SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM 2019/2020 TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT DENGAN MENINGKATNYA JUMLAH KASUS COVID-19 DI INDONESIA LATAR BELAKANG Virus corona (serve acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS- COV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernafasan. Penyakit infeksi virus ini di sebut COVID-19, virus ini menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan, pneumonia akut, sampai kematian.
Menurut World Health Organization (WHO), hipotesis bahwa wabah
berawal dari pasar china wuhan tersebut dan mungkin ditularkan dari binatang hidup ke manusia sebelum menyebar dari manusia ke manusia sangat mungkin diterima, gejalanya seperti demam tinggi, flu, batuk sakit tenggorokan, sesak nafas dan kelelahan (Sumber: news.com).
Mengutip worldmeters harian.com terdapat 514 kadu konfirmasi dengan
jumlah kematian 48 kasus 2 kasus sembuh dan 473 kasus berada dalam pengawasan sedangan dari data NTB orang dalam pengawasan terdapat 298 pasien dan 2 orang pasien dalam pengawasan .
Kondisi wabah virus corona sudah sangat mengkhawatirkan karena dapat
saja semakin meluas dan belum dapat diprediksi sampai kapan virus ini berhenti, fakktanya virus covid-19 meluas dengan cepat menjadi epidemi yang sangat mudah menjangkit masyarakat. Dalam upaya penanggulangan virus ini, masyarakat 80 % sudah melakukan pola hidup bersih dengan cara mencuci tangan, menggunakan masker dan hampir di seluruh daerah terutama NTB disetiap desa perusahaan sebelum masuk sudah ada tersedia tempat cuci tangan.
Sebagai negara yang berlandaskan hukum, maka segala tindakan atau
perilaku Pemerintah maupun masyarakat Indonesia haruslah sesuai dengan hukum atau aturan serta kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku, memang menjadi tingkatan kecemasan bagi masyarakat dengan adanya wabah Covid-19 tersebut. Hal ini dikarenakan, setelah dikeluarkannya kebijakan terkait Social Distancing (jarak/pembatasan sosial) maka hampir seluruh kegiatan masyarakat yang sejatinya dikerjakan di luar rumah beralih dikerjakan di dalam rumah (work from home), bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan oleh semua masyarakat khususnya bagi pekerja harian seperti driver ojek online, pekerja serabutan dan lainnya yang mencari nafkah berdasarkan gaji per hari. Selain itu, dalam hal ibadah Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerbitkan Fatwa Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid- 19. Oleh karena itu salah satu faktor yang sangat vital adalah faktor ekonomi, hal ini karena mayoritas pekerjaan masyarakat Indonesia berada di luar ruangan, seperti contoh dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) Tv One 24 Maret 2020 ditampilkan seorang pengendara ojek online yang menjelaskan betapa sulitnya melaksanakan kebijakan social distancing tersebut karena untuk menafkahi istri dan anaknya satu-satunya cara yaitu dengan melakukan ojek online. Selain itu, kebiasaan masyarakat Indonesia yang komunal yakni suka berkumpul tentunya akan sangat sulit untuk diubah dalam waktu yang cukup singkat dan mendesak seperti ini.
Oleh sebab itu dilakukan penghitungan yang dilakukan ini berdasarkan
hasil survey TDMRC Unsyiah, terkait pengukuran kepatuhan dan kecemasan masyarakat tentang wabah Covid-19 pada 23 sampai dengan 24 Maret 2020. Hasilnya, 94 persen dari 4.628 responden masih beraktifitas di luar rumah pada masa pandemi. Bahkan, 29 persen dari 94 persen responden ini juga masih berperilaku seolah-olah tidak sedang terjadi wabah pandemi tersebut, seperti masih duduk di warung kopi, melaksanakan dan menghadiri pesta,serta mendatangi tempat keramaian, seperti tempat wisata, pusat perbelanjaan.