Anda di halaman 1dari 12

Stase Keperawatan Gawat Darurat

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN “GASTROENTERITIS


AKUT ( GEA )”

Oleh :

JENIS TAHIR, S.Kep

841719120

Program Studi Profesi Ners Angkatan XII


Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo
2020
PENDAHULUAN

WOC GASTROENTERITIS AKUT ( GEA )”

Infeksi Melabsorsi makanan Makanan beracun Faktor psikologis

Reaksi inflamasi Takanan osmotik Rangsang saraf

usus
Peningkatan sekresi Pergeseran cairan Motilitas

Hipermotilitas Hipomotilitas

Isi ronga usus Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh

Diare

Output berlebih Kerusakan mukosa

Hiperperistatis usus

Dehidrasi Demam

Tubuh kehilangan cairan


Hipertermi

Nyeri episgatrik
CONCEPT MAP Definisi : Gastroenteritis merupakan penyakit
kronis akut pada sistem pencernaan disebabkan

Seorang ibu membawa anaknya inisial oleh berbagai macam virus, bakteri, parasit, dan
An R, usia * tahun Ke rumah sakit Aloe enteropatogen. Gastoenteritis bisa terjadi pada
Saboe diruangan IRDA dengan keluhan anak-anak maupun orang dewasa. virus yang
nyeri tekan di perut, hasil pemerikasaan
menyebabkan gastroenteritis diantaranya rotavirus,
perawat didapatkan, keadaan
comoposmentsi KU sedang, TTV: TD : norovirus, adenovirus, dan astrovirus, dari sekian
90/70 mmhg, N: 130x/m, SB : 38 C, banyak virus penyebab gastroenteritis, rotavirus
RR : 20x/m, CRT: 2 < detik
merupakan penyebab yang paling sering pada anak
–anak di negara maju maupun negara yang
berkembang (Meriyani 2018).

Etiologi : Diare akut terutama disebabkan infeksi dan juga dapat timbul akibat malabsorpsi atau penyakit
sistemik. Dalam menentukan faktor penyebab diare akut, hal-hal penting yang perlu diketahui adalah keakutan
mula timbulnya diare, demam, dan ada tidaknya darah. Diare dengan tinja yang mengandung darah pada anak
yang demam lazim disebabkan infeksi, sementara diare dengan tinja yang tidak mengandung darah diakibatkan
oleh virus. Gastroentiritis bakteri lebih mungkin terjadi pada anak dengan riwayat mengeluarkan tinja yang
mengandung darah dan disertai demam >380C atau frekuensi BAB lebih dari 3x sehari (Fitriana 2019).

Patofisiologis : Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi
dan faktor makanan dan faktor fisiologis Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman yang masuk
kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung. Yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung.
Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka ada beberapa yang lolos sampai ke duodenum dan berkembang biak. Pada
kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang sering diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan
memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan
toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan. Sebagai akibat
dari keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan
tenaga dan sebagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan
diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare. Diare yang
disebabkan karena mal absorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit keadaan rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Tertelannya
makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus
menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare. Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri akan tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula.

Selain itu, akibat lain dari kehilangan cairan ektrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana
klien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul). Faktor psikologis juga dapat
menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalan dibawah
pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme
tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan, dalam bentuk peningkatan mortalitas usus.
(Sholeha, 2018).
Infeksi Malabsorsi makanan Faktor psikologis
Reaksi inflamasi Tekanan osmotic Rangsang saraf
Peningkatan sekresi Pergeseran cairan Motilitas usus
Isi rongga usus Isi rongga usus Hipermotilitas
Diare Diare Sekresi air dan
Hiperperistatis usus output berlebih elektrolit

Nyeri epigastrik Dehidrasi Diare

Demam
SLKI : diare menurun
Hipertermi dengan kriteria hasil :
1. Eliminasi fekal
membaik
- Kontrol pengeluaran feses
SLKI : nyeri akut menurun dengan SLKI : hipertermi menurun meningkat (5)
kriteria hasil : dengan kriteria hasil : - Konsistensi feses
1. Tingkat nyeri menurun 1. Termoregulasi membaik membaik (5)
- Keluhan nyeri menurun (5) - Menggigil menurun (5) Peristaltik usus membaik (5)
- gelisah menurun (5) - Pucat menurun (5) SIKI: Manajemen diare
- Frekuensi nadi menurun (5) - Suhu tubuh membaik
SIKI : Manajemen Nyeri Observasi
(5) 1. Identifikasi penyebab
Observasi SIKI : Manejemen Hipertermi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, diare
Observasi 2. Identifikasi riwayat
durasi, frekuensi, kualitas,
1. Identifikasi penyebab pemberian makanan
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri hipertermi 3. Monitor warna,
Terapeutik 2. Monitor suhu tubuh volume, frekuensi, dan
3. Berikan tekhnik nonfarmakologis 3. Monitor haluaran urine konsistensi tinja
untuk mengurangi rasa nyeri Terapeutik 4. Monitor jumlah
(kompres hangat/dingin, terapi 4. Sediakan lingkungan pengeluaran diare
bermain anak) yang dingin Terapeutik
4. Kontrol lingkungan yang 5. Berikan cairan oral
memperberat rasa nyeri 5. Berikan asupan cairan
Edukasi oaral
Edukasi 6. Ambil sampel feses
5. Jelaskan penyebab, periode, dan 6. Anjurkan tirah baring
pemicu nyeri untuk kultur, jika perlu
Kolaborasi Edukasi
6. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri Kolaborasikan pemberian 7. Anjurkan makanan
7. Ajarkan tekhnik nonfarmakologis cairan dan elektrolit intravena porsi kecil dan sering
untuk mengurangi rasa nyeri jika perlu secara bertahap
Kolaborasi 8. Anjurkan melanjutkan
8. Kolaborasi pemberian analgetik, pemberian asi
jika perlu
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan Gadar (ABCDE)


1. Identitas pasien
Nama / Inisial : An. R
Umur : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Laki Laki
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Saat dilakukan pengkajian, frekuensi napas normal, tidak ada
sumbatan jalan nafas, suara nafas normal.
b. Breathing
Saat dilakukan pengkajian didapatkan RR: 20 x /m, suara nafas
normal, tidak terpasang alat bantu pernafasan, tidak lemah saat
menelan, klien tidak ada batuk.

c. Circulation
Saat dilakukan pengkajian didapatkan TD: 90/70 mmHg, N: 130
x /m, SB: 380C, CRT< 2 detik, membran mukosa kering, tidak
ada sianosis, akral teraba hangat, bibir tampak pucat,
konjungtiva normal.
d. Disability
Saat dikaji kesadaran klien komposimentis, E = 4, V= 5, M= 6,
pupil isokor, klien tampak gelisah, klien tidak tampak lemah,
klien mengeluh nyeri.
e. Eksposure
Saat dilakukan pengkajian, klien tidak ada fraktur, tidak ada
jejas, kekuatan otot 5/5
3. Pengkajian Sekunder
A. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : Klien masuk rumah sakit dengan keluhan feses
semakin cair, muntah, kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun,
tonus dan turgor kulit berkurang feses semakin
cair, muntah, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekuensi buang air besar lebih dari 4x dengan
konsisten encer.
Riwayat kesehatan dahulu : Saat dilakukan pengkajian klien
mengatakan tidak ada riwayat
kesehatan dahulu dan tidak pernah
dirawat di RS.
B. Pengkajian Head to toe
1. Kepala
Inspeksi : saat di inspeksi kepala klien tampak bulat, kulit
kepala tampak bersih, tidak terdapat luka dibagian
kepala. Rambut klien berwarna hitam, rambut
tampak bersih, dan penyebaran rambut tampak rata.
Palpasi : saat dipalpasi tidak terdapat nyeri tekan pada
kepala dan tidak terdapat benjolan, rambut tidak
rontok saat diraba.
2. Mata
Inspeksi : saat di inspeksi mata klien tampak simetris kiri dan
kanan, konjungtiva normal, tidak terdapat
pembengkakan, refleks pupil terhadap cahaya baik,
pupil tampak isokor, sklera tidak keluar
Palpasi : saat dipalpasi tidak terdapat nyeri tekan pada
palpebral, dan tidak terdapat benjolan.
3. Hidung
Inspeksi : saat di inspeksi hidung klien tampak simetris,
hidung tampak bersih, tidak terdapat
pembengkakan, mukosa tampak lembab
Palpasi : saat dipalpasi tidak terdapat nyeri tekan dan tidak
terdapat benjolan
4. Mulut
inspeksi : saat di inspeksi mulut tampak bersih, tidak terdapat
pembengkakan, tidak terdapat luka, lidah tampak
berwarna merah dan bersih tidak tampak pembesaran
tonsil, mukosa pucat dan bibir tampak kering.
Palpasi : saat dipalpasi tidak terdapat nyeri tekan disekitar
mulut dan tidak ada benjolan.
5. Telinga
Inspeksi : saat di inspeksi telinga tampak simetris, lubang
telinga tampak bersih, tidak terdapat cairan dan
serumen, tidak terdapat lesi maupun luka.
Palpasi : saat dipalpasi tidak terdapat benjolan dan tidak
terdapat nyeri tekan.
6. Leher
Inspeksi : saat di inspeksi tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid, dan tidak terdapat luka pada leher.
Palpasi : saat di palpasi tidak ada nyeri tekan
7. Dada
Inspeksi : saat dikaji tidak terdapat lesi dan edema pada dada,
dada tampak simetris
Palpasi : saat dikaji tidak terdapat nyeri tekan atau nyeri
lepas
Auskultasi : bunyi nafas normal, respirasi 20 x /m
8. Abdomen
Inspeksi : saat di inspeksi bagian abdomen tampak simetris
Palpasi : saat di palpasi terdapat nyeri tekan pada abdomen
9. Ekstermitas
Inspeksi : saat di inspeksi ekstremitas klien simetris antara
kiri dan kanan, tidak terdapat luka, tidak terdapat
edema
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas.
B. Analisa Data
No Data Penyebab Diagnosa
1 DS : Infeksi Nyeri akut
- Klien mengeluh sakit Perut mulas
s/d nyeri (nyeri pada kuadran
kanan bawah, abdomen tengah Reaksi inflamasi
bawah)
P : Nyeri abdomen
Q : Diremas- remas Peningkatan sekresi
R : Abdomen
S : 8 (1-10)
T : Hilang timbul Isi ronga usus

DO :
- Klien tampak meringis Diare
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak nyeri tekan abdomen
- Frekuensi nadi klien meningkat Hiperperistatis usus
TD : 90/70 mmHg
N : 130 x /m
RR : 20 x /m Nyeri episgatrik
SB : 380C
CRT < 2 detik

2. DS: Melabsorsi makanan Hipertermi


- Klien mengeluh sering haus dan
kencing menurun
Tekanan osmotic
DO:
- Suhu tubuh klien meningkat
- Kulit klien terasa hangat Pergeseran cairan
- Frekuensi nadi klien meningkat
TD : 90/70 mmHg
N : 130 x /m Isi ronga usus
RR : 20 x /m
SB : 380C
CRT < 2 detik Diare
Output berlebih

Dehidrasi

Tubuh kehilangan cairan

Demam

Hipertermi

3. DS: Faktor psikologis Diare


- Klien mengeluh nyeri pada
abdomen
Rangsang saraf
DO:
- Klien defekasi lebih dari tiga kali
dalam 24 jam Motilitas usus
- Feses klien tampak lembek atau
cair
TD : 90/70 mmHg Hipermotilitas
N : 130 x /m
RR : 20 x /m
SB : 380C Sekresi air dan elektrolit
CRT < 2 detik

Diare

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Hipertermi
3. Diare

D. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Kategori : Psikologis keperawatan selama 2x 24 jam Observasi
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan diharapakan nyeri akut menurun 1. Identifikasi lokasi,
Definisi : Pengalaman sensorik atau dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
emosional yang berkaitan 1. Tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas,
dengan kerusakan jaringan - Keluhan nyeri menurun (5) intensitas nyeri
aktual atau fungsional, - gelisah menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
dengan onset mendadak - Frekuensi nadi menurun (5) Terapeutik
atau lambat dan 3. Berikan tekhnik
berintensitas ringan hingga nonfarmakologis untuk
berat yang berlangsung mengurangi rasa nyeri
kurang dari 3 bulan. (kompres hangat/dingin,
DS : terapi bermain anak)
- Klien mengeluh sakit Perut mulas 4. Kontrol lingkungan yang
s/d nyeri (nyeri pada kuadran memperberat rasa nyeri
kanan bawah, abdomen tengah Edukasi
bawah) 5. Jelaskan penyebab, periode,
P : Nyeri abdomen dan pemicu nyeri
Q : Diremas- remas 6. Anjurkan memonitor nyeri
R : Abdomen secara mandiri
S : 8 (1-10) 7. Ajarkan tekhnik
T : Hilang timbul nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
DO : Kolaborasi
- Klien tampak meringis 8. Kolaborasi pemberian
- Klien tampak gelisah analgetik, jika perlu
- Klien tampak nyeri tekan abdomen
- Frekuensi nadi klien meningkat
TD : 90/70 mmHg
N : 130 x /m
RR : 20 x /m
SB : 380C
CRT < 2 detik

2. Hipertermi (D.0130) Setelah dilakukan tindakan Manejemen Hipertermi


Kategori : Lingkungan keperawatan selama 2x 24 jam Observasi
Subkategori : Keamanan dan Proteksi diharapakan hipertermi menurun 1. Identifikasi penyebab
Definisi : Suhu tubuh meningkat dengan kriteria hasil : hipertermi
diatas rentang normal 1. Termoregulasi membaik 2. Monitor suhu tubuh
tubuh. - Menggigil menurun (5) 3. Monitor haluaran urine
DS: - Pucat menurun (5) Terapeutik
- Klien mengeluh sering haus dan - Suhu tubuh membaik (5) 4. Sediakan lingkungan yang
kencing menurun dingin
5. Berikan cairan oral
DO:
- Suhu tubuh klien meningkat Edukasi
- Kulit klien terasa hangat 6. Anjurkan tirah baring
- Frekuensi nadi klien meningkat Kolaborasi
TD : 90/70 mmHg 7. Kolaborasikan pemberian
N : 130 x /m cairan dan elektrolit
RR : 20 x /m intravena jika perlu
SB : 380C
CRT < 2 detik

3. Diare (D.0020) Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare


Kategori : Fisiologis keperawatan selama 2x 24 jam Observasi
Subkategori : Nutrisi dan Cairan diharapakan diare menurun 1. Identifikasi penyebab diare
Definisi : Pengeluaran feses yang dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi riwayat
sering, lunak dan tidak 1. Eliminasi fekal membaik pemberian makanan
terbentuk. - Kontrol pengeluaran feses 3. Monitor warna, volume,
DS: meningkat (5) frekuensi, dan konsistensi
- Klien mengeluh nyeri pada - Konsistensi feses membaik (5) tinja
abdomen - Peristaltik usus membaik (5) 4. Monitor jumlah
pengeluaran diare
DO: Terapeutik
- Klien defekasi lebih dari tiga kali 5. Berikan asupan cairan oaral
dalam 24 jam 6. Ambil sampel feses untuk
- Feses klien tampak lembek atau kultur, jika perlu
cair Edukasi
TD : 90/70 mmHg 7. Anjurkan makanan porsi
N : 130 x /m kecil dan sering secara
RR : 20 x /m bertahap
SB : 380C 8. Anjurkan melanjutkan
CRT < 2 detik pemberian asi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses.

DAFTAR PUSTAKA
Fitriana, A. 2019. Perbandingan Waktu Tepid Sponge Water 10 Menit, 15 Menit
dan 20 Menit dalam Menurunkan Suhu Anak dengan Gastroenteritis
Akut. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Khasanah, NA. 2015. Hipertermi pada Kasus An. M Gastroenteritis Akut
Diruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah dr.R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Meriyani, H. 2018. Perbandingan Penggunaan Antibiotik Tunggal dan
Kombinasi pada Pasien Pediatrik dengan Gastroenteritis Akut (GEA)
di RSUD Wangaya Denpasar.Akademi Farmasi Saraswati
Denpasar.Volume 4. No 1 2018

Sholeha, 2018. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Klien Gastroenteritis


Dengan Intervensi Inovasi Pemberian Madu Terhadap Respon Nyeri
Anak Usia Sekolah Yang Dilakukan Tindakan Invasif Di Ruang Igd
Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018. Samarinda.
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur. Skripsi

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
Selatan

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
Selatan

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Jakarta
Selatan

Anda mungkin juga menyukai