Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM PERNAFASAN DENGAN


KASUS ASMA DI RUANG UNIT GAWAT DARURAT PUSKESMAS KR.
TALIWANG

DISUSUN OLEH :

NAMA : ETI JUNIA ASTUTI

NIM : 029STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM 2019/2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................1
C. TUJUAN............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
KONSEP TEORI...........................................................................................................3
1. Pengertian..........................................................................................................3
2. Epidemiologi......................................................................................................3
3. Etiologi...............................................................................................................3
4. patofiologi..........................................................................................................4
5. Klasifikasi..........................................................................................................9
6. Gejala klinis.....................................................................................................11
7. Pemeriksaan diagnostik / penunjang............................................................11
8. Therapy............................................................................................................12
9. OBAT-OBATAN............................................................................................12
BAB III........................................................................................................................14
ASUHAN DASAR KEPERAWATAN.......................................................................14
A. Pengkajian........................................................................................................14
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul............................................19
C. Rencana Tindakan..........................................................................................20
D. IMPLEMENTASI..........................................................................................25
E. EVALUASI......................................................................................................25
BAB IV........................................................................................................................28
PENUTUP...................................................................................................................28

ii
A. KESIMPULAN...............................................................................................28
Daftar Pustaka..............................................................................................................29

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten ,reversible


dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu.(Brunner&Suddarth, 2001)

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas


cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan .Keadaan
ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran nafas secara periodik dan
reversible akibat bronkospasme. Penyempitan jalan nafas ini disebabkan oleh
bronkospasme, edema mukosa dan hipersekresi mukus yang kental.
(Silvia.A,1995).

Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia ,sekitar setengah


dari kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia
40 tahun .Asma dapat berakibat fatal ,lebih sering lagi asma sangat
mengganggu ,mempengaruhi kehadiran disekolah, pilihan pekerjaan,
aktivitas fisik,dan banyak aspek kehidupan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Apa saja anatomi asma ?
2. Apa saja klasifikasi asma?
3. Apa etiologi asma?
4. Bagaimana patofisiologi asma ?
5. Apa saja tanda dan gejala asma?
6. Apa manifestasi klinis dari asma ?
7. Bagaiman pemeriksaan penunjang asma?
8. Apa saja therapy yang di berikan pada pasien asma ?
9. Apa saja obat-obatan asma ?

1
10. Bagaimana proses keperawatan yang sesuai pada asma?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Apa definisi dari Asma
2. Untuk memahami anatomi Asma
3. Untuk memahami klasifikasi Untuk mengetahui etiologi asma
4. Untuk memahami patofisiologi asma
5. Untuk mengetahui saja tanda dan gejala asma
6. Untuk mngetahui Apa manifestasi klinis dari asma
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang asma
8. Untuk mengetahui apa saja therapy yang diberikan pada pasien asma
9. Untuk mengetahui apa saja obat-obatan yang perlu diberikan pada pasien
asma.
10. Untuk proses keperawatan yang sesuai pada asma

2
BAB II

KONSEP TEORI

1. Pengertian

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible


dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.(Brunner&Suddarth, 2001)

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh


hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis
rangsangan .Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran
nafas secara periodik dan reversible akibat bronkospasme. Penyempitan
jalan nafas ini disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa dan
hipersekresi mukus yang kental.(Price.Silvia,1995).

2. Epidemiologi

Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia ,sekitar


setengah dari kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi
sebelum usia 40 tahun .Asma dapat berakibat fatal ,lebih sering lagi asma
sangat mengganggu ,mempengaruhi kehadiran disekolah, pilihan
pekerjaan, aktivitas fisik,dan banyak aspek kehidupan lainnya.

3. Etiologi

Penyebab dari asma bronchiale dapat meliputi infeksi virus/bakteri,


imunologik/alergik, dan imunologik. Sedangkan faktor pencetus dari
asma bonchiale meliputi :

a.Alergen utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan
b. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
c.Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrim

3
e.Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi
i. Lain-lain seperti refluks gastro esophagus
4. patofiologi
a. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)

Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergik) akibat


pemaparan allergen. Alergen yang masuk tubih melalui saluran
pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain akan ditangkap oleh
makrofag dan selanjutnya akan merangsang pembentukan IgE.

IgE yang terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada
dalam jaringan dan basifil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini
dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut pada permukaannya
memiliki reseptor untuk IgE. Sel eosinofil ,makrofag dan trombosit
juga memiliki resepotor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah.
Orangyang sudah memiliki sel-sel mastosit dan basofil dengan IgE
pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan gejala.Orang tersebut
sudah dianggap desentisasi atau baru menjadi rentan.

Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih
dengan allergen yang sama ,allergen yang masuk tubuh akan diikat oleh
IgE yang sudah ada pada permukaan mastofit dan basofil.Ikatan
tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi
perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.

Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi


sel .Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan
adalah mediator yang sudah terkandung dalam granul-granul(preformed
) di dalam sitoplasma yang mempunyai sifat biologic,yaitu histamin,

4
Eosinofil Chemotactic Factor A(ECF-A), Neutrophil Chemotactic
Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat oleh
mediator tersebut ialah obstruksi oleh histamin.

Hiperaktifitas bronkus yaitu brokus yang mudah sekali mengkerut


( konstriksi) bila terpapar dengan bahan/ faktor dengan kadar yang
rendah yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-
apa, misalnya polusi, asap rokok/ dapur, bau-bauan yang tajam dan
lainnya baik yang berupa iritan maupun bukan iritan. Dewasa ini telah
diketahui bahwa hiperaktifitas bronkus disebabakan oleh inflamasi
brponkus yang kronik. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil ditemukan
dalam jumlah besar dalam cairan bilaas bronkus pasien asma
bronchiale sebagai bronchitis kronik eosinofilik. Hiperreaktifitas
berhubungan dengan derajat berat penyakit.

Berdasarkan hal tersebut diatas penyakit asma dianggap secara


klinik sebagai penyakit bronkospasme yang reversible, secara
patofisiologik sebagai suatu hiperreaksi bronkus dan secara patologik
sebagai suatu peradangan saluran nafas.

Bronkus pada pasien asma oedema di mukosa dan


dindingnya ,infiltrasi sel radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel
silia yang menyebabkan getaran silia dan mukus diatasnya sehingga
salah satu daya pertahanan saluran nafas menjadi tidak berfungsi lagi .
Ditemukan pula pada pasien asma bronchiale adanya penyumbatan
saluran nafas oleh mukus terutama pada cabang-cabang bronkus.

Akibat dari bronkospasme, oedema mukosa dan dinding


bronkus serta hipersekresi mukus maka terjadi penyempitan bronkus
dan percabangannya sehingga akan menimbulkan rasa sesak ,nafas
berbunyi (wheezing) dan batuk yang produktif.

5
Adanya stressor baik fisik maupun psikologis akan
menyebabkan suatu keadaan stress yang akan merangsang HPA
axis.HPA axis yang terangsang akan meningkatkan adeno corticotropik
hormone (ACTH) dan kadar kortisol dalam darah akan mensupresi
immunoglobin A (IgA) . Penurunan IgA menyebabkan kemampuan
untuk melisis sel radang menurun yang direspon tubuh sebagai suatu
bentuk inflamasi pada bronkus sehingga menimbulkan asma bronkiale.

b. Asma bronchiale tipe non atopik (intrisik)

Asma non alergik (asma intrinsik ) terjadi bukan karena


pemaparan allergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus
seperti infeksi saluran nafas atas ,olah raga atau kegiatan jasmani yang
berat ,serta tekanan jiwa atau stress psikologik. Serangan asma terjadi
akibat ganguan saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis yaitu
blockade adrenergic beta dan hiperreaktifitas adrenergik alfa. Pada
sebagian penderita asma aktifitas adrenergic alfa diduga meningkat
yang mengakibatkan bronkokonstriksi sehingga menimbulkan sesak
nafas.

c. Asma bronchiale campuran (mixed)

Pada tipe ini keluhan diperberat baik oleh faktor-faktor intrinsik


maupun ekstrinsi

Secara singkat patofisilogi asma bronchiale sampai menimbulkan


masalah keperawatan dapat digambarkan sebagai berikut

6
Penyebab:

-Alergen

-Non allergen/idiopatik:

Common cold,infeksi
traktus respiratorius,emosi, Kontak terhadap tubuh
latihan, dehidrasi,iritan non
spesifik

-Hipersensitif terhadap Pembentukan antibody(IgE)

Ikatan antigen & antibody

Kurang informasi Menyerang sel-sel mast dalam paru

Kurang Pelepasan mediator (histamine, bradikinin,


pengetahuan
Prostaglandin serta anafilaksis SRS-A)

Mempengaruhi otot polos & kelenjar jalan


nafas

Pembengkakan membrane Bronkospasme Pembentukan


mukus

mukosa yang
banyak

7
Bersihan jalan
Resiko
nafas tidak
tinggi
efektif
infeksi

Penyempitan jalan nafas

Sesak nafas Expirasi lebih panjang Ketidaksamaan


ventilasi

dari inspirasi dan perfusi

Pola nafas
usah makan Kerusakan
tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
Resti istirahat
perubahan dan tidur
nutrisi
kurang dari
kebutuhan Cemas
tubuh
Usaha nafas meningkat

Pemakaian energi meningkat

Kelemahan fisik

Intoleransi
aktivitas

8
Dari pohon masalah diatas masalah keperawatan yang mungkin muncul :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi mukus yang meningkat
b. Pola nafas tidak efektif b/d bronkospasme
c. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi
d. Cemas b/d ancaman kematian
e. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik
f. Gangguan istirahat dan tidur b/d sesak nafas
g. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
sesak nafas
h. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
i. Resiko tinggi infeksi b/d produksi mukus yang meningkat
5. Klasifikasi

a. Klasifikasi derajat asma

DERAJAT GEJALA GEJALA FUNGSI PARU


ASMA MALAM
INTERMITEN -Gejala <1x /minggu < 2 kali sebulan APE > 80%

Mingguan -Tanpa gejala diluar


serangan

-Serangan singkat

-Fungsi paru
asimtomatik dan
normal luar serangan
PERSISTEN -Gejala >1x minggu > 2 kali APE > 80 %

9
RINGAN tapi <1x / hari seminggu Normal
Mingguan
-Serangan dapat
mengganggu
aktivitas dan tidur

PERSISTEN -Gejala harian > sekali APE >60 % tetapi


seminggu < 80 %
SEDANG -Menggunakan obat
setiap hari Normal
Harian
-Serangan mengganggu
aktivitas dan tidur

-Serangan 2x / minggu,
bisa berhari-hari
PERSISTEN -Gejala terus menerus Sering APE < 80%
BERAT
-Aktivitas fisik Normal
Kontinu
terbatas

-Sering serangan

b. Klasifikasi berdasarkan penyebab / pencetus

1. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)

2. Asma bronchiale tipe non atopik (intrinsik)

3 .Asma bronchiale campuran

6. Gejala klinis

10
a. Batuk berdahak .
b. Dispnea – pernafasan labored
c. Mengi , dengan makin besarnya obstruksi mengi dapat hilang yang
sering menjadi pertanda bahaya gagal nafas.
d. Pernafasan lambat : lebih susah dan panjang dibandingkan inspirasi.
e. Retraksi otot-otot bantu pernafasan.
f. Berkeringat
g. Takikardia.
h. Pelebaran tekanan nadi
i. Pembesaran vena leher.
j. Auskultasi suara nafas : wheezing (+)
7. Pemeriksaan diagnostik / penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 -Gambaran darah tepi: Menunjukkan leukositosis (15.000 –
40.000/mm3 )
 -Analisa gas darah : Menunjukkan asidosis metabolik dengan
atau tanpa retensi
 CO2.
o -darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik)
o -sputum(eosinofil,spiral Curshman, kristal Charcot –
Leyden).
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto Thoraks : Menunjukkan terdapat bercak- bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus.

c. Lain –Lain
 Tes fungsi paru : Untuk mengetahui fungsi paru , menetapkan
luas beratnya penyakit , mendiagnosis keadaan .
 Spirometri statik : Mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
8. Therapy

11
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial:
a. Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan :
b. Saatnya serangan
c. Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya dan dosisnya)
d. Pemberian obat bronchodilator
e. Penilaian terhadap perbaikan serangan
f. Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
g. Setelah serangan mereda :
h. Cari faktor penyebab
i. Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya
9. OBAT-OBATAN
a. Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi
dipakai secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah
digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan
aminofilin secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan,
demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah digunakan obat golongan
Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik
secara aerosol atau parenteral.
Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk
selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol,
Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol ) mempunyai sifat lebih efektif dan
masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan dengan
bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin)
 Obat-obat Bronkhodilatator serta aerosol bekerja lebih cepat dan
efek samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak
nafas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mua diberikan 2
sedotan dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen metered
aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat diulang tiap 4 jam,

12
jika tidak ada perbaikan sampai 10 - 15 menit berikan aminofilin
intravena.
 Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik memberi efek
samping takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus
hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan
serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan
epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB
subkutan (1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x
tergantung kebutuhan.
 Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB
dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit.
untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek
samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.
b. Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkhodilatator tidak menunjukkan
perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid . 200 mg
hidrokortison atau dengan dosis 3 - 4 mg/kg BB intravena sebagai
dosis permulaan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral sampai
serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 - 60 mg
prednison atau dengan dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara oral dalam
dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
c. Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan
dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran
seperti Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki
dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai
dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.

13
BAB III

ASUHAN DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data biologis
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor mempengaruhi tekana darah,
semakin tua seseorang maka semakin beresiko terserang asma
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tekanan
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung juga mempengaruhi
…….
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang
paling sering mengganggu pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien
dijadikan sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam,
melakukan pemeriksaan, dan pemberian tindakan. Misalnya kasus
dengan hipertensi.
3. Keluhan sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan.
4. Riwayat penyakit sekarang
Ditanyakan adalah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan
kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta
mencari penyakit relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik
(hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi,
riwayat pengobatan.
5. Riwayat penyakit dahulu

14
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit
keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi,dll) atau
riwayat penyakit yang menular.
6. Pemeriksan fisik head to toe
a. Head to toe (dari kepala sampai dengan kaki)
Dari pemeriksaan head to toe didapatkan data pada
pemeriksaan mata, konjungtiva anemis, terdapat lingkaran hitam
dimata, mata sayu. pada kepala tidak ada lesi dan berbentuk
mesochepal. Pada pemeriksaan hidung tidak terdapat polip. Pada
telinga terdapat sedikit serumen, bibir kering. Leher tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan dada, yaitu dada simetris,
getaran dinding kana dan kiri sama, sura sonor, tidak terdapat ronchi.
Pada abdomen bentuk perut datar, tidak ada nyeri tekan. Pada
genetalia tidak terdapat gangguan berkemih, pada ekstremitas atas
terpasang infus dan pada ekstremitas bawah tidak terdapa oedema.
7. Konsep Viginia Henderson

1) Bernafas dengan normal


Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah
membantu memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta
menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sabagai alat pembantu
agar klien dapat bernafas secara normal dan kemampuan
mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien.
2) Kebutuhan akan nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi
dan berat badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan.
Pemilihan dan penyediaan makanan, dengan tidak lupa
memperhatikan latar belakang dan social klien.
3) Kebutuhan eliminasi

15
Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan
keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi
pengeluaran.
4) Gerak dan keseimbangan tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan
tubuh, miring, dan bersandar.
5) Kebutuhan isthirahat dan tidur
Perawat harus mengetahui intensitas istirahat tidur pasien yang
baik dan menjaga lingkungan nyaman untuk istirahat.
6) Kebutuhan berpakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian
yang tepat dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk
memakainya.
7) Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi
Perawat harus mengetahui piosiologi panas dan bisa mendorong
kearah tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan
mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan udara, atau
dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi
aktifitasnya.
8) Kebutuhan akan personal hygiene
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep
konsep kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk
menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga tetap
bersih baik fisik maupun jiwanya
9) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang
timbul yang mungkin banyak factor yang membuat klien tidak
merasa nyaman dan aman.
10) Berkomunikasi

16
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi,
keinginan, rasa takut dan pendapat. Perawat menjadi penerjemah
dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain dalam
memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan
dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan yang
teraupeutik.
11) Kebutuhan spiritual
Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi
kebutuhan spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa
kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap
upaya penyembuhan.
12) Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi
terhadap kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa
menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja
13) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur,
kecerdasan, pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan
penyakit.
14) Kebutuhan belajar 
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha
penyembuhan dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat
dan mengikuti rencana terapi yang diberikan.
8. Analisa data

No Symptom Etiologi Problem


1 Ds : Asma Bersihan jalan nafas tak
1. Klien mengatkan efektif
sering batuk
2. Klien mengatkan Permeabilitas kapiler
susah nafas meningkat
Do :
1. Terdengar suara

17
whezzing atau Edema muskus
ronchi
2. Klien terlihat
gelisah Spasme otot polos
3. Sianosis sekresi kelenjar
4. Bunyi nafas bronkus meningkat
menurun

Obstruksi proksimal
dari bronkus pada
tahap ekspirasi dan
inspirasi

Muskus berlebih

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

2 Ds : Edema Kerusakan pertukaran gas


1. Klien mengeluh
sesak
2. Klien mengatakan Konsentrasi O2
pusing dalam darah menurun
3. Mengeluh
penglihatan kabur
Do : hipoksemia
1. Takikardi
2. PO2 menurun
3. Kesadaran gangguan pertukaran
menurun warna gas
kulit abnormal
3 Do : Penyempitan jalan Pola nafas tidak efektif
Klien mengeluh nafas
susah bernafas
Ds :
1. Penggunaan otot Peningkatan kerja
bantu pernfasan otot pernafasan
2. Pola nafas
abnormal
3. Tekanan inspirasi Pola nafas tidak

18
dan ekspirasi efektif
menurun

Ds : Suplai darah O2 Intoleransi aktivitas


1. Klien mengeluh kejantung berkurang
lelah
2. Merasa tidak
nyaman setelah Penurunan cardiac
beraktivitas output
Do :
1. Tekanan darah
berubah kurang Tekanan darah
20% dari istirahat menurun
2. Menunjukan
iskemia
3. sianosis
Kelemahan dan
keletihan

Intoleransi aktifitas

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus yang
ditandai dengan os mengatakan batuk dan dahak sulit keluar,sputum
warna putih kental, os gelisah
2. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi yang
ditandai dengan os mengatakan nafas sesak , tampak retraksi otot bantu
pernafasan,RR > 20 kali /menit,PaO2 < 60 mmHg, Pa CO2 > 40 mmHg,
os tampak sianosis
3. Pola nafas tak efektif b/d bronkospasme yang ditandai os mengatakan
sesak nafas, os gelisah, terdengar suara wheezing (+), tampak pembesaran
vena leher, takikardi, berkeringat.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik yang ditandai dengan os
mengatakan badan lemah, os mengatakan nafas sesak,berkeringat

19
C. Rencana Tindakan

Diagnosa Tujuan Rencana tindakan (SIKI)


keperawatan
1.Bersihan jalan Setelah diberi tindakan Latihan batuk efektif
nafas tak efektif perawatan selama 1x 24 jam
1. Observasi identifikasi
b/d peningkatan jalan nafas pasien efektif
kemampuan batuk
produksi mukus ,dengan KE:
yang ditandai os 2. Monitor adatnya retensi
-Bunyi jalan nafas bersih/jelas sputum
batuk dan dahak
sulit keluar, -Pasien bisa batuk efektif dan 3. Monitor tanda dan gejala
sputum warna mengeluarkan sekret infeksi saluran nafas
putih kental,os 4. Monitor output dan input
gelisah cairan
5. Atur posisi semi-fowler atau
fowler
6. Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
7. Buang sekkret pada tempat
sputum
8. Jelaskan tujuan batuk efektif
9. Anjurkan tarik nafas dalam
melalui hidung selam 4 detik,
ditahan 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu atau di
bulatkan selama 8 detik
10. Anjur6kan mengulangi tarik
nafas dalam hingga 3 kali
11. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung tarik nafas dalam
12. Kolaborasi pemberian obat

Pemantauan respirasi
13. Monitor frekuensi irama

20
kedalaman dan upaya nafas
14. Monitor pola nafas
15. Monitor adanya sumbatan
jalan nafas
16. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
17. Auskultasi bunyi nafas.

2. gangguan Setelah diberi tindakan Pemantaun respirasi


pertukaran gas b/d perawatan selama x24 jam
1. Monitor frekuensi irama
ketidaksamaan terjadi perbaikan dalam
kedalaman dan upaya nafas
ventilasi dan pertukaran gas dengan KE:
perfusi yang 2. Monitor pola nafas
-Gejala disstres pernafasan 3. Monitor adanya sumbatan
ditandai dengan os
tidak ada jalan nafas
mengatakan nafas
sesak , tampak -Tanda –tanda vital dalam 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi
retraksi otot bantu batas normal paru
pernafasan,RR > 5. Auskultasi bunyi nafas.
20 kali
/menit,PaO2 < 60 Terapi oksigen
mmHg, Pa CO2 > 6. Monitor kecepatan aliran
40 mmHg, os oksigen
tampak sianosis 7. Monitor posisi alat terapi
oksigen
8. Monitor aliran oksigen secara
periodik
9. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
10. Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
11. Bersihkan secret pada mulut
dan hidung jika perlu
12. Pertahankan kepatenan jalan
nafas
13. Ajarkan pasien dan keluarga
menggunakan oksigen
dirumah.
14. Kolaborasi pemantauan dosis

21
oksigen.

3.Pola nafas tidak Setelah diberi tindakan Manajemen pola nafas


efektif b/d perawatan selama 1x24 jam
1. Monitor pola nafas
pola nafas pasien efektif,
bronkospasme 2. Monitor bunyi nafas
dengan KE:
yangditandai os tambahan
mengatakan sesak -Tanda-tanda vital dalam 3. Monitor sputum
nafas, os gelisah, batas normal 4. Pertahankankepatenan
terdengar suara jalan nafas
-Tidak terjadi sianosis dan
wheezing (+), 5. Posisikan semi-fowler atau
tanda hipoksia
tampak
fowler
pembesaran vena -Bunyi nafas bersih
6. Berikan minum hangat
leher, takikardi,
7. Lakukan fisoterapi dada
berkeringat.
bila perlu
8. Lakukan pengisapan lender
9. Berikan oksigen jika perlu
10. Anjrkan batuk efektif
11. Kolaborasi pemberian obat
eksfektoran,
bronkomodilator,
mukolotik

Pemantauan respirasi
12. Monitor frekuensi irama
kedalaman dan upaya nafas
13. Monitor pola nafas
14. Monitor adanya sumbatan
jalan nafas
15. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru.
16. Auskultasi bunyi nafas.

4.Intoleransi Setelah diberi tindakan Manajmen energi


aktivitas b/d perawatan selama 1x24 jam
1. Identifikasi gangguan funsi
kelemahan fisik pasien menunjukkan
yang ditandai peningkatan toleransi tubuh yang mengakibatkan
dengan os terhadap aktivitas, dengan kelelahan

22
mengatakan KE: 2. Monitor kelelahan fisik dan
badan lemah, os emosional
-Pasien dapat dan mau
mengatakan 3. Monitor pola tidur dan jam
melakukan aktivitas sesuai
nafas tidur
kemampuannya
sesak,berkeringat 4. Sediakan posisi yang
-Tanda tanda vital dalam nyaman dan rendah
batas normal stimulus
5. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif
6. Anjurkan tirah baring
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang meningkatkan
asupan makanan.

Terapi aktifitas
1. Identifikasi tingkat aktifitas
2. Identifikasi sumber daya
untuk aktifitas yang
diinginkan
3. Fasilitas focus
kemampuan, bukan deficit
yang dialami
4. fasilitasi makna aktifitas
yang dipilih
5. Jelaskan metode aktifitas
fisik sehari-hari
6. Ajarkan cara melakukan
aktifitas yang dipilih
7. Anjurkan melakukan
aktifitas fisik, sosial,
spiritual kongnitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan.
8. Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam
merncanakan dan monitor
program aktivitas, jika
sesuai.

23
D. IMPLEMENTASI
Pada implementasi perawat melakukan tindakan berdasarkan perencanaan
mengenai diagnose yang telah dibuat sebelumnya.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi
memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan
(Ignatavicius & Bayne, 1994).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (Iyer et al., 1996).

Salah satu format catatan perkembangan yang diorientasikan kearah


proses keperawatan adalah metode SOAPIER (Fischbach, 1991). Hal ini
meliputi sebagai berikut :
Subjective data (data Pernyataan atau interaksi
subyektif) klien
Objective data (data obyektif) Pengamatan dan
penilaian perawat
Analysis (analisis) Status diagnosa
keperawatan

24
PlanOf Care ( rencana asuhan) Hasil dan tindakan yang
direncanakan
Implementation Tindakan yang
(implementasi) diimplementasikan
Evaluation (evaluasi) Respon klien terhadap
tindakan /hasil
Revision (revisi) Perubahan rencana saat
diperlukan
Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakuakan
terhadap pasien. Pada tahap evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu SOAPIER atau
SOAP :
S Subyektif Hasil pemeriksaan terahir yang dikeluka
oleh pasien biasanya biasanya data ini
berubungan dengan kriteria hasil
O Obyektif Hasil pemerikasaan terakhir yang
dilakukan oleh perawat biasanya data ini
juga berhubungan dengan kriteria hasil
A Analisia Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah
kebutuhan pasien telah telah terpenuhi
atau tidak
P Rencana asuhan Dijelaskan rencana tindakan lanjut yang
akan dilakukan terhadap pasien
I Intervensi Tindakan prawat untuk mengatasi
masalah yang ada
E Evaluasi Evaluasi terhadap tindakan keperawatan
R Revisi
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian,atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan
criteria hasil yang telah ditetapkan. Formaat evaluasi menggunakan :
S Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari klien setelah tindakan diberikan
O Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah tindakan dilakukan
A Analisis adalah membandingkan antara informasi
subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil,
kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebagian atau tidak teratasi.
P Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisa

25
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas
cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan .Keadaan
ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran nafas secara periodik dan
reversible akibat bronkospasme. Penyempitan jalan nafas ini disebabkan oleh
bronkospasme, edema mukosa dan hipersekresi mukus yang kental.

26
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif ,dkk (2010) . Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid 1.Jakarta :
Media Aesculapius.

Lynda Juall Carpenito ,(2015). Diagnosa Keperawatan Ed. 6. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth ,(2011) Keperawatan Medikal Bedah . Ed 8. Jakarta : EGC

Silvia A Price ,(2015) . Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Jilid 2 .Ed 8.
Jakarta : EGC

Bidang Pelayanan Keperawatan RSUP Sanglah (2017) .Standar Asuhan


Keperawatan Penyakit Dalam .
PPNI. (2018). Standart intervensi keperawatan indonesia: definisi dan tindakan
keperawatan . jakarta: edisi 1. DPP PPNI.

27

Anda mungkin juga menyukai