Bab 3 - Process Costing
Bab 3 - Process Costing
CONTOH KASUS
Jawab :
Perhitungan Harga pokok Produksi per satuan :
Unsur Biaya Biaya Produksi
Total Biaya Unit Ekuivalensi
Produksi persatuan
Bahan Baku Rp. 1.650.000 25.000 + (100%*5.000) = 30.000 Rp. 55
Tenaga Kerja Lgs 1.160.000 25.000 + (80%*5.000) = 29.000 40
Overhead Pabrik 2.360.000 25.000 + (90%*5.000) = 29.500 80
PT. X
DEPARTEMEN PRODUKSI
LAPORAN BIAYA PRODUKSI
Untuk Bulan Juni 2007
Data Produksi
Unit yang diterima dari Dept. sebelumnya 30.000
Unit yang ditransfer ke gudang 25.000
Unit yang masih diproses 5.000
Unit yang hilang dalam proses 0
Jumlah unit yang diproses 30.000
Pertanggungjawaban Biaya
Ditransfer ke gudang barang jadi Rp. 4.375.000
Barang dalam proses – Persed. akhir :
Biaya bahan baku Rp. 275.000
Biaya tenaga kerja langsung 160.000
Biaya overhead pabrik 360.000 795.000
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan Rp. 5.170.000
Pengaruh terjadinya produk yang hilang
A. Pada Awal Proses
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya
produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak
diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuvalensi yang dihasilkan dalam
departemen tersebut.
Dalam departemen setelah departemen produksi pertama, produk yang hilang
pada awal proses mempunyai dua akibat :
1. Menaikan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari
departemen produksi sebelumnya
Harga pokok persediaan produk dalam proses yang dihitung harga pokoknya
pada akhir periode akan menjadi harga pokok persediaan produk dalam proses
pada awal periode dalam departemen produksi yang bersangkutan.
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal periode ini akan mempunyai
pengaruh dalam penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen berikutnya ke gudang.
Produk dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per
satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda
dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen
produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang.
Dengan adanya masalah ini maka timbul berbagai metode penentuan harga
pokok bahan baku (Metode Persediaan) yang dipakai yaitu
Metode harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average);
Metode masuk pertama keluar pertama (FIFO);
Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan
kepada biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit
ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata- rata tertimbang, harga ini
kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara mengalikannya dengan jumlah
kuantitasnya.
Contoh Kasus
Sebuah perusahaan yang menerapkan metode harga pokok proses, memberikan
data yang berkaitan dengan proses produksi selama bulan Januari 2007 sbb :
Jumlah produk dalam proses pada awal bulan 2.000 unit
Jumlah produk yang masuk proses 15.000 unit
Jumlah produk jadi 13.000 unit
Jumlah produk dalam proses pada akhir bulan 4.000 unit, dengan tingkat
penyelesaian : bahan baku 75%; upah langsung 50%; dan overhead 60%
Nilai persediaan awal produk dalam proses Rp. 352.000,00 yang terdiri dari :
Bahan baku Rp. 200.000,00
Upah Langsung Rp. 80.000,00
BOP Rp. 72.000,00
Jumlah biaya sebenarnya selama bulan tersebut :
Bahan baku Rp. 1.480.000,00
Upah langsung Rp. 1.090.000,00
BOP Rp. 898.200,00
Hitunglah nilai persediaan produk jadi dan nilai persediaan akhir produk dalam
proses dengan menggunakan metode rata-rata
Penyelesaian
Data produksi :
Unsur BP Biaya pada Biaya produksi Total Biaya Unit Ekuivalensi BP Perunit
PDP periode ini
Biaya BB Rp. 200.000 Rp. 1.480.000 Rp. 1.680.000 16.000 Rp. 105
Biaya TKL 80.000 1.090.000 1.170.000 15.000 78
Biaya OP 72.000 898.200 970.200 15.400 63
Jumlah Rp. 3.820.200 Rp. 246
Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan
untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses (belum
selesai diproses), kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang
dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam
perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses
awal harus diperhitungkan.
Contoh Kasus
Penyelesaian
Data produksi :
Jumlah produk dalam proses awal 20.000 unit
Jumlah yang dimasukkan dalam proses 60.000 unit
Total yang siap diproses 80.000 unit
Produk jadi ditransfer ke gudang 65.000 unit
Produk dalam proses akhir 15.000 unit
Keterangan :
*) Jumlah produk dalam proses awal * (100% - tingkat penyelesaian produk dalam proses awal)
20.000 unit * (100% - 90%) = 2.000 unit
**) Jumlah Produk yang ditransfer – jumlah produk dalam proses awal
65.000 unit – 20.000 unit = 45.000 unit
***) Jumlah produk dalam proses akhir * tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir
15.000 unit * 75% = 11.250 unit
Perhitungan biaya produksi per unit dengan metode FIFO :
Unit
Unsur BP Total Biaya BP Perunit
Ekuivalensi
Biaya BB 1.302.000 62.000 21
Biaya TKL 1.020.000 60.000 17
Biaya OP 1.205.000 60.250 20
1.082.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang
45.000 * Rp. 58 2.610.000
4. PT. TAMAN mengolah 9.000 unit di departemen A, akan tetapi hanya 7.500 unit
yang menjadi produk jadi dan ditransfer ke Departemen B untuk diolah lebih
lanjut, 1.000 unit produk dalam proses (tingkat penyelesaian bahan baku 100%
dan konversi 75%), 200 unit hilang di awal proses dan 300 unit hilang di akhir
proses. Biaya produksi sesungguhnya yang dikeluarkan di Departemen A : biaya
bahan baku Rp. 176.000.000,00 dan biaya konversi (Biaya tenaga kerja
langsung dan BOP) Rp. 213.750.000,00
Saudara diminta untuk menghitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
Departemen B dan harga pokok produk dalam proses Departemen A !