Anda di halaman 1dari 4

Dari beberapa Jurnal penelitian yang dilakukan di indonesia :

1. UTILIZATION OF MATERNITY WAITING HOMES IN SELARU HEALTH

CENTRE MALUKU TENGGARA BARAT 2015 oleh Noor Edi Widya Sukoco

dan Suparmi Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan dan Puslitbang

Upaya Kesehatan Masyarakat, Jln. Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat, e-

mail: nooredisukoco@yahoo.com

Dengan hasil penelitian terlihat gambaran karakteristik demografi responden.


Sebagian besar responden berusia 25-34 tahun (42,5%) dan memiliki
pendidikan SMA keatas (47,1%). Sebagian besar responden berpendapatan
rendah (dibawah Rp 1.000.000,-) yaitu sebesar 76,1%. Dan Gambaran
karakteristik demografi responden dan pemanfaatan rumah tunggu kelahiran
(RTK) menunjukkan bahwa waktu tempuh dan jarak berhubungan dengan
pemanfaatan RTK. Ibu yang bertempat tinggal dengan waktu tempuh >60 menit
memiliki kemungkinan 0.14 lebih rendah untuk memanfaatkan RTK
dibandingkan ibu dengan waktu tempuh ke RTK antara 30-60 menit. responden
yang bertempat tinggal <25 km memiliki kemungkinan
20 kali lebih besar untuk memanfaatkan RTK dibandingkan dengan ibu yang
tinggal dengan jarak >25 km.

2. EVALUASI KEBIJAKAN RUMAH TUNGGU KELAHIRAN DI DESA

PELEM, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI oleh Khanin S1

Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri

Surabaya e-mail: khaninwae17@gmail.com dan Indah Prabawati, S.Sos., M.Si

S1 Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas

Negeri Surabaya e-mail: prabawatiindah@yahoo.co.id

Dengan kesimpulan hasil penelitian Merujuk pada hasil penelitian yang telah
tersaji dalam uraian pembahasan terhadap Evaluasi Kebijakan Rumah
Tunggu Kelahiran di Desa Pelem, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, dapat
disimpulkan bahwa adanya Program Rumah Tunggu Kelahiran belum dapat
mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
Pemanfaatan yang kurang maksimal oleh kelompok sasaran membuat
program Rumah Tunggu Kelahiran Desa Pelem gagal dilaksanakan, karena
dari 107 sasaran ibu hamil resiko tinggi hanya ada 1 (satu) yang
memanfaatkan RTK tersebut.
Hal ini disebabkan karena permasalahan terkait pelaksanaan Program
Rumah Tunggu Kelahiran di Desa Pelem, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri
belum terselesaikan. Program Rumah Tunggu Kelahiran di Desa Pelem,
Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri belum dapat mencapai tujuan yang
diharapkan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Pencapaian hasil
yang kurang maksimal disebabkan karena kurang maksimalnya pemanfaatan
Rumah Tunggu Kelahiran oleh masyarakat. Pada tahun 2016 terjadi
penurunan angka kematian ibu dan bayi, tetapi tidak dipengaruhi besar oleh
adanya program Rumah Tunggu Kelahiran sehingga program dinilai tidak
efektif. Dinilai dari aspek efisiensi, dapat dikatakan bahwa program Rumah
Tunggu Kelahiran di Desa Pelem, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri belum
efisien. Hal tersebut dikarenakan upaya atau usaha perbaikan pelaksanaan
program yang dilakukan oleh pelaksana tidak sebanding dengan partisipasi
masyarakat memanfaatkan Rumah Tunggu Kelahiran. Dilihat dari aspek
finansial atau biaya yang dikeluarkan untuk program Rumah Tunggu
Kelahiran juga tidak sebanding dengan pemanfaatan RTK oleh masyarakat.
Dilihat dari kriteria kecukupan, adanya kebijakan diharapkan dapat
menyelesaikan masalah namun dari hasil penelitian mengenai Program
Rumah Tunggu Kelahiran fakta yang didapatkan menunjukkan bahwa
kebijakan ini belum dapat mencapai hasil yang maksimal dalam menurunkan
angka kematian ibu dan bayi. Dilihat dari segi finansial dana mencukupi
untuk bantuan program, tetapi kendala yang muncul dari kelompok sasaran
yaitu kurangnya partisipasi dalam pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran.
Pada penilaian kriteria perataan, program Rumah Tunggu Kelahiran pada
awalnya memiliki sasaran ibu hamil resiko tinggi dengan keadaan ekonomi
kurang mampu dan tidak memiliki kartu jaminan kesehatan apapun. Fakta
yang ditemukan peneliti bahwa ibu hamil resiko tinggi tidak memanfaatkan
program RTK oleh karena itu program RTK didistribusikan secara merata
kepada ibu hamil yang bersedia tinggal di Rumah Tunggu Kelahiran.
Perataan program diharapkan agar RTK dapat dimanfaatkan secara maksimal,
tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa setelah terjadi perluasan
kelompok sasaran tetap tidak memanfaatkan program secara maksimal.
Dilihat dari kriteria responsivitas, Program Rumah Tunggu Kelahiran
mendapat respon yang kurang baik bagi ibu hamil resiko tinggi yang
memiliki akses mudah dan dekat menuju pusat pelayanan kesehatan dengan
dibuktikan kurangnya pemanfaatan Rumah Tunggu Kelahiran oleh ibu hamil
resiko tinggi. Kurangnya pemanfaatan RTK oleh ibu hamil resiko tinggi
membuat kegiatan di RTK tidak berjalan, sehingga tujuan program tidak
dapat tercapai secara maksimal. Kriteria yang terakhir yaitu ketepatan yang
mengukur kebijakan dengan melihat pada hasil (tujuan) yang dicapai. Dari
segi ketepatan Program Rumah Tunggu Kelahiran kurang tepat jika
diterapkan di Kabupaten Kediri, karena sebagian besar wilayah Kabupaten
Kediri memiliki akses yang mudah menuju pusat pelayanan kesehatan
(Rumah Sakit Umum Daerah) ditandai dengan kurangnya partisipasi dari
kelompok sasaran.
3. GAMBARAN IMPLEMENTASI RUMAH TUNGGU KELAHIRAN DI

KABUPATEN SEMARANG oleh Treesia Sujana, M.N, Dr. Bagus Panuntun

Sukma Adi, Angellina Maria Hamisi. Program studi ilmu keperawatan,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UKSW Puskesmas Bancak

Kec.bancak Email : treesia.sujana@staff.uksw.edu Jurnal Kesehatan Bakti

Tunas Husada : Jurnal Ilmu Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi

Volume 18 Nomor 2 Agustus 2018

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rumah tunggu kelahiran teridentifikasi


memiliki alur teknis, target utama dari rumah tunggu kelahiran (RTK) adalah
Ibu hamil resiko tinggi, rumah tunggu kelahiran teridentifikasi mempermudah
akses bagi ibu hamil risiko tinggi yang bertujuan menurunkan angka kematian
ibu , strategi lingkungan kondusif dan penciptaan alur komunikasi bagi
ibu/target rumah tunggu kelahiran maupun tenaga kesehatan bertujuan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan mempermudah akses fasilitas pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil risiko tinggi.

4. Study of Sustainability of Maternity Waiting Home (MWH) in Efforts to Reduce

Maternal Mortality Rate in Indonesia (Kajian Keberlangsungan Rumah Tunggu

Kelahiran (RTK) Dalam Upaya Menurunkan Angka Kematian Maternal Di

Indonesia ) oleh Noor Edi Widya Sukoco, Puslitbang Humaniora dan

Manajemen Kesehatan, Badan Litbangkes Kemenkes RI , Naskah Masuk: 17

November 2017; Perbaikan: 22 Maret 2018; Layak Terbit: 11 April 2018

http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v21i2.277. 114-124.

Dengan kesimpulan hasil penelitian Keberlangsungan rumah tunggu kelahiran


di Indonesia masih harus diperjuangkan, dimana masih ditemukan berbagai
kendala dalam hal pembiayaan, ketenagakerjaan, fasilitas dan kebijakan. Di
MTB dana sudah dianggarkan dalam APBD, namun di daerah lain seperti
Serang, Alor, Gorontalo dan Merangin dana berasal dari masyarakat dan
masih belum mencukupi. Sementara jumlah tenaga dan keterampilan tenaga
kesehatan yang mengelola RTK juga masih kurang. Demikian juga fasilitas
RTK seperti toilet, dapur, air dan listrik masih memerlukan perhatian
khusus. Adapun kebijakan yang memanfaatkan kemajuan teknologi di
beberapa kabupaten seperti Alor dan Gorontalo sudah cukup baik, namun
masih memerlukan peningkatan dan dukungan. Untuk itu diperlukan
pembenahan dan peningkatan pelayanan melalui empat aspek penting
tersebut, dengan cara alokasi biaya khusus, penyediaan SDM ke daerah yang
membutuhkan, penyediaan dan dukungan fasilitas yang lebih baik serta
penguatan peran stakeholder dalam upaya menjaga keberlangsungan RTK
yang masih sangat dibutuhkan masyarakat, khususnya masyarakat tidak
mampu

Dari beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepuasan yang

digambarkan sebagai berikut : tingkat pengetahuan dan tingkat kepercayaan

Terhadap Rumah tunggu Kelahiran ( RTK), namun tidak semua masyarakat

memanfaatkan Rumah tunggu kelahiran terutama meraka yang tinggal jauh dari

Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa

waktu tempuh dan jarak berhubungan dengan pemanfaatan Rumah Tunggu

Kelahiran (RTK). Ibu yang bertempat tinggal lebih jauh memiliki kemungkinan

lebih rendah untuk memanfaatkan Rumah Tunggu Kelahiran dibandingkan ibu yang

bertempat tinggal lebih dekat maka lebih besar untuk memanfaatkan Rumah Tunggu

Kelahiran (RTK). Oleh sebab itu, dalam upaya meningkatkan pemanfaatan rumah

tunggu kelahiran penting untuk mempertimbangkan aspek waktu tempuh dan jarak

ke Rumah Tunggu Kelahiran (RTK).

Anda mungkin juga menyukai