Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MEGA OKTAVIANA MATA KULIAH : BAHASA INDONESIA

NIM : 041716138 TUGAS : III (SESI 7)


UPBJJ : SURAKARTA
PRODI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Tugas 3

Buatlah resensi atas cerpen “Mitos Ibu.” Tahap membuat resensi cerpen adalah:

1. Membuat ringkasan cerita.


2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan cerpen dari segi unsur-unsur intrinsik cerpen (unsur
instrinsik: tema/alur cerita/tokoh/penokohan/setting/amanat).

Jawaban :

1. Ringkasan cerita :
Mitos Ibu

Aku memendam perasaan kesal ketika ibu mertua menyuruhku dan istri pindah ke rumahnya.
Padahal jarak rumah ibu dengan kantor cukup jauh.

Ibu yang memang percaya dengan mitos terus berkata, “ini demi keselamtan istrimu”.
Menurutnya, seorang wanita hmil memiliki pantangan tersendiri. Ada hal yang boleh
dilakukan, serta ada pula hal yang tidak boleh dilakukan.

Jika sudah begitu, aku dan istriku tak sanggup menolak kehendak ibu. Padahal masih banyak
yang harus dikerjakan di rumah kontakan kami, salah satunya seperti membuat pesanan kue
dari pelanggan.

***

Hari pertama di rumah ibu, ada saja mitos yang dikerjakannya sehingga membuatku begitu
heran. Istriku diminta menggantungkan gunting kecil di pakaian dalamnya. Aku takut sewaktu-
waktu kulit dada istriku tertusuk mata gunting. Ibu mertua merasa tersinggung, dia
menyalahkan pasangan muda jaman sekarang yang selalu menganggap semua petuah orang tua
hanyalah mitos.

***

Maryani, seorang teman di kantor mengangguk-angguk ketika ku ceritakan tentang perilaku ibu
mertua. Ia juga seperti istriku, sedang hamil. Hanya saja usia kehamilannya sudah mendekati
sembilan bulan, sedangkan istriku baru dua bulan.

Kondisi yang ku alami dengan istri ternyata tidak terjadi pada Maryani dan suaminya. Orang
tua Maryani yang berprofesi sebagai pengusaha burung walet dan dokter umum tak memiliki
pemikiran tentang mitos. Menurut mereka, semua harus berdasarkan logika dan medis. Aku
pun begitu iri terhadap Maryani dan suaminya.

Maryani memberikan saran kepadaku agar memboyong istriku kembali ke rumah kontakan
kami. Namun aku ragu, ibu mertua pasti akan marah. Aku tak ingin dianggap sebagai mantu
durhaka. Posisi ibu mertua sama saja dengan ibu kandung. Artinya, dosa durhaka kepada kedua
perempuan itu serupa.
***

Apa yang selalu kukeluhkan sejak ibu mertua memboyong aku dan istri ke rumahnya, akhirnya
mencapai titik puncak. Ibu mertua menginginkan istriku melahirkan bayi laki-laki, karena
menurutnya kelak laki-laki itulah yang akan membela adik-adik serta orang tuanya. Tapi bukan
pasal itu yang membuat keluhanku berkepanjangan. Melainkan syarat untuk mendapatkan bayi
laki-laki itu.

Setiap kali bangun tidur dan kala menyambutku pulang kantor, tak ada lagi aura keindahan
yang ditunjukan istriku kepadaku. Dia selalu mengenakan daster lusuh warisan ibu mertua.
Bahkan ia tak lagi bersolek dan mengenakan deodoran sehingga menimbulkan bau tak sedap di
tubuhnya.

Istriku berkata bahwa semua ini adalah kehendak ibu mertua yang menginginkan dia
melahirkan seorang bayi laki-laki.

Aku terperajat dan tanpa sadar kami memulai sebuah kesalahpahaman. Hingga akhirnya aku
meminta istriku untuk tak menuruti perintah ibu serta kembali merawat tubuh dan
penampilannya.

Keesokan harinya aku menemukan istriku dengan pakaian daster baru, rambutnya disisir rapi.
Dia memakai bedak tipis-tipis, serta menguar aroma harum di tubuhnya. Benar saja, ibu mertua
tidak setuju. Ia hanya menggeram sekali. Kemudian sepulang dari kantor aku menemukan
barang-barangku dan istri telah tersusun rapi di ruang tamu. Ibu menyuruh kami pulang
kembali ke rumah kontrakan. Dia kecewa karena kami tak mau menuruti petuahnya.

Ketakutanku dicap sebagai mantu durhaka ternyata tidak terbukti, ketika aku mengutarakan
perasaanku ibu mertua berkata bahwa ia tak sampai hati menganggapku demikian.

Aku bersorak dalam hati. Akhirnya aku dan istri terbebas dari mitos-mitos yang membuatku
tak habis pikir dan terus merasa kesal. Segera, aku dan istri kembali ke rumah kontrakan kami
menata hidup kembali.

***

Tujuh bulan usia kehamilan istriku, aku dan ibu mertua mengatarkannya memriksa kandungan.
Ibu mertua yang ingin mengetahui jenis kelami bakal cucunya pun lantas bertanya pada dokter.

“Perempuan !” jawab dokter.

Ibu mertua langsung memelototiku, menyalahkan karena aku dan istri membangkang pada
petuahnya. Sementara aku hanya membisu. Aku berpikir semuanya berjalan sesuai kehendak
Tuhan.

-Sekian-

2. Kelebihan dan kekurangan cerpen :


a. Kelebihan :
 Dari unsur tema yang dipakai, cerpen ini memiliki kelebihan. Mengangkat tema
‘mitos’ yang memang dalam kenyataannya masih banyak orang yang
mempercayainya dapat memberikan kita gambaran dari sisi yang berbeda. Tema
unik ini pun yang jarang dipakai dalam sebuah cerita juga memberikan
keunggulan dari cerpen berjudul “Mitos Ibu” tersebut.
 Dari segi alur, alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju. Sehingga
pembaca lebih mudah memahami jalan cerita yang ingin disampaikan penulis.
 Latar atau setting dalam cerpen inipun digambarkan dengan jelas. Misalnya
seperti : rumah ibu mertua, kantin kantor, pagi hari, ruang periksa dokter, dan
lain sebagainya.
 Dari unsur penokohan atau perwatakan dalam cerpen “Mitos Ibu” juga memiliki
kelebihan, kelebihan tersebut berasal dari penggambaran watak karakternya
yang jelas walaupun tidak disebutkan secara gamblang. Pembaca dapat
menyimpulkan watak karakter tokoh melalui perkataan maupun perbuatan tokoh
tersebut.
 Amanat yang terkandung dalam cerpen ini pun jelas sehingga memudahkan
pembaca dalam mengambil manfaatnya. Amanat yang dapat saya petik ketika
membaca cerpen ini adalah “hendaknya kita tidak perlu percaya pada mitos
yang tidak terbukti kebenaranya, namun dalam praktiknya kita harus
menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan pandangan kita”.
b. Kekurangan :
 Dari segi tokoh, menurut pendapat saya cerpen ini masih memiliki kekurangan.
Kekurangan tersebut berasal dari penamaan tokoh-tokoh yang terdapat pada
cerpen ini, misalnya tidak dijelaskan siapa tokoh “aku” tersebut secara jelas dan
mendetail, sepanjang cerpen hanya tokoh Maryani yang memiliki nama dan
latar belakang keluarga.

Anda mungkin juga menyukai