Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329276966

KALIBRASI ALAT UKUR DIAL INDIKATOR BERDASARKAN STANDAR JIS B.7507


DI LABORATORIUM PROSES PRODUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN

Article  in  Jurnal Teknologi · November 2018

CITATIONS READS

0 5,645

4 authors, including:

Junaidi Jn Muhammad Rinoza


Universitas Harapan Medan ,Indonesia Universitas harapan medan
137 PUBLICATIONS   423 CITATIONS    1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisa Pahat Potong HSS Dengan Material Besi Cor Pada Mesin Bubut Universal. View project

Analisa Pahat View project

All content following this page was uploaded by Junaidi Jn on 29 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KALIBRASI ALAT UKUR DIAL INDIKATOR BERDASARKAN STANDAR JIS B.7507 DI
LABORATORIUM PROSES PRODUKSI PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS HARAPAN MEDAN

Muhammad Rinoza1, M.Agung Pratama ,Dermawansyah3 ,Junaidi4

Muhammadrinoza7@gmail.com , magungpratama16@gmail.com , Dermawansyah900@gmail.com ,

Junaidi.stth@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini adalah menganalisis kalibrasi dari alat ukur Dial Indikator.Material yang diteliti adalah Baja
St.37 berbentuk poros pejal dengan panjang 150 mm ,berdiameter 30 mm.Selanjutnya material tersebut
dipotong dengan mempergunakan mesin bubut menjadi panjang 140 mm.Kemudian dibagi 4 bahagian menjadi
ukuran panjang yang berbeda yaitu bahagian 1 panjang 25 mm.diameter 24 mm.Bahagian 2 panjang 23 mm
,diameter 20 mm.Bahagian 3 panjang 22 mm,diameter 15 mm .Bahagian 3 panjang 70 mm ,diameter 10 mm
dengan sudut ketirusan 26,80 Selanjutnya diteliti keovalannya ,hasil keovalannya juga dicari pada 4 bahagian
.Hasil ke ovalan rata-rata didapat 0,01 mm ,serta hasil ketirusan untuk semua bahagian rta-rata 0,01 mm.

Kata kunci : Mesin bubut ,baja st37, keovalan ,ketirusan

1.PENDAHULUAN

Setiap Alat Ukur sebelum digunakanatau setelah digunakan pada periode tertentu (6 bulan atau 12 bulan),
harus dilakukan kalibrasi sesuai standar nasional ataupun internasional . Alat ukur merupakan ujung tombak
dalam kualitas produk yang dihasilkan, karena langsung berhubungan dengan proses, sehingga perlu dipelihara
untuk mendapatkan umur (life time) yang panjang. Jangka sorong nonius sangat banyak digunakan baik
dilaboratorium pengukuran maupun produksi. Mengingat pentingnya hal tersebut maka penulis melakukan
kalibrasi jangka sorong nonius untuk mengetahui nilai koreksi/penyimpangan serta nilai ketidakpastian
pengukurannya[1][2][3] .
Sesuai dengan amanat UUML tersebut, maka ditetapkanlah Peraturan Pemerintah(PP) No. 2 Tahun 1989
tentang Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (SNSU) yangmenjabarkan perihal penetapan, pengurusan,
pemeliharaan dan pemakaian SNSUsebagai acuan tertinggi pengukuran yang berlaku di Indonesia. Selain
itu,ditetapkan pula Keppres No. 79 tahun 2001 tentang Komite Standar Nasional untukSatuan Ukuran (KSNSU)
sebagai penjabaran UUML yang mengharuskan adanyalembaga yang membina standar nasional. Keppres ini
memandatkan bahwapengelolaan teknis ilmiah SNSU diserahkan kepada Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia
(LIPI). Secara tidak langsung, Keppres ini berisi penunjukkan LembagaMetrologi Nasional atau National
Metrology Institute (NMI) kepada salah satu unitkerja di LIPI. Dalam hal ini, Pusat Penelitian Kalibrasi,
Instrumentasi, dan Metrologi(Puslit KIM–LIPI) adalah unit organisasi di bawah LIPI yang bidang
kegiatannyapaling berkaitan dengan pengelolaan standar nasional. Oleh karena itu, dapatdikatakan bahwa Puslit
KIM–LIPI merupakan instansi pemerintah yang menjalankanfungsi sebagai Lembaga Metrologi Nasional atau
NMI di Indonesia[4][5] Setiap kompcnen terdiri dari beberapa elemen (bagian-bagian komponen). Elemen
tersebut bisa berupa garis, bidang atau profil. Jika elemen tersebut mempunyai arti yang sangat penting dan
menentukan fungsi komponen/produk secara terpadu, maka elemen tersebut disebut dengan elemen fungsi dan
harus diberi toleransi, apakah itu toleransi linier, bentuk, orientasi, lokasi atau toleransi simpang putar.
Disamping itu elemen tersebut dapat juga dipakai sebagai datum (referensi) pada sistem toleransi. Secara umum
dikatakan bahwa elemen fungsi adalah elemen yang mempunyai kontak dengan elemen lain(komponen lain) dan
sangat berarti bagi produk setelah digabungkan. Selain itu, terkadang juga suatu elemen dirancang atau
dianggap mempunyai nilai estetika dan diberi toleransi, misalnya suatu permukaan harus berbentuk ellips, bola
dan halus, walaupun dia tidak menentukan fungsi komponen (produk) [6][7][8].
2.LANDASAN TEORI
2.1.DIAL INDIKATOR

Kegunaan dial gauge seperti yang telah kita ketahui adalah untuk : mengukur kerataan permukaan bidang datar
mengukur kerataan permukaan serta kebulatan sebuah poros ? mengukur kerataan permukaan dinding
CylinderAdapun jenis jenis dial gauge sendiri ada berbagai macam sesuai dengan skala yang digunakan,
beberapa jenis dial gauge antara lain [9][10] :

1. Dial gauge dengan nilai skala 0,01 mm jenis ini dapat digunakan untuk mengukur dengan batas ukuran
sampai dengan 10 mm

2. Dial gauge dengan nulai skala 0,01 mm jenis ini mempunyai batas ukur sampai dengan 1 mm 3. Dial gauge
dengan nilai skala 0,0005 mm jenis ini mempunyai batas ukur sampai 0,025 mm

Gambar.1. Alat Ukur Dial Indikator[9]


2.2 Pengertian

Dial Indikator ( Bore Gauge )atau juga dikenal dengan Cylinder Gauge ialah alat ukur yang dipakai guna
mengukur diameter silinder. di bagian atas terdapat dial gauge dan di bagian bawahnya terdapat measuring point
yang bisa bergerak bebas. Dial gauge yang terletak di bagian atas bisa dilepas caranya yaitu longgarkan securing
position dial gaugenya. Sedangkan ujung batang pengukur (measuring point) akan bergerak bila ditekan dan
jarum pada dial gauge antara 0-2 mm akan bergerak dari harga standarnya.
di sisi lain terdapat replacement rod yang panjangnya beragam tergantung pada kebutuhan, yang dilengkapi
dengan replacement securing thread merupakan semacam mur pengikat yang berfungsi untuk mengunci supaya
replacement rod dan washernya tidak lepas ketika bore gauge digunakan.

2.3. Cara Menggunakan/Alat ukur :


Cara Menggunakan Bore Gauge [9][11]:

 Ukur diameter silinder dengan memakai jangka sorong untuk mengetahui diameter
secara kasar guna memilih rod end yang tepat untuk dipasangkan pada bore gauge
(atau lihat ukuran standarnya pada maintenance standard), misal diperoleh hasil
pengukuran : 75,40 mm.
 Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran tersebut
misal 76 mm, setelah itu pasang replacement rod pada bore gauge.
 Ukur panjang replacement rod dengan mikrometer luar dan usahakan jarum dial
gauge tidak bergerak, misal diperolah hasil pengukuran 76,20.
 Masukan replacement rod kedalam lubang (cylinder), goyangkan tangkai bore gauge
ke kanan dan ke kiri hingga di peroleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus).
 Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukan dial gauge, misal diperoleh 0,13 mm.
 Besarnya diameter cylinder yaitu selisih antara hasil pengukuran panjang replecement
rod dengan besarnya penyimpangan jarum bore gauge. Jadi diameter cylinder = 76,20
-0,13 = 76,07 mm.
Cara menentukan ke ovalan silinder :

 Mula – mula tentukan sumbu X dan sumbu Y dari silinder.


 Lalu bagi silinder menjadi 3 bagian yaitu bagian atas (TOP), bagian tengah
(CENTER), dan bagian bawah (DEEP).
 setelah itu ukur sumbu X dan Y dari masing-masing bagian.
 Misalnya diperoleh hasil pengukuran bagian atas (TOP) cylinder sumbu X = 80.75
mm dan sumbu Y = 80.73 mm, maka keovalannya cylinder bagian atas adalah 80.75 –
80.73 mm = 0.02 mm.
 Lanjutkan pengukuran pada bagian tengah (CENTER) dan bagian Bawah (DEEP).

Cara menentukan ketirusan cylinder :

 Ketirusan merupakan selisih ukuran antara cylinder bagian atas dengan cylinder
bagian bawah atau sebaliknya.
 Untuk menentukan ketirusan cylinder, dapat diambil dari keovalan masing-masing
bagian pada TOP, CENTER dan DEEP silinder.
 Misalnya, keovalan cylinder bagian atas adalah 0.02 mm dan bagian bawah cylinder
adalah 0.01 mm, maka ketirusannya adalah 0.02 – 0.01 mm = 0.01 mm.

2.4. Tingkat Ketelitian [4][12]:


Tingkat ketelitian Bore Gauge adalah 0,01 mm.
2.5. Cara membaca Skala dan Hasil Pengukuran [9][13]:
Apabila jarum kecil menunjukkan pada angka satu dan jarum besar pada strip yang ke-22
setelah bergerak dari nol searah jarum jam, jadi hasil pengukuran :

 Jarum kecil = 1 pada pengetesan = 75 mm.


 Jarum besar = 22 x 0,01 mm = 0,22 mm.
 Hasil pembacaan = 75 – 0.22 = 74.78 mm.

Jika jarum kecil menunjukkan pada angka satu dan jarum besar pada strip yang ke-25 setelah
bergerak dari nol berlawanan jarum jam, jadi hasil pengukuran :

 Jarum kecil = 1 pada pengetesan = 75 mm.


 Jarum besar = 25 x 0,01 mm = 0,25 mm.
 Hasil pembacaan = 75 + 0.25 = 75.25 mm.

2.6. Bagian-bagian[14] :

 Dial Indikator.
 Replacement Rod.
 Replacement Washer.
 Measuring Point.
 Batang Silinder Bore Gauge.

2.7. Cara Kalibrasi[15] :

Caranya yaitu :

 mula mula kendorkan pengunci outer ring pada dial indicator


 kemudian masukkan dial indicator ke dalam rahang mikrometer dengan replacement
rod terlebih dahulu
 setelah itu setel angka nol pada dial gauge tepat pada jarum panjang dengan memutar
outer ring
 terakhir kunci kembali pengunci outer ring. Cylinder bore gauge siap dipakai.

2.8. Jenis-jenis [16]:

 Bore Gauge Range 5-10mm.


 Bore Gauge Range 10-18mm.
 Bore Gauge Range 50-150mm.

2.9. Cara merawat[17] :

 Simpat Bore Gauge pada tempatnya setelah digunakan


 Bore gauge sebaiknya disimpan ditempat yang stabil suhu dan kelembabannya. Suhu
tempat untuk menyimpan sekitar 20˚C dengan kelembaban 60-70%.
 Tempat penyimpanan harus bebas dari getaran-getaran yang kemungkinan dapat
merusak Bore gauge.
2.1 . Skala utama/ Skala nonius [4]:
Pada bore gauge skala penunjukkan jarum terdiri dari angka 0 – 50 pada setengah lingkaran
dari arah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.
3.METODE PENELITIAN
Penelitiann ini dilaksanakan di Laboratorium Proses Produksi Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin
Universitas Harapan Medan pada 26 November 2018 . Dalam Penelitian ini mengukur ketelitiaan pengukuran
Pada material besi cor dilakukan Pembubutan pada mesin bubut Universal.
3.1.Diagram Alir Pelaksanaan Penelitiaan.

FLOW CHART

START

SURVEY
SURVEY LITERATUR
LABORATURIUM
JOURNAL

PELAKSANAAN
PENELITIAN

PEMBUBUTAN
MATERIAL

ANALISA DATA

KARAKTERISTIK
DATA

KESIMPULAN

SELESAI

Gambar.2.Diagram Alir
3.2Alat dan Bahan

1. Mesin bubut dan perlengkapannya


2. As Ø 30 mm
3. Kuas
4. Pahat bubut
5. Kain lap
6. Gerinda pahat
7. Bromus (air susu)
8. Oli Drum
9. Matabor 0,5 mm
10. Jangka Sorong
11. Dial Indikator

3.3.Profil MATERIAL[9][18]

4 1 2 3

Gambar.3.Profil yang
diteliti
4.ANALISA DATA
Bahagiaan 1
Panjang mula-mula = 150 mm ( PM )
Diameter mula mula = 30 mm ( DM )
Pemotongan Material Panjang menjadi ( PA )= 140 mm sisa pemotongan(SP1) = 10 mm
Diameter Pembubutan (DA) = 24 mm ,sisa pembubutan(SP2) = 6 mm
Bahagian 2
Panjang mula-mula = 150 mm
Diameter mula mula = 30 mm
Pemotongan Material Panjang menjadi = 23 mm sisa pemotongan = 127 mm
Diameter Pembubutan = 20 mm ,sisa pembubutan = 10 mm
Bahagian 3
Panjang mula-mula = 150 mm
Diameter mula mula = 30 mm
Pemotongan Material Panjang menjadi = 70 mm sisa pemotongan = 80 mm
Diameter Pembubutan = 10 mm ,sisa pembubutan = 20 mm
Bahagian 4 ( Bahagiaan Berulir )
Panjang mula-mula = 150 mm
Diameter mula mula = 30 mm
Pemotongan Material Panjang menjadi = 45 mm sisa pemotongan = 95 mm
Diameter Pembubutan = 24 mm ,sisa pembubutan = 6 mm
Bahagian 5 ( Bahagian Tirus )
Panjang mula-mula = 150 mm
Diameter mula mula = 30 mm
Pemotongan Material Panjang menjadi = 22 mm sisa pemotongan = 128 mm
Diameter Pembubutan = 15 mm ,sisa pembubutan = 7 mm
Sudut kemiringan = 6,280
TABEL DATA

No.Bahagian Panjang Diameter Pemotongan Sisa Diameter Sisa


mula-mula Mula-mula Material Pemotongan Pembubutan Pembubutan
( PM) (mm) ( DM ) (mm) (PL)(mm) Material (DP)(mm) (SP) (mm)
(SPL)(mm)
1 150 30 140 10 24 6
2 150 30 23 127 20 10
3 150 30 70 95 24 6
4 150 30 45 80 10 20
5 150 30 22 128 15 7

UNTUK PEMBUBUTAN TIRUS ὰ = 6,280


160
140
120
100 Series1
80 Series2
60
40 Series3
20 Series4
0
Series5
Series6
Series7

Gambar.4.Karakteristik sebelum dan setelah Pembubutan

TABEL KEOVALAN
No.Bahagian X ( mm ) Y ( mm ) X-Y ( mm )
1 24,55 24,52 0,03
2 20,45 20,43 0,02
3 15,35 15,34 0,01
4 10,44 10,43 0,01

30

25

20
Series1

15 Series2
Series3
10 Series4

0
No.Bahagian X ( mm ) Y ( mm ) X-Y ( mm )

Gambar.5.Karakteristik Keovalan
TABEL KETIRUSAN
No.Bahagian Bahagian Atas ( mm ) Bahagiaan Bawah ( mm ) Ketirusan ( mm )
1 0,03 0,01 0,02
2 0,02 0,01 0,01
3 0,01 0,00 0,01
4 0,01 0,00 0,01

4,5

3,5
No.Bahagian
3

2,5 Bahagian Atas ( mm )

2
Bahagiaan Bawah (
1,5 mm )

1 Ketirusan ( mm )

0,5

0
1 2 3 4 5

Gambar.6.Karakteristik Ketirusan

5.KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan didapat data :
Untuk Bahagian 1 Sebelum dan setelah dilakukan Pembubutan : Panjang mula-mula ( PM) = 150 mm
Diameter Mula-mula( DM ) = 30 mm , PemotonganMaterial(PL)= 140 mm , Sisa Pemotongan Material (SPL) =
10 mm , Diameter Pembubutan(DP) = 24 mm, Sisa Pembubutan (SP) = 6 mm.

Untuk Bahagian 2 Sebelum dan setelah dilakukan Pembubutan : Panjang mula-mula ( PM) = 150 mm
Diameter Mula-mula( DM ) = 30 mm , PemotonganMaterial(PL)= 70 mm , Sisa Pemotongan Material (SPL) =
95 mm , Diameter Pembubutan(DP) = 24 mm, Sisa Pembubutan (SP) = 6 mm.

Untuk Bahagian 3 Sebelum dan setelah dilakukan Pembubutan : Panjang mula-mula ( PM) = 150 mm
Diameter Mula-mula( DM ) = 30 mm , PemotonganMaterial(PL)= 45 mm , Sisa Pemotongan Material (SPL) =
80 mm , Diameter Pembubutan(DP) = 10 mm, Sisa Pembubutan (SP) = 20 mm.
Untuk Bahagian 4 Sebelum dan setelah dilakukan Pembubutan : Panjang mula-mula ( PM) = 150 mm
Diameter Mula-mula( DM ) = 30 mm , PemotonganMaterial(PL)= 22 mm , Sisa Pemotongan Material (SPL) =
128 mm , Diameter Pembubutan(DP) = 15 mm, Sisa Pembubutan (SP) = 75 mm.

KEOVALAN-MATERIAL :
Untuk Bahagian 1 : X = 24,55 mm , Y = 24,52 mm , X-Y = 0,03 mm .

Untuk Bahagian 2 : X = 20,45 mm , Y = 20,43 mm , X-Y = 0,02 mm .

Untuk Bahagian 3 : X = 15,35 mm , Y = 15,34 mm , X-Y = 0,01 mm .

Untuk Bahagian 4 : X = 10,44 mm , Y = 10,43 mm , X-Y = 0,01 mm .

KETIRUSAN-MATERIAL
Untuk Bahagian 1 : Bahagian Atas = 0,03 mm ,Bahagian Bawah = 0,01 mm ,Ketirusan = 0,02 mm .

Untuk Bahagian 2 : Bahagian Atas = 0,02 mm ,Bahagian Bawah = 0,01 mm ,Ketirusan = 0,01 mm.

Untuk Bahagian 1 : Bahagian Atas = 0,01 mm ,Bahagian Bawah = 0,00 mm ,Ketirusan = 0,01 mm.

Untuk Bahagian 1 : Bahagian Atas = 0,01 mm ,Bahagian Bawah = 0,00 mm ,Ketirusan = 0,01 mm

DAFTAR PUSTAKA

[1] D. S. A. Nahrul Amani1, “No Title,” Kalibr. JANGKA SORONG NONIUS (VERNIER CALLIPER)
BERDASARKAN STANDAR JIS B 7507 DI Lab. PENGUKURAN Tek. MESIN Univ. RIAU, vol. 2, no. 2,
pp. 1–7, 2015.

[2] syawaludin N. Junaidi1, “ANALISA UNJUK KERJA BOILER TIPE PIPA AIR MELALUI GAS
BUANG,” Bull. STTH, vol. 3, no. 2, pp. 1–16, 2010.

[3] T. Siagian, I. Siregar, H. Lubis, T. Tinggi, U. A. Hamzah, and H. Process, “Characteristics of St . 37


Steel Materials with Temperature and Time on Heat Treatment Test using Furnace,” Int. J. Innov. Sci.
Res. Technol. ( IJISRT ), vol. 3, no. 4, pp. 49–53, 2018.

[4] J. Junaidi, METROLOGI DAN PENGUKURAN, 1st ed. MEDAN: P4M UNHAR, 2018.

[5] A. S. S. J. M.Bayu Prakoso1, Doli Tryono Siregar2, “ANALISA BRAKE SHOE MOBIL AVANZA
VELOZ 1,5 TOYOTA AKIBAT SISTEM PENGEREMAN,” Int. J. Logist., vol. 1, no. 3, pp. 1–6, 2018.

[6] I. M. L. Batan, “Metode Pemeriksaan Mampu Ukur Suatu Rancangan Ditinjau dari Spesifikasi Produk
Dengan Bantuan Checklist,” J. Tek. Mesin, Vol. 2, Nomor 1, Januari 2002, vol. 2, no. 1, pp. 1–8, 2002.

[7] “Irrigation-Water-Debit-Analysis-That-Will-Be-Used-On-Micropower-Plant-In-Sei.Rampah-Sub-
District-Of-Serdang-Bedagai-Regency(1).”

[8] J. Weriono, “Noise Analysis of Variations in Engine Turn on 1300 CC Cars Due to Mechanical
Vibration,” J. Technol. Harapan, vol. 6, no. 1, pp. 7–10, 2017.

[9] JUNAIDI, ANALISA PERHITUNGAN PAHAT POTONG, 1st ed. MEDAN: Sekolah TinggiTeknik
Harapan (STTH) Medan, 2016.

[10] S. Hestukoro, T. Siagian, A. Bakhori, and I. Siregar, “Analysis Characteristics of Silicon Aluminum
Material Based on Fracture Period In Torque Test.”

[11] S. Hestukoro, T. Siagian, A. Bukhori, I. Roza, and I. Siregar, “Characteristics of Silicon Aluminum
Material Based on Fracture Period In Torque Test.”

[12] Junaidi, “WORKING PROCESS OF TU 3A CNC FRAIS MACHINE USING SOFTWARE


SYSTEM.”

[13] S. Hestukoro and A. Yanie Irfansyah Siregar, “Analysis Effects of Exposuretime on Long Steel
Stainless Steel Material Proper Which Experiance Stress Corrosion Cracking.”

[14] A. Yanie, “ANALYSIS CUTTING TOOL HIGH SPEED STEEL (HSS ) WITH CAST IRON
MATERIAL FROM UNIVERSAL LATHE.”

[15] T. Siagian, I. Siregar, and H. Lubis, “Characteristics of St.37 Steel Materials with Temperature and
Time on Heat Treatment Test using Furnace,” 2018.

[16] S. Hestukoro, I. Roza, and D. Morfi Nst, “Process Analysis of High Speed Steel Cutting Calculation
(HSS) with S45 C Material on Universal Machine Tool,” Int. J. Innov. Sci. Res. Technol., vol. 3, no. 1,
2018.

[17] J. Junaidi, S. Hestukoro, A. Yanie, J. Jumadi, and E. Eddy, “IMPLEMENTATION ANALYSIS of


CUTTING TOOL CARBIDE with CAST IRON MATERIAL S45 C on UNIVERSAL LATHE,” in
Journal of Physics: Conference Series, 2017, vol. 930, no. 1.

[18] JUNAIDI, “Analyze cutting tools (HSS) with cast iron material on Universal Lathes,” in Makalah
PEKAN ILMIAH Periode XXII-TA.2014/2015 FAKULTAS TEKNIK UISU, 2015, pp. 51–58.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai