Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan
PENDAHULUAN
Manajemen keperawatan pada dasarnya berfokus pada perilaku manusia. Untuk mencapai tingkat
tertinggi dari produktivitas pada pelayanan keperawatan, pasien membutuhkan manajer perawat yang
terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku manusia untuk mengelola perawat
profesional serta pekerja keperawatan non profesional.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang
selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut
merupakan akibat dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang
tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu
hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu memahami tentang
pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap
kepemimpinan yang profesional.
Tergantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang dimiliki oleh
pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Dalam makalah ini penulis akan membahas berbagai macam gaya
kepemimpinan yang ada digunakan dalam keperawatan.
1.2 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mengenal dan memahami semua bentuk gaya
kepemimpinan yang ada. Selain itu mahasiswa juga diharapkan mengerti semua tujuan dari gaya
keperawatan yang ada dan digunakan dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
a) Gaya didefinisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri dari ahli dengan hasil akhir yang dicapai
tanpa menimbulkan isu sampingan. (Foller, 1940).
b) Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang
tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas
- tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead).
c) Sedangkan menurut Gillies (1970) gaya kepemimpinan dapat didentifikasikan berdasarkan perilaku
itu sendiri.
Jadi dapat disimpulkan Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencaqpai suatu tujuan (S. Suarli dan
Yanyan Bahtiar, 2006: 24).
2. Kewajiban pemimpin
Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara
lain:
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu
kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut
dipengaruhi oleh faktor manajer, factor karyawan dan factor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa
kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan
lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan mengunginkan
partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
B. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
1. Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya,
memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah
(top-down).
2. Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman
atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide
bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan
pengawasan yang ketat.
3. Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan
balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau
hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4. Sistem Partisipatif
Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia
menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub
utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai
pekaryaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih
suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsian bahwa, bawahan itu senang
bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi,
dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman
dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan dictator namun
bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak
pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan
dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada
bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)
Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002) mengemukakan
empat gaya kepemimpinan yaitu:
1. Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini
mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
2. Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
3. Parsitipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka
pengambilan sebuah keputusan.
4. Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai
tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)
1. Instruksi
§ Komunikasi sejarah
§ Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat
2. Konsultasi
§ Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar
3. Parsitipatif
4. Delegasi
§ Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta
bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi, liberal
yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
1. Otoriter
e) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara
ketat
g) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
2. Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
h) Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
m) Terdaoat suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengancara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya
dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
1. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekaryan. Menggunakan kekuasaan posisi
dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi dengan
reward dan punishment.
2. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuatan
posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan
sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya
dan terbuka.
3. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil
analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran
dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada
kelompok.
4. Bebas Tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan
koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekaryan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya
sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu untuk mencaqpai suatu tujuan (S. Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2006:
24).
5. Kewajiban pemimpin
Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat
dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan
( leadership style ) yang diperlihatkanpun juga tidak sama. Tergantung dari sifat dan perilaku yang
dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimpinan yang
diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya.
3.2 Saran
Karena gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh sikap dan perilaku maka penulis menyarankan dalam
memilih seorang pemimpin yang baik harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Hal ini dimaksudkan
untuk kepentingan bersama dan mendapatkan pemimpin yang sesuai dengan kondisi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan Profesional Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika
Suarli S dan Bahtiar nYanyan. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga