Anda di halaman 1dari 35

Oleh: Nuzul Barkah Prihutomo

Konstruksi Jalan Raya 2 (Rekayasa Lalu Lintas)


Semester 2 - Konstruksi Bangunan Sipil - Teknik Sipil
Politeknik Negeri Jakarta
1. DEFINISI

Segmen Jalan :
•Di antara atau tidak dipengaruhi oleh
simpang utama
•Mempunyai rencana geometrik, arus serta
komposisi lalu lintas yang hampir sama
sepanjang jalan
Segmen Jalan Perkotaan/ Semi Perkotaan:
•Perkembangan permanen dan menerus sepanjang
seluruh atau hampir seluruh jalan
•Jalan di atau dekat pusat perkotaan dengan
penduduk >100.000 jiwa atau <100.000 jiwa, jika
mempunyai perkembangan samping jalan yang
permanen dan menerus
•Karakteristik arus lalu-lintas pada pagi dan sore
hari secara umum lebih tinggi
•Terdapat perubahan komposisi dalam arus lalu
lintas (persentase kendaraan pribadi dan sepeda
motor lebih tinggi daripada truk berat)
•Terdapat kereb
Segmen Jalan Luar Kota:
• Tidak ada perkembangan menerus (yang berarti)
pada setiap sisi jalan
• Karakteristik arus lalu-lintas relatif sama
sepanjang harinya
• Persentase truk berat lebih tinggi daripada jalan
dalam kota
• Biasanya tidak terdapat kereb
• 2/2 UD
• 4/2 UD
Tipe Jalan • 4/2 D
Perkotaan • 6/2 D
• 1/1 s/d 3/1

• 2/2 UD
• 4/2 UD
Tipe Jalan • 4/2 D
Luar Kota • 6/2 D
2. PENGGUNAAN
Analisa Operasional dan Perencanaan
• Menentukan Kinerja segmen jalan (akibat arus lalu lintas
yang ada atau yang diramalkan)
• Menentukan Kapasitas (arus maksimum yang dapat
dilewatkan dengan mempertahankan tingkat kinerja
tertentu)
• Menentukan Lebar Jalan atau Jumlah Lajur
• Memperkirakan Pembuatan Median dan Bahu
• Merupakan Tingkat Analisa yang Paling Rinci

Analisa Perancangan
• Memperkirakan Jumlah Lajur untuk Jalan Rencana
• Data Masukan untuk Nilai Arus berupa LHRT perkiraan
• Data Masukan untuk Rincian Geometri diperkirakan
2. PENGGUNAAN
MKJI – Jalan Perkotaan:
• Analisa operasional, perencanaan dan perancangan jalan
perkotaan
• Tidak memperhitungkan kondisi alinyemen (dianggap lurus/
datar)
• Pada segmen jalan yang tidak dipengaruhi antrian dan/ atau
iringan akibat persimpangan
MKJI – Jalan Luar Kota:
• Analisa operasional, perencanaan dan perancangan jalan luar
kota
• Pada alinyemen datar/ bukit/ gunung; dan pada suatu
kelandaian tertentu
• Pada segmen jalan yang tidak dipengaruhi antrian dan/ atau
iringan akibat persimpangan
3. JARINGAN JALAN PERKOTAAN
Komponen •Segmen jalan
pada analisa •Simpang bersinyal
jaringan •Simpang tak bersinyal
jalan: •Bagian jalinan

Perhitungan dilakukan secara terpisah untuk


masing-masing komponen, kemudian digabungkan
kembali untuk memperoleh kapasitas dan ukuran
kinerja sistem menyeluruh
3. DAERAH PERKOTAAN & SIMPANG
SEPANJANG JALAN
Batas segmen harus dibuat apabila jalan luar kota dianggap
telah menjadi jalan perkotaan atau semi perkotaan (atau
sebaliknya). Hal tersebut dilakukan meskipun karakteristik
geometrik atau lainnya tidak berubah.

Jalan Perdesaan tidak boleh dianggap sebagai daerah


perkotaan kecuali jika jalan tersebut melalui pusat kota yang
mempunyai karakteristik samping jalan sesuai jalan
perkotaan/ semi perkotaan.

Apabila terdapat pertemuan jalan luar kota dengan satu atau


lebih simpang utama (terutama jika bersinyal) baik di daerah
perkotaan atau bukan, maka pengaruh persimpangan tsb
harus diperhitungkan
4. KARAKTERISTIK JALAN
Geometri
• Tipe jalan; lebar jalur lalu-lintas; kereb; bahu; median; alinyemen horisontal dan
vertikal; serta jarak pandang
Komposisi arus dan pemisahan jalan
• Pemisahan arah lalu-lintas dan komposisi lalu lintas

Pengendalian lalu lintas


• Pembatasan kecepatan dan akses lalu lintas

Aktifitas di samping jalan


• PED, PSV, EEV, SMV

Ukuran Kota (Jalan Perkotaan)

Fungsi Jalan dan Guna Lahan (Jalan Luar Kota)


• Kelas fungsional/ administratif jalan dan guna lahan yang mempengaruhi kelas
hambatan samping
Perilaku pengemudi dan populasi kendaraan
1. PENDEKATAN UMUM

Tipe Perhitungan:
• Kecepatan arus bebas, kapasitas lalu-lintas, derajat
kejenuhan, kecepatan pada kondisi arus sesungguhnya,
arus lalu-lintas yang dapat dilewatkan oleh segmen jalan
tertentu

Tingkat Analisa :
• Analisa operasional dan perencanaan serta perancangan

Periode Analisa
• Dilakukan untuk periode satu jam puncak

Jalan Terbagi dan tak terbagi


2. VARIABEL

Arus dan komposisi lalu-lintas

Kecepatan arus bebas

Kapasitas

Derajat Kejenuhan

Kecepatan

Perilaku lalu-lintas
3. HUBUNGAN KECEPATAN-ARUS-
KERAPATAN

Prinsip dasarnya: kecepatan berkurang


jika arus bertambah

Pengurangan kecepatan akibat


penambahan arus adalah kecil pada arus
rendah, tetapi lebih besar pada arus tinggi

Mendekati kapasitasnya, pertambahan


arus yang sedikit akan menghasilkan
pengurangan kecepatan yang besar
KURVA HUBUNGAN KECEPATAN-ARUS

Kondisi Dasar
Standar Kondisi Lebih Baik
Kecepatan (km/jam)

Kondisi Lebih Buruk


Kapasita
s

Arus (smp/jam)
4. KARAKTERISTIK GEOMETRIK

Jalan dua-lajur dua-arah

Jalan empat-lajur dua-arah

Jalan enam-lajur dua-arah terbagi

Jalan satu-arah
5. PANDUAN REKAYASA LALU-LINTAS

Standar tipe jalan dan


penampang melintang

Pemilihan tipe dan


penampang melintang jalan

Perencanaan rinci
6. PROSEDUR PERHITUNGAN JALAN PERKOTAAN
LANGKAH A: DATA MASUKAN
A-1
A-1 :: Data
Data Umum
Umum
A-2
A-2 :: Kondisi
Kondisi Geometrik
Geometrik
A-3
A-3 :: Kondisi
Kondisi Lalu-lintas
Lalu-lintas
A-4
A-4 :: Hambatan
Hambatan Samping
Samping

LANGKAH B: KECEPATAN ARUS BEBAS


B-1 : Kecepatan Arus Bebas Dasar
B-2 : Penyesuaian untuk Lebar Jalur Lalu-lintas
B-3 : Faktor Penyesuaian untuk Kondisi Hambatan Samping
B-4 : Faktor Penyesuaian untuk Ukuran Kota
B-5 : Kecepatan Arus Bebas untuk Kondisi Lapangan

LANGKAH C: KAPASITAS
C-1 : Kapasitas Dasar
C-2 : Faktor Penyesuaian untuk Lebar Jalur Lalu-lintas
Perubahan C-3 : Faktor Penyesuaian untuk Pemisahan Arah
C-4 : Faktor Penyesuaian untuk Kondisi Hambatan Samping
C-5 : Faktor Penyesuaian untuk Ukuran Kota
C-6 : Kapasitas untuk Kondisi Lapangan

LANGKAH D: PERILAKU LALU-LINTAS

D-1 : Derajat Kejenuhan


D-2 : Kecepatan dan Waktu Tempuh
D-3 : Penilaian Perilaku Lalu-lintas

Diperlukan penyesuaian anggapan mengenai perencanaan


dsb.
Ya

Tidak

Akhir Analisa
1. PENDEKATAN UMUM
Prosedur perhitungan pada MKJI secara umum serupa dengan
US HCM 1985/ 1994 yang variabelnya disesuaikan dengan
kondisi di Indonesia.

Tipe Perhitungan:
• Kecepatan arus bebas; kapasitas lalu-lintas; derajat kejenuhan;
kecepatan pada kondisi arus lapangan; derajat iringan (hanya 2/2 UD);
arus lalu-lintas yang dapat dilewatkan oleh segmen jalan tertentu
Tingkat Analisa :
• Analisa operasional dan perencanaan serta perancangan
• Analisa pada segmen alinyemen umum dan kelandaian khusus
Periode Analisa
• Dilakukan untuk periode satu jam puncak untuk menentukan arus serta
kecepatan rata-rata
Jalan Terbagi dan tak terbagi
2. VARIABEL
Arus dan komposisi lalu-lintas
• Arus (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas dengan
mengkonversikannya dalam smp menggunakan emp
• Tipe kendaraan:
• LV (light vehicle), MHV (medium heavy vehicle), LB
(large bus), LT (large truck) dan MC (motorcycle)
Kecepatan arus bebas
• Kecepatan pada saat arus = 0
• FVLV Digunakan sebagai kriteria dasar kinerja segmen
jalan
FV = (FVo + FVw) x FFVSF x FFVRC
2. VARIABEL
Kapasitas
• Arus maksimum yang dapat dipertahankan per jam
• Untuk jalan tak terbagi kapasitas merupakan arus dua-
arah
• Untuk jalan terbagi, arus dipisahkan per-arah dan
kapasitas per-lajur
C = Co + FCw x FCSP x FCSF

Derajat Kejenuhan (kondisi normal DS≤0.75)


• Perbandingan arus dengan kapasitas (DS=Q/C)

Kecepatan
• Kecepatan rata-rata ruang kendaraan ringan sepanjang
segmen (V=L/TT)
2. VARIABEL

Derajat Iringan
•Rasio arus kendaraan di dalam peleton
terhadap arus total

Perilaku lalu-lintas
•Indikatornya adalah kecepatan, derajat
kejenuhan dan derajat iringan.
3. HUBUNGAN KECEPATAN-ARUS-KERAPATAN

Prinsip dasarnya: kecepatan berkurang jika arus


bertambah

Pengurangan kecepatan akibat penambahan arus


adalah kecil pada arus rendah, tetapi lebih besar
pada arus tinggi

Mendekati kapasitasnya, pertambahan arus yang


sedikit akan menghasilkan pengurangan kecepatan
yang besar
4. KARAKTERISTIK GEOMETRIK

Tipe •Datar, bukit dan gunung


alinyemen

• 2/2 UD
• 4/2 UD
Tipe jalan • 4/2 D
• 6/2 D
KEADAAN DASAR BERBAGAI TIPE JALAN
Tipe Jalan 2/2 UD 4/2 UD 4/2 D
Lebar jalur total 5 - 11 m 12 - 15 m 12 - 15 m
Jumlah lajur 2 lajur 4 lajur 4 lajur
Lebar jalur efektif 7.0 m 14.0 m 2 x 7.0 m
Lebar bahu efektif (tak diperkeras) 1.5 m 1.5 m 2.0 m (luar+dalam)
Median Tidak ada Tidak ada Ada
Pemisahan arah 50:50 50:50 -
Tipe alinyemen Datar Datar Datar
Guna Lahan (pengembangan samping jalan) Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kelas hambatan samping Rendah (L) Rendah (L) Rendah (L)
Kelas fungsional jalan Jalan Arteri Jalan Arteri Jalan Arteri
Kelas jarak pandang A A A
5. PANDUAN REKAYASA LALU-LINTAS
Perencanaan jalan luar kota baru
didasarkan pada analisa biaya siklus hidup
dari perencanaan yang paling ekonomis pada
arus lalu lintas tahun dasar yang berbeda.

Analisa jalan luar kota eksisting untuk


memastikan bahwa DS<0.75

Standar tipe jalan dan penampang melintang


berdasarkan Spesifikasi Standar Perencanaan
Geometrik Jalan Luar Kota
5. PANDUAN REKAYASA LALU-LINTAS
• Pemilihan tipe dan penampang melintang jalan
Faktor yang mempengaruhi: fungsi jalan (arteri,
kolektor dan lokal); kelas jalan dan tipe alinyemen
• Memperoleh suatu desain: sesuai dgn dok. Standar; paling ekonomis;
sesuai perilaku lalin; memperoleh angka kecelakaan rendah

Pertimbangan ekonomi berdasarkan analisa biaya


siklus hidup untuk:
• Pembuatan jalan baru (umur rencana 23 tahun)
• Pelebaran jalan eksisting (umur rencana 10 tahun)
• (pemilihan tipe jalan berdasarkan tabel rentang arus lalu lintas)

Pertimbangan keselamatan lalu lintas

Pertimbangan lingkungan
5. PANDUAN REKAYASA LALU-LINTAS
Perencanaan rinci harus memenuhi:
•Standar jalan sedapat mungkin tetap sepanjang rute
•Bahu jalan harus rata dan sama tinggi dengan jalur
lalu-lintas (untuk kendaraan berhenti)
•Halangan sebaiknya tidak terletak di bahu jalan
•Persimpangan sedapat mungkin tegak lurus dengan
jalan utama

Kelandaian khusus:
•Pada jalan 2/2 UD untuk alinyemen bukit dan
gunung dengan ruas tanjakan panjang, akan
menguntungkan jika menambah lajur pendakian.
6. PROSEDUR PERHITUNGAN JALAN LUAR KOTA
LANGKAH A: DATA MASUKAN
A-1
A-1 :: Data
Data Umum
Umum
A-2
A-2 :: Kondisi
Kondisi Geometrik
Geometrik
A-3
A-3 :: Kondisi
Kondisi Lalu-lintas
Lalu-lintas
A-4
A-4 :: Hambatan
Hambatan Samping
Samping

LANGKAH B: KECEPATAN ARUS BEBAS


B-1 : Kecepatan Arus Bebas Dasar
B-2 : Penyesuaian untuk Lebar Jalur Lalu-lintas
B-3 : Faktor Penyesuaian untuk Kondisi Hambatan Samping
B-4 : Faktor Penyesuaian untuk Ukuran Kota
B-5 : Kecepatan Arus Bebas untuk Kondisi Lapangan
B-6 : Kecepatan Arus Bebas Kelandaian Khusus (hanya 2/2 UD)

LANGKAH C: KAPASITAS
C-1 : Kapasitas Dasar
C-2 : Faktor Penyesuaian untuk Lebar Jalur Lalu-lintas
Perubahan C-3 : Faktor Penyesuaian untuk Pemisahan Arah
C-4 : Faktor Penyesuaian untuk Kondisi Hambatan Samping
C-5 : Kapasitas pada Kondisi Lapangan
C-6 : Kapasitas pada Kelandaian Khusus

LANGKAH D: PERILAKU LALU-LINTAS


D-1 : Derajat Kejenuhan
D-2 : Kecepatan dan Waktu Tempuh
D-3 : Iringan (peleton)
D-4 : Kecepatan dan Waktu Tempuh pada kelandaian khusus
D-5 : Penilaian Perilaku Lalu-lintas

Diperlukan penyesuaian anggapan mengenai perencanaan dsb.


Ya
Tidak

Akhir Analisa
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai