Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan
kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat
dalam ataupun obat luar. Ada berbagai bentuk sediaan obat di bidang farmasi, yang dapat
diklasifikasikan menurut wujud zat dan rute pemberian sediaan. Berdasarkan wujud zat,bentuk
sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan
emulsi), bentuk sediaan semipadat (krim,lotion, salep, gel, supositoria), dan bentuk sediaan
solida/padat (tablet,kapsul, pil, granul, dan serbuk). Perkembangan dalam bidang industry
farmasi telah membawa banyak kemajuan khususnya dalam formulasi suatu sediaan, salah
satunya adalah bentuk sediaan solida. Sediaan solida memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan sediaan bentuk cair, antara lain: takaran dosis yang lebih tepat, dapat
menghilangkan atau mengurangi rasa tidak enak dari bahan obat, dan sediaan obat lebih stabil
dalam bentuk padat sehingga waktu kadaluwarsa dapat lebih lama
(Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).
Secara umum,sediaan farmasi mengandung dua atau lebih bahan obat dan
eksipien,kombinasi dua bahan aktif atau lebih dan juga dengan eksipien dapat menyebabkan
terjadinya transformasi dan interaksi padat padat secara fisika maupun kimia.
Ada Berbagai macam bentuk sediaan obat diantaranya
pulveres,pulvis,tablet,pil,kapsul,sirup,larutan,suspense,emulsi,supositoria.Dalam penggunaan
obat untuk terapi,dibutuhkan dosis yang tepat agar mendapatkan efek terapeutik yang
diinginkan.Homogenitas sediaan akan menentukan besarnya dosis yang diberikan pada setiap
pemakaian.Salah satu sediaan yang lebih disukai pasien adalah bentuk sediaan cair,karena lebih
cepat diabsorpsi,mudah diberikan untuk pasien pada kondisi khusus dan lanjut usia,serta mudah
ditelan.Salah satu sediaan tersebut adalah suspense dan emulsi

1.2.Rumusan Masalah
a.Apa definisi dari suspensi dan emulsi?
b.Apa Komposisi sediaan suspensi dan emulsi?

1
c.Apa syarat syarat pembuatan sediaan suspense dan emulsi?
d.Apa saja jenis jenis sediaan suspensi?
e.Apa saja tipe tipe sediaan emulsi?
f.Apa saja Keuntungan dan Kerugian Sediaan suspense dan emulsi?

2.1.Tujuan
a.Mengetahui definisi dari suspense dan emulsi
b.Mengetahui komposis komposisi sediaan suspensi dan emulsi
c.Mengetahui syarat syarat pembuatan sedian suspensi dan emulsi
d.Mengetahui jenis jenis sediaan suspensi
e.Mengetahui tipe tipe emulsi
f.Mengetahui keuntungan dan kerugian sediaan suspense dan emulsi

2
BAB 2
PEMBAHASAN
1.1.Definisi Suspensi dan emulsi
Menurut farmakope Indonesia edisi IV hal 17,suspense adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair.Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis yaitu suspense yang siap digunakan atau
suspense yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum
digunakan.Suspensi kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan
digunakan
Menurut farmakope Indonesia edisi IV Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,dalam bentuk tetesan kecil.Stabilitas emulsi dapat
dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut emulgator(emulsifying agent)
Emulsi adalah campuran antara partikel partikel suatu zat cair(Fase terdispersi)dengan zat
cair lainnya(fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua bahan yang tidak
dapat bercampur,dengan satu bahan tersebut didalam fasa yang lain.Dikarenakan setiap bahan
pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang berbeda beda.Salah satu dari zat
cair tersebut terbentuk butiran butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan dengan zat
pengemulsi (emolgator/emulsifiying/surfactant)

2.2.Komposisi Sediaan Suspensi dan Emulsi


a.Suspensi

 Bahan aktif.Contoh: sulfur praicipitat, calamin, titanium dioksida

 Bahan tambahan Pewarna : metilen blue, metamil yellow

  Pengawet : nipagin 2-5%, nipasol 0,05-0,025%

 Suspending Agent

3
1) Akasia (PGA)Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman akasia sp. Dapat larut dalam air,
tidak larut dalam alcohol, dan bersifat asam, viskositas optimum mucilagonya adalah PH
5-9.Mucilage gom arap dengan kadar 35 % memeiliki kekentalan kira-kira sama dengan
gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspense harus
ditambahkan pengawet. (ilmu resep syamsuni hal 139)

2) TragakhanMengandung tragakhan 2% dan dibuat dengan jalan menggerus dahulu serbuk


tragakan dengan air 20x banyaknya sampai diperoleh suatu masa yang homogen.
Kemudian diencerkan dengan sisa dari tragakan lambat mengalami hidrasi. Sehinggan
untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan mucilago tragakan juga lebih
kental dari pada mucilago dari Gom arab. (ilmu resep syamsuni hal 140)

3) Mucilago amilyDibuat dengan amilum tritici 2% .

4) Solution gum arabicumMengandung gum arabikum 10% dan dibuat dengan jalan
membuat dahulu mucilage gom arab dari gom yang tersedia kemudian mengencerkannya.

5) Mucilago salebDibuat dengan serbuk saleb 1 % seharusnya dengan serbuk yang telah
dihilangkan patinya dengan pengayakan, dimana diperoleh suatu mucilage.

6) Solution gummosa Mengandung pulvis gummosus 2% dan dibuat dengan jalan


menggerus dahulu pulvis gummosus dengan air 7x banyaknya sampai diperoleh suatu
masa yang homogen dan mengencerkannya sedikit demi sedikit (vanduin,1954)

b.Emulsi
Sediaan emulsi secara umum terdiri dari  bahan aktif dan bahan tambahan
 Bahan aktif antara lain :
· Poroffin cair
· Oleum gec aselli
· Curaubitae semin
 Bahan tambahan antara lain :

4
 Emulgator menstabilkan dengan cara menempati antara permukaan antara tetesan dan
fase eksternal dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan                                
Emulgator juga mengurangi tegangan antar muka antara fase sehingga meningkatakan
proses emulsifikasi selama pencampuran.
· Gom Arabikum
 Menambahakan sekaligus 1 1/2 bagian kepada gom itu, kemudian digerus sampai
diperoleh suatu masa yang homogen.
· Merah telur
 Merah telur digerus dalam mortar dengan 3ml air dan kemudian ditambahkan sedikit-
sedikit minyaknya. Setelah diencerkan disraing dengan air kasa.
· Tragakan
 Mula-mula tragakan digerus dengan air yang 20 kali banyaknya, kepada mucilago ini
ditambahkan bergantian sejumlah kecil minyak dan air, sangatlah perlu menamabahkan
minyak dalam jumlah lebih kecil. 1 gram tragakan = 10 gram gom arab.
· Carboxymethyloellulose (CMC)
 Larutannya dibuat dengan jalan menuangi zat dengan air didih dan membiarkannya
beberapa lama.
 Pengawet antimikroba /preserudife
 Sediaan emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air memepermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Sehingga fungsi dari pengawet antimikroba yaitu dapat
mengurangi kortaminasi mikroorganisme.
· Asam benzoate
· Metil paraben (nipagin)=0,015-0,2%
· Prophylparaben (nipasol)=0,01-0,02%
 Antioksidan
 Diperlikan untuk mencegah terjadinya kekeringan dari fase minyak ataupun oksidasi zat
berkhasiat
· Asam askorbat
· Asam sitrat
· Askorbil
· Sulfit

5
 Pembau (corigen adoris)
 Zat pembau ditambahkan agar menutupi bau dari zat aktifnya yang mungkin menyengat
· Oleum citri
· Oleum ricini
· Oleum cinamommi
· Vanillium
· Camphora
 Pewarna (corigen colori)
 Zat pewarna ditambahkan agar menutupi penampilan yang tidak menarik dan
meningkatkan
· Eritrosin
· Tartrozin
· Roosberry red
 Perasa (corigen saporis)
 Zat perasa ditambahkan agar menutupi rasa dari minyak, sehingga dapat menarik bagi
anak-anak.
 Gliserin : >20%
 Sukrosa : 67%
2.3.Syarat Syarat Pembuatan Suspensi dan Emulsi
a.Suspensi
 Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap.
 Jika dikocok harus segera terdispersi kembali.
 Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas. suspensi.
 Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah. ...
 Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga.
 . Menurut Farmakope Indonesia Ed III
zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap. jika dikocok harus segera
terdispersi kembali. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi.
kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang.

6
karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensi tetap
agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.
 B. Menurut farmakope Indonesia edisi III
Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal.Suspensi yang
dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harusmengandung anti mikroba.
Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
b.Emulsi
Sediaan emulsi dapat terbentuk jika :
 Terdapat 2 zat yang tidak saling melarutkan
 Terjadi proses pengadukan (agitosi)
 Terdapat emulgator
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehinggkan dibutuhkanzat pengemulsi atau
emulsifier untuk menstabilkannya sehingga antara zatyang terdispersi dengan pendispersinnya
tidak akan pecah atau keduanya tidak akan terpisah.
Emulgator merupakan komponen yang penting untuk memperoleh emulsi yang stabil
Emulgator merupakan film penutup dari minyak obat agar menutuirasa tak enak (Anief,2007)

2.4.Jenis jenis sediaan suspensi


 Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, yang ditujukan
untuk penggunaan oral.

 Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam  cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk penggunaan kulit.

 Suspensi tetes telinga adalah  sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang
ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.

 Suspensi oflamik adalah sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.

7
 Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa
yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi.
Steril setelah penambahan bahan yang sesuai. (lmu Resep Syamsuni hal 125)

2.5.Tipe Tipe sediaan emulsi


Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi
kedalam fase air,dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase ekstern adalah minyak.fase
intern disebut pula fase dispers atau fase kontinu.Emulsi yang memliki Fase dalam minyak dan
fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi
“M/A”.Sebaliknya emulsi yang mempunya fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi
air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi “ADM”.Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat
kontinu,suatu emulsi minyak dalam air bias diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu
preparat dalam air (ansel,2007)

2.6. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi dan Emulsi


a.Suspensi
-Keuntungan:
 baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul. terutama untuk
anak-anak
 memiliki homogenitas yang cukup tinggi
 lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak dengan permukaan
saluran cerna tinggi
 dapat menutupi rasa tidak enak/pahit dari obat
 dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
-Kerugian:

 memiliki kestabilan yang rendah


 jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga homogenisitasnya
menjadi buruk
 alirang yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang
 ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan

8
 suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
 pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan meningkat apabila
terjadi perubahan temperatur pada tempat penyimpanan

b.Emulsi
-Keuntungan
 Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu
membentuk sediaan yang homogen dan stabil
 Bagi oarng yang susah menelan tablet dapat menggunakan sediaan emulsi sebagai
alternatif
 Dapat menutupi rasa tidak enak obat dalam bentuk cair, contohnya minyak ikan
 Meningkatkan penerimaan oleh pasien
-Kerugian
 Sediaan emulsi kurang praktis daripada sediaan tablet
 Sediaan emulsi mempunyai stabilitias yang rendah daripada sediaan tablet karena cairan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
 Takaran dosisnya kurang teliti

9
BAB 3

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Suspense dan sediaan emulsi merupakan salah satu bentuk sediaan likuid atau larutan
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam
fase cair. Emulsi adalah campuran antara partikel partikel suatu zat cair(Fase terdispersi)dengan
zat cair lainnya(fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua bahan yang tidak
dapat bercampur,dengan satu bahan tersebut didalam fasa yang lain.
Masing masing sediaan tersebut mempunyai komposisi komposisi yang berbeda dan
masing masing sediaan juga memiliki keuntungan dan juga kerugian tersendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadisoewignyo L. dan Fudholi A.2013.Sediaan Solida.Yogyakarta:Pustaka Pelajar


2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.Farmakope Indonesia.Edisi
IV.Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.Farmakope Indonesia.Edisi
IV.Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4. Syamsuni H.A. 2006.Ilmu Resep.Jakarta:EGC
5. Van Duin, C.F. 1954.Buku Penuntun Ilmu Resep Dalam Praktek dan Teori.Cetakan kedua. Jakarta:
Soeroengan
6. Anief M., 2007.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

11

Anda mungkin juga menyukai