Anda di halaman 1dari 7

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN KRIM DAN SALEP EKSTRAK

DAUN SIRSAK (Annona Muricata L.)

Putri M Padaletia Yohaha K.A Mbulangb Novi Winda Lutsinac

a) Program Studi Sarjana Farmasi STIKes Citra Husada Mandiri Kupang


b) Dosen Farmasi STIKes Citra Husada Mandiri Kupang
c) Dosen Farmasi STIKes Citra Husada Mandiri Kupang

Abstrak
Sirsak (A. muricata L.) merupakan salah satu tanaman spesies familia Annonaceae yang
telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional di tanah air dan di berbagai Negara.
Salah satu manfaatnya sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menguasai pembuatan sediaan cream dan salep dengan mengunakan zat aktif dari ekstrak
daun sirsak. Ekstrak kental diperoleh melalui maserasi dengan metanol. Ekstrak kental yang
diperoleh diformulasi menjadi sediaan cream dan salep. Evaluasi sifat fisik cream dan salep
meliputi Organoleptis, BJ, Daya Sebar, pH sediaan, homogenitas. Hasil pengamatan
menunjukan bahwa sediaan salep stabil secara fisik sedangkan sediaan cream tidak
memunuhi kriteria daya sebar yang baik karena konsistensinya terlalu padat menyerupai
pasta.

Kata Kunci : Annona muricata L, Antibakteri, Cream, Salep

Abstract
Soursop (A. muricata L.) is one of the family species of Annonaceae species that has
long been used in traditional medicine in the country and in various countries. One of its
benefits as an antibacterial. This study aims to know and master the manufacture of cream
and ointment preparations using active substances from soursop leaf extract. The viscous
extract is obtained by maceration with methanol. The obtained viscous extracts are
formulated into cream and ointments. Evaluation of physical properties of creams and
ointments include Organoleptic, BJ, Scouting, pH, homogeneity. The results showed that the
ointment was physically stable while the cream did not satisfy the good scattering criteria
because the consistency was too dense to resemble the paste.

Keywords: Annona muricata L, Antibacterial, Cream, Ointment

33
I. PENDAHULUAN salep dan cream, dengan menggunakan ekstrak

Perkembangan pemanfaatan bahan daun sirsak Annona muricata L. dengan

alam sebagai obat tradisional dengan berbagai konsentrasi zat aktifnya dan untuk

penggunaan yang lebih baik sekarang lebih menguji efektivitas antibakteri. Dipilih sediaan

diminati. Hal ini disebabkan karena obat salep dan cream karena salep dan cream

tradisional relatif mudah didapat. memiliki fungsi sebagai bahan pembawa

Didukung dengan adanya bahan obat dari obat-obat topikal, bahan pelumas kulit dan

alam yang tumbuh melimpah di Indonesia, sebagai pelindung kulit.

sehingga penggunaan obat tradisional


II. METODE PENELITIAN
menjadi semakin meningkat dan Alat :
berkembang luas di masyarakat. Mortir, Stamfer, Batang pengaduk, Pot salep
Salah satu jenis tanaman obat yang (4 buah), Timbangan, Cawan porselin, Kaca
sering dimanfaatkan sebagai obat arloji, Water bath, Kaca Bundar, Piknometer
tradisional oleh masyarakat adalah Annona Bahan :
muricata L. atau yang lebih dikenal
Salep : Ekstrak tanaman Daun Sirsak
dengan nama sirsak. Daun sirsak mampu (Annona muricata L.) 10% ,Vaselin putih
Cream : Ekstrak tanaman Daun Sirsak
mengatasi jerawat. Bakteri yang sering
(Annona muricata L.) 10%, Asam stearate
ditemukan pada jerawat adalah bakteri 11,75 %, Adeps lanae 2%, Vaselin putih
9%, PEG 7%, TEA (trietanolamina) 1,5%,
gram positif yaitu Staphylococcus aureus
Aqua.
dan Propionibacterium acnes.
Dalam mortir dimasukkan bahan aktif ekstrak
Staphylococcus aureus biasanya terdapat
tanaman 0,5 gram (5%), gerus sampai halus.
pada saluran pernafasan atas, kulit, saluran
ditambahkan basis vaselin sedikit demi sedikit,
kencing, mulut dan hidung, jaringan kulit
aduk sampai homogeny, dimasukkan dalam
bagian dalam dari bisul bernanah, infeksi
pot salep.
luka, radang paru-paru dan selaput lendir
lainnya (Jawetz, E., 2001). Oleh karena itu
bakteri ini disebut piogenik (Madigan MT,
dkk, 2008).
Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka kami bermaksud ingin melanjutkan
penelitian dengan membuat sediaan
farmasi penggunaan secara topikal yaitu

34
stik yang dimasukkan ke dalam
Metode Formulasi Vanishing Cream
sediaan krim, didiamkan beberapa saat
Vanishing cream (Basis vanishing cream sampai timbul warna, untuk
ad 10 gram) mengetahui besarnya pH, warna yang
Dipanaskan asam stearat, cera alba, vaselin timbul tersebut dicocokkan dengan pH
putih, (fase minyak) diatas water bath indikator.
pada suhu 70°C. Dipanaskan Propilenglikol, 3. Bobot Jenis. Bobot jenis dari setiap
TEA, aqua diatas water (fase air) bath pada sediaan diukur menggunakan alat
suhu 70°C. Mortir dan stamfer dipanaskan piknometer.
pada suhu 70°C. Fase air dimasukkan dalam 4. Uji homogenitas. Masing-masing
mortir, ditambahkan fase minyak aduk ad krim/salep yang akan diuji dioleskan
terbentuk massa cream. pada 1 buah kaca arloji untuk
Metode Formulasi Cream Ekstrak Daun diamati homogenitasnya. Apabila
Sirsak tidak terdapat butiran- butiran kasar di
atas kaca arloji tersebut maka
Dalam mortir dimasukkan bahan aktif
krim/salep yang diuji homogenya.
ekstrak tanaman 0,5 gram (5%), gerus
5. Uji daya sebar krim. Uji ini
sampai halus. dimasukkan basis vanishing
dilakukan dengan menggunakan alat–
cream dalam mortir tersebut ( setelah
alat seperti sepasang lempeng kaca
dingin ) sedikit demi sedikit sambil diaduk
bundar (extensometer) dan anak
sampai homogen. dimasukkan dalam
timbang gram. Krim/salep ditimbang ±
kemasan pot.
0,5 gram diletakkan di tengah kaca
Evaluasi Sediaan bundar, di atas kaca diberi anak
timbang sebagai beban dan dibiarkan 1
Evaluasi sediaan dilakukan selama 4
menit. Diameter krim yang menyebar
minggu, dengan tujuan untuk mengetahui
(dengan mengambil panjang rata-rata
perubahan yang terjadi pada variasi
diameter dari beberapa sisi) diukur
sediaan selama 4 minggu berturut-turut.
kemudian ditambahkan 50 gram,
1. Organoleptik. Pengujian warna dan
100 gram, 150 gram, 200 gram sebagai
bau dilakukan dengan pengamatan
beban tambahan, setiap penambahan
secara visual terhadap sediaan.
beban didiamkan setelah 1 menit dan
2. Penetapan pH. Pengujian pH
dicatat diameter krim/salep yang
dilakukan dengan menggunakan pH
menyebar seperti sebelumnya.
35
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Minggu 1 :
Evaluasi Salep
Organoleptis : Warna / bau / ph : Hijau
Minggu 1 : Muda / Khas Daun sirsak / 6

Organoleptis : Warna / bau / ph : Hijau Bj / Daya Sebar / Homogenitas : 1 g/ml /


Tua / Khas Daun sirsak / 6 50 g = 2,5 cm, 100 = 2,8 cm, 150 g = 3

Bj / Daya Sebar / Homogenitas : 1 g/ml / cm, 200 g = 3,1 cm / Homogen tidak ada
50 g = 3,6 cm, 100 = 3,8 cm, 150 g = 4,3 butiran kasar
cm, 200 g = 4,4 cm / Homogen tidak ada
butiran kasar Minggu 2 :
Minggu 2 : Organoleptis : Warna / bau / pH : stabil /
Agak kurang khas / 6
Organoleptis : Warna / bau / pH : Hijau
Tua / Agak kurang khas / 6 Bj / Daya Sebar / Homogenitas : 1 g/ml /
Bj / Daya Sebar / Homogenitas : 1 g/ml / 50 g = 2,5 cm, 100 = 2,8 cm, 150 g = 2,8 cm,
50 g = 3,9 cm, 100 = 4 cm, 150 g = 4,1 200 g = 2,8 cm / Homogen tidak ada butiran
cm, 200 g = 4,8 cm / Homogen tidak ada kasar
butiran kasar
Minggu 3 :
Minggu 3 :
Organoleptis : Warna / bau / pH : Stabil /
Organoleptis : Warna / bau / pH : Hijau Agak kurang khas / 6
Tua / Agak kurang khas / 6
Bj / Daya Sebar / Homogenitas : 1 g/ml /
Bj / Daya Sebar / Homogenitas : 1 g/ml /
50 g = 2,3 cm, 100 = 2,3 cm, 150 g = 2,4 cm,
50 g = 3,7 cm, 100 = 4 cm, 150 g = 4,1
200 g = 2,4 cm / Homogen tidak ada butiran
cm, 200 g = 4,4 cm / Homogen tidak ada
kasar
butiran kasar
Minggu 4 : Minggu 4 :

Organoleptis : Warna / bau / pH : Hijau Organoleptis : Warna / bau / pH : Stabil /


Tua / Agak kurang khas / 6 Agak kurang khas / 6

Bj / Daya Sebar / Homogenitas : 1 g/ml / Bj / Daya Sebar / Homogenitas : 1 g/ml /


50 g = 3,4 cm, 100 = 3,6 cm, 150 g = 3,7 50 g = 2 cm, 100 = 2,3 cm, 150 g = 2,4
cm, 200 g = 3,9 cm / Homogen tidak ada cm, 200 g = 2,4 cm / Homogen tidak ada
butiran kasar butiran kasar
Evaluasi Cream

36
Ekstrak metanol daun sirsak tanin dan steroid. Menurut penelitian
(Takahashi, dkk., 2006) ekstrak etanol
Evaluasi salep
daun A.muricata Linn mengandung
Dari pengamatan organoleptis dari
senyawa flavanoid, yang mana senyawa–
minggu pertama sampai minggu keempat,
senyawa tersebut dapat berfungsi
warna, bau, masih menunjukkan range
sebagai desinfektan antiseptik. Senyawa
karkteristik salep daun sirsak. Di mana
flavanoid ini terdapat dalam sel-sel yang
intensitas warna, bau dari awal pembuatan
sedang melakukan fotosintesis sehingga
hingga minggu ke empat masih stabil dan
banyak tersebar pada kingdom plantae
tidak menunjukkan adanya cemaran
(Cushnie dan Lamb, 2005). Salah satu
mikroba, hal ini membuktikan bahwa daun
fungsi flavanoid untuk tumbuhan
sirsak efektif dijadikan sebagai salep
sebagai agen antikanker, antimikroba
antibakteri walaupun tidak ditambahakan
dan antivirus (Robinson, 1995).
pengawet dalam sediaannya.
Pada formula ini metode yang di
Pada pengukuran pH, range pH salep
pakai yaitu metode pencampuran
yaitu 6, masih dalam range standar salep dan
(inkorporation) dimana, jika bahan obat
membuktikan bahwa salep ini efektif untuk
larut dalam air atau dalam minyak maka
bakteri gram positif. Sehingga sediaan ini
dapat dilarutkan dengan air. Kemudian
memenuhi karakteristik salep sebagai
larutan tersebut ditambhakan dalam
protektif. pH yang stabil menunjukkan
bahan pembawa (vehicle) bagian
kemampuan daya simpan sediaan.
perbagian. Jka bahan obatnya tidak larut
Pada pengujiian homogenitas, sediaan
(kelarutannya sangat rendah), partikel
dari awal pembuatan hingga minggu
bahan obat harus dihaluskan dan
keempat, menunjukkan homogenitas yang
kemudian harus di tendesikan
stabil dilihat dari uji homogenitas tdak ada
kedalam larutan pembawa.
butiran kasar. Sehingga sediaan ini
Tetapi masih dalam range yang
memenuhi karakteristik salep yaitu mudah
aman. Hal ini mungkin dikarenakan
dipakai. Sehingga dipastikan bahwa
penyimpanan dan pengaruh udara
formula in mempunyai kadar yang sama.
sehingga konsistensi salep semakin
Pada pengujian daya sebar, dilihat dari
padat. Pengujian daya sebar ditujukan
pengamatan dari minggu 1 sampai minggu 4
agar mengetahui kemampuan penetrasi
dengan variasi bobot menunjukkan tidak
salep dalam kulit atau dalam jaringan
konstannya daya sebar pada sediaan ini.
kulit sehngga memberikan efek lokal
mengandung metabolit sekunder seperti
37
atau sistemik. Pada sediaan ini diharapkan baik. Kemungkinan faktor ekstrak
lebih otoksidasi dan akan terbentuk yang dihasilkan (kekentalan) bisa
hidroperoksida sehingga dibutuhkan mempengaruhi daya sebar sediaan ini.
pengemasan yang kedap udara dan Pada pengujiaan BJ sediaan ini
terlindung cahaya. Dari formula ini, sediaan memiliki BJ 1 g/ml tetapi hasil ini
ini tergolong tipe cream (W/O). Dimana kurang pasti karena dalam praktikum
menggunakan emulgator lipofil yang kami menggunakan pengukuran
mempunyai kemampuan menarik air. manual tanpa menggunakan alat
Pada pengujian organoleptis, warna, pignometer sehingga keabsahan
bau dari awal pembuatan hingga minggu ke pengujiannya masih diragukan.
empat, menunjukkan kondisi yang stabil, Evaluasi cream
namun konsistensinya agak padat Formula ini menggunakan basis
menyerupai pasta. Hal ini dikarenakan kombinasi adeps lanae, PEG, dimana
ekstrak dari daun sirsak sangat kental sifat dari PEG tidak merangsang,
sehingga sebaiknya dilarutkan dengan memiliki kemampuan lekat dan
pelarut dalam jumlah yang agak banyak. distribusi yang baik pada kulit, tidak
Pada pengujian pH, dari awal mencegah pertukaran gas dan
pembuatan hingga akhir menunjukkan produksi keringat, dapat di cuci
range pH yang stabil yaitu 6. masih dalam dengan air, dan dapat digunakan
range standar cream dan membuktikan pada kulit yang berambut. PEG
bahwa cream ini efektif untuk bakteri gram memiliki sifat bakterisida sehingga
positif. Sehingga sediaan ini memenuhi pada penyimpanan beberapa bulan
karakteristik cream sebagai protektif. pH tidak perlu dikuatirkan serangan
yang stabil menunjukkan kemampuan daya bakteri. karena PEG memiliki daya
simpan sediaan. hisap osmotik yang tinggi maka basis
Pada pengujian daya sebar cream, PEG dapat menyerap kelembaban
dari pengamatan ternyata pengukuran daya diudara dan dapat menyebabkan
sebar cream lebih kecil dibandingkan penguraian.
dengan salep. Hal ini dikarenakan sediaan Pada pengujian homogenitas
kami belum memenuhi standar cream yang cream dari awal pengamatan hingga
seharusnya memiliki tingkat daya sebar minggu ke empat menunjukkan
yang sama pada sediaan salep. kestabilan homogenitas. Pada
memiliki daya sebar yang lebih pengamatan BJ menunjukkan range
38
BJ 1 g/ml sama seperti salep.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Salep ekstrak daun sirsak tergolong
salep dengan basis hidrokarbon yang
memiliki khasiat sebagai antibakteri.
2. Sediaan cream ekstrak daun sirsak
tidak cocok dijadikan sebagai sediaan
cream karena konsistensinya terlalu
padat menyerupai pasta sehingga
perlu di analisis lagi formulanya.
3. Berdasarkan uji daya sebar sediaan
cream kurang memenuhi kriteria daya
sebar yang baik.
4. Berdasarkan evaluasi homogenitas,
organoleptis, BJ dan cemaran mikroba
secara kasat mata sediaan ekstrak
daun sirsak memenuhi standar.

DAFTAR PUSTAKA
Kuncahyo, Ilham, 2011, Petunjuk
Praktikum Teknologi Sediaan
Farmasi, Universitas Setia Budi,
Surakarta, hal 4-1
Anief, M.,1997, Ilmu Meracik Obat , Gadjah
Mada University Press, Jogjakarta , hal
210-216
Dirjen POM Departemen Kesehatan
Republik Indonesia , 1995, Farmakope
Indonesia , Edisi IV , Jakarta
Ansel, H.C., 2006. Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi, Edisi keempat,
Universitas Indonesia Press, Jakarta ,
Hal 399-405
Depkes RI,1979, Farmakope
Indonesia,
39

Anda mungkin juga menyukai