Anda di halaman 1dari 7

PENCEGAHAN HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2:

Riki Ristanto1
Prodi Keperawatan Poltekkes RS. Dr. Soepraoen Malang
rikiristanto1983@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang: Kondisi hipoglikemia yang berat merupakan keadaan kegawat daruratan yang
memerlukan deteksi dini dan penangan segera untuk mencegah terjadinya kerusakan organ tubuh.
Penangannan keadaan hipoglikemia pasien dengan diabetes tipe 2 sangat diperlukan. Tujuan dari
studi ini adalah untuk mengidentifikasi upaya pencegahan terjadinya hipoglikemia. Metodologi :
Peneliti menggunakan pendekatan kajian pustaka dalam penelitian ini. Peneliti mengumpulkan dan
menyaring artikel berbasis elektonik yang berhubungan dengan pencegahan hipoglikemia pada
sumber Sagepub, NCBI, Creative Commons Attribution License, Elsevier, BioMed Central, and
CPD Module, using ScienceDirect dan Google. Penyaringan artikel didasarkan pada bentuk artikel
dan tahun publikasi. Peneliti menggunakan literature dengan kriteria format fulltext dan terbit
antara tahun 2010 sampai dengan 2015. Analisis dilakukan dengan komparasi topic utama pada
setiap artikel dan menarik kesimpulan secara umum terhadap topic utama yang teridentifikasi.
Hasil: prinsip dasar penanggulangan hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 2 meliputi
monitor kadar gula darah secara mandiri secara intensif, peningkatan pengetahuan tentang upaya
pencegahan hipoglikemia dan pelibatan keluarga dalam rangkaian pengobatan.
Kesimpulan: peningkatan aktitifitas pendidikan kesehatan dalam rangka pencegahan hipoglikemia
di komunitas serta penguatan terhadap pasien merupakan tugas utama perawat.

Kata kunci: Hipoglikemia, Pencegahan Hipoglikemia, Diabetes Mellitus Tipe 2

PENDAHULUAN akut dan tiba-tibadan dapat mengancam nyawa


Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) (Seaquistet al, 2013). Pasien yang sering
merupakan penyakit progresif dengan mengalami hipoglikemi beresiko mengalami
karakteristik penurunan fungsi sel beta komplikasi jangka panjang dan kematian,
pankreas. Hipoglikemiaadalah komplikasi penurunan kualitas hidup, peningkatan
jangka pendek yang sering terjadi pada pasien ketakutan dan kecemasan, penurunan
diabetes mellitus tipe 2 selain ketoasidosis produktivitas kerja, dantentunya akan
diabetikum (UKK Endokrinologi Anak dan menyebabkan peningkatan biaya kesehatan
Remaja, 2010). Hipoglikemia adala hkeadaan yang harus dikeluarkan (Williamset al, 2012)
kadar guladarah di bawah nilai normal (<60-70 Hipoglikemia berulang dapat disebabkan karena
mg/dL)(Zhao et al, 2012).Hipoglikemia dapat beberapa hal, seperti ketidakpatuhan diet dan
dialami oleh semua penderita diabetes melitus kegiatan fisik (asupan makanan tidak
(DM) yang sedang dalam terapi pengendalian mencukupi, melewatkan makan, aktivitasfisik
kadar gula darah, di mana pasien DM tipe 1 yang berlebihan tidak direncanakan), adanya
dapat lebih sering mengalami hipoglikemia penyakit diabetes, gagal ginjal dan penyakit hati
dibandingkan dengan pasien DM tipe 2. Tidak yang bersamaan, perubahan dari mekanisme
seperti nefropati diabetic ataupun retinopati obat antidiabetes sebagai hasil dari interaksi
diabetik yang berlangsung secara obat, perubahan kondisi yang berdampak pada
kronis,hipoglikemia dapat terjadi secara sensitivitas produksi insulin (beratbadan), dan
penyalahgunaan obat-obatan antidiabetic
57
Ristanto, Pencegahan Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus 58

(insulin, sulfonilurea, nateglinide, repaglinida) otak tidak memiliki cadangan glukosa. Gejala
(Cander,et al, 2012). Hipoglikemi berulang yang muncul saat terjadi hipoglikemia dapat
akan memunculkan fenomena hypoglycemic dikategorikan sebagai gejala neuroglikopenik
unawareness yaitu kondisi glukosa darah yang dan neurogenik (otonom). Gejala
rendah tetapi penderita tidak merasa apa-apa. neuroglikopenik merupakan dampak langsung
Fenomena ini terjadi akibat menurunnya dari defisit glukosa pada sel-sel neuron sistem
ambang hipoglikemia seorang penderita DM saraf pusat, meliputi perubahan perilaku,
tipe-2sehingga penderita tidak akan merasakan pusing, lemas, kejang, kehilangan kesadaran,
gejala awal hipoglikemia, yang tentunya akan dan apabila hipoglikemia berlangsung lebih
membahayakan penderita(Seaquistet al, 2013). lama dapat mengakibatkan terjadinya kematian.
Pada DM tipe 2 didapatkan kejadian Gejala neurogenik (otonom) meliputi berdebar-
hipoglikemia berat terjadi 3 – 72 episode per debar, tremor, dan anxietas (gejala adrenergik)
100 pasien per tahun.Kondisi itulah yang dan berkeringat, rasa lapar, dan paresthesia
menyebabkan hipoglikemia memiliki efek yang (gejala kolinergik). Gejala-gejala yang dialami
fatal bagi penyandang diabetes melitus, di mana pada kejadian hipoglikemia pada penderita
2% – 4% kematian penderita diabetes mellitus diabetes bukan hanya mengganggu kesehatan
disebabkan oleh hipoglikemia (Desouza, Bolli, pasien, namun juga mengganggu kehidupan
& Fonseca, 2010). Hipoglikemia merupakan psikososial dari pasien tersebut. Hipoglikemia
factor penyulit dalam pengendalian kadar gula juga dapat mengakibatkan kerusakan otak yang
darah penderita diabetes mellitus. Meskipun menetap (Cryer, 2012; Seaquist et al, 2013;
pasien dengan diabetes tipe 2 sering dianggap Zhao et al, 2012). Pada umumnya hipoglikemia
berada pada risiko yang lebih rendah untuk dapat dicegah walaupun hipoglikemia dapat
hipoglikemia, data dari Kesehatan Nasional US terjadi secara tiba-tiba dan tidak
dan Survei Wellness pada 2006-2008 terduga.Insidens hipoglikemia dapat dihindari
menunjukkan bahwa lebih dari setengah dari dengan meningkatkan pemantauan gula darah
2.000 peserta survey pengguna obat anti (Zhao et al, 2012). Untuk menghindari
diabetic oral yang mengalami gejala hipoglikemia berat sebenarnya tubuh sudah
hipoglikemia dengan prevalensi 12% -30% dibekali suatu sensor hipoglikemia. Pada
(Williamset al, 2012). Jumlah penderita keadaan hipoglikemia ringan, tubuh akan
hipoglikemia pada diabetes di Indonesia senada memberikan gejala dan tanda sehingga
dengan prevalensi diabetes di Indonesia yaitu penderita akan bertindak (misalnya minum air
1,1% secara nasional dan 5,7% pada penduduk gula). Dengan melakukan tindakan sederhana
perkotaan di Indonesia. Prevalensi diabetes tersebut penderita akan terhindar dari efek
tersebut berbeda – beda di berbagai provinsi hipoglikemia berat. Walaupun demikian gejala
dan prevalensi diabetes di daerah perkotaan di dan tanda hipoglikemia harus dicatat dan selalu
Jawa Tengah sebesar 7,8%(UKK Endokrinologi ditanyakan kepada penderita.Edukasi terhadap
Anak dan Remaja, 2010). Hipoglikemia perlu pasien dan penggunaan regimenterapi insulin
dicegah pada pasien diabetes yang yang mendekati fisiologis dapat mengurangi
mendapatkan terapi pengendalian kadar glukosa frekuensi hipoglikemia (Seaquistet al, 2013).
darah karena dapat menyebabkan kematian Manajemen pencegahan hipoglikemia
apabila kadar gula darah tidak segera membutuhkan pendekatan yang
ditingkatkan (Zhao et al, 2012).Kadar gula terintegrasiyang seringkali tergantung pada
darah yang rendah pada kondisi hipoglikemia pengetahuan pasien,sikap dan kemampuan,
dapat menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Hal komunikasidokter, dan hambatan system medis
tersebut disebabkan karena glukosa adalah satu- atau tingkat social ekonomi (Williamset al,
satunya sumber energi otak dan hanya dapat 2012). Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik
diperoleh dari sirkulasi darah karena jaringan untuk mengkaji lebih lanjut tentang pencegahan
59 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 57-63

hipoglikemia pada pasien diabetes tipe 2 pencegahan hipoglikemia. Pendidikan


mengingat upaya pencegahan tersebut mutlak merupakan unsur penting pengelolaan DM tipe-
dilakukan demi mencegah terjadinya 2, yang harus dilakukan secara terus menerus
komplikasi yang fatal atau bahkan kematian. dan bertahap sesuai tingkat pengetahuan serta
status sosial penderita/keluarga. Tujuan
METODE pendidikan adalah menimbulkan pengertian dan
Literature review ini merupakan hasil pemahaman mengenai penyakit dan
analisa dari beberapa jurnal yang membahas komplikasinya, memotivasi penderita dan
tentang hipoglikemia dan pencegahannya. keluarganya agar patuh berobat, memberikan
Semua jurnal dikumpulkan melalui electronic ketrampilan penanganan DM tipe-2,
databases dari Sagepub, NCBI, Creative mengembangkan sikap positif terhadap penyakit
Commons Attribution License, Elsevier, sehingga tercermin dalam pola hidup sehari-
BioMed Central, and CPD Module, hari, mencapai kontrol metabolik yang baik
ScienceDirect dan Google Scholar, dengan sehingga terhindar dari komplikasi,
menggunakan kata kunci hypoglicemia, mengembangkan kemampuan untuk
hypoglicemia prevention dan type 2 Diabetes memberikan keputusan yang tepat dan logis
Mellitus.Kriteria dari jurnal yang digunakan dalam pengelolaan sehari-hari (UKK
adalah jurnal yang terpublikasikan secara full Endokrinologi Anak dan Remaja, 2010).
textdan dipublikasikan antara tahun 2010-2015. Edukasi yang perlu dilakukan untuk mencegah
Analisis dilakukan dengan komparasi topic terjadinya hipoglikemia meliputi: Pengetahuan
utama pada setiap artikel dan menarik dasar tentang konsep DM tipe-2 dan
kesimpulan secara umum terhadap topic utama Hipoglikemia Pengenalan pengetahuan dasar
yang teridentifikasi. pada pasien DM tipe-2 adalah tentang konsep
penyakit DM tipe-2 itu sendiri. Sangat
HASIL dianjurkan bahwa pasien mengenali secara
Mempertahankankadar glukosa dalam komplek mulai dari definisi, penyebab, tanda-
kondisi terkontrol dengan optimal pada pasien gejala, dan bagaimana proses perawatannya,
diabetes melitus tipe 2 adalah tujuan utama pengetahuan tentang penggunaan obat
dalam pecegahan terjadinya hipoglikemia antidiabetik.Salah satu penyebab terjadinya
(Sarkar et al, 2010). Manajemen pencegahan hipoglikemia pada pasien DM tipe 2 adalah
hipoglikemiamembutuhkanpendekatan yang penggunaan obat antidiabetik yang berlebihan.
terintegrasi (Williams et al, 2012). Ada Utamanya pada pasien pengguna insulin dan
beberapa tindakan yang dapat dilakukan sebagai obat golongan sulfonilurea (Hsu et al, 2013;
upaya pencegahan terjadinya hipoglikemia Quilliam, Simeone, &Ozbay, 2011). Pasien
khususnya pada pasien DM tipe 2, yaitu: diedikasi tentang penggunaan obat anti diabetik
mengkontrol kadar gula darah secara rutin. mulai dari jenis, carapemberian, dan
monitoring kadar glukosa sendiri (termasuk efeksamping (Sarkar et al, 2010). Selain obat
kadar glukosa pada malam hari) merupakan anti diabetes, obat lain yang dapat membuat
mekanisme pencegahan yang paling gampang. kecenderungan kondisi hipoglikemik juga harus
Selain dapat mengetahui langsung kadar disampaikan dalam proses konseling (Canderet
glukosa darah, sekaligus dapat digunakan dalam al, 2012). Edukasi yang diberikan diharapkan
penentuan dosis obat baik itu insulin maupun dapat memotivasi penderita dan keluarganya
obat antidiabetik oral yang harus dikonsumsi agar mematuhi mekanisme pengobatan dan
pasien(Brown & Abdelhafiz, 2010; Seaquist et terhindar dari kemungkinan hipoglikemia.
al, 2013), pendidikan kesehatan tentang Pengetahuan tentang diet dan aktivitas yang
Ristanto, Pencegahan Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus 60

seimbang, Ketidakpatuhan diet (asupan Endokrinologi Anak dan Remaja (2010), upaya-
makanan tidak mencukupi, melewatkan makan) upaya pencegahan dari hipoglikemia
dan kegiatan fisik berlebihan yang tidak diantaranya adalah gunakan regimen insulin
sefisiologis mungkin sesuai dengan pola
direncanakan merupakan salah satu penyebab
kehidupan penderita melalui penyesuaian dosis
terjadinya hipoglikemia berulang (Hsu et al, insulin berdasarkan pola makan dan jenis
2013; Zhao et al, 2012).Untuk mencegah kegiatan (olah raga), edukasi tentang teknik
hipoglikemia pada malam hari maka pasien penyuntikan insulin, masa kerja insulin,
perlu diedukasi untuk selalu menjaga kadar gula monitoring kadar glukosa secara mandiri,
tengah malam diusahakan sekitar 120-180 penyesuaian dosis insulin dan obat diabetik oral
mg/dL (7-10 mmol/L). Pasien juga disarankan berdasarkan profil glukosa darah, edukasi
pasien dan orang sekitarnya untuk waspada
untuk mengkonsumsi makanan pada malam hari
terhadap gejala dan tanda hipoglikemik,
adalah karbohidrat yang lambat dicerna seperti memberikan informasi mengenai pengaruh
susu, roti, pisang, apel dan protein. Semua anak liburan dan olah raga pada pasien, dukungan
dan remaja penderita diabetes harus membawa psikologis untuk meningkatkan rasa percaya
permen atau tablet glukosa yang siap dimakan disi pasien. Self-monitor glukosa darah
sewaktu-waktu bila terjadi hipoglikemia merupakan salah satu upaya pencegahan yang
(Seligman et al, 2010; UKK Endokrinologi dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien.
Monitor glukosa darah menggunakan sampel
Anak dan Remaja, 2010). Melibatkan dukungan glukosa perifer merupakan bagian penting dari
keluarga mengingat pengobatan pasien dengan self-management pada pasien diabetes terutama
DM tipe 2 merupakan pengobatan yang seumur untuk pasien yang
hidup, maka sangat diperlukan adanya memilikiepisodehipoglikemia. Upaya self-
dukungan manajemen diri yang mencakup monitor glukosa darahmenuntut pasien untuk
pelatihan terhadap anggota keluarga yang memiliki alat penghitung kadar glukosa darah
secara pribadi, mampu untuk menggunakannya
berperan terhadap perawatan pasien (Sarkar et
dan mampu menginterpretasikan hasil
al, 2010; Seaquistet al, 2013). Tidak bisa pengukurannya (Seaquist et al, 2013).
dipungkiri bahwa keluarga juga memiliki andil Pemantauan glukosa darah memberikan
yang besar terhadap keberhasilan pengobatan evaluasi segera tentang kadar glukosa darah,
pasien dengan DM tipe 2.Tidak hanya hasilnya dapat digunakanuntuk memandu
membantu mengontrol dalam penggunaan obat- penentuan terapidanuntuk mendeteksi
obatan antidiabetik, tetapi juga membantu hipoglikemia, serta memberikan umpan balik
pada kontrol glikemik yang telah dilakukan
dalam pengontrolan diet dan pola aktivitas
sebelumnya (Shafieeetal, 2012). Pemeriksaan
pasien. Selain itu keluarga juga dapat kadar glukosadarah setelah kegiatan ekstradan
memberikan informasi mengenai pengaruh kemudian 2 jam berikutnya selalu dianjurkan
liburan dan olah raga pada pasien sekaligus karena hipoglikemiasering terjadi setelah
memberikan dukungan psikologis untuk melakukan aktivitas(Cryer, 2009;Hicks, 2013,
meningkatkan rasa percaya diri pasien Seaquist et al, 2013). Upaya self-monitor
glukosa darah dapat membantu membatasi
(Seaquistet al, 2013).
efektivitas klinis dalam meningkatkan kontrol
glikemik pada pasien diabetes tipe 2 dengan
PEMBAHASAN menggunakan obat oral, penentuan diet, dan
Pencegahan hipoglikemia memerlukan gaya hidup pasien sehari-hari (Clar et al, 2010).
pertimbangan dari beberapa prinsip, termasuk: Menurut Czupryniak et al (2014), adanya
1) self-management pasien diabetes; 2) self- penurunan kejadian hipoglikemia dengan
monitor glukosa darah; 3) penggunaan insulin adanya upaya self-monitor glukosa darah,
atau obat antidiabetik lain dengan benar; 4) karena pasien dapat menggunakan alat ini untuk
pertimbangan adanya faktor risiko mendeteksi episode asimtomatik dan juga untuk
hipoglikemia; dan 5) dukungan dan bimbingan mengkonfirmasi gejala hipoglikemia yang
dari petugas kesehatan profesional (Fisher, berulang. Dengan demikian, ketika glukosa
2010; Shafieeet al, 2012). Menurut UKK darah dapat terkontrol dengan baik, risiko
61 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 57-63

hipoglikemia dapat dicegah dan dikurangi. hidup sehari-hari, dan mencapai kontrol
Upaya kedua untuk mencegah terjadinya metabolik yang baik sehingga terhindar dari
hipoglikemia adalah pendidikan kesehatan pada komplikasi hipoglikemia (Seaquist et al, 2013).
pasien diabetes. Terbatasnya pengetahuan Proses edukasi dapat dilakukan menggunakan
pasien tetang hipoglikemia telah berbagai macam metode maupun media yang
terbuktimenjadi penghalang untukmelakukan disesuaikan dengan kondisi pasien (Fisher,
manajemen diri secara memadai 2010; Shafiee et al, 2012). Pada era teknologi
dariregimenpengobatan, dengan informasi kesehatan, maka upaya edukasi dan
kurangpemahaman instruksiobat, dosis, waktu, promosi kesehatan utamanya tentang
dan peringatan, yang dapat pencegahan hipoglikemia dapat dilakukan
menyebabkanpeningkatan risiko untuk dengan media informasi digital. Penggunaan
hipoglikemia (Sarkar et al, 2010; Punthakee et portal internet maupun sosial media dapat
al, 2012). Oleh karena itu pendidikanpada memberikan informasi yang mampu
pasien diabetesmerupakan upaya mendasar menjangkau masyarakat luas sekaligus dapat
dalam pengobatan(Yong etal, 2015). Menurut diakses kapanpun juga (Sarkar et al, 2010).
Shafieeetal (2012), pendidikan self- Dengan memanfaatkan teknologi informasi
management terbukti efektifdalam mengubah yang telah ada diharapkan dapat memberikan
perilaku dengan memberikan pengaruh kesempatan yang seluas-luasnya kepada untuk
positifpada hasil akhir dari proses manajemen mengetahui segala informasi tentang penyakit
penyakit diabetes. Pendidikan dalam kelompok dan komplikasinya serta upaya-upaya untuk
terstruktur yang ditambah dengan pendidikan mencegah terjadinya komplikasi tersebut.
individu secara intensif memiliki manfaat Pembentukan sistem dukungan pada pasien
positif dalam mencegah dan mengatasi diabetes merupakan intervensi penting ketiga
hipoglikemia pada pasien diabetes tipe 2. dalam pecegahan terjadinya hipoglikemia
Menurut hasil penelitian Farida dkk. (2014), berulang. Penderita maupun keluarga harus
dijelaskan bahwa adanya hubungan yang disadarkan bahwa DM tipe-2 merupakan suatu
signifikan antara pengetahuan dan kemampuan life long disease yang keberhasilan
pasien untuk mencegah hipoglikemia. pengelolaannya sangat bergantung pada
Pengetahuan yang baik akan berdampak pada kemauan penderita dan keluarganya untuk
kemampuan pasien untuk menentukan tindakan hidup dengan gaya hidup yang sehat (Seaquist
terbaik bagi kondisi kesehatannya. Penelitian et al, 2013). Pembentukan sistem pendukung
lain menunjukkan peningkatan pengetahuan (termasuk pasien, keluarga, dan tim perawatan
terkait diabetes adalah kunci untuk mewujudkan profesional) juga diperlukan untuk memberikan
gejala hipoglikemia. Namun, meskipun manajemen diabetes tipe-2 secara holistik
pengenalan risiko dan keparahan episode terkait (Yong et al, 2015). Wang et al (2014) dalam
gejala meningkat, hipoglikemia merupakan penelitiannya, menjelaskan bahwa adanya
komplikasi umum. Dengan demikian, perhatian suport fisik dan psikologis oleh tim perawatan
ditujukan untuk pendidikan manajemen diri dapat memberikan dampak positif pada pasien
yang lebih baik, untuk meminimalkan DM tipe-2 melalui intevensi edukasi yang
komplikasi, dengan memastikan kontrol berkelanjutan dan monitoring dalam jangka
metabolik yang memadai (Giordaet al, 2014). panjang. Selain itu juga diperlukan dukungan
Diharapkan proses edukasi tersebut dari keluarga, untuk memantau komplikasi
menimbulkan pengertian dan pemahaman jangka pendek dan jangka panjang, untuk
mengenai penyakit dan komplikasinya. Selain deteksi dini dan pengelolaan hipoglikemia
itu pengetahuan akan hipoglikemia juga sangat (Shafieeet al, 2012). Dukungan ini bertujuan
penting untuk disampaikan. Mulai dari definisi untuk mengurangi kecemasan pasien dengan
hipoglikemia, bagaimana tanda dan gejalanya, meningkatkan spiritualitas, perasaan positif dan
dan pertolongan pertama yang dapat dilakukan harapan, serta ketenangan dalam pikiran.
ketika mengalami hipoglikemia. Sehingga Dukungan terbaik untuk individu dalam bentuk
pasien mampu mengembangkan sikap positif motivasi diri. Pasien yang memiliki dukungan
terhadap penyakit yang tercermin dalam pola positif memiliki ketenangan pikiran dalam
Ristanto, Pencegahan Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus 62

menentukan langkah-langkah upaya Tankova, T, Varkonyi, T, Wolnik, B, &


pencegahan hipoglikemia (Farida, Alam, & Zherdova, N. (2014). Self-monitoring of
Sukriadi, 2014). blood glucose in diabetes: from evidence
to clinical reality in Central and Eastern
KESIMPULAN & SARAN Europe—recommendations from the
KESIMPULAN International Central-Eastern European
expert group. Diabetes Technol Ther,
Hipoglikemia merupakan komplikasi
16(7), 460–475.
akut yang dapat berdampak fatal bagi pasien doi: 10.1089/dia.2013.0302
dengan DM tipe 2. Oleh karena itu diperlukan
Desouza, C. V., M.D., Bolli, G. B., M.D., &
upaya pencegahan yang diantaranya dengan
Fonseca, V., M.D. (2010). Hypoglycemia,
mengkontrol kadar gula darah secara rutin, diabetes, and cardiovascular events.
pemberian pendidikan kesehatan pencegahan Diabetes Care, 33(6), 1389-94. Retrieved
hipoglikemia serta melibatkan dukungan from
keluarga dalam proses pengobatannya. http://search.proquest.com/docview/6066
Saran 30813?accountid=25704
Tingkatkan kegiatan penyuluhan Farida, Alam, H.A, & Sukriyadi. (2013).
kesehatan pencegahan hipoglikemia di Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan
masyarakat, sekaligus beri dukungan pada tindakan pasien Diabetes Melitus dengan
pasien utamanya oleh perawat. pencegahan komplikasi hipoglikemia di
RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 5(1), 84-90.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, S. H. M., & Abdelhafiz, A. H. (2010). Fisher, M. (2010). Hypoglycaemia in patients
Hypoglycemia, intensive glycemic control with type 2 diabetes: minimising the risk.
and diabetes care in care home residents Br J Diabetes Vasc Dis, 10(1), 35-41.
with type 2 diabetes. Aging Health, 6(1), doi:10.1177/1474651409356092
31-40. Giorda, C.B, Ozello, A, Gentile, S, Corsi, A,
doi:http://dx.doi.org/10.2217/ahe.09.81 Iannarelli, R, Bacetti, F, Rossi, M.C.
Cander, S., Gül, Ö. Ö., Yildirim, N., Ünal, O. (2014). Incidence and correlates of
K., Saraydaroglu, Ö., & Imamoglu, S. hypoglycemia in Type 2 Diabetes: The
(2012). A rare cause of hypoglycemia in a Hypos-1 study. J Diabetes Metab, 5(3).
type 2 diabetic patient: Insulinoma. doi:10.4172/2155-6156.1000344
Journal of Diabetes and its Hicks, D. (2013). Recognising, managing and
Complications, 26(1), 65-7. preventing hypoglycaemia. Journal of
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jdiacomp.2 Diabetes Nursing 17(7), 255-260.
011.12.003
Hsu, P., M.D., Sung, S., M.D., Cheng, H.,
Clar, C, Barnard, K, Cummins, E, Royle, P, & M.D., Yeh, J., M.D., Liu, W., M.S., Chan,
Waugh, N. (2010). Self-monitoring of W., M.D., . . . Chuang, S., P.H.D. (2013).
blood glucose in type 2 diabetes: Association of clinical symptomatic
systematic review. Health Technology hypoglycemia with cardiovascular events
Assessment, 14(12). DOI: and total mortality in type 2 diabetes: A
10.3310/hta14120 nationwide population-based study.
Cryer, P. E., M.D. (2012). Severe hypoglycemia Diabetes Care, 36(4), 894-900. Retrieved
predicts mortality in diabetes. Diabetes from
Care, 35(9), 1814-6. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/1332
http://search.proquest.com/docview/1039 740351?accountid=25704
305035?accountid=25704 Ikatan Dokter Anak IndonesiaUKK
Czupryniak, L, Barkai, L, Bolgarska, S, Endokrinologi Anak dan Remaja. (2010).
Bronisz, A, Broz, J, Cypryk, K, Honka, Konsensus Nasional Pengelolaan
M, Janez, A, Krnic, M, Lalic, N, Diabetes Mellitus Tipe 1. Jakarta: Badan
Martinka, E, Rahelic, D, Roman, G, Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
63 Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, Volume 3, Nomor 3, April 2015, hlm. 57-63

Punthakee, Z., Miller, M. E., Launer, L. J., Retrieved from


Williamson, J. D., Lazar, R. M., http://search.proquest.com/docview/8161
Cukierman-Yaffee, T., . . . Gerstein, H. C. 91771?accountid=25704.
(2012). Poor cognitive function and risk Shafiee, G., Mohajeri-Tehrani, M., Pajouhi, M.,
of severe hypoglycemia in type 2 & Larijani, B. (2012). The importance of
diabetes: Post hoc epidemiologic analysis hypoglycemia in diabetic patients.
of the ACCORD trial. Diabetes Care, Journal of Diabetes & Metabolic
35(4), 787-93. Retrieved from Disorders, 11(17). doi:10.1186/2251-
http://search.proquest.com/docview/9635 6581-11-17
17847?accountid=25704
Wang, C-Y, Yu, N-C, Sheu, W.H-H, Tsai, S-H,
Quilliam, B. J., Simeone, J. C., & Ozbay, A. B. & Tai, T-Y. (2014). Team care of type 2
(2011). Risk factors for hypoglycemia- diabetes mellitus in Taiwan. Diabetes
related hospitalization in patients with Research and Clinical Practice, S309 –
type 2 diabetes: A nested case-control
S313.
study. Clinical Therapeutics, 33(11),
1781-91. Williams, S. A., Shi, L., Brenneman, S. K.,
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.clinthera.2 Johnson, J. C., Wegner, J. C., & Fonseca,
011.09.020 V. (2012). The burden of hypoglycemia
on healthcare utilization, costs, and
Sarkar, U., Karter, A. J., Liu, J. Y., Moffet, H. quality of life among type 2 diabetes
H., Adler, N. E., & Schillinger, D. (2010). mellitus patients. Journal of Diabetes and
Hypoglycemia is more common among its Complications, 26(5), 399-406.
type 2 diabetes patients with limited doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jdiacomp.2
health literacy: The diabetes study of 012.05.002
northern california (DISTANCE). Journal
of General Internal Medicine, 25(9), 962- Yong, Y-M, Shin, K-M, Lee, K-M, Cho, J-Y,
8. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s11606- Ko, S-H, Yoon, M-H, Ahn, Y-B. (2015).
010-1389-7 Intensive individualized reinforcement
education is important for the prevention
Seaquist, E. R., M.D., Anderson, J., M.D., of hypoglycemia in patients with type 2
Childs, Belinda, ARNP, MN,B.C.- diabetes. Diabetes Metab J, 39, 154-163.
A.D.M., C.D.E., Cryer, P., M.D., http://dx.doi.org/10.4093/dmj.2015.39.2.1
Dagogo-Jack, S., Fish, L., M.D., . . . 54
Vigersky, R., M.D. (2013). Hypoglycemia
and diabetes: A report of a workgroup of Zhao, Y., P.H.D., Campbell, C. R., P.H.D.,
the american diabetes association and the Fonseca, V., M.D., & Shi, L., P.H.D.
endocrine society. Diabetes Care, 36(5), (2012). Impact of hypoglycemia associated
1384-95. Retrieved from with antihyperglycemic medications on
http://search.proquest.com/docview/1353 vascular risks in veterans with type 2
342486?accountid=25704 diabetes. Diabetes Care, 35(5), 1126-32.
Retrieved from
Seligman, Hilary K,M.D., M.A.S., Davis, T. C., http://search.proquest.com/docview/101361
PhD., Schillinger, D., M.D., & Wolf, 2903?accountid=25704
Michael S,PhD., M.P.H. (2010). Food
insecurity is associated with
hypoglycemia and poor diabetes self-
management in a low-income sample with
diabetes. Journal of Health Care for the
Poor and Underserved, 21(4), 1227-33.

Anda mungkin juga menyukai