y), merupakan variabel


yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas.

Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti


tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian,
yang diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variabel yang akan diteliti sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang
perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan
untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis
dan teknik analisis, statistik yang akan digunakan.
(Sugiyono, 2014 : 43).

Bentuk paradigma atau model penelitian kuantitatif


dalam penelitian ini seperti gambar paradigma berikut:

X1 r1

r3 R
Y
X2 r2

Gambar 2.7. Paradigma Penelitian

Dalam paradigma ini, yiatu paradigma ganda dengan


dua variable independen, terdapat dua variable independen
dan satu dependent, dimana : X1 = Biaya Kurikulum, X2 =
Biaya Kompetensi Guru, dan Y = Prestasi hasil belajar siswa.

Untuk mencari hubungan variable X1 dengan variable Y


dan variabel X2 dengan variabel Y, menggunakan teknik
44

korelasi sederhana dengan rumus pearson Product Moment


berikut ini :

r xy =
∑ xy
atau
√(∑ x 2 )(∑ y 2 )
n ∑ x i y i -( ∑ xi )( ∑y i )
r xy = 2
√ {n∑ x i -( ∑ x i )2 \}\{ n∑ y i2 -( ∑y i ) 2 \}

Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung


persamaan regresi. Persamaan regresi dapat digunakan
untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel
dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi
(diubah-ubah), dengan menggunakan persamaan regresi
(dengan satu predictor) dapat dirumskan sebagai berikut :

Y' = a + b X

Sedangkan untuk mencari hubungan X 1 dengan X 2


secara bersama-sama terghadap Y menggunakan korelasi
ganda ( Ry x 1 x 2 ¿ dan dapat dilanjutkan dengan persamaan

regresi ganda Y ' =a+ b1 X 1 +b2 X 2 dengan rumus Pearson


Product Moment dan regresi ganda sebagai berikut :

r 2 yx1 + r 2 yx 2 - 2r yx r yx r x
Ry x 1 x 2 =
√ 2
1- r x 1 x2
1 2 1
x2

Y' = a + b 1 X 1 + b2 X2

Ry x 1 x 2 = Korelasi antara variabel X 1 dengan X 2 secara bersama


sama dengan variabel Y
ry x1 = Korelasi Product moment antara variabel X 1 dengan Y
45

ry x2 = Korelasi Product moment antara variabel X 2 dengan Y


rx x
1 2
= Korelasi Product moment antara variabel X 1 dengan X 2

Untuk dapat mengatahui hasil perhitungan tingkat


hubungan antara variabel yang dianalisis, dapat meng-
gunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi sebagai
berikut :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat kuat

Submber : ( Sugiyono, 2014 : 214).

3.2.2. Operasional Varibel dan Pengukuran


Operasional Variabel yang merupakan kisi-kisi
instrument tertuang dalam tabel berikut :

Tabel : 3.2
Kisi-kisi Butir Instrumen
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran
Variabel/ Indikator/ No.
No Skala
Sub Variabel Pengukuran Soal

1 2 3 4 5

Jumlah biaya yang


dikeluarkan untuk :
 Pelaksana kegiatan 1
pengembangan
Standar Isi Kurikulum, Silabus dan
KKM Rasio/
1 Biaya Kurikulum dan  Penggandaan dokumen Interval 2
dokumen Kurikulum I Kurikulum SD 10 Buku
 Penyusunan
Administrasi Mengajar
(RPP, Promes, Prota, 3
dll)
46

Jumlah biaya yang


Standar Pendidik & dikeluarkan untuk :
 Penilaian Kinerja Guru 4
Tenaga Kependidikan
 PendidikanLanjut
Biaya Kompetensi (S1/S2) 5
2 Rasio/
Guru  Seminar, Workshop, Interval
Bimtek dan KKG 6
 Pengembangan
Ketrampilan IT
7

Jumlah biaya yang


Standar
dikelurkan untuk :
Kompetensi  Pengayaan Matreri 8
Kelulusan  Pelaksanaan Latihan Rasio/ 9
3
Ujian Interval
Hasil Prestasi Belajar  Pelaksanaan Ujian 10
Siswa (US/M)

3.2.3. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Dalam usaha pengumpulan data digunakan teknik


pengumpulan data sebagai berikut :

a. Jenis data.
Data primer, yaitu data yang dimbil dari respon-
den berdasarkan kuesioner maupun wawancara lang-
sung. Data ini berisi variabel penelitian yang diuji
sesuai kerangka pemikiran yang ada dan telah
ditentukan.

b. Metode pengumpulan data


1. Studi Kepustakaan : yaitu penelitian yang dilaku-
kan dengan membaca literature seperti peraturan
dan perudang udangan yang berhubungan dengan
anggaran biaya, RKAS dan RAPBS.
47

2. Penelitan lapangan : yaitu penelitian yang dilaku-


kan langsung kepada sumber sumber terkait untuk
memperoleh data tentang biaya pengembangan
kurikulum dan peningkatan biaya kompetensi guru
serta prestasi hasil belajar siswa. Dalam melaku-
kan penelitian lapangan, peneliti melakukan :
a. Wawancara

Peneliti melakukan pengumpulan data


melalui wawancara dengan kepala sekolah,
seksi kurikulum, guru wali kelas 6 dan bendaha-
ra sekolah, sebanyak 10 orang.

b. Kuesioner

Penelitian ini dilakukan dengan menggu-


nakan instrumen atau alat penelitian berupa
pengisian kuesioner secara perorangan yaitu
dengan memberikan daftar pertanyaan kepada
pendidik, tenaga kependidikan dan komite
sekolah. Metode ini dilakukan dengan cara
memberikan quesioner mengenai pengaruh
Biaya Kurikulum (standar isi) dan Biaya
Kompetensi Guru (standar pendidik dan tenaga
kependidikan) terhadap Prestasi Hasil Belajar
Siswa. Penyusunan daftar pertanyaan disusun
secara berjenang berdasarkan skala
pengukuran Likert dengan urutan yaitu : 1, 2, 3,
4 dan 5 dan mempunyai kriteria jawaban
sebagai berikut :
1. Sangat setuju (SS) = skor 5
2. Setuju (S) = skor 4
3. Netral (N) = skor 3
48

4. Tidak Setuju (TS) = skor 2


5. Sangat tidak setuju STS) = skor 1

Kebaikan dari penggunaan format tipe Likert ini


adalah adanya keragaman nilai (variability of score)
sebagai akibat penggunaan skala yang berkisar dari 1 -
5. Dengan adanya dimensi kualitas yang tercermin
dalam daftar pertanyaan pada kuesioner, memungkin-
kan responden mengekspresikan tingkat pendapat
mereka dalam pelayanan lebih mendekati kenyataan
sebenarnya (Sugiyono, 2005 : 86).

3.2.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


a. Uji Validitas Instrumen
Uji “Validitas merupakan derajat ketepatan antara
data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang
dapat dilaporkan oleh peneliti.” (Sugiyono, 2011;267)
Ketepatan pengujian satu hipotesis tentang pengaruh
variabel penelitian tergantung pada kualitas data yang
dipakai dalam pengujian tersebut.

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat


pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Instrument
yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. valid berarti
instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang hendak diukur, sehingga validitas memiliki arti
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melaksanakan fungsi ukurnya, dan kaitannya
dengan tujuan pengukuran. Instrumen yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah intrumen Prestasi Hasil
49

Belajar Siswa. Instrumen tersebut diasumsikan telah


disetujui para ahli. Berdasarkan teori dan hasil
konsultasi ahli, indikator Prestasi Hasil Belajar Siswa
meliputi dua faktor yaitu : Biaya Kurikulum dan Biaya
Kompetensi Guru.

Indikator (faktor) Biaya Kurikulum dikem-


bangkan menjadi 3 butir pertanyaan, biaya Kompetensi
Guru dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan dan
Hasil Belajar Siswa menjadi 3 butir pertanyaan.
Instrumen yang terdiri dari 10 butir pertanyaan tersebut,
selanjutnya diberikan kepada 12 responden, terdiri dari
kepala sekolah, bendahara dan guru bidang kurikulum
serta wali kelas VI, untuk menjawabnya.
Teknik analisis Korelasi PPM termasuk teknik
statistik parametrik yang menggunakan data interval
dan ratio dengan pesyaratan tententu, diantaranya data
dipilah secara acak (random), berditribusi normal, jika
dihubungankan berpola linier, dan mempunyai
pasangan yang sama sesuai dengan subjek yang sama.
Jika salah satu tidak terpenuhi peryaratan tersebut
analisis korelasi tidak dapat dilakukan. (Riduwan, 2013 :
124).
Teknik analisis Korelasi Pearson Product
Moment (r) digunakan untuk mengetahui derajad
hubungan antara variebel bebas (independent) dengan
variabel terikat (dependent). Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :

n(∑ yx )−( ∑ x ) (∑ y )
r XY =
√ {n ∑ x −( x ¿ ) } {¿ ¿ ¿
2 2
50

Korelasi PPM dilambangkan dengan (r) dengan


ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1<r < + 1). Apabila
nilai r = -1 artinya korelasinya negative sempurna; r = 0
artinya tidak ada korelasi; dan r =1 berarti korelasinya
sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan
dengan Tabel Interpreatasi nilai r sebagai berikut :

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 - 1,000 Sangat kuat
0,60 - 0,799 Kuat
0,40 - 0,599 Cukup Kuat
0,20 - 0,399 Rendah
0,00 - 0,199 Sangat rendah

Submber : ( Riduawan 2005 : 138 dalam Riduwan, 2013: 124).

Instrumen yang diuji dikatakan valid apabila r hitung


lebih besar ( >) dari r tabe l (arikunto, 2006 : 182). Apabila
nilai r yang diperoleh dari hasil penghitungan lebih
besar dari r tabel , berarti ada korelasi yang nyata antara
kedua variabel tersebut sehingga dapat dikatakan alat
pengukur yang digunakan tersebut valid. Apabila nilai
r hitung yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih kecil (<)
dari r tabel , maka alat pengukuran tersebut tidak valid.

Uji Validitas item adalah uji statistik yang digunakan


guna menentukan seberapa valid suatu item pertanyaan
mengukur variabel yang diteliti. Uji Validitas Item dapat
dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20. Untuk
proses ini, akan digunakan Uji Korelasi Pearson Product
51

Moment. Setiap item akan diuji relasinya dengan skor total


variabel yang dimaksud. Dalam hal ini masing-masing item
yang ada di dalam variabel X dan Y akan diuji relasinya
dengan skor total variabel tersebut.

Agar penelitian ini lebih teliti, sebuah item sebaiknya


memiliki korelasi (r) dengan skor total masing-masing
variabel ≥ 0,05. Item yang mempunyai r hitung < 0,05 akan
disingkirkan akibat tidak melakukan pengukuran secara
sama dengan yang dimaksud oleh skor total skala; dan
lebih jauh lagi, tidak memiliki kontribusi dengan
pengukuran seseorang jika bukan, malah mengacaukan.

Cara melakukan Uji Validitas dengan SPSS 20, yaitu


suatu penelitian dengan menggunakan skala untuk
mengetahui prestasi belajar seseorang. Ada 10 pertanyaan
dengan menggunakan skala Likert, yaitu : 1 = Sangat
Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 Setuju, 4 = Sangat
Setuju. Setelah membagikan pada 12 responden,
didapatkan data sebagai berikut :

Skor Item Skor


Responden Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 33
2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 32
3 2 2 1 3 2 2 3 1 2 3 21
4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 34
5 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 34
6 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 35
7 2 3 3 4 4 4 3 4 3 2 32
8 1 2 2 1 2 2 1 3 4 3 21
9 4 2 3 3 4 2 1 1 4 4 28
10 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 35
11 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 36
12 3 2 1 2 3 1 1 2 3 3 21

Hasil Uji Validitas Korelasi Product Moment dengan SPSS. Versi 20


52

Correlations
Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ Item_ skor_tota

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 l
Pearson
1 .327 .392 .549 .569 .093 .240 -.008 .207 .164 .534
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.299 .207 .064 .053 .774 .453 .981 .519 .611 .074
1 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
.327 1 .497 .445 .435 .498 .578* .644* .052 -.289 .706*
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.299 .100 .148 .157 .099 .049 .024 .873 .361 .010
2 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
.392 .497 1 .561 .469 .733** .592* .500 .434 .317 .871**
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.207 .100 .058 .124 .007 .043 .098 .159 .315 .000
3 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
.549 .445 .561 1 .656* .685* .750** .369 -.145 -.176 .791**
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.064 .148 .058 .021 .014 .005 .237 .654 .584 .002
4 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
.569 .435 .469 .656* 1 .393 .253 .362 .185 -.225 .645*
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.053 .157 .124 .021 .206 .428 .248 .565 .481 .024
5 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
.093 .498 .733** .685* .393 1 .752** .751** .187 -.125 .839**
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.774 .099 .007 .014 .206 .005 .005 .561 .698 .001
6 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
.240 .578* .592* .750** .253 .752** 1 .551 -.156 -.095 .780**
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.453 .049 .043 .005 .428 .005 .064 .628 .769 .003
7 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
-.008 .644* .500 .369 .362 .751** .551 1 .301 -.491 .686*
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.981 .024 .098 .237 .248 .005 .064 .343 .105 .014
8 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
.207 .052 .434 -.145 .185 .187 -.156 .301 1 .139 .292
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.519 .873 .159 .654 .565 .561 .628 .343 .666 .357
9 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
.164 -.289 .317 -.176 -.225 -.125 -.095 -.491 .139 1 -.027
Ite Correlation
m_ Sig. (2-
.611 .361 .315 .584 .481 .698 .769 .105 .666 .934
10 tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Pearson
.534 .706* .871** .791** .645* .839** .780** .686* .292 -.027 1
sko Correlation
r_t Sig. (2-
.074 .010 .000 .002 .024 .001 .003 .014 .357 .934
otal tailed)
N 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

No r hitung r tabel Keputusan

1 0.534 0,576 Tidak Valid

2 0.706 0,576 Valid


53

3 0,871 0,576 Valid

4 0,791 0,576 Valid

5 0,645 0,576 Valid

6 0,839 0,576 Valid

7 0,780 0,576 Valid

8 0,6861 0,576 Valid

9 0,292 0,576 Tidak Valid

10 0,027 0,576 Tidak Valid

Berdasarkan tabel .... butir soal nomor 1, 9 dan 10


tidak valid karena dari hasil analisis di dapat nilai skor item
dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan
nilai r tabel yang dicari pada signifikan 5% dengan uji 2 sisi
dan n=12, maka di dapat r tabel sebesar 0.576.

Hasil analisis yang didapat nilai korelasi untuk item


1 (0,534), 9 (0,292), dan 10 (0,027) kurang dari 0.576,
maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak
berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan tidak
valid) dan harus dikeluarkan atau diperbaiki.

Biaya untuk pelaksanaan Pengembangan Kuriku-


lum, Silabus dan KKM, Pelaksanaan Latihan Ujian, dan
Pelaksanaan Ujian Sekolah/Madrasah, responden belum
memahami dengan baik pertanyaan yang diajukan,
sehingga soal nomor 1, 9, dan 10 perlu adanya penjelas-
an lebih lanjut.
54

b. Uji Reliabilitas Instrumen


Uji Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui data
yang sah tersebut terus menerus atau ada kejanggalan
(ada yg tidah sah) sehingga tidah bisa dikatakan data
tersebut reliabel. Pengujian ini harus ada, untuk
meyakinkan bahwa data tersebut layak digunakan.

Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi


dan stabilitas data atau temuan. (Sugyono, 2011;268).
Setiap alat ukur sehausnya mempunyai kemampuan
untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.
Suatu alat pengukur apabila dipakai dua kali untuk
mengukur gejala yang sama, dan hasil pengukuran yang
diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut
realiabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan
konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala
yang sama.

Pengujian reliabelitas instrument dalam penelitian


ini dilakukan secara internal, yaitu dengan cara menco-
bakan instrument sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisis sesuai dengan yang diajukan dalam
penelitian ini.

Setelah ditentukan validitas dilanjutkan uji


reliabilitas, Uji Reliabilitas item adalah uji statistik yang
digunakan guna menentukan reliabilitas serangkaian item
pertanyaan dalam kehandalannya mengukur suatu
variabel. uji ini hanya dapat dilakukan pada pertanyaan
yang dianggap valid. Uji Reliabilitas dilakukan untuk
mengukur sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat
55

dipercaya. Uji realibiltas dilakukan dengan uji statistic


cronboach alpha (α). Suatu konstruk diadalakan
reliabel jika memberikan nilai alpha Cronbach > 0, 60
( Ghozali, 2005 : 42).

Rumusnya adalah :

k ∑ α . b2
rn =[ ][
k−1
1−
α .i 2 ]
Keterangan
r n =¿ reliabilitas instrumen
k =¿ banyaknya butir pertanyaan
∑ α . b 2=¿ jumlah varian butir
α . i 2=¿ varian butir
Taraf signifikasi = 5%

Dikatakan reliabel apabila Cronbach alpha lebih


besar ( > ) dari 0,06 (Arikunto, 2006 : 193). Uji Reliabilitas
Instrumen mungguakan rumus Alfa Cronbach hasil
perhitungan diperoleh data sbb :

Tabel 3. ……..
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.758 11

Item-Total Statistics
56

Scale Mean if Scale Corrected Cronbach's


Item Deleted Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Correlation Deleted
Item_1 57.4167 128.265 .476 .744
Item_2 57.4167 124.629 .664 .733
Item_3 57.5833 119.902 .849 .719
Item_4 57.0833 121.720 .758 .725
Item_5 57.0833 127.902 .605 .741
Item_6 57.4167 120.083 .811 .720
Item_7 57.5000 118.273 .735 .719
Item_8 57.4167 122.447 .632 .730
Item_9 57.0000 134.727 .240 .758
Item_10 57.2500 139.659 -.083 .771
skor_total 30.1667 34.697 1.000 .838

Dengan taraf kesalahan 5% dengan n = 12 diperoleh


nilai Croncbach Alfa adalah 0,758, menurut Sekaran (1992)
reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7
dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik, maka dapat
disimpulkan instrumen pembiayaan pengembangan kurikulum
dan kompetensi guru terhadap prestasi hasil belajar siswa
reliabel dan dapat diperhitungan dalam penelitian ini.

3.2.5. Persyaratan Data

Pengeloaan data merupakan kegiatan pokok dalam


suatu penelitian untuk mendapatkan kesimpulan yang berarti
tanpa didahuli oleh kegiatan pengelolaan data tersebut.

Analisa data dimaksud untuk melakukan pengujian


hipotesis dan menjawab rumusan masalah yang diajukan,
karena menggunakan skala interval dan rasio, maka sebelum
melakukan pengujian harus dipenuhi persyaratan analaisis
terlebih dahulu dengan asumsi bahwa data harus :

a. dipilih secara acak (random),


57

b. Homogen, artinya data yang dibandingkan (dikomparasi-


kan) sejenis (bersifat homogen), maka perlu uji
homogenitas.

c. Normal, artinya data yang dihubungkan berdistribusi


normal, maka perlu di uji normalitas

d. Bersifat linier, artinya data yang dihubungkan berbentuk


garis linier maka perlu uji linieritas.

e. Berpasangan artinya data yang dihubungkan mempunyai


pasangan yang sma sesuai dengan subjek yang sama,
kalau salah satu tidak terpenuhi untuk persyaratan analisis
korelasi atau regresi tidak dapat dilakukan. (Riduwan,
2001 : 115 dalam Riduwan, 2003 : 184).

3.3. Teknik Analsia Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian


ini diarahkan untuk menguji hipotisis yang telah dirumuskan.
Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data
menggunakan metode statistik yang sudah tersedia. Dengan
skala rasio/interval, untuk menentukan korelasi dua variabel
menggunakan Korelasi Pearson Product Moment untuk
mengukur pengaruh satu varibel independen terhadap variabel
dependen dengan Uji T dan Analisis Regresi Linier sederhana.
Untuk mengukur pengaruh dua varibael independen terhadap
variabel dependen menggunakan Uji F dan Analisis Regresi
Linier Berganda. Guna memudahkan perhitungan statistik
penulis selanjutnya menggunakan program SPSS 20
(Statistical Product ans Service Solution).

Sebelum dilakukan analisa data, diperlukan uji


prasyarat analisis parametik yakni uji normalitas, uji lineritas
58

dan uji homogienitas. Pada penelitian ini ada dua pengujian


yang dilakukan :

3.3.1. Uji Homogenitas Varians Data


Pengujian homogenitas dimaksudkan untuk
memberikan keyakinan bahwa sekumpulan data yang
dimanipulasi dalam serangkaian analisis memang berasal
dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya.
Khusus untuk studi korelatif yang sifatnya prediktif, model
yang digunakan harus fit (cocok) dengan komposisi dan
distribusi datanya. Goodness of fit model tersebut secara
statistika dapat diuji setelah model prediksi diperoleh dari
perhitungan. Model yang sesuai dengan keadaan data
adalah apabila simpangan estimasinya mendekati 0. Untuk
mendeteksi agar penyimpangan estimasi tidak terlalu
besar, maka homogenitas variansi kelompok-kelempok
populasi dari mana sampel diambil, perlu diuji.

Uji Homogenitas yang dipaparkan penulis terbatas


pada uji Berlet dan uji varian besar dibanding varian
terkecil menggunakan tabel F. Rumus Viarian (S)
sampel untuk data distribusi (dikelompokkan), sebagai
berikut :

a. Penyelesaian :
Diketahui alokasi dana untuk biaya Kurikulum tahun
2014 s.d tahun 2016 adalah sebagai berikut : tahun 2014 =
27.423.018; 2015 = 27.059.670; dan tahun 2016 =
27.599.490; 
59

Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah data (n) =


3, dan (n - 1) = 2. Selanjutnya dapat dihitung komponen
untuk rumus varian.

i X1 X2

2014 27.423.018 752.021.916.228.324;

2015 27.059.670 732.225.740.508.900;

2016 27.599.490 761.731.848.260.100;

∑ 82.082 .178 2.245 .979.997 .320

Tabel 3.4

Selanjutnya penulisan angka akan ditulis dalam


sistem dimensi. Dari tabel tersebut dapat ketahui:
n

∑ X 1=82.082 .178
i=1

∑ X 21=2.245 .979.997 .320


i=1

n 2

( )
∑ xi
i=1
82.082.1782 =6.737 .483.945 .223 .680

Dengan demikian, jika dimasukkan ke dalam rumus


varian, maka hasilnya adalah sebagai berikut.

( 3 ) . (2.245 .979 .997 .320 )−(6.737 .483.945 .223 .680)


S2=
( 3 ) .(2)

454.569 .768.288
¿
6

¿ 7 , 58
60

Dari penghitungan, diperoleh nilai varian sama


dengan 7,58. Nilai tersebut bisa langsung diperoleh nilai
standar deviasi (simpangan baku)

Diketahui anggaran biaya Kompetensi Guru tahun


2014 s.d tahun 2016 adalah sebagai berikut : tahun 2014 =
41.566.474; tahun 2015 = 44.841.500; dan tahun 2016 =
45.999.150; 

Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah data (n) =


3, dan (n - 1) = 2. Selanjutnya dapat dihitung komponen
untuk rumus varian.

Tabel 3.5
i X2 X 22

2014 41.566.474 1.727.771.760.792.680

2015 44.841.500 2.010.760.122.250.000

2016 45.999.150 2.115.921.800.722.500

∑ 132.407 .124 5.854.453.683.765.180

Selanjutnya penulisan angka akan ditulis dalam


sistem dimensi. Dari tabel tersebut dapat ketahui:

∑ X 2=132.407 .124
i=2
n

∑ X 22=¿ 5.854 .453 .683.765 .180 ¿


i=2

n 2

( )
∑ x 2 132.407.124 2=17.531 .646.485 .951 .400
i=2
61

Dengan demikian, jika dimasukkan ke dalam rumus


varian, maka hasilnya adalah sebagai berikut.

( 3 ) . (5.854 .453 .683 .765 .180 )−(17.531.646 .485 .951.400)


S2=
( 3 ) . (2)

31.714 .565.344 .152


¿
6

¿ 5,29

Dari penghitungan, diperoleh nilai varian sama


dengan 5,29. Nilai tersebut bisa langsung diperoleh nilai
standar deviasi (simpangan baku)

Pengujian homogenitas varians suatu kelompok


data, dapat dilakukan dengan cara 1) Uji F dan 2) Uji
Bartlett. Adapun proses pengujian dan rumus yang
digunakan untuk pengujian homogenitas varians kelompok
data yaitu sebagai berikut:

1) Uji F (digunakan untuk menguji homogenitas varians dari


dua kelompok data) dengan menghitung varian besar
kecil.
Rumus Uji F yaitu: F = S12 / S 22
Dimana : S12 = varians kelompok 1
S22 = varians kelompok 2
Hipotesis pengujian :
Ho : α 12=α 22 = (varians data homogen)
Ha : α 12 ≠ α 22 = (varians data tidak homogen).
Kriteria Pengujian:
Jika: F hitung ≥ F tabel (0,05; dk1; dk2), maka Tolak Ho
Jika: F hitung < F tabel (0,05; dk1; dk2), maka Terima Ho
62

Nilai Varian Jenis Variabel : Biaya Pengembangan


Pendidikan
Sampel

Biaya Kurikulum Biaya Kompetensi


Satuan Pendidikan Guru
(X1) (X2)

S2 7,58 5,,29

n 3 3

Varians terbesar 7,58


F hitung = = =1,43
Varians terkecil 5,29

Membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel


Dengan rumus :
db pembilang =n−1=3−1=2untuk vairans terbesar
db peyenbut =n−1=3−1=2 untuk variankecil
Taraf signifikansi (α ¿=0,005 , maka F tabel =19 , 00
Kriteria Pengujian:
Jika: F hitung ≥ F tabel (0,05; dk1; dk2), maka Tolak Ho

Jika: F hitung < F tabel (0,05; dk1; dk2), maka Terima Ho

Ternyata Jika: F hitung < F tabel 1,43 < 6,16, maka


varians-varians adalah homongen

Kesimpulan : Analisis komparatif dapat dilanjutkan.

Berikut Perhitungannya :
Suatu data penelitian untuk mengatahui pengaruh
biaya kurikulum satuan pendidikan dan biaya kompetensi
guru terhadap prestasi hasil belajar siswa. Data yang
63

ditampilkan adalah dana bantuan pemerintah pusat


(APBN) dan bantuan daerah (APBD) yang dialokasi
sekolah dalam pengembangan delapan Standar Nasional
Pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum dan
peningkatan kompetensi guru sebagaimana telah
dirumuskan sekolah dalam RKAS dan RAPBS sekolah.
Selanjutnya peneliti membuat alat ukur perbanginan
keuangan. Dengan menggunakan alat ukur tersebut
diperoleh skor sebagai berikut :

Uji Barlet :

Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihat-


kan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal
dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Pada
analisis  regresi, persyaratan analisis yang dibutuhkan
adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan
berdasarkan variabel terikatnya memiliki varians yang
sama.
Uji Homogenitas yang dipaparkan penulis terbatas
pada uji Berlet dan uji varian besar dibanding varian
terkecil menggunakan tabel F. Rumus Viarian (S)
sampel untuk data distribusi (dikelompokkan), sebagai
berikut :

2
∑ f . X2
S= (√ ∑ f −1 )
2
∑ f . X2
S= (√ ∑ f −1 )
64

Diketahui perbandingan kuanangan antara


pemerintah pusat APBN (x1), Kota Bandung APBD (x2) di
Wilayah SDN seperti dalam table beriktu :

TABEL : 3.6 NILAI VARIANS

Nilai
Varian Jenis Variabel :
s Perbandingan
Sampe Keuangan
l

Kurikul Kompetensi
um Guru
( X 1) ( X 2)

S2 82.082 .178 132.407 .124

n 3 3

2
∑ f . X2
S= (√ ∑ f −1 )
2
∑ f . X2
S= (√ ∑ f −1 )

TABEL : 3.6 NILAI VARIANS

Nilai Varians
Jenis Variabel : Perbandingan Keuangan
Sampel

Kurikulum Kompetensi Guru


65

( X 1) ( X 2)

S2 82.082 .178 132.407 .124

n 3 3

2. Langkah-langkah Pengerjaan
a. Memasukan angka-angka statistik untuk pengujian
homogenitas pada Tabel Uji Barlet disusun pada tabel 3.8
berikut ini :
b. TABEL : 3.8 UJI BARTLET

Sampel db=(n−1) Si 2 log Si2 (db) log S i2

1=¿ ) 2 82.082 .178 9,06 18,12

2=(X 2 ) 2 132.407 .124 11,51 23,02

Jumlah = 2 ∑ ( ¿−1 )=4 - - ∑ ( db ) log Si2=41,14

c. Menghitung varians gabungan dari dua sampel :

2 ( n1 . S 12 )+ (n2 . S22 ) ( 2 .38.10 12) +(2. 11,375 9)


S= =
( n 1 ) + ( n2 ) 2+2

164.164 .356+264.814 .248 428.978.604


S2 = = =107.244 .651
4 4

c. Menghitung log S2=log 107.244 .651=10.36

d. Menghitung nilai B = ¿

e. Menghitung nilai X 2 hitung ( Ion 10) B - ∑ ( db ) log Si2 ]


= (2,3) x [ 44,14 – 41,14]

= (2,3) x [3,00]
66

= 6,900

f. Membandingkan X 2hitungdengan nilai X 2tabel untuk = 0,05 dan

derajat kebebasan (db) = k - 1 = 4 -1 = 3, maka X 2tabel = 7,815,


dengan kritetria pengujian sebagai berikut :

Jika : X 2hitung ≥ X 2tabel tidak homogen

Jika : X 2hitung ≤ X 2tabel homogen

Ternyata X 2hitung < X 2tabel atau 6,900 ¿ 7,815, maka varians-


varians adalah homogen

Kesimpulan : analisis uji komparatif dapat dilanjutkan.

Tabel Varian Besar Kecil

Teknik pengujian yang digunakan adalah Uji Bartlet. Uji


Bartlet dilakukan dengan menghitung x2. Harga x2 yang diperoleh
dari perhitungan (x2hitung) selanjutnya dibandingkan dengan x2 dari
tabel (x2tabel ), bila x2hitung< x2tabel , maka hipotesis nol diterima.
Artinya data berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan uji
homogenitas menggunakan software SPSS adalah dengan Uji
Levene statistics. Cara menafsirkan uji levene ini adalah, jika nilai
Levene statistic > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa variasi data
adalah homogen.

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Var_2 1.791 2 7 .235


Var_3 1.348 2 7 .320
67

Kerena p-value = 0,351 > 0,05 maka data diambil dari sampel yang
homogen.

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 23.667 4 5.917 1.520 .295

Var_2 Within Groups 27.250 7 3.893

Total 50.917 11
Between Groups 41.250 4 10.313 .938 .495

Var_3 Within Groups 77.000 7 11.000

Total 118.250 11

3.3.2. Uji Normalitas Data


Statistik Parametris bekerja berdasarkan asumsi
bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis
berdasarkan distribusi normal. Tujuan uji normalitas
adalah untuk mengatahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal. Datayang
baik adalah data – data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal. Uji Normalitas ini dilakukan dengan
memakai grafik normalitas dan Uji Kolmogorov
Smirnov.

a. Analisis Grafik
68

Berdasarkan grafik tersebut diatas, Ghozali


(2005) menyatakan bahwa, jika distribusi data adalah
normal, maka terdapat titik yang menyebar di sekitar
garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis
diagonalnya. Hasil grafik tersebut menyatakan bawah
data berdistribusi normal.

b. Uji Statistik
Dari hasil pengujian melalui Program SPSS 20
(terlampir) besarnya nilai Kolmogorof-Smirnov untuk
biaya kurikulum satuan pendidikan adalah 0,724. dan
signifiksi 0,670 karena nilaianya diatas α = 0,05. Dalam
hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual
berdistribusi normal.

Tabel ….
Hasil Pengolaan data melalui Program SPSS.20
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
69

N 12
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.12100769
Absolute .209
Most Extreme Differences Positive .209
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z .724

Asymp. Sig. (2-tailed) .670


a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Berdasarkan nilai Kolmogogorof-Smirnov untuk


biaya kompetesi guru adalah 0,619 dan signifikasi 0,838,
kerena nilainnya jauh diatas α =0,05 ini berarti H0
diterima berarti data residual berdirtribusi normal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 12
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.25350428
Absolute .179
Most Extreme
Positive .103
Differences
Negative -.179
Kolmogorov-Smirnov Z .619
Asymp. Sig. (2-tailed) .838
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Selanjutnya besarnya nilai Kolmogogorof-


Smirnov untuk Prestasi hasil belajar siswa adalah 0,739
dan signifikasi 0,646 kerena nilaianya jauh diatas α =0,05
. Dalam hal ini berarti H0 diterima berarti data residual
berdirtribusi normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
70

Unstandardize
d Predicted
Value
N 12
Mean 9.3333333
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .78979649
Absolute .213
Most Extreme
Positive .124
Differences
Negative -.213
Kolmogorov-Smirnov Z .739
Asymp. Sig. (2-tailed) .646
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

3.3.3. Uji Lineritas


Uji lineritas dilakukan untuk mengetahui apakah
hubungan antara variabel terikat dengan masing-masing
variabel bebeas bersifat linier. Uji linieritas dilakukan
dengan uji regresi menggunakan tabel ANOVA.

Tabel Uji Lineritas ANOVAa


Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 6.862 2 3.431 2.237 .163b
1 Residual 13.805 9 1.534
Total 20.667 11
a. Dependent Variable: Prestasi Hasil Belajar Siswa
b. Predictors: (Constant), Biaya Kompetensi Guru, Biaya Kurikulum Satuan Pendidikan
71

Untuk keperluan diatas, diperlukan hipotesis


sebagai berikut :
1. H0 : tidak ada hubungan linier antara variable biaya
kurikulum santuan pendidikan dan kompetensi guru
dengan prestasi hasil belajar siswa
2. H1 : ada hubungan linier antara varibel biaya kurikulum
dan biaya kompetensi guru dengan preatasi hasil
belahar siswa.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan angka
signifikansi sebagai berikut :
Jika angka signifikansi penelitian < 0,05; H0 ditolak dan
H1 diterima
Jika angka signifikansi penelitian > 0,05; H0 diterima
HI ditolak.
Didasrakan pada hasil penghitungan diperoleh angka
signifikansi sebesar 0,163. Angka 0,163 > 0,05 karena
itu H0 diterima, H1 ditolak.; artinya tidak ada
hubungan linear antara varibel Biaya Kurikulum Satuan
pendidikan dan Biaya Kompetensi Guru dengan
Prestasi Hasil Belajar Siswa. Hasil yang sama
diperoleh untuk hubungan linear antara varibel biaya
kurikulum dan prestasi hasil belajar siswa, juga
bubungan linear antara varibel kompetensi guru
dengan prestasi hasil belajar siswa.

Pengujian model regresi khususnya uji hipotesis 3


menggunakan regrasi linear berganda diperlukan uji asumsi
klasik yaitu Uji Multikolinieritas, Uji Autokerelasi dan Uji
Heteogenitas pada penelitian ini akan dilakukan dua
pengujian yaitu :
72

3.3.4. Uji Multikolinieritas


Menurut Priysnto (2008 : 142), multikolinieritas
artanya antar variabel independent yang terdapat pada
model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna
atau mendekati sempurna. Model regrasi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati
sempurna diantara variabel bebasnya. Uji multikolineraritas
dengan nilai tolerance dan inflasion faktor (VIF) pada model
regresi.
Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil daripada 0,10
atau nilai VIF yang lebih besar daripada 10.

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics

Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 6,234 1,594 3,912 ,004

Biaya Kurikulum
,387 ,257 ,608 1,506 ,166 ,456 2,195
1 Satuan Pendidikan

Biaya Kompetensi
-,018 ,169 -,044 -,109 ,916 ,456 2,195
Guru

a. Dependent Variable: Prestasi Hasil Belajar Siswa

Dari tabel bahwa terlihat nilai tolerance ketiga


variabel lebih besar dari 0,10 yakni 0, 456 dan VIF 2,195
kurang dari 10 Maka dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel bebas.

3.3.5. Uji Heteroskedastistas


73

Menurut Priyanto, (2008 : 160) , heteroskedastitas


adalah varian residual yang tidak sama pada semua
pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik
tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji ini dengan melihat pola
titik titik padagrafik regresi (scatterplot), jika ada pola
tertentu maka terjadi heteroskedastistas akan tetapi jika
tidak ada pola yang jelas maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.

Gamber 3. …. Scaterplot

Dari grafik 3…. Diketahui bahwa titik titik membentuk


pola yang jelas, titik titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y . Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi.
74

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


75

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitan


Objek Penelitian adalah 5 sekolah negeri tingkat Sekolah
Dasar yang berada di Kecamatan Lengkong mewakili Gugus 64.
Sampel penelitian dilakukan di 3 Sekolah Dasar Negeri yaitu
Sekolah Dasar Negeri Buahbatu Baru, Cijagra dan Turangga Kota
Bandung. Ditinjau dari aspek geografis, berkedudukan sangat
strategis, sehingga dapat dengan mudah dilalui kendaraan roda
dua, roda empat bahkan jalan kaki karena tidak jauh dari jalan raya,
berlokasi di wilayah Kelurahan Turangga, kecamatan Lengkong
Kota Bandung Propinsi Jawa Barat, dengan akreditasi (A) amat
baik.

Tabel 4.1. Lokasi Sampel Penelitian


N Nama Sekolah Alamat
o

1 SDN Buahbatu Baru Jl. Buahbatu No. 73

2 SDN Cijagra Jl. Situ Lembang No. 1

3 SDN Turangga Jl. Turangga No. 27

Di lihat dari aspek demografis, data peserta didik ke 3 sekolah


ini cukup beragam. Semua peserta didik SDNegeri Kota Bandung
tersebut berasal dari lapisan masyarakat dengan status ekonomi,
social, agama dan budaya yang beragam. Berdasarkan data yang
peneliti peroleh pada umumnya peserta didik berasal dari status
ekonomi dari kalangan menengah ke bawah.

4.2. Analisis dan Pengujian Hipotesis.


4.2.1. Sumber dana dalam RAPBS 2014 s.d. 2016
76

Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang


Standar Nasional Pendidikan pasal 34 ayat 2
manyebutkan bahwa “Pemerintah dan pemerintah daerah
menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada
jenjang pendidikan dasar tanpa memungit biaya.
Konsekwensinya adalah pemerintah dan pemerintah
daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi
seluruh pesertadidik pada tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah (SD dan SMP) serta satuan
pendidikan lainnya yang sederajat.

Untuk mewujudkan amanat undang undang


dimaksud, pemerintah, melalui Departaemen Pendidikan
dan Kebudayaan, sejak tahun 2005 memberikan bantuan
pendidikan dalam bentuk bantuan operasional sekolah
(BOS) secara nasional, bersumber dari APBN/ABPD
bertujuan untuk mengurangi beban masyarakat terhadap
biaya pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun
yang berkualitas dengan langkah membebaskan peserta
didik dari biaya pendidikan pada sekolah-sekolah dasar
sampai tingkat sekolah menengah pertama, secara
khusus bagi sekolah-sekolah negeri.

Besarnya penerimaan dana terilhat pada grafik


4.2. berikut dan table data RAPBS 2014 s.d. 2016
(terlampir). Pada table terebut nampak bahwa
pemerintah pusat menjadi andalan biaya pendidikan
tingkat satuan pendidikan dasar (SD) yakni sebesar 68,%
bersumber dari APBN. Sedangkan APBD Kabupaten/
Kota sebesar 35 %
77

SUMBER DANA APBS


700000000
600000000
500000000
400000000
300000000
200000000
100000000
0
SEKOLAH BUAH BATU CIJAGRA TURANGGA

BOS KOTA BOS PUSAT

Grafik 4.1. Sumber Dana APBS

Besarnya sumberdana yang diterima sekolah


sangat bergantung pada jumlah siswa sekolah
berangkutan.

4.2.2. Biaya Kurikulum Satuan Pendidikan dalam RAPBS


Biaya pengembangan kurikulum sangat diperlukan
untuk menunjang proses belajar mengajar, sehingga
tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam
undang undang nomor 14 tahun 2015 dapat tercapai. Hal
ini sebagmana telah diamanatkan dalam unandanundang
nomor 20 tahun 2003 tentang standar pendidianbasional
dimanakurikulum merupakan salahsatu stanar nasional
pendidikan yang sangatmenentukan keberhasailan dalam
proses belahar mengajar.
Hasil pengolahan data melalui program SPSS 20
tampak pada grafik 4.2. :” Histogram Biaya Kurikulum
Satuan pendidikan dan biaya kompetensi guru padatabel
4.4. sebagai berikut :
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yakni
ada pengaruh antara kurikulum dan kompetensi guru
78

terhadap prestasi belajar siswa, digunakan teknik


statistik analisis regresi. Sebelum dilakkukan pengujian
hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian
persyaratan analisis yaitu uji normalitas, uji homogenitas
dan uji linieritas dimana perhitungan pengujiannya
dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20 for
Windows.

1. Uji Normalitas Data, Analisis Korelasi dan Regresi


a. Analisis Normalitas Data
Uji ini biasanya dilakukan sebelum analisis regresi dan
korelasi yang ditujukan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi baik variabel terikat maupun variabel bebas
mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat tiga
metode uji untuk melihat normalitas data yaitu : (1) Normal
Probability Plot (NPP) of Regression Standardized Residual;
(2). Uji Kolmogorov Smirnov dan (3) Histogram. Pada
naskah tesis ini ditampilkan metode uji normalitas data yaitu
NPP of Regression Standardized Residual.
1) NPP Variabel Kurikulum (X1) Terhadap Variabel Prestasi
Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal. Hal ini berarti bahwa model
regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel
terikat (Prestasi Belajar Siswa) berdasarkan masukan
variabel kurikulum (X1). Jika data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti garis diagonal maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
79

Gambar 4.1.
Grafik NPP Regression Standardized Residual Variabel
Kurikulum (X1) Terhadap Variabel Prestasi Belajar Siswa (Y)

2) NPP Variabel Kompetensi Guru (X2) Terhadap Variabel


Prestasi Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal berarti bahwa model regresi layak
digunakan untuk memprediksi variabel terikat (Prestasi
Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel kompetensi
guru (X2). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal
dan/atau mengikuti garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.

3) NPP Variabel Kurikulum (XGambar


1 ) dan4.2.Kompetensi Guru (X 2 )
Grafik NPP Regression Standardized Residual Variabel
secaraKompetensi
simultan/bersama-sama Terhadap
Guru (X 2 ) Terhadap Variabel Variabel
Prestasi Belajar Prestasi
Siswa (Y)
80

Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal berarti bahwa model regresi layak
digunakan untuk memprediksi variabel terikat (Prestasi
Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel kurikulum
dan kompetensi guru secara bersama-sama. Jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.3.
Grafik NPP Regression Standardized Residual Variabel
(X1) Kurikulum dan Kompetensi Guru (X2) Terhadap
Variabel Prestasi Belajar Siswa (Y)
81

Homogenitas

Means

Case Processing Summary


Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Prestasi Hasil Belajar
Siswa * Biaya 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%
Kurikulum
Prestasi Hasil Belajar
Siswa * Biaya 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%
Kompetensi Guru

Prestasi Hasil Belajar Siswa * Biaya


Kurikulum
Prestasi Hasil Belajar Siswa
82

Biaya Mean N Std.


Kurikulum Deviation
5 8.00 2 2.828
6 8.00 1 .
8 9.00 1 .
9 10.00 3 1.000
10 9.67 3 1.155
11 10.00 2 .000
Total 9.33 12 1.371

Prestasi Hasil Belajar Siswa * Biaya


Kompetensi Guru
Prestasi Hasil Belajar Siswa
Biaya Kompetensi Mean N Std.
Guru Deviation
6 10.00 1 .
7 8.00 1 .
10 7.50 2 2.121
13 10.00 3 1.000
14 9.00 1 .
15 10.00 3 1.000
16 10.00 1 .
Total 9.33 12 1.371

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardiz t Sig.
Coefficients ed
Coefficient
s
83

B Std. Beta
Error
(Constant) 6.234 1.594 3.912 .004
Biaya Kurikulum .387 .257 .608 1.506 .166
1 Biaya
Kompetensi -.018 .169 -.044 -.109 .916
Guru
a. Dependent Variable: Prestasi Hasil Belajar Siswa

Casewise Diagnosticsa
Case Std. Prestasi Predicted Residua
Number Residual Hasil Value l
Belajar
Siswa
1 -.686 9 9.85 -.850
2 -.701 9 9.87 -.868
3 -1.604 6 7.99 -1.987
4 -.206 10 10.26 -.255
5 .914 11 9.87 1.132
6 1.256 11 9.44 1.556
7 -.046 9 9.06 -.057
8 1.566 10 8.06 1.940
9 -.433 9 9.54 -.536
10 .464 10 9.43 .574
11 -.177 10 10.22 -.219
12 -.347 8 8.43 -.429
a. Dependent Variable: Prestasi Hasil Belajar Siswa

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear


antara dua atau lebih variabel independen (X 1, X2,….Xn) dengan variabel
dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing
variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
84

mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya


berskala interval atau rasio.

            Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y’ = a + b1X1+ b2X2

Keterangan:

Y’                    =   Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X1 dan X2       =   Variabel independen

a                  =   Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2 = 0)

b                    =    Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun


penurunan)

Tabel …….. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize t Sig.
Coefficients d
Coefficients
B Std. Beta
Error
(Constant) 6.234 1.594 3.912 .004
Biaya
.387 .257 .608 1.506 .166
Kurikulum
1
Biaya
Kompetensi -.018 .169 -.044 -.109 .916
Guru
85

a. Dependent Variable: Prestasi Hasil Belajar Siswa

Casewise Diagnosticsa
Case Std. Prestasi Predicted Residua
Number Residual Hasil Value l
Belajar
Siswa
1 -.686 9 9.85 -.850
2 -.701 9 9.87 -.868
3 -1.604 6 7.99 -1.987
4 -.206 10 10.26 -.255
5 .914 11 9.87 1.132
6 1.256 11 9.44 1.556
7 -.046 9 9.06 -.057
8 1.566 10 8.06 1.940
9 -.433 9 9.54 -.536
10 .464 10 9.43 .574
11 -.177 10 10.22 -.219
12 -.347 8 8.43 -.429
a. Dependent Variable: Prestasi Hasil Belajar Siswa

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA


Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear
antara dua atau lebih variabel independen (X 1, X2,….Xn) dengan variabel
dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing
variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya
berskala interval atau rasio.

            Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn

Keterangan:
86

Y’                    =    Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)

X1 dan X2       =    Variabel independen

a                      =   Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)

b                      =    Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun


penurunan)

           Tabel. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


87

Persamaan regresinya sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2

Y’ =  4662,491 + (-74,482)X1 + 692,107X2

Y’ =  4662,491 - 74,482X1 + 692,107X2

Keterangan:

Y’        = Harga saham yang diprediksi (Rp)

a          = konstanta

b1,b2    = koefisien regresi

X1        = PER (%)

X2        = ROI (%)


88

Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


- Konstanta sebesar 4662,491; artinya jika PER (X 1) dan ROI (X2) nilainya
adalah 0, maka harga saham (Y’) nilainya adalah Rp.4662,491.
-  Koefisien regresi variabel PER (X 1) sebesar -74,482; artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan PER mengalami kenaikan 1%, maka
harga saham (Y’) akan mengalami penurunan sebesar Rp.74,482.
Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara PER
dengan harga saham, semakin naik PER maka semakin turun harga
saham. 

-  Koefisien regresi variabel ROI (X2) sebesar 692,107; artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan ROI mengalami kenaikan 1%, maka
harga saham (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar Rp.692,107.
Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara ROI
dengan harga saham, semakin naik ROI maka semakin meningkat harga
saham.

Nilai harga saham yang diprediksi (Y’) dapat dilihat pada tabel
Casewise Diagnostics (kolom Predicted Value). Sedangkan Residual
(unstandardized residual) adalah selisih antara harga saham dengan
Predicted Value, dan Std. Residual (standardized residual) adalah nilai
residual yang telah terstandarisasi (nilai semakin mendekati 0 maka model
regresi semakin baik dalam melakukan prediksi, sebaliknya semakin
menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 maka semakin tidak baik model
regresi dalam melakukan prediksi).

A. Analisis Korelasi Ganda (R)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau


lebih variabel independen (X 1, X2,…Xn) terhadap variabel dependen (Y)
secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan
yang terjadi antara variabel independen (X 1, X2,……Xn) secara serentak
terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai
semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat,
sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi
semakin lemah.
89

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi


koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00    -   0,199    = sangat rendah

0,20    -   0,399    = rendah

0,40    -   0,599    = sedang

0,60    -   0,799    = kuat

0,80    -   1,000    = sangat kuat

Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel summary dan


disajikan sebagai berikut

                         Tabel. Hasil analisis korelasi ganda

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0,879.


Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara
PER dan ROI terhadap harga saham.

B.  Analisis Determinasi (R2)

Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan


untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel
independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel
dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase
variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variasi variabel dependen. R 2sama dengan 0, maka tidak
ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan
variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel
90

independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan


sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R 2 sama dengan 1,
maka prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel
independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau
variasi variabel independen yang digunakan dalam model
menjelaskan 100% variasi variabel dependen.

Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel


summary dan disajikan sebagai berikut :

Tabel. Hasil analisis determinasi

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R 2 (R Square)


sebesar 0,772 atau (77,2%). Hal ini menunjukkan bahwa prosentase
sumbangan pengaruh variabel independen (PER dan ROI) terhadap
variabel dependen (harga saham) sebesar 77,2%. Atau variasi
variabel independen yang digunakan dalam model (PER dan ROI)
mampu menjelaskan sebesar 77,2% variasi variabel dependen (harga
saham). Sedangkan sisanya sebesar 22,8% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini.

Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah


disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa
memiliki harga negatif. Menurut Santoso (2001) bahwa untuk regresi
dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R 2 sebagai
koefisien determinasi.
91

Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran


banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y.
Dari hasil regresi di dapat nilai 870,80 atau Rp.870,80 (satuan harga
saham), hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam prediksi harga
saham sebesar Rp.870,80. Sebagai pedoman jika Standard error of
the estimate kurang dari standar deviasi Y, maka model regresi
semakin baik dalam memprediksi nilai Y.

C.  Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)


Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen (X1,X2….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui
apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat
berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan), misalnya dari kasus
di atas populasinya adalah 50 perusahaan dan sampel yang diambil
dari kasus di atas 18 perusahaan, jadi apakah pengaruh yang terjadi
atau kesimpulan yang didapat berlaku untuk populasi yang berjumlah
50 perusahaan.

Dari hasil output analisis regresi dapat diketahui nilai F seperti


pada tabel 2 berikut ini.

Tabel.  Hasil Uji F
92

Tahap-tahap untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut:

1.   Merumuskan Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara PER dan ROI secara
bersama-sama terhadap harga saham.

Ha : Ada pengaruh secara signifikan antara PER dan ROI secara bersama-
sama terhadap harga saham.

2.   Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi menggunakan  = 5% (signifikansi 5% atau 0,05


adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian)

      3.   Menentukan F hitung

Berdasarkan tabel  diperoleh F hitung sebesar 25,465

4.      Menentukan F tabel

Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%,  = 5%, df 1 (jumlah


variabel–1)  = 2, dan df 2 (n-k-1) atau 18-2-1  = 15 (n adalah jumlah kasus
dan k adalah jumlah variabel independen), hasil diperoleh untuk F tabel
sebesar 3,683 (Lihat pada lampiran) atau dapat dicari di Ms Excel dengan
cara pada cell kosong ketik =finv(0.05,2,15) lalu enter.

5.      Kriteria pengujian

- Ho diterima bila F hitung < F tabel

- Ho ditolak bila F hitung > F tabel

6.  Membandingkan F hitung dengan F tabel.

            Nilai F hitung > F tabel (25,465 > 3,683), maka Ho ditolak.

7.  Kesimpulan

            Karena F hitung > F tabel (25,465 > 3,683), maka Ho ditolak, artinya ada
pengaruh secara signifikan antara  price earning ratio (PER) dan return
on investmen (ROI) secara bersama-sama terhadap terhadap harga
saham. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa PER dan ROI secara
bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan di
BEJ.
93

D. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)


Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel independen (X1, X2,…..Xn) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Y).

Dari hasil analisis regresi output dapat disajikan sebagai berikut:

                                       Tabel. Uji t

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:


Pengujian koefisien regresi variabel PER

1.   Menentukan Hipotesis

Ho : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara PER dengan harga
saham.
Ha : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara PER dengan harga saham

2.   Menentukan tingkat signifikansi

            Tingkat signifikansi menggunakan  = 5%

      3.   Menentukan t hitung

Berdasarkan tabel  diperoleh t hitung sebesar -1,259


94

4.   Menentukan t tabel

Tabel distribusi t dicari pada  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat


kebebasan (df) n-k-1 atau  18-2-1  = 15 (n adalah jumlah kasus dan k
adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi           = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,131
(Lihat pada lampiran) atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell
kosong ketik =tinv(0.05,15) lalu enter.

5.   Kriteria Pengujian

Ho diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel

            Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

6.   Membandingkan thitung dengan t tabel

Nilai -t hitung > -t tabel (-1,259 > -2,131) maka Ho diterima

 7.  Kesimpulan

Oleh karena nilai -t hitung > -t tabel (-1,259 > -2,131) maka Ho diterima,
artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara PER dengan
harga saham. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial
PER tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan di BEJ.

Pengujian koefisien regresi variabel ROI

1.   Menentukan Hipotesis

            Ho : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara ROI dengan harga
saham
Ha :    Secara parsial ada pengaruh signifikan antara ROI dengan harga saham

2.   Menentukan tingkat signifikansi

            Tingkat signifikansi menggunakan  = 5%.

      3.   Menentukan t hitung

Berdasarkan tabel  diperoleh t hitung sebesar 5,964

      4.   Menentukan t tabel

Tabel distribusi t dicari pada  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat


kebebasan (df) n-k-1 atau  18-2-1  = 15 (n adalah jumlah kasus dan k
95

adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi


(signifikansi           = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,131.

5.   Kriteria Pengujian

Ho diterima jika -t tabel  t hitung  t tabel

            Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

6.   Membandingkan thitung dengan t tabel

Nilai t hitung > t tabel (5,964 > 2,131) maka Ho ditolak

 7.  Kesimpulan

Oleh karena nilai t hitung > t tabel (5,964 > 2,131) maka Ho ditolak, artinya
secara parsial ada pengaruh signifikan antara ROI dengan harga saham.
Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial ROI
berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan di BEJ.

Daftar Pustaka: 

Arikunto, Suharsimi, “Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek”, Edisi


Revisi V, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Santoso, Singgih, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT.ELEK Media
Komputindo. Jakarta

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian


untuk Bisnis, Penerbit Salemba Empat. 

Alhusin, Syahri, “Aplikasi Statistik Praktis dengan Menggunakan SPSS 10 for


Windows”, Edisi Kedua, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003.

Priyatno, Duwi, “Mandiri Belajar SPSS”, Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Media


Kom, 2008.

Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, Bandung: CV. Alfabeta, 2007.


96

Ghazali, Imam, 2016, “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS
23”,Cetakan kedelapan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Priyatno, Duwi, 2013, “Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS”, Yogyakarta:
Media Kom. 

Priyatno, Duwi, 2014, “SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis”, Edisi 1, Yogyakarta:


ANDI.

Santoso, Singgih, 2013, “Menguasai SPSS 21 di Era Informasi”. PT.ELEK Media


Komputindo. Jakarta.

Sekaran, Uma, 2000. “Research Methods for Business, A Skill Building


Approach”,  New York: John Wiley n Sons

Untuk keperluan diatas, diperlukan hipotesis sebagai berikut :


1. H0 : Tidak ada hubungan linier antara variabel Biaya Kurikulum
Satuan Pendidikan dan Kompetensi Guru dengan Prestasi Belajart
Siswa
2. H1 : Ada hubungan linier antara variabel Biaya Kurikulum Satuna
pendidikan dan Kompetensi Guru dengan Hasil prestasi Belajar
Siswa.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan angka signifikansi sbb:
Jika angka signifikansi penelitian < 0,05; H0 ditolak H1 diterima
Jika angk asignifikan penelitian > 0, 05; H0 diterima H1 ditolak.
97
98
99

ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regressio
6.862 2 3.431 2.237 .163b
n
1
Residual 13.805 9 1.534
Total 20.667 11
a. Dependent Variable: Prestasi Hasil Belajar Siswa
b. Predictors: (Constant), Pembiayaan Kompetensi Guru, Pembiayaan
Kurikulum Satuan Pendidikan
100

c.

Selain variavel variavel diatas, dipertimbangkan pula


pengukuran untuk variabel pembiayaan yang merupakan
identifikasi sumber pendapatan biaya baik dari pemerintah,
masyarakat maupun dari sumber lain (dunia usaha dan dunia
industri)

3. Jenis dan Metode Pengumpulan Data


Dalam usaha pengumpulan data digunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
b. Jenis data
Data primer, yaitu data yang dimbil dari responden
berdasarkan kuesioner maupun wawancara langsung. Data
ini berisi variebel penelitian yang diuji sesuai kerangka
pemikiran yang ada dan telah ditentukan
c. Metode pengumpulan data
i. Studi Kepustakaan
Yaitu penelitian yang dilakkan dengan membaca literature
seperti peraturan dan perudang udangan yang
berhubungan dengan anggaran biaya, RKAS dan RAPBS
ii. Penelitan lapangan
Yaitu penelitian yang dilakukan langsung kepada sumber
sumber terkait untuk memperoleh data tentang biaya
pengembangan kurikulum dan peningkatan biaya
kompetensi guru serta prrstasi hasil belajar siswa. Dalam
melakukan penelitian lapangan, peneliti melakukan :
1. Wawancara
101

Peneliti melakukan pengumpulan data melalui


wawancara dengan kepala sekolah, seksi kurikulum,
guru wali kelas 6 dan bendahara sekolah.
2. Kuesioenr
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
instrumen atau alat penelitian berupa pengisian
kuesioner secara perorangan yaitu dengan
memberikan daftar pertanyaan kepada pendidik,
tenaga kependidikan dan komite sekolah. Metode ini
dilakukan dengan cara memberikan quesioker
mengenai pengaruh pembiayaan standar isi dan
standar pendidik dan tenaga kependidikan terhadap
prestasi hasil belajar siswa. Penyusunandaftar
pertanyaan disusun secara berjenang berdasarkan
skala pengukuran Likert dengan urutan yaitu : 1, 2, 3,
4, 5 danmempunyai kriteria jawaban sebagai berikut :
a. Sangat setuju (SS) = skor 5
b. Setuju (S) = skor 4
c. Netral (N) = skor 3
d. Tidak setuju (TS) = skor 2
e. Sangat tidak setuju (STS) = skor 1
Kebaikan dari penggunaan formattipe Likert ini
adalah adanya keragaman nilai (variability of score)
sebagai akibat penggunaan skala yang berkisar dari 1
-5. Dengan adanyadimensi mutu yang tercermin dalam
daftar pertanyaan pada kuesioner, memungkinkan
pelanggan mengekspresikan tingkat pendapat mereka
dalam pelayanan ;ebih mendekati kenyataan
sebenarnya (Sugiyono, 2005 : 86)

4. Uji Validitas dan Reliabilitas Isntrumen


102

a. Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui/menganalisa
sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukuruannya. Cara menguji validitas
ini dilakukan dengan skor totalnya. Adapun teknik korelasi
yang diharapkan adalah trknik product moment correlation
(arikunto 2006 : 182). Suatu indicator dikatakan valid
apabila besarnya nilai signifikansi < 0,05. Rumus product
moment correlation adalah senagai berikut :
n . ∑ y x1− ( ∑ x 1) (∑ y)
a. r yx =
1
√ n ∑ x1 −¿ ( ∑ x ¿¿¿ 2) ¿¿ ¿ ¿
2
1

n . ∑ y x 2−( ∑ x 2 ) (∑ y )
b. rX =
√ n∑ x 2 −¿ ( ∑ x ¿¿¿ 2) ¿¿ ¿ ¿
Y
1
2
2

n . ∑ y x 2−( ∑ x 2 ) (∑ y )
c. rX =
√ n∑ x 1 −¿ ( ∑ x ¿¿¿2 ) ¿¿ ¿ ¿
X
1 2
2
1

Keterangan :
X = Skor butir
Y = Skor faktor
N = Jumlah responden
Dikatakan valid apabila r hitung lebih besar (>) dati r tabel
( arikunto, 2006 : 182). Apabila nilai r yang diperoleh dari
hasil penghitungan lebih besar dari r tabel, maka berarti ada
korelasi yang nyata antarakedua variebel tersebut sehingga
dapat dikatakan alat pengukur yang digunakan tersebut
valid. Tapi abapila nilai r tabel yang diperoleh dari hasil
perhitungan lebih kecil dari r tabel, maka alat pengukuran
tersebut tidak valid untuk mengukur loyalitas.

b. Reliabilitas
Setelah ditentukan validitas dilanutkan uji reliabilitas, uji ini
hanya dapat dilakukan pada pertanyaan yang dianggap
103

valid. Uji Realibilitas dilakukan untuk mengukur sejauhmana


hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Uji realibiltas
dilakukan dengan uji statistic cronboach alpha (a). Suatu
konstruk diadalakan reliabel jika memberikan nilai alpha
Cronbach > 0, 60 ( Ghoali, 2005 : 42).
Rumusnya adalah :
k ∑ α . b2
rn = [ ][
k−1
1−
α .i 2 ]
Keterangan
r n =¿ reliabilitas instrumen
k =¿ banyaknya butir pertanyaan
∑ α . b 2=¿ jumlah varianbutir
α . i 2=¿ varian butir
Taraf signifikansi = 5 %
Dikatakan reliabel apabila Cronbach alpha lebih besar ( > )
dari 0,06 (Arikunto, 2006 : 193).

a. PPOPULASI DAN SAMPEL


1. Poulasi
Sugiyono (2002 :57) memberikan pengertian bahwa :
“Populasi adalah wilayahgeneralisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang menjadi kuantitas dankarakteristik tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Nazir (1983 :327) mengatakan bahwa :
“Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau
bendanya.” Nawawi (1985 :141) menyebutkan bahwa, “Populasi
adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang
lengkap.” Sedangkan Riduwan (2002 : 3) mengatakan bahwa,
104

“Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil


pengukuran yang menjadi objek penelitian.” Menurut
Sangarimbun, populasi merupakan keseluruhan dari unit/satuan
analisis yang ciri-cirinya akan diduga atau disebut universe.
Pemilihan populasi penelitian erat hubungannya dengan
masalah yang akan dipelajari (Singarimbun,1995 : 152 – 153).
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa, : populasi merupakan ob berkaitan dengan masalah
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar
Negeri di Bandung dengan jumlah seluruhnya tiga 3 buah yang
terdiri dari Sekolah Dasar Negeri A, B dan C.

2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi atau sebagian populasi yang menjadi
subjek penelitian yang dapat mewakili populasi penelitian
(Sugiyono, 2005 : 91). Penelitian ini menggunakan metode
Purposive Sampling (sampel bertujuan), dikenal juga dengan
sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan
peneliti dengan bebebrapa pertimbangan, diantaranya :
kemampuan peniliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana, sempit
luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data, dan besar kecilnya resiko
yang ditanggung.
Berdasarkan pernyataan diatas, sampel penelitian diambil
dari pendidik dan tenaga kependidikan berjumalah 12 orang,
terdiri atas kepala sekolah : 3 orang, bendahara sekolah : 3
orang, guru kelas VI sebanyak 3 orang, dan guru bidang
kurikulum sebanyak 3 orang, dari populasi Sekolah Dasar
Negeri A, B, dan C. Sampel diambil sebanyak 12 karena
105

terbatanya waktu, tenaga, biaya dan faktor- faktor pertimbangan


lainnya.

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Pada tahap uji instrument dilakukan pengujian validitas butir
soal dan perhitungan koefisien realibitas menggunakan
program SPSS. (Lampiran…). Angket yang digunakan peneliti
berupa angket ekuivalen dengan angket yang akan digunakan
pada penelitian. Penelitian terkait pembiayaan merupakan
angket tertutup, hal ini sangat dimungkinkan karene keungan
sekolah adalah permasalahan yang sensitive.
Peneliti dibantu rekan-rekan sesame guru, baik yang seduah
menyelesaikanSD maupun para Kepela sekolah yang sudah
terbiasa dan bendaharadalam menyususn RAPBS.

a. Biaya pada penelitian ini didefinisiakn sebagai jumalah


uang yang diterima dari berbagai sumber yakni sumber
APBN, APBD dan masyarakat dan jumlah uang yang
dipergunakan untuk proses penyelenggaraan
pendidikan
b. Pembiayaan Kurikulum didefinisikansebagai jumlah
uang yang dipergukan untuk pengembangan kurikulum
satuan pendidikan mencakup penyusunan Silabus,
Promes, Prta, dan RPP.
c. Pembiayaan Kompetensi guru pada penelitian ini
didefinisikan sebagai jumlah uang yang digunjakan
untuk peningkatan kompetensi guru yang mencakup
peningkatan kualifikasi akademik, sertifikasi pendidik
dan mengembangan profesi.
d. Prestasi Hasil Belajar Siswa pada penelitian ini
106

didefinisikansebagai prestasi akademik yang


ditunjukkan melalui rata rata nilai Ujian Sekolah (US).
e.
c. Pengukuran
d. Skala Nominal
e. Interval
f. Ordinal
g. Validitas dan Rabilitas Instrumen Penelitian
h. Persyaratan Data

1. POPULASI DAN SAMPEL


ii. Populasi
iii. Sampel

1.

Jenis penelitian yang digunakan dalam ini adalah metode


kuantitif dengan pendekatan survei. Menurut zikmund, (1997)
metode penelitian survei merupakan metode di dalam bentuk dari
suatu teknik penelitian yang mana informasinya dikumpulkan dari
beberapa sampel berupa orang.

. Penelitian ini bertujuan mengataui pengaruh standar isi,


standar pendidik dan tenaga pendidik terhadap prestasi hasil
belajar siswa.. Untuk mendapatkan hasil akhir yang efektif atau
107

signifikan, nilai-nilai tersebut dianalisis dengan menggunkan F


atau menggunakan korelasi parsial.

Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial bidang


pendidikan dimana fokus pembahasan terletak pada berbagai
aspek yang menjadi permasalahan dalam penyelenggaraan
pendidikan yang meliputi kurikulum, kompetensi guru dan motivasi
dikaitkan dengan upaya peningkatan prestasi belajar siswa. Uraian
pembahasannya dijelaskan dengan menggunakan pola pengaruh
antar variabel babas dan terikat.

2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan /mengumpulkan, menyajikan dan menganalisa data
yang diperoleh dari lapangan dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Penelitian survey merupakan penelitian yang dilakukan
pada populasi besar maupun kecil ( Sugiyono 2003 : 43). Data
yang akan dipelajari adalah data sampel yang diambil dari
populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan-hubangan antar variabel.
Dalam peneitian ini, metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah survei lapangan dengan teknik
menyebarkan daftar pernyataan dengan unit analisis stakeholder
yang berjumlah 4920 orang yang terdiri dari 4100 guru dan 820
komite sekolah dan diberikan kepada sampel yang berjumlah 100
orang untuk diminta tanggapannya yang berkisar pada variabel
kurikulum, kompetensi guru, dan prestasi belajar siswa untuk
mendapatkan data primer. Teknik lain yang digunakan adalah
wawancara dengan objek yang berkaitan dengan permasalahan
serta pengamatan langsung di lapangan. Jadi secara umum
metode yang digunakan dalam penelitian ini lebih ditekankan
pada pendekatan kuantitatif, namun juga tidak mengabaikan
108

pendekatan kualitatif.

3. Populasi/Unit Analisis dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah guru dan komite


sekolah pada SD Negeri di Kota Bandung dan unit analisisnya
adalah stakeholder yang meliputi guru dan komite sekolah di SD
Negeri Buahbatu Baru, Cijagra dan Turangga di Kota Bandung.
Dalam penelitian ini siswa tidak diikutsertakan demi mendapat
data primer murni dan siswa bukan merupakan bagian dari
stakeholder. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan
random sampling dengan jumlah sampel yang akan ditarik
sebagai responden penelitian ditentukan dengan rumus Slovin :

N
n=
N . ϵ 2 +1

n = Jumlah populasi menurut stratum


N = Populasi seluruhnya
є = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (10%=0,1)

Dengan rumus diatas besar sampel yang diperoleh sebesar


4100
n=
4100(0,1)2+ 1

4100
¿
42

= 97,62 dibulatkan menjadi 100

4. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas. Dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel
dan diberi simbol :
a. “X1” adalah Biaya Kurikulum Satuan Pendidikan
b. “X2” adalah Biaya Kompetensi guru
109

2. Variabel Terikat. Diberi simbol “Y” dan dalam penelitian ini


sebagai variabel terikat adalah Prestasi Hasil Belajar.
Dari ketiga variabel tersebut dapat digambarkan pola dan
model hubungan antar variabel yang akan diteliti ke dalam
paradigma penelitian sbb :

X1
Y
X2
Gambar 3.1. Model Konstelasi Variabel Bebas (X1, X2)
dengan Variabel terikat (Y)

Keterangan :

X1 = Variabel biaya Kurikulum satuan Pendidikan


X2 = Variabel biaya Kompetensi Guru
Y = Variabel Prestasi Belajar
ry1 = Korelasi antara variabel kurikulum satuan pendidikan
dengan variabel prestasi belajar
ry2 = Korelasi antara variabel kompetensi guru dengan
variabel prestasi belajar.
ry12 = Korelasi bersama antara variabel kurikulum satuan
pendidikan, dan kompetensi guru dengan variabel
prestasi belajar

5. Instrumen Penelitian
d. Variabel Kurikulum Pendidikan
a. Definisi Konseptual
Kurikulum adalah serangkaian rencana
110

pembelajaran yang di sampaikan kepada peserta didik dalam


kurun waktu tertentu untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan.
b. Definisi Operasional
Kurikulum adalah skor total persepsi stake holder tentang
rencana pembelajaran yang di sampaikan kepada peserta
didik dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai
kompetensi yang telah ditentukan diukur dengan
menggunakan skala 5 yaitu sangat setuju (SS), lebih setuju
(LS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS)
dengan skor masing-masing 5,4,3,2,1 untuk pernyataan
positif (favorable) dan skor masing-masing 1,2,3,4,5 untuk
pernyataan negatif (unfoavorable).

c. Kisi-kisi instrumen variabel kurikulum


Kisi-kisi instrumen untuk mengukur variabel kurikulum
adalah kisi-kisi konsep instrumen yang akan diujicobakan
dan hasil uji coba merupakan instrumen final yang
digunakan untuk mengukur variabel kurikulum. Kisi-kisi
instrumen dan sebaran butir untuk mengukur variabel
kurikulum tampak pada tabel dibawah ini :

Rekapitulasi Kegitan Pengembangan Kurikulum dan


Kompetensi Guru dengan prestasi hasil belajar siswa :
SDN Buahbatu Baru

Rekapitulasi Kegitan Pengembangan Kurikulum dan


Kompetensi Guru dengan prestasi hasil belajar siswa :
SDN Buahbatu Baru
111

Kegiatan Pengembangan

Tahun Hasil
No Kompetensi
Anggaran Kurikulum Prestasi
Guru
Siswa

A SD NEGERI BUAHBATU BARU

1 2014 24.800.000,- 36.100.000,- 84.47

2 2015 26.500.000,- 40.750.000,- 82.32

3 2016 28.800.000,- 42.000.000,- 77.08

B SD NEGERI CIJAGRA

1 2014 20.800.000,- 33.100.000,- 83.63

2 2015 24.500.000,- 38.750.000,- 83.50

3 2016 26.800.000,- 39.000.000,- 84.17

C SD NEGERI TURANGGA

1 2014 18.800.000,- 30.000.00,- 82.23

2 2015 20.100.000,- 22.000.00,- 81.40

3 2016 22.500.000,- 26.000.00,- 76.54

Jumlah

Tabel 3.2
112

Kisi-kisi Butir Instrumen


Variabel : Kurikulam Satuan Pendidikan (X1)

Butir Instrumen
(sebelum uji coba) Juml
Dimensi Indikator
ah
(+) (-)

1 2 3 4 5

1. SAP/silabus 1,2,4,5 3
Rencana 2. guru 6,7,8 9
Pembelajara 3. Sarana belajar 18
10,11,12 13
n 4. Metode
14,15,16,18 17
Pembelajaran

1. Alokasi Waktu 19,,20,21,22,2 23


4
2. Lama Belajar 30
Kurun Waktu 25,26,27,28,2 12
9

1. Materi 31,33,34,35 32
Pelajaran 36,37,38,40 39
Kompetensi 15
2. Proses belajar
41,43,44,45 42
3. Evaluasi

Jumlah 36 9 45

e. Variabel Kompetensi Guru


a. Definisi Konseptual
Kompetensi guru adalah penilaian pada seorang
guru dalam menjalankan profesinya berdasarkan kemampu-
an intelektual dan kemampuan fisik yang dimiliki untuk
113

dapat melaksanakan kegiatan mengajar sebagai pendidik


dan pengajar.

b. Definisi Operasional
Kompetensi guru adalah skor total persepsi stake
holder terhadap penilaian pada seorang guru dalam
menjalankan profesinya berdasarkan kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik yang dimiliki untuk dapat
melaksanakan kegiatan mengajar dengan demensi sebagai
pendidik dan pengajar yang diukur dengan menggunakan
skala 5 yaitu sangat setuju (SS), lebih setuju (LS), setuju
(S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) dengan
skor masing-masing 5,4,3,2,1 untuk pernyataan positif
(favorable) dan skor masing-masing 1,2,3,4,5 untuk
pernyataan negatif (unfoavorable).

c. Kisi-kisi instrumen variabel kompetensi guru.


Kisi-kisi instrumen untuk mengukur variabel
kompetensi guru adalah kisi-kisi konsep instrumen yang
akan diujicobakan dan hasil uji coba merupakan instrumen
final yang digunakan untuk mengukur variabel kompetensi
guru. Kisi-kisi instrumen dan sebaran butir untuk mengukur
variabel kompetensi guru tampak pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.3
Kisi-kisi Butir Instrumen
114

Variabel : Kompetensi Guru (X2)

Butir Instrumen

Dimensi Indikator (sebelum uji coba) Jumlah

(+) (-)

1 2 3 4 5

1. Inspirator 1,2,3,4,6 5
2. Korektor 7,8,9,11,12 10,13
Pendidik 3. Motivator 20
14,16,17,18,19 15,20

1. Peneguhan 21,22,24,25 23
2. Teknik 26,27,29,30 28,34,37,45
Mengajar
Pengajar 31,32,33,35 25
36,38,39,40
41,42,43,44

Jumlah 35 10 45

3. Variabel Prestasi belajar


a. Definisi Konseptual
Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang
diperoleh peserta didik setelah menempuh proses kegiatan
pembelajaran yang meliputi peningkatan penguasaan pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

b. Definisi Operasional
Prestasi belajar adalah skor total persepsi stake
holder tentang tingkat keberhasilan yang diperoleh peserta
didik setelah menempuh proses kegiatan pembelajaran yang
115

meliputi peningkatan penguasaan pada dimensi kognitif,


afektif dan psikomotorik yang diukur dengan menggunakan
skala 5 yaitu sangat setuju (SS), lebih setuju (LS), setuju
(S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS) dengan skor
masing-masing 5,4,3,2,1 untuk pernyataan positif (favorable)
dan skor masing-masing 1,2,3,4,5 untuk pernyataan negatif
(unfoavorable).

c. Kisi-kisi instrumen variabel prestasi belajar.


Kisi-kisi instrumen untuk mengukur variabel prestasi
belajar adalah kisi-kisi konsep instrumen yang akan
diujicobakan dan hasil uji coba merupakan instrumen final
yang digunakan untuk mengukur variabel prestasi belajar.
Kisi-kisi instrumen dan sebaran butir untuk mengukur
variabel prestasi belajar kurikulum tampak pada tabel
dibawah ini :

Tabel 3.4
Kisi-kisi Butir Instrumen
Variabel : Prestasi Belajar (Y)

Butir Instrumen

Dimensi Indikator (sebelum uji coba) Jumlah

(+) (-)

1 2 3 4 5

1. Pengetahuan 1, 2, 4 5
Kognitif 2. Pemahaman 6,7,8,10 9 15
3. Analisis
11,12,14,15 13

Afektif 1. Sikap 16,18,19,20 17 15


116

2. Perilaku 21,22,23,25 24
3. Minat 26,28,29,30 27

1. Keterampilan 31,32,34,35 33,36


Psikomotorik 37,38,39 15
2. Kecakapan
40,41,43,44,45 42

Jumlah 36 9 45

6. Uji Coba Instrumen Penelitian (Validitas dan Realibilitas)


1. Pengujian Validitas Instrumen.
Uji validitas dilakukan untuk mendapatkan item-item
instrument yang valid, sehingga data yang dihasilkan adalah
benar-benar valid dengan tepat mengukur apa yang
seharusnya diukur. untuk menguji validitas instrument
digunakan koefisien korelasi antara skor masing-masing butir
pertanyaan dengan skor total > rumus koefisien korelasi
product-moment Pearson sebagai berikut :
n ∑ xy−∑ x ∑ y
r hitung =
√ {n ∑ x −(∑ x ¿ }− {n ∑ y −(∑ y ¿ }
2 2 2 2

Dimana:
r hitung =Koefisien korelasi anta ra tes dan kriteria
∑ Xi=Jumlah sampel menurut statum
∑ yi=Jumlah skor total tiap responden untuk tiap item
n=Jumlah responden
Selanjutnya dilakukan uji-t dengan rumus :

t hitung =r √ n2 : √ 1r 2

Dimana :

r hitung =koefisien korelasihasil r hitung


117

n=Jumlah responden

Kreteria yang digunakan untuk menguji validitas tiap


pernyataan kuesioner adalah bila dikonsultasikan pada tabel
distribusi (tabel-t) dengan taraf kesalahan (alpha) = 0,05 (1,95)
atau 0,01 (0,256) dan derajat kebebasan dk = n-2. Jika nilai t hitung
lebih besar dari t tabel (t hitung >t tabel ) berarti butir pernyataan kuesioner
tersebut adalah valid. Dan Jika nilai t hitung lebih kecil dari
t tabel (t hitung <t tabel ) berarti butir pernyataan kuesioner tersebut adalah
tidak valid. Dalam penelitian ini butir pertanyaan kuesioner yang
tidak valid langsung dikeluarkan dari daftar pernyataan (drop).

Seluruh data yang diperoleh melalui kuesioner dihitung


dengan menggunakan bantuan program SPSS 18 (lihat lampiran).
Dari perhitungan validitas instrument penelitian variabel-variabel
biaya Kurikulum, biaya Kompetensi guru dan Prestasi belajar
diperoleh butir valid dan tidak valid sebagai berikut :

a. Instrumen variabel kurikulum.


Terdapat 71 % dari 45 butir pernyataan, 32 butir
pernyataan dinyatakan valid dan 13 butir pernyataan dinyatakan
tidak valid dan di "drop". item yang di drop antara lain
2,4,5,6,8,9,17,19,23,28,30,42, dan 45 karena memiliki nilai rbitting
yang lebih kecil dari 0,374 (r ¿¿ tabel)¿ atau nilai r hitung <r tabel . Item
pernyataan yang tidak valid tersebut akan di drop atau
dikeluarkan dari daftar pernyataan dalam instrumen. Pengukuran
variabel kurikulum (X1) diperoleh nilai hasil Cronbach's Alpha =
0,956, nilai ini berada diatas batas minimal 0,374 (r ¿¿ tabel)¿
atau dapat dirumuskan bahwa nilai r hitung untuk pernyataan yang
valid (reliable value) n adalah 0,956 (Cronbach's Alpha) > r tabel
(0,374). Sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran
variabel kurikulum (X1) memiliki reliabilitas yang baik.
118

Jadi dari 32 item pernyataan yang terdapat dalam


kuesioner variabel kurikulum (X1) seluruhnya dinyatakan valid dan
reliable. Adapun kisi-kisi instrumen varibel Kurikulum (X1) yang
telah diuji coba dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.5
Kisi-kisi Butir Instrumen Setelah Uji Coba
Variabel : Kurikulam Satuan Pendidikan (X1)
Butir Instrumen

Dimensi Indikator (setelah uji coba) Jumlah

(+) (-)

1 2 3 4 5

1. SAP/silabus 1 3
Rencana 2. guru 7 -
Pembelajara 3. Sarana belajar 10
10,11,12 13
n 4. Metode
14,15,16,18 -
Pembelajaran

3. Alokasi Waktu 20,21,22,24 23


Kurun Waktu 4. Lama Belajar 25,26,27, 29 - 9

1. Materi 31,33,34,35 32
Pelajaran 36,37,38,40 39
Kompetensi 13
2. Proses belajar
41,43,44 -
3. Evaluasi

Jumlah 27 4 32

b. Instrumen variabel Kompetensi Guru


Terdapat 64 % dari 45 butir pernyataan, 29 butir
119

pernyataan dinyatakan valid dan 16 butir pernyataan dinyatakan


tidak valid dan di "drop". Item yang di drop antara lain 1, 3, 5, 6, 7,
9, 11, 13, 16, 17, 19, 23, 27, 35, 38, dan 44 karena memiliki nilai
r hitung yang lebih kecil dari 0,374 (r tabel ) atau r hitung < r tabel . Item
pernyataan yang tidak valid tersebut akan di drop atau dikeluarkan
dari daftar pernyataan dalam instrumen. Pengukuran variabel
Kompetensi guru (X2) diperoleh nilai hasil Cronbach 's Alpha =
0,960, nilai ini berada diatas batas minimal 0,374 (r ¿¿ tabel)¿, atau
dapat dirumuskan bahwa nilai r hitung untuk pernyataan yang valid
(reliable value) n adalah 0,960 (Cronbach 's Alpha) > rtabel (0,374),
sehingga dapat disimpulkan bahwa skala pengukuran variabel
Kompetensi guru (X2) memiliki reliabilitas yang baik.
Jadi dari 31 item pernyataan yang terdapat dalam
kuesioner variabel Kompetensi guru (X 2) seluruhnya dinyatakan
valid dan reliable. Adapun kisi-kisi instrumen varibel Kompetensi
guru (X2) yang telah diuji coba dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6
Kisi-kisi Butir Instrumen setelah ujicoba
Variabel : Kompetensi Guru (X2)
Butir Instrumen

Dimensi Indikator (setelah uji coba) Jumlah

(+) (-)

1 2 3 4 5

1. Inspirator 2, 4 -
2. Korektor 8,12 10
Pendidik 3. Motivator 9
14, 18 15,20
120

4. Peneguhan 21,22,24,25 -
5. Teknik 26,29,30 28,34,37,45
Mengajar
Pengajar 31,32,33 20
36,39,40
41,42,43

Jumlah 22 7 29

c. Instrumen variabel Prestasi belajar.

Terdapat 59 % dari 45 butir pernyataan, 26 butir


pernyataan dinyatakan valid dan 19 butir pernyataan dinyatakan
tidak valid dan di "drop". item yang di drop antara lain 1, 5, 8, 9,
13, 17, 18, 19, 20, 24, 28, 35, 36, 38, 40, 42, 43, 44, dan 45
karena memiliki nilai r hitung yang lebih kecil dari 0,374 (r ¿¿ tabel) ¿
atau r hitung < r tabel . Item pernyataan yang tidak valid tersebut akan di
drop atau dikeluarkan dari daftar pernyataan dalam instrumen.
Pengukuran variabel Prestasi belajar (Y) diperoleh nilai hasil
Cronbach's Alpha = 0,945, nilai ini berada diatas batas minimal
0,374 (r ¿¿ tabel) ¿ atau dapat dirumuskan bahwa nilai r hitung untuk
pernyataan yang valid (reliable value) n adalah 0,966 (Cronbach
's Alpha) > r tabel (0,374), sehingga dapat disimpulkan bahwa skala
pengukuran variabel Prestasi belajar (Y) memiliki reliabilitas yang
baik.

Jadi dari 31 item pernyataan yang terdapat dalam


kuesioner variabel Prestasi belajar (Y) seluruhnya dinyatakan
valid dan reliable. Adapun kisi-kisi instrumen varibel Prestasi
belajar (Y) yang telah diuji coba dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 3.7
121

Kisi-kisi Butir Instrumen setelah ujicoba


Variabel : Prestasi Belajar (Y)
Butir Instrumen

Dimensi Indikator (setelah uji coba) Jumlah

(+) (-)

1 2 3 4 5

1. Pengetahuan 2,3, 4 -
Kognitif 2. Pemahaman 6,7,8,10 - 11
3. Analisis
11,12,14,15 -

1. Sikap 16 -
Afektif 2. Perilaku 21,22,23,25 - 9
3. Minat
26,29,30 27

1. Keterampilan 31,32,34 33
Psikomotorik 37,39 7
2. Kecakapan
41 -

Jumlah 25 2 27

7. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Setelah uji validitas, instrumen penelitian juga diuji
reliabilitasnya untuk mengetahui tingkat reliabilitas keseluruhan item
sebagai satu kesatuan instrumen, sehingga hasilnya dianggap
mewakili aspek-aspek yang diukurnya. Uji reliabilitas instrumen
dilakukan untuk mengetahui tingkat reliabilitas keseluruhan item
sebagai satu kesatuan instrumen, sehingga hasilnya dianggap
mewakili aspek-aspek yang diukurnya. Kata reliability yang
mengandung arti kepercayaan atau keterhandalan. Dalam hal ini
konsep reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat
122

dipercaya, artinya pengukuran-pengukuran terhadap kelompok subjek


yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama.
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat
kaitannya dengan tingkat kesalahan dalam pengukuran (error of
measurement). Pengujian realibilitas instrumen (reliability instrument
variable) menggunakan rumus Alpha Cronbach (Amirsyah, ibid, hal. 8)
:

k
Alpha (r xx) =( ¿¿ )
k−1
Dimana :

Alpha (r xx) = koefisien reliabilitas yang dicari


k = jumlah butir pernyataan atau pertanyaan yang
valid
∑2 = jumlah varians skor butir (variabel X)
σx

σ y2 = varians skor total (variabel Y)

Kemudian untuk menghitung varians menggunakan rumus :


2
σ2 = ∑ x – ¿¿¿¿

Dimana :
σ2 = Varian butir yang dicari
2
∑ x =¿jumlah kuadrat skor setiap butir
¿ ¿jumlah skor setiap butir dikeluarkan
n=¿jumlah responden

Jika nilai r hitung (r ¿¿ xx )¿lebih besar dari r tabel ¿ r tabel ¿ maka


tiap butir pernyataan kuesioner adalah reliable dan jika r hitung lebih
kecil dari atau sama dengan r tabel ¿ r tabel ¿ maka tiap butir pernyataan
kuesioner adalah tidak reliabel dan tidak dapat digunakan sebagai
123

instrumen penelitian, sehingga harus diganti atau direvisi.


Selain itu untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrument
dalam penelitian ini dapat juga dibandingkan dengan katagori tingkat
reliabilitas instrument sebagai berikut :
0,800 – 1,000 = sangat tinggi
0,600 – 0,799 = tinggi
0,400 – 0,599 = sedang
02, 00 – 0,399 = rendah
0,200 = sangat rendah

Jika tingkat reliabilitas instrument menunjukkan katagori


sangat tinggi, tinggi atau sedang maka instrument tersebut dinyatakan
reliable. Sebaliknya jika tingkat reliabilitas intrumen menunjukkan
katagori rendah atau sangat rendah maka instrument tersebut
dinyatakan tidak reliable

8. Teknik Analisis Data


1. Koefisien korelasi sederhana dan berganda
Untuk menghitung koefisien korelasi sederhana digunakan
rumus Product Moment Pearson dengan rumus sebagai berikut:

n . ( ∑ xy )−(∑ X . ∑Y )
r=
√ n ∑ X 2−¿ ¿ ¿
Dimana :
r x , y : Koefisien Korelasi i
n : Jumlah subjek
X : S kor total X
Y :Skor total Y
¿
∑ X 2 :Jumlah Kuadrat Skor X
∑ Y 2 :Jumlah Kuadrat Skor Y
¿
124

Dari hasil rumus koefisien korelasi yang terdapat di atas


dapat diketahui lebih lanjut, yaitu :
rxy 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara X dan Y
kuat dan positif.
rxy -1 atau mendekati 1, maka hubungan korelasinya
dikatakan sangat kuat dan negatif.
rxy 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua
variabel sangat lembah atau tidak berhubungan sama sekali.
korelasinya dikatakan sangat kuat dan negatif.
Selanjutnya untuk dapat memberikan interpretasi seberapa
kuat hubungan antara variabel independen dengan variable
dependen, maka dapat digunakan pedoman sebagai berikut :

Tabel 3.9
Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisien korelas

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Berdasarkan koefisien korelasi yang ditemukan


kemudian dilakukan pengujian signifikansi untuk melihat hubungan
antara dua variable dengan cara mengkonsultasikan pada tabel
Y Product Moment .Bila nilai r hitung lebih besar dari pada nilai r tabel (r hitung > r tabel ),
maka hubungan antara dua variabel adalah signifikan. Sedangkan
bila nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel (r hitung < r tabel ), maka hubungan
tersebut tidak signifikan atau hubungan terjadi karena faktor
kebetulan.
Analisis koefisien korelasi ganda digunakan untuk
125

mengetahui adanya hubungan antara Kurikulum dan Kompetensi


guru secara bersama-sama terhadap prestasi hasil belajar belajar.
_
Untuk menghitung koefisien korelasi ganda digunakan
rumus sebagai berikut :

r yx 1+r yx 2−2 r yx 1 .2 r yx 2 .2r x 1 x 2


R yX 1 , x 2=
√ 1−r x 1 x 2

Keterangan:

R yX 1 , x 2 korelasi ganda antara X 1 dan X2 secara


bersama-sama dengan variabel Y

r yx 1 korelasi sederhana antara X 1 dengan Y

r yx 2korelasi sederhana antara X2 dengan Y.

r x2 korelasi sederhana antara X 1 dengan X2


2. Regresi Linier sederhana
Regresi linear sederhana didasarkan pada hubungan
fungsional atau kausal satu variabel independen dengan satu
variabel dependen. Persamaan umum regresi linier sederhana
adalah:
Y =a+b X
Dimana :
Y = subyek dalam variabel dependen yang
diprediksikan
a = Harga Y bila X = 0 (harga kostanta)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang
menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada variabel idependen. Bila b (+) maka naik,
danbila (-) maka terjadi penurunan.
126

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai a (konstanta)


dan nilai (koefisien) adalah sebagai berikut :
b=n ∑ X 1 y 1−(∑ X 1)¿ ¿ ¿

a=Ý −b X́
Dimana :
a=N ilai Konstanta
Ý =Rata−rata variabel Y
X́ =Rata−rata variabel X

Jadi harga harga b merupakan fungsi dari koefisien korelasi.


Bila koefisien korelasi tinggi, maka harga b juga benar;
sebaliknya bila koefisien korelasi rendah maka harga b juga
rendah (kecil). Selain itu, bila koefisien korelasi negatif,
maka harga b juga negatif; dan sebaliknya koefisien korelasi
positif, maka harga b juga positif.

3. Regresi limier berganda


Apabila regresi linear sederhana didasarkan pada hubungan
fungsional atau kausal satu variabel independen dengan satu
variabel dependen, maka regresi linier berganda didasarkan pada
hubungan fungsional atau kausal dua variabel independen atau
lebih dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi
linier berganda adalah:

Y =a+b1 + X 1+ b2 X 2

Dimana :

Y = Variabel dependen yang diprediksi

a = Konstanta ( harga Y bila X = 0)

b = Koefisien regresi jika nila b < 0 berarti variabel


127

independen mempunyai hubungan berbalik dengan


variabel dependen dan sebaliknya jika nilai b > 0
berarti variabel independen mempunyai bungan
baik.

X = Variabel independen.

Untuk mencari nilai a, b1 dan b2 dapat digunakan formula berikut


ini :

an+ b1 ∑ X 1+ b2 ∑ X 2=∑ Y

a ∑ X 1+ b1 ∑ x 1 + b2 ∑ X 1 X 2=∑ X 1 Y
2

a ∑ X 2+ b1 ∑ X 1 X 2+ b2 ∑ X 2 =∑ X 2 Y
2

Untuk mengetahui apakah garis Y = a + b 1 X1 + b2X2


tersebut limier atau tidak linier, dilakukan uji signifikasi dan lineritas
regresi untuk mencari harga F. Uji signifikasi dan linieritas regresi
dihitung dengan menggunakan program SPSS 18. Untuk
mengetahui apakah garis regresi tersebut linier atau tidak, F hitung
dibangdingkan dengan F tabel dengan taraf signifikasi tertentu (5%).

Sebaliknya jika F hitung > F tabel berarti garis regresi tersebut tidak linier.

4. Hipotesis Statistik
Berdasrakan kajian teori di bab II, maka dapat dirumuskan
hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini yaitu :
a. Ada pengaruh yang signifikan antara biaya kurikulum terhadap
prestasi belajar.
H0 : ρ1 = 0 (tidak ada pengaruh)
H0 : ρ1 ≠ 0 (ada pengaruh)
b. Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi guru terhadap
prestasi belajar.
H0 : ρ1 = 0 (tidak ada pengaruh)
H0 : ρ1 ≠ 0 (ada pengaruh)
128

c. Ada pengaruh yang signifikan antara kurikulum, dan kompetensi


guru terhadap prestasi belajar.
H0 : ρ1 = 0 (tidak ada pengaruh)
H0 : ρ1 ≠ 0 (ada pengaruh)

5. Uji Hipotesis dengan ttest dan Ftest


Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui
apakah variabel independen signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen secara individual untuk setiap variabel. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui nilai t-hitung adalah sebagai berikut:
r n−2
t hitung = √
√ 1−r 2
Setelah didapatkan nilai t-hitung melalui rumus di atas, maka
untuk menginterpretasikan hasilnya berlaku ketetapan sebagai
berikut

a. Jika t-hitung > t-tabel Ho ditolak (ada pengaruh yang


signifikan).
b. Jika t-hitung < t-tabel Ho diterima (tidak ada pengaruh
hubungan yang signifikan).
Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan n-2 pada
level of significance (∝) sebesar 5% atau taraf keyakinan 95%.
Uji hipotesis dengan F-test digunakan untuk menguji
hubungan dua variabel independen secara bersama-sama dengan
variabel dependen.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

R 2 /k
Fh=
(1−R ¿¿ 2)/(N−k −1)¿

Dimana :
129

R2 = koefisien determinasi
K = jumlah variabel independen
N = jumlah sampel
Nilai F-hitung > F-tabel, berarti Ho ditolak, Ha diterima
130

BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskriptif Objek penelitian.


Jakarta Pusat merupakan Jantung di ibukota Negara
Republik Indonesia, dimana kondisi iklimnya relatif panas ratarata
suhu sepanjang tahun 26-270 C, Jakarta Pusat merupakan salah
satu dari lima wilayah kotamadya di DKI Jakarta yang kedudukan
disetarakan dengan Daerah TK. II lainnya. Oleh sebab itu wilayah
Jakarta Pusat mempunyai kekhususan antara lain sebagai pusat
pemerintahan, pusat bisnis dan pusat keuangan serta pusat
perdagangan. Perekonomian wilayah Jakarta Pusat memiliki
potensi besar karena wilayah ini menjadi pusat perdagangan
seperti pasar tanah abang.
Di bidang pendidikan, khususnya pendidikan menengah
setingkat SMA sesuai dengan objek pada penelitian ini, Jakarta
pusat memiliki 52 sekolah SMA negeri/swasta dibawah pembinaan
Suku Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Jakarta Pusat yang
merupakan bagian dari Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah
Provinsi DKI Jakarta. Sudin Dikdasmen Jakpus didukung oleh
tenaga pengajar sebanyak 2321 orang.
Sesuai dengan variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini,
responden dan unit analisis yang dipakai adalah stakeholder yang
terdiri dari para guru dan komite sekolah. Kompetensi guru yang
mengajar di SD Negeri se kota Bandung berdasarkan tingkat
pendidikan sesuai data terakhir adalah tersebar mulai dari lulusan
D1 sampai dengan S-2 dengan mayoritas pendidikan terakhir
mereka adalah Sarjana (S-1) sebanyak 2056 orang atau 88,6 %.
Kemudian untuk kurikulum, saat ini kurikulum yang digunakan
131

adalah kurikulum pada tiga tahun terakhir adalah kurikulum


berbasis kompetensi. Dimana dalam kurikulum ini titik berat proses
belajar mengajar menuntut siswa untuk berperan aktif selama
proses itu berlangsung sehingga diharapkan daya serap yang
dapat diterima siswa dapat maksimal…….
B. Analisis dan Pengujian Hipotesis.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yakni ada
pengaruh antara kurikulum, kompetensi guru dan motivasi
terhadap prestasi belajar siswa, digunakan teknik statistik
analisis regresi. Sebelum dilakkukan pengujian hipotesis,
terlebih dahulu akan dilakukan pengujian persyaratan analisis
yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji linieritas dimana
perhitungan pengujiannya dilakukan dengan menggunakan
software 17 for Windows.
1. Uji Normalitas Data, Analisis Korelasi dan Regresi
a. Analisis Normalitas Data
Uji ini biasanya dilakukan sebelum analisis regresi dan
korelasi yang ditujukan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi baik variabel terikat maupun variabel bebas mempunyai
distribusi normal atau tidak. Terdapat tiga metode uji untuk
melihat normalitas data yaitu : (1) Normal Probability Plot (NPP)
of Regression Standardized Residual; (2) Uji Kolmogorov
Smirnov dan (3) Histogram. Pada naskah tesis ini ditampilkan
metode uji normalitas data yaitu NPP of Regression Standardized
Residual.
1) NPP Variabel Kurikulum (X1) Terhadap Variabel
Prestasi Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal. Hal ini berarti bahwa model
regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel terikat
132

(Prestasi Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel


kurikulum (X1). Jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.1. Grafik NPP Regression Standardized Residual


Variabel Kurikulum Terhadap Variabel Prestasi Belajar Siswa
2) NPP Variabel Kompetensi Guru (X2) Terhadap
Variabel Prestasi Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal berarti bahwa model regresi layak
digunakan untuk memprediksi variabel terikat (Prestasi
Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel kompetensi
guru (X2). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal
dan/atau mengikuti garis diagonal maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.2. Grafik NPP Regression Standardized Residual


Variabel Kompetensi Guru (X2) Terhadap Variabel Prestasi Belajar
Siswa

3) NPP Variabel Motivasi (X3) Terhadap Variabel


Prestasi Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal berarti bahwa model regresi layak
digunakan untuk memprediksi variabel terikat (Prestasi
Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel motivasi
(X3). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal
dan/atau mengikuti garis diagonal maka model regresi
133

memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.3. Grafik NPP Regression Standardized


Residual Variabel Motivasi (X3) Terhadap Variabel Prestasi
Belajar Siswa
4) NPP Variabel Kurikulum (X1) dan Kompetensi
Guru (X2) secara simultan/bersama-sama Terhadap Variabel
Prestasi Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal berarti bahwa model regresi layak
digunakan untuk memprediksi variabel terikat (Prestasi
Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel kurikulum
dan kompetensi guru secara bersama-sama. Jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.4. Grafik NPP Regression Standardized Residual


Variabel Kurikulum dan Kompetensi Guru Terhadap Variabel
Prestasi Belajar Siswa
5) NPP Variabel Kurikulum (X1) dan Motivasi (X3)
secara simultan/bersama-sama Terhadap Variabel Prestasi
Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal berarti bahwa model regresi layak
digunakan untuk memprediksi variabel terikat (Prestasi
Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel kurikulum
dan motivasi secara bersama-sama. Jika data menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
134

Gambar 4.5. Grafik NPP Regression Standardized Residual


Variabel Kurikulum dan Motivasi Terhadap Variabel Prestasi
Belajar Siswa

6) NPP Variabel Kompetensi Guru (X2) dan


Motivasi (X3) secara simultan/bersama-sama Terhadap
Variabel Prestasi Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal berarti bahwa model regresi layak
digunakan untuk memprediksi variabel terikat Prestasi
Belajar Siswa berdasarkan masukan variabel kompetensi
guru dan motivasi secara bersama-sama. Jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.6. Grafik NPP Regression Standardized Residual


Variabel Kompetensi Guru dan Motivasi Terhadap Variabel
Prestasi Belajar Siswa
7) NPP Variabel Kurikulum (X1), Kompetensi Guru
(X2) dan Motivasi (X3) secara simultan/bersama-sama
Terhadap Variabel Prestasi Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik)
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya
mengikuti garis diagonal berarti bahwa model regresi layak
digunakan untuk memprediksi variabel terikat (Prestasi
Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel kurikulum,
kompetensi guru dan motivasi secara bersama-sama. Jika
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
135

Variabel : Kurikulum
PILIHAN SKALA
NO PERNYATAAN
SS LS S TS STS
1 2 3 4 5 6 7
1
Proses pembelajaran
berpedoman pada
SAP/silabus.
2 Silabus disusun secara
sistematis dan terperinci.
3
Silabus hanya akan membatasi
ruang gerak dan waktu guru.
Sarana belajar yang memadai
4. perlu dipersiapkan sebelum
proses belajar mengajar
dilaksanakan.
Media belajar sebagai salah
5. satu
sarana belajar perlu
dioptimalkan
6. Penyiapan sarana belajar
penting sebelum proses
pembelajaran dilaksanakan.
Sarana belajar bukan
7
merupakan hal
pentingyang perlu dipersiapkan
da-
lam penyusunan rencana
Karakteristik materi, siswa dan
8. alo-
kasi menjadi perhatian dalam
penggunaan metode
Metode pembelajaran yang
9. akan digunakan harus memuat
secara terperinci termasuk
pembagian waktunya.
Penetapan metode
10. pembelajaran juga harus
memperhatikan rencana
aktivitas siswa.
Metode pembelajaran harus
11. disadari sebagai faktor yang
menentukan dalam
keberhasilan penyampaian
Kegiatan sekolah sampai sore
12. bukan
merupakan hambatan
berarti bagi untuk
13. Siswa perlu waktukhusus
dirinya sendiri.
136

Perlu adanya pembagian


14. waktu yang seimbang antara
pemenuhan kebutuhan untuk
sekolah dengan pemenuhan
kebutuhan lainnya.

22

1 2 3 4 5 6 7
Alokasi kebutuhan waktu
1 5 . pembe-
lajaran memperhatikan rencana
pembelajaran dan kompetensi
yang ditetapkan.
Kurun waktu yang disediakan
1 6 . untuk belajar di tingkat SMA
dinilai sudah cukup.
Pengalokasian waktu lama
1 7 . belajar juga sangat ditentukan
oleh keluasan dan kedalaman
materi
Lama yang akandinilai
diberikan.
belajar cukup
apabila siswa sudah
18
mengalami perubahan tingkah
laku sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan.
Lamanya waktu yang diberikan
19. untuk menempuh jenjang
pendidikan SMA sudah cukup.
Materi pelajaran yang akan
20. disampaikan harus mengacu
kepada kompetensi yang
ditetapkan.
Aspek kompetensi
(pengetahuan, sikap
21 dan keterampilan) yang
ditetapkan
tidak hams disesuaikan dengan
Keluasan dan kedalaman
22 materi men-jadi hal pokok yang
perlu diperhatikan
sesuai dengan standar
kompetensi
Penentuan materi pelajaran
23. merupakan hal yang penting
dalam penyusunan kurikulum.
Materi pelajaran yang telah
ditetapkan harus tersampaikan
24 seluruhnya kepada
siswa agar dapat mencapai
kompe-
137

Pelaksanaan proses
25. belajar hams
mengacu kepada kompetensi
yang
Proses belajar sebaiknya
26. dilaksanakan sesuai ketetapan
dalam kurikulum agar
kompetensi yang ditetapkan
Proses belajar yang
27. kondusif dan
sesuai kondisi siswa akan
mempermudah pencapaian

1 2 3 4 5 6 7
Aspek kompetensi
28 (pengetahuan, sikap
dan keterampilan) yang
ditetapkan
harus disesuaikan dengan
Proses belajar dapat
29. dilaksanakan apa adanya asal
materi tersampaikan se-
muanya.
Hams ada kesesuaian antara
30. evaluasi yang dilaksanakan
dengan kompetensi yang
ditetapkan.
Aspek-aspek yang akan
31. dievaluasi
harus memperhatikan
kompetensi yang
32 Yang akan dievaluasi hams
diyakinkan bahwa materinya
sudah disampaikan.
Variabel : Kompetensi
Guru
PILIHAN SKALA
NO PERNYATAAN
SS LS S TS STS
1 2 3 4 5 6 7
Perbedaan individu
1 siswa perlu
mendapat perhatian dari guru
sehingga inspirasi yang
2 kepada siswa akan
diberikan
Guru
sumberhams dapatbagi
inspirasi menjadi
siswanya.
3 .
138

Pola tingkah laku guru


4 . sebagai teladan bagi
siswa.Siswa tidak hams
menumti koreksi yang
Semua koreksi yang diberikan
5 guru kepada siswa hams
dapat memberikan kontribusi
dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
6 Guru hams dapatmemberikan
motivasi kepada siswanya.
Kemampuan guru dalam
7. memberikan
motivasi tidak ada kaitannya
dengan
Sebagai pendidik, motivasi
8 dari guru sangat dibutuhkan
siswa.

24

1 2 3 4 5 6 7
Guru tidak perlu memberikan
9 . motivasi
kepada siswa, karena siswa
sudah
Guru harus dapat
1 0 . membangkitkan
siswa untuk berpartisipasi
selama
Pelibatan diri siswa selama
1 1 . proses
pembelajaran perlu
dibangkitkan
dengan guru memberikan
12. Pujian merupakan salah satu
peneguhan yang harus
mampu diberikan guru.
Informasi keberhasilan
1 3 . siswa perlu
disampaikan oleh guru kepada
siswahams
sebagai salah satu
1 4 .Guru mampu
mengorganisasikan bahan-
bahan pengajaran.
Kemampuanperencanaan
1 5 . penge-
lolaan kelas tidak harus
dimiliki oleh seorang
Guru harus mampuguru.
1 6 .merencanakan
penggunaan media dan
sumber
17 Guru harus mampu
mendeskripsikan tujuan
pembelajaran.
139

Guru hams mampu


1 8 . menyusun
perangkat penilaian untuk
kepentingan pembelajaran.
Guru harus mampu
1 9 . menggunakan meto-de
pembelajaran yang relevan
dengan tujuan yang ditetapkan.
Guru harus mampu
2 0 . menunjukkan
penguasaan suatu materi
selama
Metode proses pembelajaran.
pembelajaran bukan
2 1 . merupakan hal yang penting
untuk direncanakan..
Guru hams mampu
2 2 . mengevaluasi
kegiatan
pembelajaran yang
Umpan balik tidak diperlukan
2 3 . dalam
kaftan evaluasi yang telah
dilak-

25

1 2 3 4 5 6 7

24 Guru harus mampu


mengalokasikan waktu sesuai
kebutuhan.
Guru harus mampu
25. menggunakan bahasa yang
dimengerti sesuai tingkat
pemahaman siswa.
Guru hams mampu
26. memperbaiki
program pembelajaran apabila
dipandang perlu.
Guru harus mampu menyusun
27. soal untuk evaluasi dengan
berbagai tingkat kesukaran
yang bervariasi.
28 Guru hams mampu mengolah
dan menganalisis hasil
penilaian evaluasi.
29 Guru tidak perlu
menindaklanjuti hasil
penilaian.

26

1 2 3 4 5 6 7
140

Kegiatan pembelajaran yang


9 dilaksa-
nakan harus dapat
mempermudah
dalam menempuh kehidupan
10. Kemudahan hidup dimasa yang
akan depan datang dengan
sendirinya.
Kesulitan yang mungkin
11. dihadapi
dalam kehidupan kita tidak
akan
terjadi apabila kita
Salah satu motivasi untuk
12 melaksanakan proses
pembelajaran
adalah meraih kehidupan yang
lebih baik di masa datang.
Salah satu motivasi orang tua
13. menyekolahkan anak adalah
agar is memperoleh kehidupan
yang lebih baik di masa yang
akan datang.
Guru, orang tua dan
14. masyarakat
mengharap anak didiknya
meraih kehidupan yang baik di
masa yang
Duniaakan datang.
pendidikan
15. mempersiapkan
anak didiknya untuk
menempuh kehidupanakandi masa
Kemampuandiri
16. meningkat
dengan sendirinya tanpa perlu
adanya kerja keras.
17 Perlu adanya motivasi untuk
selalu ingin meningkatkan
kemampuan.
Kemampuan diri akan
18
meningkat apabila ada usaha
dan motivasi.
Salah satu hat yang membuat
19. kita termotivasi dalam
melakukan pekerjaan adalah
adanay peluang untuk kita
dapat meningkatkan
Kemampuan kita tidak akan
19.
meningkat apabila kita
mengerj akan sesuatu tidak
dengan baik.
Peningkatan kemampuan diri
21. akan datang tanpa harus kita
bekerja keras.
Pemenuhan kebutuhan
22. biologis salah satunya adalah
meningkatkan kemampuan diri
kita.
141

1 2 3 4 5 6 7
Motivasi dalam bekerja dapat
23. diartikan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan diri
kita.
Kegiatan mengajar bagi guru
24. dapat
juga meningkatkan
Harga kemampuan
diri yang dimiliki guru
25. dapat
meningkatkan kemampuan
untuk
26 Dalam suatu proses,
keberhasilan
dapat meningkatkan harga diri.
Motivasi guru dan orang tua
27. dalam
menyekolahkan anaknya
terkait
Harapan yang diinginkan guru
28 dan orang tua terkait dengan
pemenuhan kebutuhan
psikologis adalah sesuatu hal
yang wajar.
Harga diri tidak diperlukan
29 dalam proses belajar mengajar
karena tidak akan memotivasi
siswa untuk belajar lebih giat
Harga diri akan meningkat
30. apabila kita bertindak dengan
baik
Gurudan benar.
memerlukan
31. pengakuan dari
semua pihakyang terlibat
dalam
32 Secara psikologis pengakuan
dapat meningkatkat kinerja.
Variabel : Prestasi belajar siswa
PILIHAN SKALA
NO PERNYATAAN
SS LS S TS STS
1 2 3 4 5 6 7
Pengetahuan diperlukan siswa
1
dalam menerima pelajaran
yang diaerikan
agar dapat menyelesaikan
suatu
Ingatan yang baik dari siswa
dalam
2
' menerima pelajaranmerupakan
kelebihan siswa yang
berprestasi

28
142

1 2 3 4 5 6 7
Siswa yang tertinggal memiliki
3. ingatan yang kurang baik dan
sering lupa dengan pelajaran
yang diterimanya
Pemahaman yang diterima
4 siswa
dalammencapai prestasibelajar
merupakansalah satu tujuan
dari
Pemahaman yang dimiliki
5. guru juga
perlu dimiliki siswa setelah
proses
Pemahamansiswa tentang
6. sistem
pembelajaranyang diberikan
guru
Prestasi belajar yang didapat
7. siswa dalam belajar
merupakan keberha-
silansemua unsure
Tingkat aplilkasi yangtermasuk
didapat
8. siswa
setelahproses pembelajaran
juga
Tingkat aplikasi yang baik
9. yang diberikan guru kepada
siswa akan menjadi modal
utama siswa dikemudian hari
Analisis yang dibuat siswa
10. dalam
menyelesaikan suatu
persoalan perlu mendapatkan
11. Siswa memerlukan sintesis
dari guru agar is dapat
berprestasi.
Siswa dalam mencapai
12. prestasi belajar yang baik
perlu memiliki sikap yang
bertanggung jawab.
Perilaku yang baik dan sopan
13. siswa
dari dapat menjadi salah satu
indikator prestasi yang telah
Perilaku siswa di sekolah
14.
hams sopan dan patuh
kepada
Perilakuguru.
siswa yang tidak baik
jangan dicontoh oleh siswa
15. yang lain agar
prestasi belajar disekolah tidak
menurun.
Perubahan perilaku
16. siswa sangat
diharapkan dalam proses
pembelajaran
143

29

1 2 3 4 5 6 7
Minat belajar yang dimiliki siswa
17 merupakan suatu motivasi dari
guru dalam mencapai prestasi
belajar yang baik
Minat siswa dalam dalam
1 8 . mengikuti proses pembelajaran
tidak berpengaruh terhadap
prestasi.
Minat siswa dalam mengikuti
19. proses
pembelajaran dapat
mempermudah
guru dalam
Minat siswamenyampaikan
merupakan salah
20. satu
indikator keberhasilan guru
dalam
Keterampilan dalam
21 mengerjakan
pekerjaan bagi siswa
merupakan
tindakan yang harus dilakukan
Keterampilan bergerak dan
22 bertindak merupakan
keterampilan yang dimiliki
siswa dalam mengasah
aspek
Keterampilan bergerak dan
23. bertindak
tidak perlu dimiliki siswadalam
mengerjakan pekerjaannya
Guru dalam memberimateri
24 pengajaran berusaha
membangkitkan keterampilan
bergerak dan bertindak bagi
siswanya
Guru harus memiliki
25. keterampilan
bergerak dan bertindak satu
tingkat diatas siswa.
Untuk memacu meningkatkan
26. aspek motorik siswa hams
diajarkan dengan metode
praktek.
Kecapakan siswa dalam
27. belajar sangat dipengarui oleh
kecapan guru dalam
memberikan materi pelajaran
Mohon tuliskan saran dan komentar dibawah ini :

PENGANTAR PENGISIAN QUESIONER


144

Assalamualaikum Wr. Wb.


Saya mahasiswa Pasca Sarjana Universita Indonesia, program Strata-2
Pengkajian Ketahanan Nasional saat ini sedang melakukan penelitian
dengan judul "Pengaruh Kurikulum, Kompetensi Guru dan Motivasi
Terhadap Prestasi Belajar Siswa" guna mendapatkan gambaran tentang
berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dimana faktor-
faktor yang dipilih dalam penelitian ini adalah kurikulum, kompetensi guru
dan motivasi. Kaitan penelitian ini dengan ketahanan nasional adalah
dalam hal penyiapan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas.
Dengan sumberdaya manusia yang berkualitas diharapkan Indonesia
mempunyai ketahanan yang baik untuk dapat bersanding dengan negara-
negara lain. Untuk itu kami membutuhkan persepsi dari bapak/ibu yang
diberikan dalam jawaban pernyataan yang diajukan. Dengan menggunakan
metode tertentu bapak/ibu telah terpilih sebagai responden dalam penelitian
ini.
Bapak/Ibu diminta/diharapkan untuk mengisi sejumlah pernyataan-
pernyataan yang terdapat pada lembaran berikut ini. Segala informasi yang
diberikan dijamin kerahasiaannya berdasarkan kode etik penelitian dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini. Saya harapkan
Bapak/Ibu dapat mengisi semua pernyataan-pernyataan sesuai dengan
persepsi masing-masing tanpa ada pengaruh dan tekanan dari pihak
manapun. Setiap jawaban yang Bapak/Ibu berikan adalah merupakan
sesuatu yang sangat berharga dan tidak akan ada pengaruh atau akibat
apapun kepada diri Bapak/Ibu.
Akhirnya atas segala bantuan dan kerjasama yang Bapak/Ibu berikan saya
mengucapkan banyak terima kasih dan mudah-mudahan keterangan yang
Bapak/Ibu berikan bermanfaat dan untuk itu sekali lagi saya ucapkan terima
kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2011
Peneliti

Petunjuk Pengisian

Isilah jawaban dari pernyataan berikut ini sesuai dengan persepsi dan
pengetahuan Bapak/Ibu. Jawablah pada skala atau garis jawaban yang
sudah disediakan dan hendaknya merupakan pendapat pribadi, bukan
pendapat orang lain atau pendapat umum. Cukup menulis tanda X, pada
bagian jawaban yang dianggap sesuai dengan pendapat/persepsi
Bapak/Ibu. Skala nilai yang digunakan adalah sebagai berikut :
145

1 . SS = Sangat Setuju
2 . LS = Lebih Setuju
3 . S = Setuju
4 . TS = Tidak Setuju
5 . STS Sangat Tidak
Setuju

Contoh r-4
:
(bobot skor : 5 )
(bobot skor : 4) Fr
(bobot skor : 3) 1
11101
(bobo t sko r : 2) to r (bo bot skor : 1 1 .4
No PERNYATAAN PILIHAN SKALA
S S L S S T S S T S
1. Kurikulum yang digunakan sudah x
sesuai untuk pencapaian kompetensi.

Dengan membubuhi tanda "X" pada kolom LS, berarti Bapak/Ibu Lebih
Setuju dengan pernyataan tersebut.

HASIL ANALISIS REGRESI VARIABEL

a. Regresi Sederhana Variabel Xl Terhadap Variabel Y

b
Model Summary
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 .716a .513 .508 11.102
a. Predictors: (Constant), KURIKULUM
b. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

ANOVA?
Sum of
Model Squares df Mean F Sig.
146

1 12734.48 1 12734.484 103.310 .000a


4
Residual 12079.95 98 123.265
Total 6
24814.44 99
a. 0
Predictors: (Constant), KURIKULUM
b. Dependent Variable: PRESTASI
BELAJAR SISWA

Unstandard Standar
Coefficient Coeffici Collineari
Model s
B ents
Std. Beta t Statistics
Sig. Tolera VIF
1(Constant) 19.6 8.601 2.284 .025
KURIKULUIV .673 .066 .716 10.16 .000 1.000 1.00
a. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR4 SISWA 0

a
Collinearity Diagnostics

Condition Variance
Model Eigenval Index (Constan KURIKULU
1 1.992 1.000 .00 M
.00
2 .008 15.429 1.00 1.00

a. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWAHASIL ANALISIS


REGRESI VARIABEL

a. Regresi Sederhana Variabel Xl Terhadap Variabel Y

b
Model Summary
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 .716a .513 .508 11.102
a. Predictors: (Constant), KURIKULUM
b. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

ANOVA?
Sum of
Model Squares df Mean F Sig. a
1 12734.48 1 12734.484 103.310 .000
4
Residual 12079.95 98 123.265
Total 6
24814.44 99
0
147
a.Predictors: (Constant), KURIKULUM
b.Dependent Variable: PRESTASI
BELAJAR SISWA

Unstandard Standar
Coefficient Coeffici Collineari
Model s
B ents
Std. Beta t Statistics
Sig. Tolera VIF
1(Constant) 19.6 8.601 2.284 .025
KURIKULUIV .673 .066 .716 10.16 .000 1.000 1.00
a. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR4 SISWA 0

a
Collinearity Diagnostics

Condition Variance
Model Eigenval Index (Constan KURIKULU
1 1.992 1.000 .00 M
.00
2 .008 15.429 1.00 1.00
a. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

33
Residuals Statistics a
Minim Maximu Mean Std. N
Predicted Value 84.23 123.25 106.34 11.342 100
Std. Predicted -1.949 1.491 .000 1.000 100
Value
Standard Error of
Predicted Value 1.110 2.442 1.534 .337 100
Adjusted Predicted 84.65 123.30 106.34 11.341 100
Value
Residual -34.162 20.893 .000 11.046 100
Std. Residual -3.077 1.882 .000 .995 100
Stud. Residual -3.098 1.909 .000 1.003 100
Deleted Residual -34.635 21.651 .001 11.230 100
Stud. Deleted -3.245 1.936 -.001 1.014 100
Residual
Mahal. Distance .000 3.799 .990 .898 100
Cook's Distance .000 .079 .008 .012 100
Centered Leverage .000 .038 .010 .009 100
a.Value
Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

Normal P-P Plot of Regression Standard Residual


Na 
Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA
148
Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA
m 0O O O b00 O O
0 0O 0 0
OO O O O00
O 4O O O O0
00OO® 6 o O 6 0 O O0° O °O b
O OO 0 ,°00
m 0 °O
0 Oo 0 0 8
o 0 O
0

2 -1 1 2
Regression Standardized Predicted Value

b. Regresi Sederhana Variabel X2 Terhadap Variabel Y

b
Model Summary
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 .801a .641 .638 9.532
a. Predictors: (Constant), KOMPETENSI GURU
b. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

b
ANOVA
Sum of
Model Squares df Mean F Sig.
1 15910.22 1 15910.221 175.1 . 8
1
Residual 8904.219 98 90.859 08 000
Total 24814.44 99
a. 0
Predictors: (Constant), KOMPETENSI GURU
b. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA U

Coefficient%
Unstandardi Standard
Coefficient Coefficie ' ;  Collineari
Model s
B Std. Beta nts t Statistics
Sig. Tolera VIF
1 (Constant) 7.83 7.505 1.043 .299
KOMPETEN 0. .060 .801 13.23 .000 1.000 1.00
SI GU
a. Dependent 796PRESTASI BELAJAR SISWA
Variable: 3 0

Collinearity Diagnostics a
149

Variance
Conditio KOMPETE
Model Eigenval Index (Consta GURU
1 ue
1.992 1.000 nt)
.00 .00
2 .008 15.683 1.00 1.00
a. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA
Residuals Statistics a
Minimu Maximu Mean Std. N
Predicted Value 84.98 131.38 106.34 13.353 100
Std. Predicted -1.599 1.875 .000 1.000 100
Value
Standard Error of
Predicted Value .855 1.824 1.170 .305 100
Adjusted Predicted 85.17 131.78 106.37 13.371 100
Value
Residual -26.405 27.778 .000 8.506 100
Std. Residual -3.089 3.249 .000 .995 100
Stud. Residual -3.120 3.290 -.002 1.005 100
Deleted Residual -26.935 28.482 -.032 8.671 100
Stud. Deleted -3.270 3.471 -.002 1.023 100
Residual
Mahal. Distance .001 3.516 .990 1.048 100
Cook's Distance .000 .152 .010 .023 100
Centered Leverage .000 .036 .010 .011 100
Value
Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

Q
c 1g pco_ _ O
8 O O aO QQ 0 o Q
Q
b 0o O O · i O Q 0 0
O ®O e D Qg ° O0
0
 Q
O
D~ OO 
co
O

Regresi Berganda Variabel X1 dan X2 Secara Simultan Terhadap


Variabel Y

b
Model Summary
Adjusted Std. Error of
Model R R Square R Square the Estimate
1 .804a .647 .639 9.509
a. Predictors:
KOMPETENSI (Constant),
KURIKULUM GURU,

a. Dependent Variable: PRESTASI

BELAJAR
150

SISWA

ANOVA?
Sum of
Model Squares df Mean F Sig. a
1 16042.94 2 8021.472 88.706 .000
4
Residual 8771.496 97 90.428
Total 24814.44 99
0
a.Predictors: (Constant), KOMPETENSI GURU, KURIKULUM
b.Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWAT

LI OA
Coefficient%
Unstandardiz Standar
ed dized Colline Statist
Model B Std. Beta t Sig. Tolera VIF
Error
1 (Constant) 5.507 7.729 .712 .478 nce
KURIKULUM .129 .106 .137 1.211 .229 .284 3.516
KOMPETEN .680 .112 .685 6.049 .000 .284 3.516
a. SI GUF
Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR S SWA B

Collinearity Diagnostic%

Variance Proportions
Conditi KOMPETE
Model Eigenva on (Consta KURIKUL
Index GURU NSI
Dimension
1 lue 1.000
2.987 nt)
.00 UM
.00 .00
2 .010 17.169 1.00 .08 .07
3 .003 34.398 .00 .92 .93
a. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

Residuals Statistics a
Minim Maximu Mean Std. N
Predicted Value um
81.67 m 106.34 12.730
123.23 Deviation 100
Std. Predicted -1.938 1.327 .000 1.000 100
Standard
Value Error of
Predicted Value .957 2.869 1.610 .349 100
Adjusted Predicted 81.45 123.17 106.34 12.725 100
Value
Residual -29.462 19.339 .000 9.413 100
Std. Residual -3.098 2.034 .000 .990 100
Stud. Residual -3.130 2.078 .000 1.003 100
Deleted Residual -30.074 20.193 -.001 9.668 100
Stud. Deleted -3.284 2.115 -.003 1.019 100
Residual
Mahal. Distance .014 8.024 1.980 1.346 100
Cook's Distance .000 .068 .009 .014 100
151

Centered Leverage .000 .081 .020 .014 100


Value Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

a. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


Dependent Variable: PRESTASI
BELAJAR SISWA
-0-080
cw
0.2 0.4 O. 0.8 1.0
Observed Cum Prob

;•• r Ir..).„1:
Scatterplot

o a n
0 q o ° o  
m 
° ° O r y , crab B
Bo 'Po 000 ° °° 1ao cos,
0
m B   °
C a
q 
0 0°
0
0 0

_2 0 1 2
Regression Standardized Predicted Value

1. Populasi/Unit Analisis dan Teknik Pengambilan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah guru dan komite
sekolah pada SD Negiri di Bandung dan unit analisisnya adalah
152

stakeholder yang meliputi guru dan komite sekolah di SD Negeri


di Bandung.

2. Populasi dan Sampel Penelitian


d. Populasi Data Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan dari unit/satuan analisis
yang ciri-cinya akan diduga atau disebut universe. Pemilihan
populasi penelitian erat hubungannya dengan masalah yang akan
dipelajari (Singarimbun,1995:152-153). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh Pendidik dan tenaga kependidikan di Satuan
Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar Negeri yang jumlahnya 3 buah
yaitu SD Negeri Buahbatu Baru, SD Negri Cijagra Dan SD Negeri
Turangga Kota Bandung.

e. Sample Penelitian
Sampel: merupakan sebagian dari populasi yang
diharapkan dapat menggambarkan sifat-sifat dari populasi yang
bersangkutan. Pertimbangan dalam menentukan besarnya sampel
adalah: (1) derajad keseragaman populasi, tingkat presisi yang
dikehendaki, (3) rencana analisis, dan (4) tenaga, biaya, dan waktu
yang tersedia (Singarimbun,1995:150-152).
Teknik pengmbilan sampel menggunakan metode
purposive sampling (pengambilan sampel bertujuan). Kriteria
purposive sampling yaitu : sekolah yang telah melaksanakan Ujian
Nasional (UN)/Ujian Sekolah (US). Sampel pada sekolah negeri
tingkat satuan pendidikan Dasar (SD) di Kota Bandung dengan
responden pendidik dan tenaga kependidikan dan stakeholder lain
yang berkepentingan dalam pengembangan prestasi hasil belajar
siswa.
Dengan pertimbangan bahwa jumlah populasi 631
sekolah, maka dalam penelitian ini yang dijadikan sampel
153

adalah 3 sekolah, atau dengan kata lain penelitian ini adalah


penelitian probality sampling dengan metode Simple Random
sampling.

Tabel 3.1a.
Data Rata-rata Nilai US/M Siswa SD Negeri Buahbatu Baru
Kota Bandung Tahun 2013/2014 s.d. 2015/2016

Rata Rata
No Taun Pelajaran
Bhs. Indo Mat IPA
1 2 3 4 5
1 2013/2014 82.50 87.50 83.40
2 2014/2015 83,00 84,06 79,90
3 2015/2016 75,56 74,24 81,45

Tabel 3.1b
Data Rata-rata Nilai US/M Siswa SD Negeri Cijagra
Kota Bandung Tahun 2013/2014 s.d. 2015/2016

Rata Rata
No Taun Pelajaran
Bhs. Indo Mat IPA
1 2 3 4 5
1 2013/2014 81.00 86.50 83.40
2 2014/2015 78.00 87.50 85.00
3 2015/2016 80.00 87.50 85.00

Tabel 3.1c
Data Rata-rata Nilai US/M Siswa SD Negeri Turangga
Kota Bandung Tahun 2013/2014 s.d. 2015/2016

Rata Rata
No Taun Pelajaran
Bhs. Indo Mat IPA
1 2 3 4 5
1 2013/2014 80.60 83.75 82.34
2 2014/2015 83.36 82.90 77.95
3 2015/2016 74.67 75.30 79.64
154

3. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009) variabel penelitian pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Kidder (1981) variabel adalah suatu kualitas
(qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya. Hatch & Farhady (1981) variabel merupakan atribut
seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang
dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
Karlinger (1973) variabel merupakan konstruk atau sifat yang akan
dipelajari. Sedangkan menurut Kumar (1999) variabel merupakan
konsep yang dapat diukur dan memiliki variasi hasil pengukuran
sehingga dapat dikatakan bahwa variabel merupakan operasionalisasi
dari konsep sehingga dapat dinilai dan diukur. Variabel dapat
didefinisikan sebagai konstruk yang memiliki variasi nilai atau konstruk
yang sifatnya telah diberi nilai.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dirumuskan


bahwa variabel penelitian adalah sutu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel, dimana Kurikulum
satuan pendidikan dan Kompetensi Guru sebagai variabel bebas yang
memberikan dampak atau pengaruh terhadap variabel terikat yaitu
prestasi hasil belajar siswa. Variabel Bebas dalam penelitian ini
terdiri dari dua variabel dan diberi simbol “X1” adalah Biaya
Kurikulum Satuan Pendidikan dan “X2” adalah Biaya
Kompetensi guru. Variabel Terikat, diberi simbol “Y” dan dalam
penelitian ini sebagai variabel terikat adalah Prestasi Hasil Belajar.
155

Dari ketiga variabel tersebut dapat digambarkan pola dan


model hubungan antar variabel yang akan diteliti ke dalam
paradigma penelitian sbb :

X1

X2
Gambar 1.1. Model Konstelasi Variabel Bebas (X1, X2)
dengan Variabel terikat (Y)

Keterangan :
X1 = Variabel Biaya Kurikulum Satuan Pendidikan
X2 = Variabel Biaya Kompetensi Guru
Y = Variabel Prestasi Hasil Belajar
r 2X1Y = Korelasi antara variabel biaya kurikulum satuan
pendidikan dengan variabel prestasi hasil belajar.
r 2X2Y = Korelasi antara variabel biaya kompetensi guru
dengan variabel prestasi hasil belajar.
R2X1X2Y = Korelasi bersama antara variabel biaya Kurikulum
satuan pendidikan dan kompetensi guru dengan
variabel prestasi hasil belajar

4. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan studi
pustaka dan dokumen arsip yaitu untuk mengetahui biaya sekolah
yang terdapat dalam Rencana Anggaran dan Kegiatan Sekolah
(RKAS) pada bagian standar proses dan standar pendidik dan tenaga
kependidikan untuk tiga tahun terakhir 2014 s.d. 2016 serta prestasi
156

hasil belajar siswa dari hasil pencapaian Nilai Ujian akhir tiga tahun
terakhir 2014 s.d. 2016 pada satuan pendidikan Dasar Negeri..

5. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian ini berdasarkan indicator-indikator
yang berhubungan dengan varibel penelitian. Kisi-kisi instrumen
untuk mengukur variabel kurikulum adalah kisi-kisi konsep
instrumen yang akan diujicobakan dan hasil uji coba merupakan
instrumen final yang digunakan untuk mengukur variabel kurikulum
satuan pendidikan, kompetensi guru dan prestasi hasil belajar
siswa. Kisi-kisi instrumen dan sebaran butir soal untuk mengukur
variabel X1, X2 dan Y tampak pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2
Kisi-kisi Butir Instrumen Kuisioner

No.
No Varibel Indikator
Soal

1 2 3 4

1. Pelaksana kegiatan 1
1 Standar Isi
pengembangan Kurikulum,
- Dokumen Kurikulum Silabus dan KKM
2. Penggandaan dokumen I 2
Satuan Pendidikan Kurikulum SD 10 Buku
3. PenyusunanPembagian 3
Tugas dan Jadwal
Pelajaran
4. Penyusunan Program 4
Tahunan
5. Penyusunan Program 5
Semester
6. Penyusunan Silabur 6
157

7. Penyusunan RPP 7
8. Pengembangan Sumber 8
2 Standar Kompetensi
Daya
Pendidik & Tenaga 9. Pengankatan Pendidik 9
Kependidikan 10. Penilaian Kinerja Guru 10
- Kompetensi Guru 11. PendidikanLanjut 11
12. Seminar, Workshop, 12
Bimtek dan KKG
13. Pengembangan 13
Ketrampilan IT
14. Pengayaan Matreri 14
3 Standar Kompetensi
15. Pelaksanaan Try Out US/M 15
Kelulusan tingkat Kota
- Hasil Prestasi 16. Pelaksanaan Try Out US/M 16
Belajar Siswa tingkat Kecamatan
17. Pelaksanaan Try Out US/M 17
tingkat Sekolah
18. Pra Ujinan Sekolah/M 18
19. Pelaksanaan Ujian Sekolah 19
US/M
20. Pelaksanaan Ujian Praktek 20

d. Penentuan Skor Angket


Penentuan Skor angket tentang biaya Kurikulum satuan
pendidikan (X1), biaya Kompetensi Guru (X2) dan Hasil Belajar
Siswa (Y) menggunakan skala likert dimodifikasi dengan
system penskoran sebagai berikut :

Skor Item Skor Item


No Kategori Akronim
(+) (-)

1 2 3 4 5

1 Tinggi T 1 0

2 Kurang K 0 1
158

e. Pengujian Validitas Instrumen


Uji validitas dilakukan untuk mendapatkan item-item
instrument yang valid, sehingga data yang dihasilkan adalah benar-
benar valid dengan tepat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dari hasil penghitungan valitias dapat diketahui seberapa
jauh hubungan antara jawaban suatu instrument dengan skor total
yang telah ditetapkan. Butir soal dikatakan valid apabila memiliki
dukungan positif terhadap skor total. untuk menguji validitas
instrument digunakan koefisien korelasi antara skor masing-masing
butir pertanyaan dengan rumus koefisien korelasi product-moment
Pearson sebagai berikut :

n ∑ x i y i− ( ∑ x i ) ( ∑ y i )
r xy =
2 2
√ { n ∑ x −( ∑ x ¿ } { n ∑ y −(∑ y ¿ }
i i
2
i i
2

Keterangan :
r xy =korelasi
n=Jumlah responden
x=Skor yang diperolehdari seluruhitem
∑ x =Jumlah Skor dalam distribusi X
∑ y=Jumlah Skor dalam distribusi Y
∑ x 2=Jumlah kuadrat masing−masing X
∑ y2 =Jumlah kuadrat masing−masing Y

1. Teknik Analisis Data


 Secara difinitif ialah: ”Analysis is a process of resolving data
into its constituent components to reveal its characteristic elements
and structure” Ian Dey (1995: 30). Agar data bisa dianalisis maka data
tersebut harus dipecah dahulu menjadi bagian-bagian kecil (menurut
element atau struktur), kemudian menggabungkannya bersama untuk
memperoleh pemahaman yang baru. Analisa data merupakan proses
159

paling vital dalam sebuah penelitian. Hal ini berdasarkan argumentasi


bahwa dalam analisa inilah data yang diperoleh peneliti bisa
diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Maka
dari itu, perlu kerja keras, daya kreatifitas dan kemampuan intelektual
yang tinggi agar mendapat hasil yang memuaskan.

Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab


data yang telah terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang
yang tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati, data yang
tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data di sini berfungsi untuk
mamberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu (M.
Kasiram, 2006: 274).

Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran


data. Analisi data adalah rangkaian kegiatan penelaahan,
pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verivikasi data agar
sebuah fenomena memiliki nilai social, akademis dan ilmiah. Kegiatan
dalam analisis data adalah : mengelompokan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
dan seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan
melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis, langkah terakhir tidak
dilakukan. Tujuan analisa menurut Sofian Effendi dalam
bukunya Metode Penelitian Survai (1987 : 231) adalah
menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasi. Dalam penelitian strukturalistik, data yang berupa
kualitatif (kata-kata) dikuantifikasikan terlebih dahulu kemudian
dianalisis secara statistikan bertujuan untuk menjelaskan fenomena,
menguji hipotesis kerja dan mengangkat sebagai temuan berupa
verifikasi terhadap teori lama dan teori baru. Sedangkan dalam
penelitian naturalistik data bisa berupa kata-kata maupun angka. Data
160

yang bersifat kuantitatif (angka) tidak perlu dikualitatifkan terlebih


dahulu dan tidak menguji hipotesis/teori, melainkan untuk mendukung
pemahaman yang dilakukan oleh data kualitatif dan menghasilkan
teori baru.

Tujuan Analisis Data Kuantitatif


Analisis data dimaksudkan untuk memahami apa yang terdapat di balik
semua data tersebut, mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu
yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan pola umum yang
timbul dari data tersebut.

Dalam analisis data kuantitatif, apa yang dimaksud dengan mudah


dimengerti dan pola umum itu terwakili dalam bentuk simbol-simbol
statistik, yang dikenal dengan istilah notasi, variasi, dan koefisien. Seperti
rata-rata ( u = miu), jumlah (E = sigma), taraf signifikansi (a = alpha),
koefisien korelasi (p = rho), dan sebagainya.

Metode Analisis Data Penelitian Kuantitatif


Dalam menganalisa data penelitian strukturalistik (kuantitatif) hendaknya
konsisten dengan paradigma, teori dan metode yang dipakai dalam
penelitian. Ada perbedaan analisa data dalam penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, analisa data yang dilakukan secara
kronologis setelah data selesai dikumpulkan semua dan biasanya diolah
dan dianalisis dengan secaracomputerized berdasarkan metode analisi
data yang telah ditetapkan dalam desain penelitian.
Prinsip-prinsip Analisis Data
Dalam proses menganalisa data seringkali menggunakan statistika karena
memang salah satu fungsi statistika adalah menyederhanakan data.
Proses analisa data tidak hanya sampai disini. Analisa data belum dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Setelah data dianalisa dan
diperoleh informasi yang lebih sederhana, hasil analisa terus harus
161

diinterpetasi untuk mencari makna yang lebih luas dan impilkasi hasil-hasil
analisa.

Proses Analisis Data Penelitian Kuantitatif


Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik
analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat
dua macam statistic yang digunakan untuk menganalisis data dalam
penelitian, yaitu statistic deskriptif dan statistic inferensial. Statistic
inferensial meliputi statistic parametris dan non parametris.

1. Statistic deskriptif
Statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaiamana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan
pada populasi (tanpa diambil smapelnya) jelas akan menggunakan
statistic deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan pada
sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistic despkriptif
maupun inferensial. Statistic deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya
ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan
yang berlaku untuk populasi dimana sampel dambil. Mengenai data
dengan statistik deskriptif peneliti perlu memperhatikan terlebih dahulu
jenis datanya. Jika peneliti mempunyai data diskrit, penyajian data yang
dapat dilakukan adalah mencari frekuensi mutlak, frekuensi relatif
(mencari persentase), serta mencari ukuran tendensi sentralnya yaitu:
mode, median dan mean (lebih lanjut lihat Arikunto, 1993: 363).

Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan


suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai
dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan
dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih
162

mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang membutuhkan informasi


tentang keberadaan gejala tersebut

Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data


variabel berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula belum
teratur dan mudah diinterpretasikan maksudnya oleh orang yang
membutuhkan informasi tentang keadaan variabel tersebut. Selain itu
statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan informasi sedemikian rupa,
sehingga data yang dihasilkan dari penelitian dapat dimanfaatkan oleh
orang lain yang membutuhkan.

Analisi statistic deskriptif dapat dibedakan menjadi : (1) analisis potret data
(frekuansi dan presentasi), (2) analisis kecenderungan sentral data (nilai
rata-rata, median, dan modus) serta (3) analisis variasi nilai (kisaran dan
simpangan baku atau varian)

Penjelasan

1. Analisis potret data


Potret data adalah perhitungan frekuensi suatu nilai dalam suatu variabel.
Nilai dapat disajikan sebagai jumlah absolute atau presentase dari
keseluruhan.

1. Analisis kecenderungan sentral data


–          Nilai rata-rata atau mean biasa diberi symbol X, merupakan nilai
rata-rata secraa aritmatika dari semua nilai dari variabel yang diukur.

–          Median adalah nilai tengah dari sekumpulan nilai suatu variabel
yang telah diurutkan dari nilai terkecil kepada nilai yang tetinggi.

–          Modus (modu) adalah nilai yang paling sering muncul pada suatu
distribusi nilai variabel.
163

1. Analisis variasi nilai


Analisis ini dilakukan untuk melihat sebaran nilai dalam distribusi
keseluruhan nilai suatu variabel dari nilai tengahnya. Analisis ini untuk
melihat seberapa besar nilai-nilai suatu variabel berbeda dari  nilainya.
Pengukuran variasi nilai biasanya dilakukan dengan melihat kisaran data
(range) atau simpangan baku (standar devinatioan).

2. Statistik Inferensial
Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan suatu
temuan yang dapat digeneralisasikan  secara lebih luas ke dalam wilayah
populasi. Di sini seorang peneliti akan selalu berhadapan dengan
hipotesis nihil (Ho) sebagai dasar penelitiannya untuk diuji secara empirik
dengan statistik inferensial. Jenis statistik inferensial cukup banyak
ragamnya,Peneliti diberikan peluang sebebas-bebasnya untuk memilih
teknik mana yang paling sesuai (bukan yang paling disukai) dengan
sifat/jenis data yang dikumpulkan. Secara garis besar jenis analisis ini
dibagi menjadi dua bagian. Pertama untuk jenis penelitian korelasional
dan kedua untuk komparasi dan/atau eksperimen. teknik analisis dengan
statistic inferensial adalah teknik pengolahan data yang memungkinkan
peneliti untuk menerik kesimpulan, berdasarkan hasil penelitiannya pada
sejumlah sampel, terhadap suatu populasi yang lebih besar. Kesimpulan
yang diharapkan dapat dibuat biasanya dinayatakan dalam suatu
hipotesis. Oleh karena itu, analisis statistik  inferensial juga bisa disebut
analisis uji hipotesis. Inferensi yang sering dibuat oleh peneliti pendidikan
dan ilmu social pada umunya berhubungan dengan upaya untuk melihat
perbedaan (beda nilai tengah) dan korelasi, baik anatara dua variabel
independent maupun anatara beberapa variabel sekaligus. Selisih nilai
tengah ataupun nilai koefisien  (correlation coeficient) yang dihasilkan
kemudian diuji secara statistic.
164

Statistic inferensial, sering juga disebut statistic induktif atau statistic


probabilitas, adalah teknik statistic yang digunakan untuk menganalisis
data sampel dan hasilnya diberlakukan utuk populasi. Statistic ini akan
cocok digunakan bila sampel diambil dari popualsi yang jelas, dan teknik
pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik
inferensial fungsinya lebih luas lagi, sebab dilihat dari analisisnya, hasil
yang diperoleh tidak sekedar menggambarkan keadaan atau fenomena
yang dijadikan obyek penelitian, melainkan dapat pula digeneralisasikan
secara lebih luas kedalam wilayah populasi. Karena itu, penggunaan
statistik inferensial menuntut persyaratan yang ketat dalam masalah
sampling, sebab dari persyaratan yang ketat itulah bisa diperoleh sampel
yang representatif; sampel yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki
populasinya. Dengan sampel yang representatif maka hasil analisis
inferensial dapat digeneralisasikan ke dalam wilayah populasi.

Statistic inferensial meliputi statistic parametris dan non parametris.


Statistic parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui
statistic, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Parameter
populasi itu meliputi : rata-rata dengan notasi µ (mu), simpangan baku σ
(sigma) dan varians σ2. Dalam statistic pengujian parameter melalui
statistic (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistic. Oleh
karena itu penelitian yang berhipotesis statistic adalah penelitian yang
menggunakan sampel. Sebagai contoh nilai suatu pelajaran
1000mahasiswa rata-ratanya 7,5. Selanjutnya missal dari 1000 orang itu
diambil sampel 50 orang, dan  nilai rata-rata dari sampel 50 mahasiswa itu
7,5. Hal ini berarti tidak ada perbedaan antara parameter (data popualasi)
dan statistic (data sampel). Hanya dalam kenyataannya nilai parameter
jarang diketahui. Statistic non parameter tidak menguji parameter
populasi, tetapi menguji distribusi.
165

Penggunaan statistic parametris dan non parameter tergantung pada


asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris
memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah
data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam
penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih
yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi
linieritas.statistik non parametris tidak menuntuk terpenuhinya banyak
asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi
normal. Oleh karena itu statistic non parametris mempunyai kekuatan
yang lebih dari statistic non parametris, bila asumsi yang melandasi dapat
terpenuhi.

Dalam dunia statistik dikenal setidaknya terdapat empat jenis data hasil
pengukuran, yaitu data Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio. Masing-
masing data hasil pengukuran  ini memiliki karakteristik tersendiri yang
berbeda antara satu dengan lainnya Penggunaan kedua statistic tersebut
juga tergantung pada jenis data yang dianalisis. Statistic parametris
kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio,
sedangkan statistic non parametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data nominal, ordinal. Jadi untuk menguji hipotesis dalam
penelitian kuantitatif yang menggunakan statistic, ada dua hal utama yang
harus diperhatikan yaitu, macam data dan bentuk hipotesi yang diajukan.

Dalam statistik parametris menggunakan analisis data yang berupa,

–          Data Interval

Data interval tergolong data kontinum yang mempunyai tingkatan yang


lebih tinggi lagi dibandingkan dengan data ordinal karena mempunyai
tingkatan yang lebih banyak lagi. Data interval menunjukkan adanya jarak
antara data yang satu dengan yang lainnya.
166

Contoh data interval misalnya hasil ujian, hasil pengukuran berat badan,
hasil pengukuran tinggi badan, dan lainnya. Satu hal yang perlu
diperhatikan bahwa data interval tidak dikenal adanya nilai 0 (nol) mutlak.
Dalam hasil pengukuran (tes) misalnya mahasiswa mendapat nilai 0.
Angka nol ini tidak dapat diartikan bahwa mahasiswa tersebut benar-
benar tidak bisa apa-apa. Meskipun ia memperoleh nilai nol ia memiliki
suatu pengetahuan atau kemampuan dalam matakuliah yang
bersangkutan. Nilai nol yang diberikan oleh dosen sebetulnya hanya
merupakan atribut belaka hanya saja pada saat ujian, pertanyaan yang
diujikan tidak pas seperti yang dipersiapkannya. Atau jawaban yang
diberikan tidak sesuai dengan yang dikehendaki soal.

–          Data Rasio

Data rasio merupakan data yang tergolong ke dalam data kontinum juga
tetapi yang mempunyai ciri atau sifat tertentu. Data ini memiliki sifat
interval atau jarak yang sama seperti halnya dalam skala interval. Namun
demikian, skala rasio masih memiliki ciri lain. Pertama harga rasio
memiliki harga nol mutlak,  artinya titik nol benar-benar menunjukkan tidak
adanya suatu ciri atau sifat. Misalnya titik nol pada skala sentimeter
menunjukkan tidakadanya panjang atau tinggi sesuatu. Kedua angka
skala rasio memiliki kualitas bilangan riel yang berlaku perhitungan
matematis.

Contohnya : berat badan Rudi  70 kg, sedangkan Saifullah 35 kg.


Keadaan ini dapat dirasiokan bahwa berat badan Rudi dua kali berat
badan Saifullah. Atau berat badan Saifullah separuh dari berat badan
Rudi. Berbeda dengan data interval misalnya Rudi  ujian dapat 70
sementara Saifullah memperoleh 30. Hal ini tidak dapat diartikan  bahwa
kepandaian Rudi  dua kali lipat kepandaian Saifullah.
167

Data rasio dalam ilmu-ilmu sosial jarang dipergunakan, bahkan hampir


tidak pernah dipergunakan. Lapangan penggunaan data berskala rasio ini
lebih banyak berada dalam bidang ilmu-ilmu eksakta terutama fisika.

Sedangkan dalam statistik non parametris analisi data dibagi menjadi:

–          Data Nominal

Data ini juga sering disebut data diskrit, kategorik, atau dikhotomi. Disebut
diskrit karena ini data ini memiliki sifat terpisah antara satu sama lainnya,
baik pemisahan itu terdiri dari dua bagian atau lebih; dan di dalam
pemisahan itu tidak terdapat hubungan sama sekali. Masing-masing
kategori memiliki sifat tersendiri yang tidak ada hubungannya dengan
kategori lainnya. Sebagai misal data hasil penelitian dikategorikan
kedalam kelompok “ya” dan “tidak” saja.

Contohnya :

1.  laki-laki/wanita (laki-laki adalah ya laki-laki; dan wanita adalah


“tidak laki-laki”), kawin /tidak kawin; janda/duda, dan lainnya.
2. Jenis pekerjaan dapat digolongkan secara terpisah menjadi
pegawai negri, pedagang, dokter, petani, buruh dsb.
3. Nomor punggung pemain sepak bola, nomor rumah, nomor plat
mobil dan lainnya. Nomor-nomor tersebut semata-semata hanya
menunjukkan simbol, tanda, atau stribut saja.
4. Suku, golongan drah, jenis penyakit, bentuk atau konstitusi tubuhs
–          Data Ordinal

Data ordinal adalah data yang menunjuk pada tingkatan atau


penjenjangan pada sesuatu keadaan. Berbeda  dengan data nominal
yang menunjukkan adanya perbedaan secara kategorik, data ordinal juga
memiliki sifat adanya perbedaan di antara obyek yang dijenjangkan.
Namun dalam perbedaan tersebut terdapat suatu kedudukan yang
168

dinyatakan sebagai suatu urutan bahwa yang satu lebih besar atau lebih
tinggi daripada yang lainnya.Kriteria urutan dari yang paling tinggi ke yang
yang paling rendah dinyatakan dalam bentuk posisi relatif atau kedudukan
suatu kelompok.

Contoh dari data ini misalnya:

1. prestasi belajar siswa diklasifikasikan menjadi kelompok “baik”,


“cukup”, dan “kurang”, atau ukuran tinggi seseorang  dengan “tinggi”,
“sedang”, dan “pendek”
2. Hasil ujian mahasiswa peserta kuliah Statistik Pendidikan Budiman
memperoleh skor 90, Rahmat 85, Musyafak 75, dan Mahsunah 65.
Berdasarkan skor-skor tersebut dibuatlah suatu jenjang  (rangking),
sehingga terjadilah urutan jenjang ke 1 (90), ke 2 (85), ke 3 (75), dan ke
4 (65).Data ordinal memiliki harga mutlak (dapat diperbandingkan) dan
selisih perbedaan antara urut-urutan yang berdekatan bisa tidak sama.
3. Langkah-langkah Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap
oleh staf peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data. Di dalam
buku-buku lain sering disebut pengolahan data, ada yang menyebut data
preparation, ada pula data analisis.

Secara garis besar, pekerjaan analisis meliputi 3 langkah, yaitu:

1. Persiapan.
2. Tabulasi.
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
 Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain :

1. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.


169

2. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen


pengumpulan data.
3. Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen termuat
sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan
yang dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan tersebut
merupakan variabel pokok, maka item tersebut perlu didrop. Contoh :
Sebagian dari peneliti kita dimaksudkan untuk melihat hubungan antara
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar murid. Setelah angket
kembali dan isiannya kita cek, beberapa murid mengisi tidak tahu
pendidikan orang tuanya, sebagian jawabannya meragukan dan
sebagian lagi dikosongkan. Dalam keadaan ini maka maksud mencari
hubungan pendidikan orang tua dengan prestasi belajar lebih baik
diurungkan saja, dalam arti itemnya didrop dan dihilangkan dari
analisis.
Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih atau
menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja
yang tinggal. Langkah persiapan bermaksud merapikan data agar bersih,
rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau menganalisis.

 Tabulasi
Yang termasuk ke dalam kegiatan tabulasi antara lain :

1. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi


skor. Misalnya tes, angket berbentuk pilihan ganda, rating scale, dan
sebagainya.
2. Memberikan kode-kode terhadap item-item yang perlu diberi skor.
Misal
3. Jenis kelamin
 Laki-laki diberi kode 1.
 Perempuan diberi kode 0.
1. Tingkat pendidikan
170

 SD diberi kode 1.
 SMP diberi kode 2.
 SMA diberi kode 3.
 Perguruan tinggi diberi kode 4.
3. Mengubah jenis data, disesuaikan dan dimodifikasi dengan teknik
analisis yang akan digunakan. Misalnya :
 Data interval diubah menjadi data ordinal dengan membuat
tingkatan.
 Data ordinal atau data interval diubah menjadi data diskrit.
4. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dalam pengolahan
data jika akan menggunakan komputer.
5. Jenis-jenis Analisis Data Kuantitatif
1. Analisis Univariat
Jenis analisis ini digunakan untuk penelitian satu variabel. Analisis ini
dilakukan terhadap penelitian deskriptif, dengan menggunakan statistik
deskriptif. Hasil penghitungan statistik tersebut nantinya merupakan dasar
dari penghitungan selanjutnya.

1. Analisis Bivariat
Jenis analisis ini digunakan untuk melihat hubungan dua variabel. Kedua
variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu variabel pengaruh
(bebas) dan variabel terpengaruh (tidak bebas).

1. Analisis Multivariat
Sama dengan analisis bivariat, tetapi pada mutivariat yang dianalisis
variabelnya lebih dari dua. Tetap mempunyai dua variabel pokok (bebas
dan tidak bebas), variabel bebasnya memliki sub-sub variabel.

DAFTAR PUSTAKA
171

Anggoro, Toha. 2008. Metode Penelitian. Jakarta : Universita Terbuka


2008
Singarimbun, Sofian Effendi. 1987. Etode Penelitian Survai. Jakarta : PT
New Aqua Press Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Suprayogo imam, Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan r &
d . Bandung : Alfabeta

2.
Dimana :

= Koefisien korelasi antara tes dan ktiteria.

Selanjutnya dilakukan uji-t dengan rumus :

t hitting = r 1Ft 2: 1 r2

dimana :

r bitting = koefisien korelasi hasil r hitting

n = Jumlah responden

Kreteria yang digunakan untuk menguji validitas tiap pernyataan


kuesioner adalah bila dikonsultasikan pada tabel distribusi (tabel-t)
dengan taraf kesalahan (alpha) = 0,05 (1,95) atau 0,01 (0,256) dan
derajat kebebasan dk = n-2. Jika nilai tbitting lebih besar dari ttabel (tb tung >
ttabel ) berarti butir pernyataan kuesioner tersebut adalah valid. dan jika
thitting lebih kecil dari ttabel ( thitung < ttabel ) berarti butir pernyataan
kuesioner tersebut adalah tidak valid. Dalam penelitian ini butir
pertanyaan kuesioner yang tidak valid langsung dikeluarkan dari daftar
172

pernyataan (drop).

Seluruh data yang diperoleh melalui kuesioner dihitung dengan


menggunakan bantuan program SPSS 16 (lihat lampiran). Dari
perhitungan validitas instrument penelitian variabel-variabel Kurikulum,
Kompetensi guru, Motivasi dan Prestasi belajar diperoleh butir valid dan
tidak valid sebagai berikut :

a. Instrumen variabel kurikulum.

Terdapat 71 % dari 45 butir pernyataan, 32 butir pernyataan


dinyatakan valid dan 13 butir pernyataan dinyatakan tidak valid dan di
"drop". item yang di drop antara lain 2,4,5,6,8,9,17,19,23,28,30,42, dan 45
karena memiliki nilai rbitting yang lebih kecil dari 0,374 (rtabe) atau rhitung <
rtabel. Item pernyataan yang tidak valid tersebut akan di drop atau
dikeluarkan dari daftar

pernyataan dalam instrumen. Pengukuran variabel kurikulum


(Xi) diperoleh nilai hasil Cronbach's Alpha = 0,956, nilai ini
berada diatas batas minimal 0,374 (rtabei), atau dapat
dirumuskan bahwa nilai rhit„ng untuk pernyataan yang valid
(reliable value) n adalah 0,956 (Cronbach's Alpha) > rtabet
(0,374). Sehingga dapat disimpulkan bahwa skala
pengukuran variabel kurikulum (Xi) memiliki reliabilitas yang
baik.

Jadi dari 32 item pernyataan yang terdapat dalam


kuesioner variabel kurikulum (Xi) seluruhnya dinyatakan valid
dan reliable. Adapun kisi-kisi instrumen varibel Kurikulum (Xi)
yang telah diuji coba dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.5
Kisi-kisi Butir Instrumen setelah ujicoba
Variabel : Kurikulum Pendidikan (X1)
173

Butir Instrumen
Dimensi Fikator '4 Jumlah
(setelah uji coba)
(+) (-)

1. SAP/silabus 1 3
Rencana 2. guru 7 - 10
Sarana belajar
Pembelajara 10,11,12 13
n Metode 14,15,16,18 -
Pembe- lajaran
1 Alokasi waktu 20,21,22,24
. 23
Kurun waktu 2 Lama belajar 25,26,27,29 - 9

1. Materi 31,33,34,35 32
Kompetensi2. Proses belajar 36,37,38,40 39 13
3. Evaluasi 41,43,44, -

Jumlah 27 4 32
b. Instrumen variabel Kompetensi Guru.

Terdapat 64 % dari 45 butir pernyataan, 29 butir pernyataan


dinyatakan valid dan 16 butir pernyataan dinyatakan tidak valid

dan di "drop". item yang di drop antara lain


1,3,5,6,7,9,11,13,16,17,19,23,27,35,38, dan 44 karena memiliki
nilai rintnng yang lebih kecil dari 0,374 (rtabel) atau rbituag < rtabel.
Item pernyataan yang tidak valid tersebut akan di drop atau
dikeluarkan dari daftar pernyataan dalam instrumen.
Pengukuran variabel Kompetensi guru (X2) diperoleh nilai hasil
Cronbach 's Alpha = 0,960, nilai ini berada diatas batas minimal
0,374 (rtabel), atau dapat dirumuskan bahwa nilai rhitung untuk
pernyataan yang valid (reliable value) n adalah 0,960 (Cronbach
's Alpha) > rtabel (0,374). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
skala pengukuran variabel Kompetensi guru (X2) memiliki
reliabilitas yang baik.
174

Jadi dari 31 item pernyataan yang terdapat dalam


kuesioner variabel Kompetensi guru (X 2) seluruhnya
dinyatakan valid dan reliable. Adapun kisi-kisi instrumen
varibel Kompetensi guru (X2) yang telah diuji coba dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6
Kisi-kisi Butir Instrumen setelah ujicaba
Variabel : Kompetensi Guru (X2)

Butir Instrumen
Dimensi Indikator Jumlah
(setelah uji coba)
(+) (-)

1. Inspirator 2,4 -
Pendidik 1. Korektor 8,12 10 9
2. Motivator 14,18 15,20

1. Peneguhan 21,22,24,25 -

2. Teknik 26,29,30, 28,34,37,45 20


Pengajar
mengajar 31,32,33,
36,39,40,
41,42,43

Jumlah 22 7 29

c. Instrumen variabel Motivasi.

Terdapat 71 % dari 45 butir pernyataan, 32 butir


pernyataan dinyatakan valid dan 13 butir pernyataan
dinyatakan tidak valid dan di "drop". item yang di drop antara
lain 4,9,15,18,19,25,33,38,39,40,41,42, dan 43 karena
memiliki nilai r1ntnng yang lebih kecil dari 0,374 (rtabel) atau
rhitung < rtabel. Item pernyataan yang tidak valid tersebut akan
di drop atau dikeluarkan dari daftar pernyataan dalam
175

instrumen. Pengukuran variabel Motivasi (X 3) diperoleh nilai


hasil Cronbach 's Alpha = 0,966, nilai ini berada diatas batas
minimal 0,374 (rtabel), atau dapat dirumuskan bahwa nilai rhitang

untuk pernyataan yang valid (reliable value) n adalah 0,966


(Cronbach's Alpha) > rtabel (0,374). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa skala pengukuran variabel Motivasi (X 3)
memiliki reliabilitas yang baik. Nzi
Jadi dari 31 item pernyataan yang terdapat dalam
kuesioner variabel Motivasi (X3) seluruhnya dinyatakan valid
dan reliable. Adapun kisi-kisi instrumen varibel Motivasi (X 3)
yang telah diuji

coba dapat dilihat pads tabel berikut :~ w~


(W A Tabel 3.7
icism-kism Butir Instrumen setelah
ujicoba Variabel : Motivasi (X3)

Butir Instrumen
Dimensi Indikator Jumlah
(setelah uji coba)
(+) (-)
1. Kesempatan 1,2,3,5,6,7,8, -
10
2. Kemudahan 11,13,14,16, 12 24
Biologis nempuh 17,20
3.Peningkatanke- 22,23,24, 21,27
mampuan diri. 26,28,29,30

1.Harga diri 31,32,34, 36


Psikologis 35,37, 8
2.Pengakuan -
44, 45
Jumlah 28 4 32

d. Instrumen variabel Prestasi belajar.

Terdapat 59 % dari 45 butir pernyataan, 26 butir


pernyataan dinyatakan valid dan 19 butir pernyataan
dinyatakan tidak valid dan di "drop". item yang di drop antara
176

lain 1,5,8,9,13,17,18,19,20,24,28,35,36,38,40,42,43,44, dan 45


karena memiliki nilai r1ntnng yang lebih kecil dari 0,374 (rtabel) atau
rhitang < rtabel. Item pernyataan yang tidak valid tersebut akan
di drop atau dikeluarkan dari daftar pernyataan dalam
instrumen. Pengukuran variabel Prestasi belajar (Y) diperoleh
nilai hasil Cronbach's Alpha = 0,945, nilai ini berada diatas
batas minimal 0,374 (rtabel), atau dapat dirumuskan bahwa nilai
rhitung untuk pernyataan yang valid (reliable value) n adalah
0,966 (Cronbach 's Alpha) > rtabel (0,374). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa skala pengukuran variabel Prestasi belajar
(Y) memiliki reliabilitas yang baik.

Jadi dari 31 item pernyataan yang terdapat dalam


kuesioner variabel Prestasi belajar (Y) seluruhnya dinyatakan
valid dan reliable. Adapun kisi-kisi instrumen varibel Prestasi
belajar (Y) yang telah diuji coba dapat dilihat pada tabel
berikut :

—J
Tabel 3.8-- ~
'—w
Kisi-kisi Butir Instrumen setelah ujicoba Ink
Variabel : Prestasi Belajar (Y)
_om—N

Butir Instrumen
Dimensi Indikator Jumlah
(setelah uji coba)
(+) (-)
1 2 3 4 5

1. Pengetahuan 2,3,4, - 11
Kognitif
2.
3. Pemahaman
Analisis 6,7,8,10
11,12,14,15 -

1. Sikap 16
Afektif 2.Perilaku 21,22,23,25 - 9
3.Minat 26,29,30 27
177

85

1 2 3 4 5

1.Keterampilan 31,32,34, 33
Psikomotorik 37, 39 7
2.Kecakapan 41 -

Jumlah 24 2 27
3.7.2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Setelah uji validitas, instrumen penelitian juga diuji


reliabilitasnya untuk mengetahui tingkat reliabilitas keseluruhan item
sebagai satu kesatuan instrumen, sehingga hasilnya dianggap
mewakili aspek-aspek yang diukurnya. Uji reliabilitas instrumen
dilakukan untuk mengetahui tingkat reliabilitas keseluruhan item
sebagai satu kesatuan instrumen, sehingga hasilnya dianggap
mewakili aspek-aspek yang diukurnya. Kata reliability yang
mengandung arti kepercayaan atau keterhandalan. Dalam hal ini
konsep reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat
dipercaya, artinya pengukuran-pengukuran terhadap kelompok
subjek yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama. Konsep
reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat kaitannya dengan
tingkat kesalahan dalam pengukuran (error of measurement).
Pengujian realibilitas instrumen (reliability instrument variable)
menggunakan rumus Alpha Cronbach :9'

k (6y2) - (E6X2 )
Alpha (r,,') _ (__________)(
k-1

Dimana :

Alpha (r,,') = koefisien reliabilitas yang dicari


k = jumlah butir pernyataan atau pertanyaan
178

yang
valid

E6.2 = jumlah varians skor butir (variabel X)

6y2 = varians skor total (variabel Y)

97 Amirsyah, ibid, h, 8.

Kemudian untuk menghitungan varians menggunakan rumus :

(EX ) 2
EXz
n
z

6
n

Dimana :
62 = Varian butir yang dicari

EX z = jumlah kuadrat skor setiap butir


(EX) z = jumlah skor setiap butir dikuadratkan n

Jika nilai rhltung (r,) lebih besar dari rtabel (rhltan g > rtabel) maka tiap
butir pernyataan kuesioner adalah reliable dan jika rlutng lebih kecil dari
atau sama dengan rtabel (rhltnn g <= rtabel) maka tiap butir pernyataan
kuesioner adalah tidak reliabel dan tidak dapat digunakan sebagai
instrumen penelitian, sehingga harus diganti atau direvisi.

Selain itu untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrument dalam


penelitian ini dapat juga dibandingkan dengan katagori tingkat reliabilitas
instrument sebagai berikut :

0,800 - = sangat tinggi


0,600 -1,000 = tinggi
179

0,400 - = sedang 0 11111111.1"


0,200 -0,599 = rendah
0,200
0,399 = sangat rendah
Jika tingkat reliabilitas instrument menunjukkan katagori sangat
tinggi, tinggi atau sedang maka instrument tersebut dinyatakan reliable.
Sebaliknya jika tingkat reliabilitas intrumen menunjukkan katagori rendah
atau sangat rendah maka instrument tersebut dinyatakan tidak reliable.
3.8. Teknik Analisis Data

3.8.1. Koefisien korelasi sederhana dan berganda


Untuk menghitung koefisien korelasi sederhana digunakan
rumus Product Moment Pearson dengan rumus sebagai berikut:

r= n.(E XY) — (E X.E Y)


V n E X 2 — ( E X ) 2 V n E Y 2 — Y) 2

Koefisien korelasi Jumlah subyek Skor total X


Skor total Y Kuadrat jumlah skor X Jumlah kuadrat skor X Jumlah kuadrat
skor Y Kuadrat jumlah skor Y

MIFF -
Dimana:
r;y
n
X
Y
() 2
Dari hasil rumus koefisien korelasi yang terdapat di diketahui lebih
lanjut, yaitu : I
.1Er 1
180

rxy 1 atau mendekati 1, maka hubunga~. X dan Y

-1 atau mendekati —1, maka korelasinya dikatakan


atas dapat

vi kat dan positif ~rXy

sangat kuat dan negatif.

rxy0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua

variabel sangat lemah atau tidak berhubungan sama sekali.

Selanjutnya untuk dapat memberikan interpretasi seberapa kuat


hubungan antara variabel independen dengan variable dependen, maka
dapat digunakan pedoman sebagai berikut :
Tabel 3.9
Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisien korelasi

Berdasarkan koefisien korelasi yang ditemukan kemudian dilakukan


pengujian signifikansi untuk melihat hubungan antara dua variable dengan
cara mengkonsultasikan pada tabel rproductmoment• Bila nilai rlutung lebih besar
dari pada nilai rtabel (rbitun g > rtabel), maka hubungan antara dua variabel
adalah signifikan. Sedangkan bila nilai r1ntung lebih kecil dari nilai rtabel (r
hitung < r tabel), maka hubungan tersebut tidak signifikan atau hubungan
terjadi karena faktor kebetulan.

Analisis koefisien korelasi ganda digunakan untuk mengetahui


adanya hubungan antara Kurikulum, Kompetensi guru dan motivasi
secara

bersama-sama terhadap prestasi belajat _

Untuk menghitung koefisien korelasi ganda digunakan rumus


sebagai berikut :
181

yz1 + yz2 — 2 yzl' yz2'


R
yzl.z
z1z2 1 zlz2
Keterangan: 2

Ryx1.,,2 korelasi ganda antara X l dan X2 secara


bersama-sama dengan variabel Y

ryxl korelasi sederhana antara X i dengan Y

r yx2 korelasi sederhana antara X2 dengan Y.

r x2 korelasi sederhana antara X i dengan X2


3.8.2. Regresi Tinier sederhana

Regresi linear sederhana didasarkan pada hubungan fungsional


atau kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.
Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:

Y=a+bX

Dimana :

Y = Subyek dalam variabel dependen yang


diprediksikan.
a ~ Harga Y bila X = 0 (harga konstan).
= Angka arah atau koefesien regresi, yang
menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan
variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka
terjadi penurunan.
A O &
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai a (konstanta) dan nilai
(koefisien regresi) adalah sebagai berikut:

)
nEXlyl—(EX1)(EYl) 410 nEXl—(EXl)
182

vs1

Dimana:

=
a
Y =

X =

b
- ALP lifi LAXIIMPFr
Nilai Konstanta Rata-rata variabel Y Rata- rata variabel X

Jadi harga b merupakan fungsi dari koefesien korelasi. Bila


koefisien korelasi tinggi, maka harga b juga besar; sebaliknya bila
koefisien korelasi rendah maka harga b juga rendah (kecil). Selain itu, bila
koefisien korelasi negatif, maka harga b juga negatif; dan sebaliknya
koefisien korelasi positif, maka harga b juga positif.
3.8.3. Regresi limier berganda

Apabila regresi linear sederhana didasarkan pada hubungan


fungsional atau kausal satu variabel independen dengan satu variabel
dependen, maka regresi linier berganda didasarkan pada hubungan
fungsional atau kausal dua variabel independen atau lebih dengan satu
variabel dependen. Persamaan umum regresi linier berganda adalah:

Konstanta (harga Y bila X = 0)


an + b1EX1
+ b2I,X2 = EY
aEXI + b1EX12 + b2EX1X2 = EX1Y
183

aE,X2 + b1FX1X + b2FX22 = FX2Y


2
Untuk mengetahui apakah garis Y = a + b 1 Xi + b2X2 + b3X3
tersebut limier atau tidak linier, dilakukan uji signifikasi dan lineritas
regresi untuk mencari harga F. Uji signifikasi dan linieritas regresi dihitung
dengan menggunakan program SPSS 16. Untuk mengetahui apakah
garis regresi tersebut linier atau tidak, Fhitung dibangdingkan dengan Ftabel

dengan taraf signifikasi tertentu (5%).

Sebaliknya jika Firitung > Ftabei berarti garis regresi tersebut tidak
linier.

3.8.4. Hipotesis Statistik

Berdasrakan kajian teori di bab II, maka dapat dirumuskan


hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini yaitu :

a. Ada pengaruh yang signifikan antara kurikulum terhadap


prestasi belajar.

HO : p = 0 (tidak ada pengaruh)


A O
111
HI p t 0 (ada pengaruh)

b. Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi guru

HO : pl t 0 (ada pengaruh)
Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar.

HO : pl r — 0 (tidak ada pengaruh)

HO : pl t 0 (ada pengaruh)
184

d. Ada pengaruh yang signifikan antara kurikulum,

kompetensi guru dan motivasi terhadap prestasi belajar.

HO : pl = 0 (tidak ada pengaruh)

HO : pl t 0 (ada pengaruh)

3.8.5. Uji Hipotesis dengan tt est dan Ftest

Uji hipotesis dengan t-test digunakan untuk mengetahui apakah


variabel independen signifikan atau tidak terhadap variabel dependen
secara individual untuk setiap variabel. Rumus yang digunakan untuk
mengetahui nilai t-hitung adalah sebagai berikut:
Vr
thitung

V 1—r

Setelah didapatkan nilai t-hitung melalui rumus di atas, maka untuk


menginterpretasikan hasilnya berlaku ketetapan sebagai berikut :

Jika t-hitung > t-tabel -* Ho ditolak (ada pengaruh yang


signifikan).

Jika t-hitung < t-tabel -* H o diterima (tidak ada pengaruh


hubungan yang signifikan).

Untuk mengetahui t-tabel digunakan ketentuan n-2 pada level of

significance (a) sebesar 5% atau taraf keyakinan 95%.


I a

Uji hipotesis dengan F-test digunakan untuk menguji hubungan dua


variabel independen secara bersama- denga variabel
sama Rumusnya adalah sebagai n dependen.
185

berikut:

likeW R2/k
Fh i

(1 - RZ)/(N

Dimana
R2 = koefisien determinasi

K = jumlah variabel independen

N = jumlah sampel

diterima.
BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1. Deskriptif Objek penelitian.Jakarta Pusat merupakan Jantung di


ibukota Negara Republik Indonesia, dimana kondisi iklimnya relatif panas
rata-rata suhu sepanjang tahun 26-27° C, Jakarta Pusat merupakan salah
satu dari lima wilayah kotamadya di DKI Jakarta yang kedudukan
disetarakan dengan Daerah TK. II lainnya. Oleh sebab itu wilayah Jakarta
Pusat mempunyai kekhususan antara lain sebagai pusat pemerintahan,
pusat bisnis dan pusat keuangan serta pusat perdagangan. Perekonomian
wilayah Jakarta Pusat memiliki potensi besar karena wilayah ini menjadi
pusat perdagangan seperti pasar tanah abang.

Di bidang pendidikan, khususnya pendidikan menengah setingkat


SMA sesuai dengan objek pada penelitian ini, Jakarta pusat memiliki 52
sekolah SMA negeri/swasta dibawah pembinaan Suku Dinas Pendidikan
Dasar dan Menengah Jakarta Pusat yang merupakan bagian dari Dinas
Pendidikan Dasar dan Menengah Provinsi DKI Jakarta. Sudin Dikdasmen
Jakpus didukung oleh tenaga pengajar
186

sebanyak 2321 _..


Sesuai dengan variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini,
responden dan unit analisis yang dipakai adalah stake holder yang terdiri
dari para guru dan komite sekolah. Kompetensi guru yang mengajar di
SMA se- Jakarta Pusat berdasarkan tingkat pendidikan sesuai data
terakhir adalah tersebar mulai dari lulusan D1 sampai dengan S-2 dengan
mayoritas pendidikan terakhir mereka adalah Sarjana (S-1) sebanyak
2056 orang atau 88,6 %.

Kemudian untuk kurikulum, saat ini kurikulum yang digunakan


adalah kurikulum berbasis kompetensi. Dimana dalam kurikulum ini titik
berat proses belajar mengajar menuntut siswa untuk berperan aktif
selama prose situ berlangsung sehingga diharapkan daya serap yang
dapat diterima siswa dapat maksimal.

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada kepala Suku Dinas


Pendidikan Dasar dan Menengah Jakarta pusat pada periode Januari
2011

diperoleh keterangan bahwa tingkat motivasi para stake holder saat


penelitian ini dilaksanakan dalam kondisi baik, normal dan stabil dalam arti
terdapat adanya keseimbangan antara hak yang diterima oleh stake
holder dengan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para guru dan
komite sekolah dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga
terselenggarakan dengan baik.

4.2. Analisis dan Pengujian Hipotesis. Untuk menguji hipotesis


dalam penelitian ini yakni ada pengaruh antara kurikulum, kompetensi
guru dan motivasi terhadap prestasi belajar siswa, digunakan teknik
statistik analisis regresi. Sebelum dilakkukan pengujian hipotesis, terlebih
dahulu akan dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji normalitas,
uji homogenitas dan uji linieritas dimana perhitungan pengujiannya
dilakukan dengan menggunakan
187
-
software 17 for Windows. M. ,

4.2.1. Uji Normalitas Data, Analisis Korelasi dan Regresi

a. Analisis Normalitas Data

Uji ini biasanya dilakukan sebelum analisis regresi dan


korelasi yang ditujukan untuk menguji apakah dalam sebuah
regresi baik variabel terikat maupun variabel bebas
mempunyai distribusi normal atau tidak. Terdapat tiga
metode uji untuk melihat normalitas data yaitu : (1) Normal
Probability Plot (NPP) of Regression Standardized Residual;
(2) Uji KolmogorovSmirnov dan (3) Histogram. Pada naskah
tesis ini ditampilkan metode uji normalitas data yaitu NPP of
Regression Standardized Residual.

1) NPP Variabel Kurikulum (Xi) Terhadap Variabel

Prestasi Belajar Siswa.

Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik) menyebar di sekitar


garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal. Hal ini
berarti bahwa model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel
terikat (Prestasi Belajar Siswa) berdasarkan masukan variable

kurikulum (X1). Jika data menyebar di sekitar garis


diagonal dan mengikuti garis diagonal maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.

Normal P-P Plot of Regression Standardized


Residual C.o.. en de nit Yariabl e= PRE STASI
BELAJAR SISVVA,

Observed Cum Prob


188

Gambar 4.1.
Grafik NPP Regression Standardized Residual Variabel Kurikulum
Terhadap Variabel Prestasi Belajar Siswa

2) NPP Variabel Kompetensi Guru (X2) Terhadap

Variabel Prestasi Belajar Siswa.


Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik) menyebar di sekitar
garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal berarti
bahwa model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel terikat
(Prestasi Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel kompetensi guru
(X2). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan/atau mengikuti garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Normal P-P Plot of Regression Standardized


Residual Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR
SISWA

Oz
$
Observed Cum Prob

Gambar 4.2.

Grafik NPP Regression Standardized Residual Variabel


Kompetensi Guru (X2) Terhadap Variabel Prestasi Belajar Siswa

3) NPP Variabel Motivasi (X3) Terhadap Variabel


Prestasi Belajar Siswa.
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik) menyebar di
sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal
berarti bahwa model regresi layak digunakan untuk memprediksi
variabel terikat (Prestasi Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel
motivasi
(X3). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal
189

dan/atau mengikuti garis diagonal maka model regresi


memenuhi asumsi normal z. I " I "

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA


Observed
Gambar 4.3. Grafik NPP Regression Standardized Residual Variabel
Motivasi (X3) Terhadap Variabel Prestasi Belajar Siswa

1.1111
3) NPP Variabel Kurikulum (Xi) dan Kompetensi
Guru (X2) secara simultan/bersama-sama Terhadap Variabel Prestasi
Belajar Siswa.

Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik) menyebar di sekitar


garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal berarti bahwa
model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel terikat (Prestasi
Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel kurikulum dan kompetensi
guru secara bersama-sama. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal
dan mengikuti garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
97

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

Observed Cum Prob

Gambar 4.4. Grafik NPP Regression Standardized Residual


190

Variabel Kurikulum dan Kompetensi Guru Terhadap Variabel


Prestasi Belajar
Siswa

5) NPP Variabel Kurikulum (Xi) dan Motivasi (X3)

secara simultan/bersama-sama Terhadap Variabel Prestasi

Belajar Siswa. — -
Dari grafik di bawah ini terlihat data (titik-titik) menyebar di sekitar
garis diagonal serta penyebarannya mengikuti garis diagonal berarti bahwa
model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel terikat (Prestasi
Belajar Siswa) berdasarkan masukan variabel kurikulum dan motivasi
secara bersama-sama. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR SISWA

LLI

Obs e r v e d C um Pr ob

Gambar 4.5. Grafik NPP Regression Standardized Residual


Variabel Kurikulum dan Motivasi Terhadap Variabel Prestasi Belajar
Sisw

1 Redja Mudyaharjo, Pendidikan, Sebuah studi Awal tentang Dasar-


dasar Pendidikan
191

pada Umumnya daPendidikan di Indonesia (Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada, 2001), h. 3.
3
Nana S. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktek (Bandung :
PT. Remaja Roesdakarya, 2005), h.4-6

Pengelolaan pendidikan semakin berkembang dalam banyak hal,


termasuk strategi pembiayaan yang semakin ketat karena harus mencapai
derajat mutu pendidikan yang terbaik. Salah satu faktor yang cukup
memberikan pengaruh terhadap mutu dan kesesuaian pendidikan adalah
anggaran pendidikan yang memadai. Persoalan anggaran pendidikan ini
akan menyangkut besarnya anggaran dan alokasi anggaran (Hasbullah
2010:45). Dengan adanya anggaran pendidikan sebuah lembaga
pendidikan dapat menyusun alokasi dana yang dibutuhkan untuk
menopang seluruh kegiatan sehingga sesuai dengan target yang
diharapkan. Pembiayaan pendidikan memang sangat mahal dengan
asumsi jika kita menginginkan sebuah lembaga yang berkualitas maka
harus didukung dengan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan,
peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, dana
operasioanl yang cukup, kenyamanan bagi kegiatan pembelajaran peserta
144 Kisbiyanto Pengefektifan Manajemen Pembiayaan Pendidikan didik
dan fasilitas yang lengkap. Hal ini akan dapat terwujud apabila ditunjang
dengan anggaran yang memadai. Kenyataan tersebut telah dibuktikan
oleh lembaga pendidikan yang ada disekitar kita dengan adanya
kemapanan biaya sebuah lembaga pendidikan dapat memenuhi
kebutuhan sesuai standar pengelolaan pendidikan. Sehingga dapat
menopang proses pembelajaran yang maksimal dengan harapan dapat
menghasilkan lulusan yang berkualitas. Namun sebuah pembiayaan yang
tepat tidak mungkin terjadi apabila kita tidak memiliki dasar atau
pengetahuan tentang itu. Pembiayaan pendidikan sangat penting untuk
perencana pendidikan dan para pembuat kebijakan pendidikan
192

(Kisbiyanto 2008:102). Untuk dapat menentukan rencana pembiayaan


yang tepat maka kita harus memiliki ilmu dan mau mempelajari tentang
dasar pembiayaan pendidikan, ruang lingkup pembiayaan pendidikan dan
karakteristik biaya pendidikan. Apabila kita memiliki ilmu tentang dasar
pembiayaaan pendidikan, ruang lingkup pembiayaan pendidikan dan
karakteristik pembiayaan pendidikan dapat membuat estimasi yang tepat
dan mampu memilah kebutuhan yang harus diutamakan. Studi tentang
pendidikan semakin difokuskan pada aspek-aspek yang sangat detail
seiring dengan semakin komplek dan detailnya permasalahan dalam
pendidikan yang membutuhkan solusi dan alternatif inovasinya. Di dalam
kajian manajemen pendidikan juga demikian halnya. Aspek perencanaan
pendidikan, efisiensi, efektifitas, produktifitas baik yang menyangkut man,
money, material maupun method perlu mendapat kajian terfokus dan
mendalam.

Pengertian Kurikulum dan Komponen-komponen Kurikulum

Posted by : Lesmana_1717 September 2014


193

Kurikulum

            Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program


pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Sedangkan menurut Hilda Taba (1962), Kurikulum sebagai a plan for
learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa.
Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai
dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di
sekolah.
Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam
definisi kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang
dimaksudkan dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu
tentang kualitas pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran
atau ide akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum
yang dihasilkan, baik sebagai dokumen mau pun sebagai pengalaman
belajar. Oleh karena itu Oliva (1997:12) mengatakan “Curriculum itself
is a construct or concept, a verbalization of an extremely complex idea
or set of ideas”.
Selain kurikulum diartikan sebagai dokumen, para ahli kurikulum
mengemukakan berbagai definisi kurikulum yang tentunya dianggap
sesuai dengan konstruk kurikulum yang ada pada dirinya. Perbedaan
pendapat para ahli didasarkan pada isu berikut ini:
 filosofi kurikulum

 ruang lingkup komponen kurikulum

 polarisasi kurikulum – kegiatan belajar

 posisi evaluasi dalam pengembangan kurikulum

Pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum


ditandai oleh pengertian kurikulum yang dinyatakan sebagai “subject
matter”, “content” atau bahkan “transfer of culture”. Khusus yang
mengatakan bahwa kurikulum sebagai “transfer of culture” adalah
dalam pengertian kelompok ahli yang memiliki pandangan filosofi yang
dinamakan perennialism  (Tanner dan Tanner, 1980:104). Filsafat ini
memang memiliki tujuan yang sama dengan essentialism  dalam hal
intelektualitas. Seperti dikemukakan oleh Tanner dan Tanner
(1980:104-113) keduanya pandangan filosofi itu berpendapat bahwa
adalah tugas kurikulum untuk mengembangkan intelektualitas. Dalam
istilah yang digunakan Tanner dan Tanner
194

(1980:104) perennialism mengembangkan kurikulum yang merupakan


proses bagi“cultivation of the rational powers: academic
excellence” sedangkan essentialism  memandang kurikulum sebagai
rencana untuk mengembangkan “academic excellence dan cultivation
of intellect”.Perbedaan antara keduanya adalah menurut
pandangan perenialism “the cultivation of the intellectual virtues is
accomplish only through permanent studies that constitute our
intellectual inheritance”.Permanent studies adalah konten kurikulum
yang berdasarkan tradisi Barat terdiri atas Great Books, reading,
rhetoric, and logic, mathematics. Sedangkan
bagi essentialism beranggapan bahwa kurikulum haruslah
mengembangkan “modern needs through the fundamental academic
disciplines of English, mathematics, science, history, and modern
languages” (Tanner dan Tanner, 1980:109).
Perbedaan ruang lingkup kurikulum juga menyebabkan berbagai
perbedaan dalam definisi. Ada yang berpendapat bahwa kurikulum
adalah “statement of objectives” (McDonald; Popham), ada yang
mengatakan bahwa kurikulum adalah rencana bagi guru untuk
mengembangkan proses pembelajaran atau instruction (Saylor,
Alexander,dan Lewis, 1981) Ada yang mengatakan bahwa kurikulum
adalah dokumen tertulis yang berisikan berbagai komponen sebagai
dasar bagi guru untuk mengembangkan kurikulum guru (Zais,1976:10).
Ada juga pendapat resmi negara seperti yang dinyatakan dalam
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa
kurikulum adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaranserta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untukmencapai
tujuan pendidikan tertentu” (pasal 1 ayat 19).
Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan
pengertian yang membedakan antara apa yang direncanakan
(kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas (instruction
atau pengajaran). Memang banyak akhli kurikulum yang menentang
pemisahan ini tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya
perbedaan antara keduanya. Kelompok yang menyetujui pemisahan itu
beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin saja
terlaksana tapi mungkin juga tidak sedangkan apa yang terjadi di
sekolah/kelas adalah sesuatu yang benar-benar terjadi yang mungkin
berdasarkan rencana tetapi mungkin juga berbeda atau bahkan
menyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan titik pandangan
ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok akhli
kurikulum dengan akhli teaching (pangajaran). Baik akhli kurikulum
mau pun pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas tetapi
dengan latar belakang teoritik dan tujuan.

Komponen-Komponen Kurikulum
195

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen –


komponen tertentu. komponen – komponen apa saja yang membentuk
sistem kurikulum itu? Bagaimana keterkaitan antar komponen itu?
Anda dapat memperhatikan bagan dibawah ini.

Bagan tersebut menggambarkan bahwa sistem kurikulum


terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi
kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan
komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus
saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang
membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan
komponen lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga
akan tergganggu.

 Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang


diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat
kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.
Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang
di cita – citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan
tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang
pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan
misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan
setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.

    Komponen Isi/ Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan


pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada
isi setiap materi pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan
kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan
untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

     Komponen Metode/ Strategi


196

Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam


pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang
memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan
implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang
harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka
maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi
rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rajakoni
mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum
perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita
cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan
rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian
penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya
pencapaian tujuan.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa
jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya
untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode
ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan
media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan
metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving
something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Istilah lain juga yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan
strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998)
misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa menurunkan strategi
197

pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran


induktif. Dengan demikian, istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.

     Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum.


Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu
dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut
menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat
keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua
jenis, yaitu tes dan nontes.
Share This

Biaya Pendidikan adalah semua pengeluaran yang memiliki


kaitan langsung dengan penyelenggaraan pendidikan. Anggaran
pembiayaan pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain,
yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk
menacapai tujuan-tujuan pendidikan. (Nanang Fattah, 2009:23)

Biaya pendidikan meliputi biaya investasi, biaya operasional, dan biaya


personal.

a.         Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,


pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.

b.         Biaya operasioanal meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan,


serta segala tunjangan yang melekat pada gaji; bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya pendidikan tak langsung berupa air,
198

jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,


transportasi, konsumsi, pajak,  dan sebagainya.

c.         Biaya personal meliputi pembiayaan yang harus dikeluarkan oleh


peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur
dan berkelanjutan.

Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting


yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara
keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa (unitcost).

Biaya satuan ditingkat sekolah merupakan agregate biaya pendidikan


tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan
masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam
satu tahun pelajaran. Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang
menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-
sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh
pedidikan. (Nanang Fattah, 2009:23)

      Secara umum, pembiayaan pendidikan dibedakan menjadi dua jenis,


yaitu; (1) biaya rutin (recurring cost) dan biaya modal (capital cost).
Recurring cost pada intinya mencakup keseluruhan biaya operasional
penyelenggaraaan pendidikan, seperti biaya administrasi, pemeliharaan
fasilitas, pengawasan, gaji, biaya untuk kesejahteraan, dan lain-lain.

      Sementara, capital cost atau sering pula disebut biaya pembangunan


mencakup biaya untuk pembangunan fisik, pembelian tanah, dan
pengadaan barang-barang lainnya yang didanai melalui anggaran
pembangunan.

Dalam pembiayaan hal yang tidak kalah penting dalam pembiayaan


pendidikan adalah penganggaran, penyusunan rencana oprasional ynang
199

dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk satuan uang yng digunakan


sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan-kegiatan lembaga dalam
kurun waktu tertentu.

      Akumulasi biaya dibagi jumlah siswa akan diketahui besarnya biaya


satuan (unit cost). Unit cost yang dimaksud di sini adalah unit cost per
siswa. Unit cost per siswa memiliki empat makna. Pertama, unit cost per
siswa dilihat dari aspek recurring cost. Kedua, unit cost per siswa dilihat
dari aspek capital cost. Ketiga, unit cost per siswa dilihat dari akumulasi
atau perjumlahan dari recurring cost dengan capital cost. Keempat, unit
cost per siswa dilihat dari recurring cost, capital cost, dan seluruh biaya
yang dikeluarkan langsung oleh siswa untuk keperluan pendidikannya.

B.  Pembahasan

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia pada masa


yang akan datang, sebab pendidikan merupakan suatu investasi yang
sangat baik dan sebagai proses pembentukan manusia untuk menumbuh
kembangkan potensi yang ada.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk


miningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam UUD
1945 pasal 31 “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran.” Hal ini membuktikan adanya langkah pemerataan pendidikan
bagi seluruh warga negara Indonesia. Kenyataannya, tidak semua orang
dapat memperoleh pendidikan yang selayaknya, dikarenakan berbagai
faktor termasuk mahalnya biaya pendidikan yang harus dikeluarkan.

Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik


Indonesia 1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga
negara berhak mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
200

undang; negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-


kurangnya 20% (dua puluh persen) dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional. Menurut Undang-undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pendidikan merupakan urusan
wajib yang menjadi kewenangan Pemda, baik Provinsi maupun
Kabupaten/Kota, dan oleh karenanya Pemda berkewajiban untuk
mengurus dan membiayai pendidikan.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih


lanjut telah mengatur beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan
pendidikan yaitu pada Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima
belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa setiap
peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
beasiswa bagi yang berprestasi yang orangtuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi
mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

Pemerintah memberikan arahan tentang perlunya disusun delapan


standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Untuk memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Anggaran pembiayaan pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan


satu sama lain, yaitu anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran
untuk memcapai tujuan-tujuan pendidikan. Yang di maksud dengan
anggaran peneriamaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun
oleh sekolah sebagai sumber resmi dan di terima secara teratur. Untuk
201

sekolah negeri biasanya memiliki sumber-sumber anggaran dari


pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat sekitar, orang tua
murid, dan sumber lain. Sedangkan yang di maksud dengan anggaran
pengeluaran adalah jumlah unag yang di belangjakan setiap tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan sekolah. Belanja sekolah sangat
bervariasi jumlah proporsinya dari satu sekolah dengan sekolah yang lain,
dan dari waktu ke waktu. (Nanang Fattah, 2009:24)

Berdasarkan pendekatan unsur biaya (ingredient approach),


pengeluaran sekolah dapat dikategorikan kedalam bebrapa item
pengeluaran, yaitu :

1.      Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran.

2.      Pengeluaran untuk tata usah sekolah.

3.      Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.

4.      Kesejahtraan pegawai

5.      Administrasi

6.      Pembiayaan teknis educative

7.      Pendataan

Perhitungan biaya dalam pengelolaan pendidikan akan di tentukan


oleh unsur-unsur tersebut.

Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar duahal penting yang


dikaji dan di analisis yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total
coast) dan biaya satuan persiswa (unit coast). biaya satuan permurid
merupakan ukuaran yang menggambarkan seberapa besar uang yang
dialokasikan kesekolah secara efektip untuk kepentingan murid
menempuh pendidikan.
202

Biaya satuan tingkat sekolah merupakan aggregate biaya pendidikan


tingkat sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, siswa, atau
masyarakat yang dikeluarakan setiap tahunnya.

Dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran sekolah (RKAS), dan


Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) di SMPN
2 Rajadesa biaya keseluruhan (total coast) selama tahun 2011 adalah
sekitar Rp. 400.205.400. yang berasal dari Pendapatan Rutin dan
Bantuan Oprasional Sekolah Pusat. Jumlah siswa di SMPN 2 Rajadesa
ada sekitar 185 orang, walaupun letak sekolah yang berada di daerah
terpencil dan tidak di lalui oleh kendaraan umum namun jumlah siswanya
cukup banyak. Ini menunjukan bahwa pendidkan sudah menjadi suatu hal
kewajiban dan tidak menyurutkan semangat walaupun di wilayah yang
cukup terpencil.

Biaya satuan persiswa (unit coast) di SMPN 2 Rajadesa adalah sekitar


Rp. 570.000. Biaya pendidikan di tanggung oleh pemerintah dengan dana
Bantuan Oprasional Sekolah (BOS). Yaitu program pemerintah yang pada
dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program
wajib belajar. Biaya satuan persiswa (unit coast) selama menempuh
pendidikan di SMPN 2 Rajadesa adalah 570.000 x 3 = 1.710.000. jadi
biaya keseluruhan seorang siswa selama menempuh pendidikan selama 3
tahun di SMPN 2 Rajadesa adalah sekitar Rp. 1.710.000.  dengan adanya
pembiayaan pendidikan oleh dana BOS di SMPN 2 Rajadesa diharapkan
siswa yang menempuh pendidikan tidak di beratkan lagioleh mahalnya
biaya pendidikan. Hal ini sesuai denganUU No 20 tentang Sisdiknas:
Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib
belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar
9 tahun yang bermutu.
203

Dengan mengikuti Petunjuk Teknis Penggunaan BOS untuk


menyalurkan dana BOS sesuai dengan aturan Petunjuk Teknis Tahun
Anggaran 2011 ditetapkan sebagai acuan/pedoman bagi Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Satuan Pendidikan Dasar dalam penggunaan Dana
BOS Tahun Anggaran 2011 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri.

Biaya pendidikan juga ada yang di sebut biaya langsung dan tidak
langsung. biaya langsung adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan
atau langsung digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sedangkan biaya
tidak langsung adalah biaya tidak menjadi kebutuhan pokok dalam
kegiatan pembelajaran, yang boleh ada dan boleh tidak ada dalam
pengadaanya.

Konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks karena komponen


biaya terdidri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan
hanya berbentuk Uang atau Rupiah semata. Tetapi dalam bentuk biaya
kesempatan (opportunity coast). biaya pendidikan merupakan anggaran
dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan
sekolah. Dengan mengetahui besarnya satuan per siswa menurut jenjang
dan satuan pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternative
kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMPN 2 Rajadesa


dianggarkan sejumlah biaya  untuk peningkatan prestasi akademik dan
non akademik. Sebagaimana tercantum dalam Rencana Kegiatan dan
angggaran sekolah (RKAS), dan Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja sekolah (RAPBS).Diharapkan dengan adanya anggaran tersebut
prestasi akademik dan non akademik di SMPN 2 rajadesa semakin
meningkat. Ini terbukti dengan meningkatnya garfik kelulusan di SMPN  2
Rajadesa, dan lulusannya sebagian besar melanjutkan sekolah ke jenjang
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dalam prestasi non akademik SMPN
2 Rajadesa cukup memuaskan, diantaranya masuk kedalam peringkat 5
besar Pramuka sekecamatan Rajadesa.
204

  BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks dari keuntungan,


karena komponen biaya terdiri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya
pendidikan bukan hanya berbentuk uang dan rupiah, tetapi juga dalam
bentuk biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan ini sering
disebut “Income Forgone” yaitu potensi pendapatan bagi seorang siswa
selama ia mengikuti pelajaran atau mengikuti study. Biaya pendidikan
merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik
keuangan sekolah

Pelayanan pendidikan belum dapat sepenuhnya disediakan dan


dijangkau oleh seluruh warga negara. Selain karena fasilitas pendidikan
belum mampu disediakan di seluruh pelosok tanah air, termasuk di daerah
terpencil dan kepulauan, biaya pendidikan juga dinilai makin mahal. Masih
banyaknya penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan
merupakan salah satu kendala utama terbatasnya partisipasi pendidikan
di Indonesia.

kualitas pendidikan masih rendah dan belum mampu memenuhi


keperluan peserta didik dan pembangunan, yang terutama disebabkan
oleh (1) kurang dan belum meratanya pendidik dan tenaga kependidikan,
baik secara kuantitas maupun kualitas; (2) belum memadainya
ketersediaan fasilitas belajar terutama buku pelajaran dan prasarana
penunjang termasuk peralatan peraga pendidikan;

13

(3) belum berjalannya sistem kendali mutu dan jaminan kualitas


pendidikan, dan (4) belum tersedianya biaya operasional yang diperlukan
untuk pelaksanaan proses belajar mengajar secara bermutu.
205

Kesenjangan tingkat pendidikan penduduk perkotaan dan perdesaan


juga cukup besar. Hal tersebut disebabkan, antara lain, oleh ketersediaan
fasilitas pelayanan pendidikan, khususnya untuk jenjang pendidikan
menengah pertama ke atas yang belum merata khususnya di daerah
terpencil.

Pendidikan, secara umum menjadi tangung jawab negara. Konstitusi


membebankan tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pendidikan nasional kepada pemerintah. Tetapi kenyataannya, kinerja
negara dalam mendukung pendidikan dasar adalah masih rendah. Hal ini
terbukti masih banyaknya potret buram dunia pendidikan dasar kita,
dimulai dari gedung Sekolah Dasar yang sudah tak layak pakai, roboh,
sampai kepada kesejahteraan para guru yang belum memadai.

Dengan adanya bantuan Oprasional sekolah para siswa sekarang


sudah tidak dibabankan lagi dengan beratnya biaya pendidikan. Bahkan,
bagi keluarga yang sangat miskin membantu meringankan pembiayaan
sekolah.

bantuan biaya pendidikan bagi anak dari keluarga miskin di daerah


terpencil yang tempat tinggalnya jauh dari sekolah mestinya juga
memperoleh perlakuan khusus. Seperti contohnya SMPN 2 Rajadesa
yang masih ada perbedaan dalam media pembelajaran dibandingkan
dengan sekolah setingkat SMP yang berada di wilayah perkotaan.

B. Saran

      Sekolah adalah bentuk lembaga pelayanan pendidikan kepada


masyarakat. Atas dasar itu maka semestinya pemerintah memberikan
penghargaan kepada lembaga pendidikan.

      sekaligus memenuhi semua kekurangan yang dialami oleh lembaga


pendidikan yang telah berpartsisipasi.      Dana BOS tidak menutup
semuanya, hanya sebagian operasional. Maka pemerintah daerah wajib
menutup kekurangan biaya operasional sekolah penyelenggara
206

pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs). Itu karena daerah juga terbebani
untuk menyukseskan pendidikan dasar sembilan tahun.

DAFTAR PUSTAKA

A.  Buku

Fattah Nanang. 2009. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan, PT Remaja


Rosdkarya: Bandung.

Supriadi Dedi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, PT


Remaja Rosdakarya: Bandung.

B.  Internet

Blog Wirabuana.wordpress.com. 2010-01-05.standar pembiayaan


pendidikan. [Online].
Tersedia :http://blogwirabuana.wordpress.com/2010/01/05/standar-
pembiayaan-pendidikan/
207

Kabar Pendidikan. Blogspot. com.  2011. Pembiayaan pendidikan.


[Online]. Tersedia : http://kabar-
pendidikan.blogspot.com/2011/04/pembiayaan-pendidikan.html

Pembiayaan Pendidikan
PENDAHULUAN

Sekolah, sebagai suatu lembaga/institusi mempunyai satu tujuan atau


lebih. Dalam langkah mencapai tujuan tersebut, perlu disusun rencana
dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Pada umumnya tujuan
Sekolah dipaparkan dalam bentuk Visi dan Misi Sekolah. Cara
pencapaiannya dilakukan melalui berbagai perencanaan dan program
kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Pengembangan Sekolah
(RPS).

Umumnya sekolah cenderung statis dan mulai bergerak setelah


masalah muncul ke permukaan. Perencanaan dilakukan tidak hanya untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapi, tetapi juga untuk perencanaan
ke depan dalam hal peningkatan kinerja sekolah atau untuk
mengantisipasi perubahan dan tuntutan jaman. Pada umumnya Sekolah
lebih mengutamakan pengembangan fisik, padahal pengembangan non-
fisik jauh lebih penting, karena salah satu tujuan utama sekolah adalah
menghasilkan anak didik yang bermutu.

Visi Misi sekolah pada umumnya masih bersifat umum, sehingga


perlu dijabarkan dalam Komponen Visi-Misi, termasuk programnya yang
harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Sekolah. Sangat sering
ditemukan Sekolah tidak mempunyai program yang relevan dengan Visi-
Misinya.

Agar sekolah dapat berkembang optimal, perlu mempunyai RPS, yang


idealnya disusun dengan mengacu pada visi dan misi sekolah, lalu
dijabarkan dalam komponen Visi-Misi. Perencanaan program dirinci
secara terukur dan realistis dalam jenis-jenis kegiatan konkrit yang
mampu dilaksanakan. Hal seperti ini perlu diidentifikasi terlebih dahulu,
dianalisis penyebabnya, dan dicarikan alternatif pemecahannya.

Alternatif untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan pilihan


prioritas atas kegiatan haruslah dicari terlebih dahulu, disusun
anggarannya, kemudian dicarikan kekurangan dananya (yang masih
diperlukan). Bukan sebaliknya, dari uang yang sudah terkumpul baru
disusun rencana dan anggarannya.
208

RPS sebaiknya dibuat bersama secara partisipatif antara pihak


sekolah (KS dan guru), bersama dengan stakeholder (pihak yang
berkepentingan lainnya), misalnya: Komite sekolah, tokoh masyarakat,
dan pihak lain yang peduli pendidikan di sekitar sekolah. Dengan
melibatkan mereka, sekolah telah menunjukkan sikap keterbukaan dan
siap bekerjasama. Hal tersebut akan meningkatkan rasa memiliki, serta
dapat mengundang simpati sehingga masyarakat akan merasa senang
memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan sekolah.

RPS disusun bersama antara pihak sekolah (KS dan guru), dengan
stakeholdernya (pihak yang berkepentingan lainnya) anatara lain: Komite
sekolah, tokoh masyarakat, dan pihak lain yang peduli pendidikan di
sekitar sekolah. Dalam penyusunan RPS ini diharapkan diterapkan
konsep sbb:

Pertama; Partisipatif, hal ini mendorong dan melibatkan tiap warga untuk


mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut
bertanggung jawab terhadap kemajuan sekolah. Untuk itu, jika menyusun
RPS sebaiknya melibatkan semua stakeholder pendidikan, misal: Kepala
Sekolah, Guru, Komite Sekolah, dan Warga. Akan lebih baik jika
melibatkan stakeholder yang lain misal; unsur Pemerintah (Dinas/
kecamatan), Swasta, LSM Peduli Pendidikan, dan lain sebagainya.

Kedua; Transparan, hal ini diperlukan dalam rangka menciptakan


kepercayaan timbal balik antar stakeholder melalui penyediaan informasi
dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai.

Ketiga; Akuntabel, segala pelaksanaan rencana dan kegiatan diusahakan


dapat meningkatkan akuntabilitas (pertanggung jawaban) para pengambil
keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan
masyarakat luas.

Kelima; Berwawasan kedepan, karena RPS adalah suatu rencana yang


disusun untuk mencapai tujuan di masa depan, perlu diingat bahwa
segala sesuatu haruslah disusun dengan mempunyai wawasan yang luas
dan kedepan.

Keenam; Spesifik, Terjangkau, dan Realistis, dalam menyusun RPS,


sekolah mengacu pada hal yang sesuai kebutuhan sekolah masing-
masing, tidak terlalu muluk, dan berpijak pada kenyataan yang ada
(kemampuan sumber daya: manusia, keuangan, dan material)
209

A. Jenis Sumber dana

Lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima


dana dari berbagai sumber. Penerimaan dari berbagai sumber tersebut
perlu dikelola dengan baik dan benar. Banyak pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan pendidikan, namun
dalam pelaksanaannya pendekatan-pendekatan tersebut memiliki
berbagai persamaan.
Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi: Anggaran
rutin (DIK); Anggaran pembangunan (DIP); Dana Penunjang Pendidikan
(DPP); Dana BP3; Donatur; dan lain-lain yang dianggap sah oleh semua
pihak yang terkait. Pendanaan pendidikan pada dasarnya bersumber dari
pemerintah, orang tua dan masyarakat (pasal 33 No. 2 tahun 1989).
Sejalan dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
sekolah dapat menggali dan mencari sumber-sumber dana dari pihak
masyarakat, baik secara perorangan maupun secara melembaga, baik di
dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan semangat globalisasi.
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber itu perlu digunakan
untuk kepentingan sekolah, khususnya kegiatan belajar mengajar secara
efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, setiap perolehan dana,
pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah
disesuaikan dengan rencana anggaran pembiayaan sekolah (RAPBS).

Berkaitan dengan alokasi anggaran/pembiayaan pada sector


pendidikan, sebagian pembiayaan ditanggung oleh pemerintah dan
sebagian lagi oleh masyarakat dan orang tua siswa. Di sekolah negeri,
biaya yang ditanggung pemerintah meliputi biaya-biaya untuk gaji kepala
sekolah, guru dan staf administrasi, pembangunan dan pemeliharaan
gedung, pengadaan perlengkapan dan bahan ajar. Pada sisi lainnya,
orang tua siswa menanggung biaya-biaya untuk kebutuhan siswa, seperti
buku, alat tulis, transportasi, akomodasi, konsumsi dan juga biaya BP3.
Sementara itu, di sekolah swasta, hampir semua biaya pendidikan
dibebankan kepada orang tua siswa, dengan pengecualian dimana
beberapa pengeluaran ditanggung yang ditanggung oleh yayasan
sekolah, masyarakat dan pemerintah dalam bentuk subsidi.

Terdapat 3 (tiga) model alokasi dana: (i) dana dekonsentrasi; (ii) dana
yang langsung ke kabupaten/kota; dan (iii) dana yang langsung ke
sekolah. Dana dekonsentrasi diberikan oleh pemerintah pusat kepada
Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Dana yang langsung ke
kabupaten/kota disebut Dana Alokasi Umum (DAU). DAU merupakan
transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi masalah
ketimpangan horizontal (antar daerah). Tujuannya adalah untuk mencapai
keseimbangan kemampuan keuangan antar daerah (Lampiran Keputusan
210

Presiden RI No. 1/2003). Melalui sistem block grant, pemerintah daerah


diberi keleluasaan mengelola dana tersebut dalam hal besarnya dana
yang dialokasikan untuk setiap sektor, termasuk sektor pendidikan. Hal ini
cenderung mengakibatkan munculnya perbedaan pola dalam penggunaan
DAU oleh kabupaten/kota, tergantung pada anggaran masing-masing
yang ada.

Dana Alokasi Umum (DAU); merupakan mekanisme primer dalam


memanfaatkan kemampuan meningkatkan pendapatan untuk mendanai
kebutuhan daerah. Ini merupakan suatu skema block grant menggunakan
mekanisme pemerataan, dengan 90% didistribusikan ke pemerintah
daerah dan hanya 10% ke propinsi. DAU memiliki tujuan keuangan antar
pemerintah yang lebih luas daripada sekedar sektor pendidikan, tetapi
melalui mekanisme ini bahwa gaji guru ditransfer, setidaknya untuk guru
yang merupakan PNS. DAU dikelola pada kebijaksanaan pemerintah
daerah.

Dana Alokasi Khusus (DAK); diperuntukkan untuk sektor dan


ditujukan untuk peningkatan infrastruktur, dan didesain sebagai program
bantuan/grant yang spesifik. Ini juga dimaksudkan untuk merangsang
pembelajaran tambahan pada prioritas nasional. DAK untuk pendidikan
diajukan untuk mendukung rehabilitasi ruang kelas dan ruang gedung
SD/MI dan secara khusus tidak ditujukan untuk operasional sekolah, biaya
administrasi, perjalanan atau pelatihan.

Sekolah-sekolah secara individu mengajukan proposal pendanaan


DAK pada Dinas, yang melaksanakan proses seleksi. Begitu pendanaan
disetujui, dana ditransfer langsung dari Departemen Pendidikan Nasional
ke bendahara Kabupaten/kota, kemudian Dinas akan mengalokasikan
dana tersebut pada sekolah-sekolah yang telah terseleksi. Harus ada
dana pendamping minimal 10% yang disediakan. Dana DAK secara
nominal digunakan untuk proyek modal yang diusulkan pemerintah daerah
yang mana tidak tersedia dana dari sumber lain. Terdapat suatu proses
pengajuan yang mempertimbangkan baik aspek kemanfaatan proyek dan
kebutuhan pembiayaan daerah tersebut.

Daftar Isian Proyek (DIP); Elemen penting lainnya mengenai


sistem pembayaran di Indonesia adalah Daftar Isian Proyek (DIP), ini
merupakan pembelanjaan proyek untuk pelayanan lokal oleh departemen
teknis pusat. Dana DIP dialokasikan diantara departemen, dan diantara
sektor pembangunan, sebagai hasil dari diskusi lintas departemen dengan
DPR dan Presiden. Dalam setiap Departemen, dana DIP kemudian
dialokasikan berdasarkan prioritas sektoral dan pedoman umum lainnya
(misal sasaran sektor pendidikan). Oleh karena itu, proses alokasi yang
211

bersifat sektoral dan geografis agaknya masih bersifat temporer (e.g.


Lewis and Chakeri, 2004b).

Bantuan Operasional Sekolah (BOS)/ School Operational


Assistance; Dimulai pada pertengahan tahun 2005,
Pemerintah Indonesiamengalokasikan kembali dana subsidi Bahan Bakar
Minyak (BBM) untuk mendukung pendanaan operasional sekolah. Dana
tersebut dialokasikan Departemen Pendidikan Nasional dengan
memperkenalkan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan
dimaksudkan untuk meningkatkan akses bagi semua anak (laki dan
perempuan) ke sekolah tingkat SD dan SMP, untuk memperoleh
pendidikan yang lebih baik, termasuk : i) meningkatkan jumlah murid
Wajib Belajar (WAJAR) 9 tahun, ii) memberi kesempatan yang lebih besar
pada anak yang kurang memiliki akses ke layanan pendidikan, terutama
dari keluarga miskin dan iii) mencegah murid dari putus sekolah akibat
menurunnya daya beli orang tua semenjak ada kenaikan harga BBM.

Dana BOS hanya dapat dibelanjakan untuk biaya operasional (selain


belanja untuk gaji) : sumberdaya pendidikan yang digunakan, atau
digunakan kurang dari 1 tahun. Dana BOS tidak dapat dibelanjakan untuk
biaya investasi (sumberdaya pendidikan yang tidak dikonsumsi, atau
dipergunakan lebih dari 1 tahun). Mekanisme untuk memperoleh BOS
bagi pemerintah daerah tersebut adalah : i) pemerintah daerah
menyerahkan data jumlah sekolah dan jumlah murid total ke Propinsi, ii)
anggaran dialokasikan pada tingkat propinsi dan iii) anggaran pusat
dialokasikan dan dana dicairkan sebagai hibah ke sekolah.

Bantuan Khusus Murid (BKM)/Student Assistance or


Scholarship: Sebagian uang juga dialokasikan untuk Bantuan Khusus
Murid (BKM) atau beasiswa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
tingkat penerimaan murid dari kelompok keluarga miskin di sekolah tingkat
SMP (kelas 10-12). Mekanismenya mirip dengan mekanisme untuk BOS.

B. Pengelolaan Sumber Dana


Sekolah bersama-sama dengan tokoh masyarakat dalam hal ini
komite sekolah/ dewan sekolah dapat mencari, menggali, merencanakan
dan memonitor penggunaan dana dalam rangka melaksanakan program
yang telah disusun bersama. School Based Management adalah
merupakan gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan
sekolah sebagai satu entitas sistem, dalam format ini kepala sekolah dan
guru-guru sebagai kelompok profesional, bermitra dengan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya, dianggap memiliki kapasitas untuk
memahami kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi
212

sekolah dalam upaya mengembangkan program-program sekolah yang


diinginkan sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Prinsip perencanaan anggaran sampai dengan penggunaan dan
pertanggungjawaban dapat dilakukan bersama antara stake holders
sekolah dengan masyarakat dalam hal ini dewan sekolah/komite sekolah.
Fungsi dasar suatu anggaran adalah sebagai suatu bentuk perencanaan,
alat pengendalian, dan alat analisis. Penyusunan anggaran berangkat dari
rencana kegiatan atau program yang telah disusun dan kemudian
diperhitungkan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut, bukan dari jumlah dana yang tersedia dan bagaimana
dana tersebut dihabiskan. Dengan rancangan yang demikian fungsi
anggran sebagai alat pengendalian kegiatan akan dapat diefektifkan.
Langkah-langkah penyusunan anggaran yang dilakukan dan
direncanakan bersama masyarakat meliputi:
a. Menginventarisasi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
b. Menyusun rencana berdasar skala prioritas pelaksanaannya
c.Menentukan program kerja dan rincian program
d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program
e. Menghitung dana yang dibutuhkan
f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana
Berbagai rencana yang dituangkan ke dalam Rencana dan
Program Tahunan sekolah pada dasarnya untuk merealisasikan program
sekolah, oleh karena itu anggaran yang diperlukan juga tercakup dalam
Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Sekolah (APBS). Anggaran
untuk rencana program MBS dapat berasal dari berbagai sumber dana.
Prinsip efisiensi harus diterapkan dalam penyusunan rencana anggaran
setiap program sekolah. Pada anggaran yang disusun perlu dijelaskan,
apakan rencana program yang akan dilaksanakan merupakan hal yang
baru atau merupakan kelanjutan atas kegiatan yang telah dilaksanakan
dalam periode sebelumnya, dengan menyebutkan sumber dana
sebelumnya.
Di dalam anggaran yang disusun harus memuat informasi/data
minimal tentang:

a. Informasi rencana kegiatan: sasaran, uraian rencana kegiatan,


penanggungjawab, rencana baru atau lanjutan

b. Uraian kegiatan program: program kerja, rincian program

c. Informasi kebutuhan: barang/jasa yang dibutuhkan, volume kebutuhan

d. Data kebutuhan: harga satuan, jumlah biaya yang diperlukan untuk


sekolah volume kebutuhan
213

e. Jumlah anggaran: jumlah anggaran untuk masing-masing rincian


program, rencana program, dan total anggaran untuk seluruh
rencana kegiatan periode terkait.

f. Sumber dana: total sumber dana, masing-masing sumber dana yang


mendukung pembiayaan program.

Dalam pelaksanaan kegiatannya, jumlah yang direalisasikan bisa


terjadi tidak sama dengan anggarannya (karena sesuai dengan kondisi
pada saat transaksi), bisa kurang atau lebih dari jumlah yang telah
dianggarkan. Realisasi keuangan yang tidak sama dengan anggaran,
terutama yang cukup besar perbedaannya (jumlah material), harus
dianalisis sebab-sebabnya dan apabila diperlukan dapat dilakukan revisi
anggaran agar fungsi anggaran dapat tetap berjalan. Perbedaan antara
realisasi pengeluaran dengan anggarannya bisa terjadi karena:

a. Adanya efisiensi atau inefisiensi pengeluaran;

b. Terjadi penghematan atau pemborosan;

c. Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan yang telah


diprogramkan;

d. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi, atau

e. Penyusunan anggaran yang kurang tepat.

Sifat anggaran yang lain adalah bahwa anggaran bersifat luwes, artinya
apabila dalam perjalanan pelaksanaan kegiatan ternyata harus dilakukan
penyesuaian kegiatan, maka anggaran dapat direvisi dengan menempuh
prosedur tertentu. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi adalah:
1. Adanya suatu kegiatan program yang sebelumnya tidak dicantumkan
di dalam proposal, sedangkan dilain pihak terdapat rencana kegiatan
yang telah dicantumkan dalam proposal namun tidak jadi
dilaksanakan karena suatu sebab. Apabila terjadi perubahan yang
demikian, sekolah harus melaporkannya secara tertulis ke komite
sekolah/dewan sekolah untuk mendatkan persetujuan tanpa melihat
besarnya perubahan jumlah anggaran yang terjadi dan selanjutnya
menginformasikan kepada Dinas Pendidikan
Propinsi/Kabupaten/Kota.
2. Perubahan yang tidak berkaitan dengan rencana kegiatan, hanya
dalam komponen program atau aktivitas. Apabila terjadi perubahan
komponen program atau aktivitas dan mengakibatkan perubahan
alokasi biaya di atas 10% dari total anggaran program yang
214

bersangkutan maka perubahan tersebut harus segera dilaporkan


secara tertulis ke Komite Sekolah.
3. Perubahan berkaitan dengan perubahan komponen program atau
aktivitas namun pergeseran/perubahan dana yang terjadi secara
komulatif masih di bawah 10% dari total anggaran rencana kegiatan.
Perubahan yang demikian tidak perlu dilaporkan segera tetapi cukup
diberikan penjelasan dalam laporan pelaksanaan kegiatan dan
keuangan program MBS yang disampaikan pada setiap semester.

Untuk lebih tertib dalam hal administrasi keuangan, apabila sekolah


mengajukan beberapa rencana, maka setiap rencana hendaknya memiliki
RAPBS sendiri (format Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja BS)
dan selanjutnya dibuat dalam satu anggaran keseluruhan (Rencana
Anggaran Pembiayaan BS Total) yang merupakan kompilasi dari seluruh
anggaran yang dibuat oleh sekolah dalam satu tahun pelajaran.

C. Akuntabilitas Sekolah

Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pada publik,


sekolah perlu didorong untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS). Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah yang selanjutnya disingkat RAPBS adalah rencana
terpadu penerimaan dan penggunaan serta pengelolaan dana selama
satu tahun pelajaran.

Tujuan pedoman penyusunan rencana anggaran pendapatan dan


belanja sekolah adalah acuan bagi pengelola pendidikan, komite sekolah,
dan orangtua/wali siswa dalam penyusunan RAPBS untuk memenuhi
seluruh pembiayaan kebutuhan dan/atau kegiatan sekolah yang
selanjutnya dibahas melalui mekanisme demokrasi, transparan dan
akuntabel untuk ditetapkan menjadi anggaran APBS.

Sasaran pedoman penyusunan RAPBS adalah tersedianya


informasi penerimaan dan penggunaan keuangan sekolah yang berasal
dari berbagai sumber dana sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
pendidikan yang mengakibatkan penggunaan keuangan sekolah.

RAPBS ini disusun tahunan dan bersifat terbuka. Hal itu untuk
mengikis korupsi dan mendidik sekolah menjadi organisasi modern. Salah
satu ciri organisasi modern adalah memiliki perencanaan anggaran.
Sejumlah sekolah memiliki RAPBS, tapi belum ada yang benar- benar
disiplin dan transparan. Dengan adanya RAPBS, sekolah harus
mengestimasi dari mana saja akan mendapatkan uang, seperti iuran,
sumbangan perorangan, badan usaha swasta, atau subsidi negara.
215

Sekolah juga mengestimasi uang itu akan dikeluarkan untuk apa saja.
Dari sini, audit menjadi ada dasarnya.

Cara penyusunan RAPBS pun harus jelas. RAPBS disusun dan


diputuskan paling tidak oleh kepala sekolah dan orangtua siswa dan tidak
bisa ditentukan satu-dua orang. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah yang selanjutnya disingkat APBS adalah keuangan tahunan
sekolah sebagai pedoman pembiayaan penyelenggaraan sekolah yang
ditetapkan melalui rapat pleno orangtua/wali siswa, komite sekolah, dan
dewan guru serta disahkan pejabat yang ditetapkan.

RAPBS dibahas dalam rapat pleno seluruh orangtua/wali siswa,


pengurus komite sekolah, guru, tata usaha sekolah dan unsur lain yang
relevan, secara musyawarah dengan prinsip demokratis, transparan, dan
akuntabel. Selanjutnya RAPBS ditetapkan menjadi APBS oleh Kepala
Sekolah bersama Komite Sekolah. Diduga gagasan ini akan banyak
ditentang sekolah karena ini justru akan mempersempit ruang gerak
"bermain" sekolah. "Pihak sekolah akan cenderung menghindari ini karena
di situlah dana tilepan bermain.

Dalih, meski di bibir mengiyakan, namun dalam hati tampak berat


sekali. Sehingga dalihnya adalah, semua pihak dalam komunitas sekolah
bisa tidak menerima itu. Sekolah sebagai lembaga pendidikan belum
banyak dilihat dari perspektif pendanaan. Jadi, perlu sosialisasi. Padahal,
pengelolaan keuangan di tubuh sekolah saat ini masih centang-perenang.
Contoh, untuk mendapatkan dana, kepala sekolah mengadakan
pungutan-pungutan yang tak memiliki dasar. Bahkan, umumnya guru pun
ditarget untuk mencari dana dan setor ke kepala sekolah. Masing-masing
guru akhirnya ada juga yang mengantongi uang pungutan. Ini yang
membuat sekolah rusak.

Dengan adanya dorongan sekolah untuk menyusun RAPBS, maka


pengelolaan keuangan sekolah akan menjadi relatif bersih. Sehingga
kasus penyelewengan dana BOS yang belakangan marak terungkap di
berbaga media pun, niscaya mengalir ke kantong individu-individu
sekolah.Memang, saatnya, sekolah memiliki perencanaan anggaran
sebagai landasan hukum terkait penerimaan dan pengeluaran sekolah.

D. Menyusun Rencana Anggaran, Pendapatan dan Belanja Sekolah


&Madrasah (RAPBS & RAPBM)

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah & madrasah


(RAPBS/RAPBM) adalah rencana biaya dan pendanaan rinci untuk tahun
pertama RPS & RPM. RAPBS & RAPBM merupakan dokumen anggaran
216

sekolah & madrasah resmi yang harus ditandatangani oleh Komite


Sekolah & Madrasah dan Kepala Sekolah & Madrasah serta
penanggungjawab perumusan RAPBS & RAPBM, untuk menjadi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah & madrasah (APBS &
APBM).

RAPBS & RAPBM dibuat hanya untuk satu tahun


anggaran/pelajaran mendatang, dan terdiri dari 2 bagian: Pendapatan dan
Pengeluaran. RAPBS & RAPBM mencakup semua biaya dan pendapatan
yang ada pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya Tahunan,
khususnya untuk tahun anggaran mendatang. Pendapatan yang
dicantumkan di RAPBS & RAPBM hanya mencakup dana dalam bentuk
uang, baik yang akan diterima dan dikelola langsung oleh sekolah &
madrasah. Pendapatan yang dicantumkan di RAPBS & RAPBM hanya
mencakup dana dalam bentuk uang yang akan diterima dan dikelola
langsung oleh sekolah dan madrasah.

APBS merupakan rumusan panduan bagi pelaksaan kegiatan di


sekolah dalam satu tahun yang mengambarkan distribusi hak dan
kewajiban antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, sekaligus menjadi
perwujudan amanah orang tua siswa pada penyelenggara sekolah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan. Penting karenanya dalam penyusunan
maupun pelaksanaan APBS melibatkan berbagai pihak dalam sekolah,
mulai dari kepala sekolah, guru, komite sekolah, maupun masyarakat.

Secara formal pemerintah memang mendorong keikutsertaan


masyarakat dalam penyusunan RAPBS menjadi APBS dan memantau
pelaksanaannya. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
(Kepmendiknas) nomor 044/U/2002 dengan jelas menyatakan salah satu
fungsi komite sekolah yang mewadahi aspirasi masyarakat memberikan
masukan, pertimbangan, dan rekomendasi dalam penentuan RAPBS,
termasuk melakukan evaluasi dan pelaksanaannya.6 Selain itu, APBS
merupakan cerminan kekuatan sekolah dalam membiayai
penyelenggaraan kegiatan pendidikannya sekaligus menggambarkan
status ekonomi keluarga siswa. APBS terdiri dari rencana pendapatan dan
rencana pengeluaran sekolah.

Dalam rencana pendapatan terdapat komponen sumber dana yang


berasal dari pemerintah, siswa, dan sumbangan masyarakat lainnya.
Sedangkan pengeluaran terdapat komponen gaji guru (pegawai) yang
paling dominan dan non-gaji (pemeliharaan, pengadaan sarana
penunjang seperti alat peraga, penyelenggaraan KBM, serta kegiatan
ekstrakurikuler). Komponen gaji di sekolah negeri yang bersumber dari
pemerintah bersifat tetap. Sekolah tidak dapat melakukan perubahan
217

kecuali menyalurkan kepada para guru. Karena komponen gaji sangat


dominan maka besar kecil APBS sangat bergantung pada jumlah guru.

Selain itu, APBS juga sangat bergantung pada jumlah siswa,


semakin banyak semakin besar dana APBS. Sedangkan komponen non-
gaji mencerminkan kekuatan sekolah dalam mendukung proses
pendidikan karena alokasinya langsung menunjang keperluan sekolah.
Oleh karena itu kekuatan APBS dalam mendukung penyelenggaraan
pendidikan bukan semata-mata bergantung pada jumlah totalnya,
malainkan berapa besar komponen nongaji didalamnya.

E. Pengelolaan yang Efektif

Pengelolaan akan dianggap efektif apabila merujuk pada Rencana


Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) untuk satu tahun
pelajaran, para kepala sekolah bersama semua pemegang peran di
sekolah pada umumnya menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Merancang suatu program sekolah yang ideal untuk mencapai


tujuan yang diinginkan pada tahun pelajaran yang bersangkutan.
2. Melakukan inventarisasi semua kegiatan dan menghitung perkiraan
kebutuhan dana penunjang.
3. Melakukan peninjauan ulang atas program awal berdasarkan
kemungkinan tersedianya dana pendukung yang dapat dihimpun.
4. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun
pelajaran yang bersangkutan.
5. Melakukan perhitungan rinci pemanfaatan dana yang tersedia
untuk masing-masing kegiatan (Depdiknas, 2000 : 178 – 179)
6. Menuangkan perhitungan-perhitungan rinci tersebut ke dalam suatu
format yang telah disepakati untuk digunakan oleh setiap sekolah.
7. Pengesahan dokumen RAPBS oleh instansi yang berwenang

Dengan tersedianya dokumen tertulis mengenai RAPBS tersebut Kepala


Sekolah dapat mengkomunikasikannya secara terbuka kepada semua
pihak yang memerlukan.

Sumber dana yang tersedia di dalam RAPBS di manfaatkan untuk


membiayai berbagai kegiatan manajemen operasional sekolah pada tahun
pelajaran yang bersangkutan. Pada umumnya pengeluaran dana yang
dihimpun oleh sekolah mencakup 5 kategori pembiayaan sebagai berikut :

a) Pemeliharaan, rehabilitasi dan pengadaan sarana/prasarana


pendidikan
218

b) Peningkatan kegiatan dan proses belajar mengajar

c) Peningkatan kegiatan pembinaan kesehatan

d) Dukungan biaya kegiatan sekolah dan peningkatan personil

e) Kegiatan rumah tangga sekolah dan BP3

Dana yang tersedia di dalam RAPBS dapat sekaligus mencakup kegiata


untuk pengembangan sekolah. Namun demikian dana untuk keperluan
pengembangan sekolah dapat disediakan secara khusus, sebagai
tambahan dari RAPBS yang telah disusun.

Untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah diprogramkan


sekolah dalam satu tahun pelajaran, diperlukan tersedianya sejumlah
dana tertentu pula. Berapa besarnya dana yang diperlukan oleh sekolah
agar tujuan itu dapat dicapai telah dihitung secara cermat oleh setiap
sekolah melalui penyusunan RAPBS. Apabila jumlah dana yang
diperlukan pada satu tahun pelajaran dibagi dengan jumlah semua siswa
kelas I, II dan III di sekolah itu, maka akan ditemukan Satuan Harga Per
Siswa (SHPS). Jumlah dana yang diperlukan oleh setiap sekolah sangat
beragam. Jumlah siswa pada setiap sekolah pun berbeda-beda. Oleh
karena itu SHPS pada masing-masing sekolah dengan sendirinya akan
berbeda pula. Meskipun demikian sebenarnya harus ada suatu patokan
SHPS minimal agar suatu mutu pendidikan tertentu dapat dicapai secara
nasional.

PEMBAHASAN

Penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama


antara pemerintah, orang tua siswa dan masyarakat, maka dana yang
dapat dihimpun oleh sekolah pada dasarnya bersumber dari tiga
komponen penanggungjawab pendidikan tersebut. Rinciannya adalah
sebagai berikut :

A. Sumber-Sumber Keuangan Sekolah

1. Dana dari Pemerintah

Dana dari pemerintah disediakan melalui jalur Anggaran Rutin


dalam daftar Isian Kegiatan (DIK) yang dialokasikan kepada semua
219

sekolah untuk setiap tahun ajaran. Dana ini lazim disebut dana rutin.
Besarnya dana yang dialokasikan di dalam DIK biasanya ditentukan
berdasarkan jumlah siswa kelas I, II dan III. Mata anggaran dan
besarnya dana untuk masing-masing jenis pengeluaran sudah
ditentukan Pemerintah di dalam DIK. Pengeluaran dan
pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana rutin (DIK) harus benar-
benar sesuai dengan mata anggara tersebut.

Adapun perincian dana seperti yang tertera di APBS dana rutin


yang berasal dari Pemerinah khususnya di SMK Negeri 1
Padhaherang adalah DASK (dana alokasi sekolah kejuruan) yakni
yang berjumlah Rp. 268.428.617 yaitu sekitar 21,7% dari total
pendapatan sekolah yang berjumlah Rp. 1.238.609.117,-

2. Dana dari Orang Tua Siswa

Dana ini disebut dana BP3 (Bantuan Penyelenggaraan dan


Pembinaan Pendidikan). Besarnya sumbangan dana BP3 yang harus
dibayar oleh orang tua siswa ditentukan oleh rapat BP3. Pada
umumnya dana BP3 terdiri atas :

a) Dana tetap bulan sebagai uang kontribusi yang harus dibayar oleh
orang tua setiap bulan selama anaknya menjadi siswa di sekolah

b) Dana insidental yang dibebankan kepada siswa baru yang


biasanya hanya satu kali selama tiga tahun menjadi siswa
(pembayarannya dapat diangsur).

c) Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua siswa


terterntu yang dermawan dan bersedia memberikan
sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan apapun.

Dilihat dari jumlah APBS diperoleh dari sumbangan dana orang tua
siwa oleh SMK Negeri Padhaherang sebesar Rp. 500.796.000 yakni
sekitar 40,4 % dari jumlah keseluruhan pendapatan sekolah sebesar
Rp. 1.238.609.117,-

3. Dana dari Masyarakat

Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak


mengikat dari anggota-anggota masyarakat sekolah yang menaruh
perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu sekolah. Sumbangan
sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud dari kepeduliannya
karena merasa terpanggil untuk turut membantu kemajuan pendidikan.
220

Dana ini ada yang diterima dari perorangan, dari suatu organisasi, dari
yayasan ataupun dari badan usaha baik milik pemerintah maupun milik
swasta.

4. Dana dari Alumni

Bantuan dari para Alumni untuk membantu peningkatan mutu


sekolah tidak selalu dalam bentuk uang (misalnya buku-buku, alat dan
perlengkapan belajar). Namun dana yang dihimpun oleh sekolah dari
para alumni merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari
mereka yang merasa terpanggil untuk turut mendukung kelancaran
kegiatan-kegiatan demi kemajuan dan pengembangan sekolah. Dana
ini ada yang diterima langsung dari alumni, tetapi ada juga yang
dihimpun melalui acara reuni atau lustrum sekolah.

5. Dana dari Peserta Kegiatan

Dana ini dipungut dari siswa sendiri atau anggota masyarakat


yang menikmati pelayanan kegiatan pendidikan tambahan atau
ekstrakurikuler, seperti pelatihan komputer, kursus bahasa Inggris atau
keterampilan lainnya.

6. Dana dari Kegaitan Wirausaha Sekolah

Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk


mendapatkan dana. Dana ini merupakan kumpulan hasil berbagai
kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapat dilakukan
oleh staf sekolah atau para siswa misalnya koperasi, kantin sekolah,
bazaar tahunan, wartel, usaha fotokopi, dll.

7. Dana Subsidi

Dana yang diterima dari Subsidi di SMK Negeri 1 Padhaherang ini


sebesar Rp. 469.384.500 yakni sekitar 37,8 % dari jumlah keseluruhan
pendapatan sekolah sebesar Rp. 1.238.609.117,-

Dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS) Tahun


Pelajaran 2007/2008 pada SMK 1 Negeri Padhaherang dimana terdapat
rencana pendapatan yang berupa:

a. DANA RUTIN (DASK), yang di gunakan untuk:

1. Belanja Pegaway (Gaji Pokok)


221

2. Beklanja Barang dan Jasa

3. Biaya Pemeliharaan Gedung & Mebelair

4. Uang Lembur Pegawai

5. Belanja Modal

Dari penggunaan dana Rutin ini berjumlah Rp. 268.428.617,-. Yaitu


sekitar 21,7% dari total pendapatan sekolah

b. Danan SUBSIDI, yang digunakan untuk:

1. Pengadaan bahan praktek

2. Pengadaan alat praktek

3. Pembangunan RKB dan Mebeler

4. Pelaksanaan PSB, MOS, dan TKJ

5. Pelaksanaa Ujian Nasional

6. Bantuan untuk siswa tidak mampu

Dari penggunaan dana subsidi ini Berjumlah Rp.


469.384.500,-. Yakni sekitar 37,8 % dari jumlah keseluruhan
pendapatan sekolah

c. Dana Sumbangan Orang Tua, yang digunakan untuk

1. Pengadaan, pemeliharaan, perawatan, rehabilitasi sarana/prasarana


pendidikan

2. peningkatan KBM/PBM

3. Peningkatan kegiatan pembinaan kesiswaan

4. Dukungan biaya kegiatan peningkatan kualitas personal

5. kegiatan rumah tangga sekolah dan komite


222

Dari penggunaan dana Sumbangan Orang Tua ini berjumlah


Rp.500.796.000,-. Yakni sekitar 40,4 % dari jumlah keseluruhan
pendapatan sekolah.

Oleh karena itu pendapatan dan penggunaan biaya yang dikeluarkan


oleh sekolah dari seluruh jumlah dana yang digunakan secara
keseluruhan berjumlah adalah sebesar Rp. 1.238.609.117

PENUTUP

Rekomendasi

Langkah-langkah teknis yang perlu dilakukan Sekolah Sebagai berikut

1. Sekolah menetapkan besarnya biaya untuk setiap kegiatan. Besarnya


biaya tersebut selayaknya dihitung dengan cermat dan memasukkan
faktor insentif untuk penyandang dana. Insentif untuk penyandang
dana perlu dianggarkan. Apabila suatu saat sekolah memerlukan
dana, pengurus komite sekolah dan kepala sekolah dapat mencari
beberapa alternatif sumber pembiayaan. Tidak hanya mengandalkan
subsidi pemerintah dan sumbangan orangtua siswa.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS) perlu disusun


dengan berpedoman kepada prinsip-prinsip penyusunan anggaran.

3. APBS yang telah disetujui oleh pengurus komite sekolah dan


pengelola sekolah (kepala sekolah dan bendahara sekolah) haruslah
dipublikasikan melalui situs web sekolah atau media lain.
Memublikasikan APBS merupakan salah satu wujud nyata adanya
transparansi.

4. Pengadaan prasarana dan sarana sekolah, baik yang berupa barang


maupun jasa, hendaknya dibentuk panitia pengadaan barang/jasa
dan dilakukan secara transparan. Selain mengikuti Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, hal itu juga dilakukan untuk
menghindari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang kerap terjadi
di sekolah-sekolah negeri.

PUSTAKA
223

Depdiknas, Depad, Menkokessra, USAID, DBE1. 2007. Panduan


Rencana Pengembangan SD & Rencana Pengembangan MI.

Pemerintah Kabupaten Ciamis, Dinas Pendidikan. APBS SMK Negeri


Padaherang Tahun Pelajaran 2007/2008.

Surjadi, 1982, Sekolah dan Pembangunan, Penerbit Alumni, Bandung

http://direktorat TK-SD/RPS dan RAPBS/isi.php.htm

http://massofa.wordpress.com/2008/01/28/konsep-dan-analisis-biaya-
pendidikan/

http://jip-diy.or.id/berita/arikunto.htm

Vincent P Costa, 2000, Panduan Pelatihan untuk mengembangkan


sekolah, Depdiknas,Jakarta.

Diposkan oleh Asmoni, S.Pd di 00.16 

Reaksi: 

Bagan diatas ini menggambarkan bahwa system kurikulum


terbentuk oleh 4 komponen yaitu, komponen tujuan, isi kurikulum, metode
atau strategi, pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu
system,setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala
salah satu komponen yang terbentuk sister kurikulum terganggu atau tidak
berkaitan dengan komponen lainnya maka system kurikulum juga akan
terganggu. 1. Komponen Tujuan Komponen tujuan berhubungan dengan
arah atau hasil yang diharapkan. Dalam sekala macro rumusan tujuan
kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau system nilai yang dianut
masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat
yang dicita-citakan. Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai
tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan
dapat diukur,yang kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan
diklasifikasikan menjadi 4, yaitu : a. Tujuan Pendidikan Nasional ( TPN) b.
224

Tujuan Institusional ( TI ) c. Tujuan Kurikuler ( TK ) d. Tujuan Instruksional


atau Tujuan Pembelajaran ( TP ) 1) Tujuan Pendidikan Nasional adalah
tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran yang harus
dijadikan pedoman oleh setiap usaha 4 pendidikan. Tujuan pendidikan
umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai
dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh
pemerintah dalam bentuk undan-undang. Secara jelas tujuan pendidikan
nasional yang bersumber dari system nilai pancasila dirumuskan dalam
UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan bentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehudupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. 2) Tujuan Institusional adalah
tujuan yang harus dicapai oleh setip lembaga pendidikan. Tujuan
institusional merupan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang
dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan,
misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan
jejnjang pendidikan tinggi. 3) Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus
dicapai oleh setiap bidang setudi atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler
juga pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan
lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dpat
mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional. 4) Tujuan
Pembelajaran yang merupakn bagian dari tujuan kurikuler,dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik
setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu
dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi
lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan
pembelajaran disuatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran
adalah tugas guru. Menurut Bloom, dalam bukunya yang berjudul
225

Taxonomy of Educational Objectives yang terbit pada tahun 1965, bentuk


perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan
kedalam 3 klasifikasi atau 3 domain ( bidang ), yaitu domain kognitif,
afektif dan psikomotor. a. Domain Kognitif Domain Kognitif adalah tujuan
pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau
kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan
memecahkan masalah. Domain kognitif menurut Bloom terdiri dari 6
tingkatan yaitu : 1) Pengetahuan ( Knowledge ) 5 Pengetahuan
( knowledge ) adalah kemampuan mengingat dan kemampuan
mengingkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya ( recall ).
Kemapuan pengetahuan ini merupakan kemampuan taraf yang paling
rendah. Kemampuan dalam bidang kemampuan ini dapat berupa :
Pertama, pengetahuan tentang sesuatu yang khusus ; pengetahuan
tentang fakta. Pengetahuan mengingat fakta smacam ini sangat
bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Kedua,
pengetahuan tentang cara/ prosedur atau cara suatu proses tertentu. 2)
Pemahaman ( comprehension ) Pemahaman adalah kemampuan untuk
memahami suatu objek atau subjek pembelajaran. Kemampuan untuk
memahami akan mungkin terjadi manakala didahului oleh sejumlak
pengetahuan ( knowledge ). Oleh sebab itu, pemahaman lebih tinggi
ditingkatkanya dari pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar
mengingat fakta, tetapi berkenaan dengan kemampuan menjelaskan,
menerangkan, menafsirkan, atau kemampuan mengankap makna atau
arti suatu konsep. Kemampuan pemahaman ini bisa merupakan
kemampuan menerjemahkan, menafsirkan ataupun kemampuan
ekstrapolasi. Kemampuan menjelaskan yakni kesanggupan untuk
menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu, pemahaman
menafsirkan sesuatu, dan pemahaman ekstrapolasi. 3) Penerapan
( application ) Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan
konsep, prinsip, prosedur ada situasi tertentu. Kemampuan menerapkan
merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
226

dengan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan dengan


kemampuan mengamplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah
dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hokum,konsep, ide dan lain
sebagainya kedalam sesuatu yang lebih konkrit. 4) Analisis Analisis
adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran
kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungn antar bagian
bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang komplek yang
hanya mungkin dipahami dan dikuasai oleh siswa yang telah dapat
menguasai kemampuan memahami dan menerapkan. Analisis
berhubungan dengan kemampuan nalar. Oleh karena itu biasanya analisis
diperuntukan bagi pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa
tingkat atas. 5) Sintesis Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun
bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti
merumuskan tema, rencana atau meliaht hubungan abstrak dari berbagai
informasi yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau
6 analisis mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, maka sintesis
adalah kemampuan menyatukan unsure atau bagian-bagian menjadi
sesuatu yang utuh. Kemampuan menganalisis dan sintesis, merupakan
kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan atau menciptakan
inovasi dan kreasi baru. 6) Evaluasi Evaluasi adalah tujuan yang paling
tinggi dalam doain kognitif tujuan ini berkenaan dengan kemampuan
membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria
tertentu. Dalam tujuan ini, terkandung pula kemampuan untuk
memberikan suatu keputusan dengan berbagi pertimbangan dan ukuran-
ukuran tertentu. Untik dapat memiliki kemampuan memberikan penilaian
dibutuhkan kemampuankemampuan sebelumnya. Tiga tingkatan tujuan
kognitif yang pertama, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi,
dikatakan sebagai tujuan kognitif tingkat rendah ; sedangkan tiga
tingkatan selanjutnya yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi dikatakan
sebagai tujuan kognitif tingkat tinggi. b. Domain afektif Domain afektif
berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain ini merupakan
227

bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Artinya,


seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek
manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut
Krathwohl dan kawan-kawan ( 1964 ), dalam bukunya Taxonomi of
Educational Objectives : Affective Domain, Domain afektif memiliki
tingkatan yaitu : 1) Penerimaan Penerimaan adalah sikap kesadaran atau
kepekaan seseorang terhadap gejala, kondisi, keadaan atau suatu
masalah. Seseorang memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala
tertentu manakal mereka memiliki kesadaran tentang gejala, kondisi atau
kondisi yang ada. Kemudian mereka juga menunjukan kerelaan untuk
menerima, bersedia untuk memerhatikan gejala, atau kondisi yang
diamatinya itu. Akhirnya, mereka memiliki kemauan untuk mengarahkan
segala perhatiannya terhadap objek itu. 2) Merspon Merespon atau
menanggapi ditunjukan oleh kemauan untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat
waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi, kemauan untuk membantu
orang lain dan sebagainya. Respon biasanya diawali dengan diam-diam,
kemudian dilakukan dengan sungguh-sungguh dan kesadaran, setelah itu
baru dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kepuasan. 7 3)
Menghargai Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuj memberi
penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu.
Menghargai terdiri dari penerimaan suatu nilai dengan keyakinan tertentu
seperti menerima adanya keasan atau persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan; mengutamakan suatu nilai seperti memiliki keyakinan akan
kebenaran suatu ajaran tertentu, serta komitmen akan kebenaran yang
diyakininya dengan aktivitas. 4) Mengorganisasi Tujuan yang
berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan pengembangan
nilai kedalam system organisai tertentu, termasuk hubungan antar nilai
dan tingkat prioritas nilai-nilai itu. Tujuan ini terdiri dari
mengkonseptualisasikan nilai, yaitu memahami insur-unsur abstrak dari
suatu nilai yang dimiliki dengan nilai-nilai yang datang kemudian; serta
228

mengorganisasi suatu system nilai, yaitu nengembangkan suatu system


nilai yang saling berhubungan yang konsisten dan bulat dan termasuk
nilai-nilai yang lepas-lepas. 5) Karakterisasi Nilai Tujuan ini adalah
mengadakan sintesis dan internalisasi system nilai dengan pengkajian
secara mendalam , sehingga nilai-nilai yang dibangunkannya itu dijadikan
pandangan ( falsafah ) hidup serta dijadikan pedoman dalam bertindak
dan berperilaku. c. Domain Psikomotor Domain psikomotor adalah tujuan
yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill
seseorang. Ada tujuh tingkatan yang termasuk kedalam domain ini : 1)
Persepsi ( Perception ) 2) Kesiapan ( Set ) 3) Meniru ( Imitation ) 4)
Membiasakan ( habitual ) 5) Menyesuaikan ( Adaptation ) 6) Menciptakan
( Organization ) Persepsi merupanan kemampuan seseorang dalam
memandang sesuatu yang dipermasalahkan. Persepsi pada dasarnya
hanya mungkin dimiliki oleh seseorang sesuai dengan sikapnya. Kesiapan
berhubungan dengan kesediaan seseorng untuk melatih diri tentang
keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan perilaku-perilaku khusus.
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempralktekan dalam
gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya. Kemampuan
meniru tidak selamanya diikuti oleh pemahaman tentang pentingnya serta
makna gerakan yang dilakukannya. 8 Kemampuan habitual sudah
merupakan kemampuan yang didorong oleh kesadaran dirinya walaupun
gerakan yang dilakukannya masih seperti pola yang ada. Baru dalam
tahapan berikutnya, yaitu kemampuan yang berhadaptasi gerakan atau
kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi
yang ada. Tahap akhir dari keterampilan ini adalah tahap
mengorganisasikan, yakni kemapuan seseorang untuk berkreasi dan
mencipta sendiri suatu karya. Tahap ini merupakan tahap puncak dari
keseluruhan kemampuan, yang tergambardari kemampuanya
menghasilkan sesuatu yang baru. 2. Komponen Isi /Materi Pelajaran Isi
kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua
229

aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau mteri pelajaran


yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mta pelajaran yang diberikan
maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu
seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. 3.
Komponen Metode/Strategi Strategi dan metode merupakan
komponenketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini
merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Begitu pula dengan
pendapat T. Rakjoni yang mengartikan strategi pembelajaran sebagai pla
dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan Dari dua
pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati, yaitu: 1) Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan ( rangkaian tindakan )
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. 2) Kedua, strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Metode adalah upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode juga
digunakan untuk merealisasikan strategiyang telah ditetapkan. Dalam satu
strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda
dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving
something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan ( approach ). Sebenarnya pendekatn berbeda dengan strategi
9 maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudutpandangterhadapp proses pembelajaran. Roy Killer (1998), ada dua
pendekatan dalam pembelajaran, yaitu 1) Pendekatan yang berpusat
pada guru ( tescher centered approaches ) 2) Pendekatan yang berpusat
pada siswa ( student centered approach ) Rowntree (1974), straregi
pembelajaran dibagi atas: 1) Strategi Exposition dan Strategi Discovery
Learning 2) Strategi Groups dan Individual Learning 4. Kompnen Evaluasi
230

Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni
diemnsi I (formatif-sumatif), dimensi II (proses-produk) dan dimensi iii
( operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa). Dengan
adanya tiga dimensi itu, maka dapat diga,mbarkan sebagai kubus. Selain
itu dapat lagi kurikulum ditinjau dari segi historis, yakni bagaimanakah
kurikulum sebelumnya yang dipandang oleh anteseden. Oleh sebab
ketiga dimensi itu masing-masing mempunyai dua komponen, maka
keseluruhan evaluasi terdiri dari enam komponen yang bertkaitan satu
sama lainnya. a) Dimensi I a. Formatif : evaluasi dilakukan sepanjang
oelaksanaan kurikulum. Data dikumpilkan dan dianalisis untuk
menemukan masalah serta mengadakan perbaikan sedini mungkin. b.
Sumatif : proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka waktu tertentu,
misalnya pada akhir semester , tahun pelajaran atau setelah lima tahun
untuk mengetahui evektifitas kurikulum dengan menggunakan semua data
yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses implementasi
kurikulum b) Dimensi II a. Proses : yang dievaluasi ialah metode dan
proses dalam pelaksanaan kurikulum. Tujuannya ialah untuk mengetahui
metode dan proses yang digunakan dalam implementasi kurikulum.
Metode apakah yang digunakan? Apakah tepat penggunaannya? Apakah
berhasil baik atau tidak? Kesulitan apa yang dihadapi? b. Produk : yang
dievaluasi ialah hasil-hasil yang nyata, yang dapat dilihat dari silabus,
satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang dihasilkan oleh 10 guru dan
hasil-hasil siswaberupa hasil test, karangan, termasuk tesis, makalah, dan
sebagainya. c) Dimensi III a. Operasi : disini dievaluasi keseluruhan
proses pengembangan kurikulum termasuk perencanaan , disain,
implementasi, administrasi, pengawasan, pemantauan dan penilaiannya.
Juga biaya, staf pengajar, penerimaan siswa,pendeknya seluruh operasi
lembaga pendidikan itu b. Hasil belajar siswa : disini yang dievaluasi ialah
hasil belajar siswa berkenaan dengan kurikulum yang harus dicapai,
dinilai berdasarkan standar yang telah ditentukan dengan
mempertimbangkan determinan kurikulum, misi lembaga pendidikan serta
231

tuntutan dari pihak konsumen luar Pengembangan kurikulum merupakan


proses yang tidak pernah berakhir ( Olivia, 1988 ). Proses tersebut
meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan
komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Fungsi evaluasi
menurut Scriven ( 1967 ) adalah evaluasi sebagai fingsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk meliahat
keberhasilan pencpaian tujuan dapt dikelompokan kedalam du jenis, yaitu
tes dan non tes. 1) Tes Tes digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasai materi pmbelajaran.
Hasil tes biasanya diolah secara kuantitatif. Proses pelaksanaan tes hasil
belajar dilakukan setelah berakhir pembahasan satu pokok bahasan, atau
setelah selesai satu caturwulan atau satu semester. a) Kriteria Tes
sebagai Alat Evaluasi Sebagaialat ukur dalam proses evaluasi, tes harus
memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai
suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat
mengukur yang hendak diukur. Tidak dikatakan tes memiliki tingkat
validitas seandainya yang hendak diukur kemahiran mengoprasikan
sesuatu, 11 tetapi yang digunakan adalah te tertulis yang mengukur
keterpahaman suatu konsep. Tes memiliki tingkat reliabilitas atau
keandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten.
Ada beberapa teknik untuk menetukan tingkat reliabilitas tes, yaitu : 1)
Pertama, dengan tes-retes, yaitu dengn mengkorelasikan hasil testing
yang pertama dengan hasil testing yang kedua. 2) Kedua, dengan
mengkorelasikan hasil testing antara item ganjil dengan item genap ( idd-
even method ) 3) Ketiga, dengan memecah hsil testing menjadi dua
bagian, kemudiankeduannya dikorelasikan b) Jenis-jenis Tes Tes hasil
belajar dapat dibedkan atas beberapa jenis. 1. Berdasarkan jumlah
peserta a) Tes kelompok adalah tes yang dilakukan terhadap sejumlah
siswa secara bersama-sama b) Tes individual adalah tes yang dilakukan
kepada seorang sisw secara perorangan 2. Berdasarkan cara
penyusunannya a) Tes buatan guru disusun untuk menghasilkan informasi
232

yang dibutuhkan oleh guru bersangkutan. Tes buatan guru biasanya tidak
terlalu memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitas. b) Tes standar
adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sehingga
berdasarkan kemampuan tes tersebut, tes standar dapat memprediksi
keberhasilan belajar siswa pada masa yang akan dating. 3. Dilihat dari
pelaksanaannya a) Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan cara
menjawab sejumlah item soal dengan cara tertulis. Ada dua jenis tes yang
termasuk kedalam tes tertulis ini, yaitu tes esai dan tes objektif. a. Tes
esai adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan secara terbuka yaitu menjelaskan atau menguraikan melalui
kalimat yang disusunnya sendiri. 12 b. Tes objektif adalah bentuk tes yang
mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan b) Tes lisan
adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara lisan. Tes ini bagus
untuk menilai kemampuan nalar siswa. Tes lisan hanya mungkin dapat
dilakukan manakala jumlah siswa yang dievaluasi sedikit, srta menilai
sesuatu yang tidak terlalu luas akan tetapi mendalam. c) Tes perbuatan
adalah tes dalambentuk peragaan.tes ini cocok manakala kita ingin
mengetahui kemampuan dan keterampilan seseorang mengenai sesuatu.
2) Non Tes Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk
menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada
beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi, diantaranya wawancara,
observasi, studi kasus, dan skala penilaian. a) Observasi Observasi
adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkal laku pada situasi
tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi partisipatif dan non
partisipatif. a. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan
dengan menempatkan observer sebagai bagian dimana observasi itu
dilkukan. b. Observasi non partisipatif adalah observasi yang dilakukan
dengan cara observer murni sebagai pengamat. Artinya, observer dalam
melakukan pengamatan tidak aktif sebagai bagian dari itu, akan tetapi ia
berperan smata-mata hanya sebagai pengamat saja. b) Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan
233

yang mewawancarai. Ada dua jenis wawancra, yaitu wawancara langsung


dan wawancara tidak langsung. a. Wawancara langsung dimna
pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang ingin
dievaluasi. b. Wawancara tidak langsung dilakukan dimana pewawancara
ingin mengumpulkan data subjek melalui perantara. 13 c) Studi Kasus
Studi kasus dilaksanakan untuk mempelajari individu dalam periode
tertentu secara terus-menerus. d) Skala Penilaian Skala penilaian atau
biasa disebut rating scale merupakan salah satu alat penilaian dengan
menggunakan skala yang telah disusun dari ujung negatif sampai dengan
ujung positif, sehingga pada skala tersebut penilaian tinggal member
tanda cek ( V ) 14 KESIMPULAN Apabila kurikulum diibaratkan sebagai
bangunan gedung yang tidak menggunakan landasan atau fondasi yang
kuat, maka ketika diterpa angina tau terjadi goncangan, bangunan gedung
tersebut akan mudah roboh. Demikian pula halnya dengan kurikulum,
apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, yang dipertaruhkan adalah
manusia (peserta didik) yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri.
Komponen-komponen pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai
suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau
titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Komponen-komponen pokok
dalam pengembangan kurikulum adalah komponen tujuan, komponen
isi/materi pelajaran, komponen metode/strategi, dan komponen evaluasi.
Komponen tujuan, yaitu asumsi-asumsi tentang tujuan pendidikan, tujuan
pendidikan nasional, tujuan isntitusional, tujuan kurikuler, tujuan
instruksional atau tujuan pembelajaran yang menjadi komponen utama
dalam mengembangkan kurikulum. Asumsi-asumsi komponen tujuan
tersebut berimplikasi pada perumusan arahan atau hasil yang diharapkan
Komponen isi/materi pelajaran, yaitu asumsi-asumsi yang berhubungan
dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Komponen
metode/strategi, yaitu asumsi-asumsi yang berhubungan dengan
implementasi kurikulum. Komponen evaluasi, yaitu asumsi-asumsi untuk
melihat efektifitas pencapaian tujuan.
234

a. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau
hasil yang diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan
kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai
yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang
menggambarkan suatu masyarakat yang di cita – citakan,
misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat
Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan
tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya
masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan
kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta
tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata
pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.

b. Komponen Isi/ Materi Pelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan
dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi
kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran
yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan
siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya
diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
c. Komponen Metode/ Strategi
235

Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam


pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan
komponen yang memiliki peran yang sangat penting,
sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum.
Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai
tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka
tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi
rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan
dengan pendapat diatas, T. Rajakoni mengartikan
strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum
perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita
cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan
rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian
penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya
pencapaian tujuan.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa
jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya
untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode
236

ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan


pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan
media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan
metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving
something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.
Istilah lain juga yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan
strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998)
misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inquiry serta strategi pembelajaran
induktif. Dengan demikian, istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu.

     Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum.


Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu
dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
237

efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat


berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut
menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat
keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua
jenis, yaitu tes dan nontes.

RINCIAN BIAYA INVESTASI PENDIDIKAN *) Iuran Bulanan


dibayarkan mulai bulan Juli 2017 PUTRA PUTRI PUTRA PUTRI 1
DANA SARANA PRASARANA Rp 7.455.000 Rp 7.455.000 Rp
7.990.000 Rp 7.990.000 2 PENGEMBANGAN SDM & LEMBAGA
Rp 6.420.000 Rp 6.420.000 Rp 6.420.000 Rp 6.420.000 3
PENGEMBANGAN KEPENDIDIKAN Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 4 SERAGAM MURID Rp 1.400.000 Rp
1.525.000 Rp 1.500.000 Rp 1.685.000 5 BUKU PAKET & MODUL
BELAJAR Rp 856.000 Rp 856.000 Rp 1.177.000 Rp 1.177.000 6
PROGRAM DAKWAH Rp 100.000 Rp 100.000 Rp 100.000 Rp
100.000 Rp 18.231.000 Rp 18.356.000 Rp 19.187.000 Rp
19.372.000 IURAN BULANAN NOMINAL 1 SMPIT AS-SYIFA Rp
1.550.000 2 SMAIT AS-SYIFA Rp 1.580.000 TOTAL ALOKASI
Keasramaan, Uang Makan, Laundry, Kesehatan
KOMPILASI POIN-POIN PENTING ATURAN TENTANG
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN Pengantar Pembiayaan pendidikan
adalah persoalan yang sangat dinamis. Di samping secara
langsung bersentuhan dengan masyarakat, masalah ini juga terkait
dengan kebijakan-kebijakan Negara. Oleh karena itu, untuk
menyikapi secara benar, perlu kiranya kita memahami aturan-
aturan terkait. Berikut adalah aturan-aturan yang terkait dengan
238

pembiayaan pendidikan. UU No 20 tahun 2003 Pasal 12


PESERTA DIDIK (1) Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak: c. mendapatkan beasiswa bagi yang
berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya; d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; (2)
Setiap peserta didik berkewajiban: b. ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku. BAB VIII WAJIB BELAJAR
Pasal 34 (2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin
terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan
dasar tanpa memungut biaya. PP NO 47 TAHUN 2008 TTG
WAJIB BELAJAR BAB VI PENJAMINAN WAJIB BELAJAR Pasal 9
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin
terselenggaranya program wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar tanpa memungut biaya. (3) Warga negara
Indonesia yang berusia di atas 15 (lima belas) tahun dan belum
lulus pendidikan dasar dapat menyelesaikan pendidikannya
sampai lulus atas biaya Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
(4) Warga negara Indonesia usia wajib belajar yang orang
tua/walinya tidak mampu membiayai pendidikan, Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah wajib memberikan bantuan biaya
pendidikan sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 10 (1)
Investasi pada lahan, sarana, dan prasarana selain lahan
pendidikan pada satuan pendidikan dasar pelaksana program
wajib belajar yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah menjadi tanggung jawab Pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai kewenangan masing-masing. (2)
Investasi pada lahan, sarana, dan prasarana selain lahan
pendidikan pada satuan pendidikan dasar pelaksana program
239

wajib belajar yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi


tanggung jawab badan hukum penyelenggara satuan pendidikan.
(3) Biaya operasi pada satuan pendidikan dasar pelaksana
program wajib belajar menjadi tanggung jawab Pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai kewenangan masingmasing. PP NO 48
TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini
yang dimaksud dengan: 4. Pendanaan pendidikan adalah
penyediaan sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk
penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Pasal 2 (1)
Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. (2) Masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penyelenggara
atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat; b. peserta
didik, orang tua atau wali peserta didik; dan c. pihak lain selain
yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Pasal 3 (1) Biaya
pendidikan meliputi a. biaya satuan pendidikan; a. biaya investasi
1. biaya investasi lahan pendidikan 2. biaya investasi selain lahan
pendidikan. b. biaya operasi 1. biaya personalia 1. gaji pokok bagi
pegawai pada satuan pendidikan; 2. tunjangan yang melekat pada
gaji bagi pegawai pada satuan pendidikan; 3. tunjangan struktural
bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan; 4. tunjangan
fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen; 5.
tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru
dan dosen; 6. tunjangan profesi bagi guru dan dosen; 7. tunjangan
khusus bagi guru dan dosen; 8. maslahat tambahan bagi guru dan
dosen; dan 9. tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki
jabatan profesor atau guru besar. 2. biaya nonpersonalia. c.
bantuan biaya pendidikan d. beasiswa. b. biaya penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan; dan a. biaya investasi: 1. biaya
240

investasi lahan pendidikan 2. biaya investasi selain lahan


pendidikan. b. biaya operasi 1. biaya personalia 1. gaji pokok; 2.
tunjangan yang melekat pada gaji; 3. tunjangan struktural bagi
pejabat struktural; dan 4. tunjangan fungsional bagi pejabat
fungsional. 2. biaya nonpersonalia. c. biaya pribadi peserta didik.
BAB IV TANGGUNG JAWAB PENDANAAN PENDIDIKAN OLEH
MASYARAKAT DI LUAR PENYELENGGARA DAN SATUAN
PENDIDIKAN YANG DIDIRIKAN MASYARAKAT Bagian Kesatu
Tanggung Jawab Peserta Didik, Orang Tua, dan/atau Wali Peserta
Didik Pasal 47 Peserta didik, orang tua, dan/atau wali peserta didik
bertanggung jawab atas: a. biaya pribadi peserta didik; b.
pendanaan biaya investasi selain lahan untuk satuan pendidikan
bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan; c. pendanaan biaya personalia pada satuan
pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal
maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan; d. pendanaan biaya nonpersonalia pada satuan
pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal
maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan; dan e. pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan
dan/atau sebagian biaya operasi pendidikan tambahan yang
diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan menjadi
bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal. Pasal
48 Tanggung jawab peserta didik, orang tua, dan/atau wali peserta
didik dalam pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
huruf b sampai dengan huruf e ditujukan untuk: a. menutupi
kekurangan pendanaan satuan pendidikan dalam memenuhi
241

Standar Nasional Pendidikan; dan b. mendanai program


peningkatan mutu satuan pendidikan di atas Standar Nasional
Pendidikan. Bagian Kedua Tanggung Jawab Pendanaan
Pendidikan oleh Masyarakat di luar Penyelenggara dan Satuan
Pendidikan yang didirikan masyarakat serta Peserta Didik atau
Orang Tua/Walinya Pasal 49 (1) Masyarakat di luar penyelenggara
dan satuan pendidikan yang didirikan masyarakat serta peserta
didik atau orang tua/walinya dapat memberikan sumbangan
pendidikan secara sukarela dan sama sekali tidak mengikat
kepada satuan pendidikan. (2) Sumbangan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibukukan dan
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku
kepentingan satuan pendidikan. (3) Penerimaan, penyimpanan,
dan penggunaan sumbangan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diaudit oleh akuntan publik, diumumkan
secara transparan di media cetak berskala nasional, dan
dilaporkan kepada Menteri apabila jumlahnya lebih besar dari
jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Menteri (4) Penjelasan PP 48
tahun 2008 ttg Pendanaan Pendidikan Huruf c Biaya pribadi
peserta didik merupakan biaya personal yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
PP NO 17 TAHUN 2010 TTG PENGELOLAAN PENDIDIKAN BAB
XI KEWAJIBAN PESERTA DIDIK Pasal 169 (1) Peserta didik
berkewajiban : i. menanggung biaya pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan, kecuali yang dibebaskan dari
kewajiban; Pasal 181 Pendidik dan tenaga kependidikan, baik
perseorangan maupun kolektif, dilarang: a. menjual buku
pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan ajar, pakaian seragam,
atau bahan pakaian seragam di satuan pendidikan; b. memungut
biaya dalam memberikan bimbingan belajar atau les kepada
242

peserta didik di satuan pendidikan; Pasal 198 Dewan pendidikan


dan/atau komite sekolah/madrasah, baik perseorangan maupun
kolektif, dilarang: a. menjual buku pelajaran, bahan ajar,
perlengkapan bahan ajar, pakaian seragam, atau bahan pakaian
seragam di satuan pendidikan; b. memungut biaya bimbingan
belajar atau les dari peserta didik atau orang tua/walinya di
satuanpendidikan; PP NO 66 TAHUN 2010 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PP 17 TAHUN 2010 Pasal 53A (3) Satuan
pendidikan menengah dan satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangan masing-masing wajib menyediakan bantuan
biaya pendidikan bagi peserta didik berkewarganegaraan
Indonesia yang tidak mampu secara ekonomi dan yang orang tua
atau pihak yang membiayai tidak mampu secara ekonomi. (4)
Bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
diberikan kepada paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
jumlah seluruh peserta didik. PERMENDIKBUD NO 60 TAHUN
2011 TENTANG LARANGAN PUNGUTAN BIAYA PENDIDIKAN
PADA SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA Pasal 2 (1) Biaya pendidikan pada sekolah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah
daerahbersumber dari: a. anggaran pendapatan dan belanja
negara; dan/atau b. anggaran pendapatan dan belanja daerah. (2)
Biaya pendidikan pada sekolah pelaksana program wajib belajar
menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
sampai terpenuhinya SNP. (3) Pemenuhan biaya pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui bantuan
operasional sekolah. Pasal 3 Sekolah pelaksana program wajib
belajar dilarang memungut biaya investasi dan biaya operasi dari
peserta didik, orang tua, atau walinya. Pasal 4 (1) Sekolah yang
diselenggarakan oleh masyarakat tidak boleh melakukan
243

pungutan: a. yang dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk


penerimaan peserta didik, penilaian hasil belajar peserta didik,
dan/atau kelulusan peserta didik; dan b. untuk kesejahteraan
anggota komite sekolah atau lembaga representasi pemangku
kepentingan sekolah. (2) Sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat dilarang melakukan pungutan kepada peserta didik,
orang tua, atau walinya yang tidak mampu secara ekonomis. Pasal
5 (1) Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat yang
menerima bantuan operasional tidak boleh memungut biaya
operasi. (2) Dalam keadaan tertentu jika sekolah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melakukan pungutan biaya operasi maka
sekolah harus: a. memperoleh persetujuan tertulis dari orang tua
atau wali peserta didik; b. memperoleh persetujuan tertulis dari
komite sekolah; c. memperoleh persetujuan tertulis dari kepala
dinas pendidikan provinsi dan kepala dinas pendidikan
kabupaten/kota, sesuai kewenangan masing-masing; dan d.
memenuhi persyaratan : 1) perencanaan investasi dan/atau
operasi yang jelas dan dituangkan dalam rencana strategis,
rencana kerja tahunan, serta anggaran tahunan yang mengacu
pada SNP; 2) perencanaan investasi dan/atau operasi diumumkan
secara transparan kepada pemangku kepentingan sekolah; 3)
perolehan dana disimpan dalam rekening atas nama sekolah; 4)
perolehan dana dibukukan secara khusus oleh sekolah, terpisah
dari dana yang diterima dari 5) penyelenggara sekolah; dan 6)
penggunaan sesuai dengan perencanaan. Pasal 6 (1) Sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama yang bertaraf internasional
tidak boleh melakukan pungutan tanpa persetujuan tertulis dari
Menteri atau pejabat yang ditunjuk. (2) Sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama yang dikembangkan menjadi bertaraf
internasional tidak boleh melakukan pungutan tanpa persetujuan
tertulis dari bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 7
244

Ketentuan lebih lanjut mengenai persetujuan pungutan biaya


selain biaya operasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(2) dan persetujuan pungutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri. Pasal 8 Sekolah
yang melakukan pungutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) dan Pasal 6, wajib menyampaikan laporan pengumpulan,
penyimpanan, dan penggunaan dana kepada: a. orang tua atau
wali peserta didik, komite sekolah, kepala dinas pendidikan
kabupaten/kota, dan kepala dinas pendidikan provinsi; b.
bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah pertama
terbuka serta sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang
dikembangkan menjadi bertaraf internasional; c. gubernur atau
pejabat yang ditunjuk untuk sekolah dasar luar biasa dan sekolah
menengah pertama luar biasa; dan d. Menteri atau pejabat yang
ditunjuk untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama yang
bertaraf internasional. Pasal 9 (1) Sekolah yang melakukan
pungutan yang tidak sesuai dengan Pasal 3 sampai dengan Pasal
5 dan tidak melaporkan sesuai dengan Pasal 8 huruf a dan huruf c
dikenai sanksi administratif: a. pembatalan pungutan; b. untuk
kepala sekolah berupa: 1) teguran tertulis; 2) mutasi; atau 3)
sanksi administratif lain sesuai ketentuan kepegawaian bagi yang
berstatus pegawai negeri sipil atau sesuai perjanjian
kerja/kesepakatan kerja bersama bagi yang berstatus bukan
pegawai negeri sipil. c. untuk sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat berupa pencabutan ijin penyelenggaraan. (2) Sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama bertaraf internasional atau
yang dikembangkan menjadi bertaraf internasional yang
melakukan pungutan tanpa persetujuan sesuai dengan Pasal 6
dan tidak melaporkan sesuai dengan Pasal 8 huruf b dan huruf d
dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). PENUTUP
245

Demikianlah sejumlah aturan yang terkait dengan pembiayaan


pendidikan. Semoga paparan singkat ini bisa menjadi bahan kajian
untuk selanjutnya disikapi secara arif di setiap satuan pendidikan
Pengumpul Bahan Kasi Kurikulum Bid. Mapenda Imam Khoiri
Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari dana
BOS dibahas pada Bab V .
A. Penggunaan Dana BOS
 A. Komponen Pembiayaan Penggunaan dana BOS di
sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan
bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru dan
Komite Sekolah.

Hasil kesepakatan di atas harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk


berita acara rapat dan ditandatangani oleh peserta rapat.
Kesepakatan penggunaan dana BOS harus didasarkan skala prioritas
kebutuhan sekolah, khususnya untuk membantu mempercepat
pemenuhan standar pelayanan minimal dan/atau standar nasional
pendidikan.

Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk membiayai
komponen kegiatan-kegiatan berikut:

1. 

PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN
246

 Diwajibkan membeli buku pegangan guru kurikulum 2013 semester


I tahun ajaran 2014/2015 (Juli-Desember 2014), kecuali sudah dipenuhi
dari sumber pendanaan lain.
 Diwajibkan membeli buku teks pelajaran kurikulum 2013 bagi
peserta didik untuk semester I tahun ajaran 2014/2015 (Juli-Desember
2014) sebanyak jumlah peserta didik, kecuali sudah dipenuhi dari sumber
pendanaan lain.
 Mengganti buku teks yang rusak/ menambah kekurangan untuk
memenuhi rasio satu peserta didik satu buku.
 Langganan publikasi berkala
 Akses informasi online
 Pemeliharaan buku/koleksi perpustakaan
 Peningkatan kompetensi tenaga pustakawan
 Pengembangan database Perpustakaan
 Pemeliharaan perabot perpustakaan
 Pemeliharaan dan pembelian AC perpustakaan.

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :

 Dalam rangka pembelian buku kurikulum 2013 semester I tahun


ajaran 2014/2015, setiap sekolah akan memperoleh tambahan dana yang
akan disalurkan oleh Dinas Pendidikan  Provinsi melalui dana
dekonsentrasi.
 Kekurangan buku semester I dipenuhi dari dana BOS, yaitu
maksimal 5% dari total dana yang diterima dalam satu tahun anggaran.
 Buku untuk semester II tahun ajaran 2014/2015 akan dibiayai dari
Dana Alokasi Khusus (untuk
 kabupaten/kota penerima DAK) dan dari APBD untuk
kabupaten/kota bukan penerima DAK.
247

 Buku teks pelajaran kurikulum 2013 yang  dibeli adalah yang


sudah ditentukan oleh Kemdikbud.

2. 

KEGIATAN DALAM RANGKA PENERIMAAN PESERTA DIDIK

 Administrasi pendaftaran
 Penggandaan formulir Dapodik
 Administrasi pendaftaran
 Pendaftaran ulang
 Biaya pemasukan data pokok pendidikan
 Pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan
 Penyusunan RKS/RKAS berdasarkan hasil evaluasi diri sekolah
 Dan kegiatan lain yang terkait dengan penerimaan peserta didik
baru.

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :

 Termasuk untuk ATK, konsumsi panitia dan uang lembur.


 Standar pembiayaan mengacu kepada batas kewajaran setempat
atau batas yang telah ditetapkan Pemda.

3.

KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN EKSTRAKURIKULER PESERTA DIDIK

 PAKEM (SD)
248

 Pembelajaran Kontekstual (SMP)


 Pengembangan pendidikan karakter
 Pembelajaran remedial
 Pembelajaran pengayaan
 Pemantapan persiapan ujian
 Olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka dan palang
merah remaja,
 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
 Pendidikan Lingkungan Hidup
 Pembiayaan lomba-lomba yang tidak dibiayai dari dana
pemerintah/pemerintah daerah

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :

 Termasuk untuk:
 Honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran dan biaya
transportasinya (termasuk di SMP Terbuka),
 Biaya transportasi dan akomodasi peserta didik/guru dalam rangka
mengikuti lomba,
 Foto copy,
 Membeli alat olah raga, alat kesenian dan biaya pendaftaran
mengikuti lomba.

4. 

KEGIATAN ULANGAN DAN UJIAN

 Ulangan harian,
 Ulangan tengah semester,
249

 Ulangan akhir semester/Ulangan Kenaikan Kelas


 Ujian sekolah

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :

Termasuk untuk:

 Foto copy/penggandaan soal


 Biaya koreksi ujian
 Pembuatan laporan pelaksanaan hasil ujian untuk disampaikan ke
orang tua
 Biaya mengawas ujian yang bukan bagian dari kewajiban tugas
guru
 Biaya transport pengawas ujian di luar sekolah tempat mengajar
yang tidak dibiayai oleh pemerintah/pemerintah daerah.

5. 

PEMBELIAN BAHAN-BAHAN HABIS PAKAI

 Buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku
induk peserta didik, buku inventaris
 Minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di
sekolah
 Pengadaan suku cadang alat kantor
 Alat-alat kebersihan sekolah

6. 

LANGGANAN DAYA DAN JASA


250

 Listrik, air, dan telepon, internet (fixed/mobile modem) baik dengan


cara berlangganan maupun prabayar
 Pembiayaan penggunaan internet termasuk untuk pemasangan
baru
 Membeli genset atau jenis lainnya yang lebih cocok di daerah
tertentu misalnya panel surya, jika di sekolah tidak ada jaringan listrik

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :

 Penggunaan Internet dengan mobile modem dapat dilakukan untuk


maksimal pembelian voucher sebesar Rp. 250.000/bulan

7. 

PERAWATAN SEKOLAH

 Pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela


 Perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi dan
WC), perbaikan lantai ubin/keramik dan perawatan fasilitas sekolah
lainnya

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :

 Kamar mandi dan WC peserta didik harus dijamin berfungsi


dengan baik.

8.
251

PEMBAYARAN HONORARIUM BULANAN GURU HONORER DAN


TENAGA KEPENDIDIKAN HONORER

 Guru honorer (hanya untuk memenuhi SPM)


 Pegawai administrasi (termasuk administrasi BOS untuk SD)
 Pegawai perpustakaan
 Penjaga Sekolah
 Satpam
 Pegawai kebersihan

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :

 Dalam pengangkatan guru/tenaga kependidikan honorer sekolah


harus mempertimbangkan batas maksimum penggunaan dana BOS untuk
belanja pegawai, serta kualifikasi guru honorer harus sesuai bidang yang
diperlukan.

9. 

PENGEMBANGAN PROFESI GURU

 KKG/MGMP
 KKKS/MKKS
 Menghadiri seminar yang terkait langsung dengan peningkatan
mutu pendidik dan ditugaskan oleh sekolah

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :


252

 Khusus untuk sekolah yang memperoleh hibah/block grant


pengembangan KKG/MGMP atau sejenisnya pada tahun anggaran yang
sama hanya diperbolehkan menggunakan dana BOS untuk biaya
transport kegiatan apabila tidak disediakan oleh hibah/block grant
tersebut.
 Foto copy
 Biaya pendaftaran dan akomodasi seminar

10. 

MEMBANTU PESERTA DIDIK MISKIN

 Pemberian tambahan bantuan biaya transportasi bagi peserta didik


miskin yang menghadapi
 masalah biaya transport dari dan ke sekolah
 Membeli alat transportasi sederhana bagi peserta didik miskin yang
akan menjadi barang inventaris sekolah (misalnya sepeda, perahu
penyeberangan, dan lain-lain)
 Membantu membeli seragam, sepatu dan alat tulis bagi peserta
didik penerima Bantuan Siswa
 Miskin (BSM) atau peserta didik yang orang tuanya memiliki Kartu
Perlindungan Sosial (KPS).

11. 

PEMBIAYAAN PENGELOLAAN BOS

 Alat tulis kantor (ATK termasuk tinta printer, CD dan flash disk)
253

 Penggandaan, surat-menyurat, insentif bagi bendahara dalam


rangka penyusunan laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka
mengambil dana BOS di Bank/PT Pos

12. 

PEMBELIAN DAN PERAWATAN PERANGKAT KOMPUTER

 Pembelian Desktop/work station Printer atau printer plus scanner

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :

 Printer 1 unit/tahun Desktop/work station maksimum 5 unit untuk


SMP dan 3 unit untuk SD.
 Peralatan komputer tersebut harus dicatat sebagai inventaris
sekolah.

13. 

BIAYA LAINNYA JIKA SELURUH KOMPONEN 1 S.D 12 TELAH


TERPENUHI PENDANAANNYA DARI BOS

 Alat peraga/media pembelajaran Mesin ketik Peralatan UKS


Pembelian meja dan kursi peserta didik jika meja dan kursi yang ada
sudah rusak berat

Penjelasan dari item pembiayaan dalam komponen ini adalah :


254

 Penggunaan dana untuk komponen ini harus dilakukan melalui


rapat dengan dewan guru dan komite sekolah

Batas maksimum penggunaan dana BOS untuk belanja pegawai (honor


guru/tenaga kependidikan honorer dan honor-honor kegiatan) di sekolah
negeri sebesar 20% dari total dana BOS yang diterima oleh sekolah
dalam satu tahun.

Tentang Pendanaan Pendidikan

Posted on 23 Januari 2011 by AKHMAD SUDRAJAT — 22 Komentar

Tentang Pendanaan Pendidikan


A. Apa itu Biaya Pendidikan, Dana Pendidikan dan Pendanaan
Pendidikan?
 Biaya pendidikan adalah nilai besar dana yang diprakirakan
perlu disediakan untuk mendanai berbagai kegiatan pendidikan.
 Dana  pendidikan adalah  sumber daya  keuangan  yang
disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola  pendidikan.
 Pendanaan  pendidikan  adalah  penyediaan  sumberdaya
keuangan yang diperlukan  untuk  penyelenggaraan  dan  pengelolaan
pendidikan.
B. Apa saja jenis-jenis  biaya pendidikan itu?

Biaya pendidikan dapat dibagi  ke dalam dua jenis  yaitu: (a)  biaya
investasi dan (b) biaya operasi.

1. Biaya investasi adalah biaya penyelenggaraan pendidikan


yang sifatnya lebih permanen dan dapat dimanfaatkan jangka waktu
relatif lama, lebih dari satu tahun. Biaya investasi terdiri dari biaya
investasi lahan dan biaya investasi selain lahan. Biaya investasi
menghasilkan aset dalam bentuk fisik dan non fisik, berupa kapasitas
255

atau kompetensi sumber daya manusia. Dengan demikian, kegiatan


pengembangan profesi guru termasuk ke dalam investasi yang perlu
mendapat dukungan  dana yang memadai..
2. Biaya operasi adalah biaya yang diperlukan sekolah untuk
menunjang proses pendidikan. Biaya operasi terdiri dari biaya
personalia dan biaya  nonpersonalia. Biaya personalia mencakup: gaji
dan tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan struktural, tunjangan
fungsional, tunjangan profesi, dan tunjangan-tunjangan lain yang
melekat dalam jabatannya. Biaya non personalia, antara lain biaya
untuk:  Alat Tulis Sekolah (ATS), Bahan dan Alat Habis Pakai, — yang
habis dipakai dalam waktu satu tahun atau kurang, pemeliharaan dan
perbaikan ringan, daya dan jasam transportasi/perjalanan dinas,
konsumsi, asuransi, pembinaan siswa/ekstra kurikuler
STANDAR PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
STANDAR PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan


besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu
tahun. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi,
dan biaya personal.

Kebijakan Pemerintah dalam Pembiayaan Pendidikan

Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 Bab 1 pasal 1 point 4:

Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang


diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.

Pasal 3:
256

(1) Biaya pendidikan meliputi: 

a. biaya satuan pendidikan; 

b. biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan; dan 

c. biaya pribadi peserta didik. 

(2) Biaya satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas: 

a. biaya investasi, yang terdiri atas: 

1. biaya investasi lahan pendidikan; dan 

2. biaya investasi selain lahan pendidikan. 

b. biaya operasi, yang terdiri atas: 

1. biaya personalia; dan 

2. biaya nonpersonalia. 

c. bantuan biaya pendidikan; dan 

d. beasiswa. 

(3) Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan


sebagaimana dimaksud pada ayat 

(1) huruf b meliputi: 

a. biaya investasi, yang terdiri atas: 

1. biaya investasi lahan pendidikan; dan 

2. biaya investasi selain lahan pendidikan. 

b. biaya operasi, yang terdiri atas: 

1. biaya personalia; dan 


257

2. biaya nonpersonalia. 

(4) Biaya personalia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b angka
1 dan ayat (3) huruf b 

angka 1 meliputi: 

a. biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas: 

1. gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan; 

2. tunjangan yang melekat pada gaji bagi pegawai pada satuan


pendidikan; 

3. tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan pendidikan; 

4. tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan dosen; 

5. tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru dan


dosen; 

6. tunjangan profesi bagi guru dan dosen; 

7. tunjangan khusus bagi guru dan dosen; 

8. maslahat tambahan bagi guru dan dosen; dan 

9. tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor atau


guru 

besar. 

b. biaya personalia penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan,


yang terdiri atas: 

1. gaji pokok; 

2. tunjangan yang melekat pada gaji; 

3. tunjangan struktural bagi pejabat struktural; dan 


258

4. tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional.

DANA BOS, BOP, DAN BKM

Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Pengertian Dana BOS

Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya


operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai
bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat
melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai
Standar Nasional Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang
pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program
wajib belajar.

Biaya Satuan pendidikan (BSP) adalah besarnya biaya yang diperlukan


rata-rata tiap siswa tiap tahun, sehingga mampu menunjang proses
belajar mengajar sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditetap.kan. Dari cara penggunaaannya, BPS dibedakan menjadi BSP
investasi dan BSP Operasional.

BSP investasi adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa dalam satu
tahun untuk pembiayaan sumber daya yang tidak habais pakai dalam
waktu lebih dari satu tahun , seperti pengadaan tanah, bangunan,
259

buku,alat peraga, media, perabot dan alat kantor. Sedangkan BSP


operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap siswa dalam 1 tahun
untuk pembiayaan sumber daya pendidikan yang habis pakai dalam 1
tahun atau kurang. BSP operasional mencakup biaya personil dan biaya
non personail. Biaya personil meliputi biaya untuk kesejahteraan (honor
kelebihan jam mengajar (KJM), Guru tidak tetap (GTT), Pegawai Tidak
tetap (PTT), uang lembur dan pengembangan profesi guru (Pendidikan
dan Latihan Guru, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Kepala
Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Guru (KKG) dan lain-lain. Biaya non
personil adalah biaya untuk menunjang kegiatan belajar mengajar,
evaluasi atau penilaian, perawatan/pemeliharaan, daya dan jasa,
pemberian kesiswaan, rumah tangga sekolah dan supervisi. Selain dari
biaya-biaya tersebut, masih terdapat jenis biaya personil yang ditanggung
oleh peserta didik, misalnya biaya transoprtasi, konsumsi, seragam, alat
tulis, kesehatan, dan sebagainya.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara konsep mencakup komponen


untuk biaya operasional non personil hasil studi badan penelitian dan
pengembangan, Departemen pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas).
Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional,
maka penggunaan BOS dimungkinkan untuk membiayai beberapa
kegatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. 

Oleh karena keterbatasan dana BOS dari Pemerintah Pusat, maka biaya
untuk investasi sekolah/madrasah/ponpes dan kesejahteraan guru harus
dibiayai dari sumber lain dengan prioritas utama dari sumber pemerintah,
pemerintah daerah dan selanjutnya dari partisipasi masyarakat yang
mampu. 
260

Tujuan Diberikannya Dana BOS

Kebijakan Pembangunan pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009


diprioritaskan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan
dasar yang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pemberian akses yang lebih besar
kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau
layanan pendidikan dasar.

Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa tahun terakhir ini
yang juga diikuti oleh kenaikan harga bahan pokok lainnya, akan
menurunkan daya beli penduduk miskin. Hal ini pada gilirannya akan
berdampak terhadap upaya penuntasan Program Wajib Belajar
Pendidikan dasar 9 Tahun, karena masyarakat miskin akan semakin sulit
memenuhi kebutuhan biaya pendidikan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 -15 tahun
12wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari amanat undang-
undang tersebut, maka Pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan
bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan
SMP/MTs serta seluruh satuan pendidikan sederajat.

Salah satu indikator penuntasan Wajib belajar 9 tahun diukur dengan


Angka Partisipasi Kasar (APK). Pada tahun 2005, APK tingkat SMP
sebesar 85,22% dan pada akhir tahun 2006 telah menapai 88,68%.
261

Target penuntasan wajib belajar 9 tahun harus diapai pada tahun


2008/1009 dengan APK minimum 95%. Dengan demikian, pada saat ini
masih ada sekitar 1,5 juta anak usia 13-15 tahun yang masih belum
mendapatkan layanan pendidikan dasar (Depdiknas, Departemen Agama,
2007). Dengan adanya pengurangan subsidi bahan bakar minyak, amanat
undang-undang dan upaya percepatan penuntasan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu, sejak tahun 2005 Pemerintah
memprogramkan pemberian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Program pemberian Bantuan Operasional Sekolah ini bertujuan untuk
membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan
meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan
pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka
penuntasan wajib belajar 9 tahun.

Secara umum Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan


untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan
meringankan bagi siswa lain, agar mereka memperoleh layanan
pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka
penuntasan Wajib belajar 9 Tahun

Secara khusus program BOS bertujuan untuk:

 Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD negeri dan SMP


negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah
bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI);

 Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh


pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
262

 Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah


swasta.

Biaya Operasional Sekolah (BOP)

Pengertian dan Tujuan Biaya Operasional Pendidikan (BOP)

Biaya Operasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat BOP adalah


Alokasi dana yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta yang digunakan untuk tambahan biaya operasional non
personalia dan honorarium pendidik non PNS bagi satuan pendidik
sebagai pelaksana program wajib belajar 12 tahun.

Tujuan Pemberian BOP

Tujuan umum pemberian BOP adalah untuk meringankan beban


masyarakat terhadap penyediaan biaya pendidikan selain biaya pribadi
peserta didik dalam rangka wajib belajar 12 tahun yang bermutu.

 Biaya Pribadi Peserta Didik sebagaimana dimaksud diatas meliputi:

 Peralatan dan perlengkapan sekolah, antara lain pakaian sekolah,


sepatu, tas, alat-alat tulis;

 Transportasi peserta didik; dan

 Uang saku peserta didik.

Tujuan Khusus Program BOP adalah untuk:


a. membebaskan seluruh siswa jenjang pendidikan dasar dan menengah
dan segala bentuk pungutan, termasuk untuk biaya kegiatan
ekstrakurikuler;
263

b. meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan kependidikan;

d. melengkapi kebutuhan untuk kegiatan belajar mengajar;

e. memelihara sarana dan prasarana pendidikan; dan

f. meningkatkan pengelolaan administrasi satuan pendidikan.

Bantuan Khusus Murid (BKM)

Pengertian Bantuan Khusus Murid (BKM)

Program BKM adalah pemberian bantuan bagi murid / siswadari keluarga


kaurang atau tidak mampu untuk memenuhikebutuhan masyarakat akan
layanan pendidikan jenjangsekolah menengah atas dan sederajat, yaitu
SMA, SMK, MA,dan SMLB.

Program BKM dilatarbelakangi denganadanya peningkatanharga bahan


bakar minyak (BBM) diakibatkan oleh ditariknyasebagian subsidi
pemerintah untuk BBM. Sebagai akibat dari naiknyaharga BBM tersebut,
diperkirakan akan menambah beban masyarakat,terutama masyarakat
miskin. Dalam bidang pendidikan, para orang tuaakan mengalami
kesulitan dalam membiayai pendidikan anaknya. Atasdasar pertimbangan
tersebut, pemerintah sejak tahun 2001mengalihkan sebagiand ari subsidi
BBM tersebut untuk membantumurid dari keluarga kurang mampu melalui
Program KompensasiPengurangan Subsidi (PKPS) BBM bidang
pendidikan, dalam bentukBantuan Khusus Murid (BKM). Bantuan untuk
murid di bawahdepartemen pendidikan nasional diintegrasikan melalui
progranjaringan pengaman sosial (JPS) beasiswa dan DBO.
264

Tujuan BKM

Mengingat bahwa sasaran program BKM adalah siswa kurang / tidak


mampu pada jenjang pendidikan SLA dan sederajat, maka tujuan program
BKM diberikan adalah sebabagi berikut ;

1) Secara umum, program BKM bertujuan mengurangi dampak buruk


dalam bidang pendidikan akibat ditariknya subsidi BBM

2) Secara khusus, program BKM ini bertujuan agar murid madrasah


ditingkat dasar dan menengah, yang berasal dari keluarga kurang /tidak
mampu dapat membiayai keperluan sekolahnya, sehingga :

a) Murid tidak putus sekolah akibat kesulitan ekonomi sebagaidampak


kenaikan BBM

b) Murid mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk terussekolah


dan melanjutkan pendidikan kenjenjang berikutnya

c) Murid, khususnya perempuan, dapat menyelesaikan


pendidikansekurang-kurangnya sampai dengan jenjang sekolah lanjutan
tingkat pertama.

Dalam buku petunjuk pelaksanaan BKM untuk SMA / SMK, MA, SMLB,
dijelaskan bahwa tujuan dari program BKM antara lain :

 Membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan sekolah selama


duduk di bangku sekolah
265

 Mencegah siswa dari kemungkinan putus sekolah akibat kesulitan


ekonomi

 Memberi peluang dan kesempatan yang lebih besar kepada siswa


untuk terus bersekolah hingga menyelesaikan pendidikan SMA /
SMK/MA / SMLB

 Membantu kelancaran program sekolah.

c. Persyaratan Penerimaan BKM

Persyaratan dari penerima BKM ada dua yaitu persyaratan murid


penerima BKM dan persyaratan sekolah peserta program BKM.

1) Persyaratan murid penerima BKM

 Penerima BKM adalah murid SMA/SMK/MA/SMLB negeri dan


swasta kelas 1 sampai kelas 3 dari lembaga kurang mampu atau tidak
mampu secara ekonomi yang :

 Terancam putus sekolah atau baru putus sekolah pada tahun


sebelumnya karena kesulitan ekonomi;

 Tidak sedang menerima beasiswa dari sumber lain

2) Persyaratan sekolah peserta program BKM

Persyaratan bagi sekolah yang menerima BKM diantaranya adalah :

 Bukan sekolah mahal

 Sekolah mahal yaitu sekolah yang tidak mempunyai murid yang


berasal dari keluarga kurang/tidak mampu. Klasifikasi sekolah mahal
266

ditentukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai standar daerah


masing-masing

 Memiliki izin operasional

Setelah yang memiliki surat izin operasional/kelembagaan yang


dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan untuk sekolah umum atau piagam
penyelenggaraan pendidikan dari Departemen Agama untuk madrasah.
Sedangkan khusus untuk sekolah swasta diharuskan memiliki izin
operasional, yaitu sekolah swasta dengan status minimal terdaftar
(memiliki SK dari instansi yang berwenang).

BADAN HUKUM PENDIDIKAN (BHP)

Badan hukum pendidikan (disingkat BHP) merupakan suatu bentuk badan


hukum lembaga pendidikan formal di Indonesia yang berbasis pada
otonomi dan nirlaba. BHP dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan yang disahkan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 17 Desember 2008. Bagi
pendidikan tinggi, BHP merupakan perluasan dari status badan hukum
milik negara (BHMN) yang dianggap cenderung sangat komersil dalam
penyelenggaraannya. Pada tahun 2010, bentuk BHP telah dihapuskan
sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21-126-
136/PUU-VII/2009 tanggal 31 Maret 2010 yang membatalkan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2009.

BHP sejak awal mendapat tantangan keras dari kalangan terutama dari
kalangan ahli pendidikan dengan isu neo liberasasi yang bisa
menghilangkan kewajiban pemerintah sebagai penanggungjawab untuk
mencerdaskan bangsa dengan menyediakan fasilitas pendidikan
267

berkualitas. Dikuatirkan privatisasi akan menghambat akan membuat


lembaga pendidikan dikelola sebagai perusahaan yang akan berusaha
mencari keuntungan sebesar mungkin dan berdampak pada
terhambatnya akses pendidikan berkualitas oleh masyarakat berekonomi
lemah. Dari kalangan pendidikan swasta, BHP ditentang karena alasan
kepemilikan, dimana pemilik yayasan tidak lagi dapat berfungsi sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam lembaga pendidikan mereka,
melainkan organ representasi pemangku kepentingan yang lazim disebut
Majelis Wali Amanah.Besarnya kekuatiran akan dampak negatif dari BHP
bagi pendidikan nasional menyebabkan proses pembahasan di DPR
berjalan lambat sekitar empat tahun.

UU BHP kini tepatnya tanggal 31 Maret 2010, telah dibatalkan oleh


Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam perkara yang diajukan
oleh Aep, Cs dalam perkara Nomor 11/VII-PUU/2009 dengan Gatot Goei,
SH sebagai salah satu kuasa di antara kuasa hukum dalam perkara
lainnya. Alasan Mahkamah Konstitusi membatalkan UU BHP adalah
karena secara yuridis UU BHP tidak sejalan dengan UU lainnya dan
subtansi yang saling bertabrakan. kedua UU BHP tidak memberikan
dampak apapun terhadap peningkatan kualitas peserta didik dan ketiga
UU BHP melakukan penyeragaman terhadap nilai-nilai kebhinekaan yang
dimiliki oleh badan hukum pendidikan yang telah berdiri lama di Indonesia,
seperti yayasn, perkumpulan, badan wakaf dan lain-lain. Oleh karena itu
UU BHP bertentangan dengan UUD 1945 dan batal demi hukum.

BADAN LAYANAN UMUM PENDIDIKAN


268

Pengertian Badan Layanan Umum (BLU) menurut Peraturan Pemerintah


nomor 23 tahun 2005 Pasal 1 adalah instansi di lingkungan Pemerintah
yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas.

Satker BLU dapat memiliki fleksibilitas dalam hal pengelolaan keuangan


yang berbeda dengan instansi biasanya (Non BLU) berdasarkan prinsip
ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat (Ps
2 PP 23/2005). Berikut beberapa hal terkait dengan fleksibilitas yang
diberikan kepada satker BLU yaitu :

 Pendapatan dapat digunakan langsung, tanpa terlebih dahulu


disetorkan ke Kas Negara.

 Belanja menggunakan pola anggaran fleksibel dengan ambang


batas tertentu.

 Dapat mengelola kas BLU untuk memanfaatkan idle cash BLU


yang hasilnya menjadi pendapatan BLU.

 Dapat memberikan piutang usaha maupun menghapus piutang


sampai batas tertentu.

 Dapat melakukan utang sesuai jenjang dengan tanggung jawab


pelunasan berada pada BLU.

 Dapat melakukan investasi jangka panjang dengan seijin Menteri


Keuangan.

 Dapat dikecualikan dari aturan umum pengadaan barang/jasa dan


dapat mengalihkan barang inventaris.

 Dapat diberikan remunerasi sesuai tingkat tanggung jawab dan


profesionalisme.
269

 Surplus dapat digunakan untuk tahun berikutnya dan defisit dapat


dimintakan dari APBN untuk Public Service Obligation (PSO).

 Pegawai dapat terdiri dari PNS dan profesional non PNS.

 Pengaturan organisasi dan nomenklatur diserahkan kepada


Kementerian/Lembaga dan BLU yang bersangkutan dengan seijin Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara.
Salah satu dari instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya
memberi pelayanan kepada masyarakat adalah instansi pendidikan
tinggi / perguruan tinggi negeri. Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
yang telah mapan, sedikit demi sedikit berusaha melepaskan diri dari
ketergantungannya kepada pemerintah. Oleh karena itu, keluarlah
peraturan pemerintah seperti Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan
Hukum Pendidikan Milik Negara (BHPMN), dan Badan Layanan Umum
(BLU). Keluarnya peraturan-peraturan ini disambut baik oleh beberapa
Perguruan Tinggi Negeri yang mapan tersebut, sebagai langkah awal
untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri yang mandiri, pemerintah
memberlakukan beberapa organisasi Perguruan Tinggi Negeri sebagai
Badan Layanan Umum hingga mendorong Perguruan Tinggi Negeri untuk
melakukan pembangunan sistem informasi akuntansi baru.

Pengelolaan kekayaan negara melalui badan layanan umum diawali


ketika negara Indonesia mengadopsi pemikiran New Public Management
(NPM). Pemikiran ini merupakan wujud dari reformasi keuangan negara
yang mulai bergulir sejak akhir tahun 2003. Reformasi keuangan ini
ditandai dengan dikeluarkannya tiga paket peraturan keuangan negara
yang baru, yaitu UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan
UU No.15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Keuangan Negara.
Reformasi keuangan juga dilaksanakan oleh perguruan tinggi negeri. Bila
dikaitkan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, fokus kegiatan dalam
270

penerapan pengelolaan keuangan lebih diarahkan kepada pendidikan dan


penelitian serta pengabdian pada masyarakat. Meski demikian, bukan
tidak mungkin bila suatu saat kegiatan pengabdian masyarakat
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menumbuhkan industri, yang
pada akhirnya dapat menyejahterakan masyarakat. Pengelolaan
kekayaan negara oleh perguruan tinggi negeri sebagai badan layanan
umum dalam pengembangan pendidikan dan perekonomian indonesia
pada prinsipnya dapat terlaksana apabila Perguruan tinggi negeri yang
bersangkutan mampu menerapkan pengelolaan keuangan dengan
profesionalitas, akuntabilitas dan transparansi.

Komponen-Komponen Kurikulum
Posted on 22 Januari 2008 by AKHMAD SUDRAJAT — 54 Komentar

Oleh : Akhmad Sudrajat

Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3)
strategi, pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima
komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa
dipisahkan.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing


komponen tersebut.

A. Tujuan

Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara


telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan,
melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan
dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya
dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal
menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama.
Seperti yang disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa
tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama
yaitu:

1. Autonomy; gives individuals and groups the maximum


awarenes, knowledge, and ability so that they can manage their
personal and collective life to the greatest possible extent.
271

2. Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic


life by coverring them an equal basic education.
3. Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural
heritage over the generation but also guide education towards mutual
understanding and towards what has become a worldwide realization
of common destiny.)

Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat


dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”..

Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran


makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu
tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang
sekolah atau satuan pendidikan tertentu.

Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan


pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.

1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya.

Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke


dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari
272

setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan


pendidikan.

Berikut ini disampaikan beberapa contoh tujuan kurikuler yang berkaitan


dengan pembelajaran ekonomi, sebagaimana diisyaratkan dalam
Permendiknas No. 23 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar :

1. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP/MTS

 Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan


masyarakat dan lingkungannya
 Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial
 Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
 Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.

2. Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi di SMA

 Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan


peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari,
terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga,
masyarakat, dan negara
 Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep
ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi
 Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan
memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen,
dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga,
masyarakat, dan negara
 Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-
nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam
skala nasional maupun internasional

3. Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan pada SMK/MAK

 Memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama


yang terjadi di lingkungan masyarakat
 Berwirausaha dalam bidangnya
 Menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya
273

 Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha.

4. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMK/MAK

 Memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan


masyarakat dan lingkungannya
 Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah,
dan keterampilan dalam kehidupan sosial
 Berkomitmen terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
 Berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari pendidikan nasional sampai dengan


tujuan mata pelajaran masih bersifat abstrak dan konseptual, oleh karena
itu perlu dioperasionalkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang
lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran
dari setiap mata pelajaran.

Pada tingkat operasional ini, tujuan pendidikan dirumuskan lebih bersifat


spesifik dan lebih menggambarkan tentang “what will the student be able
to do as result of the teaching that he was unable to do before” (Rowntree
dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 1997). Dengan kata lain, tujuan
pendidikan tingkat operasional ini lebih menggambarkan perubahan
perilaku spesifik apa yang hendak dicapai peserta didik melalui proses
pembelajaran. Merujuk pada pemikiran Bloom, maka perubahan perilaku
tersebut meliputi perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Lebih jauh lagi, dengan mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih
Sukmadinata (1997) memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang
ingin dicapai pada tujuan pembelajaran, yakni :

1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh


peserta didik, dengan : (a) menggunakan kata-kata kerja yang
menunjukkan perilaku yang dapat diamati; (b) menunjukkan stimulus
yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan (c) memberikan
pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan peserta
didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama.
2. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta
didik, dalam bentuk: (a) ketepatan atau ketelitian respons; (b)
kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons.
274

3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang


menunjang perilaku peserta didik berupa : (a) kondisi atau lingkungan
fisik; dan (b) kondisi atau lingkungan psikologis.

Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti yang sangat


penting.. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat
operasional ini akan menentukan terhadap keberhasilan tujuan pendidikan
pada tingkat berikutnya.

Terlepas dari rangkaian tujuan di atas bahwa perumusan tujuan kurikulum


sangat terkait erat dengan filsafat yang melandasinya. Jika kurikulum yang
dikembangkan menggunakan dasar filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya maka tujuan
kurikulum lebih banyak diarahkan pada pencapaian penguasaan materi
dan cenderung menekankan pada upaya pengembangan aspek
intelektual atau aspek kognitif.

Apabila kurikulum yang dikembangkan menggunakan filsafat


progresivisme sebagai pijakan utamanya, maka tujuan pendidikan lebih
diarahkan pada proses pengembangan dan aktualisasi diri peserta didik
dan lebih berorientasi pada upaya pengembangan aspek afektif.

Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat


rekonsktruktivisme sebagai dasar utamanya, maka tujuan pendidikan
banyak diarahkan pada upaya pemecahan masalah sosial yang krusial
dan kemampuan bekerja sama.

Sementara kurikulum yang dikembangkan dengan menggunakan dasar


filosofi teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan
pendidikan lebih diarahkan pada pencapaian kompetensi.

Dalam implementasinnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan


dengan tantangan yang sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak
mungkin untuk merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya
berpegang pada satu filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum
tertentu secara konsisten dan konsekuen. Oleh karena itu untuk
mengakomodir tantangan dan kebutuhan pendidikan yang sangat
kompleks sering digunakan model eklektik, dengan mengambil hal-hal
yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat yang ada,
sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan secara
bereimbang. .

B. Materi Pembelajaran
275

Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari
filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di
atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik
(perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi
pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran
disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:

1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi


yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik
tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara
variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut.
2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari
kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok
fakta atau gejala.
3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang
khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam
penelitian.
4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi
yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam
materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap
penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang
bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang
suatu hal/kata dalam garis besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih


memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik.
Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta
didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang
didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas
sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat
dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi,
276

sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan


pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah
diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk
mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau
kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub
kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.

Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat


yang melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam
menentukan materi pembelajaran,. Namun dalam implementasinya sangat
sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari
satu filsafat tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan
secara eklektik dan fleksibel..

Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk
menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu
memperhatikan hal-hal berikut :.

1. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam


pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya.
Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang
aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk
pemahaman ke depan.
2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan
peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting
untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat
akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu
memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan
dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut.
Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan
hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik
dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan
kondisi setempat.
5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat
dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut,
277

menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk


mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

Terlepas dari filsafat yang mendasari pengembangan materi, Nana


Syaodih Sukamadinata (1997) mengetengahkan tentang sekuens
susunan materi pembelajaran, yaitu :

1. Sekuens kronologis; susunan materi pembelajaran yang


mengandung urutan waktu.
2. Sekuens kausal; susunan materi pembelajaran yang
mengandung hubungan sebab-akibat.
3. Sekuens struktural; susunan materi pembelajaran yang
mengandung struktur materi.
4. Sekuens logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan
susunan materi pembelajaran dimulai dari bagian menuju pada
keseluruhan, dari yang sederhana menuju kepada yang kompleks.
Sedangkan sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan menuju
bagian-bagian, dan dari yang kompleks menuju yang sederhana.
Menurut sekuens logis materi pembelajaran disusun dari nyata ke
abstrak, dari benda ke teori, dari fungsi ke struktur, dari masalah
bagaimana ke masalah mengapa.
5. Sekuens spiral ; susunan materi pembelajaran yang dipusatkan
pada topik atau bahan tertentu yang populer dan sederhana, kemudian
dikembangkan, diperdalam dan diperluas dengan bahan yang lebih
kompleks.
6. Sekuens rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar
dimulai dengan langkah akhir dan mundur kebelakang. Contoh
pemecahan masalah yang bersifat ilmiah, meliputi 5 langkah sebagai
berikut : (a) pembatasan masalah; (b) penyusunan hipotesis; (c)
pengumpulan data; (d) pengujian hipotesis; dan (e) interpretasi hasil
tes.
7. Dalam mengajarnya, guru memulai dengan langkah (a) sampai
(d), dan peserta didik diminta untuk membuat interprestasi hasilnya (e).
Pada kasempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari
langkah (a) sampai (c) dan peserta didik diminta untuk mengadakan
pengetesan hipotesis (d) dan seterusnya.
8. Sekuens berdasarkan hierarki belajar; prosedur pembelajaran
dimulai menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari
suatu hierarki urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau
278

kompetensi tersebut. Hierarki tersebut menggambarkan urutan


perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-
berturut sampai dengan perilaku terakhir.
C. Strategi pembelajaran
Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan
yang melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam
menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki
konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak
dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah
penguasaan informasi-intelektual,–sebagaimana yang banyak
dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam
rangka pewarisan budaya ataupun keabadian, maka strategi
pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru
merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang
sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik
hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah
informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan
pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti
ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih
bersifat tekstual.

Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat


reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme,
yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta
didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan
belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus
menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh
materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme
yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika
kelompok.

Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik


pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru
tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses
dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler,
obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya
sebagai fasilitator, motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha
menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang kondusif bagi
peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk mendorong dan
menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar.
Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan
berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal.
279

Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang


menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi
tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat
penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik,
tetapi dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta
didik untuk belajar secara individual. Dalam pembelajaran teknologis
dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka langsung
dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik lainnya. Peran
guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director of
learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk
melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah
didesain sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk


menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran
memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri.

Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini


mulai muncul konsep pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang
merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya seorang
guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara
variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk
dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan
menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi.
D. Organisasi Kurikulum

Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum


memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum.
Setidaknya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum, yaitu:

1. Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari


sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-
sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-
masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan
minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi
diberikan sama
2. Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya
untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan
mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan
pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik
memahami pelajaran tertentu.
280

3. Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang


berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta
memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu
bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan “core
subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core
tersebut.
4. Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu
program kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan
peserta didik, bukan pada mata pelajaran.
5. Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa
unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata
pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui
kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya.
Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya
diberikan secara terintegrasi.
6. Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari
keseimbangan antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata
pelajaran dan peserta didik.

Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya


lebih cenderung menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik,
yang terbagi ke dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu : (1) kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (2) kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian; (3) kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi; (4) kelompok mata pelajaran estetika; dan (5)
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut selanjutnya dijabarkan lagi


ke dalam sejumlah mata pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan
jenjang dan jenis sekolah. Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan
lokal disediakan mata pelajaran muatan lokal serta untuk kepentingan
penyaluran bakat dan minat peserta didik disediakan kegiatan
pengembangan diri.

E. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian
terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat
ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright
bahwa : “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth
and progress of students toward objectives or values of the curriculum”
281

Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum


dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya
terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan
(feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang
dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi ; “ objective, it’s scope, the
quality of personnel in charger of it, the capacity of students, the relative
importance of various subject, the degree to which objectives are
implemented, the equipment and materials and so on.”

Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program
evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya
evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk
mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen
tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen
kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses
dan hasil belajar siswa.

Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-


persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan
syarat-syarat evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of value
and valuing, orientation to goals, comprehensiveness, continuity,
diagnostics worth and validity and integration.”

Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi


yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat
sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan
untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif.
Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti
tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan,
instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan,
questionnare, inventori, interview, catatan anekdot dan sebagainya

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan


kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan
keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum
dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para
pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan
pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum
yang digunakan.

Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru,


kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami
dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran,
282

memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas
pendidikan lainnya. (disarikan dari Nana Syaodih Sukmadinata, 1997)

Selanjutnya, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga


pendekatan dalam evaluasi kurikulum, yaitu : (1) pendekatan penelitian
(analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif; dan (3) pendekatan
campuran multivariasi.

Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya


adalah Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik
tolak pada pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan
lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan
mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini
bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi
program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada
deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang
dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972)
menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context,
Input, Process dan Product. Menurut model ini keempat dimensi program
tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program
pendidikan dikembangkan. Penjelasan singkat dari keempat dimensi
tersebut adalah, sebagai berikut :

1. Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi


jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan
dalam program yang bersangkutan, seperti : kebijakan departemen
atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit
kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi
dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
2. Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan
pendidikan, seperti : dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran
yang dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media
pendidikan yang digunakan dan sebagainya.
3. Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut,
meliputi : pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi
yang dilakukan oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
4. Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program
pendidikan, mencakup : jangka pendek dan jangka lebih panjang.
Sumber Bacaan :
283

1. Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian;


Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Puskur Balitbang.
2. ________. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif;
Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Puskur Balitbang
3. ________. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Pelayanan
Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur
Balitbang.
4. ________. 2003. Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus;
Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Puskur Balitbang.
5. ________. 2003. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah;
Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Puskur Balitbang.
6. ________. 2003. Penilaian Kelas; Pelayanan Profesional
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
7. E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep;
Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
8. _________. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja
Rosdakarya.
9. _________. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung :
P.T. Remaja Rosdakarya
10. Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum;
Teori dan Praktek. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
11. Permendiknas No. 22, 23 dan 24 Tahun 2007
12. Tim Pengembang MKDK. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan UPI.
13. Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:
P.T. Media Iptek
14.  
15. Home
16. Pendidikan
17. 8 Standar Nasional Pendidikan Yang Harus Diketahui

18. 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN YANG HARUS


DIKETAHUI
19.  Dita Ayu  10:53 am  Pendidikan  Tidak ada Komentar

20. Standar Nasional Pendidikan memang merupakan kriteria


minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Standar tersebut terdiri dari delapan
284

poin yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh penyelenggara dan


satuan pendidikan yang berada di indonesia.

21. Fungsi dari standar nasional pendidikan ini adalah sebagai dasar
dalam perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan pendidikan
dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Sementara itu Standar nasional pendidikan ini bertujuan menjamin
mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk peradaban serta watak bangsa yang
bermartabat.

22. Sebelumnya, baca juga ini: 18 nilai pendidikan karakter bangsa

23. BERIKUT INI ADALAH DELAPAN POIN DARI STANDAR


NASIONAL PENDIDIKAN:

24. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)

25. Untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, SKL digunakan


sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan kepada
peserta didik. Standar tersebut meliputi Kompetensi lulusan
minimal satuan pendidikan dasar dan juga menengah, SKL minimal
kelompok mata pelajaran dan juga SKL minimal mata pelajaran.
26. STANDAR ISI

27. Hal ini juga mencakup materi minimal serta tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang
dan juga jenis pendidikan tertentu. Standar ini tersebut memuat
kerangka dasar dan juga struktur kurikulum, beban belajar serta
kurikulum satuan pendidikan dan kalender pendidikan.
28. STANDAR PROSES

29. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan


secara Interaktif, Inspiratif, Menyenangkan, Menantang dan juga
membuat termotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan juga
kemandirian sesuai dengan bakat minat dan perkembangan
psikologis dan fisik peserta didik. Namun didalam proses
pembelajaran tersebut juga harus memasukkan unsur keteladanan.
285

30. STANDAR PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

31. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi


sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan
nasional tersebut.

32. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat


pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh sang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan sertifikat keahlian yang relevan
sesuai ketentuan dari undang – undang yang berlaku.
33. STANDAR SARANA DAN PRASARANA

34. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi


perlengkapan sarana pendidikan, buku dan sumber belajar yang
lainnya. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan
prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
kelas, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,
laboratorium dan ruangan penunjang lainnya.
35. STANDAR PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

36. Pembiayaan pendidikan terdiri dari biaya Operasi, investasi serta


biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan dimaksud
meliputi biaya sarana prasarana, pengembangan SDM dan modal
kerja tetap. Sementara biaya personal yang dimaksud adalah biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan pesesrta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara Kondusif, teratur dan juga
berkelanjutan.

37. Sementara biaya operasi yang dimaksud meliputi gaji tenaga


pendidik dan tenaga kependidikan dan juga tunjangan yang
melekat pada gaji. Bahan dan peralatan habis pakai dan juga biaya
tak langsung pendidikan seperti biaya telekomunikasi, konsumsi
dan transportasi.
38. STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

39. Penilaian pada jenjang pendidikan dasar sampai jenjang menengah


terdiri dari penilaian hasil belajar oleh pendidik. Satuan pendidikan
dan oleh pemerintah. Sementara untuk pendidikan tinggi terdiri dari
penilaian pendidik dan juga satuan pendidikan tinggi.

40. Mari bersama masukuniversitas.com memberikan Ucapan Selamat


Hari Guru.
286

41. Demikian tadi adalah 8 poin Standar Nasional Pendidikan. Semoga


dapat memberikan wawasan baru bagi anda.

8 Standar Pendidikan Nasional dan Komponennya


1. Standar Isi
Komponen standar isi terdiri dari:

1. Kurikulum sudah sesuai dan relevan.


2. Sekolah menyediakan kebutuhan pengembangan pribadi peserta
didik.

  
2. Standar Proses
Komponen standar proses terdiri dari:

1. Silabus sudah sesuai/relevan dengan standar.


2. RPP  dirancang  untuk  mencapai  pembelajaran efektif  dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
3. Sumber    belajar    dapat    diperoleh    dengan    mudah    dan
digunakan secara tepat.
4. Pembelajaran   dilaksanakan dengan menggunakan metode yang   
interaktif,    inspiratif,    menyenangkan,    kreatif, menantang dan
memotivasi peserta didik.
5. Supervisi  dan  Evaluasi  Proses  Pembelajaran dilaksanakan
secara berkala dan berkelanjutan.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Komponen Standar Kompetensi Lulusan terdiri dari:
1. Peserta  didik  dapat  mencapai  target  akademis  yang
diharapkan.
2. Peserta  didik  dapat  mengembangkan  potensi  penuh mereka
sebagai anggota masyarakat.
4. Standar Pendidikan dan Tenaga KependidikaKomponen Standar
Pendidikan dan Tenaga Kependidika terdiri dari:
1. Pemenuhan jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sudah
memadai.
2. Kualifikasi  pendidik  dan  tenaga  kependidikan  sudah memadai.
3. Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sudah memadai.
5. Standar Sarana dan PrasaranaKomponen Standar Sarana dan
Prasarana terdiri dari:
1. Sarana sekolah sudah memadai.
2. Sekolah dalam kondisi terpelihara dan baik.
287

6. Standar PengelolaanKomponen Standar Pengelolaan terdiri dari: 


1. Kinerja pengelolaan sekolah berdasarkan kerja tim dan kemitraan
yang kuat dengan visi dan misi yang jelas dan diketahui oleh semua
pihak.
2. Rencana kerja sekolah mencantumkan tujuan yang jelas untuk
program peningkatan dan perbaikan berkelanjutan yang tersosialisasikan
dengan baik.
3. Rencana  Pengembangan  Sekolah/Rencana  Kerja Sekolah
berdampak terhadap peningkatan hasil belajar.
4. Pengumpulan dan  penggunaan data  yang  handal dan valid.
5. Pemberian    dukungan    dan    kesempatan pengembangan 
profesi   bagi  para   pendidik  dan tenaga kependidikan.
6. Masyarakat  mengambil  bagian  dalam  kehidupan sekolah.
7. Standar Pembiayaan
Komponen Standar Pembiayaan terdiri dari:
1. Sekolah merencanakan keuangan sesuai standar.
2. Upaya    sekolah    untuk    mendapatkan    tambahan dukungan
pembiayaan lainnya.
3. Sekolah menjamin kesetaraan akses.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Komponen Standar Penilaian Pendidikan terdiri dari:
1. Sistem penilaian disusun untuk menilai peserta didik baik dalam
bidang akademik maupun non-akademik.
2. Penilaian berdampak pada proses belajar.
3. Orangtua peserta didik terlibat dalam proses belajar anak mereka.
Posted by Rinoto Baru at 8:25 PM 
I. STANDAR ISI 

1. KTSP 
2. Pengembangan kurikulum 
3. 7 Prinsip Pelaksaan Kurikulum 
4. Silabus, RPP 
5. Pengembangan diri/ekskul 
6. Program OSIS dan ekskul 
7. BK (Bimbingan Konseling) 
8. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 
9. Minggu efektif 
288

[Pengelolaan Pendidikan] 8 Standar Nasional Pendidikan dan


Kurikulum KTSP
Raka Dwi Aprian

on 3/03/2014 05:55:00 am

No Comment

Nama              : Raka Dwi Aprian

NIM                 : 1205990

Kelas               : PILKOM D

 1. Sekolah sebagai sebuah lembaga yang memiliki tujuan sudah


sepatutnya dikelola dengan baik dan benar.  Hal ini dimungkinkan karena
didalam organisasi sekolah terdapat sejumlah komponen-komponen yang
saling berinteraksi dan saling ketergantungan. Mengelola sekolah artinya
mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam
mendukung tercapainya tujuan sekolah.  Jadi kepala sekolah mengatur
agar guru dan staf lain bekerja secara optimal, dengan mendayagunakan
sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung
ketercapaian tujuan sekolah. Dalam mengelola sekolah memerlukan seni,
disamping bekal pengetahuan. Bagaimana pendapat Anda tentang hal
289

ini? Berikan argumentasi pentingnya pengelolaan pendidikan dalam


konteks makro, messo dan mikro!

Jawaban :

Saya sangat setuju dengan hal diatas, tentu saja didalam dunia
pendidikan seni itu juga perlu digunakan, seni berkenaan dengan teknik
mengajar, dsb.

a. Pengelolaan pendidikan pada tingkat makro adalah proses melihat


keterkaitan secara utuh antara sistem pendidikan dengan kecendrungan
kehidupan yang memprioritaskan pembangunan ekonomi dengan kualitas
sumber daya manusianya.

b. Pengelolaan pendidikan pada tingkat meso adalah hubungan


keterkaitan anatara instansi pendidikan contoh: sekolah, dengan dunia
kehidupan yang ada disekitarnya.

c. Pengelolaan pendidikan pada tingkat mikro adalah proses pendidikan


yang berintikan wacana dialog antar berbagai komponen pendidikan
dengan peserta didik sebagai pelaku dan tujuan.

2.Pada tahun ajaran 2005/2006 setelah diberlakukannya kurikulum


berbasis kompetensi, setahun kemudian yaitu pada tahun ajaran
2006/2007 di terbitkan kebijakan baru mengenai pemberlakuan
pengorganisasian kurikulum yang dikenal dengan istilah KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan), dengan batas akhir penerapan di sekolah
pada tahun ajaran 2009/2010. Bagaimana perkembangan inovasi
kurikulum dan pembelajaran  lahirnya KTSP? Apa yang dimaksud dengan
KTSP dan Bagaimana hubungannya dengan KBK atau kurikulum
2004? Bagaimana prosedur pengembangan kurikulum dengan
menggunakan format KTSP?

Berikan pendapat Saudara mengenai kurikulum 2013!

Jawaban :
290

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan


di masing-masing satuan pendidikan. ebenarnya dalam Kurikulum 2004
juga sudah dikenal adanya KTSP, namun tidak semua sekolah diwajibkan
menyusunnya. Hanya sekolah-sekolah yang memenuhi beberapa kriteria
yang boleh menyusun KTSP, yaitu sekolah yang memiliki tenaga pengajar
yang kompeten, memiliki biaya yang cukup, kepemimpinan yang baik dan
berorientasi ke masa depan.

Berbeda dalam kurikulum 2004, dimana hanya sekolah-sekolah tertentu


saja yang boleh menyusun KTSP, dalam kurikulum 2006  semua sekolah
wajib menyusunnya tanpa perkecualian, sehingga idealnya KTSP sekolah
satu dengan lainnya tidak sama, karena karakteristik peserta didik dan
kondisi sekolah satu dan lainnya berbeda-beda. Akan tetapi satuan
pendidikan boleh mengadopsi atau mengadaptasi model KTSP yang
tersedia dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi peserta didik
serta kondisi sumber daya pendidikan sekolah yang bersangkutan.

            KTSP dikembangkan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi


dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan
peserta didik

3. Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia terdapat 8  standar


nasional pendidikan. Jelaskan !

Jawaban :

            a.Standar Kompetensi Lulusan : Standar Kompetensi Lulusan


untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar
Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal
satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan
291

minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan


minimal mata pelajaran.

            b. Standar Isi : Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan
tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

            c. Standar Proses : Proses pembelajaran pada satuan pendidikan


diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.

            d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan : Pendidik harus


memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di
atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku

            e. Standar Sarana dan Prasarana : Setiap satuan pendidikan


wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki
prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin,
instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
292

            f. Standar Pengelolaan Pendidikan : Standar Pengelolaan terdiri


dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan,
standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan
oleh Pemerintah.

            g. Standar Pembiayaan Pendidikan : Pembiayaan pendidikan


terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya
investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur
dan berkelanjutan.

            h. Standar Penilaian Pendidikan : Penilaian pendidikan pada


jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil
belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

4. Sehubungan dengan tuntutan ke arah profesionalisme tenaga pendidik


dan kependidikan, maka semakin dirasakannya desakan untuk
peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
yang telah menjadi komitmen pendidikan nasional. Isu klasik yang selalu
muncul selama ini ialah: usaha apa yang paling tepat untuk meningkatkan
mutu pendidikan melalui peningkatan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan?

Jawaban :

a. Manajemen Berbasis sekolah dalam upaya pengembangan Tenaga


Guru, tujuannya untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan
pendidikan kepada tenaga guru.
293

b. Peningkatan Gaji dan kesejahteraan guru.

c. Alih Tugas Profesi dan Rekruitmen guru untuk menggantikan Guru atau
pendidik yang dialih tugaskan ke Profesi lain.

d. Membangun sistem sertifikasi Pendidik dan tenaga kependidikan, serta


sistem penjaminan mutu.

e. Membangun Satu standar Pembinaan Karir.

5. Berikan pendapat Anda tentang pelaksanaan Ujian Nasional! Sertakan


data-data berupa hasil penelitian  dan berikan kesimpulan akhir
berdasarkan pendapat Anda sendiri.!!

Jawaban :

Yah, saya kurang setuju diadakannya Ujian Nasional, karena itu bukanlah
menjadi suatu jaminan bahwa peserta didik kita bisa/mampu mencapai
suatu kompetensi yang mereka pelajari selama berada pada suatu
instansi pendidikan. Tidak bisa, kemampuan yang mereka kumpulkan
selama mereka bersekolah kemudian hanya ditentukan dari evaluasi Ujian
Akhir. Yah kita lihat saja fakta yang terjadi di masyarakat, ada siswa yang
pintar tidak lulus UN padahal di keseharian nya siswa tersebut bisa
menguasai materi yang diberikan oleh guru. Sedangkan ada siswa yang
dinyatakan agak kurang menguasi materi yang ada tetapi dia dinyatakan
lulus Ujian Nasional, sehingga ada beberapa dari mereka yang tidak lulus
UN malah mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri dsb sebagai cara
mereka untuk melampiaskan rasa kecewanya. Dari kejadian ini setidaknya
kita dapat suatu opini bahwa UN kurang efektif dalam menentukan
berhasil atau tidaknya siswa dalam pencapaian suatu kompetensi yang
diberlakukan pada suatu instansi pendidikan.
294

Standar Isi
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2006

TENTANG
STANDAR ISI

UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Menimbang :

Bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 8 ayat (3), Pasal 10


ayat (3), Pasal 11 ayat (4), Pasal 12 ayat (2), dan Pasal 18 ayat
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah;

Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
3. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementrian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
4. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun
2005;
Memperhatikan :
Surat Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor
0141/BSNP/III/2006 tanggal 13 Maret 2006
dan Nomor 0212/BSNP/V/2006 tanggal 2 Mei;
MEMUTUSKAN:
295

Menetapkan :

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG STANDAR


ISI UNTUK

SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.

Pasal 1

(1) Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang


selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan
tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

(2) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada


Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Mei 2006

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD.

BAMBANG SUDIBYO

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 7 JUNI 2006

TENTANG STANDAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
296

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut


pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan


pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen
pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam
program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui
olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga agar memiliki daya saing dalam
menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan
dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan
efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen
berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan,
yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Dalam dokumen ini dibahas standar isi sebagaimana dimaksud oleh


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara keseluruhan
mencakup:

1. kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman


dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan,

2. beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan
menengah,

3. kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh


satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum
sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, dan

4. kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan


pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
297

Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan


(BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005.

BAB II

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM

A. Kerangka Dasar Kurikulum

1. Kelompok Mata Pelajaran


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum
untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. kelompok mata pelajaran estetika;

e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Cakupan setiap kelompok mata pelajaran disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran


Kelompok Mata
No Pelajaran Cakupan

Kelompok mata pelajaran agama dan


akhlak mulia dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
Agama dan Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti,
1. Akhlak Mulia atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama.
2. Kewarganega- Kelompok mata pelajaran
raan dan kewarganegaraan dan kepribadian
Kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran
dan wawasan peserta didik akan status,
hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
serta peningkatan kualitas dirinya sebagai
manusia.
298

Kelompok Mata
No Pelajaran Cakupan
Kesadaran dan wawasan termasuk
wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme
bela negara, penghargaan terhadap hak-
hak asasi manusia, kemajemukan bangsa,
pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan
gender, demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan membayar
pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada
SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk
mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menanamkan kebiasaan berpikir dan
berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan
mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk
memperoleh kompetensi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta
membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi
pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk
memperoleh kompetensi lanjut ilmu
pengetahuan dan teknologi serta
membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif dan mandiri.

Kelompok mata pelajaran ilmu


pengetahuan dan teknologi
pada SMK/MAK dimaksudkan
Ilmu untukmenerapkan ilmu pengetahuan dan
Pengetahuan teknologi, membentuk kompetensi,
3. dan Teknologi kecakapan, dan kemandirian kerja.
4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika
299

Kelompok Mata
No Pelajaran Cakupan
dimaksudkan untuk meningkatkan
sensitivitas, kemampuan mengekspresikan
dan kemampuan mengapresiasi keindahan
dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi
dan mengekspresikan keindahan serta
harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi,
baik dalam kehidupan individual sehingga
mampu menikmati dan mensyukuri hidup,
maupun dalam kehidupan kemasyarakatan
sehingga mampu menciptakan
kebersamaan yang harmonis.
Kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
fisik serta menanamkan sportivitas dan
kesadaran hidup sehat.
Kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan pada
SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk
meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sportivitas dan kesadaran
hidup sehat.
Kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan pada
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dimaksudkan
untuk meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja
sama, dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran,
sikap, dan perilaku hidup sehat yang
bersifat individual ataupun yang bersifat
kolektif kemasyarakatan seperti
Jasmani, keterbebasan dari perilaku seksual bebas,
Olahraga dan kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam
5. Kesehatan berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang
potensial untuk mewabah.
Selain tujuan dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai
bagian dari kerangka dasar kurikulum, perlu dikemukakan prinsip
pengembangan kurikulum.

2. Prinsip Pengembangan Kurikulum


300

Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan


menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi
serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan


kepentingan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta


didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta
tuntutan lingkungan.

b. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman


karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta
jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan
adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan
tepat antarsubstansi.

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu


pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu


pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis,
dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan


301

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan


pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dandunia
kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilanberpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi


kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.

f. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,


pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal
dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan


daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan


nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal
Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan


menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan


dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
302

berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus


mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya
secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar


belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan
menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan
berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan
berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat


pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau
percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan
kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan
pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-
Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik


dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab,
terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing
madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang
memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun
semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan
teladan).

e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan


multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi
guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di
masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam
semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,


sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan
pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara
optimal.
303

g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata


pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri
diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis
serta jenjang pendidikan.

A. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang


harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap
satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam
struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan
standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
B. Struktur Kurikulum SMA/MA

Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang


ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai
Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum disusun
berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi
mata pelajaran.
Pengorganisasian kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti
oleh seluruh peserta didik, dan kelas XI dan XII merupakan
program penjurusan yang terdiri atas empat program: (1) Program
Ilmu Pengetahuan Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial, (3)
Program Bahasa, dan (4) Program Keagamaan, khusus untuk MA.
a. Kurikulum SMA/MA Kelas X
1) Kurikulum SMA/MA Kelas X terdiri atas 16 mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri seperti tertera pada
Tabel 4.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri
khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran
yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus
diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
304

Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing


oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta
didik.
2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum
empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
3) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
4) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)
adalah 34-38 minggu.
Struktur kurikulum SMA/MA Kelas X disajikan pada Tabel 4
Tabel 4. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X
Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
Komponen
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4
5. Matematika 4 4
6. Fisika 2 2
7. Biologi 2 2

8. Kimia 2 2
9. Sejarah 1 1

10. Geografi 1 1

11. Ekonomi 2 2

12. Sosiologi 2 2
13. Seni Budaya 2 2
305

Alokasi Waktu
Semester 1 Semester 2
Komponen
13. Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan 2 2
14. Teknologi Informasi dan
Komunikasi
2 2
15. Keterampilan /Bahasa
Asing 2 2
B. Muatan Lokal 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*)
38 38
Jumlah
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

b. Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII


1) Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII Program IPA, Program
IPS, Program Bahasa, dan Program Keagamaan terdiri atas
13 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.
Kurikulum tersebut secara berturut-turut disajikan pada
Tabel 5, 6, 7, dan 8.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri
khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh
satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang
harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri
dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan
sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.
2) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum.
306

Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum


empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
3) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.
4) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester)
adalah 34-38 minggu.

Tabel 5. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII program


IPA
Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2


Komponen
A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Pendidikan
Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4 4
5. Matematika 4 4 4 4
6. Fisika 4 4 4 4
7. Kimia 4 4 4 4
8. Biologi 4 4 4 4
9. Sejarah 1 1 1 1
10. Seni Budaya 2 2 2 2
11. Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan 2 2 2 2
12. Teknologi Informasi dan
Komunikasi 2 2 2 2
13. Keterampilan/ Bahasa
Asing 2 2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
307

39 39 39 39
Jumlah
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Tabel 6. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII program


IPS
Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII

Smt 2 Smt 1 Smt 2


Komponen Smt 1
A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4 4
5. Matematika 4 4 4 4
6. Sejarah 3 3 3 3
7. Geografi 3 3 3 3
8. Ekonomi 4 4 4 4
9. Sosiologi 3 3 3 3
10. Seni Budaya 2 2 2 2
11. Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan 2 2 2 2
12. Teknologi Informasi dan
Komunikasi 2 2 2 2
13. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
39 39 39 39
Jumlah
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran
308

Tabel 7. Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII program


Bahasa
Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2


Komponen
A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Pendidikan
Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5
4. Bahasa Inggris 5 5 5 5
5. Matematika 3 3 3 3
6. Sastra Indonesia 4 4 4 4
7. Bahasa Asing 4 4 4 4
8. Antropologi 2 2 2 2
9. Sejarah 2 2 2 2
10. Seni Budaya 2 2 2 2
11. Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan 2 2 2 2
12. Teknologi Informasi dan
Komunikasi 2 2 2 2
13. Keterampilan 2 2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
39 39 39 39
Jumlah
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Tabel 8. Struktur Kurikulum MA Kelas XI dan XII Program


Keagamaan
309

Alokasi Waktu

Kelas XI Kelas XII

Smt Smt Smt


Smt 1 2 1 2
Komponen
A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 4 4 4
5. Matematika 4 4 4 4
6. Tafsir dan Ilmu Tafsir 3 3 3 3
7. Ilmu Hadits 3 3 3 3
8. Ushul Fiqih 3 3 3 3
9. Tasawuf/ Ilmu Kalam 3 3 3 3
10. Seni Budaya 2 2 2 2
11. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan 2 2 2 2
12. Teknologi Informasi dan
Komunikasi 2 2 2 2
13. Keterampilan 2 2 2 2
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)
38 38 38 38
Jumlah
2 *) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

**) Ditentukan oleh Departemen Agama

B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan


dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi
310

dan kompetensi dasar pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar


kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran pada
setiap tingkat dan semester disajikan pada lampiran-lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini yang terdir atas: Lampiran 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dan SDLB,
Lampiran 2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
SMP/MTs dan SMPLB, dan Lampiran 3 Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Tingkat SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK.

BAB III

BEBAN BELAJAR

Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan


menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem
paket atau sistem kredit semester. Kedua sistem tersebut dipilih
berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan.

Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan program pendidikan


dengan menggunakan sistem paket. Satuan pendidikan
SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori standar
menggunakan sistem paket atau dapat menggunakan sistem kredit
semester. Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori
mandiri menggunakan sistem kredit semester.

Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar sistem
paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem Paket adalah
sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya
diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar
yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur
kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap
mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam
pembelajaran.

Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan


oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem
tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan
dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses


interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan
311

tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan


ditetapkan sebagai berikut:

a. SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit;

b. SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40 menit;

c. SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama 45 menit.

Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan
pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk SD/MI/SDLB:

1) Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32 jam pembelajaran;

2) Kelas IV s.d. VI adalah 34 jam pembelajaran.

b. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk


SMP/MTs/SMPLB adalah 34 jam pembelajaran.

c. Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu untuk


SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK adalah 38 s.d. 39 jam pembelajaran.

Beban belajar kegiatan tatap muka keseluruhan untuk setiap satuan


pendidikan adalah sebagaimana tertera pada Tabel 25

Tabel 25. Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan untuk setiap


Satuan Pendidikan

Satu
jam Jumla Mingg Jumlah
pemb. h jam u jam
tatap pemb. Efektif per
Satuan muka Per per Waktu tahun
Pendidika (menit mingg tahun pembelajara (@60
n Kelas ) u ajaran n per tahun menit)

SD/MI/ I s.d. 35 26-28 34-38 884-1064 516-


SDLB*) III jam 621
pembelajara
n
312

(30940 –
37240

menit)
1088-1216
jam
pembelajara
n

(38080 –
42560
IV s.d. 635-
VI 35 32 34-38 menit 709
1088 – 1216
jam
pembelajara
n

(43520 –
48640
SMP/MTs/ VII s.d 725-
SMPLB*) . IX 40 32 34-38 menit) 811
1292-1482
jam
pembelajara
n

(58140 –
66690
SMA/MA/ X s.d. 969-
SMALB*) XII 45 38-39 34-38 menit) 1111,5
1026
1368 jam
pelajaran (standar
minimum
SMK/MAK X s.d XII45 36 38 (61560 menit) )
*) Untuk SDLB SMPLB, SMALB alokasi waktu jam pembelajaran tatap
muka dikurangi 5menit

Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa


pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh
313

pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian


penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang


berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang
dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu
penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.

Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur


terdiri dari:

1. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak


terstruktur bagi peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum 40% dari
jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang
bersangkutan.

2. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak


terstruktur bagi peserta didik pada SMP/MTs/SMPLB maksimum 50%
dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang
bersangkutan.

3. Waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak


terstruktur bagi peserta didik pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata
pelajaran yang bersangkutan.

Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan sistem paket


adalah enam tahun untuk SD/MI/SDLB, tiga tahun untuk
SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/SMALB, dan tiga sampai dengan empat
tahun untuk SMK/MAK. Program percepatan dapat diselenggarakan untuk
mengakomodasi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa.

Sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program


pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar
dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan
pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem kredit
semester dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar
satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan
terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak terstruktur. Panduan
tentang sistem kredit semester diuraikan secara khusus dalam dokumen
tersendiri.
314

BAB IV

KALENDER PENDIDIKAN

Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang


diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun
ajaran. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran
efektif dan hari libur.

A. Alokasi Waktu

Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan


pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan
pendidikan.

Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan


pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan
pendidikan.

Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap


minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh
matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk
kegiatan pengembangan diri.

Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan


kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang
dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda
antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari
libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya
tertera pada Tabel 26.
315

Tabel 26. Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan


N Alokasi
o Kegiatan Waktu Keterangan

Minimum
34 Digunakan
minggu untuk kegiatan
dan pembelajaran
maksimu efektif pada
Minggu m 38 setiap satuan
1. efektifbelajar minggu pendidikan
Maksimu
Jeda tengah m2 Satu minggu
2. semester minggu setiap semester
Maksimu Antara
Jeda m2 semester I dan
3. antarsemester minggu II
Digunakan
untuk
penyiapan
kegiatan dan
Maksimu administrasi
Libur akhir m3 akhir dan awal
4. tahun pelajaran minggu tahun pelajaran
5. Hari libur 2–4 Daerah khusus
keagamaan minggu yang
memerlukan
libur
keagamaan
lebih panjang
dapat
mengaturnya
sendiri tanpa
mengurangi
jumlah minggu
efektif belajar
dan waktu
pembelajaran
316

N Alokasi
o Kegiatan Waktu Keterangan
efektif
Disesuaikan
Maksimu dengan
Hari libur m2 Peraturan
6. umum/nasional minggu Pemerintah
Untuk satuan
pendidikan
Maksimu sesuai dengan
Hari libur m1 ciri kekhususan
7. khusus minggu masing-masing
Digunakan
untuk kegiatan
yang
diprogramkan
secara khusus
oleh
sekolah/madras
ah tanpa
mengurangi
Kegiatan jumlah minggu
khusus efektif belajar
sekolah/madras Maksimu dan waktu
8. ah m3 pembelajaran
minggu efektif
B. Penetapan Kalender Pendidikan

1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan


berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

2. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri


Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang
terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat
Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan
dapat menetapkan hari libur khusus.

3. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari


libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
317

4. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh


masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu
sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan
memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.

MENTERI PENDIDIKAN
NASIONAL

BAMBANG SUDIBYO

GLOSARIUM
1. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Badan Standar Nasional Pendidikan yang disingkat BSNP adalah
badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan,
mamantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional
pendidikan.
3. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
4. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
5. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam
penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
pada setiap satuan pendidikan.
6. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan.
7. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
8. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak
secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.
9. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar
Kompetensi Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata
pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran.
318

10. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah kualifikasi


kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata
pelajaran yang mencakupkelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan
dan teknologi, estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan.
11. Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
setiap tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu.
12. Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas
sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus
dicapai dan berlaku secara nasional.
13. Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus
dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan
untuk menyusun indikator kompetensi.
14. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program
pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk mencapai standar
kompetensi lulusan serta kemampuan lainnya dengan
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
15. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
proses interaksi antara peserta didik, materi pembelajaran, pendidik
dan lingkungan.
16. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain
oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan
atau kemampuan lainnya pada kegiatan tatap muka. Waktu
penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.
Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan,
dan percepatan
17. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik
yang didesain oleh pendidikuntuk menunjang pencapaian tingkat
kompetensi mata pelajaran atau lintas mata pelajaran atau
kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri
oleh peserta didik.
18. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan
yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program
pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk
setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada
satuan pendidikan yang dimaksud.
319

19. Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan


program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri
beban belajar dan matapelajaran-matapelajaran yang diikutinya
setiap semester pada satuan pendidikan yang dimaksud.
20. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender
pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
21. Permulaan tahun ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan
pembelajaran pada awal tahun ajaran pada setiap satuan
pendidikan.
22. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan
pembelajaran untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan
pendidikan.
23. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh
matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk
kegiatan pengembangan diri.
24. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan
kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang
dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda
antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan,
hari libur umum (termasuk hari-hari besar nasional), dan hari libur
khusus.
25. Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran
yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan
dalam kegiatan pembelajaran. Susunan mata pelajaran tersebut
terbagi dalam lima kelompok yaitu kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu
pengetahuan dan teknologi, estetika; jasmani, olahraga dan
kesehatan.
Standar Akademik & Guru
PERATURAN

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2007

TENTANG

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,


320

Menimbang :

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 28 ayat (5) Peraturan


Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,


Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004


mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK


INDONESIA TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN
KOMPETENSI GURU.

Pasal 1

(1) Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan


kompetensi guru yang berlaku secara nasional.
321

(2) Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Ketentuan mengenai guru dalam jabatan yang belum memenuhi


kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) akan diatur
dengan Peraturan Menteri tersendiri.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 4 Mei 2007

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD.

BAMBANG SUDIBYO

Salinan sesuai dengan aslinya.

Biro Hukum dan Organisasi

Departemen Pendidikan Nasional,

Kepala Bagian Penyusunan Rancangan

Peraturan Perundang-undangan dan

Bantuan Hukum I,

Muslikh, S.H.

NIP 131479478

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

NOMOR 16 TAHUN 2007 TANGGAL 4 MEI 2007

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU

A. KUALIFIKASI AKADEMIK GURU


322

1. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal

Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup


kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman Kanak-
kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah pertama/madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah atas/madrasah aliyah
(SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar
biasa/sekolah menengah atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan
guru sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK*),
sebagai berikut.

a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA

Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan


minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang
pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi
yang terakreditasi.

b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI

Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau
psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs

Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA

Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

e. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB

Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus


memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
323

atau sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.

f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK*

Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan

Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai


guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum
dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan
dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang
memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi
wewenang untuk melaksanakannya.

Keterangan:

Tanda * pada halaman ini dan halaman-halaman berikutmya, hanya untuk


guru

kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif.

B. STANDAR KOMPETENSI GURU

Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat


kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang
dikembangkan menjadi kompetensi guru PAUD/TK/RA, guru kelas SD/MI,
dan guru mata pelajaran pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK* sebagai berikut.

Standar Kompetensi Guru PAUD/TK/RA

Kompetensi Pedagodik

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,


kultural, emosional, dan intelektual.
324

1.1. Memahami karakteristik peserta didik usia TK/PAUD yang


berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral,
dan latar belakang sosial-budaya.
1.2. Mengidentifikasi potensi peserta didik usia TK/PAUD dalam
berbagai bidang pengembangan.
1.3. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia TK/PAUD
dalam berbagai bidang pengembangan.
1.4. Mengidentifikasi kesulitan peserta didik usia TK/PAUD dalam
berbagai bidang Pengembangan.
2. Menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik.
2.1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip bermain
sambil belajar yang mendidik yang terkait dengan berbagai bidang
pengembangan di TK/PAUD.
2.2. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
bermain sambil belajar yang bersifat holistik, otentik, dan
bemakna, yang terkait dengan berbagai bidang pengembangan di
TK/PAUD.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang diampu.
3.1. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
3.2. Menentukan tujuan kegiatan pengembangan yang mendidik.
3.3. Menentukan kegiatan bermain sambil belajar yang sesuai untuk
mencapai tujuan pengembangan.
3.4. Memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik yaitu
kegiatan bermain sambil belajar sesuai dengan tujuan
pengembangan
3.5. Menyusun perencanaan semester, mingguan dan harian dalam
berbagai kegiatan pengembangan di TK/PAUD.
3.6. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
4. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik
4.1. Memahami prinsip-prinsip perancangan kegiatan pengembangan
yang mendidik
5. dan menyenangkan.
5.1. Mengembangkan komponen-komponen rancangan kegiatan
pengembangan yang
6. mendidik dan menyenangkan.
6.1. Menyusun rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik
yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, maupun di luar
kelas.
325

6.2. Menerapkan kegiatan bermain yang bersifat holistik, otentik, dan


bermakna.
6.3. Menciptakan suasana bermain yang menyenangkan, inklusif, dan
demokratis
6.4. Memanfaatkan media dan sumber belajar yang sesuai dengan
pendekatan bermain sambil belajar.
6.5. Menerapkan tahapan bermain anak dalam kegiatan
pengembangan di TK/PAUD.
6.6. Mengambil keputusan transaksional dalam kegiatan
pengembangan di TK/PAUD sesuai dengan situasi yang
berkembang.
7. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
7.1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan kualitas
8. kegiatan pengembangan yang mendidik.
9. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
9.1. Menyediakan berbagai kegiatan bermain sambil belajar untuk
mendorong peserta
10. didik mengembangkan potensinya secara optimal termasuk
kreativitasnya.
11. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
11.1. Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik
dan santun, baik secara lisan maupun tulisan.
11.2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi
pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan
kondisi psikologis peserta didik, (b) memberikan pertanyaan atau
tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespons,
(c) respons peserta didik, (d) reaksi guru terhadap respons peserta
didik, dan seterusnya.
12. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
12.1. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran
SD/MI.
12.2. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting
untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata
pelajaran SD/MI.
326

12.3. Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil


belajar.
12.4. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar.
12.5. Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen.
12.6. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
berbagai tujuan.
12.7. Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
13. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
13.1. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan belajar.
13.2. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan pengayaan.
13.3. Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada
pemangku kepentingan.
13.4. Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
14. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
14.1. Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
14.2. Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan
lima mata pelajaran SD/MI.
14.3. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI.
Kompetensi Kepribadian

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan


kebudayaan nasional Indonesia.
1.1. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang
dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
1.2. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan
nasional Indonesia yang beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
2.1. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
2.2. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan, dan akhlak mulia.
2.3. Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
327

3. 13. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
3.1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
3.2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan
berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
4.1. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
4.2. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
4.3. Bekerja mandiri secara profesional.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
5.1. Memahami kode etik profesi guru.
5.2. Menerapkan kode etik profesi guru.
5.3. Berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
Kompetensi Sosial

1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena


pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
1.1. Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman
sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan
pembelajaran.
1.2. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat,
orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan
agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status
sosial-ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
2.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah
lainnya secara santun, empatik dan efektif.
2.2. Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat
secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran
dan kemajuan peserta didik.
2.3. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam
program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar
peserta didik.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
3.1. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka
meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami
bahasa daerah setempat.
328

3.2. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk


mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
yang bersangkutan.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan
komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan.
4.2. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada
komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi Profesional

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang


mendukung mata pelajaran yang diampu.
1.1. Menguasai konsep dasar matematika, sains, bahasa,
pengetahuan sosial, agama, seni, pendidikan jasmani, kesehatan
dan gizi sebagai sarana pengembangan untuk setiap bidang
pengembangan anak TK/PAUD.
1.2. Menguasai penggunaan berbagai alat permainan untuk
mengembangkan aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, nilai
moral, sosial budaya, dan bahasa anak TK/PAUD.
1.3. Menguasai berbagai permainan anak.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
2.1. Memahami kemampuan anak TK/PAUD dalam setiap bidang
pengembangan.
2.2. Memahami kemajuan anak dalam setiap bidang pengembangan di
TK/PAUD.
2.3. Memahami tujuan setiap kegiatan pengembangan.
3. 22. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
3.1. Memilih materi bidang pengembangan yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
3.2. Mengolah materi bidang pengembangan secara kreatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
4.1. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.
4.2. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan.
4.3. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan.
329

4.4. Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.


5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.
5.1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
5.2. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI

Kompetensi Pedagodik

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,


kultural, emosional, dan intelektual.
1.1. Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang
berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral,
spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.
1.2. Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekolah dasar dalam
lima mata pelajaran SD/MI.
1.3. Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia sekolah
dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.
1.4. Mengidentifikasi kesulitan peserta belajar usia sekolah dasar
dalam lima mata pelajaran SD/MI.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
2.1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI.
2.2. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam lima mata
pelajaran SD/MI.
2.3. Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di
kelas-kelas awal SD/MI.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
3.1. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
3.2. Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI
3.3. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai
tujuan lima mata pelajaran SD/MI
3.4. Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang terkait dengan
pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
3.5. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI.
330

3.6. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.


4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
4.1. Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang
mendidik.
4.2. Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
4.3. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk
kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4.4. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di
laboratorium, dan di lapangan.
4.5. Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan lima mata pelajaran SD/MI untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara utuh.
4.6. Mengambil keputusan transaksional dalam lima mata pelajaran
SD/MI sesuai dengan situasi yang berkembang.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
5.1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
6.1. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong
peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal.
6.2. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
7.1. Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik
dan santun, baik secara lisan maupun tulisan.
7.2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik dengan
8. bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun
secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik, (b)
memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta
didik untuk merespons, (c) respons peserta didik, (d) reaksi guru
terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
9. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9.1. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar sesuai
10. dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
331

10.1. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting


untuk dinilai dan
11. dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.
11.1. Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
11.2. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar.
11.3. Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen.
11.4. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
berbagai tujuan.
11.5. Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
12. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
12.1. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan belajar.
12.2. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan pengayaan.
12.3. Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada
pemangku kepentingan.
12.4. Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
13. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
13.1. Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
13.2. Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan
lima mata pelajaran SD/MI.
13.3. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI.
Kompetensi Kepribadian

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan


kebudayaan nasional Indonesia.
1.1. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang
dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
1.2. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan
nasional Indonesia yang beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
332

4. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia


5. Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
6. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
6.1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
6.2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan
berwibawa.
7. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
7.1. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
7.2. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
7.3. Bekerja mandiri secara profesional.
8. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
8.1. Memahami kode etik profesi guru.
8.2. Menerapkan kode etik profesi guru.
8.3. Berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
Kompetensi Sosial

1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena


pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi
1.1. Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman
sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran
1.2. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat,
orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan
agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status
sosial-ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
2.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah
lainnya secara santun, empatik dan efektif.
2.2. Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat
secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran
dan kemajuan peserta didik.
2.3. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam
program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar
peserta didik.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
333

3.1. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka


meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami
bahasa daerah setempat.
3.2. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
yang bersangkutan.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan
komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan.
4.2. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada
komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi Profesional

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang


mendukung mata pelajaran yang diampu

Bahasa Indonesia

1. Memahami hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa.


2. Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.
3. Menguasai dasar-dasar dan kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia(menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis)
5. Memahami teori dan genre sastra Indonesia.
6. Mampu mengapresiasi karya sastra Indonesia, secara reseptif dan
produktif.
Matematika

1. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan


keduanya dalam konteks materi aritmatika, aljabar, geometri,
trigonometri, pengukuran, statistika, dan logika matematika.
2. Mampu menggunakan matematisasi horizontal dan vertikal untuk
menyelesaikan masalah matematika dan masalah dalam dunia nyata.
3. Mampu menggunakan pengetahuan konseptual, prosedural, dan
keterkaitan keduanya dalam pemecahan masalah matematika, serta.
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, dan piranti
lunak komputer.
IPA
334

1. Mampu melakukan observasi gejala alam baik secara langsung


maupun tidak langsung.
2. Memanfaatkan konsep-konsep dan hukumhukumilmu pengetahuan
alam dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari.
3. Memahami struktur ilmu pengetahuan alam, termasuk hubungan
fungsional antarkonsep, yang berhubungan dengan mata pelajaran
IPA.
IPS

1. Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, nilai,


dan keterampilan IPS.
2. Mengembangkan materi, struktur, dan konsep keilmuan IPS.
3. Memahami cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip-prinsip pokok ilmu-ilmu
sosial dalam konteks kebhinnekaan masyarakat Indonesia dan
dinamika kehidupan global.
4. Memahami fenomena interaksi perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, kehidupan agama, dan perkembangan masyarakat
serta saling ketergantungan global.
PKn

1. Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, sikap,


nilai, dan perilaku yang mendukung kegiatan pembelajaran PKn.
2. Menguasai konsep dan prinsip kepribadian nasional dan demokrasi
konstitusional Indonesia, semangat kebangsaan dan cinta tanah air
serta bela negara.
3. Menguasai konsep dan prinsip perlindungan, pemajuan HAM, serta
penegakan hukum secara adil dan benar.
4. Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral, dan norma kewarganegaraan
Indonesia yang demokratis dalam konteks kewargaan negara dan
dunia.
1. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
1.1. Memahami standar kompetensi lima mata pelajaran SD/MI.
1.2. Memahami kompetensi dasar lima mata pelajaran SD/MI.
1.3. Memahami tujuan pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI.
2. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
2.1. Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.
2.2. Mengolah materi lima mata pelajaran SD/MI secara integratif dan
kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
335

3. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan


melakukan tindakan reflektif.
3.1. Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara\ terus menerus.
3.2. Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan
keprofesionalan.
3.3. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan
keprofesionalan.
3.4. 23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai
sumber.
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.
4.1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
4.2. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK/MAK*

Kompetensi Pedagodik

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,


sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
1.1. Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan
aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar
belakang sosialbudaya.
1.2. Mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang
diampu.
1.3. Mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu.
1.4. Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
2.1. Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
2.2. Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran
yang diampu.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
3.1. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
336

3.2. Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.


3.3. Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diampu.
3.4. Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan
pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.
3.5. Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan
pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.
3.6. Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
4.1. Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang
mendidik.
4.2. Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran.
4.3. Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk
kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.
4.4. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di
laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan standar
keamanan yang dipersyaratkan.
4.5. Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang
relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang
diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
4.6. Mengambil keputusan transaksional dalam pembelajaran yang
diampu sesuai dengan situasi yang berkembang.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
5.1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran yang diampu.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
6.1. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong
peserta didik mencapai prestasi secara optimal.
6.2. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
7.1. Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik,
dan santun, secara lisan, tulisan, dan/ataubentuk lain.
7.2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik dengan
8. bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan/permainan yang mendidik
yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis
337

peserta didik untuk ambil bagian dalam permainan melalui bujukan dan
contoh, (b) ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c)
respons peserta didik terhadap ajakan guru, dan (d) reaksi guru
terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.
9. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9.1. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu.
9.2. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting
untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran yang diampu.
9.3. Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
9.4. Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar.
9.5. Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen.
9.6. Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk
berbagai tujuan.
9.7. Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.
10. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10.1. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan belajar
10.2. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan pengayaan.
10.3. Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada
pemangku kepentingan.
10.4. Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
11. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
11.1. Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
11.2. Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan
pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
11.3. Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampu.
Kompetensi Kepribadian

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan


kebudayaan nasional Indonesia.
338

1.1. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang


dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.
1.2. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan
sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
2.1. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.
2.2. Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.
2.3. Berperilaku yang dapat diteladan oleh peserta didik dan anggota
masyarakat di sekitarnya.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
4. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.
5. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
6. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
6.1. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.
6.2. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.
6.3. Bekerja mandiri secara profesional.
7. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
8. Memahami kode etik profesi guru.
9. Menerapkan kode etik profesi guru.
10. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.
Kompetensi Sosial

1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena


pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
1.1. Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman
sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan
pembelajaran.
1.2. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat,
orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan
agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status
sosial-ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
2.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah
lainnya secara santun, empatik dan efektif.
339

2.2. Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat


secara santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran
dan kemajuan peserta didik.
2.3. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam
program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar
peserta didik.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
3.1. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka
meningkatkan efektivitas sebagai pendidik.
3.2. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
yang bersangkutan.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan
komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran.
4.2. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada
komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan maupun bentuk
lain.
Kompetensi Profesional

20. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.

Jabaran kompetensi Butir 20 untuk masing-masing guru mata


pelajaran disajikan setelah tabel ini.

21. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran


yang diampu.

21.1 Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu.

21.2 Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

21.3 Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.

22. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

22.1 Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat


perkembangan peserta didik.
340

22.2 Mengolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai


dengan tingkat

perkembangan peserta didik.

23. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan


melakukan tindakan reflektif.

23.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus.

23.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan


keprofesionalan.

23.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan


keprofesionalan.

23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

24. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk


mengembangkan diri.

24.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam


berkomunikasi

24.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk


pengembangan diri.

.Kompetensi Inti Guru butir 20 untuk setiap guru mata pelajaran


dijabarkan sebagai berikut.

1. Kompetensi Guru mata pelajaran Pendidikan Agama pada SD/MI,


SMP/MTs, dan SMA/MA, SMK/MAK*

1.1 Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

− Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu


yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

− Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang


relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

1.2 Kompetensi Guru Pendidikan Agama Kristen

− Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu


yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
341

− Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang


relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

1.3 Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik

− Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu


yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.

− Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang


relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.

1.4 Kompetensi Guru Pendidikan Agama Hindu

− Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu


yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Hindu.

− Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang


relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Hindu.

1.5 Kompetensi Guru Pendidikan Agama Buddha

− Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu


yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha.

− Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang


relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha.

1.6 Kompetensi Guru Pendidikan Agama Konghucu

− Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu


yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Konghucu.

− Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang


relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Konghucu.

2. Kompetensi Guru mata pelajaran PKn pada SMP/MTs, SMA/MA,


SMK/MAK*

− Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang


mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

− Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi


pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap
kewarganegaraan (civic disposition), dan ketrampilan kewarganegaraan
(civic skills).
342

− Menunjukkan manfaat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.

3. Kompetensi Guru mata pelajaran Seni Budaya pada SD/MI,


SMP/MTs, dan SMA/MA, SMK/MAK*

− Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan (mencakup


materi yang bersifat konsepsi, apresiasi, dan kreasi/rekreasi) yang
mendukung pelaksanaan pembelajaran seni budaya (seni rupa, musik,
tari, teater) dan keterampilan.

− Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang


relevan dengan pembelajaran Seni Budaya.

4. Kompetensi Guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,


dan Kesehatan pada SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, SMK/MAK*

− Menjelaskan dimensi filosofis pendidikan jasmani termasuk etika


sebagai aturan dan profesi.

− Menjelaskan perspektif sejarah pendidikan jasmani.

− Menjelaskan dimensi anatomi manusia, secara struktur dan fungsinya

− Menjelaskan aspek kinesiologi dan kinerja fisik manusia.

− Menjelaskan aspek fisiologis manusia dan efek dari kinerja latihan.

− Menjelaskan aspek psikologi pada kinerja manusia, termasuk motivasi


dan tujuan, kecemasan dan stress, serta persepsi diri.

− Menjelaskan aspek sosiologi dalam kinerja diri, termasuk dinamika


sosial; etika dan perilaku moral, dan budaya, suku, dan perbedaan jenis
kelamin.

− Menjelaskan teori perkembangan gerak, termasuk aspek-aspek yang


mempengaruhinya.

− Menjelaskan teori belajar gerak, termasuk keterampilan dasar dan


kompleks dan hubungan timbal balik di antara domain kognitif, afektif dan
psikomotorik.

5. Kompetensi Guru mata pelajaran Matematika pada SMP/MTs,


SMA/MA, SMK/MAK*

− Menggunakan bilangan, hubungan di antara bilangan, berbagai sistem


bilangan dan teori bilangan.
343

− Menggunakan pengukuran dan penaksiran.

− Menggunakan logika matematika.

− Menggunakan konsep-konsep geometri.

− Menggunakan konsep-konsep statistika dan peluang.

− Menggunakan pola dan fungsi.

− Menggunakan konsep-konsep aljabar.

− Menggunakan konsep-konsep kalkulus dan geometri analitik.

− Menggunakan konsep dan proses matematika diskrit.

− Menggunakan trigonometri.

− Menggunakan vektor dan matriks.

− Menjelaskan sejarah dan filsafat matematika.

− Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, piranti lunak
komputer, model matematika, dan model statistika.

6. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada


SMP/MTs,

SMA/MA, SMK/MAK*

− Mengoperasikan komputer personal dan periferalnya.

− Merakit, menginstalasi, men-setup, memelihara dan melacak serta


memecahkan masalah (troubleshooting) pada komputer personal.

− Melakukan pemrograman komputer dengan salah satu bahasa


pemrograman berorientasi objek.

− Mengolah kata (word processing) dengan komputer personal.

− Mengolah lembar kerja (spreadsheet) dan grafik dengan komputer


personal.

− Mengelola pangkalan data (data base) dengan komputer personal atau


komputer server.

− Membuat presentasi interaktif yang memenuhi kaidah komunikasi visual


dan interpersonal.
344

− Membuat media grafis dengan menggunakan perangkat lunak publikasi.

− Membuat dan memelihara jaringan komputer (kabel dan nirkabel).

− Membuat dan memelihara situs laman (web).

− Menggunakan sarana telekomunikasi (telephone, mobilephone,


faximile).

− Membuat dan menggunakan media komunikasi, termasuk pemrosesan


gambar, audio dan video.

− Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam disiplin atau


materi pembelajaran lain dan sebagai media komunikasi.

− Mendesain dan mengelola lingkungan pembelajaran/sumber daya


dengan memperhatikan standar kesehatan dan keselamatan.

− Mengoperasikan perangkat keras dan perangkat lunak pendukung


pembelajaran.

− Memahami EULA (End User Licence Agreement) dan keterbatasan


serta keluasan penggunaan perangkat lunak secara legal.

7. Kompetensi Guru mata pelajaran IPA pada SMP/MTs

− Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori IPA serta


penerapannya secara fleksibel.

− Memahami proses berpikir IPA dalam mempelajari proses dan gejala


alam

− Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan


gejala alam.

− Memahami hubungan antar berbagai cabang IPA, dan hubungan IPA


dengan matematika dan teknologi.

− Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum


alam sederhana.

− Menerapkan konsep, hukum, dan teori IPAuntuk menjelaskan berbagai


fenomena alam.

− Menjelaskan penerapan hukum-hukum IPA dalam teknologi terutama


yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
345

− Memahami lingkup dan kedalaman IPA sekolah.

− Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan IPA.

− Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan


kerja/belajar di laboratorium IPA sekolah.

− Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak
komputer untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas, laboratorium.

− Merancang eksperimen IPA untuk keperluan pembelajaran atau


penelitian

− Melaksanakan eksperimen IPA dengan cara yang benar.

− Memahami sejarah perkembangan IPA dan pikiran-pikiran yang


mendasari perkembangan tersebut.

8. Kompetensi Guru Mata pelajaran Biologi pada SMA/MA, SMK/MAK*

− Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori biologi serta


penerapannya secara fleksibel.

− Memahami proses berpikir biologi dalam mempelajari proses dan gejala


alam.

− Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan


gejala alam/biologi.

− Memahami struktur (termasuk hubungan fungsional antar konsep) ilmu


Biologi dan ilmu-ilmu lain yang terkait.

− Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum


biologi.

− Menerapkan konsep, hukum, dan teori fisika kimia dan matematika


untuk menjelaskan/mendeskripsikan fenomena biologi.

− Menjelaskan penerapan hukum-hukum biologi dalam teknologi yang


terkait dengan biologi terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.

− Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah.

− Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu


biologi dan ilmu-ilmu yang terkait.
346

− Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan


kerja/belajar di laboratorium biologi sekolah.

− Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak
komputer untuk meningkatkan pembelajaran biologi di kelas, laboratorium
dan lapangan.

− Merancang eksperiment biologi untuk keperluan pembelajaran atau


penelitian.

− Melaksanakan eksperiment biologi dengan cara yang benar.

− Memahami sejarah perkembangan IPA pada umumnya khusunya


biologi dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan tersebut.

9. Kompetensi Guru mata pelajaran Fisika pada SMA/MA, SMK/MAK*

− Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori fisika serta


penerapannya secara fleksibel.

− Memahami proses berpikir fisika dalam mempelajari proses dan gejala


alam.

− Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan


gejala alam.

− Memahami struktur (termasuk hubungan fungsional antar konsep) ilmu


Fisika dan ilmu-ilmu lain yang terkait.

− Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum


fisika.

− Menerapkan konsep, hukum, dan teori fisika untuk menjelaskan


fenomena biologi, dan kimia.

− Menjelaskan penerapan hukum-hukum fisika dalam teknologi terutama


yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

− Memahami lingkup dan kedalaman fisika sekolah.

− Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu


fisika dan ilmu-ilmu yang terkait.

− Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan


kerja/belajar di laboratorium fisika sekolah.
347

− Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak
komputer untuk meningkatkan pembelajaran fisika di kelas, laboratorium,
dan lapangan.

− Merancang eksperimen fisika untuk keperluan pembelajaran atau


penelitian.

− Melaksanakan eksperimen fisika dengan cara yang benar.

− Memahami sejarah perkembangan IPA pada umumnya khususnya fisika


dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan tersebut.

10. Kompetensi Guru mata pelajaran Kimia pada SMA/MA, SMK/MAK*

− Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori kimia yang


meliputi struktur, dinamika, energetika dan kinetika serta penerapannya
secara fleksibel.

− Memahami proses berpikir kimia dalam mempelajari proses dan gejala


alam.

− Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan


gejala alam/kimia.

− Memahami struktur (termasuk hubungan fungsional antar konsep) ilmu


Kimia dan ilmu-ilmu lain yang terkait.

− Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum


kimia.

− Menerapkan konsep, hukum, dan teori fisika dan matematika untuk


menjelaskan/mendeskripsikan fenomena kimia.

− Menjelaskan penerapan hukum-hukum kimia dalam teknologi yang


terkait dengan kimia terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan
seharihari.

− Memahami lingkup dan kedalaman kimia sekolah.

− Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu


yang terkait dengan mata pelajaran kimia.

− Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan


kerja/belajar di laboratorium kimia sekolah.
348

− Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak
komputer untuk meningkatkan pembelajaran kimia di kelas, laboratorium
dan lapangan.

− Merancang eksperiment kimia untuk keperluan pembelajaran atau


penelitian.

− Melaksanakan eksperiment kimia dengan cara yang benar.

− Memahami sejarah perkembangan IPA pada umumnya khusunya kimia


dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan tersebut.

11. Kompetensi Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


pada SMP/MTs

− Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran IPS
baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun global.

− Membedakan struktur keilmuan IPS dengan Ilmu-ilmu Sosial.

− Menguasai konsep dan pola pikir keilmuan dalam bidang IPS.

− Menunjukkan manfaat mata pelajaran IPS.

12. Kompetensi Guru mata pelajaran Ekonomi pada SMA/MA,


SMK/MAK*

− Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang


mendukung mata pelajaran Ekonomi.

− Membedakan pendekatan-pendekatan Ekonomi.

− Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi.

13. Kompetensi Guru mata pelajaran Sosiologi pada SMA/MA,


SMK/MAK*

− Memahami materi, struktur, dan pola pikir keilmuan yang mendukung


mata pelajaran Sosiologi.

− Memahami angkah-langkah kerja ilmuwan sosial.

− Menunjukkan manfaat mata pelajaran Sosioligi.

14. Kompetensi Guru mata pelajaran Antropologi pada


SMA/MA, MK/MAK*
349

− Memahami materi, struktur, dan konsep pola pikir keilmuan yang


mendukung mata pelajaran Antropologi.

− Membedakan jenis-jenis Antropologi.

− Menunjukkan manfaat mata pelajaran Antropologi.

15. Kompetensi Guru mata pelajaran Geogafi pada SMA/MA,


SMK/MAK*

− Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek geografi.

− Membedakan pendekatan-pendekatan geografi.

− Menguasai materi geografi secara luas dan mendalam

− Menunjukkan manfaat mata pelajaran geografi

16. Kompetensi Guru mata pelajaran Sejarah pada SMA/MA,


SMK/MAK*

− Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek Sejarah.

− Membedakan pendekatan-pendekatan Sejarah.

− Menguasai materi Sejarah secara luas dan mendalam.

− Menunjukkan manfaat mata pelajaran Sejarah.

17. Kompetensi Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia pada


SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK*

− Memahami konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik yang


terkait dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa.

− Memahami hakekat bahasa dan pemerolehan bahasa.

− Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.

− Menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan


bahasa Indonesia yang baik dan benar.

− Memahami teori dan genre sastra Indonesia.

− Mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan produktif.

18. Kompetensi Guru mata pelajaran Bahasa Asing


350

18.1. Kompetensi Guru Bahasa Inggris pada SD/MI, SMP/MTs, dan


SMA/MA, SMK/MAK*

− Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan dalam


bahasa Inggris (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategis).

− Menguasai bahasa Inggris lisan dan tulis, reseptif dan produktif dalam
segala aspek komunikatifnya (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).

18.2. Kompetensi Guru Bahasa Arab pada SMA/MA, SMK/MAK*

− Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan dalam


bahasa Arab (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategis).

− Menguasai bahasa Arab lisan dan tulis, reseptif dan produktif dalam
segala aspek komunikatifnya (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).

18.3. Kompetensi Guru Bahasa Jerman pada SMA/MA, SMK/MAK*

− Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan dalam


bahasa Jerman (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategis).

− Menguasai bahasa Jerman lisan dan tulis, reseptif dan produktif dalam
segala aspek komunikatifnya (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).

18.4. Kompetensi Guru Bahasa Perancis pada SMA/MA, SMK/MAK*

− Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan dalam


bahasa Perancis (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategis).

− Menguasai bahasa Perancis lisan dan tulis, reseptif dan produktif dalam
segala aspek komunikatifnya (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).

18.5. Kompetensi Guru Bahasa Jepang pada SMA/MA, SMK/MAK*

− Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan dalam


bahasa Jepang (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategis).

− Menguasai bahasa Jepang lisan dan tulis, reseptif dan produktif dalam
segala aspek komunikatifnya (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).
351

18.6. Kompetensi Guru Bahasa Mandarin pada SMA/MA, SMK/MAK*

− Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan dalam


bahasa Mandarin (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan strategis).

− Menguasai bahasa Mandarin lisan dan tulis, reseptif dan produktif dalam
segala aspek komunikatifnya (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Salinan sesuai dengan aslinya. TTD.

Biro Hukum dan Organisasi BAMBANG SUDIBYO

Departemen Pendidikan Nasional,

Kepala Bagian Penyusunan Rancangan

Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,

Muslikh, S.H.

NIP 131479478

BAB IV

STANDAR ANTARA

Penjelasan Pasal 94 butir c pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun


2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang berbunyi: ”Sebelum
standar kualifikasi akademik berlaku efektif, BSNP
mengembangkan Standar Antara yang secara bertahap menuju
pencapaian standar kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada
Pasal 29 Peraturan Pemerintah ini”. Rumusan ini mengharuskan
dikembangkannya Standar Antara. Standar Antara diperlukan untuk
kepentingan sertifikasi guru yang diberlakukan pada masa transisi yaitu
selama 15 tahun sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Setelah masa transisi
tersebut, Standar Antara tidak diberlakukan lagi.

Standar Antara ditentukan berdasarkan analisis keadaan nyata kualifikasi


akademik guru di lapangan dan kualifikasi akademik yang dikehendaki
oleh ketentuan perundang-undangan. Menyadari hal tersebut di atas dan
mempertimbangkan tingkat kesiapan pada pemerintah, maka bagi guru
352

yang belum berkualifikasi D-IV/S1, namun telah berkualifikasi D-II untuk


Guru TK/RA, SD/MI, dan D-III untuk Guru SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK* dapat diberikan kesempatan untuk memperoleh sertifikat B
melalui uji kompetensi sehingga dapat memenuhi Standar Antaraseperti
yang termuat dalam Tabel 4.

Tabel 4

Persyaratan Standar Antara

Minimal Penguasaan Kompetensi


Secara Keseluruhan

Kualifikasi Akademik 50% 75%

D-II (Guru TK/RA dan SD/MI) Sertfikat B


D-III (Guru SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK*) Sertfikat B
D-IV/S1 (TK/RA, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA,

SMK/MAK*) Sertfikat B Sertfikat A


Keterangan Tabel 4:

*) Hanya untuk guru kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif

Sertifikat B mempersyaratkan minimal rata-rata persentase untuk setiap


kompetensi inti guru 40%.

Sertifikat A mempersyaratkan minimal rata-rata persentase untuk setiap


kompetensi inti guru 60%.

Kedua jenis tingkat sertifikasi tersebut dapat ditempuh oleh guru yang
berada di lapangan untuk memungkinkan mereka yang sekarang baru
mempunyai kualifikasi akademik D-II untuk guru TK/RA dan SD/MI, D-III
untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK* dan yang sederajat untuk
dapat mengikuti uji kompetensi sambil menunggu kesempatan mengikuti
pendidikan S1 yang relevan.

Sertifikat A diberikan kepada guru yang berkualifikasi akademik D-IV/S1


yang lulus uji kompetensi dengan penguasaan kompetensi secara
keseluruhan minimal 75% dan rata-rata persentase untuk setiap butir
kompetensi inti guru minimal 60%. Sertifikat B diberikan kepada guru yang
353

memiliki kualifikasi akademik D-II untuk guru TK/RA dan SD/MI atau D-III
untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK* dan yang sederajat, dengan
penguasaan kompetensi secara keseluruhan minimal 50% dan rata-rata
persentase untuk setiap kompetensi inti guru minimal 40%.

Mereka yang telah berkualifikasi D-II untuk guru TK/RA dan SD/MI atau D-
III untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK* dan yang sederajat dapat
mengikuti uji kompetensi dan jika berhasil akan mendapat sertifikat B,
karena belum memenuhi persyaratan kualifikasi akademik.

Mari Berbagi

Bab 3- Metode Penelitian
A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan


gambaran yang jelas mengenai berbagai fenomena yang erat
hubungannya dengan dunia pendidikan, khususnya tentang :

1. Persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah di SMU Negeri


Kabupaten Kuningan.

2. Persepsi guru terhadap lingkungan kerja di SMU Negeri Kabupaten


Kuningan.

3. Sikap guru pada proses pembelajaran di SMU Negeri Kabupaten


Kuningan.

4. Hubungan antara persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala


sekolah dengan sikap guru pada proses pembelajaran di SMU Negeri
Kabupaten Kuningan.

5. Hubungan antara persepsi guru terhadap lingkungan kerja dengan


sikap guru pada proses pembelajaran di SMU Negeri Kabupaten
Kuningan.

6. Hubungan secara bersama-sama antara persepsi guru terhadap


kepemimpinan kepala sekolah dan lingkungan kerja dengan sikap guru
pada proses pembelajaran

B. Tempat dan Waktu Penelitian


354

1. Tempat Penelitian

Tesis yang berjudul : “ Persepsi guru terhadap kepemimpinan kepala


sekolah dan lingkungan kerja dalam hubungannya dengan sikap guru
pada proses pembelajaran “ ini, mengambil tempat penelitian di SMU
Negeri Kabupaten Kuningan.

Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat dengan


batas wilayah administrasi : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Cirebon; sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Brebes; sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap;
dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Majalengka.
Luas wilayah Kabupaten Kuningan 1.178,57 km 2 dengan ketinggian
tempat berkisar antara 1000- 2000 m di atas permukaan laut. Jumlah
penduduk berdasarkan sensus pada tahun 1990 sebanyak 884.326 jiwa.
Kabupaten Kuningan memiliki daerah wisata diantaranya : Linggarjati,
Waduk Darma, Air panas Sangkanhurip, Darmaloka, Ikan Dewa Cigugur,
Pendakian gunung Ceremai (tertinggi di Jawa barat), dll.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Kuningan


menetapkan tiga prioritas pembangunan, meliputi bidang ekonomi,
pendidikan dan kesehatan masyarakat. Khusus mengenai bidang
pendidikan di kabupaten Kuningan terdapat lembaga-lembaga pendidikan
seperti terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1
Jenis dan Jumlah Sekolah di Kabupaten Kuningan
Status
No Jenis pendidikan Negeri Swasta Jumlah
Taman Kanak-kanak

Sekolah Dasar

1 Sekolah Lanjutan — 5 5
Pertama
2 714 — 714
SMU / SMK
3 64 4 68
Sekolah Tinggi
4 19 17 36
(Akan diubah menjadi
5 Universitas Kuningan) — 3 3
355

Sumber Dinas Kab. Kuningan. 2002


Adapun daftar SMU Negeri di Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

Tabel 2

Daftar SMU Negeri di Kabupaten Kuningan

Sekolah Kepala Sekolah Alamat


No
1 SMU N 1 Kuningan Drs. H. Uhadi Jl. Siliwangi No. 55

2 SMU N 2 Kuningan Drs. Tarso M.M. Telp. 871594

3 SMU N 3 Kuningan Drs. Kasiyo Jl. Aruji Kartawinata

4 SMU N 1 Drs. Dedi Harun No. 119, Telp.


Ciawigebang 971992
5 Drs. Rakhmat
SMU N 1 Cilimus Jl. Siliwangi No. 13
6 Drs. Uci Sanusi
SMU N 1 Luragung Telp. 871066
7 Drs. Toha
SMU N 1 Garawangi Jl. Raya Ciawigebang
8 Drs. Sumardjo Telp. 876542
SMU N 1 Kadugede
Jl. Panawuan No. 221
9 Drs. Agus
SMU N 1 Cigugur Hakim
Telp. 613076
10
SMU N 1 Subang Drs. Bambang
SS Jl. Raya Luragung
11
SMU N 1
12 Mandirancan Drs. Ajat Jl. Raya Garawangi
No. 34, Telp. 874244
Sudrajat
Jl. Raya Kadugede
13 SMU N 1 Cibingbin No. 11 Telp. 872876
Drs. Maryanto
14 SMU N 1 Ciwaru Jl. Raya Cigugur No.
Drs. Nursalam 12
356

Telp. 873840

Jl. Raya Subang

Telp. 876622

Jl. Raya Mandirancan


1A

Telp. 613321

Jl. Raya Cibingbin 34


A

Jl. Raya Pabuaran


Ciwaru

Jl. Raya Ciniru

Telp. 876418
SMU N 1 Ciniru Drs. Darsa
Jl. Raya Padamenak
15 SMU N 1 Jalaksana Drs. Dedi Suardi 221

16 SMU N 1 Cidahu* Drs. Rusamsi Jl. Raya Cidahu

Sumber Dinas Kab. Kuningan. 2002

* Berdiri tahun 2002 dan belum ada guru PNS

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dalam rangka penyusunan tesis, mulai dari


tahap awal sampai dengan tahap penyusunan laporan hasil penelitian
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 3
Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyelesaian
No Kegiatan Waktu
357

Persiapan

a. Menentukan objek penelitian

b. Menyusun perangkat / instrumen


penelitian

Pelaksanaan Juli 2001

a. Penyebaran perangkat / Agustus 2001


instrumen penelitian
Januari 2002
b. Pengumpulan perangkat / instru
men penelitian (data penelitian) Februari 2002

c. Pengolahan data
1 Maret 2002
Penyelesaian
2 Maret-April 2002
a. Pengolahan laporan
3 Mei 2002
b. Penyelesaian akhir
C. Metode Penelitian

Metode penelitian ini bersifat Expost Facto, karena data yang dikumpulkan
setelah fenomena yang diteliti telah berlangsung. Teknik pengumpulan
data menggunakan alat dalam bentuk kuisioner/angket yang disebarkan
langsung pada responden (guru PNS) disetiap SMU Negeri di Kabupaten
Kuningan. Responden sebagai sumber data tidak diambil dari seluruh
guru PNS (populasi), tetapi dari sampel dari tiap SMU Negeri di kabupaten
Kuningan. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling.
Bentuk penelitiannya korelasional, yaitu untuk melihat hubungan antar
variabel.

D. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMU Negeri di


Kabupeten Kuningan yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Data jumlah guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada SMU Negeri di
Kabupaten Kuningansebagaimana tercantum pada tabel berikut ini :

Tabel 4
358

Data Jumlah Guru PNS SMU Negeri di Kabupaten Kuningan

No Sekolah Jumlah

1 SMU N 1 Kuningan 39

2 SMU N 2 Kuningan 34

3 SMU N 3 Kuningan 42

4 SMU N 1 Ciawigebang 30

5 SMU N 1 Cilimus 37

6 SMU N 1 Luragung 25

7 SMU N 1 Garawangi 33

8 SMU N 1 Kadugede 29

9 SMU N 1 Cigugur 29

10 SMU N 1 Subang 16

11 SMU N 1 Mandirancan 24

12 SMU N 1 Cibingbin 22

13 SMU N 1 Ciwaru 22

14 SMU N 1 Ciniru 11

15 SMU N 1 Jalaksana 13

JUMLAH
406
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random
Sample karena anggota populasi bersifat Homogen yaitu guru-guru yang
359

mengajar di SMU Negeri dan berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil


(PNS). Jumlah sampel yang diambil sebesar 150 orang atau lebih dari 25
%. Menurut Sugiono, agar aman sebaiknya jumlah sampel yang besar
yang digunakan.128

E. Instrumen Penelitian
1. Bentuk dan Kisi-Kisi Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuisioner
dengan Skala Likert, karena skala model ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan yaitu untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi.
Didalamnya terdapat sejumlah pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3, 2 dan 1, sedangkan pernyataan
negatif diberi skor 1, 2, 3, 4 dan 5. Pernyataan positif dan negatif
ditempatkan secara acak.
Dalam menentukan jenis instrumen yang akan digunakan mengacu
pada pendapat Drs. Sugiyono yang menyatakan bahwa :

Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen


yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen
yang nontest untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa test
jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap
jawabannya tidak ada yang “salah atau benar” tetapi bersifat “positif
dan negatif”129
Instrumen penelitian terdiri atas tiga kelompok instrumen sesuai dengan
jumlah variabel yang diteliti, yaitu :
Kelompok pertama, instrumen penelitian untuk variabel X1 : Persepsi
guru terhadap kepeminpinan kepala sekolah dengan kisi-kisi
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 5
Kisi-Kisi Instrumen Persepsi Guru terhadap Kepemimpinan Kepala
Sekolah
( Variabel X1)
No Indikator Nomor Butir Jumlah
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
1 Pengarahan 7
8, 9, 10, 11, 12, 13, 14
2 Membimbing 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 7
22
3 Memotivasi 8
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
4 Mengawasi 30 8

Jumlah 30
360

Kelompok kedua, instrumen penelitian untuk variabel X2 : Persepsi guru


terhadap lingkungan kerja dengan kisi-kisi sebagaimana tercantum pada
tabel di bawah ini.
Tabel 6
Kisi-Kisi Instrumen Persepsi Guru terhadap Lingkungan Kerja
( Variabel X2)
No Indikator Nomor Butir Jumlah
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11
Kondisi kerja
1 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 11
Layanan 19, 20, 21, 22, 23
2 12
Hubungan guru de- 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30,
3 ngan lingkungan 31, 32, 33, 34, 35 12

Jumlah 35

Kelompok ketiga, instrumen penelitian untuk variabel Y : Sikap guru


pada proses pembelajaran dengan kisi-kisi sebagaimana tercantum pada
tabel di bawah ini.
Tabel 7
Kisi-Kisi Instrumen Sikap Guru pada proses Pembelajaran
( Variabel Y)
No Indikator Nomor Butir Jumlah
Sikap guru terhadap
perencanaan
pembela- jaran
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
Sikap guru terhadap 11, 12, 13
pelaksanaan
1 pembela- jaran 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 13
21, 22, 23, 24, 25, 26
2 Sikap guru terhadap 13
evaluasai 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
3 pembelajar- an 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40 14

Jumlah 40

2. Pengujian Validitas Instrumen


Instrumen penelitian yang akan dijadikan alat untuk mendapatkan
data-data sebagai bahan penelitian, perlu dilakukan pengujian validitas.
Sebab dengan pengujian validitas dapat diketahui apakah alat ukur yang
361

akan digunakan telah sesuai dengan apa yang hendak diukur atau tidak.
Dr. Sugiyono menyatakan bahwa instrumen yang valid harus
mempunyai validitas internal dan validitas eksternal. Instrumen yang
mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam
instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur.
Sedangkan instrumen yang mempunyai validitas eksternal bila kriteria di
dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris. Validitas
internal instrumen yang berupa test harus memenuhi contruct
validity(validitas konstruk) dan content validity (validitas isi). Sedangkan
untuk instrumen yang nontest yang digunakan untuk mengukur sikap,
cukup memenuhi contruct validity(validitas konstruk).[130]
Apabila dilihat berdasarkan perhitungan, suatu item/butir dikatakan
valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, atau
terdapat kesejajaran antara skor item dengan skor total.131 Hal itu berarti
bahwa item yangpunya korelasi positif yang tinggi dengan skor total
menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi,
demikian juga sebaliknya. Menurut Masrun sebagaimana dikutip
oleh Sugiyono menyatakan bahwa “biasanya syarat minimum untuk
dianggap memenuhi syarat adalah r = 0,3”132, ini berarti bahwa item yang
nilai korelasinya di bawah 0,3 tidak dapat dianggap valid. Adapunformula
untuk menghitung korelasinya adalah menggunakan korelasi product
moment dengan rumus :
S xy

rxy =

(Sx2) (Sy2)

133

Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X (skor item)
denganvariabel Y (skor total)
x = X – X
y = Y – Y
Proses penghitungan mengunakan program SPSS 11.0.
Rangkuman hasil analisis validitas instrumen sebagaimana tercantum
pada tabel di bawah ini.

Tabel 8
362

Data Instrumen Penelitian hasil analisis validitas

Hasil Analisis
No Variabel Jumlah Instrumen Valid Invalid
Persepsi guru terhadap kepe
1 mimpinan kepala sekolah (X1) 30 24 6
Persepsi guru terhadap ling
2 kungan kerja (X2) 35 32 3
Sikap guru pada proses pem
3 belajaran (Y) 40 32 8

JUMLAH 105 88 17

* Data lengkap hasil perhitungan ada pada lampiran

3. Pengujian Realibilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dimaksudkan untuk


mengetahui apakah butir instrumen yang digunakan keterandalannya
memenuhi kriteria atau tidak. Apabila berdasarkan analisis, diperoleh
reliabilitas instrumen penelitian tinggi, maka kemungkinan kesalahan data
yang dikumpulkan rendah. Akurasi dan stabilitas data berarti tinggi.

Proses pengukuran reliabilitas instrumen penelitian


menggunakan Alfa Cronbach. Koefesien reliabilitas yang diperoleh
berpedoman pada klasifikasi Guilford, yaitu :

r > 0,8 : sangat kuat

0,6 < r > 0,8 : kuat

0,4 < r > 0,6 : sedang

Rumus yang digunakan adalah :

K SDb2

a = 1 –
K – 1 SDt2
363

133

Keterangan :
a = koefisien alpha
K = jumlah pengelompokan item
SDb 2 = varians butir item
SDt 2 = varians skor total
Varians-varians tersebut dicari dengan menggunakan rumus Sebagai
berikut :
(X)2

X2 –

SD2 =

134

Keterangan :
SD2 = varians skor
X2 = jumlah kuadrat skor
364

N = jumlah responden
Setelah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas, maka item-item yang
tidal valid tidak akan dimasukan ke dalam instrumen pengukuran variabel,
sehingga instrumen pengukuran variabel hanya akan menggunakan item-
item yang valid dengan maksud agar data yang diperoleh benar-benar
akurat dan hasil analisanya dapat dipertanggungjawabkan.
Proses penghitungan mengunakan program SPSS 11.0 Hasil
penghitungan diperoleh data koefesien reliabilitas sebagaimana tercantum
pada tabel di bawah ini.

Tabel 9

Koefesien Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel Koefisien Reliabilitas


Persepsi guru terhadap kepe
1 mimpinan kepala sekolah (X1) 0,86
Persepsi guru terhadap ling
2 kungan kerja (X2) 0,82
Sikap guru pada proses pem
3 belajaran (Y) 0,81

* Data lengkap hasil perhitungan ada pada lampiran

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen


penelitian reliabel dengan kriteria sangat kuat karena koefisien dari ketiga
kelompok instrumen penelitian memiliki koefesien > 0,80
F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpualan data dilakukan dengan cara mendatangi seluruh


SMU Negeri di Kabupaten Kuningan, kecuali sekolah yang belum memiliki
guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jumlah sekolah yang
didatangi berjumlah 15 sekolah.

Setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah, kuisioner diberikan dan diisi
langsung oleh guru yang bersangkutan. Bagi guru yang tidak sempat
mengisi dan menyerahkan langsung pada saat itu, diberi kesempatan
untuk mengisinya pada waktu lain, baik di rumah ataupun di sekolah.
Proses pengambilan bagi kuisioner yang pengisiannya bukan pada saat
penyebaran, diambil melalui kurir atau dititipkan. Instrumen penelitian ada
pada lampiran.
365

G. TEKNIK ANALISIS DATA


1. Uji Normalitas.

Uji Normalitas dimaksudkan untuk memeriksa apakah data


populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji ini diperlukan untuk
mengetahui apakah teknik analisis regresi dapat digunakan dalam
penelitian ini atau tidak.

Uji yang dipakai adalah uji Kolmogorov Smirnov, dimana


apabila amaksimum hitung lebih kecil dari nilai kritis D tabel, maka
distribusi data penelitian bersifat normal dan jika a hitung lebih besar dari
D tabel distribusi tidak normal, taraf signifikansi yang dipakai adalah Alpha
0,05 (a 0,05)
Proses pengolahan uji normalitas menggunakan program SPSS
11.0. Data lengkap ada pada lampiran.

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas variansi diperlukan untuk memeriksa apakah data


yang diperoleh memiliki variansi yang homogen atau tidak. Hal ini
dianggap penting karena sangat berpengaruh terhadap pengambilan
kesimpulan. Pengujian menggunakan uji Barlet, apabila harga c2 hitung
lebih kecil dari c2 tabel, maka data berasal dari populasi yang homogin
demikian juga sebaliknya. Signifikansi yang dipakai adalah alpha 0,05
(a 0,05)

Proses uji homogenitas variansi menggunakan program SPSS


11.0. Data lengkap ada pada lampiran.

3. Analisis Regresi

Analisis Regresi berhubungan dengan penelitian korelasi antar


variabel yang mempunyai hubungan kausal atau fungsional. Untuk
menetapkan antar variabel mempunyai hubungan kausan/fungsional atau
tidak, didasarkan pada landasan teoritis yang memperkuatnya. Dengan
demikian analisis regresi itu untuk mengetahui bagaimana variabel
dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen, sehingga
dapat dsimpulkan apakah naik dan menurunnya keadaan variabel
independen, atau untuk meningkatkan keadaan variabel dependen dapat
dilakukan dengan meningkatkan variabel independen atau sebaliknya.

Rumus yang digunakan adalah rumus model persamaan regresi :


366

Ŷ = a + bX1
Ŷ = a + bX2
Variabel Y atas X1
Variabel Y atas X2
PERSAMAAN REGRESI SEDERHANA

135 136
PERSAMAAN REGRESI GANDA

Ŷ = a0 + b1X1 + b2X2

Variabel Y atas X1 dan X2


137
4. Korelasi

Untuk mendapatkan kesimpulan tentang ada atau tidaknya


hubungan antar variabel ( X1 Y; X2 Y; X1 X2 Y ) menggunakan beberapa
model korelasi yaitu korelasi product moment, korelasi parsial, korelasi
ganda, regresi ganda sekaligus dihitung uji keberartian koefesien korelasi
setiap hubungan antar variabel.

Proses pengolahan korelasi menggunakan program SPSS 11.0. Data


lengkap ada pada lampiran.
Rumus untuk perhitungan koefisien korelasi antara variabel
X1 dengan variabel Y, dan variabel X2 dengan variabel Y :
S xy

rxy =

(Sx2) (Sy2)
367

138

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan

variabel Y
x 2 = kuadrat dari x (x = X – X)

y2 = kuadrat dari y (y = Y – Y)

Rumus untuk perhitungan koefisien korelasi variabel X1 dan


variabel X2dengan variabel Y (korelasi jamak) :

r2yx1+r2yx2-2ryx1ryx2rx1x2

Ry.x1x2 =

1 – r2x1x2

140

Keterangan :
368

Ry.x1x2 = koefisien korelasi jamak antara X1 dan X2 dengan


Y

ryx1 = koefisien korelasi antara X1 dengan Y

ryx2 = koefisien korelasi antara X2 dengan Y

rx1x2 = koefisien korelasi antara X1 dengan X2

H. HIPOTESIS STATISTIK
1). Ho : r y1 = 0

H1 : r y1 > 0

2). Ho : r y2 = 0

H1 : r y2 > 0

3). Ho : R y.1 2 = 0

H1 : R y.1 2 > 0

Keterangan

1. Ho = Hipotesis alternatif


2. H1 = Hipotesis kerja
3. r y1 = Koefesien korelasi X1 terhadap Y
4. r y2 = Koefesien korelasi X2 terhadap Y
5. R y.12 = Koefesien korelasi ganda X1 dan X2 bersama-sama
dengan Y

128 Sugiyono. 2000. Metodologi Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta,


h. 111
129 Ibid, h. 83
[130] Ibid, h. 113
131 Suharsimi Arikunto, 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta :
Bumi Aksara. Hal. 72
132 Sugiyono, op cit, h 124.
133 Murwani, Santoso. 2000. Statistik Terapan (Teknik Anilis Data),
Program Pascasarjana, HAMKA, Jakarta, h. 31
133 Sugiono, op cit, h.109
134 Sugiono, op cit, h. 164
135 Muwarni, Santoso, op cit, h. 39
136 Muwarni, Santoso, loc cit
137 Muwarni, Santoso, op cit, h. 43
369

138 Muwarni, Santoso, op cit, h. 31
140 Hartati, Sri. 2000. Mteri Kuliah Statistik, Program Pascasarjana,
UHAMKA, Jakarta
Bab 4- Hasil Penelitian
A. Deskripsi Data
Pada bagian dari bab ini secara berturut-turut akan disajikan gamabaran
deskriptif tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Organisasi
Sekolah, dan hubungannya dengan Kinerja Guru.
Ketiga jenis data yang akan dideskripsikan ini terdiri dari dua variabel
bebas, yaitu Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi
Sekolah, serta variabel terikat yaitu Kinerja Guru yang diperoleh melalui
angket yang dirancang oleh peneliti berdasarkan indikator-indikatornya.

Setelah pendeskripsian data, selanjutnya disajikan pada pengujian


analisis, pengujian hipotesis, dan dilanjutkan dengan tafsiran hasil
pengujian hipotesis.

1. Kinerja Guru (Y)

Instrumen Kinerja Guru (Y) disusun sebanyak 30 butir pernyataan yang


didasarkan pada skala sikap model Likert yang dimodifikasi dengan
skoring 5 untuk pernyataan selalu, 4 untuk pernyataan sering, 3 untuk
pernyataan kadang-kadang, 2 untuk pernyataan jarang, dan
1 untuk pernyataan tidak pernah. Hal ini berlaku untuk pernyataan
positif dan sebaliknya bila pernyataan negatif.
Setelah melalui proses uji coba, instrumen Kinerja Guru yang
layak untuk dipakai adalah berjumlah 30 butir pernyataan. Dengan
demikian maka skor maksimal yang dapat diperoleh seorang
responden adalah sebesar 150.

Data terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor Kinerja


Guru adalah skor minimum 90 dan skor maksimum 100. Dengan
rentangan tersebut diperoleh harga rata-rata sebesar 95,23 dan
simpangan baku sebesar 2,54 untuk perhitungan lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran.

Distribusi frekuensi data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Guru

FREKUENSI
NO KELAS FREKUENSI RELATIF
INTERVAL
1 90-91 5 12.5
2 92-93 5 12.5
370

3 94-95 8 20
4 96-97 16 40
5 98-99 4 10
6 100-101 2 5
40 100
Sebagaimana hasil perhitungan di atas hasil pengolahan data diperoleh
rata-rata untuk Kinerja Guru sebesar 95,23. Dengan demikian ternyata
bahwa Kinerja Guru sebagai objek penelitian ini rata-rata mempunyai
kinerja yang tinggi. Untuk histogram skor kinerja guru dapat dilihat pada
grafik berikut ini :

Grafik 1. Histogram Skor Kinerja Guru

Keterangan :

f = frekuensi absolut

K = kelas interval

Histogram dibuat menggunakan fasilitas Chart pada MS. Word


’97.
371

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah yang semula disusun 30


butir pernyataan berdasarkan pada skala sikap model Likert yang
dimodifikasi dengan menggunakan 5 option yaitu skoring 5 untuk
selalu, 4 untuk sering, 3 untuk kadang-kadang, 2 untuk jarang, dan 1
untuk tidak pernah, hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan
sebaliknya bila pernyataan negatif.

Setelah melalui proses uji coba ternyata bahwa jumlah butir


pernyataan yang layak untuk digunakan dilihat dari validitas dan
reliabilitasnya adalah 30 butir pernyataan. Dengan demikian skor
maksimum yang dapat diperoleh seorang responden adalah 150.

Data yang terkumpul menunjukkan bahwa rentangan bagi skor


Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah skor minimum 90 dan
maksimum 100. Dengan rentang tersebut diperoleh harga rata-rata
sebesar 94,85 dan simpangan baku sebesar 2,74.

Distribusi frekuensi dari data tersebut dapat dilihat pada tabel di


bawah ini, sedangkan histogramnya dapat dilihat pada grafik 2.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah

FREKUENSI
NO FREKUENSI RELATIF
KELAS INTERVAL
1 90-91 4 10
2 92-93 10 25
3 94-95 10 25
4 96-97 8 20
5 98-99 6 15
6 100-101 2 5
40 100
Sebagaimana hasil perhitungan di atas, hasil pengolahan data diperoleh
harga rata-rata untuk Kepemimpinan Kepala Sekolah sebesar 94,85.
Dengan demikian ternyata bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah
menurut objek penelitian ini yaitu para guru SD di Kecamatan Lebakwangi
Kabupaten Kuningan rata-rata mempunyai sifat kepemimpinan yang
372

tinggi. Untuk histogram skor Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah


sebagai berikut :

Grafik 2. Histogram Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keterangan :

f = frekuensi absolut

K = kelas interval

Histogram dibuat menggunakan fasilitas Chart pada MS. Word


’97.

3. Iklim Organisasi Sekolah (X2)

Instrumen Iklim Organisasi Sekolah disusun sebanyak 30 butir


pernyataan yang didasarkan pada skala sikap model Likert yang
dimodifikasi dengan menggunakan 5option yaitu skor 5 untuk selalu, 4
untuk sering, 3 untuk kadang-kadang, 2 untuk jarang, dan 1 untuk tidak
pernah, hal ini berlaku untuk pernyataan positif dan sebaliknya bila
pernyataan negatif.
373

Setelah melalui proses uji coba, instrumen Iklim Organisasi Sekolah yang
layak untuk dipakai adalah berjumlah 30 butir pernyataan. Dengan
demikian skor maksimum yang dapat diperoleh seorang responden
adalah sebesar 150. Data yang terkumpul menunjukkan bahwa rentangan
bagi skor Iklim Organisasi Sekolah adalah skor minimum 90 dan skor
maksimum 100. Dengan rentangan tersebut diperoleh rata-rata sebesar
95 dan simpangan baku sebesar 2,78.
Distribusi frekuensi dari data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
ini :

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Skor Iklim Organisasi Sekolah

FREKUENSI
FREKUENSI RELATIF
NO KELAS INTERVAL
1 90-91 5 12.5
2 92-93 7 17.5
3 94-95 11 27.5
4 96-97 8 20
5 98-99 7 17.5
6 100-101 2 5
40 100
Sebagaimana hasil perhitungan di atas, hasil pengolahan data diperoleh
harga rata-rata untuk Iklim Organisasi Sekolah sebesar 95. Dengan
demikian ternyata bahwa Iklim Organisasi Sekolah sebagai objek
penelitian ini rata-rata tinggi. Untuk histogram skor Iklim Organisasi
Sekolah adalah sebagai berikut :

f
374

Grafik 3. Histogram Skor Iklim Organisasi Sekolah

Keterangan :

f = frekuensi absolut

K = kelas interval

Histogram dibuat menggunakan fasilitas Chart pada MS. Word


’97.

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data

Lebih lanjut karakter data penelitian akan menentukan teknik analisis


data yang akan digunakan untuk membuktikan atau menguji hipotesis,
oleh karena itu sebelum pelaksanaan analisis data yang menguji hipotesis
dilakukan pemeriksaan atau pengujian terhadap data itu. Pengujian
persyaratan analisis data yang digunakan di sini adalah uji normalitas
dengan menggunakan uji Lilliefors. Kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Tolak hipotesis nol, jika Lhitung > Ltabel yang berarti populasi tidak


berdistribusi normal.

2. Terima hipotesis nol, jika Lhitung < Ltabel yang berarti populasi


berdistribusi normal

1. Uji Normalitas Data Kinerja Guru

Pengujian terhadap data perilaku belajar (Y) menghasilkan


Lhitung sebesar 0,09. Dari tabel harga kritis nilai L untuk Lilliefors dengan n
= 40 dan α = 0,05 diperoleh L tabel = 0,1401. Dengan demikian tampak
bahwa Lhitung lebih kecil daripada Ltabel , yang berarti bahwa data Y berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Normalitas Data Iklim Organisasi Sekolah (X)

Pengujian terhadap data Iklim Organisasi Sekolah (X) menghasilkan


Lhitungsebesar 0,09. Dari tabel harga kritis nilai L untuk Lilliefors dengan n =
40 dan α = 0,05 diperoleh L tabel = 0,1401. Dengan demikian tampak bahwa
375

Lhitung lebih kecil daripada Ltabel , yang berarti bahwa data X2 berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.

Jika hasil uji normalitas dari ketiga jenis data tersebut yaitu Kinerja Guru,
Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Iklim Organisasi Sekolah disajikan
kembali kecuali secara keseluruhan, maka akan diperoleh tabel hasil
pengujian normalitas data sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil Pengujian Normalitas Data

JENIS DATA LHITUNG LTABEL %%=0,5


KESIMPULAN
Kinerja Guru (Y) 0,09 0,1410 Normal
Iklim Organisasi
Sekolah (X) 0,09 0,1401 Normal
Tabel = Tabel nilai kritis Lilliefors

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa populasi dari


semua variabel data penelitian ini yaitu kinerja guru, Kepemimpinan
Kepala Sekolah, dan Iklim Organisasi Sekolah berdistribusi normal.
Dengan demikian persyaratan telah terpenuhi.

Selanjutnya untuk persyaratan bahwa bentuk-bentuk regresi adalah


linear. Pengujian telah dilakukan secara bersama-sama dengan pengujian
hipotesis penelitian.

C. Pengujian Hipotesis

Berikut ini akan disajikan hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian


yang diajukan yaitu sebagai berikut :

Hubungan antara Variabel Iklim Organisasi Sekolah (X) dengan Kinerja


Guru (Y)

Hipotesis kedua yang disajikan dalam penelitian ini menyatakan


bahwa terdapat hubungan positif antara Iklim Organisasi Sekolah (X)
dengan Kinerja Guru (Y). analisis regresi linear sederhana terhadap data
penelitian.

Penelitian dari perhitungan menghasilkan koefisien arah regresi b


sebesar 0,69 dan konstanta a sebesar 30,11. Dengan demikian bentuk
hubungan antara kedua variabel tersebut dapat disajikan oleh persamaan
regresi :

Ŷ = 30,11 + 0,69 X
376

Untuk mengetahui keberartian regresi, persamaan regresi tersebut


selanjutnya diuji dengan menggunakan Uji F. Adapun hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 12. Tabel Anava untuk Regresi Linear Sederhana Ŷ = 30,11 + 0,69
X

Sumber
Varian Db Fh Ft
JK RJK
Total 40 362963 362963 – –
Regresi a 1 362712,03 362712,03

Regresi b 1 142,83 142,83 a.0,95


(1:38)
Sisa 38 108,14 2,85 50,12 4,10
a.0,95

Tuna cocok 9 30,22 3,36 (15:23)

Galat 29 77,92 2,69 1,25 2,55


Keterangan : db = derajat kebebasan

JK = jumlah kuadrat

RJK = rata-rata jumlah kuadrat

Analisis korelasi terhadap pasangan data dari kedua variabel tersebut,


menghasilkan koefisien r korelasi sebesar 0,75. Telaah keberartian
(signifikansi) terhadap angka koefisien korelasi tersebut diperoleh
thitung sebesar 7 sedangkan untuk t tabel (0,95) (38) = 1,70. Perhitungan ini
menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi antara Iklim Organisasi
Sekolah dengan Kinerja Guru adalah sangat signifikan. Hal ini sekaligus
menolak hipotesis nol, penelitian yang menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan positif antara Iklim Organisasi Sekolah (X) dengan Kinerja Guru
(Y).

Karena koefisien korelasi ry1 = 0,75 maka diperoleh koefisien


determinasinya sebesar r2 = 0,56 yang berarti bahwa 56% variansi
perilaku belajar dapat dijelaskan oleh Iklim Organisasi Sekolah (X 2)
dengan kinerja guru (Y) melalui suatu persamaan regresi :

Ŷ = 30,11 + 0,69 X pada α = 0,95


377

Koefisiesn korelasi parsial X dan Y signifikan karena nilai t hitung = 7 >


ttabel = 1,70 yang berarti ada hubungan antara Kepemimpinan Kepala
Sekolah dengan Kinerja Guru.

D. Interpretasi Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ketiga hipotesis kerja yang


diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima, ini berarti bahwa secara
umum terdapat hubungan positif antara Kepemimpinan Kepala Sekolah
dan Iklim Organisasi Sekolah serta Kinerja Guru, baik sendiri-sendiri
maupun secara bersama-sama.
Untuk lebih jelasnya hasil pengujian hipotesis tersebut dapat
ditafsirkan sebagai berikut :

Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru,


tampak adanya hubungan positif antara kedua variabel tersebut yang
mengandung makna bahwa semakin tinggi Iklim Organisasi Sekolah maka
semakin tinggi pula Kinerja Guru.

Dengan kekuatan hubungan sebesar 0,75 serta koefisien determinasinya


sebesar 0,56 maka diperoleh sekitar 56% varians hasil Kinerja Guru
dipengaruhi oleh Iklim Organisasi Sekolah memberikan sumbangan
sekitar 56% terhadap varians Kinerja Guru melalui model regresi linear
sederhana :

Ŷ = 30,11 + 0,69 X

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :
1. Kinerja Guru SD di Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan
Propinsi Jawa Barat tergolong tinggi, hal ini terlihat dari data yang
terkumpul menunjukkan bahwa rentangan skor sebesar 90 – 100
dan harga rata-rata sebesar 95,23.
2. Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru
memiliki tingkat signifikansi tinggi. Hal ini terlihat dari korelasi yang
diperoleh r = 0,75 dan keberartian t hitung = 2,52 > 1,70 = ttabel pada
taraf signifikansi 5%. Koefisien parsial X 2 dengan Y sangat
signifikan karena thitung = 7 < 1,68 = ttabel pada a = 0,05.
378

3. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi


Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar
0,68 atau 68%.

4. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi


Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 0,56 atau
56%.

B. Implikasi

Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan


maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang
pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan
dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :
Hasil penelitian mengenai variabel Iklim Organisasi Sekolah yang
diduga mempunyai hubungan dengan Kinerja Guru, ternyata
menunjukkan hubungan yang signifikan, kedua variabel tersebut,
variabel Iklim Organisasi Sekolah memberikan kontribusi terhadap
variabel Kinerja Guru, di mana Iklim Organisasi Sekolah memberikan
kontribusi sebesar 0,56 atau 56%. Kontribusi Iklim Organisasi Sekolah
(X) tersebut, ditentukan oleh indikator perencanaan yang kurang baik.

Berdasarkan pada hasil penelitian di atas bahwa memberikan


kontribusi yang berarti terhadap Kinerja Guru.

Selama ini masalah Kinerja Guru kurang mendapat perhatian


yang serius baik dari pihak lembaga maupun dari pihak guru. Maka
dalam mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya usaha dan
upaya dari pihak lembaga dan dari pihak pimpinan, dalam rangka
meningkatkan Kinerja Guru dengan cara mengadakan perbaikan pada
variabel Iklim Organisasi Sekolah yang dijalankan pada sekolah yang
bersangkutan. Dengan mengadakan perbaikan pada variabel tersebut
diharapkan motivasi kerja guru akan semakin meningkat.

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh


lembaga di antaranya sebagai berikut :

1. Perilaku belajar atau Iklim Organisasi Sekolah tidak semata-mata


dipengaruhi oleh faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah tetapi
masih banyak faktor lingkungan internal mapun lingkungan
eksternal lain yang menentukannya. Pengaruh perilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Iklim Organisasi Sekolah
dan Kinerja Guru. Sehubungan dengan hal itu perlu diteliti lebih
379

lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi


terhadap perilaku belajar tersebut.
2. Aspek-aspek yang diteliti dan penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif, maka untuk lebih mendalam faktor-faktor
apa saja yang turut berpengaruh terhadap Kinerja Guru tersebut.
Perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan
kuantitatif.

C. Saran

1. Iklim Organisasi Sekolah ternyata berkontribusi positif terhadap


Kinerja Guru. Hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan
kalau bisa ditingkatkan.
Untuk menciptakan hal tersebut guru-guru perlu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan ini, baik atas
inisiatif sendiri maupun prakarsa kepala sekolah atau pihak-pihak
lain yang terkait.
2. Bagi kepala sekolah, penilik, dan pengawas atau pihak terkait dalam
memberikan bantuan, bimbingan, dan pembinaan perlu
memperhatikan faktor iklim organisasi ini. Akan lebih baik lagi
apabila dilakukan pelatihan-pelatihan khusus sehubungan dengan
masalah-masalah kepemimpinan ini.

3. Disadari bahwa faktor iklim organisasi ini ditentukan oleh faktor-


faktor internal dan juga faktor eksternal. Lembaga pendidikan yang
bertugas mempersiapkan calon guru yang kualitatif merupakan
salah satu faktor eksternal yang turut serta membentuk
kepemimpinan calon guru tersebut.

4. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi dalam menjembatani masalah


Kepemimpinan Kepala Sekolah di lapangan dengan program yang
disusun dan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan. Apabila studi
ini terlaksana maka tingkat kontribusi dari iklim organisasi akan
dapat ditingkatkan secara terencana, yang pada akhirnya nanti
akan meningkatkan mutu pendidikan.

5. Untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif hendaknya mulai


dipikirkan sekarang terutama bagi para pemegang keputusan, agar
lebih banyak memperhatikan komunitas yang ada di sebuah
lembaga pendidikan, seperti sekolah. Dengan demikian akan terjadi
iklim organisasi yang kondusif di mana satu sama lain anggotanya
saling memperdulikan sehingga tercipta keadaan yang mendukung
pembelajaran dengan baik. Selanjutnya dari keadaan demikian
380

akan meningkatkan mutu pendidikan kita yang sekarang sedang


terpuruk

Bab 2- Deskripsi
A. Deskripsi Teori

1. Kinerja Guru
Kata “Kinerja” berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
terjemahan dari“performance” yang berarti pekerjaan, perbuatan,
pertunjukan.[11] Menurut kamus Bahasa Indonesia istilah kinerja dapat
diartikan sebagai 1) sesuatu yang dicapai, 2) prestasi yang diperlihatkan;
3) kemampuan kerja.[12]

Selanjutnya dalam Webster New World Dictionary


istilah Performancediartikan sebagai 1) pertunjukan, 2) prestasi.[13]

Para ahli dalam merumuskan pengertian kinerja mempunyai


kesamaan bahwa kinerja adalah proses pencapaian suatu hasil. Kinerja
merupakan tindakan untuk melakukan suatu pekerjaan.[14]

Bateman mengungkapkan kinerja adalah proses kinerja dari


seseorang individu untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Dengan demikian,
istilah kinerja dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang ditampilkan
oleh seseorang selama atau dalam melakukan aktivitas. Kinerja
merupakan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil
kerja atau penampilan kerja. Kinerja sebagai bentuk kemampuan kerja
yang didasari oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
menghasilkan sesuatu.

Menurut Mondy dan Noe bahwa kinerja dipandang sebagai


perpaduan dari (1) hasil kerja (apa yang yahus dicapai oleh seseorang)
dan (2) kompetensi (bagaimana seseorang mencapainya).[15]

Selain itu Levinson memberikan definisi tentang kinerja yang berupa


pencapaian/prestasi seseorang berkenaan dengan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya.[16]

Uraian di atas sedikit banyaknya telah menjelaskan bagaimana yang


dimaksud dengan kinerja. Disebutkan bahwa kinerja merupakan hasil
yang dicapai seseorang dengan segenap daya upayanya berkenaan
dengan segala macam tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan
dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasinya.
381

Dengan sintesa di atas telah memberikan gambaran yang jelas


tentang sebuah kinerja. Berkenaan dengan hal itu kinerja dihubungkan
dengan keberadaan seorang guru yang menjadi ujung tombak pendidikan.
Alhasil kinerja seorang guru banyak sekali hubungannya dengan proses
belajar yang terjadi di dalam maupun di luar kelas pada suatu lembaga
pendidikan.

Oleh karena itu yang dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil
yang dicapai seorang guru dalam mengelola proses belajar mengajar dan
usaha-usaha yang dilakukannya dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya. Kinerja guru merupakan suatu wujud aplikasi dari segala
potensi yang dimiliki oleh seorang guru. kinerja guru dapat diketahui dari
kemampuannya dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
melakukan tindak lanjut dalam kegiatan belajar mengajar. Kinerja guru
menunjukkan kemampuan dalam mengintegrasikan tujuan, materi,
metode, sarana dan prasarana, sumber belajar, dan unsur-unsur lainnya
yang dapat mendukung dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Kinerja guru dapat dilihat dari kemampuan dalam melaksanakan


tugas. Tugas utama seorang guru adalah mengajar, mendidik dan melatih.
Menurut Gordon, guru mempunyai tugas dan pekerjaan sebagai pekerja
kelompok yang menciptakan suasana belajar di kelas dan diluar kelas,
sebagai konselor yang membantu siswa agar mampu mengarahkan dan
menyesuaikan diri pada lingkungan hidupnya, dan sebagai pelaksana
penelitian yang berfungsi meningkatkan pelayanan pendidikan dan
pengajaran. George B. Redfern mengemukakan tugas yang harus
dilaksanakan oleh guru adalah : 1) Merencanakan dan
mengorganisasikan tugas mengajar; 2) Memotivasi murid; 3)
Menggunakan sumber yang tersedia; 4) Melaksanakan teknik
instruksional; 5) Bertanggung jawab terhadap pertumbuhan proresional;
dan 6) Melakukan hubungan dengan orang tua siswa. Sementara itu
Gagne berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar mengajar terdapat tiga
kemampuan pokok yang dituntut dari guru yaitu : 1) Merencanakan
kegaitan belajar mengajar; 2) Mengelola kegiatan belajar mengajar; dan 3)
Menilai kegiatan belajar mengajar. Sejalan dengan hal tersebut di atas,
Uzer Usman mengemukakan, “…bahwa guru memiliki banyak tugas, baik
tugas yang terikat oleh dinas maupun tugas di luar dinas dalam bentuk
pengabdian. Tugas-tugas tersebut dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu :
1) Tugas dalam bidang profesi; 2) Mengelola dalam bidang kemanusiaan;
3) Tugas dalam bidang kemasyarakatan.”[17]
382

Secara umum tugas dapat dibedakan atas tugas personal, tugas


sosial, dan tugas profesional. Tugas profesional berkaitan dengan pribadi
guru yang dapat menunjang penampilan sebagai seorang pemimpin kelas
yang berwibawa. Tugas sosial yang berkaitan dengan misi kemanusiaan
yang dapat menunjang hubungan dengan sesama baik hubungan
horizontal maupun hubungan vertical. Tugas profesional berkaitan dengan
pelaksanaan peran profesi yang menunjang keberhasilan dalam interaksi
belajar mengajar.

Sejalan dengan tugas di atas, Johnson sebagaimana dikutip


Sanusi dkk mengemukakan tiga aspek performance guru :

1) Kemampuan profesional, mencakup : a) penggunaan


pelajaran yang konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan
yang diajarkan, b) penguasaan dan penghayatan atas
landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, c)
penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa.
2) Kemampuan social, mencakup : kemampuan untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan
sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
3) Kemampuan personal guru, mencakup : a) penampilan sikap
yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru
terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-
unsurnya; b) pemahaman, penghayatan, dan penampilan
nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh guru; c) penampilan
upaya untuk menjadikan dirinya sebagaimana panutan dan
teladan bagi para siswanya.[18]
Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik, seorang guru harus
memiliki kemampuan yang memadai. Kemampuan tersebut menurut M.
Riva’i meliputi :

1) Kemampuan pribadi, terdiri dari berbagai pengetahuan


/pengertian, keterampilan dan sikap menjadikannya kepribadian
yang untuk yang diperlukan warga negara dan guru yang baik.
2) Kemampuan khusus/kejuruan, yaitu penguasaan-penguasaan
bidang studi tertentu.
3) Kemampuan profesional, mengetahui dan dapat menerapkan
dasar-dasar pendidikan dan teori-teori belajar sehubungan
dengan perkembangan dan tingkah laku anak.[19]
Syah dalam Idochi membagi kompetensi guru yang profesional
kedalam tiga aspek, “…yaitu 1) Kompetensi kognitif, meliputi penguasaan
terhadap pengetahuan kependidikan, pengetahuan materi yang diajarkan,
dan kemampuan menstranfer pengetahuan kepada para siswa agar dapat
383

belajar secara efisien dan efektif; 2) Kompetensi afektif, meliputi sikap dan
perasaan diri yang berkaitan dengan profesi keguruan dan pandangan
seorang guru terhadap kualitas dirinya; 3) Kompetensi psikomotorik,
meliputi kecakapan fisik umum dan khusus seperti ekspresi verbal dan
non verbal.”[20]

Kompetensi tersebut di atas sesuai dengan sasaran yang ingin


dicapai sebagaimana dikemukakan oleh Bloom. Sasaran yang dimaksud
dibagi dalam tiga ranah yang menunjukkan perilaku ingin dicapai dalam
setiap pembelajaran. Secara garis besar dapat dirinci sebagai berikut : “1)
Ranah kognitif, terdiri dari : pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sistesis , evaluasi; 2) Ranah afektif, terdiri dari kemampuan
menerima, kemampuan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya,
ketelitian, 3) Ranah psikomotor, terdiri dari : gerak tubuh, koordinasi
gerak, komunikasi non verbal, dan perilaku bicara.”[21]

P3G Depdikbud merumuskan sepuluh kompetisi dasar yang harus


dimiliki yaitu : (1) Menguasai bahan ajar, (2) Mengelola program belajar
mengajar, (3) Mengelola kelas, (4) Menggunakan media dan sumber
pengajaran (5) Menguasai landasar kependidikan, (6) Mengelola interaksi
belajar mengajar, (7) Menilai prestasi belajar siswa, (8) Mengenal fungsi
dan program BP, (9) Mengenal dan ikut menyelenggaran administrasi
sekolah, dan (10) Memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan
menafsirkannya untuk pengajaran.

Pada umumnya kinerja guru diukur dari kemampuannya dalam


mengajar. Mengajar bukan sekedar menyampaikan pengetahuan
melainkan suatu upaya untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan
yang mendukung berlangsungnya proses belajar hingga tujuan dapat
tercapai. Engkoswara memberi batasan sebagat berikut :

a. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan atau ilmu


pengetahuan dari seorang guru kepada murid-muridnya.

b. Mengajar adalah menanamkan sikap dan nilai-nilai,


pengetahuan, dan keterampilan dasar dari seseorang yang
telah mengetahui/menguasai kepada orang lain.

c. Mengajar ialah membimbing seseorang atau sekelompok


orang supaya belajar berhasil.[22]

Selanjutnya pendapat lain menurut William H. Buston dalam


Mohammad Ali, “…mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang
384

(stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar


terjadi proses belajar.”[23]

Sesuai dengan pandangan di atas, maka pekerjaan mengajar


merupakan pekerjaan profesi , yang perlu dilakukan oleh seseorang yagn
memiliki kemampuan profesional. Lierberman berpendapat bahwa unsur
profesional antara lain :

a. Unsur layanan sosial yang unik, spesifik , dan esensial;

b. Aspek kecakapan intelektual yang ditekankan dalam


memberikan layanan ;

c. Persyaratan pelatihan jangka panjang bagi setiap anggota


kelompok ;

d. Tanggung jawab yang luas bagi masing-masing praktisi untuk


membuat pertimbangan dan menampilkan perilaku yang
selaras dengan batas-batas kompetensinya ;

e. Adanya pengakuan masyarakat terhadap otonomi yang


dimiliki ;

f. Penempatan unsur layanan sebagai landasan dalam


mengelola dan memikirkan kualitas kelompok ; dan

g. Masing-masing partisi menjadi anggota suatu organisasi yang


luas, mandiri, dan berhak untuk mengatur dirinya sendiri.[24]

Berhubungan dengan penjelasan tentang mengajar, Nasution,


memberikan pengertian bahwa, ”…mengajar adalah aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga menjadi proses belajar
mengajar.[25]

Proses belajar mengajar yang dilakukan guru harus dapat mengubah


situasi menjadi suatu upaya pertemuan berupa interaksi guru dan siswa,
sehingga mewujudkan perasaan yang mendorong untuk belajar berhasil.
Sebagaimana dikemukakan oleh Bobbi de Porter dan Mike Hernacki, “…
sebelum suatu program dimulai, staf masuk ke dalam masing-masing
kelas dan mengubahnya menjadi suatu tempat, dimana siswa-siswa akan
merasa nyaman , terdorong dan mendapat dukungan.”[26]
385

Untuk mendorong peningkatan kinerja guru, ada beberapa faktor


yang perlu diperhatikan, antara lain : 1) Lokasi kerja yang menarik; 2)
Sikap manajer terhadap karyawan; 3) Adanya pengakuan harga diri; 4)
Terjadinya keamanan dan keselamatan kerja; 5) Sikap lembaga terhadap
kompensasi kerja; 6) Adanya komunikasi dan kerja sama yang harmonis;
dan 7) Adannya penghargaan terhadap prestasi dan hasil kerja.

Guru sebagai pendidik dan pengajar mempunyai tanggung jawab


moral yang tinggi, diharapkan memilih komitmen terhadap visi, misi dan
tujuan pendidikan, sebagaimana disampaikan oleh Fasli Jalal dan Deden
Supriadi, ” … bahwa dewasa ini harapan masyarakat terhadap pendidikan
yang bermutu semakin meningkat, sejalan dengan semakin luasnya akses
pendidikan. Dilihat dari sudut pandang pemerintah dan yayasan
penyelenggara pendidikan, peningkatan harapan masyarakat tersebut
memberikan tantangan baru terhadap dunia pendidikan. pendidikan tidak
bisa lagi hanya didasari niat asal berjalan melainkan harus lebih bermutu
dan akuntabel.”[27]

Guru sebagai pendidik dan pengajar perlu menyadari bahwa yang


dihadapi adalah anak bangsa yang memiliki perbedaan karakter dan latar
belakang, serta perlu memperhatikan perkembangan siswa baik secara
individual maupun secara klasikal, serta perlu menciptakan hubungan
yang harmonis sehingga guru dapat mengelola proses belajar mengajar
dan mengelola kelas secara efektif dan efisien. Hal ini ditegaskan pula
dengan pendapat I.G.A.K. Wardani, “Keterampilan mengelola kelas
adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal guna terjadinya proses pembelajaran yang selalu serasi dan
efektif.”[28]

Dalam proses pembelajaran, guru harus dapat mengaplikasikan


strategi pembelajaran yang efektif. Newman dan Logan dalam A. Tabrani
Ruslan mengemukakan tentang penyusunan strategi pembelajaran
sebagai berikut : “(1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
peruilaku peserta didik, (2) memilih sistem pendekatan belajar mengajar
utama yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran, sehingga
dapat digunakan oleh guru sebagai acuan pengembangan; (3) memilih
dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dipandang efektif dan efisien; (4) menetapkan norma-norma dan batas
minimum keberhasilan dalam melaksanakan pengukuran dan evaluasi
hasil belajar siswa.”[29]
386

Kompetensi pokok mengajar guru menurut P3G Depdikbud yaitu :


“(1) kemampuan merencanakan pengajaran; (2) kemampuan
melaksanakan prosedur mengajar; dan (3) kemampuan melaksanakan
hubungan pribadi.”[30]

Ketiga kemampuan atau kompetensi mengajar guru yang diuraikan


di atas dijabarkan lebih spesifik dan operasional sebagai berikut :

1. Kemampuan merencanakan pengajaran : (a) menentukan bahan


pembelajaran dan merumuskan tujuan, (b) memilih dan
mengorganisasikan materi, alat bantu, dan sumber , (c) merancang
skenario pembelajaran, (d) merancang pengelolaan kelas, dan (e)
merancang prosedur dan mempersiapkan alat evaluasi.

2. Kemampuan melaksanakan prosedur mengajar : (a) mengelola ruang,


waktu, dan fasilitas belajar, (b) menggunakan strategi pembelajaran,
(c) mengelola interaksi kelas, (d) mendemonstrasikan kemampuan
khusus dalam pembelajaran mata pelajaran terterntu, (e)
melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar.

3. Kemampuan melaksanakan hubungan pribadi, di samping kemampuan


yang dinilai, turut menjamin kinerja guru secara optimal adalah
hubungan yang harmonis dengan sesama, baik di sekolah maupun di
luar sekolah.

Guru dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai sasaran secara


umum yaitu peserta didik agar menguasai pengetahuan, keterampilan,
kepribadian dan tanggung jawab sehingga diperlukan kemampuan
merencanakan pembelajaran, memimpin dan mengelola pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran serta menyempurnakan dan menindaklanjuti
hasil penilaian. Sebagaimana Davies mengidentifikasikan fungsi umum
berupa ciri pekerjaan guru sebagai manajer yaitu : “(1) merencanakan
pembelajaran, (2) mengorganisasikan untuk mengatur dan
menghubungkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan
pencapaian tujuan secara efisien dan efektif, (3) memimpin, berkaitan
dengan tugas guru untuk memotivasi dabn menstimulasikan murid-
muridnya, (4) mengawasi, berkaitan dengan pekerjaan guru untuk
menentukan apakah fungsi dalam organisasi dan memimpin telah
berhasil.[31]

Proses belajar mengajar merupakan proses inti yang terjadi di


sekolah sebagai lembaga pendidikan. belajar adalah suatu bentuk
387

pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan


dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.

Unsur yang terdapat dalam belajar adalah motif untuk belajar, tujuan
yang hendak dicapai dan situasi yanag mempengaruhi. Sedangkan faktor
yang menunjang efisiensi hasil belajar adalah kesiapan (rediness), minat
dan konsentrasi dalam belajar, serta keteraturan waktu dalam belajar.

a. Kesiapan (readiness) merupakan kapasitas (kemampuan potensial)


fisik maupun mental untuk belajar disertai harapan keterampilan yang
dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu.

b. Minat dan konsentrasi dalam belajar merupakan dua faktor yan saling
berkaitan. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal
dengan menyampaikan semua hal lain yang tidak berhubungan. Minat
adalah menunjukkan kesungguhan dalam mengerjakan sesuatu
dengan sungguh-sungguh.

c. Keteraturan waktu; belajar secara teratur dan mengikuti pengaturan


waktu yang sudah ditetapkan secara disiplin sebenarnya dapat
mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri. Baik dalam hal akademis
maupun fisik dan mental. Secara akademis keteraturan dapat
memperbanyak pembendaharaan ilmu pengetahuan.

Mengajar merupakan aktivitas guru dalam memberikan pelajaran


kepada siswa yang didasarkan pada kemampuan/kompetemsi mengajar
guru yang telah ditentukan.

Kemampuan dasar guru mencakup semua ilmu pengetahuan,


keterampilan serta sikap yang harus dan dapat dilakukan guru dalam
penyelenggaraan KBM. Kemampuan dasar merupakan modal dasar untuk
dapat mengajar yang diperoleh selama menjalani pendidikan di LPTK, dan
perlu dikembangkan terus menerus agar menghasilkan kualitas
pengajaran terbaik.

Kemampuan dasar tersebut meliputi sepuluh kemampuan dasasr


guru sebagai berikut :

a. Penguasaan materi

b. Pengelolaan PBM

c. Penggunaan media dan sumber


388

d. Pengelolaan kelas

e. Menguasai landasan-landasan kependidikan

f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi

j. Memahami prinsip dan mampu memberikan hasil-hasil penelitian


pendidikan untuk keperluan pengajaran.

Selain hal di atas diperlukan adanya pembinaan dari kepala sekolah


sebagai pemimpin sekaligus supervisor. Sebagaimana tujuan supervisi
dalam kurikulum yaitu mengembangkan situasi belajar mengajar yang
lebih baik melalui pembinaan dan pneingkatan potensi mengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis sintesiskan bahwa, kinerja


guru merupakan kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam mengelola
proses belajar mengajar dan upaya yang dilakukan dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya secara profesional.

Bila menelaah penejelasan di atas secara garis besar kinerja guru


merupakan hasil yang dicapai seorang guru dengan segenap daya dan
upayanya agar proses pembelajaran yang terjadi di dalam maupun di luar
kelas berjalan dengan baik sehingga diharapkan dapat memenuhi tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Konsep Administrasi Pendidikan

Setiap organisasi menuntut adanya keteraturan pada wadah dan


proses yang diwujudkan melalui administrasi. Di dalam bidang pendidikan,
keteraturan itu terwujud melalui administrasi pendidikan, yang rumusan
definisinya menurut para ahli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang.

Administrasi pendidikan menurut Hadari Nawawi adalah, “Rangkaian


kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan
sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama berupa
lembaga pendidikan formal.”[32]
389

Selanjutnya Sutjipto dan Basori Mukti mengemukakan, Administrasi


pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencapai tujuan
pendidikan. proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pemantauan, dan penilaian.[33]

Dengan pengertian di atas, maka administrasi pendidikan penekanan


pada penciptaan proses kerjasama dalam kegiatan manajerial menuju
tercapainya tujuan organisasi yang telah di tetapkan, sehingga organisasi
mampu menciptakan proses kerjasama yang harmonis.

Selanjutnya Engkoswara mendefinisikan Administrasi Pendidikan


sebagai berikut :

Administrasi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari penataan


sumber daya manusia, kurikulum atau sumber belajar dan
fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan
menciptakan suasana yang baik bagi manusia, yang turut serta
dalam pencapaian tujuan pendidikan yang disepakati.
Administrasi pendidikan dasarnya adalah suatu media belaka
untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif, yaitu efektif
dan efisien.”[34]

Dalam pencapaian produktivitas pendidikan, diperlukan suatu proses


terutama berkenaan dengan perilaku manusia dalam berorganisasi,
karena administrasi pendidikan pada dasarnya alat untuk menyatukan ide-
ide, personal, material dalam pendidikan, baik dilingkungan sekolah
maupun suatu kantor yang mengelola pendidikan di setiap tingkat
pendidikan.

Berikut ini Engkoswara memformulasikan Konsepsi Administrasi


Pendidikan sebagai berikut :
NOMOTETIS
390

Garapan PR PL Png
Fungsi M S F M S F M S F
P

Perencanaan
Pelaksanaan
Pembinaan
IDIOGRAFIS

Gambar 1. Konsepsi Administrasi Pendidikan

Keterangan :
PR = Perencanaan M = Manusia

PL = Pelaksanaan S = Sumber Belajar

Png = Pembinaan F = Fasilitas

P = Tujuan Pendidikan

Dalam proses administrasi/Manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok


yang ditampilkan oleh seorang Manager / Pimpinan. Menurut Nanang
Fatah fungsi tersebut :
391

Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organization), Pemimpin


(Leading), dan Pengawasan (Controling). Oleh karena itu , manajement
diartikan sebagai proses merancana, mengorganisasi, memimpin dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau kerangka


tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu. Ini dilakukan
dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan
kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebijakan taktik dan
program. Semua ini dilakukan berdasarkan proses pengambilan
keputusan secara ilmiah.
Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan
struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagikan kedalam fungsi garis,
staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan
wewenang. Sedangkan strukturnya dapat horizontal dan vertikal.
Semuanya itu memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang
tepat untuk mengimplementasikan rencana.

Fungsi pemimpin menggambarkan bagaimana manajement mengarahkan


dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan
tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang menyenangkan
untuk bekerja sama.

Fungsi pengawasan meliputi penentu standar, supervisi, dan mengukur


penampilan / pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan
bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya
dengan perencanaan , karena melalui pengawasan efektifitas manajement
dapat diukur.[35]

Dengan definisi administrasi pendidikan di atas mengandung


pengertian yang hampir sama, oleh karena itu dapat dikemukakan secara
umum yakni suatu cabang ilmu yang mempelajari penataan sumber daya
manusia, kurikulum atau sumber belajar yang telah disepakati, sehingga
dapat mencapai tujuan secara optimal dan tercipta suasana yang
harmonis dalam proses pencapaiannya, dengan upaya yang efektif dan
efisien.

Pekerjaan yang efektif menurut Made Pidarta, “…ialah kalau


pekerjaan itu memberi hasil yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
semula, dengan kata lain suatu pekerjaan dikatakan efektif, kalau suatu
pekerjaan sudah mempu merealisasikan tujuan organisasi dalam aspek
yang dikerjakan tersebut.”[36] Secara lebih khusus Engkoswara
392

mengemukakan bahwa, “…keberhasilan pendidikan adalah roduktivitas


pendidikan yang dapat dilihat pada prestasi atau efektivitas dan pada
efisiensi.”[37]

Sedangkan efisiensi pendidikan atau sekolah dapat dilihat dari (1)


kegairahan atau motivasi belajar yang tinggi, (2) semangat kerja yang
besar, (3) kepercayaan berbagai pihak, dan (4) pembiayaan, waktu dan
tenaga yang sekecil mungkin, tetapi hasil yang besar.

Dengan demikian maka proses kegiatan bidang pendidikan dengan


melibatkan berbagai potensi yang diperlukan adalah untuk mencapai
tujuan pendidikan berupa keberhasilan pendidikan peserta didik.
Sebagaimana di kemukakan oleh R. Iyeng Wiraputra.

Disamping guru, murid dan kurikulum, di sekolah biasanya terdapat


sejumlah orang lain…termasuk di dalamnya Kepala Sekolah. Apapun
kedudukan dan tugasnya… akhirnya kepentingan dalam pengembangan
anak didik dan pada dasarnya berkewajiban untuk meningkatkan proses
belajar mengajar… tujuan akhir yang harus di kejarnya sama dengan
tujuan guru dan tujuan terhadap keberhasilannya ialah kemajuan anak
didik.”[38]

Dengan gambaran di atas dalam konteks administrasi pendidikan, di


arahkan dalam usaha merancang, membina, meningkatkan keteraturan
dalam organisasi, sehingga iklminya kondusif dan menunjang kerja sama
serta produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan.

3. Kepemimpinan Pendidikan

Dalam ilmu administrasi di perlukan konsep kepemimpinan sebagai


suatu bidang kajian ilmu administrasi yang meninjau tentang kedudukan
seseorang yang memberi pengaruh terhadap organisasi termasuk personil
lainnya dalam mencapai tujuan.

Kepemimpinan merupakan ujung tombak organisasi yang


mengarahkan orang-orang yang memberdayakan sumber-sumber lain
demi kepentingan organisasi. Untuk memahami kepemimpinan, berikut ini
dikemukakan konsep tentang kepemimpinan.

a. Pengertian Kepemimpinan

Pengertian kepemimpinan menurut George R. Terry,


“Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang, agar
mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.”[39]
393

Lebih lanjut Wahjosumodjo menyajikan beberapa definisi yang


dikutip dari Fred E. Fieldter dan Martin M. Chemers, sebagai berikut :

1) Leadership is the exercises of authority and the making of


decisions(Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan
dan membuat keputusan)[40].

2) Leadership is the initiation of acts that results in a consistent pattern of


group interction directed toward the solution of mutual
problems (Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya
berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan
menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan)[41]

3) Leadership is the process of influencing group activities toard setting


and goal achievement (Kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan
pencapaian tujuan).[42]

Sedangkan menurut Kartini Kartono pengertian pemimpin sebagai


berikut : “Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-
orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu,
demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.”[43]

Mengenai kepemimpinan menurut Howard H. Hoyt, dalam


bukunya Aspect of Modern Public Administration, “Kepemimpinan adalah
seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk
membimbing orang. Ordway Tead mengatakan kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.”[44]

Menurut Lipham, pengertian kepemimpinan sebagai berikut:


”leadership as tha behavior of an individual that initiates a new structure
interacion within a social system by changing the goals, objectives,
configurations procedures, inputs, process, or output of the system.”
(Kepemimpinan adalah sebagai suatu perilaku individu yang berinisiatif
membuat struktur interaktif di antara suatu sistem sosial dengan
melakukan perubahan-perubahan tujuan, objek, prosedur kofigurasi,
masukan, proses, atau keluaran dari sistem)[45]

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan


wujud tingkah laku individu dalam interaksi dengan system social untuk
394

mencapai suatu tujuan. Tercapai tidaknya tujuan organisasi sangat


tergantung pada kepemimpinan yang diperankan oleh seorang pemimpin.

Agus Dharma mendefinisikan, “Kepemimpinan adalah proses


mempengaruhi aktivitas seseorang dan sekelompok orang untuk
mencapai tujuan dalam situasi tertentu.”[46]

Dari berbagai batasan kepemimpinan di atas, para ahli manajemen


berpendapat bahwa kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen
didalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan strategis dan
merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan
kelompok.

Suatu kenyataan bahwa dalam kehidupan organisasi, seorang


pemimpin memiliki dan memainkan peranan yang sangat penting dan
menentukan sebagaimana dikemukakan Sondang P.Siagian :

Bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan


dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa
pimpinan, baik secara individual maupun sebagai kelompok, tidak
mungkin dapat bekerja sendirian. Pimpinan membutuhkan
sekelompok orang lain, yang dengan istilah populer dikenal sebagai
bawahan, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para
bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada
organisasi, terutama dalam cara bekerja yang efisien, efektif ,
ekonomis dan produktif.”[47]

Dengan demikian dalam kepemimpinan terdapat faktor-faktor


pemimpin, yang dipimpin, tujuan, aktivitas, komunikasi/interaksi, situasi
dan kekuasaan yang dapat ditumbuhkembangkan. Efektivitas
kepemimpinan itu tidak semata-mata tertuju kepada bawahan, namun
juga secara vertikal dan horizontal.

b. Pendekatan dalam Kepemimpinan

Dalam teori kepemimpinan terdapat beberapa pendekatan yaitu:

1) Pendekatan Sifat pada Kepemimpinan (trait approch)

Dalam pendekatan sifat dibahas tentang sifat-sifat yang perlu dimiliki


seorang pemimpin atau dengan kata lain bahwa untuk memahami
kepemimpinan adalah dengan mengidentifikasikan sifat-sifat pemimpin,
395

sifat-sifat ini dimiliki seorang pemimpin yang membedakannya dengan


bukan pemimpin.
Sifat-sifat seperti “pemimpin dilahirkan, bukan dibuat”, kemudian
dikaitkan dengan sifat-sifat cendikiawan, ketergantungan,
pertanggungjawabanm ditambah dengan faktor fisik, kesehatan , dan
sebagainya tidak lagi seluruhnya dapat memperkuat teori sifat, terutama
karena macam perilaku yang membedakan pemimpin yang sukses
dengan yang tidak sukses dapat dipelajari dan diperoleh melalui
pengalaman. Sifat-sifat tersebut antara lain :kecerdasan, kedewasaan,
dan keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan dorongan berprestasi ,
serta sikap hubungan kemanusiaan.
Terdapat keterbatasan dalam pendekatan sifat-sifat kepemimpinan
ini, karena dalam diri pemimpin terdapat sifat-sifat yang berbeda, tidak
dapat diambil generalisasi sifat-sifat yang diperuntukan bagi semua
pemimpin, tetapi hadir berdasarkan situasi, kondisi, dan pribadi masing-
masing pemimpin, sehingga pendekatan ini tidak dapat menjelaskan apa
yang menyebabkan kepemimpinan efektif.

2) Pendekatan Tingkah Laku pada Kepemimpinan

Pendekatan ini mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan


oleh para pemimpin efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas,
bagaimana mereka berkomunikasi dengan bawahan dan memotivasi
bawahan, serta bagaimana mereka menjalankan tugas-tugas dan
sebagainya.

Penelitian-penelitian yang bersumber pada pandangan gaya


kepemimpinan (stylisttic approach) pada umumnya memusatkan
perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu fungsi-fungsi
dan gaya-gaya kepemimpinan.

Perilaku gaya kepemimpinan biasanya membandingkan antara gaya


demokratik dan gaya perilaku otokratik, tetapi gaya tersebut tidak cukup
memuaskan, sehingga kini banyak ahli melirik pada gaya situasional
dalam penerapannya.

c. Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan


pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar
kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melakukan dua fungsi
utama, yaitu : (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task–
related) atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan
kelompok (group maintenance) atau sosial. Funsi pertama menyangkut
396

masukan-masukan berupa saran, pendapat dan informasi bagi suatu


penyelesaian yang tepat, sedangkan fungsi kedua menekankan pada
kelancaran tugas kelompok dan membantu kelompok berjalan lebih lancar
melalui persetujuan/kompromi, pencegahan perbedaan pendapat, konflik
dan sebagainya.

Menurut Sondang P.Siagian tingkat penerimaan bawahan terhadap


dan pengakuan bagi kepemimpinan seseorang akan semakin tinggi
apabila pemimpin tersebut :

1) Memiliki daya pikat karena pengetahuan, keterampilan, sikap dan


tindak tanduk.

2) Tergolong sebagai pemimpin yang pada dasarnya demokratik


tetapi sekaligus mampu melakukan penyesuaian tertentu
tergantung pada situasi yang dihadapinya.

3) Menyadari benar makna dan hakikat kebenarannya dalam


organisasi yang tercermin pada kemampuannya
menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinan yang ahrus
diselenggarakannya.

4) Dalam hubungan atasan dan bawahan menseimbangkan struktur


tugas yang harus dilakukan oleh para bawahannya dengan
perhatian yang wajar pada kepentingan dan kebutuhan para
bawahan tersebut.

5) Menerima kenyataan bahwa setiap bawahan-seperti juga diri


sendiri mempunyai jati diri yang khas dengan kelebihan dan
kekurangannya serta kekuatan dan kelemahannya.

6) Mampu menggabungkan bakat, pengetahuan teoritikal dan


kesempatan memimpin dengan terus berusaha memiliki sebanyak
mungkin ciri-ciri kepemimpinan yang ideal.

7) Dengan tetap menggunakan paradigma yang holistik dan


integralistik mampu menentukan skala prioritas organisasi sesuai
dengan sifat, bentuk dan jenis tujuan dan berbagai sasaran yang
ingin dicapai.

8) Memperhitungkan situasi lingkungan yang berpengaruh, baik


secara positif maupun secara negatif, terhadap organisasi.
397

9) Memanfaatkan perkembangan yang terjadi dibidang ilmu


pengetahuan dan teknologi tanpa berinjak dan orientasi manusia
sebagai unsur terpenting dalam organisasi.

10) Menemptkan kepentingan organisasi di atas kepentingan diri


sendiri seperti tercermin dalam satunya ucapan darn perbuatan.
[48]

d. Gaya-gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yang ditekankan adalah gaya pimpinan yang


berorientasi tugas (task oriented) dan gaya kepemimpinan yang
berorientasi kepada bawahan (employee-oriented).

Pimpinan yang berorientasi tugas menginginkan pekerjaan berjalan


lancar tanpa memperhatikan segi-segi lain dari perasaan dan
keterbatasan karyawan, mereka senantiasa menekankan pada target
yang ditetapkan, mengawasi kerja bawahan dan mengabaikan
pertumbuhan dan pembinaan karyawan.

Pemimpin yang berorientasi pada kemanusiaan atau pada karyawan


adalah manajer yang senantiasa memberi motivasi kepada karyawan
tentang kerja dan pekerjaannya, memperhatikan segi-segi kemanusiaan
karyawan, menumbuhkan persahabatan dan saling percaya serta
mendorong karyawan berkarir secara baik.

e. Pendekatan Situasional – Kontingensi pada Kepemimpinan

Dalam pendekatan situasional (situasional approach) ditemukan


bahwa faktor-faktor determinan yang dapat membuat efektif suatu gaya
kepemimpinan sangat bervariasi, tergantung pada situasi dimana
pemimpin berada, karyawan, tugas, organisasi, lingkungan dan pada
kepribadian pemimpin itu sendiri.

f. Pendekatan Jalur Sasaran pada Kepemimpinan

Seperti pendekatan kontingensi yang lain, kepemimpinan model


jalur sasaran mencoba membantu kita untuk memahami dan meramalkan
efektivitas kepemimpinan dalam situasi yang berbeda.

Pendekatan jalur sasaran didasarkan pada motivasi model harapan,


yang menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada
harapannya akan imbalan dan valensi, atau daya tarik imbalan itu,
398

walaupun manajer mempunyai sejumlah cara untuk mempengaruhi


bawahan.

Gaya kepemimpinan mempengaruhi imbalan yang tersedia bagi


karyawan mengenai jalur untuk memperolehnya. Seorang pemimpin yang
berorientasi karyawan, dan menawarkan bukan hanya gaji dan promosi,
tetapi juga dukungan, dorongan, rasa aman dan rasa hormat.

Teori jalur-sasaran dengan mengidentifikasi dua variabel yang


membantu menentukan gaya kepemimpinan yagn paling efektif :
karakteristik pribadi karyawan dan tekanan lingkungan serta tuntutan di
tempat kerja yang harus dihadapi karyawan.

Karakteristik pribadi karyawan : Gaya kepemimpinan yang disukai


karyawan sebagian akan ditentukan oleh karakteristik pribadi mereka.
Mereka yang yakin bahwa pribadinya mempengaruhi organisasi,
menyukai gaya kepemimpinan partisipatif, sedangkan apabila mereka
yakin bahwa keberhasilan organisasi tidak ditentukan karakteristik pribadi
karyawan lebih suka dengan gaya otoriter.

Evaluasi karyawan mengenai kemampuan mereka sendiri juga akan


mempengaruhi gaya yang mereka sukai. Karyawan yang memiliki
kemampuan senang dengan kebebasan yang diberikan atasan dan tidak
senang diawasi. Sebaliknya karyawan yang kurang memiliki keterampilan
mungkin menyukai pemimpin yang lebih banyak memberikan pengarahan.

Tekanan lingkungan serta tuntutan ditempat kerja; faktor-faktor


lingkungan juga banyak mempengaruhi gaya kepemimpinan yang disukai
karyawan. Salah satu faktor tersebut adalah sifat tugas karyawan.
Misalnya, gaya yang terlalu mengarahkan tampaknya berlebihan dan
bahkan menghina untuk tugas yang sangat berstruktur. Akan tetapi bila
sifat suatu tugas tidak menyenangkan, perhatian pimpinan mungkin
menambah kepuasan dan motivasi karyawan. Faktor lain adalah sistem
wewenang formal organisasi, yang menjelaskan tindakan mana akan
mendapat persetujuan (misalnya, lebih rendah dari anggaran) dan mana
yang tidak akan mendapat persetujuan (misalnya lebih tinggi dari
anggaran). Faktor lingkungan ketiga adalah kelompok kerja karyawan.
Kelompok yang kurang kompak biasanya memperoleh manfaat dari gaya
yang mendukung, penuh pengertian. Sebagai pedoman umum, gaya
pemimpin akan memotivasi karyawan sejauh gaya itu memberikan
kompensasi atas apa yang mereka pandang sebagai kekuarangan dalam
tugas, sistem wewenang , atau kelompok kerja.
399

Menurut para ahli, tipe dasar kepemimpinan adalah a) Otoriter, b)


demokrasi, dan c) laissez-faire. Kepemimpinan otoriter mempunyai
karakter sebagai berikut : pemimpin berdasarkan diri pada kekuatan,
kekuasaan, dan wewenang untuk melaksanakan rencana dan disiplin
kepada bawahan. Semua kebijakan ditetapkan oleh pemimpin tanpa
dimusyawarahkan dulu sehingga pertanggung jawabannya pun ada pada
pemimpin. Bawahan harus patuh dan setia kepada atasan secara mutlak.
Pemimpin membatasi hubungan dengan bawahan agar tetap
mempertahankan suasana hubungan majikan dan pekerja. pemimpin
memperlakukan bawahan sama dengan alat atau mesin. Ia tidak
menghargai harkat dan martabat manusia. Disiplin didasarkan kepada
ketakutan dan ancaman. Pemimpin bertindak sebagai diktator.

Kepemimpinan Demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut : segala


kebijakan merupakan hasil musyawarah dengan pertanggung jawaban
organisasi berada ditangan seluruh anggota. Penindakan kepada
bawahan yang tidak disiplin dan melanggar peraturan dilakukan secara
korektif dan eduktif. Keseluruhan nilai-nilai yang dianut berangkat dari
falsafah hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Mendorong bawahan untuk dapat mengembangkan daya inovasi dan
kreatifitas. Pemimpin cenderung disegani bukan ditakuti.

Kepemimpinan Laissez-faire mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


pengambilan keputusan diserahkan kepada bawahan sehingga
pertanggung jawabannya didistribusikan kepada setiap anggota. Setiap
orang boleh berbuat sekehendak hati, bawahan diberi kebebasan untuk
mengerjakan apa yang mereka inginkan. Aturan yang berlaku tidak jelas,
sehingga kontrol sosialpun hampir tidak ada. Prakarsa dalam menyusun
struktur kerja / tugas bawahan sangat minim “Kepemimpinan ini
berpandangan bahwa organisasi akan berjalan dengan sendirinya, kaerna
anggota organisasi dianggap sudah mengetahui dan cukup dewasa”.

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, Temperamen, watak dan


kepribadian sendiri yang unik dan khas. Tingkah laku dan gaya seseorang
akan berbeda dengan orang lain. Gaya dan Style hidupnya ini pasti akan
mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya.

Sehingga muncullah beberpa tipe kepemimpinan. Misalnya tipe-tipe


karismatik, paternalistik, militeristis, otokratis, laissez faire, populistis,
administrative, demokratis.
400

Pada umumnya perilaku kepemimpinan seseorang cenderung


berorientasi kepada pemenuhan tujuan organisasi (initiating structure) dan
atau cenderung berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan manusia
anggota organisasi (consideration) dengan mempertimbangkan bobot
kedua kecenderungan tersebut. Jersey dan Blanchard mengklasifikasikan
empat daya kepemimpinan yaitu : 1) Gaya kepemimpinan instruksi, 2)
Gaya kepemimpinan konsultasi, 3) Gaya kepemimpinan partisipasi, 4)
Gaya kepemimpinan delegasi.

Gaya kepemimpinan instruksi ditandai dengan perilaku initiating


struktur yang tinggi, sedangkan perilaku konsiderasi relatif rendah.
Pemimpinan yang bergaya instruksi banyak memberikan pengarahan dan
sedikit memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi.
Instruksi yang diberikan terinci secara spesifik dan pengawasannya
dilakukan secara ketat. Proses komunikasi bersifat searah yaitu daria
tasan ke bawahan.

Gaya kepemimpinan konsultasi ditandai dengan perilaku initiating


structuremaupun perilaku Considerasi relatif tinggi. Pemimpin
banyak memberikan kesempatan kepada bawwahan untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan. Ia mendengarkan pendapat bawahan
dalam mempertimbangkan keputusan. Pendapat dan keperluan bawahan
serta tujuan organisasi menajdi pusat perhatian.

Gaya kepemimpinan partisipasi ditandai dengan


initiating structure relatif rendah sedangkan perilaku konsiderasi relatif
tinggi. Pengawasan dan pengarahan relatif berkurang, sebaliknya
pemimpin lebih banyak mendengar dan memperhatikan saran serta
pendapat dari bawahan. Ia memberikan kesempatan kepada bawahan
dalam pengambilan keputusan dan mendorong bawahan dalam
penyelesaian tugas sesuai dengan kemampuannya. Bila perlu pemimpin
ikut berpartisipasi menyelesaikan tugas bawahan mengingat yang
bersangkutan belum mampu melakukannya.

Gaya kepemimpinan delegasi ditandai dengan perilaku initiating


structure dan prilaku konsiderasi relatif rendah. Pemimpin dengan gaya ini
banyak mendelegasikan tugasnya kepada bawahan. Pengambilan
keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas diserahkan kepada
bawahan. Pemimpin menaruh kepercayaan penuh kepada bawahannya.

Berdasarkan pendekatannya dikenal beberapa jenis pendekatan


kepemimpinam, antara lain pendekatan psikologis, pendekatan
401

sosiologis, danpendekatan tingkah laku. Pendekatan


psikologis menggambarkan bahwa manusia memiliki ciri-ciri keperibadian
yang unik. Keunikan tersebut memungkinkan seseorang memiliki
kecenderungan tersebut disetujui orang lain untuk menjadi pemimpin.
Dengan perkataan lain, bahwa orang seperti ini memang ditakdirkan untuk
menjadi pemimpin, menjadi manusia yang benar.

Pendekatan sosiologis mencoba membandingkan secara ekstensif


diantara kelompok untuk mencari perbedaan yang besar dengan
mengukur akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pemimpin terhadap
kelompok. Dimensi itu diidentifikasikan sebagai ukuran kelompok,
homogenitas kelompok, dan keintiman anggota dalam hubungannya
dengan kelompok. Hempil menemukan dua dimensi yaitu riscidity
(Perasaan keterpautan kelompok) dan edonic (perasaan kepuasan
anggota). Pendekatan sosiologis melahirkan konsep-konsep
kepemimpinan potensial. Kepemimpinan permisif, kepemimpinan
persuasive, dan kepemimpinan darurat.Pendekatan tingkah
laku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah
laku, dan bukan dari sifat-sifat pemimpin.

Menurut Gross dalam Idochi Anwar, ada sembilan fungsi


kepemimpinan yaitu menentukan tujuan, menjelaskan, memilih cara yang
tepat, memberikan dan mengkoordinasikan tugas, memotivasi,
menciptakan kesetiaan, mewakili kelompok serta merangsang para
anggota untuk bekerja. Kartini Kartono menyebutkan fungsi
kepemimpinan adalah memadu, menuntun, membimbing, memberi atau
membangun motivasi-motivasi kerja mengemudikan organisasi, menjalin
jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi yang
efisien dan membawa para pengikutnya kepada yang ingin dituju sesuai
dengan ketentuan waktu dan perencanan.[49]

Dalam bidang pendidikan, Burhannudin mengklasifikasikan fungsi


kepemimpinan pendidikan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :

1) Fungsi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.


Artinya pemimpin berusaha membantu kelompok untuk
merumuskan tujuan pendidikan yang memenuhi syarat agar
dapat dijadikan pedoman dan menentukan kegiatan-kegiatan
pendidikan.

2) Fungsi yang berkaitan dengan pengarahan pelaksanaan dalam


rangka mencapai tujuan organisasi. Artinya bagaimana
402

pemimpin mampu menggerakan bawahan agar serangkaian


kegiatan pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Teknik
yang digunakan meliputi actuating, leading, directing,
motivating, staffting;

3) Fungsi yang berhubungan dengan penciptaan suasana kerja


yagn mendukung proses kegiatan administrasi berjalan
dengan lancar, penuh semangat, sehat dan kreativitas yang
tinggi. Artinya pemimpin harus menciptakan iklim organisasi
yang mampu mendorong peningkatan produktifitas pendidikan
yang tinggi dan kepuasan kerja yang maksimal.[50]

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kepemimpina itu


mencakup pengembangan kemampuan menyatakan pendapat,
pengakuan terhadap kemampuan orang yang dipimpin, menumbuhkan
sikap saling menghargai serta memberikan petunjuk-petunjuk dalam
menyelesaikan masalah.

Secara umum, fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan memandu,


menuntun, membimbing, membangun memberi motivasi kerja,
mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang
baik, memberikan supervisi/ pengawasan yang efisien, dan membawa
para pengikutnya kepda sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan
ketentuan waktu dan perencanaan.

Dalam tugas-tugas kepemimpinan, tercakup pula pemberian insentif


sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat. Insentif materiil dapat berupa
uang, sekuritas fisik, jaminan social, jaminan kesehatan, presmi, bonus,
kondisi kerja yang baik, pensiun, fasilitas tempat tinggal yang
menyenangkan , dan lain-lain. juga bisa diwujudkan dalam bentuk insentif
social , berupa promosi jabatan, status social tinggi, martabat diri, prestise
social, respek, dan lain-lain. insentif social disebut pula sebagai insentif
inmateriil.

g. Dimensi-dimensi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Antara kepemimpinan dan manajerial tidak dapat dipisahkan.


kepemimpinan akan tercermin dan menjiwai manajer dalam
melaksanakan tugasnya. Begitu pula seorang manajer akan lebih efektif
dalam melaksanakan tugasnya bila ditunjang dengan jiwa kepemimpinan
yang positif. Pemimpin dalam memanaje atau mengelola sekolah adalah
“.. mengatur, agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam
403

mendukung tercapaindya tujuan sekolah. Jadi kepala sekolah mengatur


agar guru dan staf lain bekerja secara optimal, dengan mendayagunakan
sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung
ketercapaian tujuan sekolah.[51]

Dalam satuan pendidikan, Kepala Sekolah menduduki dua jabatan


penting untuk dapat menjamin kelangsungan proses pendidikan
sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan.
Pertama, Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara
keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan
di sekolahnya.

Sebagai pengelola pendidikan, Kepala sekolah bertanggung jawab


terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara
melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya.
Disamping itu Kepala Sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas
sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-
tugas pendidikan. oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pengelola
memiliki tugas mengembangkan kinerja para personil, teutama
meningkatkan kompetensi profesional para guru.

1) Visi

Visi mutlak harus dimiliki seorang pemimpin yang memiliki kesadaran


besar terhadap kualitas. Pemimpin yang memiliki visi senantiasa ada yang
diperbuat padas setiap waktunya. Tidak ada waktu yang terbuang
percuma, begitupun tidak ada kesempatan yang berlalu begitu saja.
Pemimpin yang memiliki visi adalah pemimpin yang hidup bukan untuk
saat ini tetapi untuk meraih sesuatu di masa depan yaitu kualitas
pendidikan yang diidamkan. Pemimpin yang memiliki visi adalah
pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan, berpikiran jernih, dan
senang dengan inovasi-inovasi.

Lebih lanjut , Mulyadi menyampaikan bahwa :

Visi adalah kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang,
menjanjikan kesejahteraan bagi organisasi melalui penyediaan
produk / jasa berkualitas bagi masyarakat. visi pada dasarnya
merupakan perubahan yang akan diwujudkan di masa depan. Visi
memerlukan energi yang luar biasa besarnya untuk mewujudkannya.
Oleh karena itu, perwujudan visi memerlukan perumusan misi, agar
pemfokusan energi yang berasal dari seluruh sumber daya
404

organisasi menghasilkan kekuatan luar biasa uantuk mewujudkan


visi.[52]

Masa depan adalah masa kini yang sedang diarahkan oleh manusia
itu sendiri. Namun demikian visi masa depan ini harus dimiliki oleh setiap
pendidik terutama kepada sekolah karena pada sekolahlah masa depan
itu diperjelas dan diwujudkan setidak-tidaknya visi masa depan yang kita
kembangkan akan menjadi referensi mngontrol kekuatan-kekuatan yang
dapat dijadikan sebagai benchmark untuk menentukan posisi kita dalam
arus globalisasi.

Dalam kaitan ini visi masa depan yang jelas akan memberikan
kepad kita wawasan global“ (global mindset) yang dapat dijadikan sebagai
dasar bertindak bagi kita dalam era globalisasi ini.

Visi merupakan masa datang yang ideal, bisa berupa retensi budaya
dan kegiatan yang sedang berjalan atau bisa pula yang berupa
perubahan. Dengan demikian mungkin saja memerlukan perubahan yang
radikal dari organisasi yang sedang berjalan seperti misalnya perubahan
dalam budaya organisasi.

Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan organiasi yang


merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi yang menciptakan
budaya dan perilaku organisasi yang maju dan antisipatif terhadap
persaingan global sebagai tantangan zaman.

Chriss Lee menegaskan tugas kepemimpinan adalah

“menjelaskan dan menerjemahkan visi organiasai untuk masa yang


akan datang. Memimpin sekolah pada hakekatnya adalah
menciptakan lingkungan sekolah yang kreatif, memberdayakan guru,
dan merekayasa mereka menjadi tugas yang berkualitas. Pimpinan
hendaknya dapat menyadari bahwa keberhasilan pimpinan turut
ditentukan oleh tingkat kinerja yang ditunjukkan oleh seluruh guru
yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya.”[53]

2) Motivasi

Pemimpin yang dmemiliki motivasi adalah pemimpin yang setiap saat


senang dengan pekerjaannya. Motivasi bisa timbul dari dalam diri
pemimpin itu sendiri atau dapat ditimbulkan dari luar dirinya. Motivasi yang
timbul dari dalam diri pimpinan merupakan dorongan kuat yang harus
405

selalu dimiliki dan hal ini merupakan utama bila dibanding dengan
motivasi yang ditimbulkan dari luar dirinya.

Menurut R. Iyeng Wiraputra,”Manajement hanya dapat dijalankan


melalui motivasi orang-orang untuk bekerja mengejar tujuan organisasi.
Akan tetapi tidak memungkinkan untuk memahami motivasi tanpa
memperhatikan apa yang diinginkan dan diharapkan orang dari
pekerjaannya.”[54]

3) Komunikasi dan Negosiasi

Merupakan dua istilah yang sangat dekat. Seorang pemimpin harus


menjalin komunikasi dengan pengikutnya, harus mau dan bisa
berkomunikasi. Di samping itu ada hal-hal dalam komunikasi yang isinya
dapat dinegosiasikan yang menyangkut suatu kesepakatan antara
pemimpin dan pengikut. Seni negosiasi adalah seni dan ilmu komunikasi
yang dapat mengarahkan pemimpin untuk menjadi seorang
negosiator yang ulung. Kemampuan negosiasi perlu dimiliki agar
substansi yang dikomunikasikan mencapai sasaran yang diinginkan.

4) Tim dan Kerja Sama Kelompok

Tidak ada pemimpin tanpa pengikut. Pengikut bisa berupa individu


dan bisa juga kelompok. Seorang pemimpin harus bisa menciptakan
kesatuan dalam kelompok, kerjasama diantara tim, dan menggalang
kekuatan tim. Kemampuan-kemampuan pribadi apabila dikemas dalam
bentuk tim yang kompak dan prosedur kerja yang tepat akan terwujud
kemenangan tim.

Menurut Sondang P.Siagian prosedur kerja apabila ditaati oleh


semua orang dalam organisasi akan membawa berbagai akibat positif.
Wujud berbagai akibat positif itu , antara lain adalah:

a) Lancarnya koordinasi,

b) Tidak terjadi tumpang tindih atau duplikasi,

c) Terbinanya hubungan kerja yang serasi,

d) Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang,

e) Terhindarnya organisasi dari berbagai jenis pemborosan,

f) Lancarnya proses pengambilan keputusan,


406

g) Terjaminnya keseimbangan antara hak dan kewajiban para


anggota organisasi.

Jelaskan bahwa prosedur kerja adalah untuk manusia dan bukan


sebaliknya. Berarti bermakna tidaknya prosedur kerja itu sangat
ditentukan oleh manusia yang menggunakannya. Untuk itu, manfaat
prosedur kerja harus dilihat tidak hanya dan bahkan tidak terutama
untuk kepentingan yang mekanistik dan retualistik, melainkan untuk
hal-hal yang bersifat psikologis dan mental.[55]

5) Komitmen

Nilai komitmen terhadap organisasi adalah menjiwai kerja pimpinan,


disamping itu komitmen tidak hanya diarahkan pada organisasi tapi juga
pada perangkat lainnya, seperti komitmen terhadap tugas, pengikut,
kualitas dan sebagainya.

6) Akuntabilitas

Pengejawantahan akan komitmen adalah adanya akuntabilitas dari


pimpinan. Akuntabilitas harus diarahkan “konstituensi” yang dilandasi
prestasi organisasi.

Sebagai pemimpin formal, Kepala Sekolah bertanggung jawab atas


tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya penggerakkan bawahan
kearah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
Kepala Sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik
fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun
penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar
mengajar secara efektif dan efisien.

Usaha untuk memperdayakan para personal dapat dilakukan melalui


pembagian tugas secara proporsional. Agar kerjasama dan tugas-tugas
yang dimaksudkan dapat berjalan secara efektif dan efisien, diperlukan
upaya dari Kepala Sekolah selaku pemimpin untuk mempengaruhi,
mengarahkan dan mengendalikan perilaku bawahan kearah pencapaian
tujuan-tujuan pendidikan. di sinilah letaknya fungsi kepemimpinan dalam
menyelenggarakan pendidikan di sekolah.

Menurut Sanusi dalam Idochi kepemimpinan dan pengelolaan


(Manajement) sekolah tersebut menurut Kepala Sekolah memiliki: (1)
Kemampuan dan pengetahuan tentang tujuan, proses dan teknologi yang
melandasi pendidikan di setiap jenjang sekolah, (2) Komitmen kepada
407

perbaikan propesional secara terus menerus. Selanjutnya, Gafar memberi


rambu-rambu agar keseluruhan kegiatan manajement sekolah yang
dipimpin Kepala Sekolah digiring untuk menciptakan situasi dimana anak
dapat belajar dengan lebih baik, dan merasa bahwa sekolah adalah
tempat yang baik untuk belajar. Untuk mewujudkan tujuan ini Kepala
Sekolah perlu mengubah orientasinya dengan menggiring keseluruhan
fungsi berbagai unsur sekolah menuju satu titik yaitu learning anak didik.
[56]

Mr. William menyatakan bahwa atasan hendaknya mengetahui


kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh bawahannya dan dapat
dimanfaatkannya seoftimal mungkin. Sebaliknya bawahan hendaknya
sadar akan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam bekerja, dan
berupaya untuk menganalisis sebab-sebab keberhasilan dan kegagalan
dan belajar dari keduanya untuk meningkatkan kinerja supaya menjadi
lebih baik. Atasan hendaknya memberi petunjuk tentang bagian-bagian
mana dari kinerja yang harus dikembangkan. Atasan hendaknya
menegaskan kembali perannya dalam melaksanakan bimbingan kepada
bawahan sehingga dapat menghasilkan kinerja tinggi.[57]

Dari uraian di atas, maka penulisan sintesiskan bahwa yang


dimaksud dengan kepemimpinan Kepala Sekolah adalah pola yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam mempengaruhi, membina dan
membimbing guru-guru di sekolahnya untuk bekerjasama mencapai
tujuan bersama, yaitu tujuan pendidikan di sekolah.

4. Iklim Organisasi Sekolah

Setiap kegiatan di sekolah adalah tanggung jawab para pelaksana


yang akan mengarah pada kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, untuk perluasan dan pengembangan kegiatan
tersebut diperlukan adanya suatu wadah yang lazim disebut organisasi.

Organisasi menurut Chester Bernard, yang dikemukakan Miftah


Thoha, “Organisasi itu adalah suatu sistem kegiatan-kegiatan yang
terkoordinir secara sadar, atau suatu kekuatan dari dua manusia atau
lebih.[58]

Dengan demikian, setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu


organisasi tidak lain merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan
organisasi yang bersangkutan, dan tentunya tujuan ini dicapai secara
efektif dan efisien.
408

Menurut Nanang Fatah istilah Organisasi mempunyai dua


pengertian, yaitu:

Pertama diartikan suatu lembaga atau kelompok fungsional,


misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan,
badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk kepada proses
pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan
diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai
secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai
kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam sistem kerja sama secara jelas diatur siapa menjalankan
apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi, dan
memfokuskan sumber daya pada tujuan. Karakteristik sistem bekerja
sama dapat dilihat antara lain 1) ada komunikasi antara orang yang
bekerja sama, 2) individu dalam organisasi tersebut mempunyai
kemampuan untuk bekerja sama, dan 3) kerja sama itu ditunjukan untuk
mencapai tujuan. Menurut Chester I. Barnard organisasi mengandung tiga
elemen, yaitu 1) kemampuan untuk bekerjasama, 2) tujuan yang dingin
dicapai, dan 3) komunikasi.[59]

Secara fungsional, organisasi merupakan sekolompok manusia yang


dipersatukan dalam suatu kerja sama yang efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu.

Jadi organisasi sebagai proses menetapkan dan mengelompokkan


pekerjaan yang akan dilakukan, merumuskan dan melimpahkan tanggung
jawab dan wewenang serta menyusun hubungan-hubungan dengan
maksud memungkinkan orang-orang bekerja sama secara efektif dalam
mencapai tujuan-tujuan. Organisasi merupakan kelompok orang
melakukan berbagai aktivitas kearah suatu tujuan bersama dibawah
komando suatu kepemimpinan.

Beberapa pengertian di atas menggambarkan bahwa terdapat


beberapa unsur yang mendukung jalannya suatu organisasi. Diantara
unsur-unsur lain adalah : adanya sekompok orang, adanya aktivitas,
adanya tujuan serta sarana dan prasarana lainnya. Unsur-unsur tersebut
berfungsi secara baik dan sinerjis, sehingga terwujud iklim organisasi
yang baik.

Keith Davis mengemukakan pengertian iklim organisasi sebagai


berikut: “Organization climate is affected by almost everything that ocurs
in an organization. The human enviroument with in an organization’s
409

employes do their with” (Iklim organisasi dipengaruhi oleh hampir segala


sesuatu yang berhubungan dengan suatu organisasi. Lingkungan
kehidupan manusia yang di dalamnya ada para anggota (pegawai)
organisasi yang bekerja untuknya).[60]

Dengan pengertian di atas yang dimaksud iklim organisasi adalah


menyangkut iklim yang ada atau yang dihadapi manusia yang berada
dalam suatu organisasi yang mempengaruhi seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas organisasi. Lebih lanjut dikemukakan Keith
Davis, mengenai unsur-unsur yang mengkontribusi tercapainya kondisi
yang “Favourable” adalah:

(1) Quality of leadership, (2) amount of trust, (3) communication up


ward and down ward, (4) Feeling of useful work, (5) responsibility, (6)
fair reward, (7) reasonable job pressures, (8) opportuinity (9)
reasonable controls, structur and beuraucracy, 10) employee
involvement participation.(1. Kualitas kepemimpinan, 2. Adanya
kepercayaan, 3. Komunikasi yang baik terhadap atasan maupun
bawahan, 4. Penjiwaan bekerja, 5. Tanggung jawab, 6. Penghargaan
yang layak, 7. Penekanan kerja yang beralasan, 8. Kesempatan, 9.
Birokrasi, struktur, dan kontrol yang beralasan, 10. Partisifasi
keterlibatan pegawai). [61]
Sekolah adalah suatu organisasi yang terdiri dari beberapa unsur
yang saling mempengaruhi dan berkaitan satu sama lain. dalam
organisasi yang disebut sekolah, melakukan berbagai macam aktivitas
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan tersebut melekat
pada tujuan sekolah sebagai organisasi dan juga tujuan yang melekat
pada orang-orang yang menjadi anggota atau penggerak organisasi itu.

Aktivitas atau usaha pencapaian tujuan yang dilakukan oleh sekolah,


akan turur dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti masalah
kepemimpinan yang terjadi dalam sekolah tersebut, sehingga juga
menentukan bagaimana kondisi atau iklim dari pada organisasinya.
Sebagaimana dikemukakan oleh Milton, bahwa “…untuk menciptakan
iklim organisasi yang efektif salah satu faktor yang mempengaruhinya
adalah kepemimpinan.”[62]

Selain itu lingkungan juga mempengaruhi kepada proses


pembelajaran di sekolah termasuk kinerja guru, karena banyak masalah
yang berarti bagi lingkungan tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh H.
Udin S. Winataputra bahwa, “…begitu banyaknya manfaat yang dapat
diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar, dan sebenarnya hampir
semua isi bidang studi dapat dipelajari dari lingkungan.”[63]
410

Jadi organisasi sekolah sebagai suatu sistem yang terstruktur, saling


berhubungan dan adanya koordinasi dari pada anggota kelompok akan
mempengaruhi terhadap iklim organisasi.

Konsep tentang iklim organisasi telah banyak dikemukakan, dalam


hubungannya dengan usaha menganalisis iklim organisasi sekolah,
terutama dalam kaitannya dengan kinerja guru dan pola perilaku belajar
siswa.

Seperti halnya menurut Newel, Iklim itu mencakup keseluruhan sistem


kejiwaan dari kelompok manusia atau organisasi yang meliputi perasaan
dan sikap terhadap sistem, subsistem, supra sistem atau sistem lain dari
perorangan, tugas-tugas, prosedur dan konseptuaslisasi. Iklim
menunjukkan kepada hubungan dalam segala situasi, sebagaimana
hubungan tersebut dialami oleh orang-orang dalam situasi itu.
Kekhususan dan keunikan inilah yang membedakan iklim suatu organisasi
dengan organisasi lainnya.

Iklim erat kaitannya dengan ciri yang ada pada setiap organisasi,
dengan kegiatan organisasi, dengan perilaku pemimpinnya, dan perilaku
para pekerjanya. Umumnya ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap komponen
organisasi sangat menentukan bentuk atau jenis iklim yang tercipta.

Dengan uraian di atas, maka dapat penulis sintesiskan bahwa iklim


organisasi sekolah, maksudnya adalah suasana yang tercipta pada suatu
sekolah, berupa hubungan personal antara Kepala Sekolah dengan guru,
guru dengan guru serta kepala sekolah, guru dengan murid, lingkungan
sekolah baik fisik maupun non fisik.

B. Kerangka Berfikir
Hubungan Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru

Hubungan sebagai sistem sosial dalam kehidupan lembaga


pendidikan/sekolah meruapakan salah satu faktor penentu upaya
pencapaian tujuan sekolah, khususnya meningkatkan mutu pendidikan
melalui iklim organisasi sekolah yang kondusif dan kinerja yang baik.
Hubungan manusiawi antara personal di sekolah, apakah Kepala Sekolah
guru, personal lain dan murid akan membentuk iklim organisasi sekolah.
Hubungan yang baik dan harmonis dan kondusif antara personal di
sekolah akan menambah semangat atau memotivasi setiap orang dalam
melaksanakan tugas, kewajiban atau kegiatannya. Serta menimbulkan
ketenangan, rasa aman, kekeluargaan serta kesadaran akan tugas dan
tanggung jawab masing-masing seperti halnya : Kepala Sekolah
melaksanakan tugas kepemimpinan dengan tenang dan baik, guru
411

melaksanakan kewajiban mendidik dan mengajar sesuai dengan


ketentuan, serta karyawan lain bekerja sesuai aturan, juga siswa belajar
dengan baik, bergairah dengan semangat tinggi.
Dengan iklim organisasi sekolah yang kondusif akan memotivasi setiap
personal sekolah dan siswa dalam mencapai tujuan, khususnya
peningkatan kinerja guru dan akhirnya prestasi belajar siswa yang lebih
baik, maka dengan demikian diduga terdapat hubungan positif antara iklim
organisasi sekolah dengan peningkatan kinerja guru.
Seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Iklim Organisasi Sekolah Kinerja Guru

Gambar 3. Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan

Kinerja Guru
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi toritis dan kerangka berfikir yang dikemukakan
maka diajukan hipotesis yaitu terdapat hubungan positif antara Iklim
Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru.

[11] WJS. Purwadarminta.1980. Kamus Lengkap.Bandung : angkasa


Offset.h.144
[12] Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka. H.503.
[13] Peter Salim. 1993. Websters New World Dictionary for Indonesia
Users English Indonesian. Jakarta : Modern English Press. H.420.
[14] Virgil. K. Rowlan. 1960 Manajerial Profesional Standars. New York
The Hadon Craftsmen. Inc.h.38
[15] Mondy dan Noe, 1991, HumanResource Management,
Massachusetts : Allyn & Bacon.
[16] Levinson dalam Cascio, 1992.
[17] Moch. Uzer Usman, 2000, Menjadi Guru Profesional. Bandung :
Remaja Rosdakarya.h.6
[18] Anwar Yasin. 1998. Standar Kemampuan Profesional Guru SD. IKIP
Malang.h.204.
[19] M. Riva’i. 1982. Aneka Kapita Pendidikan dan Keguruan. IKIP
Bandung.h.35.
[20]Of.cit.h.38.
412

[21] Sugeng Santoso, 2000, Problematik Pendidikan dan Cara


Pemecahannya.Jakarta Kreasi Pena Gading, h.41.
[22] Engkoswara, 1984, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, Jakarta:
Bina Aksara,h.1.
[23] Mohamad Ali. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:
Sinar Baru.h.3
[24] Lierberman. 1987. Education as a Profesion.New Jersey : Prentice
Hall.h.340.
[25] Nasution, 1977, Didaktik : Azas-azas Mengajar, IKIP Bandung, h.7
[26] Bobbi De Porter dan Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning.
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Penerbit
Kaifa.h.66.
[27] Fasli Jalal dan Dedi Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan dalam
Konteks Otonomi Daerah. Jakarta : Depdiknas-Bapenas-
Adicitakaryanusa.h.74.
[28] I.G.A.K. Wardani. 1998. Pemantapan Kemampuan Mengajar.Jakarta :
Depdikbud.h.25
[29] A. Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar.Bandung: Remaja Karya.h.32
[30] Ali Imran. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta : Pustaka
Jaya.h.169
[31] Ivor.K.Davies 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta : CV. Rajawali.h.35-
36
[32] Hadari Nawawi. 1992. Administrasi Personel untuk Peningkatan
Produktivitas Kerja. Jakarta : Masagung, h.245
[33] Sutjipto dan Basori Mukti. 1993. Administrasi Pendidikan. Jakarta :
Depdikbud Dirjen Dikti.h.10
[34] Engkoswara. 1987. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan.Jakarta:
Depdikbud.h.1
[35] Nanang Fatah. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung .:
PT. Remaja Rosda karya.h.1-2
[36] Made Pidarta. 1988. Manajemen Pendidikan. Jakarta : PT. Bina
Aksara.h.21
[37] Engkoswara. 1998. Membina Indonesia Merdeka Melalui
pendidikan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.h.29
[38] R. Iyeng Wiraputra. 1980.Administrasi Pendidikan, Teori, praktek, dan
Aspek-aspek Manusiawi. IKIP Bandung.h.9
[39] Siti Aminah Ansoriah. 1999. Kualitas Kinerja Kepala Sekolah. Tesis
PPS IKIP Bandung.h.25
[40] Dubin, 1951.
[41] Humphill, 1954.
[42] Stogdil, 1984, dalam Wahjosumidjo. 1994. Kepemimpinan dan
Motivasi. Jakarta :Ghalia Indonesia.h.21
[43] Kartini Kartono. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan .Jakarta:PT.
Grafindo Persada.h.33
[44] Ibid.h.49
413

[45] Terry G.R. Principle Of Management.(New York: Richard.D.


Irwin,Inc.1977).h.410
[46] Dharma Agus.1992.Organisasi, Perilaku, Struktur dan
proses (Terjemahan). Jakarta:Erlangga.h.99
[47] Sondang P.Siagian.1992.Organisasi Kepemimpinan dan perilaku
Administrasi,Jakarta:Gunung Agung.h.20
[48] Sondang P.Siagian.1994. Teori dan Praktek
Kepemimpinan .Jakarta:Penerbit Rhineka Cipta.h.192
[49] Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir. 2000.Administrasi Pendidikan,
Teori, Konsep dan Isu.UPI Bandung, h.38
[50] Ibid.h.31
[51] Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Panduan Manajemen
Sekolah, Proyek Peningkatan mutu Guru Kelas SD Setara D.II Jakarta,
h.3
[52] Mulyadi. 1998. Perumusan Misi, Visi , core Biliefss dan Core Values
Organisasi.Majalah Manajemen Usahawan Indonesia. NO.
01/Th.XXVII/Jam98.h.12
[53] Chriss Lee, Edisi June 1990. Beyound Team Work. Training, The
Magazine of Human Resource Development.h.30
[54] R. Iyeng Wiraputra. 1982. Aneka Masalah Pendidikan dan
KepemimpinanFakultas Ilmu Pendidikan . IKIP Bandung.h.111.
[55] Sondang P.Siagian. 1999. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.h.12.
[56] Op.Cit. h. 33
[57] Mr. William. London Heineman. 1972. Performance Appraisal in
Management,h. 6
[58] Miftah Thoha. 1983. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan
Aplikasinya.Jakarta. CV. Rajawali. H. 111.
[59] Nanang Fattah, 2001. Landasan Pendidikan. Bandung PT. Remaja
Karya. H. 71
[60] Keith Davis. Human Behaviour at Work Organijational Behaviour 9Six
th Education). Newyork Mc. Grew-bil Graw-Hil, Inc.
[61] Ibid.
[62] Milton R. Charles. 1981. Human Behaviour in Organizatiaons, three
levels of Behaviour New Jersey, Prentice Inc. 5.
[63] Udin. S. Winataputra, 1998. Strategi Belajar Mengajar, Depdikbud.
Jakarta h. 549.
Bab 5- Kesimpulan, Implikasi & Saran
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :
1. Kinerja Guru SD di Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan
Propinsi Jawa Barat tergolong tinggi, hal ini terlihat dari data yang
terkumpul menunjukkan bahwa rentangan skor sebesar 90 – 100
dan harga rata-rata sebesar 95,23.
414

2. Hubungan antara Iklim Organisasi Sekolah dengan Kinerja Guru


memiliki tingkat signifikansi tinggi. Hal ini terlihat dari korelasi yang
diperoleh r = 0,75 dan keberartian t hitung = 2,52 > 1,70 = ttabel pada
taraf signifikansi 5%. Koefisien parsial X 2 dengan Y sangat
signifikan karena thitung = 7 < 1,68 = ttabel pada a = 0,05.

3. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi


Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar
0,68 atau 68%.

4. Diperoleh hitungan kadar sumbangan atau koefisien determinasi


Iklim Organisasi Sekolah terhadap Kinerja Guru sebesar 0,56 atau
56%.

B. Implikasi

Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan di lingkungan pendidikan


maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang
pendidikan dan juga penelitian-penelitian selanjutnya, sehubungan
dengan hal tersebut maka implikasinya adalah sebagai berikut :
Hasil penelitian mengenai variabel Iklim Organisasi Sekolah yang
diduga mempunyai hubungan dengan Kinerja Guru, ternyata
menunjukkan hubungan yang signifikan, kedua variabel tersebut,
variabel Iklim Organisasi Sekolah memberikan kontribusi terhadap
variabel Kinerja Guru, di mana Iklim Organisasi Sekolah memberikan
kontribusi sebesar 0,56 atau 56%. Kontribusi Iklim Organisasi Sekolah
(X) tersebut, ditentukan oleh indikator perencanaan yang kurang baik.

Berdasarkan pada hasil penelitian di atas bahwa memberikan


kontribusi yang berarti terhadap Kinerja Guru.

Selama ini masalah Kinerja Guru kurang mendapat perhatian


yang serius baik dari pihak lembaga maupun dari pihak guru. Maka
dalam mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya usaha dan
upaya dari pihak lembaga dan dari pihak pimpinan, dalam rangka
meningkatkan Kinerja Guru dengan cara mengadakan perbaikan pada
variabel Iklim Organisasi Sekolah yang dijalankan pada sekolah yang
bersangkutan. Dengan mengadakan perbaikan pada variabel tersebut
diharapkan motivasi kerja guru akan semakin meningkat.

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh


lembaga di antaranya sebagai berikut :
415

1. Perilaku belajar atau Iklim Organisasi Sekolah tidak semata-mata


dipengaruhi oleh faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah tetapi
masih banyak faktor lingkungan internal mapun lingkungan
eksternal lain yang menentukannya. Pengaruh perilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Iklim Organisasi Sekolah
dan Kinerja Guru. Sehubungan dengan hal itu perlu diteliti lebih
lanjut terhadap faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi
terhadap perilaku belajar tersebut.
2. Aspek-aspek yang diteliti dan penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kuantitatif, maka untuk lebih mendalam faktor-faktor
apa saja yang turut berpengaruh terhadap Kinerja Guru tersebut.
Perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pendekatan
kuantitatif.

C. Saran

1. Iklim Organisasi Sekolah ternyata berkontribusi positif terhadap


Kinerja Guru. Hendaknya keadaan seperti ini dipertahankan bahkan
kalau bisa ditingkatkan.
Untuk menciptakan hal tersebut guru-guru perlu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan ini, baik atas
inisiatif sendiri maupun prakarsa kepala sekolah atau pihak-pihak
lain yang terkait.
2. Bagi kepala sekolah, penilik, dan pengawas atau pihak terkait dalam
memberikan bantuan, bimbingan, dan pembinaan perlu
memperhatikan faktor iklim organisasi ini. Akan lebih baik lagi
apabila dilakukan pelatihan-pelatihan khusus sehubungan dengan
masalah-masalah kepemimpinan ini.

3. Disadari bahwa faktor iklim organisasi ini ditentukan oleh faktor-


faktor internal dan juga faktor eksternal. Lembaga pendidikan yang
bertugas mempersiapkan calon guru yang kualitatif merupakan
salah satu faktor eksternal yang turut serta membentuk
kepemimpinan calon guru tersebut.

4. Untuk itu perlu dilakukan suatu studi dalam menjembatani masalah


Kepemimpinan Kepala Sekolah di lapangan dengan program yang
disusun dan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan. Apabila studi
ini terlaksana maka tingkat kontribusi dari iklim organisasi akan
dapat ditingkatkan secara terencana, yang pada akhirnya nanti
akan meningkatkan mutu pendidikan.

5. Untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif hendaknya mulai


dipikirkan sekarang terutama bagi para pemegang keputusan, agar
416

lebih banyak memperhatikan komunitas yang ada di sebuah


lembaga pendidikan, seperti sekolah. Dengan demikian akan terjadi
iklim organisasi yang kondusif di mana satu sama lain anggotanya
saling memperdulikan sehingga tercipta keadaan yang mendukung
pembelajaran dengan baik. Selanjutnya dari keadaan demikian
akan meningkatkan mutu pendidikan kita yang sekarang sedang
terpuruk.

Bab 1- Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan global dan era informasi memacu bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena
dengan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal
utama dalam pembangunan di segala bidang sehingga diharapkan
bangsa Indonesia dengan sumber daya manusianya dapat bersaing
dengan bangsa lain yang lebih maju.
Dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, yang
diperlukan bagi pembangunan di segala bidang kehidupan bangsa,
terutama mempersiapkan peserta didik menjadi aktor IPTEK yang
mampu menampilkan kemampuan dirinya, sebagai sosok manusia
Indonesia yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional di bidangnya,
sebagaimana tujuan pendidikan nasional, dalam GBHN ”… adalah
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab,
produktif, sehat jasmani dan rohani.”[1]

Dengan ketahan dan kemandirian seseorang diharapkan bangsa


Indonesia mampu menghadapi tantangan global di segala bidang.
Mereka diharapkan bisa (1) meningkatkan nilai tambah, (2) dapat
mengarahkan perubahan struktur masyarakat ke arah yang positif, (3)
bisa bersaing dalam era globalisasi, dan (4) dapat menghindari
penjajahan dalam penguasaan Iptek.[2] Kesiapan tersebut merupakan
salah satu wujud harapan yang ditekankan oleh para menteri
pendidikan 9 negara berependuduk terbesar di New Delhi yang
memuat enam peran pendidikan, yaitu : (1) ikut menggalang
perdamaian dan ketertiban dunia, (2) mempersiapkan pribadi sebagai
warga negara dan masyarakat, (3) pendidikan yang merata dan
menyeluruh, (4) menanamkan dasar-dasar pembangunan yang
417

berkelanjutan dan pelestarian lingkungan, (5) mempersiapkan tenaga


kerja untuk pembangunan ekonomi, sehingga pendidikan perlu
dikaitkan dengan kebutuhan dunia kerja, dan (6) berorientasi pada
penguasaan dan pengembangan Iptek.[3]

Selanjutnya output dari setiap sekolah atau lembaga pendidikan


yang ada diharapkan bisa memasuki dunia kerja yang nyata sesuai
dengan kemampuan dan keterampilan hidup yang dimiliki, sehingga
tidak menyebabkan banyak pengangguran di mana-mana. Hal ini
merupakan tuntutan bagi kompetensi seseorang yang harus mereka
kuasai. Negara-negara maju, seperti Amerika, Inggris, Australia, dan
Selandia Baru telah merumuskan tujuh kompetensi yang diperlukan
oleh dunia kerja. Kompetensi tersebut berupa : (1) kemampuan untuk
mengumpulkan, menganalisa, dan menyusun informasi, (2)
kemampuan untuk berkomunikasi, (3) kemampuan untuk
merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan, (4) kemampuan
untuk bekerja sama dengan orang lain dalam suatu tim kerja, (5)
kemampuan untuk mempergunakan teknik dan logika matematika, (6)
kemampuan untuk memecahkan masalah, dan (7) kemampuan untuk
memanfaatkan teknologi.[4]

Menyaksikan kenyataan tersebut telah tergambar betapa


pentingnya suatu pendidikan yang harus dimiliki seseorang, sehingga
tidak terpuruk pada keadaan dunia yang semakin berat dan penuh
tantangan. Sebagaimana kita ketahui pendidikan pada hakekatnya
proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, yang bertujuan
untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini
menuntut upaya pelaksanaan pendidikan yang berkualitas dari semua
jenis dan jenjang pendidikan.

Prioritas upaya peningkatan mutu pendidikan, pada dasarnya


dititikberatkan pada tiga faktor utama :

1. Mutu dan jumlah sumber daya pendidikan untuk mendukung proses


belajar mengajar.
2. Mutu proses belajar mengajar dalam konteks pelaksanaan
kurikulum dan pembelajaran peserta didik.
3. Mutu keluaran pendidikan, dalam artian pengetahuan, sikap dan
keterampilan para peserta didik.
Mutu pendidikan yang telah dikaji secara makro, menunjukkan
bahwa masih terdapat kesenjangan, ditinjau dari segi pengelolaan
sumber-sumber pendidikan, baik yang berasal dari dalam sekolah
418

maupun dari luar sekolah, sehingga diharapkan “…budaya mutu


tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku
selalu didasari oleh profesionalisme.”[5]

Titik picu mutu pendidikan dapat ditinjau dari konsep pendidikan


sebagai sistem, yaitu pendidikan yang bermutu muncul karena output
yang bermutu, output yang bermutu hanya bisa dihasilkan melalui
proses yang bermutu, proses yang bermutu dipengaruhi oleh faktor
mutu input baik instrumen input, environmental input, maupun input
kemampuan dasar siswa, kepemimpinan dan kinerja guru.

Pada era mutu ini, manajemen pendidikan sudah saatnya


menyediakan suatu kondisi yang dapat menumbuhkembangkan
kreativitas dan inovasi pada satuan pendidikan sebagai gugus yang
terdepan tempat terjadinya pengalaman pembelajaran. Pembinaan
kualitas pendidikan harus terjadi pada tingkat manajemen
persekolahan (mikro). Karena itu sistem pembinaan harus dimulai
pada manajemen ditingkat mikro yang dapat mengembangkan
partisipasi tenaga kependidikan di sekolah, serta dapat menciptakan
iklim organisasi yang kondusif.

Manajemen pendidikan yang bermutu tidak terlepas dari


kemampuan kepala sekolah. Kepala Sekolah sebagai pimpinan di unit
kerjanya harus disertai dengan beberapa kualifikasi yang melekat pada
tugas dan fungsinya, yaitu profesiosnalisasi dalam pekerjaannya,
sebagaimana dikemukakan Sanusi, “…bahwa usaha peningkatan
kemampuan manajerial sekolah harus didukung oleh profesionalisasi
pekerjaan administrasi sekolah yang membuat para pejabatnya benar-
benar menjadi administrator karir.”[6]

Dalam kedudukannya sebagai pemimpin, kepala sekolah bukan


sekedar pelaksana atas berbagai kebijakan, melainkan sebagai
penanggung jawab penuh secara profesional dalam manajemen
sekolah, demi tercapainya prestasi sekolah yang diharapkan, karena
“…sekolah yang efektif, bermutu, dan favorit , tidak lepas dari peran
seorang kepala sekolahnya. Pada umumnya sekolah tersebut dipimpin
oleh seorang kepala sekolah yang efektif.”[7] Sehingga kepemimpinan
kepala sekolah mengarah kepada kepemimpinan situasional.

Selanjutnya perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik


pusat konsep kepemimpinan situasional menurut Miftah Thoha :
419

– Perilaku Tugas ialah suatu perilaku seorang pemimpin


untuk mengatur dan merumuskan peran-peran dari
anggota-anggota kelompok atau para pengikut;
menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh
masing-masing anggota, kapan dilakukan, dimana
melaksanakannya, dan bagaimana tugas-tugas itu harus
dicapai. Selanjutnya disipati oleh usaha-usaha
menciptakan pola organisasi yang mantap, jalur
komunikasi yang jelas, dan cara-cara melakukan jenis
pekerjaan yang harus dicapai.

– Perilaku hubungan ialah suatu perilaku seorang pemimpin


yang ingin memelihara hubungan-hubungan antar pribadi
di antara dirinya dengan anggota-anggota kelompok atau
para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur-
jalur komunikasi, mendelegasikan tanggung jawab, dan
memberikan kesempatan pada para bawahan untuk
menggunakan potensinya. Hal semacam ini disifati oleh
dukungan sosioemosional, kesetiakawanan, dan
kepercayaan bersama.[8]

Apabila peran kepala sekolah sebagai pemimpin tersebut dapat


dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan dukungan
profesionalitas yang tinggi, serta iklim organisasi sekolah yang
kondusif, maka diharapkan terwujudnya peningkatan kinerja guru,
sehingga perjalanan organisasi dapat sinergis, yaitu guru menjalankan
tugas profesi secara benar, bertanggung jawab dan sadar kualitas,
personil lainnya melayani kepentingan stakeholders dengan penuh
tanggung jawab dan disiplin serta berorientasi mutu, fasilitas yang
dibutuhkan tersedia secara lengkap dan layak pakai, iklim organisasi
sekolah kondusif dan mendukung keberhasilan proses belajar
mengajar serta siswa dapat belajar dengan tenang, tekun, penuh
kejujuran dan keikhlasan serta tanggung jawab. Apabila gambaran
tersebut terjadi, maka pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa dan peningkatan mutu pendidikan.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat berhasil, dipengaruhi


pula oleh hubungan antar manusia di dalam organisasi atau sekolah,
seperti halnya hubungan kepala sekolah dengan guru, guru dengan
guru serta para siswa yang harmonis. Sehingga dengan hubungan
yang harmonis tersebut dapat mewujudkan iklim organisasi sekolah
420

yang mendukung terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan


pencapaian tujuan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai tugas dan tanggung


jawab yang sangat tinggi, yaitu sebagai komponen terdepan yang
berperan langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga perlu
memiliki semangat kerja dan kemampuan profesional. Kemampuan
guru dapat terlihat dalam cara pengelolaan kelas, penguasaan
kurikulu, penggunaan metode dan teknik pembelajaran, pembuatan
administrasi dan evaluasi.

Prestasi kerja guru dalam organisasi pendidikan perlu mendapat


perhatian dan perlu mendapat dukungan oleh semua komponen,
seperti kemampuan organisasi, iklim organisasi, serta perilaku dan
gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Kinerja guru yang efektif dipengaruhi oleh beberapa sumber :

1. Sumber individu itu sendiri, diantaranya intelektual, psikologis,


fisiologis, demotivasi, faktor-faktor personalitas,
keusangan/ketakutan, prefarasi posisi, orientasi nilai.

2. Sumber dari dalam organisasi diantaranya sistem organisasi,


peranan organisasi, kelompok dalam organisasi, perilaku
yang berhubungan dengan pengawasan , iklim organisasi.

3. Sumber dari lingkungan eksternal organisasi, diantaranya


keluarga, kondisi ekonomi, kondisi hukum, nilai-nilai sosial,
peranan kerja, perubahan teknologi, dan perkumpulan-
perkumpulan.[9]

Efektif atau tidaknya kinerja guru perlu mendapat perhatian semua


pihak, terutama kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan
hendaknya berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja guru dan
tenaga kependidikan lainnya.

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah salah seorang


penentu keberhasilan mutu pendidikan. Sebagaimana dikemukakan
Dr. Kartini Kartono, “Pemimpin selalu menjadi fokus dari semua
gerakan aktivitas usaha dan perubahan menuju pada kemajuan
organisasi. Pemimpin merupakan agen primer untuk menentukan
struktur kelompok/organisasi yang dibinanya. Pemimpin merupakan
inisiator, motivator, stimulator, dinamistor dan inovator dalam
421

organisasinya.”[10] Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat


tergantung kepada kualitas kepemimpinan kepala sekolah yang
memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan di sekolah.

Kualitas kepemimpinan dan manajemen kepala sekolah akan


mewarnai kualitas kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Kualitas kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari keberhasilan
melakukan pengelolaan semua aspek yang berada di sekolah serta
memberdayakan masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan
sekolah.

Dalam hubungannya dengan potensi di sekolah yang beragam,


kepemimpinan kepala sekolah cenderung bersifat situasional. Kepala
sekolah perlu membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya
kepemimpinannya sehingga berjalan secara efektif. Kepala sekolah
perlu juga memperhatikan faktor kondisi, waktu dan ruang untuk
menentukan gaya kepemimpinan yang tepat, karena gaya
kepemimpinan di suatu sekolah mungkin berbeda dengan di sekolah
lain.

Sejalan dengan uraian di atas, maka kepala sekolah sebagai


pemimpin pendidikan perlu berupaya mengelola sekolah sebaik
mungkin agar terwujud iklim organisasi yang kondusif, sehingga pada
akhirnya berdampak positif kepada kinerja guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus kajian


dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana kepemimpinan kepala
sekolah dan iklim organisasi sekolah dalam hubungannya dengan
kinerja guru”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdahulu, maka
dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini :

1. Bagaimanakah peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam


menunjang keberhasilan proses pembelajaran ?
2. Bagaimanakah peranan kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru ?
3. Bagaimanakah peranan kepala sekolah yang kondusif ?
4. Bagaimanakah peranan kinerja guru dalam keberhasilan proses
pembelajaran?
5. Apakah kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kinerja guru ?
422

6. Seberapa besar kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi


sekolah memberikan kontribusi terhadap kinerja guru ?
7. Apakah iklim organisasi sekolah memberikan kontribusi terhadap
kinerja guru ?
8. Iklim organisasi yang bagaimana yang bisa membangkitkan kinerja
guru ?
9. Bagaimana cara membentuk iklim organisasi yang kondusif, yang
diinginkan oleh semua komponen organisasi ?
10. Mampukah kepemimpinan kepala sekolah menciptakan iklim
organisasi yang diharapkan ?
11. Kemampuan khusus apakah yang harus dimiliki seorang
pemimpin, kepala sekolah, untuk menciptakan kondisi seperti itu ?
C. Pembatasan Masalah
Sebagaimana diuraikan terdahulu, bahwa kinerja guru dipengaruhi
oleh berbagai faktor , baik yang bersifat internal maupun eksternal
(instrumental input dan environmental input), namun pada penelitian ini
dibatasi pada masalah hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan
iklim organisasi sekolah dengan kinerja guru.
Kepemimpinan kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah juga
merupakan variabel yang turut serta mempengaruhi kinerja guru,
karena kepemimpinan kepala sekolah dengan berbagai fungsinya yang
kompleks akan memberikan arah dan warna tersendiri terhadap iklim
organisasi sekolah.
Dengan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dan iklim
organisasi sekolah yang baik, yaitu iklim yang mendukung berjalannya
organisasi sekolah dengan baik, maka diharapkan meningkatnya
kinerja guru.
Dengan uraian di atas, maka penelitian tentang kepemimpinan
kepala sekolah dan iklim organisasi sekolah, serta hubungannya
dengan kinerja guru penting dilakukan dalam rangka membantu
peningkatan mutu pendidikan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah iklim organisasi yang baik yang dapat menunjang
terhadap kinerja guru ?
2. Apakah terdapat hubungan antara iklim organisasi sekolah dengan
kinerja guru ?
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para kepala sekolah atau
pengelola pendidikan dalam melaksanakan tugas serta upaya
meningkatkan kinerja dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan.
Selain itu diharapkan pula dapat menambah ilmu pengetahuan,
khususnya masalah kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi
sekolah serta hubungannya denagn kinerja guru.
423

Selanjutnya diharapkan menjadi bahan masukan bagi para kepala sekolah


beserta guru-guru dalam rangka menciptakan iklim organisasi sekolah
yang kondusif, sehingga terciptanya kinerja yang baik dalam mencapai
tujuan pendidikan.
Selain itu kegunaan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang
nyata akan kepemimpinan seorang kepala sekolah dengan segenap
kelebihan dan kekurangannya dalam memimpin sebuah organisasi ;
gambaran iklim organisasi yang ada sebagai suatu kajian dan
pembandingan dengan situasi dan keadaan yang lain yang ada di
organisasi yang lain ; dan bagaimana sesungguhnya kinerja guru yang
diharapkan guna meningkatkan mutu pendidikan. dari gambaran tersebut
bisa dijadikan acuan yang riil dalam upaya mencapai sutu tujuan yang
diharapkan dalam suatu organisasi.

[1] GBHN, TAP Nomor : II/MPR/1993


[2] Wardiman Djojonegoro, 1995, Visi dan Strategi Pembangunan
Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas, Bandung :
Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.
[3] UNESCO, 1995.
[4] Wardiman Djojonegoro, 1995, Visi dan Strategi Pembangunan
Pendidikan untuk Tahun 2020 Tuntutan terhadap Kualitas, Bandung :
Mimbar Pendidikan IKIP Bandung.
[5] Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, 2002. Pedoman Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat. Bandung.h.37
[6] Sanusi, 1990. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikan.PPS IKIP Bbandung.h.118.
[7] Soebagioatmodiwiryo, 2000.Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta
: PT. Ardadizya-Jaya, h.145.
[8] Miftah Thoha, 1999. Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu
Pendekatan Prilaku.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, h.77
[9] William B. Castetter, 1981. The Personnel Function In Educational
Administration. New York : Mac Milan Publishing Co,h.23
[10] Kartini Kartono, 1998.Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT.
Grafindo Persada.h.12

3 pemikiran pada “Bab 1- Pendahuluan”

Quesioner
KUESIONER PENELITIAN

 
424

PENGANTAR
1. Kuesioner ini bertujuan untuk mendapat informasi tentang Iklim
Organisasi Sekolah tempat bapak/ibu bertugas di sekolah.
2. Jawaban bapak/ibu akan dipergunakan bagi kepentingan penelitian
ini, sehingga kerahasiaannya sangat terjaga.
3. Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap Iklim
Organisasi Sekolah, dengan cara menyatakan pendapat, berupa:
– SL           = Selalu

– SR           = Sering

– KD          = Kadang-kadang

– JR            = Jarang

– TP           = Tidak pernah

1. Nyatakanlah pendapat bapak/ibu dengan membubuhkan tanda


chekliss (V) pada kolom yang sesuai dengan pendapat bapak/ibu.
2. Bapak/ibu dimohon untuk mengisi pernyataan.
 

DESKRIPSI  IKLIM  ORGANISASI  SEKOLAH


PILIHAN PENDAPAT
SL SR KD JR TP
NO DESKRIPSI
Kepala Sekolah bersikap ramah
1.
terhadap bawahan          
Dalam melaksanakan tugas dan
2.
kegiatan, secara gotong royong          
Waktu luang di sekolah, dimanfaatkan
3.
untuk diskusi dan humor          
Bertukar informasi dengan bawahan
4.
tentang pribadi dan keluarga          
Merasa senang menerima
saran/masukan dari bawahan,
5.
mengenai pengelolaan sekolah          
6. Memiliki rasa humor yang tinggi          
425

Merangsang terjadinya komunikasi yang


7.
baik dengan bawahan          
Mengingatkan bawahan dengan halus,
jika bawahan bekerja tidak sesuai
8.
dengan ketentuan          
Mengajak bawahan untuk berdiskusi
9.
tentang kemajuan sekolah          
Memperhatikan kinerja dan kebutuhan
10.
bawahan          
Berusaha untuk memahami sifat dan
11.
karakter bawahan          
Memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengajukan saran dan
12.
pendapat          
Setiap kegiatan sekolah, dibicarakan
13.
bersama dengan bawahan          
Tidak merasa tersinggung, jika berbeda
14.
pendapat dengan bawahan          
Memberi kesempatan kepada bawahan,
15.
untuk kreatif dalam pelaksanaan KBM          
Menghargai prestasi dan hasil karya
16.
bawahan orang lain          
Memberi kesempatan kepada bawahan
17.
untuk mengembangkan insiatif          
Tidak memiliki perasaan lebih tinggi
18.
daripada bawahannya          
Membagi tugas dan tanggung jawab
piket di sekolah kepada bawahan
19.
secara bijaksana          
Memberikan perhatian yang adil dan
merata berupa materi/non materi
20.
kepada bawahan          
426

Memperhatikan seluruh lingkungan


21.
sekolah, baik fisik maupun non fisik          
Mengajak bawahan, untuk menata
22.
sekolah dengan baik dan indah          
Memberi kesempatan kepada bawahan,
untuk menata kelasnya sesuai yang
23.
diharapkan          
Meminta masukan kepada bawahan,
untuk bersama-sama memikirkan dan
24.
menata sekolah          
Bersama-sama bawahan memelihara
sekolah dan lingkungan dengan rutin,
25.
khususnya masalah K3.          
26
Menyenangi suasana aman.          
27
Menyenangi suasana indah.          
28
Menyenangi suasana tentram.          
29
Tak ragu untuk bergotong royong.          
Memperhatikan suasana kelas dan
30
sekolah.          
 

DESKRIPSI KINERJA GURU


PENGANTAR
1. Kuesioner ini bertujuan untuk mendapat informasi tentang kinerja
guru di sekolah Bapak/Ibu lakukan.
2. Jawaban bapak/ibu akan dipergunakan bagi kepentingan
penelitian, sehingga kerahasiaannya sangat terjaga.
3. Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan
dengan kinerja guru. Bapak/Ibu dimohon untuk mengisi yang
sesuai, dengan cara memilih:
– SL           = Selalu
427

– SR           = Sering

– KD          = Kadang-kadang

– JR            = Jarang

– TP           = Tidak pernah

1. Nyatakanlah pendapat bapak/ibu dengan membubuhkan tanda


cheklist (V) pada kolom yang sesuai dengan pendapat bapak/ibu.
2. Bapak/ibu dimohon untuk mengisi pernyataan.
 

PILIHAN PENDAPAT
SL SR KD JR TP
NO DESKRIPSI
Setiap akan melaksanakan tugas KBM,
saya mempersiapkan sehari
1.
sebelumnya.          
Mempersiapkan dan melengkapi alat
pelajaran yang dibutuhkan untuk
2.
pelaksanaan KBM          
Merencanakan dan mempersiapkan
3.
tugas KBM secara berkelanjutan          
Memberi teladan kepada siswa dalam
4.
berperilaku dan bicara          
Berupaya meningkatkan kemampuan
5.
diri dibidang pekerjaan          
Memberikan dan melakukan penataan
ruangan kelas yang mendukung
6.
kebersihan KBM          
Menciptakan suasana yang tenang dan
7.
serius dalam mengelola KBM          
Mengelola kelas agar KBM berhasil
serta memanfaatkan waktu secara
8.
cermat          
428

Membimbing dan membantu siswa


dalam KBM agar siswa berhasil dalam
9.
belajar          
Melakukan pengamatan dan penilaian
terhadap perilaku belajar siswa dalam
10.
KBM          
Memberikan penghargaan kepada siswa
yang berprestasi dan menegur siswa
11.
yang melanggar aturan          
Memberikan pelayanan khusus kepada
siswa yang mengalami kesulitan atau
12.
kelambanan dalam belajar          
Menarik perhatian dan merangsang
13.
minat belajar siswa dalam KBM          
Menggunakan metode pembelajaran
yang sesuai dengan bahan/materi
14.
pelajaran dan situai pada waktu itu          
Mengenal struktur program kurikulum
15.
yang berlaku          
Melaksanakan perbaikan yang rutin
dalam proses KBM demi keberhasilan
16.
pendidikan          
Mengenali para siswa dan mempelajari
17.
sifat serta karakteristiknya          
Membina siswa agar mengerjakan
tugas-tugas pembelajaran yang
18.
diberikan guru          
Melakukan evaluasi terhadap
19.
keberhasilan belajar siswa          
Mengelola administrasi pendidikan
20.
kelas, sesuai ketentuan dan tepat waktu          
Setiap akan melakukan tugas KBM,
berpakaian yang rapih dan bersih,
21.
sehingga berkesan bagi siswa          
429

Melakukan evaluasi diri, setiap langkah


22.
yang telah dilakukan          
Menampilkan sikap dan perilaku yang
konsekuen dan disiplin serta emosi yang
23.
stabil          
Mewujudkan hubungan yang serasi dan
harmonis dengan siswa, sesama guru
24.
dan Kepala Sekolah          
Melakukan pertemuan/diskusi dengan
Kepala Sekolah dan sesama guru dalam
25.
mengatasi kesulitan KBM.          
26.
Ada perhatian dari atasan.          
Bisa mengatasi permasalahan yang
27.
ada.          
Ada usaha mencari jalan keluar dari
28.
permaslahan.          
29.
Ada keinginan memperbaiki sistem.          
30.
Tidak ragu mengikuti perkembangan.          
 

RAMBU-RAMBU INSTRUMEN PENELITIAN

VARIABEL IKLIM ORGANISASI SEKOLAH (X)


No Indikator Variabel Deksriptor No. Item
1. Hubungan Kepala 1. Sopan santu 1
Sekolah dan Guru 2. Gotong royong
2
3. Pemanfaatan waktu luang
4. Saling mengenal 3
5. Aspiratif
4
6. Iklim harmonis
430

8
7. Komunikasi dua arah
8. Saling mempengaruhi 9
9. Dialogis
10
10. Memperhatikan sesama
11

12

1. Pemahanan pribadi 13
2. Kebebasan berpendapat
14
3. Kooperatif
4. Bijaksana 15
5. Kesempatan
mengembangkan diri 16
6. Saling menghargai
17
7. Kesempatan berinisiatif
8. Perasaan berkelompok 18
9. Tanggung jawab
19
10. Kegairahan
2.   20
Kondisi Kerja
3 Suasana 1. Memperhatikan keindahan 21
Lingkungan Fisik lingkungan
2. Penataan sekitar sekolah 22

3. Penataan ruang kelas


23
4. Perencanaan bersama
5. Pemeliharaan K3 24
431

25

 
 
VARIABEL KINERJA GURU (Y)
No Indikator Variabel Deksriptor No. Item
1

2
1. Mempersiapkan diri
3
2. Melengkapi alat
3. Persiapan tugas berikutnya 4
4. Keteladanan
5
5. Meningkatkan kemampuan
Kemampuan diri
1. 6
Personal Guru 6. Penataan kelas
2. Kemampuan 1. Kondisi kelas 7
Profesional 2. Pengelolaan kelas
8
3. Kegiatan bimbingan
4. Pengamatan 9
5. Reward dan Punishmen
10
6. Pelayanan khusus
7. Minat belajar siswa 11
8. Metode pembelajaran
12
9. Penguasaan Kurikulum
10. Program perbaikan 13
11. Penguasaan siswa
14
12. Melatih
13. Evaluasi siswa 15
14. Administrasi kelas
16
 
432

17

18

19

20

21

22
1. Penampilan diri
23
2. Evaluasi diri
3. Sikap dan perilaku 24
4. Hubungan yang harmonis
3 25
Kemampuan sosial 5. Saling membantu
Quesioner
KUESIONER PENELITIAN

PENGANTAR
1. Kuesioner ini bertujuan untuk mendapat informasi tentang Iklim
Organisasi Sekolah tempat bapak/ibu bertugas di sekolah.
2. Jawaban bapak/ibu akan dipergunakan bagi kepentingan penelitian
ini, sehingga kerahasiaannya sangat terjaga.
3. Bapak/ibu dimohon untuk memberi penilaian terhadap Iklim
Organisasi Sekolah, dengan cara menyatakan pendapat, berupa:
– SL           = Selalu

– SR           = Sering

– KD          = Kadang-kadang

– JR            = Jarang

– TP           = Tidak pernah


433

1. Nyatakanlah pendapat bapak/ibu dengan membubuhkan tanda


chekliss (V) pada kolom yang sesuai dengan pendapat bapak/ibu.
2. Bapak/ibu dimohon untuk mengisi pernyataan.
 

DESKRIPSI  IKLIM  ORGANISASI  SEKOLAH


PILIHAN PENDAPAT
SL SR KD JR TP
NO DESKRIPSI
Kepala Sekolah bersikap ramah
1.
terhadap bawahan          
Dalam melaksanakan tugas dan
2.
kegiatan, secara gotong royong          
Waktu luang di sekolah, dimanfaatkan
3.
untuk diskusi dan humor          
Bertukar informasi dengan bawahan
4.
tentang pribadi dan keluarga          
Merasa senang menerima
saran/masukan dari bawahan,
5.
mengenai pengelolaan sekolah          
6.
Memiliki rasa humor yang tinggi          
Merangsang terjadinya komunikasi yang
7.
baik dengan bawahan          
Mengingatkan bawahan dengan halus,
jika bawahan bekerja tidak sesuai
8.
dengan ketentuan          
Mengajak bawahan untuk berdiskusi
9.
tentang kemajuan sekolah          
Memperhatikan kinerja dan kebutuhan
10.
bawahan          
Berusaha untuk memahami sifat dan
11.
karakter bawahan          
12. Memberikan kesempatan kepada          
bawahan untuk mengajukan saran dan
434

pendapat
Setiap kegiatan sekolah, dibicarakan
13.
bersama dengan bawahan          
Tidak merasa tersinggung, jika berbeda
14.
pendapat dengan bawahan          
Memberi kesempatan kepada bawahan,
15.
untuk kreatif dalam pelaksanaan KBM          
Menghargai prestasi dan hasil karya
16.
bawahan orang lain          
Memberi kesempatan kepada bawahan
17.
untuk mengembangkan insiatif          
Tidak memiliki perasaan lebih tinggi
18.
daripada bawahannya          
Membagi tugas dan tanggung jawab
piket di sekolah kepada bawahan
19.
secara bijaksana          
Memberikan perhatian yang adil dan
merata berupa materi/non materi
20.
kepada bawahan          
Memperhatikan seluruh lingkungan
21.
sekolah, baik fisik maupun non fisik          
Mengajak bawahan, untuk menata
22.
sekolah dengan baik dan indah          
Memberi kesempatan kepada bawahan,
untuk menata kelasnya sesuai yang
23.
diharapkan          
Meminta masukan kepada bawahan,
untuk bersama-sama memikirkan dan
24.
menata sekolah          
Bersama-sama bawahan memelihara
sekolah dan lingkungan dengan rutin,
25.
khususnya masalah K3.          
435

26
Menyenangi suasana aman.          
27
Menyenangi suasana indah.          
28
Menyenangi suasana tentram.          
29
Tak ragu untuk bergotong royong.          
Memperhatikan suasana kelas dan
30
sekolah.          
 

DESKRIPSI KINERJA GURU


PENGANTAR
1. Kuesioner ini bertujuan untuk mendapat informasi tentang kinerja
guru di sekolah Bapak/Ibu lakukan.
2. Jawaban bapak/ibu akan dipergunakan bagi kepentingan
penelitian, sehingga kerahasiaannya sangat terjaga.
3. Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan
dengan kinerja guru. Bapak/Ibu dimohon untuk mengisi yang
sesuai, dengan cara memilih:
– SL           = Selalu

– SR           = Sering

– KD          = Kadang-kadang

– JR            = Jarang

– TP           = Tidak pernah

1. Nyatakanlah pendapat bapak/ibu dengan membubuhkan tanda


cheklist (V) pada kolom yang sesuai dengan pendapat bapak/ibu.
2. Bapak/ibu dimohon untuk mengisi pernyataan.
 

NO DESKRIPSI PILIHAN PENDAPAT


436

SL SR KD JR TP
Setiap akan melaksanakan tugas KBM,
saya mempersiapkan sehari
1.
sebelumnya.          
Mempersiapkan dan melengkapi alat
pelajaran yang dibutuhkan untuk
2.
pelaksanaan KBM          
Merencanakan dan mempersiapkan
3.
tugas KBM secara berkelanjutan          
Memberi teladan kepada siswa dalam
4.
berperilaku dan bicara          
Berupaya meningkatkan kemampuan
5.
diri dibidang pekerjaan          
Memberikan dan melakukan penataan
ruangan kelas yang mendukung
6.
kebersihan KBM          
Menciptakan suasana yang tenang dan
7.
serius dalam mengelola KBM          
Mengelola kelas agar KBM berhasil
serta memanfaatkan waktu secara
8.
cermat          
Membimbing dan membantu siswa
dalam KBM agar siswa berhasil dalam
9.
belajar          
Melakukan pengamatan dan penilaian
terhadap perilaku belajar siswa dalam
10.
KBM          
Memberikan penghargaan kepada siswa
yang berprestasi dan menegur siswa
11.
yang melanggar aturan          
Memberikan pelayanan khusus kepada
siswa yang mengalami kesulitan atau
12.
kelambanan dalam belajar          
13. Menarik perhatian dan merangsang          
437

minat belajar siswa dalam KBM


Menggunakan metode pembelajaran
yang sesuai dengan bahan/materi
14.
pelajaran dan situai pada waktu itu          
Mengenal struktur program kurikulum
15.
yang berlaku          
Melaksanakan perbaikan yang rutin
dalam proses KBM demi keberhasilan
16.
pendidikan          
Mengenali para siswa dan mempelajari
17.
sifat serta karakteristiknya          
Membina siswa agar mengerjakan
tugas-tugas pembelajaran yang
18.
diberikan guru          
Melakukan evaluasi terhadap
19.
keberhasilan belajar siswa          
Mengelola administrasi pendidikan
20.
kelas, sesuai ketentuan dan tepat waktu          
Setiap akan melakukan tugas KBM,
berpakaian yang rapih dan bersih,
21.
sehingga berkesan bagi siswa          
Melakukan evaluasi diri, setiap langkah
22.
yang telah dilakukan          
Menampilkan sikap dan perilaku yang
konsekuen dan disiplin serta emosi yang
23.
stabil          
Mewujudkan hubungan yang serasi dan
harmonis dengan siswa, sesama guru
24.
dan Kepala Sekolah          
Melakukan pertemuan/diskusi dengan
Kepala Sekolah dan sesama guru dalam
25.
mengatasi kesulitan KBM.          
26.
Ada perhatian dari atasan.          
438

Bisa mengatasi permasalahan yang


27.
ada.          
Ada usaha mencari jalan keluar dari
28.
permaslahan.          
29.
Ada keinginan memperbaiki sistem.          
30.
Tidak ragu mengikuti perkembangan.          
 

RAMBU-RAMBU INSTRUMEN PENELITIAN

VARIABEL IKLIM ORGANISASI SEKOLAH (X)


No Indikator Variabel Deksriptor No. Item
1

4
1. Sopan santu
2. Gotong royong 5
3. Pemanfaatan waktu luang
6
4. Saling mengenal
5. Aspiratif 7
6. Iklim harmonis
8
7. Komunikasi dua arah
8. Saling mempengaruhi 9
Hubungan Kepala 9. Dialogis
1. 10
Sekolah dan Guru 10. Memperhatikan sesama
2. Kondisi Kerja 1. Pemahanan pribadi 11
2. Kebebasan berpendapat
439

12

13

14
3. Kooperatif
4. Bijaksana 15
5. Kesempatan
mengembangkan diri 16
6. Saling menghargai
17
7. Kesempatan berinisiatif
8. Perasaan berkelompok 18
9. Tanggung jawab
19
10. Kegairahan
  20

21

22
1. Memperhatikan keindahan
lingkungan
23
2. Penataan sekitar sekolah
3. Penataan ruang kelas 24
Suasana 4. Perencanaan bersama
3 25
Lingkungan Fisik 5. Pemeliharaan K3
 

 
 
VARIABEL KINERJA GURU (Y)
No Indikator Variabel Deksriptor
1. Kemampuan 1. Mempersiapkan diri 1
Personal Guru 2. Melengkapi alat
2
3. Persiapan tugas berikutnya
4. Keteladanan 3
5. Meningkatkan kemampuan
440

5
diri
6
6. Penataan kelas
7

10
1. Kondisi kelas
11
2. Pengelolaan kelas
3. Kegiatan bimbingan 12
4. Pengamatan
13
5. Reward dan Punishmen
6. Pelayanan khusus 14
7. Minat belajar siswa
15
8. Metode pembelajaran
9. Penguasaan Kurikulum 16
10. Program perbaikan
17
11. Penguasaan siswa
12. Melatih 18
13. Evaluasi siswa
19
14. Administrasi kelas
Kemampuan
2.   20
Profesional
3 Kemampuan sosial 1. Penampilan diri 21
2. Evaluasi diri
22
3. Sikap dan perilaku
4. Hubungan yang harmonis 23
441

24

25
5. Saling membantu
 

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undagn No. 20


Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2)
sebagai berikut.

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada


standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
442

KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi


dan karakteristik daerah, serta social budaya masyarakat setempat dan
peserta didik.

Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan


pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan
standar kompetensi lulusan, dibawah supervise dinas pendidikan
kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggungjawab di
bidang pendidikan.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di


perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing
perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan


sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan
paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap
satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan
agar setiap satuan pendidikan dan sekolah meiliki keleluasaan dalam
megelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih
tanggap terhadap kebutuhan setempat.

a.      Isi Kurikulum Ktsp


Standanr isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalaam criteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang
harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan
tententu. Standar isi memuat kerangka dasar, struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan.

 Kerangka Dasar Kurikulum


Kurikulum adalah seperangkat rncana dan pengetauan mengenai tujuan,
kompetensi dasar, materi standard an hasil belajar serta cara yan
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada penjang pendidikan dasar
dan meenngah terdiri atas:

1)     Kelompok mata pelajaran agama dan akhak mulia yang


dilaksanakan melalui kegiatan keagamaan, kewarganegaraan,
443

kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi , estetika, jasmani, oleh raga


dan kesehatan 
2)     Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; yang
dilaksanakan melalui kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan,
bahasa, seni dan budaya serta pendidikan jasmani
3)     Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; yang
dilaksanakan melalui kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, kererampilan, kejuruan, teknologi
informasi dan komunikasi serta muatan local yang relevan
4)     Kelompok mata pelajaran estetika; yang dilaksanakan
melaluikegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan dan muatan local
yang relevan
5)     Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan; yang
dilakukan melalui kegiatan jasmani, olehraga, pendidikan kesehatan, ilmu
pengetahuan alam dan muatan local yang relevan
 Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap satuan
pedidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.
Kompetensi tersebut terdiri atas standar kompetensi dan kopetensi
lulusan.

b.      Landasan Kurikulum Ktsp


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentnag Sisdiknas


Dalam Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa Satandar Nasional
Pendidikan (SNP) teridiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan
dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala. SNP digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.
Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan
pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan
standarisasi, penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang
standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP merupakan criteria minimal
tentang system pendidikan di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan
444

Republik Indonesia. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa


kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa KTSP
adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi.

2. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur
tentang standar isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang
selanjutnya disebut Standar Isi, mencakup lingkup materi minimal dan
tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 23 Tahun 2006 mengatur
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan
kelulusan peserta didik. Standar Kopetensi Lulusan meliputi standar
kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah,
standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran, yang akan bermuara pada
kompetensi dasar.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 mengatur
tentang pelaksanaan SKL dan Standar isi. Dalam peraturan ini
dikemukakan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah
mengembangkan dan menetepkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang
bersangkutan, berdasarkan pada: Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentnag Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 sampai dengan PAsal 38,
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan pasal 5 sampai dengan pasal 18 dan pasal 25 sampai pasal
27, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang
standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

c.       Kelebihan dan Kekurangan Ktsp


 Kelebihan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah
satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di masa lalu adalah
445

adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat


kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi
keunggulan lokal.
2. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen
sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam
penyelenggaraan program-program pendidikan.
3. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk
menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang
akseptabel bagi kebutuhan siswa. Sekolah dapat menitikberatkan
pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan
siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat
mengembangkan kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai
keterampilan hidup.
4. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat.
Karena menurut ahli beban belajar yang berat dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa anak.
5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-
sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan.
6. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang
kurikulum.
7. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan
kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-
masing.
8. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada
pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang
berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.
9. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu,
baik kemampuan, kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
10. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian,
sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan
kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
11. Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi
(pada satuan tingkat pendidikan) sehingga pemerintah dan
masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang
dituangkan dalam kurikulum.
12. Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan
mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat
mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan dan kemampuan
peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
13. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan
untuk memberikan kemudahan belajar siswa.
446

14. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan


berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi
individual.
15. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama
antar sekolah, masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk
kompetensi peserta didik.
16. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil
belajar.
17. Berpusat pada siswa.
18. Menggunakan berbagai sumber belajar.
19. kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan
menyenangkan
 Sedangkan kelemahan dari kurikulum KTSP adalah
1. Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP
pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru
dan sekolah.
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .
3. Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara
komprehensif baik kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di
lapangan
4. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam
pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk
memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru
untukmendapatkan tunjangan profesi.
d.      Alasan Digunakannya Ktsp
Alasan digunakannya kurikulum ktsp karena adanya perkembangnya
pemikiran akan pentingnya kemandirian dalam segala aspek kehidupan
sebagai wujud demokrasi. Hal inilah yang menjadi semangat lahirnya
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang otonomi daerah, termasuk
di dalamnya otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pola sentralistik yang digunakan pada masa orde baru terbukti kurang
efektif dalam membangun sistem pendidikan kita, sehingga diperlukan
pola desentralistik.

Kondisi geografis Indonesia yang begitu luas serta penduduk yang banyak
tidak dapat dikelola dengan baik jika hanya oleh pemerintah pusat.
Daerah memiliki peluang yang cukup luas untuk menentukan kebijakan
dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisinya masing-masing. Implikasi dari kebijakan desentralisasi itu di
antaranya berkaitan dengan kurikulum sebagai komponen yang sangat
penting dalam pendidikan.
447

Desentralisasi kurikulum, terutama dalam kaitannya dengan


pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
didukung oleh manajemen berbasis sekolah, memungkinkan setiap
sekolah untuk merancang dan mengembangkan pembelajaran yang
disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan
kondisi daerah masing-masing.
e.       Kesimpulan
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi dan kompetansi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pengambangan KTSP deserahkan kepada para pelaksana pendidikan
(guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan sekolah)untuk
mengembangkan berbagai kompetensi pendidikan (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) pada setiap satuan pendidikan di sekolah dan
daerah masing-masing.

1. Tujuan/Sasaran:
 Ingin mengetahui Pengaruh 2 Variabel Komponen SNP terhadap
Prestasi Hasil Belajar Siswa pada Satuan Pendidikan ......... di
Kab/Kota .......... Dalam 3 Tahun .............
 Memberikan gambaran tentang ............

2. Metoda Penelitian: Kuantitatif didukung Kualitatif


3. Teknik Analisis:
 Metoda Kuantitatif: menggunakan Statistika a.l: Modus, Median,
Mean, Deviasi, Anova, Proporsionalitas, Korelasi, Regresi dll
(sesuai kebutuhan).
 Metoda Kualitatif: analisis deskriptif a.l: Asas-asas Pengelolaan
Keuangan Negara, ketentuan UU/Peraturan dll.
4. Landasan Teori: (ditentukan sendiri oleh Mhs).
5. Ketentuan penyusunan Makalah:
(1) Dikerjakan secara perorangan
(2) Tebal minimal 40 hlm, diketik computer huruf Arial, font 12, jarak
1½ spasi
(3) Paparan dan Diskusi (P & D):
a. P & D I: Rancangan/Kerangka Makalah: pd minggu ke 6 Tgl
17/3/’17:
- Variabel penelitian
- Judul penelitian
- Obyek dan lokasi penelitian
- Jangka waktu penelitian
448

- Landasan teori yang digunakan (garis besarnya saja)


- Uji Statistika yang digunakan
- Persyaratan data yang diperlukan
b. P & D II: Konsep Lengkap Makalah: pada minggu ke 8 dan
seterusnya

(4) Makalah yg telah disempurnakan berdasarkan saran/masukan/kritik


dari hasil diskusi, dikumpulkan pada minggu ke 13.

Catatan:

(1) Adakan penelitian pendahuluan (Preliminary Research) untuk


memilih variabel SNP yg berkontribusi besar terhadap Prestasi Hasil
Belajar Siswa.

(3) Untuk analisis Statistika agar Mhs berkonsultasi dengan Konsultan


Statistika.

Bandung, Maret 2017

Dosen MK M APBN/APBD Sektor


Pendidikan

Dr. H.
Nasuka

TAMBAHAN STATISTIKA

TERKAIT DENGAN TUGAS MAKALAH PERORANGAN

Pelajari kembali: Teknik sampling dan Ukuran/besarnya sampel.


449

Ukuran/besarnya, ada beberapa cara a.l:

- Menggunakan prosentase (Oon, 20... : .... - ......)


- Minimal 30 buah (Singarimbun, 1995: ........... dan
Riduwan, .............).
L_
- Menggunakan rumus a.l: n 2 = + + k + 1 (Cohen,1983:116-
119)

+++++++++++

Catatan: Kerangka Berpikir & Hipotesis ada di bagian akhir dari BAB
II)

+++++++++++

BAB III

PROSEDUR (METODOLOGI) PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metoda Penelitian

3.2. Variabel Penelitian dan Pengukuran atau Operasionalisasi


Variabel

3.2.1. Variabel Penelitian.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel.

3.2.3. Pengukuran.

3.2.4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


450

3.2.5. Persyaratan Data

(Uji: Dipilih secara Random, Homogenitas, Normalitas,


Linieritas, Berpasangan, Multikolinieritas, Heteroskedastisitas)

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari unit/satuan analisis yang ciri-


cinya akan diduga atau disebut universe. Pemilihan populasi penelitian
erat hubungannya dengan masalah yang akan dipelajari
(Singarimbun,1995:152-153). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
................... di ................. yang jumlahnya ......... buah yaitu ..... A, ...........
B, dan .......... C.

3.3.2. Sampel.

Sampel: merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat


menggambarkan sifat-sifat dari populasi yang bersangkutan.
Pertimbangan dalam menentukan besarnya sampel adalah: (1) derajad
keseragaman populasi, tingkat presisi yang dikehendaki, (3) rencana
analisis, dan (4) tenaga, biaya, dan waktu yang tersedia
(Singarimbun,1995:150-152).

Penarikan sampel menggunakan teknik sensus, yaitu


menggunakan seluruh anggota populasi sebagai sampel ( ......................).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.5. Teknik Analisis Data


451

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.2. Hasil Pengujian Hipotesis

4.2.1. Pengujian Terhadap Hipotesis 1

4.2.1. Pengujian Terhadap Hipotesis 2

4.2.1. Pengujian Terhadap Hipotesis 3

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.4. Keterbatasan Penelitian

BAB V

PENUTUP

(KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI)

5.1. Kesimpulan

5.2. Implikasi
452

5.3. Rekomendasi

BAB III

PROSEDUR (METODOLOGI) PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Metoda Penelitian

3.2. Variabel Penelitian dan Pengukuran atau Operasionalisasi


Variabel

3.2.1. Variabel Penelitian.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel.

3.2.3. Pengukuran.

3.2.4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

3.2.5. Persyaratan Data

(Uji: Dipilih secara Random, Homogenitas, Normalitas,


Linieritas, Berpasangan, Multikolinieritas, Heteroskedastisitas)

3.3. Populasi dan Sampel


453

3.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari unit/satuan analisis yang ciri-


cinya akan diduga atau disebut universe. Pemilihan populasi penelitian
erat hubungannya dengan masalah yang akan dipelajari
(Singarimbun,1995:152-153). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
................... di ................. yang jumlahnya ......... buah yaitu ..... A, ...........
B, dan .......... C.

3.3.2. Sampel.

Sampel: merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat


menggambarkan sifat-sifat dari populasi yang bersangkutan.
Pertimbangan dalam menentukan besarnya sampel adalah: (1) derajad
keseragaman populasi, tingkat presisi yang dikehendaki, (3) rencana
analisis, dan (4) tenaga, biaya, dan waktu yang tersedia
(Singarimbun,1995:150-152).

Penarikan sampel menggunakan teknik sensus, yaitu


menggunakan seluruh anggota populasi sebagai sampel ( ......................).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.5. Teknik Analisis Data

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian


454

4.2. Hasil Pengujian Hipotesis

4.2.1. Pengujian Terhadap Hipotesis 1

4.2.1. Pengujian Terhadap Hipotesis 2

4.2.1. Pengujian Terhadap Hipotesis 3

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

4.4. Keterbatasan Penelitian

BAB V

PENUTUP

(KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI)

5.1. Kesimpulan

5.2. Implikasi

5.3. Rekomendasi

1. Metode Pengumpulan Data


455

Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode


pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data. Meskipun
saling berhubungan, namun dua istilah ini memiliki arti yang
berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan
data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sementara itu instrumen
pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen
pengumpulan data dapat berupa check list, kuesioner, pedoman
wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam
gambar.
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat
dilakukan dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data ini
dapat digunakan secara sendiri-sendiri, namun dapat pula
digunakan dengan menggabungkan dua metode atau lebih.
Beberapa metode pengumpulan data antara lain:
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung
antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan
teknologi, metode wawancara dapat pula dilakukan melalui
media-media tertentu, misalnya
telepon, email, atau skype. Wawancara terbagi atas dua
kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah
mengetahui dengan pasti informasi apa yang hendak digali
dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah
membuat daftar pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga
bisa menggunakan berbagai instrumen penelitian seperti alat
bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen
456

lain. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas.


Peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi
pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat poin-
poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden.

c. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang
kompleks karena melibatkan berbagai faktor dalam
pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak
hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi.
Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk
penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia,
proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat
dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu
besar. Metode pengumpulan data observasi terbagi menjadi
dua kategori, yakni: Participant observation dan Non
participant observation.
Dalam participant observation, peneliti terlibat secara
langsung dalam kegiatan sehari-hari orang atau situasi yang
diamati sebagai sumber data. Sedangkan non paticipant
observation merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut
secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang
diamati.
d. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih
efisien bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel
yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari
457

responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila


jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang
luas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat
dikategorikan dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan
kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang
memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk
menjawab. Sementara itu, kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk
dipilih oleh objek penelitian. Seiring dengan perkembangan,
beberapa penelitian saat ini juga menerapkan metode
kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk
ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek
penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab sesuai
dengan kemauan mereka.

e. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah metode pengumpulan data
yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi
dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti
berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan
analisis. Dokumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan
data dibedakan menjadi dua, yakni: Dokumen primer dan
Dokumen Sekunder.
Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh
orang yang langsung mengalami suatu peristiwa, misalnya:
autobiografi. Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis
berdasarkan oleh laporan/ cerita orang lain, misalnya: biografi.

2. Teknik Pengumpulan data


Teknik Pengumpulan data merupakan suatu metode atau
458

cara yang bisa dipakai oleh peneliti dalam pengumpulan data.


Teknik yang dapat menunjukaan kata yang abstrak dan juga tidak
diwujudkan dalam betuk benda, namun hanya bisa di lihat
pemakaiannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian
(tes), dokumentasi, dan lain sebagainya.
Peneliti bisa menggunakan salah satu atau gabungan
teknik tergantung latar belakang dari masalah yang yang di teliti
atau yang sedang dihadapi. Teknik pengumpulan data adalah
langkah awal dan paling utama dalam proses suatu penelitian.
Tujuan Teknik Pengumpulan Data yaitu untuk
mendapatkan data mana yang paling tepat, agar data yang
diperoleh merupakan data yang benar-benar valid dan reliable.
Sehingga tidak terjadi masalah nantinya dalam suatu penelitian.
Dalam melakukan pengumpulan data terdapat dua
metode atau teknik untuk mengumpulakan data yaitu Teknik
Pengumpulan Data Kualitatif dan Data Kuantitatif. Mungkin kalian
masih ada yang belum paham apa itu kualitatif dan kuantitatif? tapi
anda tidak perlu kawatir, karena penulis akan menjelaskan secara
lengkap tentang du hal tersebut. Nah, dari pada anda bertanya-
tanya langsung saja kita bahas di bawah ini. Di dalam metode
penelitian selayaknya dengan menggunkan teknik pengumpulan
data kualitatif yaitu dengan melihat: wawancara, observasi,
dokumentasi, dan juga diskusi terfokus atau Focus Group
Discussion. Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata-
kata, atau bukan dalam bbentuk angka. Di dalam pendekatan ini,
peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
laporan terinci dari pandangan responden, dan juga melakukan
studi pada situasi yang alami. Namun, hal yang harus diperhatikan
oleh setiap peneliti yaitu alasan mengapa teknik tersebut
digunakan, untuk mendapatkan informasi seperti apa, dan bagian
fokus mana yang perlu teknik wawancara, observasi, atau mana
459

yang harus kedua-duanya untuk dilakukan. Penggunaan teknik


tergantung pada jenis informasi apa yang diperoleh.
Dalam melakukan pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai setting, berbagai cara dan berbagai sumber. Jika
dilihat dari settingnya data bisa dikumpulkan
kepada setting alamiah atau natural setting, pada laboratorium
dengan menggunakan metode eksperimen, di rumah dengan
berbagai responden dll.
Namun, bila dilihat dari segi sumber datanya, maka
pengumpulan data bisa memakai sumber primer dan sekunder.
Sumber primer merupakan sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada
pengumpul data, Contoh melalui orang lain atau melalui perantara
dokumen.
Kemudian, bila dilihat dari cara atau metode pengumpulan
data, maka cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan
interview, kuesioner (angket), observasi (Sugiyono, 2012: 193-194)
Sebelum mengetahui teknik pengumpulan data kuantitatif
alangkah lebih baik anda harus mengetahui tentang pengertianya
lebih dulu, karena hal itu jauh akan membuat Anda lebih paham
dan mengerti. Data kuantitatif adalah data yang memiliki bentuk
angka atau bilangan. berdasarkan bentuknya, data kuantitatif juga
bisa di olah atau dianalisis dengan cara perhitungan matematika
atau statistika.
Macam-macam Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif
data kuantitatif
Metode  Wawancara (interview) Wanwancara juga
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui masalah yang
harus diteliti, juga ingin mmengetahui hal-hal dari respoden lebih
460

dalam dan jumlah respondennya kecil atau sedikit.


Teknik Pengumpulan Data Kuesioner Kuesioner adalah
sebuah alat teknik pengumpulan data yantertulis kepada respong
digunakan dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada
responden untuk mendapatkan jawabannya.
Kuesioner juga merupakan salah satu cara pengumpulan
data yang sangat efisien apabila peneliti mengetahui pasti variabel
yang di ukur dan dan juga mengetahui apa yang dapat diharapkan
dari respondennya (Iskandar, 2008: Teknik Pengumpulan Data
Observasi Ketika menggunakan teknik observasi cara yang paling
efektif yaitu bila dilengkapai dengan format atau blangko
pengamatan sebagai instrumen pertimbangan, selanjutnya format
yang sudah disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah
laku yang digambarakan. Observasi Dari peneliti yang
berpengalaman didapatkan petunjuk, bahwa mencatat data
observasi tidak hanya sekedar mencatat, namun juga mengadakan
pertimbangan kemudian setelah itu juga mengadakan penilaian
pada skala bertingkat. Misalakan dengan memperhatikan reaksi
penonton televisi, tapi tidak hanya mencatat rekasi tersebut,
namun juga menilai dari reaksi tersebut apakah sangat kurang,
atau malah tidak sesuai berdasrkan dengan apa yang dikehendaki
(Arikunto, 2006: 229). Nah, alhamdulilah itulah pembahsan
mengenai teknik pengumpulan data semoga dengan
pembahasan tadi anda bisa mengambil manfaatnya dan juga bisa
memecahkan dari rumusan masalah yang anda teliti, namun
apabila ada kesalahan dalam tulisan penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Terima kasih.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting dan berbagai sumber dan berbagai cara. Bila
dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan
pada setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan
461

metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan


lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data
dapat menggunakan sumber primer dan sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya
kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,
maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview,
kuesioner (angket), observasi (Sugiyono, 2006: 137)
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data.
Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak
diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat
penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian
(tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan
salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang
dihadapi atau yang diteliti.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan
kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan
dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana,
pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang
dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai
fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan
lingkup penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang
dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan
kualitatif.

Pengertian-Pengertian Menurut Sugiyono (2013)


Pengertian Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2013:2) metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
462

tujuan dan kegunaan tertentu.  Pengertian Teknik Pengumpulan


Data Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Teknik Wawancara, Menurut Esterberg dalam Sugiyono


(2013:231) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Teknik Pengamatan/Observasi, Sutrisno Hadi dalam


Sugiyono (2013:145) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
Teknik Dokumentasi, Menurut Sugiyono (2013:240)
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,
patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.
Triangulasi, dalam teknik pengumpulan data, triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan datayang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada.
463

Pengertian Populasi dan Sampel


Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian
antara pengertian "populasi dan sampel" dalam penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian
kuantitatif,populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah
sebagian dari populasi itu. Populasi itu misalnya penduduk di
wilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah
guru danmurid di sekolah tertentu dan sebagainya (Sugiyono,
2013:215).

Pengertian Purposive Sampling Menurut Sugiyono


(2013:218-219) purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek
atau situasi sosial yang diteliti.

Pengertian Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2013:244). 
Untuk sumber lebih jelas dan lengkap bisa dicari di buku,
464

Berjudul : METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF DAN


R&D

Penulis : Prof. Dr. Sugiyono

Cetakan Ke-19, Oktober 2013

Penerbit Alfabeta, CV. Bandung

ILUSTRASI PENGUMPULAN DATA (SAMUEL/UCEO)

Salah satu komponen yang penting dalam penelitian adalah proses


peneliti dalam pengumpulan data. Kesalahan yang dilakukan dalam
proses pengumpulan data akan membuat proses analisis menjadi sulit.
Selain itu hasil dan kesimpulan yang akan didapat pun akan menjadi
rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan benar.

Masing-masing penelitian memiliki proses pengumpulan data yang


berbeda, tergantung dari jenis penelitian yang hendak dibuat oleh peneliti.
Pengumpulan data kualitatif pastinya akan berbeda dengan pengumpulan
data kuantitatif. Pengumpulan data statistik juga tidak bisa disamakan
dengan pengumpulan data analisis.

Pengumpulan data penelitian tidak boleh dilakukan secara sembarangan.


Terdapat langkah pengumpulan data dan teknik pengumpulan data yang
harus diikuti. Tujuan dari langkah pengumpulan data dan teknik
pengumpulan data ini adalah demi mendapatkan data yang valid,
sehingga hasil dan kesimpulan penelitian pun tidak akan diragukan
kebenarannya.
465

DEFINISI PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang


dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan
penelitian, seorang peneliti biasanya telah memiliki dugaan berdasarkan
teori yang ia gunakan, dugaan tersebut disebut dengan hipotesis (Baca
juga: Pengertian Hipotesis dan Langkah Perumusan Hipotesis). Untuk
membuktikan hipotesis secara empiris, seorang peneliti membutuhkan
pengumpulan data untuk diteliti secara lebih mendalam.

Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada


dalam hipotesis. Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah
ditentukan sebelumnya. Data adalah sesuatu yang belum memiliki arti
bagi penerimanya dan masih membutuhkan adanya suatu pengolahan.
Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari gambar, suara, huruf,
angka, bahasa, simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat
disebut sebagai data asalkan dapat kita gunakan sebagai bahan untuk
melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep.

Data dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Jenis-jenis data dapat


dikategorikan sebagai berikut:

A. Menurut cara memperolehnya:

1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
peneliti langsung dari subjek atau objek penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung
dari objek atau subjek penelitian.

B. Menurut sumbernya
466

1. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau


kegiatan dalam sebuah organisasi
2. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan
atau kegiatan di luar sebuah organisasi

C. Menurut sifatnya

1. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti


2. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka

D. Menurut waktu pengumpulannya

1. Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada


suatu waktu tertentu
2. Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu
ke waktu untuk menggambarkan suatu perkembangan atau
kecenderungan keadaan/ peristiwa/ kegiatan.

METODE PENGUMPULAN DATA

1.

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk


mendapatkan /mengumpulkan, menyajikan dan menganalisa data
yang diperoleh dari lapangan dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Penelitian survey merupakan penelitian yang dilakukan
pada populasi besar maupun kecil Sugiyono (2003 :43). Tetapi
data yang akan dipelajari adalah data sampel yang diambil dari
populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan-hubangan antar variabel.

Dalam peneitian ini, metode yang digunakan dalam


pengumpulan data adalah survey lapangan dengan teknik
467

menyebarkan daftar pernyataan dengan unit analisis stakeholder


yang berjumlah 2.383 orang yang terdiri dari 2321 orang guru dan
62 komite sekolah dan diberikan kepada sampel yang berjumlah
100 orang. untuk diminta tanggapannya yang berkisar pada
variabel pembiayaan kurikulum, pembiyaan kompetensi guru, dan
prestasi hasil belajar siswa untuk mendapatkan data primer.
teknik lain yang digunakan adalah wawancara dengan objek yang
berkaitan dengan permasalahan serta pengamatan langsung di
lapangan. Jadi secara umum metode yang digunakan dalam
penelitian ini lebih ditekankan pada pendekatan kuantitatif, namun
juga tidak mengabaikan pendekatan kualitatif.

1. Populasi/Unit Analisis dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah guru dan komite


sekolah pada SD Negeri di Kota Bandung dan unit analisisnya
adalah stakeholder yang meliputi guru dan komite sekolah di SD
Negeri Buahbatu Baru, Cijagra dan Turangga di Kota Bandung.
Dalam penelitian ini siswa tidak diikutsertakan demi mendapat
data primer murni dan siswa bukan merupakan bagian dari
stakeholder. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan
random sampling dengan jumlah sampel yang akan ditarik
sebagai responden penelitian ditentukan dengan rumus Slovin :

N
n=
N . ϵ 2 +1

n = Jumlah populasi menurut stratum


N = Populasi seluruhnya
є = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (10%=0,1)

Dengan rumus diatas besar sampel yang diperoleh sebesar


468

2321
n= 2
2321( 0,1) +1

= 24.21

= 95,87 dibulatkan menjadi 100

2. Variabel Penelitian
3. Variabel Bebas. Dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel
dan diberi simbol :
c. “X1” adalah Biaya Kurikulum Satuan Pendidikan
d. “X2” adalah Biaya Kompetensi guru

4. Variabel Terikat. Diberi simbol “Y” dan dalam penelitian ini


sebagai variabel terikat adalah Prestasi Hasil Belajar.

Dari ketiga variabel tersebut dapat digambarkan pola dan


model hubungan antar variabel yang akan diteliti ke dalam
paradigma penelitian sbb :

X1

X2
Gambar 1.1. Model Konstelasi Variabel Bebas (X1, X2)
dengan Variabel terikat (Y)

Keterangan :
X1 = Variabel Biaya Kurikulum Satuan Pendidikan
X2 = Variabel Biaya Kompetensi Guru
Y = Variabel Prestasi Hasil Belajar
469

r 2X1Y = Korelasi antara variabel biaya kurikulum satuan


pendidikan dengan variabel prestasi hasil belajar.
r 2X2Y = Korelasi antara variabel biaya kompetensi guru
dengan variabel prestasi hasil belajar.
R2X1X2Y = Korelasi bersama antara variabel biaya Kurikulum
satuan pendidikan dan kompetensi guru dengan
variabel prestasi hasil belajar

Tabel 3.2
Kisi-kisi Butir Instrumen
Variabel : Kompetensi Guru (X2)

Butir Instrumen
(sebelum uji
Dimensi Indikator coba) Jumlah

(+) (-)

1 2 3 4 5

Pendidik 2. Inspirator
3. Korektor
4. Motivator

Pengajar d. Peneguhan
e. Teknik Mengajar
470

Jumlah

Tabel 3.3
Kisi-kisi Butir Instrumen
Variabel : Prestasi Belajar (Y)

Butir Instrumen

Dimensi Indikator (sebelum uji coba) Jumlah

(+) (-)

1 2 3 4 5

Kognitif 4. Pengetahuan
5. Pemahaman
6. Analisis

Afektif 1. Sikap
2. Perilaku
3. Minat

Psikomotorik 3. Keterampilan
4. Kecakapan

Jumlah
471

Bertitik tolak dari latar belakang tersebut di atas mendasari


peneliti untuk meneliti tentang "Analisis Satuan Biaya Pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran
2010/ 2011". Identifikasi Masalah Penelitian ini akan mengungkap
analisis biaya pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1
Sukawati dalam usaha memenuhi delapan standar nasional
pendidikan. Secara spesifik dari latar belakang yang telah di uraikan,
maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1.
Masyarakat orang tua murid SMA Negeri 1 Sukawati memiliki
pandangan terhadap biaya pendidikan berbeda-beda yaitu biaya
pendidikan sebagai Investasi dan biaya

Salain itu beberapa pasal yang mendukung biaya pendidikan


diantarannya, Pasal 11 Ayat 2 undang-undang nomor 20 tahun 2003,
yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi
setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun. Di
samping itu, disebutkan pula pada Pasal 12 Ayat 2 bahwa setiap
peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan
pendidikan, kecuali bagi peseta didik yang dibebaskan dari kewajiban
tersebut sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Pada pasal 12 Ayat 13 disebutkan bahwa setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang
berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai
472

pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang


orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

satu sektor yang cukup strategis dalam rangka pengelolaan


sumber daya manusia agar siap menghadapi segala macam
tantangan dalam persaingan global. Pengelolaan sumber daya
manusia yang baik dapat memberikan sumbangan nyata terhadap
kemajuan pembangunan suatu bangsa. Dimana Pendidikan
merupakan faktor penentu keberhasilan sesorang di kemudian hari,
baik untuk dirinya sendiri, masyarakat, Negara dan bangsa. Untuk itu
peningkatan mutu pendidikan mutlak diperlukan dalam upaya
membentuk sumber daya manusia yang lebih produktif, kreatif,
inovatif dan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat dengan lebih cepat. Dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan pemerintah menetapkan undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dijabarkan ke dalam
sejumlah peraturan pemerintah. Salah satu Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 menetapkan tentang Standar Nasional
Pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, merupakan
ujung tombak dan paling menentukan dalam menciptakan suatu
generasi yang mampu menghadapi tantangan global yang terjadi saat
ini. Beberapa indikator yang esensial yang sangat menentukan mutu
sekolah sebagai input antara lain siswa, kurikulum, sarana prasarana,
biaya, pengelolaan, dan lingkungan. Salah satu masalah dalam
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah beragamnya mutu
pendidikan di setiap tingkat dan jenis unit pendidikan. Upaya yang
dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi
bangsa Indonesia adalah dengan diterbitkannya Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
Pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
473

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam


rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mewujudkan tujuan ini, pemerintah menetapkan standar nasional
pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahum 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.

Dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan bahwa Standar


Nasional Pendidikan meliputi: (1) standar isi, (2) standar kompetensi
lulusan, (3) standar proses, (4) standar pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan,dan (8) standar penilaian
pendidikan. Pemerintah memprogramkan pada tahun 2013 semua
sekolah di Indonesia telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut di atas mendasari peneliti
untuk meneliti tentang "Analisis Satuan Biaya Pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran 2010/
2011". Identifikasi Masalah Penelitian ini akan mengungkap analisis
biaya pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Sukawati
dalam usaha memenuhi delapan standar nasional pendidikan. Secara
spesifik dari latar belakang yang telah di uraikan, maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Masyarakat
orang tua murid SMA Negeri 1 Sukawati memiliki pandangan terhadap
biaya pendidikan berbeda-beda yaitu biaya pendidikan sebagai
Investasi dan biaya
Pembiayaan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu
proses mengalokasikan sumber-sumber pada kegiatan-kegiatan atau
program-program pelaksanaan operasional pendidikan atau dalam
474

proses belajar mengajar di kelas (Matin, 2014: 4). Kegiatan


mengalokasikan dana pada pelaksanaan operasional pendidikan
merupakan kegiatan yang sangat kompleks, karena pembiayaan tidak
terlepas dari standar Nasional Pendidikan yang merupakan acuan
utama dalam proses pembelajaran pada satuan penddikan di seluruh
nusantara Standar nasional pendidikan menurut peraturan pemerintah
(PP) nomor 19 Tahun 2005 untuk menwujudkan pendidikan yang
berkualitas, yaitu : ( Standar Kelulusan, Standar isi, Standar Proses,
Standar Pendidik dan tenaga kependidikan, standar Sarana dan
prasarana, Standar pengelolan, Standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan).

Standar Nasional Pendidikan dimaksud berfungsi sebagai


dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, pendidikan
dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu dan
untuk menjamin kualitas pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan keghidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
Peningkatan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa
factor, yaitu (1) guru, (2) manajemen pendidikan, (3) proses belajar
mengajar, (4) siswa, dan (5) sarana dan prasarana. Dari kelima faktor
tersebut guru-lah yang merupakan faktor dominan dalam proses
pembenahan kualitas pendidikan. Oleh karena itu pemerintah selalu
berusaha untuk meningkatkan kulaits professional gutu (Tilaar 2000 :
85).
Menurut Umaedi (2003 : 37) tolok ukur kualitas profesional
guru terlektak pada (1) tingkat penguasaan kurikulum pembelajaran,
(2) tingkat penguasaan materi pembelajaran, (3) tingkat penguasaan
metodologi pembelajaran, (4) tingkat penguasaan media
pembelajaran, (5) tingkat penguasaan alat evaluasi belajar mengajar
475

dan (6) kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar


mengajar (KBM).
Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya terbatas untuk menganalisis
dan mengetahui (unit cost) biaya rata-rata untuk jenjang pendidikan di
Sekolah Menengah Atas ( SMA) Negeri 1 Sukawati. Objek studinya pada
biaya pendidikan yang bersumber dari pemerintah, pemerintah daerah
dan masyarakat. Juga mengetahui manfaat biaya untuk pemenuhan
standar sekolah hubungannya dengan prestasi peningkatan mutu
pembelajaran.

LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Deskripsi Teori Sebelum membahas tentang masalah biaya pendidikan
secara komprehesif maka ada beberapa pokok pikiran yang perlu
dikemukakan di sini, antara lain; Pendidikan akan dapat menambah
kemampuan individu, masyarakat, negara dan bangsa. Biaya pendidikan
dipandang sebagai jumlah uang yang ditanamkan dalam jumlah modal
manusia {human capital). Berdasarkan pokok pikiran di atas investasi
yang dilakukan dalam pendidikan akan memperoleh manfaat (cost benefit)
dan pendapatan neto atau rate of return yang lebih besar di masa yang
akan datang. (http/matsofa wordpess.com).Biaya dan kualitas pendidikan
mempunyai keterkaitan yang sangat erat, dimana biaya pendidikan yang
dikeluarkan akan memberikan pengaruh yang positif melalui faktor
kepemimpinan dan manajemen pendidikan dan tenaga pendidik yang
kompeten dalam meningkatkan pelayanan pendidikan melalui
peningkatan kualitas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses
pembelajaran (Fattah, 2000). Kualitas pendidikan merupakan fungsi dari
sejumlah faktor seperti; input, process, dan output. Biaya pendidikan yang
digunakan untuk menyediakan perangkat input akan memberikan dampak
terhadap kualitas melalui fungsi alokasi yang tepat, adil, dan
pendayagunaan biaya secara efektif dan efisien (Bank Dunia, 1995).
Biaya merupakan salah satu di antara sejumlah faktor penentu
476

terbentuknya kualitas pendidikan yang berfungsi dalam penyelenggaraan


proses pembelajaran. Oleh karena itu faktor biaya tidak dapat dihindarkan
apalagi diabaikan (Rindjin, 2007). Tiap lembaga pendidikan diupayakan
untuk mampu memanfaatkan dana untuk menghasilkan mutu pendidikan
yang dibutuhkan 5 masyarakat. Untuk itu lembaga pendidikan diharapkan
mampu menggali dana untuk menghasilkan output yang mampu
memposisikan pendidikan sebagai penggerak dan lokomotif dari
pembangunan (engine of growth). Sebagai penggerak pembangunan
maka pendidikan harus mampu menghasilkan inovasi, yang merupakan
inti kekuatan pembangunan. Pendidikan harus menjadi panutan dan
penentu perkembangan pembangunan sektor lainnya, termasuk sektor
ekonomi, bukan sebaliknya perkembangan ekonomi menentukan
perkembangan pendidikan. (http:/www/massofa.wordpress.com ) 1.
Konsep Pembiayaan Pendidikan Sesuatu yang berhubungan dengan
perencanaan, perolehan, pengalokasian dan pengelolaan biaya
pendidikan merupakan pembiayaan atau pendanaan pendidikan
(educational finance). Selanjutnya biaya pendidikan merupakan salah satu
komponen masukan instrumental {instrumental input) dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Biaya (cost) yakni semua jenis
pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik
dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan
dengan uang) misalnya iuran siswa, sama pisik dan buku (Dedi Supriadi,
2003). Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar dan menengah, ada
dua hal penting yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu pembiayaan
pendidikan dari pemerintah, pemerrintah daerah dan masyarakat pada
satuan pendidikan. Selanjutnya pembiayaan satuan pendidikan
merupakan biaya secara keseluruhan (total cost.) dan biaya satuan per
siswa (unit cost), dalam kaitannya dengan pemenuhan Standar Nasional
Pendidikan. 2. Sumber Biaya Pendidikan Sumber pembiayaan merupakan
ketersediaan sejumlah uang atau barang dan jasa yang dinyatakan dalam
bentuk uang bagi penyelenggaraan pendidikan. Sumber pembiayaan
477

pendidikan (penerimaan) dilihat dari tataran makro atau nasional berasal


dari (1) pendapatan Negara dari sektor pajak yang beragam jenisya (2)
pendapatan dari sektor non pajak seperti hasil pemanfaatan sumber daya
alam dan produksi nasional lainya seperti hasil hutan, hasil kelautan, gas
dan non migas. (3) keuntungan dari eksport barang dan jasa (4) usaha-
usaha negara lainnya termasuk hasil investasi saham pada Perusahaan
Negara, BUMN, BUMD, Indutri, Pariwista serta (5) bantuan dalam bentuk
hibah {grant) dan pinjaman luar negeri dari lembaga keuangan
internasional seperti UNESCO, UNICEF, BANK DUNIA seperti Asian
Development Bank (ADB), Internasional Monoter Fun (IMF), International
Development Bank (IDB), maupun pemerintah luar negeri melalui
kerjasama multilateral dan bilateral. Alokasi dana untuk setiap sektor
pembangunan, termasuk sektor pendidikan yang dituangkan dalam
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Dana
pendidikan dari pemerintah pusat disalurkan ke sekolahsekolah dalam
bentuk pemberian block grant atau hibah digunakan untuk fisik dan non
fisik. Hibah untuk pembangunan fisik dapat dimanfaatkan untuk a.
Sekolah SMA/SMK berupa Bantuan Imbal Swadaya (BIS) Unit Sekolah
Baru, BIS Perpustakaan, BIS Laboratorium IPA, BIS Laboratorium
Komputer, BIS Ruang Kelas baru (RKB), Peralatan Teknologi Informasi
Komputer (TIK), Ruang Pusat Sumber Belajar (PSB) dan Asrama Siswa.
b. Sekolah SD dan SMP berupa Widyakrama, yaitu subsidi ruang
laboratorium dan alat IPA, subsidi ruang bahasa dan komputer beserta
perlengkapannya, subsidi ruang perpustakaan dan buku, subsidi sarana
dan prasarana olahraga dan seni, subsidi asrama dan mes guru untuk
daerah terpencil, rehabilitasi gedung, pengembangan sekolah berstandar
6 nasional, sekolah koalisi, sekolah berwawasan internasional dan
keunggulan daerah. Hibah atau Block grant non fisik dapat berupa: a.
Block Grant Broad Based Education (BBE) untuk life skill di SD/ SMP
(misalnya seni tari, seni ukir, anyamanyaman, komputer, dan lain
sebagainya), SMA/ SMK (seni ukir, komputer, tata boga, dan lam
478

sebagainya). b. Block Grant Bantuan Operasional Manajemen Mutu


(BOMM) untuk SMA dan SMK c. Biaya pembinaan Sekolah Standar
Nasional (SSN) atau Sekolah Kategori Mandiri (SKM) dan pembinaan
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) d. Bantuan Khusus Murid (BKM),
berupa beasiswa untuk SD, SMP dan SMA 3 Sistem Pembiayaan
Pendidikan Sistem pembiayaan pendidikan merupakan proses dimana
pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan
dan mengoperasionalkan sekolah. Sistem pembiayaan pendidikan sangat
bervariasi tergantung pada kondisi masing-masing negara seperti kondisi
geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum
pendidikan, ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan
administrasi sekolah. Sementara itu terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan untuk mengetahui sesuai tidaknya sistem dengan kondisi
negara. Untuk mengetahui apakah sistem tersebut memuaskan,dapat
dilakukan dengan cara: (1) menghitung berbagai proporsi dari kelompok
usia, jenis kelamin, tingkat buta huruf; dan (2) distribusi alokasi sumber
daya pendidikan secara efisien dan adil sebagai kewajiban pemerintah
pusat mensubsidi sektor pendidikan dibandingkan dengan sektor lainnya
(Draf Standar Pembiayaan Pendidikan, 2007). 4. Biaya Pendidikan di
Sekolah Peraturan Pemerintah nomor 48 tahun 2008 dalam pasal 3, b
biaya pendidikan meliputi (a) biaya satuan pendidikan (b) biaya
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan dan (c) biaya pribadi
peserta didik. Di tingkat satuan pendidikan yaitu sekolah, biaya dapat
diklasifikasikan ke dalam biaya investasi dan biaya operasional. Biaya
investasi satuan pendidikan atau sekolah meliputi biaya penyediaan
sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal
kerja tetap, seperti lahan berupa tanah, dan biaya investasi selain lahan
merupakan barang dan alat yang dipakai lebih dari sekali dan umurnya
lebih dari setahun seperti gedung, Ruang kelas belajar, Laboratorium.
Peralatan kantor, Sarana pembelajaran, Peralat . Biaya yang dikeluarkan
untuk membeli tanah memang merupakan unsur biaya investasi, tetapi
479

harga tanah tidak diperhitungkan dalam biaya pendidikan, karena tanah


dianggap tidak mengalami penyusutan. Tetapi kalau menyewa tanah,
maka sewanya tiap tahun diperhitungkan sebagai biaya pendidikan.
Sementara untuk biaya bangunan, taman, fasilitas olahraga, peralatan
dan perlengkapan, perabot dan mebeler, serta buku teks, buku sumber
bacaan, dihitung nilai taksiran penyusutannya tiap tahun sebagai
komponen biaya penyusutan investasi. Biaya operasional adalah biaya
yang ditimbulkan dari pengadaan barang dan jasa yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pendidikan yang habis digunakan dalam waktu satu
tahun atau kurang per siswa per tahun. Biaya operasional dapat dipilah
menjadi biaya operasional personil dan biaya operasional bukan personil.
Biaya operasional personil meliputi seluruh pengeluaran sekolah yang
digunakan untuk kesejahteraan personil atau sumber daya manusia
(SDM) dan pengembangan personil (SDM) sekolah. Kesejahteraan
personil mencakup gaji, tunjangan, kesejahteraan, transportasi termasuk
perjalanan dinas, seragam, kelebihan jam mengajar atau kerja, tunjangan
hari raya, dan sebagainya.Adapun personil (SDM) sekolah tersebut
adalah: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru letap pegawai negeri
sipil (PNS), guru honorer, guru diperbantukan, guru tetap yayasan,
pegawai tata usaha (TU), pesuruh sekolah, satpam, tenaga laboraorium
atau bengkel, pegawai perpustakaan, dan pengurus komite sekolah.
Pengembanga personil (SDM) meliputi lokakarya. seminar, magang,
pelatihan, penataran, dan pendidikan untuk personil. 1 Sebenarnya,
menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 biaya
pengembangan personil/SDM termasuk biaya investasi/'capital! modal
karena penggunaan atau pemanfaatan hasil pengembangan SDM bukan
hanya untuk satu tahun, melainkan lebih dari satu tahun Namun, karena
biaya pengembangan SDM ada setiap tahun dalam nilai riil yang relatif
sama maka biaya pengembangan SDM ini dapat dklasifikasikan sebagai
biaya operasional Biaya satuan pendidikan operasional bukan personil
meliputi seluruh pengeluaran sekolah selain yang dimanfaatkan untuk
480

keperluan kesejahteraan guru dan staf di sekolah. Komponen biaya ini


mencakup biayabiaya sebagai berikut: (1) Biaya Alat Tulis Sekolah (ATS)
meliputi alat Tulis Kantor dan alat PBM. (2) Buku-buku meliputi buku
pegangan guru, buku untuk siswa dan perpustakaan (3) Biaya Alat dan
Bahan Habis Pakai terdiri dari bahan praktek, alat-alat Praktek, LKS
(Lembar Kerja Siswa), alat kebersihan, alat Listrik, dan kebutuhan rumah
tangga sekolah. (4) Biaya Daya dan Jasa meliputi listrik, telepon, air,
internet dan gas. (5) Biaya Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan untuk
gedung, alat /Utilitas dan perabot. (6) Biaya Pembinaan Siswa terdiri dari
Pramuka, Kegiatan OSIS, Masa Orientasi Siswa (MOS), Kegiatan
Olimpiade, Lomba-lomba, LPIP (Lomba Penelitian Ilmiah Pelajar)/LKIR
(Lomba Karya Ilmiah Remaja), PIB (Pembinaan Intensif
Belajar)/Bimbingan Belajar (BIMBEL), kegiatan Keagamaan, Peringatan
Perayaan Hari Besar Keagamaan (PHBK), Perayaan Hari Besar Nasional
(PHBN), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Bimbingan dan Penyuluhan/
Bimbingan Karier/Bursa Kerja Khusus, Olahraga, Kesenian dan Palang
Merah Remaja/PMR. (7) Biaya Hubungan Industri (HI) yaitu Sinkronisasi
Kurikulum, Koordinasi Hubungan Industri, Pelaksanaan Praktek Kerja
Industri, dan Uji Kompetensi, (8) Biaya Pembinaan, Pengawasan,
Pemantauan dan Pelaporan, dan (9) Biaya Rapat yaitu Pendukung
perlengkapan rapat dan konsumsi serta (10) Biaya Operasional Komite
Sekolah (BNSP, 2007) Tidak semua kriteria yang ada dalam penilaian
akreditasi sekolah mencerminkan pelayanan langsung kepada siswa,
karena ada beberapa hal yang merupakan kegiatan
administrasi.Pengklasifikasian berdasarkan akriditasi,sekolah dengan
predikat A (Amat baik), B (Baik ) dan C (cukup). 5. Standar Pembiayaan
Sekolah Standar Pembiayaan sekolah didasarkan pada rancangan biaya
operasional program kerja tahunan meliputi investasi, operasi, bahan atau
peralatan dan biaya personal. Sumber pembiayaan sekolah dapat berasal
orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan donatur lainnya.
Penggunaan dana harus dipertanggungjawabkan dan dikelola secara
481

transparan dan akuntabel. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian deskriptif dengan analisis korelasional. Secara 8
epistimologis pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kombinasi pendekatan objektivisme dan subjektivisme.. 2. Populasi dan
sampel Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru
sebagai tenaga pendidik (edukatif), pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 67 orang. 3.
Pengujian Persyarat Analisis Statistik yang digunakan dalam analisis data
dalam penelitian ini adalah teknik regresi sederhana.Persyarat yang
berkaitan dengan teknik analisis tersebut harus dibuktikan secara
statistik.Adapun uji persayarat analisisnya adalah sebagai berikut. 1) Uji
Normalitas Sebaran Data Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk
mengetahui apakah sebaran frekuensi skor pada setiap variabel
berdistribusi normal sehingga statistik korelasional dapat digunakan.Untuk
itu dapat digunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan kriteria: Jika p > 0,05
sebaran datanya berdistribusi normal, sebaliknya jika p< 0,05 sebaran
datanya tidak normal. Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer
malalui program SPSS 16.0 2). Uji Linieritas Garis dan Keberartian
Koefisien Regresi Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui bentuk
hubungan antara variable terkait dengan masing-masing variabel bebas.
Pedoman untuk melihat kelinieran adalah dengan mengkaji lajur Dev.
From linierity dari modul MEANS, sedangkan untuk melihat keberartian
arah regresinya berpedoman pada lajur linierity. Statistik yang dihasilkan
dari modul tersebut adalah statistic F. Bila F Dev. From linierity dengan
p>0,05 maka bentuk regresinya linier, dan sebaliknya jika p>0,05 maka
regresinya tidak linier. Bila F linierity dengan p0,05 maka koefision regresi
yang diperoleh tidak signifikan. Untuk menguji linieritas dan keberartian
koefisien regresi digunakan program SPSS 16.0 4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pertama, dan kedua dianalisis dengan analisis
deskriptif, sedangkan hipotesis ketiga digunakan teknik analisis regresi
482

sederhana dengan rumus : Ỷ= a + bX (Sudjana, 1996:312) Untuk menguji


signifikan garis regresi di atas, digunakan rumus : Freg = RKreg dengan
derajat kebebasan (dk) = 1 : (n – 2) RKreg Kaidah keputusannya adalah:
dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1: (n - 2), jika F-hitung > F.tabel
(p< F-hitung (p>0,05), maka garis regresi tidak signifikan. Untuk keperluan
analisis digunakan program SPSS 16.0 Untuk mengetahui kuat lemahnya
hubungan yang terjadi antara variable bebas dengan variabel terikat
digunakan korelasi product moment dengan ramus: rxy = nΣXY-(ΣX)(ΣY) (
Sudjana, 1996:369) √{nΣX 2 -(ΣX)2 }{nΣY 2 -(ΣY)2 } Selanjutnya untuk
mengetahui signifikansi nilai r tersebut, kemudian konsultasikan dengan
nilai rtabel Kaidah keputusannya adalah: dengan menggunakan taraf
signifikansi 95%, jika rhitung> rtabel, maka Ho ditolak, berarti signifikan,
sebaliknya jika rhitung < rtabel, maka Ho diterima, berarti tidak signifikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang mencakup
deskripsi tentang karakteristik masingmasing variabel penelitian, Hasil , 9
penelitian yang dimaksudkan adalah menyangkut deskripsi analisis biaya
pendidikan SMA Negeri 1 Sukawati 1. Data Sumber Dana SMA Negeri 1
Sukawati Dalam pengelolaan keuangan sekolah diawali dengan
penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS). Suatu RAPBS berisikan rencana sumber dana dan rencana
penggunaan dana RAPBS SMA Negeri 1 Sukawati memiliki sumber dana
dari Pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, Dana Masyarakat, dan
bantuan.. Dalam tahun pelajaran 2009/2010 sumber dana SMA Negeri 1
Sukawati yang diterima melalui buku kas umum Rp. 1.981.950.000, terdiri
dari dana pemerintah pusat Rp. 200.000.000, dari Pemerintah Daerah Rp.
122.000.000, dan dana masyarakat Rp. 1.659.950.000. Selanjutnya dana
tersebut dikeluarkan untuk Bendaharawan komite Rp. 1.659.950.000,
untuk investasi bangunan Rp. 180.000.000, dan untuk biaya operasi non
personal Rp. 142.000.000. Jadi jumlah pengeluaran sejumlah dana yang
masuk Rp. 1.981.950.000, (tabel 4.1). Bendaharawan Komite menerima
dari kas umum Rp. 1.659.950.000 dicatat sebagai sumber penerimaan
483

pada buku kas komite. Selain dari kas umum juga menerima dari
Pemerintah pusat Rp. 3.980.000 dan dana pemerintah daerah Rp.
18.500.000 untuk bantuan Ujian Nasional, bantuan lomba UKS Rp.
5.520.000. Dari penerimaan Kas, Komite dimanfaatkan untuk investasi
Rp. 492.980.000, biaya personal Rp.54.000.000 dan jam lebih
Rp.302.400.000, untuk non personal Rp.814.267.900.000, serta untuk
bantuan Rp.300.000. 2 Data Perkembangan Biaya Pendidikan SMA
Negeri 1 Sukawati Rekapitulasi pendanaan SMA Negeri 1 Sukawati
penggunaan dana tahun 2010/2011 diketahui untuk biaya Investasi
sebesar Rp.672.980.000 atau 11,96 %, untuk biaya Personal Rp.
3.865.592.000, atau 68,72 %, untuk biaya Non Personal Rp. 96,267,000
atau 17,00 %, untuk biaya bantuan Rp.300.000 atau 0,01 dan biaya Bea
Siswa sebesar Rp. 22..235.000 atau 0,40%. Jadi penggunaan dana
terbesar yaitu untuk biaya operasi personal, kedua untuk investasi, ketiga
biaya operasional Non Personal, Bea Siswa dan terakhir untuk bantuan.
Jumlah biaya personal Rp. 3.865.592,000 terdiri dari Gaji
Rp.3.090.140.000, atau 79,94%, tunjangan sertifikasi Rp.419.052.000
atau 10,84% dan kelebihan jam mengajar dari Kas Komite
Rp.356.400.000 atau 9,22%. Jika dibandingkan penggunaan dana tahun
2009/2010 memiliki kesamaan komposisi dengan tahun 2010/2011 yaitu
terbesar untuk biaya personal, ke dua untuk biaya investasi, ketiga untuk
biaya non personal, ke empat untuk beasiswa dan terkecil untuk bantuan.
Jadi biaya terbesar pada SMA Negeri 1 Sukawati adalah untuk biaya
personal. Selanjutnya jika dilihat dari segi jumlah penggunaan dana ada
kenaikan sebesar Rp. 1.074.933,08 atau 24,20% yaitu dari pengeluaran
Rp.4.442.441.819,- pada tahun 2007/2008 menjadi Rp. 5.517.374.900
tahun pelajaran 2010/2011. Adanya kenaikan penggunaan dana atau
biaya pendidikan 24,20% diharapkan memiliki dampak peningkatan
kualitas delapan standar nasional pendidikan SMA Negeri 1 Sukawati atau
peningkatan mutu pendidikan. 4 Data Biaya Pribadi Peserta Didik Biaya
pribadi peserta didik merupakan biaya personal yang meliputi biaya
484

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya pribadi ini
juga disebut biaya tak langsung meliputi biaya buku tulis, biaya transport
ke sekolah, biaya pakaian seragam, biaya jajan dan lainnya. 10 5 Data
Biaya Operasional Personal Dalam PP 48 tahun 2008 disebutkan biaya
operasi sekolah terdiri dari Biaya operasional personal dan biaya operasi
non personal. Biaya operasi personal terdiri dari biaya tenaga
kependidikan dan biaya tenaga pendidik. Biaya tenaga kependidikan SMA
Negeri 1 Sukawati terdiri dari Gaji Pegawai tetap dan honorer dan insentif
pegawai tetap dan honorer. Sedangkan biaya tenaga pendidik terdiri dari
Gaji Guru, insentif Guru dan tunjangan sertifikasi guru dan jam lebih
mengajar. 6 Data Standar Biaya Pendidikan Data standar biaya
pendidikan yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap responden
menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai responden adalah 129
dari skor tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 150, sedangkan skor
terendah yang dicapai responden adalah 85 dari skor terendah yang m u
n g k i n dicapai yaitu 30. Untuk melihat kecenderungan standar biaya
pendidikan pada SMA Negeri 1 Sukawati, terlebih dahulu dihitung mean
ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Mi = Vi x (skor maksimal ideal +
skor minimal ideal) = ½ x (150 + 30) - 90. SDi = 1/6 x (skor maksimal ideal
- skor minimal ideal) = 1/6 x (150 - 30) = 20. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut selanjutnya disusun konversi seperti berikut. 1. ≥ 120
 Sangat baik 2. 100---< 120  Baik 3. 80 ---< 100  Cukup baik 4. 60 ---<
80  Kurang baik 5. < 60  Sangat kurang baik .7 Data Mutu Pembelajaran
Guru Skor mutu pembelajaran guru diperoleh dari hasil pengukuran
terhadap responden menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai
responden adalah 233 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai yaitu 320,
sedangkan skor terendah yang dicapai responden adalah 180 dari skor
terendah yang mungkin dicapai yaitu 64. dapat diamati bahwa
pengelompokkan frekuensi terbanyak untuk variabel mutu pembelajaran
guru (Y) terletak pada rentangan 208 sampai dengan 215 dengan
485

frekuensi relatif sebesar 21,739%. Untuk mendapatkan gambaran yang


lebih jelas, distribusi frekuensi mutu pembelajaran guru dapat
digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut.
Dari hasil perhitungan tendensi sentral diperoleh nilai rata-rata sebesar
206,304 simpangan baku sebesar 14,975, modus 202, dan median 206 1.
≥256  Sangat baik 2. 213 ---< 256  Baik 3. 171 --< 213  Cukup 4. 128
1-- < 71  Kurang 5. < 128  Sangat kurang Simpulan Berdasarkan
analisis dan pembahasan seperti yang dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Sumber dana pada SMA Negeri 1
Sukawati untuk tahun 2010/2011 berasal dari Pemerintah pusat Rp.
3.735.407.000 atau 66,40%, dari Pemerintah Daerah Rp. 140.500.000,00
atau 2,50%, dana masyarakat sebesar Rp. 1.659.950.000,00 atau 29,51%
dan bantuan sebesar Rp. 5.520.000,00 atau 0,10%). Jadi bantuan dana
pada
SMA Negeri 1 Sukawati paling besar dari Pemerintah Pusat dan yang
terkecil dari Pemerintah Daerah. Satuan biaya pendidikan (unit cost) SMA
Negeri 1 Sukawati dalam tahun 2010/2011 sebesar Rp.5.517.347.900 dan
satuan biaya pendidikan (unit cost) per siswa sebesar Rp.6.683.151,86
serta satuan biaya lulusan persiswa Rp. 19.082.529,-. Kalau dibandingkan
dengan unit cost per siswa tahun 2009/2010 sebesar Rp.5.555.545,12
terjadi kenaikan 20,30%. Dampak dari kenaikan ini berdampak terhadap
peningkatan mutu pendidikan sebesar 31,98% 2. Biaya pribadi siswa SMA
Negeri 1 Sukawati diperuntukkan biaya pribadi langsung pembelajaran
23,64% (biaya les diluar sekolah 14,52 %, biaya bukui/LKS 5,59% dan
alat tulis 3,53%), biaya pribadi tak langsung pembelajaran 16,90% (tas
sekolah 2,58%, Sepatu 2,71%,^pakaian seragam sekolah 4,07%, pakaian
olah raga dan ekstra 2,29% serta biaya karya wisata 5,25%). Biaya pribadi
pendukung kelancaran pembelajaran 59,46% (untuk biaya jajan sebesar
37,46%, selanjutnya biaya transportasi sebesar 21,41% dan sumbangan
insidetil 0,59%. Jadi biaya pribadi siswa terbesar pada biaya pribadi
pendukung pembelajaran, kedua biaya pribadi langsung pembelajaran,
486

dan yang ketiga biaya pribadi tak lansung pembelajaran. Jadi


perbandingan Satuan biaya pendidikan per siswa dengan biaya pribadi
dalam tahun 2008/2009 sebesar Rp.6.683.151,86 sedangkan biaya
pribadi persiswa Rp. 4.431.885. 3. Penggunaan dana tahun 2009/2010
sebesar Rp.4.442.441.819 meningkat pada tahun 2010/2011 menjadi Rp.
5.157.347.900. Ini berarti ada kenaikan sebesar Rp. 1.074.993.081 atau
24,30 %. Kalau dibandingkan kenaikan biaya rata-rata per siswa sebesar
Rp.5.555.545,12 untuk tahun 2009/2010 dan biaya rata-rata per siswa
tahun 2010/2011 Rp.6.683.151,86 atau naik 20,30%. Dari kenaikan biaya
rata-rata per siswa 20,30% ini,diharapkan memiliki dampak peningkatan
pemenuhan delapan standar Nasional pendidikan. Ini menunjukkan
bahwa peningkatan biaya pendidikan SMA Negeri 1 Sukawati dapat
meningkatkan pencapaian Standar Nasional Pendidikan Jenis satuan
biaya pendidikan terbesar adalah untuk biaya personal sebesar 68,72%
yang sumber dananya dari pemerintah pusat. Untuk biaya operasi non
personal atau semua kegiatan sekolah dibiayai dari dana masyarakat atau
orang tua murid, sehingga dapat dikatakan tanpa ada dana masyarakat
tidak ada kegiatan SMA Negeri 1 Sukawati. Manfaat dana personal ini
baru sebesar 64,69% dan masih dapat dioptimalkan hingga 35,31%
Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara standar biaya
pendidikan dengan mutu pembelajaran guru melalui persamaan garis
regresi y = 119,074 + 0,804X Terdapat korelasi yang positif dan signifikan
antara standar biaya pendidikan dengan mutu pembelajaran guru melalui
persamaan garis regresi y = 119,074 + 0,804X dengan Freg = 75,820 (p
<0,05).
Dalam penelitian ini ditemukan korelasi positif yang signifikan antara
standar biaya pendidikan dengan mutu pembelajaran guru sebesar 0,729
dengan pp<0,05 Hal ini berarti makin tinggi pembiayaan pendidikan,
makin baik mutu pembelajaran guru. Variabel stancar biaya pendidikan
dapat menjelaskan makin tingginya mutu pembelajaran guru sebesar
53,10%. Beberapa implikasi praktis yang dapat dikembangkan terkait
487

dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Sumber dana pada
SMA Negeri 1 Sukawati paling besar berasal dari Pemerintah Pusat, ke
dua dari 12 masyarakat dan yang terkecil dari Pemerintah Daerah.
Dengan demikian, SMA Negeri 1 Sukawati masih mengandalkan sumber
dana dari Pemerintah Pusat untuk biaya personal, dana masyarakat
sebagai sumber andalan dalam pemenuhan standar pendidikan. Untuk itu,
beberapa hal yang perlu dilakukan adalah: meningkatkan partispasi
masyarakat dalam pembiayaan pendidikan melalui kerjasama yang baik
antara sekolah dengan komite sekolah dan mengajukan proposal kepada
Pemerintah Daerah untuk mewujudkan pencapain standar nasional
pendidikan 100%. 2. Secara empirik menunjukkan bahwa standar biaya
pendidikan berkorelasi secara signifikan terhadap peningkatan mutu
pembelajaran guru. Untuk itu, upaya- upaya yang perlu dilakukan untuk
meningkatkan biaya pendidikan di SMA Negeri l Sukawati adalah: (1)
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pendidikan, (2)
mengadakan sosialisasi hasil penelitian kepada masyarakat, (3) menggali
sumber daya lain dengan jalan menjalin kerjasama dengan perusahaan-
perusahaan yang ada di Kabupaten Gianyar, dan (4) peran masyarakat
yang terwadahi dalam komite sekolah maupun paguyuban kelas berupa
penggalangan dana untuk membantu kelancaran proses pembelajaran. 3.
Berdasarkan hasil analisis tentang pemenuhan standar nasional
pendidikan di SMA Negeri 1 Sukawati, ditemukan bahwa : (1) Standar isi
dan standar kompetensi lulusan, dalam hal ini sudah sesuai dengan
tujuan standar pendidikan. Dimana sudah amemiliki dokumen sekolah
berupa KTSP dan silabus. (2)Standar proses, dalam hal ini ketercapaian
yang paling minimal. Dalam hal ini masih kuramgnya budaya ,membaca
dan menulis. Untuk itu beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
pencapaian yang lebih tinggi: mengirim guru untuk mengikuti pelatihan,
penataran, lokakarya, workshop, dan seminar, mengadakan sosialisasi
hasil pelatihan dan berbagai kebijakan pemerintah dengan mendatangkan
narasumber, dan MGMP merupakan wadah bagi guru untuk bekerjasama
488

mengatasi berbagai kesulitan dan meningkatkan kompetensi. (3)Standar


pendidik dan tenaga kependidikan mendorong guru untuk melanjutkan
studi agar sesuai dengan tuntutan pemerintah, mengadakan studi banding
ke sekolah lain yang dipandang lebih maju, mengirim guru untuk magang
ke sekolah lain, memberikan penghargan bagi guru yang berprestasi. (4)
Standar sarana dan prasarana melengkapi sarana dan berbagai media
penunjang kegiatan pembelajaran, dimana perlunya setiap kelas ada
LCD. (5) Standar pengelolaan Dalam hal ini sudah bagus, tetapi peranan
alumni perlu diikut sertakan untuk mendukung pelaksanaan program
sekolah sesuai dengan visi, misi, dan tujuan sekolah, memberikan
keteladanan, dorongan, dan menggugah hati nurani guru agar menyadari
akan tugas dan tanggungjawab sebagai guru (6) Standar Pembiayaan
meningkatkan partispasi masyarakat dalam pembiayaan pendidikan
melalui kerjasama yang baik antara sekolah dengan komite sekolah dan
mengajukan proposal kepada Pemerintah Daerah untuk mewujudkan
pencapain standar nasional pendidikan 100%. meningkatkan
kesejahteraan guru dengan memberikan tambahan pendapatan yang
bersumber dari komite sekolah dan orangtua siswa. (7) Standar Penilaian
Pendidikan. Sudah dilaksanakan dengan adanya penilaian semesteran
dalam hal ini sudah maksimal. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa standar pembiayaan pendidikan berkorelasi secara signifikan
terhadap mu t u pembelajaran guru SMANegeri 1 Sukawati. Selain itu
telah ditemukan tentang besaran biaya pendidikan dan besaran biaya
pendidikan persiswa, serta pembuktian dalil bahwa peningkatan biaya
pendidikan terjadi peningkatan pencapaian standar nasional pendidikan.
Dengan disarakan beberapa hal sebagai berikut kepada: 1. Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gianyar Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai pedoman bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Gianyar dalam menetapkan kebijakan dalam
merancang anggaran pendidikan ke depan dan landasan dalam
memprediksi besarnya biaya pendidikan yang dibutuhkan untuk
489

mendukung operasional sekolah secara efektif dan efisien. 2. Kepala SMA


Negeri 1 Sukawati Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan
kepala sekolah SMA Negeri 1 Sukawati adalah (1) menjadikan hasil
penelitian ini sebagai bahan untuk menyusun anggaran ke depan dalam
upaya peningkatan pencapaian standar nasional pendidikan dan mutu
pembelajaran, (2) mensosialisasikan hasil penelitian kepada komite
sekolah dalam rangka penyusunan RAPBS, (3) meningkatkan
pembiayaan pendidikan secara perlahanlahan sesuai dengan kemampuan
masyarakat, dan (4) menjadikan peningkatan mutu pembelajaran
merupakan hal yang sangat penting dilakukan. 4. Komite SMA Negeri 1
Sukawati Secara empirik ditemukan standar pembiayaan pendidikan
berkontribusi secara signifikan terhadap mutu pembelajaran guru SMA
Negeri 1 Sukawati. Untuk itu, dukungan masayarakat yang terbentuk
dalam wadah komite sekolah harus mampu: (1) mendorong
berkembangnya komitmen masyarakat terhadap kualitas pendidikan, (2)
melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah dalam
mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan akuntabel, (3) menampung,
menganalisis ide, aspirasi berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan
masyarakat, (4) memberi masukan, pertimbangan, rekomendasi pada
sekolah tentang kebijakan program pendidikan, RAPBS; kriteria tenaga
kependidikan, fasilitas sekolah; dan kinerja satuan pendidikan, (5)
mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam peningkatan
kualitas pendidikan, (6) menggalang dana masyarakat untuk kualitas
layanan pendidikan, dan (7) melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
program pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2003, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Engkoswara, H, Prof
DR,2010, Administrasi Pendidikan, Alfabeta, Bandung Fattah, Nanang,
2000, Ekonomi Dan Pembiayaan Pendidikan, PT Remaja Rosdokarya,
Bandung Provinsi Bali Tahun 2005, Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Pendidikan Ganesha, Singaraja. Rusdarti, Anas,
490

2001, Pembiayaan Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Konaspi,


Semarang. Supriadi, Dedi, 2004, Satuan Biaya Pendidikan Dasar Dan
Menengah, Remaja Rosdokarya, Bandung. 14 Sudarwan Danin Prof.Dr,
2005 Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik 2005, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta
DELAPAN POIN STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL – BSNP

NO KOMPONEN PENJELASAN

1 PENGEMBANGAN Kompetensi Lulusan untuk satuan


KOMPETENSI LULUSAN pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai Standar
pedoman penilaian dalam
menentukan kelulusan peserta
didik. 
Standar Kompetensi Lulusan
tersebut meliputi standar
kompetensi lulusan minimal satuan
pendidikan dasar dan menengah,
standar kompetensi lulusan minimal
kelompok mata pelajaran, dan
standar kompetensi lulusan minimal
mata pelajaran. 
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia No 23
Tahun 2006 menetapkan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. 

2 PENGEMBANGAN Standar Isi mencakup lingkup materi


STANDAR ISI minimal dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi
lulusan minimal pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. 
Standar isi tersebut memuat
kerangka dasar dan struktur
kurikulum, beban belajar, kurikulum
tingkat satuan pendidikan, dan
kalender pendidikan. 
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia No 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi
491

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan


Menengah. 

3 PENGEMBANGAN Proses pembelajaran pada satuan


PROSES pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Selain itu,
dalam proses pembelajaran
pendidik memberikan keteladanan. 
Setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien. 

Pendidik harus memiliki kualifikasi


4 PENGEMBANGAN
akademik dan kompetensi sebagai
PENDIDIK DAN TENAGA
agen pembelajaran, sehat jasmani
KEPENDIDIKAN
dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. 
Kualifikasi akademik yang
dimaksudkan di atas adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik
yang dibuktikan dengan ijazah
dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang
berlaku. Kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan anak usia dini
meliputi:
 Kompetensi pedagogik;
492

 Kompetensi kepribadian;
 Kompetensi profesional; dan
 Kompetensi sosial.
Pendidik meliputi pendidik pada
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK,
satuan pendidikan Paket A, Paket B
dan Paket C, dan pendidik pada
lembaga kursus dan pelatihan. 
Tenaga kependidikan meliputi
kepala sekolah/madrasah,
pengawas satuan pendidikan,
tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium,
teknisi, pengelola kelompok belajar,
pamong belajar, dan tenaga
kebersihan. 

5 PENGEMBANGAN Setiap satuan pendidikan wajib


SARANA DAN memiliki sarana yang meliputi
PRASARANA SEKOLAH perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, bahan habis pakai,
serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur
danberkelanjutan. 
Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan
satuan pendidikan, ruang pendidik,
ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium,
ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi
daya dan jasa, tempat berolahraga,
tempat beribadah, tempat bermain,
tempat berkreasi, dan ruang/tempat
lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan. 

6 PENGEMBANGAN Standar Pengelolaan terdiri dari 3


STANDAR PENGELOLAAN (tiga) bagian, yakni standar
493

pengelolaan oleh satuan


pendidikan, standar pengelolaan
oleh Pemerintah Daerah dan
standar pengelolaan oleh
Pemerintah. 
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia yang
berkaitan dengan Standar
Pengelolaan. * Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan
Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. 

Pembiayaan pendidikan terdiri atas


7 PENGEMBANGAN
biaya investasi, biaya operasi, dan
STANDAR PEMBIAYAAN
biaya personal. Biaya investasi
satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud di atas meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap. 
Biaya personal sebagaimana
dimaksud pada di atas meliputi
biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran
secara teratur dan berkelanjutan. 
Biaya operasi satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud di atas
meliputi:

 Gaji pendidik dan tenaga


kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji,
 Bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan
 Biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak,
494

asuransi, dan lain sebagainya

Penilaian pendidikan pada jenjang


8 PENGEMBANGAN
pendidikan dasar dan menengah
IMPLEMENTASI SISTEM
terdiri atas:
PENILAIAN
 Penilaian hasil belajar oleh
pendidik;
 Penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan; dan
 Penilaian hasil belajar oleh
Pemerintah.
Penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi terdiri atas:
 Penilaian hasil belajar oleh
pendidik; dan
 Penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan tinggi.
Penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi sebagaimana
dimaksud di atas diatur oleh
masing-masing perguruan tinggi
sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No 20 Tahun
2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan. 

menyangkut masalah kurikulum, tenaga pendidik, sarana


prasarana, proses pembelajaran, dan aspek-aspek lainnya yang
berhubungan dengan keuangan. oleh karena itu dibutuhkan
pengelolaan yang terencana oleh orang-orang yang berkompeten.
Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka akan menimbulkan
permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat
penyelenggaraan pendidikan, meskipun masalah pembiayaan
tersebut tidak sepenuhnya berpengaruh langsung terhadap kualitas
495

pendidikan, namun pembiayaan berkaitan dengan komponen yang


ada di dalamnya.
Dalam undang-undang nomor, pemerintah telah
mencanangkan 8 standar pendidikan, yaitu. … standar yang paling
utama adalah … Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Standar proses, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, Standar
sarana dan prasarana, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan,
Standar penilaian pendidikan
Beberapa masalah yang sering terjadi dalam pembiayaan
pendidikan antara lain sumber dana yang terbatas, tidak meratanya
dana pendidikan yang diterima dari pemerintah, kurang transparannya
pembiayaan pendidikan di sekolah-sekolah, serta pembiayaan yang
tidak dikelola dengan baik yang bisa disebabkan karena kurang
berkompetennya pengelola dana di sekolah. Tidak meratanya dana
pendidikan yang diterima dari pemerintah menyebabkan terjadinya
kesenjangan dilihat dari sarana prasarana dan kualitas peserta didik
antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain.
Masalah transparansi pembiayaan juga rawan terjadi terlebih
pada sekolah-sekolah yang memperoleh dana pendidikan dalam
jumlah besar. Hal ini bisa jadi disebabkan karena adanya
penyalahgunaan dana yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.
Kompetensi pengelola dalam melaksanakan pembiayaan juga dapat
menjadi masalah, sehingga menyebabkan dana yang diterima tidak
terkelola dengan baik. Misalnya terjadi manipulasi anggaran maupun
laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Khusunya untuk
sekolah-sekolah negeri pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
(SMP) tidak diperkenankan melakukan pungutan apapun terhadap
orang tua siswa terkait dengan pemenuhan kebutuhan operasional
sekolah. Sekolah-sekolah dasar dan menengah pertama saat ini tidak
memungut biaya pendidikan dari orangtua siswa karena dana
pendidikannya sudah ditanggung oleh pemerintah.
496

Pendidikan merupakan hak bagi setiap individu, hal ini


sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 yang
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mutlak diperlukan oleh
semua warga negara sebagaimana amanat Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang merupakan salah satu
tujuan nasional Indonesia sendiri yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan dikatakan berhasil apabila dapat menciptakan
manusia yang memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang baik. Kemampuan-kemampuan tersebut tercermin dalam realitas
kehidupan yang menunjukkan sejauh mana kualitas individu tersebut
sebagai hasil dari pendidikan yang diperolehnya.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan anggaran
yang telah dibuat, diperlukan kemampuan mengelola yang baik.
Pembiayaan pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah (provinsi dan kabupaten/ kota).
Pasal 11 Ayat 2 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia
tujuh sampai lima belas tahun. Pada pasal 12 Ayat 13 disebutkan
bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya
pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikan-nya.
Di samping itu, disebutkan pula pada Pasal 12 Ayat 2 bahwa
setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peseta didik yang
497

dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan


perundangundangan yang berlaku.
.

Dari beberapa permasalahan dalam pembiayaan pendidikan


tersebut hendaknya pemerintah mencari solusi maupun tindakan
pencegahan agar hal-hal tersebut tidak terjadi. Anggaran pendidikan
yang disalurkan ke sekolah-sekolah hendaknya juga memperhatikan
perkembangan masing-masing sekolah dari tahun ke tahun, sehingga
sekolah yang sudah memiliki sarana prasarana dan mutu yang baik
lebih dikontrol pengembangannya agar dananya dapat dialihkan ke
sekolah yang belum memiliki mutu yang baik.
SD Negeri Buabhatu Baru, SD Negeri Cijagre dan SD Negeri
Turangga merupakan tiga dari sekian satuan jenjang pendidikan dasar
di Kota Bandung menyelenggarakan pendidikan gratis untuk semua
kalangan. Tidak hanya untuk siswa miskin saja, tetapi seluruh siswa
yang bersekolah di SD Negeri tersebut tidak dipungut biaya
pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara dalam studi penjajakan pada
awal bulan Maret 2017 di SD Negeri tersebut ditemukan beberapa
permasalahan. Jumlah pendaftar di SD Negeri Buahbatu Baru pada
tahun ajaran 2015/2016 lalu tidak mampu memenuhi kuota
penerimaan peserta didik baru (PPDB), sehingga sekolah tidak perlu
melakukan seleksi berdasarkan usia. SD Negeri Bauhbatu Baru hanya
mampu menerima 2 (dua) rombel (rombangan belajar) peserta didik
baru pada tahun ajaran 2015/2016 dan total peserta didik hanya
berjumlah 76 anak. Padahal dengan terbatasnya jumlah peserta didik
akan mempengaruhi besarnya dana dari pemerintah yang diterima
oleh sekolah. Sedikitnya jumlah peserta didik di sekolah ini
menyebabkan dana yang diterima dari pemerintah juga terbatas.
498

Meskipun begitu, dengan terbatasnya dana yang diterima, sekolah ini


tetap memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan bangunan
fisiknya terlihat bagus.
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan
tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pembiayaan pendidikan di SD Negeri Ngrojo. SD Negeri
Ngrojo merupakan sekolah dasar negeri yang mengalami kekurangan
peserta didik. Keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan bagi peneliti
mengenai bagaimana pembiayaan pendidikan yang ada di sekolah
tersebut dapat terlaksana guna memenuhi kebutuhan dalam
penyelenggaraan pendidikan. Terlebih mengingat bahwa sumber
dana di sekolah dasar berasal dari pemerintah dan besarnya dana
bantuan ditentukan oleh banyaknya jumlah peserta didik.
3. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai
berikut. 1. Sumber dana pendidikan yang terbatas. 2. Tidak
meratanya dana pendidikan yang diterima dari pemerintah. 3.
Kurang transparannya pembiayaan pendidikan di sekolah-sekolah.
4. Pembiayaan yang tidak dikelola dengan baik yang bisa
disebabkan karena kurang berkompetennya pengelola dana di
sekolah. 5. Sedikitnya jumlah peserta didik di SD Negeri Ngrojo
menyebabkan dana yang diterima dari pemerintah juga terbatas. 6.
Meskipun dana yang diterima terbatas, SD Negeri Ngrojo tetap
memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan bangunan
fisiknya terlihat bagus.
4. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah
yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi permasalahan
yang diteliti yaitu pada pembiayaan pendidikan di SD Negeri Ngrojo
tahun ajaran 2015/2016.
499

5. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pembiayaan pendidikan di SD Negeri Ngrojo tahun
ajaran 2015/2016?
2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam pembiayaan
pendidikan di SD Negeri Ngrojo tahun ajaran 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Pembiayaan pendidikan di SD Negeri Ngrojo tahun ajaran
2015/2016.
2. Hambatan yang dihadapi dalam pembiayaan pendidikan di SD
Negeri Ngrojo tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan bagi manajemen pendidikan,
khususnya manajemen keuangan mengani pembiayaan pendidikan
dan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan
melaksanakan penelitian mengenai pembiayaan pendidikan di
masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran serta masukan dalam menentukan
kebijakan mengenai pembiayaan pendidikan yang ada di sekolah.
b. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pembiayaan pendidikan serta menjadi bahan rujukan untuk
meningkatkan pembiayaan pendidikan sehingga pelaksanaan
500

berikutnya menjadi lebih baik. Selain itu, hasil penelitian ini


diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap sekolah lain
tentang pembiayaan pendidikan.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembiayaan Pendidikan
1. Pengertian
Pembiayaan Pendidikan Setiap kegiatan memerlukan biaya.
Proses penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan perlu
didukung dengan biaya yang memadai sehingga akan menjamin
kelancaran berbagai kegiatan yang diselenggarkan. Harsono
(2007: 9) berpendapat bahwa biaya pendidikan adalah semua
pengeluaran yang memiliki kaitan langsung dengan
penyelenggaraan pendidikan. Pengeluaran yang tidak memiliki
kaitan langsung dengan penyelenggaraan pendidikan dapat disebut
501

sebagai pemborosan, atau pengeluaran yang mestinya dapat


dicegah.
Pendapat lain dikemukakan oleh Matin (2014: 8) yang
menyatakan bahwa biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran
baik yang berupa uang maupun bukan uang sebagai ungkapan
rasa tanggung jawab semua pihak (masyarakat, orang tua, dan
pemerintah) terhadap pembangunan pendidikan agar tujuan
pendidikan yang dicita-citakan tercapai secara efisien dan efektif,
yang harus terus digali dari berbagai sumber, dipelihara,
dikonsolidasikan, dan ditata secara administratif sehingga dapat
digunakan secara efisien dan efektif. Berdasarkan pengertian
tersebut, biaya pendidikan sebenarnya tidak selalu identik dengan
uang, melainkan juga berkaitan dengan segala sesuatu yang
diberikan untuk setiap aktivitas dalam rangka mencapai tujuan
penyelenggaraan pendidikan.
Dari kedua pendapat mengenai biaya pendidikan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa biaya pendidikan adalah pengeluaran
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan baik berupa
uang maupun bukan uang untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
Sementara itu mengenai pembiayaan pendidikan, Uhar
Suharsaputra (2013: 289) berpendapat bahwa pembiayaan
pendidikan dapat diartikan sebagai kajian tentang bagaimana
pendidikan dibiaya, siapa yang membiayai serta siapa yang perlu
dibiayai dalam suatu proses pendidikan.
Pengertian ini mengandung dua hal yaitu berkaitan dengan
sumber pembiayaan dan alokasi pembiayaan pendidikan.
Sedangkan Manuel Zymelman (1975) dalam Moch. Idochi Anwar
(2013: 109) mengungkapkan bahwa pembiayaan pendidikan tidak
hanya menyangkut analisa sumbersumber saja, tetapi juga
penggunaan dana-dana secara efisien. Makin efisien sistem
502

pendidikan itu makin kurang pula dana yang diperlukan untuk


mencapai tujuan-tujuannya, dan karena itu lebih banyak yang
dicapai dengan anggaran yang tersedia.
Pengertian lain, Suryosubroto (2004: 26) berpendapat bahwa
pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta
mengelola anggaran pendapatan dan belanja menengah. Kegiatan
ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana
yang mendukung perencanaan, serta pengawasan penggunaan
anggaran.
Dari beberapa pendapat mengenai pembiayaan pendidikan,
dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan merupakan
kajian mengenai sumber-sumber dana dan pengalokasiannya yang
diperlukan untuk berbagai keperluan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Alokasi dana pendidikan harus mengacu pada tujuan
yang ingin dicapai.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa biaya
pendidikan berbeda dengan pembiayaan pendidikan. Biaya
pendidikan merupakan besarnya dana yang dikeluarkan untuk
penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan pembiayaan pendidikan
merupakan keseluruhan pembiayaan dalam penyelenggaraan
pendidikan yang meliputi darimana saja dana diperoleh dan untuk
apa saja dana itu digunakan. Pembiayaan pendidikan berarti
kegiatan yang ditempuh dalam rangka pencarian sumber dana dan
pendistribusiannya untuk kepeluan penyelenggaraan proses
pendidikan
Menurut Sri Minarti (2011: 238) pelaksanaan pembiayaan
secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan
berikut.
a. Penerimaan pembiayaan pendidikan sekolah dari sumber-
sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan
yang selaras dengan ketetapan yang disepakati. Sedangkan,
503

sumber dana tersebut meliputi anggaran rutin, anggaran


pembangunan, anggaran penunjang pendidikan, dana masyarakat,
donatur, dan lain-lain.
b. Pengeluaran, yakni dana yang sudah diperoleh dari
berbagai sumber perlu digunakan secara efektif dan efisien.
Artinya, perolehan dana dalam pengeluarannya harus didasarkan
pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dalam
perencanaan pembiayaan pendidikan di sekolah. Dari pendapat Sri
Minarti tersebut, maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan
pembiayaan meliputi kegiatan penerimaan dan pengeluaran.
Pengeluaran pendidikan dilakukan dari penerimaan pembiayaan
pendidikan dimana kegiatan tersebut sebisa mungkin dilakukan
secara efektif dan efisien untuk membiayai penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. 13 2. Karakteristik Pembiayaan Pendidikan
Menurut Tatang M. Amirin, dkk (2010: 89) karakteristik atau
ciri-ciri pembiayaan pendidikan adalah sebagai berikut.
a. Biaya pendidikan selalu naik, perhitungan pembiayaan
pendidikan dinyatakan dalam satuan unit cost, yang meliputi:
1) Unit cost lengkap, yaitu perhitungan unit cost berdasarkan
semua fasilitas yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan
pendidikan.
2) Unit cost setengah lengkap, hanya memperhitungkan biaya
kebutuhan yang berkenaan dengan bahan dan alat yang berangsur
habis walaupun jangka waktunya berbeda. 3) Unit cost sempit,
yaitu unit cost yang diperoleh hanya dengan memperhitungkan
biaya yang langsung berhubungan dengan kegiatan belajar
mengajar. b. Biaya terbesar dalam pelaksanan pendidikan adalah
biaya pada faktor manusia. Pendidikan dapat dikatakn sebagai
“human investent”, artinya biaya terbesar diserap oleh tenaga
manusia. c. Unit cost pendidikan akan naik sepadan dengan tingkat
sekolah. d. Unit cost pendidikan dipengaruhi oleh jenis lembaga
504

pendidikan. Biaya untuk sekolah kejuruan lebih besar daripada


biaya untuk sekolah umum. e. Komponen yang dibiayai dalam
sistem pendidikan hmpir sama dari tahun ke tahun. Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
pembiayaan pendidikan antara lain biaya pendidikan selalu naik
sepadan dengan jenjang pendidikan, biaya terbesar terletak pada
faktor manusia, dan komponen yang dibiayai dalam sistem
pendidikan hampir sama dari ke tahun ke tahun. 3. Jenis Biaya
Pendidikan Salah satu hal yang merupakan konsep penting dalam
pembiayaan pendidikan adalah masalah biaya pendidikan yang
sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan. Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 14 tentang Standar Nasioal
Pendidikan Pasal 62 mengelompokkan biaya pendidikan menjadi
tiga, yaitu: a. Biaya Investasi Biaya investasi meliputi biaya: 1)
Penyediaan sarana dan prasarana 2) Pengembangan sumber daya
manusia 3) Modal kerja tetap b. Biaya Operasi Biaya operasi
meliputi: 1) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji. 2) Bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai 3) Biaya operasi pendidikan tak langsung
berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi
dan lain sebagainya. c. Biaya Personal Biaya personal merupakan
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48
Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 3 biaya
pendidikan digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: 15 a. Biaya
Satuan Pendidikan Biaya satuan pendidikan terdiri dari: 1) Biaya
investasi yang terdiri atas: a) Biaya investasi lahan pendidikan b)
Biaya investasi selain lahan pendidikan 2) Biaya operasional yang
terdiri atas: a) Biaya personalia b) Biaya non personalia 3) Bantuan
505

biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada


peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai
pendidikannya. 4) Beasiswa Beasiswa adalah bantuan dana
pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.
b. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan Biaya
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan meliputi: 1)
Biaya investasi yang terdiri dari: a) Biaya investasi lahan
pendidikan b) Biaya investasi selain lahan pendidikan 2) Biaya
operasi yang terdiri dari: a) Biaya personalia b) Biaya
nonpersonalia c. Biaya pribadi peserta didik 16 Menurut Uhar
Suharsaputra (2013: 289) biaya pada lembaga pendidikan
biasanya meliputi: a. Direct cost dan indirect cost Direct cost (biaya
langsung) yaitu biaya yang langsung berproses dalam produksi
pendidikan dimana biaya pendidikan ini secara langsung dapat
meningkatkan mutu pendidikan. Biaya langsung ini meliputi gaji
guru dan personil lainnya, pembelian buku, fasilitas kegiatan belajar
mengajar, alat laboratorium, buku pelajaran, buku perpustakaan,
dan lain-lain. Sementar itu, indirect cost (biaya tidak langsung)
meliputi biaya hidup, transportasi, dan biaya-biaya lainnya. b.
Sosial cost dan private cost Sosial cost dapat dikatakan sebagai
biaya publik, yaitu sejumlah biaya sekolah yang harus dibayar oleh
masyarakat. Sedangkan private cost adalah biaya yang dikeluarkan
oleh keluarga untuk membiayai sekolah anaknya, dan termasuk di
dalamnya forgone opportunities (biaya kesempatan yang hilang).
Sementara itu, menurut Sri Minarti (2011: 222) berdasarkan
fungsinya, biaya dapat dikelompokkan menjadi: a. Biaya
administrasi, yaitu biaya-biaya untuk melaksanakan dan
mendukung kegiatan proses belajar mengajar, seperti gaji kepala
sekolah, gaji guru, gaji staf administrasi, pembelian buku, fokopi,
alat-alat tulis, dan sebagainya. 17 b. Biaya umum, yaitu biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk pemeliharaan umum, seperti biaya
506

pemeliharaan gedung, peralatan sekolah, biaya penyusutan, biaya


listrik, dan telepon. c. Biaya promosi, yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam rangka mempromosikan sekolah, seperti biaya
pembuatan pamflet atau brosur, biaya tenaga promosi, dan biaya
iklan radio atau koran. Sementara itu, menurut Mulyono (2010: 24)
biaya bugetair sekolah meliputi biaya rutin, biaya operasional dan
biaya pembangunan atau investasi. Biaya rutin adalah biaya yang
harus dikeluarkan dari tahun ke tahun seperti gaji pegawai (guru
dan non guru), biaya operasional yaitu biaya untuk pemeliharaan
gedung, fasilitas, dan alat-alat pelajaran (bahan habis pakai) serta
biaya pembangunan atau investasi yang meliputi biaya pembelian
tanah, pembangunan gedung, perbaikan atau rehab gedung,
penambahan furnitur dan barang yang tidak habis pakai.
Selanjutnya, menurut Dedi Supriadi (2003: 4) dalam teori dan
praktik pembiayaan pendidikan baik pada tataran makro dan mikro,
biaya pendidikan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a. Biaya
langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya
langsung adalah segala pengeluaran yang secara langsung
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Biaya tidak langsung
adalah pengeluaran yang secara tidak langsung menunjang proses
pendidikan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut
terjadi, misalnya biaya 18 hidup mahasiswa, biaya transportasi,
biaya jajan, biaya kesehatan, harga kesempatan (opportunity cost).
b. Biaya pribadi (privat cost) dan biaya sosial (sosial cost) Biaya
pribadi adalah pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal
juga dengan pengeluaran rumah tangga (household expenditure).
Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
pendidikan, baik melalui sekolah maupun melalui pajak yang
dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan untuk membiayai
pendidikan. Biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah pada
dasarnya merupakan biaya sosial. c. Biaya dalam bentuk uang
507

(monetary cost) dan bukan uang (non-monetary cost) Harsono


(2007: 9) menggolongkan biaya pendidikan menurut sumbernya
menjadi 4 jenis, yaitu biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, orang tua/ wali siswa, masyarakat bukan orang tua/
wali siswa dan lembaga pendidikan itu sendiri. Pendapatan sekolah
yang berasal dari pemerintah pusat maupun daerah (propinsi dan
kabupaten) diperoleh dengan cara sekolah mengajukan proposal
ke pemerintah baik pusat maupun daerah. Pendapatan sekolah
yang berasal dari orang tua/wali siswa diperoleh dari SPP dan
insidental, yang berasal dari masyarakat bukan orang tua/ wali
siswa berupa sumbangan sukarela dari masyarakat yang peduli
dengan perkembangan sekolah, sedangkan yang bersumber dari
lembaga pendidikan itu sendiri berupa unit produksi sekolah itu
sendiri.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa
biaya pendidikan dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu Biaya
Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan Pendidikan dan Biaya
Personal. Biaya Satuan terdiri dari Biaya Investasi, Biaya Operasi,
Bantuan Biaya Pendidikan, dan Beasiswa.
Biaya Penyelenggaraan Pendidikan meliputi Biaya Investasi
Lahan Pendidikan dan Biaya Investasi Selain Lahan Pendidikan.
Biaya Operasi meliputi biaya Operasi Personalia (gaji pendidik dan
tenaga kependidikan) dan Biaya Operasi Nonpersonalia. Biaya
pendidikan dapat bersifat pribadimaupun sosial tergantung dari
pihak yang mengeluarkan biaya. Biaya pendidikan yang berkaitan
langsung dengan pendidikan disebut biaya langsung dan biaya
pendidikan yang tidak berkaitan langsung dengn pendidikan
disebut biaya tidak langsung. 4. Sumber Dana Pendidikan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008
tentang Pendanaan Pendidikan telah menegaskan bahwa dana
pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk
508

menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Besarnya dana


yang diterima setiap sekolah bergantung pada sumber dana.
Sumber dana pendidikan merupakan pihakpihak yang memberikan
bantuan subsidi dan sumbangan kepada lembaga pendidikan.
Nanang Fattah (2004: 113) menjelaskan bahwa sumber dana
pendidikan adalah pihak-pihak yang memberikan bantuan subsidi
dan sumbangan yang diterima setiap tahun oleh lembaga sekolah
dari lembaga sumber resmi dan diterima secara teratur. Adapun
sumber penerimaan 20 tersebut terdiri dari pemerintah pusat
(APBN), pemerintah daerah (APBD), orang tua murid (BIP3), dan
masyarakat. Sementara itu, menurut Uhar Suharsaputra (2013:
299) sumber dana sekolah biasanya diperoleh dari dua sumber,
yakni dari pemerintah yang umumnya terdiri dari dana rutin dan
biaya operasional (terutama untuk sekolah negeri) dan dana dari
masyarakat baik dari orang tua siswa maupun dari kelompok
masyarakat lainnya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 46 Ayat 1 menegaskan
bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggungjawab bersama
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan Pasal 51 juga menyebutkan bahwa pendanaan
pendidikan bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
Masyarakat. Dana pendidikan yang besumber dari Pemerintah
Daerah dapat bersumber dari: a. Anggaran pemerintah b.
Anggaran pemerintah daerah c. Bantuan pihak asing yang tidak
mengikat d. Sumber lain yang sah Sementara itu, Tatang M.
Amirin, dkk (2010: 92) mengemukakan bahwa sumber-sumber
pembiayaan pendidikan di sekolah dikategorikan menjadi lima
yaitu: a. Anggaran rutin dan APBN (anggaran pembangunan) b.
Dana Penunjang Pendidikan (DPP) 21 c. Bantuan/ sumbangan dari
BP3 d. Sumbangan dari Pemerintah Daerah setempat (kalau ada)
509

e. Bantuan lain-lain Menurut Dedi Supriadi (2003: 5) biaya


pendidikan pada tingkat makro (nasional) berasal dari: a.
Pendapatan negara dari sektor pajak (yang beragam jenisnya) b.
Pendapatan dari sektor non-pajak c. Keuntungan dari ekspor
barang dan jasa d. Usaha-usaha negara lainnya, termasuk dari
divestasi saham pada perusahaan negara (BUMN) e. Bantuan
dalam bentuk hibah (grant) dan pinjaman luar negeri (loan) baik
dari lembaga-lembaga keuangan internasional (seperti Bank Dunia,
ADB, IMF, IDB, JICA) maupun pemerintah baik melalui kerjasama
multilateral maupun bilateral. Dari beberapa uraian pendapat
tersebut, dapat diketahui bahwa dana pendidikan adalah sumber
daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan
mengelola pendidikan. Sumber dana pendidikan ada tiga, yaitu
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Dana pendidikan
yang bersumber dari pemerintah dapat berasal dari pendapatan
negara dari sektor pajak, pendapatan dari sektor non-pajak,
keuntungan dari ekspor barang dan jasa, dan usaha-usaha negara
lainnya. Sedangkan dana pendidikan yang bersumber dari
pemerintah daerah dapat berasal dari 22 anggaran pemerintah,
anggaran pemerintah daerah, bantuan pihak asing yang tidak
mengikat, dan sumber lain yang sah. Peraturan Pemerintah Nomor
48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 50 Ayat 1
menyebutkan bahwa sumber pendanaan ditentukan berdasarkan
prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. Lebih lanjut, dalam
pengelolaan dana pendidikan ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan (PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan Pasal 59) antara lain: a. Prinsip Keadilan Prinsip
keadilan dilakukan dengan memberikan akses pelayanan
pendidikan yang seluas-luasnya dan merata kepada peserta didik
atau calon peserta didik, tanpa membedakan latar belakang suku,
ras, agama, jenis kelamin, dan kemampuan atau status sosial-
510

ekonomi. b. Prinsip Efisiensi Prinsip efisiensi dilakukan dengan


mengoptimalkan akses, mutu, relevansi, dan daya saing pelayanan
pendidikan. c. Prinsip Transparansi Prinsip transparansi dilakukan
dengan memenuhi asas kepatutan dan tata kelola yang baik oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan yang
didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan sehingga: 1) dapat
diaudit atas dasar standar audit yang berlaku, dan menghasilkan
opini audit wajar tanpa perkecualian; dan 23 2) dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku
kepentingan pendidikan. d. Prinsip Akuntabilitas Publik Prinsip
akuntabilitas publik dilakukan dengan memberikan
pertanggungjawaban atas kegiatan yang dijalankan oleh
penyelenggara atau satuan pendidikan kepada pemangku
kepentingan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Harsono (2008: 89) berpendapat bahwa pengelolaan
keuangan sekolah haruslah memenuhi persyaratan responsibel,
akuntabel dan transparan. Pengelolaan keuangan sekolah harus
bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan penerimaan dana dan
pemanfaatan dana serta dapat dipertanggungjawabkan di depan
hukum. Transparan dalam pengelolaan dana berarti dapat
diketahui oleh pihak-pihak yang terkait. Lembaga memiliki aturan
dimana hanya pihak tertentu saja yang dapat dilibatkan dalam
pencaatan administrasi keuangan, mengetaui, memahami dan
mendalami administrasi keuangan. 5. Dasar Hukum Pembiayaan
Pendidikan Pembiayaan pendidikan di Indonesia antara lain telah
diatur dalam: a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 (Amandemen IV) Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 (Amandemen IV) menyatakan bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan; setiap warga negara
wajib mengikuti 24 pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya; pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
511

satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan


ketaqwaaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undangundang; negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua
puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional. b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengatur beberapa
pasal yang menjelaskan pembiayaan pendidikan yaitu pada Pasal
11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap
warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun. Lebih
lanjut pada Pasal 12 Ayat 1 disebutkan bahwa setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi
yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
yang orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Di
samping itu disebutkan pula bahwa setiap peserta didik
berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan,
kecuali bagi 25 peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kemudian pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34
menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 6 (enam)
tahun dapat mengikuti programwajib belajar; Pemerintah dan
Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya,
wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan Masyarakat. c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah
512

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada


Bab IX Standar Pendidikan Pasal 62 Ayat (1) menyebutkan bahwa
pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi,
dan biaya personal. Selanjutnya pada Ayat (2) biaya satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya
manusia, dan modal kerja tetap. Ayat (3) Biaya personal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Ayat (4)
Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi: 26 1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta
segala tunjangan yang melekat pada gaji; 2) bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan; 3) biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air,jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya. Kemudian pada Ayat (5) Standar
biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri berdasarkan usulan BSNP. d. Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan, Pasal 51 ayat (1) disebutkan bahwa pendanaan
pendidikan bersumber dari Pemerintah, Pemerintah daerah, dan
masyarakat. Selanjutnya pada ayat (4) disebutkan bahwa dana
pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dapat bersumber dari: (1) anggaran Pemerintah, (2)
bantuan Pemerintah daerah, (3) pungutan dari peserta didik atau
orang tua/walinya yang dilaksanakan sesuai peraturan perundang-
undangan, (4) bantuan dari pemangku kepentingan satuan
pendidikan di luar peserta didik atau orang tua/walinya, (5) bantuan
dari pihak asing yang tidak mengikat, dan/atau (6) sumber lain yang
513

sah. 27 6. Model-model Pembiayaan Pendidikan Penyaluran biaya


pendidikan yang menjadi tanggung jawab negara tentu
memerlukan model pembiayaan, agar biaya model tersebut dapat
digunakan secara efektif dan efisien untuk menyelenggarakan
program pendidikan. Thomas H. Jones (1978) dalam Uhar
Suharsaputra (2013: 291) menyatakan enam model yang dapat
dijadikan dasar dalam pengembangan rencana bantuan keuangan
pendidikan (sekolah) terdiri dari: a. Flat Grant. Model bantuan flat
grant (hibah bagi rata) merupakan kesempatan yng baik bagi
sekolah sebab dapat menerima bantuan sebesar pajak yang
diperoleh oleh wilayah/ daerah. b. Full State Funding. Full state
funding merupakan rencana yang dimungkinkan untuk menghapus
semua perbedaan dari masing-masing daerah, baik dalam
penggunaan dana maupun perolehannya. c. Foundation Plan.
Model ini menentukan tarif pajak minimum dari tingkat
pembelajaran minimal di setiap sekolah pada setiap wilayah. Tiap
sekolah diizinkan untuk melewati batas minimal jika diperlukan.
Foundation plan dirancang untuk menangkali 4 masalah besar
dalam keuangan pendidikan yaitu: (1) untuk menyamaratakan
pembelanjaan dalam kondisi yang langka dalam sumber daya, (2)
sebagai penetapan standarisasi pajak bagi keperluan minimal
sekolah, (3) untuk pemisahan wewenang pengaturan sekolah
antara pusat dan daerah, (4) untuk menetapkan propinsi dalam
perbaikan yang berkesinambungan. 28 d. Guaranted tax base
(GTB). Model ini adalah model yang mengatur pembagian
keuangan bagi dana pendidikan dimana membedakan resentase
dana yang diterima. Wilayah yang kurang makmur menerima dana
yang lebih banyak dibanding wilayah yang makmur. e. Percentage
equalizing. Model ini menyoroti sisi pengeluaran pendidikan yang
harus digunakan, sedangkan GTB menyoroti pemasukannya. f.
Power equalizing. Model ini memerintahkan wilayah yang lebih
514

kaya untuk membayarkan sebagian yang diterima sekolah untuk


dikembalikan kepada negara, kemudian diatur untuk diserahkan
kepada wilayah yang berpendapatan kurang. Sementara itu
menurut Moch. Idochi Anwar (2013: 231) beberapa model
pembiayaan pendidikan antara lain: a. Model Flat Grant (Flat
GrantModels) Model ini tidak berdasarkan upaya pajak dan
kesehatan, tetapi berdasarkan pada jumlah siswa yang harus
dididik. Uang bantuan negara dibagikan kepada sekolah di daerah
setempat tanpa memperhitungkan berbagai pertimbangan
kemampuan pembayaran pajak setempat itu, ada dua perbedaan
penting dari model ini, yaitu: (1) beberapa unit kebutuhan
pendidikan perlu diberikan kepada siswa dan guru tanpa
memperhitungkan berbagai pertimbangan penting dalam tiap-tiap
pembayaran program-program dan pelayanan pendidikan yang
berbeda, dan (2) jumlah yang berubah-ubah setiap bagian yang
diperlukan 29 menggambarkan perlunya perbedaan-perbedaan di
dalamtiap-tiap pembayaran yang dibagikan pada sekolah di
daerah-daerah setempat. b. Model Landasan Perencanaan
(Foundation Plan Models) Model ini dimaksudkan agar sekolah
lebih baik lagi dengan menempuh beberapa fase, yaitu: (1)
eksistensi tingkat layanan pendidikan dan tingkat dukungan
sekolah negeri; (2) sekolah memahami pentingnya menambah
layanan pendidikan baru di luar minimum; dan (3) agar
perencanaan bekerja mengakibatkan tingkat pembelanjaan
minimum yang ditetapkan harus dikaitkan setiap tahunnya distrik
mengembangkan adaptasi pada program mercusuar. Kebijakan
negara menggunakan foundation plan modelsmemberi tingkat
pendidikan memadai tanpa memberatkan pembayar pajak
setempat meski hanya memperoleh jatah minimum. c. Model
Perencanaan Pokok Jaminan Pajak (Guarnted Tax Based Plan
Models) Model Perencanaan Pokok Jaminan Pajak (Guarnted Tax
515

Based Plan Models) di mana angaran pendidikan ditentukan oleh


seberapa besar pajak yang akan digunakan untuk pendidikan.
Model ini merupakan rencana yang cocok bagi negara membayar
jumlah biaya pendidikan atas dasar persentase yang dikehendaki
oleh sekolah setempat pada suatu distrik di mana rencana jaminan
pajak mempunyai filosofi ekonomi yang sama seperti perencanaan
persaaan kemampuan atas dasar persamaan kapasitas yang
berhubungan dengan keuangan dan pengeluaran penilaian 30 per
siswa yang mana jaminan negara diperuntukkan bagi wilayah
sekolah setempat. d. Model Persamaan (Equalization Models)
Sebagaimana dalam model-model uang bantuan murni ada dua
perbedaan penting dalam model-model kesamaan sebagai berikut:
(1) dalam menghitung pembayaran program yang sama suatu
keseragaman jumlah disetujui setiap siswa, tiap guru atau bagian
lain yang dibutuhkan tanpa memberi pertimbangan pada perlunya
perbedaan-perbedaan dari tiap-tiap pembayaran program-program
dan pelayanan-pelayanan yang berada; dan (2) jumlah yang
beubah-ubah tiap bagian yang diperlukan yang memperhitungkan
perkembangan berbagai keperluan tiap-tiap pembayaran dari suatu
program dasar pemerintah. e. Model Persamaan Persentase
(Percentage Equalizing) Model ini dikembangkan tahun 1920-an
merupakan bentuk dasar pembayaran pajak yang sudah tua secara
matematis lebih kompleks, PE sama dengan GTB, perbedaannya
PE berdasarkan kekayaan/kesejahteraan, upaya pemerolehan
hadiah dan sangat inklusif. f. Model Perencanaan Persamaan
Kemampuan (Power Equalizing Plan) Model ini menekankan pada
pembelanjaan, namun tujuannya bukan menanyakan
pembelanjaan tetapi kekuatan pembelanjaan setiap pajak terhadap
semua distrik. Model Power Equalizing Planmenggambarkan hasil
mutakhir yang menghendaki distrik kaya untuk membayar pajak
sekolah yang dikumpulkan kembali pada negara sebagai suatu
516

rencana 31 membayar sebagian kecil pengeluaran sekolah


setempat dalam perbandingan inversi (inverse) untuk daerah yang
makmur (kaya). g. Model Pendanaan Negara Sepenuhnya (Full
State Funding Models) Model ini merupakan rencana yang
dirancang untuk mengeliminasi perbedaan lokal dalam hal
pembelanjaan dan perpajakan. Kerangka acuan penting untuk
menyongkong konsep pendanaan sepenuhnya dari pemerintah
harus dipertimbangkan pertama adalah asas keadilan perlakuan
terhadap siswa dan pembayar pajak, pembiayaan pendidikan
berdasarkan tingkat kekayaan yang dimiliki sosial, yaitu banyak
anak secara keseluruhan pada masyarakat meninggalkan
pendidikan yang penting dalam hidupnya, pegangguran, dan
masalah kesejahteraan bagi generasi penerusnya. Model ini
menentukan tanggung jawab akan kepercayaan pendidikan pada
pemerintahan. h. Model Sumber Pembiayaan (The Resourche Cost
Models) Model ini menarik, karena percoban yang rasional untuk
mendefinisikan keputusan, ini salah satu cara tujuan mengapa kita
memanfaatkan apa yang dilakukan uuntuk pendidikan.
Penanganannya model ini oleh pemerintah, tetapi rupanya
mendapatkan kesulitan mencocokkan biaya yang mengambang
dari suatu ketentuan apakan pembiayaan itu memadai dan jumlah
uang yang tersedia tergantung pada realitas politik yang
berkembang pada ditrik tersebut. Model ini menggunakan
perbedaan jumlah antara daerah-daerah seperti perbedaan sumber
harga, 32 kelangkaan, kepadatan penduduk, ongkos (biaya)
dikaitkan dengan kemiskinan, dan semua kebutuhan pelajaran di
daerah itu. i. Model Surat Bukti/ Penerimaan (Models Choice and
Voucher Plans) Model ini membuka kesempatan pada keluarga
menentukan model level pendidikan yang mereka kehendaki atau
yang sesuai bagi anaknya. Pemerintah dalam merencnakan dana
akan menetapkan tanda bukti penerimaan menentukan sejumlah
517

biaya pembelajaan kebutuhan sekolah yang dimungkinkan bagi


para orangtua untuk menurupi seluruh ongkos keseluruhan
pendidikan anak mereka, pembayaran negara akan bergantung
pada usaha dan level pendapatan keluarga. j. Model Rencana
Bobot Siswa (Weighted Student Plan) Model ini menjelaskan
bahwa setiap kategori pendidikan akan membutuhkan anggaran
sesuai karakteristik dan kompleksitas dari penyelenggara
pendidikan tersebut, oleh karena itu tidak mungkin
menyamaratakannya. Dari kedua pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dalam pembiayaan pendidikan dibagi menjadi
beberapa model. Model-model tersebut ditujukan untuk mengelola
dana pendidikan agar dipergunakan secara efektif dan efisien.
. Sekolah Dasar 1. Pengertian Sekolah Dasar Pendidikan
dapat berlangsung di sekolah sebagai institusi pendidikan formal
yang diselenggarakan melalui proses belajar mengajar. Barnawi
dan Mohammad Arifin (2012: 50) mengungkapkan bahwa pada
dasarnya tugas sekolah ialah menyelenggarakan pendidikan untuk
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan nilai dan sikap
agar peserta didik melewati proses kedewasaannya dan tergali
semua potensi yang dimilikinya secara optimal. Pendapat lain
dikemukakakan oleh Mulyasa (2003: 47) yang mengungkapkan
bahwa sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan
berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberi bimbingan dan bantuan
terhadap anak-anak bermasalah, baik dalam belajar, emosional,
maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Menurut
tingkatannya sekolah terbagi menjadi tiga, yaitu sekolah dasar,
sekolah lanjutan, dan sekolah tinggi. Peraturan Direktur Jendral
Pendidikan Dasar Nomor 144/C/KP/2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Dasar
Tahun Anggaran 2015 menyebutkan bahwa sekolah dasar yang
518

selanjutnya disebut SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan


formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang
pendidikan dasar. Sementara itu, menurut pendapat Fuad Ihsan
(2013: 26) sekolah dasar sebagai satu kesatuan dilaksanakan
dalam masa program belajar selama 6 34 tahun. Jenjang ini
merupakan unit terminal yang mempunyai kesinambungan dengan
terminal lainnya. Senada dengan pendapat Fuad Ihsan tersebut,
Suharjo (2006: 1) menyatakan bahwa sekolah dasar pada
dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun.
Berdasarkan pernyataan Fuad Ihsan dan Suharjo dapat
disimpulkan bahwa sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan
yang berlangsung selama enam tahun. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa “jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah jenis
pendidikan formal untuk peserta didik usia 7 sampai 18 tahun dan
merupakan persyaratan dasar bagi pendidikan yang lebih tinggi”.
Jika usia anak pada saat masuk sekolah dasar, merujuk pada
definisi pendidikan dasar dalam Undang-Undang tersebut, berarti
pengertian sekolah dasar dapat dikatakan sebagai institusi
pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dasar
selama masa enam tahun yang ditujukan bagi anak usia 7- 12
tahun. Suharjo (2006: 8) mengemukakan tujuan pendidikan sekolah
dasar sebagai berikut: a. Menuntun pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani, bakat dan minat siswa. b.
Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar
yang bermanfaat bagi siswa. c. Membentuk warga negara yang
baik. d. Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan di SLTP. e.
Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja di
masyarakat. f. Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat
mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup
519

Tujuan pendidikan SD yang dikemukakan oleh Suharjo yaitu


bahwa sekolah dasar diselenggarakan untuk mengembangkan
sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar bagi anak yang diperlukan untuk hidup dalam
masyarakat. 2. Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar
Pembiayaan pendidikan di sekolah dilaksanakan guna membiayai
segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan
pendidikan yang ada di sekolah. Sekolah Dasar Negeri pada
umumnya memiliki sumber-sumber penerimaan yang terdiri dari
pemerintah pusat, pemeintah daerah, dan masyarakat. Menurut
Dina Sofianah (2015) untuk Sekolah SD/MI dan SMP/MTs sumber
pendanaan umumnya hanya berasal dari satu sumber yaitu berasal
dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Selain itu, di beberapa
Kabupaten/Kota ada pula kebijakan memberikan dana ke sekolah
(SMP/MTs dan SD/MI) yang berasal dari APBD II. Penamaan
pemberian dana tersebut bermacam-macam ada yang menyebut
dana operasional rutin, dana operasional sekolah (DOS), Bantuan
Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) dan sebagainya. Petunjuk
Teknis (juknis) BOS Tahun 2015 menjelaskan bahwa BOS adalah
program pemerintah untuk memberikan pendanaan biaya perasi
bagi sekolah sebagai pelaksana program wajib belajar. Sasaran
program BOS adalah semua sekolah SD-SMP, baik negeri maupun
swasta yang sudah memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional
(NPSN) dan sudah terdata dalam sistem Data Pokok Pendidikan
(Dapodik).
Sesuai Juknis BOS 2015, dana BOS yang diterima oleh
sekolah dapat digunakan untuk membiayai komponen kegiatan-
kegiatan berikut. a. Pembelian/ penggandaan buku teks pelajaran.
b. Pembiayaan kegiatan dalam rangka penerimaan peserta didik
baru. c. Kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler peserta didik. d.
520

Kegiatan ulangan dan ujian. e. Pembelian bahan-bahan habis


pakai. f. Langganan daya dan jasa. g. Perawatan sekolah/ rehab
ringan dan sanitasi sekolah. h. Pembiayaan honorarium guru
honorer dan tenaga honorer. i. Pengembangan profesi guru. j.
Membantu peserta didik miskin. k. Pembiayaan pengelolaan BOS.
l. Pemberian dan perawatan komputer. m.Biaya lainnya jika
komponen di atas telah terpenuhi. Petunjuk Tenis Bantuan
Operasional Daerah Pendidikan Dasar (BOSDA DIKDAS) Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 menyatakan bahwa secara
umum program BOSDA DIKDAS bertujuan untuk membantu
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu. Sementara itu,
secara khusus program BOSDA DIKDAS bertujuan untuk: a.
Memenuhi kebutuhan biaya operasional di SD dan SMP negeri
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Meringankan beban biaya operasional di SD/SMP/MI/MTs
swasta dalam rangka menigkatkan kualitas pendidikan. Dana
BOSDA DIKDAS Tahun 2015 dapat digunakan untuk: a. Kegiatan
pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa. b. Penyelenggaraan
kegiatan pendidikan berbasis budaya. c. Pengembangan kreatifitas
unggulan mutu pendidikan, d. Kegiatan dalam rangka update data
pokok pendidikan (dapodik). e. Pengembangan perpustakaan. f.
Kegiatan ulangan dan ujian. g. Pembelian bahan pakai habis. h.
Langganan daya dan jasa. i. Perawatan dan pemeliharaan. j.
Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga
kependidikan honorer. k. Pendidikan kebencanaan/ pengurangan
resiko bencana di sekolah/ madrasah. l. Pembiayaan pengelolaan
BOSDA DIKDAS. C. Kajian Empirik (Penelitian yang Relevan)
Berikut ini beberapa penelitian yang relevan untuk digunakan
sebagai acuan dalam penelitian ini, diantaranya adalah: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Ratih Andini Nitiswara
521

(2015) yang berjudul “Analisis Pembiayaan Pendidikan di Sekolah


Menengah Pertama (SMP) Laboratorium Undiksha SingarajaTahun
2015”. 38 Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
sumber pembiayaan pendidikan berasal dariberbagai sumber
sebesar Rp 871.602.864,00 alokasinya untuk pengembangan
sekolah sebesar Rp 546.307.609,00. Pelaksanaan pembiayaan
pendidikan dimulai dari perencanaan dengan acuan Rancangan
Pendapatan Anggaran Biaya. Biaya yang tidak sesuai realisasinya
dibuat rekapitulasi baru. Pengeluaran paling banyak digunakan
untuk kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler siswa sebesar Rp
68.511.330,00. Pengawasan dan pertanggungjawaban
dilaksanakan oleh Yayasan Universitas Pendidikan Ganesha,
Komite Sekolah, dan Dinas Pendidikan. Persamaan penelitian
tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama
melakukan penelitian mengenai pembiayaan pendidikan,
sedangkan perbedaannya ada pada setting penelitian dan pada
penelitian yang akan dilakukan tidak membahas mengenai
pengawasan dan pertanggungjawaban pembiayaan. 2. Penelitian
yang dilakukan oleh Ana Fitriana (2011) yang berjudul
“Pembiayaan Pendidikan di MA An-Najah Petukangan Selatan
Jakarta”. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
pelaksanaan pembiayaan Pendidikan di MA An-Najah Petukangan
Selatan Jakarta belum efektif. Dikarenakan dalam langkah-langkah
pelaksanaan masih ada beberapa kegiatan yang belum maksimal
dilakukan, yaitu dalam perencanaan RAPBS, sumber dana,
distribusi, pengawasan, dan evaluasi pembiayaan pendidikan.
Seperti; perencanaan dalam pelaksanaan pembiayaan di sekolah
meliputi; keterlibatan guru dan komite dalam penyusunan RAPBS,
kurang kreatifnya sekolah dalam pengelolaan sumber dana untuk
memperlancar program sekolah, distribusi atau pemakaian
terhadap dana pendidikan, meliputi; kurang efektifnya penyaluran
522

terhadap pembiayaan pendidikan, evaluasi terhadap penggunaan


dana pendidikan, meliputi; kurangnya keterlibatan pengawas
eksternal seperti komite sekolah, agar terciptanya transparansi
pembiayaan sekolah. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama mengenai
pembiayaan pendidikan, sedangkan perbedaannya penelitian yang
akan dilakukan tidak membahas mengenai langkah-langkah
pembiayaan pendidikan tetapi hanya mendeskripsikan pembiayaan
pendidikan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Anis
(2013) yang berjudul “Manajemen Pembiayaan Pendidikan di SDIT
Assalamah Ungaran”. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
diketahui bahwa manajemen pembiayaan pendidikan di SDIT
Assalamah Ungaran dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
perencanaan dan tujuan yang ingin dicapai dalam manjemen
pembiayaan meskipun ada beberapa faktor penghambat
berkenaan dengan alur pencairan dana dan keterlambatan
pembayaran iuran SPP, sedangkan untuk faktor pendukung
berkenaan dengan tersedianya dana yang selalu memadai dan
SDM sekolah yang proesional, sehingga dapat bekerjasama dalam
pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di SDIT
Assalamah Ungaran
6. Kerangka Pikir
SD Negeri Ngrojo merupakan salah satu sekolah pada jenjang
pendidikan dasar yang berada di Kecamatan Nanggulan
Kabupaten Kulon Progo yang memiliki jumlah peserta didik yang
sedikit. Sedikitnya jumlah peserta didik di sekolah tersebut
menyebabkan dana pendidikan yang diterima terbatas karena
bantuan dana dari pemerintah ditentukan berdasarkan jumlah
peserta didik di sekolah. Sementara itu, terdapat komponen-
komponen pendidikan yang harus dibiayai dengan dana tersebut,
seperti sarana prasarana, tenaga pendidik, kurikulum, pembiayaan,
523

dan peserta didik, serta komponen-komponen lain yang berkaitan


dengan penyelenggaraan pendidikan. Selain itu, banyak
kegiatanyang harus dilaksanakan antara lain: kegiatan
intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan lainnya.
Semua kegiatan yang telah diprogramkan tersebut membutuhkan
dana dari sekolah untuk membiayai bahan, alat, maupun jasa agar
kegiatan dapat terlaksana guna mencapai target mutu yang telah
ditetapkan. Sehingga, apabila sekolah mengalami keterbatasan
dana dikhawatirkan akan menghambat pencapaian target mutu
yang telah ditetapkan. Peneliti mengumpulkan informasi dari
sekolah mengenai 41 pembiayaan pendidikan yang ada di SD
Negeri Ngrojo. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

pat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 1. Kerangka Pikir


Penelitian yang berjudul “Pembiayaan Pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri Ngrojo Nanggulan Kulon Progo”. E. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah : 1. Berapakah
jumlah dana pendidikan yang diterima SD Negeri Ngrojo ? 2.
Berasal darimana sajakah sumber dana pendidikan di SD Negeri
Ngrojo ? 3. Bagaimana dana pendidikan yang diperoleh sekolah
dapat membiayai program-program SD Negeri Ngrojo

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dalam era global
menuntut berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar.
Menurut Mulyasa (2013:2), “perubahan itu menyangkut perubahan
masyarakat dari lokal menjadi global, dari kohesi sosial menjadi
partisipasi demokratis, pertumbuhan ekonomi ke perkembangan
manusia”. Dalam rangka mengantisipasi perubahan global dan
524

tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya


teknologi informasi yang semakin canggih dan pemerataan layanan
pendidikan perlu diarahkan pada pendidikan yang transparan,
berkeadilan dan demokratis. Upaya peningkatan kualitas pendidikan
nasional dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan sudah dilakukan
oleh pemerintah secara terus menerus. Bukti dari keseriusan
pemerintah dalam pelaksanaan tujuan pendidikan ditandai dengan
keluarnya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pada tahun
2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Standar Nasional Pusat. Dalam setiap kebijakan pemerintah ini
memang harus diikuti dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan yang sejalan mendukung akan kebijakan pendidikan
nasional yang diselaraskan dengan keadaan nyata dalam masyarakat
Indonesia. Selain itu, strategi pendidikan nasional harus mempunyai
tujuan yang jelas, layak dan dicapai dengan kemampuan yang ada
serta memiliki gambaran ideal tentang tujuan pendidikan yang
diharapkan di masa depan. 2 Hidayat (2013:5) menjelaskan ada lima
permasalahan yang harus dipecahkan dalam pendidikan nasional
antara lain: 1. Upaya peningkatan mutu pendidikan dilakukan
menerapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan, yaitu melalui
konsensus nasional antara pemerintah dengan seluruh lapisan
masyarakat. 2. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan
mengarah pada penataan kurikulum berbasis kompetensi dan
berkarakter. 3. Peningkatan relevansi pendidikan mengarah pada
pendidikan berbasis masyarakat, dengan pendekatan partisipatif. 4.
Pemerataan layanan pendidikan mengarah pada pendidikan yang
berkeadilan. Hal ini berkenaan dengan pembiayaan yang adil dan
transparan, pemerataan mutu pendidikan dan pelayanan pendidikan.
5. Pendidikan berkarakter untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai
filosofis dan mengembangkan seluruh karakter bangsa dalam
berbagai jenis. Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan
525

yang mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang


oleh berbagai pihak sudah tidak efektif, membutuhkan perubahan
yang mendasar berkaitan dengan kurikulum. Kurikulum di Indonesia
sudah lama dipakai dalam bidang pendidikan, istilah ini muncul pada
tahun 1855 kemudian terus berkembang seirama dengan
perkembangan berbagai hal yang harus dicapai.
Menurut kebijakan pendidikan nasional pengertian kurikulum
dapat dilihat dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (9),
“kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman 3 penyelanggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum tidak hanya dibelajarkan kepada peserta didik,


melainkan sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk
dialami dan diwujudkan dalam perilaku peserta didik. Kurikulum dalam
sistem pendidikan nasional mempunyai kedudukan sentral dan
strategis. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI
Nomor 20 Tahun 2003). Perubahan dan pengembangan kurikulum
merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan melibatkan
berbagai kompenan yang saling terkait. Dalam konteks kebijakan
nasional perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang
berkaitan dengan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya
seringkali disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kekuasaan
semata. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik pengawas,
kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan lainnya, maupun peserta
didik akan menerima imbasnya dari perubahan kurikulum yang terjadi
526

baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap perubahan yang


terjadi akan muncul berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik
pro maupun kontra. Kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa
kali perubahan pada. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi
dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan
perkembangan

iptek. Hamalik sebagaimana dalam Hidayat (2013:1)


mengemukakan bahwa dalam perubahan kurikulum dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: 1. Tujuan filsafat pendidikan nasional
yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan institusional
yang pada gilirannya menjadi landasan merumuskan tujuan kurikulum
suatu satuan pendidikan. 2. Sosial budaya yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat. 3. Keadaan lingkungan interpersonal, kultural,
biokologi dan geokologi. 4. Kebutuhan pembangunan
Poleksosbudhankam. 5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiaan serta
budaya bangsa. Kurikulum mempunyai sifat dinamis, sehingga
seringkali harus dilakukan perubahan dan pengembangan agar dapat
mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian,
proses perubahan dan pengembangan harus dilakukan secara
sistematis dan terarah. Proses perubahan tersebut harus memiliki visi
dan arah yang jelas, mau dibawa kemana sistem pendidikan nasional
dengan kurikulum tersebut. Perubahan dan tuntutan yang terjadi
dalam perkembangan masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional harus mengacu pada landasan yuridis Pancasila dan UUD
1945. Berkaitan dengan perubahan kurikulum, pemerintah
mencanangkan perlu diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi
sekaligus berbasis karakter, dapat membekali peserta didik dengan
kemampuan dan sikap serta mampu memenuhi tuntutan
perkembangan zaman. Hal tersebut diperjelas dalam penjelasan UU
527

Nomor 20 Tahun 2003 bagian umum juga ditegaskan bahwa, salah


satu strategi 5 pembangunan pendidikan nasional adalah
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.
Kurikulum ini diharapkan mampu memecahkan berbagai masalah
terutamanya masalah pendidikan, melalui perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi terhadap sistem pendidikan. Dalam rangka pencapaian
hal tersebut, maka pemerintah membuat kebijakan untuk perbaikan
kurikulum dengan pengembangan di berbagai jenjang pendidikan
melalui kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan perkembangan
dari kurikulum 2006 atau KTSP yang sudah memasuki usia ke-7
tahun. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi
pendidikan. Menurut Hidayat (2013:113), “orientasi kurikulum 2013
adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi
sikap (attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan (knowladge)”.
Hal tersebut sejalan dengan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal
35 bahwa kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati. Kurikulum 2013
menjadi salah satu solusi mengahadapi perubahan zaman yang kelak
akan mengutamakan kompetensi dengan nilai-nilai karakter.
Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 menurut Mulyasa (2013:7)
bertujuan sebagai berikut:
“Meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang
mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar
kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan”.

Dalam mengimplementasi kurikulum 2013 mencakup seluruh


pembelajaran pada semua bidang studi yang nantinya akan
dikembangkan, terutama norma dan nilai yang akan dihubungkan
dalam pembelajaran. Implementasi kurikulum 2013 6 berbasis
karakter dan kompetensi melibatkan semua komponen pendidikan
yang utamanya ada dalam sistem pendidikan itu sendiri. Menurut
528

Mulyasa (2013:9), “komponen itu adalah kurikulum, rencana


pembelajaran, proses pembelajaran, model penilaian, kualitas
hubungan, pengelolaan sekolah, pengembangan diri, sarana
prasarana, pembiayaan dan etos kerja”. Kurikulum dan pembelajaran
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu
rencana kurikulum tidak dapat diimplementasikan tanpa adanya guru
begitu juga sebaliknya, guru tidak akan bisa melaksanakan proses
pembelajaran tanpa adanya kurikulum. Maka dari itu guru mempunyai
peran yang begitu mendasar dalam implementasi kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan pembaharuan dengan karakter dan
kompetensinya. Proses implementasi ini menuntut guru untuk lebih
profesional meskipun sebelum diimplementasikan pihak pemerintah
mengadakan program pelatihan guru master teacher (guru inti) yang
direkrut dari guru-guru berprestasi dengan melihat skor ujian
kompetensi awal (UKA), ujian kompetensi guru, diklat pasca UKA,
PLPG, diakhiri dengan penilaian acuan patokan dan penilaian
berbasis kompetensi. Meskipun demikian, kegiatan ini hanya tertuju
pada guru yang berprestasi mencakup sebagian bukan keseluruhan
guru. Pemahaman hanya tertuju pada guru yang sudah mengikuti
diklat (pendidikan dan pelatihan) dan mendapatkan pengarahan,
tetapi bagi guru yang belum mengikuti diklat merupakan masalah
besar dan akan menghambat dalam implementasi kurikulum 2013. 7
Pencapaian tujuan kurikulum 2013 merupakan tugas semua
komponen pendidikan, namun guru sebagai pelaksana lapangan
dilimpahi tanggung jawab besar dalam pelaksanan kurikulum 2013
yang berbasis karakter dan kompetensi. Kurikulum 2013 berbasis
karakter erat kaitannya dengan pembelajaran PPKn yang mempunyai
tujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia berkarakter kuat,
yang harapannya bisa memecahkan permasalahan bangsa dan
mencapai tujuan nasional. Hal tersebut menenjukkan bahwa, guru
PPKn mempunyai peran sangat penting dalam penanaman karakter
529

pada pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013. Guru PPKn yang


lebih paham akan pengembangan karakter harus membantu guru lain
dalam implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter, karena
dalam implementasi kurikulum 2013 membutuhkan kesiapan serta
kemampuan keprofesionalan guru dalam pelaksanaannya. Kesiapan
dalam implementasi kurikulum 2013 menyangkut kemampuan dan
rasionalitas dari berbagai sudut pandang utamanya untuk
pengembangan kurikulum 2013. Kemampuan dan rasionalitas yang
perlu dipahami oleh guru utamanya dalam proses pembelajaran
adalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Proses
pembelajaran yang menuntut kesiapan guru dalam perencanaan,
pelaksanaan pengembangannya dan pemahaman macam model
penilaian yang akan menjadi sebuah umpan balik agar dapat
menyempurnakan proses pembelajaran dalam rangka pencapaian
tujuan pembelajaran. Pemahaman rangkaian proses pembelajaran
dan model penilaian merupakan satu rangkaian yang utuh yang perlu
disiapkan guru dalam menerima kurikulum 2013. Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan 8
dalam bentuk penelitian dengan judul “Pengaruh pemahaman tentang
Proses Pembelajaran dan Model Penilaian terhadap kesiapan dalam
menerima Kurikulum 2013 pada Guru di SMA Negeri 1 Polanharjo
Tahun 2014”. B. Identifikasi Masalah Menurut Mulyasa (2013:9),
dalam proses implementasi kurikulum 2013 ada beberapa komponen
yang harus disiapkan yaitu, “kurikulum, rencana pembelajaran, proses
pembelajaran, model penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan
sekolah, pengembangan diri, sarana prasarana, pembiayaan dan etos
kerja”. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka dipandang cukup penting untuk mengadakan penelitian
mengenai “Pengaruh pemahaman tentang Proses Pembelajaran dan
Model Penilaian terhadap kesiapan dalam menerima Kurikulum 2013
pada Guru di SMA Negeri 1 Polanharjo Tahun 2014”. C. Pembatasan
530

Masalah Permasalahan yang berkaitkan dengan judul di atas sangat


luas, sehingga tidak mungkin permasalahan yang ada dapat
terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh karena itu, perlu adanya
pembatasan dan pemfokusan masalah sehingga persoalan yang akan
diteliti menjadi lebih jelas. Adapun ruang lingkup dan fokus masalah
yang diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah aspek-aspek dari subjek penelitian yang
menjadi sasaran penelitian, meliputi: 9 a. Proses Pembelajaran. b.
Model Penilaian. c. Kesiapan dalam menerima Kurikulum 2013 pada
Guru di SMA Negeri 1 Polanharjo. 2. Subjek Penelitian Subjek
penelitian ini adalah semua anggota Guru SMA Negeri 1 Polanharjo
Kabupaten Klaten Tahun 2014 yang keseluruhan berjumlah 63 orang.
D. Perumusan Masalah Sugiyono (2011:55) menyatakan bahwa
rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data. Berdasarkan latar belakang
masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh pemahaman
tentang proses pembelajaran terhadap kesiapan dalam menerima
Kurikulum 2013 pada guru di SMA Negeri 1 Polanharjo Tahun 2014?
2. Bagaimana pengaruh pemahaman tentang model penilaian
terhadap kesiapan dalam menerima Kurikulum 2013 pada guru di
SMA Negeri 1 Polanharjo Tahun 2014? 3. Bagaimana pengaruh
pemahaman tentang proses pembelajaran dan model penilaian
terhadap kesiapan dalam menerima Kurikulum 2013 pada guru di
SMA Negeri 1 Polanharjo Tahun 2014? 10 E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk
mengetahui pengaruh pemahaman tentang proses pembelajaran
terhadap kesiapan dalam menerima Kurikulum 2013 pada guru di
SMA Negeri 1 Polanharjo Tahun 2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh
pemahaman tentang model penilaian terhadap kesiapan dalam
menerima Kurikulum 2013 pada guru di SMA Negeri 1 Polanharjo
531

Tahun 2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman tentang


proses pembelajaran dan model penilaian terhadap kesiapan dalam
menerima Kurikulum 2013 pada guru di SMA Negeri 1 Polanharjo
Tahun 2014. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang pengaruh
pemahaman proses pembelajaran dan model penilaian terhadap
kesiapan dalam menerima Kurikulum 2013. b. Hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian
berikutnya yang sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan gambaran
bagi guru tentang pentingnya pengaruh pemahaman proses belajar
terhadap kesiapan dalam menerima Kurikulum 2013 . b. Memberikan
masukan kepada guru tentang pentingnya pemahaman model
penilaian terhadap kesiapan dalam menerima Kurikulum 2013.

Bagaimana hasil belajarmu di kegiatan belajar 1? Karena kamu sudah


mempelajari berbagai hal mengenai manajemen, maka kamu sudah dapat
memahami betapa pentingnya manajemen dalam sebuah organisasi.
Karena manajemen yang baik akan lebih memudahkan organisasi untuk
mencapai tujuan.

Sekarang, di kegiatan belajar 2 ini kamu akan mempelajari bagaimana


penerapan manajemen yang baik dalam kegiatan di sekolah. Selain itu,
kamu juga akan mempelajari manfaat dari penerapan manajemen yang
baik di sekolah. Jadi, perhatikan baik-baik materi-materi yang disampaikan
dan coba kamu bandingkan dengan kondisi manajemen di sekolah kamu.
Bukankah lebih mudah mempelajari suatu hal dari tempat yang paling
dekat dengan keseharianmu?
 
Fungsi-Fungsi Manajemen dalam Kegiatan di Sekolah
Manajemen adalah upaya mengkoordinasikan seluruh sumber daya untuk
secara optimal berperan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kegiatan di sekolah, karena yang menjadi pucuk pimpinan adalah
kepala sekolah, maka dapat dikatakan kepala sekolah adalah manajer
utama dalam sekolah.

Fungsi manajemen di sekolah dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu:


532

1. Manajemen di sekolah berfungsi untuk mengatasi berbagai


permasalahan yang ada di sekolah. Permasalahan yang ditangani oleh
manajemen sekolah meliputi beberapa bidang garapan (substansi),
yaitu:

1. bidang pengajaran/kurikulum
2. bidang kesiswaan
3. bidang personalia
4. bidang keuangan
5. bidang sarana dan prasarana
6. bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas)

b. Manajemen di sekolah berfungsi untuk membedakan aktivitas


manajemen yang meliputi kegiatan manajerial yang dilakukan oleh
pimpinan, dan kegiatan yang bersifat operasional yang dilakukan oleh
pelaksana.

 
Perhatikan animasi untuk mengilustrasikan manajemen di sekolah berikut
ini:

 
Seperti yang telah kamu ketahui, manajemen harus dapat menjalankan 4
macam fungsi, yaitu:

1. Perencanaan (planning)
2. Pengorganisasian (organizing)
3. Penggerakkan (actuating)
4. Pengawasan (controlling)

 
Berbagai bentuk kegiatan manajemen di sekolah, menurut Mulyasa dalam
bukunya Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan
Implementasi (Bandung, 2002) disebutkan ada 8 bidang garapan yang
masuk ke dalam kegiatan manajemen di sekolah, yaitu:
533

1. Manajemen siswa
2. Manajemen personil sekolah
3. Manajemen kurikulum
4. Manajemen sarana atau material
5. Manajemen tata laksana pendidikan atau ketatausahaan sekolah
6. Manajemen pembiayaan atau anggaran
7. Manajemen lembaga pendidikan dan organisasi pendidikan
8. Manajemen hubungan masyarakat atau komunikasi pendidikan

 
Berbagai macam bidang garapan manajemen sekolah tersebut harus
mampu melaksanakan 4 fungsi manajemen secara tersiklus. Jadi apabila
seluruh tahapan mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasan
sudah terlaksana, maka akan kembali lagi ke tahap perencanaan, begitu
seterusnya.
1. Manajemen Siswa

 
Yang dilakukan oleh manajer di sekolah, terkait dengan mananejem siswa
adalah sebagai berikut:
Planning
Pada tahap perencanaan, manajer melakukan perencanaan daya
tampung dan penerimaan peserta didik baru (ppdb).
 
Organizing
Kemudian di tahap pengorganisasian, manajer melakukan
pengelompokkan peserta didik berdasarkan pola tertentu.
 
Actuating
Dalam tahap penggerakkan manajemen siswa, manajer melakukan
beberapa hal yaitu: pembinaan kedisiplinan, pencatatan kehadiran siswa
534

(presensi-absensi), pengaturan perpindahan siswa, dan pengaturan


kelulusan siswa (menetapkan batas nilai, dan sebagainya).
 
Controlling
Dan selanjutnya di tahap pengawasan, manajer melakukan pemantauan
siswa dan penilaian terhadap siswa (evaluasi belajar, prestasi, dan
perilaku).

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menerapkan


manajemen siswa, yaitu:

1. siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek,


sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap
perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan
kegiatan siswa
2. kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik,
kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh
karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga
setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal
3. siswa akan lebih termotivasi belajar, jika siswa menyenangi apa
yang diajarkan. maka perlu mendesain pembelajaran yang
menyenangkan
4. pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah
kognitif (intelektual), tetapi juga ranah afektif (sikap), dan psikomotor
(perilaku)

2. Manajemen Personil Sekolah


Personil sekolah yang diatur dalam
manajemen sekolah ini meliputi
guru, staf tata usaha, laboran,
 
pustakawan. Atau dengan kata lain
guru dan semua pegawai lain yang
terlibat dalam kegiatan sekolah.
Planning
Dalam tahap perencanaan, manajer
sekolah melakukan analisis
pekerjaan guru dan pegawai di
  sekolah, menyusun formasi guru
dan pegawai, dan membuat
perencanaan dan pengadaan guru
dan pegawai guru apabila
dibutuhkan.
  Organizing
Kemudian pada tahap
pengorganisasian, manajer sekolah
535

melakukan pembagian tugas guru


dan pegawai.
  
Actuating
Selanjutnya pada tahap penggerakkan, dilakukan beberapa hal seperti:
a. pembinaan profesionalisme guru dan pegawai
b. pembinaan karier guru dan pegawai
c. pembinaan kesejahteraan guru dan pegawai
d. pengaturan perpindahan dan pemberhentian guru dan pegawai
 
Controlling
Dan pada tahap pengawasan, dilakukan pemantauan kinerja guru dan
pegawai, serta penilaian kinerja guru dan pegawai (evaluasi mengajar,
prestasi, dan perilaku).

Terdapat lima prinsip dasar manajemen personalia sekolah, yaitu:

a. sumber daya manusia adalah komponen paling berharga untuk


mengembangkan sekolah
b. sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola
dengan baik, sehingga mendukung tujuan sekolah
c. kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial
sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pengembangan sekolah
d. manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan
agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk
mencapai tujuan sekolah.
e. upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah
mutlak diperlukan.

 
3. Manajemen Kurikulum
Pada bidang kurikulum, manajer melakukan hal-
 
hal berikut ini:
Planning
Dalam tahap perencanaan, manajer melakukan
analisis materi pelajaran, penyusunan kalender
pendidikan, penyusunan program tahunan dan
  semesteran, penyusunan satuan pelajaran, dan
penyusunan Rencana Program Pembelajaran
(RPP).
Organizing
Kemudian pada tahap pengorganisasian,
manajer melakukan pembagian tugas mengajar,
 
penyusunan jadwal pelajaran, kegiatan
536

  pengayaan, dan kegiatan ekstrakurikuler.


Actuating
Selanjutnya di tahap penggerakkan, manajer melakukan pengaturan
pelaksanaan tahun ajaran baru dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Controlling
Dan pada tahap pengawasan dilakukan supervisi pelaksanaan
pembelajaran, serta evaluasi proses dan hasil belajar. Penilaian kurikulum
dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP). Penilaian konteks
memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi terkini,
masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input memfokuskan pada
kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan
cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada
penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan
program. Penilaian Produk berfokus pada mengukur pencapaian proses
dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif).
4. Manajemen Sarana atau Material
Sarana atau material di sekolah antara
lain meliputi gedung, ruangan, mebel,
dan peralatan sekolah lainnya. Untuk
merawat semua sarana sekolah perlu
dilakukan manajemen perawatan
 
preventif yang dilakukan secara periodik
dan terencana. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kinerja, memperpanjang
usia pakai, dan menurunkan biaya
perbaikan.
Planning
  Pada tahap perencanaan ini manajer
sekolah
melakukan analisis kebutuhan sarana, perencanaan dan pengadaan
sarana, serta menyiapkan jadwal kegiatan perawatan.

Organizing
Pada tahap pengorganisasian manajer sekolah melakukan pendistribusian
sarana, dan penataan sarana sekolah.
 
Actuating
Kemudian pada tahap penggerakkan, manajer sekolah melakukan
pemanfaatan sarana sekolah secara efektif dan efisien, pemeliharaan dan
perawatan sarana, inventarisasi sarana, dan penyebarluasan informasi
mengenai program pemeliharaan sarana kepada warga sekolah.
 
Controlling
Selanjutnya pada tahap pengawasan dilakukan pemantauan secara rutin
537

mengenai penggunaan dan pemeliharaan sarana. Serta penilaian kinerja


penggunaan sarana sekolah.
5. Manajemen Tata Laksana atau Ketatausahaan
Tata laksana atau ketatausahaan di sekolah terkait
erat dengan administrasi sekolah. Menurut The Lian
Gie (2000), tenaga tata usaha memiliki tiga peranan
pokok yaitu:
 
Pertama melayani pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan
  operatif untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi,
Kedua menyediakan keterangan-keterangan bagi
pucuk pimpinan organisasi itu untuk membuat
keputusan atau melakukan tindakan yang tepat, dan
Ketiga membantu kelancaran perkembangan
organisasi sebagai suatu keseluruhan. Di sekolah,
manajemen tata laksana atau tata usaha meliputi:
  Planning
Tahap perencanaan meliputi perencanaan sistem dan
 
alur ketatalaksanaan atau tata usaha.
 
Organizing
Kemudian pada tahap pengorganisasian dilakukan pengadaan sistem
ketatalaksanaan.
 
Actuating
Sedangkan pada tahap penggerakkan dilakukan implementasi
(penerapan) sistem ketatalaksanaan.
 
Controlling
Dan pada tahap pengawasan, manajer melakukan pemantauan
ketatalaksanaan dari sisi sistem administrasi maupun kinerjanya.
6. Manajemen Pembiayaan atau Anggaran
Manajemen pembiayaan atau anggaran di sekolah terutama berkenaan
dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola
dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah,
cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan
pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen
keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam manajemen


 
pembiayaan sesuai dengan fungsi manajemen
adalah sebagai berikut:
1. penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan
 
  Belanja Sekolah (RAPBS)
  2. pengadaan dan pengalokasian anggaran
538

 berdasarkan RAPBS
pelaksanaan anggaran sekolah, pembukuan
3.
  keuangan sekolah, dan pertanggungjawaban
 
keuangan sekolah

4. pemantauan keuangan dan penilaian kinerja


 
  manajemen keuangan sekolah

 
7. Manajemen Pengorganisasian

Sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai


organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai
sepenuhnya. Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-
tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah
untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai
dengan kemampuan, fungsi, dan wewenang yang telah ditentukan.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa
tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas
karyawan sekolah.

Melalui struktur tersebut juga akan terlihat apakah di suatu sekolah


dibentuk satuan tugas (unit kerja) tertentu seperti bagian UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan dan lain-
lain.

Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan yang menunjukkan


kekuasaan yang berlebihan (otoriter), suasana kerja dapat lebih berjiwa
demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang
bertanggung jawab.
539

Langkah-langkah yang dilakukan dalam manajemen pengorganisasian


sekolah sesuai dengan fungsi manajemen adalah sebagai berikut:

1. penyusunan tugas dan fungsi organisasi, serta penyusunan


personil organisasi
2. penyusunan struktur organisasi
3. pelaksanaan tugas sesuai struktur organisasi, serta
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
4. pemantauan kinerja personel organisasi, serta evaluasi organisasi

8. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat


Manajemen hubungan sekolah
dengan masyrakat merupakan seluruh
proses kegitan yang direncanakan
dan diusahakan secara sengaja dan
  bersunggu-sungguh serta pembinaan
secara berkesinambungan untuk
mendapatkan simpati dari
masyarakat. Sehingga kegiatan
operasional sekolah semakin efektif
dan efisien, demi membantu
 
tercapainya tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan.
 
Sekolah merupakan hal yang tidak
bisa dipisahkan dengan masyarakat.
  Hubungan serasi, terpadu serta timbal
baliknya antara sekolah dan
masyarakat
 
harus diciptakan dan dilaksanakan agar meningkatkan mutu pendidikan
dan pembangunan masyarakat dapat saling menunjang. Masyarakat
dapat ikut bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap
pelaksanaan pendidikan, sehingga hasil pendidikan bermanfaat bagi
masyarakat, diantaranya dalam mengisi kebutuhan tenaga kerja

Langkah-langkah yang dilakukan dalam manajemen hubungan sekolah


dengan masyarakat sesuai dengan fungsi manajemen adalah sebagai
berikut:

1. analisis kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam


penyelenggaraan sekolah, serta penyusunan program hubungan
sekolah dengan masyarakat.
540

2. pembagian tugas melaksanakan program hubungan sekolah


dengan masyarakat
3. menciptakan hubungan sekolah dengan orang tua siswa,
mendorong orangtua menyediakan lingkungan belajar efektif, dan
mengadakan komunikasi dengan tokoh masyarakat
4. pemantauan dan penilaian kinerja hubungan sekolah dengan
masyarakat

 
Manfaat Manajemen dalam Kegiatan di Sekolah
 
Tentu kamu sudah tahu kalau gambar di sampi
adalah lambang OSIS. Apa itu OSIS
  OSIS merupakan organisasi siswa yang sah
sekolah. OSIS adalah kependekan dari Organisa
Siswa Intra Sekolah.
  
Kata organisasi menunjukkan bahwa OS
merupakan kelompok kerja sama antarpribadi ya
diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Sebag
  organisasi, OSIS dibentuk dalam usaha mencap
terwujudnya pembinaan kesiswaan. Siswa adal
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar d
menengah, yaitu SMP dan SMA dan yang setara.
Kata intra menunjukkan bahwa OSIS adalah sua
organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkung
 
suatu sekolah. Keberadaan OSIS di suatu sekol
tidak ada kaitan dengan OSIS
yang ada di sekolah lain. Kata sekolah menunjukkan satuan pendidikan
tempat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan.
 
Apakah kamu menjadi anggota OSIS di sekolahmu?
 
Tujuan utama terbentuk OSIS antara lain sebagai berikut:

1. menghimpun ide, pemikiran, bakat, kreativitas, serta minat para


siswa ke dalam salah satu wadah yang bebas dari berbagai pengaruh
negatif dan luar sekolah.
2. mendorong sikap, jiwa, dan semangat kesatuan dan persatuan di
antara para siswa sehingga timbul satu kebanggaan untuk mendukung
peran sekolah sebagai tempat terselenggaranya proses belajar
mengajar.
3. sebagai tempat dan sarana untuk berkomunikasi, menyampaikan
pikiran dan gagasan dalam usaha untuk lebih mematangkan
kemampuan berpikir, wawasan, dan pengambilan keputusan.
541

OSIS sebagai suatu organisasi memiliki beberapa peranan atau fungsi


dalam mencapai tujuan.
 
Sebagai suatu organisasi OSIS juga perlu pula memperhatikan faktor-
faktor yang sangat berperan agar OSIS tetap hidup yaitu:

1. sumber daya
2. efisiensi
3. koordinasi kegiatan sejalan dengan tujuan
4. pembaharuan
5. kemampuan beradaptasi dengan lingkungan luar
6. terpenuhinya fungsi dan peran seluruh komponen

 
Dari faktor-faktor ini, faktor manusia yang paling penting. Keberhasilan
atau kegagalan OSIS tergantung pada manusia yang terlibat dalam
organisasi siswa ini. Untuk alasan ini, perlu ada pelatihan terus-menerus
untuk kalangan pengurus dan anggota OSIS. Bentuk pelatihan itu antara
lain pelatihan kepemimpinan dan wawasan wiyatamandala.
 
Sebagai organisasi, OSIS memiliki perangkat. Perangkat OSIS terdiri dari:

1. Dewan Pembina yang terdiri dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala


Sekolah Bidang Kesiswaan, Koordinator Pembina, dan Guru sebagai
anggota.
2. Perwakilan Kelas yang terdiri dari siswa-siswa yang ditunjuk untuk
mewakili tiap-tiap kelas yang nantinya akan duduk dalam MPK atau
Musyawarah Perwakilan Kelas. Secara rutin, MPK akan bekerjasama
dengan pengurus OSIS sekaligus memantau kinerja pengurus OSIS
serta menyampaikan aspirasi kelas kepada Pengurus OSIS atau
sebaliknya.
3. Pengurus OSIS yang meliputi Ketua I, Ketua II, Sekretaris I,
Sekretaris II, Bendahara I, Bendahara II dan beberapa staf atau seksi. 
Contoh staf atau seksi tersebut adalah Seksi Keagamaan, Seksi
Kesenian, dan sebagainya.

 
Tentu saja dalam kegiatan OSIS, fungsi manajemen harus diperhatikan.
Misalnya, OSIS mempunyai rencana untuk melakukan kegiatan gerakan
penghijauan sekitar sekolah.
542

Dalam perencanaan beberapa pertanyaan mendasar harus dijawab,


antara lain, Apa yang hendak dicapai dengan gerakan penghijauan?
Mengapa perlu ada gerakan penghijauan?, Di mana gerakan penghijauan
diadakan? Kapan gerakan penghijauan diadakan? Siapa yang terlibat
dalam gerakan penghijauan itu? dan Bagaimana gerakan penghijauan itu
dilaksanakan?
 
Setelah perencanaan ini tersusun dengan matang, OSIS perlu
menerapkan fungsi pengorganisasian. Hal ini dilakukan dengan
membentuk panitia dengan pembagian tugas yang jelas. Pembagian
tugas yang jelas tentu saja memudahkan pelaksanaan gerakan
penghijauan. Dalam pelaksanaan, orang-orang yang terlibat digerakkan
agar bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
kegiatan tentu saja perlu diawasi. Tujuannya untuk memastikan
pelaksanaan sesuai dengan rencana, mencegah adanya kesalahan,
menciptakan kondisi agar para siswa bertanggung jawab dalam
melaksanakan pekerjaan, mengadakan koreksi terhadap kegagalan yang
timbul, dan memberi jalan keluar atas suatu kesalahan.
 
Bagaimana, kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh OSIS di
sekolahmu? Apakah struktur organisasinya sama dengan penjelasan di
atas? Sangat mungkin apabila terdapat perbedaan dari apa yang kamu
pelajar di modul ini dengan kondisi di sekolahmu. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan manajemen, tujuan yang ingin dicapai, dan kebutuhan dari
masing-masing sekolah.

Selanjutnya, kamu bisa mempelajari video penerapan manajemen di


sebuah sekolah berikut ini:
543

 
Dari Video Implementasi MBS di SDN Maron Wetan 1 Probolinggo, Jawa
Timur yang sudah kamu saksikan, coba kamu catat dalam buku
catatanmu hal-hal penting terkait penerapan manajemen di sekolah
tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
 

Kurikulum Dalam Sistem Pendidikan Nasional


Artikel, Buku, Lingkungan Hidup, Pendidikan 1 Comment
Oleh:  Suparlan *)
Abstrak
Ada tiga komponen utama pendidikan, yakni (1) siswa atau peserta
didik, (2) guru atau pendidik dan tenaga kependidikan yang lain, dan (3)
kurikulum. Selain tiga komponen utama tersebut, tentu masih banyak
komponen pendidikan yang lain. Semua komponen pendidikan tersebut
dalam sistem pendidikan nasional dikenal sebagai satu kesatuan sistem
yang terpadu dan saling kait mengait, saling pengaruh mempengaruhi
antara satu komponen dengan komponen yang lain, yang berpengaruh
terhadap pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, dan pengelolaan
pendidikan. Ibarat benda yang berdimensi (panjang atau pemerataan,
lebar, dan tinggi), dimensi yang terpenting adalah dimensi mutu
pendidikan. Itulah sebabnya, maka dalam sistem pendidikan nasional
semua komponen pendidikan dapat disebut sebagai dimensi mutu
pendidikan. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yang kemudian diubah menjadi PP Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidiikan, dan diubah lagi menjadi PP Nomor 13
Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Atas PP Nomor 18 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, disebutkan 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan, yakni:
1. Standar Kompetensi Lulusan
544

2. Standar Isi
3. Standar Proses
4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan Pendidikan
8. Standar Penilaian Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) tersebut mengatur tentang acuan
tentang Sistem Pengelolaan dan Penyelenggaran Pendidikan di
Indonesia.

Kata-kata kunci: Sistem Pendidikan Nasional; kompetensi lulusan; isi;


proses; pendidik; sarana dan prasarana; pengelolaan; pembiayaan;
penilaian pendidikan.

Pendahuluan.
What is the meaning of education? Pertanyaan sederhana tersebut
ternyata memerlukan jawaban yang luas. Pendidikan berasal dari
kata paedagogy, dalam Bahasa Latin, yang berarti “paes” artinya anak,
dan “agogos”artinya membimbing. Jadi pedagogi yang artinya sama
dengan “education” dalam Bahasa Inggris, artinya adalah membimbing
anak oleh orang dewasa. Apa tujuan proses membimbing tersebut?
Agar anak-anak tersebut menjadi dewasa. Apakah itu dewasa? Dewasa
artinya dapat melaksanakan kegiatan dan dapat mempertang-
gungjawabkan kegiatan tersebut. Dengan demikian, proses pendidikan
bertujuan agar anak dapat mempertanggungjawabkan kegiatan
tersebut.
Para ahli pendidikan mencoba menjelaskan secara ilmiah tentang
pengertian pendidikan, tujuan pendidikan, dan berbagai dimensi yang
terkait dengan pendidikan. John Dewey, seorang ahli pendidikan dari
Amerika Serikat mencoba menganalisis hakikat pendidikan dengan
menjelaskan bahwa “Education is not a preparation, but education is life
itself” [1]
Beberapa ahli yang lain mengaitkan pendidikan dengan kegiatan
belajar. Owen Watts [2]menjelaskan bahwa “belajar adalah inti kegiatan
pendidikan. Proses pendidikan itu identic dengan proses belajar.” Ahli
yang lain lagi, bernama Lucius Annaeus, menjelaskan bahwa belajar
bukan demi ilmu pengetahuan semata, melainkan demi kehidupan.
Dengan demikian penjelasan Lucius Annaeus ternyata bertemu dengan
definisi yang dikemukakan oleh John Dewey yang menjelaskan bahwa
pendidikan tidak lain dan tidak bukan adalah kehidupan itu sendiri. Itulah
545

sebabnya, Hadist Nabi Muhammad menyatakan bahwa “Belajar dan


menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat.” Tiga
tokoh pendidikan berikut ini menyatakan hal sama atau minimal
mendekati kesamaan. Jean Jacques Rousseau menjelaskan bahwa
“Dasar manusia itu baik, suci dan bersih, masyarakatlah yang merusak
kesucian itu dengan ajaran-ajarannya.” Mukti Ali menjelaskan bahwa
“Dengan ilmu kehidupan menjadi baik, dengan seni kehidupan menjadi
halus, dan dengan agama hidup menjadi terarah dan bermakna.” Bapak
Pendidikan Nasional menegaskan hal yang sama dengan
pernyataannya, yakni “Dengan kesucian batin dan keteraturan hidup
lahir, kita mengejar kesempurnaan.”
Standar Nasional Pendidikan yang dijelaskan dalam Sistem Pendidikan
Nasional tersebut dijelaskan dalam sebuah visual berbentuk bangunan
dengan pilar-pilarnya sebagai berikut:

Gambar 1: Delapan Standar Nasional Pendidikan

http://mr.mung.web.id/2015/04/8-standar-nasional-pendidikan-
menurut.html

Fungsi dan Tujuan Standar Nasional Pendidikan


Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional
Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah,
dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global.

1.     Standar Kompetensi Lulusan


Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan
kelulusan peserta didik.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut meliputi standar
kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah,
standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan
standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar kompetensi
lulusan adalah:
546

1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia No 23 Tahun 2006  menetapkan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
2. Permen Nomor 24 tahun 2006 – Tentang Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006
tentang standar Isi untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah.

2.     Standar Isi


Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.
Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan.
Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar isi adalah:
1. Permen nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah
2. Permen nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar
Isi untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
3. Nomor 14 Tahun 2007 Standar Isi Program Paket A, Program
Paket B, dan Program Paket C.
4. Permendikbud no 64 tahun 2013 tentang standar isi.

3.     Standar Proses


Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam
proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.

1. Permen Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk


Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
547

2. Permen Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan


Khusus;
3. Permen Nomor 3 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan
Kesetaraan Program Paket A, Paket B, dan Paket C.

4.     Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sejat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemmapuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat


pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undang yang berlaku. Kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan nenengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi:

1. Kompetensi pedagogik;
2. Kompetensi kepribadian;
3. Kompetensi profesional; dan
4. Kompetensi sosial.
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi
sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

1. Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,


SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan
Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus
dan pelatihan.
2. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah,
pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok
kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.
Permen yang berkaitan dengan standar pendidik dan tenaga
kependidikan adalah:
548

1. Permen Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas


Sekolah/Madrasah;
2. Permen Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kepala
Sekolah/Madrasah;
3. Permen Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru;
4. Permen Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Administrasi Sekolah/Madrasah;
5. Permen Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/Madrasah;
6. Permen Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Laboratoratorium Sekolah/Madrasah;
7. Permen Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor;
8. Permen Nomor 40 Tahun 2009 tentang Standar Penguji pada
Kursus dan Pelatihan;
9. Permen Nomor 41 Tahun 2009 tentang Standar Pembimbing
Pada Kursus & Pelatihan;
10. Permen Nomor 43 Tahun 2009 tentang Standar Tenaga
Administrasi Program Paket A, Paket B, dan Paket C;
11. Permen Nomor 42 Tahun 2009 tentang Standar Pengelola
Kursur;
12. Permen Nomor 44 Tahun 2009 tentang Standar Pengelola
Pendidikan pada Kursus Paket A, Paket B dan Paket C;
13. Permen Nomor 45 Tahun 2009 tentang Standar Teknisi Sumber
Belajar pada Kursus dan Pelatihan.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan laian yang diperlukan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan
wajib memiliki prasarana yang meliputi mahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
549

perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit


produksi, ruang kantin, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Permen yang berkaitan dengan standar sarana dan prasarana adalah:

1. Permen Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan


Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA;
2. Permen Nomor 33 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB;
3. Permen Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standari Sarana dan
Prasarana untuk SMK/MAK.
6. Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar
pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh
Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.

Permen yang berkaitan dengan standar pengelolaan adalah Permen


Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

7. Standar Pembiayaan Pendidikan


Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan
biaya personal. Biaya investasi satian pendidikan sebagaimana
dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumberdaya manusia, dan modak kerja tetap.

Biaya personal sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya pendidikan


yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas


meliputi:

1. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan


yang melekat pada gaji;
2. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
3. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya;
550

Permen yang berkaitan dengan standar pembiayaan pendidikan adalah


permen Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi
Nonpersonalia Untuk Sekolah Daar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs),
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasya (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMALB).

8. Standar Penilaian Pendidikan


Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas:

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;


2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
3. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas:

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik; dan


2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.
3. Permen penilaian pada jenjang pendidikan tinggi tersebut diatur
dalam dalam Permen Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Tinggi.

Uraian Materi Kuliah


1. Mata kuliah ini menjelaskan tentang proses pengembangan
kurikulum di Indonesia, mulai dari kurikulum yang pertama kali lahir
di Indonesia, sampai kurikulum 2013. Materi kuliah ini secara garis
besar menjelaskan sebagai berikut:
2. Pengertian kurikulum
3. Kurikulum dan Pendidikan
4. Formula Kurikulum
5. Macam-macam Kurikulum
6. Komponen Utama Pendidikan
7. Komponen Penunjang Pendidikan
8. Perkembangan kurikulum di Indonesia
551

9. Kurikulum dalam Sistem Pendidikan Nasional


10. Delapan Standar Nasional Pendidikan
11. Dimensi Mutu Pendidikan Nasional
12. Pendidikan untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
13. Tujuan Pendidikan dan Kecerdasan Majemuk
14. Dari Input, Proses, Output, sampai Outcome
15. Paradigma pendidikan
16. Outcome Learning
17. Pembelajaran berpusat kepada siswa
18. Pembelajaran berbasis masalah
19. Pembelajaran berbasis pada tugas menulis
20. Pembelajaran dengan menggunakan hand out
21. Pembelajaran dengan menggunakan laman dan portal
22. Tugas-tugas yang diberikan harus dikembalikan melalui e-mail
23. Tugas terakhir adalah menulis artikel maksimal tiga halaman
ditulis dan diserahkan melalui e-mail, memilih satu judul yang paling
menarik dari sepuluh alternatif judul yang disiapkan.
24. Mengerjakan lebih dari satu (misalnya dua judul dengan
presentasi) memperoleh nilai tambah.

Evaluasi/Tugas

Tulislah artikel singkat (tidak lebih dari tiga halaman) satu judul yang
paling menarik dari beberapa alternatif judul sebagai berikut:

1.     Mata pelajaran yang paling saya sukai ketika di SMP dan SMA.

2.    Pengalaman memperingati hardiknas di sekolahku.

3.    Yang saya ketahui tentang kartu indonesia pintar (KIP) di desaku.

4.    Yang saya ketahui tentang anak-anak jalanan.


552

5.    Pendapatku tentang penyebab utama rendahnya minat baca di


desaku.

6.    Acara televisi yang paling menarik saya lihat.

7.    Metode mengajar yang sering digunakan oleh guruku di SMP dan


SMA-ku dahulu.

8.    Media adan alat peraga yang sering digunakan oleh guruku di smp
dan smaku                      dahulu.

9.    Jenis hukuman yang pernah saya alami ketika di sdku dahulu dan
penyebabnya                    serta akibat yang saya ingat

10.  Petuah bapak atau ibuku yang paling saya rasakan ketika saya
bersekolah di                           SD/SMP/SMA dahulu.
 

Depok, 29 Oktober 2016.

[1] Suparlan, Kata Mutiara Pendidikan, Jakarta: Penerbit Diatika.


[2] Suparlan, Kata Mutiara Pendidikan, Jakarta: Penerbit Diatika.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum
semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah.
Kurikulum disusun oleh ahli pendidikan, pendidik, pejabat pendidikan serta
unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan tujuan memberi
pedoman kepada pelaksana pendidikan dalam proses bimbingan
perkembangan siswauntuk mencapai tujuan yang di cita- citakan siswa
sendiri. Dalam melaksanakan pengembangan kurikulum, terdapat
berbagai faktor yang menghambat. Antara lain adalah para guru,
masyarakat dan biaya.

II.      Pembahasan
Hambatan- hambatan pengembangan kurikulum
         Pada guru : guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan
kurikulum disebabkan beberapa hal yaitu kurang waktu, kekurang
sesuaian pendapat, baik dengan sesama guru maupun kepala sekolah &
administrator karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri
         Dari masyarakat : untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan
dukungan masyarakat, baik dalam pembiayaan maupun dalam
memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan ataupun kurikulum
yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah.
553

         Masalah biaya: untuk pengembangan kurikulum apalagi untuk


kegiatan eksperimen baik metode isi atau sistem secara keseluruhan
membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit[1]
         Kepala sekolah : dalam hal ini seharusnya kepala sekolah mempunyai
latar belakang mendalam tentang teori dan praktek kurikulum. Kepala
sekolah merupakan peranan yang penting dalam pengembangna
kurikulum.
         Birokrasi : terdiri dari para inspeksi di Kanwil dan juga orang tua
maupun tokoh- tokoh masyarakat. Kepala sekolah dan stafnya tidak dapat
bekerja dalam kerangka patokan yang ditetapkan oleh Depdikbud.[2]
Usaha perbaikan kurikulum disekolah harus memenuhi langkah
berikut ini ; yaitu perlunya mengadakan penilaian umum di sekolah
( kualitas dan mutu), mengetahui kebutuhan siswa dan guru,
mengidentifikasi masalah yang timbul berdasarkan studi, menyiapkan
desain perencanaan ( tujuan, cara mengevaluasi, metode penyampaian,
penilaian), menerqapkan cara mengevaluasi/ apakah yang direncanakan
itu dapat direalisasikan.

III.      Simpulan dan Penutup


Dalam pelaksanaannya, kurikulum mempunyai banyak kendala.
Salah satu faktornya ialah bisa dari guru, masyarakat, biaya, kepala
sekolah dan birokrasi. Dan daripada itu maka langkah solusinya ialah ;
mengetahui tujuan perbaikan, mengenal situasi sekolah, mengetahui
kebutuhan siswa dan guru, mengenal masalah yang dihadapi sekolah,
mengenal kompetensi guru, mengetahui gejala sosial dan mengetahui
perkembangan/ aliran dalam kurikulum.
Demikianlah pembahasan ini yang bisa saya buat.
Tentunya  banyak kekurangan yang jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan. Untuk itu kritik dan saran merupakan
sumbangan yang berarti bagi penulis untuk menyempurnakannya.
Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, Amien.....

DAFTAR PUSTAKA

Nasution S. 2008. Asas- Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara


Sukmadinata, Nana Saodih. 1997.Pengembangan Kurikulum Teori & Praktek,
Bandung: Remaja Rosdakarya
554

[1] Nana Saodih,Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori &


Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997, hlm 160
[2] S. Nasution, Asas- Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm
1443- 144
Pembiayaan kurikulum baru mulai tahun ajaran 2014 akan didanai melalui
tiga sumber, yakni Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) pusat,
bantuan operasional sekolah, dan dana alokasi khusus (DAK).
Pembiayaan kurikulum baru memulai sekolah tahun 2014 akan didanai
melalui tiga sumber, yang merupakan pelaksanaan anggaran daftar isi
(dipa) pusat bantuan operasional, sekolah, dan dana alokasi khusus (dak).

 Mulai semester pertama Juli tahun depan, pembiayaan Kurikulum 2013


akan didanai melalui tiga sumber, yakni Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) pusat, bantuan operasional sekolah (BOS), dan dana
alokasi khusus (DAK). Pos-pos anggaran itu akan difokuskan untuk
penggandaan buku dan pelatihan guru.

Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar


Kasim mengatakan, kementerian akan mengeluarkan surat edaran terkait
pembiayaan Kurikulum 2013. Ke depan, kata dia, pelaksanaan
pembiayaan Kurikulum 2013 tidak hanya dari DIPA pusat seperti saat ini.

"Semester satu tahun depan bulan Juli digunakan dana BOS, sedangkan
dana DAK digunakan untuk semester dua mulai Januari,"  katanya di
Kemdikbud, Jakarta, Senin (11/11).

Musliar mengatakan, untuk penggandaan buku akan menggunakan dana


BOS dan sebagian dari DAK. "Kalau BOS kurang akan ditransfer dari
pusat dari DIPA untuk tambahan BOS Buku," katanya.

Dijelaskan Musliar, saat ini dana BOS SD dan SMP sebanyak Rp 580 ribu
dan Rp 710 ribu, jika digunakan untuk membeli buku mencapai Rp 70
ribu, sedangkan BOS SMA cukup besar yaitu Rp 1 juta.

"Kita transfer lebih kurang Rp 800 miliar untuk beli buku khusus buku SD
dan SMP, yang bosnya kecil, tetapi kalau SMA kan BOS-nya besar,"
ujarnya.

Sementara untuk pelatihan guru, sebagian besar akan menggunakan


dana dari DIPA pusat. Namun, daerah juga diharapkan berpartisipasi
seperti di Provinsi Jawa Timur, biaya pelatihan guru 50 persen ditanggung
pemerintah pusat, 30 persen pemerintah provinvsi, dan 20 persen
ditanggung pemerintah kabupaten atau kota.
555

"Banyak daerah-daerah di tahun ini saja melaksanakan sendiri tanpa


diminta, tapi dalam edaran ini betul-betul kita minta dan kita arahkan
bahwa buku diadakan melalui tiga sumber tadi," katanya.

KURIKULUM 2013
A. Latar Belakang
1. Pengertian Kurikulum
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang
kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut.
2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan


dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk
Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini
jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari
usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia
556

65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai


puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. 5

Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana


mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah
ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki
kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi
beban.
b. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan


berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional
menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat
terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation
(APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga
terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas
teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan
dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS
dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
557

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai


berikut:
1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-
lingkungan alam, sumber/ media lainnya);
3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains);
5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
6

7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan


(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki
setiap peserta didik;
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai


daftar Mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Menegah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan diubah sesuai dengan
558

kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013


dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational
leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
e. Penguatan Materi

Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan


materi yang relevan bagi peserta didik.
B. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik;
2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar;
3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran;
6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
559

proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang


dinyatakan dalam kompetensi inti;
7

7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,


saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarMata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

C. Tujuan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia.
II. KERANGKA DASAR KURIKULUM
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas
peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum,
proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di
sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik
menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat
digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat
menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut,
Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan
560

bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan


Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia
yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan
untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu
menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa
kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan
generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi
muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,
Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu
bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris
budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan
masyarakat dan bangsa masa kini.
8

b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut


pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum
untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan
akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang
ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan
psikologis serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan
kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum
2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk
561

menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam


kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan
dalam kehidupan berbangsa masa kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual
dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan
kurikulum memiliki nama Mata pelajaran yang sama dengan nama disiplin
ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan
kecemerlangan akademik.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik
menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah
sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat
demokratis yang lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di


atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam
beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi
inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan ummat manusia.
B. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan
standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal
562

warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar


kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, 9

standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,


dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman
belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar
belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman
belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang
dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

III. STRUKTUR KURIKULUM


A. Kompetensi Inti
563

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik


pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
This entry was posted in Uncategorized.

Kulaitas pendidikan Bangsa Indonesia saat ini masih sangat


rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Bahkan bila
dibandingkan dengan sesama negara ASEAN-pun kualitas pendidikan
kita paling rendah, jika diukur dengan menggunakan Human
Development Indeks (HDI).
Data tahun 2017, menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia
Indonesia berdasarkan laporan UNDP, IPM Indonesia berada pada
peringkat ke-113 (0,689), turun 3 peringkat dari posisi pada tahun
2014 (peringkat ke-110 dengan indeks 0,686). IPM Indonesia
tampaknya tidak sesuai dengan tampilan fisik secara umum bangsa
ini. Indikator makroekonomi Indonesia, misalnya pendapatan per
kapita, terus membaik. Fakta ini justru mengindikasikan adanya
ketidakmerataan hasil pembangunan. Kue pembangunan tidak
dinikmati secara adil oleh rakyat.
Kenyataan ini diperkuat oleh data masih lebarnya
kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Baru-baru ini, Oxfam,
suatu organisasi kemanusiaan nirlaba internasional, menempatkan
Indonesia pada posisi keempat negara dengan jurang antara si kaya
dan si miskin terlebar. Kembali, pembangunan ‘belumlah’ untuk se-
mua orang. Akhirnya, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
penting. Akan tetapi, hasil pembangunan yang dapat dinikmati
564

Laporan peringkat Human Development Index (HDI) 2016


baru saja diumumkan tanggal 21 Maret 2017 di Stockholm, Swedia.
Laporan perkembangan indeks pembangunan manusia (HDI) ini telah
resmi dikeluarkan secara independen oleh UNDP PBB. Laporan yang
dikeluarkan adalah hasil HDI tahun 2015. Indonesia berada pada
peringkat ke-113 pada tahun 2015. Sebelumnya, peringkat HDI untuk
Indonesia tahun 2014 adalah ke-110. Pada tahun 2014, Paraguay
berada satu peringkat di bawah Indonesia dan pada tahun 2015
Paraguay menyusul satu peringkat di atas Indonesia. Di bawah
Indonesia saat ini ada Palestina yang menempati peringkat ke-114.
Dinamika pada komponen-komponen HDI Indonesia antara tahun
2014-2015 yang terlihat, beberapa diantaranya: Pengeluaran untuk
bidang Kesehatan turun 2% dari 3,1 menjadi 1,1 (% dari PDB).
Pengeluaran untuk bidang Pendidikan turun 0,3% dari 3,6 menjadi 3,3
(% dari PDB). Kemampuan literasi orang dewasa (usia 15+) naik 1,1%
dari 92,8% menjadi 93,9%. Jumlah murid yang di keluarkan dari
sekolah (drop out) naik dari 11% menjadi 18,1%. Kesenjangan
Pendidikan tetap sebesar 20,8%. Jumlah populasi dalam penjara naik
dari 59 menjadi 64 (per 100.000 orang). Kondisi perekonomian rakyat
dan angka kemiskinan relatif tetap. Kunjungan wisatawan asing naik
dari 8.802 menjadi 9.435 orang. Pengguna Internet naik dari 17,1%
menjadi 22%. Luas daerah hutan turun dari 51,4 menjadi 50,2 (% dari
total luas daratan). Semenjak tahun 1990 sampai 2015, luas hutan di
Indonesia berkurang sebanyak 23,2%. Jumlah total populasi
meningkat dari 252,8 juta menjadi 257,6 juta. Laporan HDI tahun 2016
untuk tahun 2015 adalah kondisi indeks pengembangan manusia
Indonesia pada masa-masa awal pemerintahan Jokowi. Perlu kajian-
kajian secara mendalam oleh para pakar dan pemerintah untuk
mengevaluasi kelemahan-kelemahan yang ada serta merancang
berbagai strategi untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik,
lebih maju. Pengumuman laporan HDI 2016 bertemakan “Human
565

Development for Everyone”, pengembangan manusia untuk semua


orang. UNDP Administrator, Helen Clark, dalam sambutannya
mengatakan: “Human development is all about human freedoms:
freedom to realize the full potential of every human life, not just of a
few, nor of most, but of all lives in every corner of the world—now and
in the future.” “Pembangunan manusia adalah kemerdekaan untuk
menyadari segala potensi dari setiap kehidupan manusia, bukan
hanya sebagian kecil maupun sebagian besar, tapi semua kehidupan
di setiap sudut di dunia. Sekarang dan di masa depan.” - Helen Clark -
Indonesia masih memiliki banyak persoalan menuju bangsa yang
maju. Mari kita semua sebagai bangsa yang satu, bangsa Indonesia,
bersatu untuk memperjuangkan kehidupan kita demi kepentingan
bersama. Saling membangun satu sama lain dan saling menghargai
perbedaan. Sumber data: Laporan tahunan Human Development
Index (HDI) UNDP PBB tahun 2016 Laporan tahunan Human
Development Index (HDI) UNDP PBB tahun 2015 

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ronaldhutasuhut/laporan-
peringkat-hdi-indonesia-terbaru-2016_58d20bc4519773ed0964b01c
Kualitas pendidikan yang rendah tidak terlepas dari
permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia yang tak
kunjung teratasi. Sejak tiga dasawarsa yang lalui kita menyadari
bahwa kualitas pendidikan kita merosot dan masalah yang dihadapi
dunia pendidikan kita sangat kompleks.
Upaya pemerintah didalam memperhatikan masalah
pendidikan sangatlah besar. Tidak hanya kepada pendidik tetapi juga
kepada anak didik. Terhadap pendidik, pemerintah terus berupaya
meningkatkan kesejahteraannya. Pemerintah terus meningkatkan gaji
tenaga pendidik, terlebih bagi mereka yang sudah masuk dalam
klasifikasi tenaga pendidik yang bersertifikasi. Bagi anak didik,
pemerintah telah mengadakan program sekolah dasar gratis. Dimana
566

sekolah dibiayai dan difasilitasi oleh negara. Belum lagi usaha


pemerintah dalam pembangunan dan peningkatan fasilitas
pendidikan. Hal ini merupakan bukti keseriusan pemerintah didalam
memperhatikan masalah pendidikan. Karena pemerintah sadar bahwa
anak didik adalah generasi penerus bangsa. Generasi yang akan
berperan didalam membangun negara ini dimasa yang akan datang.
Makanya pendidikan terus diperhatikan dan difasilitasi guna lebih
memudahkan didalam mencapai tujuan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, tentu dibutuhkan standar
kegiatan pembelajaran, terutama bagi pendidikan dasar dan
menengah. Standar-standar tersebut digunakan sebagai penentu
pelaksanaan pembelajaran. Implementasi Undang-undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam
sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemenrintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang
perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional
pendidikan yaitu : Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi
Kelulusan, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Standar Nasional
Pendidikan adalah kriteria minimal sistem pendidikan diseluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP No. 19
Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 1).

Peningkatan kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa


faktor, yaitu (1) guru, (2) manajemen pendidikan, (3) proses belajar
mengajar, (4) siswa, dan (5) sarana prasarana. Oleh karena itu
pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas professional
567

guru (Tilaar 2000 : 85).


Menurut Umaedi (2003 :37) tolok ukur kualitas professional
seorang guru terlektak pada : (1) tingkat penguasaan kurikulum
pembelajaran, (2) tingkat penguasaan materi pembelajaran, (3) tingkat
penguasaan metodologni pembelajaran, (4) tingkat penguasaan
media pembelajaran, (5) tingkat penguasaan alat evaluasi
pembelajaran dan (6) kemampuan guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar Mengajar (KBM).

Dalam pasal 3 undang-undang RI no 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa  yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]

Pendidikan adalah salah satu upaya manusia dalam membentuk

pribadi seseorang agar lebih baik dari sebelumnya. Pribadi yang dimaksud

adalah pribadi yang selaras dengan konsep menurut Islam yaitu pribadi

yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.

Sikap merupakan proses evaluasi yang sifatnya subjektif yang

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :


568

1.      Bagaimana sikap siswa kepada guru SMPN I Plosoklaten ?

2.      Bagaimana keaktifan belajar siswa SMPN I Plosoklaten ?

3.      Adakah korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas

belajarnya di SMPN I Plosoklaten ?

4.      Jika ada, sejauh mana korelasi antara sikap siswa kepada guru

dengan aktivitas belajarnya di SMPN I Plosoklaten ?

C.    Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1.      Sikap siswa kepada guru SMPN I Plosoklaten.

2.      Keaktifan belajar siswa SMPN I Plosoklaten.

3.      Korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas belajarnya

di SMPN I Plosoklaten.

4.      Keadaan korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas

belajarnya di SMPN I Plosoklaten.

D.    Hipotesa Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban sementara

terhadap rumusan penelitian yang dikemukakan[10]. Sedangkan Arikunto

mengatakan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul.[11] Secara umum hipotesa dibagi menjadi

dua bagian, yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nol. Suatu hipotesis

sangat diperlukan mengingat keberadaannyalah yang akan dapat

mengarahkan penelitian.[12] Dengan kata lain, hipotesis membimbing


569

peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan baik sebagai objek

pengujian maupun dalam pengumpulan data.

Sedangkan tipe hipotesis berdasarkan tujuannya dapat dibedakan

menjadi; hipotesis deskriptif dan hipetesis korelasional (asosiasi).

hipotesis deskriptif adalah hipotesis yang menyatakan karakteristik

(eksistensi, ukuran, besar, atau bentuk) objek yang menjadi fokus suatu

penelitian menurut variabel tertentu. Sedangkan hipotesis korelasional

(asosiasi) adalah hipotesis yang menyatakan hubungan antara dua atau

lebih variabel yang bisa berupa hipotesis kausal atau komparative.[13]

Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan berupaya melakukan

pembuktian terhadap suatu hipotesis untuk diuji kebenarannya.

Berdasarkan pembagian hipotesis tersebut maka hipotesis nol dalam

penelitian ini adalah:

Ho     : Sikap siswa SMPN 1 Plosoklaten tergolong rendah

Ho     : Aktivitas belajar siswa SMPN 1 Plosoklaten tergolong rendah

Ho   : Tidak ada korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas

belajarnya di SMPN I Plosoklaten

Sedangkan hipotesis alternatif dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Ha     : Sikap siswa SMPN 1 Plosoklaten tergolong tinggi

Ha     : Aktivitas belajar siswa SMPN 1 Plosoklaten tergolong tinggi

Ha     : Ada korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas

belajarnya di SMPN I Plosoklaten
570

E.     Kajian Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penyusunan tesis ini, maka penulis berusaha

melakukan kajian kepustakaan terhadap penelitian terdahulu yang ada

relevansi terhadap tema yang akan diteliti, diantaranya:

1.      Mufidatul Munawaroh, mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam

Negeri (UIN) Malang 2007. Skripsi yang berjudul “hubungan antara sikap

siswa terhadap  fullday school dengan motivasi  belajar siswa MTs Surya

Buana Malang”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan dasar

teori (teori Rosenberg & Hovlang) yaitu jika  seseorang diberikan suatu

stimulus dalam bentuk apapun maka secara simultan akan memberikan

arah sikap bagi individu  (yang berdasar tiga ranah, diantaranya afek,

kognisi dan perilaku/konasi) untuk memperlihatkan respons-respons yang

berbeda-beda arah. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan

antara sikap siswa terhadap fullday school dengan motivasi belajar siswa

MTs Surya Buana Malang, dilakukan melalui jalan researct pada siswa

MTs Surya Buana Malang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan

adanya hubungan positif dan signifikan ( hitung r  =  0,410> table

r  =  0,213) antara sikap siswa terhadap  fullday school dengan motivasi

belajar siswa MTs Surya Buana dengan proporsi ralat sebesar 0,000

dengan korelasi sebesar 0,410 pada taraf signifikan 5%.

2.      Yanuar Surya Putra, Dosen Tetap STIE AMA Salatiga; penelitian yang

berjudul “hubungan antara motivasi belajar dan sikap mahasiswa stie ama

salatiga dalam perkuliahan dengan stress sebagai variabel kontrol”.


571

Penelitian ini menggunakan  metode kuantitatif dan dasar teorinya Vroom

(1964) tentang cognitive theory of motivation yang menjelaskan mengapa

seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat

melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat ia inginkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara

motivasi belajar dengan sikap mahasiswa STIE AMA Salatiga dalam

perkuliahan dengan stress sebagai variabel kontrol. Penelitian ini

mengambil kesimpulan bahwa Secara signifikan terdapat hubungan

antara motivasi belajar dengan sikap mahasiswa STIE AMA Salatiga

dalam perkuliahan ( nilai t-hitung = 5,361 > nilai t-tabel = 1,994). Meskipun

terjadi hubungan yang sedang atau tidak terlalu kuat (r = 0,539) tetapi

arah hubungannya adalah positif karena nilai korelasinya positif, artinya

semakin tinggi motivasi belajar maka semakin baik sikap mahasiswa

dalam perkuliahan.

3.      I Wayan Pariawan, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha.

Skripsi yang berjudul “pengaruh sikap bahasa siswa terhadap proses

pembelajaran bahasa indonesia sebuah kajian terhadap siswa kelas XI

SMA Negeri 1 Nusa Penida”. Penelitian ini menggunakan metode

kuantitatif dan kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran dan

penjelasan mengenai (1) sikap bahasa siswa kelas XI SMA Negeri 1 Nusa

Penida, (2) pengaruh antara sikap bahasa siswa terhadap proses

pembelajaran. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa siswa


572

memiliki sikap yang cukup positif terhadap bahasa Indonesia, dan sikap

bahasa memiliki pengaruh terhadap proses pembelajaran.

4.      Sukadi. mahasiswa program Pascasarjana program studi PKLH

(Kekhususan Pendidikan Lingkungan Hidup) Universitas Negeri Makasar.

Tesis yang berjudul “hubungan antara persepsi dan sikap siswa terhadap

lingkungan fisik sekolah dengan prestasi belajar siswa SMU Negeri di

Kota Makassar”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

dasar teorinya Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996) yang mengatakan

bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh

seseorang individu. Oleh karena tiap-tiap orang memberi arti kepada

stimulus, pengorganisasian stimulus, dan penafsiran stimulus yang telah

diorganisasikan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan

membentuk sikap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara persepsi dan sikap siswa terhadap lingkungan fisik sekolah dengan

prestasi belajar SMU Negeri di Kota Makassar. Penelitian ini

menghasilkan kesimpulan bahwa persepsi dan sikap siswa terhadap

lingkungan fisik sekolah berhubungan secara signifikan dengan prestasi

belajar siswa SMU Negeri, baik secara simultan maupun secara parsial.

5.      Dina mariyana, 2009. mahasiswa jurusan PAI Fakurltas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi yang

“berjudul hubungan antara persepsi siswa tetnang sikap mengajar guru

PAI dengan prestasi belajar PAI siswa kelas VIII SMPN 4 Pandak bantul

Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang

bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi siswa


573

tentang sikap mengajar guru PAI dengan prestasi belajar PAI sisiwa

kepas VIII SMPN 4 Pandak Bantul Yogyakarta dan menghasilkan

kesimpulan adanya hubungan yang posistif signifikan antara sikap

mengajar guru PAI dengan prestasi belajar PAI sisiwa kepas VIII SMPN 4

Pandak Bantul Yogyakarta dengan koefisien korelasi 0,437 dan koefisien

determinasi sebesar 0,19. yang berarti semakin baik sikap guru dalam

mengajar, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar PAI siswa.

Penekanan penelitian dalam penelitian-penelitian di atas

adalah; bahwa dalam penelitian mufidatul munawaroh

menekankan pada sikap siswa terhadap lamanya proses belajar yang

dikaitkan dengan motivasi. Sedangkan dalam penelitian Yanuar Surta

Putra, ditekankan pada motivasi siswa yang dihubungan dengan sikapnya

dalam mengikuti pelajaran dengan variabel stress sebagai pengontrolnya.

Adapaun penelitian I wayan Pariawan menekankan pada sikap berbahasa

siswa yang dikaitkan dengan proses pembelajaran bahasa Indonesia. Dan

dalam penelitian Sukadi ditekankan pada persepsi dan sikap siswa

terhadap lingkungan fisik sekolah yang dikaitkan dengan prestasi belajar.

Sedangkan Dina Mariyana lebih menekankan pada persepsi siswa

terhadap sikap mengajar guru yang dikaitkan dengan prestasi belajar

siswa.

Melihat hal tersebut, belum ada satupun dari penelitian yang

penulis ketemukan yang membahas tentang sikap siswa kepada guru dan

hubungannya dengan aktivitas belajarnya. oleh Karena itu penulis ingin


574

meneliti tentang hubungan antara sikap siswa kepada guru dengan

aktivitas belajar siswa di SMPN 1 Plosoklaten.

F.     Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

Asumsi adalah suatu pernyataan yang dapat diuji kebenarannya

secara empiris.[14] Adapun penelitian ini didasarkan atas asumsi sebagai

berikut:

1.      Aktivitas seorang siswa dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi

oleh banyak hal, salah satunya adalah sikapnya. Sikap yang berhubungan

dengan penilaiannya baik terhadap dirinya sendiri, guru, teman, materi

pelajaran atau lingkungan tempatnya belajar. Dengan penilaiannya yang

positif maka siswa akan termotivasi untuk belajar dengan giat karena

siswa bisa memandang segala sesuatu dari segi kemanfaatannya. Hal ini

menunjukkan bahwa sikap siswa berpengaruh terhadap aktivitasnya

dalam kegiatan pembelajaran.

2.      Siswa yang memandang bahwa belajar itu adalah suatu hal yang

penting maka dalam proses belajarnya, ia akan berusaha semaksimal

mungkin untuk mendapatkan pengetahuan yang sebaik-baiknya dan

berusaha seaktif mungkin menjalani pengalaman barunya guna

keberhasilan belajarnya.
575

3.      Guru adalah sosok manusia yang memiliki kewajiban untuk

membimbing, mengajar dan mendidik anak didik. Guru yang

baik  senantiasa mengerti tentang kemauan anak didiknya dan juga

mampu memotivasi anak didik agar senantiasa aktif dalam kegiatan

belajarnya.

G.    Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :

1. Kegunaan teoritis

a.       Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan bagi kajian

ilmu pendidikan dalam menentukan kriteria seorang guru, sehingga dapat

dijadikan sebagai rujukan untuk mengembangkan penelitian guru ideal

yang bisa menarik sikap posistif siswa.

b.      Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu

pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar.

c.       Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan

penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ilmu pendidikan.

2.      Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi para

guru SMPN I Plosoklaten, sehingga para guru berusaha untuk menjadi

guru yang dapat menarik sikap positif anak didik dan berusaha untuk

meningkatkan keaktifan siswa saat mengikuti proses pembelajaran guna

keberhasilan proses belajar mengajar.

H.    Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah Penelitian


576

Adapun ruang lingkup dan pembatasan masalah dalam penelitian

ini meliputi :

1.      Variabel bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang diduga berpengaruh terhadap

keberadaan variabel terikat.[15]Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

sikap siswa kepada guru, yaitu kontelasi komponen-komponen kognitif,

afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan

dan berperilaku terhadap objek (guru).[16] Dengan kata lain adalah unsur-

unsur yang membentuk sikap siswa kepada guru yang dapat

meningkatkan aktivitas belajarnya.

2.      Variabel terikat

Variable terikat adalah variabel yang diharapkan timbul akibat

adanya pengaruh variabel bebas.[17]Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah aktivitas belajar siswa, yaitu segala aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.[18] Dalam kontek ini adalah seluruh kegiatan

siswa dalam proses belajar mengajar.

3.      Penegasan Istilah

Untuk memperoleh pemahaman yang tepat mengenai judul dalam

penelitian ini dan untuk menghindari segala bentuk kesalahpahaman,

berikut ini akan diuraikan maksud dari judul tersebut.


577

1.      Korelasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korelasi diartikan sebagai

hubungan timbal balik atau sebab akibat.[19] Sedangkan Ulber Silalahi

menyatakan bahwa hubungan atau korelasi yang menimbulkan

perubahan dalam satu variabel, yang diikuti oleh perubahan dalam

variabel lainnya.[20]

Dalam kontek ini, korelasi diartikan sebagai hubungan yang

meyebabkan perubahan variabel secara bersamaan. Dengan kata lain,

perubahan variabel aktivitas belajar siswa terjadi disebabkan karena

perubahan variabel sikap siswa kepada guru.

2.      Sikap siswa kepada guru

Sikap siswa kepada guru adalah kontelasi komponen-komponen

kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami,

merasakan dan berperilaku terhadap guru.[21]

Dalam kontek penelitian ini, sikap siswa kepada guru diartikan

sebagai penilaian siswa SMPN I Plosoklaten yang menimbulkan

kecenderungan untuk berprilaku kepada guru SMPN I Plosoklaten.

3.      Aktivitas belajar siswa

Aktivitas belajar siswa adalah segala aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru


578

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.[22]

Kemudian dalam kontek ini aktivitas belajar diartikan sebagai

seluruh kegiatan siswa SMPN I Plosoklaten dalam usaha untuk merubah

dirinya ke arah yang lebih baik dari sebelum.

Secara keseluruhan judul penelitian ini mempunyai pengertian,

penelitian guna mencari tahu hubungan antara sikap siswa kepada guru

dengan aktivitas belajarnya di SMP Negeri I Plosoklaten.

[1] SISDIKNAS RI no 20 tahun 2003, (http://www.inherent-


dikti.net/files/sisdiknas.pdf)
[2] DEPAG RI, Alqur’an dan terjemahny (Surabaya: CV Jaya Sakti, 1989),
94.
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), 133.
[4] Sarlito W Sarwono, Psikologi Sosial (Jakarta: Salemba Hunaika, 2009),
83
[5] Ibid., 82 – 83.
[6] Bimo Walgito, Teori-teori Psikologi Sosial (Yogyakarta: Andi Offset,
2011), 68.
[7] Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 284.
[8] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajat Mengajar (Jakarta: Raja
Grafindo, 2001), 93.
[9] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 97.
[10] Husain Usman, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), 38
[11] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan
Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) , 110.
[12]  Ibid, 112 – 123.
[13] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 166-168
[14] Ibid, 37.
[15] Jalaludin Rahmad, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997), 12
[16] Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 358
579

[17] Ibid.
[18] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhiny, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 2
[19] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Empat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), 734.
[20] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Refika Aditama:
2010) 143.
[21] Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 358
[22] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhiny, (Jakarta:
Rineka Cipta, 

Dalam bab ini akan diuraikan tentang; rancangan penelitian,

populasi dan sampel, instrument penelitian, pengumpulan data dan

analisa data

A.    Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah prosedur untuk mengumpulkan data,

menganalisis dan melaporkan hasil penelitian. Jadi rancangan penelitian

dipakai untuk menunjuk pada rencana peneliti tentang bagaimana ia akan

melaksanakan penelitian.[1]

Penelitian ini bermaksud untuk menguji hubungan antara sikap

siswa kepada guru dengan aktivitas belajarnya, dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif karena didasarkan atas perhitungan angka, yang

datanya berujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, frekuensi), yang

dianalisa dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau

hipotesis penelititan yang spesifik dan untuk melakukan prediksi bahwa

suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain.[2]Pendekatan

kuantitatif juga bertujuan untuk menemukan seberapa banyak

karakterisitik yang ada dalam populasi induk, mempunyai karakteristik

seperti yang terdapat dalam sampel.[3]


580

Penelitian ini juga untuk menentukan tingkat hubungan antar

variabel-variabel yang berada dalam suatu populasi sehingga penelitian

ini bisa disebut dengan jenis korelaisonal.[4] Hal ini didasarkan pada

karakterisitik dari penelitian korelasional yaitu, menghubungakan dua

variabel atau lebih, besarnya hubungan didasarkan pada koefisien

korelasi, dalam melihat hubungan tidak dilakukan manipulasi variabel dan

datanya bersifat kuantitatif.[5]

Tujuan dari adanya tehnik korelasional adalah untuk mencari bukti

berdasarkan hasil pengumpulan data apakah terdapat hubungan antar

variabel yang diteliti, kemudian untuk menjawab pertanyaan apakah

hubungan antar variabel tersebut kuat atau lemah, dan untuk memperoleh

kepastian berdasarkan hitungan matematis apakah hubungan antar

variabel merupakan hubungan yang signifikan atau tidak signifikan.

[6] Penelitian ini tidak hanya menjelaskan saja akan tetapi juga

memastikan besarnya hubungan antar variabel. Hubungan antar variabel

ini adalah hubungan asimetris yang merupakan suatu hubungan dimana

variabel-variabel dalam penelitian berubah secara bersamaan.[7] Dengan

kata lain perubahan variabel bebas juga diikuti perubahan pada variabel

terikat.

Penelitian ini berusaha untuk mengkaji hubungan antara variabel

bebas (X) yaitu sikap siswa kepada guru dengan variabel terikat (Y) yaitu

aktivitas belajarnya. Kemudian lebih jauh lagi penelitian ini juga ingin

mengkaji hubungan antar sub variabel sikap dengan sub variabel aktivitas.
581

Adapun bentuk kerangka kerja model hubungan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:
X         : Sikap siswa kepada guru
Y         : Aktivitas belajar siswa

B.     Populasi dan Sampel

            a.       Populasi

Menurut Riduwan populasi adalah objek atau subjek yang berada

pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan

dengan masalah penelitian.[8] Sedangkan Burhan Bungin mengatakan

populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa

manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap

hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber

data penelitian.[9] Sugiono mengartikan populasi sebagai wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.[10]

Jadi populasi merupakan objek atau subjek yang berada dalam

suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai

kaitan dengan masalah yang diteliti. Populasi sasaran dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa SMPN I Plosoklaten yang berjumlah 966 siswa.

           b.      Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti.

[11] Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini karena


582

memperhatikan adanya kelompok-kelompok yang bertingkat (adanya

kelas 1, 2 dan 3), maka penulis menggunakan tehnik proporsional

stratified random sampling yaitu pengambilan sampel dari anggota

populasi yang pengambilannya dilakukan secara acak dan berstrata

secara proporsional.[12]

Sedangkan besarnya sampel yang diambil secara acak menurut

Ulber Silalahi bisa diambil dengan menggunakan daftar tabel sebagai

berikut:[13]

TABEL 3.1

UKURAN SAMPEL DARI SUATU POPULASI

 
                                     (Untuk N adalah ukuran populasi dan S adalah
ukuran sampel)
 

Berdasarkan table di atas, karena populasi penelitian sebesar 966

maka sampel penelitian yang diambil adalah sebesar 278 siswa. Dengan

ketentuan kelas 1 sebanyak 93 siswa, kelas 2 sebanyak 92 siswa dan

kelas 3 sebanyak 93 siswa.

C.    Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam

mengumpulkan data. Pembuatan instrumen penelitian diawali dari

penyusunan konstruks, perumusan definisi konseptual dan definisi

operasional, penyusunan kisi-kisi dan akhirnya dibuat butir-butir

pertanyaan atau pernyataan. Setelah itu dilakukan uji coba untuk

mengetahui validitas dan reliabilitasnya. tapi sebelum digunakan,


583

instrumen tersebut dikonsultasikan dahulu kepada pembimbing untuk

mengetahui tingkat kesesuaian dengan teori dan ketepatan sasaran dari

tujuan penelitian dalam pengambilan data.

Instrumen dalam penelitian ini berupa angket yang diberikan

langsung kepada responden untuk dijawab sesuai dengan karakteristik

dirinya. Sedangkan pengambilan data dilakukan dengan menentukan

pengukuran item yang terdiri dari lima alternatif jawaban, yang memiliki

gradasi positif atau negatif. Sebagaimana yang tertuang dalam table di

bawah ini.[14]

TABEL 3.2

KATAGORI RESPON RESPONDEN


Indikator Nilai / Katagori Respon
Promosi Sangat Setuju Netral Tidak Sangat
setuju setuju tidak
setuju
Positif/
menguntungka 5 4 3 2 1
n
Negatif/ tidak
menguntungka 1 2 3 4 5
n

Instrumen sebagai alat mengumpul data harus betul-betul

dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data

empiris sebagaimana adanya. Untuk itu instrumen penelitian harus

memenuhi syarat uji validitas dan reliabelitasnya.[15]

Oleh karena itu, sebelum instrumen tersebut digunakan untuk

mengambil data penelitian, maka harus diuji coba terlebih dahulu. Uji coba
584

instrumen dilakukan untuk menentukan validitas dan reliabelitas serta

untuk mengetahui tingkat pemahaman responden.

   1.      Variabel penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu sikap siswa kepada guru

sebagai variabel bebas (X) dan aktivitas belajar siswa sebagai variabel

terikat (Y). secara rinci mengenai variabel dan indikator yang digunakan

dalam kuesioner ini dapat dipaparkan sebagai berikut:


a.       Variabel sikap siswa kepada guru (X) 

Sikap didefinisikan sebagai suatu kecenderungan tingkah laku

terhadap suatu objek, yang memiliki dimensi kognitif (pengetahuan),

afektif (perasaan) dan konasi (prilaku). Sikap siswa kepada guru dalam

penelitian ini adalah skor total dari jawaban responden tentang sikap

siswa kepada guru yang diukur melalui indikator-indikator yang digunakan

dalam instrumen penelitian, yang disusun dan dikembangkan dalam

bentuk angket dengan menggunakan pengukuran skala sikap. Skala sikap

ini bertujuan untuk menentukan kepercayaan, persepsi, atau perasaan

seseorang.[16] Jenis skala sikap yang peneliti pakai adalah skala Likert,

yaitu dengan meminta responden untuk memberikan respon terhadap

beberapa statemen dengan menunjukkan apakah ia sangat setuju, setuju,

netral, tidak setuju atau sangat tidak setuju.[17] 

Dengan mengacu pada sub variabel sikap, sebagaimana yang

terdapat dalam definisi operasional yang telah disebutkan diatas, maka

disusunlah kisi-kisi skala sikap siswa kepada guru seperti dalam table di

bawah ini:
TABEL 3.3
585

INSTRUMEN SIKAP SISWA KEPADA GURU

Sub Indikator Pernyataan No


variabe Item
l
1 2 3 4
Kognitif Tanggapan/ Guru adalah sosok manusia yang harus 1
keyakinan dimuliakan
tentang objek Guru adalah manusia yang patut 2
dijadikan teladan
Kesan yang Diajar oleh guru sambil bercanda 3
muncul terkait membuat pelajaran lebih mudah untuk
objek diingat
Pelajaran akan sulit diterima jika diajar 4
oleh guru yang tidak pernah tersenyum
Atribut/ Guru yang selalu berpakaian rapi 5
Penafsiran menandakan ia seorang guru yang baik
tentang objek Ibu guru lebih memiliki sifat penyayang 6
dari pada bapak guru
Penilaian Guru yang baik itu adalah guru yang 7
tentang objek pengertian terhadap muridnya
Afektif Senang atau Senang jika diajar guru yang mudah 8
cinta terhadap tersenyum
objek
Gembira dekat Menikmati setiap kali mengikuti 9
dengan objek pelajarannya
Punya Nyaman dan kerasan ketika diajar guru 10
keinginan yang menyenangkan
dekat dengan
objek
Kagum Memuji nama bapak/ ibu guru di depan 11
terhadap objek orang lain
Sedih jika jauh Sedih jika guru tidak hadir untuk 12
dari objek mengajar
Takut terhadap Takut jika diajar oleh guru yang tidak 13
objek pernah tersenyum
Benci terhadap Benci jika guru memberikan tugas 14
objek rumah
Marah Marah jika guru memarahiku 15
terhadap objek
Konatif Patuh dan taat Mematuhi apa yang dikatakan oleh 16
bapak/ibu guru
Menghargai Mendengarkan ketika bapak/ibu guru 17
menerangkan materi pelajaran
586

Tidak memotong pembicaraan 18


bapak/ibu guru saat menjelaskan
pelajaran
Menghormati Menyapa ketika bertemu dengan 19
bapak/ibu guru
Suka Membantu jika bapak/ibu guru lagi 20
menolong butuh bantuan
Tidak Menjaga nama bapak/ibu guru dimana 21
memusuhi saja berada
Perhatian Menanyakan kabar bapak/ibu guru 22
ketika bertemu

b.      Variabel aktivitas belajar siswa (Y)

Aktivitas belajar didefinisikan sebagai segala kegiatan yang

dilakukan dalam rangka merubah diri untuk menuju ke arah yang lebih

baik dari sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud aktivitas belajar dalam

penelitian ini adalah sekor total dari jawaban responden tentang aktivitas

belajar, yang dapat diukur melalui indikator-indikator yang ada dalam

instrument penelitian, yang disusun dan dikembangkan dalam bentuk

angket dengan menggunakan skala pengukuran Likert berupa butir-butir

pertanyaan atau pernyataan.

Dengan mengacu pada sub variabel aktivitas belajar, sebagaimana

yang terdapat dalam definisi operasional yang telah disebutkan diatas,

maka disusunlah kisi-kisi skala aktivitas belajar siswa seperti dalam table

di bawah ini:
TABEL 3.4

INSTRUMEN AKTIVITAS BELAJAR SISWA


Sub Indikator Pernyataan No
variabel Item
1 2 3 4
Aktivita Rajin mencatat Mencatat hal-hal yang penting yang 1
s fisik diterangkan oleh bapak/ ibu guru
587

Mencatat topik inti dari bacaan yang 2


dibaca, jika berhubungan dengan
materi
Mendengarkan Mendengarkan penjelasan guru 3
pelajaran dengan sungguh-sungguh ketika
dengan mengikuti pelajaran
seksama
Rajin membaca Membaca materi pelajaran terlebih 4
dahulu sebelum diterangkan oleh guru
Membaca buku lain yang 5
berhubungan dengan materi pelajaran
yang diajarkan
Rajin Menyelesaikan tugas yang diberikan 6
mengerjakan dengan sebaik-baiknya
tugas Menyelesaikan setiap tugas dengan 7
tepat waktu
Rajin mengikuti Rajin masuk mengikuti pelajaran 8
pelajaran Datang ke sekolah dengan tepat 9
waktu
Keluar  kelas saat pelajaran 10
berlangsung
Bertanya jika Bertanya ketika merasa tidak 11
tidak mengerti mengerti
Menjawab Menjawab setiap pertanyaan yang 12
pertanyaan diberikan guru dengan benar
dengan benar
Mengatur waktu Belajar dirumah dengan teratur 13
belajar dengan Membuat jadwal belajar di rumah 14
baik
Aktivita Berfikir sesuai Menyelesaikan tugas sesuai dengan 15
s psikis dengan nalarnya kemampuan sendiri
Meniru pekerjaan orang lain 16
Menghubungkan penjelasan guru dgn 17
pengetahuan yg dimiliki sebelumnya
Menyelesaikan soal sesuai dengan 18
teori yang sudah diajarkan
Mengeluarkan pendapat sesuai 19
pemikiran sendiri
Rajin menghafal Menghafalkan materi pokok yang ada 20
materi pelajaran dalam kompetensi
Menghafalkan istilah asing yang ada 21
kaitannya dengan materi pelajaran
Menghafalkan rumus atau kaidah- 22
kaidah atau teori yang sudah
diajarkan
588

   2.      Validitas dan reliabilitas instrumen

Setelah instrumen terkait dengan sikap dan aktifitas siswa disusun,

maka instrumen tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada 40 siswa di

luar sampel penelitian tetapi masih termasuk dalam populasi penelitian

sehingga sesuai dengan subjek yang akan diteliti.

1)      Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahehan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

berarti mempunyai validitas yang tinggi dan sebaliknya, instrumen yang

kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.[18]

Instrumen yang disusun dalam penelitian ini, dibuat berdasarkan

teori tentang variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Suatu

instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat atau informasi dari suatu variabel yang

akan diteliti serta mampu mengukur sebagaimana yang diinginkan. [19]

Untuk menguji validitas instrumen sikap, dilakukan dengan cara

mencari harga koefisien korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur

secara keseluruhan, yaitu dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat

ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap item soal. Jika hasil

perhitungan terjadi thitung lebih besar dari ttabel, maka butir soal dinyatakan

valid. Tetapi bila sebaliknya, maka butir soal tersebut dinyatakan tidak

valid dan selanjutnya diperbaiki atau tidak digunakan dalam instrumen

penelitian.
589

Kemudian untuk mengukur validitas instrumen, digunakan korelasi

product moment pada taraf signifikansi dengan nilai probabilitas 0,05.

Adapun rumus yang digunakan dalam menilai tingkat validitas item adalah

sebagai berikut:[20]

Keterangan:

r xy          : Korelasi product moment

N         : Jumlah responden atau sampel

X         : Jumlah jawaban variabel X

Y         : Jumlah jawaban variabel Y

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t, dengan menggunakan rumus:

dimana :

                  t           : Nilai t hitung

                  r           : Koefisien korelasi hasil t hitung

                  n          : Jumlah responden

Lalu jika instrumen tersebut sudah dinyatakan valid maka kriteria

penafsiran mengenai indeks korelasinya adalah sebagai berikut:[21]

TABEL 3.5
590

KRITERIA KORELASI PRODUCT MOMENT


BESARNYA KOEFISIEN KATAGORI
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup tinggi
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat rendah (tidak valid)

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan dan dengan bantuan

penghitungan program Excel, maka dari 22 item pernyataan tentang

variabel sikap didapat hasil 17 item dinyatakan valid dan 5 item

dinyatakan tidak valid seperti yang terlampir dalam LAMPIRAN 15.

Selanjutnya 5 item yang tidak valid yaitu item no; 10, 15, 16, 20 dan 22

kemudian dibuang, sedangkan 17 item yang valid kemudian terus

disebarkan kepada responden guna dijadikan instrumen dalam

pengumpulan data.

Sedangkan untuk validitas instrument aktivitas belajar, berdasarkan

hasil uji coba yang telah dilakukan dan dengan bantuan penghitungan

program Excel, maka dari 22 item pernyataan tentang variabel aktivitas

didapat hasil 20 item dinyatakan valid dan 2 item dinyatakan tidak valid

seperti yang terlihat dalam LAMPIRAN 15. Selanjutnya 2 item yang tidak

valid yaitu item no 10 dan 16 kemudian dibuang, sedangkan 20 item yang

valid kemudian terus disebarkan kepada responden guna dijadikan

instrumen dalam pengumpulan data.

2)      Reliabilitas
591

Reliabilitas adalah tingkatan dimana suatu tes mampu mengukur

variabel secara konsisten meskipun digunakan berapa kalipun.

[22] Instrumen dalam penelitian dikatakan reliabel apabila mempunyai nilai

reliabilitas yang tinggi, apabila alat pengumpul data yang dibuat oleh

peneliti mempunyai taraf konsistensi dalam mengukur apa yang hendak

diukur.[23]

Reliabilats pada suatu instrumen merujuk pada adanya

kepercayaan instrumen untuk bisa digunakan sebagai alat pengumpul

data karena isntrumen telah dinyatakan sudah baik. Sebagaimana yang

dikatakan Arikunto bahwa instrumen yang dinyatakan baik dan reliabel

dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.[24]

Reliabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara numerik

dalam bentuk koefisien. Koefisien reliabilitas digunakan untuk melihat

konsistensi jawaban yang diberikan responden. Koefisien tinggi

menunjukkan reliabilitas yang tinggi dan begitupun sebaliknya, jika

koefisien suatu tes itu rendah maka itu berarti reliabilitas tes itu juga

rendah. Suatu tes mempunyai reliabilitas sempurna jika tes tersebut

mempunyai koefisien +1 atau – 1.[25]

Adapun rumus untuk mengetahui reliabilitas instrumen ini adalah

dengan menggunakan rumus Spearman Brown, yaitu: r 11 = 2r/(1+ r)

dengan  r11 adalah koefisien Spearman Brown dan r adalah koefisien

korelasi product moment.[26]

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan dan dengan bantuan

penghitungan program Excel, maka dari 22 item pernyataan tentang


592

variabel sikap sebagaimana yang terlampir dalam LAMPIRAN 15 didapat

hasil 19 item dinyatakan valid dan 3 item yaitu item no 10, 16 dan 22

dinyatakan tidak valid dan selanjutnya item-item tersebut dibuang. Dan

ntuk item no 15 dan 20 meski dinyatakan reliabel tetapi dalam uji validitas

sudah dinyatakan tidak valid maka 2 item tersebut juga ikut dibuang.

Selanjutnya 17 item yang valid kemudian terus disebarkan kepada

responden guna dijadikan instrumen dalam pengumpulan data.

Sedangkan untuk validitas instrument aktivitas belajar, berdasarkan

hasil uji coba yang telah dilakukan dan dengan bantuan penghitungan

program Excel, maka dari 22 item pernyataan tentang variabel aktivitas

sebagaimana yang terlihat dalam LAMPIRAN 15 didapat hasil 21 item

dinyatakan reliabel dan 1 item yaitu item no 10 dinyatakan tidak reliabel.

Selanjutnya 1 item yang tidak reliable tersebut yaitu item no 10 kemudian

dibuang. Dan untuk item no 16 meski dinyatakan reliable, tetapi dalam uji

validitas sudah dinyatakan tidak valid maka item tersebut juga ikut

dibuang. Sedangkan 20 item yang reliable kemudian terus disebarkan

kepada responden guna dijadikan instrumen dalam pengumpulan data.

D.    Pengumpulan Data

Dalam penelitian diperlukan suatu metode pengumpulan data yang

berupa tehnik dan cara-cara yang biasa digunakan oleh seorang peneliti

untuk mengumpulkan data.

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga

menghasilkan informasi atau keterangan yang menunjukkan fakta.

[27] Pada dasarnya data dalam penelitian bisa dibedakan menjadi dua,


593

yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang

tidak berbentuk bilangan. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang

berupa bilangan. Data kuantitatif  berdasarkan cara perolehannya masih

dibagi menjadi dua, yaitu data diskrit dan data kontinum. Data diskrit

adalah data yang diperoleh dari hasil menghitung dan biasa disebut

dengan data nominal. Sedangkan data kontinum diperoleh dari hasil

pengukuran dan data ini biasa dikelompokkan menjadi data ordinal,

interval dan rasio.[28]

Dari uraian diatas, maka data dalam penelitian ini bisa disebut

dengan data kuantitatif yang berbentuk data skala ordinal. Skala ordinal

adalah skala yang didasarkan pada ranking yang diurutkan dari jenjang

yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya.[29] Data

ordinal dalam penelitian ini bisa dikatagorikan ke dalam bentuk tingkatan

dengan menggunakan skala pengukuran Linkert[30], yaitu:

TABEL 3.6

KRITERIA SKALA LINKERT


POSITIF BOBOT NILAI NEGATIF
Sangat setuju 5 Sangat tidak setuju
Setuju 4 Tidak setuju
Netral 3 Netral
Tidak setuju 2 Setuju
Sangat tidak setuju 1 Sangat setuju

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu

manusia dan bukan manusia. Data yang bersumber dari yang bukan

manusia bisa berupa dokumen-dokumen yang memaparkan tentang


594

keadaan objek penelitian baik tentang jumlah siswa, guru dan karyawan

atau keadaan-keadaan lain di lingkungan sekolah yang masih terkait

hubungannya dengan penelitian ini. Adapun sumber data yang berupa

manusia adalah responden itu sendiri. Dimana dari responden itu akan

dicari data mengenai sikap dan aktivitas belajarnya.

Sedangkan tehnik dan cara pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan kuesioner yang berupa daftar pertanyaan

atau pernyataan yang diberikan langsung kepada responden. Responden

dalam penelitian ini adalah siswa SMPN I Plosoklaten.

E.     Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian

data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah

dibaca dan diinterpretasi.[31] Jenis analisis dalam suatu penelitian sangat

berhubungan dengan jenis data yang dikumpulkannya. Jenis data itu bisa

berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data

yang berhubungan dengan kuantitas, angka-angka atau jumlah.

Sedangkan data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kata-

kata atau gambar-gambar. Oleh karena itu data kualitatif merupakan data

yang berskala nominal, sedangkan data kuantitatif merupakan data yang

memiliki skala ordinal, interval dan rasio. Jadi dalam penelitian ini, karena

data yang didapat berupa data kualitatif yang dikuantitatifkan dalam

bentuk skala ordinal, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian

kuantitatif.
595

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data yang dapat dipakai bisa

dengan menggunakan analisis statistik deskriptif atau analisis statistik

inferensial tergantung dari tujuan penelitian itu sendiri. Jika tujuan dari

penelitiannya adalah ingin memaparkan suatu data, maka yang cocok

adalah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Dan jika

bertujuan untuk menguji suatu hipotesa dan mengeneralisasikannya,

maka yang cocok adalah dengan menggunakan analisis statistik

inferensial. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Burhan Bungin bahwa

statistik inferensial adalah statistik yang digunakan dalam penelitian sosial

sebagai alat untuk menganalisa data dengan tujuan melakukan

generalisasi sampel terhadap populasi yang berarti menguji suatu

hipotesa penelitian.[32]

Ada dua pilihan dalam penggunaan statistik inferensial, yaitu

analsis statistik parametik dan analisis statistik non parametik. Analasis

statistik parametik digunakan jika penarikan sampel dari suatu populasi

diambil secara acak, data yang dihasilkan berdistribusi normal serta data

hasil pengukuran berupa data interval atau rasio. Sedangkan analisis

statistik non parametik digunakan jika data yang didapat tidak

memperhatilam distibusi yang normal, diperoleh melalui pengukuran

nominal atau ordinal dan sampel yang ditarik dari populasi diambil secara

acak.[33]

Adapun analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis statistik parametik yaitu dengan menggunakan

Rumus Product Moment. Sedangkan untuk mengetahui bersarnya


596

kontribusi variabel dilakukan dengan mencari koefisien determinannya,

yaitu dengan menggunakan rumus r2 x 100%. Dan untuk mengetahui

signifikansinya dihitung dengan Uji-t, dengan rumus; 

Mengingat persyaratan analisis dengan menggunakan rumus ini

adalah data harus berbentuk data interval, maka agar memenuhi

persyaratan tersebut, maka data ordinal dalam penelitian ini akan

dinaikkan menjadi data interval sehingga menjadi data baku. Dan dalam

penelitian ini analisis digunakan untuk menganalisa validitas instrumen

dan menganalisa data guna penarikan kesimpulan (uji hipotesa).

Instrument penelitian dikatakan valid jika instrument penelitian

tersebut mampu mengukur variabel penelitian sesuai dengan apa yang

dikehendaki. Validitas instrument dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu

dengan cara analisis rasional dan analisis statistic. Analisis rasional

digunakan untuk mengukur validitas isi, yaitu untuk memastikan apakah

instrumen tersebut mampu mencerminkan isi yang dikehendaki. Dalam

hal ini instrument yang telah disusun kemudian diajukan kepada ahli atau

pakar untuk mendapatkan tanggapan dan penilaian, apakah butir-butir

pertanyaan atau pernyataan yang disusun telah mencerminkan indikator,

sub variabel dan variabel yang akan diteliti. Apabila instrument itu telah

disetujui oleh pembimbing, maka instrumen tersebut dianggap valid.

Sedangkan analsis statistik dimaksudkan untuk mengetahui

validitas instrument ditinjau dari aspek konstruk, artinya instrumen


597

tersebut sudah mampukah mengukur sifat konstruk atau teori yang telah

dibangun. Validitas instrumen ditentukan oleh validitas butir-butir soal.

Dan validitas butir soal ditentukan oleh besarnya koefiseien korelasi skor

masing-masing butir soal dengan skor total yang dianalisis dengan

statistik korelasi. Butir-butir soal dalam instrument dinyatakan valid jika

harga koefisien korelasi hasil hitungan lebih besar dari koefisien korelasi

hasil table pada taraf α = 0,05.

Kemudian analisis dalam uji hipotesis didasarkan pada data yang

diperoleh dari responden melalui angket yang telah disebarkan dalam

penelitian ini. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan analisis

korelasi. Uji statistik korelasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji

signifikan tidaknya hubungan antar variabel yang diukur melalui koefisien

korelasinya.

Oleh sebab itu, karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mencari hubungan antara dua variabel, maka yang cocok sebagai bentuk

analisis datanya adalah dengan menggunakan analisis korelasional.

[34] Analisis korelasional dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment. Metode ini

adalah salah satu tehnik statistik parametik yang menggunakan data

interval dan rasio dengan persyaratan; data dipilih secara acak, datanya

berdistribusi normal, data yang berhubungan berpola linier dan data yang

dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subjek

yang sama.[35]
598

Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, maka

diadakah uji normalitas data. Sedangkan cara untuk mengetahui dan

mengecek normalitas data adalah dengan plot probabilitas normal atau

dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat.[36] Adapun uji normalitas

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat

dengan bantuan penghitungan program Excel.

Uji linieritas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

apakah hubungan data antar variabel mengikuti pola linier, yang berarti

perubahan yang terjadi dalam suatu variabel diikuti oleh perubahan yang

sama atau sebanding dalam variabel lain.[37] Sedangkan pengujiannya

dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.

Selain uji normalitas dan linieritas data, perlu juga dilakukan uji

kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni untuk

mengetahui seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari

populasi yang sama. Pengujian homogenitas ini menjadi sangat penting

dilakukan karena peneliti bermaksud untuk mengeneralisasi dari hasil

penelitiannya.[38] Adapun pengujian homogenitas ini dilakukan dengan

menggunakan tes Bartlet dengan bantuan penghitungan program Excel.

Setelah semua persyaratan terpenuhi maka analisis korelasi antar

variabel dapat dilakukan. Sedangkan analisis korelasi dalam penelitian ini

dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel sikap dengan aktivitas

belajar siswa.
599

[1] Asmadi Alsa, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya


dalam Penelitian Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 22011), 18 – 19
[2] Ibid, 13
[3] Ibid.
[4] Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), 5
[5] Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), 56
[6] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: Refika Aditama,
2010), 374 – 375 baca juga  Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 313
[7]Djunaidi Ghony, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif (Malang:UIN Malang Press, 2009), 206
[8] Riduawan, Metode dan Tehnik Menyusun Tesis (Bandung: Alfabeta,
2010), 55.
[9] Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana,
2011), 109.
[10] Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005),
49.
[11] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 174.
[12] Riduwan, Metode dan Tehnik Menyusun Tesis, 58.
[13] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 277.
[14] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sisial, 229
[15] Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, 105
[16] Hamid Darmaji, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta,
2011), 92
[17] Ibid.
[18] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, 211
[19] Ibid.
[20] Riduan, Metode dan Tehnik Menyusun Tesis, 109-110
[21] Riduan, Metode dan Tehnik, 110
[22] Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, 88
[23] Ibid, 122
[24] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 222
[25] Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, 122
[26] Riduan, Metode dan Tehnik, 132
[27] Riduan, Metode dan Tehnik, 106
[28] Ulber 280 – 284
[29] Riduan, Metode dan Tehnik, 82
[30] Ibid., 86
[31] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 332
[32] Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif,  191-192
[33] Ulber Silalahi, Metode Penelitian, 338
600

[34] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 334


[35] Riduan, Metode dan Tehnik, 136
[36] Suharsimi Arikunto, ProsedurPenelitian, 357
[37] Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 152
[38] Ibid., 364-364

Dalam bab ini akan diuraikan tentang pembahasan dari hasil

penelitian. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan pada bab IV,

maka terbukti bahwa sikap siswa kepada guru berhubungan dengan

aktivitas belajarnya. Hubungan tersebut memiliki korelasi positif dengan

katagori rendah.

Berdasarkan dari data yang diperoleh, nilai sikap siswa kepada

gurunya memiliki katagori 19 % tergolong sangat rendah; 35,97 %

tergolong rendah; 34,89 % tergolong sedang; 20,14 % tergolong tinggi

dan 2,16 % tergolong sangat tinggi. Jadi nilai sikap siswa SMPN 1

Plosoklaten kepada gurunya tergolong rendah karena disebabkan

penyebaran data tentang sikap tergolong rendah.

Rendahnya sikap siswa dimungkinkan karena interaksi siswa

dengan guru kurang begitu baik. Guru kurang bisa mengambil hati siswa

dengan menimbulkan kesan yang positif kepada siswa sehingga siswa

jadi protektif dan menjadi selektif dalam berinteraksi. Karena seperti yang

telah  diungkapkan Alex Sobur bahwa pada dasarnya pembentukan sikap

tidak terjadi dengan sembarangan. Pembentukannya senantiasa

berlangsung dalam interaksinya dengan manusia atau objek tertentu.

Interaksi sosial di dalam maupun di luar kelompok bisa mengubah sikap

atau membentuk sikap yang baru, selain itu faktor intern di dalam diri
601

manusia itu, yaitu selektivitasnya sendiri, daya pilihannya sendiri atau

minat perhatiannya untuk menerima atau menolak berbagai pengaruh

yang datang dari luar.[1]

Jika melihat sikap dari aspek kognitip yang berupa kesan dan

penafsiran siswa terhadap seorang guru, kesan dan penafsiran siswa ini

menjadi faktor penentu di dalam proses berinteraksi. Karena kesan yang

muncul dibenak siswa terhadap seorang guru akan memunculkan

penafsiran siswa mengenai guru tersebut baik secara positif atau negatif.

Ketika muncul kesan dan penafsiran yang positif maka siswa akan merasa

senang terhadap guru yang mengajarnya, sehingga ia akan

memperhatikan dengan seksama segala pelajaran yang diberikannya.

Dan begitupun sebaliknya, jika muncul kesan dan penafsiran yang negatif

maka siswa akan merasa tidak senang terhadap guru yang mengajarnya,

dan itu menyebabkan materi pelajaran yang diajarkannya tidak lagi

mengasikkan dan menarik. Sehingga siswapun cenderung untuk tidak

memperhatikan.

Hal ini telah diungkapkan oleh Rosenberg dalam teori konsistensi

kognitif afektif tentang perubahan sikap yang mengatakan bahwa

hubungan antara komponen kognitif dan afektif dalam pembentukan sikap

akan selalu berjalan konsisten. Sikap tidak hanya mencakup pengetahuan

tentang objek saja, tetapi juga kepercayaan antara objek dengan nilai

yang ada dalam diri subjek. Penilaian yang muncul dalam diri seseorang

akan menimbulkan sikap positip atau negatif terhadap objek sikap


602

sehingga akan berpengaruh terhadap prilakunya dalam menghadapi

objek [2]

Ini berarti, rendahnya sikap siswa SMPN 1 Plosoklaten kepada

guru, ini dimungkinkan karena kurang baiknya interaksi antara siswa

dengan guru atau karena siswa sendiri memiliki selektivitas dalam memilih

guru sehingga mempengaruhi minat perhatianya terhadap guru tersebut.

Kemudian dari data juga diperoleh bahwa nilai aktivitas belajar

siswa memiliki katagori 8,99 % tergolong sangat rendah; 23,38 %

tergolong rendah; 41,73 % tergolong sedang; 24,46 % tergolong tinggi

dan 1,44 % tergolong sangat tinggi. ini berarti karena penyebaran nilai

aktivitas belajar adalah sedang, maka aktivitas belajar siswa SMPN 1

Plosoklaten tergolong rendah.

Rendahnya aktivitas siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

sikap saja, tetapi masih banyak faktor-faktor lain yang ikut berperan

didalamnya. Seperti yang dikemukan oleh EP Hutabaret, bahwa faktor

yang mempengaruhi aktivitas belajar meliputi faktor kecerdasan, faktor

belajar, faktor sikap, faktor fisik, faktor emosi dan sosial, faktor dosen dan

faktor lingkungan[3]. Jadi sikap hanyalah salah satu faktor yang

mempengaruhi dan bukan sebagai faktor penentu. Sedangkan menurut

Muhibbin aktivitas belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar.

Faktor dari dalam meliputi keadaan jasmani, kecerdasan, sikap, minat,

bakat dan motivasi. Dan faktor dari luar bisa dari guru dan staff, keluarga,

masyarakat, teman dan lingkungan non sosial[4]. Ini berarti, melihat

reandahnya nilai aktivitas belajar tersebut, dimungkinkan karena


603

kurangnya motivasi dan minat siswa dalam belajar, atau karena adanya

faktor lain baik dari dalam atau dari luar yang lebih perpengaruh terhadap

dirinya.

Kemudian untuk mengetahui hubungan antara sikap siswa kepada

guru dengan aktivitas belajarnya digunakanlah rumus Korelasi Product

Moment. dengan menggunakan rumus ini didapat hasil bahwa hubungan

antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas belajarnya memiliki nilai

koefisien sebesar 0,345 dalam taraf signifikansi 5%. Ini berarti bahwa

antara sikap siswa kepada guru dan aktivitas belajar siswa memiliki

korelasi tapi tergolong dalam kategori rendah. Rendahnya korelasi ini

disebabkan karena nilai variabel bebas yaitu variabel sikap itu adalah

rendah. Karena variabel sikap itu bernilai rendah, maka menyebabkan

korelasi antara sikap siswa kepada guru dengan aktivitas belajarnya itu

juga rendah.

Kemudian dengan melihat angka probabilitas dari hasil

penghitungan sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,005, berarti

bahwa ada korelasi yang signifikan antara sikap siswa kepada guru

dengan aktivitas belajar siswa di SMPN 1 Plosoklaten.

Sejalan dengan penelitian ini, Mufidatul Munawaroh, mahasiswa

fakultas psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang 2007, melakukan

penelitian dalam skripsinya yang berjudul hubungan antara sikap siswa

terhadap  fullday school dengan motivasi  belajar siswa MTs Surya Buana

Malang, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap siswa

terhadap fullday school dengan motivasi belajar siswa MTs Surya Buana
604

Malang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan adanya hubungan positif

yang signifikan ( hitung r  =  0,410> table r  =  0,213) antara sikap siswa

terhadap  fullday school dengan motivasi belajar siswa MTs Surya Buana

dengan proporsi ralat sebesar 0,000 dengan korelasi sebesar 0,410 pada

taraf signifikan 5%.

Dengan demikian penelitian yang telah dilakukan Mufidatul

Munawaroh memperkuat penelitian ini, yang berarti bahwa antara sikap

siswa kepada guru dengan aktivitas belajar siswa terdapat hubungan yang

signifikan, searah dan dalam katagori yang rendah. Ini menunjukkan

bahwa sikap siswa kepada guru sedikit mempengaruhi aktivitas belajar

siswa. Tetapi jika sikap siswa ini ditingkatkan maka aktivitas belajar

siswapun juga bisa meningkat.

[1] Alex Sobur, Psikologi Umum, 363


[2]  Bimo Walgito, Teori-teori Psikologi Sosial , 68.
[3] E.P. Hutabaret, Cara Belajar, 18-21
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, 139
Diposkan oleh Banjir Embun di Senin, September 23, 2013 

alam bab ini akan disajikan tentang kesimpulan dari penelitian ini

dan beberapa saran dari penulis.

A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1.      Sikap siswa SMPN 1 plosoklaten kepada gurunya memiliki katagori 19

% tergolong sangat rendah; 35,97 % tergolong rendah; 34,89 % tergolong

sedang; 20,14 % tergolong tinggi dan 2,16 % tergolong sangat tinggi.


605

Melihat prosentase frekuensi tertinggi sebesar 35,97% ini berarti sikap

siswa kepada guru tergolong rendah.

2.      Aktivitas belajar siswa SMPN 1 Plosoklaten memiliki katagori 8,99 %

tergolong sangat rendah; 23,38 % tergolong rendah; 41,73 % tergolong

sedang; 24,46 % tergolong tinggi dan 1,44 % tergolong sangat tinggi.

Melihat bahwa prosentase frekuensi tertinggi sebesar 41,73% ini

menandakan aktivitas belajar siswa tergolong rendah.

3.      Sikap siswa SMPN 1 Plsosklaten kepada guru bekorelasi positif dengan

aktivitas belajarnya.

4.      Besarnya korelasi antara variabel sikap (X) dengan variabel aktivitas (Y)

adalah sebesar 0,345. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang

rendah. Tetapi adanya korelasi yang positif, menunjukkan adanya arah

yang sama dalam hubungan antar variabel. Ini menandakan jika nilai

variabel X mengalami peningkatan maka akan diikuti dengan naiknya nilai

variabel Y.

Sedangkan besar kecilnya konstribusi (sumbangan) variabel X

terhadap Y atau koefisien determinan = r 2 x 100 % atau 0,119025 x 100 %

= 11,9 % sedangkan sisanya 88,1% ditentukan oleh variabel lain.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa jika sikap siswa

kepada gurunya semakin baik, maka aktivitas siswa akan semakin baik

pula. Karena siswa akan lebih aktif dalam kegiatan proses belajarnya dan

ini diharapkan akan semakin meningkatkan prestasi belajarnya.

B.     Saran
606

Dari kesimpulan di atas, untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa

perlu adanya peningkatan sikap siswa kepada guru, maka untuk itu

disarankan sebagai berikut:

1.      Pimpinan sekolah senantasa membina para guru untuk senantiasa

berperilaku yang patut dan pantas untuk dijadikan tauladan bagi anak

didik sehingga anak didik memiliki kesan positif terhadap guru.

2.      Pimpinan sekolah hendaknya berupaya untuk menciptakan lingkungan

sekolah yang nyaman dan kondusif agar interaksi guru dan siswa bisa

berjalan dengan baik.

Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1991.


-------, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
-------, Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Al-Firdaus, Iqra’. Kunci-Kunci Kontrol Emosi dengan Otak Kanan dan Otak
Kiri. Yogyakarta: DIVA Press, 2012.
Alsa, Asmadi. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Arruzz, 2010.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2011.
Darmaji, Hamid. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.
--------, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Davidoff, Linda L. Psikologi Suatu Pengantar Edisi II. Jakarta: Erlangga, 1981.
Dayakisni, Hudainiyah Tri. Psikologi Sosial. Malang: UMM, 2006.
DEPAG RI, Alqur’an dan terjemahnya. Surabaya: CV Jaya Sakti, 1989.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
607

Djumhur, I. dan M. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV


Ilmu, 1975.
Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka, 2006.
Gerungan, W.A. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco, 1988.
Ghony, Djunaidi. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif. Malang: UIN Malang Press, 2009.
Gie, The Liang. Cara Belajar yang efisien I. Yogyakarta: PUBIB, 1998.
-------, Cara Belajar yang Efisien II. Yogyakarta: Liberti, 1995.
Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Hardjana, Agus M. Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius,
1994.
Hude, M. Darwis. Emosi. Jakarta: Erlangga, 2006.
Hutabaret, E.P. Cara Belajar. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1988.
Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana, 2011.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Empat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012.
Myers, David G. Psikologi Sosial Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Najati, Muhammad Usman. Psikologi dalam Prespektif Hadits. Jakarta: Pustaka
Al Husna Baru, 2004.
Prasetyono, Dwi Sunar. Membaca Wajah Orang. Yogyakarta: DIVA Press, 2010.
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002.
Rahmad, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1997.
Riduawan, Metode dan Tehnik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta, 2010.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2001.
Sarwono, Sarlito W. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humaika, 2009.
Sears, David O. Psikologi Sosial jilid1. Jakarta: Erlangga, 1985.
Shalahuddin, Mahfud. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu,
1990.
608

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama: 2010.


SISDIKNAS RI no 20 tahun 2003, (http://www.inherent-
dikti.net/files/sisdiknas.pdf).
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta,
1995.
Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia, 2003.
STAIN KEDIRI, Pedoman Penulisan Tesis dan Karya Ilmiah Program
Pascasarjana. KEDIRI: STAIN KEDIRI, 2012.
Sudjana, Nana. Cara Belaja Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000.
Taufik, Empati Pendekatan Psiokologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012.
Taylor, Shelly E. Social Psychology 12TH Edition. Jakarta: Kencana, 2009.
Usman, Husain. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Usman, Moh. Uzer.  Menjadi Guru yang Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1998.
Walgito, Bimo. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Ofset, 2003.
-------, Teori-teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset, 2011.
Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007.
609

kerangka pemikiran dapat dijelaskan bahwa


variabel independen (predictor) terdiri dari Biaya Kurikulum
Satuan Pendidikan (X 1), Biaya Kompetensi Guru (X 2) dan
Prestasi Hasil Belajar Siswa (Y) merupakan variabel
dependen (kriterior). Pengaruh diantara variabel-variabel
bebas dan variabel terikat dapat digambarkan dalam
bentuk desain penelitiansebagai berikut :

( X ¿ ¿1)¿ έ
Biaya Kurikulum Satuan
Pendidikan
r2 X 1 Y
(Y)
r X1 X2 r2 X 1 X 2 Y Prestasi Hasil
Belajar Siswa
( X ¿ ¿2)¿
Biaya Kompetensi Guru r2 X 2 Y

Gambar 3.1. Model Konstelasi Variabel Bebas (X1, X2)


dengan Variabel terikat (Y)
610

Keterangan :
X1 = Variabel Biaya Kurikulum SatuanPendidikan
X2 = Variabel Biaya Kompetensi Guru
Y = Variabel Prestasi Hasil Belajar Siswa
r2 X 1 Y = Pengaruh Biaya Kurikulum Satuan Pendidikan terhadap
Prestasi Hasil Belajar Siswa
R X 1 X 2 Y = Pengatuh Biayan Kompetensi Guru terhadap Prestasi
Hasil Belajar Siswa.
r X 1 X 2 = Korelasi variabel Biaya Kurikulum Satuan Pendidikan
dengan variabel Biaya Kompetensi Guru.
ε̇ = Variabel lain

Teknik korelasi yang diharapkan adalah teknik product moment


correlation (arikunto 2015 : 182). Suatu indikator dikatakan valid
apabila besarnya nilai signifikansi < 0,05.

Anda mungkin juga menyukai