Anda di halaman 1dari 9

Diskusi 7 Kimia Fisika

Nama : Faisal Novarisha


NIM : 041209862
UPBJJ Bogor-Teknologi Pangan
8.

A. KESETIMBANGAN DALAM FASA GAS


B. PERUBAHAN ENERGI BEBAS DALAM REAKSI KIMIA
C. ENERGI BEBAS PEMBENTUKAN (∆G˚F)
D. ENERGI BEBAS GIBBS STANDAR DARI SUATU REAKSI, ∆G˚R DAN KONSTANTA KESETIMBANGAN K
E. TETAPAN KESETIMBANGAN
F. PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN
G. KOMBINASI (GABUNGAN) KESETIMBANGAN
H. DISOSIASI GAS
I. TETAPAN KESETIMBANGAN UNTUK REAKSI-REAKSI GAS YANG BERDISOSIASI
J. KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN

Kriteria kesetimbangan
KESETIMBANGAN DALAM A. HUBUNGAN ANTARA Kp, Kc DAN Kx
- Hubungan kp dengan Kx
Hubungan Beberapa - Hubungan Kp dan Kx
Ungkapan Tetapan B. VARIASI TETAPAN KESETIMBANGAN
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan TERHADAP TEKANAN
- Kp tak tergantung pada P
- Kc tak tergantung pada P
Pergeseran kesetimbangan - Kx bergantung pada tekanan

A. PRINSIP PERGESERAN KESETIMBANGAN/ASAS LE CHATELIER


B. PENGARUH GAS MULIA DAN KELEBIHAN REAKTAN
C. PENGARUH TEMPERATUR PADA KESETIMBANGAN KIMIA
D. INTEGRASI PERSAMAAN VAN’T HOFF
E. KESETIMBANGAN DALAM SISTEM HETEROGEN
1. Jika suatu sistem mengalami ketiga jenis kesetimbangan yaitu kesetimbangan termal,
mekanik dan kesetimbangan kimia, maka sistem dinyatakan berada dalam kesetimbangan
termodinamika. Sistem yang berada dalam kesetimbangan termodinamika dan lingkungannya
tidak berubah, tidak ada gerak yang terjadi dan tidak ada kerja yang dilakukan. Akan tetapi,
apabila jumlah gaya eksternal diubah (hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan gaya
berhingga yang melakukan aksi terhadap sistem), maka persyaratan kesetimbangan mekanis
tidak terpenuhi lagi. Akibat dari perubahan tersebut timbul keadaan sebagai berikut: (1)
terjadi gaya tak berimbang dalam sistem, kemudian timbul turbulensi, gelombang dan
seterusnya. Akibat lain dari perubahan tersebut adalah sistem secara keseluruhan melakukan
gerak dipercepat atau sejenisnya, (2) sebagai akibat dari turbulensi, percepatan dan
selanjutnya tersebut, berakibat distribusi temperatur tidak serba sama, sehingga timbul
perbedaan temperatur antara sistem dengan lingkungan, (3) selanjutnya akan terjadi
perubahan gaya dan temperatur yang mendadak, yang menimbulkan reaksi kimia susulan atau
terjadi perpindahan unsur kimia. Jadi, gaya tak berimbang yang berhingga dapat
mengakibatkan sistem mengalami keadaan tak seimbang. Persyaratan yang paling penting
untuk kesetimbangan kimia, berkaitan dengan pertidaksamaan dU + pdV –TdS < 0, paling
tidak ada dua persyaratan yakni: 1. Jika T dan P tetap, pertidaksamaan disederhanakan
menjadi: d(U –TS) < 0 atau, dA < 0 Ini berarti bahwa fungsi Helmholtz suatu sistem (pada T
dan V tetap), akan berkurang selama proses reversibel berlangsung dan mencapai harga
minimum pada akhir keadaan setimbang. 2. Jika T dan P tetap, pertidaksamaan dapat
disederhanakan menjadi: d(U + PV – TS ) < 0, atau dG < 0, Berarti fungsi Gibbs suatu sistem
(pada T dan P tetap), akan berkurang selama proses terbalikkan berlangsung dan menjadi
minimum pada akhir keadaan setimbang.
2. PERUBAHANENERGI BEBAS DALAM REAKSI KESETIMBANGAN
Pada suhu dan tekanan tetap, reaksi kimia akan berlangsung spontan menuju ke arah dengan
perubahan energi bebas yang lebih rendah, sampai akhirnya mencapai suatu keadaan setimbang. Jadi,
posisi kesetimbangan menyatakan nilai energi bebas paling rendah dalam suatu sistem reaksi.
Perubahan energi bebas suatu reaksi merupakan akibat dari perubahan dalam tekanan atau perubahan
dalam konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Dengan demikian terdapat hubungan antara
perubahan energi bebas dan tekanan atau dengan konsentrasi sistem reaksi.
1. ENERGI BEBAS DAN TEKANAN
Pengaruh tekanan terhadap fungsi termodinamika dalam persamaan energi bebas gibbs,
yakni entalpi dan entropi. 
 Entalpi
entalpi adalah kemampuan sistem untuk memberikan energi berbentuk kalor(energi panas) dari sistem
ke lingkungan. paa tekanan konstan perubahan entalpi suatu sistem menunjukan banyaknya kalor
yang diberikan. perubahan ini diukur dengan kalori meter terbuka(tekanan udara sistem = tekanan
udara luar).
Dulu entalpi disebut isi kalor(heat content) dengan lambang H. kalor reaksi suatu reaksi kimia yang
berlangsung pada tekanan konstan tidak lain adalah perubahan entalpi ∆H itu. untuk benda yang
berubah suhunya tanpa mengalami reaksi atau perubahan fase, perubahan entalpi per satuan suhu
aadalah kapasitas panas benda itu pada tekanan tetap.
Entalpi gas ideal, solid, dan liquid tidak tergantung pada tekanan. Benda nyata pada temperatur dan
tekanan ruang biasanya kurang lebih mengikuti sifat ini, sehingga dapat menyederhanakan
perhitungan entalpi.
 Entropi
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem per satuan
temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Mungkin manifestasi yang paling
umum dari entropi adalah (mengikuti hukum termodinamika), entropi dari sebuah sistem tertutup
selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas berpindah dari komponen yang bersuhu
lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah. Pada suatu sistem yang panasnya terisolasi,
entropi hanya berjalan satu arah (bukan proses reversibel/bolak-balik). Entropi suatu sistem perlu
diukur untuk menentukan bahwa energi tidak dapat dipakai untuk melakukan usaha pada proses-
proses termodinamika. Proses-proses ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah
bentuknya, dan ketika energi diubah menjadi kerja/usaha, maka secara teoritis mempunyai efisiensi
maksimum tertentu. Selama kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem, yang
lalu terdisipasi dalam bentuk panas buangan.
Pada termodinamika klasik, konsep entropi didefinisikan pada hukum kedua termodinamika, yang
menyatakan bahwa entropi dari sistem yang terisolasi selalu bertambah atau tetap konstan. Maka,
entropi juga dapat menjadi ukuran kecenderungan suatu proses, apakah proses tersebut cenderung
akan "terentropikan" atau akan berlangsung ke arah tertentu. Entropi juga menunjukkan bahwa energi
panas selalu mengalir secara spontan dari daerah yang suhunya lebih tinggi ke daerah yang suhunya
lebih rendah.
∆G REAKSI MENUJU KESETIMBANGAN
Untuk memahami hubungan perubahan energi bebas selama reaksi menuju keadaan kesetimbangan,
tinjau reaksi kesetimbangan berikut.
  A(g) ↔ B(g)
Jika 1 mol gas A dimasukan kedalam tabung pada tekanan tertentu, dimana pada awalnya hanya ada
gas A, maka sejalan dengan waktu, A(g) terurai menjadi B(g), dan energi bebas total sistem berubah.
Dan menghasilkan :
  Energi bebas A(g) = GA = G°A +RT In PA
  Energi bebas B(g) = GB = G°B = RT In PB
Total energi bebas sistem G = GA + GB
Reaksi akan menuju kearah produk selama energi bebas sistem menurun(GB lebih kecil dari GA).
Pada titik dimana tekanan A dan Tekanan B mencapai harga P eA dan PeB atau GA = GB, sistem
dikatakan mencapai keadaan kesetimbangan. Oleh karena A(g) pada tekanan P eA dan B(g) pada
tekanan PeB memiliki energi bebas sama tapi berlawanan tanda, maka ∆G = 0. pada keadaan ini
sistem mencapai energi bebas minimum. Pada titik ini tidak ada lagi daya dorong untuk mengubah
A(g) menjadi B(g) atau sebaliknya, sehingga sistem tetap pada posisi ini. Dengan kata lain, tekanan
A(g) dan B(g) tidak berubah terhadap waktu.
Hubungan antara energi bebas dan tetapan kesetimbangan diperoleh dari persamaan
G = ∆G° + RT In Q
Dimana pada keadaan kesetimbangan nilai Q = K dan ∆G = 0, sehingga :
∆G° = - RT In K
Tetapan kesetimbangan yang ditentukan dari persamaan ini disebut kesetimbangan termodinamik
3. Contoh :
1 mol gas ideal pada suhu tertentu mengisi volume 10 L. Dalam wadah tersebut, gas memiliki banyak
keadaan mikro yang tersedia daripada dalam volume 1 L, sehingga entropi posisional lebih besar
dalam volume yang lebih besar.
Jadi dapat dinyatakan bahwa :
Svolumebesar > Svolumekecil
Oleh karena tekanan berbanding terbalik dengan volumenya, maka entropi dapat diungkapkan dalam
kaitannya dengan tekanan sistem sebagai berikut :
Stekananrendah > Stekanantinggi
Dampak dari entropi dipengaruhi oleh tekanan, maka energi bebas juga dipengaruhi oleh tekanan.
Kebergantungan energi bebas terhadap tekanan dirumuskan dalam bentuk persamaan berikut.
G = G° + RT In (p)
  Keterangan :
  G° = energi bebas suatu gas pada tekanan 1 atm
  G = energi bebas gas pada tekanan tertentu
  R = tetapan gas universal
  T = Suhu mutlak
Contoh Soal :
Perhatikan reaksi pembakaran metana berikut ini :
CH4(g) + O2(g) ==> CO2(g) + 2H2O(l)
Jika diketahui harga perubahan entropinya adalah – 242,2 J/K mol dan perubahan entalpinya – 890,4
kJ/mol, hitunglah harga perubahan energi bebas gibs standar pada suhu 25 degC?

Pembahasan :
Langkah pertama yang akan kita lakukan adalah mengubah satuan perubahan entropi dari J ke kJ.
1 kJ = 1000 j

ΔS° = - 242,2 J/K mol = - 242,2/1000 kJ/ K mol = - 0,2422 kJ/mol K

Kemudian suhu juga harus kita ubah menjadi satuan Kelvin.


K = C + 273 = 25 + 273 = 298 K

Nah, setelah itu baru masukkan data ke rumus menghitung perubahan energi bebas Gibbs standar :
ΔG°  = ΔH° - TΔS°
= - 890,4 kJ/mol – 298 K x -0,2422kJ/mol K
= (- 890,4 + 72,1756 ) kJ/mol
= - 818,2244 kJ/mol
Contoh Soal :
Perhatikanlah reaksi berikut ini :

Jika diketahui harga ΔS = + 160,4 J/mol K dan ΔH = + 178 kJ/mol. Pada suhu berapakah reaksi diatas
dapat berlangsung spontan?
Pembahasan :
Pertama, jangan sampai lupa mengubah satuan ΔS nya ya!
ΔS = + 160,4 J/ mol K = + 160,4/1000 kJ/mol K = + 0,1604 kJ/mol K

Reaksi akan spontan jika :


                              ΔH – TΔS < 0
+ 178 kJ/mol – T x (+0,1604) < 0
                     – T x (+0,1604) < - 178
                                        – T < - 778/0,1604
                                        – T < - 1110
                                           T > 1110 K

Reaksi diatas akan spontan jika suhu reaksi diatas 1110 K


4. prinsip berubahnya kesetimbangan yang dikembangkan secara tidak bersamaan oleh H. Le
Chatelier (1885) dan F. Braun (1882) yang menyatakan bahwa: “Jika terjadi suatu perubahan
pada salah satu faktor, seperti temperatur atau tekanan, dan terdapat suatu kesetimbangan,
maka kesetimbangan tersebut akan berusaha untuk mengurangi pengaruh dari perubahan
tersebut. “ jika H˚ positif (reaksi endotermis), kenaikan temperatur akan menggeser
kesetimbangan ke arah kanan dan sebaliknya. Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa
kenaikan tekanan akan menggeser kesetimbangan ke kanan jika  negatif dan sebaliknya.
Jika tekanan suatu campuran gas dalam kesetimbangan ditambahkan, dengan memperkecil
volume maka reaksi akan bergeser ke arah jumlah molekul yang terkecil; demikian pula
dengan pengurangan tekanan, akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah jumlah
molekul yang terbesar. Jika temperatur dinaikkan, reaksi akan bergeser ke arah perubahan
entalpi positif (reaksi endoterm), karena energi diabsorpsi sebagai kalor. Sedangkan
penurunan temperatur akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksotermis
5. 1. Perubahan Konsentrasi Pereaksi dan Hasil Reaksi
Perhatikan reaksi,
H2(g) + I2(g)         2HI(g)
dengan konstanta kesetimbangan,
(HI)2
Kc = ———-————
(H2) (I2)
Bila H2 ditambah pada campuram reaksi yang berada dalam kesetimbangan maka konsentrasi
H2 bertambah sehingga harga Qc < Kc, berarti kesetimbangan belum tercapai. Berdasarkan prinsip Le
Chatelier gangguan H2 dapat direduksi dengan mengeliminasi H2. Eliminasi H2 terjadi melalui reaksi
pembentukan HI dengan I2. Akibatnya posisi kesetimbangan bergeser ke kanan. 
Bila kesetimbangan tercapai lagi, maka konsentrasi HI dan juga H 2 lebih besar dari sebelumnya, tetapi
konsentrasi I2 menjadi lebih kecil. Sistem tidak pernah dapat mengatasi secara sempurna pengaruh
penambahan atau pengurangan pereaksi atau hasil reaksi, sehingga konsentrasi akhir semua zat
berbeda dari keadaan awal.
Selain penambahan pereaksi, prinsip Le Chatelier juga dapat digunakan memperkirakan pengaruh
pengurangan pereaksi atau hasil reaksi pada posisi kesetimbangan. Contohnya, jika I 2 dikurangi dari
campuran reaksi yang telah setimbang maka HI akan terdekomposisi untuk menggantikan I 2. Jadi
posisi kesetimbangan bergeser ke kiri.
Dengan penambahan zat, maka posisi reaksi bergeser kearah zat yang tidak mengalami penambahan
sedangkan bila zat dikurangi maka posisi reaksi bergeser ke arah dari mana zat dikurangi.
2. Pengaruh temperatur pada posisi kesetimbangan
Harga konstanta kesetimbangan, Kc, konstan bila temperatur sistem konstan. Tidak seperti
konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi, temparatur selain mempangaruhi posisi kesetimbangan juga
mempengaruhi nilai konstanta kesetimbangan itu sendiri. Perhatikan reaksi eksotermik pembentukan
N2O4 dari NO2.
Persamaan reaksinya adalah,
NO2(g)                      N2O4(g) + 58,8 kJ
dimana panas reaksi sebesar 58,8 kJ dinyatakan sebagai hasil reaksi. Bila temparatur kesetimbangan
akan diturunkan dengan menempatkan campuran reaksi dalam es maka berdasarkan prinsip Le
Chatelier sistem akan berubah untuk mengganti panas akibat pandinginan. 
Karena reaksi pembentukan N2O4 adalah reaksi eksoterm maka posisi kesetimbangan bergeser ke
kanan. Dan bila kesetimbangan telah tercapai kembali maka konsentrasi N 2O4 akan lebih tinggi dan
NO2 lebih rendah. Jadi penggantian panas yang hilang dapat dilakukan dengan perubahan
NO2 menjadi N2O4 sehingga konsentrasinya lebih tinggi dan NO2 lebih rendah dibandingkan sebalum
ada gangguan.
Penurunan temperatur menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah reaksi eksoterm
sedangkan bila temperatur dinaikkan bergeser ke arah reaksi endoterm.
Pada kesetimbangan NO2  N2O4, perubahan temperatur kesetimbangan menyebabkan perubahan
konsentrasi pereaksi dan hasil setelah kesetimbangan tercapai kembali. Tetapi dalam hal ini,
perubahan konsentrasi terjadi bukan karena penambahan atau pengurangan zat atau perubahan volum.
Dengan demikian jika konsentrasi berubah maka konstanta kesetimbangan juga akan berubah. Jadi
dengan penurunan temperatur, pada reaksi eksoterm seperti dekomposisi NO 2, bila kesetimbangan
tercapai pada temperatur yang lebih rendah maka,
Kc(Tl) < Kc(T2) dimana Tl > T2
Jadi, pada reaksi eksoterm, konstanta kesetimbangan lebih besar bila temperatur diturunkan.
3. Pengaruh perubahan tekanan dan volume pada posisi kesetimbangan.
Pada temperatur konstan, perubaban volume sistem l juga menyebabkan perubahan tekanan, demikian
juga sebaliknya. Jika tekanan luar sistem meningkat maka volumenya makin kecil. 
Pada sistem reaksi berfasa padat dan cair, dimana cairan dan padatan sebenarnya adalah bersifat
incompressible, maka bila reaksi banya melibatkan fasa ini perubaban tekanan luar tidak akan
mengubah volume sistem. Dengan kata lain, sistem seperti ini tidak merespon adanya perubahan
tekanan luar. Dengan demikian, gangguan tekanan luar tidak mempengaruhi kesetimbangan. Bila
reaksi melibatkan gas, yang bersifat sangat compresible, perubahan tekanan akan menyebabkan
perubaban volume yang dapat mengganggu kesetimbangan.
Jika pada saat setimbang tiba-tiba tekanan dinaikkan dengan pengecilan volume tempat reaksi maka
sistem berusaha mengurangi gangguan dengan penurunan tekanan. tetapi bagaimana hal ini dapat
dilakukan? Kita mengetahui bahwa tekanan gas sebenarnya adalah disebabkan oleh tumbukan antara
molekul dengan dinding tabung, dan ini pada temperatur tertentu. Berarti bila jumlah molekul besar
maka tekanan juga besar. Pada reaksi pembentukan NH 3 maka jumlah molekul gas akan menurun
karena 4 molekul gas pereaksi menghasilkan 2 molekul gas NH 3. Dengan demikian penurunan
tekanan sistem dapat dilakukan jika posisi kesetimbangan bergeser kekanan.
Penurunan volume campuran gas (kenaikan tekanan) yang berada dalam kesetimbangan akan
menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul paling kecil.
4. Penambahan gas"inert"
Jika suatu gas inert (tidak ikut bereaksi) ditambahkan pada tabung reaksi yang mengandung gas-gas
yang ada pada keadaan setimbang, akan menyebabkan kenaikan tekanan total sistem. Tetapi kenaikan
tekanan total ini tidak akan mempengaruhi posisi kesetimbangan karena tekanan parsial atau
konsentrasi zat yang telah ada tidak berubah.
5. Pengaruh katalis pada posisi kesetimbangan
Katalis adalah zat yang dapat menaikkan kecepatan reaksi kimia, dan jumlah katalis tidak berubah.
Fungsi katalis yaitu dapat mengubah jalannya reaksi, tetapi karena keadaan awal dan akhir reaksi
adalah sama maka katalis tidak mempengaruhi perubahan energi bebas reaksi. Karena perubahan
energi bebas menentukan besarnya konstanta kesetimbangan maka karena energi bebas tidak berubah
berarti juga bahwa katalis tidak dapat mengubah harga K.
6. Hukum Kesetimbangan Kimia dipublikasikan oleh Guldberg dan Waage pada tahun 1866.
Hukum kesetimbangan kimia ini disebut dengan istilah Hukum Aksi Massa. Hukum tersebut
mengatakan bahwa, pada suhu dan tekanan tertentu perbandingan hasil kali konsentrasi zat-
zat di sebelah kanan persamaan reaksi bernilai sama dengan konsentrasi zat-zat di sebelah kiri
yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap. Zat-zat di sisi
kanan merupakan zat hasil reaksi. Sedangkan, zat-zat di sisi kiri merupakan zat pereaksi.
Contoh reaksi :
aA + bB ⇄ cC + dD
Dan untuk menentukan ukuran sejauh apa suatu reaksi berlangsung (K), dipakai persamaan berikut:
 K = [C]c × [D]d / [A]a × [B]b = tetap 
Nilai K menunjukkan jumlah hasil reaksi yang terbentuk. Tetapan K ini akan menciptakan tetapan
kesetimbangan (K) sehingga terbentuk Kc, Kp dan Kx. Kc menjelaskan kesetimbangan molar/ larutan
dan gas, Kp menjelaskan kesetimbangan tekanan parsial/gas dan Kx
menjelaskan kesetimbangan dalam fraksi mol/larutan dan gas.
Kc atau Konsentrasi Molar
Persamaan konsentrasi molar, ialah : K = [C]c × [D]d / [A]a × [B]b
Kp atau tekanan Parsial
Persamaan yang dipakai untuk menentukan tekanan parsial, ialah : Kp = PCc × PDd / PAa × PBb
Kx atau fraksi mol
Untuk menentukan fraksi mol suatu reaksi, akan digunakan persamaan berikut:
Kp = XCc × XDd / XAa × XBb
Kp dan Kc mempunyai hubungan, hubungan Kp dan Kc tersebut ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut:
pV = n × R × T
p = (n/V) R × T = CRT
Kp = Kc (RT)∆n
∆n adalah hasil pengurangan antara besar jumlah mol gas hasil reaksi dengan jumlah mol gas reaktan.
Catatan :
Jika : 
n = 0 –> Kp = Kc
n > 0 –> Kp > Kc
n < 0 –> Kp < Kc
Sementara, hubungan antara Kp dan Kx dijelaskan dengan persamaan berikut:
Kp = Kx P∆n, di mana P adalah tekanan total.
Derajat disosiasi adalah harga dari zat-zat pereaksi.  Derajat disosiasi dinamakan dengan istilah
derajat penguraian. Simbol yang dipakai untuk menyatakan derajat disosiasi adalah α. 
7.

Tes formatif 1

1. B 4,853 kJ
2. A 1717,32 J
3. B 0,358
4. B 1,18 atm
5. A 1/3
6. B 0,106
7. A 0,4
8. B 0,422
9. C 0,36
10. B 1,64  10-4

Tes formatif 2

1. B kesetimbangan akan bergeser ke kanan


2. B kesetimbangan akan bergeser ke kanan
3. A kesetimbangan akan bergeser ke kiri
4. B kesetimbangan akan bergeser ke kanan
5. B kesetimbangan akan bergeser ke kanan
6. A kesetimbangan akan bergeser ke kiri
P NH 3
7. D K=
( P N 2 ) (P H 2)3
a −Δ H 1 1
8. A In =
b R [ −
500 400 ]
9. C 0,788
10. C 251 K

Tes formatif 3

1. A 77,34
2. B 8,13  10-23
3. D 9,44  10-5
4. B 2 √ a
5. A 0,27 M
6. A 2/3
7. C jumlah H2 yang terbentuk 0, 75 mol
8. D PCl3 (g) + Cl2 (g)  PCl5 (g)
9. D Kp = Kc.RT
10. D 8
Sumber :
file:///C:/Users/selin/Documents/TUTON%20SMT%202/UT%20MODUL%20SMT%202/modul
%20kimfis.pdf
http://farhan027mercubuana.blogspot.com/2015/10/tetapan-kesetimbangan-dan-energi-bebas.html
https://www.avkimia.com/2017/06/konsep-energi-bebas-gibbs-dan-hubungannya-dengan-
kespontanan-reaksi.html
http://teorikimia.blogspot.com/2015/10/kesetimbangan-reaksi-kimia--reaksi-kesetimbangan-kimia-
beserta-contohnya.html
https://greatedu.co.id/greatpedia/mempelajari-materi-kesetimbangan-dalam-kimia

Anda mungkin juga menyukai