Anda di halaman 1dari 55

GAMBARAN KARAKTER SANTRI MAHASISWA

KEPERAWATAN HAFSHAWATY

KARYA TULIS ILMIAH


(STUDI KASUS)

Oleh:
SOFI FRANSISCA OKTAVIANA
(NIM:14401.16.17038)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
GAMBARAN KARAKTER SANTRI MAHASISWA
KEPERAWATAN HAFSHAWATY
Di Pondok Putri Hafshawaty Pesantren
Zainul Hasan Genggong
Probolinggo

STUDI KASUS

Diajukan Untuk STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Untuk Memenuhi


Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
SOFI FRANSISCA OKTAVIANA
(NIM. 14401.16.17038)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Pembentukan karakter santri mahasiswa D3


keperaawatan
Nama Lengkap : Sofi fransisca oktaviana
NIM : 14401.16.17038
Jurusan : Program Studi DIII Keperawatan
Alamat Rumah dan No Tel./HP : Kp. Krajan Desa Suboh, Kecamatan Suboh,
Kabupaten Situbondo (089513655557)
Alamat email : Sofifransisca011098@gmail.com
Dosen Pembimbing I
Nama Lengkap dan Gelar : Mariani, S.Kep., Ns., MPH.
NIK/NIDN : 0713088001
Alamat Rumah dan No Tel./HP : Dusun Grojokan RT/RW 003/001
Karangbong, Pajarakan- Probolinggo
Dosen Pembimbing II
Nama Lengkap dan Gelar : Widdya Addiyarto, S.Kep.Ns., M.Kep

NIK/NIDN : 0716058903
Alamat Rumah dan No Tel./HP : Perum semampir indah II, Blok G No.20,
Kelurahan Semampir, Kraksaan
Probolinggo.

Menyetujui,

Dosen pembimbing I
Dosen pembimbing II

(Mariani, S.Kep., Ns., MPH.) (Widdya Addiyarto, S.Kep.Ns.,


M.Kep)
NIK/NIDN. 0713088001 NIK/NIDN. 0716058903

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pembentukan karakter santri mahasiswa D3


keperaawatan
Nama Lengkap : Sofi fransisca oktaviana
NIM : 14401.16.17038
Jurusan : Program Studi DIII Keperawatan
Alamat Rumah dan No Tel./HP : Kp. Krajan Desa Suboh, Kecamatan Suboh,
Kabupaten Situbondo (089513655557)
Alamat email : Sofifransisca011098@gmail.com
Dosen Pembimbing I
Nama Lengkap dan Gelar : Mariani, S.Kep., Ns., MPH.
NIDN : 0713088001
Alamat Rumah dan No Tel./HP : Dusun Grojokan RT/RW 003/001 Karangbong,
Pajarakan- Probolinggo
Dosen Pembimbing II
Nama Lengkap dan Gelar : Widdya Addiyarto, S.Kep.Ns., M.Kep
NIDN : 0716058903
Alamat Rumah dan No Tel./HP : Perum semampir indah II, Blok G No.20,
Kelurahan Semampir, Kraksaan Probolinggo.

PENGUJI
Ketua Penguji : Dr. H. Nur Hamim, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes (………………)
NIK/NIDN: 0706037103
Penguji I : Mariani, S.Kep., Ns., MPH. (………………)
NIK/NIDN. 0713088001
Penguji II : Widdya Addiyarto, S.Kep.Ns., M.Kep (………………)
NIK/NIDN. 0716058903

Ketua Program Studi

(Dr. H. Nur Hamim, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes)


NIK/NIDN: 0706037103

iii
PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Sofi fransisca oktaviana
NIM : 14401.16.17038
Program Studi : D3 Keperawatan
Institusi : STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya tulis ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa hasil Karya Ilmiah
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya
tersebut.

Probolinggo, 04 April 2020


Yang membuat pernyataan

(Sofi fransisca oktaviana)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya pada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan program Ahli Madya Keperawatan.
Peneliti menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran Karya Tulis Ilmiah ini
bukan hanya karena kemampuan peneliti, tetapi banyak ditentukan oleh bantuan dari
berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu peneliti demi terselesainya
penulisan, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakil Alallah, SH. MM., selaku Ketua Yayasan
Pondok Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, SKM., S.Kep.Ns., M.Kes., selaku Ketua STIKES Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
3. Mariani, S.Kep.Ns., MPH., selaku Ketua Prodi D3 Keperawatan STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo, serta pembimbing I yang dengan
tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta perhatian dalam
memberikan dorongan, bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Widdya Addiyarto, S.Kep.Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang dengan tulus
ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta perhatian dalam
memberikan dorongan, bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. selaku Kepala pengurus pondok putrid hafshawaty zainul hasan genggong
probolinggo yang telah memberikan ijin pengambilan data untuk penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Santi Damayanti, S.I.Pust., selaku Kepala Perpustakan STIKES Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
7. Bapak dan ibu Dosen Prodi D3 Keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul
Hasan Probolinggo, yang telah memberikan bekal bagi peneliti melalui materi-materi
kuliah yang penuh nilai dan makna dalam penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah, juga
kepada seluruh tenaga administrasi yang telah tulus ikhlas melayani keperluan
peneliti selama menjalani studi dan penulisannya.
v
8. Orang tua dan semua keluarga yang telah memberikan peneliti semangat dan terima
kasih untuk doa-doa yang selalu dipanjatkan kepada peneliti.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan tersayang dalam naungan STIKES Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong yang telah memberikan dorongan semangat
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan, saya hanya dapat mengucapkan
semoga hubungan persahabatan tetap terjalin.
10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuannya. Peneliti hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas amal baik
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Selanjutnya peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang
konstruktif senantiasa peneliti harapkan. Akhirnya peneliti berharap, semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama
Civitas Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.

Genggong, 04 April 2020

Peneliti

DAFTAR ISI

COVER JUDUL KARYA TULIS ILMIAH

vi
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 3
1.4 Manfaat penelitian............................................................................. 4
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan............................................ 4
1.4.2 Manfaat Bagi profesi Keperawatan........................................... 4
1.4.3 Manfaat Bagi Lahan Penelitian................................................. 4
1.4.4 Manfaat Bagi Subjek Penelitian ………................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Karakter.................................................................................. 5
2.1.1 Definisi karakter...........................................................................5
2.1.2 Pembentukan Karakter................................................................ 6
2.1.3 Tujuan dan Fungsi Pembentukan Karakter..................................8
2.1.4 Teori Pembentukan Karakter.......................................................9
2.1.5 Pembentukan Karakter pada perguruan tinggi.............................9
2.1.6 Metode Pesantren Dalam Membentuk Karakter Santri.............10
2.2 Konsep Santri......................................................................................12
2.2.1 Definisi Santri............................................................................12
2.2.2 Identitas Santri...........................................................................12
2.3 Konsep Mahasiswa keperawatan........................................................17
2.3.1 Definisi Mahasiswa keperawatan ..............................................17
2.3.2 Nilai Nilai Karakter Mahasiswa keperawatan...........................17
2.3.1 Pembentukan Karakter Mahasiswa keperawatan ......................17
2.4 Kerangka Berfikir.............................................................................. 18

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian............................................................................... 19
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian.......................................................... 19
3.2.1 Tempat Penelitian...................................................................... 19
3.2.1 Waktu Penelitian........................................................................ 20
3.3 Setting Penelitian............................................................................... 20
3.4 Subjek Penelitian Atau Partisipan..................................................... 20
3.5 Metode Pengumpulan Data............................................................... 21
3.6 Metode Uji Keabsahan Data (Uji Trigulasi Sumber)........................ 25

vii
3.6.1 keabsahan kontrak..................................................................... 25
3.6.1 keabsahan internal..................................................................... 26
3.6.1 keabsahan eksternal................................................................... 26
3.6.1 keajekan..................................................................................... 27
3.7 Metode Analisis Data........................................................................ 27
3.8 Etika Penelitian................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka berfikir …………….…………………………………….. 16

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penyusunan KTI……………………………………………… 18

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Triangulasi Subjek Pertama..……...…………….... 34

Tabel 4.2 Hasil Wawancara Triangulasi Subjek Kedua………………………… 45

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Triangulasi Ahli Gizi Puskesmas Krejengan…..…. 59

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Balasan dari Bakesbangpol

Lampiran 3 : Surat Balasan dari Lahan Penelitian

Lampiran 4 : Pengantar Wawancara

Lampiran 5 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 6 : Persyaratan Telah Melakukan Inform Consent

Lampiran 7 : Pedoman Wawancara

Lampiran 8 : Mapping journal

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada Era globalisasi sekarang kebudayaan semakin berkembang pesat. Akan
tetapi karakter generasi bangsa mengalami kemrosotan. Jika tidak dibekali dengan
ilmu dan iman yang kuat maka generasi muda yang akan datang menjadi generasi
yang lemah. Dengan kondisi yang kian memburuk mengenai menurunnya karakter
bangsa merupakan suatu kajian yang sangat penting bagi mahasiswa, sebagai generasi
muda bangsa, yang nantinya akan menghadapi berbagai tantangan masa depan.
Pendidikan karakter pun menjadi daya pendorong bagi para mahasiswa untuk menjadi
intelektual muda bangsa yang memiliki kepribadian unggul (Manurung & Rahmadi,
2017).
Salah satu akar permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia
disebabkan karena adanya ketimpangan dalam orientasi pendidikan yang
berlangsung. Tidak heran jika saat ini banyak sekali peserta didik yang hanya pintar
dalam keilmuan berbasis akal, namun sangat kurang dalam keilmuan berbasis nilai
dan karakter, seperti sopan santun, rasa menghargai satu sama lain, tanggung jawab
dan nilai-nilai positif lain di masyarakat (Anshori, 2019).
Kemenkes RI (2013) memaparkan bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia
telah melakukan hubungan seks di luar nikah, 20% dari 94.270 perempuan yang
mengalami hamil diluar nikah juga berasal dari kelompok usia remaja dan 21%
diantaranya pernah melakukan aborsi. Lalu pada kasus yang terinveksi HIV dalam
rentang 3 bulan sebanyak 10.203 kasus, 30% penderitanya adalah berusia remaja.
Berdasarkan data UNICEF (2016) menunjukkan bahwa kekerasan sesama remaja di
Indonesia diperkirakan mencapai 50% sedangkan dilansir dari Kemenkes RI (2017)
terdapat 3,8% pelajar dan mahasiswa yang menyatakan pernah menggunakan
narkotika dan obat berbahaya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti
di Pondok Putri Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo pada
agustus 2019, didapatkan 10 mahasiswa keperawatan , sekitar 7 mahasiswa 70%
memiliki karakter yang baik, sopan, ramah, sederhana, saling membantu sesama

1
teman, bersikap sopan dan ramah terhadap dosen ataupun pengurus pondok, serta
perduli terhadap sesama teman, perdulli terhadap kebersihan ataupun lingkungan
sekitar serta selalu rajin untuk mengikuti kegiatan pondok tanpa perlu diingatkan atau
dikontrol. Sedangkan sisanya sekitar 3 mahasiswa 30% masih kurang memiliki
karakter yg kurang baik serta kesadaran dalam mengikuti kegiatan yang ada di
pondok juga masih perlu untuk selalu diingatkan dan masih perlu untuk selalu
dibimbing (dikontrol) setiap ada kegiatan.
Strategi Pesantrenisasi yang dilaksanakan oleh Universitas Islam Indonesia
yang merupakan program pembinaan yang meningkatkan nilai-nilai religi setiap
mahasiswanya, baik nilai akhlak, nilai tauhid, nilai kemandirian, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, sebagian besar mahasiswa UII khususnya FIAI belum mampu
memaksimalkan nilai-nilai yang telah diajarkan di dalam program pesantrenisasi
tersebut. Bahkan akhlak mahasiswa UII yang ada di FIAI yang diharapkan tidak
sesuai di lapangan, dan bahkan bisa dikatakan program pesantrenisasi ini hanya
sekedar formalitas belaka (Muslimna, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Rudini (2016) di Pondok Pesantren Nurul
Ummah Kota Gede Yogyakarta, menyatakan bahwa tidak sedikit santri (mahasiswa)
yang masih memiliki kepribadian jelek, berilmu tetapi berakhlak buruk, bahkan
banyak santri (mahasiswa) yang juga melakukan hal hal yang tercela seperti seks
bebas, terlibat narkoba dan lain sebagainya.
Terkikisnya moral di era sekarang, semakin diperkuat oleh penelitian
Almaidah (2018) di Malang yang menyebutkan bahwa dikalangan pelajar dan
mahasiswa degradasi moral tidak kalah memprihatinkan. Perilaku menabrak etika,
moral, dan hukum dari ringan sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh
pelajar mahasiswa.
Fenomena yang mencerminkan perilaku mahasiswa Indonesia saat ini yaitu,
maraknya tindakan anarkis dan kekerasan ditubuh mahasiswa Indonesia yang juga
menjadi bukti bahwa mahasiswa Indonesia kehilangan arah dalam berpikir dan
bertindak. Mahasiswa lebih menyukai cara-cara primitif dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. hal ini ditandai dengan banyaknya demonstrasi-demonstrasi yang
berujung dengan kerusuhan dan banyaknya tawuran antar mahasiswa (pamungkas,

2
2015). Maka dari itu, diperlukan suatu paradigma maupun regulasi baru guna
mengembalikan mahasiswa sesuai peran dan fungsi mahasiswa yang sesungguhnya.
Solusi yang dianggap valid adalah dengan peningkatan religiusitas mahasiswa.
Rudini (2016) menyatakan bahwa solusi yang dapat dilakukan untuk dapat
mengembangkan karakter santri (mahasiswa) adalah dengan memperbanyak orang
yang terlibat dalam kepengurusan pondok agar setiap kegiatan-kegiatan religi yang
ada di pondok dapat berjalan dengan baik, terlebih berkenaan dengan pembentukan
pribadi peserta didik.
Ditengah kondisi yang semakin hari semakin berhadapan dengan dekadensi
moral. Pengembangan karakter pada mahasiswa sangatlah berdampak positif,
khususnya mahasiswa keperawatan. Karena karakter yang baik pada mahasiswa
keperawatan akan mempengaruhi masyarakat mempersepsikan kualitas seorang
perawat. Mahasiswa Keperawatan tidak hanya memperhatikan kebutuhan kompetensi
akademis mahasiswanya, tapi juga pembinaan karakternya agar lulus menjadi lulusan
yang siap secara akademis dan berkarakter baik, serta mewujudkan pelayanan yang
baik kepada masyarakat (Hunun dkk, 2015).
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan di Pondok Putri
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah
bagaimanakah “Gambaran karakter santri pada mahasiswa Keperawatan di Pondok
Putri Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo?”

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengeksplorasi Gambaran karakter santri pada mahasiswa
Keperawatan di Pondok Putri Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong
Probolinggo.

3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dari hasil penelitian untuk
dikembangkan pada penelitian berikutnya tentang gambaran karakter santri pada
mahasiswa Keperawatan di Pondok Putri Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo
1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan.
Diharapkan penelitian ini dapat diaplikasikan dalam bidang ilmu keperawatan
komunitas, sehingga dapat membantu untuk mengembangkan pengetahuan
mengenai gambaran karakter santri pada mahasiswa Keperawatan di Pondok Putri
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian
Penelitian ini dimanfaatkan pada lahan untuk mengetahui gambaran karakter santri
pada mahasiswa Keperawatan di Pondok Putri Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo.
1.4.4 Bagi Subjek
Sebagai tambahan informasi bagi santri, pengurus, ataupun santri baru tentang
gambaran karakter santri pada mahasiswa Keperawatan di Pondok Putri
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
1.4.5 Bagi Peneliti
Menambah Pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan dalam hal penelitian
dan dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian dan
dapat dipergunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut
berkaitan dengan gambaran karakter santri pada mahasiswa Keperawatan di Pondok
Putri Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Karakter


2.1.1 Definisi Karakter
a. Dalam kamus Bahasa Indonesia (2008) disebutkan, bahwa karakter adalah tabiat,
sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
orang lain. Secara etimologis, kata karakter (Inggris: character) berasal dari
bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein yang berarti “to engrave”. Kata “to
engrave” bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau
menggoreskan (Nasution, 2019).
b. Karakter juga di artikan sebagai nilai-nilai prilaku manusia yang ada hubunganya
dengan tuhannya, dirinya, lingkungannya, dan sesamanya, yang kemudian
terwujud dalam sikap, prilaku, perkataan, perbuatan, pikiran yang sesuai dengan
norma-norma hukum, agama, dan tatakrama (Rozi, 2019).
c. Karakter adalah kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap tuhan yang maha Esa, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia Internasional pada umumnya dengan
mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran,
emosi, dan perasaannya (Damayanti & Makarim, 2019).
d. Menurut Wynne, istilah karakter diambil dari bahasa Yunani “Charassian” yang
berarti “to mark” yang artinya menandai atau mengukit. Secara istilah terdapat
dua pengertian, pertama karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah
laku, apabila seseorang berprilaku tidak jujur, kejam, atau rukun, maka orang
tersebut memanipulasikan karakter jelek, sebaliknya apabila seseorang berprilaku
jujur, suka menolong, maka orang tersebut memanipulasikan karakter mulia.
Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality. Seseroang disebut
orang berkarakter kalau tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral (Sauri &
Budimansyah, 2014).

5
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu dapat
dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik
karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya
dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif,
bukan netral. Sehingga kesimpulan yang dapat diambil mengenai definisi karakter
adalah kualitas kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu
yang menjadi kepribadian khusus seseorang sebagai pendorong dan penggerak
serta membedakannya dengan yang lain.
2.1.2 Pembentukan Karakter
Membentuk karakter secara implisit mengandung arti membangun sifat atau
pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau
yang baik, bukan yang negatif atau yang buruk. Hadits Nabi SAW sebelumnya
menyatakan bahwa kaum mukminin yang paling sempurna keimanannya adalah
mereka yang memiliki karakter/akhlak terbaik, maka Pembentukan Karakter baik,
khususnya bagi orang yang beriman, merupakan manifestasi dari buah
keimanannya (Taufiqurrahman, 2018).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman dan pembentukan nilai-
nilai karakter yang baik kepada warga sekolah/kampus yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Pendidikan karakter pada hakikatnya bukan sekedar mengajarkan mana
yang baik dan mana yang benar namun lebih dari itu. Pendidikan karakter
seharusnya dapat menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik
sehingga peserta didik menjadi paham (ranah kognitif), mampu merasakan (ranah
afektif) nilai-nilai kebaikan dan menjadi terbiasa melakukannya (ranah
psikomotorik). Proses pembentukan dan pembiasaan karakter menjadi
tanggungjawab lembaga pendidikan secara formal setelah pendidikan informal di
lingkungan keluarga.
Pendidikan karakter di lembaga pendidikan bukan lagi sebagai suatu pilihan
namun merupakan suatu keharusan yang tak boleh dihindarkan. Melalui pendidikan
karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan

6
menggunakan ilmu pengetahuannya, mengkaji, menghayati serta
mengimplementasikan nilai-nilai karakter atau akhlak mulia dalam perilaku
kehidupannya sehari-hari. Dalam pendidikan karakter, semua unsur yang dapat
mempengaruhi terbentuknya karakter harus dilibatkan. Meskipun menurut
kacamata teori sosiologi dan psikologi, keluarga adalah pembentuk karakter yang
utama dan pertama, namun demikian, lembaga pendidikan formal, termasuk
Perguruan Tinggi, juga ikut bertanggungjawab dan berperan penting dalam
pembentukan karakter peserta didiknya (Taufiqurrahman, 2018).
Ada empat ciri dasar dalam pembentukan karakter. Pertama, keteraturan
interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hirarki nilai. Nilai menjadi
pedoman normative setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian,
membuat seseorang tangguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada
situasi baru atau takut pada resiko. Kohersi merupakan dasar yang membangun rasa
percaya satu sama lain. Tidak adanya keherensi meruntuhkan kredibilitas
seseorang. Ketiga, otonomi. Seseorang menginternalisasikan aturan dari luar
sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas
keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. Keempat, keteguhan
dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa
yang dipandang baik. Dari kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas
komitmen yang dipilih (Fachrur 2019).
Terdapat 3 unsur yang sangat berpengaruh pada terbentuknya karakter seorang
anak yakni: Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat.
Ada dua hal yang terjadi pada proses pembentukan karakter:
1. Mengetahui mana yang baik dan buruk, memilih hal yang harus di dahulukan,
menyukai perkara yang baik, mempertimbangkan tindakann, benci akan
keburukan, misalnya anak tidak mau mengaggu temanya karena dia tau bahwa
perbuatan tersebut merugikan orang lain dan itu perbuatan buruk.
2. Mampu melakukan hal yang baik, melalui sebuah pembiasaan baik mereka juga
akan terbiasa melakukan hal yang baik, entah karena anak tersbut
memperhatikan lingkungan nya, melakukan yang di kerjakan keluarganya dan
mempelajari tingkah laku gurunya di sekolah, diantara nilai karakter yang

7
penting ada pada seorang anak adalah, cinta tuhan, cinta sesama, disiplin,
bertanggung jawab, jujur, mandiri santun. (Rozi, 2019).
2.1.3 Tujuan dan Fungsi Pembentukan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha
Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi untuk mengembangkan
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik, memperkuat
dan membangun perilaku bangsa yang multikultur, serta meningkatkan peradaban
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. (Makmun, 2014).
Mengacu pada desain induk pendidikan karakter menurut Kemendiknas
(2010) fungsi dari pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter
memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Pembentukan dan Pengembangan Potensi Pendidikan karakter berfungsi
membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia
agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah
hidup Pancasila.
2. Perbaikan dan Penguatan Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter
manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan memperkuat
peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia
atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan
sejahtera.
3. Penyaring Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya
bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk
menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang
bermartabat (Hidayat, 2015).

8
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,
berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku
bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif
dalam pergaulan dunia (Makmun, 2014).
2.1.4 Teori Pembentukan Karakter
Stephen Covey (2008) melalui bukunya “Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif”
menyimpulkan bahwa ada tiga teori utama yang mendasarinya, yaitu :
1. Determinisme Genetis
Teori ini mengatakan bahwa, Pada dasarnya, kakek nenek andalah yang berbuat
begitu kepada anda, itulah sebabnya anda memiliki tabiat seperti ini. Kakek
nenek anda mudah marah dan itu ada pada DNA anda. Sifat ini diteruskan dari
generasi ke generasi berikutnya dan anda mewarisinya.
2. Determinisme Psikis
Teori ini mengatakan bahwa, pada dasarnya orangtua andalah yang berbuat
begitu kepada anda. Pengasuhan anda, pengalaman masa anak-anak anda pada
dasarnya membentuk kecenderungan pribadi dan susunan karakter anda. Itulah
sebabnya anda takut berdiri di depan banyak orang. Begitulah cara orangtua
anda membesarkan anda. Anda merasa sangat bersalah jika anda membuat
kesalahan karena anda ingat jauh di dalam hati tentang peduli dan naskah
emosional anda ketika anda sangat rentan,
lembek dan bergantung.
3. Determinisme Lingkungan
Teori ini mengatakan bahwa Pada dasarnya mengatakan bos anda berbuat begitu
kepada anda atau pasangan anda atau anak remaja yang berandal itu atau situasi
ekonomi anda atau kebijakan nasional. Seseorang atau sesuatu di lingkungan
anda bertanggung jawab atas situasi anda (Covey, 2008).
2.1.5 Pembentukan Karakter Pada Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan tahapan yang tidak kalah penting dalam
pembentukan karakter mahasiswa, selain tahapan pembentukan karakter
sebelumnya yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Dengan demikian
semestinya perguruan tinggi mempunyai pola pembentukan karakter mahasiswa

9
sesuai dengan visi dan misi yang telah dicanangkan. pendidikan karakter di
perguruan tinggi adalah sebuah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
civitas akademika perguruan tinggi yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai terpuji, bik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia seutuhnya atau insan kamil. Pendidikan
karakter di perguruan tinggi harus melibatkan semua komponen secara optimal baik
pendidik, pengelola, kurikulum, proses pembelajaran, peserta didik sehingga
terciptanya pendidikan karakter yang baik (Hidayat, 2015).
Untuk mendapatkan hasil mahasiswa berkarakter secara umum ada tiga komponen
yang berpengaruh yaitu :
1. Raw input (bahan mentah); yaitu siswa input (masukan) yang diterima sebagai
mahasiswa. Selektif tidaknya terhadap kualitas siswa input yang diterima akan
berpengaruh terhadap kualitas output (keluaran/hasil).
2. Environment (lingkungan). Kondusif atau mendukung dan tidaknya lingkungan
pendidikan mempengaruhi kualitas hasil yang diharapkan.
3. Instrument (alat). Termasuk dalam kelompok instrument atau alat diantaranya
adalah: Tenaga pendidik atau dosen, kurikulum, materi, metode dan media
pembelajaran (Hidayat, 2015).
2.1.6 Metode Pesantren Dalam Membentuk Karakter Santri
Metode yang di lakukan pesantren dalam membentuk karakter santri di antaranya:
1. Pengajian
Beberapa jenis dari kitab kuning yang didalamnya terdapat moral cognition.
penekanan pada pengajian kitab kuning diantaranya khusus memuat kajian
mengenai akhalak seperti Ta’limul Muta’allim, Akhlaq lil banin wa banat, ihya
ulumiddin, Bashoih Diniyah, Bidayah Al-hidayah yang merupakan kitab-kitab
akhlaq yang berkenaan dengan pembelajaran moral yang didalamnya terkandung
pesan akhlaq yang agung yang digunakan sebagai salah satu sumber untuk
membentuk karakter santri. Kyai sebagai pembaca dan penerjemah bukan
sekedar membaca teks melainkan juga memberi pandangan-pandangan
(interpretasi) pribadi baik mengenai isi atau pembahasanya. Pengajian

10
merupakan bekal moral kognitif yang mana dari pengajian santri diharapkan
mengetahuai mana yang benar dan mana yang salah. Dari proses inilah transfer
nilai dilakukan baik yang bermuatan moral cognitition maupun moral emotion.
2. Keteladanan
Dalam pesantren santri juga di ajarkan contoh keteladanan dari figure kyai, kyai,
guru dan Pembina yang dari segi akhlak yang memberikan contoh ketelanan
yang positif contoh keteldanan yang biasanya adalah perilaku sopan santun dan
penghormatan yang tinggi santri kepada kyai maupun ustad di pesanten yang
mana biasanya santri mengunakan bahasa-bahasa yang sopan ketika berbicara
kepada yang lebih tua maupun sesama santri.
3. Penegakan peraturan sebagai kontrol sosial
Adalah upaya membentuk perilaku yang berkaitan dengan pembelajaran moral
yang memberikan konsekuensi pada baik atau buruk perilakunya selama
dipesantren. Selain itu dipesantren media seperti Televisi, Internet, HP, Laptop
yang pada sisi negatif pengunaannya dapat memberi pengaruh buruk bagi remaja
dalam pesantren pengunaan media komunikasi ini dibatasi sehingga
meningkatkan efisiensi waktu yang bermanfaat.
4. Role Playing untuk meningkatkan empati
Empati menjadi inti dari moralitas, selama moral mengimplikasikan berempati
dengan orang yang berpotensi menjadi korban. Empati didefinisikan dengan
sebuah respon afektif terhadap disstres atau problem yang dialami orang lain .
Salah satunya pendidikan moral di pesantren berbentuk pembiasaan atau
habituasi atau dari cerita-cerita atau peristiwa terdahulu yang ada dalam
alQur’an sebagai usaha percontohan tingkah laku melalui pengajian maupun
atau cerita yang di dialogkan pada santri untuk melatih kepekaan kognitif dan
afektif mengenai perilaku moral yang dinilai benar dan salah yang
memposisikan dirinya sebagai korban dan memfokuskan diri akibat perilakunya
pada orang lain jika melakukan suatu tindakan buruk (Khoiriah, 2017).

2.2 Konsep Santri


11
2.2.1 Definisi Santri
Santri merupakan murid yang tinggal di pesantren, para santri ini bermukim
guna mendapatkan ilmu agama dari sang kyai. Kemauan yang ikhlas ini merupakan
persyaratan yang mutlak untuk memungkinkan dirinya menjadi anak didik kyai
yang sesungguhnya. Para santri yang hidup dalam pengawasan kyai harus
memperoleh kerelaan kyai dengan mengikuti segenap kehendaknya dan melayani
segala kepentingannya. Kerelaan itu mereka sebut dengan barokah (Dhofier, 2009).
Santri adalah peserta didik yang belajar atau menuntut ilmu di Pesantren.
Manferd Ziemak mengklasifikasikan istilah “Santri” ini ke dalam dua kategori,
yaitu “Santri mukim” dan “Santri kalong”. Santri mukim adalah Santri yang
bertempat tinggal di Pesantren. Sedangkan Santri kalong adalah Santri yang tinggal
di luar Pesantren tetapi seacara teratur pergi ke Pesantren untuk belajar Agama.
Dalam lingkungan pesantren santri dituntut untuk hidup dan berbaur dalam
bermasyarakat. Masyarakat dalam pengertian ini dapat dibedakan menjadi dua
yaitu masyarakat biasa dan masyarakat khusus. Masyarakat biasa yang secara
structural maupun fungsional memiliki keterlibatan khusus dengan sekolah islam
(Damayanti & Makarim, 2019).
2.2.2 Identitas Santri
Abdul aziz (2014) melalui bukunya “Filsafat Pesantren Genggong” enyimpulkan
bahwa identitias santri akan terurai pada masing-masing huruf yaitu : S (sopan
santun), A (ajeg / istiqomah), N (nasihat), T (taqwallah), R (ridhollah), dan I (ikhlas
lillahi ta’ala).
1. Sopan Santun
Santun adalah kondisi kejiwaan yang dapat menekan haawa nafsu, lalu
menimbulkan rasa kasih sayang, sehingga rasa kebencian dalam diri manusia
tidak tampak lagi. Karena santun mengindikasikan kedewasaan berfikir dan
bertindak, maka perilaku ramah tamah juga ikut terwujud dalam diri setiap
manusia. Jiwa santun da ramah tamah pada diri setiap manusia harus
dimunculkan dengan upaya membiasakan berbuat santun dan ramah sejak anak
masih kecil.

12
Sopan santun merupakan salah satu bagian bentuk perilaku yang terpuji dan di
era sekarang serta di masa yang akan datang, salah satu barometer keberhasilan
pendidikan apapun bentuk dan jenis pendidikannya adalah akhlakul karimah.
Dan juga ini disebut keberhasilan dapat diukur apabila pendidikan itu mampu
dapat membentuk karakter islami dalam membiasakan diri berperilaku terpuji
dalam kehidupannya dan jika hal itu tidak tercapai maka akan menjadi persoalan
tersendiri di kalangan para guru dan orang tua bahkan masyarakat yang akan
mengkritik terhadap semua satuan pendidikan telah gagal dalam melakukan
semua misi utamanya. Padahal keberhasilah sopan santun akan mendapatkan
penghargaan status sosial di tengah masyarakat. Jadilah masing-masing menjadi
contoh teladan yang terbaik sehingga ucapan kita, perilaku kita, dilihat dan
didengar oleh anak-anak kta, dan sesama teman-teman kita mampu membentuk
karakter sesamanya memiliki karakter sopan santun.
2. Ajeg (istiqomah)
Istiqomah berarti lurus, benar, tetap pendirian atas suatu keyakinan. Tetap teguh
pendirian atas kebenaran ajaran Allah SWT dan melaksanakan segala
ketentuannya. Abu Bakar Ash Siddiq suatu ketika ada seorang yang besar
istiqomahnya, ditanya oleh seseorang tentang istiqomah. Abu Bakar menjawab
istiqomah adalah engkau tidak menyekutukan Allah terhadap sesuatu apapun”
kemudian Utsman Bin Affan, beliau mengatakan bahwa istiqomah yaitu
ikhlaskanlah amal kalian hanya kepada Allah.
a. Istiqomah terdapat empat bentuk :
1) Istiqomah dalam perkataan (al istiqomah fi al-aqwal)
2) Istiqomah dalam perbuatan (al-istiqomah fi al- af’al)
3) Istiqomah dalam sikap (al-istiqomah fi al-ahwal)
4) Istiqomah dalam niat (al-istiqomah fi an-niyah)
Menanamkan perilaku istiqomah dengan meberikan keyakinan akan pentingnya
istiqomah dalam kehidupan sehari-hari disebut disiplin dan continue, harus
selalu dilatih dan dibiaskan sehingga membentuk karakter disiplin dan
merasakan keberhasilannya dengan perilaku istiqomah, bahkan jika perlu
menemukan nikmatnya perilaku istiqomah, tidak ada kesuksesan tanpa

13
kedisiplinan dan tidak ada kedisiplinan tanpa kesadaran, dan tidak ada
kesuksesan yang haqiqi tanpa istiqomah dan tanpa istiqomah tidak akan
menemukan nikmat yang haqiqi berupa kebahagiaan dunia maupun di akhirat.
Terbentuknya karakter sitiqomah dimulai dari melatih diri, contohnya : sholat
tahajjud dimulai satu bulan sekali, dua minggu sekali, satu minggu sekali, dan
setelah menemukan nikmatnya beribadah maka sholat tersebut akan
dilaksanakan pada setiap malam tahajjud dan setiap pagi sholat dhuha dan
seterusnya pada kegiatan lainnya.
3. Nasihat
Nasihat dalam istilah lain disebut mauidhotul hasanah memberikan nasihat yang
baik, dalam konteks keseharian sebagai muslim dan muslimah yang mampu
memberikan mauidhotul hasanah sekaligus menjadi uswatun hasanah dan kedua
istilah ini tidak terpisahakan orang yang mampu memberikan mauidhotul
hasanah diharapkan juga menjadi uswatun hasanah, dangna kata lain orang yang
mampu memberikan nasihat baik sekaligus mampu manjadi teladan yang baik
pula.
Proses pembentukan karakter yang memberikan nilai nasihat dan menjadi
sumber nasihat dalam bentuk perilaku yang mmpu manjadi teladan, dimulai
dalam bentuk perilaku yang mampu menjadi teladan, dimulai dengan beberapa
proses meberikan pemahaman tentang pentingnya saling menasehati, saling
menyadari pentingnya berprilaku baik, malatih diri berprilaku baik atas nasehat
baik dan membiasakan diri senantiasa berperilaku baik atas nasihat yang baik,
dan berperilaku identitas baik atas nasihat yang baik telah menjadi kebutuhan
terhadap dirinya yang telah terbentuk karaternya. Maka seseorang yang telah
terbentuk karakter nasehat memberikan nasehat kepada orang lain sesuai dengan
kapasitasnya akan menjadi kenikmatan tersendiri karena ia sudah mengalami
terlebih dahulu berperilaku baik sebagaimana materi yang dijadikan bahan dan
sekaligus seseorang yang telah terbentuk karakter nasehat ia akan berterima
kasih ketika ada orang yang mampu menasehati dirinya, ia merespon secara
sadar dan mendalam untuk mengikutinya sehingga ia memiliki kapasitas yang
mapu mamberikan mauidhotul hasanah sekaligus menjadi uswatun hasanah.

14
Keberhasilah pada pemebntukan karakter nasehat ini semakin sadar untuk
berprilaku yang lebih baik yang bersumber dari keikhlasan baik ia sebagai
pemberi nasehat maupun ia menerima nasehat.
4. Taqwa
Taqwa menurut istilah berasal dari kata waqa yaqi wiqayatan yang artinya
berlindung atau menjaga diri dari sesuatu yang berbahaya, taqwa juga berarti
takut. Taqwa adalah salah satu perintah Allah yang banyak disebutkan dalam Al-
qur’an atau Al-hadist mengingat hal tersebut merupakan salah satu kunci untuk
mencapai rahamat Allah, guna menggapai kebahagian dunia dan akhirat. Bahkan
taqwa marupakan solusi dari dari berbagai himpitan hidup yang menghimpit
berupa tercapainya keluasan untuk memperoleh kebahagiaan baik kebahagiaan
dunia maupun kebahagiaan akhirat.
Proses pembentukan karater taqwa dalam pemahaman terlebih dahulu yang
harus dimengerti bahwa orang yang taqwa menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala larangannya, dengan kata lain orang yang bertaqwa senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengmalkan ibadah secara terus
menerus. Melakukan pelatihan secara semaksimal mungkin untuk senatiasa taat
dan patuh melaksanakan kewajiban beragama berupa kewajiban sholat, puasa,
zakat, dan haji serta perilaku terpuji lainnya baik yang berhubungan kapada
Allah maupun terhadap sesamanya ataupun lingkungannya, dan membiasakan
diri berperilaku baik dalam kehidupannya dan kabaikan telah menjadi
kebutuhannya.
5. Ridhollah
Ridho adalah tentramnya qalbu kepada Dzat Yang Maha pengatur dan
membiarkan pilihan kepadanya, disertai kepasrahan tidak ada yang lebih berat
dari pada nafsu kecuali, harus ridho terhadap ketentuan Allah.
Ridho adalah norma atau kondisi jiwa yang terpuji yang merupakan efek
tertinggi dari cinta. Sebelum mencapai ridho manusia biasanya melalui kondisi
rindu dan mesra. Dengan ridho malalui cinta yang mendalam, manusia memiliki
sifat yang menerima papun yang dilakukan oleh kekasihnya tuhan. Dalam
banyak hal manusia pasti rela menerima perlakuan baik dan menyenangkan dari

15
Allah, akan tetapi kondisi ridho yang paling menakjubkan dari Allah adalah jika
diharapkan pada ketentuan tuhan yang dirasa menyakitkan atau kurang
menyenangkan.
6. Ikhlas Lillahi Ta’ala
Ikhlas berarti membersihkan sesuatu hingga menjadi bersih, seseorang
melakukan perbuatan semata-mata berharap ridho Allah. Amal perbuatan
merupakan badan jasmani maka ikhlas adalah ruh (jiwanya), menurut ibnu
qoyyim Al-jauziyah berpendapat bahwa seseorang yang ikhlas dalam melakukan
perbuatan tujuan, cita-cita dan amalannya semata-mata karena Allah SWT.
Dalam sebuah hadist qudsi Allah menjelaskan bahwa “ikhlas itu adalah rahasia
dari sebagian rahasiaku yang aku titipkan dihati seorang hamba yang aku cinta”
Proses pembentukan karakter ikhlas tentu menjadi harapan kita semua karena
termotivasi oleh sebuah keyakinan beribadah dan beramal dan didasari dengan
keikhlasan akan diterima Allah dengan fasilitas pahala dan keyakinan ini tidak
lain merupakan hidayah yang Allah berikan kepada hambanya yang
dikehendaki. Setiap proses pembelajaran dengan ikhlas tidak dibayangkan
sesuatu yang sulit dicapai, atau tidak mungkin dicapai menjadi seorang yang
ikhlas, tapi bagaimana berperilaku ikhlas bisa dikesankan bahwa itu dipelajari
dan bisa dicapai dengan mudah dan sangat mungkin menjadikan hamba Allah
yang berikhlas kepadanya.
Proses pembentukan karakter tersebut dimulai dengan pentingnya pemahaman
ikhlas dalam beribadah dan beramal, tanaman keyakinan bahwa keikhlasan di
dalam beribadah dan beramal, selanjutnya dilatih untuk beribadah dan beramal
yang ikhlas dengan menata niat karena Allah dan membiasakan diri lebih lanjut
beribadah dan beramal dengan lebih memantapkan niat karena Allah, setelah
terbentuk karakter ikhlas kepada seseorang maka keikhlasan menjadi kebutuhan
dan menjadi identitasnya (Aziz, 2014).

16
2.3 Konsep Mahasiswa Keperawatan
2.3.1 Definisi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa keperawatan adalah seseorang yang dipersiapkan untuk
dijadikan perawat profesional di masa yang akan datang. Perawat profesional wajib
memiliki rasa tanggung jawab atau akuntabilitas pada dirinya, akuntabilitas
merupakan hal utama dalam 14 praktik keperawatan yang profesional dimana hal
tersebut wajib ada pada diri mahasiswa keperawatan sebagai perawat di masa
mendatang (Black, 2014).
Seorang mahasiswa merupakan golongan akademis dengan intelektual yang
terdidik dengan segala potensi yang dimiliki untuk berada di dalam suatu
lingkungan sebagai agen perubahan. Mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang
besar untuk dapat memecahkan masalah dalam bangsanya, maka dari itu
mahasiswa bertanggung jawab dan mempunyai tugas dalam hal akademis ataupun
organisasi (Oharella, 2011).
2.3.2 Nilai-Nilai Karakter Mahasiswa Keperawatan
Nilai-nilai karakter yang khas dan harus dimiliki oleh calon perawat atau
mahasiswa keperawatan, yakni: sabar, telaten, teliti, Peka, peduli, ramah, terbuka,
kreatif, asertif, komunikatif. Dengan demikian proses pembiasaan karakter calon
perawat harus dimulai dari pendidikan. Pendidikan bertanggung jawab dalam
pembentukan karakter mahasiswa (Linda, 2018).
2.3.3 Pembentukan Karakter Mahasiswa Keperawatan
Proses pendidikan karakter harus melalui proses interversi dan habituasi .
Intervensi adalah secara formal, dikemas dalam interaksi belajar dan pembelajaran
(learning and instruction) yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan
pembentukan karakter dengan menerapkan berbagai kegiatan terstruktur
(Structured learning experiences). Proses intervensi dapat dilakukan oleh semua
subjek pembelajaran dengan penekanan yang berbeda. Dalam interaksi
pembelajaran, pendidikan harus mencerdaskan, mendewasakan dan sekaligus
sebagai sosok panutan (role model). Dengan demikian untuk menciptakan nilai-
nilai karakter pada diri calon perawat maka dibutuhkan suatu proses pembiasan
yang diatur dalam kurikulum (Linda, 2018).

17
2.4 Kerangka Berfikir

Metode yang di lakukan pesantren dalam membentuk karakter santri di Upaya yang harus dilakukan
Menurunnya karakter remaja antaranya: untuk meningkatkan karakter
terutama dikalangan mahasiswa 1. Pengajian : Beberapa jenis dari kitab kuning yang didalamnya santri pada mahasiswa adalah
terdapat moral cognition. dengan peningkatan religiusitas
2. Keteladanan : keteladanan dari figure kyai, kyai, guru dan mahasiswa, khususnya
Pembina yang dari segi akhlak yang memberikan contoh mahasiswa keperawatan, Karena
ketelanan yang positif contoh keteldanan yang biasanya adalah karakter baik mahasiswa
Faktor - faktor penyebab
perilaku sopan santun keperawatan akan mempengaruhi
menurunnya karakter pada 3. Penegakan peraturan sebagai kontrol sosial : Adalah upaya masyarakat mempersepsikan
membentuk perilaku yang berkaitan dengan pembelajaran moral kualitas seorang perawat.
mahasiswa adalah karena adanya
yang memberikan konsekuensi pada baik atau buruk perilakunya
ketimpangan dalam orientasi 4. Role Playing untuk meningkatkan empati
pendidikan yang hanya membekali Empati menjadi inti dari moralitas, selama moral
mengimplikasikan berempati dengan orang yang berpotensi
peserta didik keilmuan berbasis Hasil yang diharapkan :
menjadi korban
Mahasiswa Keperawatan tidak
akademik, namun sangat kurang hanya pintar dalam keilmuan
dalam keilmuan berbasis nilai dan berbasis akademis saja, tetapi juga
memiliki akhlak yang baik agar
Dampak dan akibatnya adalah mahasiswa berperilaku tidak lulus menjadi lulusan yang siap
secara akademis dan berkarakter
Saat ini banyaknya sopan, tidak menghargai orang lain, berbicara kasar, baik, sopan, santun, ramah, sabar,
mahasiswa yang memiliki bahkan melakukan hal-hal yang tercela seperti melakukan telaten, bertutur kata yang lembut,
serta dapat mewujudkan
kepribadian jelek, berilmu tindakan anarkis , kekerasan, seks bebas, terlibat narkoba, pelayanan yang baik kepada
tetapi berakhlak buruk. serta melakukan tindakan kriminal. masyarakat.

Bagan 2.4 Kerangka Pikir Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan Di Pondok Putri Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo

18
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah rencana menyeluruh peneliti untuk memperoleh
jawaban dari pertanyaan penelitian dan untuk menguji hipotesis penelitian. Desain
penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh
peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan,
dipergunakan sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk
mencapai suatu tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam, 2013).
Strategi atau pendekatan penelitian yang dipakai dalam karya ilmiah ini
adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian case study
research yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis maupun lisan dari responden dan melakukan studi pada situasi alami.
Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian
dan sebagai pembahasan hasil penelitian.
Penelitian kualitatif jauh lebih subjektif dari pada penelitian kuantitatif dan
menggunakan metode sangat berbeda dari pengumpulan informasi, terutama
individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat
dari jenis ini adalah penelitian terbuka dilakukan dalam jumlah relatif kelompok
kecil yang diwawancarai secara mendalam.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Pondok Putri Hafshawaty Pesantren
Zainul Hasan Genggong Probolinggo.

19
3.2.2 Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penyusunan KTI
No Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agust
Kegiatan
2020 2020 2020 2020 2020 2020

1. Pembuatan Proposal
2. Study Pendahuluan
3. Ujian Proposal KTI
4. Pelaksanaan Penelitian
5. Penyusunan laporan
6. Ujian Hasil Penelitian
7. Perbaikan KTI
8. Pengumpulan KTI
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan april s/d selesai

3.3 Setting Penelitian


Setting yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah di Pondok Putri
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo yang terletak kearah
timur Kota Probolinggo 25 Km, di Desa Karangbong, Kecamatan Pajarakan,
Kabupaten Probolinggo, yang di atas tanah seluas dibangun 86 ha. Di pondok
pesantren tersebut belum pernah dilakukan penelitian terkait dengan judul
“Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan” sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di Pondok Putri Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Genggong Probolinggo tersebut.

3.4 Subjek Penelitian atau Partisipan


Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dipilih sesuai kriteria
yang ditentukan oleh peneliti dan harus dapat memberikan informasi yang kaya
secara sukarela (Moleong, 2010). Teknik sampling pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan Purposive Sampling, yaitu menentukan sampel

20
dengan pertimbangan tertentu yang dianggap dapat memberikan data secara
maksimal sehingga akan memudahkan peneliti.
Subyek yang digunakan dalampenelitian ini adalah subyek primer dan
subyek cros chek yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Subyek primer :
a. Mahasiswa keperawatan,
b. Mahasiswa yang berada di bawah naungan Pondok Putri Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo,
c. Santri putri dengan riwayat indisipliner di Pondok Putri Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
2. Subyek cros chek :
a. Pengurus pondok puteri hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong
Probolinggo,
b. Bersedia menjadi subyek penelitian.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan
demensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi
subyek, pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang
nantinya akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang
disusun, ditujukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing,
peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan
diri untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti
membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap
perilaku subyek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau
setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subyek dan pencatatan
langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila
tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah
wawancara.

21
Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik
subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya
kepada subyek tentang kesiapannya untuk diwawancarai. Setelah subyek
bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subyek
tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Peneliti membuat kesepakatan dengan subyek mengenai waktu dan tempat
untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah
wawancara dilakukan, peneliti memindahkan hasil rekaman berdasarkan
wawancara dalam bentuk verbatim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan
analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang
dijabarkan pada bagian metode analisis data di akhir bab ini. Setelah itu, peneliti
membuat dinamika psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti
memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan 3 teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Wawancara
Menurut Sugiyono (2014) wawancara adalah metode penelitian data
dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya
adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara. Menurut Nursalam (2013) dalam proses wawancara
menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi
pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang
harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak
terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer
mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar
pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau
ditanyakan. Dengan pedoman demikian interview harus memikirkan
bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam

22
kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual
saat wawancara berlangsung (Nursalam, 2013).
Arikunto (2010) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode
wawancara:
1) Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interview
dengan memberikan penjelasan.
2) Fleksibel, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan masing-masing
individu.
3) Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat teknik ini sudah
tidak dapat dilakukan.
Menurut Yin (2008) dalam buku karangan Arikumto (2010)
disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu:
1) Rentan terhadap yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang
penyusunannya kurang baik.
2) Rentan terhadap yang ditimbulkan oleh respon yang tidak sesuai.
3) Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi
kurang akurat.
4) Ada kemungkinan subjek hanya menyebabkan jawaban yang ingin
didengar oleh interview.
b. Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode
observasi. Menurut Arikunto (2010) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistemik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini, observasi diperlukan untuk dapat memahami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap
subjek, prilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti
dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara.

23
Menurut Nursalam (2013) tujuan observasi adalah mendeskripsikan
setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang
yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif
mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap
subyek, prilaku subyek selama wawancara, interaksi subyek dengan peneliti
dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Nursalam (2013) tujuan observasi adalah mendeskripsikan
setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang
yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif
mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Nursalam (2013) salah satu hal yang penting, namun sering
dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan
demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting
karena:
1) Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks
dalam hal yang akan diteliti atau terjadi.
2) Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi
pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan
untuk mendekati masalah secara induktif.
3) Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal oleh subyek penelitian
sendiri yang kurang disadari.
4) Observasi memunginkan peneliti memperoleh data hal-hal yang karena
sebab tidak diungkapkan oleh subyek penelitian secara terbuka dalam
wawancara.
5) Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap
introspektif terhadap penelitian yang dilakukan impresi perasan

24
pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
c. Alat Perekam
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar
peneliti dapat berkonsentrasi pada saat pengambilan data tanpa harus
berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subyek. Dalam pengumpulan
data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari
subyek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara
berlangsung. Alat perekam yang digunakan pada saat melakukan melakukan
penelitian dengan menggunakan handphone.

3.6 Metode Uji Keabsahan Data (Uji Trigulasi Sumber)


Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Empat
kriteria keabsahan dan keajekan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan
kualitatif. Empat hal tersebut adalah sebagai berikut:
3.6.1 Keabsahan Konstruk (Construct Validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang
berikut benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur. Keabsahan ini juga
dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya
adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Arikunto (2010) ada 4 macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu:
1. Triangulasi Data
Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil
wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu
subyek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Pada penelitian
ini triangulasi data yang digunakan adalah pola asuh orang tua dalam
membentuk karakter anak.
2. Triangulasi Pengamat

25
Adanya pengamat diluar peneliti yang turut memeriksa hasil
pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus
bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan
terhadap hasil pengumpulan data.
3. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa
data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai
teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji
terkumpulnya data tersebut.
4. Triangulasi Metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti memilih
menggunakan triagulasi metode, yakni dengan cara melakukan wawancara
pada saat melakukan penelitian dan ditunjang dengan metode observasi pada
saat wawancara dilakukan.
3.6.2 Keabsahan Internal
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interprestasi yang tepat.
Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya
akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji
keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang
berbeda.
3.6.3 Keabsahan Eksternal (Eksternal Validity)
Keabsahan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki
sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitian kualitatif tetapi dapat dikatakan
memiliki keabsahan eksternal terhadap kasus-kasus ini selama kasus tersebut
memiliki konteks yang sama.

26
3.6.4 Keajekan (Rabilitas)
Keajekan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian
berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang
sama, sekali lagi.
Dalam penelitian ini, keajekan mengacu pada kemungkinan penelitian
selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi
dengan subyek yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa konsep kegiatan keajekan
penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara
pengumpulan data dan pengolahan data.

3.7 Metode Analisis Data


Marshall dan Rosman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk
proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif
terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Jonathan Sarwono, 2009),
diantaranya:
1. Mengorganisasikan data
Penelitian mendapatkan langsung dari subyek melalui wawancara
mendalam (indepth interview), dimana tersebut direkam dengan tape recorder
dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkripnya dengan mengubah
hasil wawancara dari bentuk rekan menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data
yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau
hasil yang telah didapatkan.
2. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data,
perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa
yang ingin digali. Dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatian
yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin
digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun
sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan
coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkrip
wawancara dan melakukan coding, melakukan pemulihan data yang relevan

27
dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dengan penjelasan
singkat, kemudian dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan kerangka
analisis yang telah dibuat.
Pada analisis ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.
Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal
diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokkan tersebut oleh
peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting
serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalamann,
permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subyek.
3. Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data
Setelah kategori pola dan tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini
kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan
teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokkan apakah ada
kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian
ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat
asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang
ada.
4. Mencari alternative penjelasan bagi data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam penjelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah di
dapat dari kaitannya tersebut, penulis merasa perlu mencari sesuatu alternatif
penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah di dapat. Sebab dalam penelitian
kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain dari analisis, ada
kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir
sebelumnya. Pada tahap ini dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi
atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan,
kesimpulan dan saran.
5. Penulis hasil penelitian
Penulisan data subyek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu
hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang

28
dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulis yang dipakai adalah persentase
data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan
wawancara mendalam dan observasi dengan subyek dan signifikan other. Proses
dimulai dari data-data yang diperoleh dari subyek dan signifikan other, dibaca
berulang sehingga penulis mengerti benar permasalahannya, kemudian dianalisis
sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subyek.
Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan dimana di dalamnya
mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

3.8 Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian, setelah mendapat rekomendasi dari D3
Keperawatan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo, kemudian
dilanjutkan dengan mengajukan ijin kepada Kepala Pengurus Pondok Putri
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo, untuk mendapatkan
persetujuan. Selanjutnya peneliti mengadakan pendekatan kepada subyek untuk
koordinasi. Setelah disetujui kuesioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan
menekankan pada masalah etika yang meliputi:
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan Penelitian)
Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden. Tujuannya adalah
subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
selama penumpukan data. Jika subyek bersedia diteliti maka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti maka
peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data dan kuesioner yang
diisi oleh subyek.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.

29
PENGANTAR WAWANCARA

Judul Penelitian : Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan


Peneliti : Sofi Fransisca Oktaviana
Pembimbing : 1. Mariani, S.Kep., Ns., MPH.
3. Widdya Addiyarto, S.Kep.Ns., M.Kep

Responden yang terhormat,


Saya adalah mahasiswa semester 6 pada program studi D3 keperawatan STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo. Dalam rangka menyelesaikan tugas
Karya Tulis Ilmiah ini saya bermaksud mengadakan study kasus dengan judul “
Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan” di Pondok Putri Hafshawaty Pesantren
Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memberi manfaat yang luas, baik bagi
institusi, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya.
Apabila saudara bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian saya silahkan
saudara menandatangani persetujuan untuk menjadi obyek penelitian.
Atas kesediaan dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Probolinggo, 04 April 2020

Mengetahui,

Pembimbing Peneliti

(Mariani, S.Kep., Ns., MPH.) (Sofi Fransisca O.)

30
Lampiran 5

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat
penelitian yang berjudul “Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan”
Saya mengerti bahwa saya akan menjadi obyek dalam penelitian ini, dan saya
juga mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan merugikan saya.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan dirahasiakan
termasuk mengenai informasi identitas saya juga tidak akan ditulis pada instrument
penelitian.
Saya mengerti bahwa saya juga berhak menolak atau mengundurkan diri dalam
penelitian ini setiap saat tanpa ada sanksi dan kehilangan hak-hak saya.
Saya telah diberi kesempatan bahwa saya juga berhak menolak atau
mengundurkan diri dalam penelitian atau mengenai peran saya dalam penelitian ini dan
telah mendapatkan jawaban yang memuaskan dari peneliti. Saya secara sukarela dan
sadar bersedia menjadi obyek penelitian dengan menandatangani surat persetujuan ini.

Peneliti Responden

(Sofi Fransisca O.) (……………………..…….)


Saksi 1 Saksi 2

(………………………….) (……………………..…….)

31
Lampiran 6

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini,


Nama : Sofi Fransisca Oktaviana
NIM : 14401.16. 17038
Jurusan : D3 Keperawatan
Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data penelitian
sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh pernyataan kesediaan
dan persetujuan responden sebagai sumber data.

Pembimbing, Peneliti,

(…………………………….) (………………………..)

Lampiran 7

PEDOMAN WAWANCARA
32
Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan

I Pendahuluan
1. Memberi salam, memperkenalkan diri,
Nama saya Sofi Fransisca Oktaviana Mahasiswa Stikes Hafshawaty Pesantren
Zainul Hasan Probolinggo Prodi D3 Keperawatan.
2. Menjelaskan maksud dann tujuan wawancara
Tujuan saya disini adalah melakukan wawancara dan tanya jawab untuk
mengetahui tentang Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan.
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan
Identitas yang informan berikan akan kami rahasiakan dan hanya di gunakan
untuk kepentingan pendidikan. Mohon kesediaannya untuk memberikan
informasi yang terbuka tanpa ada yang di tutup-tutupi . setelah selesai penelitian
rekaman akan kami hapus.
4. Mempersiapkan alat perekamnya dan setelah semua siap minta ijin menyalakan
alat perekamnya.
5. Selanjutnya peneliti mulai melakukan wawancara dengan informan.

II Identitas Subyek
a. Nama (Inisial) :
b. TTL/Usia :
c. Jenis Kelamin :
d. Pendidikan Terakhir :
e. Pekerjaan :
f. Status :
g. Tanggal Wawancara/Jam :

III Daftar Pertanyaan Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan.

33
No. PERTANYAAN

Responden Triangulasi Data

1. Menurut anda apa dimaksud dengan Menurut ustadzah, apakah yang dimaksud
karakter santri ? dengan karakter santri ?

2. Karakter seperti apa yang harus dimiliki Menurut ustadzah, karakter seperti apa yang
oleh santri mahasiswa keperawatan ? harus dimiliki oleh santri mahasiswa
keperawatan ?
3. Apakah anda saat ini sudah memenuhi Menurut ustadzah, apakah karakter mahasiswa
kriteria karakter santri mahasiswa santri keperawatan saat ini sudah memenuhi
keperawatan ? kriteria karakter santri mahasiswa keperawatan ?

4. Bagaimana pendapat anda tentang peraturan Bagaimana pendapa,t ustadzah tentang peraturan
yang ada di pesantren ini? yang ada di pesantren ini?

5. Apakah anda sering mengikuti kegiatan Apakah santri-santri mahasiwa di pesantren ini
yang ada di pesantren ini ? sering mengikuti kegiatan yang ada di pesantren
ini?

6. Bagaimana sikap anda saat bertemu dengan Bagaimana sikap santri mahasiswa saat bertemu
Kyai / Ustadz yang ada di pesantren ini ? dengan Kyai / Ustadz yang ada di pesantren ini ?

7. Menurut anda masalah apa yang menjadi Menurut ustadzah, masalah apa yang menjadi
menghambat anda untuk memenuhi kriteria menghambat para santri mahasiswa untuk
karakter santri? memenuhi kriteria karakter santri?

8. Apa yang dilakukan anda dalam mengatasi Apa yang dilakukan oleh ustadzah dalam
masalah tersebut? mengatasi masalah tersebut?

9. Menurut anda bagaimana mempertahankan Menurut ustadzah, bagaimana mempertahankan


karakter santri yang ideal ? karakter santri yang ideal di pesantren ini ?

10.Menurut anda apa pentingnya karakter Menurut ustadzah, apa pentingnya karakter santri
santri yg ada saat ini terutama pada yg ada saat ini terutama pada mahasiswa
mahasiswa keperawatan? keperawatan?

Lampiran 8
MAPPING JOURNAL

34
Nama : Sofi Fransisca Oktaviana
Nim : 14401.16.17038
Judul : Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan
Pembimbing 1 : Mariani, S.Kep., Ns., MPH.

Pembimbing 2 : Widdya Addiyarto, S.Kep.Ns., M.Kep

No Judul Tujuan Metode Hasil Kesimpulan


Penelitian / Tahun / Penelitian penelitian penelitian
Penerbit / Penulis dan teori
1. AKTUALISASI Untuk field Hasil Kesimpulan
NILAI-NILAI mendeskripsi research penelitian dari penelitian
ISLAM DALAM kan secara menunjukka ini adalah
kritis tentang
PEMBENTUKAN n bahwa proses
pembentukan
KARAKTER proses perencanaan
karakter
MAHASISWA DI pembentuka dan pelaksaan
mahasiswa di
PONDOK n karakter program yang
Pondok
PESANTREN Pesantren
mahasiswa ada di Pondok
NURUL UMMAH Nurul di Pondok Pesantren
KOTA GEDE Ummah Kota Pesantren sangatlah
YOGYAKARTA, Gede Nurul berpengaruh
Rudini,S.Pd,I, Yogyakarta. Ummah positif terhadap
(2019) Yogyakarta pembentukan
terlihat karakter santri
dalam proses mahasiswa
perencanaan
dan
pelaksanaan
nya

2. PERAN PONDOK Bertujuan Qualitative Hasil dari Kesimpulan


PESANTREN untuk research penelitian penelitian ini
FADLUN mengetahui yaitu adalah bahwa
35
MINALLAH bagaimana menunjukka menanamkan
DALAM strategi n peran dari pendidikan
MENANAMKAN dalam Pondok karakter santri
PENDIDIKAN menanamka Pesantren sangatlah
KARAKTER n Fadlun berperan
SANTRI DI pendidikan Minallah penting untuk
WONOKROMO karakter dalam untuk
PLERET santri di menanamka menumbuhkan
BANTUL, Wonokromo n pendidikan nilai-nilai
Pleret karakter religious,
Muhammad Asrofi,
Bantul. melalui kejujuran,
(2013).
kegiatan toleransi,
program disiplin dan
yang ada di kreatifitas.
pessantren
dengan
metode
keteladanan,
kedisiplinan,
pengawasan
dan ta’zir.

3. PEMBENTUKAN Untuk Qualitative Hasil Pendidikan


KARAKTER mengetahui research penelitian karakter di
BERBASIS apa strategi menunjukka Pesantren
PENDIDIKAN yang n bahwa dilakukan
PESANTREN, digunakan Sistem yang secara integral
H.A. Rodli Makmun pesantren dianut oleh dengan proses
(2014). untuk psantren pendidikan
membentuk memiliki yang ada di
karakter pengaruh pesantren.
santrinya terhadap Karakter santri
36
serta karakter lebih banyak
karakter yang dibentuk dari
yang seperti dibentuknya. pembiasaan
apa paling Karena itu, untuk hidup
dominan seorang lillahi ta’ala,
dibentuk alumni mengabdi,
dalam pesantren menghormati,
proses memiliki jujur, ikhlas
pendidikan sikap dan sederhana,
di pesantren karakter mandiri, dan
yang bebas dalam
berbeda komunitas
dengan pesantren.
alumni Pesantren
pesantren merancang pola
lainnya, pembiasaan itu
karena ia selama 24 jam
dipengaruhi di dalam
dan dibentuk pesantren
oleh corak
pesantren
tempat ia
belajar.

4. PERAN Tujuan Qualitative Hasil Peran kyai


KEPEMIMPINAN penelitian research penelitian sebagai
KYAI DALAM ini adalah membuktika pengasuh
MENDIDIK DAN untuk n sekaligus
MEMBENTUK mengidentifi bahwasanya pemimpin
KARAKTER kasi peran peran kyai utama pondok
SANTRI YANG kyai sebagai begitu sangat merupakan
SIAP MENGABDI pemimpin urgen bagi peran utama
37
KEPADA pesantren kehidupan dalam
MASYARAKAT, dalam masyarakat mewujudkan
pembentuka pondok visi dan misi
Mia Kurniati &
n karakter karena pondok karena
Miftahus Surur
santri yang merupakan hanya atas
(2019)
siap pemimpin intruksinyalah
mengabdi pesantren, seluruh kegiatan
kepada namun hal akan berjalan
masyarakat. demikian dengan lancar
masih termasuk
merupakan sebuah tujuan
hal yang untuk mendidik
wajar dan dan membentuk
ditangani karakter santri
bersama oleh yang siap
kyai dan mengabdi
para kepada
pengurus masyarakat.
pondok.

5. PENGARUH Untuk metode Pada Hal ini berarti


PELATIHAN menentukan eksprimen variabel Self dengan
PENDIDIKAN pengaruh semu Confidence diberikannya
KARAKTER modul (Quasi kelompok intervensi
TERHADAP SELF pendidikan Experiment intervensi, pelatihan Modul
CONFIDENCE karakter dan ) setelah Pendidikan
MAHASISWA DI kompetensi dilakukan Karakter dapat
AKADEMI rasa percaya intervensi meningkatkan
KEPERAWATAN diri terdapat sikap hormat
YOGYAKARTA, mahasiswa. peningkatan dan self
Tenang Aristina, . dari nilai confidence,
Shanti median 52 Sehingga
38
Wardhaningsih , meningkat pelatihan Modul
Moh Affandi (2019) menjadi 55. Pendidikan
Sedangkan Karakter
pada berpengaruh
kelompok positif
kontrol tidak meningkatkan
ada sikap hormat
peningkatan dan self
ditunjukkan confidence.
dari nilai
median 53
tetap
menjadi 53.

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Sofi Fransisca Oktaviana


NIM : 14401.16. 17038
Judul Proposal : Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan
Pembmbing 1 : Mariani, S.Kep., Ns., MPH.

Hari/Tangg BAB Saran TTD


al

39
Rabu,09 Judul 1. Judul acc
Oktober
2019 2. Lanjutkan BAB 1

Kamis, 19 BAB 1 1. Bila judul diganti dengan mahasiswa


Maret 2020
tidak perlu menjelaskan karakteristik
santri
2. Tidak perlu dicantumkan introduction
karakteristik santri bila judul ganti
mahasiswa
3. Tidak perlu solusi yang ada di
pondok saat ini. Bukan hasil dari
konsep atau jurnal penelitian
sebelumnya
4. Jaraknya diperbaiki
Selasa, 24 BAB 1 1. IJKS diurutkan yang benar
Maret 2020 2. Tambahkan terkait data karakter
mahasiswa yang ada, baik dalam
negri maupun luar negri
3. Penulisan poin 1.4.1 dan 1.4.2 dan
seterusnya tidak perlu ada spasi.
Kamis, 26 BAB 1 1. Acc BAB 1
Maret 2020 2. Lanjutkan BAB 2

Sabtu, 28 BAB 2 1. Perbaiki penulisan


Maret 2. Cek penulisan bahasa asing cetak
2020 miring
3. Perhatikan keajegan dalam
penulisan
4. Buat kerangka pikir
Rabu, 01 BAB 2 1. Kerangka pikir dilengkapi
April 2020 2. Pada kerangka pikir tambahkan (input,
proses, dan output).
Jumat, 03 BAB 2 1. Acc BAB 2 dan kerangka pikir
April 2020 2. Lanjutkan BAB 3
40
Senin, 06 BAB 3 1. Perhatikan penulisan
April 2020 2. Perhatikan spasi dan jarak sesuai
dengan buku panduan
Rabu, 08 BAB 3 1. Acc BAB 3
April 2020 2. Segera buat panduan wawancara

Jumat, 10 Instrument 1. Pada pedoman wawancara tambahkan


Wawancara
April 2020 pertanyaan terkait dengan karakter
santri.
2. Tambahkan pertanyaan mengenai
peraturan yang ada dipondok
Selasa, 14 Instrument 1. Acc Instrumen wawancara
Wawancara
April 2020

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Sofi Fransisca Oktaviana


NIM : 14401.16. 17038
Judul Proposal : Gambaran Karakter Santri Mahasiswa Keperawatan
Pembmbing II : Widdya Addiyarto, S.Kep.Ns., M.Kep

Hari/Tangg BAB Saran TTD


al

Kamis, 19 Judul 1. Kata-kata judulnya dimodifikasi saja,


Maret 2020 namun tidak merubah konten
Minggu, 22 Bab 1 1. Acc judul
Maret 2020
2. Lanjutkan bab 1

41
Selasa, 24 Bab 1 1. Perbaiki penulisan, catatan kaki dan tahun
Maret 2020 artikel jurnal yng dipakai
2. Hasil penelitian ini yang disajikan pada
bab 1 tidak mendukung. Mohon cari hasil
penelitian karakter santri pada perawat itu
bagaimana
3. Ulasan tentang pentingnya karakter santri
belum ada?
4. Tambahkan data tentang perawat yang
tidak memiliki karater santri ketika
bekerja bagaimana?
5. Tambahkan juga hasil studi pendahuluan
karakter santri di prodi D3 keperawatan
bagaimana?
6. Belum ada masalah yang ditemukan di
BAB 1, Harusnya dinyatakan
permasalahannya apa dan solusi dari
masalahnya apa sehingga mengangkat
judul karakter santri

Kamis, 26 BAB 1 1. Penulisan citasi, tahun ada yang belum


Maret 2020
ada dan penulisannya salah
2. cari data mahasiswa perawat yang ada
di lingkungan pondok selain genggong
3. Data penelitian sebelumnya
dicantumkan
Sabtu, 28 BAB 1 1. Revisi penulisan
Maret 2020
2. Lanjut bab 2
3. Konsul pembimbing 1
Rabu, 01 BAB 2 1. Banyak konsep yg tidak ada
April 2020 sumbernya/catatan kakinya!
2. Tambahkan konsep pendidikan
karakter santri pada pendidikan
keperawatan!
Jumat, 03 BAB 2 1. Perbaiki penulisan
April 2020
42
2. Untuk awal kata harus huruf besar
pada judul di kerangka pikir
Senin, 06 BAB 2 1. BAB 2 acc
April 2020
2. Lanjutkan BAB 3
Rabu, 08 BAB 3 1. Perbaiki penulisan subyek primer
April 2020
2. Segera buat instrument wawancara
Jumat, 10 BAB 3 1. Acc BAB 3
April 2020
2. Segara perbaiki instrument wawancara
Sabtu, 11 Instrument 1. Perbaiki penulisan kata
April 2020 Wawancara
2. Tambahkan pertanyaan bagaimana
mempertahankan karakter santri yang
ideal dan apa pentingnya karakter
santri yang ada saat ini.
Senin, 13 Instrument 1. Acc Instrumen wawancara
April 2020 Wawancara
2. Konsul pembimbing 1

43

Anda mungkin juga menyukai