Anda di halaman 1dari 7

Konsep Dasar Penyakit

Trauma Kepala

A. Defenisi
Trauma kepala atau trauma kapitis merupakan suatu benturan paksa atau trauma yang
menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan
fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009)
Trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul
maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena robeknya substansi alba, iskemia, dan
pengaruh massa karena hemoragik, serta edema serebral disekitar jaringan otak
(Batticaca,2015)
Trauma kepala berat adalah trauma kepala yang mengakibatkan penurunan kesadaran
dengan skor GCS 3-8, mengalami amnesia >24 jam (Haddad, 2012).

B. Penyebab
Trauma kepala dapat disebabkan oleh beberapa peristiwa, diantaranya
a) Kecelakaan lalu lintas
b) Benturan pada kepala
c) Jatuh dari ketinggian
d) Menyelam di tempat yang dalam
e) Olaraga yang keras
f) Anak dengan ketergantungan

Cedera pada trauma kapitis dapat terjadi akibat tenaga dari luar :

a) Benturan / jatuh karena kecelakaan


b) Kompresi atau penetrasi baik oleh benda tajam, benta tumpul, peluru, dan ledakan
pana. Akibat cedera ini berupa memar, luka jaringan lunak, cidera musculoskeletal dan
kerusakan organ

C. Manifestasi klinis Trauma Kepala

Tanda dan gejala pada trauma kepala berat:

a) Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih


b) Kebingungan
c) Iritabel
d) Mual dam muntah
e) Kepala pusing
f) Terdapat hematoma
g) Kecemasan
h) Sukar untuk dibangunkan
i) Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea)
dan telinga (otorhea) bila fraktur tulang temporal.
 Manifestasi klinis spesifik :

1. Gangguan otak
a. Comotio serebri/ geger otak
• Tidak sadar < 10 menit
• Muntah-muntah, pusing
• Tidak ada tanda defisit neurologis
b. Contusio cerebri / memar otak
• Tidak sadar > 10 menit, bila area yang terkena luas dapat berlangsung > 2-3 hari
setelah cedera
• Muntah-muntah, amnesia retrograde
• Ada tanda-tanda defisit neurologis

2. Perdarahan epidural/hematoma epidural


a. Suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak bagian dalam dan meningen
paling luar. Terjadi akibat robekan arteri meningeal
b. Gejala : penurunan kesadaran ringan, gangguan neurologis dari kacau mental sampai
koma

c. Peningkatan TIK yang mengakibatkan gangguan pernapasan, bradikardia, penurunan


TTV
d. Herniasi otak yang menimbulkan :
• Dilatasi pupil dan reaksi cahaya hilang
• Isokor dan anisokor
• Ptosis
3. Hematoma subdural
a. Akumulasi darah antara duramater dan araknoid, karena robekan vena
b. Gejala : Sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfasia
c. Akut : gejala 24-48 jam setelah cedera, perlu intervensi segera
Sub akut : gejala terjadi 2 hari sampai 2 minggu setelah cedera

Kronis : 2 minggu sampai dengan 3-4 bulan setelah cedera

4. Hematoma intracranial
• Pengumpulan darah > 25 ml dalam parenkim otak
• Penyebab : fraktur depresi tulang tengkorak, cedera penetrasi peluru, gerakan
akselerasi-deselerasi tiba-tiba
5. Fraktur tengkorak
a. Fraktur liner/ simple
• Melibatkan Os temporal dan parietal
• Jika garis fraktur meluas kearah orbital/ sinus paranasal dapat menyebabkan resiko
perdarahan
b. Fraktur basiler
• Fraktur pada dasar tengkorak
• Bisa menimbulkan kontak CSS dengan sinus, memungkinkan bakteri masuk

D. Mekanisme Cidera/Trauma kepala

Mekanisme cedera/ trauma kepala, meliputi

a. Akselerasi
Jika benda bergerak membentur kepala yang tidak bergerak, contohnya pada orang
yang diam kemudia dipukul atau dilempar.

b. Deselarisasi
Jika kepala yang bergerak membentur benda yang diam, contohnya pada kepala yang
menabrak dinding.
c. Deformitas
Perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terjadi akibat trauma, contoh
adanya fraktur pada tulang kepala, kompressi, ketegangan atau pemotongan pada
jaringan otak.
E. Klasifikasi Trauma Kepala
1. Berdasarkan keparahan cedera
a) Cedera kepalan ringan (CKR)
- Tidak ada fraktur tengkorak
- Tidak ada kontusio serebri hematom
- GCS 13-15
- Dapat terjadi kehilangan kesadaran <30 menit
b) Cedera kepala sedang
- Kehilangan kesadaran (amnesia) > 30 menit dan <24 jam
- Muntah
- GCS 13-15
- Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientai ringan (bingung)
c) Cedera kepala berat
- GCS 3-8
- Hilang kesadaran >24 jam
- Adanya kontusio serebri, laserasi/ hematoma intracranial
2. Berdasarkan jenis cedera kepala (Arif Mutaqqin, 2008)
a) Cedera kepala primer
Trauma kepala primer mencakup : fraktur tulang, cedera fokal, cedera otak
difusa, yang masing-masing mempunyai mekanisme etiologis dan patofisiologi
yang unik.
b) Kerusakan otak sekunder
Trauma kepala berat seringkali menampilkan gejala abnormalitas gangguan
sistemik akibat hipoksia dan hipotensi, dimana keadaan- keadaan ini merupakan
penyebab yang sering pada kerusakan otak sekunder.
c) Edema serebral
Tipe yang terpenting pada trauma kepala adalah edema vasogenik dan edema
iskemik.
d) Pergeseran otak
Adanya satu massa yang berkembang membesar (hematoma, abses, atau
pembengkakan otak) di semua lokasi dalam kavitas intra kranial, biasanya akan
menyebabkan pergerakan dan distorsi otak
A. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos kepala
Indikasi dilakukannya pemeriksaan meliputi jejas lebih dari 5 cm, luka tembus
(peluru/tajam), deformasi kepala (dari inspeksi dan palpasi), nyeri kepala yang menetap,
gejala fokal neurologis, gangguan kesadaran.
2. CT-Scan
Indikasi CT-Scan adalah :

a. Nyeri kepala menetap atau muntah- muntah yang tidak menghilang setelah pemberian
obat-obatan analgetik.
b. Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal bermakna terdapat pada lesi intrakranial
dibandingkan dengan kejang general.
c. Penurun GCS lebih dari 1 dimana faktor- faktor ekstrakranial telah disingkirkan (karena
penurunan GCS dapat terjadi karena syok, febris, dll)
d. Adanya fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai.
e. Adanya tembus akibat benda tajam.
f. Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang membaik dari GCS (Sthavira, 2012)

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI digunakan untuk pasien yang memiliki abnormalitas status mental yang digambarkan
oleh CT-Scan. MRI telah terbukti lebih sensitive daripada CT-Scan, terutama dalam
mengidentifikasi lesi difus non hemoragik cedera aksonal.
4. X-Ray
X-Ray berfungsi untuk mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan/ edema), fragmen tulang (Rasad, 2011).
5. BGA (Blood Gas Analyze)
Mendeteksi masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
(TIK).
Konsep Keperawatan Gawat Darurat

Trauma Kepala

A. Pengkajian Primer
a) Airway
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi pemeriksaan
adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebkan oleh benda asing, fraktur
tulang wajah, fraktur mandibular atau maksila, fraktur larinks atau trachea.
Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa
dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan
ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
b) Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang
terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh.
c) Circulation
Kaji apakah ada pendarahan. Ada 2 obervasi yang yang dapat memberikan
informasi terkait keadaan hemodinamik pasien dalam hitungan detik yaitu;
warna kulit dan nadi
d) Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien, ukuran dan reaksi pupil
e) Exprosure
Perlu dilakukan tindakan head to toe untuk memeriksa adanya jejas.

B. Pengkajian sekunder
a) Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan kapan cidera terjadi, bagaimana mekanisme terjadinya benturan, apa
penyebab nyerinya, dan dari mana arah dan kekuatan pukulan
b) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami kecelakaan/cidera sebelumnya, atau
kejang. Apakah ada penyakit sistemik seperti DM, penyakit jantung/pernafasan,
Apakah klien pernah mengalami gangguan sensorik atau gangguan neurologis
sebelumnya. Jika pernah, tanyakan bagaimana penyembuhan dan asupan
nutrisinya.
c) Riwayat keluarga
Apakah ada riwayat penyakit sistemis seperti, DM,HT, ataupun penyakit
degenerative lainnya.
Rencana keperawatan

Diagnosa keperawatan Intervensi Keperawatan

NOC NIC

Ketidakefektifan perfusi jaringan Noc : Nic


cerebral
- Circulation status - Monitor TTV
Do : - Neurologic status - Monitor AGD, ukuran
- Tissue prefussion : pupil, ketajaman,
 Gangguan status mental cerebral kesimetrisan dan reaksi
 Perubahan perilaku - Monitor adanya
 Perubahan status Setelah dilakukan tindakan diplopia, pandangan
motorik keperawatan, diharapkan kabur dan nyeri kepala
 Perubahan reaksi pupil ketidak efektifan perfusi jaringan - Monitor tonus otot
 Kesulitan menelan cerebral teratasi dengan kriteria - Monitor TIK & Respon
 Kelemahan atau paralisis hasil : neurologi
ekstremitas - Pertahankan parameter
- Tekanan systole dan
 Abnormalitas bicara hemodinamik
diastole dalam rentang
yang diharapkan Tinggikan kepala 0-45 derajat
- Tidak ada tanda tergantung kondisi pasien.
ortostatikhipertensi
- Komunikasi jelas
- Menunjukan konsentrasi
dan orientasi
- Pupil seimbang dan
reaktif

Tidak mebgalami nyeri kepala.

Anda mungkin juga menyukai