Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BAHASA INDONESIA

SMP N 4 DEPOK SLEMAN


KELAS 8

oleh:
Damarjati Al Kautsar
VIII-A / 11
Identitas & Orientasi
Film Filosofi Kopi adalah film karya anak bangsa produksi Visinema Pictures yang rilis
pada (29 April) 2015. Dengan menghadirkan berbagai artis ternama seperti Chiccho Jericho, Rio
Dewanto, Julie Estelle, serta sutradara Slamet Sutardjo, film ini berhasil mengangkat cerpen
berjudul “Filosofi Kopi” yang dikarang oleh Dee Lestari. Disutradarai oleh Angga Dwimas
Sasongko yang bekerjasama dengan Torabika, Filosofi Kopi berhasil meraih beberapa nominasi
ajang penghargaan salah satunya Festival Film Bandung kategori Penulis Skenario Terpuji oleh
J(sapa gitu). Angga Dwimas juga mengajak musisi-musisi papan atas untuk turut mengisi
soundtrack Filosofi Kopi, seperti Glenn Fredly, Maliq & D’Essentials, Gilbert Pohan, hingga
Payung Teduh. Film bergenre drama remaja ini berdurasi 117 menit dan sukses memukau
penonton dengan berbagai pesan filosofi di dalamnya.

Sinopsis
Film ini berkisah tentang Ben yang sejak kecil sudah sangat terobsesi dengan kopi
semenjak ayahnya mengajak Ben pergi melihat kebun kopi milik ayahnya itu. Ben diajarkan
bagaimana tanaman kopi dirawat dengan baik selayaknya makhluk hidup untuk menghasilkan
biji kopi terbaik. Ben yang sudah sangat lekat dengan hal-hal berbau kopi itu tak pernah
menduga ibunya akan meninggal di hadapan matanya. Sang ayah yang terlihat depresi kemudian
menaruh benci pada kopi, bahkan beliau sampai meninggalkan pekerjaannya sebagai petani kopi.
Ben yang semakin takut kehilangan ambisinya untuk menetap, akhirnya memutuskan pergi
merantau ke Jakarta dan berkenalan dengan Jody. Di sana, Ben dibesarkan oleh keluarga Jody
hingga memulai kariernya di kedai kopi warisan ayah Jody. Kedai itu mereka namakan “Filosofi
Kopi.” Kedai ini menyediakan berbagai kopi dari berbagai penjuru nusantara hingga
mancanegara. Dari berbagai menu tersebut, mereka pun berhasil mengundang sejumlah penikmat
kopi di Jakarta bahkan luar kota. Walau sudah berbulan-bulan berkarier di sana, mereka baru
tahu bahwa kedai tersebut ternyata terlilit hutang ratusan juta rupiah. Akibatnya, sering
mengundang konflik antara Ben dengan Jody. Saat itu pun, salah seorang penggila kopi
menawarkan taruhan yang mampu menanggung habis segala hutang yang menjerat. Tertarik
dengan tantangan itu, Ben dengan nekad menaikkan nilai taruhan bahkan berani membayar
dengan nilai setimpal apabila dirinya kalah. Walau sempat beradu mulut dengan Jody akibat
ulahnya itu, Ben tetap mengabaikannya dan sukses meracik kopi ternikmat hasil kerja keras dan
pengalamannya selama bertahun-tahun di kedai. Mahakaryanya ini dia namakan “Perfecto”
berkat kesempurnaan cita rasanya. Semakin hari Filosofi Kopi mulai kedatangan banyak
pengunjung yang memesan menu baru tersebut. Ben serta semua karyawan yang turut
menyemangatinya pun ikut setuju untuk menawarkan Perfecto kepada sang pria miliader. Namun
setelah mendapat kritik dari El yang merupakan wartawan sekaligus kritikus berstandar
internasional yang lebih setuju bahwa kopi Tiwus jauh lebih nikmat dibanding Perfecto, niat
tersebut kembali mereka urungkan. Namun demi memenangkan Rp1.000.000.000,00, mereka
rela bepergian jauh mengunjungi Pak Seno yang El bilang kopinya adalah yang ternikmat selama
ini. Setelah perjalanan jauh, Jody yang turut mengakui kopi tersebut pun menanyakan rahasia
kopi Tiwus yang Pak Seno seduh. Ben yang tak terima hanya dijelaskan secara tanggung-
tanggung pun ingin melihat langsung pembuatan kopi Tiwus dari saat dipetik bijinya, ditumbuk,
hingga diseduh menjadi secangkir kopi. Dengan sabar, Pak Seno melayaninya dengan sepenuh
hati. Pak Seno yang sibuk menjelaskan bahkan tak tahu jika Ben sudah terusik kembali dalam
kelamnya masa lalu, kehangatan yang pudar seiring waktu. Pak Seno mengingatkannya kepada
sang ayah dan kampung halamannya. Mereka kembali pulang dan akhirnya mengetahui bahwa
kopi Tiwus berasal dari nama panggilan masa kecil dari putri Pak Seno dan istri. Ben sadar akan
kesalahannya saat meracik Perfecto dengan obsesi yang besar, jauh berbeda dengan Pak Seno
yang menyeduh Tiwus dengan cinta dan kasih sayang. Setelah sukses dengan satu miliar, Ben
memutuskan untuk pulang menemui ayahnya meninggalkan Filosofi Kopi bahkan sahabatnya
seorang. Walau memang berat, keputusan Ben sudah bulat untuk mengikuti jalan sang ayah
untuk berhenti meracik kopi. Sesampainya di sana, sang ayah terkejut bukan main melihat anak
semata wayangnya pulang setelah bertahun-tahun merantau. Selama di rumah, sang ayah
akhirnya menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan semenjak lama. Sang ayahanda terpaksa
berhenti atas ancaman almarhumah sang istri. Jody yang tak sanggup menjaga kedai tanpa Ben,
memutuskan mengajaknya kembali ke Filosofi Kopi. Sang ayah yang turut senang pun
menyetujui untuk melanjutkan karier dan cita-cita barista itu demi jalan hidup yang ia tempuh.

Analisis & Evaluasi (Kekurangan Kelebihan)


Banyak sekali pelajaran dan filosofi yang bisa diambil dari film Filosofi Kopi. Salah
satunya mencintai pekerjaan kita sepenuh hati dan berambisi besar pada tujuan yang ingin diraih.
Persahabatan Jody dan Ben juga banyak menyuratkan pesan persahabatan. Walau menggunakan
banyak gaya bahasa, dialog antar tokoh tetap mudah dipahami. Selain banyak amanat yang
tersirat di dalam film ini, banyak pula informasi-informasi baru terkait dengan hal-hal tentang
kopi. Drama ini banyak memberi inspirasi dan wawasan baru terutama bagi para barista. Latar
yang diambil juga sesuai dengan alur cerita. Tidak salah jika orang beranggapan film ini berhasil
menghidupkan kembali novel Dee Lestari. Tetapi disamping itu, satu scene kurang mengekspos
lebih dalam sebab akibatnya, seperti saat ibu Ben sakit-sakitan tidak dijelaskan penyebabnya
mengapa. Beberapa pengambilan gambar juga agak goyah dan terlalu gelap sehingga sedikit sulit
mendeskripsikan tokoh karakter. Selain itu mungkin sudah sangat baik dan rapi. Film Filosofi
Kopi cocok bagi para penonton khususnya kalangan pemuda penikmat kopi di Indonesia untuk
merefleksikan diri sejenak sembari mencari motivasi kehidupan dari secangkir kopi.

Anda mungkin juga menyukai