BAB I.docx MAKALAH KONSEP ISTIRAHAT
BAB I.docx MAKALAH KONSEP ISTIRAHAT
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur untuk dapat mempertahankan status
kesehatan pada tingkat yamg optimal. Selain itu proses tidur dapat memperbaiki
berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat
penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh dan memperbaiki
kerusakan pada sel.
Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup maka jumlah energi yang
diharapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan
dalam kehidupan sehari hari terpenuhi. Selain itu orang yang mengalami kelelahan
juga memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya (Hidayat, A. Aziz Alimul
dan Uliyah Musrifatul, 2015, Bab 18, halaman 126)
Kuantitas waktu tidur yang diperlukan setiap individu berbedabeda. Seperti factor
kehamilan, usia dan kesehatan umum mempengaruhi kuantitas waktu tidur. Tidak
tidur tidak segera mengancam jiwa tetapi dapat menyebabkan berbagai gangguan
jika dibiarkan berlanjut. Sebagai contoh kekurangan tidur dapat memperparah
beberapa bentuk penyakit jiwa.
Perawat dapat membantu klien untuk memperoleh waktu istirahat dan tidur yang
cukup dengan menyediakan lingkungan yang nyaman, aman dan tenang. Berbagai
terapi seperti menggososk punggung, mandi air hangat, minum susu hangat dan
obat tertentu juga dapat meningkatkan kuantitas tidur (Rosdahl, Caroline Bunker
dan Kowalski, Mary T, 2014, Bab 5, Halaman 57)
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian istirahat dan tidur
2. Bagaimana fisiologi tidur
3. Apa fungsi dan tujuan tidur
4. Factor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
5. Masalah kebutuhan tidur
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian istirahat dan tidur
2. Untuk mengetahui fisiologi tidur
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan tidur
4. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
5. Untuk mengetahui masalah kebutuhan tidur
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Agar pasien merasa diterima dan mendapatkan kepuasan, maka pasien
harus dilibatkan dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang mempunyai tujuan
sehingga pasien merasa dihargai tentang kompetensi yang ada pada dirinya. Pasien
akan merasa aman jika mengetahui bahwa ia akan mendapat bantuan yang sesuai
dengan yang diperlukannya. Pasien yang merasa terisolasi dan kurang mendapat
bantuan tidak akan dapat beristirahat, sehingga perawat harus dapat mencipatakan
suasana agar pasien tidak merasa terisolasi dengan cara melibatkan keluarga dan
teman teman pasien. Keluarga dan teman teman pasien dapat meningkatkan
kebutuhan istirahat pasien dengan cara membantu pasien dalam tugas sehari hari
dan dalam mengambil keputusan yang sukar.
2. Tidur
Tidur merupakan kondisi tidak sadar yakni individu dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensoris yang sesuai ( Guyton, 1986), juga dapat dikatakan sebagai
keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan
tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan
ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari
luar (Hidayat, A. Aziz Alimul dan Uliyah Musrifatul, 2015, Bab 18)
B. Fisiologi Tidur
Merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh system pengaktivasi
retikularis yang merupaka sitem yang mangatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan pada tidur. Pusat pengaturan
kewaspadaan aktivitas dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberikan ra ngsanga visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses piker.
Dalam keadaan sadar, neuron dan RAS akan melepaskan katekolamin seperti
norepinefrin. Demikian juga pada saat tidur, kemungkinan disebabkan adanya
pelepasan serum serotonim dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak
tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun bergantung
pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan system limbik. Dengan
4
demikian system pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR.
C. FUNGSI DAN TUJUAN TIDUR
Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak di ketahui akan tetapi diyakini
bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional,
kesehatan, mengurangi stress pada paru, kardiovaskuler, endokrin, dll. Energy
disimpan selama tidur sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang
penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur yaitu pertama, efek
pada system saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan
keseibangan diantara berbagai susunan saraf. Dan kedua, efek pada struktur tubuh
dengan memulihkan kesegaran dan fungsi tubuh selama tidur terjadi penurunan.
Kebutuhan tidur manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Berikut tabel
kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia
usia Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur
0 sampai 1 bulan Masa neonates 14 sampai 18 jam/hari
1 bulan sampai 18 Masa bayi 12 sampai 14 jam/hari
bulan
18 bulan sampai 3 Masa anak 11 sampai 12 jam/hari
tahun
3 tahun sampai 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun sampai 12 Masa sekolah 10 jam/hari
tahun
12 tahun sampai 18 Masa remaja 8,5 jam/hari
tahun
18 tahun sampai 40 Masa dewasa muda 7 sampai 8 jam/hari
tahun
40 tahun sampai 60 Masa paruh baya 7 jam/hari
tahun
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
5
(infeksi limpa) akan memerlukan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan.
Banyak juga keadaan sakit menjadikan pasien kurang sakit bahkan tidak bias
tidur (Hidayat, A. Aziz Alimul dan Uliyah Musrifatul, 2015, Bab 18)
Berdasarkan analisis bivariat diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara penyakit dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien
post operasi (nilai p-0,03, pada α = 0,05). Variabel penyakit dinilai dari ada tidaknya
keluhan nyeri atau gangguan pernapasan yang dialami pasien.
Hal ini sesuai pendapat Kozier (1991), yang menyebutkan bahwa orang sakit
membutuhkan lebih banyak tidur daripada orang yang sehat. Rasa nyeri dapat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk tidur. Kondisi respirasi juga
mempengaruhi tidur seseorang. Napas yang pendek membuat seseorang sulit tidur.
Hasil ini juga sesuai dengan pendapat Craven & Hirnle (2000), yang mengatakan
bahwa nyeri dan ketidaknyamanan yang terjadi pada malam hari akan mengganggu
tidur pasien. Perubahan hormonal juga mempengaruhi pola tidur, seperti yang
dialami pasien hyperthyroid.
Hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Puji Raharjo (2008),
tentang factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya insomnia pada lanjut usia di
Kabupaten Demak, yang menunjukkan bahwa sakit fisik lebih mempengaruhi
terjadinya insomnia (Apriyani, 2012, p. 14).
6
saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta
blokcer dapat berefek pada ti,bulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat
menekan REM sehingga mudah mengantuk (Hidayat, A. Aziz Alimul dan Uliyah
Musrifatul, 2015, Bab 18)
Berdasarkan analisis bivariat, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara obat dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post
operasi (nilai p = 1,0, pada 0,05). Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Kozier
(1991) dan Potter & Perry (1997), bahwa obat-obatan khususnya golongan hipnotis
dan sedative akan mengganggu pola tidur. Obat-obat hipnotik dan barbiturate akan
menurunkan tidur REM secara abnormal. Juga tidak mendukung pendapat Craven &
Hirnle (2000), bahwa kebutuhan tidur dapat terganggu karena konsumsi obat-obatan
yang mempermudah tidur. Selain itu penggunaan alcohol juga dapat membuat
seseorang tidur lebih cepat (Apriyani, 2012, p. 15)
5. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisis yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadiny proses tidur karena adanya
triprofan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang juga sulit untuk tidur (Hidayat, A. Aziz Alimul dan Uliyah
Musrifatul, 2015, Bab 18).
6. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat mempercepat
terjadinya proses tidur (Hidayat, A. Aziz Alimul dan Uliyah Musrifatul, 2015, Bab
18).
Berdasarkan analisa bivariat ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara lingkungan dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (p
= 0,03). Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Kozier (1991), bahwa lingkungan
yang bising sangat mengganggu tidur. Tidak adanya rangsang dari luar akan
membuat seseorang tidur dengan nyenyak. Juga mendukung apa yang dikatakan
Craven & Hirnle (2000), bahwa lingkungan baru akan mempengaruhi kebutuhan
tidur seseorang. Berkurangnya stimulus lingkungan seperti suara dan kebisingan
akan memudahkan seseorang untuk tidur (Apriyani, 2012, p. 14)
7. Gaya Hidup
7
Rutinitas seseorang dapat mempengaruhi pola tidur. Contohnya individu yang
sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bias tidur pada tepat
waktu (Dr.Saputra, Lyndon, 2013, Bab 10)
8
mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur, tetapi
mendengkur yang disertai dengan keadaaan apnea dapat menjadi masalah.
Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara
dihidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya adenoid,
amandel, atau mengendurnya otot dibelakang mulut. Terjadinya apnea dapat
mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat mengakibatkan henti napas.
Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen
dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.
6. Narkolepsi
narkolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya
tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau disaat sedang
membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan gangguan neurologis.
7. Mengigau
Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan diluar
kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hampir semua orang pernah
mengigau dan terjadi sebelum tidur REM (Hidayat, A. Aziz Alimul dan Uliyah
Musrifatul, 2015, Bab 18).
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istirahat merupakan keadaaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga dalam kondisi yang
membutuhkan ketenangan dan tidur merupakan kondisi tidak sadar yakni individu
dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai ( Guyton, 1986), dan
juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan
hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu
urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki
kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi
penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Hal yang dapat mempengaruhi kebutuhan tidur yaitu penyakit, latihan dan
kelelahan, stress psikologis,obat, nutrisi, lingkungan dan motivasi dalam diri
seseorang. Adapun masalah kebutuhan tidur yaitu insomnia, hypersomnia,
parasomnia, anuresis, apnea tidur dan mendengkur, narkolepsi dan mengigau.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, saya berharap pembaca dapat dimudahkan
dalam memahami tentang istirahat dan tidur. Dan di dalam makalah ini penyusun
menyadari banyak kekurangan oleh sebab itu saran dan kritik dari pembaca sangat
diharapkan oleh penyusun guna perbaikan makalah ini di kemudian hari.
10
DAFTAR PUSTAKA
11