Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

KELUARGA SEBAGAI SASARAN PELAYANAN KESEHATAN DAN


TIPE KELUARGA

Oleh :

HAERUNNISA
033STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S.1
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Makalah Keperawatan Keluarga (Keluarga
Sebagai Sasaran Pelayanan Kesehatan dan Tipe Keluarga)”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Mataram, 11 JUNI 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 1

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................ 4
2.1 Pelayanan Kesehatan..................................................................... 4
2.1.1 Definisi Keluarga................................................................. 4
2.1.2 Program Pemerintah Melalui Puskesmas Terhadap
Kesehatan Keluarga.............................................................. 4
2.1.3 Analisis Keberhasilan Program Pemerintah Atau Puskesmas
Terkait Pelayanan Keperawatan .......................................... 6
2.1.4 Kendala Yang Di Hadapi..................................................... 8
2.2 Tipe Keluarga................................................................................ 9
2.2.1 Keluarga tradisonal............................................................... 10
2.2.2 Keluarga non tradisional...................................................... 10

BAB 3 PENUTUP.................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan.................................................................................... 12
3.2 Saran.............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga di definisikan dalam banyak cara.definisi keluarga meliputi
penjelasan tentang struktur,fungsi,unsur,dan ikatan kasih dalam keluarga.orang
yang menempati sebuah unit rumah membentuk suatu rumah tangga.Meskipun
sebagian besar rumah tangga terdiri dari jenis keluarga living arrangement ,banyak
keluarga yang tidak demikianAli, H.Zaidin.2015)
Setyowati. Sri. (2018) mengidentifikasikan dua kategori utama rumah tangga
sebagai keluarga dan bukan keluarga.Sebuah kelurga atau suatu rumah tangga
berbentuk keluarga membutuhkan  kehadiran sekurang-kurangnya dua
orang,seorang kepala keluarga dan satu atau lebih atau anggota keluarga yang lain
yang mempunyai hubungan kepala keluarga tersebut melalui kelahiran,adopsi,atau
pernikahan.Sebuah rumah tangga yang bukan keluarga terdiri dari seorang kepala
keluarga yang hidup sendiri ataudengan orang yang tidak mempunyai hubungan
dengan dirinya (Anderson, Elzabeth T. 2017)
1.2 Tujuan
Agar kita mengetahui definisi keluarga serta tipe-tipe keluarga,seta peranan
yang ada dalam lingkup kelurga.Dan bagaimana peran perawat dalam kesehatan
keluarga.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pelayanan Kesehatan


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan social yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Dikeluarga itu seseorang dibesarkan,
bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-
nilai, pola pemikiran, dan kebiasaanya dan berfungsi sebagai saksi budaya
luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkunganny (Bailon,S.G. &
Maglaya. 2017)
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah adopsi atau perkawinan (Efendi, Ferry dan
Makhfudli.2019)
Keluarga Adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam suatu
rumah tangga (Effendy, Nasrul. 2017)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling tergantung (Ekasari, Mia Fatma, dkk.
2018)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan
tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta
mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, M.
M. 2016)
2.1.2 Program Pemerintah Melalui Puskesmas Terhadap Kesehatan
Keluarga
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda
ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.
Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program

4
Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama
Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya
melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015.
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam
gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di
wilayah kerjanya (Kemenkes RI Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga)
Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program
Indonesia Sehat karena menurut Friedman M. M (2016), terdapat Lima
fungsi keluarga, yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.
Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
adalah:a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya,b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang
tepat,c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,d.
Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,e.
Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.
2.1.3 Analisis Keberhasilan Program Pemerintah Atau Puskesmas Terkait
Pelayanan Keperawatan Keluarga
Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah,
ibu, dan anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam
satu rumah tangga terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka
rumah tangga tersebut dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk
menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak digunakan sejumlah
penanda atau indicator (Kemenkes RI Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga)
Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati
adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga.
Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut : (Kemenkes RI
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga)
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

6
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban seha
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks
Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-
masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang
bersangkutan.
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus
diadakan atau dikembangkan, yaitu:
Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut :
(Kemenkes RI Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga)
1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa
family folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan)
data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga
meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan
akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga
mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap
penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya
(merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita,
pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).
2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang
Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil,
Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai

7
balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita
hipertensi, dan lain-lain.
2.1.4 Kendala Yang Di Hadapi
Pelaksanaan PIS-PK ditekankan pada integrasi pendekatan akses
pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, pembiayaan serta
sarana dan prasarana termasuk upaya program kesehatan masyarakat dan
perseorangan yang mencakup seluruh keluarga dalam wilayah kerja
Puskesmas dengan meperhatikan manajemen Puskesmas (Kemenkes RI
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga)
Adapun pemangku kepentingan pelaksanaan PIS-PK antara lain
Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan
Provinsi. Peran Puskesmas dalam pelaksanaan PIS-PK dilakukan melalui
kegiatan melakukan pendataan kesehatan keluarga yang termasuk ke dalam
Program Kesehatan Keluarga (Prokesga) oleh Puskesmas; Membuat dan
mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola data
Puskesmas; Mendapatkan dan menganalisis IKS tingkat kecamatan;
Merumuskan intervensi masalah kesehatan dan menyusun rencana
Puskesmas bersama dengan masyarakat; Melaksanakan pembinaan keluarga
melalui kunjungan rumah oleh pembina keluarga; Melaksanakan pelayanan
profesional (dalam gedung dan luar gedung) oleh tenaga kesehatan; serta
Melaksanakan sistem informasi dan pelaporan puskesmas oleh tenaga
pengelola data Puskesmas (Kemenkes RI Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga)
Dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hambatan seperti
kesulitan menginput data karena lemahnya jaringan, hal tersebut dapat
diatasi dengan layanan input data offline melalui aplikasi android Keluarga
Sehat Pusdatin yang dapat di unduh melalui Playstore. Hal ini tentu dapat
memudahkan admin dalam proses input data ketika jaringan sedang tidak
mendukung sehingga harapannya data yang masuk akan cepat di proses oleh
Pusat (Kemenkes RI Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga)
2.2 Tipe Keluarga

8
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga (Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul.2019)
2.2.1 Keluarga tradisonal
1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia
lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
5. The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
6. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian).
7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa
berkumpul pada hari minggu atau libur saja.
8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti
dapur, sumur yang sama.
10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang dewasa (Setiadi. 2017)
2.2.2 Keluarga non tradisional

9
1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang
dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang
hidup serumah.
4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena alasan tertentu.
7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa
saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma
dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang
sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan
saudara untuk waktu sementara.
10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan criminal
(Setiawaty. Santun. 2018)

10
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat
selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian
direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Keluarga merupakan lingkungan social yang sangat dekat hubungannya
dengan seseorang. Dikeluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal,
berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan
kebiasaanya dan berfungsi sebagai saksi budaya luar, dan mediasi hubungan anak
dengan lingkunganny
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah adopsi atau perkawinan

11
Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
1. Tipe keluarga tradisional
2. Tipe keluarga non tradisional
3.2 Saran
Agar kita dapat lebih memahami dfinisi serta tipe-tipe keluarga yang ada di
Indonesia maupun yang ada dalam lingkungan sekitar kita.

DAFTAR PUTAKA

Ali, H.Zaidin.2015.Pengantar Keperwatan Keluarga.Jakarta : EGC

Anderson, Elzabeth T. 2017. Buku Ajar Keperawatan: Teori dan Praktik. Alih Bahasa,


Agus Sutarna, Suharyati Samba, Novayantie. Jakarta: EGC

Bailon,S.G. & Maglaya. 2017. Perawatan Kesehatan Keluarga : Suatu Pendekatan


Proses (terjemahan ). Jakarta : PusdIknakes.

Efendi, Ferry dan Makhfudli.2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Effendy, Nasrul. 2017. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2018. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan


Masyarakat untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.

Friedman, M. M. 2016. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori


and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC

Kemenkes RI Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul.2019. Ilmu Keperawatan Komunitas I:


Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Setiadi. 2017. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : GRAHA ILMU

12
Setiawaty. Santun. 2018. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Trans Info
Media : Jakarta.

Setyowati. Sri. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi Kasus.
Mitra Cendikia. Jogjakarta

Slamet, Juli Soemirat. 2016. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Sukidjo Notoatmodjo, 2015, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta

Suprajitno. 2014. Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC : Jakarta.

13
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA
KELUARGA MENDERITA ARTRITIS GOUT DI LINGKUNGAN KR.
PELAMBEK KELURAHAN ABIAN TUBUH BARU

OLEH :

HAERUNNISA
033STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020

14
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga dalam
Harmoko (2012) :
a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain.
b. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.
c. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
d. Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang
mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau hasil adopsi,
anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan
komunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/kebudayaan yang
berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
e. Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal
dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang
erat.
f. Menurut Departemen kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari
suatu masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang

15
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
1.2 Tujuan Dasar Keluarga
a. Memujudkan semua harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi
kebutuhan setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran masyarakat
b. Membentuk anggota keluarga sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual
c. Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat
d. Memperhatikan secara total segi-segi kehidupan anggotanya
e. Membentuk identitas dan konsep dari individu-individu yang menjadi
anggotanya
1.3 KonsepTahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga:
a. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)
Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga
baru. (Harmoko, hal 52; 2012).
b. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing family)
Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adlah salah satu kunci
dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga
menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk
pertama kalinya (yaitu, sistem berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir dari
pernikahan). ( McGoldrick, Heiman, & Carter, 1993 dalam Marilyn M.
Friedman, hal 108: 2010)
c. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl)
Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 1/2
tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri

16
dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu,
putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih
kompleks dan berbeda ( Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman,
hal 111: 2010
d. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain
aktifitas sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas di sekolah, masing-
masing akan memiliki aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua
yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. (Harmoko, hal 56; 2012)
e. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau
tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meningglakan keluarga
lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari
19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia
sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah melonggrakan
kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang
dewasa muda. (Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 115:
2010)
f. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap
ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini
adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepaskan anaknya untuk hidup sendiri. (Harmoko, hal 59; 2012)
g. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families)

17
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa pasangan
pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan
anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak
meninggallkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan
kesehatan dengan berbagai aktifitas. (Harmoko, hal 60; 2012)
h. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu
atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya. (Duvall
& Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 122: 2010)
1.4 Karakteristik Keluarga Sebagai System
Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai suatu sistem
(Harmoko, hal 17; 2012)
a. Pola komunikasi keluarga
Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga yaitu sistem terbuka
dan sitem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi dilakukan secara langsung,
jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa hambatan. Sedangkan pola komunikasi
seitem tertutup adalah tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, tidak selaras,
saling menyalahkan, kacau dan membingungkan.
b. Aturan keluarga
a) Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah
sesuai kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan pendapat.
b) Sitem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai perkembangan
zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat terbatas
c. Perilaku anggota keluarga
a) Sistem terbuka: sesuia dengan kemampuan keluarga memiliki kesiapan,
mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri:percaya diri, mengikat,
dan mampu mengembangkan dirinya.

18
b) Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu
bergantung), tidak berkembang, harga diri: kurang percaya diri, ragu-
ragu, dan kurang dapat dukungan untuk mengembangkan.
1.5 Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, hal 19; 2012) sebagai
berikut
a. Struktur komunikasi.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan
secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik.
Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikan umpan balik, dan valid.
b. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan.
Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/ status adalah
posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/ suami.
c. Struktur kekuatan.
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah
perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian
(exper power), hadiah (reward power_, paksa (coercive power), dan effektif
power.
d. Strukur nilai dan norma
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan annggota keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
1.6 Tipe – tipe Keluarga

19
Tipe keluarga ((Harmoko, hal 23; 2012) sebagai berikut
a. Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/
keduanya dapat bekerja di laur rumah.
b. Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.

c. Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik
itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d. Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah,
anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah
satu bekerja di rumah.
f. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-
anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak
h. Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu,
keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

20
i. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan
untuk menikah.
j. Three Generation: Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional: Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-
panti.
l. Comunal: Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan semua
adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried paret and child: Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,
anakya di adopsi
o. Cohibing Cauple: Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
1.7 Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak
sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada
anggota keluarga (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
c. Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan
untuk keberlangsungan hidup masyarakat (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
d. Fungsi ekonomi

21
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya (Marilyn
M. Friedman, hal 86: 2010)
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan
kesehatan (Marilyn M. Friedman, hal 86: 2010)
1.8 Tugas Keluarga
A . Mengenal Masalah Kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena kesehatanlah seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
sehat dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarganya. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi
perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan dalam keluarga (Suprajitno,
2004). Mengenal menurut Notoadmojo (2003) diartikan sebagai pengingat sesuatu
yang sudah dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu mengetahui
tentang sakit yang dialami pasien.
B . Memutuskan Tindakan Yang Tepat Bagi Keluarga
Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat
(Suprajitno, 2004). Friedman, 1998 menyatakan kontak keluarga dengan sistem
akan melibatkan lembaga kesehatan profesional ataupun praktisi lokal (Dukun) dan
sangat bergantung pada:
1) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga ?
2) Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dihadapi salah
satu anggota keluarga ?

22
3) Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang dilakukan terhadap salah
satu anggota keluarganya ?
4) Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
5) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas
kesehatan?

C . Memberikan Perawatan Terhadap Keluarga Yang Sakit


Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau
tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatan secara fisik merupakan
beban paling berat yang dirasakan keluarga (Friedman, 1998). Suprajitno (2004)
menyatakan bahwa keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah
perawatan keluarga. Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan
pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat dikaji yaitu :
1) Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?
2) Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan yang
diperlukan pasien ?
3) Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (Aktif mencari informasi tentang
perawatan terhadap pasien)

D . Memodifikasi Lingkungan Keluarga Untuk Menjamin Kesehatan Keluarga


1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar lingkungan rumah
2) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaatnya.
3) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang
menunjang kesehatan.

E . Menggunakan Pelayanan Kesehatan


Menurut Effendy (1998), pada keluarga tertentu bila ada anggota keluarga
yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau dukun. Untuk
mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan sarana kesehatan perlu
dikaji tentang :

23
1) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau keluarga
2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
3) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada
4) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.
1.9 Ciri – ciri Keluarga
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis
keturunan
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkannya.

24
BAB II
I. KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah penyakit regulasi vaskuler yang
terjadi karena malfungsi mekanisme kontrol tekanan arterial (SPP, sistem
renninangiotensi-aldosteron volume cairan ekstraseluler) (Sandra M. Nettina,
1996).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolnnya diatas 90
mmhg.Pada populasi manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmhg dan tekanan diastol 90 mmhg (Brunner dan Suddarth, 2001).
Menurut WHO (1978), batas tekanan darah sama dengan atau diatas
160/95 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi (Slamet Suyono, 2001).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri
(Medicastore.com, 2007).

B. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler


1. Anatomi

Gambar 2.2 Anatomi Jantung (Smeltzer, 2001).

25
2. Fisiologi
a. Darah
Darah adalah jaringan cair yang komplek yang mengandung sel-
sel khusus dalam cairan plasma, tenaga penggerak aliran darah adalah
tekanan yang dibentuk oleh kontraksi otot jantung.
Fungsi darah adalah :
1) Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua
bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh
supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, dan menyingkirkan
karbondioksida dan hasil buangan lain.
2) Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan
menyingkirkan sebagai dari karbondioksida.
3) Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan arena
gerakan fositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap
serangan bakteri.
4) Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan
jaringan, menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini
semuah sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan
untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ ezkretorik untuk
dibuang.
5) Hormon dan enzim diantarakan dari organ ke organ dengan
perantaraan darah.
(Evelyn C. Pearce, 2002)
b. Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,
berorgan dan dengan basis di atas dan puncaknya dibawah. Ape(puncak)
miring ke sebelah kiri.Berat jantung kira-kira 300 gram.Jantung berada
didalam torax, antara kedua paru-paru dan
dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri dari pada ke

26
kanan.Jantung memiliki empat ruang yaitu dua atrium yang
menerima darah dari vena-vena dan dua vertical yang memompa
darah ke arteri-arteri.Dinding jantung terdiri atas tiga lapis yaitu
peikardium (pembungkus luar), miokardium (lapisan otot tengah),
endokardium (batas dalam). Dinding otot jantung tidak sama tebalnya.
Dinding vertikel paling tebal dan dinding disebelah kiri lebih dari dinding
certikel sebelah kanan„ sebab kekuatan kontraksi dari vertikel kiri jauh
lebih besar dari yang kanan.Dinding artrium tersusun atas otot yang lebih
tipis (Evely, 2002).
Darah vena dari jaringan tubuh memasuki atrium kanan dari vena
kava superior dan inferior, atrium kanan memompa darah melalui katup
trikuspidalis ke ventrikel kanan, darisini darah dipompa oleh kontraksi
dinding vertikel melewati katup semilunaris masuk ke arteri pulmanalis
dalam perjalanannya menuju paru-paru. Darah teroksigenasi (kaya
oksigen) dari paru-paru memasuki atrium kiri melalui empat vena
pulmonalis dan melintas katup mitral masuk ke vertikel kiri dari sini
dipompakan melalui katup semilunaris masuk ke aorta yang
mendistribusikan darah ke sirkulasi sistemik (Cambridge Communication
Limited, 1996).
c. Pembuluh - Pembuluh Darah
1) Arteri dan Arteriol
Arteri dan arteriol membawah darah keluar dari jantung, selalu
membawa darah berisi oksigen, kecuali arteri pulmoner yang
membawa darah kotor yang memerlukan oksigenasi (Evely, 2002).
2) Vena dan Venula
Vena dan venula membawa darah ke arah jantung dan kecuali
vena pulmuner, selalu membawah darah yang miskin oksigen.
3) Kapiler

27
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat halus yang ada
pada seluruh jaringan tubuh kita.Kapiler menghubungkan arteri kecil
ke vena kecil. (Cambride Communication Limited, 1996)
C. Klasifikasi Tekanan Darah
Adapun klasifikasi tekanan darah pada dewasa yaitu :
1. Normal
Tekanan darah sistolik 120 mmhg - 130 mmhg dan tekanan darah diastolik
85 mmhg (untuk para lansia tekanan diastolic 140 mmhg masih dianggap
normal).
2. Normal Tinggi
Tekanan darah sistolik 130-139 mmhg dan tekanan darah diastolik 85-89
mmhg.
3. Stadium I (Hipertensi ringan)
Tekanan darah sistolik 140-159 mmhg dan tekanan darah diastolik 90-99
mmhg.
4. Stadium II (Hipertensi sedang)
Tekanan darah sistolik 160-179 mmhg dan tekanan darah diastolik 100-109
mmhg.
5. Stadium III (Hipertensi berat)
Tekanan darah sistolik 180-209 mmhg dan tekanan darah diastolik 110-119
mmhg.
6. Stadium IV (Hipertensi Maligna)
Tekanan darah sistolik 210 mmhg atau dan tekanan darah diastolik mmhg
atau lebih.(Wikipedia Indonesia.com, 2007).
Tabel : 2.1 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah


Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85
mmHg

28
Normal 130-139 mmHg 85-89 mmHg
tinggi
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi
ringan)
Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi
sedang)
Stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi
berat)
Stadium 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau
(Hipertensi lebih
maligna)
(Smeltzer, 2001).

D. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hepertensi dibatasi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
dijumpai lebih kurang 90% banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem rennin-
angiotensi.
2. Hipertensis sekunder, penyebabnya diketahui, yaitu 10% dari seluruh
hipertensis. Pada hipertensis sekunder penyebab dan patofisiologi diketahui,
sehingga dapat dikendalikan dengan obat-obatan atau pembedahan. Adapun
penyebab hipertensi sekunder yaitu :
a. Kelainan ginjal yaitu glomerulonefritis, pielonefritis, nefritis
tubulointerstisial, nekrosis tubulan akut, kistal ginjal, nefrokalsinosis,
tumor, radiasi, diabetes, SLE dan penyumbatan.

29
b. Kelainan renvaskuler seperti Aterosklerosis, Hyperplasia, Trombosis,
aneurisma, emboli kolesterol, Vaskulitis, rejeksi akut sesudah
transplantasi.
c. Kelainan adrena seperti Feoromositoma, Aldosteronisme primer, Sinrom
Cushing
d. Gangguan aorta seperti koarktasio aorta, arteritis takayasu
e. Neoplasma seperti tumor Wilm, tumor yang mengsekresi rennin
f. Kelainan endokrin lain seperti obesitas, resestensi insulin, hiperkalsemia,
akromegali, sindroin karsinoma.
g. Gangguan saraf seperti stres berat, psikosis, tekanan intracranial
meninggi, stroke dan ensefalitis.
h. Toksemia pada kehamilan
i. Obat-obatan seperti konstrasepi oral, kartikosteroid (Slamet Suyono,
2001).

E. Patofisiologi
Tubuh mempunyai mekanisme keseimbangan yang berpengaruh
terhadap pengaturan tekanan arteri sistemik dan mencegah kegagalan sirkulasi
secara keseluruhan.Ada empat kontrol sistem yang berperan dalam pengaturan
tekanan darah yaitu sistem arteri baroreseptor, pengaturan volume cairan tubuh,
sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.
Baroreceptor berperan dalam memonitor tingkat tekanan arteri. Sisten
barorespetor menormalkan peningkatan tekanan arteri melalui vasodilatasi
dengan penurunan tonus simpatik dan memperlambat kerja jantung. Perubahan
volume cairan berdampak pada peningkatan arteri sistemik. Jika tubuh
mempunyai kelebihangaram dan air, tekanan darah akan meningkat melalui
mekanisme fisiologis yang komplek yang merubah aliran darah balik ke
jantung, dan menghasilkan peningkatan cardiac output. Jika fungsi ginjal
adekuat, peningkatan tekanan arteri sistemik akan meningkatkan diuresis dan

30
tekanan akan menurun. Renin dan angiotensin berperan dalam pengaturan
tekanan darah. Ginjal memproduksi renin, suatu enzym yang berperan dalam
protein plasma untuk membentuk Angiotensin I, yang kemudian diaktifkan oleh
enzim converting dalam paru-paru untuk membentuk Angiotensin I, lalu
Angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai efek vasokonstriksi kuat
dalam pembuluh darah dan mengontrol mekanisme pengeluaran aldosteron.
Dengan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, Angiostensin II dan III juga
berperan dalam menghambat eksresi sodium yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah.
Sekresi renin menyebabkan resistensi vaskularisasi perifer dalam
hipertensi esensial. Dalam tekanan darah tinggi, peningkatan tekanan arteri
ginjal dapat menghambat sekresi renin.
Autoregulasi vaskuler merupakan mekanisme lain yang berperan dalam
hipertensi. Autoregulasi vaskuler adalah proses yang menjaga perfusi jaringan
tubuh tetap stabil. Jika aliran darah berubah, proses autoregulasi seharusnya
menurunkan resistensi vaskuler sebagai hasil dari penurunan aliran darah, dan
seharusnya resistensi vaskuler meningkat sebagai akibat dari peningkatan aliran
darah. Autoregulasi vaskuler menjadi mekanisme penting yang menyebabkan
hipertensi disertai dengan peningkatan garam dan cairan (Ignativicius, 1991).

F. Pathway
umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas
Elastisitas, artearteriosklerosis

31
hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh


darah
Perubahan
struktur
Penyumbatan pembuluh
darah
vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriks sistemik koroner Spasm


pembuluh darah otak ipembuluh
otak menurun darah e
vasokonstriksi Iskemi diplopia
Blood miocard
Nyeri Gangguan sinkop flow Afterload
kepal pola tidur munurun meningkat Nyeri dada Resti injuri
a Respon
Gangguan
perfusi Penurunan Fatique
jaringan Rangsang curah jantung
aldosteron Intoleransi
aktifitas
Retensi

edema
Gambar 2.3 Patway Hipertensi (Sylvia Anderson, 2000)
G. Tanda dan Gejala
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satusatunya
gejala.Bila demikian gejala baru muncul setalah terjadi komplikasi pada ginjal,
mata, otak atau jantung. Gejala lain yang ditentukan adalah :
1. Sakit Kepala
2. Epitaksi
3. Pusing Dan Migran
4. Rasa Mudah Lelah Dan Cepat Marah
5. Telinga Berdengung

32
6. Rasa Berat ditengkuk
7. Sukar Tidur karena Gelisah
8. Mata Berkunang-Kunang
9. Sesak Nafas
10. Mual Muntah
(Slamet Suyono, 2002)
H. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan
tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusingataumigrain, rasa
berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang- kunang, lemah dan lelah, muka
pucat suhu tubuh rendah. (Sylvia, 2000).
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan diagnostik yang biasa dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan Darah
a. Hemoglobin atau Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel volumecairan
(viskositas) dan dapat mengidentifikasikan faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas.
b. BUNatauKreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal.
c. Glukosa
Hiperglikimia (diabetes meletus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibat oleh peningkatan kadar ketokelamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium Serum
Hipokalenmia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek terapi deuretik.

e. Kalsium Serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningklatkan hipertensi

33
f. Kolesterol dan Trigliserida Serum
Peningkatan dapat menginditasikan pencetik untuk/adanyapembentukan
plat ateromatosa (efek kardiovaskular).
2. Pemeriksaan Urin
a. Kadar aldosteron urin atau serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
b. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya
diabetes.
c. VMA Urin (Metabolit Ketokelamin)
Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab),
VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma
bila hipertensi hilang timbul.
d. Asam Urat
Hiperurisermia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hepertensi.
e. Steroid urin kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma, atau difungsi putuitari, sindro chusing's, kadar rennin
dapat juga meningkatkan.
3. Intra Vena Pressure (IVP)
Dapat mengindetifikasikan penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal/ ureten.
4. Foto Dada
Dapat menunjukkan obstruk klasifikasi pada area katup, deposit pada atau
takit aorta, pembesar jantung.

5. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, dan feokromositoma

34
6. Elelctrokardiogram (EKG)
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi.(Doenges, 1999).
J. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gram/hari menjadi 5 gram per
hari
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
6) Diet tinggi kalium
7) Adapun makanan yang harus di hindari para penderita hipertensi
adalah makanan seperti daging, sayuran yang terlalu banyak garam,
kangkung. Adapun yang boleh, makanan yang harus di konsumsi bagi
penderita hipertensi seperti wartel, mentimun dan lain-lain.
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu :

35
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik
atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Denyutnadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 - 25 menit berada dalam zona
latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5x
perminggu
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat.
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan
BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

36
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretik, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
K. Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,
gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau
inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala
keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan
genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi)
2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan

37
4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat memengaruhi kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala
keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya
dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat
rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakn
aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,
anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian,
kematian, dan keluarga yang hilang.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua
dari kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi,
dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan
perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat
tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah,
fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.

38
3) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
5) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota
keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.
d. Struktur keluarga
1) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku
3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
formal/informal
4) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
2) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
3) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
4) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan
jumlah anggota keluarga
5) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan.

39
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
a) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
b) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh mana
keluarga berespon terhadap situasi
3) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang digunakan
keluarga bila menghadapi permaslahan
4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,
atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa
data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana
perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012)
1) Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan perawat dengan cepat.
Contoh : Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada Ny. W keluarga
Tn.S yang b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang nyaman
untuk istirahat tidur.
2) Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda
untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila
tidak segera mendapat bantuan atau di tangani.
Contoh : Resiko tinggi gangguan perkembangan balita khususnya pada An.A yang
b/d ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi pada balita.
3) Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

40
Contoh : Potensial peningkatan kesejahteraan khususnya Ny.S yang sedang hamil
pada keluarga Tn.B.
Skoring dilakukan apabila rumusan diagnosis keperawatan lebih dari satu, proses scoring
mengguanakan skala dirumuskan oleh Bailon & Maglaya ( 1978 ).
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah :
- Tidak Atau Kurang Sehat 3 1
- Ancaman Kesehatan 2
- Krisis Atau Keadaan Sejahtera 1
2. Kemungkinan Masalah Dapat Di
Ubah
- Dengan Mudah 2 2
- Hanya Sebagian 1
- Tidak Dapat 0
3. Potensi Maslah Dpat Di Cegah
- Tinggi 3 1
- Cukup 2
- Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat harus segera 2 1
ditangani
- Ada masalah tetapi tidak perlu 1
segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0

Keterangan :
Proses skoring dilakukan untuk diagnose keperawatan dengan ketntuan :
- Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang telah dibuat
- Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Skor
Angka tertinggi x Bobot

41
- Jumlah skor untuk setiap kriteria, skor tertinggi adalah 5 sama dengan jumlah
keseluruhan dari bobot
- Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas maslah :
a. Sifat Masalah
Sifat masalah dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang sehat
diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan
tindakan yang segera dan biasa masalahnya dirasakan atau disadari oleh
keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan yang paling sedikit atau
rendah karena factor-faktor kebudayaan biasanya dapat memberikan
dukungan bagi keluarga untuk mengatasi masalahnya dengan baik.
b. Kemungkinan masalah dapat dicegah
Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegha masalah jika
ada tindkaan . factor- factor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor
kemungkinan masalah dapat dicegah :
- Pengetahuan dan teknologi serta tindkaan yang dapat dilakukan untuk
menangani masalah
- Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik,
keuangan atau tenaga
- Sumber-sumber dari keperawatan : dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
- Sumber-sumber di masyarakat misalnya : dalam bentuk fasilitas
kesehatan, organisasi masyarakat, dukungan social masyarakat.
c. Potensi masalah dapat dicegah
Adalah sifat dan beratnya maslah yang akan timbul yang dapat dikurangi
atau dicegah. Factor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
- Kepelikan dari masalah
- Lamanya masalah

42
- Adanya kelompok tinggi resiko atau kelompok yang peka atau rawan
d. Menonjolnya maslah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya
masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu
diperhatikan dalam memberikan skor pada kriteria ini adalah perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam
hal ini jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk menangani
segera maka harus diberikan skor tertinggi.

3. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan
perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah
kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko, hal 93; 2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga
(Harmoko, hal 94; 2012)
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan dan objek
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga
dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko, hal 97; 2012).
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko, hal 98;
2012)
a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan kesehatan
dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan, dan

43
harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan, mengidentifikasi
sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap
tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada
di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat
dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas tersebut.
5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun rencana
baru yang sesuai (Harmoko

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU


ANGGOTA KELUARGA NY.M MENDERITA HIPERTENSI

A. .PENGKAJIAN (TANGGAL 11 JUNI 2020)

1) Data Umum

1. KK : Tn. M

44
2. Alamat : Kr. Pelambek

3. Pekerjaan KK : Wiraswasta

4. Pendidikan : SD

5. Komposisi keluarga :

No Nama Jenis Hub.kel umur Status ket


KK imunisasi
kelamin

1. Tn.M L KK 45

2. Ny.M P Istri 40

3. Nn.N P Anak 21

4. Nn.N P Anak 17

5. An.H L Anak 12

Genogram

6. Tipe keluarga:

Keluarga Tn. M adalah keluarga Nuclear Family :

7. Suku bangsa :

Keluaga TN. M berasal dari suku sasak, dalam keluarrga bahasa


yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa
sasak.

45
8. Agama :

Semua anggota keluarga Tn.M beragama islam

9. Status social ekonomi keluarga :

Tn.M bekerja sebagai pedagang tahu dan tempe, Tn.M juga


mempunyai pabrik tahu dan tempe sendiri dan untuk kebutuhan
sehari-hari keluarga diperoleh dari hasil pekerjaan Tn.M mengatakan
hasil dari pekerjaan sehari-hari sangat cukup untuk memenuhui
kebutuhan makanan.

10. Aktivitas rekreasi keluarga :

Tn.M dan semua anggota keluarga setiap hari minggu atau hari
libur,Tn.M selalu mengajak keluarga ke pantai atau tempat wisata
lainnya.

2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :

Tn.M mengatakan saya bertanggung jawab kepeda istri dan anak-anak saya
untuk menafkahi mereka dan memepertahankan hubungan intim dengan
keluarga.

2. Tugas perrkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

Tn.M memiliki 3 orang anak diantaranya anak pertama masih kuliah,anak


kedua SMA, dan anak yang ketiga SD. Tn.M mengatakan yang belum
terpenuhi adalah melihat anak-anaknya sukses dan bisa hidup mandiri.

3. Riwayat kesehatan keluarga inti :

46
Dalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi adalah Ny.M istri dari
Tn.M. sedangkan semua anggota keluarga tidak ada yang sakit.

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :

Ny.M mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit.

3) Data Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Rumah yang ditempati oleh keluarga Tn.M adalah rumah sendiri,


rumah ini dibangun oleh keluarga sendiri yang berbentuk permanen
dan bertingkat, yang dimana rumah tersebut dilantai bawah memiliki
2 kamar tidur, 2kamar mandi, ruang tamu. Sedangkan dilantai atas
dalam proses pembangunan.

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya :

Daerah tempat tinggal Tn.M berpenduduk padat namun rumah Tn.M


berada di samping jalan, sebagian besar penduduk bekerja sebagai
pedagang dan wiraswasta. Tn.M mengatakan para tetangga
merupakan penduduk asli di desa tersebut.

3. Mobolitas geografis keluarga (lama keluarga tinggal di dusun atau


pindahan) :

Keluarga Tn.M sudah sejak lahir tinggal di desa tersebut karena


kedua orang tuanya merupaka penduduk asli desa.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:

47
Keluarga Tn.M sering mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan
di desa tersebut setiap 2 kali seminggu, keluarga juga selalu
mengikuti kegiatan gotong royong yang diadakan. Hubungan dengan
tetangga dan masyarakat sekitar sangat baik, tidak ada konflik.

5. Sistem pendukung keluarga:

Semua anggota keluarga tidak memiliki kartu BPJS, jika ada salah
satu anggota keluarga yang mengalami sakit Tn.M pergi ke mantri
atau klinik. Tn M juga memiliki kendaraan (motor,Mobil) untuk
digunakan keluarga ke pelayanan kesehatan.

4) Struktur Keluarga

1. Struktur Peran:

Semua anggota keluarga sadar dengan perannya masing-masing, Tn.M


berperan sebagai kepala keluarga untuk mencari nafkah, Ny.M berperan
sebagai ibu rumah tangga untuk mengurus rumah seperti mencuci,memasak,
dan lain-lain dan Ny.M juga dibantu oleh anak-anaknya. Keluarga Tn.M
saling menghargai dan saling mendukung satu sama lain.

2. Nilai dan norma keluarga:

Keluarga Tn.M adalah penganut agama islam yang taat dan dalam keluarga
diajarkan saling hormat menghormati sesame anggota keluarga. Keluarga
Tn.M menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran agama islam dan
mengikuti adat masyarakat setempat.

3. Pola komunikasi keluarga:

48
Pola komunikasi dalam keluarga terbuka, anak-anak diberi kebebasan untuk
berbicara dan kebebasan untuk berinteraksi dengan teman dan masyarakat
sekitar.

4. Struktur kekuasaan keluaraga (siapa pengambil keputusan) :

Semua keputusan keluarga selalu diputuskan oleh Tn.M sebagai kepala


keluaraga akan tetapi dipertimbangkan dengan Ny.M dan anak-anaknya.

5) Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif:

Semua anggota keluarga Tn.M saling menyayangi dan peduli terhadap


anggota keluarganya yang sakit.

2. Fungsi Sosialisasi:

Semua keluarga Tn.M melaksanakan atau melakukan sosialisasi dengan


mengukuti kegiatan-kegiatan social seperti, kegiatan pengajian di masjid
dan gotong royong.

3. Fungsi pemenuhan (Perawatan/pemeliharaan kesehatan)

a. Mengenal masalah kesehatan:

Keluarga Tn.M tidak mengetahui tentang penyakit hipertensi baik


dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, maupun cara
penanganannya. Pada saat dilakukan pengkajian Ny.M mengatakan
sering mengalami pusing. TD: 150/90 mmHg.

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan:

49
Tn.M dan Ny.M selalu memperhatikan kesehatan anggota
keluarganya, jika ada amggotanya yang mengalami sakit maka
keluarga langsung membawa keluarga yang sakit ke mantri atau
klinik untuk dilakukan pengobatan.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit:

Ny.M mengatakan mengetahui tentang pembatasan makanan yang


tidak boleh dikonsumsi selama TD meningkat.

d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan


rumah yang kuat:

Keluarga Tn.M bisa memelihara lingkungan rumah yang sehat.

e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan:

Keluarga Tn.M selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit


ke puskesmas atau mantri.

4. Fungsi reproduksi:

Keluarga Tn.M memiliki 3 orang anak, diantaranya 2 orang anak


perempuan, dan 1 laki-laki. Saat ini Ny.M sedang hamil .

5. Fungsi Ekonomi:

Tn.M sehari-hari bekerja sebagai pedagang dan mengelola pabriknya


sendiri dan dibantu oleh adeknya.

6) Stress dan koping keluarga

1. Stress jangka pendek:

50
Ny.M mengatakan sering mengalami pusing, sakit lutut,dan kesemutan
ditangan. TD: 150/90 mmHg.

Stressor jangka panjang:

Ny.M selalu memeriksakan ke polindes saat mengalami keluhan


tersebut.

2. Kemampuan keluarga bersespon terhadap stressor:

Jika ada masalh dalam keluarga Tn.M biasanya mendiskusikan dengan


istri dan anak-anaknya.

3. Strategi koping yang digunakan:

Jika ada masalah keluarga selalu berdiskusi bersama-sam istri dan anak-
anak

4. Strategi adaptasi (pengambinghitaman, penggunaan ancaman,dll) :

Keluarga mengatakan jika mendapatkan masalah dia hanya pasrah dan


berserah diri kepada Allah SWT serta berusaha sabar dalam
menjalankannya.

7) Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga (menggunakan table)

No ASPEK Tn.M Ny.M Nn.N Nn.N An.H

1. Penampilan Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih

2. Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis

3. TTV

51
TD 120/90 150/90 110/80 90/80
N
78x/m 72x/m 80x/m 80x/m 82x/m
S
R 36,0 36,2 36,5 36,0 36,3

8) Harapan keluarga: keluarga Tn.M selalu mengharapkan penyakit hipertensi


dapat berkurang dan segerah diberi kesembuhan.

B. Diagnosa keperawatan keluarga

1. Analisis dan sintesis data

NO DATA MASALAH PENYEBAB

1. Ds: Gangguan nyaman nyeri Ketidakmampuan


pada keluarga Tn.M keluarga dalam
-Keluarga Tn.M khususnya Ny.M mengenal masalah
mengatakan tidak kesehatan.
mengetahui tentang
penyakit:

a. pengertian,
penyebab,tanda dan
gejala,cara penanganan

Do:

-Ny.M sedikit kelihatan


bingung saat dijelaskan
tentang penyakit

-kes: Composmentis

-TTV:

TD:150/90mmHg

52
N: 72x/m

S: 36,2

2. Perumusan Diagnosis Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan nyaman nyeri pada keluarga Tn.M khususnya pada Ny.M
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.

3. Cara pembuatan diagnosa keperawatan


1. Diagnosa Aktual
Gangguan nyaman nyeri pada keluarga Tn.M khususnya pada Ny.M
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan.
4. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Diagnosa Kep: Gangguan nyaman nyeri pada keluarga Tn.M khususnya pada Ny.M
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
TUJUAN KRITERA EVALUASI RENCANA
INTERVENSI
UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
Setelah Setelah Respon Keluarga -Kaji
dilakukan diberikan verbal mampu pengetahuan
pertemuan penjelasan mengenal dan keluarga
selama 1x15 tentang menyebutkan: tentang
menit, penyakit Pengertian, penyakit
diharapkan hipertensi, penyebab, hipertensi
keluarga keluarga tanda dan -berikan
mampu mampu gejala, cara informasi
mengenal menyebutan penenganan kepada
masalah tentang keluarga
kesehatan penyakit tentang
hipertensi penyakit
hipertensi

53
-Anjurkan
pasien untuk
mengurangi
aktivitas yang
berat
-evaluasi
tingkat
pengetahuan
tentang
hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Friedman,M.M et al.2010.Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,Teori, dan Praktik.Ed


5.Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahid Iqbal.2011.Ilmu Keperawatan Komunitas.Jakarta : Salemba Medika.
Setiadi.2010.Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Marylynn. E. Doengus. (2011). Rencana Asuhan Keperawatun, Edisi 3, Jakarta : EGC Penerbit
Buku Kedokteran.

Potter Yatricia.(2009). BukuAjar Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.

Sitorus, R. (2011). Konsep proses keperawatan Menggunakan Nanda, NIC dun NOC.
Suyono, H. Slamet. (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, EGC. Jakarta.

Sylvia Anderson. (2000). Patofisiology Penyakit, Edisi 4, Penerbit Jakarta: EGC Buku Kedokteran.

Anderson, Elzabeth T. 2017. Buku Ajar Keperawatan: Teori dan Praktik. Alih Bahasa,


Agus Sutarna, Suharyati Samba, Novayantie. Jakarta: EGC
Efendi, Ferry dan Makhfudli.2019. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek
Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Friedman, M. M. 2016. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori and
practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC

Kemenkes RI Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul.2019. Ilmu Keperawatan Komunitas I:


Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika.

54
Setiadi. 2017. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta : GRAHA ILMU

Setyowati. Sri. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi Kasus. Mitra
Cendikia. Jogjakarta

55

Anda mungkin juga menyukai