Anda di halaman 1dari 11

LECTURE NOTES

Management Control Systems

Week 10
Using Financial Results Controls in
the Presence of Uncontrollable
Factors

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


LEARNING OUTCOMES

1. Mahasiswa dapat memahamiUsing Financial Results Controls in the Presence of


Uncontrollable Factors

2. Mahasiswa dapat menganalisaUsing Financial Results Controls in the Presence of


Uncontrollable Factors

OUTLINE MATERI:

1. The Principle of Controllability


2. Types of Uncontrollable Factors
3. Controlling for the Distorting Effects of Uncontrollables
4. Other Uncontrollable issue

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


ISI MATERI

The Principle of Controllability

Perubahan yang terjadi di eksternal perusahaan seringkali tidak dapat diprediksi dan
berlangsung secara tidak terduga. Berdasarkan hal ini haruskah manajer dari anak perusahaan
bertanggungjawab untuk target budget yang tidak tercapai? Atau haruskah manajer anak
perusahaan ditoleransi atas hal tersebut? Prinsip controllabvility menyatakan bahwa
karyawan seharusnya bertanggung jawab hanya atas apa yang dikontrol. Logika atas
controllability principle adalah karyawan seharusnya tidak dapat diberi sanksi untuk nasib
buruk (bad luck) serta tidak diberikan reward untuk nasib baik (good luck). Oleh karena itu,
untuk mengimplementasikan principle of controllability, evaluator atas kinerja dapat
mengurangi bahkan mengeliminasi beberapa efek yang merusak dari faktor yang tidak dapat
dikontrol dalam pengukuran performance.Terkait dengan uncontrollable factor juga
cenderung terjadi pertimbangan yang keliru.Perusahaan kadang-kadang gagal dalam
melindungi para manajer dari efek yang tidak dapat dikontrol (uncontrollable) ketika mereka
seharusnya dilindungi.Sebaliknya, kadang-kadang perusahaan melindungi para manajer
ketika mereka tidak seharunya dilindungi. Dengan demikian pertimbangan tentang
bagaimana deal terhadap uncontrollable factor tidak dibuat secara tepat sehingga manfaat
dari result controlakan dikecilkan dan berpotensi menimbulkan persoalan moral dari evaluasi
performance berdasarkan poor result.

Secara umum sebagian besar karyawan adalah risk averse (menolak resiko) yakni lebih suka
reward dihargai secara langsung dari usaha mereka dan bukan dari yang tidak dapat
dikontrol. Adapun tingkat penolkan atas resiko bervariasi diantara masing-masing personal
dan karakter yang lain. Meskipun sulit untuk membuat generalisasi, karyawan bagian
marketing dan penjualan relatif lebih toleran terhadap resiko dibandingkan bagian akuntansi
yang lebih berhati-hati. Bagi karyawan penjualan, bekerja berdasarkan komisi dari pada gaji
mungkin merupakan indicator dari toleransi atas resiko mereka. Sebaliknya, karyawan yang
hampir pensiun dipercaya lebih risk averse dibanding karyawan yang baru bekerja.

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


Penolakan terhadap resiko adalah basis untuk argument utama yang mendukung
controllability principle. Perusahaan-perusahan yang mengatur karyawan yang menolak
resiko atas efek dari faktor yang tidak dapat dikontrol secara lengkap akan menanggung biaya
atas hal tersebut dengan alasan:

1. Pertama, untuk mengkompensasikan resiko, perusahaan harus menyediakan karyawan


yang menanggung resiko dengan ekspektasi kompensasi yang lebih tinggi. Jika gagal
untuk melakukan hal tersebut maka perusahaan akan menanggung biaya dalam barbagai
bentuk seperti ketidakmampuan merekrut karyawan berbakat, karyawan yang kurang
termotivasi dan mungkin tingkat turnover karyawan yang tinggi.
2. Bagi perusahaan yang menganggap karyawan bertanggung jawab atas faktor yang tidak
dapat dikontrol akan menanggung biaya perilaku karyawan yang didesain untuk
menurunkan tanggung jawab terhadap uncontrollable factor yang mungkin merupakan
biaya bagi perusahaan. Karyawan mungkin gagal mengembangkan atau
mengimplementasi gagasan untuk investasi yang sesuai dengan kepentingan terbaik dari
perusahaan karena resiko yang ada.
3. Perusahaan mungkin menanggung biaya waktu yang hilang ketika karyawan yang
kinerjanya dievaluasi terkait pengukuran yang terdistorsi oleh pengaruh yang yang tidak
terkontrol rentan untuk mencari alasan. Karyawan-karyawan tersebut akan
menghabiskan waktu untuk berargumentasi tentang sejauh mana kerusakan atau
kerugian yang ada dengan mengorbankan mengerjakan pekerjaan yang ada.

Pada dasarnya resiko bisnis seharusnya merupakan tanggung jawab pemilik usaha.Pemilik
lebih dapat menanggung resikosebagai investor atau karena pilihan sebagai pengusaha.Tidak
seperti karyawan, investor yang juga pemilik dapat mendiversifikasikan resiko dalam
portfolio investasi.

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


Types of Uncontrollable Factors

Jenis-jenis dari Uncontrollable factor meliputi:

1. Economic and competitive factor.


Faktor-faktor ini meliputi: perubahan permintaan pelanggan, perubahan harga
barang/jasa, dan perubahan biaya mendirikan usaha. Diantara faktor-faktor tersebut
yang mempengaruhi permintaan dan harga adalah business cycle, aksi kompetitor,
perubahan selera pelanggan, boikot pelanggan dan perubahan nilai tukar. Selanjutnya,
faktor-faktor yang mempengaruhi biaya adalah penawaran dan permintaan bahan baku,
tenaga kerja dan modal, tingkat nilai tukar, dan peraturan perpajakan. Pada hakekatnya,
setiap pengukuran hasil lain juga dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor,
uncontrollable economic dan competitive factor.Sebagai contoh, harga saham perusahan
dipengaruhi oleh market cycle, rumor, atau mood dari investor. Adapun kepuasan
pelanggan dapat dipengaruhi antara lain oleh kualitas barang dan jasa yang disediakan
kompetitor, atau munculnya kompetitor online dengan model bisnis yang berbeda.
2. Force majeure.
Faktor ini seperti bencana alam dan tindakan manusia yakni semua yang
mengindikasikan kejadian yang tidak masuk akal dan tidak dapat diprediksi yang
disebabkan oleh alam atau kekuatan lain yang diluar kemampuan pengawasan karyawan
yang kadang-kadang disebut dengan force majeure. Contoh kejadian yang di luar
kontrol seperti badai, gempa bumi, banjir, kerusuhan, serangan terrorist, kematian
eksekutif utama serta yang bukan karena kelalaian seperti kebakaran, kecelakaan,
pencurian dan lain-lain. Selanjutnya, cuaca buruk yang tidak dapat diprediksi dapat
menyebabkan persoalan untuk bisnis tertentu seperti pada usaha penerbangan dan
parawisata.Bencana yang terjadi tidak saja berdampak negatif bagi dunia usaha, namun
dapat berdampak positip seperti cuaca yang kurang baik mengakibatkan pesawat tidak
dapat berngkat. Hal ini berdampak negatif pada perusahaan penerbangan, namun pada
saat yang sama berdampak positip bagi industri perhotelan. Banyak perusahaan
cenderung melindungi karyawan dari resiko yang disebabkan oleh force majeure
sepanjang kejadian tersebut jelas tidak dapat dikontrol.

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


3. Interdependencies
Interdependence menandakan bahwa sebuah entitas tidak benar-benar berdiri sendiri
sehingga hasil yang diukur dari entitas yang satu dipengaruhi oleh entitas lain dalam
satu perusahaan yang sama. Interdependencies terdiri dari pooled, sequential dan
reciprocal.Pooled interdependencies terjadi ketika sebuah entitas perusahaan
menggunakan sumberdaya bersama-sama seperti staf atau fasilitas bersama.
Selanjutnya, sequential interdependencies terjadi ketika output dari satu entitas
merupakan input dari entitas yang lain. Perusahaan yang berkategorikan sequential
interdependencies adalah perusahaan yang terintegrasi secara vertical seperti perusahaan
kertas dan baja. Adapun reciprocal interdependencies adalah bentuk dua arah dari
sequential interdependencies yakni entitas perusahaan memproduksi output yang
digunakan entitas lain dan menggunakan input dari output entitas lain. Dengan demikian
masing-masing entitas saling menggunakan output masing-masing.

Controlling for the Distorting Effects of Uncontrollables

Pengawasan atas efek merusak dari hal-hal yang tidak dapat dikontrol meliputi dua
pendekatan yaitu:

1. Controlling for uncontrollable before the measurement period.


Dua metode utama dapat digunakan untuk mengontrol uncontrollable sebelum
measurement period yaitu pembelian asuransi dan desain responsibility
structure.Terkait pembelian asuransi, manfaat utama adalah transfer resiko dari kepada
penjamin atau penerbit asuransi.Selanjutnya, dalam kaitan responsibility structure,
konsep utama dalam mendesain responsibility center dari controllability principle
adalah mengatur pertanggungjawaban karyawan untuk wilayah kinerja yang manajemen
ingin karyawan perhatikan.Ini berarti karyawan harus bertanggungjawab sesuai bidang
pertanggungjawabannya.Sebagai contoh bahwa karyawan bagian penjualan atau
produksi tidak harus bertanggung jawab untuk hasil di bagian keuangan.

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


2. Controlling for uncontrollable after the measurement period.
Pengawasan atas faktor yang tidak dapat dikontrol dapat dilakukan setelah measurement
period sebelum reward ditetapkan. Hal ini dapat dilkakukan dengan objektif
menggunakan variance analysis, flexible performance standard atau relative
performance evaluation.Variance analysis adalah sebuah analisas secara sistematik
yang didesain untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa dua angka berbeda.Dalam
aplikasi MCS, variance analysis digunakan untuk menjelaskan mengapa hasil aktual
berbeda dari standar yang telah ditetapkan atau budget.Adapun tujuan dari variance
analysis adalah untuk memisahkan uncontrollable dari yang dapat
dikontrol.Selanjutnya, Flexible performance standard dapat digunakan untk melindungi
manajer dari efek uncontrollable factor.Flexible standard mendefinisikan performance
bahwa karyawan diharapkan untuk mencapai kondisi alktual yang dihadapi selama
measurement period.Flexible performance standard mungkin dibuat bervariasi dengan
sejumlah factor yang tidak dapat dikontrol seperti volume penjualan industri, dan
tingkat sukubunga atau nilai tukar.Adapun flexible budget merupakan flexible
performance standard yang dinyatakan dalam istilah keuangan, dapat digunakan ketika
ada indikator kegiatan volume yang yang dominan (seperti unit produksi) dan ketika
banyak biaya yang terkait dengan indikator aktivitas ini.Berikut,relative
performanceevaluation (RPE), merupakan sebuah metode perlindungan bagi karyawan
dari distorting effect atas faktor yang tidak dapat dikontrol. RPE berarti bahwa
performance dari karyawan yang dievaluasi tidak dalam hal level absolut dari hasil
tetapi dalam kaitan hasil relatif ke masing-masing yang lain atau kompetitor luar yang
paling dekat.Kondisi ini kadang-kadang ditemukan pada perusahaan dengan jumlah
entitas yang dapat dibandingkan seperti usaha perbankan atau jaringan fast food.Sebagai
contoh untuk industri makanan siap saji adalah restoran Pizza. Ketika harga bahan baku
keju meningkat dan bila diasumsikan harga jual adalah sama, maka jumlah keuntungan
akan menurun untuk masing-masing outlet. Jika evaluasi atas target budget tidak
fleksibel sesuai perubahan harga bahan keju maka semua manajer outlet akan memiliki
performance yang buruk. Selanjutnya jika ini dikaitkan dengan reward maka bonus para
manajer tersebut akan rendah atau bahkan nol.

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


Kalau ini yang terjadi, karena semua outlet menderita kerugian untuk hal yang sama
maka performance para manajer tersebut dibandingkan relatif ke usaha pizza yang
sejenis.Selain RPE subjective performance evaluation dimasukkan dalam
pertimbangan.Subjecctive performance yang tepat memiliki manfaat terutama karena
dapat memperbaiki kelemahan dalam result measure.Namun subjective performance
evaluation memiliki beberapa kekurangan.Pertama, pengukuran ini menimbulkan
sumber kekuatan atasan terhadap bawahan yang dapat menimbulkan ketegangan dan
kebencian. Kedua, penilaian dengan cara ini mungkun bias. Ketiga, penilaian yang
subjektif sering menyebabkan umpan balik (feedback) yang kurang atau bahkan tidak
ada tentang kinerja yang dievaluasi.Keempat, walaupun evaluasi dilakukan secara fair,
karyawan sering tidak percaya atau memahami hal tersebut.Kelima, penilaian subyektif
sering menciptakan excuse culture. Terakhir, sebagai konsekuensi dari banyaknya isu
yang timbul di atas, jika hal tersebut dikerjakan dengan baik makasubjective evaluation
performance dapat menjadi mahal, khususnya terkait waktu yang dikomitmen untuk itu
baik oleh evaluator maupun bagi yang dievaluasi. Evaluator harus sering menghabiskan
waktu yang banyak yang menginformasikan tentang keadaan yang dihadapi selama
performance period.

Other Uncontrollable issue

Dalam mempertimbangkan penyesuaian terhadap hal-hal yang tidak dapat dikontrol


perusahaan menghadapi berbagai isu lain seperti:

1. Tujuan pembuatan penyesuaian dibuat. Uncontrollable tidak seharusnya diperlakukan


identik untuk semua tujuan reward. Evaluator sering memaafkan ketika
mempertimbangkan keputusan job retention, jarang karyawan dipecat karena tidak
beruntung. Namun evaluator sering kurang memafkan ketika memperhitungkan
kompensasi, khususnya bonus. Ketika performance perusahaan sedang menurun,
perusahaan kurang memungkinkan untuk membayar kompensasi tambahan sehingga
karyawan diajak untuk menanggung beban perusahaan

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


2. Isu kedua terkait tujuan dari penyesuaian. Kebanyakan evaluator seperti menyesuaikan
uncontrollable setelah measurement period asymmetrically yakni mereka membuat
penyesuaian hanya satu arah: melindungi karyawan dari akibat nasib buruk tetapi tidak
melindungi owner dari pembayaran yang tidak layak untuk good luck. Evaluator
kesulitan untuk tidak memberi reward, khususnya bonus kepada karyawan ketika
perusahaan telah bekerja dengan baik. Selanjutnya, manajer menghadapi tekanan untuk
melakukan penyesuaian ke bawah atas reward untuk sesuatu yang bersifat good luck,
dimana owner mungkin tidak menyadari hal tersebut. Perusahaan seharusnya tidak
memberi reward kepada karyawan untuk hal yang tidak dapat dikontrol seperti windfall
gain. Bila karyawan tidak dapat mengawasi even tersebut maka reward tersebut tidak
memberikan manfaat yang memberi motivasi.

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


SIMPULAN

Prinsip controllability menganggap karyawan hanya bertanggung jawab terhadap apa yang
mereka awasi kelihatan sangat sederhana, dimana implementasi hal tersebut menimbulkan
berbagai persoalan. Kebanyakan pengukuran resulthanya sebagian darifaktor uncontrollable,
dan memperkirakan tingkat dari uncontrollability sering kurang pengetahuan yang
pasti.Disamping itu, perusahaan ingin para karyawan merespon secara tepat terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi pengukuran bahkan jika faktor-faktor ini sebagian tidak dapat
dikontrol. Namun secara umum prinsip controllability atau lebih tepat prinsip influenceability
menganggap karyawan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka dapat pengaruhi.

Ketika keputusan dibuat untuk melindungi karyawan dari dampakuncontrollable, maka


masing-masing metodeuntuk melakukan demikian melibatkantradeoffs. Jika penyesuaian
dibuat setelah performance period berakhir maka beberapa keuntungan dari pemilikan fixed
performance standard, dan preset performance standardakan hilang. Adapun penyesuaian
yang meliputi subjective judgement dapat menciptakan bias dan ketidakkonsistenan. Jika
prosedur yang kompleks diimplementasikan dengan berbagai jenis dari faktor-faktor yang
mungkin tidak dapat dikontrol, kesederhanaan akanhilang, menimbulkan kemungkinan
bahwa beberapa karyawan gagal memahami apa yang hendak dicapai. Namun selain
kompleksitas, jika standarnya tinggi seperti persoalan yang signifikan dapat meningkat,
jikafaktor uncontrollable tidak deal dengan tepat.

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen


DAFTAR PUSTAKA

1. Kenneth A. Merchant & Wim A. Van der Stede. (2012). Management Control
System: Performance Measurement, Evaluation and Incentives. Third Edition. FT
Prentice Hall, Chapter 12.
2. Applying the controllability principle and measuring divisional performance in UK
companies,
http://www.cimaglobal.com/Documents/ImportedDocuments/tech_ressum_applying_t
he_controllability_principle_and_measuring_divisional_performance_2005.pdf
3. Pimco Sells Black Swan Protection as Wall Street Markets Fear,
http://www.bloomberg.com/news/articles/2010-07-20/pimco-sells-black-swan-
protection-as-wall-street-profits-from-selling-fear
4. Scenario Budgeting: Integrating Risk and Performance.
https://www.icaew.com/~/media/corporate/archive/files/technical/business%20and%2
0financial%20management/control%20environment/risk%20management/integrating
%20risk%20and%20performance.ashx

0942F – Sistem Pengendalian Manajemen

Anda mungkin juga menyukai