Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

“ASKEP KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA “

OLEH :
1. KAMALIA
2. ETI JUNIA ASTUTI
3. ANNISA YULIANA PRATIWI
4. ASHADI
5. ZUKARNAIN LUBIS

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Assamu’alaikum,War.Wab
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, serat hidayah-Nya
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelessaikan tugas dengan baik, tepat waktunya yang
berjudul “Askep Keluarga dengan Anak Remaja”
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan
Keluarga. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada Ibu Aswati., Ners., M.pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Keluarga.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penulisan, bahasa ataupun penyusunannya. Oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari
dosen pengampuh mata kuliah Keperawatan Keluarga menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi saya untuk lebih baik dimasa yang akan datang.

Mataram, 20 Mei 2020

Penyusun,

KELOMPOK 5
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3
2.1 Defini Remaja ...................................................................................................3
2.2 Tahap Perkembangan Remaja ..........................................................................
2.3 Karakteristik Perkembangan Remaja .............................................................
2.4 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja ......................................................
2.5 Keluarga ..............................................................................................................
2.6 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja .........................
2.7 Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap
Perkembangan Anak Usia Remaja ..................................................................
BAB III ASKEP KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA .......................................
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................14
A. Kesimpulan .....................................................................................................14
B. Saran ................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang
memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap
perkembangan lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan
dari masa anak-anak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya
krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja
yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan
banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain
mneingkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan
secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga remaja
cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah
marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada
masa remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti
kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua
diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah remaja (Pianta,
2005 dalam Santrock, 2007).
Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,
disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7
miliar. Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di
dunia berusia 10-19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di
negara berkembang. Negara Indonesia sendiri, hasil sensus penduduk tahun
2010 menunjukkan 1 dari 4 orang penduduk Indonesia merupakan kaum
muda berusia 10-24 tahun, dari 240 juta penduduk Indonesia, jumlah remaja
terbilang besar, mencapai 63,4 juta atau sekitar 26,7 % dari total penduduk
(BKKBN, 2012).
Peran perawatn dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak
usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat
melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang
timbul bisa teratasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi remaja?
2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?
4. Bagiamana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan
masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak remaja.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a) Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
b) Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
c) Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.
d)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja


Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi
dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara
fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan
kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu
fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung
setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).

2.2 Tahap Perkembangan Remaja


Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam
proses penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–
heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis,
dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh
lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan
ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang
menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri
sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang
sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan
karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis,
dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes
Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak)
dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.
c. Remaja Akhir (Late Adolescence)
Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain
dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan
orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum (the public).

2.3 Karakteristik Perkembangan Remaja


Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat
dibedakan menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong
(2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai
dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan
fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat
ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus
pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah
otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan
terhadap difusi peran. Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk
permulaan pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus
mampu memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya
sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka
dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
1) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu
kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki
kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi
bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status.
Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan,
gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap
kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok
orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga
mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara
menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi individu yang
berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan dari
kelompok.
2) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan
hubungan yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri
dengan orang lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang
mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses
perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang memakan
waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan
keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia
merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi
remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan
diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada
akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika
individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari
berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas
peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya
mulai mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan,
remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran
seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang
dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara
daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
4) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa
remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang
dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi,
perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang
lebih matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal
bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan
emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya
sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat
diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan
emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka
menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan
kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009),
remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan
ciri periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap
kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke
depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat
membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti
kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu
mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang
tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori
variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat
mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam
membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi
konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan
mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang
lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009),
masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai
nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran
lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal
balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang
tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan
atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah.
Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral
yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa
suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka
tidak mematuhi peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang
lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal
keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada
nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika
mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja
mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah
secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka
mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan
mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada
akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
e. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan
diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas
yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan
ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa
dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka
mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan
kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian
sering kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang
tua maupun remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan
menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan,
penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang
menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan akhir. Pada
saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak
istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam
rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat
muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam
sebagian besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya
dianggap lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan
masa kanak-kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja
perasaan kekuatan dan kekuasaan.
a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya
memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh
penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk
menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model
berpakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering
kali mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala
sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan
ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk
pada masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian
identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu
tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu
peran bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama
lain.

2.4 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja


Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001)
antara lain :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki
dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas
tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya
terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa
remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan
pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan
seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul
dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-
tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat
perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas tahun,
menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya
bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka
tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu
untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara
memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang
dicita-citakan.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan
diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi
anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan
didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk
mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan
menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang
memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya
pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir
masa kanak-kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru
dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk
mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.
Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan
teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain
merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian
emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang
ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh
dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain.
Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya
tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab
dengan anggota kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih
pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada
jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka
secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih
harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang
diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan
perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam
tahuntahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang
berangsur-ansur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan
dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit
yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu
penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja
dibawa ke masa remaja.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-
nilai yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam
perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan
teman sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap
dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka.
Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini
seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap
tidak bertanggung jawab.

2.5 Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat
anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga
umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006)
keluarga adalah lembaga pendidikan yang yang pertama dan utama bagi
anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang
tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan
menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga adalah perkumpulan dua orang atau
lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008), yaitu :
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya
terdiri dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari
ayah, ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada
orang tuanya.

2.6 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung
jumlah anak dan adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

2.7 Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap


Perkembangan Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan
oleh adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus
mengritik atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang
penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun
awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik
rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada
setiap usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki
dan perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada
keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka
memerlukan bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan
masa remaja. Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan
pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja
kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang
tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik
juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar
rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam
masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang ang selalu
mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang
dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang
baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan
penuh romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh
dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan
lingkungan sosial. Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan
disatu pihak masih anak-anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku
seperti orang dewasa. Situasi ini membuat mereka dalam kondisi konflik,
sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak
dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya
mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena
memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun
sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang
yang dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha
untuk mengikitu pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap
memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat
dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng mereka akan saling memberi
dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng
motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut.
Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan
dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara individual.
Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang
berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah
mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki
dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial
melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk
menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan
dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan
psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum
dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan
dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun
tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka
melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control
secara bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi
diri sendiri secara bertahap sampai akhirnya dewasa.

MASALAH-MASALAH KESEHATAN
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi
promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus
diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup
keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner
meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang dewasa
mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-
perubahan perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi
promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan
mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan patah tulang dan cedera
karena atletik juga umum terjadi .
Penyalahguanaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana,
kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks
merupakan bidang perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini
dengan keluarga, perawat dapat terjebak dalam perselisihan atau masalah
antara orang tua dan kaum muda, remaja biasanya mencari pelayanan
kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunakan obat-obatan, uji AIDS,
keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin.
Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima
perawatan kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua diikutsertakan maka
dilakukan wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan .
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan
bantuan untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja
dengan orang tua. Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai
rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk konseling, dan juga
pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin
diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan.
BAB III
ASKEP KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA

A. PENGKAJIAN (tanggal :__20 Mei 2020_)


I. Data Umum
1. Kepala Keluarga KK : Tn. A
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 44 Tahun
4. Alamat dan Telepon : BTN Sambina’a
5. Pekerjaan KK : Dikpora
6. Pendidikan KK : S1
7. Komposisi Keluarga : Ayah, ibu dan dua orang anak

Status Imunisasi
Pendidikan
Kel. Jenis
Hub Kel.

Campak
Ket.
Umur

Hepatiti
KK

No Nama BC Polio DPT


s
G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

1 Tn. A L Suami 44 S1 Sehat


(KK)

2 Ny. S P Istri 41 S1 Sehat

3 An. M L Anak 16 S Sehat


M
A

4 An. A L Anak 13 S  Sehat


M
P
Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki meninggal

: Perempuan mwninggal

: Garis pernikahan

: Garis keturunan
: Keluarga yang tinggal serumah

8. Tipe Keluarga : Tipe keluarga adalah keluarga inti


dengan orang tua dan dua anak kandung.
9. Suku Bangsa : Sasak
10. Agama : Islam
11. Status sosial ekonomi keluarga : Tn. A merupakan pencari nafkah di
keluarga, ia bekerja di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
(Dikpora). Penghasilan keluarga Rp. 3.500.000.
12. Aktivitas rekreasi keluarga : Pada hari libur, biasanya keluarga
Tn. A berkumpul di rumah bersama keluarga dan menonton televisi
bersama.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini :
Termasuk keluarga dengan usia remaja. Tugas perkembangan
keluarga dengan anak remaja yang dilakukan oleh keluarga antara
lain:
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan mandiri.
Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. M untuk
memilih apa yang ingin dilakukan. An. M mengatakan tanggung
jawabnya adalah belajar dan membantu orang tua, itupun jarang
dilakukan atas kemauannya sendiri. An. M sudah memiliki cita-
cita, yaitu menjadi seorang TNI AD, tetapi hanya sebatas harapan
dan tidak tahu bagaimana mencapai tujuannya.
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.
Pernikahan Tn.A dan Ny.S saat ini sudah berlangsung selama
17 tahun, anaknya yang paling kecil sudah memasuki usia remaja
juga. Saat ini, Tn.A dan Ny.S mengatakan untuk berusaha
membesarkan kedua anaknya dengan memenuhi segala kebutuhan
mereka.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi :
a. Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
3. Riwayat Keluarga Inti : Ny. S mengatakan riwayat dalam anggota
keluarganya sehat-sehat saja dan tidak ada yang mengalami masalah
kesehatan untuk saat ini.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya : Tidak ada riwayat penyakit keluarga
saat ini. Bila sakit, keluarga Tn. A dan Ny. S pergi ke pelayanan
kesehatan. Tidak ada pola makan atau jenis makanan yang dibatasi.
III. Data lingkungan
1. Karaktersitik rumah
Rumah yang ditempati keluarga Tn. A saat ini merupakan rumah dan
tanah milik sendiri.
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya:
An.M mengatakan tentangga sebelah kanan dan kiri kurang begitu
akrab dengan keluarganya karena An. M sibuk dengan sekolah dari
pagi sampai siang begitu juga dengan bapaknya Tn. A sibuk bekerja.
3. Mobilitas geografis keluarga (lama keluarga tinggal di dusun atau
pindahan)
Keluarga An.M tidak pernah pindah temapat tinggal sejak kedua
orangtuanya menikah pada tahun 2000.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
An. M mengatakan ketika ada acara kegiatan gotong royong kadang
ikut kalau sedang libur sekolah bapaknya Tn. A tidak pernah
mengikuti kegiatan sosial di lingkungan karena sibuk bekerja, kalau
5. Sistem pendukung keluarga :
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang
menyelesaikan dengan anggota keluarga. Kadang juga melibatkan
orang tua, karena dengan orang tua tinggal bersama dan berdekatan.

IV. Struktur keluarga


1. Struktur Peran :
a. Tn. A
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari
nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.

b. Ny. S
Ny. Smengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan
kepada ibunya. Sebagai istri Tn.A, sebagai ibu rumah tangga dan
juga membuka usaha warung di rumah.
c. An. M
An. M mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas
sekolahnya dan An. M mengatakan bahwa nilainya pas-pasan.
Ny.S tidak pernah membantu aktivitas belajar anaknya di rumah.
d. An. F
Sebagai anak ke dua Tn. A dan Ny. S yang pada tahun ini akan
memasuki SMP. An. F juga berperan sebagai adik dari An. M.
2. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang dipegang oleh Tn. A adalah sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.
3. Pola komunikasi keluarga
An.M mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya kurang
menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga,
mendiskusikan masalah keluarga bersama keluarga, Namun An. M
mengatakan jika mempunyai masalah pribadi lebih suka menceritakan
masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua
ataupun keluarganya yang lain. Tn A sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anak.
4. Struktur kekuasaan keluarga:
Pemegang keputusan di keluarga adalah Tn, A sebagai kepala
keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ny. S punya
pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat
membeli keperluan rumah tangga dan mengatur posisi perabotan
rumah tangga. Terkadang Ny. S juga berinisiatif sendiri untuk
membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada yang sakit dan
tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung.

V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
An. M mengatakan pihak keluarga kurang memperhatikan anaknya
karena sibuk kerja, sedangkan untuk An. M sendiri kalau ada masalh
kurang terbuka dengan orang tuanya.
2. Fungsi sosialisasi
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik.
Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik-baik saja
walaupun kurang begitu dekat.
3. Fungsi pemenuhan kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Mengambil keputusan dalam mengambil tindakan kesehatan
c. Kemampuan menrawat keluarga yang sakit
VI. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
Tidak ada masalah dalam keluarga untuk saat ini, namun keluarga
sedang mempersiapkan biaya untuk pendidikan anak ke jenjang yang
lebih tinggi.
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor
Keluarga dapat mengatasi masalah secara bersama-sama dan
musyawarah antar anggota keluarga.
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga selalu menyelesaikan masalah secara musyawarah.
4. Strategi adaptasi disfungsional (pengkambinghitaman, penggunaan
ancaman, dll)
Tidak ada kekerasan atau ancaman yang dilakukan keluarga untuk
saling menasihati antar anggota keluarga.
VII. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga
Anggota keluarga Tn. A selalu menggunakan atau memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada di daerahnya untuk melakukan pengobatan terhadap
anggota keluarganya. Anggota keluarga Tn. A juga menggunakan obat
alami untuk pengobatan anggota keluarganya.
VIII. Harapan keluarga
Harapan keluarga saat ini adalah anak-anak Tn. A diharapkan dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa
tahapan atau kurun waktu tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses.
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat

4.2 Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga
melalui penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan
keluarga sesuai jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna
mencapai kebutuhan kesehatan keluarga yang optimal.Upaya ini perlu
dikembangkan dan ditingkatkan, untuk itu perlu dukungan oleh pihak-pihak
yang peduli terhadap kesehatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Laporan situasi kependudukan dunia tahun 2012. Jakarta


Santrock, J. W. 2007. Perkembangan anak edisi kesebelas jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Slameto. 2006. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Mubarak, dkk. 2009. Ilmu keperawatan komunitas: konsep dan aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia
Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
ners.unair.ac.id/materikuliah/askep%20remaja%20new.pdf

Anda mungkin juga menyukai