Anda di halaman 1dari 4

TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT DENGAN MENINGKATNYA

JUMLAH KASUS COVID-19 DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ETI JUNIA ASTUTI

NIM : 029STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM 2019/2020
TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT DENGAN MENINGKATNYA
JUMLAH KASUS COVID-19 DI INDONESIA
LATAR BELAKANG
Virus corona (serve acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-
COV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernafasan. Penyakit infeksi virus
ini di sebut COVID-19, virus ini menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan,
pneumonia akut, sampai kematian.

Menurut World Health Organization (WHO), hipotesis bahwa wabah


berawal dari pasar china wuhan tersebut dan mungkin ditularkan dari binatang
hidup ke manusia sebelum menyebar dari manusia ke manusia sangat mungkin
diterima, gejalanya seperti demam tinggi, flu, batuk sakit tenggorokan, sesak
nafas dan kelelahan (Sumber: news.com).

Mengutip worldmeters harian.com terdapat 514 kadu konfirmasi dengan


jumlah kematian 48 kasus 2 kasus sembuh dan 473 kasus berada dalam
pengawasan sedangan dari data NTB orang dalam pengawasan terdapat 298
pasien dan 2 orang pasien dalam pengawasan .

Kondisi wabah virus corona sudah sangat mengkhawatirkan karena dapat


saja semakin meluas dan belum dapat diprediksi sampai kapan virus ini berhenti,
fakktanya virus covid-19 meluas dengan cepat menjadi epidemi yang sangat
mudah menjangkit masyarakat. Dalam upaya penanggulangan virus ini,
masyarakat 80 % sudah melakukan pola hidup bersih dengan cara mencuci
tangan, menggunakan masker dan hampir di seluruh daerah terutama NTB
disetiap desa perusahaan sebelum masuk sudah ada tersedia tempat cuci tangan.

Sebagai negara yang berlandaskan hukum, maka segala tindakan atau


perilaku Pemerintah maupun masyarakat Indonesia haruslah sesuai dengan hukum
atau aturan serta kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku, memang menjadi
tingkatan kecemasan bagi masyarakat dengan adanya wabah Covid-19 tersebut.
Hal ini dikarenakan, setelah dikeluarkannya kebijakan terkait Social Distancing
(jarak/pembatasan sosial) maka hampir seluruh kegiatan masyarakat yang
sejatinya dikerjakan di luar rumah beralih dikerjakan di dalam rumah (work from
home), bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan oleh semua masyarakat
khususnya bagi pekerja harian seperti driver ojek online, pekerja serabutan dan
lainnya yang mencari nafkah berdasarkan gaji per hari. Selain itu, dalam hal
ibadah Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerbitkan Fatwa Nomor 14
Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-
19. Oleh karena itu salah satu faktor yang sangat vital adalah faktor ekonomi, hal
ini karena mayoritas pekerjaan masyarakat Indonesia berada di luar ruangan,
seperti contoh dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) Tv One 24 Maret 2020
ditampilkan seorang pengendara ojek online yang menjelaskan betapa sulitnya
melaksanakan kebijakan social distancing tersebut karena untuk menafkahi istri
dan anaknya satu-satunya cara yaitu dengan melakukan ojek online. Selain itu,
kebiasaan masyarakat Indonesia yang komunal yakni suka berkumpul tentunya
akan sangat sulit untuk diubah dalam waktu yang cukup singkat dan mendesak
seperti ini.

Oleh sebab itu dilakukan penghitungan yang dilakukan ini berdasarkan


hasil survey TDMRC Unsyiah, terkait pengukuran kepatuhan dan kecemasan
masyarakat tentang wabah Covid-19 pada 23 sampai dengan 24 Maret 2020.
Hasilnya, 94 persen dari 4.628 responden masih beraktifitas di luar rumah pada
masa pandemi. Bahkan, 29 persen dari 94 persen responden ini juga masih
berperilaku seolah-olah tidak sedang terjadi wabah pandemi tersebut, seperti
masih duduk di warung kopi, melaksanakan dan menghadiri pesta,serta
mendatangi tempat keramaian, seperti tempat wisata, pusat perbelanjaan.

Anda mungkin juga menyukai