Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEKNIK TATALAKSANA MANAJEMEN NYERI

DISUSUN OLEH
DINA ISLAMIYATI
020STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
BAB I

A. PENGERTIAN NYERI
1. Pengertian nyeri
Adalah peristiwa yang tidak menyenangkan pada seseorang san
dapat menimbulakan penderitaan sakit. Penyebab nyeri adanya
jaringan tubuh yang rusak. Contoh: patah tulang, luka, pusing, dan lain
sebagainya
Menurut The International Association for the Study of Pain
(IASP) tahun 1979, nyeri didefinisikan sebagai suatu sensori subyektif
dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
2. Klasifikasi nyeri
a. Nyeri akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya tegangan
otot. (Hidayat 2010).
b. Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang timbulnya secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung dalam waktu 6 bulan yang termasuk dalam
kategori ini adalah nyeri terminal, syndrome nyeri kronis, nyeri
psikosomatik (Hidayat 2010).
3. Fisologi nyeri
Bagimana nyeri di transmisikan dan dipersepsikan masih belum
dipahami sepenuhnya. Kapan nyeri dirasakan dan sampai beberapa
derajat bergantung pada interaksi antara sistem analgetik tubuh dan
transmisi saraf serta interpretasi stimulus.
a. Nosisepsi
Sistem saraf tepi meliputi saraf sensori primer yang khusus
mendeteksi kerusakan jaringan dan menimbulakan sensasi dan
sentuhan, panas, dingin, nyeri, dan tekanan. Reseptor yang
menyalurkan sensasi nyeri atau niosiseptor ini dapat dieksitasi oleh
stimulus mekanis, suhu, atau kimia. Proses fisiologi yang
berhubungan dengan persepsi nyeri digambarkan sebagai
nosisepsi: tranduksi, transmisi, persepsi dan modulasi. (paice
2002).
b. Tranduksi
Selama fase tranduksi, stimulus berbahaya cedera (jari-jari
tangan) memicu pelepasan mediator biokimia (misal,
prosestaglandin nosiseptor, bradykinin, serotonin, histamine, zat p)
yang mensensitasi nasiseptor, stimulasi menyakitkan atau
berbahaya juga menyebabkan pergerakan ion-ion menembus
membrane sel, yang membangkitkan nosiseptor. Obat nyeri dapat
bekerja selama fase ini dengan menghambat produktif
prostatglandin (mis, ibuprofen) atau dengan menurunkan
pergerakan ion-ion menembus membrane (misal, anestesi local).
c. Transmisi
Proses nosisepsi kedua, transmisi nyeri, meliputi tiga
sigmen (McCaferry & pasero, 1999). Selam segmen pertama,
implus nyeri berjalan dari serabut saraf tepi kemadula spinalis. Zat
p bertindak sebagai sebuah neuron transmitter, yang meningkatkan
pergerakan impuls menyebrangi sinaps saraf dari neuron aferen
primer ke neuron ordo kedua di kornu dorsalis medulla spinalis.
Dua tipe serabut nosiseptor menyebabkan transmisis ini ke kornu
dosrsalis medulla spinalis. Serabut C, yang mentransmisikan nyeri
tumpul yang berkepanjangan dan serabut A-delta, yang
mentrasmisikan nyeri tajam dan local. Segmen kedua adalah
transmisi dari medulla spinalis dan asesndens., melalaui traktus
spinotalamikus ke batang otak dan talamus. Segmen ketiga
melibatkan transmisi sinyal antara talamus ke korteks sensorik
somatic tempat terjadinya persepsi nyeri.
d. Persepsi
Proses ketiga, persepsi, adalah saat klien menyadari rasa
nyeri. Diyakini bahwa persepsi nyeri terjadi dalam struktur
kortikal, yang memungkinkan strategi kongnitif-perilaku yang
berbeda dipakai mengurangi komponen sensori dan afektif nyeri
(McCaferry & pasero, 1999). Misalnya intervensi nonfarmakologi
seperti distraksi, imajinasi terbimbing, dan music dapat membntu
mengalihkan perhatian klien dari nyeri.
e. Modulasi
Sering kali digambarkan sebagai “ sistem desendens”,
proses keempat terjadi saat neouron dibatang otak mengirimkan
sinyal menuruni kornu dorsalis medulla spinalis (paice, 2002).
Serabut desendens ini melepaskan zat seprti opioid endogen,
seretoni, dan norepinefrin,yang dapat menghambat naiknya impuls
berbahaya (menyakitkan) di kornu dorsalis. Namun,
neurotransmitter diambil kembali oleh tubuh yang membatasi
kegunaaan analagetiknya (McCaferry & pasero, 1999). Klien yang
mengalami nyeri kronik dapatdiberi resep antidepresan trisklik,
yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan serotonin.
Tindakan ini meningkatkan fase modulasi yang membantu
menghambat naiknya stimulus yang menyakitkan.
4. Penilaian nyeri
Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri
menggunakan assessment nyeri tunggal atau multidimensi.
a. Uni dimensional
Hanya untuk mengukur intensitas nyeri, skla yang biasanya
digunakan untuk evaluasi outcome, pemberian analgetik.
Skala assessment nyeri uni dimensional ini meliputi :
1) Visual analog scale (VAS )
VAS adalah skala linier yang menggambarkan secara visual
gradasi tingakat nyeri yang mungkin dialami seorang
pasien. Rentang nyeri diwakili sebgai garis sepanyjang 10
cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap cm.
2) Verbal Rating Scale (VRS)
Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga
digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS atau
skala reda nyeri.

3) Numeric Rating Scale

Dianggap sederhana dan mudah dimengerti, sensitif


terhadap dosis, jenis kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih
baik daripada VAS terutama untuk menilai nyeri akut.
Namun, kekurangannya adalah keterbatasan pilihan kata
untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak memungkinkan
untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan
dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang
menggambarkan efek analgesik.

4) Wong Baker Pain Rating Scale


Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang
tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan
angka.
b. Multidimensional
Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri -
Diaplikasikan untuk nyeri kronis Dapat dipakai untuk outcome
assessment klinis - Skala multi-dimensional ini meliputi :
1) McGill Pain Questionnaire (MPQ)
Terdiri dari empat bagian : Gambar nyeri, indeks nyeri,
pertanyaan – pertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan
lokasinya, dan indeks intensitas nyeri yang di alami saat ini.
2) The Brief Pain Inventory (BPI)
Adalah kuesioner medis yang di gunakan untuk menilai
nyeri. Awalnya di gunakan untuk mengakses nyeri kanker,
namun sudah di validasi juga untuk assessment nyeri
kronik,
3) Memorial Pain Assessment Card
Merupakan instrument yang cukup valid untuk evaluasi
efektivitas dan pengobatan nyeri kronis secara subjektif.
Terdiri atas 4 komponen penilaian tentang nyeri meliputi
intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan nyeri dan
mood.
B. TEKNIK MANAJEMEN NYERI
Terdapat beberapa tehnik untuk menghilangkan nyeri diantaranya adalah
a. Mengurangi faktor yang dapat meningkatkan rasa nyeri yaitu,
1) Ketidakpercayaan, dengan menyampaikan pengakuan petugas
sebagi empati terhadap rasa nyeri pasien. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh
perhatian keluhan pasien, dan menyatakan kepada pasien bahwa
petugas mengkaji rasa nyeri dengan tujuan untuk lebih memahami
tentang rasa nyeri yang dirasakan pasien.
2) Kesalahfahaman, memberikan pemahaman pada pasien bahwa
nyeri yang dialami sangat individual sehungga pasien yang tahu
secara pasti tentang rasa nyeri yang dialaminya. Hsal tersebut dapat
mengurangi kesalahfahaman pasien sehingga dapat menguramgi
rasayang dialami.
3) Ketakutan, dengan memberi informasi yang tepat dapat
mengurangi ketakutan pasien sehingga dapat mengurangi rasa
nyeri.
4) Kelelahan, dengan mengembangkan pola aktivitas deangn istiraht
cukup akan menyebabkan pasien tidak kelelahan sehingga tidak
memperburuk nyeri yang dialami.
5) Kebosanan, dikurangi dengan cara mengalih perhatian yang
bersifat terapeutik. Misalnya dengan bernafas berirama, memijat
secara perlahan, aktif mendengarkan music dan lain-lain.
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tehnik-tehnik
sebagai berikut :
1) Tehnik latihan penglihatan, diantaranya adalah dengan menonton
televisi, berbincang dengan orang lain mendengarkan music.
2) Tehnik relaksasi, dengan menganjurkan pasien menarik nafas
dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, kemudian
menghembuskan dengan perlahan. Melepaskan otot-otot tangan,
kaki, perut dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil
terus berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman, tenang rileks
3) Stimulus kulit, diantaranya dengan menggosok punggung
menggunakan air hanagat dan dingin, memijat dengan air mengalir.
c. Pemberian obat analgetik, bertujuan untuk mengganggu atau memblok
transmisi stimulus nyeri agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgetk terdiri dari jenis
narkotika dan bukan narkotika.
d. Pemberian stimulator listrik meliputi :
1) Transctaneus electrical stimulator TENS) yang digunakan
untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu
dengan menempatkan beberapa electrode di luar.
2) Percutaneous implanted spinal cord epidural stimulator,
merupakan alat stimulator tulang belakang dan epidural yang
diimlan di bawah kulit dengan transistor timah penerima yang
dimaksukan kedalam kulit pada daerah epidural dan columna
vetebrae.
3) Stimulator columna vertebrae, yaitu sebuah stimulator dengan
stimulus alat penerima transsitor yang dicangkok melalui
kantong kulit intraclavikula atau abdomen yakni electrode yang
ditanam dengan cara bedah pada dorsum sum-sum tulang
belakang.
e. Distraksi
Distraksi merupakan salah satu metode untuk menghilangkan nyeri
dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal lain sehingga klien
tidak lagi berfokus pada nyeri yang di alami. Teknik distraksi terdiri
atas :
1) Distraksi Pernafasan
Distrik pernafasan terdiri atas dua macam teknik diantaranya :
a) Bernafas Ritmik
Bernafas ritmik di anjurkan klien untuk memandang
focus pada suatu objek atau memejamkan mata dan
melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan
hitungan satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan
klien untuk berkonsentrasi pada sensasi pernafasan dan
terhadap gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan
teknik ini hingga terbentuk pols pernafasan ritmik.
b) Bernafas Ritmik dan Massase
Pada saat melakukan pernafasan ritmik dan pada saat
yang bersamaan lakukan masase pada bagian tubuh
yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau
gerakan memutar di area jari.
2) Distraksi Pendengaran
Teknik distraksi pendengaran ini seperti mendengarkan music
yan disukai, individu dianjurkan untuk memilih music yang di
sukai dan music tenang seperti music klasik, dan di minta
untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga di
perbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu
seperti mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007).
3) Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah kegiatan klien membuat suatu
bayangan yang menyenangkan dan mengosentrasikan diri pada
bayangan tersebut serta berangsur – angsur membebaskan diri
dari perhatian terhadap nyeri.
f. Relaksasi
Relaksasi merupakan metode yang efektif untuk mengatasi nyeri
kronis. Relaksasi yang sempurna dapat mnefurangi ketgangan otot,
kejenuhan, dan ansietas sehingga dapat mencegah peningkatan
intesitas nyeri. Tiga hal utama ysang diperlukan dalam teknik relaksasi
adalah posis klien yang tepat, pikiran yang beristirahat, dan lingkungan
yang tenang.
Teknik relaksasi terdiri atas : teknik relaksasi progresif dimana teknik
ini merupakan teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan
imajinasi, ketekunan atau sugesti. (Martha Davis, 1995).
g. Stimulus Kutaneus
Salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri adalah
stimulasi kutaneus. Stimulasi kutaneus merupakan salah satu teknik
distraksi, yang mengalihkan nyeri yang di alami klien dengan
melakukan stimulasi taktil. Stimulasi kutaneus terdiri atas : masase,
kompres hangat atau dingin, dan stimulasi kontral ateral.

Anda mungkin juga menyukai