Anda di halaman 1dari 245

1

PANDUAN ACARA ADAT BATAK


TOBA SEJAK LAHIR SAMPAI
DENGAN MENINGGAL DUNIA

Penulis
Dr Christianus Manihuruk SE MM MH

Ch. Manihuruk
2

Ku Persembahkan kepada :

࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿31 Parsadaan Pomparan Raja Simanihuruk Boru-Bere Sedunia


࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿32 Parsadaan Pomparan Toga Sinaga Cabang Cibinong
Dohot Na Humaliang na
࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿33 Parsadaan Pomparan Raja Naimbaton Indonesia
࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿34 Parsadaan Pomparan Raja Naimbaton Cabang
Cibinong Dohot Na Humaliang na
࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿35 Parsahutaon Parsaulian Tarikolot Dohot Na Humaliang na
࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿36 Parsahutaon Sadama Parsaulian Kampung Sawa Tarikolot
Dohot na Humaliang na
࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿37 Parsahutaon Parsaulian Indogrand Gunung Sari Dohot
na Humaliang na
࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿38 Angka Marga Na Asing Batak Toba
࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿39 Angka Punguan Na Asing Batak Toba
࿿࿿࿿ +䚘⦓࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿࿿40 Masyarakat umum dan pembaca yang budiman
.

Ch. Manihuruk
3

Profil Penulis

Dr Christianus Manihuruk SE MM MH,


Lahir di Lumban Suhi-suhi Pangururan Samosir,
tanggal 14 Oktober 1955.
Istri Basaria Sinaga SE,
Anak Samuel Alkadrie Manihuruk SE MM dan menantu
dr. Ciryl Devi Sinaga.
Pekerjaan Komisaris CV Berkat Jaya
Kepala Cabang BankExim di Ambon 1997-1999
Pensiun Muda (Vice President : Regional Internal Control
Manager Jakarta City Operations) Bank Mandiri tahun
2009
Ketua Majelis Jemaat GPIB Immanuel (Porhangir)
Jakarta 2008-2012
Ketua Auditor Gereja Kristen Pengabaran Injil Citeureup
Wakil Ketua Yayasan Simanihuruk (YASIMA)
Ketua Golf Club Bank Pemerintah Pontianak 1990-1992
Ketua Pembangunan Gereja GMIM berbahasa Batak di
Menado 1995-1997
Ketua PARNA Kota Ambon 1998-`1999
Ketua PARNA Cabang Cibinong 2019
Bendahara Punguan Parsadaan Toga Sinaga Boru Bere
Cabang Cibinong
Seksi Adat Punguan PARNA Indonesia
Ketua Satuan Penjamin Mutu Internal dan Dosen
Pascasarjana (S2) STIE International Golden Institute
Jakarta
Penulis Jurnal Nasional dan Internasional
Penerima Penghormatan Satya Lencana Pahlawan Sosial
Pendonor Mata Indonesia dan Pendonor Dara 100 kali
tahun 2015

Motto : Terus bekerja dan menuntut Ilmu tanpa pernah meninggalkan


Ibadah. Beribadahlah terus tanpa pernah lupa mencari ilmu.

Mazmur 126:6 Orang-orang yang berjalan maju dengan menangis sambil


menabur benih, pasti pulang dengan sorak- sorai sambil membawa
berkas-berkasnya.

Ch. Manihuruk
4

KATA PENGANTAR

Tahun 2015 sebagai penulis renungan harian singkat Agama Kristen di punguan Forum Komunikasi
Parna (FKP) Sejabodetabek di ketuai Ir Martuaman Saragih MM.
Terbentuknya pengurus baru Punguan Parsadaan Pomparan Raja Naiambaton
Indonesia (PPI) tahun 2018 di Medan, ketua umum terpilih : Let Jend (Purn) Cornel
Simbolon Msi, penulis dipercayakan di Bidang ADAT. Tugas utamanya adalah
mempertahankan adat istiadat sesama marga PARNA seorang anak laki-laki atau
perempuan marga parna merupakan anak laki-laki atau anak perempuan dari marga
PARNA lainnya (merupakan anak bersama) berikhtiar tidak boleh dan pantang saling
kawin mengawin satu sama lainnya (saat ini jumlah marga-marga yang terdaftar 479
marga diantaranya83 marga Parna). Zaman sekarang, perubahan pasti akan terjadi
pengaruh pada adat istiadat Batak Toba.
Setelah penulis mendalami tugas dan panggilan sebagai seksi Adat di Punguan
Parna Indonesia, dan melihat dilapanganmasih dalam hitungan jari tangan jumlahnya
buku-buku adat istiadat masyarakat Batak Toba dan penulisannya pun dibagi-bagi
menjadi beberapa buku, oleh karenanya penulis berkeinginan untuk menulis buku Acara
Adat Batak Toba ini secara lengkap dengan ringkas sejak lahir sampai dengan meninggal
dunia, semoga dapat memperkaya pemahaman, dan bermanfaat bagi pelaksanaan adat
Batak Toba. Berdasarkan sejarah yang dapat penulis temukan dari beberapa literatur
yang tertua Mangaraja Siahaan yang selain menulis tentang Adat Batak dengan tekun
berhasil membukukan silsilah seluruh turunan Sibagotnipohan di daerah Toba cetakan
pertama tahun 1941 dan cetakan kedua tahun 1962. B.K Marpaung Buku Pusaka
Tarombo Batak tahun 1954. Drs Nalom Siahaan(1982) Adat Dalian Natolu diantara
banyak karangan mengenai Adat Batak ada dua buku yang tebal dan berbobot ditulis
oleh para pamong Belanda, yaitu J.C. Vergouwen dan W.K.H Ypes yang membahas
mengenai tata bahasa Batak dan didalamnya dilampirkan marga-marga Batak tahun 1932
dan 1933. Pada 1950 dua ahli antorpologi dari Amerika Serikat datang ke Tanah Batak
untuk mengadakan penelitian ilmiah, yaitu Dr Edwar M Bruner beserta istrinya Dr Clark
E Cunningham dan berkesimpulan bahwa orang Batak masih tetap setia pada adatnya,
berbeda dari suku bangsa lain.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan sebagai sarana
pelestariannya dan sekaligus sebagai bahan refrerensi bagi Mahasiswa dan masyarakat
yang berminat mengetahui dan melaksanakan Adat Batak Toba dengan baik dan benar.
Pada dasarnya kita yang sudah berumur jika bertanya pada teman atau para raja hata,
mungkin kita merasa sungkan dan malu, untuk itulah buku ini sala satu sarana untuk
menjawab kebutuhan dan pertanyaan tersebut. Demikian juga mereka yang hidup dan
berbisnis di bidang wisata Danau Toba, adat istiadat dimaksud jika dikemas dengan
baik, dapat menjadi produk parawisata yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Pada
bagian akhir buku ini kami tuliskan berbagai pro dan kontra atas perubahan pelaksanaan
Adat Batak Toba.
Dari kebiasaan atau norma komunitas masyarakat tertentu menjadi sebuah aturan

hukum tak terlulis atau sering juga disebut orang kearifan lokal atau adat. Dilihat dari
sejarah orang pertama menemukan mobil adalah Ford (mobil Ford), pandangan orang
Amerika misalnya tentang warna , Merah berarti Bahaya, Hijau Aman, Kuning Hati-hati,
dengan berkembangkan penjualan mobil ke berbagai dunia, kita lihat disemua negara di

Ch. Manihuruk
5

dunia ini lampu lalu lintas pasti di beri tanda, Merah=Stop; . Kuning=Mengerem dan
berhenti; jika Hijau=Jalan. Amerika menyebut angka 13 angka sial, dibanyak gedung
bertingkat di banyak negara tidak terdapat lantai 13. Amerika warna merah berbahaya
sedangkan Tiongkok warna Merah adalah suka cita dan Angka 4 adalah angka sial, maka
banyak gedung pemiliknya orang Tiongkok tidak terdapat lantai 4. Angka sial bangsa
Indonesia adalah 12 atau orang Sunda bilang pamalih, karena seringkali kita dengar celaka
0 Orang Manado dan bahkan orang Batak kalau berduka mereka menggunakan warna
baju hitam, sementara masyarakat Jahudi warna hitam suka cita sedang warna berduka
mereka menggunakan warna putih. India dan Amerika memberi sesuatu kepada orang
lain dengan tangan kiri hal ini dianggap sopan tetapi di Indonesia dianggap tidak sopan,
Indonesia pada umumnya mahar atau sinamot diberikan calon penganten pria kepada
calon penganten wanita, sedangkan di India yang menyediakan hamar itu keluarga
perempuan, pada umumnya menyatakan setuju dengan menundukkan muka atau
menanggup, tetapi di India menyatakan setuju dengan menggelengkan kepala. Oleh
karena adat istidat satu dengan yang lain dapat berbeda. Dengan mempercayai dan
meyakini hal-hal dimaksud mereka merasa lebih aman dan nyaman.
Beberapa life cycle rites yang dijumpai pada masyarakat Batak Toba acara sebelum
kelahiran sampai dengan setelah meninggal duniamenurut catatan penulis A sampai
dengan Z atau 24 acara yang terkait dengan Adat Batak Toba.
Dalam bahasa yang sederhana bahwa Adat Batak Toba adalah sebagian dari
peraturan, norma, lembaga hukum yang dikenal masyarakat Batak dan sudah ada sejak
nenek moyang diterima sebagai warisan yang tidak ternilai harganya. Adat adalah
indentitas, jati diri yang menjadi tanda, ciri khas hidup manusia. Adat sama halnya
dengan undang-undang dan peraturan yang mengikat dan mengatur manusia baik
perorangan maupun masyarakat pada keseluruhan. Sejalan dengan berjalannya waktu
sulit dipungkiri terjadi perubahan ada yang bersifat positif tetapi juga banyak yang
berdampak negatif. Olehkarenanya penulis berusaha menyampaikan sumbang saran
yang mungkin berguna bagi kita semua.
Agar buku ini berdaya guna tinggi dan menjadi sumber pengetahuan dan berguna
bagi banyak orang, maka penulisan buku ini kata pengantar masing-masing topik
menggunakan bahasa Indonesia sedang materi pokok menggunakan bahasa Batak Toba.
Karena keterbatasan penulis mohon maaf sebesar-besarnya kalau ada kata-kata, tulisan,
kutipan dan terjemahan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya; akhir kata umpasa
“Denggan ma antong, binuat tali pasa pinudun bahen ihot ni, ogung oloan; dohonon ma
antong tu, na manjaha; sai dapot hamu ma, impola na, ima martamba ma sangap,
bonggol parbinotoan”. Mauliate.
.
Jakarta, 11 Maret 2019

Dr Christianus Manihuruk SE MM MH

Ch. Manihuruk
6

DAFTAR ISI
Rumah Bolon Manihuruk Lumban Suhi-suhi.................................................................1
Pesan Sponsor.............................................................................................................................2
Profil Penulis...............................................................................................................................3
Kata Pengantar............................................................................................................................4
Daftar Isi.......................................................................................................................................6

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................10
B. Tujuan dan Kegunaan Buku ini..........................................................................12
BAB II RAGAM DAN JENIS ACARA ADAT BATAK TOBA
A Arti Pentingnya Adat Batak Toba.....................................................................14
B. Lahir/kelahiran.........................................................................................................15
C. Babtis (Tardidi)........................................................................................................18
0 Adopsi Anak Yang Masih Kecil dan Yang Sudah Dewasa
(Mangampu Anak dan angain Anak)...............................................................20
E. Naik Sidi (Malua Sian Pangkhangkhungi)......................................................23
F. Pesta Perkawinan Secara Adat Penuh (Pesta Unjuk)...................................25
G Kesepakatan Mas Kawin dan Biaya Pesta Perkawinan Adat
(Marhata Sinamot)..................................................................................................29
H Kewajiban Sejumlah Uang Kepada Paman Kandung Pengantin Pria
(Tin Tin Marangkup).............................................................................................32
0 Kunjungan Pertama Pengantin ke Rumah Orang Tua Perempuan
dan Kunjungan Orang Tua Perempuan ke Keluarga Penganten
Laki-Laki (Paulak Une dohot Maningkir Tangga).....................................34
J Kawin Lari (Mangalua).........................................................................................35
5888Kunjungan ke rumah Orang tua Penganten wanita Setelah Kawin
Lari (Manuruk-Nuruk).........................................................................................37
L Pesta Perkawinan Secara Adat Penuh Setelah Kawin Lari (Sulang-
Sulang sian Pahompu)...........................................................................................38
M Pemberian Marga Kepada Mereka Yang Bukan Suku Batak
(Mamampe Marga).................................................................................................39
N Sembuh dari Penyakit (Malum sian Parsahiton)............................................41
O Peresmian Rumah Baru Sederhana (Manuruk Jabu)...................................42
P Peresmian Rumah Baru dan Besar (Mangompoi Jabu)...............................43
23 Memberi Makan Kepada Orang Tua Sebagai Tanda Penghormatan
(Sulang-Sulang).......................................................................................................44
R Meninggal Dunia (Namonding)..........................................................................47
S Sanggul Marata (Sijagaron).................................................................................52
5888Pemberian Ulos pada Saat Orang Tua Meninggal Dunia (Pasahat
Ulos di namonding Saput dohot Tujung).........................................................54
U Mamungka Tujung.................................................................................................55
X Mangungkap/Mamungka Hombung.................................................................56
Y Mangongkal Holi....................................................................................................58
Z Makam dan Monumen (Tambak, Batu Napir dan Tugu)............................58
BAB PANTUN BATAK TOBA (UMPASA)

Ch. Manihuruk
7

A Arti dan Pentingnya Umpasa..............................................................................61


B Umpasa Kelahiran dan Batis anak.....................................................................62
C Umpasa Naik Sidi....................................................................................................62
D Umpasa Muda-Mudi...............................................................................................63
E Umpasa Martandang Mencari Jodoh.................................................................63
F Umpasa Laho Marbagas/Nabaru Marbagas....................................................64
G Umpasa Tangiang tu Amanta Debata..............................................................64
H Umpasa Poda............................................................................................................65
I Umpasa Mangadopi Natua-tua............................................................................66
J Umpasa Marhata Sinamot.....................................................................................67
K Umpasa ni Tulang Paranak...................................................................................69
L Umpasa Bona Tulang Paranak...........................................................................72
M Umpasa Tintin Marakkup.....................................................................................72
N Umpasa Sian Hula-hula.........................................................................................73
O Umpasa Mangulosi.................................................................................................73
P Umpasa Mangampu Hula-hula............................................................................77
Q Umpasa Mamongoti Jabu.....................................................................................78
R Umpasa Manuruk Jabu..........................................................................................78
S Umpasa Marsirang..................................................................................................79
T Umpasa Mangapuli.................................................................................................79
U Umpasa Tulang/Hula-hula Pasahat on Ulos Saput/Tujung.......................80
X Umpasa Pasahat on Tudutudu Sipanganon.....................................................80
Y Umpasa Pasahat on Dengke Sitio-tio................................................................81
Z Umpasa Na Asing....................................................................................................81
BAB IV PARJAMBARAN
A Arti Pentingnya Parjambaran..............................................................................83
B Nama-nama Bagian Parjambaran.......................................................................83
C Jambaran Acara di Dalam Rumah......................................................................85
D Jambar Penghormatan Kepada Orang Tua......................................................86
BAB V ULOS
A Arti Pentingnya Ulos.............................................................................................89
B Beberapa Jenis Ulos................................................................................................91
C Beberapa Ulos Yang Masih Dipakai dan Yang Sudah Tidak
Dipakai Lagi.............................................................................................................97
BAB VI MUSIK GONDANG DAN UNING-UNINGAN
A Arti Penting Gondang dan Uning-Uningan..................................................100
B Jenis dan Ragam Gondang dan Uning-Uningan...........................................103
C Maminta Gondang................................................................................................107
D Gondang dan Tor-Tor...........................................................................................107
BAB VII TOR-TOR BATAK TOBA
A Arti Pentingnya Tor-Tor.......................................................................................111
B Jenis dan Ragam Tor-Tor Batak Toba..............................................................112
C Hal-Hal Penting dalam Tor-tor Batak Toba............................................113
BAB VIII NAMA PANGGILAN DALAM ADAT BATAK TOBA
23 Arti Pentingnya Nama Panggilan Dalam Menyapa Seseorang
Dalam Adat Batak Toba.....................................................................................116

Ch. Manihuruk
8

BSapaan Terhadap Sesama Na Mardongan Tubu..........................................116


CSapaan Terhadap Kelompok Boru...................................................................117
DSapaan Terhadap Sesama Kelompok Baru...................................................119
Sapaan Terhadap Kelompok Hula-Hula........................................................119
BAB IX PERKAWINAN DALAM ADAT BATAK TOBA
A Arti Pentingnya Perkawinan Adat Batak Toba...........................................121
B Jenis Ragam Perkawinan Adat Batak Toba..................................................123
C Sanksi Sosial Perkawinan Jika Tidak Kawin Dalam Adat.......................125
BAB X PROSES PERKAWINAN ADAT NO GOK (UNJUK)

ASilaturahmi Orang Tua Calon Penganten (Marhori-hori


Dingding)................................................................................................................126
5888 Lamaran Keluarga Besar Calon Penganten Pria (Marhori-hori
Dinding)...................................................................................................................126
23 Lamaran Keluarga Besar dan Sanak Keluarga Calon
Penganten (Patua Hata).....................................................................................126
D Marhusip Ulaon Alap Jual Pesta dilaksanakan Pihak Keluarga Wa
133
E Martumpol (Acara pengumuman rencana pernikahan
Gereja)......................................................................................................................137
F Martumpol (Acara pengumuman rencana pernikahan
Gereja)......................................................................................................................143
5888 Persiapan Pesta Nikah di Keluarga Calon Penganten Pria (Marton
Raja)..........................................................................................................................145
23 Persiapan Pesta Nikah di Keluarga Calon Penganten Wanita
(Marria Raja)..........................................................................................................148
I Pesta Nikah Adat...................................................................................................149
23 Pemberian Ulos Kepada Orang Tua Penganten Pria (Ulos
Pansamot)................................................................................................................163
K Pemberian Ulos Kepada Menantu Pria/Penganten (Ulos Hela).............163
L Pemberian Ulos Kepada Kakak Orang Tua Penganten Pria....................164
M Pemberian Ulos Kepada Adik Orang Tua Penganten Pria.......................166
N Pemberian Ulos Kepada Kakak/Ito dari Penganten Pria.........................166
23 Kunjungan Keluarga Penganten Kepada Orang Tua
Penganten Wanita Yang Pertama Sejak Mereka Menikah
dan Kunjungan Pertama Keluarga Penganten Wanita ke Rumah
Keluarga Penganten Pria....................................................................................171
P Catatan Penting Pihak Keluarga Penganten Pria Dalam Pesta
Unjuk........................................................................................................................172
0 Catatan Penting Pihak Keluarga Penganten Wanita Dalam Pesta
Unjuk........................................................................................................................179
BAB XI PROSES ADAT MANURUK-NURUK....................................................184
BAB XII PROSES ADAT SULANG-SULANG PAHOMPU.............................188
BAB XIII PROSES ADAT KUNJUNGAN CUCU PERTAMA KE
RUMAH KAKEKNYA.......................................................................................................192
BAB XIV PROSES ADAT MANGAMPU ANAK.................................................196

Ch. Manihuruk
9

BAB XV PERCERAIAN
A Arti Pengtingnya Perceraian..............................................................................199
B Perceraian dalam Konsep Budaya Batak........................................................200
C Jenis dan Ragam Perceraian................................................................................201
BAB XVI MARGA-MARGA MASYARAKAT BATAK
A Arti Pentingnya Marga Batak............................................................................204
B Daftar Marga-Marga Masyarakat Batak.........................................................205
C Daftar Marga PARNA Sisada Boru Sisada Anak.......................................216
BAB XVII BEBERAPA MACAM PEMBERIAN UANG DALAM
ADAT BATAK TOBA........................................................................................................220
BAB XVIII BUNGA RAMPAI PELAKSANAAN ADAT ISTIADAT
BATAK TOBA
A Pendapat Beberapa Nara Sumber......................................................................222
0 Pekerjaan Rumah dan Pembahasannya :
1. Sinamot Mahal............................................................................. 224
2. Pesta Unjuk Melelahkan.............................................................. 225
3. Tumpak Ganti ni Ulos.................................................................. 227
4. Paulak Une dan Tingkir Tangga Formalitas................................ 229
5. Biaya Acara Adat Mahal............................................................. 230
6. Melibatkan Banyak Orang/Pihak................................................. 230
7. Kawin Lari................................................................................... 233
8. Pemberian Marga....... ,................................................................. 233
9. Ulos............................................................................................. 233
10. Godang dan Uning-Uningan..................................................... 236
11. Tor-Tor Batak Toba.................................................................. 238
12. Calon Mertua dan Partandang.................................................. 239
13. Perceraian dan Poligami............................................................ 239
14. Batu Napir dan Tugu................................................................ 242
DAFTAR PUSTAKA DAN LAMPIRAN................................................. 244

Ch. Manihuruk
10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia memiliki sifat kehidupan yang beranekaragam ras, suku bangsa,
bahasa, budaya, agama dan sebagainya. Dasar dari keanekaragaman tersebut adalah keadaan
lingkungan yang tidak sama sehingga membawa dampak terhadap kepribadian individu
maupun segi kehidupan sosial lainnya. Keanekaragaman itu antara lain ditandai oleh
sebagian masyarakat yang masih hidup secara tradisional dan sebagian masyarakat yang
hidup secara modern. Pada masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat
pedesaan dengan masyarakat perkotaan. Adat budaya yang turut membentuk karakter orang
Batak, membuat orang Batak dikenal sebagai salah satu etnis yang memiliki budaya yang
kental di Indonesia. Namun, seiring perkembangan zaman, adat Batak tidak banyak
mengalami perubahan makna dan hakekat tetapi sedikit mengalami pergeseran nilai dan
formalitas, terutama di kota-kota besar yang menjadi daerah perantauan komunitas Batak.
Perkembangan zaman yang semakin modern ini, upacara tradisional sebagai warisan budaya
leluhur yang bisa dikatakan masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat
pedesaan maupun masyarakat perkotaan.
Pada kehidupan sekarang, tidaklah mudah melestarikan kebudayaan melalui
berbagai bentuk upacara tradisional yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia yang
dialami oleh ratusan suku bangsa dengan latar belakang kebudayaan. Suku Batak Toba
merupakan salah satu suku besar di Indonesia. Suku Batak merupakan bagian dari enam
( 6) sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak
Angkola dan Mandailing. Keenam suku ini menempati daerah induk masing- masing di
daratan Provinsi Sumatera Utara. Suku Batak Toba berdiam di Kabupaten Tapanuli
Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Humbang
Hasundutan. Setiap masyarakat di dunia pasti memiliki kebudayaan yang berbeda dari
masyarakat lainnya. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan
kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Demikian halnya suku Batak Toba, meskipun merupakan bagian
dari enam sub suku Batak, suku Batak Toba tentunya memiliki kebudayaan sendiri yang
membedakannya dari lima sub suku Batak lainnya.
Dalam buku ini khusus membahas tentang Pesta Adat Batak Toba dimana dalam
perkembangan zaman terjadinya perubahan dalam setiap bagian upacara adat masyarakat
Batak Toba. Perubahan yang dimaksud berarti menambah atau mengurangi kewajiban-
kewajiban tertentu dalam upacara adat tersebut. Misalnya dalam pelaksanan upacara adat
perkawinan masyarakat Batak Toba dahulu dilaksanakan dalam waktu dan proses yang
cukup lama, sekarang dipersingkat dengan istilah upacara adat ulaon sadari (pesta yang
dituntaskan selama satu hari). Adapun tahapan dalam upacara adat perkawinan dalam bentuk
ulaon sadari adalah yang dimulai dengan patua hata, marhusip, marhata sinamot, martumpol,
pesta adat na gok (unjuk) yang langsung diikuti oleh acara paulak une dan maningkir tangga.
Secara umum tahapan-tahapan acara adat yang dipersingkat ini jika dilihat dari segi waktu
sangat menguntungkan karena memberikan masyarakat kesempatan untuk mengejar
kebutuhan yang lain. Namun jika ditinjau dari segi pendidikan dan pengetahuan, hal tersebut
merugikan generasi muda sekarang karena dengan dipersingkatnya tahap-tahap perkawinan
menyebabkan generasi muda tidak lagi

Ch. Manihuruk
11

mengetahui bagaimana seharusnya tahapan-tahapan perkawinan tersebut yang sesuai


dengan nilai-nilai budaya asli Batak Toba.
Gondang dan uning-uningan secara berlahan ditinggalkan dan beralih ke Keybord yang
warna musiknya suka-suka. Akibat dari perubahan ini dapat membingungkan para generasi
yang akan datang terlebih jika mereka mempelajari dari buku-buku atau literatur yang ada
dengan kenyataannya sudah jauh berbedah?. Banyak kita lihat peraktek keterlibatan dalihan
na tolu tersebut menjadi setengah hati, sebagian besar terjadi atas permintaan pribadi yang
punya hajatan, mereka kaum elit di punguan dan orang-orang kaya atau berpangkat
dikomunitas tersebut, tanpa merasa bersalah atau mereka mencari pembenaran diri, sehingga
para toko adat batak dan para tua-tua punguan tidak bisa berbuat banyak, mereka
ditinggalkan hanya bisa menonton saja, jika terus berlanjut berakibat buruk atau akan terjadi
hal-hal yang bertentangan dengan adat istiadat yang selama ini kita akui sangat berfaedah
bagi kehidupan kekerabatan di dalam dalihan na tolu. Akibat buruknya yang paling kita
takutkan adalah pesan para nenek moyang kita yang sakral itu dilupakan orang, misalnya di
PARNA yang saat ini merupakan kebanggaan diantara sekian banyak marga tidak saling
kawin mengawin (unik) dapat sebagai bahan cerita kepada para turis. Jika marga-marga
PARNA dibolehkan saling menikah akan berakibat buruk bagi adat batak secara
keseluruhan, dampaknya adalah akan terjadi satu marga pun akan terjadi kawin mengawin,
sudah tidak ada lagi hormat terhadap hula-hula/tulang (paman), berhikmat dan bermufakat
sesama satu marga dan rendah hati dan sopan meminta bantuan kepada boru-bere, pada
akhirnya budaya batak hanya tinggal kenangan. Puji syukur masih banyak orang Batak Toba
yang mau
melestarikan dan peduli adat istiadat bataktoba, paling tidak kita temukan sebagai
pemimpin/juru bicara (parsinabung) dan para protokol yang mengendalikan upacara pesta
adat sehingga terarah dan tidak menyimpang dari makna dan pelaksanaan acara tersebut
selaras dengan adat istiadat batak yang telah dibakukan oleh para nenek moyang orang
Batak Toba.
Untuk mendukung keberhasilan Parawisata Danau Toba ingin maju dan menjadi
sala satu sumber pendapatan masyarakat batak toba, kita harus banyak belajar pada
Parawisata dan adat istiadat orang Bali (row model) dimana keberhasilan mereka pada
umumnya adalah karena mereka berhasil memelihara dan melestarikan budaya Bali yang
asri. Lihat keseharian cara berpakaian mereka, bertutur sapa, musik/gamelan, tarian,
supenir, kuliner, menjaga lingkungan semuanya terjaga dengan baik. Inilah sala satu
faktor utama daya tarik parawisata Bali. Semua ini terjadi karena masyarakat Bali lebih
dengar-dengaran kepada toko agama, toko adat daripada penguasa atau pemerintahan.
Pengalaman penulis dalam 4 kali berwisata ke Bali; 2 kali diantaranya ikut paket
tour (disertai pemandu wisata). Orang Bali tidak punya marga, yang mereka ceritakan
tentang adat-istiadat tentang panggilan anak sulung mereka namakan Wayan, anak ke
dua Made, anak ke tiga Nyoman dan anak ke empat Ketut, jika masih ada anak ke lima
disebut Wayan, ke enam Made, ketuju Nyoman dan ke delapan Ketut, ternyata unik dan
para pelancong menyukai cerita itu tersebut. Orang Batak juga ada nama panggilan yang
khas, juga dikenal dengan marganya, tentunya ceritera tentang nama panggilan dan
marga-marga ini jika dikemas dengan baik dan merupakan bahan sajian mempunyai
nilai jual tinggi kepada para pelancong.
Pengalaman penulis lainnya ketika jiara dan wisata rohani selama 2 minggu melalui 4
negara (Abudhabi, Mesir, Israel dan Jordania) pemandu wisatanya adalah pemandu

Ch. Manihuruk
12

wisata lokal negara yang bersangkutan, kami sangat senang dan puas karena masing-
masing mereka dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dengan sendirinya
kitapun sangat senang dan puas karena mereka dapat menuturkan banyak hal dan
semuanya dapat kita mengerti. Demikian juga kiranya pada para pemandu wisata kita di
Danau Toba, mereka harus memiliki kemampuan berbahasa asing selain bahasa
Inggeris.
Danau Toba sesungguhnya sangat indah, banyak orang mengaguminya kita sepakat
sebutannya sebagai kepingan sorga, pemerintah saat ini sudah mendukung sepenuh hati,
persoalan tinggal pada orang Batak itu sendiri. Danau Toba sebagai objek wisata yang paling
utama adalah datangnya para wisatawan nasional dan asing, dimana mereka datang ingin
dipuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dalam istilah pemasaran pembeli adalah raja.
Persoalan pada manajemen dan Sumber Daya Manusianya apakah kita siap dan iklas jadi
pelayaan bagi mereka, rendah hati dan banyak mendengar dan mau menuruti
kemauan para wisatawan?. Kalau kita mau tentunya pola pikir dan perilaku harus
berubah secara ekstrim, dimana selama ini kita semua mengaku anak ni raja dan boru
niraja atau semua kita anak raja (raja dongan tubu, raja dongan sahuta, raja ni hula-hula,
tulang, raja bius dsb) berubah menjadi pelayaan atau jadi pesuru/jongos?. Kita juga mau
dan siap mengganti lapo tuak menjadi makan dan minimuan nasional dan internasional?
Jangan sampai para pedagang yang menjual makanan dan minuman adalah para suku
lain atau pendatang, tentunya tidak menguntungkan bagi penduduk asli pulo samosir.
Penulis pada dasarnya tidak anti perubahan, tetapi yang menjadi fokus lebih kepada
faedah dan manfaatnya. Oleh karenanya pada bagian akhir buku ini diuraikan pro dan
kontra yang terjadi dimasyarakat batak toba, kita ambil hikma dan faedanya demi
kesejahteran kekerabatan masyarakat batak dan wisata Danau Toba.
Untuk itu penulis terpanggil untuk menulis buku ini, sebagai sumbangan
pemikiran
atau pembelajaran, kerinduan kami buku ini menjadi berkat/manfaat bagi para pembaca
maupun para pihak yang berkepentingan semoga.
Kepada para pihak yang telah memberikan saran, masukan termasuk kritikan
sehigga buku ini dapat diterbitkan kami mengucapkan banyak terima kasih
Penulis menyadari bahwa buku ini tidak sempurna dan banyak kelemahan dan
kekurangannya, mohon dimaklumi, namun niat baik kami ini boleh menjadi berkat dan
bermanfaat bagi para pembaca dan penulisan berikutnya.
.
B. Kegunaan dan Manfaat Buku ini.
Dengan membaca buku ini dapat membantu para pihak menggali dan memahami
makna kebudayaan atapun adat istiadat termasuk didalamnya Bahasa Batak Toba dan tak
kalah pentingnya adalah dalam menggunakan pantun (umpasa) pemakaiannya indah dan
tepat pada waktunya serta pembelajaran bagi para generasi penerus. Kegunaan lainnya
adalah mengetahui perubahan adat istiadat yang terjadi saat ini jika dibandingkan dengan
masa lalu, dan yang paling penting adalah untuk mendapatkan faedah dan manfaatnya adat
batak toba secara ringkas dan lengkap dalam buku-buku sebelumnya belum perna ada,
olehkarenanya buku ini sangat dibutuhkan dan dinanti-nantikan banyak orang.
Salah satu keunikan suku Batak Toba adalah adanya pemahaman akan keharusan
menghargai leluhur dengan mengaplikasikannya pada pengakuan terhadap tempat-tempat
suci dan aktivitas adat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam usaha untuk mempertahankan
dan memajukan hidup, baik spritual maupun material, tantangan dan kemungkinan-

Ch. Manihuruk
13

kemungkinan manusia, maka norma-norma dan nilai-nilai tradisional terbentuk melalui


adat sebagai nilai normatif bagi anggota masyarakatnya secara perorangan maupun
kelompok.
Bahkan atas kepatuhan dan keyakinan masyarakat Batak Toba akan hal yang
bersifat leluhur dan kewajiban adat hampir tidak bisa dipisahkan antara kegiatan adat
dan keagamaan. Agama dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan sekalipun dapat dibeda-
bedakan dalam beraneka ekspresinya.
Prosesi adat batak tujuannya adalah bentuk dari penghormatan dan cinta kasih dari
kedua orang tua, saudara sekandung, dan keluarga dekat, dan masyarakat sekitarnya. Semua
prosesi adat istiadat Batak tidaklah semuanya bertentangan dengan ajaran Kristen!! Justru
tujuannya adalah dalam rangka rasa bersyukur, mempererat hubungan cinta kasih dan
kepedulian kedua orang tua/keluarga, saudara, kerabat dekat dan masyarakat sekitarnya
kepada anaknya yang sangat dicintai. Simbol ini diwakili dengan prosesi pemberian ulos.
Dan itulah yang saya alami! Apakah hal itu benar-benar bertentangan dengan firman
TUHAN seperti yang dikatakan banyak aliran Kristen Kharismatik, yang mengatakan semua
prosesi adat Batak adalah bentuk “upacara berhala”. Sangat aneh…Bagi penulis itu hanya
alasan yang dibuat-buat mereka, karena tidak mau peduli atau tidak mau pusing atau
direpotkan dengan semua prosesi adat Batak, dan tidak mau bersosialisi dengan kedua
kerabat keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ya, mungkin juga karena ketakutan keluar
biaya besar! Silahkan anda pikirkan.
Tujuan teoritis dapat menambah atau memperkaya pengetahuan tentang pesta adat
Batak Toba terutama bagi mereka yang ingin banyak tau, namun mereka lebih banyak
tinggal di perkotaan atau perantauan, juga dapat menjadi bahan refrensi penulisan
selanjutnya, demikian juga para pihak lainnya yang ingin belajar tentang adat istiadat
Batak Toba.
Tujuan praktek, melestarikan adat istiadat Batak Toba, membantu para orang tua
mengajarkan adat istiadat kepada lingkungan atau anak-anak mereka, cara muda menjadi
raja hata (parsinabung). Sekaligus juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan ilmu
pengetahuan dan bagi para pihak yang bergerak di bidang jasa parawisata.
Tujuan lainnya ialah penulisan buku ini dapat memberikan sumbang saran dan
pemikiran bagi para pihak yang penduli akan pelestarian adat Batak Toba, semoga buku
menjadi berkat.

Ch. Manihuruk
14

BAB II
ANEKA RAGAM DAN JENIS ADAT BATAK TOBA
A. Arti Pentingnya Adat Batak Toba
Adat adalah bagian dari budaya, yang beradaptasi sesuai interaksi dan respon
kepada situasi internal dan sekitar para pelaku budaya tersebut. Adat yang tidak mampu
beradaptasi, akan tinggal menjadi artefak, yang hanya indah romantis dalam kenangan
nostalgia, diawetkan di museum-museum dan ingatan kolektif antar generasi. Tidak
terkecuali adat Batak Toba.
Salah satu nilai budaya yang menjadi kebanggaan orang Batak Toba yaitu sistem
hubungan sosial dalihan na tolu yang terwujud dalam hubungan kekerabatan yang sangat
kental berdasarkan keturunan darah (genealogis) dan perkawinan yang berlaku secara
turun-temurun hingga sekarang ini. Sebagai sistem budaya, dalihan na tolu atau sering
juga diterjemahkan dengan istilah tungku nan tiga–pengertian tungku nan tiga dalam
budaya Batak ini tentu akan berbeda pengertian dan maknanya dengan nilai budaya lain
yang ada di Sumatera, seperti tungku tiga sejarangan, benang tiga sepilin, payung tiga
sekaki, dan lain sebagainya-berfungsi sebagai pedoman yang mengatur, mengendalikan
dan memberi arah kepada tata laku (perilaku) dan perbuatan (sikap atau pola tindak)
orang Batak Toba. Oleh karena itu dalihan na tolu merupakan satu sistem budaya yang
bagi orang Batak Toba nilai yang dikandungnya dijadikan tatanan hidup dan sekaligus
menjadi sumber motivasi berperilaku. Orang Batak Toba menghayati dalihan na tolu
sebagai satu sistem nilai budaya yang memberi pedoman bagi orientasi, persepsi, dan
definisi terhadap kenyataan atau realitas (Harahap dan Siahaan, 1987).

Pesta Tugu marga Manihuruk melibatkan Dalihan Na Tolu

Ch. Manihuruk
15

Upacara adat Batak tampak perasaan komunal berdasarkan prinsip Dalihan Na Tolu,
dan kalau tidak berdasarkan Dalihan Na Tolu bukan adat Batak itu (Nalom Siahaan). Pihak
pengundang, baik suami maupun istri dinamai suhut. Sisuami tidak bisa dipisahkan dari
semua saudara lelakinya (satu marga), berserta istri masing-masing. Mereka itu semua
adalah suhut, dinamai hal itu sisada hasuhuton sehingga untuk membedakan disebut tuan
rumah itu suhut tangkas (suhut takkas) atau suhut sihabolonan (tuan rumah).
Suhut sihabolonan sifatnya pasif dalam mengatur acara-acara. Ia hanya diberi
kesempatan mangampu yaitu mengucapkan terima kasih kepada para hadirin sebelum
berakhir upacara itu. Yang mewakilinya terhadap dongan sabutuha dinamai suhut
paidua. Dalam pesta adat yang diadakan di rumah, dia itu boleh saudara semarga yang
masih turunan satu kakek dengan tuan rumah, sedang dalam pesta kawin atau upacara
kematian biasanya yang lebih jauh lagi hubungan darahnya dengan tuan rumah. Sahabat
karib tuan rumah, yang bukan kerabat semarga, tidak boleh mewakili tuan rumah dalam
upacara adat, tanggung jawab secara resmi dalam setiap upacara adat Batak, baik ke
dalam maupun keluar ialah dongan sabutuha/dongan tubu (satu marga).
Dalam pesta adat di rumah hanya satu pihak pengundang, yaitu tuan rumah. Pihak
mertua tidak hanya mengajak dongan sabutuha dari pihaknya untuk menyertainya, tetapi
selalu turut juga boru dari pihaknya. Di rumah tempat upacara itu dilakukan duduk diatas
tikar dua pihak berhadap-hadapan. Pada baris panjang duduk suhut, didampingi dongan
sabutuha serta boru dari pihaknya. Demikian juga pihak mertua (besan) juga didampingi
oleh dongan sabutuha dari pihaknya, kesemuanya merupakan hula-hula dari tuan rumah
dan selain itu ada juga boru dari pihak mertua tersebut.
Dibona pasogit setiap rombongan itu berbaris mulai dari gerbang kampung menuju
rumah pengundang tersebut, dan biasanya disambut di depan rumah itu oleh pihak boru
tersebut sambil berdiri. Kaum wanita dalam rombongan tadi semuanya menjunjung
semacam supit yang dinamai tandok berisi beras, Beras ini dinamai beras sipirni tondi,
artinya, beras penguatkan jiwa, sengaja beras itu diatas kepala supaya mengandung
kekuatan magis. Memang beras mengandung makna yang dalam menurut alam pikiran
para leluhur, yakni melambangkan cita-cita yang terkandung dalam pantun, “Horas tondi
madingin, pir tondi matogu”, yang dapat disimpulkan dengan satu kata saja, yakni Horas
(artinya selamat). Ada lagi yang disodorkan oleh mertua dalam suatu acara khusus
kepada sang menantu, yaitu ikan mas di atas baki, yang kita namai saja dekke sitio-tio.
Ikan itu melambangkan kesuburan karena banyak telurnya. Masyarakat Batak
mendambahkan berkembang biak keturunan dan berbuah atau berhasil apa yang hendak
dikerjakan untuk hidup sehari-hari, yang dapat disimpulkan dengan satu kata, yaitu
Gabe. Ulos juga dari pihak hula-hula, yang diletakkan diatas kedua lengan boru untuk
menghangatkan tubuh dan jiwa, merupakan perlambang dari totalitas kosmos. Semua itu
disampaikan hula-hula dalam setiap upacara adat adalah sesuai dengan semboyan yang
berbunyi Horas Jala Gabe, yang dapat kiranya diterjemahkan dengan “Selamat serta
sejahterah” dalam bahasa Indonesia.
Pihak tuan rumah sebagai boru tidak hanya menerima saja, tetapi harus memberi juga
daging bermakna (na margoar). Biasanya berupa kerbau atau babi dikalangan orang Batak
yang beragama Kristen atau Kambing dikalangan orang Batak yang beragama Islam. Na
margoar tadi setelah selasai makan bersama dibagi kepada para pihak sesuai dengan aturan
yang berlaku yang dinamai jambar. Jambar adalah bagian yang harus dibagi-bagikan dan
diterima oleh setiap kelompok kerabat berdasarkan perasaan komunal

Ch. Manihuruk
16

sesuai adat Dalian Na Tolu. Selain Jambar tadi masih ada jambar hata, yaitu hak angkat
bicara. Sebagai penutup dalam sertiap upara adat ialah marhata, yaitu dialog resmi di
antara boru di satu pihak dan hula-hula di pihak lain, Sudah barang tentu yang angkat
bicara ialah dongan sabutuha dari pihak yang satu, demikian juga dari pihak yang lain
ialah dongan sabutuha dari hula-hula tersebut. Tentu saja boru dari masing-masing
pihak, demikian pula hula-hula atau tulang lain kalau ada, turut dilibatkan dalam dialaog
itu. Marhata adalah acara penutup dari setiap adat, juga merupakan puncak dalam setiap
upacara adat. Tanpa ada acara marhata tersebut bukanlah upacara adat namanya. Dialog
itu sudah standar tata caranya dari zaman ke zaman. Sering kita dengan dalam setiap
upacara adat Batak semboyan yang berbunyi MANAT MARDONGON TUBU, ELEK
MARBORU, SOMBAH MARHULA-HULA, artinya “Hendaklah hati-hati bicara
dengan teman semarga, jangan suka bertengkar!. Terhadap boru bijak meminta agar
mereka melayani dengan baik, Berhadapan dengan hula-hula haruslah dengan sikap
hormat dan santun!.
Setiap orang Batak diberikan gelar dalam upacara adat. Kadang-kadang ia raja atau
hula-hula dan di lain waktu ia menjadi boru melayani para hula-hula, pada waktu acara yang
lain ia menjadi raja ni hula-hula, dan acara lainnya ia menjadi raja ni dongan sahuta. Biar
pangkatnya Jenderal tetapi hal ini tidak berlaku dalam suatu upacara adat, tetapi statusnya
yang disebut tadi. Prinsip yang masih dianut dalam masyarakat adat Batak ialah sisoli-soli
do adat, artinya sebagai suatu unit gotong royong dalam upacara-upacara adat
maka masing-masing anggotanya haruslah rajin berpartisipasi. Orang yang rajin
berpartisipasi akan dibalas demikian kalau ia pada suatu waktu pesta adat, akan tetapi
orang yang malas berpartisipasi, walaupun ia kaya raya atau tinggi pangkatnya, pestanya
akan sepi. Lain halnya kalau ada kesedihan, misalnya rumah terbakar atau anaknya
meninggal atau orang yang belum mempunyai cucu meninggal (pria atau wanita). Dalam
hal ini tidak berlaku pepata atau umpatan bahwa yang bersangkutan tidak mau berjumpa
sampai mati (pajumpang di tano narara), sepontanitas turut menunjukkan keperihatinan
walaupun orang yang ditimpa kesedihan tadi malas berpartisipasi dalam upacara-
uapacara adat atau pernah timbul perselesihan yang gawat dengan orang yang
bersangkutan, dengan harapan semoga orang tersebut berubah kelakuannya.
Di bona pasogit pesta adat biasanya dimulai pada pagi hari sebelum tengah hari (di
parnangkok ni mataniari). Akan tetapi karena kesibukan di daerah perantauan pada
umumnya dan di Jakarta pada khususnya, hal ini sulit dilaksanakan. Sudah menjadi
semacam tradisi jam makan mulai kira-kira jam 12.00 kalau pesta itu siang hari, dan
kira-kira jam 19.00 malam kalau di rumah itu pada malam hari. Sesuai dengan faktor
lingungan juga pesta perkawinan di perkotaan lebih sering diadakan pada hari Jumat dan
Sabtu atau pada hari libur lainnya. Pesta adat di rumah lebih sering diadakan hari
Minggu dan hari libur lainnya.
Bagi orang Batak Toba salah satu ciri khas dalihan na tolu yang dinilai tinggi adalah
sistem kekerabatan dalam konteks keluarga luas (umbilineal). Dalam konteks ini dalihan na
tolu berperan mengatur hubungan sosial di antara tiga kerabat secara fungsional, yaitu
kerabat semarga (dongan tubu), kerabat semarga suami atau disebut boru, dan kerabat
semarga keluarga yang menyerahkan putrinya untuk dipersunting atau yang disebut dengan
hula-hula. Perlu kita ketahui bahwa marga dalam sistem kekerabatan orang Batak Toba,
demikian juga orang Minang, berdasarkan keturunan sedarah (genealogis) berbeda dengan
pengertian fam yang ada di daerah lain, pengalaman penulis 5 tahun berdomisili

Ch. Manihuruk
17

di Menado pertama kali kaget ketika acara perkawinan satu marga (fam), setelah
mencari tau bahwa beberapa tempat marga disana berbeda dengan makna marga di
Batak Toba, ternyata di Minahasa satu keluarga ayah, ibu dan anak-anak dapat kita
temui ada dua macam marga, diantara mereka ada yang mememilih fam ayah dan ada
pula yang memili fam ibu dibelakang nama babtis mereka. Batak Toba perkawinan
semarga bagi orang Batak sangat dilarang meskipun daerah asal mereka berbeda.
Apabila terjadi perkawinan orang Batak dengan orang suku lain mereka akan
melakukan upacara adat untuk orang tersebut agar dapat diberikan marga tertentu dari salah
satu marga orangtuanya. Secara operasional hubungan sosial yang dibangun dalam sistem
budaya dalihan na tolu dilakukan dalam bentuk perilaku hati-hati kepada kerabat semarga
atau disebut manat mardongan tubu, perilaku membujuk kepada pihak penerima isteri atau
yang dikenal dengan istilah elek marboru, dan berperilaku santun kepada besan atau
dikatakan juga sebagai somba marhula-hula. Oleh karena itu, bagi orang Batak Toba
pengejawantahan hubungan sosial yang ada dalam budaya dalihan na tolu menuntut adanya
kewajiban individu untuk bersifat dan berperilaku pemurah kepada orang yang memiliki
hubungan kerabat, yaitu dongan tubu, boru, dan hula-hula. Orang Batak Toba mempunyai
tingkat kepatuhan dan ketaatan dalam hubungan sosial sebagaimana yang diatur dalam
struktur budaya dalihan na tolu sehingga dipersepsi sebagai salah satu cara atau metode
dalam pencapaian kehidupan. Nilai budaya ini dijadikan sebagai pandangan dan sekaligus
tujuan hidup yang dapat dirumuskan sebagai satu rangkaian tiga kata, yaitu kekayaan
(hamoraon), banyak keturunan atau banyak anak laki-laki dan perempun (hagabeon), dan
kehormatan (hasangapon). Rangkaian ketiga kata tersebut diungkapkan
dalam petuah adat yang berbunyi molo naeng ho mamora, elek ma ho marboru, asa
diurupi ulaon mu, molo naeng ho gabe, somba maho (hormat dan santun) marhula-hula
agar diberikan berkat melalui doa mereka supaya engkau diberikan keturunan oleh
Tuhan, molo naeng ho sangap manat (berhati-hati) ma ho mardongan tubu (kerabat
semarga) agar mereka mendukung engkau dalam banyak hal. Berdasarkan petuah
tersebut orang Batak Toba dalam sistem budaya dalihan na tolu dituntut berperilaku
tolong-menolong atau peduli terhadap kerabat pada setiap kesempatan dan perilaku
tersebut bagi orang Batak Toba dipersepsi sebagai nilai yang tinggi dan merupakan pula
satu perbuatan yang mulia serta luhur (Pasaribu, 2004).
Dalam kehidupan sehari-hari, secara umum orang Batak Toba mempunyai komitmen
yang tinggi terhadap nilai budaya dalihan na tolu. Hal ini dapat kita lihat bagaimana mereka
secara konsisten mematuhi nilai budaya yang diwarisi oleh leluhurnya tersebut, seperti yang
terungkap dalam pantun berikut ini : omputta na di jolo martungkot siala gundi, adat na
pinukka ni parjolo ingkon ihuthonon ni parpudi. Petuah yang terungkap dalam pantun ini
mempunyai makna yang dalam sekali, yaitu semua tata aturan yang telah ditetapkan oleh
leluhur mereka harus dituruti dan ditaati serta dilaksanakan secara turun-temurun. Oleh
karena itu, seluruh tatanan nilai adat dan budaya dalihan na tolu oleh orang Batak Toba
dianggap suci. Mereka juga beranggapan bahwa budaya ini mempunyai nilai sakralitas
dalam membangun hubungan sosial bagi kehidupan. Hal ini terungkap dalam petuah adat
yang mereka dapat dari leluhurnya : martagan sipiliton, maransimun so bolaon, adat ni ama
dohot ompu tokka siuban. Nilai yang terkandung dalam petuah adat ini mengisyaratkan
adanya satu kepatuhan dan ketaatan kepada leluhur bahwa adat yang telah diwarisi oleh
leluhur sesunguhnya tidak dapat diubah.
Dapat dimaknai bahwa kearipan lokal (local wisdom) masyarakat Batak adalah

Ch. Manihuruk
18

masyarakat adat. Masyarakat seremonial. Hampir seluruh siklus kehidupannya, mulai


dari ada dalam kandungan, lahir, babtis, sidi, menikah, mengunjungi orang tua,
meresmikan rumah baru, pesta tugu, meninggal, panakkok saring-saring, dan lain
sebagainya sarat dengan tradisi adat. Berbicara adat, maka intinya akan melibatkan
horong dalihan na tolu, paopat sihal-sihal, dan adat suhi ni ampang na opat.
Beragam dan banyak kegiatan orang Batak terkait dengan berbagai pesta adat
istiadat orang Batak Toba melibatkan banyak orang, pasti terkait dengan dalihan na tolu
(Satu marga dengan yang mempunyai hajatan (dongan tubu), marga keluarga besar
istir/ibu (hula-hula/tulang), dan keluarga adik atau kakak yang hajatan (boru), sedangkan
tetangga pada dasarnya sebagai pendukung acara pesta dimaksud. Selain itu pada setiap
Acara Adat Batak menggunakan Pantun (umpasa), Tudu-tudu Sipanganon, Ulos dan
seringkali didalamnya ada musik Gondang dan Uning-Uningan.
Dari sekian banyak acara Adat Batak Toba, akan diuraikan acara adat yang sering
dan sakral oleh masyarakat Batak Toba dan pihak lainnya yang ada keterkaitan dengan
acara dimaksud, sejak lahir sampai dengan meninggal dunia sebagaimana akan dibahas
dalam buku ini secara ringkas dan sederhana serta muda dipahami.

B. Kelahiran
Nilai budaya Batak Toba yang menjadi sumber sikap perilaku sehari-hari dalam
kehidupannya terikat pada sistem kekerabatan Batak Toba itu sendiri. Kekerabatan itu
sendiri sangat erat dengan kelahiran, dan kelahiran itu menumbuhkan kekerabatan baik
secara vertikal maupun secara horizontal (Label: article Elisa Octaviany). Kelahiran
menentukan kedudukan seseorang pada sistem kemasyarakatan Batak Toba. Karena
tingginya nilai yang terdapat pada kekerabatan itu maka batak toba beridentitas pada
marga dan garis keturunan yang disebut Tarombo atau Silsilah. Berdasarkan marga dan
silsilah itulah ditentukan kedudukan seseorang pada kelompok keluarga dan
masyarakatnya yang berkaitan pada Dalihan Na Tolu.

1. Acara menjelang kelahiran


Jika si ibu sudah mangandung tiga bulan, maka segala yang diinginkan sebaiknya
harus diberikan sebab jika tidak diberikan, ada suatu keyakinan bahwa kelak si anak
yang akan lahir di kemudian hari akan terkendala dalam mencari hidup”. Sebelum si
ibu melahirkan, sebaiknya orang tua dari si ibu memberikan makanan adat batak
berupa ikan batak beserta perangkatnya dengan tujuan agar si ibu sehat-sehat pada
waktu melahirkan dan anak yang akan dilahirkan menjadi anak yang berguna bagi
nusa dan bangsa serta pada sanak saudara;. saat ini khususnya diperantaun sudah
banyak dilupakan orang.
Mangirdak (membangkitkan semangat) : merupakan kebiasaan jika orangtua dari istri
disertai rombongan dari kaum kerabat datang menjenguk putrinya dengan membawa
makanan ala kadarnya ketika menjelang kelahiran (ada juga yang melakukan ini pada
kehamilan bulan ketujuh). Makna spiritualitas yang terkandung adalah kewibawaan
dari seorang anak laki-laki dan menunjukkan perhatian dari orangtua si perempuan
dalam memberikan semangat kepada putrinya.

0 Acara saat setelah kelahiran


Secara umum acara menyambut kelahiran anak disebut mamoholi, manomu-nomu atau

Ch. Manihuruk
19

menyambut kedatangan (kelahiran) bayi yang dinanti-natikan. Kalau yang


berkunjung adalah Hula-hula atau Tulang dikenal dengan istila mamboan aek ni unte.
Molo diulaon sisongonan biasana jouon ma:
a. Dongan tubu
0 Boru/bere
1 Dongan sahuta
2 Hula-hula
Beberapa sebutan dan acara lainnya yang juga banyak dilakukan, dengan
berjalannya waktu beberapa diantaranya juga saat ini sudah tidak kedengaran lagi
acara dimaksud :
0Mengharoani (menyambut tibanya sang anak). : sesudah lahir anak-anak yang
dinanti-nantikan itu, ada kalanya diadakan lagi makan bersama ala kadarnya di
rumah keluarga yang berbahagia itu. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah
mamboan aek si unte karena pihak hula-hula membawa makanan yang akan
memperlancar air susu sang ibu. Makna spiritualitas yang terkandung adalah yaitu
menunjukkan kedekatan dari hula-hula terhadap si anak yang baru lahir dan juga
terhadap si ibu maupun ayah dari si anak itu.
0 Mengallang Esek-esek (menikmati makanan kedatangan anak lahir) : keluarga yang
mendapat anak ini akan mempunyai kebahagiaan yang luar biasa dimana untuk
menunjukkan kebahagiaan itu, pihak keluarga akan memotong ayam dan memasak
nasi kemudian memanggil para tetangga sekaligus kerabat walaupun tengah malam
ataupun dini hari untuk diundang makan atau syukuran. Kalau di daerah Silindung
disebut mangallang indahan esek-esek. Jamuan ini biasanya hanya bersifat apa
adanya, sebagai ungkapan sukacita yang spontan dan tulus dari suatu komunitas yang
saling mengasihi atas kehidupan baru. Sementara itu selama satu minggu pada malam,
para bapak bergadang atau ”melek-melekkan” sambil berjudi. Ini dilakukan bertujan
untuk menjaga si bayi dan ibunya dari kemungkinan ancaman kepada si bayi dan
ibunya karena setelah melahirkan tubuh si ibu dan si bayi pastilah masih sangat rentan
atau lemah. Makna spiritualitas yang terkandung adalah sebagai ungkapan sukacita
terhadap warga yang sekampung dengan si anak yang baru lahir itu sehingga warga
kampung tahu ada kebahagiaan dalam suatu keluarga, saat ini melek-melekan ini di
banyak tempat diperkotaan sudah banyak diabaikan orang.
1 Marambit (harafiahnya berarti menggendong ataupun jamuan resmi yang diadakan
keluarga untuk menyambut kelahiran si bayi dengan memotong babi). Pada
kesempatan inilah keluarga dapat menyampaikan permohonan kepada ompung
(ompung dari pihak perempuan) agar menghadiahkan sepetak tanah yang disebut
indahan arian (makan siang) kepada cucunya ataupun pemberian seekor
kerbau/lembu yang disebut dengan batu ni ansimun (biji ketimun, yang dapat
berkembangbiak). Namun berhubung tanah yang dapat dibagi-bagikan semakin
sempit, maka tradisi mangambit semakin berangsur hilang.
2 Mebat atau Mengebati (mengunjungi atau melawat) : sesudah anak cukup kuat
untuk dibawa berjalan-jalan maka keluarga pun memilih hari untuk membawanya
mengunjungi ompungnya dan keluarga semarga. Ketika melakukan kunjungan,
keluarga ini membawa makanan (memotong seekor babi) kepada ompung si bayi.
Pada kesempatan ini ompung dapat memberikan ulos parompa (ulos kecil untuk
menggendong atau mendukung anak bayi). Bagi komunitas kristen batak modern,

Ch. Manihuruk
20

tradisi mebat (melawat) ini tentu juga baik untuk dipertahankan sebab makna yang
terkandung dalam tradisi mebat ini adalah mendekatkan si anak secara emosional
kepada kerabatnya terutama ompungnya dan tulangnya. Hal inilah yang menjadi
makna spiritualitas yang terkandung dalam upacara Mebat.
d. Ulos Parompa: ulos parompa adalah ulos yang diberikan oleh ompung kepada
cucunya. Pada zaman dahulu ulos kecil ini memang benar-benar fungsional atau
digunakan untuk menggendong (mangompa) si bayi sehari-hari. Namun sekarang
dalam prakteknya ulos parompa tinggal merupakan symbol kasih ompungnya
sebab komunitas batak modern sudah menggunakan tempat tidur bayi, kain
panjang batik, gendongan atau ayunan untuk menggendong bayi. Ada kebiasaan
komunitas batak sekarang terutama di kota-kota untuk mengobral ulos parompa.
Kini bukan hanya ompung, tetapi seolah-olah semua hula-hula harus memberikan
ulos parompa kepada bayi yang baru lahir. Obral ulos ini hanya mengurangi
makna ulos parompa. Makna spiritualitas yang terkandung dalam pemberian ulos
parompa adalah menunjukkan kedekatan atau perhatian yang besar dari
ompungnya kepada si anak yang lahir itu.
e. Pemberian Ulos Tondi: ada juga kerabat yang datang itu dengan melilitkan
selembar ulos yang dinamakan ulos tondi (ulos yang menguatkan jiwa ke tubuh si
putri dan suaminya). Pemberian ulos ini dilakukan setelah acara makan bersama.
Makna spiritualitas yang terkandung adalah adanya keyakinan bahwa pemberian
ulos ini dapat memberikan ataupun menguatkan jiwa kepada suami istri yang baru
saja mempunyai kebahagiaan dengan adanya kelahiran.
f. Dugu-dugu: sebuah makanan ciri khas batak pada saat melahirkan, yang diresep
dari tanaman yang dikenal dengan nama bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan
kelapa. Dugu-dugu ini bertujuan untuk mengembalikan peredaran urat bagi si ibu
yang baru melahirkan, membersihkan darah kotor bagi ibu yang melahirkan,
menambah dan menghasilkan air susu ibu dan sekaligus memberikan kekuatan
melalui asi kepada anaknya.

C. Babtis (Tardidi)
Dalam Agama Kristen dalam pemberian nama anak terlebih dahulu dilaksanakan babtis
oleh pendeta/pastor di Gereja, karena suka cita orang tua anak diadakan pesta babtis ini
dengan mengundang sanak keluarga termasuk didalamnya dalihan na tolu, didalamnya akan
ada penyerahan tudu-tudu sipanganon, ikan mas dan ulos atau parompa.
Adong do sipata na mangulahon partangiangan holan nasida sekeluarga di jabu
molo tardidi dakdanakna (dung mulak sian gareja).
Alai molo dipatupa pesta partangiangan patuduhon las ni rohana, na uli do. Molo
dipatupa pesta partangiangan, jouon ma:
0Dongan tubu
1Boru/bere
2Dongan sahuta
3Hula-hula
Ndang pola sahat gongkhon tu tulang (tulang ni natoras ni na tardidi) alana ulaon
na metmet do on.
Hula-hula mamboan:
1. Parbue gabe

Ch. Manihuruk
21

23 Dengke
24 Ulos parompa
Parbue gabe pintor dipasahat do on disi sahat nasida tu jabu, ia dengkena dipasahat
ma andorang so marsipanganon (laho mangan), pamoruon pasahat tudutudu ni
sipanganon tu hulahulana. Na mamilang tangiang laho marsipanganon pamoruon do alai
na mangujungi hulahula ma. Sidung marsipanganon mambagi jambar ma songon na
masa di luat i.
Andorang so dipasahat dope hata gabe, pasahaton ni hulahula ma ulos parompa tu na
tardidi, herbang do diuloshon sian jolo.
Urutan ni angka na pasahat ulos parompa:
23 Ompung baona
24 Tulang ni na tardidi
25 Dohot uduran nasida
Dung i pe asa mangalehon hata pasu gabe:
1 Boru ni hula-hula
23 Dongan tubu ni hula-hula
24 Hula-hula tangkas
Dung simpul sude, dipasahat ma tu pihak pamoruon asa mangampu. Andorang so
mangampu, jolo pasahatonna do pasituak na tonggi tu hula-hulana dohot uduranna molo
adong tupa, alai molo ndang adong tong do uli ulaon i.
Mangampu ma pamoruon:
23 Dongan sahuta
24 Boru/bere
25 Dongan tubu
26 Hasuhuton
Biasa angka piga-piga punguan adong di pasahat bantuan berupa hepeng dibagasan
amplop berdasaron Anggaran Dasar dohot Anggaran Rumah Tangga ni Punguan i.
Sidung sude mangampu dipasahat protokol nasida ma tu hula-hula laho mangujungi
dohot ende/tangiang.

D. Adopsi (Mangampu) Anak dan Mangain Anak


Mangampu anak atau mangampu boru tidak sama dengan mangain anak. Mangain
anak (adopsi) didorong oleh karena tidak mempunyai anak lalu memungut anak dari
panti asuhan atau keluarga yang banyak anak. Biasanya hubungan si pangain dengan
orang tua anak yang diain diusahakan lepas, tidak terikat lagi. Mangampu anak (laki-laki
atau perempuan) adalah menerima atau bersedia mengakui anak terhadap seseorang
untuk keperluan anak itu sendiri terutama dalam hal adat.
Apabila calon penganten itu perempuan, maka si pemuda bersama orang tuanya
pergi ke pamannya meminta kesediaan mengakui calon istri keponakannya itu menjadi
anaknya.
Disini yang berinisiatif adalah si pemuda; calon istrinya dan orang tuanya. Bukan si
Paman. Apabila calon penganten itu laki-laki, maka si gadis, calon suami dan orang
tuanya menemui salah seorang Amangborunya (suami adik perempuan orang tua laki-
laki) meminta kesediannya menjadi orang tua calon suami siperempuan. Di sini yang
berinisiatif adalah si gadis, calon suaminya dan orang tua si gadis. Bukan si
Amangborunya. Hal seperti ini disebut mangampu anak atau mangampu boru, bukan

Ch. Manihuruk
22

mangain anak.
Mangampu anak atau mangampu boru secara otomatis memberi marga kepada anak
atau boru yang diampu. Acara ini harus dihadiri oleh fungsional adat dalihan natolu.
Hombar tu paradaton ni halak Batak, ingkon adong do marga asa boi mardalan
adat na gok, contoh: pangolihon anak/pamuli boru.
Molo mangulahon adat Batak na gok ingkon diadopi dalihan na tolu do, ima:
23 Dongan tubu
24 Boru
25 Hulahula
Di ganup ulaon adat, lumobi adat na gok adong do panghataion namasialus-alusan dohot
aturanna. Sian parmulaan ni panghataion sahat tu na patorang tujuan/maksud ni ulaon
nunga i di bagasan acara khusus. Tingki mandok hata jotjot do dilapik umpasa.
Somalna dongan tubu ni suhut na dua pihak masisungkunan,
manungkun dohot mangalusi ruhut ni ulaon.
Ido alana molo adong anak baoa/boru-boru sian na so Batak naeng pajongjong
rumatangga dohot anak boru-boru/baoa ni halak Batak, ingkon pampehononhon do
marga tu anak/boru na so marmarga i. Marga na dipampehon i ma nagabe mangamai
ulaon i dipangkataion adat.
Molo mamampehon marga tu anak baoa ingkon setuju do:
23 Dongan tubu ni marga sipampeon i
24 Boru ni marga sipampeon i
Alana mulai sian na ampe marga i tu ibana nunga tarsurat be ibana di silsilah/tarombo ni
margana i, jala pinomparna pe ingkon mangihuthon sundut ni tarombona ma tu joloan ni
ari ima marga ni ama.
Jadi di na mamampe marga, panghataion ni hasuhuton, dongan tubu dohot boru ni
marga sipampeon i tung manontuhon do di ulaon i.
Di ulaon si songon on, hasuhuton pasahathon tudu-tudu ni sipanganon ma tu dongan
tubuna.
Manungkun ma dongan tubu taringot tu tudu-tudu ni sipanganon i. Udut tu si, dipatorang
hasuhuton ma maksud/tujuan ni ulaon i.
Ingkon adong do antong sada ni roha di hasuhuton, dongan tubu songon i nang boruna,
asa dapot songon ni dok ni umpama:
Bonang sada hulhulan
Hori sada simbolan
Tangkas masisungkunan
Unang adong masisolsolan
Dung adong sada ni roha di angka hasuhuton, dongan tubu dohot boru, dipaboa ma tu
hulahula naung sorang berenasida.
Hulahula pe, songon patuduhon las ni rohana tong do adong dipasahat tu berena. Molo
mamampe marga anak baoa somalna sigagat duhut (horbo) do dipatupa parjuhutna, ai
pesta bolon do sisongon i.
Di tingki saonarion, molo hurang sihumisik, hape porlu ingkon pampeon marga,
dipatupa ma pinahan lobu juhutna jala digoari ma i na mangain (adopsi/angkat).
Molo tarbahen, patupaonna do muse pesta na bolon/manullang horbo lumobi molo
mamampe marga ni anak baoa. Alai molo mambahen marga ni boru (mangain/marmeme)
nang pe so pesta bolon tong do uli, alana marga ni boru dang boanonni pinomparna gabe

Ch. Manihuruk
23

margana.
Jadi mambahen marga ni boru jotjot do dipatupa parjuhutna pinahan lobu, tung mansai
uli do molo sigagat duhut parjuhutna.
Molo mamampe marga ingkon jouon do:
23 Dongan tubu
24 Boru/bere
25 Dongan sahuta
26 Hulahula
Songonon ma urutan pangulahonna dung adong dos ni roha di dongan tubu dohot
boru/bere:
1. Natorasna:
Marmeme (anak baoa/anak boru) disulanghon tolu
hali Indahan
Dengke
Mual sitio-tio
Pasahat Ulos
Pasahat parbue gabe
23Hulahula Pasahat
dengke Pasahat
ulos Pasahat parbue
gabe
24 Marsipanganon
25Pasahat upa panggabei
(hepeng) Dongan tubu
Boru, bere
Dongan sahuta, ale-ale
26 Pasahat piso-piso (hepeng) tu hula-hula dohot uduranna
27 Marhata gabe horas, manggabei ma angka raja
28 Mangampu hasuhuton
29 Dipasahat ma tu hulahula asa diujungi dohot ende/tangiang
Catatan : Di tingki on nunga adong perkembangan/modifikasi adat Batak ima di
paradaton perkawinan campuran (Anak baoa/anak boru sian na so Batak dohot anak
boru/baoa ni halak Batak).

E. Malua Sian Pangkhangkhungi/Naik Sidi


Setelah anak pria dan wanita dewasa sebagian gereja-gereja Protestan
menyelenggarakan, "Peneguhan Sidi" adalah bagian dari pengakuan iman. Setelah
melakukan katekisasi, seseorang bisa diteguhkan melalui peneguhan sidi oleh Pendeta
Jemaat melalui Upacara Liturgi di hadapan sidang jemaat.
Peneguhan Sidi mempunyai makna bahwa proses pembinaan atau pengajaran iman
yang dilakukan selama katekisasi telah selesai dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal
tersebut menjadi jelas karena di dalam Peneguhan Sidi, yang pertama adalah pernyataan
pengakuan percaya dari peserta yang telah selesai katekisasi di hadapan Allah dan
jemaat-Nya.
Sebelum peneguhan sidi, melalui katekisasi warga gereja diharapkan memiliki

Ch. Manihuruk
24

Pemahaman Iman yang benar kepada Tuhan Yesus Kristus berdasarkan Alkitab dan
sungguh sungguh percaya dan mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, mereka
dididik menjadi warga sidi Gereja yang bertanggung-jawab, memiliki pengetahuan
Alkitab yang cukup dan pemahaman yang benar tentang Firman Allah sesuai Alkitab,
siap dan terampil menjadi saksi Kristus.
Tong do adong na so mambahen pesta partangiangan molo malua sian
panghanghungi (naik sidi) dakdanakna. Holan nasida sakeluarga martangiang di jabu
dung mulak sian gareja.
Alai molo dipatupa pesta partangiangan, jouon ma:
Dongan tubu
Boru/bere
Dongan sahuta
Hula-hula
Di tingki on nunga diontang be hula-hulana nang pe ulaon di jabu ala nunga dianggap
sahuta di parserahan on tarlumobi ma di Jakarta. Alai dang pola sahat tu tulang ni
natoras na malua sian panghanghungon i.
Andorang so marsipanganon, jolo pasahaton ni hula-hula do dengkena, diuduti ma muse
pamoruon pasahathon tudu-tudu ni sipanganon tu hulahula. Nama milang tangiang laho
marsipanganon pamoruon do jala na mangujungi hulahula. Dung sidung marsipanganon,
marbagi jambar ma songon na ni ulahon/namasa di luat i.
Dung sidung sude parjambaran jala tingkos parpeakna tu angka tutur/tondong, diuduti
ma muse tu na pasahat hata pasu gabe tu dakdanak na malua sian panghanghungi i.
Dipiga-piga ulaon sisongonon Pihak hula-hula pasahat ulos dohot boras sipirni
tondi tu berena na malua sian panghunghungi, dung natoras na pasahat on sejumlah
amplop tu sude rombongan ni hula-hula sebagai pasituak na tonggi tarlumobi ma molo
rombongan hula-hula sian luar ni wilayah ni na toras ni panghang-hungi.
Sude raja na torop, diwakili piga-piga halak, mangalehon hata poda/pengarahan tu na
malua i asa betul-betul bertanggung-jawab di sude pangalaho na (tindakanna) secara
positip. Alana molo dung malua sian panghanghungi, di dok do naung toras jadi ingkon
do bertanggung-jawab dipangalahona. Dung sude mandok hata jala horong hulahula pe
nunga mandok hata podana, dipasahat ma tu hasuhuton asa mangampu jala laos
dipasahat ma tu na malua i laho mangampu.
Biasana angka dongan huta, namarhaha-maranggi dohot boru-bere pasahat on kado
manang berupa amplop sebagai manupaki ulaon i.
Di pangampuon i, songon on ma udutna (laos pasahathon hata poda):
Dongan sahuta
Boru/bere
Dongan tubu
Hasuhuton/natoras ni na malua
Na malua sian panghangkhungon
Sidung sude mangampu hata pasu gabe dipasahat ma tu hula-hula
laho mangujungi dohot ende/tangiang.

Ch. Manihuruk
25

Angka Inanta Soripada Sipata Dilehon do Tingki tu Nasida Pasahathon Hata

F. Ulaon Marpasu-pasu Pesta Unjuk manang Adat Na Gok (Pernikahan dalam


Adat Penuh)
Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting walaupun tidak menjadi suatu
seharusan bagi setiap individu. Pernikahan bagi masyarakat yang berbudaya tidak hanya
sekedar meneruskan naluri para leluhur secara terus-menerus untuk membentuk suatu
keluarga dalam ikatan resmi antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga memiliki arti
yang sangat luas bagi kepentingan manusia itu sendiri serta lingkungannya. Upacara
pernikahan memiliki ragam dan variasi antar bangsa, suku satu dengan yang lain dalam
suatu bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Namun, pengesahan secara hukum
suatu pernikahan hanya akan terjadi ketika dokumen tertulis yang mencatat pernikahan
ditandatangani. Undang-undang pernikahan Indonesia tahun 1974 menyebutkan bahwa
pernikahan adalah ikatan lahir dan batin seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami-
istri dengan tujuan membentuk keluarga dan rumah tangga yang berbahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adat dan upacara pernikahan pada dasarnya
akan tetap ada dalam masyarakat berbudaya, walau dalam batas ruang dan waku akan
senantiasa mengalami perubahan. Akan tetapi, perubahan tersebut akan selalu menjadi
unsur budaya yang dihayati terus-menerus, karena adat dan upacara pernikahan
mengatur dan mengukuhkan suatu bentuk hubungan antar manusia yang berlainan jenis
dalam masyarakat. Pernikahan Adat memiliki tata cara yang telah ada dan disepakati
dalam masyarakat. Tata cara yang telah disepakati tentu memiliki makna dan nilai-nilai
tertentu sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Dalam pesta perkawinan Adat Batak dikenal dengan perkawinan Ulaon Adat Na
Gok, yang maknanya seluruh proses/tahapan ritual adat perkawinan dilaksanakan secara
menyeluruh tanpa satu tahap atau prosespun yang terlewatkan, mulai dari lamaran
sampai secara simbolik penganten dipastikan sebagai suami istri sudah bersama dalam
satu rumah tangga di rumah keluarga pengaten pria dan telah memenuhi segala
persyaratan kewajiban adat.
1. Suatu acara perayaan yang bersifat sukacita atas pernikahan adat putra dan putri. Ciri

Ch. Manihuruk
26

pesta sukacita ialah berbagi jambar.


23 Jambar yang dibagi-bagikan untuk kerabat parboru adalah jambar juhut (daging) dan
jambar uang (tuhor ni boru)
24 Jambar yang dibagi-bagikan bagi kerabat paranak adalah ikan mas, dan ulos.

Adapun proses perkawinan adat Batak pesta unjuk sebagai berikut:


1. Patua Hata dohot Parhusipon
Tahap pertama yang masuk urusan adat ialah patua hata arti harfianya
“mematangkan pembicaraan”, yaitu meningkatkan hubungan di antara sipemuda dan
sipemudi menjadi urusan serius diantara orang tua masing- masing.
Marhusip sekarang ini artinya perundingan secara tidak resmi diantara pihak
parboru dan paranak mengenai besarnya mahar (sinamot).
(Di Toba Holbung/Laguboti ndang adong ulaon parhusipon)
Molo di Jakarta dohot luat na asing nunga diulahon na patua hata dohot parhusipon
andorang so marhata sinamot manang marhusip- husip na gogo.
Dung adong panghataion masiolo-oloan di sada doli-doli (anak baoa) dohot sada
namarbaju (anak boru) naeng marrumah tangga, ganup ma nasida nadua paboahon tu
natorasna be. Tu domu-domu on dipaboa parboru dohot paranak angka pangidoan
nasida. Dung cocok pangidoanni suhut pihak na dua, langsung ma muse angka suhut
manghatai, dibuhul ma tingki / ari marhata sinamot dohot pesta unjukna. Domu-domu
(perantara) sian paranak do parjolo manghatai dohot domu-domu sian parboru niutus
ni suhut na dua pihak.
Utusan ni natoras sian paranak laho ma mandapothon natoras ni anak boru
(parboru) patandahon diri huhut manghatahon maksud nasida na naeng ro patua hata /
marhusip.
Di ulaon patua hata (marhusip), paranak dohot parboru ndang manggora/ dang
manggokhon hula-hulana (molo di Jabadetabek).
Parboru dohot paranak manggora/manggongkhon :
Dongan tubu
Boru/bere
Dongan sahuta
Ulaon patua hata (parhusipon) dipatupa di huta ni parboru. Paranak mamboan
sipanganon dohot namargoarna, parboru paradehon dengkena.
Andorang so marsipanganon, dipasahat paranak ma tudutudu ni sipanganon tu
parboru, laos songon i do nang parboru pasahathon dengkena tu paranak.
Alai sipata dang pintor dijalo parboru tudu-tudu ni sipanganon i jala dengke na pe
ndang pintor dipasahat tu paranak.
Alana mabiar do parboru atik adong panghataion na so satolop (ndang akur) hape
nunga marsileanan tudu-tudu ni sipanganon.
Na mamilang tangiang marsipanganon somalna sian paranak do. Dung sidung
marsipanganon parboru manunghun partording ni tudutudu ni sipanganon i. Paranak
mangalusi: "Surung-surung ni hamu hula-hulanami do i".
Jadi dibuat parboru ma sian tonga-tonga asa dibagi nasida. Alai anggo dengke i
jambar ni paranak do jala tong ma dibuat paranak sian tonga ni loloan.
Dung i muse, RAJA HATA ni parboru manungkhun lapatan manang hata ni
sipanganon i. Paranak pe mangalusi ma, laos dipaboa: "Naung adong panghation ni

Ch. Manihuruk
27

naposo jala nunga masitiopan hata anak nami dohot boru ni raja i hula-hula nami,
songon i ma mangihuthon boa-boa ni anak nami."
Pihak parboru pe disunghkun ma boruna manang na toho do hata ni paranak i. Molo
dung tingkos naung adong dinasida hata na masioloan (masitiopan hata) dijalo ma
hata ni paranak i, on ma nanidokna patua hata (ai nunga sahat hata tu natuatua). Dung
i laos dipangido paranak ma asa diuduti sahat tu parhusipon (mangarangrangi).
Parboru pe somal na tong do satolop tu pangidoan ni paranak i. Goar na do
parhusipon, molo panghatahonna tong do gogo (tangkas) jala sude do tutur na ro i
umbegesa (marhusip-husip na gogo).
Jadi dihusipi (dirangrangi) ma di si:
Pangulaon ni pesta (dialap manang ditaruhon jual)
Godang ni sinamot
Todoan suhi ni ampang na opat
Godang ni ulos
Tintin marangkup
Ari/tanggal partumpolon
Inganan/Gareja partumpolon
Ari/tanggal Pamasumasuon
Inganan/Gareja pamasumasuon
Alaman/Gedung pesta unjuk
Godang ni undangan:
Parboru
Paranak
Dung sidung sude dihatai jala diundukhon na dua suhut, mangalehon hata pasupasu
ma parboru tu paranak, tar songon on ma parjojorna:
Mandok hata boru/bere
Mandok hata dongan sahuta
Mandok hata dongan tubu
Mandok hata (manggohi) hasuhuton bolon
Sidung on sude diulahon, dipasahat ma tu suhut paranak asa diampu, songon on ma
parjojorna:
Mangampu dongan sahuta
Mangampu boru/bere
Mangampu dongan tubu
Mangampu (manggohi) hasuhuton bolon
Dung sidung on sude, dipasahat RAJA HATA ni suhut paranak ma acara tu parboru
jala diujungi parboru ma dohot ende/tangiang.
Catatan: Hasil ni panghataion naung ditolopi di parhusipon dipangke ma i gabe
acuan tu ulaon na marhata sinamot. Biasa dung sae parhusipon masing-masing
paranak melanjut acara tonggoraja suang songoni parboru mambaen acara sendiri
na digoaran ria raja, molo adong pangarapotan si songonon dipersiapan ma
margoar na nigoaran Jambar Ni Adopan, lapatan na sude nampunasa diangka na
mardongan tubu dohot dongan sahuta.

Pangulaon di Pesta Unjuk


a. Ditaruhon jual (Di alaman di Paranak)

Ch. Manihuruk
28

Yang dimaksud dengan Taruhon Jual pada intinya adalah Keluarga Besar
Penganten Pria secara penuh mengurus dan bertanggung jawab proses acara
pernikahan adat dimaksud dari awal hingga akhir dengan dibantu pihak pengaten
perempuan dan teman sekampung keluarga penganten pria. Dalam hal ini
penganten pria memberikan mahar (sinamot) secukupnya kepada keluarga
penganten perempuan sedang sebagian besar biaya pesta ditanggung pihak
penganten prianya (keluarga pria sebagai tuan rumah)
Najolo pangoli dohot pandongani do na laho tu huta ni parboru mangalap jual asa
rap borhat tu gareja. Rap udur ma borhat tu gareja pengantin, pandongani dohot
sude uduran ni parboru.

Penganten Pesta Unjuk Adat Batak Toba

Ia natoras ni pengantin baoa dohot angka uduranna paintehon do di gareja. Jadi


natoras ni pengantin boru dohot natoras ni pengantin baoa songon i nang angka
uduranna pajumpang di gareja do. Di son ndang adong sibuha-buhai.
Dung sidung pamasu-masuon di gareja, rap udur ma tu huta ni paranak laho
mangalehon dohot manjalo adat na gok. Molo ulaon sadari do, laos dipatupa ma
disi jual sian paranak dohot jual sian parboru (jual ni parmebaton)
Di tingki saonari on ulaon unjuk ditaruhon jual manang dialap jual nunga jolo
diulahon marsibuha-buhai jala rap borhat ma sian jabu ni parboru tu gareja, ala di
tingki ulaon adat di gedung hasuhutan bolon nadua sibuk do mandapothon/manosoi
angka tondongna be gabe dang adong be tingki marsipanganon.
Jadi di tingki marsibuhabuhai nama kesempatan ni hasuhuton bolon nadua
marsipanganon.
b. Dialap jual (Di alaman di Parboru)
Yang dimaksud dengan Dialap Jual pada intinya adalah Keluarga Besar Penganten
Wanita secara penuh mengurus dan bertanggung jawab proses acara pernikahan
adat dimaksud dari awal hingga akhir dengan dibantu pihak penganten pria dan
teman sekampung keluarga penganten wanita. Dalam hal ini penganten pria

Ch. Manihuruk
29

memberikan mahar (sinamot) secukupnya kepada keluarga penganten perempuan


dan ditambah dengan kesediaan keluarga pria memberikan bantuan dana atau
biaya yang diperlukan dalam pesta tersebut yang secara teknis menjadi tanggunga
jawab keluarga penganten perempuan, jika dua jenis pemberian uang ini dijadikan
satu disebut sitombol (keluaga perempuan sebagai tuan rumah).
Paranak nang pangoli songon i nang uduranna mamboan sipanganon dohot
namargoarna laho pasahatonna tu hula-hulana.
Parboru paradehon dengkena na laho pasahatonna tu pamoruonna. Dung sidung
paranak pasahathon tudu-tudu ni sipanganon tu hula-hulana jala parboru
pasahathon dengkena tu pamoruon na diuduti ma tu na marsipanganon. Na
mamilang tangiang marsipanganon biasana sian paranak do.
Na mangujungi dohot tangiang laho borhat tu gareja sian hulahula ma, ulaon on
ma nanidokna marsibuha-buhai. Dung sidung pamasu-masuon di gareja, rap udur
ma tu huta ni parboru laho mangalehon dohot manjalo adat na gok.
Molo ulaon sadari do, dipatupa ma disi jual sian paranak dohot jual sian parboru
na laho pangkeonna di ulaon maningkir tangga dohot paulak une. Songon i ma
ruhut-ruhut ni pesta unjuk di halak Batak Toba.

G. Ulaon Marhata Sinamot


Dalam tradisi pernikahan di Indonesia, tidak akan pernah terlepas dari yang
namanya mahar atau seserahan. Bukan hanya sebagai syarat sah dalam prosesi menikah,
mahar juga dapat diartikan sebagai perlambangan kesungguhan si pria dalam menikahi
pasangannya. Nggak tahu kenapa mahar bisa dinilai sebegitu penting, mungkin karena
sudah menjadi anjuran agama, adat, budaya serta tradisi di setiap daerah bahwa mahar
itu sesuatu yang wajib untuk dilaksanakan. Biasanya mahar juga menjadi pertanda status
sosial kedua mempelai, semakin besar mahar yang diberikan, semakin besar apresiasi
yang diterima.
Sinamot adalah sejumlah uang yang disiapkan keluarga laki-laki untuk
disampaikan/diberikan kepada keluarga perempuan. Sejumlah uang tersebut biasanya
digunakan oleh keluarga wanita tersebut untuk pesta kawin. Maka marhata sinamot
adalah membicarakan jumlah uang yang akan diserahkan pihak keluarga laki-laki
kepada pihak keluarga wanita untuk biaya pesta perkawinan. Apabila pesta itu dilakukan
di tempat orang tua si wanita maka dalam istilah adat disebut dialap jual, maka jumlah
sinamot akan lebih besar bila dibandingkan dengan bila pesta adat itu dilakukan di
tempat si pemuda yang dalam istilah adat disebut taruhon jual.
Menurut adat, uang sinamot yang diterima orang tua si wanita harus dibagi kepada :
Sijalo bara atau pamarai, yaitu abang atau adik orang tua si wanita .
Tulang, yaitu saudara laki-laki dari ibu si wanita.
Pariban, yaitu kakak si wanita yang sudah bersuami, kalau tidak maka posisi itu
digantikan oleh namboru, yaitu saudara perempuan ayah si wanita yang sudah
berkeluarga pula.
Dalam istilah adat ke-empat penerima sinamot ini, yaitu suhut (orang tua si wanita),
sijalo bara (pamarai), tulang, dan pariban disebut suhi ni ampang na opat. Di lain tempat,
suhut (orang tua si wanita) tidak termaksud dalam suhi ni ampang na opat, karena itu
simandokhon yaitu saudara laki-laki si wanita yang sudah berkeluarga termaksud suhi ni
ampang na opat dan menerima jambar atau bagian dari sinamot.

Ch. Manihuruk
30

1. Marhata Sinamot Andorang so Pesta Unjuk/Pamasu- masuon


Nunga mansai jarang ulaon di tingkion marhata sinamot andorang so pesta unjuk alai
sai tong do adong na mangulahon, alai na porlu ima: "Di na marhata sinamot nunga
paadop-adop hulahula ni pihak parboru dohot hula-hula ni pihak paranak".
Tutur na niontang ni parboru dohot paranak:
Dongan tubu
Boru/bere
Dongan sahuta
Hulahula
Pinggan panungkunan mardalan holan di tingki na marhata sinamot do, jala holan
sahali.
Nang pe asing ari ni namarhata sinamot dohot pesta unjukna, holan di na marhata
sinamot do mardalan pinggan panungkunan.
Molo parjolo marhata sinamot sian pesta unjuk, dibagasan undangan ma dibahen
amplop na marisi hepeng.
Di pihak parboru digoari ma i "PINGGAN PANGANAN", molo di pihak paranak
digoari ma i "ULOS TINONUN SADARI", alai tu sude horong ni hula-hula/tulang
"PINGGAN PANGANAN" do i digoari.
Jala on laos boaboa do tu na niontang naung diulahon marhata sinamot.
Songoni do nang suhi ni ampang na opat dohot tintin marangkup nunga boi dipasahat
dung sidung marhata sinamot.
Suang songon i nang sinamot pe nunga boi dipasahat sude (gok), alai molo sebagian
dipasahat di mata ni ulaon i, tong do uli.
Dung sidung marsipanganon di pesta unjuk, marbagi jambar ma. Udut tusi pihak
paranak mangido tingki asa manjalo tumpak sian angka tuturna.
Dung singkop on sude diulahon, dimulai ma pangkataion.
Ditingki na manungkun hata ni sipanganon pihak parboru, laos di son ma tingki
paboahon tu sude raja naniontang godang ni sinamot naung diundukhon sipasahaton
ni paranak.
Songoni do nang godang ni ulos ditingki on ma ditariashon dohot angka na mardomu
tu si (suhi ni ampang na opat, titin marangkup). Dung i diuduti ma muse:

Pasahat panggohi ni sinamot, molo so sahat dope sude Pasahat ulos herbang
Marhata sigabe-gabe
Diujungi hula-hula

2. Marhata Sinamot dohot Marpesta Unjuk Dibagasan Sadari


Godang do na mangulahon marhata sinamot dohot pesta unjuk dibagasan sadari
lumobi na di kota.
Dung sidung marsipanganon, marbagi jambar ma, laos mangido tingki ma paranak
asa manjalo tumpak nasida sian angka tondongna.
Dung singkop sude diulahon, disungkun pihak parboru ma hata ni sipanganon.
Mangalusi ma paranak na adong maksud ni nasida pasahat sinamot huhut manjalo
dohot pasahat adat na gok (somalna di ulaon sisongon on nunga jolo adong diulahon
nasida parhusipon).
Di ombason ma dihatai:

Ch. Manihuruk
31

Godang ni sinamot
Suhi ni ampang na opat
Pinggan panganan
Godang ni ulos herbang
Ulos tinonun sadari
Tintin marangkup
Dung singkop on sude dihatai raja parhata, dipaboa ma tu hasuhuton
bolon (parboru), molo dung suman dioloi ma.
Pangulaonna
Sipasahaton ni paranak:
Sinamot na gok tu suhut bolon, alai jolo dietong raja parhata ni
parboru manang naung gok songon na ginollit
Suhi ni ampang na opat:
a. Todoan ni sijalo bara (Amang tua/uda ni boru muli)
b. Todoan ni simandokkon (Iboto ni boru muli/parorot/kakak/namboru)
c. Todoan ni tulang (Tulang ni boru muli)
d. Todoan ni ompung (Ompung ni boru muli, molo mangolu dope,
khusus) Sude angka sijalo todoan adong do tolu mansam kewajibanna,
alai molo sebagian pe dipasahat nauli do ima:
Pasahat ulos herbang
Pasahat dengke
Pasahat parbue gabe
Tu sude tondong na niontang ni paranak dipasahat do jambar nasida
ima hepeng na margoar pinggan panganan.
Sipasahaton ni parboru:
a. Ulos pansamot, Ulos tu suhi ni ampang na opat:
b. Ulos hela
c. Ulos pangabarai/pangamai (Amang tua/uda ni anak mangoli)
d. Ulos simanggonghon (Haha/anggi ni anak mangoli)
e. Ulos sihunti ampang (Namboru/iboto ni anak mangoli)
Ulos pargomgom (Ompung ni anak mangoli, molo mangolu dope, khusus)
Ulos pargomgom sian Tulang ni pangoli
Na pasahat todoan/panandaion tu suhi ni ampang na opat ni pihak
parboru, langsung do pihak paranak.
Songon i do nang suhut parboru, langsung do pasahat ulos herbang tu suhi ni ampang
na opat ni paranak.
Alana molo adong namasa/ulaon di ari na mangihut suhut na dua pihak on do
masiontangan.
Jadi porlu do masitandaan angka suhut dohot paidua ni suhut ni tuturna.
Suang songoni do angka tutur na niontang ni paranak i ma:
Dongan tubu
Boru/bere
Dongan sahuta/aleale
Sude do dapotan ulos tinonun sadari (bentuk hepeng)

Ch. Manihuruk
32

H. Ulaon TinTin Marangkup


Tintin marangkup (pemberian sejumah uang kepada paman penganten pria)
dimaknai sebagai memohon dukungan pada paman agar paman mau memaafkan karena
berenya telah menikah anak gadis bukan keturunan tulangnya (pariban). Dan kiranya
pamannya dapat menerima anak gadis yang dinikahi oleh berenya diterima menjadi putri
pamannya. Dengan kata lain perjanjian antara Pamannya (Tulangnya) mempelai pria
dengan orangtua mempelai wanita bahwa meskipun mempelai pria menikah bukan
dengan putri pamannya, melainkan dengan putri dari marga lain, namun mereka akan
memperlakukan mempelai wanita sama seperti putri mereka sendiri. Pihak Tulangnya
mempelai pria akan memperlakukan si mempelai perempuan sama seperti putri mereka.
(Sisada boru ma nasida). Kesepakatan ini sesungguhnya membawa konsekuensi logis
dalam banyak hal.
Anak bawa di halak batak berkewajiban do manopot/mangalap/mangoli boru ni
tulang.
Molo ndang boru ni tulang di topot, adong ma kewajiban ni paranak dohot parboru
pasahat tintin marangkup (bentuk hepeng) tu tulang ni anak mangoli.
Paranak mangalehon sabagian, parboru mangalehon dua bagian (dua hali godang ni na
nilehon ni paranak), jala dipasada do i dibagasan amplop.
Paranak holan patandahon parboru do tu tulang ni anak mangoli alai na pasahathon tintin
marangkup parboru do.
Jadi dung dijalo tulang ni anak mangoli jambarna i, dianggap ma na nialap ni berena i
songon boru tubuna.
Jadi adong ma kewajibanna songon parboru pasahat ulos herbang, dengke, parbue gabe,
i do umbahen na adong umpasa na mandok:
Hot pe jabu i tong do margulang-gulang Boru ni ise pe dialap bere i tong do i boru ni
tulang

Pasahat Ulos tu Penganten


Pasahat ulos holong parboru:
Mardangka salohot, tanda do na sumolhot.
Ise na sumolhot ima na parjolo pasahat ulos:
Dongan tubu
Boru
Dongan sahuta
Ulos ni parsadaan
Dung i pinasahat ma tingki tu tulang laho pasahathon ulos sian horong ni tulang ni
parboru:
Hula-hula/tulang tangkas ni boru muli
Tulang
Bona Tulang
Tulang rorobot
Hula-hula ni na marhaha-maranggi
Hula-hula ni anak manjae
Alai molo dipanghataion (marhata sigabe-gabe), tulang tangkas ni boru muli ma
parpudi/pargomgom. Dung singkop on sude, parboru mangalehon tingki tu horong
paranak pasahat ulosna.

Ch. Manihuruk
33

Pasahat ulos sian horong ni hula-hula/tulang ni paranak:


a. Hula-hula/tulang tangkas ni pangolin
Tulang
Bona Tulang
Tulang rorobot
Hula-hula ni na marhaha-maranggi
Hulahula ni anak manjae
Molo di panghataion (marhata sigabe-gabe) tulang tangkas ni pangoli ma parpudi.
Tangkas do hita sude mamboto dung sidung marhata sinamot na parjolo dipasahat
pihak paranak/pamoruon ima:
a. Sinamot na gok tu suhut na bolon
Todoan tu suhi ni ampang na opat
Dung i dipasahat ma muse angka pinggan panganan
Catatan : Molo diparboru digoari ma pinggan panganan; diparanak ulos
tinonunsadari Suang songon i do na pasahat ulos pihak parboru
a. Parjolo ma dipasahat ulos pansamot tu natoras ni hela
Mangihut ma ulos hela tu penganten dohot mandar ni hela
Ulos tu sijalo todoan (suhi ni ampang na opat) sian paranak
Dipasahat ma muse ulos tinonun sadari
Songoni do nang horong ni tulang na pasahat ulos, na manjalo todoan (tulang tangkas
ni boru muli/tulang tangkas ni hela; molo dung tingkina/giliran ni tulang) angka on
do na parjolo pasahat ulos sian horong ni angka tulang dohot sian horongna sandiri.
Dung i mangihut ma angka na pasahat ulos hombar tu urutanna. Jadi asa na sumolhot
ma na parjolo pasahat ulos herbang.

Alai molo di panghataion sigabegabe, tulang tangkas ma parpudi/pargomgom laho


mandok hata gabe. Nuaeng on mardomu tu arga ni tingki nunga adong angka horong
ni tulang napajolohon pasahat ulos herbang hape tulang tangkas sandiri ndang dope
pasahat ulosna tu penganten.
Parpudi ma dibahen nasida tulang tangkas ni boru muli/anak mangoli pasahat ulos
herbang.
Jala dung sidung nasida pasahat ulos somalna langsung mulak be, hape adong dope
kewajibanna pasahat hata pasugabe.
Jadi mangihuthon pandapot ni panurat hurang tingkos do on ai nunga parpudi
dibahen nasida pasahat ulos herbang SIJALO TODOAN.
Lumobi di uduran ni tulang tung hurang tingkos do si songon i, alana tulang tangkas
on do mangarahon dongan tubuna, jadi tulang tangkas i do tong-tong siihuthonon ni
uduran na di ulaon i

2. Marhata Sigabe-gabe
Urutan ni na mandok hata/marhata sigabe-gabe di pihak parboru
Boru/bere
Dongan sahuta/aleale
Dongan tubu
Dung singkop on sude mandok hata, dipasahat ma tu horong ni hula-hula/tulang ni
pihak parboru, urutanna ima:

Ch. Manihuruk
34

a. Hula-hula ni anak manjae


b. Hula-hula ni na marhaha-maranggi
c. Bona tulang
d. Tulang rorobot
Tulang
Hula-hula (tulang tangkas ni boru muli)

Dung sidung on sude mandok hata, mangampu ma paidua ni hasuhuton dung i


dipasahat ma tu hasuhuton bolon asa diampu.
Dung singkop on sude diulahon, dipasahat ma muse tu pihak paranak.
Paranak pasahathon tu horong ni hulahula nasida laho pasahat hata sigabe-gabe.
Urutan ni na mandok hata sian horong ni hula-hula ni paranak:
a. Hula-hula ni anak manjae
b. Hula-hula ni na marhaha-maranggi
c. Tulang rorobot
d. Bona tulang
e. Hula-hula (tulang tangkas ni pangoli)
Catatan : Sude angka dongan samarga ni tulang ni anak mangoli digoari ma hula-hula
Dung sidung on sude diulahon mangampu ma pihak paranak, urutanna ima:
a. Dongan sahuta/aleale
Boru/bere
Dongantubu
Parsadaan marga laos tingkion ma pasahat kado ni parsadaan
Paidua ni hasuhuton
Hasuhuton
Penganten
Dipasahat ma muse tu hula-hula asa ditutup dohot ende/tangiang
Catatan : Molo diulaon Unjuk sae ma holan sahut/wakil, penganten na mangampu.
Dung sidung on sude dipasahat ma olop-olop (hepeng), hepeng on sebagian sian
suhut paranak sebagian sian suhut parboru, pihak paranak pasahathon tu pihak
parboru asa dipadomu dung i muse dibagi dua.
Bagian ni paranak dipasahat ma tu horong nasida asa dibagibagi laos songon i nang
pihak parboru pasahathon tu horong nasida.
Dung sidung dibagi tu ganup horong diolophonma panggabean parhorasan 3x (tolu
hali)
Olopolop... olopolop... olopolop...

I. Ulaon Paulak Une dan Maningkir Tangga


Pada mulanya kedua kegiatan ini terpisah, namun akhir-akhir ini banyak pihak
keluarga menginginkan acara ini satu kali saja dan di gabungkan dalam pesta unjuk.
Oleh karenanya dalam penulisan ini digabungkan
Paulak une dilaksanakan setelah satu, tiga, lima atau tujuh hari si wanita tinggal
bersama dengan suaminya, maka paranak, minimum pengantin pria bersama istrinya pergi
ke rumah mertuanya untuk menyatakan terima kasih atas berjalannya acara pernikahan
dengan baik, terutama keadaan baik pengantin wanita pada masa gadisnya (acara ini lebih
bersifat aspek hukum berkaitan dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam

Ch. Manihuruk
35

pernikahan). Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung


halamannya/rumahnya dan selanjutnya memulai hidup baru.
Maningkir Tangga dilasanakan beberapa lama setelah pengantin pria dan wanita
berumah tangga terutama setelah beridiri sendiri (rumah dan mata pencariannya telah
dipisah dari orang tua si laki-laki) maka datanglah berkunjung parboru kepada paranak
dengan maksud meningkir tangga (melihat rumah tangga penganten baru). Dalam
kunjungan ini parboru juga membawa makanan lauk pauk dengan ikan mas. Dengan
selesainya kunjungan maningkir tangga ini maka selesailah rangkaian pernikahan adat
na gok.
Hombar tu arga ni tingki (demi efisiensi waktu dan ekonomi) nuaeng on dung
sidung ulaon unjuk pintor diuduti ma tu maningkir tangga dohot paulak une manang
mebat, jala on ma naginoaranna ULAON SADARI.
Pihak paranak paradehon jual (indahan dohot sipanganon lengkap dohot namargoarna)
na laho pasahatonna tu hulahulana.
Pihak parboru pe tong do paradehon jual (dengke, indahan, parbue gabe dohot lampet)
na laho pasahatonna tu boruna.
Dungi diujungi hula-hula ma ulaon na maningkir tangga dohot na paulak une on
dibagasan tangiang.
Pihak paranak mangalehon upa panaruhon (ongkos/hepeng) tu pihak parboru. Paranak
mangontang horongnasida (dongan tubu, boru/bere) tu jabu laho manigati
jual na sian hula-hulana.
Laos di tingkion ma pasahat hata tu penganten baru songon tambahan bekal dinasida
laho mangalugahon rumatangga na imbaru napinungkanasida.
Parboru pe tong do mangontang dongan tubu dohot boru/berena tu jabu laho manigati
jual na pinasahat ni pamoruonna.
Dung i, mulak be ma sude angka tondong/tutur.
Naporlu Botoon:
Molo pesta unjuk dialap jual (ulaon di huta ni parboru) diulahon ma maningkir tangga
dohot paulak une.
Molo pesta unjuk ditaruhon jual (ulaon di huta ni paranak) diulahon ma mebat Cara
pangulahononna dohot sipanganon na pinatupa di ulaon maningkir tangga dohot mebat
sarupa do.

J. Kawin Lari (Ulaon Mangalua)


Perkawinan yang terjadi tanpa restu orangtua, atau bisa dikatakan pernikahan yang
tidak diadati (mangadati). Secara konseptual berati sepasang muda-mudi yang kawin
dengan cara di luar prosedur perkawinan ideal karena satu atau beberapa hal, seperti
karena masalah ekonomi (masalah pembayar sinamot yang kurang), masalah sosial
(perbedaan status ditengah kehidupan masayarakat) ataupun masalah yang lainnya.
Dalam hal ini berarti kawin tanpa melalui prosedur pembayaran sinamot terlebih dahulu.
Dalam mangalua ini seakan akan adalah soal belakang, yang penting adalah mereka
kawin dulu.
Nunga adong dos ni roha (tahi) ni sada doli-doli dohot sada namarbaju pajongjong
ruma tangga (keluarga naimbaru) alai natua-tua ni sidoli songon i nang natua-tua ni
namarbaju i ndang manolopi di rencana nasida i, gabe tubu tu pingkiran nasida laho
menempuh jalan pintas: "Mangalua (kawin lari)".

Ch. Manihuruk
36

Najolo andorang so ro dope ugamo Kristen tu tano Batak, molo diluahon doli-doli sada
namarbaju tu hutana pintor dipaboa doli-doli i do tu natorasna. Paranak pe dijou ma
dongan tubu, boru, bere dohot dongan sahutana laho patupahon partangiangan.
Sidung marsipanganon, mandok hata gabe ma angka tutur tu hasuhuton dohot tu
pengantin baru.
Mangampu ma muse suhut dohot pengantin baru, dung i dipasahat ma tu haha ni partubu
asa diujungi dohot tangiang. Dung i laho ma dongan tubu dohot pamoruonna (hira-hira
3-4 halak) tu huta ni parboru manaruhon (boa-boa) na Jambar Suhut (Namarhodong).
Alai dung ro ugamo Kristen tu tano Batak, tu jabu ni pangula huria nama pangalua
dohot naniluahon na laho, jala disi ma tinggal na marbaju i paima sahat tu panghataion
ni natuatua asa boi marpasupasu.
Molo ndang tu jabu ni pangula ni huria dianggap melanggar peraturan ni gareja do gabe
dipabali/dipecat sian huria.

Adong do piga-piga cara pamasu-masuon ni na mangalua:


Diadopi holan tutur ni paranak (dongan tubuna, boru/berena dohot dongan sahutana)
Dung sidung pamasu-masuon di gareja, digongkhon paranak ma sude tondongna tu
jabu nasida laho patupa partangiangan. Sidung marsipanganon sude ma angka
tondong na ro i pasahat hata gabe tu hasuhuton dohot tu pengantin baru.
Dung diampu suhut dohot pengantin baru dipasahat ma tu haha ni partubu asa
diujungi dohot ende/tangiang. Dung i laho ma muse dongan tubu dohot boruna
manaruhon ihur-ihur tu parboru paboa naung dirajahon boru nasida.
Diadopi tutur pihak paranak dohot paidua ni suhut parboru.
Godang do na mangulahon dipasupasu di jabu na mangalua. Dung sidung dipasu-
pasu pangula ni huria pintor dipatupa do partangiangan. Dung sidung marsipanganon
dibagi ma parjambaran.
3. Diadopi Paranak alai mangihut muse dohot Parboru
Dung diboto paranak naung mangalua anakna di jabu ni pangula ni huria, paranak
dohot dongan tubu, boru/berena patupa sipanganon dohot namargoarna laho boanon
nasida tu huta ni parboru.
Mansai denggan do dipaboa haroro ni paranak tu parboru asa diboto parboru
manggonghon angka tutur dohot dongan sahutana jala parboru paradehon dengkena
sipasahoton na tu paranak. Andorang so marsipanganon dope, dipasahat ma tudu-
tudu ni sipanganon jala parboru pe pasahathon dengke na.
Ia tudutudu ni sipanganon sian paranak dohot dengke sian parboru dipeakhon do i di
tongatonga ni loloan, i ma naginoaranna "Jambar Niadopan".
Dung sidung marsipanganon, disungkun parboru ma lapatan/hata ni sipanganon na
binoan ni paranak. Di ombas on ma dipaboa paranak tu parboru naung di jabu ni
pangula ni huria anakna dohot boruni nasida marsada tahi laho pajongjong ruma
tangga naimbaru.
Suman do ulaon on songon ulaon Marhusip jala laos di son do dirang-rangi:
a. Godang ni sinamot
b. Suhi ni ampang na opat
c. Tintin Marangkup
d. Godang ni ulos
e. Ari/inganan pamasu-masuon

Ch. Manihuruk
37

f. Godang ni undangan
Molo ulaon sadari do paranak dohot parboru paradehon jualna asa adong pangkeonna
di ulaon mebat.
Pesta unjuk si songon on somalna metmet do alai ruhut-ruhut ni paradaton sarupa do
tu pesta unjuk taruhon/nialap jual.

K. Kunjungan Kerumah Orangtua Penganten Wanita setelah Kawin Lari (Ulaon


Manuruk-Nuruk)
Manuruk-nuruk dalam arti harfianya “meminta maaf”. Pihak paranak disertai kerabat
dekat membawa makanan daging ala kadarnya ke rumah parboru, yang juga didampingi
oleh kerabat terdekatnya. Dalam perkawinan masyarakat Batak di bona pasogit ada juga
perkawinan tanpa restu dari orang tua si wanita karena kawin lari (mangalua). Sipemuda
datang menjemput kekasihnya, lantas mereka melarikan diri menurut kemauan hati. Syarat
terpenting yang harus dipenuhi ialah perempuan itu dibawa ke rumah orang tua pria atau
kalau tidak ke situ boleh ke rumah keluarga yang bersedia menerima pangamai dan lebih
baik kalau mereka pergi ke rumah penatua gereja.
Dalam tempo tidak boleh lebih dari 24 jam harus berangkat perwakilan dari
paranak, biasanya bagian boru membawa ihur-ihur (bagian ekor babi) ke rumah orang
tua siperempuan, dan kalau ditolak persembahan itu boleh ke rumah kerabat semarga
yang terdekat dari parboru.
Dung manang piga-piga bulan dung mangalua keluarga na imbaru on, ro do muse
nasida rap dohot dongan tubuna, boruna laho manuruk-nuruk. Di ulaon manuruk-nuruk
mamboan sipanganon dohot namargoar na do paranak, jala parboru pe paradehon
dengke na dohot ulos holong (ulos herbang) jala manjou dongan tubu, boru/bere songon
i nang dongan sahuta na.
Andorang so marsipanganon dope, jolo dipasahat paranak do tudu-tudu sipanganon i
tu jolo ni hula-hula na, songon i nang parboru pasahathon dengkena tu paranak.
Sidung marsipanganon marpanungkun ma parboru taringot tu tudu-tudu ni sipanganon i.
Paranak mangalusi ala pajolo holong papudi uhum nasida, ai sada aturan ni adat Batak do
molo niluahon sada boru ingkon laho do muse manuruk-nuruk tu huta ni hulahula nang
pe naung ditaruhon pangabis paboa naung nirajahon boru nasida.
Dungi pasahat hata nauli hata nadenggan hata gabe ma hulahula tu pamoruonna jala
dipasahat dohot ulos holong tu hela dohot boruna.
Di ulaon manuruk-nuruk paranak pasahat pasituak na tonggi tu parboru dohot sadude na
nigokkon na andorang so mangampu hata.
On ma sada cara na resmi ni paranak patuduhon natinangkona (naniluahon na).
Dung diulahon manuruk-nuruk nunga bebas hela dohot boru tu huta ni simatua
na/natoras na.

L. Ulaon Mangadati Sulang-Sulang Pahompu


Dilaksankan pesta ini karena sebelumnya penganten kawin lari, setelah mapan dan
punya anak mereka memenuhi persyaratan adat penuh dimana cucu, anak dan menantu
pria datang membawa makanan tudu-tudu sipanganon dan membayar maharnya kepada
orang tua istrinya.
Dinalaho manggarar utang (adat na gok na nigoaran batu ni sulang-sulang) paranak, tong
do ro nasida manggokhon.

Ch. Manihuruk
38

Ditingki na manggokhon on, pihak paranak mamboan sipanganon lengkap dohot


namargoar na, parboru paradehon dengke na. Laos ditingki on ma dihatai (digollit) sadia
godang sipasahaton nasida di ulaon sulang-sulang pahompu na naeng sipatupaon i, angka
on ma: Somba-somba ni uhum manang batu ni sulang-sulang (alai molo dung
marpahompu didok ma goarna : "Sulang-sulang sian pahompu")
Suhi ni ampang na opat.
Pinggan panganan
Godang ni ulos herbang
Ulos tinonun sadari
Tintin marangkup
Ari dohot tanggal ni ulaon
Godang ni undangan sian parboru
Alaman (ingan ni ulaon)
Suman do ulaon on songon ulaon na mangarang-rangi. Dung sidung sude dihatai/dirang-
rangi, pihak parboru pasahat hata pasu gabe tu pihak paranak.
Andorang so mangampu hata pasu gabe dope pihak paranak, jolo pasahatonna do
pasituak natonggi tu horong ni parboru songon di tingki na manuruk-nuruk.
Mangampu ma pihak paranak, dipasahat ma muse tu pihak parboru (hula-hula) laho
manutup ulaon i dung sidung mangampu.
Jadi diujungi parboru (hula-hula) ma dohot ende dohot dibagasan tangiang.
Ulaon mangadati di alaman ni paranak. Borhat ma pihak paranak manomunomu pihak
parboru (hulahula) di harbangan asa masuk tu alaman/gedung.
Jala molo nunga atur sude inganan/hundulan ni angka tutur naniontang ni hasuhuton na
dua pihak, marpanungkun ma pihak paranak molo naung boi do mulaan marsipanganon.
Dialusi pihak parboruma naung singkop sian nasida jala nunga boi marsipanganon.
Andorang so dimulai marsipanganon, jolo pasahaton ni pihak paranak do tudutudu ni
sipanganon tu pihak parboru.
Suang songoni do nang pihak parboru tong do pasahatonna dengke simudurudur tu
pihak paranak.
Namamilang tangiang sipanganon pihak paranak do. Dung sidung marsipanganon
marbagai jambarma.
Di tingki na marbagi jambar on parboru, pihak paranak pe mangido tingki sian pihak
parboru asa boi nasida mangido tumpak sian angka tondongna.
Panghataion di ulaon mangadati dos do songon di ulaon namarhata sinamot di pesta
unjuk, alai dang sinamot be goarna didok ma "Somba-somba ni uhum/batu ni sulang-
sulang" sian pahompu molo nunga adong pahompu sian boru/hela ni parboru
Songoni do nang todoan tu suhi ni ampang na opat, pasahaton ni paranak do tu pihak
parboru.
Tintin marangkup pe tong do pasahaton ni suhut na dua pihak (parboru dohot paranak)
tu tulang ni anak mangoli dohot angka pinggan panganan.
Jala angka ulos herbang dohot ulos Dimulana ulaon marhata sinamot dipatupa andorang
so pesta unjuk, alai di tingki nuaengon nunga somal dipatupa na marhata sinamot laos di
mata ni pesta unjuk i.
Tinonun sadari dipashat pihak parboru do tu pihak paranak.
Dung sidung on sude diulahon ma marhata sigabe-gabe. Sude tahe ruhut-ruhut ni
paradaton/parjambaron di ulaon pesta unjuk sarupa do dohot di ulaon mangadati.

Ch. Manihuruk
39

Catatan:
Molo di dok na mangalua songon sada jalan pintas, sasintongna dang tepat. Alana
molo naeng do pardongansaripeon i dibagasan adat na gok, gabe tamba do kewajiban
siulahononton tu tingki na ro.

M. Pemberian Marga (Mamampe Marga)


Hombar tu paradaton ni halak Batak, ingkon adong do marga asa boi mardalan adat
na gok, contoh: pangolihon anak/pamuli boru.
Molo mangulahon adat Batak na gok ingkon diadopi dalihan natolu do, ima:
Dongan tubu
Boru
Hulahula
Di ganup ulaon adat, lumobi adat na gok adong do panghataion namasialus-alusan dohot
aturan na. Sian parmulaan ni panghataion sahat tu na patorang tujuan/maksud ni ulaon
nunga i di bagasan acara khusus. Tingki mandok hata jotjot do dilapik umpasa/umpama
batak.
Somal na dongan tubu ni suhut na dua pihak masisungkunan, manungkun dohot
mangalusi ruhut ni ulaon.
Ido alana molo adong anak baoa/boru-boru sian na so Batak naeng pajongjong
rumatangga dohot anak boru-boru/baoa ni halak Batak, ingkon pampehononhon do
marga tu anak/boru na so marmarga i. Marga na dipampehon i ma nagabe
mangamai ulaon i dipangkataion adat.
Molo mamampehon marga tu anak baoa ingkon setuju do:
Dongan tubu ni marga sipampeon i
Boru ni marga sipampeon i
Alana mulai sian na ampe marga i tu ibana nunga tarsurat be ibana di silsilah/tarombo ni
margana i, jala pinomparna pe ingkon mangihuthon sundut ni tarombona ma tu joloan
ni ari ima marga ni ama.
Jadi di na mamampe marga, panghataion ni hasuhuton, dongan tubu dohot boru ni
marga sipampeon i tung manontuhon do di ulaon i.
Di ulaon si songon on, hasuhuton pasahathon tudu-tudu ni sipanganon ma tu
dongan tubu na.
Manungkun ma dongan tubu taringot tu tudu-tudu ni sipanganon i. Udut tu
si, dipatorang hasuhuton ma maksud/tujuan ni ulaon i.
Ingkon adong do antong sada ni roha di hasuhuton, dongan tubu songon i nang boru na,
asa dapot songon ni dok ni umpama:
Bonang sada hulhulan
Hori sada simbolan
Tangkas masisungkunan
Unang adong masisolsolan
Dung adong sada ni roha di angka hasuhuton, dongan tubu dohot boru, dipaboa ma
tu hulahula naung sorang berenasida.
Hulahula pe, songon patuduhon las ni rohana tong do adong dipasahat tu berena.
Molo mamampe marga anak baoa somalna sigagat duhut (horbo) do dipatupa
parjuhutna, ai pesta bolon do sisongon i.
Di tingki saonari on, molo hurang sihumisik, hape porlu ingkon pampeon marga,

Ch. Manihuruk
40

dipatupa ma pinahan lobu juhutna jala digoari ma i na mangain (adopsi/angkat).


Molo tarbahen, patupaonna do muse pesta na bolon/manullang horbo lumobi
molo mamampe marga ni anak baoa. Alai molo mambahen marga ni boru
(mangain/marmeme) nang pe so pesta bolon tong do uli, alana marga ni boru
dang boanonni pinomparna gabe marga na.
Jadi mambahen marga ni boru jotjot do dipatupa parjuhutna piunahan lobu, tung
mansai uli do molo sigagat duhut parjuhut na.
Molo mamampe marga ingkon jouon do:
Dongan tubu
Boru/bere
Dongan sahuta
Hulahula
Songonon ma urutan pangulahonna dung adong dos ni roha di dongan tubu
dohot boru/bere:
1. Natorasna:
Marmeme (anak baoa/anak boru) disulanghon tolu
hali Indahan
Dengke
Mual sitio-tio
Pasahat Ulos
Pasahat parbue gabe
Hulahula Pasahat
dengke Pasahat
ulos Pasahat parbue
gabe
Marsipanganon
Pasahat upa panggabei (hepeng)
Dongan tubu
Boru, bere
Dongan sahuta, ale-ale
Pasahat piso-piso (hepeng) tu hula-hula dohot uduranna
Marhata gabe horas, manggabei ma angka raja
Mangampu hasuhuton
Dipasahat ma tu hulahula asa diujungi dohot ende/tangiang
Catatan :
Di tingki on nunga adong perkembangan/modifikasi adat Batak ima di paradaton
perkawinan campuran
(Anak baoa/anak boru sian na so Batak dohot anak boru/baoa ni halak Batak).

N. Sembuh Dari Penyakit Yang Berat


Sembuh dari sakit penyakit khususnya sebelumnya yang bersangkutan di opname di
rumah sakit dan waktunya agak lama, karena rasa syukur keluarga membuat upacara
sederhana yang dihadiri oleh dalihan na tolu
Sipata dipatupa do partangiangan molo malum sian parsahiton. Ulaon on hampir
sarupa do tu ulaon namanuruk jabu/mangompoi jabu.
Tondong siontangon ima:

Ch. Manihuruk
41

Dongan tubu
Boru/bere
Dongan sahuta/ale-ale
Hula-hula
Tulang
Nang pe so pola sahat tu tulang ontanganna tong do uli.
Molo na niontang tu ulaon di jabu olat ni hula-hulaniba, ndang pola mardalan pisopiso
dohot pasituak na tonggi. Alai molo sahat do niontang tulang, ingkon pasahaton do
pisopiso dohot pasituak na tonggi tu tulang/hulahula nang dohot uduranna andorang so
mangampu hata pasu gabe.
Parjolo ma diulahon pangupaon, songonon ma udutan na:
Natoras/haha/ompung (molo tung pe sahalak na pasahathon sian nasida nauli do)
Hulahula
Tulang
Ragam ni sipasahaton di pangupaon tong do sarupa ima:
Dengke
Ulos
Parbue gabe
Molo tung sada pe dipasahat sian na tolu ragam on tong do denggan. Dung sidung
mangupa diudutima marsipanganon, alai jolo dipasahat ma tudutudu ni sipanganon tu
hulahula. Na mamilang tangiang laho marsipanganon sian parboru, jala na mangujungi
sian hulahula. Sidung marsipanganon diuduti ma tu na marbagi jambar, diuduti muse
pasahathon hata pasu gabe tu na malum sian parsahiton i.
Adong do dua cara laho pasahathon hata pasu gabe di ulaon si songon on, ima:
Cara parjolo:
Mandok hata Boru/bere
Mandok hata dongan sahuta/ale-ale
Mandok hata dongan tubu
Mandok hata Tulang
Mandok hata Hulahula
Mangampu suhut:
Boru
Haha/anggi
Hasuhuton bolon
Cara paduahon:
Mandok hata pasu gabe Tulang dohot uduranna
Mandok hata pasu gabe hulahula dohot uduranna
Mangampu pihak pamoruon :
Dongan sahuta/ale-ale
Boru/bere
Dongan tubu
Mangampu ma hasuhuton :
Boru
Haha/anggi
Hasuhuton bolon
Biasa angka piga-piga punguan adong di pasahat bantuan berupa hepeng dibagasan

Ch. Manihuruk
42

amplop berdasarhon Anggaran Dasar dohot Anggaran Ruma Tangga ni Punguan i.


Dung sidung sude na pashat hata pasu gabe, dipasahat ma muse tu hulahula laho
mangujungi dohot ende/tangiang.

O. Manuruk Jabu
Upacara adat memasuki rumah baru. Pesta ini tidak wajib harus dilakukan, karena
sejak dahulu ada adat batak tidak menghaskan acara ini, kecuali bagi mereka yang
dianggap mampu dan mau mengundang banyak orang termasuk didalamnya dalihan na
tolu.
Ulaon manuruk jabu di dok do ulaon na metmet, na niontang ima:
Dongan tubu
Boru/bere
Dongan sahuta/aleale
Hulahula
Najolo ndang adong dope angka pande bagas (partungkang jabu), jadi molo na
pajongjong jabu sai dongan tubu do na mangurupi pajongjonghonsa. Ditingki i, tung
mansai gomos do roha na masiurup-urupan, ido umbahen na adong hata na mandok:
"SOLISOLI ADAT SIADAPARI GOGO" (Ingkon do masiurup-urupan). Jadi najolo
ndang masa manjalo tumpak sian dongan tubu di ulaon manuruk jabu. Di tingki saonari
on dang diarop be gogo ni dongan tubu laho pajongjong jabu, gabe mangalehon tumpak
nama di tingki ulaon manuruk jabu i.
Angka na pasahat tumpak ima:
Dongan tubu
Boru/bere
Dongan sahuta/aleale
Hulahula ndang dapotan pisopiso di tingki ulaon manuruk jabu songon i nang uduranna
ndang dapotan pasituak na tonggi.
Ulaon manuruk jabu di parnangkok ni mataniari do patupaon jala parjolo ma pangupaon,
songonon ma udutanna:
Natoras/haha/Ompung (dohot sian dongan tubu; molo holan sada pe na pasahathon na uli
do)
Hulahula
Sipasahaton di tingki pangupaon ima:
Dengke
Ulos
3 Parbue gabe
Sarupa do sipasahaton ni dongan tubu dohot hulahula. Nang pe holan sada ragam
dipasahat di pangupaon na uli do i. Andorang so marsipanganon, dipasahat ma jolo
tudutudu ni sipanganon tu hulahula. Namamilang tangiang laho mangan pamoruon do
jala hulahula ma na mangujungi. Sidung marsipanganon diuduti ma muse tu na marbagi
jambar diuduti muse pasahathon tumpak dohot pasahat hata pasu gabe. Adong dua
ragam udutudutan ni na mandok hata pasu gabe: Parjolo:
Mandok hata dongan sahuta/aleale
Mandok hata boru/bere
Mandok hata dongan tubu
Mandok hata hulahula dohot uduranna

Ch. Manihuruk
43

Dung singhop on sude, mangampu ma suhut:


Boru
Hasuhuton bolon
Paduahon:
Hulahula dohot uduranna
Mangampu ma:
Dongan sahuta/aleale
Boru/bere
Dongan tubu
Mangampu ma hasuhuton
Sidung sude na pasahat hata pasu gabe, dipasahat ma muse tu hulahula laho mangujungi
dohot ende/tangiang.

P. Mangampu Jabu
Bagi mereka yang ekonominya mapan tentunya mampu membuat ruamah besar dan
megah. Pada saat memasuki rumah baru dengan mengadakan pesta adat. Yang tentunya
pelaksanaan besar dan melibatkan banyak orang didalamnya termasuk dalian na tolu,
sampai kepada Paman serta teman sejawat dan teman sekampung pemilik rumah
dimaksud.
Molo sahat do undangan tu tulang di goari ma i MANGOMPOI JABU alai molo
holan olat ni hula-hula do digoari ma i MANURUK JABU. Molo mangompoi jabu
pasahaton ma piso-piso tu tulang, hula-hula jala uduranna (natinogihon na) mandapot
pasituak na tonggi. Sai gumodang do piso-piso sian pasituak na tonggi.
Molo mangompoi jabu, jouon ma:
Dongan tubu
Boru/bere
Dongan sahuta/ale-ale
Hulahula
Tulang
Ia pangulahon na dos do tu na manuruk jabu, alai molo di ulaon mangompoi jabu sahat
ma piso-piso dohot pasituak na tonggi tu tulang dohot uduranna. Patupaon ma
pangupaon di parnangkok ni matani ari.
Ragam ni sipasahaton di pangupaon ima:
Dengke
Ulos
Parbue gabe
Tung so sude pe ragam na di pasahat tung do uli ulaon i.
Udutudutan ni na pasahathon pangupaon ima:
Natoras/haha/ompung
Hulahula
Tulang
Molo tung pe holan sahalak na pasahathon sian Natoras/haha/ompung tong do uli.
Diuduti ma tu na pasahat tudutudu ni sipanganon tu hulahula laos udut muse tu
marsipanganon. Na mamilang tangian sian parboru do jana na mautup sian hulahula.
Mardomu tu arga ni tingki, nuaeng on dipadomu nama asa sahali mangulahon:
1. Mangupa.

Ch. Manihuruk
44

Pasahat tudutudu ni sipanganon tu hulahula


Marsipanganon
Diatur ma tingki di na mangulahon tolu acara na diginjang i asa unang nian lewat pukkul
12.00 asa marsipanganon. Sidung marsipanganon diuduti ma muse tu na marbagi jambar
dohot pasahat tumpak.
Di na pasahat hata pasu gabe, songonon ma partordingna (adong dua mansam):
Cara na parjolo:
Mandok hata boru/bere
Mandok hata dongan sahuta/aleale
Mandok hata dongan tubu
Mandok hata tulang dohot uduranna
Mandok hata hulahula dohot uduranna
Mangampu hasuhuton
Boru
Suhut bolon
Cara Paduahon:
Mandok hata pasugabe ma:
Tulang dohot uduranna
Hulahula dohot uduranna
Mangampu sian:
Dongan sahuta/aleale
Boru/bere
Dongan tubu
Dung i, dipasahat protokol ma tu hasuhuton asa nasida masiaturan laho mangampu,
songonon ma udutudutanna (andorang so mangampu dope, jolo pinasahat do pisopiso tu
tulang dohot hulahula songon i pasituak na tonggi tu angka uduran ni tulang/hulahula:
Boru
Haha/anggi
Suhut bolon
Dung simpul sude, dipasahat ma muse tu hulahula laho mangujungi dohot ende/tangiang.

Q . Memberi Makan Kepada Orang Tua Sebagai Tanda Penghormatan (Sulang-


Sulang)
Sejak dahulu kala "ritual adat Batak" telah melaksanakan hukum kelima yang
mengatakan "hormatilah orangtuamu" agar engkau "martua" atau mendapat kelimpahan
berkat yang banyak dalam kehidupan jasmani dan rohani dan panjang umur.
Menghormati orangtua melalui penyajian makanan "sipanganon" banyak cara,
tetapi dalam tulisan ini hanya menguraikan Sulang-sulang: Pasahat Sipanganon na Tabo
dan Sulangsulang Hariapan serta Sipanganon ni natuatua (R.M. Simatupang).

1. Sulang-sulang Hapunjungan
Sulangsulang atau Sipanganon na Tabo, ada kalanya disebut sebagai Sulangsulang
Hapunjungan yang berarti hanya orangtua laki-laki dan perempuan saja yang boleh
makan, abang adik orangtua tersebut walaupun duduk di kiri kanannya tidak
diperkenankan ikut makan sampai selesai orangtua itu makan disulangi atau disuapi
semua keturunannya. Prosesnya, anak tertua menerangkan suatu yang akan apa

Ch. Manihuruk
45

maksud dan tujuan penyajian makanan itu antara lain "agar orangtuanya sehat-sehat,
panjang umur dan mohon doa restu serta meminta pembagian harta warisan.
Kemudian. semua keturunan orangtua itu menyuapi mulai dari anak yang tertua dan
istrinya diikuti semua adik-adiknya dan cucu hela boru orangtua itu.

2 Sulang-sulang Hariapan
Sulang-sulang Hariapan adalah sajian makanan untuk orangtua yang sudah
panjang umur, sudah uzur dan mungkin sudah sakit-sakitan dilakukan semua anak
keturunannya bersama semua unsur Dalihan na Tolu, Dongan Sabutuha. Boru dan
Hulahula serta dongan sahuta, diakhiri dengan acara margondang dan manortor.
Setelah anak tertua menerangkan apa maksud dan tujuan antara lain "agar
orangtuanya panjang urnur, sehat-sehat karena semua keturunanya masih
membutuhkan bimbingannya. agar semua keturooannya diberkati, diberi doa restu
dan harta warisan". Setelah orangtua itu memenuhi permintaan keturunannya maka
sejak saat itu dia tidak boleh lagi aktif dalam semua acara adat. Boleh hadir tetapi
tidak ada lagi hak dan kewajiban. seperti memberi nasehat, petunjuk memberi
tumpakpun tidak boleh. Hutang piutang sudah menjadi tanggungan anak-anaknya
sehingga kerjanya hanya mendekatkan diri kepada penciptanya. Itulah sebabnya di
beberapa "luat" atau daerah di Tapanuli yang jauh dari daerah Toba tidak mau
menerima sulangsulang Hariapan karena merasa dia solah-olah "dikucilkan"
Kesempatan pertama menyuapi diberikan kepada anak tertua dan istri diikuti adik-
adiknya, itonya dan semua cucu-cucunya, selanjutnya diberi kesempatan kepada
unsur Dalihan na Tolu dan dongan Sahuta dimulai horong atau kelompok Hulahula
yang tentu datang membawa dengke, boras sipir ni tondi dan ulos.
Hulahula tidak membawa sulang-sulang untuk menyuapi tetapi tetap membawa
"sipanganon" atau makanan dengke dengan doa "asa uli jala hiras rohana mandalani
ngoluna diportibion". pengertiannya : agar indah dan ceria diakhir hidupnya di dunia
ini. Doa diberikan juga dari di raja parhata apa maksud dan tujuan penyajian makanan
itu antara lain "agar orangtuanya sehat-sehat, panjang umur dan mohon doa restu
serta meminta pembagian harta warisan. Kemudian, semua keturunan orangtua itu
menyuapi mulai dari anak yang tertua dan istrinya diikuti semua adik-adiknya dan
cucu hela boru orangtua itu.
Tidak ada pembagian jambar atau daging adat, tetapi ada pihak yang keberatan
dengan alasan bahwa orangtua itu telah banyak menerima jambar selama ini, dia
harus balas "sisoli-soli do uhum sidiapari gogo", artinya seseorang yang telah
menerima rezeki dari adat bisa berupa uang, daging, bantuan dan lain-lain dia
berkewajiban melakukan hal yang sama atau membalasnya.
Setelah tudu-tudu ni sipanganon diserahkan kepada hula-hula, dengke atau ikan
adat dan ulos diserahkan hula-hula kepada borunya doa makanpun disampaikan tuan
rumah, makan bersama dimulai.
Pasituak na tonggi diberikan kepada hulahula dan tidak salah apabila diberi juga
kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam acara sulang sulang hariapan
tersebut. Bagian yang tidak terpisahkan dari acara itu adalah margondang dan
manortor.
Semua "horong" yang diundang"wajib" diberi kesempatan manortor sebagai
penghormatan dan tanda terima kasih atas partisipasinya. Kelompok boru maniuk dan

Ch. Manihuruk
46

men-sawer hulahulanya, hula-hula mengulosi borunya, teman semarga bisa saling


siuk, saling rangkul, saling marhujingjang atau jingkrak, gembira ria. Acara manortor
ini bisa lama namun tergantung dari kesepakatan dalam perencanaan atau tonggo
raja, pihak-pihak atau horong siapa yang akan manortor tentu harus diberitahukan
jauh-jauh hari agar dapat mempersiapkan diri. Setelah selesai margondang dan
manortor acara sulang sulang hariapan selesai, ditutup dengan doa.

3 Sipanganon Natua-tua
Sulang-sulang adalah makanan nasi dan lauk yang disuapkan kepada seseorang
yang dihormati. Tetapi apabila orang yang dihormati itu sudah tua apalagi sudah
sakit-sakitan maka Pengertian "disulangi" atau disuapi, disamping penghormatan
kemungkinan besar dia tidak kuat lagi mengangkat sendok yang berisi nasi.
Kondisi seperti itulah yang biasa melatar belakangi kenapa Sulang-sulang na Tabo
atau Sulang-sulang Hariapan dan Sulang-sulang Hapunjungan diberikan anak-
anaknya kepada orangtuanya.
Lain halnya dengan "Sipanganon ni NATUATUA", dimana kondisi orang- tua masih
segar-bugar dimana satu keluarga atau semua anak-anaknya memberi sipanganon
dengan berbagai "alasan", seperti sudah lama tidak ketemu, mau pergi merantau dan
lain-lain maka orangtuanya diberi sipanganon sekaligus meminta doa restu dan doa
agar orang tuanya sehat selalu.
Tidak perlu disuapi, adik abang orangtuanya ikut duduk dan makan disamping
orang tuanya. Setiap saat, acara adat seperti ini dapat dilakukan apabila ada
kesempatan dan menurut penulis acara seperti ini perlu dipelihara sebagai pengikat
rasa kekeluargaan rasa hormat, bisa sa-marga, sa-ompu.
Untuk diketahui biasanya dalam acara Sulang-sulang Hariapan terutama dalam
Sulang-sulang na Tabo pihak hula-hula selalu memberi nasehat kepada semua berenya
agar mereka berbuat yang terbaik terus menerus kepada orangtuanya dan jangan seperti
ungkapan "Jagar songon Sipaudang". Sipaudang adalah jenis ikan yang sangat jelek
penampilan dan warnanya tetapi sesudah mati atau dimasak sangat indah warnanya
seperti warna pelangi. Maka pengertian ungkapan di atas adalah: sesudah orangtuanya
meninggal, penghormatan kepada orang tuanya dibuat sangat meriah potong kerbau
besar, margondang, diperintahkan semua kedai kopi dan pedagang makanan di pinggir
jalan, kacang, jagung, lampet diberikan gratis kepada semua tamu-pengunjung padahal
sewaktu hidup orangtua itu tidak ada yang memperhatikan, beli obatnyapun tidak ada.
Untuk dicamnkan: walaupun tidak pernah diucapkannya didalam hatinya yang terdalam
terpatri lagu pop Batak yang mengatakan : Hamu anangkonhu, Tampuk ni pusu-pusuhi
dang marlapatan marende margondang marembas hamu molo dung mate ahu. Uju
dingolungkon manian tupa ma bahen angka na denggan Asa tarida sasude holong ni
rohami marnatua-tua i. Pengertiannya: diserukan kepada semua anak-anaknya agar
berbuat yang terbaik selagi dia masih hidup. Tidak ada artinya bagi dia
menyelenggarakan pesta adat besar-besaran, meriah apabila dia sudah meninggal dengan
kata lain pesta meriah itu dinikmati orang lain, bukan saya orangtuamu.

R. Acara Meninggal Dunia (Ulaon Na Monding)


Orang Batak tidak mengenal kasta, semua anak ni raja dan boru ni raja dengan dasar,
mengetahui dan melaksankan adat lelulur Habatahon. Filosofi hidup orang Batak dalam

Ch. Manihuruk
47

3 aspek, yaitu : Hagabeon, banyak keturunan dan bertingkat anak, cucu, nini, nono ,
onto-onto atau cucu dari cucu. Hamoraon, kekayaan, kemakmuran, dan Hasangapon,
kehormatan dan martabat mulia.
Menurut R.M Simatupang Drs bahwa tingkat adat yang diselenggarakan pada waktu
pemberangkatan orang meninggal ke liang kubur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Meninggal Saur Mauli Bulung, tingkat kematian yang paling tinggi dalam adat Batak,
Adakalahnya disebut meninggal Martua Dolog. Semua anaknya sudah menikah dan
punya kerurunan, punya cucu, nini, dan nono. Tidak ada dari keturunannya
mengalami musibah selama tiga tahun terakhir.
Dahulu paling sedikitnya tujuh hari digondangi dan ditortori, tidak boleh langsung
dikubur. Olah atau boan na, gajah toba sisapang na ualu untuk kakek dan horbo
sitingko tanduk untuk nenek . Pembagian daging adat harus dipakai anjungan yang
disebut pansa, tidak dibuang bulunya dan gondang sabangunan atau maung-maung
saribu raja ditabuh untuk mengiringi Gondang Sahala Raja.

Maninggal Maulibulung, hampir sama dengan Saur Mauli bulung, semua anaknya
sudah menikah dan berketurunan, punya cucu dan nini serta nono. Baon atau olah
atau hewan adat yang disembelih adalah gajah toba sitingko tanduk, pakai anjungan
atau pansa, margondang semua unsur daliahan na tolu paopoat sihal-sihal diundang.
Kebesaran adatnya tergantung dari “kondisi ekonomi” keturunannya, tidak ada
“kesedihan” lagi.

Meninggal Saur Matua, walaupun meninggal saur matua ini padanya sudah
dikategorikan “adat nagok” atau adat yang sudah lengkap atau sempurna,
margondang, sembelih kerbau, manortor gembira ria, tidak ada lagi yang “bersedih”
semua anak laki-laki dan perempuan sudah menikah dan mempunyai keturunan. Ulos
saput masih ada tetapi ulos tujung tidak ada lagi sebab yang ditinggal suami atau istri
sudah mendapat ulos sampe tua.

Meninggal Sarimatua, sebutan kepada suami atau istri yang meninggal di mana anak
laki-laki atau peempuan sudah banyak yang menikah dan mempunyai keturunan
keculai ada seorang lagi yang belum kawin yang selalu mengganggu pikirannya
sebelum meninggal atau disarihon dalam bahasa Batak. Kalau anaknya sudah dewasa
dan sudah bekerja, tidak perlu dibantu lagi malah sudah membantu, biasanya tingkat
kematian Sarimatua bisa ditingkatkan menjadi Saurmatua, yang tinggal akan
mendapat ulos sampetua. Apabila suatu waktu anaknya dapat jodoh atau kawin, maka
orangtunya akan mendapat ulos pansamot. Padahal ulos sampetua jauh lebih tinggi
statusnya atau kedudukanya dari ulos pansamot. “Pelanggaran adat” terjadi namun
atas kesepakatan atau dos ni roha dalam tonggo raja dapat diterima seperti dalam
ungkapan “opat pat ni horbo masijolo-joloan patna parjolo diihutton patna parpudi,
laos ido tu dengganna”. Terjemahan bebasnya: empat kaki kerbau kelihatannya saling
mendahului, kaki depannya selalu diikuti kaki belakangnya, itulah yang membuat
kerbau itu dapat berjalan. Boan atau hewan yang disembeli biasanya lombu sitio, ada
pembagian daging adat, ada ulos holong kepada keturunannya. Adakalanya
pemberian ulos sampetua seperti pemberian ulos tujung, di atas kepala dahulu tetapi

Ch. Manihuruk
48

pada saat itu juga diturunkan ke bawah, dipundak, sehingga namanya menjadi ulos
sampetua.

Mate Hatungganeon, adalah sebutan untuk seseorang yang meninggal sudah panjang
umur, anak-anaknya sudah dewasa malah sudah ada yang bekerja dengan posisi yang
baik tetapi belum ada yang menikah, dengan sendirinya belum ada cucu. Meninggal
Hatungganeon inilah sangat pelik dan rawan pelanggaran adat. Waktu tonggo raja,
hasuhuton meminta kepada hula-hula atau tulangnya agar dapat pemberangkatannya
ke liang kubur adalah “sarimatua” karena yang meninggal adalah anak sibulang-
bulang, ketua marga, banyak jasa pada marganya dan lain-lain kata puja-puji
sehingga boan-nya diminta lombu sitio. Ada ulos saput, ada ulos tujung, ada ulos
holong kepada keturunannya dan ada pembagian jambar. Pihak hula-hula dan tulang
berunding dan memberi jawaban yang bijaksana sebagai berikut ”menurut adat hanya
‘partangiangan’ yang dapat dilakukan”, tetapi atas putusan timbangan raja dari
kelompok hula-hula, kami menyetujui adat ‘sarimatua’ dengan boan atau hewan yang
disembelih lombu sitio”.
Semua pihak mengetahui bawah persetujuan itu melanggar aturan adat, tetapi
disetujui sebab putusan timbang raja dalam hal-hal tertentu dapat melewati atau
berada di atas semua aturan adat, sama seperti fatwa dalam hukum.

Mate Mangkar sebutan kepada seseorangyang meninggal tetapi anak-anaknya masih kecil-
kecil. Apabila si istri yang meninggal disebut matompas tataring perapian tempat
memasak ambruk), sebaliknya apabila si suami yang meninggal disebut matipul ulu
(patah kepala) dan anak-anaknya disebut na sapsap mardum (belum bisa mengurus diri
sendiri). Ada ulos saput dari pamannya apabila suami yang meninggal; atau ada ulos
tujung dari hula-hula apabila istri yang meninggal (berdasarkan kesepatan
tongoraja/pangarapotan). Karena itu ada acara membuka tujung setelah kembali dari
kuburan. Hulahula membawa dengke sitio-tio, boras sipir ni tondi, air putih untuk
mengusap air mata yang ditinggal. Untuk lauk-pauk bisa saja seekor babi disembelih
tetapi namargoarna atau daging adat tidak dihadapkan kepada hula-hula yang membuka
tujung, biasanya diputar atau dihaliangkon dengan pengertian makanan itu hanyalah lauk
bersama dan tingkat adatnya disebut partangiangan. Di beberapa daerah ada yang
memberikan piso kepada hula-hulanya dengan alasan, mereka telah memberi ulos saput
atau ulos tujung, namun di daerah yang lain tidak memberi piso itu dengan alasan
"pembiayaan" untuk anak-anak yang masih kecil itu masih banyak nanti.

Mate Diparalang-alangan adalah sebutan untuk seseorang yang meninggal sudah berumah
tangga, tetapi belum mempunyai keturunan baik laki-laki maupun perempuan. Apabila
tidak mempunyai anak laki-laki sebagai penerus silsilah atau tarombo dan tidak
mempunyai anak perempuan juga disebut mate purpur yang berarti terbang dan
menghilang dan di belakang namanya di dalam tarombo di beri tanda salib. Apabila
seseorang itu meninggal tetapi mempunyai anak perempuan saja disebut mate panu, tidak
ada penerus dalam silsilah di belakang namanya. Beda mate purpur dengan mate panu
adalah dalam harta warisan. Anak perempuan dapat mewarisi harta orangtuanya, tetapi
dalam mate purpur warisan berupa sawah atau kebun kembali kepada keluarga besarnya
tano ni Ompu. Adatnya, partangiangan jagal rombengan dari

Ch. Manihuruk
49

pasar, masih ada ulos saput dan ulos tujung yang diberikan kepada pasangan yang
ditinggal.

Mate Ponggol atau Mate Matipul, sebutan kepada seseorang yang sudah dewasa-siap
menikah, baik doli-doli maupun namarbaju, sangat menyedihkan. Selalu diupayakan
agar dikubur cepat-cepat agar kesedihan itu segera berlalu dari orangtuanya. Ulos
penutup peti matinya diberikan pamannya atau tulangnya dan dinamakan ulos
parsirangan atau perpisahan, bukan ulos saput. Meninggal sudah doli-doli atau
namarbaju disebut juga mate bulung atau daun pohon rontok yang seyogyanya
tumbuh segar. Boleh saja ada partangiangan keluarga dekat.

Mate Dakdanak, sebutan untuk orang meninggal katakanlah untuk anak-anak sampai
mendekati umur remaja, maka disebut juga mate bulung. Mayatnya disaputi tulangnya.
Banyak orang melayat diberi makan juga tetapi lauk pauk atau daging dari pasar saja.
Bisa ada partangiangan keluarga untuk penghiburan sekaligus berdoa kepada Tuhan agar
kejadian yang menyedihkan itu tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.

Mate Poso-poso, sebutan untuk orang meninggal berumur sekitar satu atau dua tahun.
Mayatnya sudah ditutupi orangtuanya dengan parompa-nya atau kain
penggendongnya sendiri atau kain sitolutuho sebagai saputnya. Bisa dapat sakramen
baptisan kudus dari gereja apabila tadinya belum dibaptis.

Mate di Bortian, sebutan kepada "seseorang" yang meninggal masih dalam kandungan,
keguguran. Tidak ada acara adat dan tidak ada acara-acara gereja, dikubur tanpa peti
mati di samping atau di belakang rumah sendiri dan hanya dibungkus dengan
selembar kain saja.

Mate Sumaiin. sebutan kepada seorang ibu yang meninggal waktu melahirkan. Kematian
ini sangat menakutkan dalam budaya Batak dan melahirkan banyak cerita yang
menakutkan terutama ibu-ibu yang sedang hamil tua. Semua lubang-lubang di
rumahnya harus ditutup rapat-rapat agar "begunya" tidak dapat mengintip. Karena
itu, apabila seorang ibu mate sumaiin, kaki dan tangannya diikat agar dia atau
begunya atau setannya tidak bisa datang kembali ke kampung, matanya dipenuhi
abu agar tidak dapat melihat jalan kembali ke kampung mengganggu orang hamil.
Sesudah meninggal. harus segera dikubur dengan cara membuang mayatnya ke
jurang yang dalam, walaupun sudah larut malam. Tidak ada acara adat, seperti
pemberian ulos saput. tidak ada ulos tujung kepada suami yang ditinggal. tidak ada
boan dan acara adat lainnya walaupun dia telah banyak keturunan. Tulang-
belulangnya tidak akan pernah dimasukkan dalam tambak atau batu na pir atau
kuburan keluarga. Seram. kejam namun sekarang ini adat seperti itu sudah
ditinggalkan.
Apabila terjadi suatu kematian khususnya bagi mereka yang sudah berumah tangga
atau sudah tua, suatu keharusan sebelum acara pemakaman diadakan upacara adat
dengan melibatkan dalihan na tolu.

Sada unsur adat do di halak Batak molo adong na monding ingkon patupaon do acara

Ch. Manihuruk
50

mandok hata andorang so dipatuat dope tu udean. Tujuan ni na mandok hata on ima na
laho mangalehon hata togar-togar tu keluarga ni na monding (namarsitaonon) i. Laos di
tingki acara on do suhut/paidua ni suhut mangido tangiang/pasu-pasu jala mandok
mauliate tu angka tutur na ro patuduhon na dohot do nasida marhabot ni roha.
Biasa angka piga-piga punguan adong di pasahat bantuan berupa hepeng dibagasan
amplop berdasaron Anggaran Dasar dohot Anggaran Ruma Tangga ni Punguan i.
Adong dua cara mandok hata di namonding ima mandok hata na dipatupa di JABU
dohot di ALAMAN.
Mandok hata di partuat ni namonding DIPATUPA DI JABU Molo dakdanak, dolidoli,
anak boru dohot natunggane na so sarimatua manang saurmatua dope
Adong dua bentuk mandok acara di jabu ima:
Molo na monding i na so natunggane dope (dang berkeluarga dope) songon on ma udut-
udutanni na mandok hata:
Hata huhuasi sian paidua ni suhut/hasuhuton
Manjaha riwayat hidup
Mandok hata dongan tubu
Mandok hata boru/bere
Mandok hata dongan sahuta/aleale
Mandok hata pemerintah setempat (Rt/Rw)
Mandok hata pengurus parsadaan
Mandok hata tulang
Mangampu suhut
Dipasahat ma tu huria (acara huria)
Diboan ma tu udean.
Molo na monding i nunga natunggane alai dang sarimatua manang saurmatua dope,
songon on ma udutudutanna:
Hata huhuasi sian paidua ni suhut/hasuhuton
Manjaha riwayat hidup
Mandok hata dongan tubu
Mandok hata boru/bere
Mandok hata dongan sahuta/ale-ale
Mandok hata pemerintah setempat (Rt/Rw)
Mandok hata pengurus parsadaan
Mandok hata tulang rorobot
Mandok hata tulang
Mandok hata hula-hula ni na marhaha-maranggi
Mandok hata hula-hula
Mangampu suhut
Dipasahat ma tu huria (acara huria)
Diboan ma tu udean
Mandok hata di partuat ni namonding DIPATUPA DI ALAMAN Molo dung sarimatua,
saurmatua manang maulibulung.
Catatan : ala ni keadaan di kota na so maralaman na bidang, ulaon dialaman do goarna
nang pe dipatupa di bagas jabu alai jolo dialap hata ma.
Molo na monding i nunga sarimatua, songonon ma udut-udutan ni na mandok hata:
1. Hata huhuasi sian paidua ni suhut/hasuhuton

Ch. Manihuruk
51

Manjaha riwayat hidup


Mandok hata dongan tubu
4.Mandok hata boru/bere
Mandok hata dongan sahuta/aleale
Mandok hata pemerintah setempat (Rt/Rw)
7.Mandok hata pengurus parsadaan
8.Mandok hata bona tulang
Mandok hata tulang rorobot
Mandok hata tulang
11.Mandok hata hula-hula ni anak manjae
Mandok hata hulahula ni na marhaha maranggi
13.Mandok hata hulahula
Mangampu suhut
Dipasahat ma tu huria (acara huria)
Diboan ma tu udean.
Molo na monding i nunga saurmatua, songon on ma udut-udutan ni na mandok hata:
Hata huhuasi sian paidua ni suhut/hasuhuton
Manjaha riwayat hidup
Mandok hata dongan tubu
Mandok hata boru/bere
Mandok hata dongan sahuta/ale-ale
Mandok hata pemerintah setempat (Rt/Rw)
Mandok hata pengurus parsadaan
Mandok hata bonaniari
Mandok hata bona tulang
Mandok hata tulang rorobot
Mandok hata tulang
Mandok hata hula-hula ni anak manjae
Mandok hata hula-hula ni na marhaha-maranggi
Mandok hata hula-hula
Mangampu suhut
Dipasahat ma tu pangula ni huria (acara huria)
Diboan ma tu udean
Molo na monding i nunga maulibulung, udutudutan ni na mandok hata sarupa do tu
nasaurmatua. Tingkat partimbo partuturon di halak Batak ima bonaniari.
Saurmatua lapatan na: Sude ianakhon na nunga hot ripe huhut adong pahompu
Maulibulung lapatan na: Sude ianakhon na nunga hot ripe jala nunga marnini marnono
sahat tu na marondoh-ondoh.

S. Sanggul Marata (Sijagaron) Khusus Natua-tua (Mauli Bulung)


Natuatua ma digoari molo dung adong pahompu, marnini marnono tarlumobi
marondoh-ondoh. Molo marujung jala nunga adong pahompu alai adong dope
ianakhonna na so hot ripe digoari ma on "natuatua sarimatua". Molo marujung jala
nunga sude hot ripe ianahonna jala marpahompu digoari ma on "natua-tua saurmatua".
Molo marujung jala nunga hot ripe sude ianahonna, marpahompu jala marnini marnono
sahat tu na marondoh-ondoh digoari ma on "natua-tua maulibulung".

Ch. Manihuruk
52

Sijagaron pada pesta Kematian Saur Matua Maulibulung

Molo natuatua marujung dibahen do sijagaron (sanggul marata) di halang ulu ni


namonding patandahon hatuaonna. Sian parpeak ni sijagaron i boi do botoon ni natorop
partording ni hatuaon ni namonding i, jala tingki na laho mandok hata pe nunga botoon
ni natorop dia sidohononna. Ia sijagaron ima ampang na marisi :
1.Eme
2.Dangka ni hariara/baringin
Sanggar
Ompu-ompu

Molo dipeakhon di halangulu siamun ni na monding lapatanna, pahompu


sian anak adong.
Molo dipeakhon di halangulu hambirang ni na monding lapatanna,
pahompu sian boru adong.
Molo dipeakhon di halangulu tongatonga ni na monding lapatanna,
pahompu sian anak dohot boru adong.
Molo adong nini/nono, ditambai ma muse di ginjang ni sijagaron i sada
ampang na metmet marisi Eme, Gambiri dohot Pira ni manuk.
Molo sahat tu na morondoh-ondoh, ditambai ma muse parindahanan na
metmet marisi itak jala dipekhon ma i tu ginjang ni ampang na metmet
parginjang ni sijagaron i.

Parhundul ni pomparan ni na monding i pe marlapatan do:


Sude anak dohot angka gomparan na hundul di siamun mangadopi na
monding.

Ch. Manihuruk
53

Sude boru dohot angka gomparanna hundul di hambirang mangadopi na


monding.
Andorang so dipatuat tu alaman, jolo adong do acara di jabu jala di uduti tu mardondontua.
Parumaen siangkangan ma na manghunti sijagaron i huhut manghaliangi bangke i tolu
manang lima hali. (Laos mangendehon ende Buku Ende no. 119: Martua do dohonon).
Molo holan pahompu sian boru do adong, dang pola diulahon mardondontua, na
manghunti sijagaron boru suhut do ala sian boru na i do adong pahompuna jala laos i do
umbahen na adong sijagaron. Di na laho tuat tu alaman, parjolo ma sijagaron tuat dung i
dipatuat ma bangke i, dung i pe asa ulaon di alaman.
Nuaeng on mardondontua tong dope diulahon alai andorang so sahat dope tu acara huria,
dang diulahon be i dung sidung acara huria, ai acara huria i nama na mangujungi ulaon i
(manutup batang, sahat tu udean).

Lapatan ni angka suan-suanan na binahen tu sijagaron


1. Eme : Eme sitambatua ma parlinggoman ni siborok Dilehon Amanta Debata ma di hita
horas-horas huhut diparorot (Mangido tu Amanta Debata anggiat sude pomparan
mandapot tua/rejeki huhut hipas-hipas).
2. Hariara : Tubu hariara di holangholang ni huta Tubu ma dihita anak namarsangap
dohot boru namartua (Mangido tu Amanta Debata asa dilehon pinompar na
marhapistaran dohot na marbisuk)
Baringin : Hau baringin ima sada hau na bolon na boi pangunsandean dohot
parlinggoman, jala tung mansai godang do pidong marasar/ maringanan/ mangolu di
rantingna. (Mangido tu Amanta Debata asa pinomparna na boi gabe pangalualuan,
berhasil)
4. Sanggar : Tu sanggar ma amporik Tu lubang ma satua Sinur na pinahan gabe na niula
(Mangido tu Amanta Debata asa ulaon ni angka pinomparna berhasil jala dipadao
angka harugian)
5. Ompu-ompu : On ma raja ni duhut-duhut di halak Batak, mangido tu Amanta Debata
asa dilehon habisuhon dohot hapistaran tu angka pomparan na.
6. Gambiri : Gambiri simiakmiak Mangido tu Amanta Debata asa dimiahi (dipasupasu)
sude ulaon ni angka pomparan na.
Litak : Manang itak gurgur. Mangido tu Amanta Debata asa dilehon sinadongan di
pomparan na.
Pira ni manuk : Mangidohon hagabeon jala torop pomparan na.

Molo pinarrohahon, lapatan ni angka suan-suanan na adong di sijagaron on,


patuduhon na apala ringkot di halak Batak ima pinompar na berhasil (na boi
pangunsandean). Tarida do i sian palsafah ni halak Batak ima: Hagabeon, Hamoraon
Hasangapon. Ulaon sisongonon dang pola gadang dipamasa molo di samosir ya tung
adong pe sipata diangka ulaon disongonon na mangihut hasuhuton na ro sian luat na
asing gabe maringan di samosir.

T. Memberikan Ulos Acara Meninggal Dunia (Pasahat Ulos di Namonding Saput


dohot Tujung)
Suatu keharusan upacara adat sebagai penghormatan terakhir bagi almarhum khusus
bagi mereka yang telah beruma tangga atau orang tua, berupa pemberian ulos oleh hula-

Ch. Manihuruk
54

hula dan tulang kepada keluarga (suami atau istri) almarhum


Na masa di Jabodetabek dohot nahumaliang na, molo monding dakdanak manang
dolidoli/anak boru (naso hot ripe dope) langsung do natoras na mambahen ulos saputna.
Alana molo so hot ripe dope holan natoras na do nirahutan ni adat tu na monding i.
Ndang adong acara khusus di na pasahathon saput tu sisongon on. On ma sada
perbedaan ni halak batak molo so hot ripe dope dibagasan adat. Molo naung hot ripe
marujung ngolu, pasahaton ma ulos saput dohot tujung tu na manghabaluhon.
Napasahathon ulos saput sian Tulang ia Ulos Tujung sian hulahula do. Parjolo ma
dipasahat ulos saput tu namonding dung i mangihut tu napasahathon ulos tujung tu
namanghabaluhon.
Catatan :
a. Napasahat ulos saput dohot tujung ima hulahula
Alasanna: Dinamamungka parsaripeon keluarga on, naparjolo pasahathon ulos
tunasida ima hulahula (natoras ni boru muli). Jadi molo adong namabalu, hulahula
ma napasahathon ulos saput tu namonding dohot tujung tu na manghabaluhon.
b. Ulos Tujung Sampetua dipasahat ma i tu namabalu molo nunga balgabalga
pahompuna jala nunga hot ripe sude ianahonna, jadi dang ulos tujung be goarna. Di
tingki napasahathon ulos tujung sampetua on, holan satongkin nama ditujunghon
ulos i, jala laos di tingki i dipeakhon ma di abara ni namabalu i.
Ulos Holong
Tingki soadong dope formalin, dung ± 2(dua) ari pintor ditutup do batang ni namate
i. Di lem do batang i asa unang muap tu ruar. Najolo gadong do dilompa laho
mambahen lem asa manutup angka ruang-ruang naadong di batang i. Dung masak
gadong i, diduda ma didalhophon ma gadong naniduda i tu angka ruangruang na i
jadi dang muap be.
Dung sidung acara manutup batang di jabu, dipatuat ma tu alaman (ianggo na
manutup batang dongantubu dohot boruna do). Ditingki acara di alaman, molo
adong sian horong ni tulang (tulang, tulang rorobot, bona tulang, bona niari) na
naeng pasahat ulos holong dope, tu ginjang ni batang i nama dipeakhon huhut didok
hatana pasahathon.
Ise pinompar ni namonding na mambuat ulos sian ginjang ni batang i, ibana ma
napasahat pisopiso tu silehon ulos i.

Ditingki saonarion nunga adong be formalin jadi boi do bertahan bangke i manang
pigapiga ari so pola muap nang pe bungka batang. Jala tulang (tulang, tulang rorobot,
bona tulang, bona niari) na naeng pasahat ulos holong, tu namangolu nama dipasahat
(pinompar ni mamonding i) ndang be tu namate, ima ulos holong.
Boi do ulos holong on dipasahat di tingki :
Acara di jabu
Dung sidung pasahat saput dohot tujung, pintor mangihut ma tulang (tulang, tulang
rorobot, bona tulang, bona niari) molo naeng pasahat ulos holong nasida.
Acara di alaman
Dung dapot tingki ni hulahula dohot angka tulang mandok hata, dison ma
kesempatan
dinasida pasahat ulos holong.
Ditingki pasahat hata togartogar

Ch. Manihuruk
55

Adong do na pasahathon ulos holong di tingki na pasahat hata togartogar, parjolo ma


napasahathon ulos holong baru diuduti hata togartogar. Molo napasahathon ulos
holong dumenggan ma di tingki acara di jabu.

U. Mamungka Tujung
Songonon ma pangulahon na:
Parjolo mambungka tujung-Nuaeng hubungka ma tujung on anggiat ma bungka
panggabean parhorasan tu ho boru/ito/lae tumpahon ni Amanta Debata.
Manuapi-Husuapi ma ho boru/ito/lae, ias ma ilu sian simalolongmu. Angka silas ni
roha ma dipasahat Tuhanta di ho boru/ito/lae dohot di hita saluhutna tu joloan ni ari
on (huhut disuapi tolu hali)
3. Mangalehon mangan-mangan ma indahan dohot dengke on asa margogo ho mangula
ulaonmu asa boi parmudu-muduon mu anakhonmi (huhut disulangkon 3 hali)
4. Painumhon-inum ma mual sitiotio on asa anggiat ma tio angka pansamotan tumpahan
ni Amanta Debata di borungku/ibotongku/laengku nang di hita saluhutna (huhut
dipainumhon 3 hali)
5. Pasahat parbue gabe-pir ma tondim pir sahalam mangiringiring sude pomparanmi
donganmu sarimatua (huhut di jomput jala dibahen disimajujung ni namabalu).
Dung sidung didok hatana, disaburhon ma parbue i tolu hali tu ginjang ni nahundul
disi huhut didok, Horas... Horas...
Horas...

Ditingki namamungka tujung, tongtong do hula-hula pasahat dengke tu pamoruonna.


Molo namabalu i ndang dope marpahompu, pamoruon paradehon juhut rambingan
patuduhon na dangol situtu do namasa i. Molo tung pe namarhosa diseat tong do disangsang
i sude sopola adong namargoarna. Di ulaon matipul ulu/matompas tataring ndang masa
marbagi jambar. Molo nunga marpahompu namabalu i (nunga adong silas ni roha),
pamoruon paradehon juhut dohot namargoar na, tudu-tudu nisipanganon on jotjot do
dipeakhon di tonga-tonga ni adopan sian pangidoan ni hulahula asa sude nampunasa.
Dung sidung i sude diulahon, marsipanganon ma, nama mamboan tangiang mangan
pamoruon do. Andorang so dipungka dope mandok hata, jolo dibagi ma parjambaran
(tudutudu ni sipanganon) jala marpanungkun do tu hulahula boha parturena. Hulahula
mangalusi, "Bagi hamu ma songon dia na masa di hutamuna on". Dibagi pamoruon ma
jala dipasahat hombar tu angka inganan na. Dung singkop sude parpeak ni jambar
diuduti ma tu namandok hata togar-togar sian horong hulahula.
Molo dung marpahompu namabalu, pasahaton do pisopiso tu hulahula dohot horong
tulang, tu namangudurhon (naginonghon) pe lehonon do pasi tuak na tonggi andorang so
mangampu dope. Di tingki mamungka tujung dang dohot namabalu mangampu. Dung
sidung diampu hasuhuton, dipasahat ma muse tu hulahula asa ditutup dohot
ende/tangiang.
Dung i, marhehe na uli ma. Dung hira-hira 3-7 ari ro do muse hulahula, dongan tubu,
boru, bere dohot dongan sahuta manogar-nogari. Di ulaon manogari on namabalu nunga
dohot mangampu hata. Tong do di ulaon manogar-nogari pe hulahula ma na manutup
dohot tangiang.

Ch. Manihuruk
56

X. Mangungkap/Mambungka Hombung
Secara adat Batak Toba, jika ada orang tua yang meninggal dunia, tentunya
keluarga yang ditinggalkan mendapatkan banyak warisan yang ditinggal alamarhum,
oleh karena pihak hula-hula atau tulang untuk memastikannya secara adat dilaksanakan
pemberitahuan warisan apa saja yang ditinggalkan almarhum, dan waktu yang sama ada
kewajiban keluarga yang ditinggalkan memberikan secukupnya atau sejumlah uang
kepada pihak hula-hula atau tulang dari almarhum sebagai ucapan terima kasih keluarga
atas partisipasi selama upacara persiapan pemakaman berlangsung, atau paling tidak
pihak hula-hula dan tulang sudah memberikan ulos seperlunya kepada keluarga yang
ditinggalkan.
Hombung ima sada inganan napinatupa sian hau, ala najolo ndang adong dope
lamari, jadi hombung on inganan ni angka arta songon sibong, cicin dohot angka na
asing di halak Batak. Tingki saonarion nunga tung mansai maol luluan hombung di
halak Batak, holan lamari nama na adong. Nang pe songon i, di paradaton tong dope
dipangke goar i, ima mangungkap hombung. Molo matua sada natuatua, jala ibana nama
naparpudi sian parsaripeonna, sude ianakhonna nunga hot ripe, diulahonma mangunghap
hombung. Paraman (amang naposo)/tulang naposo ni namonding i do na berhak
mangunghap hombung i sian horong ni hula-hula. Tujuan ni mangunghap hombung ima
na laho mambuat tanda mata/kenang-kenangan sian sebagian arta na tininggalhon ni
natuatua i. Molo nuaeng on ganti ni tanda mata i dipatupa ma hepeng, alai tong do
goarna mangunghap hombung.
Pangulahon na: Dung mulak sian udean, angka dongan tubu, boru, dongan sahuta nang
horong ni hulahula dohot sude tulang, bonaniari digonghon do tu jabu pasahat hata togar-
togar. Parjolo ma marsipanganon, dung i pasahat hata togartogar ma bonaniari, tulang dohot
hula-hula. Andorang si diampu, jolo pasahaton do pisopiso tu sude horong ni hulahula,
tulang, bonaniari jala pasahaton ma muse pasi tuak natonggi tu uduran nasida. Dung sidung
on sude dipasahat, diulahon ma mangunghap hombung. Paraman (amang naposo)/tulang
naposo ni namonding i, mandok: “Najolo hupasahat hami do pauseang ulos na soraburuk (hauma)
tu amangboru dohot angka sibong (anting-anting) tu
namborunami. Mangihuthon barita dohot pamerengan nami namalo mansari do
amangboru/namboru on, sinur pinahan na, gabe naniula na. Tontu nunga godang arta
disimpan nasida, jadi mardomu tusi naeng do adong di hami tanda mata”. Mangalusi ma
pinompar ni namonding i: “Nauli rajanami”. Laos dipasahatma bentuk hepeng/barang.
Dung i mangampu ma dongan sahuta, boru, dongan tubu dohot hasuhuton. Dipasahat ma
tu hulahula laho manutup dohot ende/tangiang.
Pangarapoton
Molo monding sada natunggane/natuatua, dipatupa do pangarapoton laho mangido
paniroion sian dongan tubu, boru, dongan sahuta, hulahula dohot tulang. Parjolo do
marsipanganon asa manghatai alai ndang adong parjambaran. Di ulaon sisongonon
ndang pola sai ingkon marsipanganon lumobi molo ndang dope marpahompu. Jala muse
angka na ro tu pangarapoton i nunga jolo mangan sian bagasna alai olo do sipata
hasuhuton manggokhon asa jolo marsipanganon.
Sidung marsipanganon jala denggan hundul sude napinaraja, hasuhuton mangido
panuturion taringot tu napasahat saput, tujung dohot angka na asing, jala angka dia ma
sipatupaon (nunga marpahompu manang ndang dope). Hasuhuton patolhashon ari partuatna
tu angka raja. Jadi dung adong pangarapoton, marbinoto ma angka raja, hulahula

Ch. Manihuruk
57

dohot sude tulang laho mangatur tingkina songon i nang angka na manghobasi pe.
Sidung pangarapoton diujungi hula-hula ma dohot ende/tangiang.
Najolo, molo dung marpahompu na monding, asing-asing do parjuhut dipangarapoton tu
parjuhut di partuatna jala asing do nang arina (najolo lima sahat tu sia ari asa diboan tu
udean namonding i, lam leleng ba lam tarida ma sinadongan ni pomparanna). Molo
dipangarapoton juhutna namarmiakmiak, ba dipartuatna (diparihutna) lombu sitio ma
juhutna. Molo lombu sitiosoara parjuhutna di pangarapoton, gaja toba (horbo ±400kg)
ma dipartuatna (diparihutna).
Molo gaja toba (horbo) parihutna, dibagihon (didabuhon) ma jambar sian sada pansa
(pansa on khusus dipature di parmonding ni natua-tuaon ±2meter timbona). Najolo, jambar
on tata dope jala disi do huling-huling dohot imbuluna, digoari ma on Marpansa.
Molo hurang do sinadongan di hasuhuton (dang mampu), nang pe naung
marpahompu, ndang dibahen mangarapot/pangarapoton. Alai dipatupama partangiangan,
juhutna namarmiak-miak do. Dibagasan sadari do partangiangan dohot partuatna jala on
ma nanidokna mardalan nabolon.
Di ulaon partangiangan, mardalan do acara manjalo tumpak dohot mangalehon hata
pasugabe. Nuaeng on, tarlumobi na di kota, nang pe i namora, molo soadong be
sipaimaon ni suhut, paling lambat tolu ari nunga di boan tu udean. Pangarapoton dohot
partuatna dobagasan sadari digoari ma i, Marindahan Namasak.
Adong dua ragam marindahan namasak: - Molo hurang gabe, marpahompu, hurang
sinadongan di hasuhuton, dibahen ma pangarapoton, juhutna namarmiak-miak, digoari
ma partangiangan - Molo nunga gabe, marpahompu jala adong sinadongan, dibahen ma
pangarapoton jala parjuhutna lombu sitiosoara manang gaja toba (horbo). Molo horbo
parjuhutna, nunga ingkon adong pahompu sian anak baoa. Nuaengon nunga jolo
dibolgang (robus) sude parjambaran. Horbo ma parjuhut natumimbo dinamonding.
Pangulahon ni pangarapoton sarupa do sude:
Marsipanganon
Manjalo tumpak
Marhata sigabe-gabe
Acara di alaman/acara partuatna
Diboan ma tu udean

Y. Mangongkal Holi
Masyarakat Batak Toba banyak kita temukan pesta Mangongkal holi berarti
menggali tulang-belulang orang mati atau sering disebut saring-saring yaitu tulang
tengkorak yang meninggal. Perlu diingat bahwa bila yang digali itu seorang nenek atau
ibu, maka hula-hulanya akan menyiapkan ulos panampin atau ulos penimpus. Bila yang
digali itu seorang kakek atau bapak, maka pamannya (na mamupus) yang menyiapkan
ulos panampin. Keharusan adanya ulos panampin di waktu menggali tulang-belulang
dengan keharusan menutup mayat dengan ulos saput ketika hendak dikubur. Kerabat
pemberi ulos saput itulah yang menyiapkan ulos panampin ketika digali.
Kalau unsur hula-hula yang menyiapkan ulos penampin harus terlibat dalam
penggalian, sangatlah tidak baik bila tidak disertai dongan sabutuha. Bila kedua unsur
tersebut sudah ikut terlibat, tentu sajalah kerabat boru/bere pun sudah menjadi keharusan
terlibat. Selanjutnya dilaksanakan doa bersama ditindak lanjuti acara makan bersama.
Adapun menggali tulang-belulang adalah untuk dipindahkan dan dikubur
ketambak

Ch. Manihuruk
58

na timbo atau akan disimpan di batu napir. Bila yang akan digali itu dulu waktu meninggal
tergolong mate mangkar atau mate hatungganeon, kini anak cucunya sudah mampu
membuat kuburannya tambak na timbo atau batu napir, maka hula-hula yang akan
menyediakan ulos panampin pun pantas pula mendapat penghormatan. Penghormatan yang
dimaksud ialah membuat hula-hula tersebut uli rohana (senang hatinya). Untuk itu perlu
disepakat dengan baik mengenai piso naganjang atau upa ungkap hombung

Z. Tambak na Timbo, Batu Napir dan Tugu


1. Tambak na Timbo
Dari gundukan tanah di pusara seseorang yang dikubur dapat diketahui apakah
yang berkubur di situ sudah bercucu atau belum. Kalau belum bercucu maka pusara
itu biasa saja. Tetapi apabila sudah bercucu dan diberangkatkan dengan adat nagok,
yaitu marboan, maka gundukan tanah itu lebih lebar dan lebih tinggi. Untuk membuat
gundukan tanah itu lebih lebar dan lebih tinggi diperlukan bongkah-bongkah tanah
yang dalam bahasa Batak Toba disebut buki, gogat, atau urbing. Menurut Helman
Billy Situmorang untuk kuburan yang sarimatua bongkah tanah (buki) itu 5 tingkat,
dan untuk yang saurmatua dan saurmatua bulung bongkah tanah itu 7 tingkat." Ada
juga yang menggunakan ukuran meter, tinggi 1,5 meter lebar 0,5 meter, dan
panjangnya 3 meter.". Gundukan tanah yang ditinggikan di atas kuburan inilah yang
disebut tambak atau dolok-dolok na timbo.
2. Batu Napir
Secara harfiah batu napir berarti batu yang keras. Batu napir adalah bangunan
yang terbuat dari bahan batu dan semen, yang dalamnya disediakan kapling-kapling
kuburan untuk 5 atau lebih (satu keluarga atau satu oppu) Nama lain yang lazim
dipakai untuk nama bangunan seperti ini adalah simin. Adakalanya disebut juga
tambak, bahkan ada yang menyebutnya tugu. Namun dalam buku ini batu Napir
walaupun bangunannya cukup besar seperti tugu. Yang dimaksud Tugu adalah
banguan besar sebagai suatu simbol marga tertentu di dalamnya bukan kuburan tetapi
berupa meseum dan beruba kamar-kamar penginapan dsb.
Di dinding bangunan yang dinamakan batu napir tersebut dibuatkan rak-rak
untuk meletakkan tengkorak. Apabila yang dikubur di situ sudah lama, lalu kapling
itu akan digunakan oleh yang baru meninggal, maka yang lama itu digali dan
tengkoraknya pun ditaruh di atas piring dan diletakan di rak yang tersedia. Nama
pemilik tengkorak pun dibuatkan agar dapat dibedakan dengan tengkorak lainnya.
Salah satu syarat yang utama untuk boleh membangun batu napir di satu desa
ialah keluarga yang membangun batu napir tersebut harus mempunyai huta di desa
tersebut. Artinya, keluarga pendatang (paisolat) tidak boleh membangun batu napir di
desa tersebut. Adakala pembanguan Batu Napir ini dana pembangunannya
dikumpulkan secara gotong royong di dalam keluarga atau marga tersebut, setelah
bangunan selesai sebelum dapat dipergunakan sebagai tempat tulang belulang
keluarga terlebih dahulu diadakan acara adat dengan melibatkan Dalian Natolu,
dimulai dengan acara rembuk keluarga, acara ibadah dan godang sabangunan bahkan
ada pesta tersebut 3 hari 3 malam hal ini demikian lama dan panjang karena dalam
acara pesta ini melibatkan Dalihan Natolu dari seluruh keluarga besar pesta tersebut.
Pada tahap awal tulang belulang yang dimasukan ke dalam Batu Napir ini adalah
tulang-belulang yang dibawa oleh masing-masing keturunannya dari perantauan

Ch. Manihuruk
59

dimasukkan dalam peti-peti kecil dan dibungkus kain putih dan puncak acara pesta
gondang ini adalah menaikan tulang-belulang tersebut kedalam Batu Napir, dimana
sebelum di naikkan ke batu na pir ini terlebih dahulu diadakan ibadah yang dipimpin
oleh Pastur atau Pendeta. Untuk selanjutnya Batu Napir ini secara alami akan diisi
para orang meninggal yang merupakan keluarga besar mereka dengan maksud agar
supaya seluruh keluarga besar ini apabila melakukan ziarah cukup datang ke Batu
Napir ini.

Batu Napir Manihuruk di Lumban Suhi-suhi Samosir

3. Tugu
Sebutan tugu dalam buku ini adalah bagunan besar dan mega biasa yang dibangun di
tempat strategis di desa tempat keturunan satu leluhur bermukim. Adakalanya tugu itu
dibangun atas nama leluhur marga, ada juga atas nama satu cabang ompu generasi kedua,
ketiga, keempat, dan seterusnya. Misalnya Manihuruk di Harapohan Samosir merupakan
Tugu seluruh marga Manihuruk (3 ompu yakni Ompu Datu Tahan Diaji, Ompu Guru
Marsingal dan Ompu Guru Nianggapan) saat ini diadakan pesta secara rutin 3 tahun
sekali sebagai ajang silaturami dengan margondang sabangunan 3 hari 3 malam yang
diikuti para anak cucu manantu dan para sahabat dari keluarga besar Manihuruk yang
datang dari seluruh penjuru dunia demikian juga para keturuannya yang diluar negeri
juga datang pada saat pestu Tugu tersebut, sekaligus dalam acara ini mereka
memberbaiki atau melengkapi garis keturunan (tarombo) masing keluarga yang
bersangkutan dengan demikian daftar garis keturuan Marga Manihuruk sedunia valid dan
terdokumentasi dengan baik dan benar. Disamping pesta tersebut biasanya dilaksanakan
ajang pengabdian sosial misalnya pemeriksaan dokter

Ch. Manihuruk
60

gratis dan aksi sosial lainnya yang dilaksanakan dan dikerjakan dengan panitia pesta
tersebut.

Tugu Manihuruk Sedunia sebagai Meseum di Harapokan Samosir

Ch. Manihuruk
61

BAB III
PANTUN (UMPASA)
A. Arti Pentingnya Pantun (Umpasa)
Umpasa adalah jenis pantun dalam kesusastraan suku Batak Toba. Umpasa
biasanya digunakan dalam setiap upacara yang bernuansa adat. Dalam upacara
pernikahan masyarakat Batak Toba, umpasa selalu disampaikan dalam tahapan-
tahapan pernikahan Batak Toba. Penyampaian umpasa terutama dalam upacara
adat pernikahan Batak Toba pada umumnya tidak tergantung pada Raja Parhata,
melainkan seluruh anggota keluarga terutama pihak hula-hula. Penyampaian
umpasa juga berdasarkan asas “Dalihan Na Tolu”. Penggunaan umpasa tidak
pernah terlepas dari upacara adat pernikahan Batak Toba karena Umpasa yang
disampaikan dalam upacara pernikahan adat Batak Toba memiliki makna yaitu
sebagai doa, berkat atau permohonan kepada Tuhan terhadap keluarga pengantin
atau seluruhnya.

Pihak keluarga dekat memberikan restu dalam Pantun


Selain dalam upacara pernikahan, dalam beberapa adat lainnya juga menggunakan
umpasa mulai minta berkat dari Tuhan, kelahiran, babtis, lepas sidi, adopsi dan
pengangkatan anak, menikah, memasuki rumah baru, memberi penghormatan kepada

Ch. Manihuruk
62

orang tua, sembuh dari penyakit yang serius, meninggal dunia dan tempat pemakaman.

B. Umpasa saat Kelahiran dan Babtis


1. Rumah ijuk ma, pa-adop-adop ruma gorga
Sai tubu ma anak na bisuk, dohot boru angka na malo mar roha
Tombakna tombak sampinur, didolok ni huta ni simamora
Pinomparmu lam torop maribu, angka nasangap jala mamora
Tangki jala ualang, galinggang ja garege, sai tubu ma dihamu
Anak partahi, jala ulubalang dohot boru na mora jala par-eme
Habang ambaroba, di atas ni Sibuntuan
Sai na burju ma ibana marroha jala jolma sitiron
Tibo dolok martimbang, toru nai dalan tu si Tapongan Sai
masu-masu ma Debata sian banua ginjang, sai
Ditambai Tuhanta ma di hamu angka sinadongan
Marbatu ma singkoru, marpulung ia palia
Sian pulung na i, roma parbuena
Dung sorang anak, manang boru
Boanon mai tu pandidion na badia, laos disi mangalap
goarna 7. Tubu ma tanbisu, ditoru ni pinasa
Sai martinodohon dope dakdanak na baru tardidi
on 8. Dangka ni bulung godang, pinangait-aithon
Sai simbur ma godang ma ibana mamboan goar nai,
Sitongka panahit-nahiton
Dolok ni aeknauli, hatubuan ni simarhora-hora Goar na
uli ma goarna i, dongan gabe jala mamora
Timbo dolok martimbang, toru nai dalan tu si tapongan
Sai mamasu- masu ma Amanta Debata sian banua ginjang,
sai Di tambai Tuhanta ma di hamu angka siadongan
11. Tubu ma tambisuk , ditoru ni pinasa
Sai martinodohon dope dakdanak na baru tardidi
on, Angka anak nabisuk dohot boru na uli basa
12. Sahat-sahat ni solu, sahat ma di rondang ni bulan
Leleng ma ibana mangolu, mamboan goarna i, di iring-iring Tuhan

C. Malua (Lepas Sidi)


1. Disi sirungguk, disi do sitata
Disi hita juguk, disi do ompunta Debata
Parangehon ma hata ni Debata, na ginuruhonmi
Aido hangolanmu
Di topi ni huta, disi do tubu lata
Manang tudia pe hita, disi do Debata
Tu dolog parbubuan tu toruan partanggalan, dapot na niluluan
Jumpang na jinalahan
Aha ma na ni ida, dibungkulan ni sopo. Adong ma na ni ida, di asar ni silogologo Aha
ma na ni ida, asa lau tu bagas joro. Adong ma na niida, dao arsak dohot holso
Dompak siamun tu Peanajagar, dompak hambirang tu Parbubu,

Ch. Manihuruk
63

Angka anak si olo ajar, suru on mai tangkas


marguru 7. Dangka ni hau toras, godang sipu-sipuna
Na burju marnatoras, i do na saut dapotan tua
Molo mangula do dihaba-haba, alogo sian harangan
Molo pantun ho marama, sonang ma ho dipardalan
Na ni ombakhon hudali, pauktu tano liat
Na tois marama, ingkon gomahon ni babiat
Pansur di alaman, hinandangan dohot halak-halak
Na pantun marama, halomoan ni sude halak

Pantun Muda-Mudi (Umpasa Naposo Bulung)


Jolo tinitip sanggar laho bahenon huru-huruan,
Jolo sinungkun marga asa binoto partuturan.
Hau simartolu da ito, binarbarbahen gulang- gulang
Pos ma roham da ito, huboto hamu boru ni tulang
Molo tao do i hape, beta marsolusolu
Molo songon i do hape, ba nengkok ma anak ni namboru
Bidang bulung ni rimbang, bidang bulung ni dulang Uli
do na marpariban , alai ulian do marboru ni tulang
Manuk ni pealangge hotek hotek laho marpira
Sirang na mar ale-ale, lobian mate an ina.
Silaklak ni landorung tu dakka ni sila-sila, Ndang
iba jumonok-jonok tu naso oroan niba.
Metmet dope sikkoru da nungga dihandang- handangi,
Metmet dope si boru da nungga ditandang-tandangi.
Torop do bittang di langit , si gara ni api sada do Torop do
si boru nauli, tinodo ni rohakku holoan ho do
Rabba na poso, ndang piga tubuan lata hami
na poso, ndang piga na umboto hata
Tudia ma luluon da goreng-goreng bahen soban, Tudia
ma luluon da boru Manihuruk bahen dongan.
Tudia ma luluon da dakka-dakka bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Sinaga bahen dongan.
Naung sampulu sada, Jumadi sampulu dua
Boruni datulang, beta hita mangalua.

E. Martandang Mencari Jodoh


(Doli-doli) Marbunga roham da ito, na tubu di topi ladang
Ua asi ma roham da ito, dibaua simadang-adang
(Na marbaju) Sanggirgok da ito, dongan ni si marlasuna
Pintor mangido do hamu, so tinanda rupamuna
Au mangkuling ma hamu, paboahon marga muna
Sotung sala da ito, atik na ibotoku dohamuna
(Doli-doli) Hau simartolu da ito, binarbar bahen gulang-gulang
Pos ma roham ito, huboto do hamu boru ni tulang
(Namarbaju) Molo tao do i hape, beta ma marsolu-solu

Ch. Manihuruk
64

Molo songon ido hape, ba nangkok ma anak ni namboru


Bidang bulung ni rimbang, bidangan bulung ni dulang Uli
do na marpariban, alai uliando marboru tulang.
Madung-dung, diaithonhambirangku
Boru ni da tulang, au olo ma ho pangkulinganku
7. Bulang sigara-gara, tu bulung ni singkoru
Sai tong do iba tarpaima-i ma, diangka anak ni namboru
8. Siala madung-madung, sisikna bahen tali
So holan roha be malungun, nunga dohot mata manjalahi
Hulului na majo, bulung ni hau marbunga Na
magido mau jolo, na niatup ni tanganmu

Umpasa Laho/Nabaru Marbagas


Dakka ni arirang, peak di tonga onan,
Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigom- goman.
Giring·giring ma tu-gosta-gosta , tu boras ni sikkoru,
Sai tibu ma hamu mangiring- iring, huhut mangompa-ompa
anak dohot boru.
Asa Bintang na rumiris, tu ombun nasomorop, didolok ni purba tua,
Anak pe di hamu riris, boru pe tung torop, donganmu saur matua.
Rimbur ni Pakkat tu rimbur ni Hotang,
Sai tudia pe hamu mangalakka, sai tusima hamu dapot pansamotan.
Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.
Sahat sahat ni solu, sahat ma tu labuan,
Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani Tuhan.
Sahat solu, sahat di parbinsar nimata ni ari,
Leleng ma hamu mangolu jala di iring- iring Tuhan ganup ari.
Ruma ijuk tu ruma gorga,
Sai tubu ma anak muna na bisuk dohot borumuna na
lambok marroha.
Andor hadukka ma patogu-togu lombu, Andor hatiti di togutogu
Horbo, Peppeng ma hamu saur matua.paihut- ihut pahompu,Sahat
tu namarnini sahat tu namarnono.
Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora, Tamba
ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.
Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut.
Molo burju marhula-hula, dipadao mara marsundut-sundut.

G. Umpasa Tangiang tu Amanta Debata.


Eme sitambatua boni ni jolma natorop
Amanta Debata do selehon tua horas ma hita diparorot
Bangunbangun sinuan, bangunbangun do salongan,
Molo nauli sinuan, laos nauli dojaloon.
Tangkas pe uju Angkola, tangkasan do uju Porba, Tangkas
ma hita maduma laos tangkas ma nang mamora.
Binsar matani ari poltak matani bulan,

Ch. Manihuruk
65

Sai horas ma angka lahilahi sai horas nang angka parompuan.


Pir ma pongki, bahulbahul pansalongan, Pir
ma tondi, sai ro ma pangomoan.
Daling ni dalingkon, masuak hodong ni bagot,
Tadingna tinadingkon, hape na nieahan pe so dapot,
Marluga sitindaon, mangan hoda sigapiton, Tu
jolo ni langkahon, tu pudi sinarihon.
Dakka ni siuram, bulungnai mardagul-dagul
Lungun ni roha munai Tuhanta ma na mangapulapul
Tingko ingir- inggir bulungna rata-rata
Hata nauli na hupasahat hami sai pasauthon Amanta Debata
Maratahuak manuk mira, martahuak dijolo ni ruma
Halak na burju marnatua-tua dapotan tua sian Tuhan Debata
Hansus rugi-rugi, tubu di bona pinasa
Tangan na marsomba ujung, hata marhuhuasi
Mamuji Amanta Debata na uli basa i
Marnuti ingir- inggir bulungnai rata-rata
Hata nauli hata na denggan naung pinasahat
muna, Pasauthon ma amanta Debata

Umpasa Poda (Nasehat)


Ompunta Raja Ijolo, martungkoton sialagundi
Angka nauli, nadenggan pinungka ni ompunta na
parjolo Siihuthonon ni hita na dipudi
Habang lote dolok masigurpak-gurpaki Uhum ni
ompunta na jolo unang ma tahalupai
Tuat pandurung nangkok parsoban
Masiososan pe tanggurung unang jadi masihaoran
Anduhur do lompanna, marsoar amporik
Naburjo do rohana, parroha siotik-otik
Marbatu singkoru, marpulung ia palia
Sian pulung na i ro parbuena
Dung sorang anak manang boru, boanon ma i tu pandidion na badia
Jujur do mula ni bada, bolus do mula ni dame
Unang sai jujur-jujuri salani dongan, alai bolushon ma.
Siboru buas siboru Bakkara, molo dung puas sae soada
Mara (Dame ma).
Sungkunon poda natua-tua, sungkunon gogo
naumposo (Bertanggung-jawab).
Peak songon anian, ganjang songon tudosan
Unang tompu-tompu masi-ganaan, ngernger masi-paingotan
Unang pasigat-sigat bulung, parigat-rigat bulung ni gaol Unang
pasigat-sigat hinalungun, mengurangkari hinadongol
Urat ni bulu manorusi gala-gala
Asa martua hita on jala horas, sai tapasangapma raja
Ansimun sisada-sada tu pege sapunguan

Ch. Manihuruk
66

Sisamudar si-samarga tongka masibuatan

Umpasa Mangadopi Natua-tua


Pusuk ni tobu na poso uram-uram ni situma
Sungkun ma gogo tu na poso, ruhut adat tu natua-tua
Masuak ma lasiak, masuak tu bonana
Muruk pe ama i, sai tu anak do rohana
Tumpak sahalamuna, manuai tondimuna
Marhite-hite angka tangiang muna
Sai martamba-tamba sinadongan
Asa adong bahenon nami sian i sipalas rohamuna ditingkina

Pihak keluarga dekat dari Pengaten memberikan restu berupa pantun

4. Dolok pusukbuhit, panatapan tu pangururan


Dao-dao ma sian hamu angka sahit, dao ma nang parmaraan
Tung lapa-lapa pe taho asal ma diginjang ni sobuan
Ba, tung malap-alap pe asal ma di hangoluon
Ai molo asi rohani Tuhanta Boi
do partalaga gabe tu juluan
Tiris sopo i, bulung ni langge manoloti
Molo mate ina i dohot do ama gabe panoroni
7. Martahuak manuk mira dipogu ni alaman
Sai dilehon Debata ma angka na denggan na pinansinta
Jal sai dipataridahon ma angka na jinalahan
Dijolo raja sieahan, dipudi raja sipaimaon
Hormatan do natua-tua dohot angka raja.
Sada silompa gadong dua silompa ubi, Sada pe namanghatahon sudema
dapotan uli
Pitu batu martindi sada do sitaon nadokdok
(Unang maharaphu tu dongan).
11. Jujur do mula ni bada, bolus do mula ni dame

Ch. Manihuruk
67

(Unang sai jujur-jujuri salani dongan, alai bolushon ma).


Siboru buas siboru Bakkara, molo dung puas sae
soada mara (Dame ma).

Umpasa Marhata Sinamot


Parboru
Sai jolo ninang nang do asa dinungnung,
Sai jolo pinangan do asa sinungkun.
Buruk-buruk ni durung, parasaran ni sioto,
Bangkona do manungkun, molo so binoto.
Danggur ma danggur barat toho tu duhut-duhut di toruni singkoru,
Nungga bosur hami mangan indahan na las sagat marlompan juhut, ba
hatana paboa hamu ma raja ni boru.
Sande sige tu bungkulan ni sopo,
Bangkona do manise molo so binoto.
Dia ma nuaeng langkatna, dia nidokna,
Dia ma nuaeng hatana, dia ni dokma.
Paranak
Godang sibutong-butung otik sipirni tondi,
Tung so sadia pe nahupatupa hami,
sai pamurnas mai tu pamatang, saudara tu bohi.
Habang pidong halohalo, di dongani sitapi-tapi
las ma rohamu na manjalo, i do pe natarpatupa hami.
Sitip ma sigompa golang-golang pangarahutna,
Tung otik pe nahupatupa hami sai godang ma pinasuna,
Bulung ni dapdap langkop,
Ba i dope na adong, ba i ma taparhajop.
Parboru
10.Bagot na marhalto ma na tubu di robean,
Horas ma hami namanganton,
sai martamba sinadongan di hamu namangalehon. (biasanya Horong
ni hula hula do mandok songoni)

Paranak
11.Bagot na marhalto ma na tubu di robean, Horas
ma hamu Hula-hula nami namanganton,
sai martamba sinadongan di hami namangalehon. (on ma didok
paranak/raja ni pamoruon di nalaho pasahathon tudu-tudu sipanganon.
Dohot angka naasing).
Parboru
12.Tubu simaroharoha di topi ni tapian,
Sai ro ma tuhamu silas ni roha tiur nang pansarian.
13.Ranting ni bulu duri jait masijaotan,
Angkup ni hata nauli dia ma sitaringotan,
14.Bona aek puli di dolok ni sitapongan,
Sai tubu ma di hamu angka nauli,

Ch. Manihuruk
68

jala sai dor ma nang pangomoan.


Paranak
Pitu lili nami paualu jugianami,
nauli do nipinami, ai di jangkon boru muna do anak nami.
Inganan masibulu dolok si tapongan,
Barani pe hami manjumpai hamu,
Ndada ala godang ni si nadongan.
Barita ni lampedang mardangka bulung bira, Barita
ni burjumu marboru, tarbege do ro didia.
Amporik mallipik, onggang marbabang,
Gabe do parsinamot na otik,
laos gabe do parsinamot nagodang.
Aek Godang tu aek laut,
dos ni roha do sibahen nasaut.
Balintang ma pagabe tumundalhon sitadoan,
Arinta ma gabe molo marsipaolooloan.
Parboru
Pat ni gaja ma tu pat ni hora,
Pahompu ni raja do hamu jala anak ni na mora.
Barita ni lampedang mardangka bulung bira,
Barita ni hamoraon muna tarbege do ro didia.
Pitu lili nami paualu jugianami,
nauli do nang nipinami,
Ai gohanmuna ma nuaeng hajut
nami Paranak
Habang ansosoit tu tadatada,
nang na hami namangkolit sibahenon do nasoada.
Niluluan tandok hape dapot parindahanan,
Tolap pamangan do nian mandok,
Alai ndang tuk jamaon ni tangan.
Dongan sahuta
26, Lubuk sigura-gura denggan do panialaan.
Molo mangido hula-hula,
Olat ni natarbehen ba tambaan.
Dolok ni pangaloan hatubuan ni hau toras,
Na marsipa olo-oloan do, Mambahen gabe jala horas.
Tuat siputi,nangkok sideak, ia i na umuli, i ma
tapareak. Tulang
Bulung na matampuk, bulung ni si marlasuna,
Nungga hujalo jambar tintin marangkup,
dohonon ma hata pasupasu.
Hot pe jabu i pinahotni Golang-golang,
Tung sian dia pe mangalap boru bere i,
Sai hot do i boru ni Tulang.
Sai tong do i lubang nang pe di hukkupi rere,
Sai hot do iboru ni Tulang, Manang na boru nise pe dialap bere.

Ch. Manihuruk
69

K. Umpasa Tulang Ni Paranak


1. Eme na marbiur, di lambung ni hariara;
Sai torop ma pomparanmu jala maribur, huhut matakkang jala manjuara
2. Hau simartolu, di tombak ni Panamparan;
Sahat ma hamu leleng mangolu di haliangi angka pomparan.
Andor halumpang togutogu ni lombu, mamboan tu onan gambiri; Sai
saur matua ma hamu pairing-iring pahompu sahat tu namar nono
sahat tu nono-marnini.
Asa ni ansisbang, jonok tu panggonggonan;
Badanmuna na so ra sirang, tondimuna marsigonggoman.
Tinapul bulung ni salak, tarihut bulung sikkoru
Sai tibu ma hamu mangabing anak, jala tibu magompa boru.
Tangkas do jabu suhat, laos tangkas do jabu bona,
Sai tangkas ma hamu maduma, laos tangkasma nang mamora.
Sahat sahat ni solu, sahat di binsar ni mata ni ari,
Pasahaton nami ma ulos holong si ganjang rambu on, leleng ma
hamu mangolu jala di iring- iring Tuhan ganup ari.
Dakka ni arirang, peak di tonga onan,
Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigomgoman
Giring-giring ma tu gosta-gosta, tu boras ni sikkoru,
Sai tibu ma hamu mangiring- iring, huhut mangompa-ompa anak dohot boru.
Rimbur ni pakkat tu rimbur ni hotang,
Sai tudia pe hamu mangalakka, sai tusima hamu dapot pansamotan.
Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora,
Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.
Sahat sahat ni solu, sahat ma tu labuan,
Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani Tuhan.
Anian ma pagabe tumundalhon sitodoan,
Arimu ma gabe molo marsipaolo-oloan.
Ruma ijuk tu ruma gorga,
Sai tubu ma anak muna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha
16 Sahat solu, sahat di parbinsar ni ari,
Leleng ma hamu mangolu jala di iring- iring Tuhan ganup ari.
Asa ni assisbang, jonok tu pargongonan
Badan mu na sora sirang, tondi mu marsigomgoman
Tangki jala hualang, garinggang jala garege.
Tubuan anak ma hamu, partahi jala ulubalang, Tubuan boru par-mas
jala pareme.
Bona ni pinasa, hasakkotan ni jomuran,
Tung aha pe dijama hamu, tongtong ma i habaoran pasu-pasu ni Tuhan.
Mandurung di aek Sihoru-horu, manjala di aek Sigura-gura
Udur ma hamu jala leleng mangolu, hipas matua sonang sora mahua.
Sahat sahat ni solu, sahat tu bontean ni tigaras
Pasahathon nami ma ulos si ganjang rabu on, saluhutna ma hita
gabe jala horas.

Ch. Manihuruk
70

Ai na tinapu salaon, salaon situa-tua,


Denggan ma hamu masianju-anjuan asa saut gabe jala saurmatua.
Martumbur ma baringin, mardangka ma hariara,
Matorop ma pomparanmu maribur, matangkang ma juara.
Tangkas pe jabu suhat, tangkasan do jabu bona. Tangkas ma
hamu maduma, tangkas ma nang mamora.
Tubuma halosi di dolok ni pintu batu
Hami Tulangmu mangulosi, Debata do ianggo na masu-masu.
Sahat saha ni solu ma sahat tu bontean,
Pasahaton nami ma ulos si ganjang rambu on Sahat ma hamu
tu parhorasan, sahat tu panggaben.
Dangir-dangir ni batu ma hamu, pandakdahan ni simbora, Gabe
ma hamu jala saurmatua jala sai marsada ni roha.
Sai situbu laklak ma hamu situbu singkoru di dolok ni purbatua, sai
tubuan anak ma hamu tubuan boru, dongan muna sarimatua.
Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora, Tamba
ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.
Songgop ma anduhur titi, sangkot diparjenggaran. Asi
ma Amanta Debata, sai ro ma akka parsaulian.
Sahat solu sahat tu bontean, toho di rondang ni bulan
Hata pasu-pasu marrhite tangiang ni tulang, sai sudema di pasaut Tuhan.
Aek sibarabara, Duruna i tubuan tolong.
Tung aha pe muse na masa, Ndang boi mago ianggo holong.
Ruma ijuk di jolo ni sopo gorga,
Asi ma roha ni amanta Debata. Sai dilehon ma di hamu, Anak na
bisuk dohot boru na marroha
Tonggi ma sibahut tabo ma pora-pora. Gabe
ma hita luhut jala sude hita mamora.
Mardakka jabi-jabi, marbulung ia si tulan
Pasu-pasu nami marhite tangiang sai sude mai dipasaut Tuhan.
Sahat sahat ni solu ma sahat tu bontean,
Pasahaton nami ma ulos si ganjang rambu on sahat ma hamu
tu parhorasan, sahat tu panggaben
Pinattikhon hujur di topi tapian
Tudia pe hamu mangalakka sai tusi dapotan parsaulian
Tangkas ma jabu suhat tangkasan ma jabu bona. Tangkas ma
hamu maduma tangkasan ma nang mamora.
Tubu ma lata di toru ni bunga-bunga,
Sai tubu ma di hamu anak namarsangap dohot angka boru namartua.
Balintang ma pagabe tumandakhon sitadoan,
Saut do hamu gabe jala sangap asal ma tontong si oloi Tuhan.
Sahat sahat ni solu sahat tu Tigaras,
Sahat ma hamu leleng mangolu, gabe jala horas- horas.
Dakka ni arirang, peak di tonga ni onan,
Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigomgoman
Hariara na bolon bahen parlape-lapean,

Ch. Manihuruk
71

Sai tubu ma di hamu anak dohot boru na bolas pangunsandean


Simbora ma pulguk, pulguk di lage-lage,
Sai mora ma hita luhut, huhut horas jala gabe.
Tingko ma inggir- inggir, Bulung nai rata-rata
Hata pasu-pasu i, Pasauthon ma namartua DEBATA
Sahat sahat ni solu toho di rondang ni bulan Leleng ma
hamu mangolu, gabe jala si oloi Tuhan.
Pirma toras ni pongki, Bahul-bahul pansalongan
Pirma tondi muna, Tutambana pangomoan
Ruma ijuk tu ruma gorga,
Sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha.
49.Tingko ma inggir- inggir, Bulung nai rata-rata
Hata pasu-pasu i, Pasauthon ma namartua DEBATA
Sahat sahat ni solu sahat tu Tigaras,
Sahat ma hamu leleng mangolu, gabe jala horas.
Martantan ma baringin, Mardangka hariara Horasma
tondi madingin, Matangkang ma manjuara
Bintang ma narumiris, Tu ombun na sumorop Anak
pe antong riris, Jala boru pe antong torop
Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora, Tamba
ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.
Marmutik tabu-tabu mandompakhon mataniari,
Sai hot ma di hamu akka pasu-pasu, laho marhajophon akka na sinari.
Sahat sahat ni solu, sahat ma tu labuan,
Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani Tuhan.
Balintang ma pagabe tumandakhon sitadoan,
Saut do hamu gabe asal ma tontong masipaolo-oloan.
Tubu ma hariara, di tonga-tonga ni huta
Sai tubu ma di hamu anak namarsahala dohot boru namora jala na martua
Tinaba hau sampinur di tombak simarhora-hora.
Sai lam matorop ma hamu maribur lam marsangap jala mamora.
Eme sitamba tua ma, Parlimggoman ni siborok
Debata do na martua, Horas ma hamu di parorot
Sahat solu, sahat di parbinsar ni ari,
Leleng ma hamu mangolu jala di iring- iring Tuhan ganup ari.
Andor halumpang Togu-togu ni lombu, andor hatiti Togu-togu ni horbo
Penggeng saur matua ma hamu pairing- iring anak dohot boru Sahat tu
marnono-marnini

L. Umpasa Sian Bona Tulang Paranak


Hau sampinur, na tubu di dolok ni Sitapongan
Sai saur ma hamu matua bulung, jala tiur nang pansamotan
2. Eme na marbiur, di linggom ni hariara;
Sai torop ma pomparanmu jala maribur, huhut matakkang jala manjuara.
Hau simartolu, di tombak ni Panamparan;
Sahat ma hamu leleng mangolu di haliangi angka pom

Ch. Manihuruk
72

paran.
4. Asa andor halumpang togutogu ni lombu, mamboan tu onan gambiri,
Sai saur matua ma hamu pairing-iring pahompu sahat tu na marnono sahat tu na
marnini.
Di ginjang ninna arirang, di toru pargomgoman,
Dao ma sian hamu hata sirang, tondi mu antong marsigonggoman.
Denggan ulos sirara, Tiur tiur dohot rambuna Sisina marsimata, Marsirat di
unsuna. Sai manumpak ma antong Tuhanta Debata, Dilehon di hita
pasupasuna, Tubu ma di hamu anak na marsangap, Dohot boru na martua.
Rimbur ni Pakkat tu rimbur ni Hotang,
Sai tudia pe hamu mangalakka, sai tu sima hamu dapot pansamotan.
Tubu ma halosi di dolok ni Pintu batu,
Hami Tulangmu na mangulosi, Debata do ianggo na mamasu-masu.
Sahat sahat ni solu, sahat di binsar ni mata ni ari,
Pasahaton nami ma ulos holong si ganjang rambu on, leleng ma
hamu mangolu di iringiring Tuhanta ganup ari.
Martintin so paruton, margolang-golang so tostosan Sai
tiur ma dalan boluson, tio nang mual dapotan

Umpasa Tintin Marakkup


Ingkon rata na martumpuk, tabo di luat Pangaribuan
Pasahaton nami ma tintin marangkup, tu hamu
dongan Parhundulan nami marga ........
Harangan ni dulang, hatubuan ni rengge-rengge
Horas jala gabe uhum martulang, gabe jala horas uhum marbere
Bulung namartampuk, bulung ni simarlasuna,
Nunga hujalo hami tintin marangkup,
Dohonon ma hata pasu -pasuna.
Hot pe jabu i, pinahot ni Golang-golang,
Sian dia pe mangalap boru bere i, tong doi boru ni Tulang.
Sai tong doi lubang nangpe dihukupi rere,
Sai tong doi boru ni Tulang, manang boru ni ise pei dialap bere.
Amak do rere, dakka do dupang,
Anak do bere, Amang do Tulang.
Dangka do Dupang, Amak do Rere
Damang do Tulang Anak do bere
Asing do huta Hullang, asing muse do huta Gunung Tua,
Asing do molo tulang, asing muse do molo gabe dung simatua.
9. Sai tong ma tarida, nang pe dibalik ni rere
Sai tong mai boru ni iba, molo ni alap ni bere.
Amak do rere, anak do bere

Umpasa Sian Hula-hula


Songgop si Ruba-ruba tu dakka ni Hapadan
Angka pasu-pasu na ni lehon muna
Sai dijangkon tondi ma dohot badan

Ch. Manihuruk
73

Mardakka Jabi-jabi, marbulung ia si Tulan


Angka pasu-pasu na pinasahat muna Sai sude mai dipasaut Tuhan.
Bulung ni Taen tu bulung ni Tulan Ba molo tarbahen, sai topot hamu
hami sahali sabulan
4 Molo so boi bulung ni tulan, pinomat bulung ni salaon
Ba molo so boi sahali sabulan, pinomat sahali sataon
Ni durung si Tuma laos dapot Pora-pora,
Molo mamasu-masu hula-hula mangido sian Tuhan Napogos hian iba, boi
do gabe mamora.
Naung sampulu sada, jumadi sampulu tolu
Angka pasu-pasu pinasahat muna Sai anggiatma padenggan ngolu-ngolu
Naung sapulu pitu, jumadi sapulu ualu
Angka pasu-pasu pinasat muna hula-hula
name Diampu hami ma di tonga jabu.
Turtu ninna anduhur, tio ninna lote,
Angka pasu-pasu pinasahat muna, Sai unang ma muba, unang mose.
9. Habang pidong sibigo, paihut-ihut bulan,
Saluhut angka na tapangido, sai tibu ma dipasaut Tuhan.
Obuk do jambulan, nidandan ni boru Samara Pasu-
pasu na mardongan tangiang sian hula-hula
Mambahen marsundut-sundut soada mara.
Tinapu bulung nisabi, baen lompan ni pangula
Sahat ma pasu-pasu na nilehon muna i tu
hami Sai horas ma nang hamu hula- hula.
Suman tu aek natio do hamu
riong-riong di pinggan pasu Hula-hula nabasa do
hamu, na girgir mamasu- masu.

O. Umpasa Mangulosi
Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu pengantin (Seri 1)
Dakka ni arirang, peak di tonga onan,
Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigomgoman
Giring-giring ma tu gosta-gosta, tu boras ni sikkoru,
Sai tibu ma hamu mangiring- iring, huhut mangompa-ompa anak dohot boru.
Rimbur ni Pakkat tu rimbur ni Hotang, Sai tudia pe hamu mangalakka, sai
tusima hamu dapot pansamotan.

Ch. Manihuruk
74

Hula-hula atau Tulang memberikan restu dalam bentuk pantun

Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora, Tamba ni nagabe, sai tibu ma


hamu mamora.
Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu labuan,

Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani


Tuhan. Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu pengantin (Seri 2)
1. Anian ma pagabe tumundalhon sitodoan, Arimu ma gabe
molo marsipaolo- oloan.
Ruma ijuk tu ruma gorga,
Sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha
Sahat solu, sahat di parbinsar ni ari,
Leleng ma hamu mangolu jala di iring- iring Tuhan ganup ari.
Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu pengantin (Seri 3)
Asa ni assisbang, jonok tu pargongonan
Badan mu na sora sirang, tondi mu marsigomgoman
Tangki jala hualang, garinggang jala garege.
Tubuan anak ma hamu, partahi jala ulubalang,Tubuan boru par-mas jala pareme.
Bona ni pinasa, hasakkotan ni jomuran, Tung aha pe dijama hamu,
tongtong ma i habaoran pasu-pasu ni Tuhan.
Mandurung di aek Sihoru-horu, manjala di aek Sigura-gura Udur ma
hamu jala leleng mangolu, hipas matua sonang sora mahua.
Sahat sahat ni solu, sahat tu bontean ni tigaras Pasahathon nami ma ulos si
ganjang rabu on, saluhutna ma hita gabe jala horas.

Ai na tinapu salaon, salaon situa-tua,


Denggan ma hamu masianju-anjuan asa saut gabe jala saurmatua.

Ch. Manihuruk
75

2. Martumbur ma baringin, mardangka ma hariara,


Matorop ma pomparanmu maribur, matangkang ma juara.
3. Tangkas pe jabu suhat, tangkasan do jabu bona.
Tangkas ma hamu maduma, tangkas ma nang mamora.
4. Tubuma halosi di dolok ni pintu batu
Hami Tulangmu mangulosi, Debata do ianggo na masu-masu.
5. Sahat-sahat ni solu ma sahat tu bortean, Pasahaton nami ma ulos
si ganjang rambu on Sahat ma hamu tu parhorasan, sahat tu panggaben.

Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu pengantin (Seri 5)


Dangir-dangir ni batu ma hamu, pandakdahan ni simbora,
Gabe ma hamu jala saurmatua jala sai marsada ni roha.
Sai situbu laklak ma hamu situbu singkoru di dolok ni purbatua, sai tubuan
anak ma hamu tubuan boru, donganmuna sarimatua.
Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora,
Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.
Songgop ma anduhur titi, sangkot diparjenggaran. Mangasi
ma Amanta Debata, sai ro ma akka parsaulian.
Sahat solu sahat tu bortean, toho di rondang ni bulan Hata pasu-pasu
marrhite tangiang ni tulang, sai sudema di pasaut Tuhan.

Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu pengantin (Seri 6)


Aek sibarabara, Duruna i tubuan tolong. Tung aha pe muse na masa,
Ndang boi mago ianggo holong.
Ruma ijuk di jolo ni sopo gorga, Asi ma roha ni amanta Debata. Sai dilehon
ma di hamu, Anak na bisuk dohot boru na marroha
Tonggi ma sibahut tabo ma pora-pora. Gabe
ma hita luhut jala sude hita mamora.
Mardakka Jabi-jabi, marbulung ia si Tulan Pasu-pasu nami marhite
tangiang sai sude mai dipasaut Tuhan.
Sahat-sahat ni solu ma sahat tu bortean, Pasahaton nami ma ulos si
ganjang rambu on Sahat ma hamu tu parhorasan, sahat tu panggaben

Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu pengantin (Seri 7)


Pinattikhon hujur di topi tapian; Tudia pe hamu mangalakka sai tusi dapotan
parsaulian
Tangkas ma jabu suhat tangkasan ma jabu bona. Tangkas ma hamu
maduma tangkasan ma nang mamora.
3. Tubu ma lata di toru ni bunga-bunga, Sai tubu ma di hamu anak
namarsangap dohot angka boru namartua.
4. Balintang ma pagabe tumandalhon sitadoan,
Saut do hamu gabe jala sangap asal ma tontong si oloi Tuhan.
Sahat-sahat ni solu sahat tu Tigaras,
Sahat ma hamu leleng mangolu, gabe jala horas..

Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu pengantin (Seri 8)

Ch. Manihuruk
76

Dakka ni arirang, peak di tonga ni onan,


Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigomgoman
Hariara na bolon bahen parlape-lapean,
Sai tubu ma di hamu anak dohot boru na bolas pangunsandean
Simbora ma pulguk, pulguk di lage-lage, Sai mora ma hita luhut,
huhut horas jala gabe.
Tingko ma inggir- inggir, Bulung nai rata-rata
Hata pasu-pasu i, Pasauthon ma namartua DEBATA
Sahat-sahat ni solu toho di rondang ni bulan Leleng ma
hamu mangolu, gabe jala si oloi Tuhan.

Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu Pengantin (Seri 9)


Pirma toras ni pongki, Bahul-bahul pansalongan Pirma tondi muna,
Tutambana pangomoan
Ruma ijuk tu ruma gorga, Sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna
na lambok marroha.
Andor halumpang Togu-togu ni lombu, andor hatiti Togu-togu ni horbo
Penggeng saur matua ma hamu pairing- iring anak dohot boru
Sahat tu namarnini sahat tu namarnono
4. Tingko ma inggir- inggir, Bulung nai rata-rata
Hata pasu-pasu i, Pasauthon ma namartua DEBATA
Sahat-sahat ni solu sahat tu Tigaras, Sahat ma hamu leleng mangolu,
gabe jala horas

Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu Pengantin (Seri 10)


Martantan ma baringin, Mardangka hariara Horasma
tondi madingin, Matangkang ma manjuara
Bintang ma narumiris, Tu ombun na sumorop
Anak pe antong riris, Jala boru pe antong torop
Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora, Tamba
ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.
Marmutik tabu-tabu mandompakhon mataniari,
Sai hot ma di hamu akka pasu-pasu, laho marhajophon akka na sinari.
Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu labuan,
Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani Tuhan.
Hula-hula/Tulang Pasahat Ulos tu Pengantin (Seri 11)
Balintang ma pagabe tumandalhon sitadoan,
Saut do hamu gabe asal ma tontong masipaolo-oloan.
Tubu ma hariara, di tonga-tonga ni huta Sai tubu ma di hamu anak
namarsahala dohot boru namora jala na martua
Tinaba hau sampinur di tombak simarhora-hora.
Sai lam matorop ma hamu maribur lam marsangap jala mamora.
Eme sitamba tua ma, Parlimggoman ni siborok
Debata do na martua, Horas ma hamu di parorot
Sahat solu, sahat di parbinsar ni ari, Leleng ma hamu mangolu jala di
iring-iring Tuhan ganup ari.

Ch. Manihuruk
77

Bagot na mararirang ditoruna panggongonan


Badanmuna ma na so ra sirang, tondimuna masigomgoman
Bintang ma na rumiris tu ombun na sumorop Anak
pe dihamu sai riris, boru pe antong torop
Sahatsahat ni solu sahat ma tu bortean Sahat ma hamu leleng mangolu,
sahat tu parhorasan dohot tu panggabean

P. Umpasa Mangampu Hula-hula.


Asa horbo sitingko tanduk tu silapang naualu,
Parbutuha mangalilit parmata mangalu-alu , Di
balian do manggagat di huta anggo margalu,
Hata pasu hata gabe naung pinasahat muna hula-hula nami,
Ampe mai di sambubuhon nami, tuat tuabara, ampu di abingan
nami, Jala ampuon nami ma martongani jabu.
Tur tur ninna anduhur tio tio ninna lote, Hata
pasu naung pinasahat muna raja nami, Sai
unang ma muba uang mose.
Sahat solu sahat ma tubortean tu tiga ras,
Leleng ma hita mangolu sahat tu panggabean tu parhorasan.
Ni durung si Tuma laos dapot Pora·pora.
Molo mamasu-masu hula-hula mangido sian
Tuhan, Napogos hian iba, boi do gabe mamora.
Songgop si Ruba-ruba tu dakka ni Hapadan,
Angka pasu-pasu na nilehon muna,
Sai dijangkon tondi ma dohot badan.
Mardakka jabi-jabi, marbulung ia si tulan
Angka pasupasu na pinasahat muna,
Sai sude mai dipasaut Tuhan.
Naung sampulu sada, jumadi sampulu tolu,
Angka pasupasu pinasahat muna,
Sai anggiatma padenggan ·ngolu.
Naung sapulu pitu, jumadi sapulu ualu,
Angka pasupasu pinasat muna hula-hula
nami, Diampu hami ma di tonga jabu.
Habang pidong sibigo, paihut-ihut bulan,
Saluhut angka na tapangido, sai tibu ma dipasaut Tuhan.
10. Obuk do jambulan, nidandan ni boru Samara
Pasupasu na mardongan tangiang sian hula-hula,
Mambahen marsundut-sundut soada mara.
11.Tinapu bulung nisabi, baen lompan ni
pangula Sahat ma pasu'pasu na nilehon muna
i tu hami, Sai horas ma hamu nang hula-hula.
12.Suman tu aek natio do hamu, riong-riong di pinggan
pasu, Hula-hula nabasa do hamu, na girgir mamasu-masu.
13.Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut,
Molo burju marhula-hula, dipadao mara marsundut-sundut

Ch. Manihuruk
78

14.Aek sigura-gura riongriong di pinggan pasu,


Hami hula-hula naringgas do mamasu-masu

Tu Dongan Sahuta .
1. Asa harbangan dalan tu huta, balatuk dalan tu jabu,
hata pasu hata gabe naung pinasahat raja ni dongan
sahuta, Ampuon nami ma martonga ni jabu.
2. Aek marjullak-jullak,
Jullak jullak nai tinahu binahen tu tabu tabu,
Hata nauli hata nadenggan naung pinasahat muna tu
hami, Ampuan tami ma martonga ni jabu.
Sahat solu sahat ma tubortean tu tiga ras,
Leleng ma hita mangolu sahat tu panggabean tu parhorasan
Doding ni doding, doding ni Mandalas
Angka paspasumuna i sai unang ma muba unang sesa.
Bulung ni team ma tu bulung ni situlan Ba molo tarbahen sai topot hamu
hami ganup bulan Ba molo so boi bulung situlan ba pinomat bulung salaon
Ba molo so boi ganup bulan pinomat tolu hali sataon.

Q. Umpasa Mamongoti Jabu


Mardangka bulung bira, martampuk bulung labu Mauliate
ma di Tuhanta ai nungnga tipak hamu marjabu.
Tubu ma simarlasuna, lata ni tobu di holang-holangna
Sai hot ma jabunta on di batuna jala togu di hajong-jonganna.
Tubu ma tandiang di topi aek Sibarabara Sai gok ma jolma diginjang,
gok pinahan ma tombara. (Alai ala so martombara be jabu nuaeng, on
nama dohonon).
Marmutik ma tabutabu dompak mata ni ari
Gok ma jolma di jabu jala gok ma uang di lamari.
Panggu do panggisgis, pangko ni bagot bahen hauna
Jabunta on ma na so ra tiris, huhut na togu di batuna.
Tubu ma salaon di topi ambar Sihoruhoru
Jabu na uli ma jabuntaon, hatubuan ni anak dohot boru.
7. Duru ni hauma panuanan ni sanggesangge
Sahat ma hamu saurmatua mangingani jabunta on huhut horas jala gabe.
Andor ras ma tu andor ris tu andor ni Purbatua Sai horas ma hamu
sai torkis mangingani jabunta on, gabe jala saurmatua.

Umpasa Manuruk Jabu


Suman tu aek natio do hamu, riong-riong di pinggan pasu,
Hula-hula nabasa do hamu, na girgir mamasu-masu.
Tinapu bulung nisabi, baen lompan ni pangula Sahat ma pasu-pasu
na nilehon muna i tu hami, Sai horas ma nang hamu hula-hula.
Aek marjullak-jullak sian tonga-tonga ni batu Jullak-jullak na i bahenon
tu tabu-tabu laho boanon tu jabu.

Ch. Manihuruk
79

Hata-nauli hata pasu-pasu marhite tangiangmu namanghaholongi


hami Tarlumobi ma i sian Tulang dohot Hula-hula nami ampuon nami
ma antong martonga ni jabu, botima.
Tinapu bulung nisabi, baen lompan ni pangula Sahat ma pasu-pasu
na nilehon muna i tu hami, Sai horas ma nang hamu hula-hula.
Tarsingot tu Hata nauli hata nadenggan naung pinasahat mu
Abing on ma i antong di abingan nami, Tuat dia abara nami,
Jala hot ma i antong disimanjujung nami,
Songgop si Ruba-ruba tu dakka ni Hapadan, Angka pasu-pasu na
ni lehon muna, Sai dijangkon tondi ma dohot badan.
Mardakka Jabi-jabi, marbulung ia si tulan Angka pasu-pasu na
pinasahat muna, Sai sude mai dipasaut Tuhan.
Naung sapulu pitu, jumadi sapulu ualu, Angka pasu-pasu pinasat muna
hula-hula nami, Di ampu hami ma di tonga jabu.

S. Umpasa Marsirang
Pidong sitapi-tapi, habang diatas hauma,
Horas ma hamu na pinaborhat nami,
Horas hami na tininggalhon muna.
Dolok ni Panampahan, tondongkon ni Tara bunga
Sai horas ma hamu dipardalanan,
songoni dung sahat tu inganan muna.
Tombak ni Sipinggan di dolok ni Sitapongan,
Di dia pe hamu tinggal,
sai tong ma hita marsihaholongan.
Emne sitambatua parindahan na lohot,
Amanta Debata do silehon tua,
sai luhutna ma hita diparorot.
Mangerbang bunga-bunga, ditiur ni mata ni ari
Selamat jalan ma dihamuna, selamat tinggal ma di hami.

T. Umpasa Mangapuli
Tua na so taraithon, Soro ni ari na so tarhaishon
Alai dumenggan do dohonon umpasa on :
"Ramba Sipaholon marduhut-duhut sitata
Las ni roha dohot sitaonon sude do i sian Amanta
Debata Asa :
Hau ni Gunungtua, dangkana madagul-dagul
Tibu ma dilehon Tuhanta dihamu tua, jala tibu hamu diapul-apul
Poltak bulan tula, binsar ia mata ni ari
Tibu ma ro tu hamu soritua, singkat ni sori ni
ari Angkup ni i :
Hotang binebebebe, hotang pinilos-pulos
Unang iba mandele, ai godang do tudostudos
Hotang benebebebe, hotang ni Siringkiron Unang
iba mandele, si godang dope sihirimon

Ch. Manihuruk
80

Dolok ni simalungan tu dolok ni simamora


Sai salpu ma angka na lungun, hatop ma ro silas ni roha
Dolok ni Lobugala, hatubuan ni siala
Sa boha pe dok-dok ni sitaonon, ingkon tong-tong do pujion na
martua Debata
Pirma pongki, bahul pansalongan
Pirma tondi muna, ai nungga denggan hamu marsipaolooloan
Bagot na madungdung, tu pilo-pilo marajar Salpu ma
na lungun sian hamu, sai ro ma najagar
Saridan ni pinasa, tano-tano hapandan
Na maminjam do hita di hosa, tano i do nampuna badan
Sangge sangge do on, parasaran ni bangkudung
Naung sahat gabe do natua-tua on, jala sahat mauli bulung
Ti napu bulung siarum, bahen uram ni pora-pora Na
hansit tibu ma malum, sai ro ma silasniroha

Umpasa Tulang/Hula-hula pasahat on Ulos Saput/Tujung


Ulos Saput
“Dison bere hupasahat hami dope sada ulos tu songon saput ni dagingmu, ulos
parpudi laho manopot sambulom. Songon tanda do on na dohot hami mar habot ni
roha di halalaom. Pabulus roham, topot ma ingananmu rap dohot Tuhanta patulus
pardalanmu”.
Ulos Tujung
“Sadarion (ito, hela) pasahaton nami do tuho ulos tujung. Beha bahenon (ito, hela),
nunga songoni huroha bagianmu, marbahir siubeonmu, sambor nipim mabalu ho.
Alani i unduk ma panailim marnida halak, patoru ma dirim marningot Tuhan.
Songon nidok ni umpasama dohonon nami” :
Hotang binebe bebe, hotang pinulos-pulos, Unang iba mandele, ai godang do
tudos-tudos.
3. Mangungkap tujung
“Sadarion ungkapon nami ma tujung on sian simanjujungmu. Asa ungkap na ari
matiur, ungkap silas ni roha tu hamu di joloanon, Husuapi ma (dainang/helangku)
asa bolong sude ilu ilum, na mambahen golap panailim”.
“Sai bagot na ma dungdung ma tu pilo-pilo na marajar, sai mago ma na lungun tu
joloanon, ro ma na jagar.
Dison muse aek sitio-tio inum (dainang, laengku) ma on, sai tio ma panggabean,
tio parhorasan di hamu tu joloan on. Huhut dison boras si pir ni tondi, sai pir ma
nang tondim :
Martantan ma baringin, marurat jabi jabi, horas ma tondi madingin, tumpakon ni
Mulajadi Nabolon.

X. Umpasa Pasahat Tudu-Tuduni Sipanganon


Marmula ma songon bogas, martanda martinudu songon dalan
Marmula ma sihoras-horas, martamba-tamba ma nang parsaulian
Sitima sigompa, golang-golang mangarahutna
Tung songon onpe na tupa, uli ma roha muna manjangkhon

Ch. Manihuruk
81

Tuhanta ma na pasahathon pasu-pasuna


Bulung botik na nilompa, na tinapu sian punsukna
Sipanganon sisaoatik natupa , asi ma roha ni Tuhanta sai godang ma pinasuna
Bagot na marhalto ma, tubu di robean
Horas ma hamu na manganthon, sai tu gandana di hami na mangalehon
Godang sibutong-butong, otik sipirni tondi
Sai pamurnas ma i tu daging, saudara ma tu bohi
Sipalomak imbulu mai, sipaneang holi-holi, huhut sipasindak panaili
Bulung ni dapdap langkop, ba i na adong ima tarpahajob,
marjomuk ma hita
Tintin na tinompa, hotang pangarahutna
Tung so sadia pe sipangnon i, godang ma pinasuna

Umpasa Pasahat Dengke Sitio-Tio


Martintin soporutan, margolang-golang so tostosan Sai
tiurma ma dalan bolusan, tio nang mual dapotan
Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu bortean
Hu pa sahat hami dengke on tu hamu
Sai sahat ma hamu tu parhorasan Sahat
hamu tu panggabean
Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu topi ni tao
Dengke sitio-tio na hu pasahat hami
Lasma rohamuna manjalo
Sahat solu mamolus aek na tio tu topi ni tao
Dengke sitio-tio dengke simudur udur
Dengke sahat na hupasahat hami tu hamu, las rohamu manjalo

Umpasa Na Asing
Martahuak ma manuk di bungkulan ni ruma, Horas
ma hula-hulana, songoni nang akka boruna.
Simbora ma pulguk, pulguk di lage-lage,
Sai mora ma hita luhut, huhut horas jala gabe.
Hariara madungdung, pilo-pilo na maragar, Sai
tading ma na lungun, ro ma na jagar.
Sinuan bulu sibahen na las, Tabahen uhum mambahen na horas.
Eme ni Simbolon parasaran ni si borok,
Sai horas-horas ma hita on laos Debata ma na marorot.
Sititik ma sigompa, golang-golang pangarahutna,
Tung so sadia pe naeng tarpatupa, sai anggiat ma godang pinasuna.
Pinasa ni Siantar godang rambu-rambuna, Tung
otik pe hatakki, sai godang ma pinasuna.
Tuat si puti, nakkok sideak, Ia i na ummuli, ima ta pareak.
Napuran tano-tano rangging marsiranggongan,
Badan ta i padao-dao, tondita i marsigomgoman.
Marmutik tabu-tabu mandompakhon mataniari,
Sai hot ma di hamu akka pasu-pasu, laho marhajophon akka na sinari.

Ch. Manihuruk
82

Bona ni pinasa, hasakkotan ni jomuran, Tung aha pe dijama hamu,


sai tong ma dalan ni pasu-pasu.
Mandurung di aek Sihoru-horu, manjala di aek Sigura-gura,
Udur ma hamu jala leleng mangolu, hipas matua sonang sora mahua.
Dolok ni Simalungun, tu dolok ni Simamora
Salpu ma sian hamu na lungun, sai hatop ma ro si las ni roha.
Aek sihoruhoru tu sampuran Siguragura
Rap leleng ma hamu mangolu, gabe jala sarimatua.
Binsar mata ni ari poltak mata ni bulan, Sai tubu ma dihamu angka boru na
malo mansari dohot angka anak na gabe raja panungkunan.
Hau sigala-gala ma nina pajjakitan ni si jakkeus, manang tudia pe hita
saluhut mangalakka sai tong ma diramoti Tuhan Jesus.

Keluarga dekat Penganten memberikan restu dalam bentuk pantun

Ch. Manihuruk
83

BAB IV
PARJAMBARAN
A. Arti Pentingnya Parjambaran
Tudutudu sipangonon berupa seekor ternak yang disembelih sebagai lauk untuk
suatu adat, bagian-bagian yang akan dijadikan jambar dipisahkan, tidak dicincang. Bila
bagian-bagian jambar disediakan secara lengkap: disebut namanya na margoarna.
Artinya bagian yang dipisahkan lengkap namanya sesuai dengan namajambar yang akan
diberikan sebuah acara adat. Tetapi bila hanya sekedar menunjukkan bahwa lauk yang
disajikan itu bukan daging kiloan dari pasar (jagal rambingan), tetapi sengaja disembelih
satu ekor babi, dan bagian-bagian jambar itu tidak harus lengkap, sajian yang seperti itu
disebut tudu-tudu ni sipanganon.
Seperti pada gambar di bawah. Biasanya Dilaksanakan sewaktu Pesta orang Batak
Toba, di antaranya : Pesta Perkawinan, Prosesi tujuh bulan Kehamilan, Babtisan, Lepas
Sidi, bahkan dalam acara Dukacita, tergantung bagai mana acara penyampaian kepada
pihak Hula-hula (keluarga dari Istri kita Laki-laki disebutlah Hula hula) sedangkan
sebutan Tulang (keluarga lakiIaki dari Ibu yang melahirkan kita atau kata lain Paman)
Mereka inilah yang selalu di sebut Hula-hula dan Tulang:
Adapun cara penyampaian tudu-tudu sipanganon mari kita perhatikan. Pertama-
tama daging tersebut (tudu-tudu ni sipanganon) di susun rapi seperti gambar berikut di
bawah ini.

Tudu-Tudu Sipanganon

Tudu-tudu Sipangon ini diserahkan ke pihak Hula-hula atauTulang, sebagai syarat


pemula untuk mengunggapkan isi hati atau ada yang mau di sampaikan, oleh orang tua
penganten laki-laki kepada pihak orang tua Penganten Perempuan.

B. Nama-Nama Bagian Dari Jambar


Angka on ma goar ni jambar juhut:
Pinahan Lobu

Ch. Manihuruk
84

Na marngingi (parsanggulan, ulu, kepala bagian atas, tempat otak);


Osang (kepala bagian bawah, silojaloja tingki marngalungalu);
Aliangaliang (rungkung -somalna diseati do on tingki mangan);
Sombasomba (rusuk depan dipotong melingkar tidak putus, unang maponggol);
Soit (buhubuhu sian pat);
Ihur-ihur.

Sigagat Duhut
Na marngingi;
Osang;
Tanggalan (aliangaliang molo pinahan lobu) ;
Panamboli/ungkapan;
5. Sombasomba, (rusuk galapang, i ma sombasomba na gok, rusuk na mardomu di jolo)
;
6. Buhubuhu (soit molo pinahan lobu) ;
7. Ihur-ihur;
8. Pohu (tanggo-tanggo, jagal) .

Dalam bahasa Batak Toba mari kita ikuti.


Dinalaho Mangarang-rangi ulaon Pangoli Anak manang Pamulihon Boru jot-jot do
nasongonon tabereng ala ondo adat napinukka ni opputa sijolo-jolo tubu di nalaho
pasangaphon horong ni hula-hula dohot Tulang. Tarsongonon ma partording na.
Naparjolo; Somalna do Boru ni Hasuhuton Paranak do yanggo napaturehon manang na
manusun tudu-tudu ni sipangonon on digoarima na margoar dung sidung di pature di
dok pihak Paranak ma tu Parboru songonon ma hatana; Mangarade ma Paranak laho
manjumpangi pihak parboru.
Sarupa do ragam ni tutur niontang ni parboru dohot paranak, jala tung dipasangap
nasida do sude tutur naniontangna. Di Toba Holbung sude jambar i dibagi dua do, sada
taripar tu paranak nasada nari tinggal ma di parboru, alai anggo ihur-ihur himpal do i
gabe ulak ni jual ni parboru.

1. Parjuhutna namarmiak- miak


Jambar na taripar tu paranak dipasahat ma i tu:
Hulahula
Jambarna : Sambola namarngingi/parsanggulan parhambirang
Tulang, tulang rorobot
Jambarna: Satonga sombasomba
Boru
Jambarna : Osang (osang biasana dang di bagi dua, alai na marngingi do na dibagi
dua)
Bere/pariban, Dongan sahuta/aleale, pangula ni
huria Jambarna : Dua soit
Hasuhuton ni paranak
Jambarna : dengke (ulak ni jual) sian parboru
Jambar natinggal di parboru dipasahat ma i tu:
Hulahula

Ch. Manihuruk
85

Jambarna: Sambola namarngingi/parsanggulan


parsiamun Tulang, Tulang Rorobot
Jambarna: Satonga sombasomba
Boru
Jambarna: Sambola osang parsiamun
Bere/pariban, dongan sahuta/aleale, pangula ni
huria Jambarna: Dua soit
Hasuhuton ni parboru
Jambarna: Ihurihur/pangabis (ulak ni jual) sian paranak

2. Parjuhutna Sigagat duhut


Molo di pesta unjuk, paranak manang parboru pe bolahan amak (dialap jual manang
taruhon jual), anggo teorina naparadehon/manghobasi sipanganon (sude na porlu di
ulaon i) paranak do. Sonang do dibahen nasida sude angka tuturna tarlumobi
hulahulana.
Ido alana jambar ni dongan tubu ni paranak :
Panomboli.
Jambar nataripar tu paranak di pasahat ma i tu:
Hulahula
Jambarna : Sambola namarngingi/parsanggulan parhambirang + 2kg sibuk
Tulang, Tulang Rorobot
Jambarna : Satonga sombasomba
Boru
Jambarna : Sambola osang parhambirang
Bere/pariban, dongan sahuta/aleale, pangula ni huria
Jambarna : Dua soit
Dongantubu
Jambarna : Panamboli
Hasuhuton ni paranak
Jambarna : Dengke (ulak ni jual) sian parboru.
Jambar na tinggal di parboru ma i tu:
Hulahula
Jambarna : Sambola namarngingi/parsanggulan parsiamun + 2kg
sibuk Tulang, Tulang Rorobot
Jambarna : Satonga sombasomba
Boru
Jambarna : Sambola osang parsiamun
Bere/pariban, dongan sahuta/aleale, pangula ni
huria Jambarna : Dua soit
Hasuhuton ni parboru
Jambarna: Ihurihur/pangabis (ulak ni jual), laos on do dibagihon tu dongan tubuna.

C. Parjambaran Ulaon Di Jabu


Parjuhut namarmiak- miak do. Angka ulaon di jabu ima:
Partangiangan dung tardidi di gareja
Partangiangan malua sian pangkhanghungi dung mulak sian gareja

Ch. Manihuruk
86

Partangiangan manuruk/mangompoi jabu


Partangiangan malum sian parsahiton
Partangiangan na asing na pinatupa ni suhut

Parjambaran ulaon di jabu ima:


1. Hulahula
Jambarna: Namarngingi/parsanggulan parsiamun
Tulang
Jambarna: Namarngingi/parsanggulan parhambirang
Tulang rorobot Jambarna:
Sombasomba
Bere/pariban, dongan sahuta/aleale, pangula ni huria
jambarna: Soit
Hasuhuton
Jambarna: Ihurihur (laos on ma dibagi tu dongan tubu).
Catatan :
Andorang so marsipanganon, jumolo ma dipasahat hula-hula siboan-boanna (dengke),
dung i hasuhuton pasahathon tudutudu ni sipanganon tu hulahulana. Parboru ma na
mamilang tangiang marsipanganon, hulahula ma mangujungi ulaon i dohot
ende/tangiang.

D. Parjambaran Molo Matua Natuatua


Parjuhutna namarmiak-miak, jotjot do on digoari partangiangan. Biasana molo adong
dope na hurang di hasuhuton (hurang gabe, hurang sinadongan) dipatupa ma
partangiangan.
Parpeak ni jambar songonon ma:
Hulahula
Jambarna: Sambola namarngingi/parsanggulan
parsiamun Tulang
Jambarna: Sambola namarngingi/parsanggulan parhambirang
Tulang rorobot, hulahula namarhahamaranggi, hulahula ni anak
manjae Jambarna: Sombasomba
Boru
Jambarna: Osang
Pariban/bere, dongan sahuta/aleale, pangula ni huria
Jambarna: Soit
Suhut
Jambarna: Ihurihur (laos on do dibagi laho jambar ni dongan tubu)
Parjuhutna sigagat duhut Marindahan namasak ma digoari molo dibagasan sadari
pangarapotan dohot partuatna.
Parpeak ni jambar songonon ma: Namasa di Toba Holbung (Laguboti)
Hulahula
Jambarna : Sambola namarngingi/parsanggulan parsiamun + 2kg
sibuk Tulang
Jambarna : Sambola namarngingi/parsanggulan parhambirang + 2kg sibuk
Tulang Rorobot, Hulahula namarhahamaranggi, Hulahulani anak manjae
dohot Bona

Ch. Manihuruk
87

Tulang
Jambarna : Sombasomba
Bonaniari
Jambarna : Sombasomba galapang
Boru/bere
Jambarna : Osangosang
Pariban, dongan sahuta/aleale dohot pangula ni
huria Jambarna : Soit/ojahan
Dongan tubu
Jambarna : Panamboli
Hasuhuton
Jambarna : Ihurihur/pangabis
Namasa di luat naasing (Habinsaran)
Hulahula
Jambarna: Haebona pudi
Tulang
Jambarna: Haebona molo ama na monding, sombasomba molo ina
namonding Tulang rorobot
Jambarna: Tungkobona parsiamun molo ina namonding, sombasomba
molo ama namonding
Hulahula namarhahamaranggi, hulahula ni anak manjae, bona
tulang Jambarna: Sombasomba
Bonaniari
Jambarna: Sombasomba galapang
Boru/bere
Jambarna: Pultahon/panamboli
Pariban, dongan sahuta/aleale, pangula ni huria
Jambarna: Soit/ojahan
Dongan tubu/hahadoli/anggidoli
Jambarna: Panamboli
Hasuhuton
Jambarna: ulu

Siingoton:
Holan di pesta unjuk do adong dua hasuhuton ima paranak dohot parboru.
Molo di ulaon namonding, gomparan ni namonding i do suhut. Ihurihur ma
jambar ni suhut.
Angka tondong sijalo jambar Ulaon matua (saurmatua manang maulibulung), sada ulaon
na balga do on di halak Batak, ido umbahen na godang ragam ni tutur di ulaon
sisongonon. Hombar tu balga ni ulaon do ragam ni tutur na ro laos songon i do ragam ni
jambar. Molo metmet ulaon, ragam ni jambar pe otik do. Somalna andorang so diseati
dope angka jambar, jolo dialap hata do tu sude tutur manang dia na talup/pas. Ido
umbahen adong hata namandok: "Jolo diseat hata asa diseat raut", lapatanna asa unang
adong sihataan/nahumurang dipudi ni ari. Angka tondong na sumolhot do na parjolo
dapotan jambar, atik di ulaon na balga manang na met-met pe i. Songon sada gombaran
di ulaon nasaurmatua/namaulibulung,

Ch. Manihuruk
88

songonon ma urutan ni angka tondong sijalo jambar:


Jambar tu hulahula
Jambar tu tulang
Jambar tu tulang rorobot
Jambar tu hulahula namarhaha- maranggi
Jambar tu hulahula ni anak manjae
Jambar tu bona tulang
Jambar tu bonaniari
Jambar tu pariban
Jambar tu pangula ni huria
Jambar tu dongan sahuta/ale-ale
Jambar tu boru/bere
Jambar tu dongan tubu
Jambar tu suhut/hasuhuton

Sude angka na dapotan jambar juhut tong do dapotan jambar hata. Mardomu tusi,
ditingki mandok hata hulahula somalna jolo dipasahat do tu boruna asa mandok hata
pasugabe tu paribanna. Adong dua mansam pariban:
Boru ni tulang
Angkang/anggi ni pardijabu/istri
Di tingki na mandok hata, angka pariban naginoaran diginjang ondeng tongtong do
mangihuthon/mandongani uduran ni hula-hula/tulangna.

Dalam pesta Manihuruk/Boru/Bere (Pengurus) berpakaian Dinas

Ch. Manihuruk
89

BAB V
ULOS
A. Arti Pentingnya Ulos dalam Adat Batak
Nenek moyang orang Batak telah mempunyai alat tenun dan mampu memproduksi
berbagai jenis ulos dengan aneka ragam motif dan warna yang tidak luntur. Sebelum
kekristenan datang, ulos dianggap sangat sakral, tidak diperdagangkan, pembuatannya
selalu dimulai dengan tabastabas atau mantera. Sekarang ini, sudah diproduksi secara
massal dengan mesin tenun dan peruntukkannya tidak lagi hanya untuk keperluan acara
adat tetapi saat menyambut dan menghormati pejabat pun ulos telah diberikan (diulosi).
Peranan ulos sangat tinggi dalam pelaksanaan adat budaya Batak sehingga tanpaknya
dapat diibaratkan berbagai makanan enak tanpa garam akan terasa hambar semuanya.
Makna filosofis ulos adalah ikatan kasih sebagaimana dituangkan dalam ungkapan:
Ijuk pangihot ni hodong, ulos pangihot ni holong, terjemahannya: ulos sebagai pengikat
kasih sayang. Dalam rangka mewujudkan jalan SEIRING, semua yang bertugas pada
suatu kebaktian seperti pendeta di atas mimbar, penatua yang berdiri di altar pengumpul
persembahan, pembaca ting-ting atau pengumuman, dirigen koor, song leader dan
beberapa sekolah di Samosir menggunakan ulos sebagai rompi dan lain-lain, semuanya
menyandang ulos tenunan Batak. Di samping menghargai dan melestarikan warisan
nenek moyang, tentu kebijakan seperti itu secara langsung ikut membangun home
industry di bona ni pasogit yang akan berdampak positif pada perekonomian masyarakat
luas.
Ulos itu pada umumnya berbentuk selendang adalah kain tenun khas Batak
berbentuk selendang. Benda sakral ini merupakan simbol restu, kasih sayang dan
persatuan, sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi: “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos
pangihot ni holong”, yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya
maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama.
Dalam ritual mangulosi ada beberapa aturan yang harus dipatuhi, antara lain bahwa
seseorang hanya boleh mangulosi mereka yang menurut tutur atau silsilah keturunan
berada di bawah, misalnya orang tua boleh mengulosi anaknya, tetapi anak tidak boleh
mangulosi orang tuanya. Disamping itu, jenis ulos yang diberikan harus sesuai dengan
ketentuan adat. Karena setiap ulos memiliki makna tersendiri, kapan digunakan,
disampaikan kepada siapa, dan dalam upacara adat yang bagaimana, sehingga fungsinya
tidak bisa saling ditukar.
Contoh lainnya dimana mengulosi menantu lelaki bermakna nasehat agar ia selalu
berhati-hati dengan teman-teman satu marga, dan paham siapa yang harus dihormati;
memberi hormat kepada semua kerabat pihak istri dan bersikap lemah lembut terhadap
keluarganya. Selain itu, ulos ini juga diberikan kepada wanita yang ditinggal mati
suaminya sebagai tanda penghormatan atas jasanya selama menjadi istri almarhum.
Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pada waktu upacara berkabung, dan dengan
demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut bahwa ia telah menjadi seorang
janda. Ulos lain yang digunakan dalam upacara adat adalah Ulos Maratur dengan motif
garis-garis yang menggambarkan burung atau banyak bintang tersusun teratur. Motif ini
melambangkan harapan agar setelah anak pertama lahir akan menyusul kelahiran anak-
anak lain sebanyak burung atau bintang yang terlukis dalam ulos tersebut. Secara rinci
dan prakteknya pemakaian ulos ini, dapat kita ketahui pada pembahasan selanjutnya.

Ch. Manihuruk
90

Beberapa Ulos yang dapat kita lihat di pesta ataupun


di kios-kios penjualan Ulos

Di daerah Toba, Simalungun dohot Tanah Karo na masa sian manang uduran ni
Hula-hula dohot Tulang na pasahat on ulos tu pihak parboruon na manang bere-ibebere
na. Di Tapanuli Selatan, Dairi/Pakpak pada umumna uduran di boru-bere do na pasahat
on ulos tu mora manang kula-kula. Perbedaan on dang mangkurangi arga/nilai ulos i.
Ada pula pemberian ulos kepada bukan orang batak sebagai penghormatan, misalnya
kepada pejabat teras yang berkunjung ke daerah yang didiami oleh masyarakat Batak.
Dalam buku ini lebih pada pemakaian ulos di wilayah Batak Toba contoh dalam
pemberian ulos di pesta perkawinan adalah :
Parjolo ulos sian natoras ni penganten boru.
Tulang pengantin boru, termasuk tulang rorobot.
Dongan sabutuha ni parboru biasana didok ulos pamarai.
Dongan samarga natoras ni penganten boru
Pariban manang boru hula-hula natoras ni penganten boru.
Terakhir ima Tulang pengantin bawa, biasana dung manjalo sebahagian sian i sinamot na
nia jalo parboru sian par anak, godangna dos ni roha kedua bela pihak biasana 2/3 sian
par boru dohot 1/3 sian paranak.
Ia tung adong pe sian ale-ale (teman sejawat) na sipata ta bereng pasahat on ulos, sa
tingkos na di luar ni di luar tohonan Dalihan Na Tolu. Sian angka ale-ale nian berupa
hepeng manang kado do ma lebih lumeket dipasahat tu penganten.

Ch. Manihuruk
91

Pemberian Ulos dari Punguan Marga Keluarga Pengaten Perempuan


kepada Punguan Keluarga Penganten Pria

Dalam pesta perkawinan secara khusus ada penyerahan ulos dari punguan marga
penganten perempuan kepada punguan marga pengantin laki-laki (biasanya serah terima
ulos sesama ketua umum) sebagai suatu ikatan terjadi kedua marga dimaksud dengan
terjadi perkawinan tersebut.

B. Beragam Jenis- Jenis Ulos Yang Pernah


Ada 1. Ulos Jugia.
Ulos ini disebut juga “ulos naso ra pipot atau “pinunsaan”. Biasanya ulos yang
harga dan nilainya sangat mahal dalam suku Batak disebut ulos “homitan” yang
disimpan di “hombung” atau “parmonang-monangan” (berupa Iemari pada jaman dulu
kala). Menurut kepercayaan orang Batak, ulos ini tidak diperbolehkan dipakai
sembarangan kecuali orang yang sudah “saur matua” atau kata lain “naung gabe” (orang
tua yang sudah mempunyai cucu dari anaknya laki-laki dan perempuan).

Ch. Manihuruk
92

Upacara adat atau kegiatan Batak Toba erat kaitannya dengan Ulos

Selama masih ada anaknya yang belum kawin atau belum mempunyai keturuan
walaupun telah mempunyai cucu dari sebahagian anaknya, orang tua tersebut belum
bisa disebut atau digolongkan dengan tingkatan saur matua. Hanya orang yang
disebut “nagabe” sajalah yang berhak memakai ulos tersebut. Jadi ukuran hagabeon
dalam adat suku Batak bukanlah ditinjau dari kedudukan pangkat maupun kekayaan.
Tingginya aturan pemakaian jenis ulos ini menyebabkan ulos merupakan benda
langka hingga banyak orang yang tidak mengenalnya. Ulos sering menjadi barang
warisan orang tua kepada anaknya dan nilainya sama dengan “sitoppi” (emas yang
dipakai oleh istri raja pada waktu pesta) yang ukurannya sama dengan ukuran padi
yang disepakati dan tentu jumlah besar.

2. Ulos Ragi Hidup.


Ulos ini setingkat dibawah Ulos Jugia. Banyak orang beranggapan ulos ini
adalah yang paling tinggi nilanya, mengingat ulos ini memasyarakat pemakainya
dalam upacara adat Batak khususnya orang tua penganten pria menerima ulos ini dari
besannya (orang tua mempelai perempuan) atau disebut juga ulos pansamot. Bagi
mereka yang sudah menikahkan putra apalagi semua anaknya sudah status menikah
(saur matua) berhak menggunakan ulos ini, dapat pula dipakai oleh mereka meskipun
ada anaknya yang belum menikah, namun sudah memiliki cucu berhak pula
menggunakan ulos ini sebagai kebesaran dan kebahagiaan baginya.
Ulos ini dapat dipakai untuk berbagai keperluan pada upacara duka cita. Dan
juga dapat dipakai oleh Raja-raja maupun oleh masyarakat pertengahan. Pada jaman
dahulu dipakai juga untuk “mangupa tondi” (mengukuhkan semangat) seorang anak
yang baru lahir. Ulos ini juga dipakai oleh suhut si habolonan (tuan rumah). Ini yang
membedakannya dengan suhut yang lain, yang dalam versi “Dalihan Na Tolu”
disebut dongan tubu.

Ch. Manihuruk
93

Dalam system kekeluargaan orang Batak. Kelompok satu marga (dongan tubu)
adalah kelompok “sisada raga-raga sisada somba” terhadap kelompok marga lain.
Ada pepatah yang mengatakan “martanda do suhul, marbona sakkalan, marnata do
suhut, marnampuna do ugasan”, yang dapat diartikan walaupun pesta itu untuk
kepentingan bersama, hak yang punya hajat (suhut sihabolonan) tetap diakui sebagai
pengambil kata putus (putusan terakhir). Dengan memakai ulos ini akan jelas
kelihatan siapa sebenarnya tuan rumah.
Pembuatan ulos ini berbeda dengan pembuatan ulos lain, sebab ulos ini dapat
dikerjakan secara gotong royong. Dengan kata lain, dikerjakan secara terpisah dengan
orang yang berbeda. Kedua sisi ulos kiri dan kanan (ambi) dikerjakan oleh dua orang.
Kepala ulos atas bawah (tinorpa) dikerjakan oleh dua orang pula, sedangkan bagian
tengah atau badan ulos (tor) dikerjakan satu orang. Sehingga seluruhnya dikerjakan
lima orang. Kemudian hasil kerja ke lima orang ini disatukan (diihot) menjadi satu
kesatuan yang disebut ulos “Ragi Hidup”.
Mengapa harus dikerjakan cara demikian? Mengerjakan ulos ini harus selesai
dalam waktu tertentu menurut “hatiha” Batak (kalender Batak). Bila dimulai Artia
(hari pertama) selesai di Tula (hari tengah dua puluh).
Bila seorang Tua meninggal dunia, yang memakai ulos ini ialah anak yang
sulung sedang yang lainnya memakai ulos “sibolang”. Ulos ini juga sangat baik bila
diberikan sebagai ulos “Panggabei” (Ulos Saur Matua) kepada cucu dari anak yang
meninggal. Pada saat itu nilai ulos Ragi Hidup sama dengan ulos jugia.
Pada upacara perkawinan, ulos ini biasanya diberikan sebagai ulos “Pansamot”
(untuk orang tua pengantin laki-laki) dan ulos ini tidak bisa diberikan kepada
pengantin oleh siapa pun. Dan didaerah Simalungun ulos Ragi Hidup tidak boleh
dipakai oleh kaum wanita.

3. Ragi Hotang.
Ulos ini biasanya diberikan kepada sepasang pengantin yang disebut sebagai
ulos “Marjabu”. Dengan pemberian ulos ini dimaksudkan agar ikatan batin seperti
rotan (hotang).
Cara pemberiannya kepada kedua pengantin ialah disampirkan dari sebelah kanan
pengantin, ujungnya dipegang dengan tangan kanan Iaki-laki, dan ujung sebelah kiri
oleh perempuan lalu disatukan ditengah dada seperti terikat.
Pada jaman dahulu rotan adalah tali pengikat sebuah benda yang dianggap
paling kuat dan ampuh. Inilah yang dilambangkan oleh ragi (corak) tersebut.

Ch. Manihuruk
94

4. Ulos Sadum.
Ulos ini penuh dengan warna warni yang ceria hingga sangat cocok dipakai
untuk suasana suka cita. Di Tapanuli Selatan ulos ini biasanya dipakai sebagai
panjangki/parompa (gendongan) bagi keturunan Daulat Baginda atau Mangaraja.
Untuk mengundang (marontang) raja raja, ulos ini dipakai sebagai alas sirih diatas
piring besar (pinggan godang burangir/harunduk panyurduan).
Aturan pemakaian ulos ini demikian ketat hingga ada golongan tertentu di
Tapanuli Selatan dilarang memakai ulos ini. Begitu indahnya ulos ini sehingga
didaerah lain sering dipakai sebagai ulos kenang-kenangan dan bahkan dibuat pula
sebagai hiasan dinding. Ulos ini sering pula diberi sebagai kenang kenangan kepada
pejabat pejabat yang berkunjung ke daerah tersebut.

5. Ulos Runjat.
Ulos ini biasanya dipakai oleh orang kaya atau orang terpandang sebagai ulos
“edang-edang” (dipakai pada waktu pergi ke undangan). Ulos ini dapat juga diberikan
kepada penganten oleh keluarga dekat menurut versi (tohonan) Dalihan Na Tolu diluar
hasuhutan bolon, misalnya oleh Tulang (paman), pariban (kakak penganten perempuan
yang sudah kawin), dan pamarai (pakcik pengantin perempuan). Ulos ini juga dapat

Ch. Manihuruk
95

diberikan pada waktu “mangupa-upa” dalam acara pesta gembira (ulaon silas ni roha).
Kelima jenis ulos ini adalah merupakan ulos homitan (simpanan) yang hanya
kelihatan pada waktu tertentu saja. Karena ulos ini jarang dipakai hingga tidak perlu
dicuci dan biasanya cukup dijemur di siang hari pada waktu masa bulan purnama (tula).

6. Ulos Sibolang.
Ulos ini dapat dipakai untuk keperluan duka cita atau suka cita. Untuk
keperluan duka cita biasanya dipilih dari jenis warna hitamnya menonjol, sedang bila
dalam acara suka cita dipilih dari warna yang putihnya menonjol. Dalam acara duka
cita ulos ini paling banyak dipergunakan orang. Untuk ulos “saput” atau ulos
“tujung” harusnya dari jenis ulos ini dan tidak boleh dari jenis yang lain.
Dalam upacara perkawinan ulos ini biasanya dipakai sebagai “tutup ni ampang”
dan juga bisa disandang, akan tetapi dipilih dari jenis yang warnanya putihnya
menonjol. Inilah yang disebut “ulos pamontari”. Karena ulos ini dapat dipakai untuk
segala peristiwa adat maka ulos ini dinilai paling tinggi dari segi adat batak.
Harganya relatif murah sehingga dapat dijangkau orang kebanyakan. Ulos ini tidak
lajim dipakai sebagai ulos pangupa atau parompa.

7. Ulos Suri-suri Ganjang.


Biasanya disebut saja ulos Suri-suri, berhubung coraknya berbentuk sisir
memanjang. Dahulu ulos ini dipergunakan sebagai ampe-ampe/hande-hande. Pada
waktu margondang (memukul gendang) ulos ini dipakai hula-hula menyambut pihak
boru. Ulos ini juga dapat diberikan sebagai “ulos tondi” kepada penganten. Ulos ini
sering juga dipakai kaum wanita sebagai sabe-sabe. Ada keistimewaan ulos ini yaitu
karena panjangnya melebihi ulos biasa. Bila dipakai sebagai ampe-ampe bisa
mencapai dua kali lilit pada bahu kiri dan kanan sehingga kelihatan sipemakai
layaknya memakai dua ulos.

8. Ulos Mangiring.
Ulos ini mempunyai corak yang saling iring-beriring. Ini melambangkan kesuburan
dan kesepakatan. Ulos ini sering diberikan orang tua sebagai ulos parompa kepada
cucunya. Seiring dengan pemberian ulos itu kelak akan lahir anak, kemudian lahir pula
adik-adiknya sebagai temannya seiring dan sejalan. Ulos ini juga dapat dipakai sebagai
pakaian sehari-hari dalam bentuk tali-tali (detar) untuk kaum laki-laki.

Ch. Manihuruk
96

Bagi kaum wanita juga dapat dipakai sebagai saong (tudung). Pada waktu upacara
“mampe goar” (pembaptisan anak) ulos ini juga dapat dipakai sebagai bulang-bulang,
diberikan pihak hula-hula kepada menantu. Bila mampe goar untuk anak sulung
harus ulos jenis “Bintang maratur”.

9. Bintang Maratur.
Ulos ini menggambarkan jejeran bintang yang teratur. Jejeran bintang yang
teratur didalam ulos ini menunjukkan orang yang patuh, rukun seia dan sekata dalam
ikatan kekeluargaan. Juga dalam hal “sinadongan” (kekayaan) atau hasangapon
(kemuliaan) tidak ada yang timpang, semuanya berada dalam tingkatan yang rata-rata
sama. Dalam hidup sehari-hari dapat dipakai sebagai hande-hande (ampe-ampe), juga
dapat dipakai sebagai tali-tali atau saong. Sedangkan nilai dan fungsinya sama
dengan ulos mangiring dan harganya relatif sama.

10. Sitoluntuho-Bolean.
Ulos ini biasanya hanya dipakai sebagai ikat kepala atau selendang wanita.
Tidak mempunyai makna adat kecuali bila diberikan kepada seorang anak yang baru
lahir sebagai ulos parompa. Jenis ulos ini dapat dipakai sebagai tambahan, yang
dalam istilah adat batak dikatakan sebagai ulos panoropi yang diberikan hula-hula
kepada boru yang sudah terhitung keluarga jauh. Disebut Sitoluntuho karena
raginya/coraknya berjejer tiga, merupakan “tuho” atau “tugal” yang biasanya
dipakai untuk melubang tanah guna menanam benih.

11. Ulos Jungkit.


Ulos ini jenis ulos “nanidondang” atau ulos paruda (permata). Purada

atau Ch. Manihuruk


97

permata merupakan penghias dari ulos tersebut. Dahulu ulos ini dipakai oleh para
anak gadis dan keluarga Raja-raja untuk hoba-hoba yang dipakai hingga dada. Juga
dipakai pada waktu menerima tamu pembesar atau pada waktu kawin.
Pada waktu dahulu kala, purada atau permata ini dibawa oleh saudagar-saudagar
dari India lewat Bandar Barus. Pada pertengahan abad XX ini, permata tersebut tidak
ada lagi diperdagangkan. Maka bentuk permata dari ragi ulos tersebut diganti dengan
cara “manjungkit” (mengkait) benang ulos tersebut. Ragi yang dibuat hampir mirip
dengan kain songket buatan Rejang atau Lebong. Karena proses pembuatannya sangat
sulit, menyebabkan ulos ini merupakan barang langka, maka kedudukannya diganti oleh
kain songket tersebut. Inilah sebabnya baik didaerah leluhur si Raja Batak pun pada
waktu acara perkawinan kain songket ini biasa dipakai para anak gadis/penganten
perempuan sebagai pengganti ulos nanidondang. Disinilah pertanda atau merupakan
suatu bukti telah pudarnya nilai ulos bagi orang Batak.

12. Ulos Lobu-Lobu.


Jenis ulos ini biasanya dipesan langsung oleh orang yang memerlukannya,
karena ulos ini mempunyai keperluan yang sangat khusus, terutama orang yang
sering dirundung kemalangan (kematian anak). Karenanya tidak pernah
diperdagangkan atau disimpan diparmonang-monangan, itulah sebabnya orang
jarang mengenal ulos ini. Bentuknya seperti kain sarung dan rambunya tidak boleh
dipotong. Ulos ini juga disebut ulos “giun hinarharan”. Jaman dahulu para orang tua
sering memberikan ulos ini kepada anaknya yang sedang mengandung (hamil tua).
Tujuannya agar nantinya anak yang dikandung lahir dengan selamat.
Masih banyak lagi macam-macam corak dan nama-nama ulos antara lain: Ragi
Panai, Ragi Hatirangga, Ragi Ambasang, Ragi Sidosdos, Ragi Sampuborna, Ragi
Siattar, Ragi Sapot, Ragi si Imput ni Hirik, Ulos Bugis, Ulos Padang Rusa, Ulos
Simata, Ulos Happu, Ulos Tukku, Ulos Gipul, Ulos Takkup, dan banyak lagi nama-
nama ulos yang belum disebut disini.

C. Beberapa Ulos yang saat ini sering dipakai dan beberapa ulos yang sudah tidak
dipakai lagi dalam Adat Batak Toba
Dalam pesta-pesta sekarang ini hanya 4 macam yang selalu dipakai dalam acara adat
:

1. Ulos Mangiring
(Jenis ulos parompa), pamangkena:
Dipasahat tu dakdanak nabaru sorang
Dipasahat tu posoposo/dakdanak na tardidi di gareja (parompa)
Ulos saput ni posoposo/dakdanak na monding
2. Ulos Sibolang
Disebut Sibolang sebab diberikan kepada orang yang berjasa dalam mabolang-
bolangi (menghormati) orang tua pengantin perempuan untuk mangulosi ayah
pengantin laki-laki pada upacara pernikahan adat batak. Dalam upacara ini biasanya
orang tua penganten perempuan memberikan Ulos Bela yang berarti ulos menantu
kepada pengantin laki-laki.
Jotjotan do on dipangke di ulaon habot ni roha, pamangkena:

Ch. Manihuruk
98

Ulos saput ni dolidoli/anak boru molo monding


Ulos saput dohot tujung ni natunggane molo monding
Ulos sihadangon di ulaon habot ni roha (marujung ngolu), hasuhuton na manghadang
ulos sibolang, diampehon ma diabara parhambirang jala pinggir ni ulos dompak ruar,
songon i do nang angka tutur na mandok hata pe ingkon manghadang ulos sibolang do.
3. Ulos Ragi Hotang (Ulos Sirara)
Hotang berarti rotan, ulos jenis ini juga termasuk berkelas tinggi, namun cara
pembuatannya tidak serumit ulos Ragidup. Dalam upacara kematian, ulos ini dipakai
untuk mengafani jenazah atau untuk membungkus tulang belulang dalam upacara
penguburan kedua kalinya.
Tung godang do namamangke ulos ragihotangon tarlumobi ma di ulaon
las ni roha, pamangkena: Ulos hela
Dipasahat tu namalum sian parsahiton
Dipasahat tu namangompoi jabu
Sipangheon di namangong hali- holi (dipasahat hulahula tu boruna)
Sipangheon di pesta unjuk
Ulos holong di angka ulaon adat
Dihadang diangka ulaon las ni roha
Ulos saput dohot tujung ni nasarimatua, jala tondong na talup manghadang, ulos
ragihotang on ma di ampehon tu abara parhambirang jala pingirna i dompak ruar.
4. Pinussaan (Ragi Idup)
Ragi berarti corak, dan Ragidup berarti lambang kehidupan. Dinamakan demikian
karena warna, lukisan serta coraknya memberi kesan seolah-olah ulos ini benar-benar
hidup. Ulos jenis ini adalah yang tertinggi kelasnya dan sangat sulit pembuatannya.
Ulos ini terdiri atas tiga bagian; dua sisi yang ditenun sekaligus, dan satu bagian
tengah yang ditenun tersendiri dengan sangat rumit. Ulos Rangidup bisa ditemukan di
setiap rumah tangga suku batak di daerah-daerah yang masih kental adat bataknya.
Karena dalam upacara adat perkimpoian, ulos ini diberikan oleh orang tua pengantin
perempuan kepada ibu penganten lelaki.
Pamangkena:
Di ulaon pesta unjuk, suhut bolon manghadang di abara parsiamun jala painggirna
dompak ruar.
Dipasahat tu namalum sian parsahiton (molo dung marpahompu)
Dipasahat tu na mangompoi jabu (lumobi molo mamalu ogung sabangunan)
Diulaon mangonghal holi (jotjot dipasahat hulahula tu boruna)
Ulos pansamot (somalna)
Ulos pargomgom (ompung ni anak mangoli)
Dihadanghon. (Namanghadang ulos ragi idup naeng ma nian marumur pinomat 50
taon asa sanggam idaon)
Ulos saput dohot ulos sampetua ni nasaurmatua/namauli-bulung.
Ragam Ulos yang sudah tidak pernah lagi dipakai :
Bintang Maratur,
Sitoluntuho,
Sadum Angkola
(Godang), Bolean,
Ragi Idup dohot Surisuri

Ch. Manihuruk
99

Peresmian Tuga Manihuruk dihadiri Bupati Samosir Mangindar Simbolon

Ch. Manihuruk
100

BAB VI
GONDANG DAN UNING-UNINGAN
A. Arti Penting Gondang dan Uning-Uningan dalam Adat Batak Toba
Gondang merupakan musik yang dipergunakan pada pesta besar orang Batak Toba.
Jika pesta tersebut tergolong pesta biasa-biasa saja biasanya diiringi musik uning-
uningan.

Gondang Bolon (Sabangunan)

Ch. Manihuruk
101

Uning-Uningan

Horas, Horas, Horas; itulah kata-kata yang diucapkan khalayak ramai setelah
selesai margondang dan manortor. Gondang dan Tor-tor Batak merupakan satu paket
dimana Gondang adalah alat seni musik tradisional orang Batak dan Tortor adalah tarian
trasdisional orang Batak yang diiringi gondang. Sekarang ini berbagai acara adat Batak
seperti pesta kawin (unjuk), pesta bona taon marga, bahkan acara adat orang meninggal
saur matua panjang umur dan banyak keturunan sudah sering diiringi alat musik “orang
lain” seperti organ, keybord, musik tiup atau trompet dan lain-lain.
Konsep margondang sekarang ini dalam acara pesta masyarakat Batak Toba dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok (R.M. Simatupang) : Margondang pesta sukacita
dalam acara kontek hiburan dan seni pertunjukan, misalnya : gondang naposo, gondang
meresmikan rumah baru dan acara pesta lainnya.
Margondang pesta adat, terkait dengan adat istiadat dalian na tolu, misalnya
gondang acara perkawinan, gondang pemberian marga kepada seseorang yang bukan
batak, gondang saur matua dan lain sebagainya.
Margondang terkait dengan iman Kristen misalnya peresmian gereja ataupun aula
gereja dan acara buka tutup tahun punguan arisan parsahutaon dan punguan keluarga
besar yang satu marga dan lain sebagainya. Khusus Acara Buka Tutup tahun sebelum
acara margondang terlebih dahulu dilaksanakan Ibadah dan makan bersama dan
menyampaikan pertangung jawaban para pengurus.
Pada masyarakat Batak kematian seseorang pada usia tua dan yang telah memiliki
keturunan, akan mengalami ritual penguburan dengan tidak sembarangan karena
kedudukannya kelak adalah sebagai leluhur yang dituakan. Hal ini ditemukan dari

Ch. Manihuruk
102

banyaknya temuan kubur-kubur megalitik dengan patung-patung leluhur sebagai objek


pemujaan (Soejono,1984:24), dari hal diatas hal yang ingin saya uraikan adalah tata cara
penguburan ketika seseorang masyarakat Batak mati saur matua, dimana kondisi jika mati
saur matua seperti ini, masyarakat Batak mengadakan pesta untuk orang yang meninggal
dunia tersebut. Ini menjadi sebuah tanda bahwa orang yang meninggal tersebut memang
sudah waktunya (sudah tua) untuk menghadap Tuhan dan ini disambut dengan rasa bahagia
dan suka cita bagi mereka yang berada diadakan Gondang Sabangunan tentunya
memerlukan biaya yang cukup besar.
Makna Simbolik Pada Objek Sosial Gondang Sabangunan (sala satu contoh) dalam
Upacara Kematian Saurmatua pada Masyarakat Batak Toba. Diadakan Gondang
Sabangunan dengan maksud memberitahukan bahwa orangtua yang meninggal adalah
saurmatua, kemudian untuk mengundang para masyarakat sekitar untuk turut hadir
dalam acara tersebut. Nilai Sosial yang ada pada acara adat saurmatua adalah nilai
hasangapon ditengah kehidupan bermasyarakat. Nilai hasangapon ini berarti individu
telah memperoleh status yang berbeda dengan individu yang lain dan mendapatkan
penghargaan dari lingkungan sekitar diadakan didalam rumah dan diluar rumah atau
halaman.

a. Acara di bagas Jabu


1). Letak duduk keluarga Upacara di jabu ini biasanya di buka pada pagi hari (sekitar
jam 10.00 Wib) oleh pengurus gereja. Kegiatan margondang di dalam rumah
biasanya dilakukan pada malam hari, sedangkan pada siang hari harinya
dipergunakan pargonsi untuk istirahat. Dan pada malam hari tiba, pargonsi pun
sudah bersiap-siap untuk memainkan gondang sabangunan.
2). Pihak keluarga dan dalihan na tolu (hula-hula, dongan tubu, boru) Pada saurmatua
penting adanya pihak dalihan na tolu untuk hadir dalam acara tersebut guna
mempersiapkan semua keperluan.
Kemudian pargonsi memainkan gondang Lae-lae atau gondang elek-elek, yaitu
gondang yang memberitahukan dan mengundang masyarakat sekitarnya supaya
hadir di rumah duka untuk turut menari bersama-sama. Pihak suhut berdiri di
sebelah kanan yang meninggal, boru di sebelah kiri yang meninggal dan hula-hula
berdiri di depan yang meninggal. Jika masih ada suami atau isteri yang meninggal
maka mereka berdiri di sebelah kanan yang meninggal bersama dengan suhut
hanya tapi mereka paling depan. Kemudian kegiatan margondang dibuka oleh
pengurus gereja (pangulani huria). Semua unsur Dalihan Natolu berdiri di
tempatnya masing-masing.
3). Gondang Sitio-tio dan Gondang Hasahatan Tortor diakhiri dengan gondang sitio-
tio (bening, jernih, bersih) yang disatukan dengan gondang hasahatan
(kesampaian) setelah acara dalam rumah selesai keesok harinya dilajutkan di luar
rumah atau di halaman.
b. Upacara Maralaman (di halaman rumah)
Upacara maralaman adalah upacara teakhir sebelum penguburan mayat yang
saurmatua. Di dalam adat Batak Toba, kalau seseorang yang saurmatua meninggal
maka harus diberangkatkan dari antaran bidang (halaman rumah) ke kuburan
(Partuatna). Maka dalam upacara maralaman akan dilaksanakan adat partuatna.

Ch. Manihuruk
103

Pada upacara ini posisi dari semua unsur Dalihan Na Tolu berbeda dengan posisi
mereka ketika mengikuti upacara di dalam rumah. Biasanya setelah keturunan yang
meninggal ini menerima ulos yang diberikan hulahula, lalu mereka mengelilingi sekali
lagi mayat. Kemudian pihak kerabat (ale-ale) yang mangaliat, juga memberikan beras
atau uang. Dan kegiatan gondang ini diakhiri dengan pihak parhobas dan naposobulung
yang menari. Pada akhir dari setiap kelompok yang manortor pada akhir gondang
wajib dimintakan gondang Hasahatan atau sitio-tio dan mengucapkan ‘horas’
sebanyak 3 kali. Pada saat setiap kelompok Dalihan Na Tolu menari, ada juga yang
mengadakan pembagian jambar, dengan memberikan sepotong daging yang
diletakkan dalam sebuah piring dan diberikan kepada siapa yang berkepentingan.
Sementara diadakan pembagian jambar, kegiatan margondang terus berlanjut. Setelah
semuanya selesai manortor, maka acara diserahkan kepada pengurus gereja, karena
merekalah yang akan menutup upacara ini. Lalu semua unsur Dalihan Na Tolu
mengelilingi peti mayat yang tertutup. Di mulai acara gereja dengan bernyanyi,
berdoa, penyampaian firman Tuhan, bernyanyi, kata sambutan dari pengurus gereja,
bernyanyi dan doa penutup. Kemudian peti mayat dipakukan dan siap untuk dibawa
ke tempat penguburannya yang terakhir yang telah dipersiapkan sebelumnya peti
mayat diangkat oleh hasuhutan dibantu degan boru dan dongan sahuta, sambil diiringi
nyanyian gereja yang dinyanyikan oleh hadirin sampai ke tempat pemakamannya.
Acara pemakaman diserahkan sepenuhnya kepada pengurus gereja. Setelah selesai
acara pemakaman, kembalilah semua yang turut mengantar ke rumah duka.

B. Jenis dan Ragam Gondang dan Uning-


Uningan Gondang Sabangunan terdiri dari :
Tatagading termasuk dalam seperangkat gondang sabangunan. Tataganing adalah salah
satu alat musik Batak Toba, yang terdiri lima buah gendang yang berfungsi sebagai
pembawa melodi dan juga sebagai ritme variabel dalam beberapa lagu. Tataganing ini
dimainkan oleh satu atau 2 orang dengan menggunakan dua buah stik.
Gordang ini berfungsi sebagai instrumen ritme variabel, yaitu memainkan iringan musik
lagu yang bervariasi. Selain itu gordang juga berfungsi sebagai instrumen untuk
menjaga tempo yang konstan dalam permainan saat keseluruhan instrumen
dibunyikan.
Sarune bolon (aerophone double reed) adalah alat musik tiup yang paling besar yang
terdapat pada masyarakat Toba. Alat musik ini digunakan dalam ensambel musik
yang paling besar juga, yaitu gondang bolon (artinya : ensambel besar). Sarune bolon
dalam ensambel berfungsi sebagai pembawa melodi utama.
Ogung Oloan adalah salah satu ogung yang terdapat pada Batak Toba. Dalam acara adat
saurmatua, oloan dimainkan secara bersamaan dengan dua buah ogung yang lain
dalam satu ensambel, sehingga jumlahnya tiga buah, yang juga dimainkan oleh tiga
orang pemain dengan ritme yang konstan/tetap.
Ogung Ihutan dianggap oleh orang Batak Toba sebagai suatu permainan "tanya jawab".
Ogung Panggora adalah satu buah gong yang dimainkan oleh satu orang. Bunyi dari
ogung ini adalah ‘pok’. Bunyi ini timbul adalah karena gong ini dimainkan dengan
memukul pencunya dengan stick sambil berdiri dan sisi gong tersebut diredam
dengan tangan.
Hesek berfungsi menuntun instrumen lain secara bersama-sama dimainkan. Tanpa

Ch. Manihuruk
104

hesek, permainan musik instrumen akan terasa kurang lengkap, sekarang ini alat musik
ini terkadang digunakan sebuah besi saja, bahkan kadang-kadang dari botol saja.

Dilihat dari segi peralatan musik Gondang yang dipergunakan waktu mengiringi
acara adat atau hiburan gondang Batak itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar (R.M.
Simatupang) yaitu gondang bolon dan gondang hasapi. Gondang bolon, disebut juga
sebagai Gondang Sabangunan, disebut juga sebagai Gondang Saparangguan, disebut
juga sebagai Maungmaung Sariburaja terdiri dari ogung 5 buah, yaitu: ogung oioan,
ogung inutan atau ogung pangalusi, ogung panggora atau ogung jeret, ogung pandoali
atau ogung pangarahut, ogung hesek untuk pangkesehi, yakni ogung yang sudah retak.
Seperangkat tataganing 5 buah, sebuah odap, sebuah gordang atau tambur besar dan satu
atau dua sarune bolon. Kelima ogung tersebut memberikan ritme yang konstan, gordang
dan odap memberi ritme yang variable, sedangkan sa rune bolon dan tataganing
berfungsi memainkan melodi atau lugu sehingga enak didengar telinga. Tidak semua
acara adat Batak "menabuh" gondang sabangunan, hanya acara adat besar saja seperti
horja, marhau tata, adat saur matua, dan lain-lain.
Gondang hesek disebut juga sebagai Uning-uningan ditabuh pada acara adat yang
tidak resmi atau naso pola marsintuhu dalam bahasa Batak seperti pesta anak-anak,
hiburan, musik opera Batak yang masuk kampung keluar kampung dan lain-lain. Alat
musik utamanya adalah hasapi, terbuat dari kayu bulat yang isinya dihubak atau dikorek
untuk tempat udara di belakang, string-nya cuma dua tanpa grip atau pemisah nada.
Kemudian seperangkat Garantung terdiri dari delapan buah yang terbuat dari kayu ringan
suaranya baru terdengar setelah diketok. Hampir sama dengan alat musik kolintang dari
Manado yang sudah mendunia. Paduan lainnya adalah sulim atau seruling dan hesek
yang terbuat dari logam atau botol kosong yang mengatur ritme. Dahulu musik hasapi ini
sangat popular dicintai masyarakat dan semakin popular lagi setelah terbentuk kelompok
musik tradisional bernama Tilhang Parhasapi oleh Tilhang Gultom, kemudian berubah
nama menjadi Tilhang Opera Batak. Kelompok seni tradisional ini, menampilkan cerita
yang menggambarkan kehidupan masyarakat.
Batak, folklore, digabung dengan tarian dan nyanyian bersenandung kesedihan,
serta musik yang diiringi hasapi. Ada kalanya berdialog dengan umpasa yang berbalas-
balasan. Seni berpantun dan apabila ceritanya menyangkut perceraian, kematian diikuti
senandung kesedihan disertai cucuran air mata, banyak penonton ikut menangis dan
tidak mau beranjak pulang. Satu-satunya hiburan di desa sekitar tahun lima puluhan.
Menurut ceritera para orang tua dan raja-raja adat dahulu kala sangat banyak jenis
dan ragam dari gondang dan uning-uningan, namun akhir-akhir ini tergerus dengan
maraknya musik elektronik khususnya Keybord jenis dan macam gondang semakin
sedikit, yang mungkin masih ada saat ini antara lain :

Ch. Manihuruk
105

Bona Taon PPTSB Cabang Cibinong


1. Gondang Napitu
Gondang napitu on dipangido hasuhuton ditingki mambuat tua ni gondang.
Mangihuthon hatorangan ni angka natua-tua ndang apala sipangidoon ni suhut
gondang hasahatan, Raja panggohi do mangido i, i ma : a. Gondang mulamula

b. Gondang sombasomba
c. Gondang sampur marmeme
d. Gondang didangdidang
e. Sampur marorot
f. Gondang simonangmonang
g. Gondang sitiotio

Gondang pangidoan ni harajaon hagabeon dohot parhorasan


a.Gondang siatur maranak
Gondang siatur marboru
Gondang siatur marpahompu
Gondang siatur marnini marnono
Gondang siatur mar ondok-ondok indik-indik
Gondang namarhaha maranggi
Gondang saurmatua
Gondang satahi saoloan

Gondang Naposobulung
Gondang siburuk
Gondang sibane doli
Gondang sitapitola

Ch. Manihuruk
106

d. Gondang siboru illailla


e, Gondang siboru enggan
f. Gondang siboru sanggul milingiling
g. Gondang sibunga jambu
h. Gondang marhusip

Gondang Monsak
a. Gondang haroharo mandailing
b.Gondang silimalima ni hurlang
c. Gondang siratutuslimapulu d.
Gondang tongging
e. Gondang ni napuran silima sahabolonan sisada haroburan

Sekarang ini dalam acara buka dan tutup tahun masing-masing marga dan
kumpulan-kumpulan parsahuta on diakan dengan meria dengan acara sebagai berikut :
Acara Parmingguan
Makan Bersama
Kata-kata sambutan
Pengumuman pergantian pengurus (jika ada)
Nama-nama anggota baru
Hiburan/Gondang
Panitia dan Badan Pengurus Harian punguan
Para orang tua/keluarga
Pemuda/i
Anak-anak

Maminta Gondang Bona Taon PPTSB Cibinong

Ch. Manihuruk
107

C. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Acara Margondang


Jumlah gondang yang diminta harus ganjil, tidak boleh genap dan jumlah gondang
yang tertinggi adalah 7 (tujuh) hal ini dikait kepercayaan nenek moyang orang Batak
Toba bahwa tangga rumah mereka harus dalam jumlah yang ganjil, terinformasi jika
tangga rumahnya genap diidentikkan adalah rumah tangga pelayan rendahan (hatoban).
Biasanya hanya gondang Hasuhuton dan gondang Hula-hula yang berjumlah tujuh
selebihnya 3 (tiga) atau 5 (lirna) saja, walaupun jumlah itu adalah hasil penggabungan
beberapa gondang sekali minta. Rumus utama adalah GONDANG MULA-MULA DAN
GONDANG HASAHATAN HARUS ADA.
Nama gondang ada yang sudah baku sedari zaman dahulu kala sampai sekarang nama
gondang itu tidak berubah dan tentu gerak tortornya, irama gondanganya dan nama
gondangnya sudah padu betul. Banyak nama gondang muncul sesuai dengan kegiatan yang
akan dilakukan. Misalnya, apabila hasuhuton hendak menyambut kedatangan hula-hulanya,
maka raja parhata meminta gondang sebagai berikut: "Amang pargual pargonsi, ala naeng
manomu-nomu hulahula ma hami bahen damang majolo gondang tomu-tomu laos padomu
damang ma tu gondang somba-somba i, asa hutomu-tomu jala husomba-somba hami
hulahula nami ....., dan seterusnya. Artinya, rajaparhata meminta pargonsi
menabuh gondang tomu-tomu karena mereka hendak menyambut kedatangan hula-
hulanya. Gondang tomu-tomu bukan nama gondang yang baku hanya nama gondang
"sesaat" atau sewaktu saja, karena hasuhuton hendak menyambut kedatangan hula-
hulanya pada saat itu
Contoh : Apabila tujuh gondang yang diminta, nama gondang yang sudah baku adalah:
1. Gondang Mula-mula
2, Gondang Somba-somba
Gondang Sahala, ada kalanya disebut sebagai Gondang Saudara
Gondang Liat-liat
Gondang Pasu-pasu
Gondang Sitio-tio
Gondang Hasahatan

D. Pamintaan Ni Gondang
Maminta gondang, sada ruhut na mansai arga do i di adat Batak. Sude do halak
siulahon adat ingkon jumpang tingkina di arina maminta gondang uju adong horja na
dipatongam marhite gondang sabangunan, termasuk diangka acara Bona Taon
Parmargaan.

1. Gondang Mula-Mula
Amang panggual Pargonsi nami, Batara Humundul, Batara Pandapotan Partarias
namalo.
Gorga ni jabu ruma, binuat batu hula.
Manortor hami nuaeng dison, bahen hamu ma jolo Gondang
Mulamula Nga mangarade hamu Pande nami? ........
Pande nami alu-aluhon ma parjolo tu Amanta Namartua Debata, Sitompa Hasiangan,
Sigomgom Parluhutan, Silehon Aek Na Tio, dohot nasa isi na.
Alu-luhon ma muse tu Tuhan Jesus Kritus sitobus sude dosa ni angka jolma na porsea

Ch. Manihuruk
108

di Ibana......

Acara Bona Taon Parna Cabang Cibinong maminta Gondang

Alu-aluhon ma muse tu Tondi Porbadia asa tung marlasni roha hita jala dibagasan
dame sonang sohari-riboan sahat diujung di ulaonta sadari on.
Ia nunga dialualuhon hamuna i, amang pargonsi nami, Gorga ni jabu ruma, binuat batu
hula. Naeng manortor hami nuaeng dison, bahen hamu ma jolo Gondang Mulamula.

2. Gondang Somba-Somba
Mauliate ma Pande nami digondang mula-mula i,
Dison hami ......... Boru dohot Bere, asa rap marsomba hami tu Debata. Asa jumpang
na jinalahan, tarida na niluluan. Dung i laos hu somba hami ma muse ......, diantaran
na bidang, dilobuan na godang on. Ala ni i, pargonsi nami, laos bahen hamu ma
Gondang Sombasomba i.
3. Gondang Liat-Liat
Antong bahen Pande nami ma muse Gondang Liat-liat asa mangaliat angka nauli na
denggan, Gabe angka na ni ula ni pangula, mangomo angka partiga-tiga, jala naik
pangkat manang naek jabatan angka parkarejo kantor, mangaliat hami, liat ni hagabeon
ma i, liat ni parhorasan, manjalahi hamonangan, bahen ma amang Gondang Liat-liat i.

4.Gondang Dalian Na Tolu


Sangon pandok hata ni na tua-tua di dok ingkon Pasangapon angka hula-hula, Manat
angka na mardongan tubu, asa gabe angka na ni ula, ingkon elek marboru. Ido tu tu,
asa manortor hami na marhula-hula, dongan tubu dohot boru-bere, bahen ma Pargonsi
nami Gondang Dalian Na Tolu i.

5.Gondang Batara Guru


Asa marguru hami tu Patik ni Jahowa, Tuhanta mamasu-masu hita saluhutna
.......(punguan/marga) boru dohot bere na, baen ma Pargonsi nami Gandang Batara
Guru.
6.Godang Hata Sopisik

Ch. Manihuruk
109

Naeng marhata sopisik, manang marhusip ma, nian hami na marhulamula boru dohot
hami angka na marpariban, sae anggiat ma nian diulaon on, papitahon nauli,
mandimposi na denggan, pinarorot ni adat sian paradatan, pinarorot ni uhum sian
paruhuman, pinarorot ni patik sian parpatihan, bahen hamu ma Pande nami Gondang
Hata Sopisik i.

7. Gondang Sampur Marorot


Ia nunga dibahen hamu Gondang hata sopisik. Sai anggiat ma tinoto ni ulaon on,
papitahon nauli, mandimposi na denggan, pinarorot ni adat sian paradatan, pinarorot
ni uhum sian paruhuman, pinarorot ni patik sian parpatihan.
On pe, nuaeng pargonsi, bahen hamu ma Godang Sampur Marorot i.

8. Gondang Didangdidang
Ia nunga dibahen hamuna Gondang Sampur Marorot i, sai pinarorot ni adat ma tutu,
pinarorot ni patik dohot uhum, saluhut hasuhuton on dohot nahumaliang.
Tinoto ni ulaon on, anggiat ma......... Tuhanta ma na masumasu hita, dohot
mandidangdidang sude gomparan ni ……, asa rap mandidang sahala ni amanta raja,
dohot badia ni inanta soripada mulia. Bahen hamu muse Gondang Didangdidang i.

Hiburan/tambahan
Gondang Bunga Jambu
Gondang Si Ute Manis
Gondang Selayang Pandang
Godang Sitio-Tio Dohot Hasahatan (gondang penutup)

Pininta ni ulaon ……. on anggiat ma songon hata ni sijolojolo tubu:


Marsiamin-aminan songon lampak ni gaol,
Marsitungkol-tungkolan songon suhat di robean.
mangulahon dibagasan sada pangkilaan
Las ma dingindingin, las ginolomgolom,
Horas ma tondi jala madingin, Tuhanta ma na manggomgom.
Sahatsahat ni solu ma, sahat tu bortean,
Sai sahat ma ……. on,
Sahat gabe, sahat horas.
Sahat ma nauli, sahat ma na denggan hasahatan ni tortor nami bahen hamu ma Gondang
Sahat-sahat dohot Sitiotio.

Gondang dan Tortor Batak merupakan pasangan budaya Batak yang tidak
terpisahkan dari Ulos sebagai padanan utama bagi tortor. Manortor tanpa ulos akan
kehilangan makna dalam fungsinya sebagai media yang sakral menyampaikan tonggo-
tonggo atau doa permohonan kepada Mulajadi Na Bolon (baca Allah Bapa).
Ulos dalam margondang bukan hanya sekedar aksesoris saja, tetapi merupakan
bagian dari pelaksanaan acara adat margondang itu seperti waktu hula-hula memberi
pasu-pasu kepada borunya, ulos disangkutkan sebentar di bahunya. Demikian juga pada
akhir gondang Sitio Hasahatan semua yang manortor wajib memegang kedua ujung ulos
ditekuk sedikit sebagai satu perlambang bahwa semua yang dipinta telah didapat dan

Ch. Manihuruk
110

dihimpun, sambil mangurdot-urdot, melambaikan ulosnya ke atas dan ke bawah yang


diakhiri mengucapkan Horas, Horas, Horas.

Acara Padat dan Lama tetap saja banyak orang menunggu sampai akhir

Ch. Manihuruk
111

BAB VII
MENARI TOR-TOR BATAK TOBA

A. Arti Pentingnya Tor-tor Batak Toba


Tortor adalah nama tarian tradisional orang Batak dan manortor atau menari adalah
suatu seni menari yang diiringi alat musik tradisional Batak yang disebut Gondang.
Karena manortor itu merupakan warisan budaya leluhur, perlu dilestarikan dan
diwariskan kepada generasi muda, maka dalam tulisan ini akan diuraikan mendalam
bagaimana teknik dan metode manortor serta pedoman termasuk etika agar tetap sakral
dan enak dipandang serta santun.
Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik
tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya
menunjukkan tortor adalah sebuah media komunikasi, di mana melalui gerakan yang
disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara.
Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan. Sebelum acara
dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan) melakukan acara khusus yang
dinamakan Tua ni Gondang, sehingga berkat dari gondang sabangunan.
Adapun jenis permintaan jenis lagu yang akan dibunyikan adalah seperti :
Permohonan kepada Tuhan agar keluarga suhut yang mengadakan acara diberi
keselamatan kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah ruah, dan upacara
adat yang akan dilaksanakan menjadi sumber berkat bagi suhut dan seluruh keluarga,
serta para undangan.
Setiap penari tortor harus memakai ulos dan mempergunakan alat musik/gondang
(Uning-uningan). Tari tortor digunakan sebagai sarana penyampaian hormat tamu-tamu
dan disampaikan dalam bentuk tarian menunjukkan rasa hormat.
Manortor atau menari pada dasarnya adalah menggerakkan organ tubuh yang
membuat gerakan ritme badan orang yang menari (R.M. Simatupang), yaitu.
Pangurdot, yang menggerakkan tubuh naik-turun dengan cara menekuk-nekukkan lutut
dan yang termasuk pangurdot ini adalah daun kaki, tumit sampai bahu. Apabila
gondang sudah ditabuh sebaiknya panortor langsung mang-urdot-urdut kecil untuk
menyesuaikan irama gondang dengan gerakan badan. Apabila harus bergerak jalan
untuk maniuk hula-hula atau mangulosi boru, mangurdot-urdot dulu di tempat
berdiri, tujuh urdot baru jalan.
2. Manerser atau serser, menggerakkan tubuh bergeser ke kiri atau ke kanan dengan
menggerakkan jari-jari kaki dan tumit saling ungkit. Bergantian pengungkit badan
sambil bergeser beberapa langkah ke kanan kembali lagi manerser ke-arah kiri,
manerser lagi ke-arah kanan, kembali lagi manerser ke tempat semula. Organ badan
yang berperan dalam manerser ini adalah jari-jari kaki, daun kaki dan tumit yang
didukung sepenuhnya dengan gerakan pinggang dan leher.

Pangeal atau mangeol dalam bahasa Batak, organ badan yang berperan di sini adalah
pinggang, dauk gontingna, tulang punggung sampai daun bahu atau sasap, didukung
sepenuhnya dengan gerakan leher.
Pandenga/pajengga dalam bahasa Batak, memekarkan jari-jari tangan, organ badan yang
berperan di sini adalah tangan, daun tangan, dan jari-jari tangan, semuanya itu sangat
penting dalam tortor karena jari-jari tangan yang didukung telapak tangan bisa

Ch. Manihuruk
112

dibentuk dalam berbagai posisi seperti bentuk yang dapat menampung doa restu hula-
hula atau dibentuk seperti kipas untuk namasumasu, memberi doa restu kepada boru.
Siangkupna yang berarti temannya yang selalu ikut berperan bersama, dalam hal ini
"leher" sebab dalam rytmus menari dalam tarian Batak leher selalu mendukung
Pangurdot, Manerser, Pangeal dan Pandenggal. Leher dapat digerakkan dalam posisi
maju atau mundur, bergerak ke kiri kemudian ke kanan. berbagai variasi gerakan
badan sesuai irama gondang agar enak dipandang.
Hapunanna atau titik sentral atau pamusatan dari semua gerak ritme menari itu adalah
wajah orang yang menari itu yang merupakan pertemuan seluruhnya dari urdot,
serser, enggal dan siangkupna dan orang yang memahami tortor dapat membaca
makna dan isi tari yang ditarikan seseorang dalam tarian Batak dari wajahnya.
Pantangan besar dalam manortor memperlihatkan mata yang putih alias mata liar,
jarak pandang ke depan hanya 5-6 meter saja, senyum sedikit saja dan pinggul tidak
diperkenankan goyang terutama untuk seorang wanita yang sudah punya suami.

Manortor PPTSB Cibinong Acara Bona Taon

B. Jenis dan Ragam Tor-Tor Batak Toba


Banyak ragam jenis dan tor-tor yang dilaksanakan banyak acara tergantung pada
tujuan upara dan kepentingan para pihak yang melakukan hajatan dimaksud. Secara umum
dalam mereka manortor dalam pesta adat yang besar dapat dikelompokkan menjadi
:
Tortor Hasuhuton
Tortor Dongan Sabutuha, Dongan Tubu
Tortor Raja Adat, Raja Bius (kepala desa)
Tortor Bona ni Ari
Tortor Bona Tulang
Tortor Tulang
Tortor Hulahula dan Na marhaha/maranggi
Tortor Hulahula ni ianakhon
Tortor Parboruon

Ch. Manihuruk
113

10. Tortor Naposo Bulung Tortor seterusnya sampai selesai.


Tidak dapat disangkal bahawa gambaran kehidupan orang Batak sebagaimana
direfleksikan dalam tortor Batak tentu akan dapat dipahami melalui urut-urutan dan nama
musik gondang yang diminta oleh tetua kelompok (paminta gondang), biasanya didahului
dengan Gondang Mula-mula, Gondang Somba, Gondang Mangaliat, Gondang Simonang-
monang, Gondang Sibungajambu, Gondang Marhusip, dan seterusnya yang diakhiri dengan
Gondang Hasahatan Sitio-tio. Demikian juga tortor/gerakan yang dilakonkan akan berbeda
sesuai dengan irama dari gondang yang dibunyika n oleh Pargonsi (Pemusik).

Tor-tor Gondang Liat-Liat Pesta Bona Taon Parna Cabang Cibinong

C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Tortor Batak Toba


Ada banyak pantangan yang tidak diperbolehkan saat manortor, seperti tangan si
penari tidak boleh melewati batas setinggi bahu ke atas, bila itu dilakukan berarti si
penari sudah siap menantang siapa pun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak
silat (moncak), atau adu tenaga batin dan lain-lain.
Dalam melakonkan Tortor, sudah barang tentu tidak sekedar membuat gerak
tangan, kaki atau badan, juga gerak mata (pandangan) dan ekspressi (mimik) tetapi juga
musik pengiring yang dipergunakan harus berirama Batak yakni gondang sabangunan
yang terdiri ada tataganing, ogung (doal, panggora, oloan), sarune, odap gordang dan
hesek, sebab gerakan manortor harus mengikuti irama/rytme perangkat musik tersebut.
Selain itu, pakaian yang lazim digunakan juga harus sesuai dengan motif Batak,
misalnya selendang atau ulos yang dipakai tergantung maksud dan tujuan acara-pesta
seperti ulos sibolang, ragi idup, tali-tali, suri-suri dan sebagainya.
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa gerak tortor Batak berbeda dalam setiap jenis
musik yang diperdengarkan dan berbeda pula gerak tortor laki-laki dan gerak tortor
perempuan. Menurut para pemerhati tortor, bahwa tortor yang dilakonkan juga dibedakan

Ch. Manihuruk
114

antara tortor raja dengan tortor natorop.


Sementara perangkat lain dalam acara tortor Batak biasanya harus ada orang yang
menjadi pemimpin kelompok tortor dan pengatur acara/juru bicara (paminta gondang),
untuk yang terakhir ini sangat dibutuhkan kemampuan untuk memahami urutan gondang
dan jalinan kata-kata serta umpasa dalam meminta gondang. Bagaimanapun juga, tortor
Batak adalah identitas seni budaya masyarakat Batak yang harus dilestarikan dan tidak
lenyap oleh perkembangan zaman dan peradaban manusia. Dalam tortor Batak terdapat
nilai- nilai etika, moral dan budi pekerti yang perlu ditanamkan kepada generasi muda.
Jika belakangan ini dilansir bahwa generasi muda Batak kehilangan jati diri
ditandai dengan tidak mampu berbahasa Batak, tidak bersikap seperti orang Batak, tidak
memahami seluk-beluk adat Batak, maka ke depan hal ini harus menjadi bagian dari
perhatian masyarakat Batak dan Pemerintah di Bona Pasogit.
Selayaknya kita berterima kasih kepada Pemerintah Daerah yang berupaya
melestarikan budaya Batak baik melalui penetapan Belajar Aksara Batak menjadi
muatan lokal di sekolah SD, (mungkin perlu hingga tingkat SMP dan SMA); tetapi
alangkah baiknya bila Pemerintah Daerah juga memberi perhatian terhadap pelestarian
adat budaya Batak seperti Festival Marhata Adat, Festival Tortor, Festival Marturi-
turian, Lomba Menulis Cerita-Legenda/Sejarah, dan lain sebagainya.
Sebagaimana lazimnya dalam berbagai etnis di dunia, gerak tari sebagai bagian dari
seni budaya merupakan refleksi dan perwujudan dari sikap, sifat, perilaku dan perlakuan
serta pengalaman hidup masyarakat itu sendiri. Bahasa menunjukkan bangsa, sebut para
budayawan, maka tarian/gerak adalah juga bahasa (tubuh) yang menggambarkan bangsa.
Dalam tarian tergambar cita rasa, daya cipta dan karsa dari sekelompok orang-orang. Tarian
Melayu yang lemah gemulai, tarian Nias atau Papua yang menghentak-hentak, atau tarian
Mexico yang cepat-sigap, menggambarkan bahasa hati/jiwa, sikap hidup mereka.
Demikian juga tortor Batak, tidak jauh berbeda dengan makna yang digambarkannya
dalam gerak yang selalu diiringi oleh musik tradisional gondang sabangunan. Tortor Batak
juga menggambarkan pengalaman hidup orang Batak dalam kehidupan keseharian,
gembira/senang, bermenung, berdoa/menyembah, menangis, bahkan keinginan-cita-cita dan
harapan dan lain sebagainya dapat tergambar dalam Tortor Batak.
Idealnya totor harus dipertahankan kalau dirasakan terlalu monoton, melalui para
penari atau seniman batak toba dan dinas kebudayaan agar tor-tor batak yang ada saat ini
dapat dimodifikasi tortor dengan menambahkan/memodifikasi tor-tor Karo, Simalungun,
Mandailing dan Fak-fak sehingga memperkaya gaya dan seni tinggi namun keseluruhan
masih bernuansa tortor Batak.

Beberapa ketentuan yang harus diketahui mereka yang manortor Batak Toba:
Penari harus berdiri dengan posisi badan tegak, pandangan mata sopan, dan selalu
tertuju ke depan, dengan jarak pandang sejauh 5-6 meter, tidak diperkenankan melirik
ke kiri atau ke kanan, mata tidak boleh liar.
Waktu menari, jari-jari tangan tidak boleh melewati ketinggian telinga kecuali dalam
gondang Somba-somba, bisa dilewati.
Pakaian harus rapi, wanita menyandang ulos Batak di bahu kanan pakai kebaya,
memakai sanggul, pakai sarung atau ulos Batak, marhophop jala mamande-nonde.
Pria, menyandang ulos, martali-tali, bisa pakai pasomen, detar semacam topi
mengikat kepala atau pakai topi saja.

Ch. Manihuruk
115

Khusus wanita ada dua hal yang harus diperhatikan betul, yaitu tidak boleh menggoyang
pinggulnya di depan umum atau mengeol dalam bahasa Batak. Untuk menghindarkan
"goyang pinggul" pada waktu mangurdot-urdot, tumit kaki yang diungkit jari-jari
kaki harus sama-sama naik-turunnya, kalau tidak sama-sama pinggul akan bergoyang.
Yang kedua adalah sebelum dan sesudah selesai satu gondang manortor, kedua belah
tangan di lipat atau marlompit tangan dan diposisikan di depan bagian perut bawah.
Lain halnya dengan pria, sebelum dan sesudah manortor tangannya dalam posisi lurus
atau tergantung saja.
Untuk keserasian dan kekompakan barisan penari, ketentuannya adalah: manortor baru
dimulai setelah sarune dibunyikan yang berarti mangurdot, padenggal tangan,
mangeal baru dimulai setelah sarune ditiup walaupun sebelumnya sudah dilakukan
urdot-urdot kecil "menangkap" irama gondang.

Wisata Rohani ke Tanah Perjanjian

Ch. Manihuruk
116

BAB VIII
NAMA PANGGILAN DALAM ADAT BATAK TOBA
A. Arti Pentingnya Nama Panggilan dalam Menyapa seseorang dalam Batak Toba
Pengalaman penulis 4 kali kunjungan ke Bali dua kali diantaranya ikut paket tour,
dalam perjalan pemandu wisata menceritakn nama panggilan di yakni anak pertama Wayan,
anak kedua Ketut, anak ketiga Made dan yang ke empat anak kelima dimulai lagi dari
panggilan Wayan dan seterusnya karena dikemas dengan baik para pelancong hal ini
menarik karena di negara lain tidak ada penyebutan panggilan seperti itu, demikian juga
halnya nama panggilan bagi Batak Toba dapat dijadikan komoditi parawisata.
Sebelumnya dikemukakan tentang panggilan terkait dengan dalian na tolu (dongan
tubu, hula-hula/tulang dan boru) sesungguhnya panggilan yang disebutkan dalam dalian
na tolu dalam kehidupan sehari-hari panggilan dalam adat batak sangat banyak seperti
diuraikan berikut ini (Drs Richad Sinaga).
Nama panggilan atau kata menyapa dalam Adat Batak Toba menunjukkan hubungan
kekerabatan tersebut. Salah atau sembarangan menggunakan sapaan dapat digolongkan
sebagai orang tidak beradat dan dapat menimbulkan rasa antipati terhadap dirinya.
Sapaan sementara sebelum mengetahui betul hubung kekerabatan antara dua orang
adalah, amang, inang, lae, eda, ito, dan ampara. Sapaan amang digunakan terhadap
seorang lelaki yang dianggap sudah berkeluarga. Sapaan inang digunakan terhadap
seorang wanita yang diperkirakan sudah sebagai ibu rumah tangga Sapaan lae digunakan
terhadap seorang anak muda oleh seseorang yang kurang lebih sebaya dan oleh seorang
yang lebih tua. Sapaan eda digunakan sesama wanita oleh yang kurang lebih sebaya atau
yang lebih tua. Sapaan ito terhadap sesorang wanita muda oleh sesorang pemuda dan
oleh seseorang lelaki yang lebih tua. Sapaan ampara digunakan oleh dua orang yang
semarga yang belum jelas hubungan kekerabatan sesama mereka. ltulah sapaan
sementara bila dua orang saling sapa dalam situasi belum berkenalan lebih jauh.

Sapaan Terhadap Sesama Na Mardongan Tubu


Amang adalah ayah kita, disapa dengan amang
Inang adalah ibu kita, disapa dengan inang
Amang tua adalah abang ayah kita, disapa dengan amang tua Inang
tua adalah istri abang ayah kita, disapa dengan inang tua
Amang uda adalah adik ayah kita, disapa dengan amang uda
Inang uda adalah istri adik ayah kita, disapa dengan inang uda
Haha (hahang) atau angkang (akkang) adalah abang kita atau anak dari abang ayah
kita, disapa dengan angkang abang. Di Samosir sekitarnya, sapaan angkang
(abang) hanya berdasarkan siapa yang lebih dulu lahir, tidak soalkan ayah siapa
lebih dulu lahir.
Angkang boru adalah istri abang kita, disapa angkang (angkang)
Anggi adik kita seayah seibu atau anak dari adik ayah kita. Di Samosir sekitarnya
anak dari adik ayah kita tidak disapa anggi bila lahir lebih dulu lahir, tetapi disapa
angkang (abang).
Anggi boru adalah istri adik kita, disapa inang.
Haha doli adalah abang dari suami kita atau semua yang tergolong abang dari suami
kita. Anggi boru menyapa haha doli dengan amang.

Ch. Manihuruk
117

Simatua adalah orang tua (ayah dan ibu) suami kita. Disapa amang pada mertua lelaki
dan disapa inang terhadap mertua perempuan.
Parumaen adalah istri anak kita, disapa parumaen atau
inang atau pun inang parumaen.
Ompung suhut adalah orang tua dari ayah kita, disapa ompung.
Pahompu adalah anak dari anak kita (cucu), disapa dengan pahompu atau amang
bila lelaki dan inang bila perempuan. Boleh juga menyapa dengan menyebut
langsung namanya.
9. Amang mangulahi adalah ayah dari ompung suhut kita, kita sapa dengan amang.
Istrinya atau inang mangulahi kita sapa dengan inang. Sebaliknya amang
mangulahi menyapa anak mangulahinya amang. Amang mangulahi kita menyapa
saudara perempuan kita dengan ito.

Ampara adalah seseorang yang semarga dengan kita yang belum jelas hubungan
sebagai abang, adik, atau anak, disapa dengan ampara. Sapaan ampara bisa juga
sebagai akibat dari rasa sungkan menyapa dengan sapaan yang sebenamya.
Langkam adalah sapaan seseorang terhadap seseorang yang semarga dengan dia.
Pemakaian kata langkam sebagai pengganti diri ini hanyalah oleh seorang terhadap
yang kelasnya sebagai anak atau sebagai adik. Penggun sebaliknya kurang sopan.
Anggia adalah sapaan akrab kepada adik dan lebih muda tetapi terhadap yang lebih
tua walaupun keturunan anggi doli (keturunan adik leluhur) kuranglah pantas.
Demikian juga yang statusnya sebagai anak ataupun sebagai cucu (dilihat selisih
sundut) apalagi telah lebih tua di umur, sangatlah tidak pantas disapa anggi atau
anggia.

C. Sapaan Terhadap Kelompok Boru


Hela adalah lelaki yang mengawini putri kita, disapa hela atau amanghela.
Lae adalah ayah hela kita, suami dari saudara kita perempuan anak Iaki-laki dari
saudara perempuan ayah kita, ayah dari amang boru kita, disapa dengan lae.
Ito adalah saudara kita perempuan; ibu dari hela kita, anak perempuan dari namboru
kita, ibu dari amang boru kita disapa dengan ito.
Namboru adalah saudara perempuan ayah kita, disapa dengan namboru.
Amang boru adalah suami dari saudara perempuan ayah kita disapa dengan amang
boru.
Amang bao adalah suami dari saudara perempuan suami kita disapa denga amang
bao.
Bere adalah anak laki-laki dari saudara kita perempuan, disapa dengan bere.
Ibebere adalah anak prempuan dan suaminya dari saudara kita perempuan.

Ch. Manihuruk
118

Rombongan Boru dohot Bere/Ibebere Bona Taon Parna Cabang

Cibinong D. Sapaan Antara Sesama Boru

Pariban adalah anak perempuan dari saudara laki-laki ibu suami dari pariban kita, dan
sesama perempuan bersaudara. Apabila lebih muda disapa anggi, dan bila lebih tua
disapa angkang.
Maen adalah anak perempuan dari saudara laki-laki istri kita. Suami maen kita adalah
menjadi anak kita, namun si maen tetap sebagai maen, bukan parumaen. Kecuali
suami maen itu adalah anak kita atau seseorang non-Batak kita angkat sebagai
anak kita .
Angkang boru adalah kakak istri kita, disapa dengan angkang.
Angkang baoa adalah suami dari kakak kita, suami dari kakak istri kita, disapa
dengan angkang.
Amang tua adalah suami dari kakak ibu kita, disapa dengan amangtua.
Inang tua adalah kakak dari ibu kita, disapa inang tua.
Amang uda adalah suami dari adik perempuan ibu kita, disapa dengan amang uda.
Inang uda adalah adik perempuan ibu kita, disapa dengan inang uda.
Adik perempuan ibu kita ketika masih gadis disapa dengan inang baju, setelah
bersuami barulah menjadi inang uda.

E. Sapaan Terhadap Kelompok Hula-hula


Simatua doli adalah ayah dari istri kita, disapa dengan amang.
Simatua boru adalah ibu dari istri kita, disapa inang.
Terhadap adik dan abang simatua doli masih juga dengan sapaan amang, tetapi
yang serengking dengan mereka di luar yang disebut di atas sudah dapat disapa
dengan tulang dan terhadap istri mereka disapa dengan nantulang.

Ch. Manihuruk
119

Bona Taon Perwakilan Baru menyampaikan selamat Tahun Baru

Tunggane adalah saudara laki-laki istri kita, disapa dengan tunggane atau lae
tunggane. Selain itu, anak laki-laki tulang kita disebut juga tunggane, di beberapa
tempat dipakai juga sapaan lae.
Inang'bao adalah istri tunggane kita, disapa inang bao atau inang saja.
Tulang adalah saudara laki-laki ibu kita, disapa dengan tulang.
Istri kita tidak ikut menyapa tulang, tetapi dengan amang.
Nantulang adalah istri tulang kita, disapa nantulang. Istri kita menyapa dengan
inang.
Eda adalah sapaan sesama perempuan, yaitu sapaan saudara kita perempuan terhadap
istri kita. Sebaliknya istri kita dapat juga menggunakan sapaan itu terhadap
saudara kita perempuan.
Tulang naposo adalah anak laki-laki dari saudara laki-laki dari istri kita, disapa
dengan tulang.
Paraman (paramaan) sapaan seseorang wanita kepada anak Iaki-laki dari saudaranya
laki-laki. Adakalanya digunakan sapaan ama naposo.
Nantulang naposo adalah istri tulang naposo kita, disapa nantulang.
Tulang rorobot adalah tulang dari istri kita, disapa dengan tulang. Anak kita terhadap
anak tulang rorobot adalah juga nenyapa tulang namun anaknya perempuan tidak
boleh dikawini olehnya. ltulah yang disebut tulang soada inopon. yaitu putrinya tidak
bisa diambil sebagai istri. Istri tulang rorobot disapa dengan nantulang.
Ompung bao adalah orang tua dari ibu kita, disapa dengan ompung.

Bona tulang yang di beberapa tempat disebut juga bona hula adalah saudara laki-

Ch. Manihuruk
120

laki dari ompung suhut boru. Setaraf dengan ayah kita, disapa dengan tulang, dan
yang setaraf dengan kita, disapa dengan tunggane.
Bona ni ari adalah saudara laki-laki dari inang mangulahi kita. Sama seperti di atas,
yang setaraf dengan ayah kita, disapa dengan tulang dan yang setaraf dengan kita
disapa dengan tunggane.

Ch. Manihuruk
121

BAB IX
PERKAWINAN DALAM ADAT BATAK TOBA

A. Arti pentingnya Perkawinan


Perkawinan yang ideal menjadi harapan setiap pasangan yang melangsungkan
perkawinan tidak selamanya seperti yang diharapkan. Bagi orang Batak dan Kristen
pada umumnya pernikahan bukan hanya mempersatukan dua insan yang telah sepakat
membentuk rumah tangga yang baru, melainkan juga setidaknya mempersatukan dalam
tatanan adat 2 keluarga besar yakni keluarga besar (marga) mempelai pria dan keluarga
besar (marga) mempelai wanita.
Masyarakat Batak, terdiri dari berbagai macam sub-suku yang berdomisili di
wilayah Sumatra Utara jika dilihat menurut tanah kelahirannya, di antaranya, Karo,
Mandailing Angkola, Simalungun, Pakpak, Samosir, Humbang, dan Padang Lawas.
Secara umum etnis Batak lebih dikenal dengan 5 (lima) sub suku yakni Batak Toba,
Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Karo dan Fak-Fak. Setiap adat dari masing-
masing sub suku tidak semua sama, sebab setiap sub suku tersebut memiliki tata cara,
bahasa, bahkan lagu yang berbeda, termasuk perbedaan tata cara pernikahan Adat.
Pernikahan Adat dalam masyarakat Batak adalah salah satu mata rantai kehidupan yang
tata pelaksanaanya melalui hukum-hukum adat yang sudah melekat dari dulu hingga saat
ini; hal tersebut berasal dari para leluhur masyarakat Batak .
Pernikahan Adat Batak mengandung nilai sakral, yang disertai dengan
perlengkapannya. Kesakralan pernikahan Adat Batak terlihat ketika adanya pengorbanan
bagi parboru (pihak mempelai perempuan), karena pihak mempelai perempuan berkorban
memberikan satu nyawa manusia yakni anak perempuannya kepada pihak paranak (pihak
mempelai laki-laki). Balasannya, kemudian pihak lakilaki juga harus menghargai besannya
dengan mengorbankan atau mempersembahkan satu nyawa juga yakni seekor hewan (sapi
atau kerbau), yang nantinya akan dijadikan santapan (makanan adat) dalam ulaon unjuk atau
adat pernikahan tersebut. Bukti bahwa makanan tersebut adalah hewan yang dikorbankan
secara utuh, maka pihak laki-laki harus menyerahkan bagian-bagian tertentu dari hewan
tersebut (kepala, leher, rusuk melingkar, pangkal paha, bagian bokong dengan ekor yang
masih melekat, hati, jantung, dll) (Vergouwen, 2004: 229).
Pernikahan adat Batak adalah Eksogami, artinya tidak diperkenankan mengambil
isteri maupun suami dari kelompok sendiri. Karena masyarakat Batak memiliki identitas
sebagai orang Batak dan tali kekerabatan yang erat di mana pun mereka berada. Perkawinan
merupakan upacara yang sakral bagi suku Batak dan salah satu upaya untuk
mempertahankan kekerabatan yang terbentuk melalui falsafah Dalihan Natolu. Melalui
sistem perkawinan sesama suku ataupun pemberian marga jika terjadi perkawinan di luar
suku mereka. Sekalipun di daerah rantau, suku Batak berusaha untuk mempertahankan
identitas sebagai orang Batak. Bagi orang Batak jaman dahulu, cinta sebelum perkawinan
tidak perlu. Cinta dianggap tumbuh dengan sendirinya setelah anak lahir, terlebih setelah
kelahiran anak laki-laki. Istri yang telah melahirkan anak laki-laki, dianggap telah
menunaikan tugas sejarahnya. Dia disebut boru naung gabe (perempuan yang diberkati
berketurunan), dia menerima penghargaan dari suaminya, hidupnya sudah terjamin meski
suaminya meninggal lebih dulu. Bahkan meski perkawinan awalnya tidak diinginkan dan
terjadi di bawah tekanan, bisa menjadi perkawinan marrongkap gabe (berjodoh dan

Ch. Manihuruk
122

diberkati berketurunan) setelah kelahiran anak laki-laki. Namun kelahiran anak


perempuan membuat hidup sebuah keluarga menjadi lebih sempurna (J.C. Vergouwen,
1986, hal 212-213).
Secara kultural, setiap orang Batak khususnya orang Batak menganjurkan kepada keturunan-
keturunannya untuk melakukan perkawinan yang satu suku, agar nilai-nilai dari Dalihan Natolu, nilai-nilai
yang sudah menjadi prinsip masyarakat Batak
memunculkan sebuah norma yang mengatur perkawinan Batak, norma tersebut menjadi
prinsip oleh semua masyarakat Batak. Dalam perkawinan Batak ada perkawinan terlarang
istilah yang disebut “marsubang”. Termasuk dalam perkawinan terlarang apabila orang
yang melakukan perkawinan terlarang terhadap Iboto (saudara perempuan dari anggota
marga sendiri). Hubungan lain yang tidak diperkenankan adalah marpadan (ikrar janji).
Bagi orang Batak yang melanggar peraturan perkawinan tersebut, akan dikenakan
hukuman yaitu dibakar hidup-hidup oleh masyarakat setempat, diusir dari kampung serta
dicoret dari silsilah keluarga. Melalui pemaparan yang telah diuraikan diatas adat
perkawinan Batak menjadi kompleks ketika ada sebuah kasus perkawinan yang sudah
berbeda marga tetapi tidak diperbolehkan karena adanya larangan. Menurut J.C.
Vergouwen melanggar adat perkawinan Batak misalnya Marga Manihuruk dengan marga
Manihuruk, marga Sinaga dengan marga Sinaga, bahkan Manihuruk dengan marga
Sitanggang meskipun marganya berbeda namun masih sama-sama Parna dilarang saling
kawin mengawin (J.C. Vergouwen, 1986:35).
Selain itu, ada juga studi terdahulu yang telah telah dipaparkan oleh Xaverus
Leonardo tentang Perkawinan Endogami Dalam Hukum Adat Batak (Studi Kasus
Perkawinan Richard Nainggolan Lumbanraja dengan Rumida boru Nainggolan). Akibat
hukum perkawinan endogami dalam masyarakat adat Batak adanya kepercayaan ketika
ada yang melakukan perkawinan endogami atau perkawinan satu marga akan terjadi
cacat pada anak dari hasil perkawinan endogami. Semakin majunya zaman dan
berkembangnya ilmu pengetahuan telah membuat segala macam pemikiran manusia
untuk lebih maju (modern) dalam segala aktifitas kehidupannya sehari-hari.
Perkembangan zaman yang muncul sebagai fenomena modernisasi dapat membuat
banyak tradisi di dalam suatu kebudayaan mulai mengalami kelonggaran secara
perlahan. Dampak modernisasi yang positif dan negatif terhadap hubungan kekerabatan
dapat mempengaruhi tingkah laku masyarakatnya, dalam hal ini kelompok sosial yang
sudah terbentuk atas dasar hubungan yang kuat serta kesamaan pemikiran dan tujuan.
Secara kultural, setiap orang Batak khususnya orang Batak menganjurkan kepada
keturunanketurunannya untuk melakukan perkawinan yang satu suku, agar nilai-nilai dari
Dalihan Natolu, nilainilai yang sudah menjadi prinsip masyarakat Batak memunculkan
sebuah norma yang mengatur perkawinan Batak, norma tersebut menjadi prinsip oleh semua
masyarakat Batak. Dalam perkawinan Batak ada perkawinan terlarang istilah yang disebut
“marsubang”. Termasuk dalam perkawinan terlarang apabila orang yang melakukan
perkawinan terlarang terhadap Iboto (saudara perempuan dari anggota marga sendiri).
Hubungan lain yang tidak diperkenankan adalah marpadan (ikrar janji). Bagi orang Batak
yang melanggar peraturan perkawinan tersebut, akan dikenakan hukuman yaitu dibakar
hidup-hidup oleh masyarakat setempat, diusir dari kampung serta dicoret dari silsilah
keluarga. Melalui pemaparan yang telah diuraikan diatas adat perkawinan Batak menjadi
kompleks ketika ada sebuah kasus perkawinan yang sudah berbeda marga tetapi tidak
diperbolehkan karena adanya larangan. Menurut J.C. Vergouwen sudah ada

Ch. Manihuruk
123

yang melanggar adat perkawinan Batak.


Tata Cara dan Urutan Acara Pernikahan memang sesuatu yang sangat rumit dan
macam aturan yang harus kita ikuti. Itu semua dilakukan dengan maksud dan tujuan
tertentu. Misalnya, agar kita tidak memandang remeh (gampang) sebuah pernikahan itu.
Sebuah Pernikahan adalah acara yang sangat sakral, dimana Dua orang (pria dan wanita)
berjanji di hadapan Tuhan untuk menjadi satu dan membina rumah tangga yang
disaksikan oleh para keluarga besar dari kedua belah pihak mempelai, serta saudara atau
kerabat dekat lainnya (tetangga atau teman-teman)
Ketika orangtua mempelai perempuan akan menyampirkan ulos hela, tentu mereka
menekankan kembali nats Matius 19:6 “Demikialah mereka bukan lagi dua, melainkan
satu. Karena itu, apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”, demikian
juga rombongan Tulang dan horong ni Hulahula pastilah mengingatkan mempelai:
“Tung na so jadi hamu marsirang, so sinirang ni hamatean”.
Hal tersebut jugalah yang mengikat kedua mempelai untuk senantiasa hidup rukun dan
bilapun kemudian hari ada perselisihan dalam rumah tangga maka keduanya berupaya
semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan persoalan dan menghindari perceraian
(jangan sedikit-sedikit minta cerai). Pembahasan ini sangat penting untuk kita ketahui
khususnya anak muda untuk melestarikan adat kita.

B. Jenis dan Ragam Perkawinan Batak Toba


Dari berbagai jenis dan ragam perkawinan Batak Toba, dalam penulisan ini dibatasi
pada pembahasan berikut :

1. Kawin Lari atas kesepakatan bersama (Mangalua).


Kawin lari atau Mangalua atas kesepakatan kedua calon mempelai sangat sering
terjadi. kasus ini timbul karena orang tua tidak merestui si pemuda atau si pemudi
pilihan anaknya.

2. Kawin Lari dengan paksa (Mangabing Boru).


Jika seorang pemuda jatuh cinta kepada seorang gadis, tetapi lamarannya ditolak
secara sepihak oleh orang tua, demi menutupi malu dan didorong rasa cintanya yg
berapi-api, maka si pemuda mengajak beberapa orang temannya untuk menculik si
gadis dan membawa si gadis kerumahnya utk dijadikan istri. perbuatan ini dianggap
pelanggaran susila teteapi masih ada jalan terbuka untuk perundingan.

3. Perkawinan atas desakan si gadis (Mahuempe/ Mahiturun)


Bentuk perkawinan mahuempe terjadi bila si gadis pergi menemui si pemuda atas
prakarsa dan kemauannya sendiri. biasanya si gadis ditemani oleh beberapa temannya
mendatangi si pemuda dan mendesak agar perkawinan segera dilaksanakan.
Mahiturun adalah perkawinan yang hampir sama dengan mahuempe, bedanya dalam
mahiturun si pemudi jauh lebih aktif dan agresif dibanding mahuempe.

4. Perkawinan untuk menggantikan istri yg meninggal (Panoroni)


Jika seorang istri meninggal dan mempunyai beberapa anak yg masih kecil-kecil , timbul
masalah siapa yg akan mengasuhnya nanti. Dalam hal ini si Duda dapat meminta kepada
orang tua si istri (parboru) untuk mencarikan pengganti istri yg sudah

Ch. Manihuruk
124

tiada.

5. Perkawinan karena suami meninggal (Singkat Rere).


Jika seorang suami meninggal,maka akan timbul masalah bagi si janda untuk
penghidupannya di kemudian hari dan jika si janda masih sehat dan masih mampu
memberikan keturunan dan tidak keberatan untuk kawin lagi maka yg pertama harus
dipertimbangkan menjadi calon suaminya ialah adik laki-laki dari si suami yg
meninggal,atas dasar ‘ganti tikar’(singkat rere). Kalau pria yg mengawini si janda
ialah adik atau abang kandung si suami atau saudara semarga yg sangat dekat dengan
almarhum, maka istilah perkawinannya disebut pagodanghon atau pareakkon.

6. Bigami atau Poligami (Marimbang, Tungkot).


Jaman dulu banyak lelaki yg malakukan poligami dengan alasan mengapa mereka
mengambil istri kedua atau lebih, sebagian menyatakan untuk memperoleh keturunan
yaitu karena masih belum mendapatkan keturunan laki-laki. tetapi ada juga yg
bermaksud memperbesar kekeluargaan dgn tujuan meningkatkan kesejahteraaan atau
disebut pabidang panggagatan (melebarkan lapangan tempat merumput). Dalam kasus
perkawinan bigamy (marsidua- dua) kedudukan istri kedua sangat seimbang dengan istri
pertama, sebab itu disebut marimbang. atau yang lain yaitu si istri pertama memilih istri
kedua dari kalangan keluarga terdekat dan disebut tungkot (tongkat).

7. Perkawinan sebagai agunan utang (Parumaen di losung).


Perkawinan ini ialah perkawinan yg menggunakan anak gadis sebagai agunan utang
si bapak dari si gadis tersebut. jika seorang bapak mempunyai utang pada seseorang
dan belum mampu melunasinya, maka sebagai agunan utangnya dia menyerahkan
anak gadisnya untuk dipertunangkan kepada anak si pemberi utang.

8. Perkawinan menumpang pada mertua (Marsonduk Hela).


Perkawinan marsonduk hela hampir sama degan perkawinan biasa, tetapi karena mas
kawin(sinamot) yg harus diserahkan kurang, maka diputuskan si laki-laki itu menjadi
menantunya dan dia akan tinggal bersama mertuanya untuk membantu segala
pekerjaan dari mulai pekerjaan rumah sampai sawah. Pihak sinonduk hela(menantu)
tidak seumur hidup harus tinggal berasama mertuanya, jika keadaan sudah
memungkinkan dia dapat pindah di rumahnya sendiri.

9. Perkawinan setelah digauli paksa (Manggogoi)


Jika laki-laki menggauli perempuan secara paksa (manggogoi) ada dua hal yang
mungkin terjadi. jika perempuan tidak mengenal pria tersebut dan tidak bersedia
dikawinkan maka pria tersebut dinamakan pelanggar susila hukumannya ialah
hukuman mati atau penjara. tetapi jika si perempuan bersedia melanjutkan kasusnya
ke arah perkawinan yang resmi ,maka prosedurnya sama dengan mangabing boru.

10.Pertunangan anak-anak (Dipaorohon).


Pertunangan anak-anak pada jaman dahulu bukanlah hal yg aneh, hal ini sering
dilakukan oleh raja-raja dahulu. beberapa alasan mempertunangkan anak-anak:
hubungan persahabatan/ kekeluargaan, seseorang tidak mampu membayar utang

Ch. Manihuruk
125

kepada pemberi utang, dan lain-lain.

11.Perkawinan adat na gok atau sering disebut pesta unjuk, yang akan dibahas secara
lengakap dan komperhensip pada pembahasan selanjutnya.

C. Sanksi Sosial Perkawinan Jika Tidak Mangadati


Ukuran sah-tidaknya perkawinan orang Batak dapat diukur dengan atau telah
melakukan proses hukurn, yaitu pencatatan sipil, pemberkatan nikah di gereja dan pesta
adat perkawinan. Tiga proses tersebut telah menjadi nilai yang baku dan sepasang
suarni-istri, walaupun sudah melalui pencatatan sipil dan pemberkatan nikah, tetap
merasa "gamang" atau rumah tangganya belum diakui komunitasnya sebelum mangadati.
Resepsi di hotel walaupun dengan biaya besar tidak sama nilainya dengan adat yang
sederhana (adat na gelleng).
Apa gerangan penderitaan dan risiko yang dirasakan satu keluarga apabila tidak
MANGADATI? Hukuman batin atau hukuman adat atau hukuman nilai sosial yang
diterimanya antara lain :
Tidak diperkenankan mengawinkan anaknya secara adat Batak, semua kerabatnya dalam
unsur Dalihan na Tolu enggan berpartisipasi.
Apabila seseorang suami atau istri meninggal dan belum diadati, maka tulangnya segan
memberi ulos saput dan hula-hulanya sangat enggan memberi ulos tujung. Untuk
penyelesaiannya, paranak atau yang ditinggal anak parumaennya meminta tulang dan
hula-hula menerima "dinapurani" (harfiahnya diberi sirih), pengertian adatnya diberi
somba ni adat somba ni uhum atau diberi sinamot atau mas kawinnya dengan
memberikan sejumlah uang. Apabila telah diterima, maka hula-hula dan tulang akan
memberi ulos tujung dan ulos saput. namanya "napuran marsantabi".
Tidak bisa menerima jam bar na gok, suhi ni ampang na opat pihak parboru berupa g dan
tidak bisa menerima ulos suhi ni ampang na opat berupa ulos untuk pihak paranah,
tidak diperkenankan mangulosi.
4.Tidak berhak menerima pauseanq dari hula-hulanya sebab teman semarga akan
menolaknya- ingat sawah itu adalah tanah adat marga.
Pada masa tuanya tidak berhak menerima sulang-sulang hariapan yang biasanya diikuti
dengan acara margondang.
Tidak diperkenankan ikut dalam tambak atau batu na pir atau kuburan batu untuk sa-
ama atau sa-ompu.
Hula-hula enggan berpartisipasi apabila dia menyelenggarakan Horja atau pesta adat
besar untuk menghormati leluhur untuk mangarudangi atau membawa eme na
porngis atauparbue na pirdalam tandok.
Selalu merasa tertekan atau tersingkir apabila ada rapat adat keluarga.
Lingkungan komunitasnya menggolongkan orangtuanya sebagai orang yang tidak
beradat.
Tidak bisa diberi peran untuk manampi atau menampung tulang belulang borunya untuk
dikuburkan kembali dalam batu na pir, walaupun dia berfungsi sebagai tulang di situ.
Orangtua dari suami-istri yang belum diadati selalu merasa berhutang, malu dan lain-
lain.

Ch. Manihuruk
126

BAB X
PROSES PERKAWINAN ADAT NA GOK (PESTA UNJUK)
A. Arti Pentingnya Proses Perkawinan Pesta Unjuk
Pernikahan Adat dalam masyarakat Batak adalah salah satu mata rantai kehidupan yang tata
pelaksanaanya melalui hukum-hukum adat yang sudah melekat dari dulu hingga saat ini dan hal
tersebut berasal dari para leluhur masyarakat Batak . Pernikahan Adat Batak mengandung nilai
sakral, yang disertai dengan perlengkapannya.
Kesakralan pernikahan Adat Batak terlihat ketika adanya pengorbanan bagi parboru
(pihak mempelai perempuan), karena pihak mempelai perempuan berkorban
memberikan anak perempuannya kepada pihak paranak (pihak mempelai laki-laki).
Balasannya, kemudian pihak laki-laki juga harus menghargai besannya dengan
mengorbankan atau mempersembahkan satu nyawa juga yakni seekor hewan (sapi
atau kerbau), yang nantinya akan dijadikan santapan (makanan adat) dalam ulaon
unjuk atau adat pernikahan adat na gok. Bukti bahwa makanan tersebut adalah hewan
yang dikorbankan secara utuh, maka pihak laki-laki harus menyerahkan bagian-
bagian tertentu dari hewan tersebut (kepala, leher, rusuk melingkar, pangkal paha,
bagian bokong dengan ekor yang masih melekat, hati, jantung, dll) (Vergouwen,
2004: 229, dalam praktek proses pernikahan dari A sampai Z akan dibahas secara
utuh pada tulis berikut.
Adapun proses perkawinan Adat Batak adalah (Drs G Nababan) berikut ini:

B . Marhori-hori Dingding (Melamar)


Awal pertama dalam pelaksanaan Marhorihori dingding (Melamar) telah terjalin
hubungan kasih di antara pemuda dan pemudi, untuk sepakat membina rumah tangga
yang baru. Lalu di sampaikanlah rencana mereka ke pada orang tua masing masing, agar
ditindaklanjuti hubungan mereka bukan lagi rencana anak melainkan sudah sampai ke
pihak orang tua masing-masing. Suatu saat Orang tua Laki-laki menyuruh anak
perempuannya (Borunya ) yang sudah menikah berkunjung ke rumah Pihak Perempuan,
serta membawa buah tangan sekedarnya, jalan untuk bersilahturahmi dan untuk
mengungkapkan isi hati mereka ke pihak Perempuan sesuai suruhan orang tua laki-laki.
itu pada jaman dahulu, pada jaman sekarang untuk melamar sudah orang tua lakilaki
yang datang langsung dengan borunya ke rumah calon besannya
(pihakPerempuan untuk membicarakan rencana anak-anak mereka yang sudah
disepakati hati dan tanggalnya untuk bersilaturahmi ,setelah kedua belah Pihak
bertatap muka di rumah pihak perempuan mereka saling tukar pendapat,saling
mengungkapkan isi hati mulai dari Maharnya (Sinamot) berapa? Ulos Berapa?
sampai dengan acara Pernikahan di sebutlah, "Marhori hori Dingding" setelah sepakat
apa yang di bicarakan pihak laki-laki, dan pihak Perempuan barulah di sampaikan
atau diberitahukan kepada penatua-penatua Adat baik dari pihak laki-laki maupun
pihak dari perempuan untuk di lanjutkan ke acara berikutnya.

C. Patua Hata
(Mematangkan Pembicaraan kepada Orang tua kedua mempelai dengan sanak
keluarga)
Pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan wadah sumpit berisi nasi dan

Ch. Manihuruk
127

lauk pauknya (ternak yang sudah disembelih) yang diterima oleh pihak parboru dan
setelah makan bersama dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada
anggota kerabat, yang terdiri dari:
Kerabat marga ibu (hula-hula)
Kerabat marga ayah (dongan tubu)
Anggota marga menantu (boru)
Pengetuai (orang-orang tua)/pariban
Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan pria bersepakat
menentukan waktu Martumpol dan Pamasu-masuon.
Nadidok acara PATUA HATA (mematangkan pembicaraan anak-anak mereka ke
tingkat orang tua, keluarga dan tokoh Adat). Dang pola godang ianggo pihak sian
paranak kira-kira 10-15 KK suang songonido pihak sian Parboru minimal ma sarupa
godangna, pihak paranak mamboan sipanganon secukupna lengkap dohot namargoar
(tudu-tudu sipanganon) somalna Lomok-lomok do dipatupa nalaho sipasahathon ni
Paranak (Pihak Laki-laki) tu pihak Parboru (Pihak Wanita), begitu juga sebaliknya
Parboru(Pihak Wanita) menyiapkan makanan secukupnya dohot Dengke (Ikan Mas)
yang akan di sampaikan ke pihak Laki-laki (Paranak) Setelah berkumpul semua
undangan baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan, sudah terlebih dahulu di
unjuk sebagai protokol Juru bicara) masing-masing dari kedua belah pihak. Untuk
selengkapnya mari kita ikuti dalam bahasa Batak cara melamar calon nantu,
Naparjolo Ro ma uduraa ni Paranak tu hagas ni Parboru, di dokma ma
Horas Ma di hamu Tulang, nga boi hami Masuk? Laos di alusi Pihak Parboru. Masuk
ma hamu Amangboru ? Paranak .... " dohot uduranna masuk ma laos marsijalangan
.suangsongoni Boruni Paranak namangusung sipanganon laos di peakkon ma diatas
ni mejai,alai dang pintor hundul Laos diuduti Protokol ni paranak ma hatana didok
ma : Horas ma dihamu Raja nami,didok namboru muna, molo lao ho amang;
tu hutani Tulangmu sotung lupa ho mangusung siboan boanmu, laos ido
Tulang adong do huboan hami,asa sigat hamu ma nian nahuboan hami
on mauliate.
Dialusi Parboru ma (laos disuru ma parboruon na laho manigati boan-boan ni
paranak) huhut di dok ma,Mauliate ma amangboru , Nungnga sikkop
be boan-boan muna i tanda do hamu siboto adat siboto Uhum. Jala dang
lupa hamu natinonahon namboru nami i. laos diuduti ma muse "ba suruh
hamu ma amangboru, boru muna patupahon laos didongani boru ni parboru.
Dialusi Paranak ; Mauliate Tulang nabasa, laos di jouhon ma buru na laho paturehon
tudu
tudu ni sipanganon, huhut di dongani boru ni Parboru , di dokma. Di
hamu boru nami, boan hamu ma na taboan ni tu dapur jala-pature hamu
ma, denggan bahen hamu, rap ma hamu dohot Pariban muna. Laos di
uduti ma muse hatai di dok ma, Raja nami raja bolon paitte sidung di
pature boru nami,dohot boru ni rajai denggan ma hita marsitandaan!;
songon na nidok ni natuatua:
"Jolo tiniptip sanggar.
Asa bahen huru-huruan,
Jolo sinungkun marga,
Asa binoto Partuturan.

Ch. Manihuruk
128

Raja nami, ala hami do naro tu huta ni rajai, ba hami ma


parjolo patandahon diri, butima raja nami.
PROTOKOL NI PARBORU
Mauliate Amangboru, ulahon hamu ma.
PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate Tulang, (mulai ma dipantandahon suhut bolon dohot angka
uduranna. Dung simpul di patandahon) Laos di dok ma, Mauliate ma
tulang nungga sikkop be hami patandahon diri nami tu adopan ni
Rajai, partikkian on pinasahat ma tu rajai botima.
PROTOKOL NI PARBORU
Mauliate ma Amang boru, hami pe, patandahon nami ma sian hami (laos
dipatandahonma suhut bolon dohot angka uduranna) Laos didokma
"Amangboru nungga simpul hami patandahon diri, saonari pinasahat ma
muse partikkian tu hamu.Mauliate.
PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate Tulang Nabasa,ala naung sikkop do sude dohot nanaeng
sipasahaton nami tu rajai, marpanukkun hami, aut boha dope
adong nasoharu sahat angka tondongta boha Tulang?
PROTOKOL NI PARBORU
Amang boru ianggo sian hami nungga hira dison molo adong
dope nasosahat ba mandapoti nauli ma nasida butima
Amangboru.... PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate Tulang (laos di joubon ma boru ni paranak asa di boan tudu-tudu
Nisipanganon; di dok ma Di hamu boru nami molo naung singkop boan
hamu ma tu joloon asa tapasahat tu adopan ni Rajai (laos di uduti ma muse
didokma "Nuaeng pe di hamu Rajani hula-hulanami Marga...... molo naung
mangarade hamu Raja nami, asa ro hami mandapothon hamu .
PROTOKOL NI PARBORU
Mauliate Amangboru "Di hita namardongan tubu, boru/bere dohot
dongan sahuta nami ala naeng ro nama Rajani Pamoruonta mandapothon
hita, asa mangarade ma hita manjal
o haroroni nasida. Dihamu Raja ni Pamoruon
nami marga ........ nungga mangarade hami manjalo haroro muna; botima ...
"DiPasahat pihak Paranak ma tudu-tudu ni sipanganon tu pihak Parboru (Namarmiak-
miak) sebagai berikut: Namarngigi,,Osang,Aliang,somba,soit.bagian dalam dohot
Upa suhut; songonon ma didok: Tudu-tudu sipanganon namarmiak- miak

PROTOKOL NI PARANAK
Di hamu rajani hula hula nami marga..... di ari nauli di bulan na denggan on, ro do
hami Rajani Pamoruon muna laho pasahathon tudu-tudu ni sipanganon
namarsaudara. Tudu tudu panggabean parhorasan ma on, di hamu Raja nami, molo
tung songonon dope na boi tarpatupa hami, las ma rohamu, asa songon didok ni natua
tua ma dohonon nami, “ Asa bagot na marhalto niagatan di robean, Horas ma di hamu
namanjalo, tugandana ma di hami namangalehon" Emma Tutu.

PROTOKOL NI PARBORU

Ch. Manihuruk
129

Mauliate ma amangboru nungga di pasahat hamu tudu-tudu sipanganon namarsaudara,


tudu tudu panggabean tu parhorasan, ba saonari amangboru, hami pe tong do pasahathon
nami dengke simudur udur tu adopan muna, mangarade ma hamu.
Songonon ma didok, "Dihamu Rajani Pamoruon nami marga......... dison hupasahat
hami do Dengke simudur-udur, Dengke tio, Dengke sahat, Asa sai mudur-udur ma
hamu tudolok tutoruan, tio ma Mual dapothon muna, jala sahat ma na uli sahat ma na
denggan tumpahaon ni Amatta namartua Debata, asa songon nanidokni natua tuama
dohonon: " Asa Sititip ma ai hompa, Golanggolang pangarahutna,
Molotung songon on do pe naboi tarpatupa hami, Sai godang ma pinasuna ..!
Emma tutu .... Laos marsijalangan kedua belah pihak.
(Laos diuduti Protokol ni parboru ma muse hatana di nalaho patamahon dongan tubuna
nang boru/bere dohot dongan sahuta )di dok ma"Di hita na mardongan tubu, boru/bere
dohot dongan sahuta nami di son dipasahat Rajani Pamorunta Marga...... Do tudu tudu
ni sipanganon tu hita Molo tung di joloni hasuhuton pe rap naung manjalo ma hita
disi ate ..... ! mauliate.
PROTOKOL NI PARANAK
Dipatamahon ..." .. " Dihita namardongan tubu, boru, bere dongan Sahuta nami , dison
tajalo do dengke sian rajani hula-hulanta marga..... . Molo tung di joloni hasuhuton pei,
naung rap manjalo ma hita disi ate.
PROTOKOL NI PARBORU
Di hamu amangboru nami ala naung singkop do saluhut na angka Nata pasahat,jala
sahat tu hasahatanna ninna roha asa marsipanganon ma hita, boha amangboru?
PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate maTulang.
PROTOKOL NI PARBORU
Dihamu Rajani Pamoruon nami, Marga..... ala hamu do na ro nuaeng tubagas name
on mamboan sipanganon, ba didok roha ba hamu ma namambahen Tangiang?
hupasahat hami ma tu hamu ..... !
PROTOKOL NI PARANAK
"Na uli rajanami ( alai pittor diunjuk do sasahalak pangulani huria molo adong pada
saat i) molo soadong boi do natua-tua manang protokol i pe boi do). di bahen ma
tangiang masipanganon.
Dung simpul martangiang, laos didok protokol ni paranak ma ... (laos boi do mandok
hata huhuasi sipanganon namambahen Tangiang),
Asa sititip ma si hompa, Golanggolang pangarahutna, Molo tung songon on do pe
naboi tarpatupa hami, Sai godang ma pinasuna ..! Emma tutu .... marsipanganon ma
hita (dipatama ma hula- hula asa nasida parjolo) di dok ma Parjolo ma hamu
hula-hula nami ala bentuk prasmanan do hita marsipanganon.
PROTOKOL NI PARBORU
Mauliate ma amang boru rap ma hita, (laos di jouhon protokol ni perboru ma buruni
nasida) di dok ma Hamu borunami boruni hasuhuton asa diseati hamu ma aliang-
aliang dohot ate-ate ni tudu-tudu ni sipanganon jala laos bagihon hamu ma
MARSIPANGANON (Laos dison do Paranak manjouhon. Hasahatan ni Dengke
naung dijalo sian Hula-hula tu dongan Tubuna,boru-Bere nang dongan sahuta.
Dung simpul marsipanganon, disungkun Protokol ni parboru ma taringot tudutudu ni
sipanganon.

Ch. Manihuruk
130

PROTOKOL NI PARBORU
Di hamu Raja ni pamoruon nami, marga ...... , nangkaning nungga tangkas di pasahat
hamu tu hami tudu-tudu ni sipanganon, andorang so diseat raut asa jolo di seat hata:
tar beha ma partonding ni tudu-tudu ni sipanganon naung pinasahat muna on tu hami;
botima ....
PROTOKOL NI PARANAK
Raja nami, ianggo taringot tu tudu-tudu ni sipanganon naung hupasahat hami tu
hamu, ba .. tung surung-surung ni rajai do i. botima da raja nami.
PROTOKOL NI PARBORU
Horas ma jala gabe, mauliate ma di hamu rajani pamoruon nami , Di hita
namardongan tubu, boru, bere suang songoni dongan sahuta nami, nungga
tangkas didok rajani pamoruonta Marga...... ,ia sipanganon na tapaadop-adop dison
surung-surungta do ninna on: beha .... Saonari ma tabagi manang anon ma dung simpul
manghatai.! Molo anon do, ba nauli mai Laos dijouhon ma hamu borunami, pauli
hamu ma tudu-tudu sipanganon on tu dapur jala laos pature hamu ma na
hombar tu hasahatanna. Laos diuduti protocol ni parhoru dope..... Hamu rajani
pamoruon nami marga.............. ala nungga sun hita marsipanganon, ba nungga boi ra
ta uduti tuangka panghataion.
PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate Tulang"
PROTOKOL NI PARBORU
Loloan napinarsangapan hita na mardongan tubu, boru, bere suang songoni raja ni
dongan sahuta nami, ala mulaanta ma makatai asa martangiang hita. Laos songoni ma
di hamu rajani Pamoruon nami na ro apala di tingkion, Andorang sohupataripar hami
pangkataion tu hamu, lean hamu majolo tingki, di hami hula-hulamuna, asa jolo
marsisungkunan hami na mardongan tubu, boru, bere dohot dongan sahuta. “ di hita
namardongan tubu, ala di haha doli ma nuaeng hasuhuton bolon, songon nasomal
taulahon, bah anggi doli ma na gabe si Raja Hata sipanungkun di ulaontaon. On pe
sahat ma tu hamu anggi ni partubu nami (boi do jala dumenggan di tariashon goar ni
ompu anggi doli i ).
ANGGI DOLI MANDOK HATA.(Adek sepupu memberikan kata sambutan)
Mauliate ma di hamu hasuhuton nami,! Ido tutu, ala di hamu haha doli ma nuaeng
ulaon, ba di hami ma na gabe parsinabul di ulaonta on,mangadopi raja ni
amangborunta marga...... Nuaeng di hita anggi doli hasuhuton, ise ma sian hita
nagabe Raja Sipanungkun apala di ulaonta, sadarion.?
Anggi doli Mangalusi. ... Ba, Laos ho ma da, nungga satolop hami sude.!
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma di suhut nami,di jalo hami mai di bagasan las niroha dohot serepni roha
molo tung na ahu pe di pajolo hamu ai narap do hita nagabe raja sipanukkun di rajani
pamoruonta,Asa "tartallik huling-huling, tarida holiholi, molo di Hahana ulaon, di
anggima panamboli, molo di anggi doli ulaon, di hahana ma penemboli".
Las boi do dohonon muse songon pangganti ni tinallik huling-huling Asa gadu-gadu
hatubuan ni siarholi-holi ; Takkas diulaonta sadarion hamu Haha nami suhut
sihabolonan. Ba bami ma antong Anggi muna nagabe Panomboli, "asa tappulan
sibaganding, Di dolok ni pangiringan, horas ma di hita namarhaha anggi, molo

Ch. Manihuruk
131
marsipairing- iringan. nuaeng pe amang boru nungga mangarade hamu...?

RAJA HATA NI PARANAK


Mauliate ma tulang nabasa lehon hamu ma jolo tikki tu hami, asa marsipasadaan tahi
hami namardongan tubu, di nalaho mangalusi sungkun-sungkun ni rajai.
RAJA HATA NI PARBORU
Nauli amang boru ulahon hamu ma.
RAJA HATA NI PARANAK
Di hita namardongan tubu, ala di haha doli ma nuaeng hasuhuton bolon, songon
nasomal taulahon, ba anggi doli ma na gabe si Raja Hata na mangalusi sungkun-
sungkun ni hula-hulanta di ulaontaon. On pe hupasahat ma tu hamu anggi partubu
nami (boi do jala dumenggan di tariashon goar ni ompu anggi doli i). Raja Anggi
Partubu.
Mauliate ma di suhut nami,di jalo hami mai di bagasan las ni roha dohot serepni roha
molo tung na ahu pe di pajolo hamu ai narap do hita nagabe raja pangalusi di sungkun-
sungkun ni hulahulata Asa: "tartallik huling-huling, tarida holi-holi. molo di
Hahanai
ulaon, dianggi ma panamholi molo di anggi doli ulaon, di hahana ma panamboli .
Loas
boi do dohonon muse songon pengganti ni tinalillik huling- huling
Takkas diulaonta sadarion hamu Haha nami suhut sihabolonan.
Ba bami ma antong Anggi muna nagabe Panomboli, "asa tappulan sibaganding,
Di dolok ni pangiringan, horas ma di hita namarhaha anggi, molo
marsipairing- iringan.
RAJA HA TA NI PARANAK
Mauliate Ma Tulang, nungga mangarade hami di sungkun-sungkun muna i ;
butima ...! RAJA HA TA NI PARBORU
Mauliate ma Parjolo tapasahat tu Tuhan padenggan basai, siala asi dohot holong ni
rohana do namandongani hita, boi marhahipason sahat di tikkion. Jala mauliate ma di
hamu suhut nami,laos songoni ma tu hamu dongan sahuta nami, asa tapahombar
tuson ai tangkas do di dok natuatua: "Tinallik landorung,bontar-bontar do gotana,
doshon namardongan tubu do hita, namar dongan sabutuha, nang pe asing-asing
margana, laos songoni ma di hamu Ina nami asa atup hamu ma napuran muna,ala
mulaanta nama nalaho manukkun rajani pamoruonta, ta pahohom ma. On pe " dihamu
Rajani pamoruonnami marga.....nungga hundul hita di kursi gantini amak tiar,sai
tiarma pasamotan di hita marhula boru!
manghatai ma hita amang boru! Nungga tung las rohanami jala maria ia tondi nami,
Nungga Bosur hami mangan indahan nalas, sagat marlompan juhut,sombu minum
aek sitio-tio natinahu munai, disima daina, disima tabona, sirsir sirana, jala sirsir nang
asomna, asa dohononma: "sai pamurnas mai tu daging, saudara tubohi; sipailomak
imbulu ma i, si paneang holi-boli; huhut sipasindak panaih": asa tu sanggar ma
asmporik tu liang ma satua,sinur ma pinahan gabe naniula, horas pardalan dalan,
mangomo partiga-tiga".
Asa bagot namarhalto ma diagatan di robean, Horas ma dihami hula-hula muna
namanjalo Tuganda na ma di hamu Rajani pamoruon name Na mangalehon. Emma
tutu.
Amang boru bakkona do asa jolo ninangnang asa ni nungnung, asa jolo pinangan asa
disukkun, (boi do dohonon," Amang boru sise mula ni hata: Sungkun mula niuhum ).
" Manukkun ma hami amang boru, situhu Indahan masak na tahasagathon i; Asa "Dia

Ch. Manihuruk
132

ma laklakna, dia ma unokna, dia ma hatana,


dia ma nidokna, tangkas ma paboa hamu botima amangboru ..!
RAJA HA TA NI PARANAK
Mauliate ma raja nami .. Nungga tung malambok pusu hami dipanjalo ni rajai di
hami, Na manukkun ma raja i, di haroronami dohot di sintuhu indahan masak dohot
lompan na tabao i. dohonon nami ma rajanami "Marhau tanduk marbau holi-holi
Godang sibutong-butong; Otik sipir ni tondi. saipamurnas ma tu daging
saudarama tu bohi; si palomak imbulu ma i, sipaneangholi-holi huhut sipasindak
panaili. Ianggo hatana rajanami, Panggabean, parhorasan do botima.
RAJA HA TA NI PARBORU
Horas ma jala gabe amang boru ! Panggabean, parhorasan do hape haroro muna apala
sadarion. i do tutu na talului, ido na tajalahi, asa dapot hita hagabeon hasangapon dohot
hamoraon, Alai amang boru, Sai marangkup do na uli, mardongan do na denggan.
Siangkup songon na hundul, si udur songon na mardalan, " Asa tangkas ma uju Purba,
tangkasan uju Angkola, Asa tangkas hita maduma, tangkasan ma namamora. Siangkup ni
panggabean, Parhorasan, tung tangkas ma di paboa amang boru,butima .
RAJA HA TA NI PARANAK
Mauliate ma tulang raja bolon Tangkas ma tutu alusan rajai, Asa tangkas ma ninna
uju Purba, tangkasan uju angkola, asa tangkas ma hita maduma, tangkasan ma na
mamora: Rajanami..... Siangkup ni Panggabean Parhorasan tangkas ma tutu paboa on
tu jolo ni rajai . Rajanami raja bolon "Molo magodang bulu godang, bahenon ma i
gabe hite hite. Nungnga ma godang anak naengma gabe hot ripe." Rajanami. ro alu-
alu ni anak nami mandongkon, naung masihaholongan ninna nasida dohot
boru ni raja i sian jabu on." Amang, laho ma hamu tu huta ni da tulang Marga..... ai
nungga marsihaholongan hami dohot boru ni Tulang ninna.
Tarsonggot do hami raja nami mambege hatani anak nami on, ai huboto hami do diri
nami maradophon rajai : Tung naso barani do hami mandapothon raja i yanggo sian
ke adaan nami. Alai ala holong do namangonjar anak nami, jala laos holongido
mamboan hami tu joloni raja. I apala di tingki on.: on pe Tulang naburju, molo tung
siat pangidoan nami, hami nuaeng mangelek marsomba jari-jari sampulu pasampuluh
sada si manjujung, asa hubungan holong namarsihaholongan
naung terjalin diangka naposo, unang be nian holan diantara nasida na dua, alai ni
i,roma hami nuaeng laho panangkokhon asa gabe sahat tu natua-tua, jadi ido ulaning
tulang, na Patua hata ma hami nuaeng tu hamu raja ni hulahula nami, botima rajanami
.....
RAJA HA TA NI PARBORU
"Mauliate ma dihamu raja ni pamornon nami! Dihita na mardongan tubu,Boru, bere
songoni dongan sahuta nami .. nungnga tung tangkas di tariashon raja ni pamoruonta
marga..... na patua hatado hape haroroni nasida mandapothon hita tu hutanta on. Ipe,
andorang so talean pandapot manang tarjalo hita nasida na patua hata sadarion, ra jolo
tasukkun ma jolo borunta, manang naung tutu adong di jalo hata ni marga...... hamu
boru nami, boru ni hasuhuton, sungkun hamu ma jolo maen muna toho do naung di
jalo hatani marga...... alusni boru suhut..... Nungga be husungkun maen nami toho do
hamu
goarna ..... marga ," Mauliate ma di boru nami. Jadi di hita namarhaha anggi partikkian
pinasahat tuhamuna... suang songoni tu dongan sahuta. On pe Lata pinalatalata, duhut

Ch. Manihuruk
133

duhut do sibutbuton, nang pe mangkatai angka raja, hasuhuton do namanontuhon, on pe


pinasahat ma tu suhut nami. Alus ni suhut. Bulung ni dangkana do bulung ni ranting na
ulaon ni hahana do ulaon ni angina sian hami suhut tajalo ma nasida . “Onpe di hamu
rajani pamoruon nami marga ..... nungnga tangkas di bege hamu manang songon
dia pandapot nami, nungga satolop hami sude di namanjalo haroromuna di napatuahata
apala sadarion.
Catatan :
Patua hata tabahen di bukuon i.ma patua hata nalangsung tu parhusipon. Alana adong
sipata holan napatua hata dang pola sahat tu namarhusip ....

D. Marhusip Ulaon Alap Jual


(Pesta Adat di Pihak Perempuan)
RAJA HA TA NI PARANAK
“Mauliate ma Tulang, mauliate ma di hamu sude rajani hula-hula nami! dang marisuang
langkah nami Rajanami ro tu bagas muna on ,bagas pangalapan gogo,bagas pangalapan
pasu-pasu, Nungga tung malambok pusu nami rajanami, di naung tangkas di jalo hamu
haroro nami di na napatua hata; alai rajanami .... Songoni do huroha, sai
na godang do sipangidoan ni angka gelleng: molo boi pangidoan nami napaduahon asa
tauduti nian rajanami tunamarhusip-husip nagogo manang mangarangrangi di angka
sangkap ni ulaonta, i ma na mardomu tu parbogason ni anak nami tu boru ni raja i, Ba,
i ma eleknami tu joloni rajai, botima !
RAJA HATA NI PARBORU
"Horas ma jala gabe ! Andorang so hualusi hami, lean hamu ma jolo tingki di hami
namardongan tubu, asa jolo mangalap tahi hami taringot tu pangidoan munai.
On Pe, di hita namardongan tubu, Boru, bere. dohot dongan sahuta nami, nungnga
tangkas tabege pangidoan ni pamoruonta ima asa tatingkathon tu marhusip-husip
nagogo. Beha....-:Tarjalo hita ma nuaeng haroroni pamorunta marga ..... tu
parhusipon? Molo satolop do hita di pangidoan ni pamoruonta marga... ... Mauliate
ma ! alai Husiphusip Nagogo ma on athe?
I pe, di hamu raja ni pamoruon nami marga ..... nungga satolop hami rnangoloi -
pangidoanmunai, ima asa tatingkathon tu ulaon marhusip manang
magarangrangi.Asa songon nadidokni natuatua:
"Dangka ni bulu duri hait marsijaloan, Dia ma angka hata nauli, na naneng
sitaringotanta. Ba on pehupasahat hami ma tu hamu manang songon dia ma
husiphusip munai, sidok boti ma hami amang boru?
RAJA HATA NI PARANAK
Horas ma jala Gabe rajanami ! nungga lam tangkas dihami, songon dia lambok dohot
burju muna marboru.
"Asa Barita ni lampedang, mardangka bulung bira, Haburjuonmuna marboru tarbarita
rodi di dia." I pe, nungga tung malambok pusu hami rajanami, di naung tangkas
hubereng jala hudai hami haburjuonmuna i. Tulang, rajanami andorang so hualusi
hami ima rencana, dina laho pasangaphon raja i, lean hamu ma jolo tingki di hami
borumuna, asa jolo - mangalap tahi hami rajanami.
Dihita namarhaha-anggi, andorang soborhat dope hita nakaning sian jabunta, nungga jolo
satahi saoloan hita di nalaho manomba pasangaphon raja ni hula-hula ta. Beha hutoruson
ma sesuai tu hasil rapotta nangkin? (pittor dialusi sipai duani suhut ma torus

Ch. Manihuruk
134

son ma anggia).
Mauliate ma molo dung satolop hita di si.
"Di hamu rajani hula-hula nami,marga..... Na huparsangapi hami, Pangidoan nami, na
parjolo ima, asa tung sangap raja i, alapon nami do boru ni rajai sian tonga ni bagas ni
raja i, jadi Alap Jual ma nian raja name Napaduahon, ulaon sadari ma nian raja nami,
di sima napaulak une laos di si ma na maningkir tangga. Ba songoni ma rajanami
pangidoan nami ala mamereng angka tingki hita di parserahan on boti ma raja nami.
RAJA HA TA NI PARBORU
"Mauliate ma di hamu amang boru ! nunngga tangkas hubege hami pangidoan muna i
ima, AlapJjual, jala ulaon sadari. Di hita namardongan tubu, boru, bere dohot dongan
sahuta , nungga rap mambege hita di pangidoan ni raja ni pamoruonta marga .....
Parjolo hu pasahat hami ma tu haha, anggi doli.
Haha, anggi doli; langsung ma dialusi torusson damangma?
"Dihamu raja ni pamoruon nami marga .... "Pitu lili paualu ulos jugia, Nungga uli nipi,
Bere na burju. namopot boru niba " On pe amang boru, dang apala marhata sinamot
dope hita di son, alai sekedar marhusip husip na gogo do, alai nang pe songoni tong
do ingkon rangrangan tu sinamot ni Boru nami.
Antong, Pasahat hamu ma sianmot ni boru nami dua bara horbo, dua bara lombu,
lima hoda nalaho hundulon nami molo ro hami tu hutamuna, tamba ni dua ampang
sere dohot perak dohot ringgit sitio suara, ba songoni ma pangidoan nami tu hamu,
(boi do langsung pande hatana mandok ki).
Ala sisada hata do subut holon dohot parhata. Dungi di pasahat ma tu Boru,
Bere. "Ianggo sian hami boru, bere, sipanolopi nauli na denggan do hami
mauliate, Dungi di pasahat ma tu Dongan Sahuta.
“Mauliate ma di hamu hasuhuton nami molo sian hami dongan sahuta muna, ndang
adong na dumenggan sian masipaoloan. Botima. Laos diuduti Raja Hata ma muse .

Mauliate ma dihita saluhut na..? Dihamu raja nipamoruon nami marga .....
nungnga tangkas di bege hamu, setuju ma hami di pangidoan muna, ima alap jual,
jala ulaon sadari, jala nungnga tangkas di ondolhon haha,/anggi doli nami nangkin,
sinamot sipasahaton muna, tu hami ima sinamot ni boru nami. Partingkian hupasahat
hami tu hamu.
RAJA HA TA NI PARANAK
Malombok pusu hami rajanami umbege sude pangidoan muna ima di namangoloi
sude pangidoan nami ! " Tulang raja bolon, tutu do i rajanami, pandohan dohot
pangidoan munai, ima taringot sinamot ni boru ni raja i, dua bara horbo, dua bara
lombu, 5 hoda dohot 2 ampang mas dohot perak, dohot ringgit sitio soara, Alai molo
siat pangidoan nami tu raj ai, hupasada hami ma i sude gabe ringgit sitio soara
nadicetak Pamaretta nagabe Rupiah, iala sitombol ma, jala molo tung lambas roha ni
raja i, sahali mangelekkon ma hami tu adopan ni raja i, ba butima raja nami.
RAJA HATA NI PARBORU
"Dihita na mardongan tubu, boru, bere songoni dongan sahuta nami, nungnga tangkas
tabege di pangidoan ni raja ni pamoruonta marga ..... taringot sinamot ni borutta
nanaeng sipasahaton ni nasida, imasitombol, jala sahali mangelekkon nasida, on pe
hupasahat hami ma jolo tu haha, anggi doli. (di pasahat ma tu haha-anggi doli)
Haha, Anggi doli:

Ch. Manihuruk
135

Mauliate ma...' Ia anggo sian hami haha doli/anggi doli dia ma tutu sidohonon be,
molo dung songoni pangidoan jala elek-elek ni pamoruonta , ba tambos ma, jala
godang pasahat hamu, botima. (dipasahat ma muse tu Raja Hata, dungi dipasahat ma
muse tu boru-bere Sian Boru, bere anak perempuan dari Keponakan)
Mauliate ma hupasahat hami tu hamu sude hula-hula nami, molo Sian hami do,
taringot tu pangidoan ni nanaeng pariban nami, diama sibaben na denggan sipanolopi
naulima hami. Mauliate.
RAJA HATA NI PARBORU
"Mauliate ma di hita sude.! Nuaeng pe di hamu raja ni pamoruon nami marga...... nunga
sude hami mangolophon pangidoan muna i, ba, las ma roha muna disi, tariashon hamu
ma, amang boru botima ....
RAJA HATA NI PARANAK
"Mauliate ma Tulang, mauliate ma di pariban nami, mauliate ma nang tudongan
sahuta ni hula-hula nami.! Nungga lumbang panghilalaan nami, manjalo huhut
mambege sude Pandohan muna i, sahali nai hupasahat hami mauliate. Dihita
namardongarr tubu boru nami, dang somalambok pusu hita mambege alus
nalambok na pinasahat ni angka hula-hula dohot paribanta, "On pe –Rajanami ala
naung dioloi rajai do pangidoan nami nuaeng -pehutariashon hami ma tu joloni rajai,
ia sinamot somba ni adat somba ni uhum sipasahathon nami tuhamu raja nami ima
sitombol rambu penudungodangna.. Saratus juta rupiahi Sebagai Contoh do on
(Rp.l00.000.000) ma rajanami, horas ma jala gabe. RAJA HATA NI PARBORU

"Horas jala gabe !.nungga rap mambege hita, ia sinamot ni boruta na naeng pasahaton
ni raja ni pamoruonta godangna Rp. 100 juta sitombol Sebagai Contoh godangni
sinamot).
On pe di hamu rajani pamoruon nami, ala nungga satolop hami, hujalo hami ma i,
rajani pamoruon nami marga... ... . Alai amang boru yanggo sinamot ni boru nami
nanaeng sipasahaton muna di unjuk bolon i godang na 100 juta rupiah sitombol:
Asa dohononma tutu: " Amporik marlipik Onggang marbabang, Gabe do parsinamot
na otik,laos Gabe do parsinamot nagodang.... !Emma tutu ...
Alai amang boru, songon nasomal taulahon ianggo Panandaion dohot suhi ampang na
opat i , na tong do ingkon pasahaton muna di ulaon i haduan athe ?Songoni ma
hupasahat hami tu hamu butima.
RAJA HA TA NI PARANAK
Pos ma rohamuna raja nami, paradeon nami doi sude, pangidoan munai. Betak beha
adong dope tulang , hupasahat hami tu hamu botima. RAJA HA TA NI PARBORU

Na porlu muse amang boru, ima tar ingot sijalo titin marangkup tulang ni nanaeg
helanami, huhilala hami na rap paradehon ma hita disi, songon naung somal taulahon.
alai-ianggo na pasahathon hasuhutonnami ma tu haha parhundul nami dina marhata
sinamot manang di ulaon i songoni ma ate. Ianggo pinggan panganan dohot ulos-ulos
tinonun sadari marsinakohi tangga balatuna.
"songoni ma dihamu. rajani pamoruon nami, marga...... Asa dos nangkokna dohot
tuatna, ba nuaeng pe ala nungga dioloi hamu pangidoan nami, atik tung adong
nanaeng sipangidoan muna sian hami hula-hula muna, hupasahat ma partingkian tu
hamu .. botima.

Ch. Manihuruk
136

RAJA HATA NI PARANAK


Horas jala gabe ma rajanami.!
Tutu doi tulang adong do nanaeng sipangidoan nami tu hamu hula-hula nami, jala pos
do roha nami na oloan muna pangidoan on. Rajanami, masihol do hami di pasu-
pasumuna marhite ulos herbang, molo siat pangidoan nami tulang, ba sude ma hami
ulosi hamu marhite ulos herbang songoni ma elek-elek nami tu hamu, botima. RAJA
HATA NI PARBORU
Pos ma rohamuna amang boru, sude do hamu pasu-pasuon nami! Alai molo tung so
sude pe mandapot ulos herbang, dapotan ma di ulos-ulos tinonun sadari. ianggo apala
di tingkion pasahat nami ma ulos herbang godangna tamba ni ulos-ulos tinonun sadari.
Las ma rohamuna disi. Botima.
RAJA HA TA NI PARANAK
Gabe jala horas tulang, hujalo hami ma i, mauliate ma hudok hami butima,
RAJA HA TA NI PARBORU
Na porlu sihataan ta muse ima mengenai gedung,tanggal dohot bidang ni ulaon.
Tarsingot tuson, hupasahat hami ma tu suhut paidua nami patorang hamu ma asa
tangkas di bege natorop.
PAIDUA NI SUHUT PARBORU
(Keluarga dan pihak perempuan terdekat)
Mauliate ma di hita saluhutna (dipatorang ma sesuai konsep naung dibuhul
hasuhutan) mulai tanggal partumpolan, di gereja dia? Pukul piga..... sahat tu pamasu-
masuon, bolak ni alaman, dan seterusnya.butima.
RAJA HATA NI PARBORU
Nungga rap mambege hita, asa catat hamu mai ! taringot jumlah ni undangan, ba,
tabagi dua ma dos rohatta (contoh do on) didok ma sesuai konsep ni suhut.
Molodung songoni i horas jala gabe ma! Nuaeng taringot tu namarsibuha-buhaima i,
di jahaon sesuai dengan konsep
Beha, adong dope hira-hira natinggal na so didok?Marsipaingotan hita.! Taringot ju
Panjuhutina,Parjambaran Juhut. Huhilala mansai porlu do hantus hataanta asa unang
adong na so masiantusan. Didok rohanami sidapot solup ma hamu rajani pamoruon
nami atik pe songoni porlu do begeon nami pandapot muna ... RAJA HATA NI
PARANAK
Mauliate ma rajanami , tulang naburju, massai tingkos do nanidok munai. Sidapot
solup ma hami na ro tu huta ni raja i ,alai nang pe songoni raja nami ra porlu do
begeon nami sian rajai, antar aha ma huroha panjuhutina.,; namarmiak-miak do,
manang sigagat duhut, lombu natinutungan, songoni ma jolo sungkun-sungkun nami
butima .. RAJA HA TA NI PARBORU
Mauliate ma amang boru.i di sungkun-sungkunmuna, ia panjuhutina lombu sitio
natinutungan, do.Iala osang ma tu hula-hula nami, jala
ihurihur/upa suhut ulak ni
tandok manang tu hasuhuton, salebihna si bagi dua manang jambar taripar ma amang
boru, boha pandapot muna , butima.
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate ma tulang,molo sian hami nungga satolop be butima.
RAJA HATA NI PARBORU
Amang boru, nungga simpul be ulaonta, jadi asa adong si ingoton di ari naung di buhul di
hasuhuton, songon naung tahatai nangkin., boha parjolo ma tapodai i anakonta

Ch. Manihuruk
137

.. ate.
RAJA HA TA NI PARANAK
Ba mauliate Tulang.... Alai hami ma parjolo Tulang, mamodai anak name ima
beremuna ...
RAJA HA TA NI PARBORU
Mauliate amang boru, ulahon hamuma,
RAJA HA TA NI PARANAK
(Dipodai ma anak na .... ). Dung sidung dipodai laos di pasahat ma muse tu Raja Hata
ni Parboru ..mauliate ma tulang nabasa nungga simpul hami mamodai anak nami
beremuna partikkian on hupasahat hami ma tu rajai.siboutbouti hami
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma amangboru, hami pe tong do podaon nami boru nami..... (laos dipodai ma
boru i) dung sidung di poda i laos diudutima muse, di jouhon "
Amang boru nungga simpul be hita mamodai ia nakkonta boha tapasahat ma ingot-
ingot...
(Nunga diparade hian hepeng laho ingot-ingot i Dipasahat pibak paranak: ma i tu
Raja Hata ni Parboru; Jala Perboru pe diparade do hepeng ingot-ingot si pasahathon
na tu Raja Hata ni Paranak , jala somal taida adong indung ni ingot-ingot i ima na
gabe di Raja Hata ni Perboru dohot Raja Hata ni Paranak).
Kemudian parhata Parboru menyeruhkan ke semua undangan " ala nungga simpul be
ulaonta sadarion,jala nungga godang natahatai, tarangrangi nahombar tusi,jadi asamar
dalan ma ingot ingot (hepeng).
Hata umpasa sian Raja Hata ni Parboru :
"Nunga jumpang:tali-aksa ihot ni ogung oloan Nanga sidung sude hata, ala tangkas do
hita masipaolo-oloan, Bulung ni losa ma tu bulung ni indot Bulung motung mardua
rapa, Sude na tahatai i ingkon taingot Asa unang adong hita as lupa .... ; Ingot-ingot;
ingot-ingot; ingot-ingot

E. Marhusip Ulaon Taruhon Jual


(Pesta Adat di Pihak Laki-laki)
Di pangkataion ni suhut sihabolonan, Paranak dohot Parboru, nungga tangkas hian di
tetaphon, ia rumang ni ulaon i "TARUHONJUAL " na marlapathan di hutani paranak
ma patupaon pesta Unjuk bolon.
Catatan :
Tongdo on dohonon dung simpul prolog ni napatua hata dung diolopbon parboru,
langsung ma dialusi Raja hata paranak.
RAJA HATA NI PARANAK
"Mauliate ma Tulang, mauliate ma di hamu sude rajani hula-hula nami! Nungga tung
malambok pusu hami rajanami, di naung tangkas di jalo hamu haroro nami di napatua
hata: alai raja nami .... Songonido huroha, sai na godang do sipangidoan ni angka
gelleng: molo boi pangidoan nami napaduahon asa tauduti nian raja nami tu namarhusip
manang mangarangrangi di angka sangkap ni ulaonta, i ma na mardomu tu parbogason ni
anak nami tu boru ni raja i, Ba, i ma elek nami tu joloni rajai, botima!
RAJA HATA NI PARBORU
"Horas ma jala gabe ! Andorang so hualusi hami, lean hamu ma jolo tingki di hami
namar dongan tubu, asa jolo mangalap tahi hami taringot tu pangidoan munai. On Pe,

Ch. Manihuruk
138

di hita namardongan tubu, Boru, Bere dohot dongan sahutanami, nungga tangkas
tabege pangidoan ni pamoruonta ima asa tatingkathon tu parhusipon. Beha.... Tarjalo
hita ma nuaeng haroroni pamorunta marga..... tu parhusipon? Molosatolop do hita di
pangidoan ni pamoruonta marga...... Mauliate ma !
alai Husip-husip Nagogo ma on athe?
I pe, di hamu raja ni pamoruon nami marga ..... nungga satolop hami mangoloi
pangidoan muna i, ima asa tatingkathon tu ulaon marhusip manang magarangrangi.
Ba, on pe hupasahat hami ma tu hamu manang songon dia ma husiphusip munai,
sidok boti ma hami ...
RAJA HATA NI PARANAK
Horas ma jala gabe raja nami ! nungga lam tangkas dihami, songon dia lambok dohot
burju muna marboru. "Asa Barita ni lampedang, mardangka bulung bira, Haburjuon
muna marboru tarbarita rodi di dia. I pe, nungga tung malambok pusu hami raja nami,
di naung tangkas Hubereng jala hudai hami haburjuon muna i. Tulang, raja nami
andorang so hualusi hami ima rencana dina laho pasangaphon raja i, lean hamu ma
jolo tingki di hami borumuna, asa jolo mangalap tahi hami rajanami.
Dihita namarhaha-anggi, andorang soborhat dope hita nakaning sian jabunta, nungga
jolo satahi saoloan hita di nalaho manomba pasangaphon raja ni hula-hula ta. Beha
hutoruson ma sesuai tu hasil rapotta nangkin?
Mauliate ma molo dung satolop hita di si. Di hamu rajani hula-hula nami,marga......
Na huparsangapi hami, Pangidoan nami, na parjolo ima, asa tung sangap raja i,
hamima na pahembang amak hundulanni Rajai, huhut parade sipanganon dohot
siinumon di hamu sude Rajani hula-hula nami. Dihutanami ma hita Rajanami
marpesta, alani Rajanami TARUHON JUAL ma Pangidoannami molo siat
pangidoan, asa unang palojahu hamu Rajanami laos Ulaon sadarima nian, ala
mamereng angka tingki hita di parserahan on boti ma . . raja nami.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma di hamu amang boru ! nungga tangkas hubege hami pangidoan muna,
apala ditingkion, ima asa rumang ni ulaon nanaeng siulaonta 'I'ARUHON JUAL, i ma
nian, jalau ulaon sadari.
Di hita namardongan tubu, boru, bere dohot dongan sahuta , nungga rap mambege hita di
pangidoan ni raja ni pamoruonta marga ..... Parjolo hupasahat hami ma tu haha,
anggi doli.
"Haha, anggi doli:
"Dihamu raja ni pamoruon nami marga....mansai elek do hamu di pangidoan muna di
nalaho pasangaphon hami hula-hula muna, molo sian hami satuju ma di ulaon
Taruhon Jual. Horas jala gabe.
Dung! Dipasahat ma tu boru, bere.
"Ianggo sian hami bor, /bere, sipanolopi nauli na denggan do hami
mauliate, Dungi di pasahat ma tu Dongan Sahuta.
Mauliate ma di hamu hasuhutonnami molo sian hami dongan sahuta muna, ndang
adong na dumenggan sian masipaoloan. Butima.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma di haha, anggi doli suang songoni tu boru, bere nami naung mangalehon
pendapat tarlumobi di hamu Dongan sahuta nami, Horas Jala gabe.
"Dihamu raja ni pamoruonnami marga..... nungga tangkas di bege hamu, angka

Ch. Manihuruk
139

pendapat sian Haha, anggi nami, bor, lbere nang dongan sahuta, nuaeng pe las ma
roha muna setuju ma hami di pangidoan muna, ima TARUHON JUAL, jala ulaon
sadari, Dihutamuna Ulaon Unjuk
PANGADATION patupaonta, horas jala gabe.; Ihut tusi, dia ma muse sihataanta
amangboru? Partingkian hupasahat hami tu hamu.
RAJA HATA NI PARANAK
Malombokpusu hami rajanami umbege alus muna na pasonang roha i. Ipe mauliate
godang ma hupasahat hami tu adopan muna saluhutna Hula-hula nami.
Di hita Namarhaha-anggi dohot boru nami,ndang so las rohatta mambege hatani
angka Paribanta, tarlumobi hatani hula-hulata namangoloi sude pangidoanta.
Tulangraja bolon, ia dung dioloi hamu pangidoan nami naparjolo, laos mangido ma
hami muse, asa laos ditingkionma hita nian marhusip-husip taringot sinamot ni boru
ni raja I,ima pangidoan nami tu jolo ni rajai. Butima.
RAJA HATA NI PARBORU
Horas Majala gabeAmangboru! "Nungga: Pitu Lili nami, Paualuhon ulos jugian nami Nungga nauli nipi
nami Ai gohanmuna ma hape hajutnami ! "Dihita na mardongan tubu, Borul, bere songoni dongan
sahutanami, nungga ro hatani Pamorunta, Namarhata Sinamot ma hita saonari nang pe dibagasan
namarhusip-husip nagogo.
Didok roha ba sian haha-anggi ma namanggollit sianamot ni borutta, partikian
pinasahat ma tuhamu.
Haha-Anggi doli Parboru (boi do langsung Raja Hata ni Parboru mangigil/manggollit)
Mauliate ma di hamu Amangboru!; Las roha nami di pandohan muna,asa laos di son
ma tahatai si namot ni boru nami, Alai amangboru, Husip-husip na gogo ma on, nang
pe tahatai dison sinamot, alai anggo namarhata sinamot di pesta Unjuk bolon ni do di
joloni Hula-hula dohot angka tulangta.
Amangboru, ianggo didok rohanami angka hariara nabolon do hamu, jadi pasahat
hamu ma antong sinamot ni borunami" Molo Horbo dohot lombu,marsuhat dibara
ma,MoloMas manang Sere do Marsuhat di ampang ma pasahat hamu, ba molo ringgit
sitio soara asa huparade hami hajut nami nagabe ingananna, Ipe amangboru pasahat
hamu ma sian i. (laos diuduti Raja hata ni Parboru ma muse).
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma di hita sude.! Nuaeng pe di hamu raja ni pamoruonnami marga......
nunga sude hami Mangolophon pangidoan muna i, ba, las ma rohamuna disi,
tariashon hamu ma, botima....
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate ma Tulang, Raja bolon ! Mansai tingkos do pangidoan muna i, AIai Tulang,
Pangidoan jala elek-elek nami ma on, Molotung so tarpasahat hami anon songon
pangidoan muna i. Horbo, Lombu, masna dohot sere, alai ianggo rumangna ndang
apala moru sian i Rajanami
"Jadi di hamu sude raja ni Hula-hula nami, di pasada hami ma di Elek-elek nami on,
di sima Horbona, disima Lombuna, disima masna manang sere laos disi dohot ringgit
sitio soara; jala molosiat pangidoan nami sahalai mangelekkon ma hami nian tu
adoapan ni rajai, ima pangidoan nami tu hamu sude hula-hula namai butima .
RAJA HATA NI PARBORU
"Horas jala gabe amangboru !.
Di hita namarhaha-anggi nungga takkas tabege elek-elek pangidoan ni borutta asa

Ch. Manihuruk
140

pasadaon nasida ma ninna, jala sahali mangelekkon, naung disima horbona, lombuna
masna nang sere, pasadaon nasima gabe ringgit sitio soara on pe denggan ma
tatanggapi jala ta alusi, didok roha pinasahat ma jolo tu dongan sahuta nami,
DONGAN SAHUTA NI PARBORU·
(Teman sekampung dari pihak perempuan)
Mauliate ma di hamu hasuhuton nami di jabuon, ianggo sian hami dongan sahuta,
Mardos ni roha ma hamu masiolo-oloan, ai ido na dumenggan, songoni ma sian hami
dongan sahuta muna. Mauliate,
SIAN BORU/ BERE PARBORU
(dari anak perempuan yang sudah menikah dan keponakan)
Mauliate ma di hamu hula·hula nami, molo sian hami, sitolopi nauli do sian hami
mauliate.
RAJA HATA NI PARBORU
Ianggo Hita namarhaha-anggi sisada hata do hita athe ! Dihamu raja ni pamoruon
nami marga nungga tangkas dibege hamu Pandapot nami taringot tu pangidoan muna:
nungga satolop hami di somba ni ADATdohot somba ni UHUM, di sinamot nanaeng
pasahaton muna di tingki on , on pe tariashon hamu ma Amangboru sian i.
RAJA HATA NI PARANAK
Horas ma jala gabe tulang! Massai! las roha nami, malambok pusu hami mambege
alus muna i, i pe Tulang mauliate godang ma hupasahat hami tu hamu saluhut na,
tingkos ma tutu songon ni dok ni angka namalo, Barita lampedang Mardangka bulung
bira Burjumuna marboru, Nungga tarbarita i sahat ro didia.
Nuaeng Pe, tangkas ma tutu tariashonon nami tu adopan ni Rajai, sinamot nanaeng
Sombahonon nami nagabe sinamot ni boruni Raja i, Dihita namardongan tubu dohot
boru, berenami, beha ahu ma napasahathon sesuai panghataionta dijabu nangkaning ?
Mauliate ma malo boti !
Di hamu sude Raja ni Hula-hula nami,suang songoni dohot Dongan sahuta ni Raja i
di huta on, suang songoni muse di angka Pariban nami boru, bere ni Rajai di jabu on:
la sinamot ni Boru ni Rajai nabaoi tarpasahat hami apala di tingkion di rumang ni
ulaon TARUHONJUAL godangna 100 Juta Rupiah sitombol. Songoni ma hupasahat
hami tu adopan muna Raja ni Hula-hula saluhutna, mauliate ma Horas ma jala Gabe.
RAJA HATA NI PARBORU
Horas ma jala gabe Ambangboru...! Di hita namardongan Tubu nungnga tangkas
tabege di tariashon Raja ni Pamoruonta, Ia sinamot ni borunta natarpasahat nasida Di
Ulaon TARUHONJUAL godangna 100 juta Rupiah sitombol. Alai Amangboru,
ianggo panandaion dohot tu si ampang na opat, ba, ingkon tangkas do pasahaton
muna i haduan di pesta bolon i, jala mungkin boi tamba i, tu Ompungna Suhut,
Ompungna Bao, upa parorot tu namboruna, asa diboto hamu hian paradehon.
I hut tusi Amangboru... nang pe so diigil hamu jambar ni Jalo Titi Marangkup Tulang
ni Hela nami rap patupahon ma hita disi, Alai ianggo na pasahathon hasuhuton bolon
nami ma, tu haha parhundul Nami songoni ma Amangboru. RAJA HATA NI
PARANAK
Mauliate Ma Tulang! Yanggo Panandaion Tusuhi ampang na opat tamba ni ompung
suhut/bao dohot upa parorot tu namboru na; Pos ma roha muna, tangkas mai
pasahaton nami di ulaoni.
Mandok mauliate do hami tulang, ala nungga parjolo tutu di sarihon Roha muna jambar

Ch. Manihuruk
141

ni Hula-hula nami , I ma Tulang ni Hela muna songon si Jalo Titi Marangkup na gabe
Haha Parhundul muna. Tangkas ma i tutu Paradeon nami jala dung dipasada dohot
sian hamu, Hamu ma yanggo napasahathon songoni ma Tulang hatanami, Horas jala
gabe. Hupasahat hami ma muse tu hamu.
RAJA HATA NI PARBORU
Nungga jojor be tahatai taringot tu sinamot dohot angka Parjambaran, Nuaeng pe
amangboru asa dos nangkok na dohot tuatna, atik tung adong sipangidoon muna tu
hami Hulahula muna, Rade do hami mangalusi jala mangoloi intap ni natarbahen
hami. Hupasahat hami ma tu hamu.
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate ma Tulang ..! so huhatahon hami dope nungga pittor di adu hamu nadi
bagasan roha namion, ido tutu Tulang masihol do hami diangka pasu pasu dohot ulos
herbang si uloshonon muna tu hami saluhutna. Ipe Tulang molo siat pangidoan, ba
sude ma hami nian Ulosi hamu dohot angka boru nami dohot berenami. Ima
pangidoan nami Rajanami.
RAJA HATA NI PARBORU
Amangboru! Pos ma roha muna, sude do hamu pasu-pasuon nami! Jala sai
Tuhanta ma napasauthon tu hamu sude. Alai molo tung so sude pe hamu mandapot
ulos herbang, mandapot ma di ulos-ulos tinonun sadari. Ianggo apala di tingkion
pasahathon nami ma ulos herbang godang na tamba ni ulos-ulos tinonun sadari. Las
ma rohamuna manjaloi . Botima.
RAJA HATA NI PARANAK
Gabe jala horas tulang, hujalo hami ma i, mauliate ma hudok hami butima.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma amangboru...Na porlu sihataan ta muse ala dihuta muna do haduan
marulaon didok roha nami, hamu ma namambahen konsep dohot rencana, taringot tu
partingkian, bidang ni ulaon dohot angka nahombar tu ulaoni. Na maniroi ma hami
anon, ipe hupasahat hami ma tu hamu amangboru.
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate ma Tulang, di burjuni roha muna, pasahathon tu hami boru muna mambahen
konsep manang rencana taringot tu ulaon nanaeng ulonta tu angka ari nanaeng ro on, Alai
Tulang manang beha pe. Ingkon marguru tu hamu do hami, asa mardalan konsep namion.
Songonon ma rencana name Patupaon ma partumpolan di ari/tgl..... ima di
Gereja masuk Pukul.........
Dua minggu dung i ima Ari/tanggal tong di Gereja i, jala masuk pukul 10 manogot na
di si ma Pamasu-masuon ni ianakkonta. Mardomu tusi, Patupaon ma ulaon
SIBUHABUHAI maringanan di Bagastaon. (Alamat yang jelas).
Dung selesai Pamasu-masuon, udur ma hita tu huta nami/alaman name Gedung
pertemuan............ .
Laos di paboa ma muse songondia laho parmasuk ni penganten tu gedung Catatan:
Nungga Jam di sesuaihon: Hasuhuton Parboru dahot Paranak rap masuk
mangudurhon Penganten dungi mulak ma muse Hasuhuton Parboru tu luar asa rap
nasida dohot uduranna/dongantubuna.
Tarsongoni ma jolo konsep nami Rajanami, Molo tung adong nahurang lobi, Tuturi
hamu-hami Tulang botima.
RAJA HATA NI PARBORU

Ch. Manihuruk
142

Mauliate ma Amangboru nungga sikkop be konsep munai, alai manukkun ma hami


amangboru taringot bidang ni ulaon, maksud nami piga KK ma pasahaton muna
tuhami amangboru ima naparjolo, napaduahon, nian Sidapot solup do naro. Alai nang
pe songoni denggan do paboan muna partording ni Parjambaran juhut di pesta i
haduan,asa sude hita umbotosa songoni ma jolo amamngboru mauliate.
RAJA HATA NI PARANAK
Horas jala gabe ma Tulang !, mauliate ma hupasahat hami tu hamu ala nungnga
cocok hape konsep nami on, taringot sungkun-sungkun ni Rajai mengenai Undangan
songoni ma jolo huroha partortingna holan (contoh 1.000 Kursi ) na tersedia di
Gedung i...ba 100 kursi ma tu parsubang, ba 300 kursi ma di Rajai ba di hami raja
nami 600 kursi (ini juga berupa Contoh)
Sungkun-sungkun na Paduahon Raja nami Taringot tu parjambaran Juhut. Pasahaton
Nami ma tu Raja i, sambola Namarngingi parsiamun, satonga somba, dohot dua soit,
ianggo upa suhut i , tangkas do i pasahaton nami tu raja i, songon ulak ni tandok muna
songoni ma Raja nami. Nahurang lobi rade do hami ajaron muna. Horas ma jala gabe.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma Amangboru, nungga tung uli i, 300 kursi ma undangan sian hami. JaIa
sidapot solup ma hami di parjambaran juhut, horas ma jala gabe
Catatan :
Masalah jumlah kursi dan undangan bahkan sinamot itu berupa Umpama. Atau
sebagai contoh kiranya si pembaca dapat mengerti dan melaksanakan. RAJA HATA
NI PARANAK
Mauliate ma Tulang,.... Ala mangoloido hamu di sude konsep nami, Nuaeng pe
Tulang, angka aha dope sitaringotonta, hupasahat hami ma tu hamu Tulang
mauliate. RAJA HATA NI PARBORU
Ala ulaon sadari do ulaonta on di rumang ni ulaon TARUHONJUAL, beha do
persiapan muna tu ulaon Paulak Une dohot Tingkir tangga! Sidokboti hami amang
boru.
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate ma Tulang, Pos ma rohani rajai Paradeon nami do sude nai sidokboti hami
tulang.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma di hamu Amang boru !, Di hita namardongan tubu, nungga rap
mambege hita diparjojor ni sude ulaon nanaeng si ulaonta; atik beha adong nahurang
manang na hatinggalan, pinasahat tu angka dongan. Boloso adongbe Mauliate ma.
Di hamu raja ni Pamoruon nami,ala naeng martopi ma ulaonta sadarion, didok roha
jolo tapodai ma jolo ianakkonta baru pe mardalan ingot ingot...sidokboti hami
amangboru...
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate ma Tulang, dia ma nadenggan didok rohanami tulang ba ima tapareak,molo
jolo tapodai do ianakkonta, baru pe mardalan Ingotingot. asa taulaon Tulang alai
hami ma parjolo mamodai ianakkon nami ? Boha pendapat ni Tulang...partikian
hupasahat hami.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate Amang boru Ulaon hamu ma...
RAJA HATA NI PARANAK

Ch. Manihuruk
143

Di jou ma calon penganten jala di parade ma hundulan nasida, alai disiamun ni


ianakkon nami ma Boruni rajai (dilaksanakan acara Mamodai atau memberi nasehat
kepada calon penganten agar tetap menjalin hubungan yang benar benar tidak
melanggar norma- norma Adat Batak sebelum dapat hari yang telah di sepakati antara
pihak Paranak dan Parboru).
Setelah selesai di beri nasehat ..,..
Dihamu Tulang nami nungga simpul hami mamodai ianakkon nami ima bere muna
hupasahat hami ma partingkian tu hamu mauliate.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma Amang boru hami pe podaon nami do boru nami, asa ingot ibana di ari
naung tabuhul. (di berilah nasehat kepada Mempelai Wanita, setelah selesai di beri
nasehat)
Dihamu Amangboru nami, nungga simpul hami mamodai boru nami boha tatorushon
ma ate tu acara namangihut ima asajolo di bacahon borutta angka natahatai i ipe
mardalan ingot ingot, (dibacakan boru semua rangkuman Pembicaraan kedua belah
pihak) setelah di baca dilanjutkan ...
Asa ingot hita di sude naung tahatai jala naung taputushon. Pahombar hamu ma tu
son Amangboru, asa jolo tapadomu tu ingot-ingot na sian hami.
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate tulang nabasa ro pe hami (sambil membawa uang ribuan dan satu Induknya
diatas piring dan diberi Sirih dan Beras).
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma di Tuhanta ala naung sikkop natahatai taringot tu parbogason ni boru
nami, tu anak muna bere nami, asa unang lupa hita diangka ari naung tabohul, alai
amang boru indung naon majolo tapamasuk tu hajut. Didurung pora-pora mengihut
ma sibahut, nungga taula silas ni roha pinamasuk ma tu hajut. (berseberangan) asa
dohononma: "Silalla aek kuruk silalla aek toba, Nametmet dang jadi marungut-ungut;
Namatua sude marlasni roha. Asa tadok ma tolu hali Ingot-ingot, Ingot-ingot, Ingot-
ingot. Horas. Ianggo namambagi boruta ma anonon dung simpul martangiang.
Pinasahat ma tu St nami.....dung simpul martangiang. Marsijalangan ma (marhehe
nauli)

Martumpol
Penanda-tanganan persetujuan pernikahan adat oleh orang tua kedua belah pihak atas
rencana pernikahan anak-anak mereka dihadapan penjabat gereja, Tata cara Partumpolan
dilaksanakan oleh pejabat gereja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tindaklanjut
Partumpolon adalah pejabat gereja mewartakan rencana pernikahan dari kedua mempelai
warta jemaat, yang di HKBP disebut dengan Tingting (baca tingting) harus dilakukan dua
kali hari minggu berturut-turut. Apabila setelah dua kali tingting
tidak ada gugatan dari pihak lain berarti pemberkatan nika (pamasu-masuon) dapat
dilanjutkan. Bagi beberapa gereja tertentu acara martumpol tidak ada, yang ada
hanyalah pembekalan Firman Tuhan masa pra nikah dalam waktu tertentu oleh
pendeta atau pastor sampai dianggap kedua calon pengantin sudah siap untuk menikah.

Ch. Manihuruk
144

Pendatangan Pernikahan di depan Pendeta di Gereja

Martumpol asal kata Tumpol yang berarti kejelasan(Bersaksi di Hadapan Pendeta


dan yang mewakili Keluarga).
Di ulaon martumpol dang pola mardalan adat di son, holan pangula ni huria do
naberperan jala di hadiri orang tua laki -laki/wali dan orang tua perempuan/ wali.
Sebagai saksi,sekalian menanda tangani surat Partumpolon manang surat
Parpadanan/perjanjian. di namartumpol boi do di ulahon sintua manang guru huria
alai molo namamasu -masu ingkon Pandita do.somal do istilah Martumpol " di dok
mangido tingting. Alana dung martumpol do asa di tingtingkon di gareja taringot
parbogason ni anak mangoli –boru muli. Jala ingkon dua hali ting-ting asa boi
manjalo Pamasu-masuon

Ch. Manihuruk
145

Penanda Tanganan Para Saksi kedua belah pihak Penganten di Gereja

Parbogason/Parsaripeon sian huria.


Dung simpul acra Martumpol di uduti ma mandok hata sian pihak Parboru laho
mandok mauliate tu angka naro mandohoti partumpolan ni boruni nasida laos
mandok mauliate tu Pandita nang tu pangulani huria sekalian mangudurhon diangka
namarhaha-anggi dohot boruna laho manguduti "MARIA RAJA" suang songoni do
pihak Paranak mandok mauliate tu angka nare manopoti partumpolan ni Anak nasida
laos mandok mauliate tu Pandita nang tu pangulani huria sekalian mangudurhon
diangka namarhaha-anggi dohot boruna laho manguduti ulaon " MARTONGGO
RAJA.
Molo di tano Parserahan hon habis martumpol langsung do di uduti martonggo raja
dohot marria raja di tempat naung di parade ni suhut sihabolonon.

Tonggoraja
(Untuk membicarakan segalapersiapan yang di perlukan dan Termasuk pembagian
undangan di Pihak Paranak)
Pada dasarnya Tonggo Raja dan Ria Raja mempunyai tujuan yang sama yaitu
pembagian tugas dalam pesta pernikahan atau unjuk agar berjalan dengan lancar.
Tonggo berarti mengundang, memohon dan raja berarti yang dihormati dalam hal ini
Raja ni dongan tubu, Raja ni boru-bere dan Dongan sahuta, Raja ni Hulahula tidak
ikut. Sehingga makna yang tersurat dan tersirat dari Tonggo dan Ria raja adalah
mengambil hati atau manubut roha dari semua pihak agar aktif berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pesta kawin. Sintuhu ni ulaon dialap jual memberi arti bahwa yang
menyelenggarakan unj uk adalah pi hak parboru, segala sesuatu menjadi
tanggungjawab parboru, tempat, sarana, hidangan dan lain-lain. Apabila taruhon jual
maka segala sesuatu ditanggungjawabi paranak tempat, sarana, hidangan, dan lain-
lain. Istilah tonggo raja untuk parboru dan ria raja untuk paranak

Ch. Manihuruk
146

Adalah suatu kegiatan pra pernikahan adat yang bersifat seremonial yang
mutlak diselenggarakan oleh penyelenggara pernikahan adat yang bertujuan untuk :
Mempersiapkan kepentingan pernikahan adat yang bersifat teknis dan non teknis
Pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu yang telah ditentukan ada
pernikahan adat pernikahan dan berkenaan dengan itu agar pihak lain tidak
mengadakan pernikahan adat dalam waktu yang bersamaan.
Memohon izin pada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta atau penggunaan
fasilitas umum pada pesta yang telah direncanakan.
Ulaon martonggo raja di hadiri namar dongan tubu, boru, bere nang Dongan
sahuta, laos diparade hasuhuton do sipanganon na marsaudara, ima songon dalan
manubut roha ni haha-anggi boru, bere nang dongan sahuta.
Tudu tudu sipanganon dang apala di adophon cukup ma di putar Humaliang,
paboahaon jambar ni adopan di namarhaha-maranggi napaboahon nasaulaoan do di
angka namarhaha-anggi songon nanidokni natua- tua.
Asa gadu- gadu hatubuan ni si marholi-holi, Molodi hahana ulaon, Angina ma
nagabe panamboli. ( suang songoni sebalikna ) Molo di angina Ulaon bhahana ma na
gabe panumboli.
Di tonggo raja dang pola hadir horong ni hula-hula dohot Tulang. Molo nidok
nakkaning songon namanubut roha Haha-Anggi, boru, bere dohot dongan sahuta, Ala
massai di harappon hasuhuton bolon do, bantuan partisipasi nasida di ulaon naung
binuhul. Tanpa bantuan, mamang tung so tarulahon hasuhuton do ulaon na songoni
borat.
Dung simpul marsipanganon di mulai ma namakkatai; jala di sukkun
sahalak sian Haha-Anggi taringot tudu-tudu ni sipanganon, didok ma:HAHA-
ANGGI DOLI : (Abang-Adik sepupuh)
Di hamu hasuhuton nami, gokkon si paimaon jou-jou sialusan, ba nungga ro hami
manggohi gokkon dohot jou-jou muna, sahat tu bagasta na marampang na marjual on,
Bagas sibaganding tua panjaloan sangap, dohot tua sian Tuhanta, jala nungga hundul
iba diamak tiar asa tiar ma tutu panggabean parhorasan di hita tu joloan on, nungnga
bosur hami mangan indahan nalas sagat marlompan juhut, sombu dohot minum aek
sitio-tio na tinahuan muna, on pe songon nidokni opputta sijolojolotubu: "Saijolo
ninangnang doasa di nungnung; Sai jolopinangan do asa sinukkun.
Ba nueng pe namanukkun ma hami di hamu hasuhuton nami. Dia ma laklana, dia ma
unok na Dia ma hatana, dia ma nidokna Tangkas ma di paboa amanta suhut.
PADUA NI SUHUT (Orang Kedua Keluarga yang Berpesta)
Horas ma jala gabe !
Manungkun ma tutu haha-anggidoli, dihata dohot lapatan ni sipanganoni, tung so
sadia, pe i napinatupa ni suhutta ba: dohonon nami ma:
"Marbau Tanduk,marbau holi-holi. Godang sibutung-butong, otik sipirni tondi,
Pamurnas mai tu pamatang, Saudara tu bohi, si paneang holi holi si pasindak panaili.
Sai mamasu masu ma Tuhanta lam di tambai di hamu hagabeon dohot pasamotan tu
joloansaon asa boi dope nian patupaon nami nagumodang jala natumabo, taringot di
hatani sipanganon PANGGABEAN PARHORASAN do lapatanna botima Rajani
Haha-anggi doli.

HAHA - ANGGI DOLI (Abang /Adek sepupuh)

Ch. Manihuruk
147

Mauliate ma di hamu suhut nami ba molo songoni do hape nauli ma! tutu,sai asi ma
rohani Tuhanta pardenggan basai, sai ditambai dope pasu-pasu di hamu tu joloanon
asa dohonon ma:
Bagot namarhalto nadiagatan di robean, Ba sal horas ma hami
namanganthon, Sai lam tugandanama di hamu namangalehon". (emma tutu)
Alai sai marangkup do na uli, mardongan do nadenggan, siangkup songon na hundul
si udur songon namardalan, Asa tangkas uju Purba, tangkasan uju angkola, takkas
hita maduma, tangkasan ma hita mamora, siangkupni panggabean parhorasan ai tung
tangkas ma paboa hamu,
PAIDUA NI SUHUT (Orang Kedua Keluarga yang Berpesta)
Mauliate ma tutu di hamu Haha-Anggi tohoma tutu sai marakkudo na uli, mardongan
do nadenggan, siangkup songon na hundul si udur songon namardalan,Asa tangkas
uju Purba, tangkasan uju angkola, takkas hita maduma,tangkasan ma hita mamora,
siangkupni panggabean parhorasan asa tung tangkas paboan tu adopan Haha-Anggi
"Molo mangodang bulugodang tabaon ma i gabe hite-hite,nungnga mangodang anak
naengma nian hot ripe, mangodang boru naeng ma nian pahutahonon, Ido tutu di
hamu sude rajani dongan tubu, boru, bere dohot dongan sahuta, alusan ma tutu
sungkun-sungkun munai, nuaeng paboan ma tujuan ni parpunguan apala sadarion
songon naung di boto hamu na adong do ulaonta, ima di namarsangkap parbogason
pamasumasuon ni borutta sian bagas on dahot tu Marga...... Ima nanaeng ulaonta dua
minggu nai toho tgl.. ari " mardomu tusi masai huharaphon hami do paniroion dohot
gogo dohot pangurupion muna, beha asa jagar jala denggan mardalan pestai ba ido
sitakasna , botima.
HAHA- ANGGI DOLI (Abang-Adik sepupuh)
Horas ma jala gabe ! Nungga tung tangkas di paboa amatta suhut taringot tu
partonding ni parpunguanta sadarion,dang pola ganjang be sidohonon taringot
tusi,satolop ma hami di sangkap munai, jala .rade do hami mangalehon gogo dohot
pingkiran mangurupi hamu, olat ni natarbahen, on pe paboa hamu ma angka naporlu
si ulaonta, partikian pinasahat tuhamu, mauliate
PAIDUA NI SUHUT:( Orang Kedua Keluarga yang Berpesta)
Mauliate ma di hamu Haha-Anggi , patorangon ma tutu manang angka dia na porlu si
paredeonta dohot angka sihobason, ianggo sipanganon nungga di pesan tu catrering,
jadi dang pola massai repot be hita, holan namangawasi, mengkordinir nama hita. Na
porlu sihataanta, tamulai ma sian naparjolo ima ulaon sibuha-buhai.asa jojor sahat tu
ujungnat" di bacakan suhut ma konsep na )
Angka ise ma na ingkon dohot marsibuha-buhai :
Hasuhuton Bolon/ Keluarga.
Suhut paidua/Keluarga.
Haha doli/Keluarga.
Anggi doli/Keluarga
Protokol/Keluarga.
Boru, bere keluarga.
Dongan Sahuta keluarga.
Dung simpul marsipanganon ise namambahen tangiang laho paborhathon tu Gareja
(somalna Natoras ni boru muli do namambahen tangiang laho borhat tu gareja).
Dungi dung selesai pamasu-masuon ise ma na tujolo tampil mandok mauliate tu

Ch. Manihuruk
148

parhalado, huhut mangarahon angka undangan asa udur tu gedung pertemuan .


Dung sahat di gedung ise ma nahundul di podium ( ditentuhon suhut mai sesuai
jumlah kursi di podium.contoh
Hasuhuton bolon Laos on ma namanjalo ulos Passamot
Sijalo Pamarai/Sijalo bara
Simandokkon/anak manjae
Dohot angka na sumolhot, molo siat dope di podium Laos
dihatai ma muse angka ise Napasahathon Panandaion.
Tu si jalo bara/pamarai
Tu Simoholon/Simangkokhon
Pariban
Upa Tulang ni Parumaen
Ompu Suhut
Ompu bao
Todoan
Dan seterusnya.
Namanjalo Ulos Herbang pe, naeng ma niatur hian asa unang marsituganan. Jala
dang dao sian podium asa hatop di tangihon molo di jouhon RAJA HATA goar ni
nasida. Udut tusi, porlu do di atur hian angka parhobas.
Koordinator ni Parhobas
Si jalo Boras, Dengke siuk
Siparadehon ulak ni Tandok dohot dengke siuk.
Pefnerima tamu di gedung
Boru mandongani Protokol ( mamereng rombongan ni hulahula/
Tulang molo naung singkop asa di paboa tu protokol.)
Protokol
Raja Hata
Dohot selanjutna
Dung simpul sude di hatai laos ditingki ido pasahaton Undangan sesuai tu Marompu-
ompu di jahahon hasuhutan laos ditulis boru/bere . Antar songoni ma pardalani
martonggo Raja di nahurang lobi mangido. Maaf hami mauliate.

Marriaraja
(Untuk membicarakan segalapersiapan yang di perlukan dan Termasuk pembagian
undangan di Pihak Perempuan)
Secara umum hampir dos do tonggo raja dohot ria raja, ima pembagian tugas
pangaradeon tu ulaon pamasu-masuon dohot pesta adat di gedung pertemuan. Alai
beberapa hal adaong na berbeda, ima na papungu tumpak di jabu, molo na artongo
raja molo diulaon ria raja , napapungohon dekke siuk ima, sian angka haha-anggi
dohot boru nas sumolhoton parboru.
Molo parboru paradehon pinggan panganan tu angka nadigokkonna, paranak
paradehon ulos-ulos tinonun sadari, Panandaion, pinggan panukkunan, jala naporlu di
tontuhon di Ria raja,ise ma na gabe boru Parlopes, biasana Pariban ni namuli i do.
Molo paranak ise sihutti ampang biasana ibotoni pangoli, manang Namboruna.
Aut boha dang adong boi do sian ompu martinodohon. Hata sidohonon sarupa do di
ulaon Martonggo Raja, Molo tung adong naihurang sai ajari hamu hami.

Ch. Manihuruk
149

I. Pesta Unjuk (Adat Na Gok)


(Prosesi Adat di Gedung/di Halaman)
Somal do di ulahon di pesta unjuk isehabolahan amak nasida do parjolo manjou
horong ni hula-hula nang Tulang na, contoh molo parboru habolahan amak nasida ma
parjolo manjou sude hula-hula dohat Tulang, dungi di tariparhon ma tu paranak molo
dung singkup sude.songonon ma pardalanna tapaihut-ihutma.
PROTOKOL NI PARBORU
Ala naung masuk tu gedung on Penganten dohot keluarga, dihita namardongan tubu,
boru, bere, dongan sahuta ale-ale nang sude hamu nadi ontang hami, ala naung
jumpang do tingkina dapot di ombasna, asa masuk ma hita raja nami, tu bagas naung
pinarade ni suhut nami.
Suang songoni di hamu boru nami (boruni hasuhuton namartugas mamereng
hasingkopan ni hula-hula dohot Tulang) Asa bereng hamu angka hula-hula dohot-
Tulang ta, molo naung mangarade nasida paboa hamu ma. Misalna nungga singkop
horong ni hula-hula dohot tulang,di jouhon Protokol ma asa masuk nasida.
Catatan: adong do sipata na masa parmasuk ni pengenten dung sude angka hula-
hula,Tulang, dongan tubu dongan huta masuk tu gedung menyambut haroro ni
penganten
PROTOKOL NI PARBORU
Di hamu Horong ni hula hula dohot Tulang nami....
Hulahula Raja ......
Tulang Raja ......
Bona Tulang Raja .......
Tulang Rorobot Raja .........
Bona ni Ari Raja ..............
Hula hula Namarhaha-anggi.
Raja ..... (Dan: seterusna sesusi dengan konsep na adong susun hasubuton. Laos
diuduti Protokol ma muse, Raja nami Raja bolon, molo siat pangidoan nami, molo tung
pe sahali manjuohon hami di panomunomuon nami tu Rajai, sotung mangkurangi
sangap muna hami raja nami.

Laos diarsbon Protokolma suhut bolon dobot uduranna asa mangarade hita tuson ma
hamu. Di dok ma Di hamu suhut nami ala nalaho manomu-nomu hula-hula dohot
Tulang hita ,asa mangarade hita tu son ma hamu. Dung mangarade didok protocol ma
Amang Parmusik nami nadijou manogot napinahundul arian, napinaulak botari,
Parindahan nasuksuk, parlompan natabo, ala naengmanomu-nomu hami, di horong ni
hula-hula dohot Tulang nami baen damang ma nahombar tu si. Musik .
Dung masuk hula-hula dobot tulang nang angka uduranna Iaos di pajagar Protokol
ma muse, di dok ma:
di hamu hula-hula nami, Tulang nami di sabolah siamun nami ma hamu hundul, raja
nami butima, boru nami patudu hamu hundulan ni hula-hula dohot Tulang ta.

Ch. Manihuruk
150

Keluarga Besar Penganten Perempuan


mengawal Penganten menuju Gedung Pesta Unjuk

Dung simpul sude masuk diulakkon do muse manjouhon hula-hula dohot


Tulangdi dok ma Raja nami Raja bolon......... molo tung adong dope naso haru masuk
rade do hami manomu-nomu hamu alai molo nungga singkop do raja nami, Horas ma
jala gabe. Di pasahat ma Tuparanak.
Dihamu Amang boru Marga ......, ala nungga singkop hami di namanjouhon hula' hula
dohot tulang name, partingkian on pinasahat ma tu hamu mauliate.
PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate Ma Tulang, dipasahat roha nami tu hamu, ala di pasahat hamu tingki di
hami, di nalao manjouhon horong ni hula hula dohot tulang nami. Mauliate.
Dihita namardongan tubu, boru-bere, dongan sahuta ale-ale nang sude hamu nadi
ontang hami, ala naung jumpang do tingkina dapot di ombasna, asa masuk ma hita
raja nami, tu bagas naung pinarade ni suhut nami. Suang songoni di hamu boru nami
(boruni hasuhuton namartugas mamereng hasingkopan ni hula-hula dohot Tulang )
Asa bereng hamu angka hula-hula dohot Tulang ta, molo naung mangarade nasida
paboa hamu ma. Misyalna nungnga singkop horong ni hula-hula dohot tulang,di
jouhon Protokol ma asa masuk nasida; di dok ma
Di hamu Horong ni hula hula dohot Tulang nami ....
Hulahula Raja ......
Tulang Raja .......
Bona Tulang Raja .......
Tulang Rorobot Raja .......
Bona ni Ari Raja .......

Ch. Manihuruk
151

Hula- hula Namarhaha-anggi,


Raja ......
Raja ......
Dan seterusna sesuai dengan konsep naadong sian hasuhuton. Laos diuduti Protokol
ma muse,
Raja nami Raja bolon, molo siat pangidoan nami, molo tung pe sahali manjuohon
hami di panomunomuon nami tu Rajai, sotung mangkurangi sangap muna hami raja
nami. Laos diarahon Protokol ma suhut bolon dohot uduranna asa turun sianpodium.
Di dok ma
Di hamu Horong ni hula hula dohot Tulang nami ....
Hulahula Raja ......
Tulang Raja .......
Bona Tulang Raja .......
Tulang Rorobot Raja .......
Bona ni Ari Raja .......
Hula- hula Namarhaha-anggi,
Raja ......
Raja ......
asa mangarade hita tu son ma hamu, Dung mangarade didok protokol ma " Amang
Parmusik nami nadijou manogot napinahundul arian,napinaulak botari,Parindahan
nasuksuk,parlompan natabo, ala naeng manomunomu hami,di horong ni hula-hula
dohot Tulang nami baen damang ma nahombar tu si.Musik. .....
Dung masuk hula-hula dohot tulang nang angka uduranna laos di pajagar ma ;
di hamu hula-hula nami, Tulang nami di sabolah siamun nami ma hamu hundul, raja
nami butima, boru nami patudu hamu hundulan ni hula-hula dohot Tulang ta.
Dung simpul sude masuk diulakkon do muse manjouhon hula-hula dohot
Tulang di dok ma Raja nami Raja bolon, molo tung adong dope naso haru masuk
rade do hami manomu-nomu hamu alai molo nungga singkop do raja nami, Horas ma
jala gabe. Laos songoni Tulang nungnga singkop hami di na menjauhon hula-hula,
tulang nami, partikian on pinasahat ma tu hamu Mauliate
PROTOKOL NI PARBORU
Di hamu amangboru nami marga......... Nungnga hira boi, tamulai ulaonta, ..?
PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate Tulang, molo naung mangarade hamu/Raja ni hulahula nami, asa ro hami
mandapothon hamu !
PROTOKOL NI PARBORU
Nungga mangarade hami Amangboru. !
Di pasahat suhut paranak ma tudu-tudu ni sipanganon na marsaudara tu adopan ni
suhut parboru.
PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate Ma tapasahat Tu Amatta Pardenggan Basai, ala diramoti do hita namarhula
boru, diari nauli di bulan nadenggan on Ro hami Raja ni Pamoruon muna Marga... ....
Mamboan Tudu-tudu sipanganon, tu adopan ni Rajai, dohot uduran muna di son hami
Marga...... Pasahathon, tu hamu, tudu-tudu ni sipanganon; sai tudu-tudu tu
panggabean parhorason ma on, di hamu Raja name, dalan parhitean di namamukka
ulaonta sadarion, Asa songon nanidokni Natua-tuama dohonon

Ch. Manihuruk
152

Asa Bagot namarhalto, diagatan di robean, Horas ma Hamu hula-hula nami


namanjalo, Tugandana ma di hami pamoruon muna mangalehon. (Emma Tutu )
Tung songonon pe hupasahat hami tu adopan ni Raja i, Las ma rohamu manjalo.
Horas jala gabe.
PROTOKOL NI PARBORU
Dos do nakkok na dohot tuatna, hamu pe amangboru mangarade ma hamu, naeng ro
ma hami hula-hulamuna pasahathon Dengke simudur-udur, Dengke Sitio-tio Dengke
sahat tu Hamu,!
Di hamu Rajani Pamoruon name Marga ...... Dison hupasahat hami tu hamu dengke
simudur-udur, dengke sitio-tio, dengke sahat.Asa mudur-udur ma ro parsaulian tu
hamu, sai tio ma mual dapoton muna, jala sahat ma nauli sahat manadenggan
Tumpahon ni Amanta Debata,
Asa Sititip ma si hompa, golang Pangarahutna, tung songononpe naboi tarpatupa
hami, sai Tuhan ta ma namamasu masu horas. Haros Marsijalangan ma; di uduti
protokol ni parboru : di dok rohanami amangboro, ala hamu do naro mamboan
sipanganon , sian hamu ma mambahen Tangiang di nalaho marsipanganoa hita,
mauliate, PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate ma Tulang, Martangiang ma hita, ........... Amen.
Asa "Sititip ma si hompa, golang Pangarah utna, tung songononpe naboi terpatupa
hami, Sai Godangma pinasuna . Marsipanganon ma hita.
Laos di handehon do baik perboru maupun Paranak dung sidung martangiang:
masalah tudu-tudu ni sipanganon suang songoni Dengke simudur-udur. Tu angka
natorop, didok ma tajalo do tudu tudu sipanganon sian pamoruonta Marga.: ... molo di
joloni hasubuton pe rap naung di jolonta mai athe. Suang songoni do Paranak
dijoubon do muse. tajalao Dengke simudur-udur sian hula-hula ta. molo di joloni
hasuhuton pe rap naung dijolonta mai athe.
PROTOKOL NI PARBORU
Di hamu Rajani pamoruon nami, Nungga tangkas di pasahat hamu tu hami
nangkaning tudu-tudu ni sipanganon. Andorang so diseat raut, asa jolo di seat hata,
tar beha ma Amangboru partondingni sipanganon na naung pinasahat muna tu hami.
PROTOKOL NI PARANAK
Mauiate ma Tulang, songon naung tangkas hupasahat hamt tu hamu Raja nami, ha
hamu ma na mangaturhon, sidok boti ma hami Tulang.
PROTOKOL NI PARBORU
Songoni ma pandok muna Amangboru, ? Molosongoni ma Mauliate ma. Songonon
ma parjambaran Osang Tu Hula hula nami ma, ianggo namarhodong tu suhut mai,
selebih na tabagi dua ma amanghoru boha nga sikkop di rohamuna ?
PROTOKOL NI PARANAK
Mauliate ma tulang ....nungga las roha nami manjaloi.....
PROTOKOL NI PARBORU
Mauliate ma ianggo songoni, Di hamu borunami Boru ni Hasuhuton nami, asa ro
hamu tuson laos pature hamu parjambaran on. Laos songoni do di hamu Pamorun
nami Marga .....
Di son hupasahat hami jambar Taripar tu hamu sesuai naung tahatai, jalo
hamuma. Selanjutna Parboru mambagi jambar tu sude Raja nanginongkonna,
Jambar dongan tubu ,

Ch. Manihuruk
153
Dongan Sahuta,

Pariban,
Ale-ale,
Pangulani Huria,
Pengurus ni Punguan Marga,
Raja Hata, Sian soit ma pasahaton tu nasida.
Jambar ni boru, bere, ibebere, pasahaton ma na marngingi pangambirang tu nasida.
Jambar ni hula-hula pangalapan boru, Osang himpal.
Jambar ni Hulahula/Tulang, Bona Tulang, Tulang Rorobot, hula-hula
Namarhaha-anggi, sahat tu hula hula anak manjae sian Somba-somba ma
pasahaton tu nasida.
Ihur-ihur (namarhodong), ima jambar ni hasuhuton.
Suang songoni ma nang paranak mambagi Parjambaran tuna ginongkon na
Jambar ni dongan Tubu,
Dongan Sahuta,
Pariban,
Ale-ale.
Pangulani Huria,
Pengurus m'Punguan Marga,
Raja Hata, sian soit ma pasahaton tu nasida.
Jambar ni boru-bere, ibebere, pasahaton ma namarngingi Pangambirang tu
nasida.Jambar ni Hula - hula pangalapan boru (on kesepakatan do di napatua hata,
molo naung di hula-hula ni purboru do osang, ba tu hula-hula ni paranak manang
songon dia pei di patupa dianggapma naung osang mai.. Osang himpal.
Jambar ni Hula-hula ,Tulang, _;I1i)naTulang, Tulang Rorobot, hula-hula
namarhahaanggi, sahat tu hula hula anak manjae sian Somba-somban ma pasahaton
tu nasida.
Jambar ni hasubuton, tong ma.suursoit msnene Tanggo-tanggo.
Taringot tu namambagi Parjambaran dohonon do "Aek
Godang do aek laut, dos ni roha sibanen na saut , ia so i......boi dohonon sidapot soluk
do naro.
PROTOL NI PARANAK
Manjalo Tumpak (sumbangan suka rela)
Catatan :
1. Undangan dari Paranak
Bila undangan Paranak, posisi kita di pesta itulah yang menentukan bahwa apa ke
pesta tersebut (Drs Richad Sinaga, 59) :
a. Sebagai dongan tubu, boru-bere dongan sahuta membawa tumpak atau kado. b.
Tulang dan Hula-hula membawa ulos, ikan mas dan beras sipir ni tondi
Undangan Parboru
Sebagai dongan tubu, boru-bere dongan sahuta membawa ulos atau kado.
Tulang dan Hula-hula membawa ulos, ikan mas dan beras sipir ni tondi
Diantaranya jika mereka tidak membawa ulos, maka dapat pula mereka
memberikan berupa uang dalam amplop kepada penganten.
Undangan dari Paranak dan Parboru
Adakalanya seseorang mendapat dua undangan sekaligus, adakalanya mereka

Ch. Manihuruk
154

(suamip-istri) memilih duduk pada satu posisi paranak atau parboru. Ada juga yang
berbagi dua misalnya suami ikut paranak sedang si istri ikut parboru.

M a nja lo Tump a k ( s u m b a n g a n k a s ih ) : Dung hantus parbagian ni jambar


tu sude horong na ginokhon, laho manghabit tingki dipangido raja parhata ni
hasuhuton matingki tu juara natorop, asa manjalo tumpak nasida.
Tuat jala hundul ma hasuhuton di jolo ni jabu, diparade ma sambong inganan ni
tumpak. Dungidigorahon raja parhata (protokol) ma asa sude ro angka na nigokkon
dongan tubu, ale-ale, boru, bere, dongan sahuta dohot angka tutur na asing,
pasahathon gugu dohot tumpak na be. Dung sidung i mandok hata mauliate ma bona
nihasuhuton.Ianggo tutur na solhot somalna dijabu do nasida pasahathon
tumpakna/guguna.
Sebelum pangkatian adat dipasahat tu Raja Hata ni Paranak dohot Parboru, Protokol pasahat on hata
simauliate tu sude angka naung mengalehon angka tumpak na tu pengenten, dungi disuruh ma
pengenten boru mambuat piga-piga amplok sada tangan sian keranjang amplok angka tumpak na
tarpapungi i, jala dimasukon ma tu kantong
jas Penganten Bawa. Dungi, di serahon ma sude sisa amplop i tu suhut paranak
(inanta) asa dijalo jala disimpan, dungi dipasahat ma pangkatain tu Raja Parhata
manang tu Protokol.
PROTOKOL NI PARBORU
Di hita namar dongan tubu, boru, bere, Dongan sahuta, pariban tarlumobi di hamu na
hupasangapi hami, Horong ni hula-hula nang Tulang, ala naeng mulaonta ma
mangkatai asa tapahundul di hundulanta. Suang songoni di hita namarhahaanggi, ala
di hami anggi doli muna ma nuaeng bona ni hasuhuton, songon naung tahasomalhon,
ba sian hamu haha doli ma nagabe raja. Panukkun/ Raja hata/ Parsinabung. Di
ulaonta. Onpe hupasahat hami-ma pangkataion tu hamu haha doli, RAJA HATA NI
PARBORU
Mauliate ma hupasahat hami tu hamu bona suhut nami Anggi doli nami, tangkas ma
tutu songon didok ni namalo,
"Asa gadu gadu batubuan ni si marholi holi; Tangkas di anggi doli ma ulaon, hami ma
hahamuna nagabe Panamboli: Asa tappulak sibaganding di dolok ni pangiringan
Horas na marhaha –anggi molo marsipairing- iringan.
Di jalo hami mai di bagasan unduk ni roha, dohot serepni roha, (laos Jongjong ma
Raja Hata ni Parboru laos did ok ma". Di hamu Hula-hula dohot Tulang (di bacakan
daftar Hula-hula) dang barani pulut hami raja nami mamulai pangkataion tu raja ni
Pamoruon nami molo so tipak do pe parhundul ni Raja i, Marpanakasi hami raja
nami, nungga tipak parhundul ni Rajai? mauliate ma. Laos songoni di hamu
Dongan Sahuta nami, ala sisada anak sisada boru do hita, laos pahombar "hamu ma tu
lambung namion, ai adong didok situa - tua .
Tinallik Bulu simargala -gala,bontar-bontar gotana, dos on na mardongan tubu do
hita na mardongan sahuta nang pe pulik-pulik/asing marganta
Laos songoni di hamu boru, bere, ibebere nami asa sigap hamu, mangkobasi
sihobasan muna. Suang songoni di hamu angka Paniaran nami, molo adong dope
husip- husip muna tapahohom ma jolo,jala atup hamu ma napuran muna, ala naeng
mangkatai ma hita tu pamoruonta mauliate ma di hita.
RAJA HATA NI PARBORU

Ch. Manihuruk
155

Horas ma jala gabe amang boru, nungga boha nga boi


tamulai pangkataion .... ?
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate ma Tulang lehon hamu ma jolo partingkian di hami asa marsipasadaan tahi
hami tulang.
RAJA HATA NI PARBORU
Na uli amangboru ulahon hamu ma.
RAJA HATA NI PARANAK
Di hita namardongan tubu, boru, bere, Dongan sahuta, pariban tarlumobi di hamu na
hupasangapi hami, Horong ni hula-hula nang Tulang, ala naeng mulaonta ma
mangkatai asa tapahundul di hundulanta. Suang songoni di hita namarhaha-anggi, ala
di hami anggi doli muna ma nuaeng bona ni hasuhuton, songon naung tahasomalhon,
ba sian hamu haha doli ma nagabe raja Pangalusil Raja hatai Parsinambul. Di ulaonta.
Onpe hupasahat hami ma pangkataion tu hamu haha Doli.

RAJA HATA NI PARANAK


Mauliate ma hupasahat hami tu hamu bona suhut nami Anggi doli nami, tangkas ma
tu songon didok ni namalo, Asa gadu gadu hatubuan ni si marholi holi, Tangkas di
anggi dolima ulaon, hami ma nahamuna nagabe Panamboli. Asa tappulak sibaganding
di dolokni pangiringan. Horas hita namarhaha-anggi malo arsipairing-iringan.
Di jalo hami mai di bagasan unduk ni roha, dohot serepni roha, (laos Jongjong ma
Raja Hata ni Paranak; laos didok ma).
Di hamu Hula-hula dohot Tulang Nami, (di bacakan daftar Hula-hula) dang barani
pulut hami raja nami mamulai pangkataion tu raja ni Hulahula nami molo so tipak do
pe parhundulni Rajai, nungga boha raja name nungga tipak parhundulmuna? mauliate
ma. Laos songoni di hamu dongan sahuta nami, ala sisada anak sisada boru do hita,
laos pahombar hamu ma tu lambung namion, ai adong didok situa - tua .
Tinallik Bulu simargala-gala, bontar-bontar gotana, doshon namardongan tubu do
hita namardongan sabutuha, nang pe pulik-pulik margana.
Laos songoni di hamu boru bere, ibebere nami asa sigap hamu, mangkobasi
Sipatupaon muna, molo adong dope husip husip muna tapahohom ma jolo, ala naeng
mangkatai ma hita tu hula-hulata, mauliate ma di hita.
RAJA HATA NI PARANAK
Nungga mangarade be hami tulang, di sungkun-sungkun ni rajai, pinasahat partikian
tu hamu mauliate.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma amang, Boru ! Tama do hita mandok mauliate Tu Amanta Debata
Pardengan Basa i, siala pangaramotionna di hita ganup marsada sada.Amang boru
nungga hundul hita di kursi ganti ni Amak tiar, asa tiar ma Panggabean, tiar
Parhorasan, Amang boru didok situatua ....
"Tektek mulani Gondang, Serser Mulani Tor-tor, Sukkun mula ni Uhum Sise Mulani
Hata. Asa artia bona ni ari Sipaha sada bona ni bulan, Ala naeng mulaanta ma
Makkatai, Pasahat hamu ma Pinggan Panukkunan; dang na ingkon holan on
sidohononta di nalaho manjalo Pinggan Panukkunan godang dope angka na asing, boi
do jaha on ta di kumpulan ni angka umpasa.)
RAJA HATA NI PARANAK

Ch. Manihuruk
156

Mauliate ma Raja nami


"Asa baris baris ni Gajah, Ni rura pangaloan, Molomarsuruh Raja, Dae do so oloan,
Molo do oloan, dapotan Pangomoan. Boru nami Pasahat hamu pinggan panukkunan
tu adopan ni hula hulanta, Catatan : Pinggan panukkunan berupa Piring namarisi
Boras sipirni tondi.Napuran sirata, dohot hepeng sitio suara 4 lembar, somal do di
bahen Rp.100.000,-.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma Amangboru, nungga di pasahat hamu Pinggan Panukkunan, jala Pinggan
Pasu, na hot di hundulanna, Asa mamasu-masu ma antong, Amanta Debata di ulaonta
sadarion, jala nahot dihundulanna hot ma hita di Padan nang di uhum. Amangboru
tarida do diatasni pinggan panukkunan on, Boras siribur-ribur, boras sipirni tondi,
asa: "Pir ma Pokki Babul-babul pacalongan, Pirma Tondimuna Amangboru, Laju-laju
angka pangomoan Alai tondi tai, marsigomgoman
Mangihut ima amang boru, laos dison do ringgit sitio suara, na tinompa ni pamarenta
na gabe rupiah (boi do dohonon) : Sai tio ma mual inumom muna tu joloan on ni
arion tumpahan ni Amanta Debata) boi do dohonan : Sipalas ni roha hita jolma ,
amang boru buaton nami ma tolu asa tubu ngolu-ngolu di hita na marhula boru, sada
ma piggan panungkunan tu haha nami, sada ma pinggan panukunan tu angi nami ,
yanggo nasasadaon amgn boru surung-surung ma jol on athe. Amang boru didok
natua-tua "MoloMardallan tu Pangaribuan ikkon boluson raut Bosi; nungga di
pasahat hami tulang, Pinggan Panukkunan mulak ma tu hami gahe pinggan Pangalusi
Asa sada hamu amangboru songon daion mual unang mardua daion tuak,mangalusi
sungkun-sungkun nami.
(Boru nami pasahat Hamu tu adopan ni Parhata sian Paranak)
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate ma Tulang. Tohomama tutu:
"MoloMardallan tu Pangaribuan ikkon boluson raut Bosi; nungga di pasahat hami
tulang, Pinggan Panukkunan mulak ma tu hami gahe pinggan Pangalusi
Di hita namardongan tubu tajalo do sada pinggan pangalusi sian raja ni Hula-hulanta,
asa sada hita di namangalusi sungkunsungkun ni hulahulata raja molo tung ahu pe
hasahatanna narap manjalo do hita di si, annon pe tabagi, mauliate ma di hamu
Rajanami nungga mangarade hami, sidok boti hami Rajanami.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma Amangboru, nungga bosur hami, mangan indahan nalas, sagat
marlompan juhut.disima landina disima landona,disima daina,disima nang tabona,
sirsir nang sirana, asomna, laos disima nang siakna jala sombu uas nami manginum
aek sitiotio natinahuan muna i; Asa dohonon ma amang boru,
Saipamurnas mai tu daging, saudara tu bohi. sipalomak imbulu ma i. si paneang holi-
holi. Jala sipasindak Panaili
Amang boru na manukkun ma hami di sintuhu ni sipanganon, naung tahasangathon
ni, "Dia me lakkatnat, Dia ma unokna, Dia ma Hatana, Diama nanidokna". Botima da
Amangboru.
RAJA HATANI PARANAK
MauIiate ma Tulang, Manukkun ma tutu Rajai, di sintuhu ni indahan masak lompan
na tabo i, dohononma Tulang
"Sititip ma sihompa, Golang-golang Pangarahutna, tung songoni pe sipanganon na

Ch. Manihuruk
157

tupa, ba sai godang ma pinasuna" .


"Asa bagot namarhalto, niagatan di robean, horas ma hamu namanjalo. Tu gandana di
hami mangalean" .
Ianggo hata sipanganon Tulang, "PANGGABEAN PARHORASON" do
Botima. RAJA HATA NI PARBORU
Horas ma jala gabe Amangboru, Panggabean Parhorasan do hape
ianggo hata sipanganon na taboi
''Asa Bagot namarhalto ma na diagatan di robeen, Horas ma hami Hula-hulamuna
namanganthon sipanganon natabo i, marsikkatmai di ham raja nami pamoruon nami
namangalehon,
Alai Amangboru, Sai marangkup do nauli, mardongan do na denggan, siangkup
songon nahundul, si udur songon na mardalan. Siangkupni Panggabean Parhorasan i,
tangkas ma di paboa Amangboru,
"Asa Tangkas uju Purba, Tangkas Uju Angkola, Tangkas hita Maduma,
Tangkasan hita Mamora". Asa tung tangkas ma di paboa Amangboru, botima.
RAJA HATA NI PARANAK
Maulitae ma Tulang Naburju, "Sai marangkup do nauli, mardongan do na denggan,
siangkup songon nahundul, si udur songon na mardalan,
"Asa Tangkas uju Purba. Tangkas Uju AngKola, Tangkas hite Maduma,
Tangkasan hita Mamora". Asa tangkas ma tutu paboaon, siangkup ni Panggabean
Parhorasan i, tangkas ma tutu alusan raja i, Tulang Raja bolon , "Didok natua -tua,
molo dung balga jala magodang anak, denggan ma i pangolihonon, mangodang boru
denggan mai pahutahonon, Di tingki ari na salpu i nunga tangkas ro hami di
mandapothon hamu di Napatua hata dohot marhusip. Jala nangkin, Rajanami, nunga
rap mangudurhon hita di anaknami dohot boru ni raja i tu Gereja laho manjalo
Pasupasu Parsaripeon nasida. Asa saonari, Raja nami, molo siat elek-elek
Pangidoan nami tu hamu, na Pasahathon samba ni uhum marhite hite sinamot ni boru
ni Raja i,
"Jadi na marhata sinamot ma haroro nami mandapothon hamu hula-hula nami di
tingki on. Jala na marsomba hami sampulu jari-jari pasampulu sadahon simanjujung.
Nunga dos rohanami pamoruon muna, asa sisahali manombahon (mangelekhon) ma
hami nian tu Raja i, jala ulaon sadari. Botima Raja nami."
RAJA HATA NI PARBORU
"Gabe ma jala horas, Amangboru! Nunga tangkas hubege hami di angka elek-
elek
pangidoanmunai, ima di manghatai sinamot ni boru nami , didok hamu sisahali
manombahon jala ulaonsadari.
Amangboru, jala dohonon ma
"Nunga pitu lili nami.Paualuhon jugian nami; Nunga uli nipi nami;
Ai Gokhan mu ma hajut (sangku/nami:
"Asa andorang so hupasahat do pepangidoan muna i, tu angka dongan tubungku di
son, tu boru, bere nami, Dongan Sahuta, lumobi tu Raja ni Hulahula nami, asa pintor
parade hamu sinamot ni boru nami i, i ma:
"Sabara horbo, lombu dohot hoda, Saampang ma mas dohot Sere, Songon i angka
ringgit sito suara Asa las roha nami hula -hulamuna.
Alai nang pe songon i, hupasahat ma jolo panghataion on. Amang Boru.
RAJA HATA NI PARANAK

Ch. Manihuruk
158
Nauli Raja nami.

RAJA HATA NI PARBORU


"Naparjolo hita namardongan tubu haha –anggi, dungi tu boru,bere. Dongan Sahuta,
Dungi Hula-hula dohot Tulang. Jala Laos dipasahatma tu haha-anggi (dongan tubu)
dohot boru, bere.
HAHA-ANGGI PARBORU
"Mauliate ma di haha-anggi. Molopandapot nami, gabe jala horas ma,"
BORU-BERE NI PARBORU
"Mauliate ma di hamu hula-hula nami. Molo sian hami boru dohot beremuna, gabe
jala horas ma, jala sisada hata ma hami. Botima!"
DONGAN SAHUTA (Teman Sekampung)
Mauliate ma di hamu suhut nami molo sian hami dongan sahuta muna Sipanolopi do
hami mauliate.
RAJA HATA NI PARBORU
Di Hamu raja ni Hula-hula nami. Hula- hula ... (didok ma margani Hula-hula)
Tulang Nami ( didok marga ni 'I'ulangnna) Bona Tulang nami ( didok margani Bona
tulang) Tulang Rorobot nami (di dok marga ni Tulang rorobot) Bona ni Ari Nami (didok
marga niBona ni Ari) suang songoni di hula-hula namarhahaanggi, ..(didok ma sesuai
konsep ni suhut) laos songoni hula-hula anak manjae (di jahaon ma sesuai konsep) Raja
nami Raja Bolon, hamu do pangalapan poda dohot pasu-pasu di hami, asa dangkani bulu
duri sajokkal dua jari, hamudo Hula-hula nang Tulang name namalo manuturi nang
mangajari. Raja nami di jolo hamu siaduon, di pudi sipaimaon, di tongatonga sihaliagon,
raja nami Raja bolon nungga di paihut-ihut hamu pangkataion dohot rajani Pamoruon
name marga..... di pangido nasida sinamat si sombahan nasida
ima sinamot ni bere muna, pahoppumuna " SITOMBOL" jala sahali mangelekkon,
hombar tusi hupangido hami panuturion sian hamu sude horong ni hula-hula nami,
hamu ma Rajanami na marsiaturan, hupasahat hami partingkian tu hamu, botima.
(boru nami pasahat hamu konsep on)
HULA -HULA NI PARBORU (Saudara Laki-laki dari pihak perempuan)
Di pasahat ma jolo panghataion tu dongan parhundulna, alai hira sian hula-hula ma
namanghatai, si sada hata ma nasida.
"Di hamu pamoruon nami Raja (didok margana), molo sian hami horong ni hula-
hulamu, nunga huida jala hupaihutihut hami angka panghataion muna dohot raja ni
pamoruonmu na marga..... Asa molo sian hami, dohonon-nami ma songon hata ni
natua-tua:
Asa balintang ma pagabe, tumundalhon sitadoan, Ari muna ma gabe jala
horas, ala huida hami tangkas do hamu masipaolo-oloan.
"Songon ima hata sian hami hulahula dohot tulang, si panolopi ma hami di angka dos
ni roha muna. Botima!"
RAJA HATA NI PARBORU
"Mauliate, malambok pusu-pusu dohot roha nami Raja nami di panuturion muna, asa
mauliate ma di sude hamu Raja nami,
Asa nuaeng pe hupasahat hami ma muse tu hamu suhut nami."
PADUA NI SUHUT PARBORU
"Di hamu haha-anggi RAJA HATA nami. Nang sian mula na pe nunga hupasahat hami
panghataion on tu hamu. Tandok nami do tandokmu, tandok-muna do tandoknami.

Ch. Manihuruk
159

Molo pandok nami, laos i do pandokmu, ima na sisada anak sisada boru do hita. Asa
hupasahat hami ma tu ho haha-anggi, torushon ma. Botima!"
RAJA HATA NI PARBORU
"Mauliate ma di hasuhuton nami. Nuaeng pe di hamu Raja ni Pamoruon nami (didok
margana) huoloi hami jala hugabehon hami ma angidoan muna i. Hupasahat hami ma
tu hamu asa tangkas ma hatahon hamu sian i. Botima!" RAJA HATA NI PARANAK

"Maulite ma. Lambok pusu-pusunami Raja nami, ala tangkas do dioloi jala
digabehon hamu elek-elek pangidoan nami.
"Asa di hita na mardongan tubu, boru, bere nami, pintor lumbang jala neang
do panghilalaanta ate? (Jala laos diolophon nasida).
"Di hamu Raja ni Hula-hula nami, andorang so hutariashon hami elek-elek Pangidoan
nami i, mangido tingki hami asa mangido panuturion jolo hami
tu hula-hula nami dohot sude angka tulang nami.
"Di hamu hulahula nami dohot tulang (digorahon sude margana sahat tu hula-hula
namarhaha-anggi dohot anak manjae, molo adong.
Hula-hula ni anak manjae, ingkon hula-hula tangkas ni anak do molo adong naung
hot ripe jala gok adatna).
Raja nami..... , nunga tangkas nangkin hu pangido jala hu elek-elek hami raja ni hula
–hula nami, dongan parhundul mu, taringot tu sinamot ni parumaen nami, jala laos
ulaon sadari. Di tingki on mangido hami di angka poda dohot panuturion sian hamu.
Asa hupa sahat ma tingki on tu Rajai. Hamu ma na masiaturan. Botima!"
HULA-HULA NI PARANAK
Parjolo dipatamahon ma tu angka horong ni tulang dohot sude dongan parhundulna.
Alai hira sian hula-hula do muse na manghatahon tu paranak.
"Di hamupamoruon nami, Raja ....., nunga sada hami sian horong ni hula-hula
dohot tulangmu.
"Molo hata sian hami, denggan do huida hami angka pangidoan-muna dohot dongan
parhundul nami. Asa dohonon nami ma songon hata ni natuatua:
"Bona ni Aek Puli ma di atas Dolok Sitapongan. Sahat do hamu dapotan
uli, Ala takkas do dapot di hamu roba na marsipaolo-olaan.
"Songon ima hata sian hami horong ni hula-hula dohot tulang. Botima!"
RAJA HATA NI PARANAK
"Mauliate ma di hamu Hula-hula dohot Tulang nami di angka poda dohot panuturion
sian hamu!"
"Nuaeng pe sahat ma tu hita namardongan tubu, boru, bere, lumobi di hasuhuton nami."
Alai didok muse hatana, "Molosian hita ate, di naborhat pe hita sian hutanta (bagasta)
nunga dos rohanta si sada pangidoan dohot elek-elek hita. (Laos diolophon nasida)
Raja name nunga tangkas nangkin hupangido jala huelek-elek hami raja ni hula-hula
nami, dongan parhundulmu taringot tu sinamot ni boru ni rajai,jala laosulaon sadari.
"On pe di hamu raja ni hula-hula nami marga ...asa songon elek-elek pangidoan nami
tariashonon nami ma di tingki on, somba ni uhum, somba ni adat, ima sinamot ni boru
ni raja i , di sima Horbona, disima lombuna dohot hodana. Di si ma nang Emas na
dohot serena, dohot ringgit si tio soara jala Hupasada hami mai, nagabe Rupiah
nadicetak ni pamaretata Republik Indonesia Godangna (Sebagai contoh ) Rp
lOO.OOO.OOO(saratus juta rupiah) sibitombol. Asa las ma rohamuna manjalo

Ch. Manihuruk
160

jala gabeh ma hamu ma i Raja nami, botima"


RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma di hamu amangboru? "Nunga rap mambege hita di godang ni sinamot ni
borunta, jala nangkin nunga taoloi tu pamoruonta pangidoan
nasida. Jadi godang ni sinamot si pasahaton nasida Rp
100.000.000 (saratus juta rupiah) taoloi jala tagabehon ma i, ate?
"Alai Amangboru, taringot tu angka jambar nagok, i ma suhi ni ampang na opat
dohot panandaion asa tangkas oloi jala pasahat hamu. Botima!"
RAJA HATA NI PARANAK
"Nauli Rajanami ..... l!"
"Pos ma rohamu. Tangkas ma i pasahaton nami annon. Digora-hon Raja i ma i tu ise
pasahaton nami."
Catatan :
Adong do muse versi na asing taringot tu marhata sinamot. Molo dung Dihatahon
paranak godang ni sinamot, ditariashon Raja Hata ni Parboru ma i tu suhut parboru
songon mangido persetujuan nasida.
RAJA HATA NI PARBORU
"Amangboru .... , ala nunga huoloi hami pangidoan muna i asa pasahat hamu ma
sinamot ni boru nami. Jala patuduhon hamu jolo, tu hami di son asa huetong hami.
Botima!
RAJA HATA NI PARANAK
"Di hamu suhut nami, borhat ma hamu pasahathon sinamot ni Boru ni Raja i."
Dipasahat ma i tu RAJA HATA ni parboru laho dietong godangna.
RAJA HATA NI PARBORU
"Di hamu suhut nami asa mangarade hamu laho manjalo sinamot ni borunta." Alai
jolo di pasahat suhut paranak do tu RAJA HATA ni parboru asa jolo do etong secara
pormalitas, dungi di dok ma sajuta, lima juta, sampulu juta saratus juta.horas jala
gabe pasahat hamu ma tu suhut nami.
(tu inang ni boru muli). (Biasana sebagian nunga dipasahat paranak hian songon
patujolo. Soal godangna manang bilanganna, tergantung di dos ni roha nasidal.dung
di pasahat langsung ma di uduti RAJA HATA ni Parboru didok ma, nungga boha
suhut nami nungga singkop, molo naung singkop do horas ma jala gabe.
"Di hamu raja ni pamoruon nami, nuaeng pe pasahat hamu ma tu suhi ni ampang na
opat."
Catatan:
Suhi ni ampang naopat ima :
Na parjolo tu Pamarai (sijalo bara), Napasahathon, Alus ni Partmak do on
Mangihuti Amangboru tu Simolohon, Napasahatthon, .
Mangihuti Amangboru tu Pariban (pariban ni borumuli manang namboruna),
Napasahathon, .
Molo on Amangboru tu Tulang ni boru nami ... (hula-hula, iboto ni inang boru muli.
Laos di gorahon ma Di hamu suhut nami (parboru .dobot uduran asa marnatappak
hita laho mandapothon Hula-hulanta manang Tulang ni Borutta, Godang ma pasahat
hamu mauliate.
RAJA HATA NI PARANAK
"Mauliate Tulang, laos di gorahon ma,: di ha mu suhut nami dohot uduran asa

Ch. Manihuruk
161

marnatappak hita dohot rajani hulahulata laho mandapothon Tulang ni parmaenta


Mauliate.
RAJA HATA NI PARBORU
Ta uduti ma muse amangboru pasahat ha mu ma panandaion. Boi ma i tu ompung ni
boru muli, bapatua, bapauda, namboru, na marhaha-maranggi dohot Tu punguan
marga. (di jaha ma konsep) songoni ma marsoring soring .. sahat tu nasimpul
pangidoan ni Parboru.
Catatan :
Di na lahopasahathon upa tulang tu hula-hula tangkas ni perboru. Ala rap jala las
sauduran doparboru dohot paranak laho pasahathon i. ma dipaboa suhut ni parboru
jambar nagok tu sude horong ni hula-hula, dohot angka tulang. Tangkas do i
dipasahat jala soal bilanganna saguru tu parboru do i
Mansai uli jala denggan muse molo tu angka hula-hula na marhaha maranggi. Laos
langsung ma nampunasa hula-hula pasahathon tu hulahulana, termasuk anak manjae.
Molo dung mardalan jala diulahon i, denggan ma idaon.
RAJA HATA NI PARBORU
"Di hamu Raja ni Pamoruon nami, saonari sahat ma hita pasahathon jambar nagok tu
tulang ni hela nami, ima sijalo tintin marangkup, haha parhundul nami Raja i
Marga....... ," laos songoni ma di hamu suhut nami asa mangarade hita rap dohot rajani
pamoruonta laho mandapothon tulang ni helatta, manang Haha Parhundul ta.
mauliate RAJA HATA NI PARANAK
Mauliate Tulang, hami ma yanggo manggorahon, alai yanggo mangisi rajai ma. Di
hita suhut asa rap udur ma hita mandapothon hula -hulanta ,Tulang ni anak ta (laos
digorahon asa mangarade Hula-hula manang Tulang ni pangoli) Di hamu hula hula
nami Rajai....... ala naeng ro ma hami dohot rajani hula-hula nami, anggi parhundul
muna, asa mangarade hamu raja nami. Mauliate.
HATA SIAN SUHUT NI PARBORU
"Di hamu haha parhundul nami (laos didok margana), tulang ni helanami, marnatampak
do hami di son laho pasahathon jambar nagok tu hamu sian sinamot ni borunta. Asa
sisada boru ma hita tu joloan on, molo di huta muna boru muna ma, molo di huta nami
boru nami ma. Otik so sadia pe on, las ma rohamu manjalo. Botima!"
"Mauliate ma di hamu Anggi parhundul nami Marga..... , marnatampak hamu tutu ro
dohot pamoruon nami Raja ......, mandapoton hami di son, laho pasahathon jambar na
gok manang tintin marangkup. Asa mulai sadari on, si sada boru ma hita tutu songon
hata ni umpasa ma dohonon- "Hot pe jabu i. pinabotni olang-golang.
Manang boru ni ise pe di alap bere i, tong ma i boru m- tulang:
Boi do dohonon muse" Hot doi lubang nang pe di hukkupi rere, hot doi
boru ni tulang manang sian dia pe dialap bere,
"Mauliate ma di hamu, sai gabe jala horas ianakhonta i. Asa tubu lak-lak tubu
Singkroru -didolok Purba tua. 'I'ubuan anak tubuan boru ma borunta i, dongan nasida
saur matua. Botima!
(diolophon, jala masijalangan)
Catatan:
Laos di tingki on ma dipasahat hasubuton ni paranak muse upa tulang tu sude
horong ni hula-hula nanigokhonna. Tintin marangkup tu tulang ni hela, dipasahat
dung dijalo perborupinggan panganan nasida.

Ch. Manihuruk
162

RAJA HATA NI PARBORU


"Amangboru ... , nuaeng pe pasahat hamu ma Pinggan Panganan ."
Sesuai tu panghataion, molo pinggan panganan dohot ulos-ulos masialusi di ibana be,
suhut parboru ma paradehon pinggan panganan, di pasahat ma i tu paranak. Songon i
ulos-ulos tinonun sadari dipasahat paranak ma i tu parboru.
Raja Hata ni Paranak ma muse pasahathon pinggan panganan i tu
Raja Hata ni Parboru. Jala sebalikna, dipasahat RAJA HATA ni Parboru ma ulos-ulos
natinonun sadari i tu RAJA HATA ni Paranak.
Godang ni pinggan panganan dohot ulosulos na tinonun sadari, disesuihon do i dohot
godang ni undangan. Alai molo godang ni bilang-bilang na disesuaihon ma nian
dohot ruhut paradaton, jala molo boi, dibahen hian ma angka goar ni sijalo pinggan
panganan dohot ulos-ulos i.
RAJA HATA NI PARANAK
Mauliatenma Raja nami Mangarade ma hamu ....laos di jouhon ma Musik asa di
tortorhon ....
RAJA HATA NI PARBORU
"Di hita namardongan tubu, boru, bere, raja ni dongan sahuta, dohot sude raja
ginokhon, di son nunga tajalo pinggan panganan jala tabagi pe on jala di pasahat tu
hasahatan na”. Langsu do di uduti RAJA HATA ni parboru.
"Di hamu Raja ni Pamoruon nami .... , asa dos tuatna dohot nangkokna, molo tung
adong sipangidoon mu tu hami, hupasahat hami ma tingki on tu hamu.
Botima!" RAJA HATA NI PARANAK
"Mauliate ma tulang ... , pintor boi do diadu hamu na di rohanami i. Adong ma tutu
sipangidoon nami tu raja i, ima di sihol ni roha nami di angka pasupasu sian hamu,
suang songon i di ulos herbang na mambahen las badan nami. Molo boi siat elek-elek
pangido-an nami asa sude ma hami ulosan muna. Botima Raja nami!" RAJA HATA
NI PARBORU
"Nauli ma i Raja ni Boru Sude do hamu pasu-pasuon nami, lumobi Marhite-hite
tangiang sian hami hula-hula muna. Alai, malo ulos herbang di tingki on sipasahaton
nami tu hamu godangna (Sebagai Contoh 14 lembar (bulung) Amangboru, jala laos
pasahaton nami do tu sude hamu ulos-ulos natinonun sadari, asa gabehon hamu ma i.
Botima!"
RAJA HATA NI PARANAK
"Mauliate ma Raja nami. Nunga las roha nami manjalo i."
RAJA HATA NI PARBORU
"Antong mangarade ma hamu, asa hupasahat hami angka ulos herbang tu hamu.
Gorai Amangborungku ma sian i."
Digorahon jala di jou i Raja Hata ni Paranak ma angka si jalo ulos, sesuai Konsep ni
paranak di juhon ma.......

Pasahat hamu ma Tulang Ulos Pansamot (natoras ni pangoli) Na pasahathon


.....Natoras ni boru muli
Ulos Hela, biasana laos dilehon mandar napasahathon natoras boru muli
Ulos tu Pamarai napasahathon sesuai konsep ni parboru ma dst .
Ulos tu Simanggokhon
Ulos tu Sihunti Ampang

Ch. Manihuruk
163

Ulos tu Haha-Anggi
Ulos tu Boru
dst

J. Hata Pasahathon Ulos Pansamot


"Di hamu lae dohot ibotongku, pasahaton nami ma ulos pansamot di hamu. Sai
dipargogoi Tuhanta ma hamu mangalului pansamotan dohot ngolungolu siganup ari.
Hipas-hipas ma hamu jala ganjang ma umurmu. Jala anju hamu borungki na gabe
parumaenmu. Asa songon hata ni umpasa ma dohononku
"Dolok ni Purbatua tondong Siborotan; Sai sahat ma umurmu saur matua, jala tiur
Nang pansamotan. Marmutik ma lasiak dompak mata ni ari Malo malo ito manganju
parumen mi arian nang bodari "Tubu ma tambinsu di lambung ni pinasa,
Sai torop ma di hamu anak na bisuk dobot angka boru na uli basa. Amang parmusik
nami ala naeng pasahathon ulos passamot ma hami tu laekku dohot ibotokku bahen
damang ma nabombar tusi.

K. Hata Pasahathon Ulos Hela


"Di ho Amang Hela dohot di ho lto, Borungku. Pasahaton nami ma tu hamu ulos
herbang ulos na ganjang, ulos parhorasan. Herbang ma tangan ni Tuhanta mamasu-
masu parsaripeonmu. Ganjang ma antong umurmu sahat tu nasaur-matua, Ulos
parhorasan ma on, asa gabe di anak gabe di boru hamu tumpakon ni Tuhanta
Pardenggan basa i. Asa dapot ma di hamu songon hata ni umpasa:
"Sahat-sehat ni solu, sahat ma tu bontean tu tiga ras, Pasahathon nami ma ulos hela on.
Sahat ma hamu leleng mangolu, gabe ma jala horas, hamu tumpakon ni Tuhanta
Pardenggan basa i. Asa dapot ma di hamu songon hata ni umpasa:
"Diginjang ma ariarang, ditoru panggomgoman, Badanmu ma naso sirang, tondimuna
sai masigomgoman. "Giring-giring ma tu gosta–gosta, tu boras ni singkoru Sai tibu
ma hamu mangiring-ngiring, tibu mangompa-ompa anak dohot boru.
Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu bortean tu tiga ras Pasahat on nami ma ulos hela on,
sahat ma hamu leleng mangolu Gabe ma jala horas
Di hamu Amang Hela, dison mandar Hela huampehon hami tu Abaramu, martanda
ma hamu Hela nami asa unang marnaloja hamu mangulahon angka ulaon namasa
ditongatonga ni angka hula-hulamu. Horas ma. (diumma laos marsijalangan), Laos
mulak ma mu se tu podium.

Ch. Manihuruk
164

Menyampaikan Ulos Passamot ke Orang Tua-Penganten Pria

L. Hata Pasahathon Ulos Pamarai


ULOS PAMARAI, Napasahathon SIJALOBARA, hatana:
"Di hamu Amangboru dohot di Namboru nami (Lae dohot Ibotonami) dison ro hami
pasahathon Ulos Herbang, Ulos Pamarai tu hamu, Ulos naganjang, Ulos nabidang
sitorop rambu dohot tangiang nami mangido tu Tuhanta Pardenggan Basai;
saiganjang ma umurmu, - saidao ma parsahitan; Ulos na bidang ma on sai dilehon
Tuhanta dihamu bidang angka parsaulian dohot pansamotani. Asa sai tongtong
dibaga hahipason jala dibagasan las niroha hamu sauduran angka namarhaha-
maranggi, masitungkoltungkolan songon suhat dirobean di sude angka ulaon dohot na
masa ditonga-tonga muna. Ulos sitorop rambu ma ulos on, sai torop ma pomparanmu
tu joloan on. Jalo hamu ma Ulos Herbang on Amangboru

Ch. Manihuruk
165

Pesan dalam Menyampaikan Ulos, Mandar dohot Boras si pirni tondi


kepada Penganten Pria (Menantu)

Pesan dalam menyampaikan Uloske pada kakak/bole dari pengantin Laki-laki) dohot
namboru (lae dohot Ito) "Andor hadumpang ma togu-togu ni lombu, Andor Hatiti
togu-togu ni horbo,sahat tulapo Gambiri. Penggeng ma hamu saur matua paihut-ihut
Pahompu sahat tu marnini-marnono dipasu-pasu Tuhanta ma hamu. Las ma rohamu.
Musik .

Ch. Manihuruk
166

Pesan dalam menyampaikan Ulos kepada Abang Orang tua Penganten Pria

M. Hata Pasahathon Ulos Simanggokhon


(Tu anak manjae), napasahot on SIMOLOHON
"Di hamu Bere nami (Lae nami) Simanggokhon di ulaon parsaripeon ni Hela nami
dohot Boru nami, dison ro hami pasahathon Ulos herbang tu hamu, Ulos ni si
Simanggokhon di goari Ulos on.Ulos naganjang, Ulos nahapal, Ulos sitorop rambu,
Sai ganjang ma umurmu dibagasan parhorasan, sai lam tu hapalna ma holong ni
rohamu mangurupi natorasmu nang mangalugahon parsaripeonmu, sai torop ma
pomparan di hamu sibahen las ni rohamu jala songon nidok ni natuatua ma dohonon:
"Sitorop ma dangkana, sitorop ma rantingna, Gabe jala mamora hula-hula na,
songoni ma nang ianakhon na. Sahat sahat ni solu ma, sahat ma tu bortean tu tiga ras,
sai leleng mahamu mangolu, sahat tupanggabean jala tu perhorasan. Jalo hamu
maUlos on.....Musik.....

N. Hata Pasahathon Ulos Sihunti Ampang


Napasahat on haha-anggi kandung ni suhut bolon. Hata na : Di hamu Bere nami si
hunti Ampang di parsaripeon ni Hela dohot Borunami, dison ro hami pasahathon ulos
herbang tu hamu, Ulos ni si Hunti Ampang digoari ulos on.Ulos naganjang, Ulos
nahapal, ulos sitorop rambu, sai ganjang ma umurmu dibagasan parhorason i, sai lam tu
hapalna ma holongni rohamu ma ngoloi hula-hula mun, sai torop ma pomparan di hamu
sibehen las ni rohamu, jala songon ni dok ni natua-tua

Ch. Manihuruk
167

Pesan dalam menyampaikan Ulos kepada Adik Orang Tua Penganten Pria

"Sitorop ma dangkana, sitorop ma rantingna, Gabe jala mamora hula-hula na,


songoni ma nang ianakhonna. Sahat sahat ni solu ma, sahat ma tu bortean tu tiga ras,
sai leleng mahamu mangolu, sahat tupanggabean jala tu perhorasan. Jalo hamu
maUlos on.....Musik
Tambahan ni sijalo ulos namangihut ima tu :
Haha-nggi ni Amang ni Suhut = sijalo Ulos Todoan, napasahathon Haha-Anggi ni
Amang Suhut Parboru Boru ni Suhut namarhaha-maranggi boru tubu, napasahathon
sijalo upa Parorot/Upa pariban.
"Songoni ma sahat tu nasi dung sesuai jumlah ulos herbang dan sesuai dengan
Konsep ni Paranak yang sudah searah dengan pihak Parboru.
Catatan:
Nasomal taida di tingki na pasahathon ulos hela, adong bunga-bunga ni ulaon i ma
na adong sipata Marende, tari-tarian, angka na denggan ma i tutu. Alai na
mansai porlu dipasahat di tingki na pasahathon ulos i, marpangidoan tu Tuhan
Debata Pardenggan basai, asa di pasauthon sude angka pangidoan i.
Ala mardalan do tingki, unang ma nian marganjang-ganjang angka panghataion
jala molo tung adong pe ende (lagu), ingkon na hombar ma i tu ulaon i.
Dung dipasahat Ulos Passamot dohot Ulos Hela, mangihut ma muse ulos tu
Pamarai, ulos tu Simanggokhon, dohot ulos tu Sihunti Ampang (suhi ni ampang.
Dung sidung pasahat ulos, dipasahat parboru ma tu paranak ulos-ulos na
tinonun sadari.

Ch. Manihuruk
168

Pesan dalam menyampaikan Ulos kepada Adik


Perempuan Orang Tua penganen Pria

RAJA HATA NI PARBORU


Mangarade ma hamu Amangboru manjalo ulos-ulos tinonun sadari
RAJA HATA NI PARANAK
"Mauliate ma di hamu Raja nami. Nunga tangkas hami sude diulosi hamu, marhite
ulos herbang dohot ulos-ulos na tinonun sadari. Mauliate ma!" "Jala molo adong
sipasahaton muna tu anak dohot parumaen nami, hupasahat hami ma tingki on tu
hamu."
RAJA HATA NI PARBORU
"Nauli Amangboru. Suru hamu ma hela dohot borunami asa hundul tu jolo on."
Pasahat ulos holong ma sian horong ni parboru tu pengantin. Jumolo ma sian
hasuhuton, namarhaha-anggi dungi pe asa boru,bere, dongan sahuta, punguan, dohot
udutanna.dung simpul pasahathon ulos holong langsung ma dijouhon tu horong ni
hula-hula dohot Tulang di dokma.
RAJA HATA NI PARBORU
"Di hamu hula-hula dohot tulang nahuparsangapi hami, Hula-hula nami,
Marga Tulang nami, Marga.... , Bona tulang nami.Marga ..... Tulang rorobot
nami.Marga..... Hula-hula namarhaha-anggi.marga Hula-hula anak manjae Marga
........."
"Raja nami .... , molo adong nalaho sipasahatonmu tu beremu, Pahoppu muna asa
hupasahat hami ma tingki on tu hamu. Alai molo tung siat elek-elek pangidoan nami
Raja nami ... , asa laos di tingki on ma hamu pasahathon angka pasu-pasu, hata
sigabe-gabe Raja nami,... Jala laos hamu ma namasiaturan. Botima.... !"

Ch. Manihuruk
169

Dung sidung sian horong ni hula-hula pasahathon angka ulos holong; jala somalna
hula- hula ma parpudi songon panggomgom- diujungi ma dohot hata pasupasu.
Langsung ma nasida mulak. Sebelum mulak di pasahat ma hatana tu RAJA HATA ni
Parboru asa di torushon ulaoni nang pe nasida :
parjolo mulak. “di dok ma" Mauliate ma amangboru nungga simpul hami pasahathon
ulos holong dohot hata poda nuaeng pe uduti hamu ulaontaon " asa songon nidok ni
situa- tua. "Mangerbang ma bunga-bunga di padadang-dadang las ni ari. selamat jalan
ma di hami hula-hula muna , selamat tinggal ma di hamu. Horas .
RAJA HATA NI PARBORU
(Mandok tu horong ni hulahula na)
"Mauliate! Malambok pusu hami di sude pambahenan muna Raja nami. ....,
Mauliate ma di hamu, Molo tung marhehe nauli hamu raja nami sai Tuhanta ma
namandongani hamu hipas hamu sahat tu bagasta sonang Soharibu-ribuan, pajuppang
dohot keluarga, Asa songon hata ni natua-tua ma dohononnami,
Marmutik ma inggir-inggir, bulung nai rata-rata, Hata nauli; hata pasupasu na
pinsahat muna i, Napasauthon ma Amanta Debata. Mangerhang ma bunga-buna
dipadadang-dadang las ni ari; selamat jalan ma di hamu hula-hula nami , selamat
tinggal ma di hami. Da da da.......
Tulang Horas .
Ditorus on ma muse pangkatai on.
"Di hamu Raja ni Pamoruon nami.i.. ala sian horong nami dohot sian hula-hula,
dohot dongan sahuta nami nunga pasahathon angka ulos holong tu hela dohot boru
nami, asa hupasahat hami ma tingki on tu hamu." butima
RAJA HATA NI PARANAK
"Mauliate ma di Raja i. ..... ".
Di pasahat ma muse tingki tu hula-hula dohot tulang ni paranak, jala didok:
"Di hamu hulahula nami, tulang, bona tulang. Molotung adong nalaho Pasahaton
muna tu beremu, hupasahat hami ma tingki on tu hamu. Jala molo suman tu rohamu
Raja nami, laos di tingki on ma hamu pasahat pasu-pasu dohot hata gabe. Jala hamu
ma Raja nami namarsiaturan.jala molo siat pangidoan raja nami, parpudi ma nian
Tulang nami songon Panggomgom, (di jouhon ma angka Margana sude Horong ni
Hula-hula dohot Tulang ) Dung sidung sian horong ni Hula-hula dohot Tulang
ni paranak pasahathon ulos holong, mulak ma nasida. Alai asa jolo di togu tulangna
ma berena tu jabu jala di bahen ma boras sipirni tondi tu simajujung ni penganten,
jala di painum do penganten i. Butima .
RAJA HATA NI PARANAK
Pasahathon hata mauliate tu horong ni hula-hula dohot tulang ni Paranak.
Ditorushon ma muse panghataion, jala didok
"Di hamu hula-hulanami marga..... , ala nunga sae be sian horong nami pasahat ulos
holong, hupasahat hami ma muse tingki on tu hamu. Hamu ma namangatur."
RAJA HATA NI PARBORU
"Nauli Amangboru..... !!!, Molodos rohanta, antar songon on ma nian konsep ni ulaonta
na mangihut-
Naparjolo : Marhata sigabegabe ma sian hami, hamu ma na mangampu.
Napaduahon - Mardalan ma olop-olop
Napatoluhon : Mardalan ma ulaon sadari, i ma paulak une.

Ch. Manihuruk
170

Paopathon : Tatutup ma di bagasan ende dohot tangiang."


RAJA HATA NI PARANAK "Nunga dengan jala uli be i Raja nami.; ,"
N. MARHATA GABE-GABE
(Ucapan selamat)
RAJA HATA NI PARBORU
Horas ma jala gabe ! Nuaeng pe sahat ma hita tu namarhata gabe-gabe, didok roha
nami sian hami ma parjolo pasahathon angka hata nauli hata nadenggan tu hamu sude
raja ni Pamoruon nami, dungi mangappu ma hamu anon athe mauliate.
Dung simpul mandok hata gabe gabe
Diuduti Raja Hata Parboru ma " Songoni ma di hamu Rajani pamoruon nami
Marga......... nunga marliat-liat hami mandok hata nauli hata nadenggan asa songon
nanidok ni natuatua ma :
Asa Horbo sitikko tanduk ma tu silapang na walu Hata pasu-pasu, hat gabe naung hu
pasahat hami tu hamu Ampe mai tu sambubu muna tuak tu ambara mu Ampu diabingan
muna Jala ampuon muna ma martongani jabu Nuaengpe hupasahat hami ma
pangkataion tu hamu botima.
RAJA HATA NI PARANAK
Gabe ma jala horas raja nami..... nungga tung malambok pusu hami umbege
huhut
manjalo sude hata nauli hata nadenggan, hata pasu naung pinasahat ni angka raja, ba
songonnidokni umpasa ma dohonon:
Meat ma ambaroba Didangka ni situlan Hata ni hamu hula-hula Di jangkon tondi
mai, dijangkon badan, Asa Naung sampulu pitu Jumani sampulu ualu. Hata pasu pasu
naung pinasahat muna Ampuon nami ma i martongani Jabu. Ditorushon ma tu suhut
bolon dungi penganten ma parpudi... dung simpul didokma ....
Songo nimaRaja nami pangapuon sian hami pamoruon muna molo tung pe nahurang
lobi marpanganju ma hamu songon panimpuli ni pangapuon dohonon ma'
Aek marjullak-jullak Marjullak-jullak sian batu Jullak-jullak nai tinahu tu tabu-
tabu Hata pasu-pasu naung pinasahat muna Huampu hami ma i martonga nijabu.
Tur-tur ma ninna anduhur Tio-tio ninna Lote Hata pasu- pasu naung pinasat muna i
Sai unang muba sai unang mose. Sahat-sahat ni solu Sahat tu bote an Nungga sahat
ulaonta on mardalan dohot Denggan, sai sahat ma hitaon,
tu panggabean tu Parhorasan. Hupasahat hami tu rajai di namanutup ulaonta on
mauliate.
RAJA HATA NI PARBORU
Mauliate ma dihamu rajani Pamoruon nami, marga ..... di namanimpuli ulaonta,
tarsongon ma didok roha nami. Jolo pasahat hamu ma olop-olop tu son.Asa jolo
selesai ulaonta .....
Laos diuduti ma muse dung ditiop pinggan namarisi boras dahot ringgit sitio soara
laos diangkat ma di dokma:
Binanga ni sihombing Binonggak ni tarabunga Tu sanggar ma amporik Tu liangma
satua Sinur ma napinahan. Gabe ma naniula,Horas Pardalan dalan, Mangomo nang
Partiga-tiga.
Aek siuruk-uruk Tu silanlan aek toba Na met-met ndang marungut-ungut Na
mangodang marlas ni roha. Sahat-sahat ni solu Sahat tu bontean Leleng hita mangolu
Sahat tu panggabean.
Taoloppon ma 3 hali ... Olopolop, olopolop, olopolop.ll!

Ch. Manihuruk
171

Laos di bagihon ma olop-olop i tu natorop. Alai yanggo indung nai


tu Raja Hata mai . Dungi di-lanjuton ma muse

O. Paulak Une/Tingkir Tangga


(Akhir Prosesi PerkawinanAdat Batak Toba dan ditutup dengan Doa dari Pihak
Perempuan)
Di hita na liat na lolo , suang songoni di hamu raja nami pamoruan nami marga ..... ala
ulaon sadari do ulaonta, laos saonari do hita paulak une dohot tingkir tangka.
Di hamu boru nami boru ni hasuhuton parboru. Asa parade hamu si boanon ni
borunta pariban muna, ima dengke dohot boras sipir ni tondi, dohot angka tandok
namarisi lampet.
Pihak Paranak pe paradehon sipasahaton na tu parboru ima sipanganon na
marsaudara, pinahan lobu lomuk-lomuk dibagasan tandok dohot indahan na las.
Dungi di pataru ma penganten i tu paranak
Jala paranak pe parade on ongkas ni nasida namanaruhon parumaen ni
nasida Jala tu Parhata pe sahat do Parsituak ni natonggi. Dungi ditutup ma
dohot ende /tangiang sian Parboru.
Horas ma jala gabe.....
Catatan :
a. Dung sidung marhata sigabe-gabe, somalna langsung ma tu hasuhuton. Sada
silompa gadong, Dua silompa puli, tung sada pe na pasahathon hata i sude ma
dapotan na uli .
Di hata sigabe-gabe dohot pangampuon i ma hata mauliate tu sude angka tutur alai
parjolo ma natua- tua ni Penganten dungi i pasahatma tu pengantin mangampu
sian horong ini paranak.
Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan maningkir tangga langsung
setelah acara adat ditempat acara adat dilakukan, yang mereka namakan
“Ulaon Sadari” untuk menghemat biaya dan waktu, dengan demkian acara ini
kehilangan maknanya.
RAJA HATA NI PARBORU
"Di hamu Raja ni Pamoruon nami ..... , ala naung dos rohanta, saonari ma
taulahon ulaon sadari."
RAJA HATA NI PARANAK
"Nauli Raja nami .... "
Diparade paranak ma tudu-tudu ni sipanganon sipasahatonna tu parboru.
Suang songon i nang parboru, diparade ma dekke, boras sipir ni tondi. Jala nunga
masa saonari diparade parboru lampet di tandok si pasahatonna tu paranak. Dipasahat
ma i tu hasahatanna.
Dipasahat (ditaruhon) parboru ma boru muli tu paranak, jala diparade paranak ma
songon upa panaru tu pariban ni boru mull, songon i masituak na tonggi tu natua-tua
ni parboru.
Dung singkop jala renta mardalan sude na i ditutup ma dohot ende dohot tangiang na
niuluhon ni pihak parboru. Gabe ma jala horas!
Hira songon i ma rumang dohot ruhut ni ulaon di namarhata sinamot dohot pesta unjuk
nasomal taulahon di Jabotabek-sekitarna. Godang dope angka na hurang manang lupa
rumang dohot ruhut-ruhut paradaton, alai pos roha di hita saluhutna, marboha bahenon

Ch. Manihuruk
172

hita di angka .nahurang malo dope hami, lumobi ma i angka hata pandohan na so
haru pas di rohanta.
Catatan :
a. Masa muse taida di ulaon pesta unjuk diparade .pihak parboru dohot paranak na
nidok Jambar Tataring (Anti nyamuk). I ma berupa hepeng laho sipasahaton natu
angka dongan tubuna be, angka natua-tua namandohoti ulaon i sahat tu na
simpul. Taringot di bilanganna, saguru tu hasuhuton ma i. Alai, somalna dibagi
ma jambar tataring i andorang so mardalan ulaon sadari. Angka na uli ma i molo
sian dos ni roha.
b. Molotu angka horong ni hula-hula, sian pihak paranak manang hula-hula ni
parboru, na pasahathon ulos holong tu pengantin, dilehon do songon pasituakna-
tonggi nasida dung sae pasahathon ulos i. Angka nauli ma i tutu. Alai, adong
deba na so mangulahon i ala nunga dipasada di tingki na pasahathon upa tulang.
Alai maloboi man, asing ma tabahen jambar ni hula-hula, tulang, asing muse
masituakna-tonggi nasida. Aek godang tu aek laut, dos ni roha sibahen nasaut.

P. Catatan Penting Keluarga Pria Dalam Pesta Unjuk

Adat Na Gok
Rumang ni Ulaon TARUHON JUAL JALA ULAON SADARI
Sinamot somba ni Uhum ni Adat RP.20.000.000,-
Suhi ni Ampang Na Opat dohot Todoan/Panandaion tangkas do pasahaton ni
Suhut Paranak, jala marsinangkohi tangga ni balatuk na be (Martaripar)
Panjuhutina : Namarmiak-miak
Parjambaran sidapot solup ma na ro.
Ulos Herbang 14 (contoh) Bulung + Ulos na tinon sadari (martaripar).
Undangan/ Bolak ni ama tu Parboru : 150 KK ( 300 Kursi)
Tintin Marangkup marsipasangap-sangapan

Marsibuha-buhai
Pagi hari sebelum dimulai pemberkatan/catatan sipil/pesta adat, acara dimulai dengan
penjemputan mempelai wanita di rumah disertai dengan makan pagi bersama dan
berdoa untuk kelangsungan pesta pernikahan, biasanya disini ada penyerahan bunga
oleh mempelai pria dan pemasangan bunga oleh mempelai wanita dilanjutkan dengan
penyerahan Tudu-tudu Ni Sipanganon dan Menyerahkan dengke lalu makan bersama,
selanjutmya berangkat menuju gereja untuk pemberkatan

Ch. Manihuruk
173

Penganten Menuju Tempat Pelaminan Dikawal oleh Pengiring Penganten

Acara Marsibuha-buhai keluarga Pengaten Pria menyerahkan tudu-tudu


Sipanganon sebelum berangakat ke Gereja di Rumah Pengaten Wanita

a. Hari/tanggal :
b. Jam :
c. Inganan :
d. Keperluan : Tudu-tudu Sipanganon di Bagas Ampang + Ulos Ragi

Ch. Manihuruk
174

Hotang
e. Mandok Hata :
f. Tangiang mangan :
g. Penganggung jawab Sibuha-buhai :

3. Pamasu-masuaon

Janji Pernikahan disaksikan oleh Pendeta/Pastor dan keluarga Besar Penganten

a. Hari/tanggal :
b. Jam :
c. Gereja :
d. Mandok hata di Gareja :
e. Mobil Penganten :
f. Foto di Gedung :
4. Pesta Unjuk
a. HarI tangggal :
b. Pukul :
c. Gedung :
d. Musik/Gondang :
e. Prosesi Masuk Gedung : Prosesi masuk ke Gedung/Palaminan
1). Pengantin diihutthon par-Anak dohot Par-Boru
2). Dung Singkop hundul Penagtin, haruarma muse par-Boru
3). Hasuhuton par-anak ........ manomu-nomu Hula-hula par-Boru ........

Ch. Manihuruk
175

Photo Penganten, Orangtua bersama kerabat Penganten


5. Parhobas Diulaoan Pesta Unjuk (Bolahan Amak Paranak)

1 Penerima Tamu : Naposo :


Keperluan : a. Buku Tamu; b. Alat
Tulis c. Souvenir +kotak Angpao

2 Sijalo Boras dohot Dekke :


Keperluan : Uang Ulak Dekke dohot
Boras (ULAK ni Dekke @ Rp 20.000,-
Ulak ni Boras @ Rp 5.000 dohot 6
(enam) piring :
3 Penerima Tamu Natua-tua :
4 Pasahat Sulang-sulang na Tabo :
5 Paradehon Hundulan :
6 Penanggung jawab Konsumsi :
Nasional
7 Penanggung jawab Minuman :
8 Boru Parlopes :
9 Petugas na mambagi Jambar : Protokol + .........

10 Protokol :
11 Parsinabung :

Ch. Manihuruk
176

12 Penanggung jawab Paulak Une :


6. Jou-Jou Ulaon Adat

1 Hula-hula :
2 Tulang :
3 Bona Tulang :
4 Tulang Rorobot :
5 Hula-hula Na marhaha-maranggi :
6 Hula-hula Anak Manjae :

Napasahathon Somba ni Uhum ni Adat/Sinamot (Daftar


Angka Goar Dipangido tu Parboru Marga....)
1 Sinamot :
2 Suhi ni Ampang Naopat : Daftar sian Parboru
a) Sijalo Bara :
b) Simolohon :
c) Pariban :
d) Upa Tulang :
3 Todoan/Panandaan Suhut Paranak + Parboru
e) Amang Udana :
f) Ompungna :
g) Amangtuana :
h) Paribanna :
i) Amangboruna :
j) Pariban Suhut :
k) Punguan :
l) Pinggan Panganan : Martaripar dst :
: Sesuai DaftarKeluargani
Parboru
8. Hasahahatan Ni Ulos Herbang

1 Ulos Passamot :
2 Ulos Hela :
3 Ulos tu Amangtuana :
4 Ulos tu Amangudana :
5 Ulos tu Haha ni Hela :
6 Ulos tu Sihutti Ampang :
7 Ulos tu Amang Udana :
8 Ulos tu Amangudana :
9 Ulos tu Amangboruna :
10 Ulos tu Amangboruna :
11 Ulos tu Amangboruna :
12 Ulos tu Amangtuana :

Ch. Manihuruk
177

13 Ulos tu Pengurus Sektor :


14 Ulos tu Pengurus Cabang :
9. Parjambaran Sidapot Solup Ma Na Ro)

(Osang tu Hulahula ni par-Anak, Ihur-Ihur Ulak ni Tandok. Lain na i sibagi dua)

1 Hula-hula :
2 Tulang :
3 Bona Tulang :
4 Tulang Rorobot :
5 Hula-hula na Marhaha-maranggi :
6 Boru Suhut :
7 Bere-Ibebere :
8 Boru Parsadaan :
9 Parhalado :
10 Dongan Sahuta :
11 Protokol :
12 Parsinabung :
13 Pengurus Sektor :
14 Pengurus Cabang :

10. Upa Tulang/ Pinggan Panganan


1 Hula-hula : 1 Induk+Uduran jumlah undangan @
Rp
2 Tulang : 1 Induk +Uduran jumlah undangan @
Rp
3 Bona Tulang : 1 Induk +Uduran jumlah undangan @
Rp
4 Tulang Rorobot : 1 Induk +Uduran jumlah undangan @
Rp
5 Hula-hula na Marhaha-Maranggi : 1 Induk +Uduran jumlah undangan @
(sesuai jumlah Namarhaha- Rp
maranggi)
6 Hula-hula Anak Manjae : 1 Induk +Uduran jumlah undangan @
(sesuai jumlah anak manjae) Rp
11. Keperluan Hepeng/Amplop

1 Ulak ni Tandok @ Rp 5.000,- : Jumlah amplop sesuai undangan tu


(contoh) Hula-hula/Tulang
2 Ulak ni Dekke @Rp 20.000(contoh) : 6 (enam) PIRING
3 Pinggan Panganan + Napuran : Rp 400.000 a Rp 100.000(contoh) +
Boras di atas pinggan
4 Sinamot : Panggohi ni sinamot
5 Suhi Ampang Naopat : Jumlah amplop sesuai daftar goar
keluarga Parboru

Ch. Manihuruk
178

6 Todoan/Panandaan : Jumlah amplop sesuai daftar goar


keluarga Parboru
7 Hula-hula dohot Tulang : Jumlah amplop sesuai undangan
8 Tintin Marangkup : Nilai amplok hahomion ni Hasuhutan
9 Adat ni Ulos ni Hula-hula/Tulang : @ Rp 10.000 (Jumlah aplop sesuai
undangan)
10 Upa Panaru : @Rp 5.000 (10 amplop)
11 Pasituak na Tonggi tu Raja Parhata ni : @Rp 10.000 )5 amplop)
Parboru
12 Olop-olop di atas Pinggan+Boras : @Rp 2.000 (50 amplop)
13 Salam Kesetiaan (angka parsidohot : @Rp 20.000(sesuai kondisi)
sampe selesai ulaon)
14 Koordinator : 1amplopsesuai hahomion ni
Hasuhuton
15 Protokol : 2amplopsesuai hahomion ni
Hasuhuton
16 Parsinabung : 2amplopsesuai hahomion ni
Hasuhuton
17 Ulos Tinonung Sadari @ Rp 5.000,- : 50 amplop

Catatan:
Asa diparade Hasuhuton ma Ulos tu Keluarga Naso Dapotan di Gedung, boi do Ulos
na rao
i, molo so rade hian dope sian jabu.
Ulak ni Boras tu Hula-hula dohot Tulang ni Parboru dihobasi Paranak

12. Dekke Ni Hula-Hula/Tulang


1 Hula-hula : 5 ekor 5kg di atas 1 piring/nampan
2 Tulang : 3 ekor 3kg di atas piring/nampan
3 Bona Tulang : 3 ekor 3kg di atas piring/nampan
4 Tulang Rorobot : 3 ekor 3kg di atas piring/nampan
5 Hula-hula Marhaha-Maranggi : 3 ekor 3kg di atas piring/nampan
(sesuai jumlah Namarhaha-maranggi)
6 Hula-hula Anak Manjae : 3 ekor 3kg di atas piring/nampan
(sesuai jumlah anak manjae)
7 Dapot –dapotan ni Pengantin di Jabu : Pinahan 20kg

13. Daftar Na Hundul di Jolo/Panggung


1 Pengantin :
2 Natoras ni Pengantin :
3 Amangudana :
4 Amangtuana :
5 Hahana :
Q. Catatan Penting Keluarga Wanita Dalam Pesta Unjuk

Ch. Manihuruk
179

1. Marsibuha-buhai
a. Hari / Tanggal :
b. Jam :
c. Inganan :
d. Keperluan : Dekke di bagasan Ampang + Ulos Ragi Hotang
e. Mandok Hata :
f. Tangiang Mangan :
g. Penanggung Jawab Sibuha-buhai :

Acara Sibuha-buhai pasahaton dengke Sito-tio kepada Keluarga Penganten Pria

2. Pamasumasuon
a. Hari / Tanggal :
b. Jam :
c. Gareja :
d. Mandok Hata di Gareja:
e. Foto di Gareja :
f. Musik/Gondang :
3. Pesta Unjuk
a. Hari I Tanggal :
b. Jam :
c. Gedung :

Ch. Manihuruk
180

Musik dan Pujian di Gereja dan diikuti Koor oleh Jemaat Gereja

4. Partording Ni Ulaon Unjuk


1 Rumang ni Ulaon : Taruhon Jual jala Ulaon Sadari
2 Sinamot : Rp 20.000.000,- Ditamba
Panandaion tu Suhi ni ampang na opat
dohot Todoan
3 Ulos Herbang : 14 Ulos
4 Bolahan Amak : Paranak
5 Parsinabung :
6 Protokol :
7 Pinggan Panganan/ Ulos Tinonun : Marsitaparan, marsinakkohi tanga
Sadari balatuk na be
8 Parjuhutna : Na Marmiak-miak
9 Parjambaran : Sidapot soluk
10 Tintin Marangkup/Upa Tulang : Mardos ni roha Hasuhuton
11 Parmasuk tu Gedung a. Parjolo Pengantin masuk diudurhon
Hasuhuton Parboru dohot Paranak
b. Paranak manjalo uduran ni Parboru di
jolo harbangan
c. Paranak manjalo Hula-hula dohot
d. Tulang
Parboru manjalo Hula-hula dohot

Ch. Manihuruk
181

Tulang
12 Parbue Pir
a. Si Pir ni tondi sian Horong ni Hula-
hula dohot Tulang
b. Ulak ni tandok diparade Paranak
c. Ulak ni denggke diparade Parboru
5. JOU-JOU ADAT

1 Hula-hula :
2 Tulang :
3 Bona Tulang :
4 Tulang Rorobot :
5 Hula-hula na Marhaha-Maranggi :
6 Hula-hula Anak Manjae :
.6. PARJAMBARON SIDAPOT SOLUP MA NA RO :

(Osang tu Hulahula ni par-Anak, Ihur-Ihur Ulak ni Tandok. Lain na i sibagi dua) :

1 Hula-hula :
2 Tulang :
3 Bona Tulang :
4 Tulang Rorobot :
5 Hula-hula na Marhaha-Maranggi :
6 Boru Suhut :
7 Bere-Ibebere :
8 Boru Parsadaan :
9 Parhalado :
10 Dongan Sahuta :

11 Protokol :
12 Parsinabung :
13 Ketua Sektor :
14 Ketua Cabang :

PARHOBAS DIULAON PESTA UNJUK


BOLAHAN AMAL PAR-ANAK :
1 Penerima Tamu : Naposo :
Keperluan : a. Buku Tamu; b. Alat
Tulis c. Souvenir +Kotak Angpao

2 Sijalo Boras dohot Dekke :


Keperluan : Hepeng Ulak ni Dekke
dohot Boras (Ulak ni Dekke 2 Rp
20.000; Ulak ni Boras @ RP.5000,-
6 (enam) piring :

Ch. Manihuruk
182

3 Penerima Tamu Natua-tua :


4 Pasahat Sulang-sulang na Tabo :
5 Paradehon Hundulan :
6 Penanggung Jawab Konsumsi :
Nasional
7 Penangung Jawab Minuman :
8 Boru Parlopes (Parorot) :
9 Petugas na Mambagi Jambar : Protokol + .........

10 Protokol :
11 Parsinabung :
12 Penanggung Jawab Paulak Une :

NAMANJALO SOMBA NI UHUM SOMBA NI ADAT/SINAMOT


(DAFTAR ANGKA GOAR DIPANGIDO TU PARBORU MARGA .....)
(DISESUAIKAN DI GEDUNG
1 Sinamot :
2 Suhi Ampang Naopat : Daftar sian Parboru
a) Sijalo Bara :
b) Simolohon :
c) Upa Parorot :
d) Upa Tulang :
3 Todoan /Panandaan Suhut Paranak + Parboru
e) Amangudana :
f) Ompungna :
g) Amangtuna :
h) Paribanna :
i) Amangboruna :
j) Pariban ni Suhut :
k) Punguan :
l) Pinggan Panganan : Martaripar :
dst. : Sesuai Daftar Keluarga ni Parboru

9. NA PAPASAHAT ULOS HERBANG


1 Ulos Passamot :
2 Ulos Hela :
3 Ulos tu Pamarai :
4 Ulos tu Simolohon :
5 Ulos tu Sihutti Ampang :
6 Ulos tu Todoan 1 :
7 Ulos tu Todoan 2 :
8 Ulos tu Todoan 3 :
9 Ulos tu Todoan 4 :
10 Ulos tu Todoan 5 :

Ch. Manihuruk
183

11 Ulos tu Todoan 6 :
12 Ulos tu Todoan 7 :
13 Ulos tu Pengurus Sektor :
14 Ulos tu Pengurus Cabang :
10. DEKKE SIUK

1 Hula-hula :
2 Tulang :
3 Bona Tulang :
4 Tulang Rorobot :
5 Hula-hula Namarhaha-Maranggi :
6 Hula-hula Anak Manjae :
11. Daftar Na Hundul di Jolo/Panggung

1 Pengantin :
2 Natoras ni Pengantin :
3 Amangudana :
4 Amangtuana :
5 Hahana :

Ch. Manihuruk
184

BAB XI
PROSES ACARA MANURUK-NURUK

Pada umumnya gadis yang dibawa kawin lari, tidak langsung ke rumah orang tua si
pemuda tetapi ke rumah selah satu penatua gereja. Dengan kata lain si pemuda dan si
gadis belum dibolehkan tidur bersama sebelum diadakan pemberkatan nikah. Atas
kesepakatan orang tua si pemuda dengan pihak pengurus gereja, pasangan yang kawin
lari ini diberkati di gereja atau dirumah si pemuda.
Seusai pemberkatan, diadakan acara perjamuan ala kadarnya. Acara ini disebut
barajahon, artinya perkawinan itu dilakukan dengan raja (bukan ramba). Untuk
perjamuan yang disebut parajahon ini, seekor anak babi disembeli dan dimasak secara
khas yaitu lengkap dengan na margoarna. Undangan yang hadir di acara ini adalah unsur
dalihan na tolu pihak paranak dan dongan sahuta, Hula-hula di acara ini adalah tulang si
pemuda, minimal yang semarga. Sebelum makan, tudu-tudu ni siapanganon itu diletak di
hadapan tulang si pemuda atau yang semarga.
Setelah selesai makan, ekor babi dari tudu-tudu ni sipanganon itu ditaro di sebuah wadah
dengan beralaskan cincang daging babi tersebut. Lalu ditutup dan dibungkus dengan
kain. Dua orang boru disertai seorang ama yang semarga dengan sipemuda disuruh
segera mengantar ihur-ihur tersebut ke salah satu dongan sabutuha dekat dari orang tua
si gadis. Penyampaian ihur-ihur itu adalah merupakan informasi resmi secara adat
kepada orang tua si gadis, bahwa anaknya gadisnya sudah diparaja (dijadikan istri) oleh
pemuda yang mencintainya.
Utusan yang mengantar ihur-ihur itu, berkata dengan mimik agak takut kurang lebih
sebagai berikut :
Di hamu na huparsangapi hami, raja ni hula-hulanami. Dison ro do hami pasahat on
ihur-ihur tu hamu songon na pabotohon, ia borumuna nunga huparaja hami gabe
perumaennami. Marboha bahenon ma hamu amang na pajolo holong papudi uhum
angka naposo on. Manganju ma hamu di nasida. Botima.
Informasi secara adat, segera disampaikan ke orang tua si gadis, agar si pajal bogas atau
sipangihut-ihut tidak meneruskan pelacakannya.
Hari-hari berikutnya orang tua si pemuda pada kesempatan pertama mencari informasi,
sejauh mana kemarahan orang tua si gadis.
Apabila diketahui rasa marah itu sudah redah, maka disuruhlah boru untuk
menjajaki diadakannya acara minta maaf kepada orang tua yang anaknya dibawa kawin
lari. Dulu, kawin lari itu disebut dengan ungkapan pajolo gogo papudi uhum. Artinya
mengandalkan kekuatan dan menyepelekan adat (Drs Richad Sinaga).
Apabila orang tua sigadis (parboru) sudah reda amarahnya, maka ditentukan hari H
untuk acara manuruk-nuruk. Parboru mengundang boru/bere, dongan tubu, dan dongan
sahuta untuk menerima kedatangan paranak yang datang manuruk-nuruk. Pihak paranak
pun mengundang boru/bere dan dongan tubu menyertai pengantin berangkat ke rumah
parboru.
Parboru menyediakan tempat untuk semua tamu kurang lebih berkisar antara 20 sampai
30 orang makanan berupa nasi, daging ayam dan dengke juga akan disediakan parboru,
sebab paranak hanya membawa daging babi dan tudu-tudu ni sipanganon. Selain itu paranak
hendaknya menyediakan beberapa amplop berisi uang, antara Rp 5.000, Rp

Ch. Manihuruk
185

10.000 sampai Rp 20.000 dan salah satu jumlahnya agak besar yang akan diberikan ke
orang tua si gadis yang borunya di bawa kawin lari. Amplok lainnya adalah untuk :
a. Upa sangke hujur (satu amplop)
b. Upa Ungkap harbangan (satu amplop)
c. Parsituak na tonggi (beberapa amplop)
Jalannya Acara manuruk- nuruk
Para undangan parboru sudah berkumpul di rumah parboru, sebelum paranak datang.
Jangan sampai rombongan paranak sudah datang rombongan parboru belum lengkap.
Sesampainya paranak di halaman rumah parboru, boru dari paranak menemui dongan
sahuta dan boru pihak parboru yang berdiri di pintu masuk.
BORU PIHAK PARANAK
Di hamu dongan sahuta dohot boru ni raja ni hula-hulanami. Loas hamu ma jolo hami
masuk mandapothon hula-hulanami. Ima pangidoan nami.
DONGAN SAHUTA/BORU PIHAK PARBORU
Na denggan ma pangidoan munai. Alai jolo pasahat hamu ma jolo upa ungkap
harbangan dohot upa sangke hujur. Upa ungkap harbangan ma i tu dongan sahuta, upa
sangke hujur ma i tu boru.
Setelah amplop tersebut diberikan, barulah bereka disilakan masuk dengan dipandu
dongan sahuta dan boru. Urutan terdepan ialah suhut paranak disertai raja parhata, lalu
diikuti pegantin, dan di belakangnya adalah boru yang membawa daging babi. Sesampai
di dalam rumah dan masih suasana berdiri, dongan sahuta atau boru pihak parboru
berkata :
Hamu suhutnami, nunga huloas hami nasida masuk mandaphon hamu. Rade ma hamu
menjalo haororo nasida.
RAJA PARHATA NI PARBORU
Suruh hamu ma nasida hundul.
Setelah rombongan paranak duduk di tempat yang disediakan, parboru duduk
ditempanya. Daging babi yang dibawa boru paranak tadi langsung dibawa ke dapur
untuk dipindahkan ke baki sebelum dipersembahkan ke parboru.
RAJA PARHATA NI PARBORU
Hita na pungu nuaeng di son. Mauliate ma di Tuhan, horas hami di dapot hamu, horas
hamu na ro. Nuaeng ro hamu dohot sauduranmuna madapoton hami, songon dia ma na
niharoromuna, ima jolo sungkun-sungkun tu hamu.
RAJA PARHATA NI PARANAK
Horas ma jala gabe raja ni hula-hula. Tung mansai las rohanami, boi hami ro
mandapoton hamu, jala dipajagar hamu hami hundul paadop-adop tu hamu na
huparsangapi hami. Songon na niidamuna rajanami, huboan hami do di son boru dohot
helamuna naung pajolo holong papudi uhum. Jadi mangalusi sungkun-sungkun muna i
raja ni hula-hula, na manopoti sala ma hami tu hamu rajanami, lumobi ma boru dohot
helamuna. Ima haroronami raja ni hula-hula.
RAJA PARHATA NI PARBORU
Antong molo i do hape na hinaroromuna mandapothon hami, saonari suru hamu ma
nasida mandapothon natorasna manopoti salana.
RAJA PARHATA NI PARANAK
Na denggan jala na uli raja ni hula-hula.
I pe di ho anaha, togihon ma inang parumaen laho ma hamu mandapothon simatuam.

Ch. Manihuruk
186

Topoti hamu ma hasalaanmuna naung parjolo holong hamu papudi umum.


Pengantin berdua melangkah ke hadapan suhut parboru. Dengan posisi jongkok di
hadapan orang tua pengantin perempuan
PENGANTIN LAKI-LAKI
Di hamu Amang dohot di hamu Inang, ro do hami di jolomuna dohot borumuna,
mangangkui hasalaan naung huulahon hami. Mangido hami tu hamu asa marpanganju
ma hamu di angka hasalaan naung huulahon hami ima naung pajolo holong hami papudi
uhum. Molo tung muruk hamu Amang dohot hamu Inang, uang ma nian muruk dohot
tondimuna tu hami ianakkonmuna. Marbohabahenon ma hamu di pangalahonami i. Ima
hata topot sala sian ahu helamuna.
Disambung dengan pengantin perempuan:
PENGANTEN PEREMPUAN
Di hamu Bapa dohot Oma. Di sude tahe hamuna na mangkaholongi hami. Mauliate ma
di Tuhan, ala dilehon roha na buha di Bapa dohot Oma., dijalo hamu hami ro di tingki
on. Manganju ma Bapa dohot Oma di parniulaonnami na sala maradophon hamu. Ima
pangidoannami tu Bapa dohot tu Oma, tu sude tahe hamu na manghaholongi hami.
Botima.
Setelah bersalaman, penganten berdua kembali ketempat duduknya semula.
RAJA PARHATA NI PARBORU
Horas ma jala gabe. Nunga mengaku sala be boru dohot helanta. Tarsongon on ma nian
ulaonta di tingki on. Jolo marsipanganon hita, ipe asa ta uduti angka panghataion. Boha,
nunga dos rohanta Amang Boru?
RAJA PARHATA NI PARANAK
Na denggan ma nian jala na uli raja ni hula-hula. Alai andorang so marsipanganon hita,
denganma nian jolo hupasahat hami na hubuon hami tu hamu, asa ro hami.
RAJA PARHATA NI PARBORU
Ro ma hamu.
Paranak beserta pengantin berdua mempersembahkn tudu-tudu ni sipanganon. Seusai
itu, parboru memberi dengke ke paranak.
Kemudian doa makan dibawakan oleh salah seorang dari paranak.
Ketika sedang makan, boru dari parboru mengiris-iris bagian dari tudu-tudu sipangonon
yaitu ate-ate (hati), aliang-aliang (lingkaran leher) dan ususnya, lalu dibagi-bagikan ke
piring undangan parboru dan undangan paranak. Begitu juga boru paranak mengedarkan
dengke untuk diambil oleh undangan paranak dan parboru.
Selesai acara makan pembicaraan dilanjutkan.
Pertama adalah mengenai tudu-tudu sipangonon yang masih berada di hadapan parboru.
Lalu paranak menjawab bahwa itu adalah surung-surung bagi parboru. Dengan
demikian, boru dari parboru meminta ijin membawanya ke dapur lalu membungkus dan
menyerahkan kepada undangan parboru yang patut menerima:
Ihur-ihur –suhut parboru
Osang-hahadoli
Samba-somba-anggi doli
Na marngingi-boru/bere
Soit-dongan sahuta
Bila adat Holbung yang berlaku, pembagian jambar :
Ihur-ihur-suhut parboru

Ch. Manihuruk
187
Osang-boru/bere

Somba-somba-haha doli
Soit-anggi doli
Na marngingi-dongan sahuta
Kedua adalah raja parhata parboru meminta paranak menyampaikan amplop berisi uang
untuk suhut parboru (yang lebih besar jumlahnya), kemudian ke uandangan parboru
mewakili unsur seperti dongan tubu, boru/bere, dan dongan sahuta, ditambah beberapa
orang yang dianggap patut menerima.
Ketiga adalah menyampaikan hata sigabe-bage mewakili unsur dari undangan yang
dianggap patut berbicara. Biasanya diakhiri oleh orangtua pengantin perempuan
sekaligus memberi ulos holong. Kata-kata sambutan yang disampaikan kurang lebih
berkisar pada nasehat dan pengarahan yang ditujukan pada penganten berdua. Sala satu
harapan yang pantas disampaikan pada saat itu adalah agar paranak segera
mengupayakan pesta adat pengukuhan perkawinan tersebut yaitu mangadati.
Keempat adalah giliran paranak mengampu yaitu menerima kata-kata
yang baru saja
disampaikan pihak parboru. Isinya kurang lebih mengucapkan terima kasih atas
penerimaan pihak parboru dan meminta berkat Tuhan kiranya harapan-harapan yang
disampaikan tadi dapat diupayakan. Biasanya yang terakhir adalah pengantin berdua,
dimulai pengantin pria dan pengantin perempuan.
Terakhir adalah acara penutup yaitu bernyanyi dan doa penutup yang dibawakan salah
seorang dari parboru yang sebelumnya ditunjuk untuk itu.

Ch. Manihuruk
188

BAB XII
PROSES SULANG-SULANG PAHOMPU

Pasahat sulang-sulang Pahompu adalah pelaksanaan adat penuh dilaksanakan


setelah sebuah keluarga punya anak atau beberapa anak baru melaksanakan adat penuh.
Proses Acara sulang-sulang pahompu ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan Pesta
Unjuk, yang membedahkan secara sefesifik adalah bahwa penyelenggara acara sulang-
sulang pahompu tuan rumahnya paranak dan proses pelaksananya lebih simpel.
Menerima tamu masing- masing pihak
Paranak menyilakan hula-hulahnya memasuki tempat acara, yaitu tulang dari si suami
yang diadatkan. Mereka masuk serentak dengan menjungjung tandok berisi beras.
Paranak mempersilakan parboru masuk tempat acara.
Parboru mempersilakan hula-hulanya masuk ke tempat acara, yaitu tulang dari si istri
yang diadatkan beserta rombongannya
Protokol paranak mengucapkan selamat datang ke semua tamu, termasuk kepada
parboru serta undangannya. Kemudian mengajak parboru agar acara dapat dimulai.
Kalau sudah sepakat maka paranak mempersembahkan tudu-tudu sipanganon, diikuti
oleh parboru memberi dengke.
Doa makan dibawakan oleh salah seorang dari paranak
Selesai makan, maka diikuti dengan membagi jambar.
Raja Parhata paranak meminta waktu kepada parboru untuk memberi kesempatan

kepada yang akan memberi tumpak, apabila belum diserahkan di kotak tempat
penerimaan tamu. Pada kesempatan ini pulalah petugas gedung membenahi kursi
agar paranak dan parboru duduk berhadap-hadapan
Paranak sebagai tuan rumah meminta kesediaan parboru agar acara adat dapat
dilanjutkan
Setelah parboru menyetujui, sekaligus minta waktu menyepakati juru bicara (raja
parhata) dari pihak parboru. Setelah disepakati, lalu diinformasikn kepada paranak
bahwa mereka sudah siap melanjutkan acara.
Pihak paranakpun meminta waktu untuk menyepakati juru bicara. Bila juru bicara
sudah ditentukan, juru bicara tersebut menginformasikan kepada parboru bahwa
pihaknya sudah siap melanjurkan acara.

RAJA PARHATA PARANAK


Mauliate ma raja ni hula-hula nami. Molo manungkun raja denggan ma tutu alusan
Rajanami, raja ni hula-hula! Songon naung tangkas taboto ia boru muna dohot
anakkonnami di ari na salpu uju i nungnga pajolo holong papudi uhum, Ditingki on ma
nian rajanami pasahathononnami somba ni uhum somba ni adat ima na somal ta dok adat
na gok. Tangkas nian rajanami pasahathonmuna pasu-pasu i tu anak dohot parumaen
suang songoni dohot angka pahompunami. Anggiat gabe parsaripeon manang rumah
tangga siboan las niro di hita, siboan sangap nang di Tuhan. Ima tangkasna rajanami
umbahen marnatampak hami nuaeng di jolomuna di tingki on.
RAJA PARHATA PARBORU
Mauliate ma tutu raja ni boru. Las roha umbege hatamuna i. Napasahat adat na gok ma
hape hamu tu hami hula-hulamuna, ima di parsaripeon ni boru dohot helanami. Huhut

Ch. Manihuruk
189

mangido pasu-pasu asa parsaripeon siboan las ni roha nasida di tonga-tonganta.


Ipe Amang boru, parjolo ma pasahat hamu panggoki ni batu ni sulang songon naung
hinatahonmuna. Udut ma annon tusi, pasahatonmuna panandaion tu pamarai, pariban,
simandokkon, sigadis boru, todoan, ompung bao, ompung suhut, dohot tulang ni
borunami. Ianggo tu tulang ni helanami, ima tintin marangkup manang upa panggabei,
rap ma annon suhut parboru dohot suhut paranak pasahathon, jala suhut parboru ma
manghatahon. Botima.
RAJA PARHATA PARANAK
Na denggan jala na uli raja ni hula-hula.
Acara tidak jauh berbedah seperti pesta unjuk Panghataion di ulaon mangadati dos do
songon di ulaon namarhata sinamot di pesta unjuk, alai dang sinamot be goarna didok
ma "Somba-somba ni uhum/batu ni sulang-sulang" sian pahompu molo nunga adong
pahompu sian boru/hela ni parboru.
Molo dung rade hamu asa borhat hami pasahaton.
yaitu :
1.Somba-somba ni uhum/batu ni sulang-sulang sian pahompu
2.Penyampaian amplop pinggan panganan
Penyampaian ulos na marhadohoan
Penyampaian ulos tinonun sadari
Penyampaian ulos holong kepada suami istri (ada juga beberapa keluarga mangulosi
khusus untuk anak/pahompu).
Marhata sigabe-gabe
PARHATA NI PARANAK
Di hamu rajani hula-hula nami. Nunga singkop hamu hala-hulanami pasahaton ulos
holong, didok rohanmai goki hamu ma uloanta on dohot hata pengidoan tu Tuhan asa
mandapot pasu-pasu hami saluthutna lumobi ianakho dohot pahompunta na pasahathon
sulang-sulang pahompu. Pinasahat ma tingki tu hamu
PARHATA NI PARBORU
Na denggan jala na uli raja ni boru
Ipe hita saluhutna, boru/berenami, dongan sahutanami, hita na mardongan tubu, lumobi
ma dihula-hulanami. Tapasahatma hata nuli hata na denggan, hata pangidoan tu Tuhanta,
asa dipasu-pasu hita saluhutna, parboruonta, lumobima ianakonhonta dohot pahompunta
na pasahathon sulang-sulang pahompu on.
Didok rohanami, parjolo ma hamu hula-hula nami, mangihut ma muse tu dongan
sahutanami, ihut ma muse tu boru/berenami, ipe asa tu hita na mardongan tubu jala las
dipasahatma tu suhut sihabolonan, tapasahat ma tu parboruonta laho mangampu. Molo
dung dos rohanta, pinasahat ma tingki tu hula-hulanami.
HULA-HULA NI PARBORU
Untuk urutan proses ini biasanya tulang pengantin perempuanlah yang mewakili barisan
hula-hula, dengan berkata:
Di hamu parboruonnami marga..... (disebut marganya) dohot sude uduranmuna. Mansai
las roha paihut-ihut acara adat na pinatupamuna sadarion. Tangkas huida hami, sai pintor
masitomuan do ruas tu buhu, lapatanna sai masiantusan jala masioloan do hamu na dua
hasuhuton papitahon ulaon on. Jadi ta puji ma Tuhanta, asih ma rohani Tuhan sai tong-
tong di oloi pangidoanta tu angka ari na mangihut, keluarga na mangkasuhuton sulang-
sulang pahompu on, gabe rumah tangga sibon las ni roha di hita saluhutna, lumobi ma di

Ch. Manihuruk
190

jolo ni Tuhanta. Antong :


Balintang ma pagabe tumodohon sitadoan,
Ari ni mamungka ima na manghasuhuton sulang-sulang pahompu on gabe, ala tangkas
do hamu angka natua-tuana marsipaolo-oloan.
DONGAN SAHUTA NI PARBORU
Horas ma jala gabe di hita saluhutna. Ta puji ma Tuhan ala didongani hita lumobi ma
suhut nadua, mangulahon sulang-sulang pahompu on di ari na denggan, sude i dang
alani gogomuna, ndang alani malomuna, alai ala asi dohot holong ni Tuhanta do martupa
sude dohot denggan. Mewakili dongan sahutamuna, dokhononnami ma tu keluarga na
mangkasuhuton sulang-sulang pahompu on, sai anggiat ma gabe keluarga na berbahagia
dohot na mamboan las niroha di tonga-tonga ni masyarakat. Antong horasma hula-
hulana, horas boruna, horas nang dongan sahuta.
BORU/BERE NI SUHUT PARBORU
Di hamu hula-hulanami,hula-hula ni hula-hulanami,dongan sahuta ni hula-hulanami,
dohot di paribannami paranak di ulaonta sadari on. Tapuji ma Tuhan ala dipasu-pasu
ulaonta ima ulaon sulang-sulang pahompu keluargani ......... (panggoari dohot margana).
Marnatampak hita di son na marhula marboru dohot na mardongan sahuta, mangido tu
Tuhanta anggiat tutu gabe rumah tangga siboan tua jala na berbahagia nasida, na
mamboan las ni roha diparsaoranta, jala manghorhon sangap di Tuhanta.
DONGAN TUBU NI SUHUT PARBORU
Hita na pungu di son, dohot dihamu dongan sahuta na dua hasuhuton na huparsangapi
hami. Mauliate ma di Tuhan ala di dongani do hita mangulahon ulaonta sadari on.
Mauliate ma di hamu saluhutna, denggan do dipaihut-ihut hamu ulaon on sahat tu na
singkop
Tu suhut nami dokhonon ma saotik hata. Nunga hubahen hami na boi huulahon hami asa
dengan jala pita ulaonta on. Molo tung adong angka na hurang singkop, mansianjuan
hita. Halalashon damang ma. Sahat ma na uli sahat ma na denggan.
SUHUT PARBORU
Di hamu sude nahuparsangapi hami. Parjolo ma dipasahat rohanami mausiate sian nasa
roha tu Tuhan ala didongani do hita di ulaonta sadari on. Songon i nang tu hamu hula-
hulanami, tulangnami, tulang rorobotnami, bonatulangnami, bonaniari, hula-hula ni na
marhaha maranggi, dohot hula-hula ni anak manjae. Mauliate ma di hamu saluhutna di
haroromuna tu ulaon on dohot di sude pembehenanmuna tu hami. Asi ma rohani Tuhan,
dilehon ma di hamu angka na uli, balosni pambahenanmuna i tu hami.
Tu hamu dongan sahutanami, na sai tong-tong adong di lambungnami laho mandongani
hami mangulahon ulaon on sahat tu sadari on. Mauliate ma di hamu amang dohot hamu
inang.
Diangka dongan tubuku na tong-tong marnatampak sian mulana sahat tu na singkop
ulaon on, tung sidok mauliate do hami tu hamu saluhutna. Tung so martupa do ulaon on
ianggo so ala ni hamu. Ndang ala ni pambahenannami tu hamu di angka ari-ari na salpu
i, alai pamingkirion na sisada lulu anak sisada lulu boru i do na jadi ojakan di hamu.
Anggiat ma tu ari na mangihut, tong-tong hita marnatampak di angka uloanta.
Nang di hamu boru dohot berenami tangkas do dibereng mata songon dia
pangluhononmuna di ulaonta sian bonana sahat tu na mangujungi sadari on. Somba
marhula-hula i do songon ojakan di hamu umbahen na sai diharingkothon hamu sude na
porlu tu ulaon on. Mauliate ma di hamu boru dohot bere.

Ch. Manihuruk
191

Saonari hutujuhon ma hatangku tu besan nami , Amang/Inang simatua ni borunami, Hela


dohot borunami, pahompu nami sude dohot uduran ni hula-hula ni besannami on suang
songoni hula-hula nami saluhutna mauliate ma di hamu saluhut na na manglehon tingki
dohot pasu-pasu tu hami dohot pahompu/beremuna Tuhanta ma na mandongani hita
saluhutna. Sahat ma na uli sahat ma na denggan mauliate ma.

Demikian juga halnya pihak paranak proses dan cara penyampaiannya kurang
lebih sama dengan pihak parboru.

PARDIJABU NI SUHUT SIHABOLONON


Maliate ma tapasahat tu Tuhanta, ala nunga mardalan ulaon ta hami keluarga........
pasahaton sulang-sulang pahompu tu Bapa/Oma, hula-hulaku, Ito/Eda sude
tahedohot udurana.
Maulite ma di hamu sude kelaurga/famili nami na marholong ni roha di hami,
dilehon hamu do tingkimuna madohoti ulaonta sadari on sahat na tu selesai. Songon
ni angka poda dohot pasu-pasumuna tu hami nang tu angka ianakon nami on, asi ma
roha ni Tuhan diparbisuhi ma hami laho mangulahon, hami mandok mauliate di
hamuna saluhutna.
AMANTA SUHUT SIHABOLONAN
Di hamu sude na huparsangapi hami. Amang dohot Inang, tulang/nan tulang,
amang/inang, boru/berenami, dongan sahuta sude tahe hamu na marholong roha di
hami. Mauliate ma disaluhutna. Digogo, pingkiran, nang sibahenon na pinasahat muna
tu ulaonta sadari on ndang tarbalos hami i dohot pamabahenan ni tangannami. Sai
Tuhanta ma na manglehon balosna tu hamu saluhutna. Di lehon ma dihamu umur na
ganjang, asa sai adong mangajari hami tu joloan on.
Hata na uli na dengan na pinasahatmuna tu hami, asi ma roha ni Tuhan sisahaphon ma
i di hami. Songan angka poda na dipasahat muna ingoton nami ma i saleleng ma
nglolu, jala sai asi roha ni Tuhan dipargogoi diparbisuhi hami mangulahonsa. Molo
adong na hurang lobi disude acara dohot paradalanan ulaon ta sadari on, hami mangido
maaf, sai marboha bahenon ma hamu, sai anggiat tu joloan on boi di bahen hami na
lobi dumenggan di ulaonta.
Mauliate ma di Tuhan, mauliate ma di hamu saluhutna.
Di akhir acara sulang-sulang pahompu ini ditutup dengan doa yang dibawakan
oleh pihak hula-hula.

Ch. Manihuruk
192

BAB XIII
PROSES KUNJUNGAN CUCU PERTAMA
KE RUMAH KAKEKNYA
Seorang anak sulung pada suatu keluarga merupakan mata ni ari binsar atau
matahari pagi bagi keluarga itu sendiri. Anak pertama dipandang oleh keluarga memiliki
hikmad kebiijaksanaan dan nama anak sulung ini merupakan nama panggilan sehari-hari
bagi ayahnya, misalnya diberi nama Samuel, maka nama panggilan bagi ayah si anak apa
Samuel. Anak sulung merupakan takdir dan mempunyai tanggungjawab yang besar bagi
keluarga, apabila seorang ayah meninggal nantinya maka anak sulung lah yang
mengurus keluarga ataupun menggantikan posisi seorang ayah dalam keluarga. Itulah
sebabnya anak sulung itu mempunyai karisma dan wibawa. Kepemimpinan pada batak
toba berturut-turut dari anak pertama sampai dengan anak yang paling bungsu atau yang
disebut dengan garis patrikhal.
Pada umumnya setiap kelahiran anak pertama merupakan suatu kebanggaan dan dengan
ucapan syukur kepada Tuhan, anak sulung ini dalam adat batak pada kesempatan pertama
dibawah orang tuanya kepada kakeknya (ompung bao) yang disebut paebton anak buha baju.
Pada kunjungan ini orang tua si bayi bersama kelurga besarnya membawa makanan berupa
daging babi yang dimasak secara adat lengkap dengan na margoarna. Makanan yang dibawa
tersebut disebut sulang-sulang ni pahompu, dan dalam acara ini sekaligus secara adat ada
hak dari orang tua si bayi meminta indahan arian ni pahompu, atau dengan nama lain ulos na
so ra buruk atau pauseang berupa berupa tanah atau petak sawah. Dibeberapa tempat ada
juga yang meminta batu ni ansimun berupa ternak seperti sapi atau kerbau. Inilah pemberian
nilai yang tertinggi kepada boru secara adat batak.
Sebelum hari H acara, sebaiknya lebih dahulu diinformasikan kepada ompung bao,
dengan demikian pada acara adat tersebut berlangsung kedua belah pihak bersama-
sama boru/bere, dongan sahuta, dongan tubu dapat hadir dan ambil bagian dalam acara
dimaksud.
Setelah semua diundang duduk dengan baik, maka salah seorang dongan sabutuha
ompung bao berinisiatif berkata (Drs Richad Sinaga) : PARHATA NI OMPUNG BAO

Di hamtypsu parboruan nami, mauliate ma di Tuhan ala hipas hamu sahat tu bagas on,
jala hipas hami didapot hamu. Didok roha nami jolo marsipanganon ma hita asa tauduti
angka panghataion. Boha didok rohamuna Amang boru?
PARHATA NI PARBORU NA RO
Horas ma jala gabe. Hami pe mandok mauliate do tu Tuhan, ala hipas hamu hudapot
hami, hipas hami na ro paebathon pahompumuna di tingki on. Taringot tu na jolo
marsipanganon hita asa manghatai, na uli ma i raja hula-hula. Antong rade ma hamu, asa
ro hami pasahaton sulang-sulang ni pahompu tu ompung na, tu tulangna, tu sude tahe
hamu na huparsangapi hami.
PARHATA NI OMPUNG BAO
Nunga rade hami Amang Boru. Ro ma hamu.
PARHATA NI PARBORU NA RO
Di hamu na huparsangapi hami. Di son ro do hami mangudurhon pahompunta
pasahathon sulang-sulang tu hamu. Tung songoni pe on na hupasahat hami on, las ma
rohamuna manjalo. Asa tangiangkhon hamu rajanami hipas-hipas jala simbur

Ch. Manihuruk
193

mangodang pahompumta on. Dipargogoi Tuhan boru dohot helamuna parmudu-


muduhonsa. Horas ma hamu na manjalo, horas hami lumobi pahompum na mamboan.
Botima.
Setelah tudu-tudu sipanganon disampaikan, dilanjutkan dengan pemberian dengke oleh
ompung bao.
OMPUNG BAO
Di ito dohot di hamu hela. Maulate ma di hamu pahompu on mangebati hami, huhut
mamboan sulang-sulang na tabo tu ompungna. Songon tanda las ni rohanami di
haroromuna dohot na pinasahatmuna, di son pasahaton nami do dengke silas ni roha,
dengke sahat. Asa sai ro ma silasni roha di hamu, di hita saluhutna, jala asa sahat ma
angka pasu-pasu nanaeng lehonon ni Tuhan di hamu tu ari nanaeng ro. Tung songon i pe
nuaeng dengke on, las ma rohamuna manjalo. Botima.
Setelah ompung bao kembali ke tempat duduknya, dilanjutkan dengan doa makan yang
dibawakan salah seorang rombongan yang mebat. Ketika makan, salah seorang boru dari
rombongan si bayi, membagikan dengke.
Seusai makan, dilanjutkan dengan pembicaraan (pangkataion na marsintuhu). Salah
seorang dongan sabutuha ompung bao berinisiatif melanjutkan acara.
PARHATA NI OMPUNG BAO
Mangkatai ma hita Amang boru
PARHATA NI PARBORU NA RO
Na uli raja ni hula-hula
PARHATA NI OMPUNG BAO
Di son dipasahat hamu tudu-tudu ni sipanganon, songon dia Amang boru partordingna.
Ima jolo sungkun-sungkun tu hamu
PARHATA NI PARBORU NA RO
Olo tutu raja ni hula-hula. Taringot tu tudu-tudu ni sipanganon i, raja ni hula-hula
surung-surungmuna do i. Botima.
PARHATA NI OMPUNG BAO
Mauliate ma Amang boru.
Antong molo songon i, pasimpan hamu ma jolo tu dapur, jala atur hamu sian i, bungkusi
hamu, jala pasahat hamu annon tu na patut manjalo.
Tauduti ma pangkataion Amang boru.
Nunga tangkas hupangan hami sulang-sulang ni pahompunta, sai pamurnas ma i tu
daging, saudara tu bohi. Sipalomak imbulu ma i, jala sipaneang holi-holi.
Horas ma hita na panganhon tu gandana ma di hamu na mamboan. Hata ni sipanganon
dohot sintuhu ni haroro muna, Amang boru, denggan ma hatahon hamu. Botima.
PARHATA NI PARBORU NA RO
Mauliate ma raja ni hula-hula. Sipangonon na so sadia i, pamurnas ma i tutu tu daging,
saudara tu bohi, sipalomak imbulu ma i, sipaneang holi-holi. Ia sintuhu ni sulang-sulang
na didokmuna i raja ni hula-hula, parhorasan panggabean do. Botima.
PARHATA NI OMPUNG BAO
Horas ma jala gabe raja ni boru. Parhorasan panggabean do hape sintuhu ni sulang-
sulang na binoanmuna. Raja di boru marangkup parhorasan panggabean i, sangkup ni na
uli i tangkas ma hatahon hamu raja ni boru.
PARHATA NI PARBORU NA RO
Ima tutu raja ni hula-hula. Marangkup do tutu angka na uli i, siangkupna i tangkas ma tutu

Ch. Manihuruk
194

hatahonon.
Rajanami raja ni hula-hula. Sada adat do di adat dalihan na tolu, songon pinungka ni
ompunta sijolo-jolo tubu. Denggan ma paebaton anak buha baju tu ompung bao. Asa
tung gomos nian tangiang ni ompungna i, anggiat simbur magodang ibana. Gabe anak
siboan las ni roha di tonga-tonganta, lumobi ma di jolo ni Tuhan. Ima raja ni hula-hula
sintuhu ni haroronami mandapothon hamu. Alai tahe, otik adong tambana nananeng
sidokkononmuna, ima parumaen nami, telehon ma tingki tu nasida.
BORU NA PAEBTHON ANAK BUHA BAJU
Mauliate ma parjolo tapasahat tu Tuhan, dilehon tingki na denggan on di hita di bagasan
las ni roha. Songon ni dok ni Amang nangkin, atik adong tambana nananeng
sidokhononku. Tutu do i Bapa dohot Oma. Adong do hata ni Ompunta na mandok : Pitu
gajah nilapa, molo ndang adong na mangido ndang adong na mala. Mardomu tu si ma
Bapa dohot Oma, molo tung suman di rohammuna, lehon ma dohot ma nian andor ni
ansimun. Asa adong paihut-ihutnami dohot helamuna laho marmudu-mudu
pahompumuna on.
Alai molo alo tu rohamuna Bapa dohot ho Oma, uang pola gabe si pingkiran i di hamu.
Ima tambana sidohononku di tingki on. Botima.
PARHATA NI PARBORU NA RO
Nunga rap umbege hita raja ni hula-hula. Diantusi parumaen do hape adat pinungka ni
Ompunta. Ima indahan arian ni pahompu sian ompung bao, dohot andor ni ansimun.
Nian di parserahan on ndang tarluluan be indahan arian ima hamuma dohot andor ni
ansimun ima horbo manang lombu. Ai so parhauma be halak tunggane jala ndang
parhorbo. Alai nangpe songon i tapasahat ma tu raja i, ima Lae Tunggane mangalehon
alus. Botima.
PARHATA NI OMPUNG BAO
Nunga rap hita umbegesa, na paebaton anak buha baju ma boru dohot hela nuaeng di
son, diudurhon boru dohot dongan sabutuha nasida. Didok roha, langsung ma dialusi
Amanta. Asa pintor tangkas masialusan.
OOPUNG BAO DOLI
Ima tutu. Ro burunta paebathon anak buha bajuna. Diboan sulang-sulang na tabo di hita.
Parjolo ma i tahamauliatehon. Ai diboto do maradat maradhopon natorasna.
Parjolo ma jolo hatahu tujuhon tu pahompu na ro mangebati hita. Simbur magodan ma
ho pahompu hasian. Asi roha ni Tuhan boi ho haduan mambahen las ni roha ni
natorasmu, ima boru dohot hela. Mambaen las ni roha ni ompungmu suhut , ima natoras
ni hela na dohot mangudurhon ho mangebatai hami. Nunga tung mansai las rohanami
manganton sulang-sulang na binoanmi, pahompu.
Saonari alusan ma hata ni boruniba di son na mangidohon indahan arian ni pahompu dohot andor ni
ansimun. Toho do nidokmi boru hasian. Pitu gaja nilapa, molo andang adong na mangido ndang adong na
mala. I do sintongna. Ingkon adong do hata na mangido, ipe
asa adong na mangalehon. Jadi apala di tingki on, alus tusi, songon on ma. Titelmu ima
dokter i dohot naung ojakon di karejom di departemen i, ima indahan arian ni pahompu
i dohot andor ni ansimun na didokmi. Las ma roham disi. Alai molo sipasahatonnami
saonari. Di tingki on, di jolo ni simatuam, dongan tubum, dohot di jolo ni boru na
mangangaudurhon haroro ni pahompu on, pasahathonhu do ma tano parjabuan na di Pasar
Minggu i. Bolakna 20 hali 20 meter. Surat balik nama ta urus pe i di minggu na ro. Sahali
nai, indahan arian dohot andor ni asimun na didokmi, anggap ma i naung dijaloho.

Ch. Manihuruk
195

Ima titel dohot karejo na ojak. Las ma roham ito manjalo i. Songon i ma alus sian hami
natorasmu. Botima.
PARHATA NI OMPUNG BAO
Ima Amang boru, Nunga rap tabege. Didok roha asa bulus hamu annon mangampu,
dumenggan ma las ditambai angka dongan hata na uli hata na dengan sian boru/bere,
dongan sahuta, dongan sabutuha. Boha Amang boru, dos ma rohanta ate. PARHATA NI
PARBORU NA RO
Na uli rajanami.
Pembicaraan dilanjutkan dengan sambutan (hata sigabe-gabe atau hata na uli) mewakili
unsur boru/bere, dongan sahuta, dan dongan sabutuha dari ompung bao.

Ch. Manihuruk
196

BAB XIV
ACARA MANGAMPU ANAK

Mangampu anak (laki-laki atau perempuan) adalah menerima atau bersedia


mengakui anak terhadap seseorang untuk keperluan anak itu sendiri terutama dalam hal
adat.
Apabila calon penganten itu perempuan, maka si pemuda bersama orang tuanya
pergi ke pamannya meminta kesediaan mengakui calon istri keponakannya itu menjadi
anaknya. Pihak yang dengan suka rela mangampu anak atau boru seyogyanya tidak lagi
dibebeni biaya materi terkait dengan upacara dimaksud.
Setelah semua undangan berkumpul, termasuk keluarga yang anaknya akan diampu, salah
seorang dari dongan tubu yang mangampu mengambil inisiatif (Drs Richad Sinaga) :
DONGAN TUBU NI PANGMPU
Horas ma jala gabe di hita saluhutna na pungu nuaeng di son. Hita na mardongn tubu,
boru/berenami, dongan sabutuhanami, lumobima hula-hula nami. Mauliate ma di Tuhan,
didongani hita marsada-sada sahat tu inganan on, ima bagas na marsangap martu on.
Songon i nang dongan suhutta, dibagasan las ni roha do nasida manjalo haroronta.
Dihamusuhutnami, marnatampak hita nuaeng di son punguan dalihan na tolu dohot
dongan sahutamuna. Dia ma laklakna diama unokna, dia ma hatana dia ma nidokna.
Tangkas ma dipaboa suhutnami. Botima.
PAIDUA NI SUHUT PANGAMPU
Mulite ma haha doli. Andorang so hualusi hami sungkun-sungkun ni hahadoli, parjolo
ma hu pasahat hami hamuliteon ni rohanami tu Tuhan ala dilehon tingki na uli on dihita.
Songon i nang boru/berenami, dongan sahutanami, lumobi ma hula-hulanami.
Mauliate ma di hamu saluhut ala marneang di langka do hamu mangoloi gokkon dohot
jau-jou nami. Taringot tu sungkun-sungkun ni haha doli, alusan ma tutu, parhorasan
panggabean dohot las ni roha do haha doli.
DONGAN TUBU NI PANGAMPU
Mauliate ma tutu. Asi ma roha ni Tuhan , marudut-udut ma hita parhorasan panggabean
dohot las ni roha tu angka ari na mangihut. Alai anggi doli, marangkup do na uli
mardongan do na denggan. Siangkup ni parhorasan panggabean dohot silas ni roha i,
tontu adong ma sitaringotan. Tangkas ma hatahon hamu, anggi doli.
PAIDUANI SUHUT PANGAMPU
Ima tutu Haha doli. Tangkas ma tutu pabotohonon.
Haha doli, adong sahalak sidoli na jogi/anak boru na uli, ima na hundul disiamun ni
amanta suhut. Mangido ibana dohot gomos asa ompuonta ibana gabe warga dalihan na
tolu, ima na gabe anak/boru ni Amanta parbagas on. Mansai sihol jala mansai las rohana
mamangke marga di pudi ni goarna. Jala na olo do ibana marguru dohot manglehon
ruhut-ruhut ni adat dalihan na tolu tu ari na mangihut . Ima haha doli sitangkasan. Asa
mangido hami tu hamu saluhutna, panolopion, poda, dohot panuturion sian hula-hulanmi
di ulaon pangampu on.
DONGAN TUBU NI PANGAMPU
Mauliate ma di Tuhan. Na mangampu anak/boru ma hape hita apala di tingki on. Toho
ma tutu silas ni roha. Ise na so marlas ni roha, tubu anak/boru di tonga-tonga, jala
langsung nunga magodang. Ipe di hita saluhutna, hita na mardongn tubu, boru/berenami,

Ch. Manihuruk
197

dongan sahutanami, lumobi ma di hamu hula-hulanami. Dos ma rohanta, ise ma hita


manungkun anak/boru nanaeng taampu on dohot keluarga na dohot mangudurhonsa.
HULA-HULA
Las sungkun hamu ma natoras dohot anak nanaeng siampuon i .
DONGAN TUBU NI PANGAMPU
Kepada orangtua dari anak yang akan kami ampu menjadi waga dalihan na tolu, apakah
Bapak bersedia anak Bapak masuk menjadi warga dalihan na tolu dan menggunakan
marga........ (disebut marga yang mangampu) dibelakang namanya?
ORANGTUA ANAK YANG DIAMPU
Bapak ibu warga dalihan na tolu. Atas kesediaan Bapak dan Ibu menerima anak saya
menjadi warga dalihan na tolu, bukan saja bersedia, justru saya merasa bangga.
Demikianlah jawaban saya.
DONGAN TUBU NI PANGAMPU
Terima kasih atas kesedian Bapak. Sekarang kepada anak kami ...... (disebut namanya),
apakah ananda bersedia menjadi warga dalihan na tolu dan menjadi anak dari Bapak
.....(disebut nama dan marga pangampu)
ANAK YANG DIAMPU
Saya bersedia dengan senang hati Amang
DONGAN TUBU NI PANGAMPU
Hita saluhutna na adong nuaeng di son. Nunga rap tabege alus nasida. Saonari hehema
Amanta dohot Inanta na mangampu on asa dimeme jala ditabur boras sipir ni tondi. Ihut
ma muse annon tulangna mangalehon ulos “parompa”. Talehon ma tingki tu nasida.
INANTA MARMEME
Di ho amang (kalau laki-laki), di ho inang (kalau perempun), songon tanda naung masuk
ho dikeluarganami, na gabe anak/boru ho di hami, jalo ma meme on.
Nasi disuapkn dengan sendok diikuti dengan lauk dengke. Lalu si anak mengunyah dan
menelan. Kemudian disuap lagi sampai tiga kali. Setelah itu, si suami mengambil beras dari
piring yang sudah disiapkan, menabur beras itu di ubun-ubunnya dengan ucapan : Pir ma
tondim amang/inang. Asi ma roha ni Tuhan gabe anak/boru sibaon las ni roha ma ho di
tonga-tonganami, ditonga-tonga ni warga dalihan na tolu, lumobima dijolo ni Tuhan.
TULANG PASAHAT ULOS
Bere... (disebut nama dan marganya), sudah kamu telan meme dari ibu yng menerimamu
sebgai anak, begitu jug boras sipir ni tondi telah ditabur di ubun-ubunmu. Sekarang saya
sebagai tulangmu memberi “ulos penggendong” kepadamu sebagai lambang suka cita
saya dan dukungan saya agar Lae dan Ito saya ini akan “menggendongmu” di semua
liku-liku adat dalihan na tolu, dari sekarang ini sampi hari-hari mendatang. Harapan
saya, karena acara mangampu anak ini adalah acara sakral maka harap dihayati dengan
sepatutnya. Itikad bik Lae dan Ito saya yang menerima engkau sebagai anak/boru,
hendaklahditanggapi dengan itikad baik pula.
Ulos diletakkan merentang dari depan melilit dan mengikat si ibu, anak yang diampu, dan
ayah yang mengampu. Lalu bersalaman.
DONGAN TUBU NI PANGAMPU
Horas ma jala gabe di hita saluhutna, Didok rohanami, jolo marsipanganon ma hita, ipe
asa tapasahat hata na uli na denggan, poda, dohot pangidoan tu Tuhan. Molo dos
rohanta, asa ta mulai.
Apabila suda sepakat, maka boru segera bergerak menyiapkan makanan. Boleh diedarkan

Ch. Manihuruk
198

di hadapan masing-masing, boleh juga dengan cara prasmanan. Namun sebelum makan,
tudu-tudu ni sipanganon disampaikan dulu ke hula-hula, sebaliknya hula-hula
menyerahkan dengke ke suhut pangampu.
Doa makan dibawakan oleh salah seorang dari dongan tubu pangampu.
Setelah selesi makan, diadakanlah acara marhata na uli, mewakili unsur-unsur yang
hadir. Isi kata sambutan disampaikn kurang lebih berkisar nasihat kepada si anak yang
diterima. Demikian juga kepada suhut pangampu, berkisar mengenai kesetujuan dan
dukungan. Adakalahnyasebelum acara barhata na uli dimulai, unsur-unsur yang hadir
menerima lebih dulu amplop berisi ung, yaitu pago-pago. Kemudian suhut mangampu,
diakhiri dengan ucapan terima kasih anak diampu/ayah dari anak yang diampu
Acara ditutup dengan doa oleh salah seorang hula-hula
Itula acara mangampu anak/boru. Seterusnya dapatlah diteruskan ke acara-cara
mangarisik-risik/marhusip, marhata sinamot dan seterusnya sebgaimana jenjang acara
penyelenggaraan pesta perkawinan adat batak toba.

Menerima Setya Lencana Pahlawan Sosial Pendonor Mata dan Darah 100 x dari
Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kala

Ch. Manihuruk
199

BAB XV
PERCERAIAN
A. Arti Pentingnya Perceraian
Bagi orang Batak terlebih lagi Kristen perceraian adalah aib. Mungkin terdengar
terlalu ideal. Namun hal itulah yang diharapkan oleh setiap orang Batak Kristen,
perceraian adalah hal yang tabu dan sangat dihindari.
Dalam perkembangannya, perceraian dalam sebuah ikatan perkawinan tidak dapat
dihindari. Alasan pengajuan perceraian sangat bervariasi seperti: masuknya orang ketiga
dalam perkawinan, adanya perbedaan pandangan mengenai kewajiban suami isteri
dalam rumah tangga dan seringnya isteri ditinggal suami, perubahan peran suami isteri,
serta pertengkaran dan konflik yang berkepanjangan sehingga tidak mungkin lagi
kerukunan dan kebahagiaan rumah tangga itu dapat dipertahankan.
Hasil penelitian dan fakta menunjukkan bahwa pengaturan mengenai perceraian
dalam agama Kristen tidak ada diatur, tetapi UU Perkawinan mengatur tata cara
perkawinan. Peraturan perceraian terhadap masyarakat adat Batak Toba tidak ada yang
tertulis hanya secara tersirat saja dapat dilakukan perceraian. Yang dapat melakukan
perceraian adalah pengetua adat dan kedua belah pihak serta pihak keluarga kedua belah
pihak. Sedangkan perceraian bagi masyarakat adat Batak Toba yang beragama Kristen
yang menjadi warga Negara Indonesia dapat melakukan perceraian sesuai dengan UU
Perkawinan yang walaupun di dalam Alkitab dikatakan tidak ada perceraian kecuali
karena kematian. Alasan perceraian dalam masyarakat Batak Toba yang beragama
Kristen dapat dilihat dari dua sisi, yaitu alasan perceraian masyarakat adat Batak Toba
menurut Adat Batak Toba, alasan perceraian masyarakat adat Batak Toba menurut
gugatan pengadilan negeri, yaitu harus sesuai dengan Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan
untuk dapat dijadikan sebagai alasan mengajukan perceraian. Akibat hukum perceraian
dalam masyarakat hukum Batak Toba yang beragama Kristen dapat dilihat dari 3 (tiga)
sisi, yaitu: terhadap hubungan suami istri, terhadap orang tua/anak dan Terhadap harta
benda perkawinan. Adapun saran dalam tesis ini adalah dalam hal pengaturan mengenai
perceraian Pemerintah dan DPR dalam merubah atau merombak undang-undang yang
mengatur tentang perceraian lebih memperketat peraturan mengenai perceraian, agar
tidak dengan begitu mudahnya perceraian di Indonesia, hendaknya Pengetua Adat,
Pendeta, bahkan Pengadilan Negeri memberikan masukan-masukan kepada keluarga
muda yang bermasalah dalam rumah tangga agar tidak terjadi perceraian. Sebab alasan
apapun mengenai perceraian dalam masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen tidak
dapat dilakukan kecuali dengan kematian dan hendaknya Pengetua Adat, Pendeta,
bahkan Pengadilan Negeri memberikan masukan-masukan mengenai hal akibat hukum
perceraian dalam masyarakat hukum Batak Toba yang beragama Kristen baik itu
mengenai hubungan persaudaraan, anak bahkan harta kekayaan yang timbul dalam
perkawinan

Bagi orang Batak Kristen perceraian adalah aib. Mungkin terdengarnya terlalu
ideal. Namun hal itulah yang diharapkan oleh setiap orang Batak Kristen, perceraian
adalah hal yang tabu dan sangat dihindari.
Bagi keluarga muda terkadang terjadi “riak-riak rumah tangga”, oleh karenanya
bila terjadi perselisihan antara suami dan istri, maka sangat pantang bila istri mengadu

Ch. Manihuruk
200

kepada orangtuanya atau keluarga pihak Hulahula. Bila ada hal yang dipandang diluar
batas yang wajar sehingga harus dinasehati maka sebaiknya istri menyampaikannya
kepada Tulang suaminya, sebaliknya juga demikian jika suami merasa bahwa ada
perilaku dari istri yang perlu mendapat nasehat maka adalah pantang besar bagi seorang
suami untuk melaporkannya kepada Hulahulanya (mertuanya). Adalah jauh lebih baik
jika dia menyampaikannya kepada Tulangnya (Tulang suami). Mengapa demikian ? Hal
itu adalah salah satu konsekuensi dari Tintin Marangkup (Tulang pangoli dan Parboru
telah sepakat bahwa meskipun bukan boru kandung dari Tulangnya mempelai pria maka
akan istri dari berenya tersebut akan diperlakukan seperti borunya sendiri. Bila ada
perselisihan maka Tulang dari suami terbeban untuk mendamaikan dan menghindari
adanya perceraian.

B. Perceraian dalam Konsep Budaya Batak


Belakangan ini dalam kenyataan sehari-hari mulai ada perceraian pada keluarga
Batak Kristen. Apakah ini pengaruh perubahan zaman ?. Dari sisi agama jelas hal itu
dilarang kecuali jika salah satu dari mereka secara sah dan meyakinkan (dengan bukti
yang kuat) melakukan perzinahan. Salah satu hal yang diajarkan Yesus di bukit
(Khotbah di bukit), Matius 5:32 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa
yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah”.
Dari perspektif adat Batak proses perceraian pun sangat berat dan rumit karena
istri adalah boruni raja dan suami anak ni raja, maka segala tindak tanduk harus juga raja
(ada etika dan sopan santun yang menunjukkan kedudukannya) sehingga kalaupun harus
bercerai (sirang) maka yang boleh menggugat cerai hanyalah suami karena istrinya
sudah “dialap”(dilamar dari keluarga besar perempuan dan dinikahi dengan prosesi adat)
maka bila terpaksa harus bercerai haruslah “dipaulak” (dikembalikan kepada secara adat
kepada keluarga besar perempuan).
Filed under: Budaya Batak,Kemiskinan,Perkawinan,Uncategorized — Dosi @
14:25
Cerai = Sirang. Kata “sirang” atau “marsirang” dikenal sebagai terjemahan cerai atau
bercerai. Arti asli kata “sirang” adalah lepas. Ada juga kata dipaulak artinya dipulangkan
atau dikembalikan.
Konsep perkawinan. Membahas cerai berarti membahas perkawinan. Memang dalam
konsep budaya/tradisi Batak, perkawinan seumpama pinjam-meminjam, terlalu kasar
kalau disebut bagai jual beli. Meskipun mas kawin (sinamot) itu sering sinonim dengan
tuhor atau boli yang berarti harga. Proses penentuan mas kawin juga seperti dagang,
yakni tawar-menawar formal (marhata sinamot), ada tata tertibnya. Mas kawin dibayar,
dibicarakan petinggi adat, lalu direstui, dan diantar ke gerbang “rumah” pihak suami.
Namun, ada prinsip yang kuat: suatu perkawinan bukan hanya ikatan dua insan, akan
tetapi ikatan dua keluarga besar.
Mas kawin. Pihak wanita yang terlibat dalam menerima mas kawin minimal ada 5 unsur,
yaitu: (1) Orangtua pengantin perempuan sebagai penerima sinamot, (2) Saudara laki-
laki penganten perempuan sebagai penerima simolohon, (3) Kakak beradik ayah sebagai
penerima sijalo bara,(4) Kakak beradik perempuan ibu (Pariban/Parorot) sebagai
penerima sihutti ampang, dan (5) Tulang (Om) sebagai penerima upa tulang.
Arti dan makna istri. Dalam keluarga baru, istri disebut pardijabu, yang arti harfiahnya

Ch. Manihuruk
201

orang yang diset mengurus rumah tangga. Ada yang menyebut istri sebagai paniaran,
suatu kata halus dari pemberi nikmat. Dalam hubungan dengan keluarga besar, istri
disebut boru ni raja,artinya putri raja (sesuai konsep dalihan na tolu). Ada lagi sebutan
ripe, yang artinya siap (ready) atau keluarga, dan yang bermakna bahwa istri adalah
orang yang mempersiapkan segala sesuatu.
Sebab perceraian. Kasus perceraian yang umum disebabkan oleh: (1) tidak punya anak,
dikemudian hari diketahui ternyata perkawinan mereka merupakan hal yang ditabukan,
misalnya ikatan marga, dan (3) dikemudian hari diketahui ternyata menjadi kacau
hubungan struktur keluarga (sursar partuturon).
Jarang terjadi perceraian dengan alasan tidak memberi nafkah sekian bulan, atau pisah
selama 2 tahun. Mereka (suami istri) umumnya konsekwen dengan ikatan perkawinan,
malahan malu jika diketahui orang lain bahwa mereka cekcok. Jika terjadi cekcok,
sepertinya pihak keluarga luas berhak intervensi. Mungkin ini juga yang mendorong
wanita Batak cenderung masuk pasar kerja, tidak mau hanya jadi pardijabu, paniaran,
atau boruni raja, seperti ibu-ibu tukang tambal ban, pedagang di pasar, meminjamkan
uang, dan sebagainya.
Istri Batak nampaknya sadar, bahwa jika suami kurang produktif maka istri bisa
membantu, malah menjadi pencari nafkah utama. Dulu terberitakan bahwa suami malah
nongkrong di kedai kopi, sementara istri ke sawah. Semoga sekarang tidak ada ceritera
begitu.
Kecantikan dan harta. Maka itu muncul kesan bahwa istri Batak tidak lagi
mementingkan “kecantikannya”, meskipun pada dasarnya boru Batak na uli-uli. Kata
mereka, “rupa si satongkin do i, arta nasinari do i”, artinya “wajah (cantik) itu hanya
sebentar dan harta itu bisa dicari.”
Batak cerai. Sekarang memang mungkin zaman edan, keluarga Batak cerai. Nenek
moyang orang Batak kelihatannya jarang cerai, tapi mereka menganut poligami. Adat
tradisi Batak bakal menghadapi era baru, bagaimana menangani perceraian cara Batak.
Memang hampir tidak pernah kita mendengar berita adanya penyelenggaraan upacara
adat batak untuk perceraian. Seorang pengamat, Togi Siahaan, mengatakan Batak tidak
memilih cerai jika ada masalah, tapi lebih memilih kawin lagi.
Konsekwensi cerai. Jika terjadi perceraian, maka tentunya ada konsekwensi dalam adat.
Mungkinkah logika diberlakukan. Misalnya, semua yang tahu bahwa mereka menikah
dulu harus tahu bahwa mereka kini sudah cerai. Semua ikatan harus dilepas. Jika dulu
ketika menikah ada tanda ikatan, maka semua harus kembali. Apakah sinamot kembali?
Adakah tata tertib yang akan jadi pegangan? Apakah ada aturan pembagian harta gono-
gini (angka ondeng)?
Hak asuh anak. Hak asuh anak pasca perceraian, dalam sistem paternalistik Batak,
nampaknya ayah yang paling berhak daripada ibu. Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan hak asuh anak dipertimbangkan secara adil, tidak berat sebelah, tapi
tetap tanggung jawab ayahnya menyangkut biaya kehidupan sehari-hari anak-anak.

C. Jenis Ragam Perceraian


Pada zaman sekarang ini kita tidak dapat menutup mata beberapa rumah tangga
Batak Toba telah mengambil langkah yang ekstrem dengan perceraian. Kegagalan dalam
perkawinan akibat konflik rumah tangga sering diakhiri dengan perceraian. Perceraian

Ch. Manihuruk
202

yang merupakan pemutusan terhadap hubungan perkawinan antara suami dan istri, yang
dimana si istri mengambil keputusan untuk menceraikan suaminya. Stereotip yang
kurang baik terhadap janda atau orang yang melakukan cerai sekarang ini kurang
berlaku, yang dulunya cerai itu dianggap aib, sekarang lambat laun itu sudah mengalami
perubahan. Banyak dalam masyarakat yang telah melakukan perceraian, memutuskan
tali perkawinan dengan perceraian. Perceraian dianggap solusi yang dapat mengakhiri
penderitaan, mengakhiri permasalahan, tekanan, dan lain-lain.
Tentu secara adat bukan perkara mudah bagi pihak keluarga suami ”paulak
parumaen” (mengembalikan menantu kepada besan). Hal inilah yang membuat
meskipun kenyataannya suami istri tidak lagi serumah (padao-dao) pihak suami tidak
mengembalikan istrinya kepada mertuanya.
Dalam praktek perceraian orang Batak Toba secara garis besar dibagi dua yakni Sirang
so Sirang dan Sirang. Dilihat dari peran Nalian Na Tolu biasanya sedapat mungkin tidak
akan terjadi perceraian, tetapi jika terpaksa biasanya jalan yang ditempu melalui tahapan
Sirang so Sirang, dengan harapan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, mereka
atau suami dan istri ini akan rujuk atau berbaikan kembali. Jika proses pertama ni gagal,
tidak dapat dipungkiri kedua belah pihak yang berseteru menempuh perpisahan atau
perceraian secara permanen.

1. Sirang so Sirang
Persepsi Tokoh Masyarakat Batak Terhadap “Sirang so Sirang” Seperti diketahui
bahwa perceraian dilarang didalam Agama Kristen dan tidak dianjurkan didalam Adat
Batak karena merupakan aib bagi sebuah Keluarga Batak dan hal ini dapat
menciptakan rasa kurang berharganya seseorang di tengah masyarakat adat. Inilah
yang menjadikan sebuah keluarga batak melakukan sirang so sirang.Karena memang
tidak diperbolehkan dalam Agama Kristen maupun Adat Batak.
Kalau pun harus bercerai proses perceraian sangat rumit karena istri adalah boruni
raja (Putri Raja) dan suami adalah Anakni raja (Anak Raja), maka segala tindak
tanduk harus juga Raja (ada etika dan sopan santun yang menunjukkan
kedudukannya) sehingga kalaupun harus bercerai (sirang) maka yang boleh
menggugat cerai hanyalah suami karena istrinya sudah “dialap” (dilamar dari
keluarga besar perempuan dan dinikahi dengan prosesi adat) maka bila terpaksa
bercerai haruslah di “paulak” (dikembalikan secara adat kepada keluarga besar
perempuan). Tapi kasus seperti ini sangat jarang terjadi, sangat jarang terjadi acara
adat paulak boru karena membutuhkan kesepakatan dari keluaraga besar kedua belah
pihak dan membutuhkan banyak biaya. Dan yang perlu diketahui walaupun seorang
perempuan sudah dipaulak dalam adat Batak, perempuan dan laki-laki tersebut masih
menjadi pasangan suami istri dalam pemberkatan di Gereja, karena tidak ada kata
perceraian dalam Gereja Kristen.kecuali, salah satu dari pasangan suami istri tersebut
meninggal dunia barulah suami atau istri yang masih hidup dapat menikah kembali
dengan orang lain melalui pemberkatan di Gereja tersebut, sehigga hal ini menjadikan
rumah tangga mereka dipersimpangan jalan atau Sirang so Sirang.

2. Perceraian
Ketika Sirang so Sirang (padao-dao) mala berdampak negatip bagi para pihak, atau
lebih baik berpisah daripada tidak ada kepastian rumah tangga dimaksud mungkin

Ch. Manihuruk
203

jalan terbaik adalah berpisah atau jika nekad ingin bercerai dan siap menanggung
resiko adat dan agama (Kristen) maka proses paulakhon (St. Sampe Sitorus/br
Sitanggang/A.Hitado Managam) sebagai berikut :
Borhat ma paranak rap dohot anakna dohot parumaenna i tu huta ni parboru
mamboan sipanganon. On ma naginoaran Paulak ULOS PANGOSE
Ia namargoar ulos pangose mangihuthon hatorangan ni angka natua-tua, songon on ma
pardalanna: Olo do na mardongan saripe marrongkap badan, ndang marrongkap tondi.
Lapatanna, ndang tubuan anak nasida ndang tubuan boru (ndang adong rindangna).
Di sada tingki gabe marsirang ma nasida sian dos ni roha nasida be. Di jolo ni raja,
sipaulahon ni paranak ma ulos sampetua (ulos hela goarna nuaeng on) najinalona
hian di tingki pesta unjuk tu parboru. Ima naginoaranna ulos pangose. Ai nunga mose
padan ala so marrongkap tondi. Dung mulak ulos pangose, i pe asa boi muli boru
napinasirangna i.
Najolo ninna natua-tua, molo marhamulian sada boru naung marsirang, molo ndang
mulak ulos sampetua, dietong nasida do anak natinubuhonna i gabe rindang ni
humuliaonna na parjolo. I do umbahen jolo disungkun halak borua i, naung sirang
manang naung dipagoi, ai padalan pago-pago do paranak dohot parboru tu raja molo
masa angka sisongon i.
Catatan penting:
Seorang perempuan selama belum “dipaulak” suaminya maka dia adalah istri sah,
memiliki hak dan kewajiban dikeluarga marga suaminya sepanjang hidupnya. Bila
sudah “dipaulak” maka terhitung hari tersebut hak dan kewajiban dik eluarga
marga suaminya berakhir dengan sendirinya.

Ch. Manihuruk
204

BAB XVI
MARGA-MARGA ORANG BATAK
A. Arti Pentingnya Marga Bagi Masyarakat Batak
Marga (marga) dalam masyaraktat Batak adalah nama persekutuan dari orang-
orang bersaudara, sedarah, seketurunan menurut garis bapak, yang mempunyai tanah
sebagai milik bersama di tanah asal atau tanah leluhur. Misalnya : Samuel Manihuruk,
Samuel adalah nama kecil atau nama pribadi, sedangkan Manihuruk nama warisan yang
telah diterimanya sejak ia masih dalam kandungan ibunya, yaitu nama kesatuan atau
persekutuan keluarga besar Manihuruk. Dasar pembentukan marga adalah keluarga,
yaitu suami, istri, dan putra-putri yang merupakan kesatuan yang akrab, yang menikmati
kehidupan bersama, yaitu kebahagiaan, kesukaran, pemilikan benda, serta pertanggung
jawaban kelanjutan hidup keturunan dalam masyarakat batak.

Marga Manihuruk Boru dan Bere biasanya menyanyikan Mars Manihuruk


dalam suatu pesta Pernikahan dan Bona Taon

Silisilah (Tarombo) adalah kelebihan lain dari orang Batak. Tarombo adalah
pemikiran hebat dari para raja-raja Batak terdahulu. Mereka berpikir agar kelak anak
cucu dari keturunan-keturunannya tidak putus rantai persaudaraan dan dapat mengenal
serta mengetahui dengan baik dari mana mereka berasal yang diidentifikasikan melalui
marga-marga yang bersangkutan. Banyaknya jumlah marga dalam perjalanannya terus
bertambah, dan ada pula yang marga tertentu menghilang dari daftar marga-marga yang

Ch. Manihuruk
205

ada satu dan lain hal tidak satu lembaga adat atau instansi yang mencatat dan mengaudit
keberadaan marga dimaksud, dengan demikian jumlah marga yang sebenarnya sangat
tergantung dari nara sumber yang berasangkutan, seperti hal dafatar marga yang kami
dapat berikut.

Inanta PPTSB Cibinong juga selalu tampil semarak dengan


nuansa kebersamaan warna warni

B. Daftar Marga-Marga Masyarakat Batak


Daftar berdasarkan Abjad
Ambarita
Ampapaga (Siampapaga)
Ampun (Nahampungan)
Angkat
Angkat Singkapal
Aritonang
Aruan
Babiat
Bako
Banjarnahor (Nainggolan)
Banjarnahor (Marbun)

Ch. Manihuruk
206

Bancin
Bakkara
Barimbing
15 Baruara (Tambunan)
Barutu (Situmorang)
Barutu (Sinaga)
Batuara (Nainggolan)
Batubara
Barasa
Barampu
Baringin
Beru (Kotacane)
Binjori
Bintang
Biru
Boangmanalu
Boliala
Bondar
Buaton
Bunuarea (Banuarea)
Bunjori
Butarbutar
Dajawab
Dalimunte
Damunte
Dasalak
Dapari
Daulae
Debataraja (Simamora)
Debataraja (Rambe)
Doloksaribu
Dongoran
Gajah
Gajadiri
Gajamanik
Garingging
Girsang
Gorat
Gultom
Gurning
Habeahan
Harahap
Harianja
Haro
Haroharo
Hasibuhan

Ch. Manihuruk
207

Hasugian
Hobun
Hubu
Hutabalian
Hutabarat
Hutajulu
Hutagalung
Hutagaol (Lontung)
Hutagaol (Sumba)
Hutahaean
Hutapea
Hutasoit
Hutasuhut
Hutatoruan
Hutauruk
Kasogihan
Kombi (Singkil)
Kudadiri
Lambe
Limbong
Lingga
Lubis
Lubis Hatonopan
Lubis Singasoro
Lumbanbatu
Lumbandolok
Lumbangaol (Marbun)
Lumbangaol (Tambunan)
Lumban Nahor (Situmorang)
Lumbanpande (Pandiangan)
Lumbanpea (Tambunan)
Lumbaraja
Lumban Siantar
Lumbantobing
Lumbantoruan (Siringoringo)
Lumbantoruan (Sihombing)
Lumbantungkup
Maha
Mahabunga
Maharaja
Malau
Maliam
Manalu (Toga Simamora)
Manalu-Rambe
Manalu (Boang)
Manik

Ch. Manihuruk
208

Manihuruk
Manurung
Marbun
Marbun Sehun
Mardosi
Marpaung
Martumpu
Mataniari
Matondang
Meha
Mekameka
Mismis
Mukur
Mungkur
Munhte
Nababan
Nabungke
Nadapdap
Nadeak
Nahampun
Nahulae
Naibaho
Naiborhu
Naimunte
Naipospos
Nainggolan
Napitu
Napitupulu
Nasution
Nasution Bototan
Nasution Loncat
Nasution Tangga Ambeng
Nasutian Simaranggintir
Nasution Manggis
Nasution Joring
Ommpu Manungkolangit
Padang (Situmorang)
Padang (Batanghari)
Pangaraji (Tambunan)
Pakpahan
Paman
Pandeuruk
Pandiangan-Lumbanpande
Pandingan Sitanggubang
Pandiangan Sirurangke
Panjaitan

Ch. Manihuruk
209

Pane
Pangaribuan
Panggabean
Papaga
Parapat
Pardabuan
Pardede
Pardosi
Pardosi (Siagian)
Parhusip
Pasaribu
Pase
Pasi
Pinayungan
Pinarik
Pinatubatu
Pohan
Porti
Pospos
Pulungan
Purba (Toga Simamora)
Purba (Rambe)
Pusuk
Rajagukguk
Rambe-Purba
Rambe-Manalu
Rambe-Debataraja
Rangkuti-Dano
Ranguti-Pane
Rea
Rimobunga
Ritonga
Rumahombar
Rumahorbo
Rumapea
Rumasingap
Rumasondi
Sagala
Sagala-Bungarea
Sagala-Hutabagas
Sagala-Hutauruk
Saing
Sambo
Sampun
Samosir
Sapa

Ch. Manihuruk
210

Sagagi (Samosir)
Saragih (Simalungun)
Saraan (Seraan)
Saruksuk
Sarumpaet
Seun (Sehuin)
Siadari
Siagian (Siregar)
Siagian (Tuan Dibangarna)
Siahaan (Nainggolan)
Siahaan (Tuan Somanimbul)
Siahaan Hanalang
Siahaan Balige
Siahaan Lumbangorat
Siahaan Tarabunga
Siahaan Sibuntuon
Siallagan
Siambaton
Sianipar
Sianturi
Sibangebenge
Sibarani
Siboro
Siborutorop
Sibuea
Siburian
Sidabalok
Sinabang
Sidebang
Sidabariba
Sinabariba
Sidabungke
Sidabutar
Sidabutar (Silahisabungan)
Sidapintu
Siadari
Sidauruk
Sijabat
Sigalingging
Sigiro
Sihaloho
Sihite
Sihombing
Sihotang
Sikedang
Siketang

Ch. Manihuruk
211

Sijabat
Silaban
Silaen
Silalahi
Silali
Sileang
Silitonga
Simaibang
Simalango
Simamora
Simandalahi
Simanjorang
Simanjuntak
Simangunsong
Simanullang
Simanungkalit
Simorangkir
Simare-mare
Simargolang
Simarmata
Simarsoit
Simatupang
Simbiring Meha
Simbiring -Meliala
Simbolon
Sinabang
Sinabariba
Sinaga
Sibagariang
Sinambela-Humbang
Sinambela Dairi
Sinamo
Singkapal
Sinurat
Sipahutar
Sipayung
Sipangkar
Sipangpang
Sipardabuan
Sirait
Sirandos
Siregar
Siringkiron
Sirumapea
Sirumasondi
Sitanggang

Ch. Manihuruk
212

Sitanggubang
Sitarihoran
Sitindaon
Sitinjak
Sitio
Sitohang Uruk
Sitohang Tangatonga
Sitohang Toruan
Sitompul
Sitordolok
Sitorus
Situmeang
Situmorang-Lumbanpande
Situmorang Suhutnihuta
Situmorang Siringoringo
Situmorang Sitohang Uruk
Situmorang Sitohang Tonga-Tonga
Situmorang Sitohang Toruan
Situngkir
Siturangke
Sobu
Solia
Solin
Sorganimusu
Sormin
Suhutnihuta Situmorang
Suhutnihuta Sinaga
Suhutnihuta Pandiangan
Sumba
Sumbayak
Sunge
Sungu
Tamba
Tambak
Tambunan Lumban Gaol
Tambunan Lumbanpea
Tambunan Pagaraji
Tambunan Sunge
Tampubolon
Tampubolon Barimbing
Tampubolon Silaen
Takkar
Tanjung
Tarihoran
Tendang
Tinanbunan

Ch. Manihuruk
213

Tinendung
Togatorop
Tomak
Torbandolok
Tumanggor
Turnip
Turutan
Tjapa (Capa)
Tjambo (Cambo)
Tjibero (Cibero)
Ujung Rimobunga
Ujung Saribu
KAROKARO:
Karokaro Barus
Karokaro Bukit
Karo-karo Gurusinga
Karokaro Jung
Karo-karo Kaloko
Karokaro Kacaribu
Karokaro Kesogihan
Karokaro Kataren
Karokaro Kodadiri
Karokaro Purba
Karokaro Sinuraya (sian raya)
Karokaro Sekali
Karokaro Sikemit
Karokaro Sinabulan
Karokaro Sinuaji
Karokaro Sinukaban
Karokaro Sinulingga
Karokaro Simura
Karokaro Sitepu
Karokaro Surbakti
TARIGAN
Tarigan Bandang
Tarigan Ganagana
Tarigan Gerneng
Tarigan Girsang
Tarigan Jampang
Tarigan Purba
Tarigan Silangit
Tarigan Tambak
Tarigan Tambun
Tarigan Tagur
Tarigan Tua
378 Tarigan Sibero

Ch. Manihuruk
214

PERANGINANGIN
Peranginangin Penyeberang
Peranginangin Bangun
Peranginangin Kabak
Peranginangin Kacibanu
Peranginangin Keliat
Peranginangin Laksa
Peranginangin Mano
Peranginangin Namohaji
Peranginangin Panggarun
Peranginangin Pencawan
Peranginangin Parbesi
Peranginangin Perasih
Peranginangin Pinem
Peranginangin Sinubayang
Peranginangin Singarimbun
Peranginangin Sinurat
Peranginangin Sukatende
Peranginangin Ulujandi
Peranginangin Uwir
GINTING
Ginting Ajar Tambun
Ginting Baho
Ginting Beras
Ginting Gurupatih
Ginting Jadibata
Ginting Jawak
Ginting Manik
Ginting Munte
Ginting Pase
Ginting Garamata
Ginting Saragih
Ginting Sinusingan
Ginting Sugihen
Ginting Sinisuka
Ginting Tumangger
Ginting Capa
SEMBIRING
Sembiring -Brahmana
Sembiring Bunuhaji
Sembiring Busuk (Pu)
Sembiring Depari
Sembiring Galuk
Sembiring Kinaya
Sembiring Keling
Sembiring Kelola

Ch. Manihuruk
215

Sembiring Kembaren
Sembiring Meliala
Sembiring Muham
Sembiring Pandebayang
Sembiring Pandia
Sembiring Pelawi
Sembiring Sinulaki
Sembiring Sinupayung
Sembiring Sinukapar
Sembiring Takang
Sembiring Solia
MARGA SILEBAN MASUK TU BATAK
SINAGA
Sinaga Nadihayanghotoran
Sinaga Nadihayangbodat
Sinaga Sidabariba
Sinaga Sidagurgur
Sinaga Sidahapintu
Sinaga Sidahasuhut
Sinaga Siallagan
Sinaga Porti
DAMANIK
Damanik Ambarita
Damanik Bariba
Damanik Gurning
Damanik Malau
Damanik Tomok
SARAGI
Saragih Jawak
Saragih Damunte
Saragih Darsalak
Saragih Garingging
Saragih Simarmata
Saragih Sitanggang
Saragih Sumbayak
Saragih Turnip
PURBA
Purba Bawang
Purba Dagambir
Purba Dasuha
Purba Girsang
Purba Pakpak
Purba Siidadolok
Purba Tambak
HALAK SILEBAN NA MASUK TU MARGA NI
BATAK 461. Barat ( Sian Hutabarat )

Ch. Manihuruk
216

Baumi (Maringan di Mandailing )


Buluara ( Maringan di Singkil)
Goci (Maringan di Singkil)
Kumbi (Mariganan di Singkil)
Masopang (Dasopang) Sian Hasibuan
Mardia (Maaringan di Mandailing)
Melayu (Maringan di Singkel) Sian Malau
Nasution (deba mangakui siahaan do nasida pomparan ni si Badoar [sangti]
Palis ( Maringan di Singkil Dolok)
Ramin (Maringan di Singkil)
Rangkuti ( didok deba nasida, turunan ni Sultan Zulqarnain sian Asia tu
Mandailing)

C. Marga-Marga PARNA Sisada Anak Sisada Boru


Dengan berjalannya waktu, dari sekian ratus Marga-Marga, sala satu silsila
keturunan yan
g masih bertahan sampai hari ini tidak saling kawin mengawin diantara mereka Keturunan
PARNA (Pomparan Raja Naimbaton) yang tersebar di 5 sub Batak yakni Batak Toba,
Mandailing, Karo, Simalungun Naimbaton) dan Fakfak. Kesepakatan ini merupakan
ikon adat Batak yang paling kramat, patut dapat diduga jika PARNA sudah melakukan
kawin mengawin sesunggunya separo dari adat batak toba sudah runtuh dan patut dapat
diduga akan terjadi pula sesama satu marga juga akan terjadi perkawinan, yang pada
akhirnya dalian na tolu yang menjadi kebanggaan orang batak akan punah.

Sebagian peserta Bona Taon Parna Cibinong

Ch. Manihuruk
217

Kesempatan Menyanyikan Lagu Pujian dengan Semangat 45

Adapun daftar Marga-Marga Parna (WWW/Kompasiana.com Karomian


Tumangger 2018)

Bancin
Banuarea/Banurea
Berampu/Brampu
Barasa/Brasa
Baringin/Bringin
Beruh (Kutacane)
Biru
Boangmanalu
Capah
Dajawak
Dalimunthe
Damunthe
Dasalak
Gajah
Ginting Beras
Ginting Bukit
Ginting Capa
Ginting Garamata

Ch. Manihuruk
218

Ginting Ajar Tambun


Ginting Baho
Ginting Guru Patih
Ginting Jadi Bata
Ginting Jawak
Ginting Manik
Ginting Munthe
Ginting Pase
Ginting Sugihen
Ginting Sinisuka
Ginting Tumangger
Garingging
Haro
Hubu
Hobun
Kombih (Singkil)
Maharaja
Manihuruk
Manik Kacupak
Munthe
Nadeak
Nahampun/Anak Ampun
Napitu
Pinayungan/Pinayungen
Pasi
Rumahorbo
Saing
Sampun
Saraan
Saragi
Saragih Dajawak
Saragih Damunthe
Siadari
Siallagan
Siambaton
Sidabalok
Sidabungke
Sidabutar
Sidauruk
Sigalingging
Sijabat
Sikedang (Kutacane)
Simalango

Ch. Manihuruk
219

Simarmata
Simbolon Altong Nabegu
Simbolon Hapotan
Simbolon Juara Bulan
Simbolon Pande Sahata
Simbolon Panihai
Simbolon Suhut Nihuta
Simbolon Tuan
Simbolon Sirimbang
Sitanggang Bau
Sitanggang Gusar
Sitanggang Lipan
Sitanggang Silo
Sitanggang Upar Parangin Nawalu
Sitio
Sumbayak
Tamba
Tendang
Tinambunan/Tinambunen
Tumanggor/Tumangger
Turnip
Turutan/Turuten.

Parna Cibinong pemilihan Ketua Umum dari banyak marga candidat 2019 :
Sidabutar, Manihuruk, Sidauruk, Munthe dan Tumanggor

Ch. Manihuruk
220

XVII
BEBERAPA MACAM PEMBERIAN UANG DALAM
PESTA ADAT BATAK TOBA

Beberapa pemberian uang kepada kerabat suhut terdekat dengan keluarga :

1. Batu ni sulang
Batu ni sulang adalah sejumlah uang yang diterima suhut parboru di acara pesta
pangadati, jadi namanya bukan lagi sinamot. Ketika bere manulangi tulang, amplop
yang diberi bere (orang tuanya) kepada tulang, disebut juga namanya batu ni sulang

2. Domu-domu
Uang yang diterima seseorang dengan nama domu-domu (komisi) adalah sebagai
saksi dan berperan melancarkan transaksi jual beli brang/ternak

3. Jambar di alaman
Di Jakarta lebih dikenal dengn sebutan pinggan panganan. Adalah amplop yang
diterima oleh semua undangan parboru, di luar yang sudah menerima panandaion.
Uang tersebut hakekatnya adalah dari paranak, namun teknisnya parborulah yang
menyisihkan dari uang sinamot yang diterimanya.

4. Ingot-ingot
Ingot-ingot adalah uang yang diterima semua yang hadir di acara marhata sinamot.
Dari paranak yang dibagikan ke parboru dan sebaliknya dari parboru yang dibagikan
ke paranak

5. Pago-pago
Menerima uang pago-pago adalah saksi di acara mangampu anak/boru, perceraian
secara adat, pengalihan hak tanah warga kepada seseorang

6. Pasituak natonggi
Apabila suhut menerima batu sulang seperti di acara manulangi tulang, manuruk-
nuruk, pasahat ulos mula gabe, dan paebaton anak buha baju maka rombongannya
ikut juga menerima amplop berisi uang.

7. Piso
Piso ada kalanya disebut piso na ganjang, di bonapasogit kadang diberi berupa ternak
ada juga sudah berupa uang. Bergantung kesepakatan hula-hula penerima dengan
boru sipemberi. Hula-hula si penerima piso ini adalah singbungka hombung dari
seseorang yang meninggal sari matua atau saur matua dan dikubur di tambak na
timbo atau patu na pir

8. Piso-piso
Piso-piso adalah amplop berisi uang yang diterima hula-hula pemberi ulos di acara
adat kematian seseorang ama/ina yang sudah sari matua atau saur matua. Bila hula-

Ch. Manihuruk
221

hula pemberi ulos saput menerima piso na ganjang, hula-hula lainya yang memberi
ulos akan menerima piso-piso

Sinamot adalah uang mahar, uang yang diberikan keluarga penganten ria kepada
keluarga pengantin wanita

Silua bawaan berupa oleh-oleh (berupa benda atau uang) ketika berknjung ke rumah
seseorang atau sumbangan

Situak na tonggi uang yang diberikan pihak boru kepada hula-hulanya yang maksudnya
untuk membeli tuak manis

Tin-tin Marangkup adalah perolehan berupa uang yang diterima oleh tulang pengantin
pria pada acara pesta perkawinan. Uang tersebut berasal dari ayah si pengantin pria,
diserahkankepa orangtua pengantin wanita dan menambahnya separo dari yang
diterima dari ayah si pengantin pria, kemudian diserahkan bersama-sama ke tulang
pengantin pria.

PPTSB Cibinong membawa Silua untuk Panita Bona Taon

Ch. Manihuruk
222

BAGIAN XVIII
BUNGA RAMPAI ADAT ISTIADAT BATAK TOBA

A. Beberapa Pendapat Para Nara Sumber


Advendes Pasaribu menyampaikan pengamatannya banyak generasi muda galau
dengan masalah kesulitan yang dihadapi rencana pernikahan dengan adat batak karena
beberapa hal. Antara lain, biaya yang tinggi, pelaksanaan adat yang menyita waktu yang
lama. Biaya berkaitan dengan sinamot yang di luar jangkauannya, Biaya pesta yang
tinggi jika dilihat tingkat tarif gedung dan konsumsi. Acara adat na gok ini membuat
momok, atau ketakutan bagi kedua calon mempelai. Tentu, faktor biaya ini sepertinya
menjadi jalan buntu sehingga muncul ketakutan, dan sangat mungkin muncul istilah
Panglatu (perjaka lajang tua) atau Pertu (perawan tua).
Bagaimana pernikahan yang efisien, mampu menyesuaikan situasi dan kondisi
yang dialami kedua pihak tanpa harus dipaksanakan dari sudut biaya dan waktu yang
lebih singkat? Ini tantangan yang harus dibicarakan dan dicarikan solusi, supaya
generasi muda batak melakukan pernikahan dengan pilihan istri/suami yang sudah
dicintainya boleh berlangsung dengan ketentuan adat, gereja dan pemerintah.
Choky Pardede, menyampaikan pandangan bersifat testimoni. Kawin maduma
(mangoli dung matua), karena adanya kendala justru dari diri sendiri yang terkesan ego
agar memiliki kemampuan keuangan dahulu baru nikah.
Penundaan yang dilaksanakan ternyata setelah dikaji di kemudian, berpendapat
seharusnya tidak perlu ditunda. Yang diperlukan komitmen kedua pihak saling
menyadari kondisi masing-masing. Orangtua kita sudah mengatakan 'adat do na metmet,
adat do na balga', hanya masalahnya komitmen kesiapan kedua pihak baik orangtua
maupun penganten.
Ronsen Pasaribu mengamini pandangn Advendes maupun Choky Pardede.
Masalahnya komplek bila diri sendiri yang menjalani, sebab memang faktor pernikahan
itu tidak hanya diri sendiri yang mempengaruhi. Bisa kedua orang tua, bisa keluarga di
Jakarta ini, bisa Raja Adat dan sebagainya. Pernikahan sangat tergantung pada kebesaran
hati kedua pihak orang tua. Misalnya, pihak laki-laki lemah keuangan, pihak Perempuan
bisa menghendel acara pernikahan sehingga berjalan dengan baik. Sinamot pun bisa
disepakati juga. Nilai Rp1 juta bisa disebut Rp100 juta, kata Advendes.
Jika upaya kesepakatan tidak tercapai, sesuai pengalaman yang ada ada dua cara
ditempuh yaitu Kawin lari. Kedua calon berangkat ke Bonapasogit, lalu menginap di
rumah Guru Huria (Pelayan Tuhan di Gereja), kemudian pihak keluarga laki-laki akan
menjalankan adat istiadat di Bonapasogit, sampai dilaksanakan pernikahan adat nagok.
Cara kedua, dilangsungkan pernikahan secara Gereja dan Negara namun adat nagok
dilaksanakan belakangan (Sulang-sulang pahompu). Ini juga dua cara yang bisa dicapai
demi mewujudkan niat pernikahan di kalangan orang batak.
Djalan Sihombing,SH, menyoroti sejarah pernikahan di Bonapasogit yang pada
umumnya masyarakat petani dimana masih banyak waktu untuk melangsungkan pernikahan
dengan, tahap dan waktunya cukup lama. Zaman dulu, masih banyak waktu berpantun
sesama pemuda Batak. Ini membuktikan banyak waktu pertemuan sesama pemuda (doli-doli
dohot namarbaju). Sedangkan sekarang dan ke depan, terutama di kota-

Ch. Manihuruk
223

kota besar dimana waktu kerja sangat terjadwal, maka tidak banyak waktu berlama-lama
dalam acara adat. Apalagi kedua pengantin sudah tidak terbiasa lagi mengikuti adat yang
memakan waktu cukup lama. Pada umumnya yang sudah lahir di kota mengeluh dengan
lamanya waktu adat perkawinan. Kita bayangkan pengantin bangun pukul 05.00 WIB
pagi dan masih dinasehati di rumah sampai pukul 22.00 WIB tanpa istirahat.
Sebaiknya waktu bisa dipersingkat sesimpel mungkin, yang penting syarat adat
"suhi ampang na opat" dilaksanakan sudah dapat disebut adat na gok dan makna adat itu
tidak hilang. Jadi prinsip adat kecil atau adat besar bisa berlangsung (adat do na gelleng,
adat do na balga). Untuk apa acara perkawinan mewah, tapi ke depannya menjadi
kesulitan. Jadi, yang penting maknanya tidak hilang.
Selain itu, bagi orang Batak, pernikahan sebenarnya diatur oleh tiga hukum,
Hukum Positif (UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan), Hukum Agama dan
Hukum Adat. Mana yang dominan, sebenarnya yang dominan Hukum Agama (khusus
Kristen) karena agama Kristen tidak mengenal perceraian kalau bukan karena
perzinahan. Artinya hukum Negara dan Adat, bisa menyesuaikan khususnya adat.
Sedangkan Hukum Negara tidak jadi masalah karena tidak memerlukan biaya
besar. Jadi kembali ke adat yang membuat pernikahan ini sulit bagi sebagaian orang.
Harus ada jalan keluar dengan mempersingkat waktu tetapi maknanya tidak hilang. Perlu
penyederhanaan adat itu sendiri.
Rustika,SH mengatakan saya melihatnya kedua pihak perlu komitmen akan makna
pernikahan itu sendiri, pernikahan sebagai amanat Tuhan. Maka jika faktor uang yang
signifikan seperti besarnya sinamot, pesta yang butuh biaya besar, ada yang menikah di
gereja kharismatik. Jadi, perlu penyederhanaan biaya.
Rosmawati br Siregar berpendapat menikah dengan pemuda Kristen dari suku lain
yaitu NTT. Itu pilihan terbaik, karena sempat pihak keluarga orang batak yang semula
melamarnya, ada keberatan keluarga akibat dia tidak punya saudara laki-laki (yang
hidup), tidak ada tulang nantinya. Ini hambatan keluarga, nantinya dianggap tidak
"sangap". Akhirnya, keputusan diambil, dengan calon lainnya dari NTT dengan
memberikan marga Rajagukguk. Semua bisa berjalan lancar dan kebahagiaan juga
mereka dapatkan.
Toni Limbong menyebutkan adat, adalah kesepakatan kedua pihak. Yang penting
adalah kesepakatan kedua calon mempelai, yang sudah mencintai. Bila tidak sepakat,
ada sarana adat, sulang-sulang pahompu. Guna mewadahi kepentingan pemuda, perlu
dipikirkan Gereja membuat ruang kecil yang bisa dilangsungkan pernikahan orang batak
dalam skala kecil. Sehingga biaya gedung bisa menolong jemaatnya yang punya
keterbatasan.
Obet Hutabarat berpendapat saya sebagai orang batak terdorong untuk mengetahui
lebih banyak lagi soal adat batak. Topik ini sedikit banyak saya dengar dan setuju
dicarikan solusi agar jangan terhambat pelaksanaan pernikahan yang sudah saling
mencintai hanya gara gara besar biaya, jadi batal.
Julious Pasaribu, SH mengatakan adat namenek, adat na balga. Pengalaman pribadi
yang mengambil boru dari Toraja, merasakan faktor kesulitan mengikuti adat di
kalangan orang batak saat itu. Walau sekarang, ternyata adat Toraja juga tidak kurang
murahnya, tetap saja punya adat yang memerlukan dana yang tidak sedikit. Jadi, dana
yang besar, karena tuntutan adat istiadat setempat.
Johannes Situmorang, memandang bahwa soal dana ini adalah urusan orang tua.

Ch. Manihuruk
224

Justru yang menjadi masalah saat ini bagi orang batak adalah kecocokan pria dan wanita.
Banyak anak muda batak yang sulit menentukan pilihannya. Keterbukaan sangat kurang,
saling menunggu sehingga banyak anak muda usianya diatas 30 tahun baru menikah.
Namun sepakat agar anak muda perlu keberanian dan komitmen bersama dalam
melangsungkan pernikahan.
Delly br Sinaga berharap ada kompromoni kedua pihak saling menerima jika ada
yang punya kendala. Jangan sampai gagal karena adanya kendala dana sedangkan
keduanya sudah saling mengasihi.

Kesimpulan yang diambil sebagai berikut :


Pernikahan orang batak didasari pengenalan dan komitmen yang tinggi sehingga siap
untuk menghadapi pernikahan yang sederhana sekalipun, jika orang tua memutuskan
acaranya sederhana.
Pihak lembaga adat batak, di kedua pihak hendaknya tidak merupakan pihak yang
mendorong agar terjadi pernikahan dengan tuntutan dana besar, mengingat pengaruh
di luar kedua suhut (keluarga) dalam kenyataan turut mempengaruhi dalam
mengambil keputusan.

B. Pekerjaan Rumah dan Beberapa Saran

1. Sinamot (Mahar) Mahal


Menurut seorang sarjana hukum adat yang terkenal Prof dr B. Ter Haar, yang
mengambil hukum perkawinan adat Batak sebagai contoh pindahnya seorang
wanita ke klen suaminya, mahar (sinamot) ialah “alat magis yang melepaskan
ikatan seorang wanita dari klen ayahnya ke klen suaminya sehingga tidak
menimbulkan gangguan di dalam keseimbangan sosial dan kosmos. Menurut alam
pikiran para leluhur orang Batak sesuai dengan prinsip Dalian Na Tolu, yang
mengasuh calon penganten perempuan tersebut tidak hanya orang tua tetapi turut
juga Dalian Na Tolu yang terkandung dari ayah sigadis, juga saudara lelaki sang
ayah, boru yang meliputi para putri dan saudara perempuan dari sang ayah
tersebut, juga termasuk hula-hula yang meliputi saudara lelaki dari ibu siputri.
Zaman dahulu sinamot itu ditetapkan setelah pihak parboru mengetahui persis
seberapa besar kekayaan dari paranak (Kuda, Kerbau, Babi, Sawa. Ladang dsb)
termasuk kekayaan dan jumlah keluarga besar pihak laki-laki yang melalui proses
intelijen (mangarang-rangi maupun marhusip) dan selanjutnya kedua bela pihak
secara arib dan bijaksana menetapkan besarnya kecilnya biaya pesta nika termasuk
didalamnya sinamot.
Sekarang ini anak muda Batak banyak yang merasa was-was bahkan cemas
jika ingin menikah. Bukan cemas karena persiapan menikah yang sangat banyak,
melainkan harus memikirkan biaya Tuhor Ni Boru (sinamot) alias biaya untuk
“membeli pasangan” oleh pihak pria kepada pihak wanita yang akan menikah.
Sebenarnya dalam pernikahan ini tidak ada transaksi jual beli manusia, tidak ada
sama sekali. Kata-kata membeli pasangan itu cuma anggapan orang-orang yang
tidak paham makna dari Sinamot. Salah satu hal yang sering diperbincangkan orang
tentang Sinamot adalah gagal nikah. Impian sepasang manusia untuk mengarungi
biduk rumah tangga harus kandas di hantam badai Sinamot yang sangat

Ch. Manihuruk
225

besar. Sehingga bisa dibilang ini jadi momok yang cukup menakutkan bagi
pasangan anak muda Batak di zaman sekarang. Banyak keluhan-keluhan terkait
harga Sinamot yang begitu tinggi, sampai-sampai banyak komentar di media sosial
yang meminta harga Sinamot diturunkan. Terlebih diwilayah perkotaan disamping
harus persekot gedung pesta antri satu tahunan, dan biaya sewanya sangat mahal
antara Rp 35 juta sampai Rp 100juta hal ini terjadi karena adat batak terkait
dengan tudu-tudu sipanganon, tidak banyak gedung pertemuan yang menerima
pesta adat Batak Toba dan melibatkan banyak orang. Demikian juga biaya
konsumsi di perkotaan saat ini antara Rp 40.000 sampai dengan Rp 100.000
perporsi, dan juga harus menyiapkan makanan nasional yang harganya tentu lebih
tinggi dari makanan tradisional.
Biaya perkawinan diperkotaan saat ini dapat menghambat minat para pemuda
Batak melamar perempuan Batak, seperti kita ketahui sebagian besar pemuda kita
adalah perantau dan mungkin juga masih baru lulus kuliah dan belum punya
pekerjaan yang mumpuni, ini merupakan hambatan yang menjadi perhatian kita
semua, saran yang paling mungkin adalah menganjurkan pesta di laksanakan di
bonapasogit, disamping dikerjakan secara gotong royong karena dikampung
sendiri bisa buka pagelaran dihalaman dengan menggunakan tenda dan biaya
konsumsi yang relatif lebih murah ketimbang diperkotaan.
Pada dasarnya Sinamot itu sendiri adalah wujud “penghormatan” orangtua dan
(calon) pengantin pria kepada pihak orangtua perempuan karena putri mereka akan
dijadikan istri, menantu, dan ibu bagi keluarga marga lain, dimana secara sadar
atau tidak sadar kita membicarakan besarnya sinamot seperti barang dagangan
yang dipatok parboru misalnya jika tamatan SMU sebesar Rp 15juta, tamatan D3
sebesar Rp 20juta, tamatan S1 sebesar Rp 30juta dan S2 Rp 50juta. Apalagi bila
tingkat pendidikan ditambahkan lagi sudah bekerja mau berapa besar lagi
sinamotnya tentu hal ini juga berdampak negatif bagi para pria demikian juga bagi
mereka yang punya putri khususnya.

2. Proses Pesta Unjuk Melelahkan


Kenapa kita tidak meniru atau menyesuaikan ritual adat kita dengan tantangan
kemajuan zaman?. Pro dan Kontra perubahan zaman ketika adat istiadat dimaksud
dibuat para pihak adalah hidup mereka pada umumnya bersumber dari sumber
daya alam, seperti petani, nelayan dan sedikit sekali yang berpropesi pedagang
sehingga mereka banyak waktu yang luang menunggu musim dan waktu kerja
diladang. Pada saat ini masyarakat Batak Toba yang diperantauan tidak menjadi
petani dan nelayan lagi, tetapi sebagian besar aparatur sipil negara, wirasuwasta,
karyawan, pengojek, sopir taksi, pengasong atau warung, pengacara, akuntan dan
lain sebagainya. Mereka adalah pemangku kepentingan yang juga ingin aktif hadir
di acara adat batak. Adat batak tidak hanya untuk kaum yang mapan. Juga untuk
masyarakat marginal. Namun format acara adat batak saat ini tidak memberi ruang
fleksibilitas untuk itu. Saudara kita yang secara ekonomi kurang beruntungpun
harus bebani dengan biaya ekonomi pelaksanaan adat yang mahal.sebagian besar
dari mereka belum tergolong mapan secara ekonomi.
Pelaksanaan pesta unjuk yang full day, mendatangkan beberapa kerugian baik
material dan immaterial. Satu hari produktif akan hilang. Biasanya acara unjuk

Ch. Manihuruk
226

adalah di hari Sabtu atau libur. Hampir semua hari Sabtu dan libur di Jakarta ini
misalnya, sudah ditandai untuk pelaksanaan acara adat. Termasuk 17 Agustus,
segera setelah upacara bendera di kantor-kantor !!! Orang tua tersita waktunya dari
memanfaatkan hari libur – quality of time – dengan anak-anaknya. Penganten yang
duduk seharian, khususnya wanita memakai pakaian kebaya kain ketat, menahan
kencing, mulai dari jam 5 pagi sibuha-buhai, pemberkatan pagi hari, usai pesta jam
7 malam, dan bahkan hingga jam 9 malam (karena seusai pesta di gedung masih
dilanjut dengan acara manjalo parumaen di rumah orang tua pengantin pria). I tell
you, ini tidak sehat. Kwalitas bibit yang dihasilkan (kalau sekiranya sepulang
handai taulan kedua mempelai melaksanakan ritual panggilan alam hubungan
suami isteri) pun sudah exhausted. Lemah.
Hasuhuton, juga akan tersandera duduk seharian atau hingga tiba giliran
pasahat ulos. Begitu ulos telah disampaikan (biasanya diawali dengan mandok
hata nauli na denggan, nasehat dan seterusnya), yang bisa berlangsung sampai
sepuluh menit, akan dilanjutkan dengan rombongan yang baris berbaris, berjoget
ria diiringi musik maumere, goyang melayu, boru batak, despacito, sekedar
menyampaikan ulos kepada kedua pengantin. Yang manguloasi masih berdiri di
depan, namun ulos itu segera diturunkan petugas boru, dilipat dan disimpan di
goni di belakang pengantin, untuk ditimpa dengan giliran yang mangulosi lainnya.
Saya tidak habis pikir dan agak gagal paham. Inikah yang dimaksudkan dengan
pasahat ulos ? Inikah kesakralan adat batak yang dicoba pertahankan itu ?
Namun demikian tentunya sangat menyita tenaga bukan. Namun demikian
pelaksanaan pernikahan sekarang ini dapat disimpulkan telah terjadi penyingkatan
waktu jika dibandingkan pelaksanaan adat pada zaman dahulu kala, misalnya ada
hari untuk maningkir tangga dan hari lainnya paulak une, saat ini disingkat
menjadi ulaon sadari.
Terasa sangat lama jika kita bandingkan dengan resepsi perkawinan para
tetangga disekitar kita demikian juga saudara kita masyarakat Jawa dan Betawi
biasanya cuma dilangsungkan selama kurang lebih 2 jam, tamu-tamu bersalaman
dengan mempelai, foto bareng, menyantap makanan prasmanan, lalu pulang.
begitulah tamu datang silih berganti. Sementara, pesta perkawinan adat Batak
Toba terasa lebih lama dan rumit, karena sebagian besar prosesi adat dilakukan
pada satu waktu. Beda dengan adat Jawa yang prosesi seserahan, siraman, dan
resepsinya dilangsungkan pada waktu yang berbeda.
Dalam bukunya ‘Perwakinan Adat Dalihan Natolu’, (Drs Richard Sinaga)
memaparkan 11 cara mempersingkat waktu sehingga pesta di gedung bisa
dilaksanakan cukup dengan waktu 3,5 jam atau separuh waktu biasa merupakan
masukan yang sangat berharga yakni :
1). Paling Lambat Pukul 12.00 Pengantin Masuk ke Pelaminan
2). Parboru Tidak Perlu Disambut Khusus oleh Paranak Saat Masuk Gedung
3). Hula-hula yang Disambut Masuk Gedung Dibatasi
4). Tidak Menentukan Raja Parhata di Gedung
5). Tidak Ada Pemberian Tumpak Khusus
7). Bicara Efektif (to the point)
8). Panandaion Paling Banyak 8 Penerima
9). Ulos Na Marhadohoan Tidak Lebih dari 17 ulos

Ch. Manihuruk
227

10). Ulos Holong Cukup Diberikan Keluarga Dekat Saja


11). Ulaon Sadari Ditiadakan

Pro dan Kontra menurut penulis kenapa dalam prateknya belangsung cukup lama
memang disengaja supaya dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan para pihak
terkait yang terlibat langsung di pesta tersebut. Para tamu dapat dikategorikan menjadi
2 kelompok besar adalah mereka yang usinya rata-rata 50 tahun keatas yang pada
umumnya sudah pensiun yang menginginkan waktu berlama-lama karena tujuan
kepesta sambil menikmati suguhan musik hiburan gratis juga menyaksikan berbalas
pantun para pihak, sekalian reunian sesama alamamater (satu listing) mereka dan pada
umumnya perekonomian mereka sudah mapan atau paling tidak
mereka mandapatkan uang pensiunan bulanan. Bedahalnya dengan para pihak
yang berusia dibawa 50 tahun meskipun waktu pesta umumnya sabtu libur,
mereka merasa pelaksanaan pesta lambat dan ingin pesta segera berakhir karena
masih ada urusan bisnis dan keperluan mengurus anak-anak dirumah dan kepeluan
lainnya, termasuk didalamnya kemacetan yang terjadi di jalan raya.

3. Tumpak Ganti ni Ulos


Namun dalam prakteknya, pelaksanaan upacara perkawinan ini menjadi
sesuatu yang sangat rumit, costly yang menyita waktu, tenaga dan materi yang
cukup dan sangat besar. Terkadang konsumtif demonstratif. Dalam beberapa
proses, malah berlebihan sehingga menyimpang dari esensinya. Hal ini jika kita
amati, karena dicampur baurnya ketiga jalur di atas, ditambah satu jalur lagi yaitu
jalur pesta. Seolah-olah melaksanakan adat adalah sama sebangun atau identik
dengan berpesta.
Inilah praktek yang terjadi di kota-kota besar. Karena kota adalah kiblat desa,
di desa pun, supaya terkesan up to date, malah ditambah-tambahi lagi. Kalau
perlu, makan siang dalam suatu pesta unjuk bisa bergeser hingga jam 3 sore, hanya
karena masing-masing horong, meminta manortor parumaen, untuk sekedar
memancing sumbangan dari keluarga tutur sisolhot yang disasar.
Beberapa Pemikiran : Tumpak adalah iuran (gugu) – tumpak (sumbangan)
a. Tumpak dongan huta manang dongan sa arisan tu ise do sasintong na ingkon
pasahaton tu Penganten (paranak) manang tu Parboru?, manang tergantung
dongan huta nise do, molo dongan huta ni paranak di pasahat tu paranak?. Molo
dongan huta ni parboru di pasahat ma tu parboru?.
Menurut pendapot ni panurat, tumpak na dilehon ni dongan huta berdasaron
Anggaran Dasar dohot Anggaran Rumah Tangga masing-masing punguan
parsahutaon na uli ma tutu di pasahat tu keluarga dongan sahuta ni na mamboan
tumpak i.
b. Suang songoni tumpak sian dongan sahuria, misalna dongan par koor dohot
angka na asing marhite parmingguan tar sarupa ma pangaloho ni on dohot
tumpak dongan sahuta

c. Tumpak na dipasahat tamu di meja ni penerima tamu, ala nasida ro sian


pardongan, dongan sakarejo, ale-ale, jala ro marhite penganten paranak manang
penganten parboru na mengundang pada umum na nasida marhite haroro ni
undangan tu nasida, dengan ma tutu di pasahat tu masing-masing pihak paranak

Ch. Manihuruk
228

nang tu parboru manang pengganten.


d. Angka na martohonan manang biasa didok ring sada, molo najolo sebelum mata ni
pesta unjuk angka na marhaha-maranggi dohot siunti ampang keluarga besar
paranak margugu di jabu sebelum mata ni ulaon, pesta unjuk. Jadi angka nasida ma
na pasahaton angka uang dibagasan ampok tu keluar parbodu pesta unjuk, las
sekalian ma nasida muse na manjalo angka ulos tohonan ido memang denggan na
sisada lulu anak, sida lulu boru, sisada las ni roha, sisada habot ni roha.

Tarlumobi di perkotaan on, sude angka ulos dohot amplop na dipangke di


pesta unjuk 17 ulos sasude na ditanggung suhut (paranak amplop, parboru ulos) na
mewakili paranak pasahaton amplok tu keluarga parboru ditanggung suhut
paranak, parboru mempersipon ulos, angka na pasahat amplop ditingki na
mandapot ulos sian parboru. Persoalan na suhut paranak do menyiapon amplop
ulak ni ulos alai ulos na dapot sian hula-hula dang dipasahat tu suhut paranak,
sebalikna na mempersiapon ulos suhut parboru alai amplop balik ni ulos i dang
dipasahat tu parboru. Ido ulaning deba na mambaen biaya pesta ujuk gabe lam
arga gabe mabiar halak marulaon.
Marpiga-piga uloan ni paihut-ihut di pangarantoan on, sae adong do na hurang
pas, ima molo pihak parboru mengidohon tu angka na diundangna ia na margoar
ulos nalaho dipasahaton tu penganten cukup keluarga ring sada, angka na asing
namarhaha maranggi boru dohot bere asa dihepengkon (pengganti ni ulos) molo
hasampean na tu penganten manang tu paranak na denggan ma antong i. Alai molo
hasampeanna dang tu penganten alai tu parboru na terjadi torop rombongan ni
hula-hula i alai saotik do ulosna? Tu dia angka rombongan ring dua manang ulos
na dihepengkona i? Mambaen curiga dohot hancit roha ni keluarga paranak.
Pengalaman dipesta ganti ni ulos on dipasahat hami tu parboru, ala pihak paranak
pe hadir di acara i, na tingki pasahat amplop tu parboru, songon na diserbeng
manang songon na asing do pamerengan pihak paranak hira naso rela amplop on
ni pasahat tu parboru.
Molo ta jaha di buku-buku adat dang adong disurat disi tumpak ganti ni ulos
sian rombongan ni hula-hula nang tulang. Molo hula-hula dohot tulang dohot
rombongannya memboan ulos, molo so ulos boi do berupa kado dipasat tu
penganten. Alani porlu do ingkon patangkason di buku on, asa adong jalan keluar
na dengan jala dibagasan adat na tingkos.

Maragam do alus ni ni parboru secara logika sipata adong do toho na ima :


1). Molo dihepengkon lebih berguna manang berharga di penganten daripada ulos
dijual argana murah?
2). Ala ni sinamot saotik?, alai sipata balga do sinamot tong adong dipangidoan
ganti ni ulos tu parboru?
3). Parboru do pangundang
4). Sitombol? Jala otik do dipasahat paranak sinamot na terpaksa parboru
manomboki? Alai boha molo balga do sinamot dilehon paranak?
Taruhon Jual boi do parboru mangido ganti ni ulos bage dihepengkon namanjalo
parboru?
. Asa menghemat waktu?

Ch. Manihuruk
229

7). Alasan angka na asing

Sasudena on boi mambaen bingung angka na torop tarlumobi ma tu angka na


umposo, na songon dia do na denggan sitiru on ni hita? Jala maragam do
pendopot, sesuai pengertian jala lomo-lomo ni nasida na berkepentingan.
Angka Panurat buku, dang pola dibahas hal sisongnon, alai tegas disuraton.
Molo di angka na mangalehon ulos manang di hepengkon pe i, dang na manjadi
persoalan diangka rombongan ni parboru, secara materi dang pola godang beda na.
Na manjadi persoalan tu ise do sasingtong molo mangihuton adat batak toba?
Alasan ni parboru godang antara lain na nisurat diginjang.
Saran panurat balga manang otik pe sinamot, jala taruhon jual manang si
tombol pe ulaon i, asa unang gabe batu sandungan di namarhula-hula boru dohot
angka na nigokkon , denggan doi ingkon transparan jala disepakati paranak dohot
parboru di patolhas ditinggki marhata si namot, hepeng ganti ni ulos i dipasahat tu
parboru. Kesepatan on diumumpon tu sude na torop, jala disetujui paranak asa
denggan ma diulahon pesta unjuk i, dibagasan dame jala sonang (tidak ada dusta
diantara paranak nang parboru).

4. Paulak Une dan Tingkir Tangga Hanya Formalitas


Une berarti baik atau dengan yang berarti perkawinan berjalan dengan baik.
zaman dahulu kala sewaktu paulak une orang tua perempuan penganten wanita
biasanya memberikan “pauseang” sebidang tanah/sawah kepada boru helanya
sebagai pembagian atau penjaean hela dan borunya adat dari hula-hulanya.
Demikian juga sewaktu maningkir tanggaorang tua laki-laki memberikan panjaean
atau pemberian berupa kebun atau sawah kepada anaknya yang membuat
besannya sangat senang.
Saat ini di perkotaan bahkan di Banaposogit suda ikut-ikutan melaksankan
ulaon sadari. Pelaksanaan paulak une dan tingkir tangga seperti di gedung pesta
unjuk itu adalah hanya formalitas dan dilaksanakan hanya 15 menit dan tidak ada
manfaatnya atau kehilangan maknanya.

5. Biaya Adat Mahal


Ketika zaman dulu sistem dan proses adat dibuat berdasarkan biaya dan kerja
acara adat dilaksanakan berazaskan kekeluargaan atau gotong royong dimasing-
masing keluarga besar parboru atau paranak, disamping itu besar kecil biaya pesta
disesuaikan dengan kemampuan para pihak.
Pelaksanaan adat kita dengan tantangan kemajuan zaman ?. Khususnya
diperkotaan segala sesuatunya harus dibayar dan sumber pembiayaan semuanya
ditanggung sendiri oleh yang punya hajatan (suhut) di gotong royongkan ada
pelaksanaannya bahkan raja hatanya harus dibayar dengan tarif tertentu atau
pembicara bayaran.
Jalur adat pernikahan adat batak toba diawali dengan marhori-hori dinding, patua
hata, marhusip-husip, martonggo raja dan kemudian dipasimpul (disempurnakan)
dengan pesta adat di suatu gedung. Hampir untuk setiap tahapan tersebut, melibatkan
beberapa keluarga, makan besar, memotong hewan (pinomat lomok-lomok),
menyampaikan amplop dan salam tempel uang transport kepada raja

Ch. Manihuruk
230

parhata, ingot-ingot kepada situan na torop. Pertanyaannya, untuk apa semewah itu
untuk kegiatan hanya pasada tahi ?. Kenapa harus memotong hewan lomok-
lomok, menyediakan minuman botol (hard and soft drink), melewati beberapa
tahapan pada hari yang berbeda. Belum lagi kerugian waktu, ongkos transportasi
serta hilangnya quality of time dengan anak-anak.
Kemudian, ketika hari H telah tiba, akan diadakan pesta unjuk. Menyewa gedung,
mempersiapkan makanan dan minuman, dan mengundang seluruh unsur keluarga,
keluarga dari keluarga, duduk diam seharian, hanya untuk mendengar beberapa
orang bersahut-sahutan bertukar kata dan pantun, mengulang pembicaraan yang
sudah matang pada waktu marhusip.
Pesta adat Batak Toba yang sulit dihindari adalah pesta adat kematian bagi
orang tua yang sudah saur matua apalagi maulibulung. Disamping berbagai biaya
yang besar sebagaimana diuraikan sebelumnya pada pesta adat kematian,
pelaksanaan pesta kematian ini disamping menghadirkan banyak pihak juga
pelaksanaannya berhari-hari (ada yang sampai 1 minggu) sehingga secara ekonomi
keluarga yang berduka terbebeni biaya yang mahal, jika kita badingkan dengan
agama atau suku tertentu, masalah kematian sangat peraktis dan tidak melelahkan
serta dilakukan penguburan cukup dengan acara ritual keagamaan dan dalam
jangka waktu tak kurang 1 hari prosesi penguburan telah selesai dengan baik,
bukankan yang diperlukan adalah doa dari para sanak keluarga dan
Pastor/Pendeta/Penatua dan pengurus gereja.

6. Melibatkan Banyak Orang


Tidak dapat dipungkiri bahwa orang batak disebut sebagai masyarakat yang
suka berkumpul dan membangun banyak komunitas, sepertinya diwajibkan harus
ikut banyak kumpulan, misalnya satu marga, satu opung, kumpulan marganya ibu,
tulang paranak dan tulang parboru, parsahutaon, teman sekampung dan kumpulan
lainnya. Sehingga tiap orang harus terlibat banyak acara dalian na tolu diantara
kumpulan dimaksudkan dan memerlukan gedung yang besar, satu dan lain hal
terkait tudu-tudu sipanganon tidak semua gedung bisa disewa untuk acara adat
Batak Toba, karena pilihan gedungnya terbatas, maka harga sewa yang tinggipun
harus disewa. Suka tidak suka setiap acara adat apapun yang terjadi tiap anggota
terlibat sehingga hampir setiap minggu ada undangan dan kadangkala hari yang
sama bisa menerima dua undangan acara dan tempat yang berbeda. Dalam praktek
orang batak toba banyak persatuan atau kumpulan tetapi sulit bersatu hati dan
jumah yang diundang 5 orang yang datang 15 orang. Kesemuanya ini
mengakibatkan setiap acara adat diperlukan biaya yang besar karena harus
menghadirkan banyak orang dan gedung yang memadai serta didalamnya pasti
akan ada unsur gengsi atau mempertahankan image, diantaranya kita lihat dimana
setiap gedung pesta parkir kendaraan penuh.
Di sisi lain, para kerabat yang datang di pesta pun harus menghabiskan
seharian duduk tanpa peran jelas. Tidak lebih hanya untuk mendengarkan–apa
yang diistilahkan dengan Raja Parhata atau Parsinabung–bersastra ria dengan
suara monoton, menunjukkan kebolehan berpepatah petitih, yang berulang ulang
dan sama dari suatu pesta ke pesta yang lain. Miskin improvement dan kreativitas.
Inipun akan dapat mengundang lebih mudah penyakit pinggang dan ginjal. Duduk

Ch. Manihuruk
231

di atas 4 jam berbahaya untuk kesehatan. Belum lagi makan daging yang penuh
kolesterol, ditambah bir dan asap rokok.
Pada hal, lingkungan pergaulan di perkotaan sudah berubah. Lingkungan sosial
kita sudah berbeda. Selain menghadiri pesta unjuk, ada banyak relasi, kenalan,
teman lintas profesi yang juga berpesta di hari Sabtu/libur. Kita terkadang tidak
dapat menghadiri undangan rekan lain suku, hanya karena tertawan dengan
menghadiri adat kerabat sendiri, tanpa peran yang penting. Just parsidohot. Kawan
dan kenalan kita dari suku-suku lain juga punya adat masing-masing. Tetapi
mereka telah cukup cerdas dan adaptif dengan kemajuan zaman. Mereka dapat
memisahkan ritual adat dengan pesta/ resepsi.
Untuk memperbaiki hal hal di atas, saya mengajukan dua gagasan, yang satu
revolusioner, yang satu lagi evolusioner.
Pertama, adalah memisahkan pemenuhan prosesi adat dari acara gereja/ agama,
dan pesta.
Untuk prosesi adat, agar dikembalikan ke substansinya saja. Tidak perlu itu
marhori-hori dinding, patua hata, marhusip dan martonggo raja melibatkan non
hasuhuton utama. Sesungguhnya, acara ini pada zaman dahulu diadakan, adalah
karena teknologi informasi belum ada, sehingga perlu pasada tahi, agar tidak ada yang
bentrok acara yang sahasuhuton. Sekarang sudah ada WA, twitter, FB dan Email. Itu
harus dimanfaatkan. Pasahat sinamot, manggarar adat na gok, cukup dilaksanakan
kedua hasuhuton utama, beserta unsur dalihan natolu derajat pertama. Seluruh acara
ini, dapat dilaksanakan secara intern. Ini akan agak mirip dengan acara lamaran,
midodareni dan siraman pada rekan kita dari suku Jawa misalnya.
Acara pemberkatan gereja dan catatan sipil cukup dilakukan secara internal
saja. Agak mirip dengan yang dilakukan rekan kita pada saat pelaksanaan akad.
Keluarga inti terdekat saja. Saya mau sedikit bahas hal martumpol dan tingting
parjolo maupun tingting paduahon. Esensi martumpol adalah menyatakan kepada
umum bahwa dua sejoli telah mengikat janji akan masuk ke jenjang pernikahan.
Silakan kalau ada yang belum beres dengan pihak ketiga agar diselesaikan.
Kemudian diumumkan (ditingtinghon) seusai ibadah gereja di dua hari minggu
berturut-turut. Saya kira ini bukan doktrin gereja yang bersifat umum. Buktinya,
model ini hanya ada pada beberapa aliran gereja di Indonesia. Denominasi aliran
gereja yang sama di Eropah misalnya tidak mengenal martumpol dan tingting
parjolo paduahon. Pada zaman modern ini, tahapan ini sudah tidak relevan. Kata
orang bahwa pacaran saja sudah diumumkan dan diupload di medsos. Selain itu,
juga pemborosan. Umumnya, beda pakaian pengantin untuk martumpol, beda
untuk tarpasu-pasu. Pada hal hanya untuk satu kali pakai. Kenapa tidak menyewa
saja, kalau harus pingin tampil beda ?.
Melibatkan banyak orang dalam adat Batak Toba ya benar dan amin, namun
bukan berarti juga semua orang, atau termasuk anak-anak bahkan pemuda (kecuali
untuk acara khusus naposo bulung) dilibatkan dalam acara adat formil, hal
mengingatkan kita seperti kejadian yang baru-baru ini viral di media sosial dimana
dalam suatu pesta unjuk seorang boca yang cerdas pintar, jenius menyampaikan
umpasa dengan baik bahkan mangulosi penganten baru menggantian orang tuanya
sebagai tulang atau hula-hula, sesuatu yang tidak pantas dan banyak orang berreaksi
keras itu pantang atau tidak boleh. Dalam kasus ini memang banyak juga orang

Ch. Manihuruk
232

terhibur dan kagum kepada boca dimaksud, anak-anak kita seperti anak ini perlu
dilestarikan dan didukung, benar sekali, tetapi tempat dan waktunya tentunya
bukan pada saat pesta unjuk yang formil, tetapi dicarikan panggunggnya
tersendiri, mungkin dalam kontes atau perlombaan tertentu dengan mendapatkan
hadiah bahkan sertifikat sekali bahwa dia menjadi parsinabung yang hebat dan
handal, tetapi apapun alasannya anak-anak ini tidak boleh menggantikan peran
orang tuanya dalam acara adat Batak Toba yang formil.

7. Kawin Lari
Nah, dalam tatanan adat Batak Toba resikonya adalah tidak dapat menerima
adat penuh seperti pasangan yang sudah melangsungkan adat pernikahan penuh.
Dan yang paling menyedihkan kedua mempelai tidak akan dianggap dalam tatanan
adat batak, apalagi pasangan itu sudah tua, memiliki anak laki-laki dan perempuan
serta sudah punya cucu.
Misalnya saja ketika pasangan kawin lari (mangalua) memiliki anak yang
akan melangsungkan pernikahan dengan adat Batak akan terancam batal jika
orangtua mereka tidak membayar adat pernikahan. Jika salah satu pasangan
mangalua maka perlakuan adat tidak akan berjalan.
Umumnya keluarga pihak perempuan sangat menyasali tindakan mangalua
ini, karena pihak laki-laki telah mengambil anak perempuan mereka tanpa ijin.
Tindakan pihak laki-laki itu diaggap telah mencorengkan arang di muka keluarga
perempuan. Seharusnya sebagai hula-hula kedudukan mereka merupakan yang
tertinggi dalam struktur dalihan na tolu dan harus dijunjung tinggi serta struktur
dalihan na tolu harus dijunjung tinggi oleh pihak laki-laki.
Biasanya si perempuan tidak akan mau berlama-lama dalam status kawin lari
(mangalua) ini (dalam situasi belum diadatkan atau mangadati), karena perkawinan ini
belum kuat adanya, sehinga kalaupun dia diceraikan tidak akan ada pihak yang
dapat mempertahankanya atau menanggungjawabnya.
Supaya mereka diakui sebagai keluarga yang utuh solusinya kesempatan
pertama mereka harus melakukan Manuruk-nuruk, meskipun bukan adat lengkap
tetapi setelah proses Manuruk-nuruk ini suami istri baru dapat mengunjungi
keluarga besar orang tua si perempuan, bila tiba waktunya mereka sudah punya
anak dan ekonomi sudah memadai mereka dapat melaksanakan adat penuh atau
disebut sulang-sulang pahompu. Dalam prakteknya di lapangan dalam pesta
Manuruk-nuruk itu juga berjalan dalian na tolu dan melibatkan banyak orang
sehingga diperlukan dana yang cukup besar baru bisa menjalankan acara ini,
tentunya karena aturan ini menyulitkan para pihak untuk menjalankan niat baik
mereka melakukan pernikahan sesuai dengan aturan adat.

8. Pemberian Marga
Secara prinsip (dan dalam praktek), setidaknya ada tiga cara menyematkan marga
ke nama seseorang. Pertama, berdasarkan keturunan yang berasal dari marga Ayah.
Karena Adat Istiadat Batak/Mandailing menggunakan sistem patrilineal, maka
seorang anak mewarisi marga dari ayahnya. Misalnya, seorang anak otomatis
bermarga Manihuruk bila ayahnya juga bermarga Manihuruk. Kedua, pemberian
marga karena perkawinan. Misalnya, seorang laki-laki Batak Toba Marga Sinaga

Ch. Manihuruk
233

menikah dengan perempuan dari suku atau bangsa lain, begitu juga sebaliknya,
maka pasangannya bisa juga diberikan marga. Biasanya, apabila si perempuan
berasal dari suku/bangsa non-Batak Toba, maka marga yang diberikan kepada si
perempuan itu adalah marga ibunda (calon) suaminya.
Sedangkan apabila laki-laki yang berasal dari suku/bangsa non Batak maka
diberikan marga “anak boru” dari pasangan wanita Batak itu. Walaupun orang
Batak menganut garis keturunan patrilineal pemberian marga kepada pasangan
laki-laki non Batak tidak lagi dipersoalkan orang (Horja Adat istilah Dalian Natolu
1993) Ketiga, penabalan marga kepada toko-toko yang dianggap berjasa bagi
masyarakat Batak/Mandailing. Beberapa tokoh yang diberikan marga tercatat
dalam Buku Horja Istiadat Dalian Na Tolu diantannya Prof Hazarin, dan Siti
Hardiyanti Rukmana yang diberikan marga Harahap serta mantan menteri
Kebudayaan Daud Jusuf yang diberikan marga Nasution.
Namun perlu diketahui bahwa pencantuman atau panabalan marga dalam
perkawinan dan panabalan kepada tokoh-tokoh itu tidak bisa dilakukan
sembarangan. Proses pemberian dan panabalan marga kepada orang-orang non
Batak/Mandailing itu harus dilakukan pada suatu sidang dengan mengacu kepada
ketentuan-ketentuan dan syarat dalam adat istiadat Dalian Na Tolu
Banyak orang mempertanyakan manfaat apa sih yang kita peroleh jika seseorang
kita berikan marga kita kepada mereka?. Secara ekonomis mungkin tidak ada
pengaruhnya bagi marga yang memberikan marga tersebut, namun secara pisikologis
tentunya paling tidak yang bersangkutan merasa senang dan ada memori bahwa
mereka adalah bagian dari marga dimaksud, apabila mereka berada disuatu komunitas
jika berbincang tentang masyarakat Batak Toba pejabat yang mendapat marga tadi
bisa bercerita panjang lebar tentang marga yang diterimanya tentunya ini juga
merupakan kebanggaan atau kehormatan juga pada keluarga besar yang
memberi marga dimaksud. Yang menjadi perhatian kita, adalah mereka yang
diberikan marga harus memelalui seleksi yang ketat, dan orang-orang yang
kredibilitasnya baik dan dipastikan yang bersangkutan tidak akan membuat
pemakaian marga tersebut mencemarkan nama baik marga yang diterimanya.

9. Ulos
Di masa lampau bagi masyarakat Batak, ulos dibuat untuk pakaian (baju)
sehari-hari dan untuk maksud lain. Juga dibuat kain adat untuk tujuan kegiatan
resmi masyarakat Batak dan adat Batak. Namun demikian dengan berkembangnya
zaman dan kemajuan teknologi sandang, penggunaan ulos sebagai baju sehari-hari
tidak lazim lagi, tetapi sebagai kain adat tidak berubah.

Ch. Manihuruk
234

Usaha Produktif Pembuatan Ulos


Ulos adat khusus digunakan untuk tujuan kegiatan resmi masyarakat Batak dan
adat Batak. Oleh karena itu hal tersebut menjadi sesuatu yang unik yang tidak
berubah sampai sekarang. Namun demikian dari sisi lain harus juga tidak diabaikan
bahwa belakang ini, ada pandangan dengan penjelasan berbeda-beda tentang hal itu,
sehingga saling bertentangan. Seperti pandangan yang memberi penjelasan tentang
“ulos sebagai sesuatu yang bersifat animisme.” “Ulos sebagai pemberian hula-hula
bersifat magis religius dan ritual spiritual Batak asli.” “Ulos pemberian hula-hula
dianggap bertuah, sebab sebagai “wakil Tuhan yang tidak kelihatan. “Ulos
merupakan cara berpikir tradisional, kurang logis dan primitif. ”
Dewasa ini aliran Kristen tertentu menentang adat Batak. Ratusan ulos, ukiran-
ukiran dibakar oleh si pemilik melalui khotbah, pelayanan, atau informasi-informasi
dari brosur menyatakan adat Batak adalah agama suku. Pemberian ulos ditiadakan
saja, karena dianggap berhala, animisme. Demikian juga masalah Pertama Daniel T.
A. Harahap, “Ulos - diskusi Iman dan Budaya” (Seminar HKBP Rawamangun
Jakarta di Kelapa Gading Sport Centre, 2003), kematian, dan perkawinan secara adat
tradisional dilarang oleh aliran Kristen tertentu. Kedua Bertolak dari latar belakang
pemikiran dan realitas persoalan-persoalan tersebut di atas maka penulis makin
terdorong untuk meneliti dan membuat analisa terhadap ulos dalam konsep nilainya
dalam hidup bermasyarakat dan kehidupan beragama sebagai orang Kristen sebagai
warga gereja. Juga tentang ulos sebagai tanda dalam pengertian semiotik dan penulis-
penulis yang mendeskripsikan konsep tanda dipandang sebagai dasar acuan
kehidupan dalam masyarakat.
Pengertian dan makna filosofis ulos adalah ikatan kasih sebagaimana

dituangkan Ch. Manihuruk


235

dalam ungkapan: Ijuk pangihot ni hodong, ulos pangihot ni holong, terjemahannya:


ulos sebagai pengikat kasih sayang. Dalam rangka mewujudkan jalan SEIRING,
semua yang bertugas pada suatu kebaktian seperti pendeta di atas mimbar, penatua
yang berdiri di altar pengumpul persembahan, pembaca ting-ting atau pengumuman,
dirigen koor, song leader dan lain-lain, semuanya menyandang ulos tenunan Batak.
Di samping menghargai dan melestarikan warisan nenek moyang, tentu kebijakan
seperti itu secara langsung ikut membangun home industry di bona ni pasogit yang
akan berdampak positif pada perekonomian masyarakat luas.
Pandangan penulis bahwa ada juga yang berpendapat ulos itu tidak baik
digunakan untuk pakaian, atau keperluan lainnya karena sifatnya sakral, memang ada
benarnya juga tetapi kami melihatnya dari sudut yang berbedah dimana ulos tersebut
magis atau sakral tidak terletak pada ulos (benda) tetapi yang sakral itu adalah acara
dan pelaksanaan ulaoan adat di dalamnya menggunakan ulos dimaksud yang sakral,
kalau boleh penulis ibaratkan bahwa Injil itu adalah kitab yang suci, dimana
mengepresikan bukunya yang suci atau isi Firman Tuhan di dalam Injil dimaksud
yang suci. Ini juga masih bisa diperdebatkan, dan banyak sekali juga kita lihat orang
menjaga atau menyimpan Injil ini dengan baik, sangkin sayangnya hanya disimpan di
rak buku supaya tidak rusak, disatu sisi orang lain berpandangan bahwa kalau Alkitab
itu penuh coret-coretan dan sudah lusuh bahkan sobek justru itu menandakan Firman
Tuhan tersebut dibaca dan imani.
Seperti halnya kita berwisata ke Belanda pakaian musim dingin dan kincir angin;
jika kita ke Bali perphoto dengan pakaian tari adat Bali. Jasa sewa pakain kebesaran
mereka tersebut meski mahal banyak yang mau dan puas (biasanya photografer
profesional memotren dengan beberapa phose) Wisata Danau Toba menyewakan
pakaian adat batak dengan ulos ini apalagi dipadukan dengan gambar rumah Batak
Toba, tak kala pentingnya dengan sejuta kenangan lainnya. Saran penulis promosi
misalanya selogan : Jangan katakan anda telah pernah berwisata ke danau toba jika
belum mempunyai gambar/photo menggunakan baju/ulos batak dengan rumah
adatnya. Ulos juga dapat dimodifikasi dan dipakeging dengan baik menjadi pakaian
yang dapat diperjual belikan secara luas, penenun kitapun harus siap menenun antara
lain kain songket sesuai dengan permintaan dan keinginan konsumen termasuk
pelancong manca negara.
Pemakaian Ulos dalam pesta Adat Batak Toba, Ulos menghadap letaknya atau
diselendangkan menghadap keluar dengan ketentuan yang berlaku. Dari jenis ulos
yang digunakan dan letak ulos yang disandang oleh pemakai ulos paling tidak dapat
diketahui pesta tersebut acara suka cita atau duka cita. Ketentuan pemakaian ulos
adalah :

a. Acara suku cita ulos diselendangkan di atas bahu sebelah kanan pemakai ulos
dimaksud
b. Acara duka cita ulos diselendangkan diatas bahu sebelah kiri pemakai ulos
dimaksud

Ch. Manihuruk
236

Negara lain memakai ulos sebagai Busana dan Modeling

Dalam prakteknya banyak sekali mereka termasuk juga mereka yang sudah
termasuk yang dituakan bahkan menjadi parsinabung, termasuk kelaurga besar
yang berdukacita lalai dalam hal pemakaian ulos khususnya pada acara dukacita
mereka menyematkan atau memakaikan ulos disebelah kanan, padahal sesuai
aturan adat jika berdukacita pemakaian ulos disebelah kiri.
Menurut pandangan penulis makna pemakaian ulos berduka bahu sebelah kiri
melambangkan rasa duka yang mendalam termasuk juga dalam acara kematian yang
saur matua, meskipun memang dapat diperdebatkan bahwa saur matua
dimaksud sudah tidak ada duka tetapi suka cita. Kami tetap menyatakan sepantasnya
tetap memakai ulos di bahu kiri terutama keluarga utama (hasuhuton) yang beduka,
hal ini agar tidak pernah terjadi lagi beberapa waktu yang lalu sangat viral di media
sosial tentang kritik orang banyak dimana dalam satu pesta saur matua semua orang
berjoget ria, mulai dari lagu sayur kol, maumere, anak medan sampai dengan lagu
opera jamila, sementara sang jenazah ditinggal sendirian kaku di dalam peti tidak
ada yang menungguinya, hal ini tentunya tidak pantas dan orang barat yang modern
sekali pun tidak akan melakukan itu.

10. Gondang dan Uning-Uningan


Dilihat dari dimensi pelestarian dan pewarisan adat budaya leluhur pergeseran
pemakaian alat musik ini “sangat memperihatinkan”. Bisa saja pada suatu waktu
adat budaya leluhur itu bisa luntur dan akhirnya hilang di telan zaman. Perlu
diketahui bahwa margondang itu merupakan titik senteral atau dasar pelaksanaan
adat budaya-religi yang diwariskan nenek moyang . Itulah sebabnya misionaris
Jerman melarang margondang karena mereka melihat margondang dan ulos
merupakan benteng terkuat dalam adat Batak dan terkait dengan agama-adat
“hasipelebeguon”. Tanpa gondang atau margondang berbagai ritual adat budaya
religi akan terasa “hambar” sama seperti hidangan aneka ragam lauk pauk tanda

Ch. Manihuruk
237

garam akan terasa hambar.


Di Perantuan terdapat berbagai macam corak dan ciri khas atau nuansa (gaya)
musik Gondang Batak yaitu musik Gondang Batak Tradisional, Gondang Batak
Modern (dengan Irama dangdut), dan Gondang Batak Kontemporer (kolaborasi
antara musik Modern dan Gondang Batak Tradisional). Era musik Gondang Batak
Tradisional ini semakin hilang popularitasnya digantikan budaya Barat dengan era
musik Popnya yang lebih popular dikalangan generasi muda, dibandingkan
dengan musik Tradisional (termasuk musik Gondang Batak). Musik Gondang
Batak yang dianggap oleh kalangan muda sebagai suatu bentuk pertunjukkan
musik yang membosankan dan hanya dapat dinikmati oleh kalangan generasi tua
(khususnya yang lahir di kampung) membuat musik Gondang Batak Tradisional
ini semakin tidak dikenal oleh generasi selanjutnya (generasi muda), selain itu
masalah keefisienan dan kepraktisan akan waktu, teknis dan biaya menjadi faktor -
faktor lainnya yang menjadi penggeser musik gordang Batak ini semakin tidak
kelihatan, sehingga muncullah bentuk adaptasi kesenian itu sendiri untuk tetap
menjaga bahkan untuk mempertahankan kelestarian ataupun eksistensi Gondang
Batak itu agar tidak sekedar menjadi cerita atau dongeng belaka.
Dengan berjalannya waktu dan muculnya musik elektronik, maka secara
berlahan musik tradisional lama-kelamaan akan dilupakan orang, hilangnya musik
uning-uningan ini tidak hanya diperkotaan tetapi sudah menjalar sampai di desa-
desa di Tapanuli, anak-anak mudah sudah tidak tertarik lagi menggunakan alat-alat
musik tradisional ini, disatu sisi harus dimainkan oleh beberapa orang secara
bersama-sama berarti diperlukan suatu group pemain, dengan berbagai kesibukan
para pemuda mereka lebih cenderung menggunakan alat musik elektornik. Dengan
demikian baik di pesta adat maupun di gereja dan ibadah sudah jarang sekali kita
temukan musik tradisonal ini. Dari segi budaya khususnya untuk para wisata justru
musik uning-uningan ini yang mempunyai nilai jual yang tinggi bagi para toris,
untuk tetap melestarikan uning-uningan ini pemerintah daerah dan dinas
parawisata secara periodik mengadakan pembinaan dan pertandingan supaya
musik tradisional ini tetap lestari.
Walaupun orang banyak yang berpaling pada musik modern (POP) namun
bagaimanapun juga kerinduan untuk tetap menikmati musik Gondang Batak dan
musik Tradisional masih sangat kuat, bagaimana pun juga musik Gondang Batak,
Uning-uningan musik tradisional ini tetap mendarah daging bagi mereka orang
Batak dimanapun mereka berada, karena musik Gondang dan Uning-uningan
musik tradisional Batak ini adalah salah satu sarana penunjuk identitas mereka.
Gondang dan musik tradisional Batak dapat dikatakan sebagai wadah untuk
menampung berbagai kepentingan (adat dan agama) komunitasnya, mendapat
dukungan dari kaum elite Batak di perkotaan, mempunyai misi pelestarian budaya
nenek moyang dengan sifat terbuka terhadap arus perubahan secara adaptif,
mampu mengaktualisasikan nilai-nilai di era globalisasi, serta telah mendapat
pengakuan sebagai label corong budaya.
Paling tidak agar uning-uningan dan gondang tidak dilupakan orang, musik
Keybor dikombinasi dengan satu atau dua jenis uning-uningan misalnya :
Seruling, Kecapi, Gondang dan Sarune sebenarnya sangat penting dan nikmat
kedengarannya ditelinga kita.

Ch. Manihuruk
238

Gondang Sabangunan bisanya dilakukan pada saat Pesta Raya dan Kematian
orang tua saur matua dan keluarganya mampu mengadakan Pesta Raya dimaksud.
Banyak sekali orang Batak ketika hidupnya sukses di perantaun jarang pulang
kampung, tetapi ketika meninggal dunia diminta untuk dikuburkan di kampung
halaman. Oleh masyarakat setempat dipaksakan Gondang Sabangunan,
maksudnya baik, tetapi persoalan yang kerap kali terjadi bahwa, sebagian besar
mereka yang berdominisi di perantauan belum tentu kaya dan keluarganya mampu
membiayai acara dimaksud, akhir setelah selesai acara pemakaman keluarga yang
ditinggalkan harus menyelesaikan berbagai biaya atau utang yang harus dibayar
lunas, padahal diantara mereka keluarga yang pulang kampung tersebut sudah
mengeluarkan banyak biaya pesawat untuk pulang kampung.

11. Tor-Tor Batak Toba


Di beberapa daerah atau pesta unjuk terjadi setelah selesai horong hula-hula pihak Parboru
memberikan ulos holong, maka selesai sudah pemberian ulos secara
keseluruhan. Kedua pengantin diiringi orangtua pengantin laki-laki, menari
(manortor) bersama mengelilingi tempat acara atau ruang yang ada diantara par
anak dan pihak parboru. Waktu manortor berkeliling dan manortor di hadapan
parboru dan hula-hulanya bermakna mohon diri dan doa restu, sedangkan apabila
di hadapan paranak dan hula-hulanya bermakna mohon diterima sebagai anggota
keluarga baru sekaligus ucapan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan.
Khusus untuk berdua acara seperti ini akan memberikan rasa percaya diri yang
tinggi dan tentu akan mendorong mereka untuk mempelajari kesenian leluhur,
terutama manortor.
Ada ironi yang terjadi dalam penyelenggaraan pesta yang menggunakan
musik modern atau campuran sebagaimana disebutkan diatas, yakni ketika
penyelenggara (hasuhuton) dan para tamu, undangan (naniontang) akan manortor,
maka dia meminta pemusik untuk menggelar musiknya dengan menyebut
“Panggual-Pargonsi, baen hamu ma jo gondang i, asa manortor hami, baen hamu
ma gondang mula-mula, gondang somba, gondang simonang-monang, gondang
hasahatan sitio-tio”. Maka kelompok musik akan menabuh drum dan
membunyikan keyboardnya dengan lagu-rythim modern dan tarian yang
dipertunjukkan sudah pasti tarian “modern” bukan lagi tortor Batak.
Kondisi yang demikian tentu akan semakin mempercepat punahnya tortor
Batak dan musik tradisional Batak-gondang sabangunan, hal ini sudah menggejala
dan kelihatan nyata terutama bagi generasi muda Batak, mereka tidak lagi
mengetahui tortor dan musik Batak yang sebenarnya, yang mereka ketahui adalah
apa yang mereka lihat selama ini “musik dan tarian modern” yang digelar dalam
pesta-pesta, itulah tortor dan musik Batak. Timbul pertanyaan, haruskah kita
biarkan tortor-musik tradisional Batak ini punah? Bukankah tortor dan musik
Batak tersebut adalah identitas budaya Batak dalam keragaman seni budaya
Indonesia? Tortor, Makna Kehidupan Seni-Budaya Orang Batak?
Bagi mereka yang mengetahui, memahami dan menikmati irama gondang dan
tortor akan menyadari betul apa yang digambarkan dan dimaknai tortor yang
dipagelarkan. Dengan demikian, semua orang Batak dapat manortor tetapi tidak
semua disebut panortor (penari) atau “pandai manortor” karena untuk menjadi

Ch. Manihuruk
239

panortor Batak haruslah memiliki talenta dan latihan yang kontinu.


Penutupan resmi adat Tor-tor dan Margondang itu dilakukan ucapan Horas,
Horas dan Horas yang diikuti semua yang hadir. Namun demikian semua acara
adat dibuka dengan oleh pendeta/pastor atau doa maka penutupnya juga dilakukan
hal yang sama dengan doa, dan sangat baik apabila penutupan dengan tor-tor
bersama hasuhuton dengan pengalua ni huria para pendeta, penatua dan
fungsionaris gereja, pemerintah setempat.

12. Calon Mertua dan Partandang


Kita sebagai orang tua terutama orang tua (perempuan atau laki-laki)
khususnya yang tinggal diperantauan setiap pemuda yang berkunjung ke rumah
kita termasuk juga diantaranya mereka adalah penatua di gereja pada saat
pertemuan pertama berpikir materialistis, dan menempatkan kita sebagai orang
kebanyakan kurang beriman. Dikatan demikian ketika ada orang baru atau pemuda
datang ke rumah kita mau bertandang pertanyaan yang pertama dan sering kita
tanyakan biasanya marga apa, pendidikannya apa, kerja dimana, orang tua
pekerjaannya apa, keluarga terdekat yang berpangkat siapa?.
Pertanyaan seperti ini sangat tidak lajim ditanyakan suku bangsa lainnya.
Pertanyaan seperti ini sangat menakutkan bagi mereka yang berniat baik tetapi
tidak mapan ekonominya akan segera mundur teratur. Kita tidak perna
menanyakan bagaimana kegiatan beribadah di gereja mereka? . Apakah aktif di
gereja?, Apakah masuk tidak sebagai komuniti Pemuda Gereja? Bagaimana
pandangannya tentang pemuda-pemudi Kristen saat ini? Bukankah yang kita
inginkan adalah anak dan menantu yang baik hati dan anak yang saleh.

13. Percerain dan Poligami


Prof Dr Edward M. Bruner dalam salah satu diantara banyak karangannya
mengenai orang Batak, bahwa perkawinan di dalangan suku bangsa ini menimbulkan
suatu ikatan yang kekal di antara keluarga luar dari orangtua penganten lelaki dan
perempuan . Perkawinan dari sepasang mempelai mengikat erat begitu banyak
manusia, sehingga perceraian tidak hanya menyangkut dua insan suami istri tetapi
juga Dalihan Na Tolu dari orang tua masing-masing; hal ini tidak
seperti di Amerika Serikat perkawinan dan perceraian merupakan persolan utama
dari sepasang suami istei. Oleh karena itu angka percerian amat rendah di kalangan
orang Batak.
Tak dapat dipungkiri bahwa perceraian bagi orang Batak Toba terlebih lagi
Kristen adalah aib dan memalukan, tetapi dalam kenyaat sekarang ini tidak dapat
dipungkiri sudah banyak rumah tangga yang resmi bercerai, Dalian Na Tolu pun
sudah mengakuinya dan sebagian dari mereka sepertinya merestui perceraian
tersebut sebagai jalan terakhir dan yang terbaik. Bahkan Gereja pun sudah ada
yang merestuinya dan memberikan pemberkatan perkawian untuk kedua kalinya
atau istilah sindirannya beli kedua.
Nalom Siahaan (1982) tidak dikarunia anak bagi pasangan suami istri itu
dizaman animisme, sesudah menunggu selama waktu yang cukup lama, bisa
menjadi alasan untuk cerai, dan hal ini biasanya tidak ditentang oleh pihak hula-
hula. Poligami juga boleh bagi lelaki kaya, tetapi sebagai syarat mutlak yang harus

Ch. Manihuruk
240

dipenuhi ialah tiap istri diberi rumah dan sawah tersendiri untuk bisa hidup berdiri
sendiri secara ekonomis. Tidak diperbolehkan oleh masyarakat adat Batak dua istri
atau lebih dibawa satu atap, sebab perkelahian yang tak kunjung padam akibatnya.
Walapun poligami diperbolehkan oleh adat, tetapi hanya sedikit penghuni desa
yang melakukannya.
Perceraian menjadi pelik dalam masyarakat Batak, sebab ada hukum adat yang
berbunyi Dialap sian jolo ni raja, dipaulak tu jolo ni raja, artinya diresmikan
perkawinananya di hadapan para pengetua adat jadi kalau cerai harus diresmikan pula
oleh para pengetua adat. Kalau perkawinan itu menghasilkan anak maka segala usaha
dilakukan oleh masyarakat adat untuk mencega perceraian demi kepentingan
keturunan tersebut, sebab biar bagaimanapun anak-anak akan menjadi korban
perceraian orang tuanya. Kadang-kadang si istri disuruh pulang dulu ke rumah
orang tuanya untuk diajarin atau dibina, kalau memang ada alasan yang kuat untuk
itu. Biasanya sebelum dilangsungkan upacara percerian suami istri itu pisah tidak
serumkah (pado-dao) supaya dapat perceraian haruslah terlebih dahulu mardalan
pago-pago sirang, artinya harus dibagi-bagikan uang saksi kepada para pengetua
adat dalian na tolu yang hadir sebagai acara penutup dalam suatu upacara
perceraian.
Jika sang istri yang sudah mempunyai anak tersebut cerai dari sumainya, kalau
ia belum kawin kembali dan tidak pindah dari desa itu, ia tidak boleh diusir dari
rumah yang didiaminya. Bekas suaminya yang keluar dari rumah. Kalau suaminya
kawin lagi dengan wanita lain maka mereka ini mendiami rumah lain. Juga tidak
boleh dirampas dari padanya harta ataupun yang telah diserahkan kepadanya
sebelum cerai. Hal itu semua demi pekentingan sianak, atau anak-anak kalau lebih
dari satu, yang merupakan anak bersama dari seluruh marga tersebut.
Poligami dan perceraian merupakan perbuatan yang dilarang secara total oleh
norma-norma agama Kristen yang dianut oleh penduduk di derah Toba (Tapanuli
Utara) . Yang melakukan poligami atau perceraian dikucilkan dari keanggotaan
gereja, pengucilan itu diumumkan secara lisan dari mimbar Gereja dalam
kebaktian pada hari Minggu. Adat Dalian Na Tolu sudah mempersulit proses
perceraian, kini ditambah lagi dengan sanksi
Gereja, dapat dimengerti mengapa poligami hampir tidak ada dan angka
percerian rendah sekali di Tapanuli pada umumnya .
Tentu secara adat bukan perkara mudah bagi pihak keluarga suami ”paulak
parumaen” (mengembalikan menantu kepada besan). Hal inilah yang membuat
meskipun kenyataannya suami istri tidak lagi serumah (padao-dao) pihak suami
tidak mengembalikan istrinya kepada mertuanya.
Bila hal itu terjadi berikut adalah beberapa pertanyaan yang akan muncul
dikemudian hari.
a. Bagaimana bila ternyata istri tersebut belum melahirkan anak bagi suaminya, si
istri tidak “dipaulak” malah si suami menikah lagi dengan wanita lain. Tidak ada
alasan menceraikan istri karena belum dikarunia anak dan si suami pun dengan
alasan tersebut tidak dibenarkan untuk menikah lagi (ingat pernikahan Kristen
adalah monogami). Si istripun tidak diperkenankan kembali sendiri kepada orang
tuanya. Bila suaminya meninggalkannya maka dari sisi adat batak dia berhak untuk
tetap dikeluarga suaminya, bila perlu dia menetap dirumah mertuanya.

Ch. Manihuruk
241

Namun demikian dia berhak meminta kepada mertuanya untuk mengembalikannya


kepada orang tuanya. Nah ini yang bikin mertua pusing tujuh keliling, sulit
melaksanakannya tetapi bila sudah diminta oleh menantu maka HARUS
dilaksanakan, dan rasa malu luar biasa karena ini termasuk aib besar.
b. Bila istri tidak “dipaulak” padahal dia telah melahirkan anak bagi suaminya,
bagaimana kedudukannya?. Selama dia tidak “dipaulak” maka dia tetap menjadi
istri sah, adapun anak-anak yang dilahirkannya adalah anak sah dari si suami,
bahkan bila pun kemudian sisuami menikah lagi dan mendapatkan keturunan
dari istri keduanya maka putera dan putri dari istri pertama adalah sulung
(siangkangan) dari putera dan putri istri kedua. Putra putri istri pertama
memiliki hak waris dari harta kekayaan kakeknya (ompung) dan bapaknya.
Selama seorang istri tidak “dipaulak” maka dia TIDAK BOLEH menikah karena dia
masih istri (menyandang nyonya dari marga suaminya). Bila telah ”dipaulak” maka
dapat dikatakan dia telah putus hubungan dengan keluarga besar mantan suaminya
termasuk dengan anak-anaknya, segala hak dan kewajibannya terhadap keluarga
besar suami telah berakhir. Dengan demikian dia boleh menikah kembali dan
segala hak dan kewajibannya mengikuti suami yang baru.
Bagaimana bila tidak “dipaulak” tetapi si perempuan tersebut menikah kembali?.
Sebelum melangsungkan pernikahan, maka seharusnya pihak laki-laki yang akan
menjadi suaminya harus menanyakan status dari si perempuan karena bila ternyata
belum “dipaulak” mereka telah melangsungkan pernikahan, maka secara adat hal
itu dianggap “selingkuh” karena si perempuan masih status istri
(nyonya) marga suami terdahulu. Bila ternyata belum “dipaulak” maka
solusinya adalah marga pria calon suami datang menemui marga suami si
perempuan dan mengutarakan maksud dan tujuannya serta meminta melepas si
perempuan dari ikatan tentu dengan “membayar kompensasi” (salah satu
diantaranya mengembalikan sinamot yang telah disampaikan keluarga pihak
suami kepada pihak perempuan). Bila keluarga pihak suami tersebut menerima
permintaan tersebut maka status si perempuan sudah sama dengan “dipaulak”.

e. Bila belum “dipaulak” semua anak yang lahir dari hasil pernikahan tersebut
adalah anak dari marga terdahulu. Bahkan bila kemudian hari perempuan
tersebut meninggal dunia maka putra putri dari suami pertama berhak untuk
meminta ibunya dimakamkan di makam keluarga mereka, karena hak dan
kewajiban perempuan tersebut belum lepas. Sebaliknya bila sudah “dipaulak”
maka putra putri dari suami pertama tidak berhak apapun bahkan bila mereka
hadir diacara adat meninggal “mantan” ibunya, kehadiran mereka sama seperti
pelayat umum bukan sebagai anak.

Adapun saran yang dapat diberikan penulis adalah :


a. Pasangan suami-istri pada masyarakat Etnis Batak Toba Kristen agar lebih
menikmati hikmatnya perkawinan dalam bentuk Kristen sebagai perkawinan
yang sakral atau suci sehingga bagi setiap pasangan bisa berkomitmen atas
pernikahan yang telah dijalani.
b. Di harapkan kepada orang tua dan keluarga dari pasangan suami-istri dapat
menjadi penengah dan solusi dalam permasalahan dan tetap selalu menjaga

Ch. Manihuruk
242

hubungan baik sesama keluarga walaupun memiliki tempat tinggal yang


berjauhan.
Pasangan suami-istri layaknya memikirkan baik-baik rencana berkeluarga dalam
pernikahan dan berkomitmen dan juga menikah bukan karena tuntutan usia atau
lain-lainnya melainkan karena kesiapan untuk berkeluarga agar tidak
menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

Dengan demikian perceraian dalam masyarakat Batak Kristen adalah hal yang
sangat tabu dan bila terpaksa dilakukan prosesnya sangat rumit, mendapat sanksi
sosial dan dari sisi gereja (secara khusus HKBP) maka orangtua dan keluarga
tersebut akan mendapat siasat penggembalaan, dibeberapa gereja lain istilahnya
berbeda namun pada umumnya mendapat penggembalaan.

14. Batu Napir dan Tugu


Kalau kita pulang kampung khususnya ke Pulau Samosir, pastilah melihat
banyak Batu Napir dan Tugu-tugu di kanan-kiri jalan yang membelah persawahan.
Walau membangun tugu ini bukan tradisi awal halak hita, tapi pembangunannya
sendiri didasarkan pada rasa hormat kita kepada ompu-ompu na jolo serta
pelaksanaan kewajiban untuk menghormati ayah dan ibu.
Sebenarnya sebelum tugu, kita punya tradisi untuk menghormati ompu-ompu
na jolo antara lain tradisi kubur batu sarkofagus yang peninggalannya masih bisa
kita lihat di Pulau Samosir. Serta mangongkal holi, di mana tulang belulang ompu-
ompu ta digali lalu dipindahkan ke sebuah makam bersama (tambak).
Sebutan tugu adakalanya digunakan untuk batu napir, namun adakalanya tugu
tidak terkait dengan kuburan atau mayat atau tulang belulang. Tugu dalam buku
ini diartikan sebuah bangunan biasa yang dibangun di tempat strategis di desa
tempat keturunan satu leluhur bermukim (contoh Tugu Simanihuruk di Harapokan
berupa meseum dan tempat rekresi dan penginapan dan Tugu Punguan Parsadaan
Toga Sinaga Boru dohot Bere di Urat Samosir)
Pembangunan tugu mulai berkembang sekitar tahun 1960-an. Sedikit
banyaknya didukung oleh munculnya orang Batak kaya raya dan sukses di
perantauan.
Apa hubungan tugu dengan orang kaya? Membangun tugu memerlukan banyak
biaya membangun secara fisik, dn tak kurang besarnya biaya untuk
memestakannya. Tujuan utama pembangunan tugu adalah untuk selain menjadi
kebanggan juga menjalin kerjasama satu marga atau satu ompu, terutama untuk
generasi mendatang. Juga sebagai bukti bagi generasi penerus, bahwa yang
semarga, satu ompu dapat tumbuh kesepatan sesama untuk membangun tugu
sedemikian rupa. Hal ini menjadi perekat sesama yang satu marga, misalnya
Manihuruk secara periodik sekali 3 tahun mengadakan reuni yang dihadiri anak
cucu menantu mengikuti pesta tugu diadakan ibadah dan pesta dengan gondang
sabangunan 3 hari 3 malam, termasuk didalamnya gondang naposo, sekaligus
mengadakan evaluasi atau menyempurnakan atau melengakapi taromba masing-
masing anggota keluarga,dan pengobatan atau periksa dokter gratis bagi
masyarakat sekitar.
Pada sisi lain adalah dengan adanya tugu di dalamnya ada semacam kamar tamu

Ch. Manihuruk
243

untuk tempat penginapan para keluarga satu marga yang mungkin sudah tidak
punya saudara dekat/keluarga dekat di kampung tersebut, mereka dapat
menggunakan fasilitas tersebut tempat mereka menikmati kampung halaman
dengan nyaman dan aman.
Pengalaman penulis di Bali seberang Danau Batur komunitas masyarakat
Terenyan (kemenyan) dimana orang mati tidak dikubur dalam tanah, tetapi hanya
diletakkan dan diberikan sedikit kain kelambu dibawa pohon kemenyan para mayat
baunya busuknya tidak berbau karena terserap oleh wangi pohon kemenyan,
dengan demikian dibawa pohon kemenyan tersebut banyak berserakan tulang
belulang orang yang meninggal, ternyata banyak juga orang yang menikmati wisata
kuburan di Terenyan tersebut dan kita bisa melihat dan memegang beberapa tulang
belulang atau tengkorak dapat digunakan untuk foto sebagai tanda wisata Terenyan.
Pengalaman penulis ke Toraja, wisata kuburan mereka yang digeletakkan para mayat
di atas batu-batuan ternyata wisata kuburan ini merupakan wisata unik dan justru
maskot wisata di Toraja Sulawesi Selatan yang banyak penggemarnya.
Beberapa tugu dan Batu Napir di samosir sesungguhnya dapat dijadikan objek
wisata termasuk pada saat pesta tugu hal ini juga unik bagi orang asing,
persoalannya bagaimana cara mengelolanya dengan dinas parawisata dan
masyarakat sekitar agar beberapa tugu baik itu berfungsi sebagai kuburan atau
hanya sebagai meseum dapat dimanfaatkan keberadaannya sebagai objek wisata
menarik dan mempunyai nilai jual yang tinggi.

Ch. Manihuruk
244

DAFTAR PUSTAKA
Batakcommunitycolorado.com
Bruner, Edward M. Prof Dr 1959, The Batak Vilage in Skiner, G.W (ed), Local, Ethnic
and National Loyalities in Vilage of Indonesia (Yale University)
Harahap H Basyral, Siahaan Hotman M, 1987, Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak,
Sanggar Willem Iskandar, Jakarta.
Hitabatak.com 2018
https://thomanpardosi.wordpress.com
6.https://www.researchgate.net/publication/44709368_Fenomena_Perceraian_Dikalanga
n_Batak_Toba_Kristen [accessed Jul 26 2018].
id.wikipedia.org 2018
I. Gede Ab. Wiranata, Hukum Adat di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2005),
Gultom Sherly Deasy Anjuwita, Musik Gondang Batak : Studi tentang Perubahan
Makna dan Fungsi Musik Gondang Batak Pada Masyarakat Batak di
Surabaya. Skripsi thesis, Universitas Airlangga
Nababan Gerson Drs,Panduan Praktis Menjadi Juru Bicara Perkawinan Adat Batak
Toba (Parsinabung) ;
Pasaribu. Abdul Chaer., 2003. Analisis Musik Indonesia.Pantja Simpati: Jakarta
Siahaan H.B. Mangaraja 1963, Adat Batak, Balige
Siahaan Nalom, Drs, 1982, Adat Dalihan Na Tolu (Prinsip dan Pelaksanaanya), Grafina.
Siahaan Daniel Ostega, 2016. Hubungan Perkawinan “Sirang So Sirang”(Pisah Tidak
Pisah) Pada Keluarga Etnis Batak Toba Kristen Di Kandis Kota Kabupaten Siak
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, JOM FISIP VOL. 5 No
Pekanbaru
Sihombing T.M, Jambar Hata, CV Tulus Jaya
16 Simatupang RM Drs, 2017, Margondang Sabangunan Manerser Sauduran, Bornrich
Publidhing, Tangerang
Sinaga Richad Drs. 2013. Perkawinan Adat Batak Dalian Natolu, (op Livia), Dian
Utama, Jakarta
_______2013. Meninggal Adat Dalian Natolu, Dian Utama, Jakarta
_______2016 Kamus Batak Toba –Indonesia, Dian Utama, Jakarta
Sitorus Sampe SE, 2018, Di Ulaon Habot Ni Roha (Mate Mangkar) dan ulaon lainnya
Sitorusdori.wordpress.com
Sitorusdori.wordpress.com; Perceraian
Simarmata Janner websiteSimarmata.or.id Mei 2018
Tobing. L, PhD. 1956, The Structur of The Toba Batak Belief in The High God,

Ch. Manihuruk
245

Amsterdam.
Umpasa Batak Toba, email mp.sianturi@gamail .com Juni 2018
Vergouwen, J.C. 1986. “Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba”. Pustaka Azet,
Jakarta
Wp/bbc/Gondang Batak Toba
WWW,.Kompasiana.com Kardomian Tumangger 2018

Ch. Manihuruk

Anda mungkin juga menyukai