Anda di halaman 1dari 37

ASKEP GASTROENTERITIS

OLEH
KELOMPOK 1
KELAS A

1. Fitrianingsi Laiya (841418023)


2. Fitriyanti Pohiyalu (841418029)
3. Ibrahim Yasin (841418022)
4. Ilman Asman (841418035)
5. Lis Sugiarti Yusup (841418024)
6. Rahmatia Kadir (841418036)
7. Rezgina Mahmud (841418030)
8. Zatul Hikmah Katili (841418028)
9. Rozianti Biya (841418034)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga “Askep Gastrointeritis Akut” dapat tersusun hingga selesai. Harapan
penulis semoga askep ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis,
penulis yakin masih banyak kekurangan dalam askep ini. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan askep ini.

Gorontalo, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….... ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….. 2
1.3 Tujuan ……………………………………………………….... 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..... 3
2.1 Konsep Medis ……………………...…………………………. 3
2.2 Konsep Keperawatan…………………………………………. 11
BAB III PENUTUP …………………………………………………..…….... 33
3.1 Simpulan …………………………………………………….... 33
3.2 Saran ………………………………………………………….. 33
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 34

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastroenteritis atau diare sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Gastroenteritis akut didefinisikan sebagai buang air besar dengan tinja yang
cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung
kurang dari 14 hari. Gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung lebih dari
14 hari. Gastroenteritis atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non
infeksi. Dari penyebab gastroenteritis yang terbanyak adalah gastroenteritis
infeksi. Gastroenteritis atau diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan
parasit.
Jutaan kasus dilaporkan setiap tahunnya dan diperkirakan 4-5 juta orang
meninggal karena GEA. World Health Organization (WHO) memperkirakan
4 miliar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya
meninggal, sebagian besar merupakan anak-anak dibawah usia 5 tahun.
Selain itu, GEA merupakan penyakit urutan pertama yang
menyebabkan pasien rawat inap di rumah sakit berdasarkan tabel sepuluh
peringkat utama pasien rawat inap di rumah sakit.
Menurut Word Health Organization (WHO), di negara maju walaupun
sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden
gastroenteritis atau diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah
kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya
dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita
gastroenteritis atau diare infeksi. Tingginya kejadian gastroenteritis di negara
Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang
disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus
aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic
Escherichia coli (EHEC).
Di Indonesia dari 2.812 pasien gastroenteritis atau diare yang
disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti

1
Jakarta, Jawa, Sumatra yang dianalisa dari 2004 s/d 2005. Penyebab
terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella
spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V.
Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Medis Dari GEA?
2. Bagaimana Konsep Keperawatan Dari GEA?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Medis GEA
2. Untuk Mengetahui Bagaiman Konsep Keperawatan Dari GEA

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS
A. Definisi
Gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi
larutan di usus yang menyebabkan kehilangan banyak cairan
dan elektrolit melalui feses (Sodikin, 2012).
Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat
adanya peradangan pada saluran perncernaan yang
disebabkan oleh infeksi dengan dejalanya terutama adalah
muntah, dehidrasi dan diare Pada dasarnya diare
didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar
dan konsistensi feses menjadi cair (Djojonigrat, 2014).

Gastroenteritis merupakan sindrom penyakit yang


ditandai oleh perubahan bentuk konsistensi tinja, serta
bertambahnya frekuensi buang air besar (hingga 3 kali atau
lebih dalam sehari), dengan tinja yang encer dapat berwarna
hijau ataupun dapat bercampur lendir dan darah, yang juga
berupa lendir saja. (Mufidah, 2012)

Dari pendapat beberapa para ahli dapat disimpulkan


bahwa gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi
larutan di usus yang terjadi akibat peradangan pada saluran
pencernaan yang terjadi secara mendadak akibat infeksi
dengan gejala muntah, dehidrasi, dan diare.

B. Etiologi
Menurut mufidah (2012), terjadinya gastroenteritis dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Infeksi

3
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme
(kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah
permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan
kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan
elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan
sistem transport menjadi aktif dalam usus, sehingga sel
mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
a. Infeksi Virus
1) Retavirus : penyebab tersering diare akut pada bayi,
sering didahului atau disertai dengan muntah, timbul
sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim dingin.
2) Enterovirus : biasanya timbul pada musim panas
3) Adenovirus : timbul sepanjang tahun, menyebabkan
gejala pada saluran pencernaan/pernafasan
4) Norwalk : epidemik, dapat sembuh sendiri
b. Infeksi Bakteri
1) Stigella
2) Salmonella
3) Escherichia coli
4) Campylobacter
5) Yersinia Enterecolitica
2. Faktor Malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat kemudian
akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus

4
yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah gastroenteritis
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein : asam amino, B – laktoglobulin
3. Faktor makanan : mampu
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
menyerap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan
peristaltic usus yang akhirnya menyebabkan penurunan
kesemapatan untuk menyerap makanan. Seperti :
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk
allergy, food allergy, down milk protein senditive
enteropathy CMPSE)
4. Faktor psikologi
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic
usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan
makanan.

C. Manifestasi Klinis
1. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala, turgo kulit jelek
3. Diare
4. Muntah
5. Demam
6. Nyeri abdomen
7. Memberan mukosa mulut dan bibir kering
8. Perubahan tanda-tanda vital (Khasanah, 2015).

D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah Penyebab
gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,

5
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia
Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan
absorpsi cairan elektrolit (Khasanah, 2015).
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnyakesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika
peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

6
PATHWAY GASTROENTERITIS

infeksi
Infeksi virus dan Malabsorbsi Makanan, efek
bakteri samping obat-obatan

Kuman masuk Tekanan osmotik Toksin tidak


dan berkembang meningkat dapat diabsorbsi
dalam usus

Pergeseran air Hiperperistaltik


Toksin dalam dan elektrolit
dinding usus ke rongga usus
halus

Hipersekresi air Isi rongga usus Kemampuan


dan elektrolit meningkat absorbsi
usus meningkat menurun

GEA

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Pelepasan
Kulit di Peningkatan BAB encer Mual dan mediator kimiawi
sekitar anus Frekwensi dengan atau muntah
lecet dan defekasi tanpa darah
iritasi
Kemerahan Agen
dan gatal anoreksi pirogenic, Spasme otot
Cairan yang dehidrasi a prostaglandi polos usus
keluar n
banyak
Suhu tubuh Kram perut
Gangguan meningkat
Integritas Hipovolemia
Diare
Kulit Nyeri Akut
Hipertermia
7
E. Komplikasi
1. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi perubahan
elektro diogram).
2. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipo kalsemia.
3. Hiponatremi.
4. Syok hipovalemik.
5. Asidosis
6. Dehidrasi (Khasanah, 2015).

F. Penatalaksanaan
1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Khasanah, 2015):
a. Jumlah cairan:
1) jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan
yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses).
b. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L.

8
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi

2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan,persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised (Khasanah, 2015).
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–
5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral,
dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari,
7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV) (Khasanah, 2015).
3. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat
(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/
3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut
meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan (Khasanah, 2015).

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium

9
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkikan.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkikan (Khasanah, 2015).
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama
dilakukan pada penderita diare kronik (Khasanah, 2015)..
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan
fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal (Khasanah,
2015).
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik (Khasanah, 2015).

10
2.2 KONSEPKEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Tidak terkaji
Status Perkawinan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal Masuk : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Nefrolitiasis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama
Tidak terkaji
2) Riwayat kesehatan sekarang

11
GEA (Gastroenteritis Akut)
P (Provokating) : Tidak terkaji
Q (Quality) : Tidak terkaji
R (Region) : Tidak terkaji
S (Severity/Skala) : Tidak terkaji
T (Time) : Tidak terkaji
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1)      Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2)      Pernah dirawat : Tidak terkaji
3)      Alergi : Tidak terkaji
4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : GEA (Gastroenteritis Akut)
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) Saat sakit : Tidak terkaji
c.   Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) BAK
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : Tidak terkaji

12
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
e. Pola kognitif dan Persepsi : Tidak terkaji
f. Pola Persepsi-Konsep diri : Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
1. Sebelum sakit : Tidak terkaji
2. Sebelum sakit : Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TB/BB : tidak terkaji
RR : Tidak terkaji
Suhu : Tidak terkaji
N Tidak terkaji

13
TD : Tidak terkaji
b. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Lingkar kepala : Tidak terkaji
b) Rambut : Tidak terkaji
c) Warna : Tidak terkaji
d) Tekstur : Tidak terkaji
e) Distribusi Rambut : Tidak terkaji
f) Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji
2) Mata
a) Sklera : Tidak terkaji
b) Konjungtiva : Tidak terkaji
c) Pupil : Tidak terkaji
3) Telinga : Tidak terkaji
4) Hidung : Tidak terkaji
5) Mulut : Tidak terkaji
a) Kebersihan : Tidak terkaji
b) Warna : Tidak terkaji
c) Kelembapan : Tidak terkaji
d) Lidah : Tidak terkaji
e) Gigi : Tidak terkaji
6) Leher :
7) Dada/pernapasan
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
8) Jantung

14
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
9) Paru-paru
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
10) Abdomen : Tidak terkaji
11) Punggung : Tidak terkaji
12) Ekstermitas : Tidak terkaji
13) Genitalia : Tidak terkaji
14) Integumen : Tidak terkaji
a) Warna : Tidak terkaji
b) Turgor : Tidak terkaji
c) Integrasi : Tidak terkaji
d) Elastisitas : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan penunjang
Tidak terkaji
6. Penatalaksanaan
Tidak terkaji

15
B. Diagnosis
1. Diare (D.0020)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Makanan
2. Hipovolemia ( D.0023)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
3. Hipertermia ( D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
4. Nyeri Akut (D. 0077)
Kategori : psikologis
Subkategori: nyeri dan kenyamanan
5. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan (D.0129)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi

16
C. Intervensi

NO SDKI SLKI SIKI RASIONAL


.
1. Diare Eliminasi Fekal Manajemen Diare Manajemen Diare
Definisi: Setelah dilakukan Tindakan 1. Agar pasien dapat
Pengeluaran fese yang tindakan keperawatan Observasi: mengetahui serta dapat
sering, lunak dan tidak selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab diare menidentifikasi
berbentuk maka Eliminasi Fekal (mis. inflamasi penyebab diare (mis.
Penyebab: pasien dapat gastrointestinal, iritasi inflamasi
Fisiologis membaik dengan gastrointestinal, proses gastrointestinal, iritasi
1. Inflamasi Kriteria Hasil: infeksi, malabsorbsi, gastrointestinal, proses
gastrointestinal 1. Control ansietas, stress, efek obat infeksi, malabsorbsi,
2. Iritasi gastrointestinal pengeluaran feses obatan, pemberian botol ansietas, stress, efek
3. Proses infeksi meningkat susu) obat obatan)
4. Malabsorbsi 2. Keluhan defekasi 2. Identifikasi riwayat 2. Agar pasien dapat
Psikologis lama dan sulit pemberian makanan mengotrol kebutuhan
1. Kecemasan menurun 3. Monitor warna, volume, cairan
2. Tingkat stress tinggo 3. Mengejan saat frekuensi, dan konsistensi 3. Agar dapat
Situasional defekasi menurun tinja mempertahankan
1. Terpapar kontaminan 4. Urgensi menurun 4. Monitor tanda dan gejala frekuensi nadi, tekanan

17
2. Terpapar toksin 5. Nyeri abdomen hipovolemia (mis. darah, turgor kulit agar
3. Penyalahgunaan menurun takikardia, nadi teraba tetap dalam keadaan
laksatif 6. Kram abdomen lemah, tekanan darah yang normal
4. Penyalahgunaan zat menurun turun, turgor kulit turun, 4. Agar dapat
5. Program pengobatan 7. Konsistensi feses mukosa mulut kering, CRT memperhitungkan dan
6. Perubahan air dan membaik melambat, BB turun) memantau jumlah
makanan 8. Frekuensi BAB 5. Monitor jumlah pengeluaran diare
7. Bakteri pada air membaik pengeluaran diare supaya sehingga tidak
Gejala dan Tanda 9. Peristaltic usus 6. Monitor keamanan terjadi pengeluaran
Mayor membaik penyiapan makanan diare yang berlebihan
Subjektif Terapeutik dan dapat
- 1. Berikan asupan cairan oral mempertahankannya
Objektif (mis. garam gula, oralit, dalam keadaan yang
1. Defekasi lebih dari pedialyte, renalyte) semestinya atau dalam
tiga kali dalam 24 jam 2. Pasang jalur intravena keadaan normal
2. Feses lembek atau cair (mis. ringer laktat, ringer 5. Untuk memenuhi
Gejala dan Tanda asetat jika perlu) kebutuhan cairan dan
Minor 3. Ambil sampel darah dan elektrolit yakni dengan
Subjektif pemeriksaan darah lengkap memberikan asupan
1. Urgency dan elektrolit oral, jalur intravena

18
2. Nyeri/kram abdomen 4. Ambil sampel fesef dan akibat kehilangan
Objektif kultur, jika perlu banyak cairan.
1. Frekuensi peristaltic Edukasi 6. Agar dapat menghinda
meningkat 1. Anjurkan makan porsi ri makanan yang tidak
2. Bising usus hiperaktif kecil dan secara bertahap dianjurkan supaya
Kondisi klinis terkait 2. Anjurkan menghindari diare tidak bertambah
1. Iritasi usus makanan pembentuk gas , parah
Gastritis pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antimolitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik
(mis. paverine, ekstak
belladonna, mebeverine)
Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses (mis. atapulgit,
smeklit, kaolin-pektin)
2. Hipovolemia ( D.0023) Status Cairan Manajemen Hipovolemia Observasi

19
Definisi (L.03030) (I.03116) 1. Agar mengetahui
Penurunan volume cairan Setelah dilakukan Observasi apakah pasien
intravaskular, interstisial tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan memiliki
dan/atau intraseluler selama 3x24 jam gejala hipovolemia kekurangan cairan
masalah status cairan (mis. Frekuensi nadi yang dapat
Penyebab teratasi dengan meningkat, nadi terasa menyebabkan
1. Kehilangan cairan krirteria hasil : lemah, tekanan darah masalalah
aktif 1. Kekuatan nadi menurun, tekanan nadi lainnya(mis.frekuen
2. Kegagalan membaik dari menyempit, turgor kulit si nadi
mekanisme yang menurun, membran meninggi,nadi
regulasi sebelumnya mukosa kering, volume terasa
3. Peningkatan skala 2 (cukup urin menurun, lemah,tekanan
permeabilitas menurun) hematokrit meningkat, darah menurun,
kapiler menjadi skala haus, lemah) tekanan nadi
4. Kekurangan intake 4 (cukup 2. Monitor intake dan meyempit,dll)
cairan meningkat) output cairan 2. untuk memenatau
2. Output urine Terapeutik berapa yang masuk
Gejala dan tanda mayor membaik dari 3. Hitung kebutuhan dan keluar.
Subjektif : (tidak yang cairan Terapeutik
tersedia) sebelumnya Edukasi 3. Untuk menegtahui

20
Objektif skala 2 (cukup 4. Anjurkan berapa kebutuhanya
1. Frekuensi nadi menurun) memperbanyak yang harus
meningkat menjadi skala asupan cairan oral diberikan.
2. Nadi teraba lemah 4 (cukup Kolaborasi Edukasi
3. Tekanan darah meningkat) 5. Kolaborasi 4. Untuk
menurun Membran mukosa pemberian cairan IV menganjurkan
lembab membaik dari
4. Tekanan nadi isotonis (mis. Nacl, pasien agar banyak
yang sebelumnya
menyempit skala 3 (sedang) RL) minum
menjadi skala 4
5. Turgor kulit 6. Kolaborasi Kolaborasi
(cukup meningkat)
menurun pemberian cairan IV 5. Agar
6. Membran mukosa hipotonis (mis. memaksimalkan
kering Glukosa 2,5%, Nacl penyebuhan pada
7. Volume urin 0,4%) pasien.
menurun 6. Untuk memaksimal
8. Hematokrit kan cairan yang
meningkat akan diberikan
kepada pasien
Gejala dan tanda minor sehingga
Subjektif : penyembuhan lebih
1. Merasa lemah cepat.

21
2. Mengeluh haus
Objektif
1. Pengisian vena
menurun
2. Status mental
berubah
3. Suhu tubuh
meningkat
4. Konsentrasi urin
meningkat
5. Berat badan turun
tiba – tiba
3. Hipertermia ( D.0130) Termoregulasi Manajemen Hipertermia Observasi
Kategori : Lingkungan (L.14134) (I.15506) 1. Penyebab hipertermi
Subkategori : Keamanan Definisi Definisi adalalah heat stress,heat
dan Proteksi Pengaturan suhu Mengidentifikasi dan fatigue, heat syncope,
Definisi tubuh agar tetap mengelola peningkatan suhu heat cramps, heat
Suhu tubuh meningkat berada pada rentang tubuh akibat disfungsi edema, heat rash, heat
di atas rentang normal normal. termoregulasi. exhaustion.
tubuh. Setelah dilakukan Tindakan 2. Suhu tubuh adalah

22
Penyebab tindakan keperawatan Observasi perbedaan jumlah panas
1. Dehidrasi selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab yang di produksi oleh
2. Terpapar lingkungan masalah hipertermia hipertermia (mis. proses tubuh dan jumlah
panas diharapkan dehidrasi, terpapar panas yang hilang
3. Proses penyakit membaik dengan lingkungan panas, kelingkungan luar.
(mis. infeksi, kriteria hasil : penggunaan inkubator) 3. Bila tidak segera
kanker) 1. Menggigil 2. Monitor suhu tubuh ditangani, hipertermia
4. Ketidaksesuaian menurun 3. Monitor komplikasi dapat mengakibatkan
pakaian dengan suhu 2. Kejang akibat hipertermia kerusakan organ penting
lingkungan menurun didalam tubuh seperti
Terapeutik
5. Peningkatan laju 3. Suhu tubuh otak, pada kondisi lanjut
1. Sediakan lingkungan
metabolisme membaik tanpa penanganan yang
yang dingin
6. Respon trauma Suhu kulit membaik bauik, hipertermia juga
2. Longgarkan atau lepaskan
7. Aktivitas berlebihan dapat berujung pada
pakaian
8. Penggunaan kematian.
3. Berikan cairan oral
inkubator
4. Ganti linen setiap hari Terapeutik
Gejala dan Tanda atau lebih sering jika 1. Lingkungan adalah
Mayor mengalami kombinasi antara
Subjektif hiperhidrosis(keringat kondisi fisik yang

23
(tidak tersedia) berlebihan) mencakup keadaan
Objektif 5. Lakukan pendinginan sumber daya alam
1. Suhu tubuh diatas eksternal (mis. selimut seperti tanah, air, energi
nilai normal hipotermia atau kompres surya, mineral, serta
dingin pada dahi, leher, flora dan fauna yang
Gejala dan Tanda Minor
dada, abdomen, aksila) tumbuh di atas tanah
Subjektif
maupun di dalam lautan,
(tidak tersedia)
Edukasi dengan kelembagaan
Objektif
1. Anjurkan tirah baring yang meliputi ciptaan
1. Kulit merah
manusia seperti
2. Kejang Kolaborasi
keputusan bagaimana
3. Takikardi Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena jika menggunakan
4. Takipnea
perlu lingkungan fisik
5. Kulit terasa hangan
tersebut.
Kondisi Klinis Terkait 2. Untuk membuat pasien
1. Proses infeksi merasa lebih nyaman
2. Hipertiroid dan tentram
3. Stroke 3. Untuk meningkatkan
4. Dehidrasi kenyamanan pasien
5. Trauma 4. Untuk menurunkan suhu

24
prematuritas tubuh yang tinggi

Edukasi
1. Perawatan ini
diperlakukan untuk
suatu penyakit atau
kondisi medis tertentu.

Kolaborasi
Cairan adalah fluida tak
termampatkan yang
menyesuaikan
4. Nyeri Akut (D. 0077) Tingkat Nyeri Manajemen nyeri Manajemen Nyeri
Kategori : psikologis (l.08066) Definisi : Observasi :
Subkategori: nyeri dan Kriteria Hasil Mengidentifikasi dan 1. Mengetahui lokasi
kenyamanan Setelah dilakukan mengelola pengalaman sensori nyeri, karakteristik
Definisi : pengalaman tindakan keperawatan atau emosional yang berkaitan nyeri, berapa lama nyeri
sensorik atau emosional selama 3x24 jam dengan kerusakan jaringan dirasakan serta kualitas
yang berkaitan dengan masalah Nyeri akut atau fungsional dengan onset dan intensitas nyeri
kerusasakan jaringan diharapakan menurun mendadak atau lambat dan yang dirasakan
aktual atau fungsional, dan teratasi dengan berintensitas ringan hingga pasien untuk
dengan onset mendadak indikator: berat dan konstan mengetahui penanganan

25
atau lambat dan 1. Keluhan nyeri Tindakan apa yang akan
berintensitas ringan menurun dari Observasi : diberikan.
hingga berat yang skala 2 (cukup 1. identifikasi lokasi, 2. Memastikan tingkat
berlangsung kurang dari 3 meningkat) karakteristik, durasi, nyeri yang dirasakan
bulan. menjadi skala frekuensi, kualitas, pasien dan apakah
Penyebab : 4 (cukup intensitas nyeri. memerlukan penangan
1. Agen pencedera menurun). 2. Identifikasi skala nyeri yang cepat.
fisiologis(mis, 2. Meringis 3. Identifikasi respon 3. Mengetahui dan
inflamasi, menurun dari nyeri dan non verbal menghindari faktor
iskemia,neoplasma) skala 2 (cukup 4. Identifikasi faktor yang yang memperberat
2. Agen pencedera meningkat) memperberat dan nyeri.
kimiawi(mis, menjadi skala memperingan nyeri 4. Dapat menyesuaikan
terbakar, bahan kimia 5 (menurun) 5. Identifikasi pemberian manajemen
iritan) 3. Sikap pengetahuan dan nyeri sesuai dengan
3. Agen pencedera protektif keyakinan tentang keyakinan pasien
fisik(mis. Abses, menurun dari nyeri sehinnga manajemen
amputasi, terbakar, skala 2 (cukup 6. Identifikasi pengaruh nyeri akan berjalan
terpotong, meningkat) budaya terhadap respon efektif.
mengangkat berat, menjadi skala nyeri 5. Memastikan terapi
prosedur operasi, 5 (menurun). 7. Identifikasi pengaruh untuk mengatasi nyeri

26
trauma, latihan fisik 4. Kesulitan nyeri pada kualitas yang diberika efektif
berlebihan) Tidur hidup atau perlu ditambahkan.
Gejala dan tanda mayor menurun dari 8. Monitor keberhasilan 6. Mencegah agar tidak
Subjektif : skala 2 (cukup terapi komplementer akan timbul masalah
1. Mengeluh nyeri meningkat) yang sudah diberikan lain yang akan di
Objektif : menjadi skala 9. Monitor efek samping rasakan oleh pasien
1. Tampak meringis 5 (menurun) penggunaan analgetik sehinnga tindakan
2. Bersikap protektif 5. TTV Terapeutik : berfokus pada
(misalnya . (Tekanan 1. Berikan tehnik non manajemen nyeri.
waspada, posisi darah, farmakologis untuk Terapeutik :
menghindari nyeri) frekuensi mengurangi rasa 1. Agar pasien tidak akan
3. Gelisah nadi, pola nyeri( mis, TENS, ketergantungan pada
4. Frekuensi nadi nafas) hipnosis, akupresure, obat.
meningkat menurun dari terapi musik, 2. Memastikan pasien
5. Sulit tidur skala 2 (cukup biofeedback, terapi merasakan nyaman
Gejala dan tanda minor memburuk) pijat, aroma terapi, sehingga nyeri yang
Subjektif (tidak menjadi skala tehnik imajinasi pasien rasakan tidak
tersedia) 5 (membaik) terbimbing, kompres semakin parah.
Objektif : 6. Fokus hangat/dingin, terapi 3. Memastikan kebutuhan
1. Tekanan darah menurun dari bermain) istrahat dan tidur pasien

27
meningkat skala 2 (cukup 2. Kontrol lingkungan terpenuhi.
2. Pola nafas berubah memburuk) yang memperberat rasa 4. Agar tindakan
3. Nafsu makan menjadi skala nyeri (mis. Suhu manajemen nyeri yang
berubah 5 (membaik) ruangan, pencahayaan , diberikan tepat dan
4. Proses berfikir Nafsu makan kebisingan) sesuai saran sehingga
menurun dari skala 2
terganggu 3. Fasilitasi istrahat dan nyeri yang di rasakan
(cukup memburuk)
5. Menarik diri menjadi skala 4 tidur akan teratasi.
(cukup membaik)
6. Berfokus pada diri 4. Pertimbangkan jenis Edukasi :
sendiri dan sumber nyeri 1. Dengan mengetahui
7. Diaforesis dalam pemilihan penyebab, periode, dan
Kondisi klinis terkait strategi meredakan pemicu nyeri maka
1. Kondisi nyeri pasien dapat mengatasi
pembedahan Edukasi : nyerinya sendiri.
2. Cedera traumatis 1. Jelaskan penyebab, 2. Agar pasein dapat
3. Infeksi periode, dan pemicu memilih strategi untuk
4. Syndrom koroner nyeri meredeakan nyeri yang
akut 2. Jelaskan strategi ia rasakan sendiri sesuai
5. glaukoma meredakan nyeri keinginan dan
3. Anjurkan memonitor kenyamanannya.
nyeri secara mandiri 3. Agar pasein dapat

28
4. Anjurkan mengetahui terapi
mengguanakan farmakologi (obat-
analgetik secara tepat obatan) yang dapat
5. Ajarkan tehnik non digunakan selain non
farmakologis untuk farmakologi jika terapi
mengurangi rasa nyeri non farmakologi tidak
Kolaborasi : berhasil.
1. Kolaborasi pemberian Kolaborasi
analgesik,jika perlu
Memastikan Terapi
analgetik yang diberikan
efektif dengan melakukan
kolaborasi.
5. Gangguan Integritas Integritas Kulit / Perawatan Integritas Kulit Tindakan :
Kulit / Jaringan Jaringan (L.14125) (I.11353) Observasi :
(D.0129) 1. Untuk mengetahui apa
Setelah melakukan Definisi : yang menyebabkan
Definisi : pengkajian selama 3 Mengidentifkasi dan merawat gangguan pada
Kerusakan kulit (dermis × 24 jam integritas kulit untuk menjaga keutuhan, integritas kulit
dan / atau epidermis) atau kulit / jaringan kelembaban dan mencegah Terapeutik :
jaringan (membrane meningkat, dengan perkembangan mikrogranisme. 1. Untuk menghindari
mukosa, kornea, fasia, kriteria hasil : terjadinya luka
otot, tendon, tulang, Tindakan :
dekubitus
kartilago, kapsul sendi 1. Elastisitas Observasi :
2. Untuk menghindari
dan/atau ligament). cukup 1. Identifkasi penyebab
terjadinya infeksi

29
Penyebab: meningkat gangguan integritas 3. Untuk menjaga
1. Perubahan 2. Hidrasi cukup kulit (mis. Perubahan kelembapan kulit
sirkulasi meningkat sirkulasi, perubahan 4. Untuk mengindari
2. Perubahan status 3. Perfusi statu nutrisi, penurunan terjadinya sensitifitas
nutrisi (kelebihan jaringan kelembaban, suhu pada kulit
atau kekurangan) cukup lingkungan ektrem, 5. Untuk menjaga
3. Kekurangan/kelebi meningkat penurunan mobilitas) kelembapan kulit
han volume cairan 4. Kerusakan Terapeutik : Edukasi :
4. Penurunan jaringan 1. Ubah posisi tiap 2 jam 1. Untuk dapat
mobilitas cukup jika tirah baring mempertahankan
5. Bahan kimia menurun 2. Lakukan pemijatan kelembapan kulit
iritatif 5. Kerusakan pada area penonjolan 2. Untuk mencegah
6. Suhu lingkungan lapisan kulit tulang , jika perlu dehidrasi dan kulit
yang ekstrim cukup 3. Bersihkan perineal kering
7. Faktor mekanisme menurun dengan air hangat, 3. Untuk menjaga
(mis. penekanan 6. Nyeri cukup terutama selama kesehatan kulit
pada tonjolan menurun periode diare 4. Untuk menjaga
tulang, gesekan) 7. Perdarahan 4. Gunakan produk kesahatan dan
atau faktor elektris cukup berbahan petrolium kelembapan kulit
(elektrodiatermi, menurun atau minyak pada kulit 5. Untuk menghindari
energi listrik 8. Kemerahan kering kerusakan pada kulit
bertegangan cukup 5. Gunakan produk 6. Untuk menjaga kulit
tinggi) menurun berbahan ringan/alami dari paparan sinar
8. Efek samping 9. Hematoma dan hipoalergik pada matahari
terapi radiasi cukup kulit sensitif 7. Untuk mencegah kulit
9. Kelembaban menurun 6. Hindari produk kering

30
10. Proses penuaan 10. Pigmentasi berbahan dasar alkohol
11. Neuropati perifer abnormal pada kulit kering
12. Perubahan cukup Edukasi :
pigmentasi menurun 1. Anjurkan menggunakan
13. Perubahan 11. Jaringan parut pelembab (mis. Lotion,
hormonal cukup serum)
14. Kurang terpapar menurun 2. Anjurkan minum air
informasi tentang 12. Nekrosis yang cukup
upaya cukup 3. Anjurkan
mempertahankan/ menurun meningkatkan asupan
melindungi 13. Abrasi kornea nutrisi
integritas kulit. cukup 4. Anjurkan
menurun meningkatkan asupan
Gejala dan Tanda 14. Suhu kulit buah dan sayur
Mayor cukup 5. Anjurkan menghindari
Subjektif : membaik terpapar suhu ekstrem
(tidak tersedia) 15. Sensasi cukup 6. Anjurkan menggunakan
Objektif : membaik tabir surya SPF
1. Kerusakan 16. Tekstur cukup minimal 30 berada di
jaringan dan / atau membaik luar rumah
lapisan kulit. 17. Pertumbuhan 7. Anjurkan mandi dan
rambut cukup menggunakan sabun
membaik secukupnya

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif :

31
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Nyeri
2. Perderahan
3. Kemerahan
Hematoma

32
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Gastrointeritis atau flu lambung atau yang sering dikenal bahasa awam adalah
muntaber merupakan peradangan yang terjadi pada dinding saluran pencernaan
khususnya lambung dan usus. Muntaber biasanya ditandai dengan gejala berupa
mual, muntah, dan diare yang muncul secara tiba-tiba. Muntaber umumnya
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri disaluran pencernaan, meskipun
sebagian kecil dapat terjadi akibat zat racun, bahan kimia, maupun reaks i
terhadap obat-obatan. Beberapa kelompok individu yang berisiko tinggi
mengalami muntaber yaitu anak kecil, anak sekolah yang tinggal di asrama, orang
lanjut usia, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Pencegahan
muntaber dapat dilakukan dengan cara rajin mencuci tangan, hindari
mengkonsumsi makanan setengah matang, juga dapat dicegah dengan pemberian
vaksin (Munnink, B. 2016)
Gastrointeritis Akut (GEA) didefinisikan sebagai radang pada lambung dan
usus yang disebabkan oleh bakteri dan virus dengan gejala khas diare. GEA
menyebabkan gangguan motilitas usus sehingga terjadi hiperperistaltik yang
mengakibatkan kram abdomen dan nyeri akut (Navita, 2018)

3.2 Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan gestrointeritis kesimpulan yang seperti
diatas, memberikan saran bagi perawat, karya tulis ilmiah ini dapat digunakan
sebagai bacaan atau referensi untuk perawat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan yang dilakukan dan bagi klien dan keluarga dapat meningkatkan
kesadaran akan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan fasilitas – fasilitas
kesehatan yang ada sesuai dengan kebutuhan.

33
DAFTAR PUSTAKA
Djojonigrat, Dharmika. 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing
Khasanah, Nur Aulia. 2015. Hipertermi Pada An. M Gastroenteritis Akut Diruang
Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Mufidah, Fatchul. 2012. Cermati Penyakit-Penyakit Yang rentang Diderita Anak
Usia Sekolah. Yogyakarta: FlashBooks.
Munnink, B. Van der Hoek, L. 2016. Viruses Causing Gastrointeritis : The Know,
the New and Those Beyond. Viruses. 8(2), pp. 42.
Navita, Dwinta Widya. 2018. Asuhan Keperawatan pada Klien Gastrointeritis Akut
(GEA) dengan Masalah Nyeri Akut di Rumah Sakit Panti Walua Sawahan
Malang. STIKES Panti Waluya Malang
PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : Tim Pokja SDKI DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Tim Pokja SIKI DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil,
Edisi 1. Jakarta: Tim Pokja SLKI DPP PPNI

34

Anda mungkin juga menyukai