Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai tolok ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu

wilayah adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Balita (AKB) di wilayah tersebut. Di Indonesia, berdasarkan

perhitungan oleh BPS diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 228/100.000 KH.

Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2002 sebesar 307/100.000 KH, AKI

tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDG 2015

(102/100.000 KH) sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua

komponen untuk mencapai target tersebut. Tetapi, apabila kita melihat AKI

berdasarkan data yang dikirimkan oleh Puskesmas seluruh Indonesia maka

target MDG’s tersebut sedikit lagi akan tercapai. Berdasarkan laporan dari

Puskesmas pada tahun 2005 diperoleh AKI sebesar 151, pada tahun 2006

sebesar 127 dan pada tahun 2007 sebesar 119/100.000 KH. Data di Provinsi

Lampung menunjukkan pada tahun 2009 jumlah kematian ibu sebanyak 145

kasus dan untuk Kota Bandar Lampung jumlah kematian ibu sebanyak 14

kasus.

Sementara untuk AKB, berdasarkan perhitungan dari BPS, pada tahun 2007

diperoleh AKB sebesar 26,9/1000 KH (2007). Angka ini sudah jauh menurun

dibandingkan tahun 2002-3 sebesar 35/1000 KH dan upayanya akan lebih


2

ringan bila dibandingkan dengan upaya pencapaian target MDG’s untuk

penurunan AKI. Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 KH.

Persentase kelahiran di Indonesia pada tahun 2007 yang ditangani oleh tenaga

medis terdapat sekitar 53,45 % dan pada tahun 2008 naik menjadi sekitar

56,71% namun hal tersebut masih jauh dari target yaitu 90%. Di Provinsi

Lampung tahun 2009 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar

59,04%, dan di Kota Bandar Lampung cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan sebesar 37,5% (Laporan LB3 Ibu Provinsi Lampung, 2009).

Trend penurunan AKI dan AKB tersebut menunjukkan keberhasilan dari jerih

payah Indonesia dalam mencapai target MDG’s. Namun angka – angka

tersebut khususnya AKI masih tinggi di antara negara ASEAN di luar Laos

dan Kamboja. Untuk itu diperlukan upaya penurunan kematian ibu dan bayi,

dengan melakukan peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu

dan anak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendekatkan jangkauan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang memerlukan dukungan

keterlibatan keluarga, kader, masyarakat serta petugas kesehatan (Depkes RI,

2009).

Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang merupakan

”upaya terobosan” dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi

baru lahir sekaligus merupakan kegiatan yang membangun potensi

masyarakat, khususnya keperdulian masyarakat untuk persiapan dan tindak


3

dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir (Depkes Provinsi Lampung,

2009).

Penerapan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K) merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan

kualitas kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil, bayi baru lahir

dan balita. Sesuatu yang baru bagi masyarakat, perlu adanya sosialisasi dan

pembinaan secara berkesinambungan agar yang diterapkan sesuai dengan

keinginan. Dengan aksi P4K, akan mendorong masyarakat untuk

memeriksakan kehamilan, bersalin, perawatan nifas, dan perawatan bayi yang

dilahirkanya pada tenaga terampil. Jika hal ini ditambah dengan status

imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil, serta pemberian inisiasi

menyusui dini. Selanjutnya pemberian ASI eksklusif selam 6 bulan akan

meningkatkan penyelamatan jiwa ibu dan bayi yang dilahirkan.

Menurut Sulani (2010 dalam http://metrotvnews.com/mobile-site/text-

detail.php?read), hasil dari pelaksanaan P4K dengan stiker telah terdata

sasaran di 60 ribu desa. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar

(Rinkesdas) 2007 mencatat kepemilikan P4K dengan stiker baru 24,3% dan

untuk provinsi Lampung sebesar 22,6%.

Hasil prasurvey yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja

terhadap 10 ibu hamil, sebanyak 6 orang (60%) tidak mengetahui komponen

yang terdapat di stiker P4K. Dan berdasarkan hasil pengamatan diketahui

bahwa belum ada pemasangan stiker P4K padahal stiker tersebut telah

dibagikan bersamaan dengan buku KIA. Berdasarkan uraian di atas maka


4

penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang: Hubungan penyuluhan

dengan pengetahuan ibu hamil tentang Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja

Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung Tahun 2011.

B. Identifikasi Masalah

1. AKB, berdasarkan perhitungan dari BPS, pada tahun 2007 diperoleh AKB

sebesar 26,9/1000 KH (2007)

2. AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar 228/100.000 KH, data di Provinsi

Lampung menunjukkan pada tahun 2009 jumlah kematian ibu sebanyak

145 kasus, untuk Kota Bandar Lampung jumlah kematian ibu sebanyak 14

kasus.

3. Pada tahun 2009 cakupan persalinan oleh Nakes sekitar 56,71%, di

Provinsi Lampung cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar

59,04%, dan di Kota Bandar Lampung cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan sebesar 37,5%.

4. Cakupan kepemilikan P4K dengan stiker di Indonesia baru 24,3% dan

untuk provinsi Lampung sebesar 22,6%.

5. Hasil prasurvey yang dilakukan peneliti terhadap 10 ibu hamil, sebanyak 6

orang (60%) tidak mengetahui komponen yang terdapat di stiker P4K.

1.3 Masalah dan Permasalahan

1.3.1 Masalah
5

Masih ditemukan ibu hamil yang belum mengetahui tentang Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). 60% dari ibu

hamil belum mengetahui komponen dari P4K.

1.3.2 Permasalahan

1.3.2.1 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kota Bandar Lampung Tahun 2010?

1.3.2.2 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tujuan Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Wilayah

Kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar

Lampung Tahun 2010?

1.3.2.3 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu hamil tentang manfaat Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Wilayah

Kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar

Lampung Tahun 2010?

1.3.2.4 Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu hamil tentang komponen

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kota Bandar Lampung Tahun 2010?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Wilayah


6

Kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan Kota Bandar

Lampung Tahun 2010.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.4.2.1 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pengertian

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

1.4.2.2 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tujuan

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

1.4.2.3 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang manfaat

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

1.4.2.4 Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang komponen

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja Kecamatan Teluk Betung Selatan

Kota Bandar Lampung Tahun 2010.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Puskesmas Talang Jawa

Sebagai masukan dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan

kesehatan ibu dan anak khususnya tentang program perencanaan persalinan

dan pencegahan komplikasi (P4K).


7

1.5.2 Bagi Tenaga Kesehatan khususnya Bidan

Sebagai bahan masukan serta menambah pengetahuan tentang P4K serta

dapat menganalisa serta memecahkan masalah dalam bidang pelayanan

kesehatan khususnya pada program KIA.

1.5.3 Bagi Masyarakat di Desa Talang Jawa (Ibu hamil)

Memberikan informasi dan masukan yang dapat digunakan sehingga dapat

membantu ibu mengetahui Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K).

1.5.4 Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan untuk menambah kepustakaan dan

referensi untuk peneliti selanjutnya terutama yang berkaitan dengan

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

1.5.5 Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman dalam penelitian dan dapat menjadi

tambahan ilmu pengetahuan serta mengaplikasikan berbagai teori dan

konsep dalam bentuk penelitian ilmiah.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian : Deskriptif

1.6.2 Subjek Penelitian : Ibu hamil di Desa Talang Jawa Puskesmas Talang

Jawa Lampung Selatan Tahun 2010

1.6.3 Objek Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K)
8

1.6.4 Tempat Penelitian : Desa Talang Jawa Puskesmas Talang Jawa

1.6.5 Waktu Penelitian : Desember 2010

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

dengan Stiker

2.1.1.1 Pengertian:

Adalah suatu kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di desa dalam rangka

peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi

komplikasi bagi ibu hamil; termasuk perencanaan penggunaan KB pasca

persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran

dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi

ibu dan bayi baru lahir (Depkes Provinsi Lampung, 2009).

2.1.1.2 Tujuan Pemasangan Stiker P4K

1) Penempelan stiker P4K di setiap rumah ibu hamil dimaksudkan agar

ibu hamil terdata, tercatat dan terlaporkan keadaannya oleh bidan

dengan melibatkan peran aktif unsure-unsur masyarakat seperti kader,

dukun dan tokoh masyarakat


9

2) Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil, dan

apabila sewaktu-waktu membutuhkan pertolongan, masyarakat siap

sedia untuk membantu. Dengan demikian, ibu hamil yang mengalami

komplikasi tidak terlambat untuk mendapat penanganan yang tepat dan

cepat.

2.1.1.3 Manfaat P4K

Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil ibu

bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif

keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan

persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi

baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.

2.1.1.4 Peranan Bidan dalam P4K yaitu membantu dalam persiapan persalinan

Selama pelayanan antenatal, hal yang pada hakikatnya perlu dilakukan oleh

seorang Bidan adalah agar bersama-sama dengan semua ibu hamil dan

suami/keluarganya membuat perencanaan dan persiapan persalinan untuk

menjamin terlaksananya persalinan yang bersih dan aman pada kasus

tertentu agar dapat melibatkan toga, toma, lintas sektor terutama dalam

persiapan donor darah dan transportasi. Dalam perencanaan tersebut perlu

juga disertakan rencana pemakaian alat kontrasepsi KB setelah

melahirkan.

2.1.1.5 Langkah-langkah Persiapan Persalinan:

1) Membuat perencanaan persalinan


10

Idealnya, setiap keluarga harus memiliki kesempatan untuk membuat

perencanaan persalinan. Berikut ini adalah pokok persoalan yang harus

ditelusuri dan ditetapkan ketika membuat rencana persalinan meliputi

tempat persalinan, tenaga kesehatan terlatih yang dipilih, bagaimana

menjangkau tempat persalinan dan siapa yang akan menjadi

pendamping persalinan, berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan

bagaimana cara memperoleh biaya tersebut, siapa yang akan mengurus

keluarga saat ibu tidak ada di rumah, apakah rencana Metoda

kontrasepsi pasca persalinan. Selama proses membuat perencanaan

persalinan, yang harus dikunjungi Bidan adalah Ibu hamil dan

suami/keluarganya di rumah untuk menjamin agar rencana tersebut

berjalan sesuai yang diinginkan.

2) Membuat rencana pengambilan keputusan

Membuat rencana pengambilan keputusan penanganan kasus gawat-

darurat jika pengambil keputusan utama dalam keluarga tidak ada di

tempat, perlu dibicarakan oleh Bidan dengan ibu hamil, suami dan

keluarga, seperti siapa yang akan mengurus keluarga saat ibu tidak ada

di rumah, apakah rencana metoda kontrasepsi pasca persalinan,

membuat keputusan tentang rujukan ibu kalau diperlukan. siapakah

pengambil keputusan utama dalam keluarga, siapakah yang boleh

mengambil keputusan jika pengambil keputusan utama. Dalam

keluarga tidak ada di tempat saat terjadi kasus gawat darurat?

3) Mengatur sistem transportasi jika terjadi kasus gawat-darurat


11

Banyak ibu meninggal karena mengalami komplikasi berat selama

kehamilan, persalinan atau pasca persalinan. Pada umumnya hal ini

terjadi akibat ibu/keluarganya tidak mampu menjangkau alat

transportasi yang dapat mengantarkan mereka ke tempat perawatan

kesehatan yang memadai. Oleh karena itu setiap keluarga harus

mempunyai rencana menyiapkan alat transportasi untuk mengangkut

ibu hamil jika mengalami komplikasi dan membutuhkan rujukan

segera ke tempat perawatan yang lebih lengkap.

Perencanaan ini perlu dipersiapkan lebih awal selama kehamilan dan

harus meliputi elemen yaitu dimanakah sang ibu akan melahirkan

(Desa, pos/fasilitas kesehatan, rumah sakit), bagaimana caranya

menjangkau tingkat layanan yang lebih lengkap jika terjadi gawat-

darurat, ke fasilitas kesehatan manakah sang ibu harus dirujuk,

bagaimana caranya memperoleh pembiayaan jika terjadi gawat darurat,

bagaimana caranya memperoleh donor darah yang potensial,

membentuk rencana/rancangan tabungan.

Pihak keluarga harus didorong untuk menabung sehingga dana yang

dibutuhkan dapat tersedia untuk perawatan rutin selama kehamilan dan

kasus gawat-darurat. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak ibu-ibu

yang tidak mau mencari atau menerima perawatan lebih lanjut karena

mereka tidak memiliki dana yang cukup.

Bidan perlu mengupayakan diberbentuknya suatu sistem untuk

mendukung upaya menyelamatkan ibu hamil atau melalui seseorang di

lingkungan tersebut yang bisa mengorganisir pengadaan dukungan


12

finansial untuk ibu jika diperlukan, misalnya dalam berbentuk

“tabungan ibu bersalin” (tabulin).

4) Menyiapkan kebutuhan peralatan untuk melahirkan

Seorang ibu dapat menyiapkan persalinannya dan anggota keluarga

secara bersama-sama menyiapkan peralatan seperti popok atau baju,

sabun, dan pakaian mandi yang bersih, kain untuk bayi, dan disimpan

sebagai persiapan untuk persalinan.

2.1.1.6 Langkah-langkah pemasangan stiker P4K

1) Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder

terkait di tingkat Propinsi, Kab/Kota, Puskesmas.

2) Sosialisasi kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK

serta lintas sektor di tingkat desa.

3) Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa antara lain dengan

memanfaatkan pertemuan bulanan tingkat desa (Kades, Bides, Toma,

Kader/dukun) meliputi mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa

(Updating setiap bulan), membahas dan menyepakati calon donor

darah, tranportasi dan pembiayaan (Jamkesmas, Tabulin), membahas

tentang pembiayaan pemberdayaan masyarakat (ADD, PNPM, GSI,

Pokjanal Posyandu, dll).

Bidan bersama dengan kader atau dukun melakukan Kontak dengan

ibu hamil suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker

termasuk pemakaian KB pasca melahirkan. Pemasangan Stiker di

rumah ibu hamil. Suami, keluarga, kader dan dukun memantau secara

intensif keadaan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan sesuai


13

standar. Bidan melakukan pencatatan di Buku KIA dan di pegang,

disimpan dan dibaca oleh ibu hamil, kartu ibu dan di kohort ibu

(ditinggal di fasilitas kesehatan), pelayanan ANC, salin dan nifas

sesuai standar, pemantauan intensif, merekap hasil pelayanan

kesehatan ibu termasuk kematian ibu, bayi lahir dan mati di wilayah

desa (termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tersebut),

melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke Puskesmas.

Puskesmas merekap laporan dari seluruh BdD/kelurahan dan RS

swasta serta melakukan Pemantauan Wilayah Setempat tentang KIA

(PWS-KIA), melaporkan ke Dinas Kesehatan Kab/kota tiap bulan,

mengefektifkan Peran Forum Komunikasi yang meliputi lintas

program dan lintas sektor untuk Meningkatkan kualitas pelaksanaan

P4K di masing-masing tingkat wilayah Puskesmas.

2.1.1.7 Peran Peran Kader Dasawisma/Posyandu dalam P4K:

1) Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa

binaan.

2) Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu

(Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan dan sesudah melahirkan)

3) Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati isi

Stiker, termasuk KB Pasca melahirkan.

4) Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah calon donor

darah, transportasi dan pembiayaan untuk membantu dalam

menghadapi kegawatdaruratan pada waktu hamil, bersalin dan sesudah

melahirkan.
14

5) Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan

kehamilan, persalinan, dan sesudah melahirkan

6) Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6

bulan.

2.1.1.8 Komponen P4K dengan Stiker

1) Pendataan, Pencatatan dan pelaporan ibu hamil

2) Pembuatan Peta bumil, bayi dan anak serta fasilitas pendukungnya

3) Pemasangan stiker di rumah ibu hamil

4) Dasolin/Dasokes-Tabulin: Dasolin (dana Sosial Ibu Bersalin)/Dasokes

(Dana Sosial Kesehatan) adalah dana yang dihimpun dari masy secara

sukarela dgn prinsip gotong royong sesuai dgn kesepakatan bersama

untuk membantu pembiayaan apabila terjadi kasus kegawatdaruratan

maupun masalah kesehatan lainnya. Tabulin (Tabungan Ibu bersalin)

adalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau pengelola

Tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuan ibu hamil untuk

pembiayaan saat persalinan.

5) Donor Darah: Mendata calon pendonor darah dari keluarga ibu hamil,

masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia menyumbangkan darahnya

pada saat dibutuhkan Mengkoordinir pelaksanaan donor rutin bagi

masy yang secara sukarela mau menjadi pendonor rutin.

6) Tranportasi/Ambulan Desa

Alat transportasi dari masyarakat yang dapat dipergunakan untuk

mengantar calon ibu bersalin ke tempat persalinan atau rujukan.


15

7) Suami/keluarga menemani ibu pada saat persalinan

8) Inisiasi Menyusu Dini dilanjutkan dengan ASI eksklusif

9) Kunjungan Nifas

10) KB Pasca Persalinan

2.1.2 Pengetahuan

2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) merupakan hasil dari “tahu” ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu melalui mata dan telinga. Seseorang dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar, baik secara

lisan maupun tertulis maka dikatakan mengetahui bidang tersebut.

Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan

pengetahuan.

Notoatmojo (2003) mengungkapkan behwa sebelum orang mengadopasi

perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni:

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini

sikap subjek sudah mulai timbul.


16

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki stimulus.

5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian perubahan perilaku tidak selalu melalui tahap-tahap

tersebut.

2.1.2.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam Domain

kognitif mempunyai enam tingkatan:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.
17

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik

dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan

prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cyclel)

didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen–komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,


18

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi–formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun,

dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan diri dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian–penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2.3 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

1) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang

lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang. Pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan panca

indra.

2) Tingkat Pendidikan
19

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun

negatif.

4) Fasilitas

Fasilitas–fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan

buku.

5) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka

dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas–fasilitas

sumber informasi.

6) Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

sesuatu.
20

2.2 Kerangka Teori

Berdasarkan telaah pustaka diatas, maka dapat dibuat suatu kerangka teori

seperti dibawah ini :

Gambar 2.1 Kerangka Teori

1. Latar Belakang Pengetahuan tentang


2. Sasaran Program Perencanaan
3. Pengertian Persalinan dan Pencegahan
4. Tujuan Komplikasi (P4K)
5. Manfaat
6. Komponen
7. Dasar Hukum

Sumber: Dinkes Provinsi Lampung (2009).

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingi diamati atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2003). Dalam penelitian ini, kerangka konsep

yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

Program Perencanaan Persalinan


dan Pencegahan Komplikasi (P4K):
1. Pengertian
2. Tujuan Pengetahuan Ibu Hamil
3. Manfaat
4. Komponen
21

3.2 Variabel dan Definisi Opersional

Menurut Effendi, variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas nilai.

Arikunto (2006) mengemukakan bahwa variabel penelitian adalah objek

penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel

pada penelitian adalah pengetahuan.

Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan atau mengamati variabel

- variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument penelitian (alat

ukur).

Definisi operasional variabel – variabel dalam penelitian ini ialah sebagai

berikut:

No Variabel/ Definisi Cara Ukur Alat Hasil Skala


Sub Variabel Operasional Ukur Ukur
1 Pengetahuan Sekumpulan Wawancara Kuesioner Baik Ordinal
jawaban verbal
Cukup
yang diberikan
Kurang
responden tentang
P4K Buruk

1) Pengertian Merupakan Wawancara Kuesioner Baik Ordinal


akumulasi jawaban
Cukup
responden tentang
Kurang
pengertian P4K
Buruk

2) Tujuan Merupakan Wawancara Kuesioner Baik Ordinal


akumulasi jawaban
Cukup
responden tentang
Kurang
tujuan P4K
Buruk
22

3) Manfaat Merupakan Wawancara Kuesioner Baik Ordinal


akumulasi jawaban
Cukup
responden tentang
Kurang
manfaat P4K
Buruk

4) Komponen Merupakan Wawancara Kuesioner Baik Ordinal


akumulasi jawaban
Cukup
responden tentang
Kurang
komponen P4K
Buruk

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskriptif dengan

pendekatan cross sectional yaitu penelusuran dilakukan sesaat, artinya subjek

diamati hanya satu kali dan tidak ada perlakuan terhadap responden

(Notoatmodjo, 2005).

4.2 Populasi/Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari satu variabel yang diteliti. Variabel

tersebut dapat berupa orang. perilaku atau sesuatu yang lain yang akan

dilakukan penelitian (Nursalam, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah


23

seluruh ibu hamil di Desa Talang Jawa Kecamatan Merbau Mataram

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010 sejumlah 32 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti atau dianggap

mewakili seluruh populasi dengan kriteria inklusi sebagai Karakteristik

yang dapat dimasukkan dan layak diteliti (Aziz, 2003). Menurut Arikunto

(2006) apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya

sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Dalam penelitian ini

sampel yang digunakan sebanyak 32 orang dan merupakan total populasi.

4.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang digunakan pada penelitian ini sejak bulan Desember 2010.

Penelitian dilaksanakan di Desa Talang Jawa Kecamatan Merbau Mataram

Kabupaten Lampung Selatan.

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada:

No Kegiatan Waktu
1 Pengajuan judul Oktober 2010
2 Pra survey Oktober 2010
3 Pembuatan proposal November sampai Desember
2010
4 Seminar proposal Desember 2010
5 Perbaikan proposal Desember 2010
6 Penelitian Desember 2010
7 Pengolahan data dan penyusunan Januari 2011
KTI
8 Seminar KTI Februari 2011
9 Perbaikan KTI Februari 2011
10 Penggandaan dan penyerahan KTI Maret 2011

4.4 Pengumpulan Data


24

Data diambil di Desa Talang Jawa Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten

Lampung Selatan, dengan prosedur sebagai berikut

4.4.1 Mengajukan surat ijin permohonan penelitian dari institusi peneliti lalu

dilanjutkan dengan meminta ijin kepada Desa Talang Jawa Kecamatan

Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan.

4.4.2 Memberikan penjelasan kepada responden, bila responden bersedia,

diminta menandatangani lembar persetujuan

4.4.3 Responden yang memenuhi kriteria, diwawancara dan observasi langsung

oleh peneliti dengan menggunakan cek list.

4.5 Alat Ukur dan Pengukuran

Alat pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner jenis data

primer.

Pengukuran pengetahuan meliputi pengertian, tujuan, manfaat dan komponen

terdiri dari 20 pertanyaan. Bila responden menjawab benar diberi nilai 1 dan

bila jawaban salah diberi nilai 0, sehingga skore tertinggi jawaban berjumlah

20 dan terendah adalah 0. Hasilnya akan dikelompokkan menjadi: Baik (bila

jawaban benar responden 76-100%), Cukup (bila jawaban benar responden

56-75%), Kurang (bila jawaban benar responden 40-55%), Buruk (bila

jawaban responden < 40%)

Hasil ini berdasarkan rumus:

Keterangan:
25

P : Prosentase

∑f : Total jawaban benar responden

N : Total pertanyaan

4.6 Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, kemudian dioleh dengan tahap-tahap sebagai

berikut:

4.6.1 Editing

Tahap ini merupakan kegiatan penyuntingan data yang telah terkumpul yaitu

dengan memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian setiap jawaban dari

daftar pertanyaan sebagai persiapan untuk entry data ke dalam tabulasi

4.6.2 Coding

Setelah data diedit langkah selajutnya adalah mengkoding data, yaitu

memberi kode terhadap setiap jawaban yang diberikan.

4.6.3 Procesing

Adalah menghitung atau mencatat data yang telah terkumpul, selanjutnya

diolah dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

4.6.4 Cleaning

Suatu kegiatan pembersihan data, terhadap kemungkinan adanya kesalahan.

Dapat dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel

dan menilai kelogisannya.

4.7 Analisa Data


26

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara univariat yang

dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus

presentase (Arikunto, 2006):

Keterangan:

P : Prosentase

∑f : Jumlah Kategori

N : Jumlah responden

Hasil dari presentase dan pemberian skor penelitian untuk variabel

diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria kualitatif.

Anda mungkin juga menyukai