Anda di halaman 1dari 7

1.Mohan penjelsan soal pendidikan residen yg bagaimana bu?

Jawaban :

pendidikan residen itu seperti nanti ketika kalian PKPA di RS atau dokter2 yg lagi magang
atau perawat dimana visit itu dilakukan oleh tenaga atau pelayan kesehatan intinya untuk
mengetahui perkembangan kondisi pasien

2.Untuk harga itu yang bagaimana ya bu? Apakah pada saat visite dijelaskan berapa harga yang
diberikan kepada pasien tersebut atau bagaimana nggih?

Jawaban :

terkait harga, jadi saat ini kan kita sudah memasuki era JKN atau sisem asuransi.... utk
beberapa obat yang tida tercover oleh asuransi2 tsb maka kita sbg farmasi wajib
menginformasikan terkait harga obat tsb apakah pasien setuju utk menebus atau tidak...
tentunya ini dilakukan umumnya untuk pasien rawat inap.... rawat jala pun juga sama

dan harus ada form terdokumentasi bahwa pasien setuju misal ada tanda tangan dan nama
terang pasien atau yg mewakili.... jadi ketika segala kegiatan yg kita lakukan di RS harus
terdokumentasi utk memudahkan penelussuran atau pembuktian jika ada error

Baik bu. Berarti ini berkaitan dengan administrasi nggih. Kemudian bu saya ingin bertanya
lagi, jika pada saat visite pasien kita mengeluhkan eso. Sebaiknya yang kita lakukan apakah
bisa langsung menghubungi DPJP atau kita bisa langsung menyarankan berdasarkan ilmu
kefarmasian misalnya jeda dll?

Jawaban :

pertanyaan bagus, yang harus kita lakukan adalah pertama jika kita yg menemukan langsung
ESO tsb kita minta stop kan dulu obatnya kemudian kita hubungi dokter penanggung jawab
(DPJP) terkait kondisi pasien atau melalui perawat utk disampaikan ke dokternya setelah itu
kita tuliskan di rekam medis menggunakan metode SOAP dan jangan lupa diberi tanda tangan
dan nama apotekernya..... namun jika bukan kita yg menemukan langsung, kita di awa saat
visit dg pasien, pasen harus diwanti2 jika ada keuhan terkait obat langsung lapor nakes yg ada
terdekat ya perawat

Maaf bu, saya Nur Aliya Fitri Ana (1061911063) izin mau bertanya apabila ESO yang
dialami pasien terkait dengan obat yang tidak dapat distop secara mendadak, lalu bagaimana
prosedurnya nggih bu?

Jawaban :

dosis diturunkan bertahap dan diberikan antidotumnya atau penawarnya


Berdasarkan pengalaman pkpa saya, ada pasien yang saya visite mengalami ekstravasasi
pasca kemoterapi. Kemudian diberikan antibiotik jangka panjang oleh DPJP. Pada saat tim
apoteker menganalisa, pemberian antibiotik tersebut kurang tepat, apoteker penanggungjawab
sudah memberitahukan kepada dpjp namun tetap diteruskan pemberian antibiotik. Oleh tim
apoteker disarankan untuk kompres area ekstravasasi tersebut tanpa saran dari dpjp nya.
Apakah hal ini bisa dibenarkan bu?

Jawaban :

protokol pemberian AB (antibiotik) disini kita bisa mengacu pada tim PPRA atau tim
pengendali AB, setiap hal yg kita lakukan harus ada dasar atau sumbernya tanpa mengganggu
profesionalitas nakes lain.... yang trpenting kita sudah menjelaskan kpd DPJP tsb namun jika
blm diterima tetap kita tuliskan rekomendasi kita di RM pasien. segala yg kita laka itu
menjadi tanggung jawab kita. dalam case ini apoteker tsb tdk salah, mungkin beliau sudah ada
dasar kuatnya

3. Maaf bu mau bertanya untuk visitnya sendiri apakah bisa dilakukan mandiri oleh Apoteker
atau harus kolaborasi dengan nakes lain bu dlm satu tim? Terimakasih

Jawaban :

visit mandiri itu dilakukan sendiri oleh apoteker, jadi apoteker masuk ke dalam ruangan
perawatan dengan persiapan data dulu tentunya. apa saja yang mau digali.... kalau visit
kolaborasi itu kita bersama dg nakes lain dan umumnya langsung ada rekomendasi terapi dari
kita... kalau mandiri kita lakukan assessmen dulu baru kita koordinasi dg nakes lain

Berarti baik mandiri atau kolaborasi keduanya bisa dijalankan nggih bu, dengan prosedur
masing2?

betul sekali

maaf bu mau menanyakan dengan melanjutkan penjelasan dari ibu. Apakah ada aturan
tertentu mengenai visite yg dilakukan apoteker, jika apoteker sudah melakukan visit mandiri
apakah harus wajib ikut visite dengan tim? apakah diperbolehkan jika apoteker visite mandiri
saja atau visite dengan tim saja?

di dalam standar pelayanan kefarmasian yang ada, salah satu tugas kita adalah PTO atau
pemantauan terapi obat yang dilakukan oleh apoteker. jika di rawat inap ha itu bisa kita
lakukan dg visit ke pasien, tujuannya utk mengetahui riwayat pengobatan mereka atau
keluhan terkait obat.... visit itu tdk harus menunggu dg tim lain tapi bisa mandiri, jika dg tim
itu bisa dilakukan umumnya di RS pendidikan dan setiap RS kebijakannya berbeda ada yg
visit tim jika diminta atau sudah menjadi aturan baku mereka
Maaf bu Arik, saya mau menanyakan pada slide defisini tersebut disebutkan bahwa visite
dilakukan oleh tim profesional dan pada slide diakhir juga dijelaskan adanya visit mandiri bu.
Yang ingin saya tanyakan untuk visit mandiri itu dilakukan oleh individu apoteker atau tim
yang beranggotakan apoteker bu? Mohon penjelasannya bu

individu apoteker bisa dengan tim farmasinya, tapi biasanya apotekernya sendiri. dan perlu
diingat harus hati2 dalam menjelaskan atau memberi informasi.... sejauh ini info yg kita
berikan secukupnya saja yang dirasa penting. durasi waktu rata-rata 15 menit

4.Bu mau Tanya Apakah di Indonesia kegiatan Visit itu sudah di jalankan oleh semua instansi
kesehatan?

Jawaban :

tentunya masih belum karena mengingat jumlah dan tanggung jawab apoteker cukup
banyak.... tapi secara standar kita sudah harus melakukan visit karena kegiatan farmasi klinis
utk RS termasuk visit juga harus ada dokumentasinya..... jika memang belum bisa melakukan
visit secara keseluruhan maka kita bisa memilih pasien mana yg membutuhkan visitasi

5.Bu apakah visit dilakukan setiap hari? Atau pada saat pasien datang dan pasien pulang?

Jawaban :

untuk visit baiknya iya setiap hari namun karena terbatasnya tenaga bisa kita prioritaskan
terutama pasien baru, pasien dengan terapi yg perlu pemantauan kontinyu dan sebisa mungkin
pasien pulang... kalau pasien KRS (keluar RS) ini lebih ke edukasi penggunaan obat pulang

6. Mohon maaf saya ingin bertanya bu, dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian kita perlu
melakukan visit, jika saat kita melakukan visit ada regimen pengobatan yang kurang tepat
bagaimana cara yang baik untuk menyapaikan kepada dokter terkait hal tersebut, agar tidak
menyinggung? Mohon penjelasannya Bu

Jawaban :

tentunya kita sampaikan dg bahasa yg baik dan sopan kemudian kita sampaikan menurut
literatur yg ada jadi bilang saja ```dokter mohon maaf terkait terapi px A, menurut literatur
begini dok......`` walopun beliau blm bisa menerima tapi yakin pasti beliau akan berpikir ulang
dan itu sudah terbukti hehehe

7. Maaf bu izin brtanya jika terbtasnya tenaga atau apoteker di RS, apakah sewktu apotker tidak
masuk karena ada urusan lainnya, apakah visit boleh dgantikan TTK bu atau pada hari itu
tidak ad visit mandiri oleh apotker bu? Terima kasih bu

Jawaban :
TTK belum ada kompetensi kesana... mereka hanya bertugas menyiapkan obat yg dibutuhkan
pasien

Maaf bu pngalaman PKL waktu S1 kmrin pas di RS saya ikut visit bersama TTK bu bukan
apoteker, karena jumlah apotker jg terbatas jdi TTK visit mandiri bu, itu bgaimana ya bu?

hal tsb karena jumlah Apt terbatas, jika seperti itu harus dipilih TTK yang memang sudh
kompeten. tapi sebelumnya mereka latihan dulu bersama apoteker

8. Maaf bu arik saya mau menanyakan perihal visite yang dilakukan pada pasien yang menerima
obat sitotoksik itu bagaimana dalam pelaksanaannya ya bu?Terimakasih

Jawaban :

pertama pasien harus tau dulu kenapa alasannya mendapatkan obat tsb.... jika pasien belum
dijelaskan terkait penyakitnya, kita tdk ada wewenang utk menjelaskan penyakitnya.... jadi
batas penjelasan kita adalah bahwa obat tsb utk mengurangi keluhan pasien, namun jika
pasien sudah paham terkait penyakitnya maka kita bisa sampaikan tujuan terapi secara orang
awam yg bisa diterima dan efek umum yang biasa akan muncul jadi pasien tidak takut.... jika
ditanya apakah saya bisa sembuh dg obat ini maka jawab saja obat ini untuk mengurangi agar
tidak terjadi komplikasi, jangan memberikan harapan pada px yg penyakitnya tdk bisa
disembuhkan

Baik bu jika pasien mengeluhkan eso yg sering terjadi apakah kita juga wajib memberikan
suportif untuk mengurangi eso atau harus ada konsulsultasi dengan DPJP? Konsultasikan*

harus konsultasikan dulu dg DPJP karena beliau yg tau kondisinya, kita bisa memberikan
rekomendasi terapi supportif...

9. maaf bu saya imam budi pratama 1061911032, izin bertanya bu, pada saat apoteker visit dan
melakukan PTO, semisal pada saat PTO ada obat yang memang harus dikehendaki diganti
atau pergantian dosis, karena dosisnya berlebih atau kurang, tetapi pada saat melakukan
konsul ke dokter ternyata dokter tak menghendaki untuk penggantian atau perubahan dosis
tersebut dan tetap bertahan dengan tindakan awalnya. yang tak menutup kemungkinan
keputusan itu tidak tepat. padahal, sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan no
02.02/Menkes/068/I/2010, Dokter dan Apoteker memiliki peran yang sama dalam
memutuskan pemilihan obat untuk pasien”. Meskipun demikian, kenyataan dilapangan
kadang berbeda seperti kasus yang saya sampaikan tadi bu, mungkin salah satu faktor
penyebabnya adalah karena peran dokter yang sejak dahulu lebih dominan dibandingkan
apoteker. yang mau saya tanyakan, bagaimana cara mengkomunikasikan masalah tersebut ke
dokter dan tenaga kesehatan lain agar apoteker bisa mendapatkan peran dan kepercayaan dari
tenaga kesehatan serta pasien? dan juga bagaimana apoteker bisa terjamin dari payung hukum
ketika tanggung jawab yang seharusnya perannya diambil juga oleh apoteker dalam
mengambil keputusan tetapi keputusan bertumpu pada dokter, padahal menurut peraturan
tanggung jawab terkait obat itu bertumpu pada apoteker? mungkin itu bu, sebelumnya mohon
maaf jika terlalu panjang bu,terima kasih

Jawaban :

oke... pengalaman bagus, utk kita yg apoteker baru.... gimana sih biar kita famous hhehe,
tentunya perbanyak belajar dan komunikasi yg baik dg nakes lain, kenapa apoteker kita
kadang tidak diperhatikan karena eksistensi kita kurang, kurang belajar dan kurang updae
ilmu.... dan tidak semua dokter spt itu, bahkan dulu saya, ada dokter yg butuh dg apoteker
klinis.... sebelum kita dipercaya orang lain kita harus percaya diri duludg kemampuan kita,
kita kerjakan pekerjaan sesuai dg tanggung jawab dan aturan yg berlaku.... masih banyak
nakes lain yg apreciate dg kita

9. Maaf bu saya nur fidia fatmawati 101912064, izin bertanya terkait kunjungan untuk pasien
baru, misal pasien baru diIGD biasanya dilakukan rekonsiliasi obat namun apotekernya sibuk
terhadap pelayanan farmasi igd shg lupa untuk mlkkn rekonsiliasi obat, apakah hal tersebut
bisa dilakukan ketika pasien sudah dipindah ruang rawat inap bu dan untuk rekonsiliasi obat
apakah bersifat wajib bu untuk semua pasien baru?

Jawaban :

iya rekonsiliasi pasien baru harusnya dilakukan semuanya namun kembali lagi apakah tenaga
apotekernya cukup, jika tidak, kita bisa prioritaskan pada pasien yg khusus misal gangguan
organ, polifarmasi, geriatri dll yg dirasa sangat perlu rekons... kalau dulu saya semua pasien
kecuali kalau KRS pasiennya cepet, misal baru masuk besok udah KRS, jadi gak perlu

Maaf bu, untuk keterkaitan dengan rekonsiliasi terkadang pasien yang memiliki penyakit
kronis seperti hipertensi, DM, dsb itu memiliki obat rutin tetapi terkadang tidak dibawa dan
pasien tidak mengetahui informasi mengenai obat yang dikonsumsi tsb, sehingga tidak
mengetahui riwayat penggunaan obat pasien. Bagaimana nggih bu untuk mengatasi hal
tersebut terkait data riwayat penggunaan obat pasien? Terimakasih

jika pasien tdk membawa obat sebelumnya dan lupa nama obatnya maka di form rekons
dicatat bahwa pasien lupa nama obatnya atau obat tidak dibawa (penulisan sesuai dg
kesepakatan tim apoteker)..... maka utk terapi berarti disesuaikan dg resep dokter saat px
dirawat.... dan disampaikan ketika visit/saat KRS pasien diminta utk mengecek kembali
apakah obat yg dibawa saat KRS sama atau tdk dengan obat yg ada di rumah... dalam artian
komposisinya sama ato tdk,,, jika sama minta utk diteruskan jika beda maka obat yg dirumah
di stop dulu... dg catatan saat pasien kontrol, semua obat yg ada di rumah dibawa semuanya
dan ditunjukan dg dokter... karena pasien itu beberapa punya obat yg sama isinya tapi karena
kemasan dan atau merek beda mereka gak diminum lagi.... nanti kalian pasti akan menemui
hal spt ini.... begitu juga rawat jalan, itu yg paling banyak kasusnya.
karena rawat jalan kan beda dokter beda obat dan pasien itu kalau tdk ditanya ya gak mau
cerita obat apa saja yg ada, jadinya obatnya numpuk dirumh.... itulah tugas kita sbg Apt utk
efisiensi biaya pasien atau jika pasien lupa membawa obatnya, kita bisa meminta keluarga
pasien utk membawakan obatnya saat berkunjung ke RS dan obat bisa diserahkan ke tim
medis

jadi rekonsiliasi itu bisa kita lakukan pertama ketika pasien masuk ke RS, kedua pindah
ruangan, ketiga pindah atau di rujuk ke RS lain.... jika kita sibuk di IGD, rekons bisa kita
lakukan saat pasien di ranap

Baik bu, karena pengalaman waktu pkpa saya melihat ada beberapa data RM bagian
rekonsiliasi obat yg belum dilengkapi bu.

utk data yg belum lengkap nanti bagian petugas RM akan meminta kita melengkapinya,
takutnya nanti akan menjadi temuan saat akreditasi

Berdasarkan pengalaman pkpa...rekonsiliasi dilakukan 1×24 jam ketika pasien masuk,akan


tetapi seorang apoteker hanya kerja 5 hari kerja,,,semisal pasien masuk hari jum'at jam
18.00..pasien trsebut baru dilakukan rekons pada hari senin. Hal tersebut apakah dibenarkan
bu??

oh iya saya lupa menyampaikan bahwa utk rekonsiliasi kia, kita kerja sama dg para perawat
yg menerima px pertama kali.... jadi untuk rekons di form nya selain ada tanda tangan
apooteker dan px juga ada perawat.... dan setelah itu perawat bisa menyampaikan ke farmasi..
beberapa RS seperti itu saat melakukan rekons, tergantung kebijakan RS nya juga

10. Saya Leilia Istiana Rahmadeni (1061921046) ingin bertanya: saya ingin bertanya, point apa
sajakah yang perlu diperhatikan dalam bentuk menyelesaikan suatu kasus / masalah dari
pasien jika terdapat DRP dalam pengobatannya bu?

Jawaban :

jika terdapat DRP dalam terapi pasiennya, kita analisis dulu ni jenis DRP yang muncul...
sambil membaca kembali jenis2 DRP yg ada, nah pasiennya masuk kategori DRP apa... lalu
kita telusuri penyebabnya apa, apakah karena penyakit pasien jadi DRP itu mmuncul atau
karena memang dari obatnya itu sendiri.... tentukan apaka DRP nya itu berat atau tidak... jadi
DRP itu ada yg sudah dari awal kita prediksi akan muncul, jika seperti ini maka kita perlu
menyiapkan terapi penunjang utk mengurangi DRP nya namun jika DRP itu blm terdeteksi
dari awal maka oba bisa kita stop/turunkan/lebihkan dosis/ganti dg obat lan

Untuk mengetahui DRP itu berat atau tidak dilihat dari parameter apa bu?
bisa diketahui dari hasil lab atau apa yg dikeluhkan pasien, bisa juga dari manifestasi
klinisnya misal seperti syok anafilaksis atau steven johnson tapi kalau hanya muncul pusing
atau mual ringan itu masih ringan.... kita bisa studi literatur jga

11. Saya Siti Bahrina Ilmi (1061922078) mau bertanya bu. berkaitan dengan kunjungan ke ruang
perawat, untuk RS yang sudah terdapat Apoteker penanggung jawab di Nurse Station apakah
kunjungan dari Apoteker lain perlu untuk dilakukan? & visit ke ruangan pasien itu cukup
dilakukan oleh apoteker yang berada di nurse station atau bisa apoteker lain bu? Terimakasih
bu arik

Jawaban :

jika di RS tsb dalam setiap nurse stationnya ada Apt maka yg bertanggung jawab dan visit ya
Apt tsb kecuali jika berhalangan hadir maka bisa digantikan dg Apt lain yg sebelumnya
koordinasi dahulu

kalau ini saya belum pernah lihat ya, kecuali jika px sudah kenal beberapa Apt seperti mereka
sudah kenal dg beberapa dokter.... keterbatasannya kan oling apoteker itu paling cepat sebulan
sekali itupun belum tentu.... jadi kalau mau memilih ya gpp.... nanti apoteker yg dipilih tsb
harus koordinasi dg apoteker yg bertanggung jawab dg ruangan ts

Anda mungkin juga menyukai