Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan. Penyebab langsung kematian ibu hamil adalah komplikasi

kehamilan, persalinan, dan nifas. Semakin banyak ditemukan komplikasi

kehamilan, maka semakin tinggi kasus kematian ibu. Salah satu upaya untuk

menurunkan Angka Kematian Ibu hamil akibat komplikasi adalah melalui

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Ibu

Hamil. Upaya tersebut dilakukan dengan memberi stiker dirumah ibu hamil

agar dapat terpantau oleh semua komponen masyarakat, terutama suami,

keluarga, bidan dan perawat secara cepat dan tepat. Fenomena yang ada, masih

banyak ditemukan ibu hamil yang rumahnya belum ditempeli stiker P4K.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan proram P4K yang masih jauh

dari harapan. Padahal program ini begitu penting dalam mencegah terjadinya

komplikasi persalinan1.

Meskipun dalam tiga tahun terakhir angka kematian ibu di Indonesia

cenderung mengalami penurunan, namun kondisi ini harus dicegah. Di

Indonesia, angka kematian ibu di tahun 2015 berjumlah 4.999 kasus,

sedangkan di tahun 2016 menjadi 4.912 kasus. Di tahun 2017 (semester 1)

angkanya menurun lagi menjadi 1712 kasus. Selama tiga tahun, angka

kematian ibu melahirkan menurun sekitar 3287 kasus1.

91
2

Angka Kematian Ibu di Jawa Timur cenderung menurun dalam tiga tahun

terakhir, tetapi terjadi peningkatan di tahun 2016. Hal ini mengindikasikan

output program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Ibu

Hamil di jawa timur masih belum sesuai harapan. Menurut Supas tahun 2016,

target untuk AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2016,

AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 91,00 per 100.000 kelahiran hidup. Angka

ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 89,6 per

100.000 kelahiran2.

Hingga tahun 2016, angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Malang

masih cukup tinggi. Pada tahun 2015 Kabupaten Malang mencatat terdapat 30

kasus kematian ibu melahirkan. Sampai dengan akhir tahun 2016, angka

kematian ibu turun menjadi 15 kasus. Sedangkan angka kematian bayi pada

2016 sebanyak 146 kasus atau lebih rendah dari tahun sebelumnya sebanyak

247 kasus3.

Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, di

Kecamatan Bantur masih ada 1 kematian ibu bersalin dari 1.466 jumlah lahir

hidup. Dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas bantur Kabupaten Malang,

Menurut keterangan Bidan Koordinator di puskesmas Bantur, didapatkan data

pada tahun 2018, penempelan stiker ibu hamil dirumah nya masih baru

mencapai sekitar 80%. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang ibu

hamil, didapatkan data 5 orang (50%) tidak tahu tentang kegiatan penempelan

stiker ibu hamil dirumah-rumah mereka, dan hanya 5 0rang (50%) yang

mengetahui kegiatan tersebut. 8 orang (80%) 10 0rang tersebut mengatakan


3

tidak tahu manfaat dari kegiatan penempelan stiker ibu hamil, dan hanya 2

orang (20%) yang mengatakan mengetahui manfaat kegiatan penempelan stiker

ibu hamil adalah untuk mempermudah pengawasan dan pertolongan kepada

ibu hamil. Kegiatan penempelan stiker ibu hamil merupakan salah satu

implementasi program P4K. Fenomena tersebut sedikit banyak

menggambarkan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang program P4K masih

sangat terbatas.

Belum adanya kebijakan daerah yang mengikat untuk mendukung P4K,

rendahnya pengetahuan masyarakat atau ibu hamil serta kurangnya komunikasi

petugas kesehatan dengan warga masyarakat, jumlah tenaga bidan, sarana dan

dana yang belum memadai, lemahnya manajemen kontrol dari Dinas

Kesehatan, serta belum adanya standar operating procedure (SOP) untuk

pelaksanaan P4K, menyebabkan implementasi program P4K menjadi tidak

efektif 4.

Manfaat P4K adalah meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran

aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan

persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi baru

lahir bagi ibu, sehingga melahirkan bayi yang sehat. Jika progam ini berjalan

dengan tidak efektif, maka resiko terbesar yang dapat terjadi adalah

meningkatnya angka kematian ibu dan bayi akibat persalinan5.

Kunjungan rumah oleh bidan dan melakukan pemasangan stiker dan

konseling kepada ibu hamil serta menjalin hubungan baik dengan ibu dan
4

keluarga yang menumbuhkan rasa percaya pasien kepada bidan. Dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi, bidan perlu

memperhatikan dan menghargai kepercayaan lokal yang meliputi budaya dan

keagamaan. Keadaan ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan

masyarakat akan kemampuan bidan yang bukan hanya tenaga profesional

dalam bidangnya tetapi memahami keadaan dan kebutuhan klien sesuai budaya

setempat4.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti berkeinginan untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pemberdayaan Keluarga dan

Masyarakat dengan Efektivitas pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Puskesmas Bantur Kabupaten Malang”.

B. Rumusan masalah

Adakah hubungan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan

efektivitas pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) di Puskesmas Bantur Kabupaten Malang?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan pemberdayaan keluarga dan masyarakat

dengan efektivitas pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) di Puskesmas Bantur Kabupaten Malang.


5

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pemberdayaan keluarga dan masyarakat di

Puskesmas Bantur Kabupaten Malang.

b. Mengidentifikasi efektivitas Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) di Puskesmas Bantur Kabupaten

Malang.

c. Menganalisa hubungan pemberdayaan keluarga dan masyarakat

dengan efektivitas pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) di Puskesmas Bantur Kabupaten

Malang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Sebagai tambahan literatur mata kuliah kebidanan komunitas,

mengenai fakta dilapangan pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

2. Manfaat praktis.

a. Bagi responden

Menambah wawasan mengenai Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K), serta manfaatnya jika melaksanakannya

dengan baik.
6

b. Bagi tempat penelitian

Sebagai bahan masukan dan evaluasi mengenai pelaksanaan

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),

dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

c. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana strategi

pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K).

d. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan kajian fenomena yang ada di masyarakat mengenai

kondisi sebenarnya dari pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta berbagai permasalahan di

dalamnya.

e. Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai data dasar penelitian berikutnya yang berkaitan, terutama

penelitian mengenai Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K).
7

E. Keaslian penelitian

Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian

No Judul Nama Tahun dan Rancangan Variabel Hasil


Penelitian Peneliti tempat Penelitian Penelitian Penelitian
penelitian
1 Analisis Putri Tahun 2013, Penelitian Faktor Faktor-faktor yang
Implementasi Dwijayanti Puskesmas kualitatif komunikasi, mempengaruhi
Program Sayung I dan dengan sumberdaya, keberhasilan
Perencanaan Puskesmas pendekata disposisi, dan implementasi P4K
Persalinan Dan Mranggen III n struktur oleh bidan desa di
Pencegahan kabupaten deskriptif birokrasi. Kabupaten Demak
Komplikasi demak jawa Implementasi adalah pelaksanaan
(P4K) Oleh tengah Program ke 4 variabel
Bidan Desa Di Perencanaan Komunikasi
Kabupaten Persalinan (transmisi,
Demak Dan kejelasan, dan
Pencegahan konsistensi)
Komplikasi Sumberdaya
(P4K) (SDM, dana,
sarana prasarana),
Disposisi
( komitmen,
kemauan,
keinginan, dan
sikap) Struktur
birokrasi.
2 Hubungan Ni Made Tahun 2017, Dekriptif Penerapan Terdapat hubungan
penerapan Werdiyanthi di puskesmas analitik program antara penerapan
program Mulyadi doloduo dengan perencanaan program
perencanaan Michael kabupaten pendekata persalinan perencanaan
persalinan dan Karundeng Bolaang n cross dan persalinan dan
pencegahan mongondow sectional pencegahan pencegahan
komplikasi komplikasi komplikasi oleh
kehamilan oleh kehamilan. ibu hamil (P4K)
ibu hamil dengan dengan komplikasi
komplikasi Komplikasi kehamilan, dengan
kehamilan di kehamilan p value =0.000
puskesmas oleh ibu
doloduo hamil dengan
kabupaten komplikasi
Bolaang kehamilan.
mongondow
8

No Judul Nama Tahun dan Rancangan Variabel Hasil


Penelitian Peneliti tempat Penelitian Penelitian Penelitian
penelitian
3 Implementasi Hasnawati, Tahun Deskriptif Implementasi Implementasi
Program Atik 2014, kualitatif Program Program
Perencanaan Mawarni, Puskesmas dengan Perencanaan Perencanaan
Persalinan dan dan Lucia di Kota pendekatan Persalinan dan Persalinan
Pencegahan Ratna. Ambon cross Pencegahan danPencegahan
Komplikasi sectional Komplikasi Komplikasi
(P4K) oleh (P4K) oleh (P4K) oleh bidan
Bidan pada Bidan. di Kota ambon
Puskesmas di belum berjalan
Kota Ambon baik
(Studi pada
Puskesmas
Binaan)
4 Hubungan Kinanthi Tahun Korelasional Pemberdayaan -
Pemberdayaan Putri Dewi 2019 dengan Keluarga dan
Keluarga dan Perwitasari pendekatan Masyarakat
Masyarakat cross
dengan sectional Efektivitas
Efektivitas Pelaksanaan
Pelaksanaan Program
Program Perencanaan
Perencanaan Persalinan dan
Persalinan dan Pencegahan
Pencegahan Komplikasi
Komplikasi (P4k)
(P4k) di
Puskesmas
Bantur
Kabupaten
Malang
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat

Pengertian pemberdayaan keluarga dan masyarakat adalah suatu

upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan keluarga dan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,

memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.

Pemberdayaan keluarga dan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya

atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan keluarga

dan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk” keluarga dan masyarakat itu

sendiri6.

2. Definisi keluarga

Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:

a. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,

kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,

mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga7.

b. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah

tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.

Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran

9
10

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu

budaya7.

c. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan7.

Jadi Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia

yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil

dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan

lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang

kepala keluarga.

Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.

b. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu

rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga.

c. Memiliki satu kesatuan orang-orang  yang berinteraksi dan saling

berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu,

anak dan saudara.

d. Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar

berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas7.

3. Definisi Masyarakat

Menurut8, definisi masyarakat menurut para ahli sosiologi adalah :


11

a. Menurut Selo Sumarjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup

bersama yang menghasilkan kebudayaan.

b. Menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia

yang berinteraksimenurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang

bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

c. Menurut Ralph Linton masyarakat adalah setiap kelompok manusia

yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan

mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka

menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

Jadi dapat disimpulkan, masyarakat adalah sejumlah manusia yang

merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan

mempunyai kepentingan yang sama, seperti; sekolah, keluarga,

perkumpulan, negara, semua adalah masyarakat definisi lain dari

masyarakat juga merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau

kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society, sedangkan

masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut

serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang

istilah ilmiahnya berinteraksi.Dalam ilmu sosiologi kita kit mengenal ada

dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat

petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara

anggota-anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara

mereka.Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih

antara anggota-anggotanya8.
12

4. Unsur-unsur dalam Pemberdayaan Masyarakat:

a. Tokoh-tokoh masyarakat

Yang tergolong sebagai tokoh masyarakat adalah semua orang

yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat baik yang bersifat

formal (ketua RT/RW, ketua dusun, kepala desa) maupun tokoh non

formal (tokoh agama/tokoh adat/tokoh pemuda/kepala suku). Tokoh-

tokoh masyarakat ini merupakan kekuatan yang sangat besar yang

mampu menggerakkan masyarakat di dalam setiap upaya

pembangunan8.

b. Organisasi kemasyarakatan

Organisasi di masyarakat seperto PKK, pengajian,dan lain

sebagainya merupakan wadah berkumpulnya para anggota dari masing-

masing organisasi tersebut. Sehingga upaya penggerakan dan

pemberdayaan masyarakat akan berhasil guna apabila tenaga kesehatan

memanfaatkannya dalam upaya pembangunan kesehatan8.

c. Dana masyarakat

Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana

masyarakat merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Tetapi pada

golongan masyarakat yang bukan ekonomi pra-sejahtera, penggalangan

dana masyarakat hendaknya dilakukan sekedar agar mereka merasa kut

memiliki dan bertanggung jawab terhadap upaya pemeliharaan dan

peningkatan derajat kesehatannya. Cara lain yang dapat di tempuh

adalah dengan model tabungan-tabungan atau sistem asuransi yang


13

bersifat subsidi silang. Di dalam desa siaga maupun kelurahan siaga

terdapat program tabulin (tabungan ibu bersalin) dan dasolin (dana

menyongsong persalinan) 8.

d. Sarana dan material yang dimiliki masyarakat

Pendayagunaan sarana dan material yang dimiliki oleh

masyarakat seperti peralatan batu kuli, bambu, kayu dan lain

sebagainya untuk pembangunan kesehatan akan menumbuhkan rasa

tanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat8.

e. Pengetahuan masyarakat

Masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi

pembangunan kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat

tradisional (asli indonesia), pengetahuan mengenai penerapan teknologi

tepat guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan di wilayahnya

misalnya penyaluran air menggunakan bambu,pengetahuan tentang

kesehatan yang diperoleh dari informasi petugas kesehatan atau

informasi yang di dapat dari media cetak dan media tulis. Pengetahuan

yang dimiliki oleh masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan

upaya pembangunan kesehatan8.

f. Teknologi yang dimiliki masyarakat

Masyarakat juga telah memiliki teknologi tersendiri dalam

memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya bersifat

sederhana tapi tepat guna. Untuk itu pemerintah sebaiknya

memanfaatkan teknolgi yang dmiliki oleh masyarakat tersebut dan


14

apabila memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna

meningkatkan hasil gunanya8.

g. Pengambilan keputusan

Apabila tahapan penemuan masalah dan perencanaan kegiatan

pemecahan masalah kesehatan telah dapat dilakukan oleh masyarakat,

maka pengambilan keputusan terhadap upaya pemecahan masalahnya

akan lebih baik apabila dilakukan oleh masyarakatnya sendiri. Dengan

demikian kegiatan pemecahan masalah kesehatan tersebut akan

berkesinambungan karena masyarakat merasa memiliki dan

bertanggung jawab terhadap kegiatan yang mereka rencanakan sendiri.

Baik keluarga juga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk

kesejahteraan keluarganya sendiri8.

Diharapkan dengan dilakukannya pemberdayaan terhadap keluarga

akan terwujud keluarga sejahtera yang dilakukan oleh setiap keluarga

memiliki sikap, tekad, dan semangat kemandirian serta ketahanan yang

tinggi memiliki fisik materiil, psikis, dan mental spiritual guna

mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup layak dan harmonis.

Mengingat keluarga merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat dan

lembaga utama yang terlekat langsung dengan anggota. Dalam

memberdayakan masyarakat perlu strategi sebagai berikut:

1) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan

2) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan yang telah di sediakan oleh pemerintah


15

3) Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan

sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan

kesehatan

4) Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan

kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat

5) Mengembangkan managemen sumber daya yang dimiliki

masyarakat secara terbuka

6) Mengikutsertakan suami dan keluarga dalam pemantauan

kesehatan selama ibu hamil, bersalin,dan ibu nifas8.

5.   Jenis Pemberdayaan Masyarakat

a. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Posyandu  merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan

saat ini. Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara

nasional sejak tahun 1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan

RW diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu:

KB, KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai

daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah

satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan

dengan masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali

seperti pada masa orde baru karena terbukti ampuh mendeteksi

permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah. Permasalahn gizi

buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah kesehatan
16

lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika

posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh19.

Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang

meliputi:

1) Meja 1 : pendaftaran

2) Meja 2 : penimbangan

3) Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat

4) Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan

tablet besi

5) Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan

kesehatan dan pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.

Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak

sedikit jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak

aktif lagi 19.

b. Pondok Bersalin Desa (Polindes)

Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta

masyarakat dalam  menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan

dan kesehatan ibu serta kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin

desa antara lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu

menyusui, bayi dan balita), memberikan  imunisasi, penyuluhan kesehatan

masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan

pembinaan kepada kader dan mayarakat19.


17

Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam

KIA, yaitu kesenjangan geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan

ekonomi, dan kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di tiap desa

diharapkan mampu mengatasi kesenjangan geografis, sementara kontak

setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan mampu mengurangi

kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui kerja sama

antara bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan

sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu, anak, dan melahirkan yang

ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan mamou mengurangi

kesenjangan ekonomi19.

c. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)

Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat

dalam pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada

masyarakat setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik) di lapangan POD

dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang

ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk

pelayanan menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan

berbagai program kesehatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :

1) POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya

2) POD yang diintegrasikan dengan dana sehat

3) POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu

4) POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes


18

5) Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa

pondok pesantren19.

d. Dana Sehat

Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209

kabupaten/kota. Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola

dana sehat, antara lain sebagai berikut :

1) Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada

34 kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolah.

2) Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)

dilaksanakan pada 96 kabupaten.

3) Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39

kabupaten/kota

4) Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih

dari 23 kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.

5) Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM)

dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.

6) Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir

angkutan kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10

kabupaten/kota.

7) Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan

kesehatan bagi anggota masyarakat yang belum dijangkau oleh

asuransi kesehatan seperti askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan

swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan


19

masyarakat, yang pada gilirannya mampu melestarikan kegiatan

UKBM setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus dikembangkan

keseluruh wilayah, kelompok sehingga semua penduduk terliput oleh

dana sehat atau bentuk JPKM lainnya19.

e. Lembaga Swadaya Masyarakat

Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat

(LSM), namun sampai sekarang yang  tercatat mempunyai kegiatan di

bidang kesehatan hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan,

LSM ini dapat digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya seluruhnya

kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi profesi kesehatan,

organisasi swadaya internasional19.

Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut

1) Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua

tingkatan.

2) Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap

organisasi kemasyarakatan.

3) Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar

kepada organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam

pembangunan kesehatan dengan kemampuan sendiri.

4) Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan

kesehatan.

5) Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk

berkiprah dalam bidang kesehatan19.


20

f. Upaya Kesehatan Tradisional

Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman

atau ladang yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai

obat. Dikaitkan dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud

partisipasi mereka dalam bidnag peningkatan kesehatan dan pengobatan

sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama dari

TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain

untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan)

dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi

ganda mengingat dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat,

upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan pemandangan19.

g. Pos Gizi (Pos Timbangan)

Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli

masyarakat termasuk kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan

kecukupan gizi masyarakat yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi.

Dengan sasaran kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama mereka

dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan terutama mereka dari

keluarga miskin, anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari keluarga

miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita

kurang gizi19.

Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila

setelah diberikan PMT anak masih menderita kekurangan energi protein


21

(KEP) maka, makanan tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan

segera diperiksakan ke puskesmas (dirujuk) 19.

h. Pos KB Desa (RW)

Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah

berkembang secara rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk

menjamin kelancaran program berupa peningkatan jumlah akseptor baru

dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa

(PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB

ditingkat kecamatan19.

i. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan

Pos Obat Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau

masyarakat disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di

lingkungan perkotaan maupun pedesaan19.

j. Saka Bhakti Husada (SBH)

SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna

keterampilan dibidnag kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota

Gerakan Pramuka untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat di

lingkungan sekitarnya19.

Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak,

penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat

terhadap kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur

Saka serta Pemimpin Saka19.


22

k. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)

Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan

kesehatan pekerja yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang

memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dalam meningkatkan

produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan

kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan19.

l. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)

Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap

kesehatan lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta

pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga melalui pendekatan

pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh warga19.

m. Karang Taruna Husada

Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di

tingkat RW yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda

dalam menyalurkan aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna

banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong

dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya

termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan

posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotong-royong pembasmian

sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang taruna ini snagat besar19.

n. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang

memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan


23

upaya pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil dan sukar

dijangkau telah dikembangkan pelayanan puskesmas dna puskesmas

pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis

pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana tertera di

atas19.

6. Pendekatan Pemberdayaan masyarakat

Dalam melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui

berbagai pendekatan. Menurut19. penerapan proses pemberdayaan dapat

dilakukan melalui : pemungkinan, penguatan, perlindungan, pendukungan

dan pemeliharaan.

a. Pemungkinan (enabling)

Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu

membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktur yang

menghambat19.

b. Penguatan (empowering)

Memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat

dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap kemampuan

dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka19.

c. Perlindungan (protecting)

Melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah agar

tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan


24

yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara kuat dan lemah, dan

mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.

Pemberdayaan harus diarahkan kepada penghapusan segala jenis

diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil19.

d. Pendukungan (supporting)

Memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu

menjalankan perannya dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan

harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam

keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan19.

e. Pemeliharaan (foresting)

Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan

distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.

Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan

yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan bersama19.

B. Konsep Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K)

1. Pengertian Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K)

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

adalah kegiatan dalam rangka peningkatan peran aktif keluarga dan

masyarakat dalam merencanakan suatu persalinan yang aman dan

persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil dan menggunakan stiker


25

sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan

mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamul dan bayi baru lahir9.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

adalah suatu kegiatan yang di fasilitasi oleh bidan di desa dengan peran

aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan

yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil termasuk

perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker

sebagai notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu

pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir10.

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

merupakan upaya terobosan dalam mempercepat penurunan angka

kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan

kualitas pelayanan, sekaligus merupakan kegiatan yang membangun

potensi masyarakat khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan

tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir11.

2. Tujuan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K)

a. Tujuan umum

Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu

hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga

dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan

persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi

ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat10.


26

b. Tujuan khusus

1) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K disetiap

rumah ibu hamil yang memuat informasi tentang: lokasi tempat

tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong

persalinan, pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon

donor darah, transportasi yang akan di gunakan serta pembiayaan10.

2) Adanya perencanaan persalian, termasu pemakaian metode KB

pasca persalinan yang sesuai dan di sepakati ibu hamil, suami,

keluarga dan bidan10.

3) Terlaksananya pengambilan keputusan yng cepat dan tepat bila

terjadi komplikasi selama hamil, bersalin maupun nifas.

4) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun

non formal, dukun/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat

dalam persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker dan KB

pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing10.

3. Manfaat Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K).

a) Mempercepat berfungsinya desa siaga

b) Meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standart

c) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil

d) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun

e) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini

f) Meningkatnya peserta KB pasca salin


27

g) Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi

h) Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi10.

4. Sasaran Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K)

a) Penanggung jawab dan pengelola program KIA Provinsi dan

Kabupaten/kota

b) Bidan koordinator

c) Kepala puskesmas

d) Dokter

e) Perawat

f) Bidan

g) Kader kesehatan

h) Forum peduli KIA (forum P4K/pokja/polindes dll) 10.

5. Dasar hukum Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K)

a) Surat edaran menteri kesehatan No.295 tahun 2008 tentang percepatan

pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) dengan stiker.

b) Surat edaran menteri dalam negeri No.441.7/1935.SJ tahun 2008

tentang percepatan pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) 10.

6. Indikator program

a) Presentase desa melaksanakan P4K dengan stiker


28

b) Presentase ibu hamil mendapat stiker

c) Presentase ibu hamil berstiker mendapatkan pelayanan antenatal

sesuai standar

d) Presentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan

e) Presentase ibu hamil, bersalin, dan nifas berstiker yang mengalami

komplikasi tertangani

f) Presentase penggunaan metode KB pasca persalinan

g) Presentase ibu bersalin di nakes mendapat pelayanan nifas10.

7. Indikator Output Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K)

a) Semua ibu hamil terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K

b) Bidan memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan standart

c) Ibu hamil dan keluaganya mempunyai rencana persalinan termasuk

KB yang dibuat bersama dengan penolong persalinan

d) Bidan menolong persalinan sesuai standart

e) Bidan memberikan pelayanan sesuai standart

f) Keluarga menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan

lingkungan

g) Adanya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non

formal dan forum peduli KIA/Pokja polindes dalam rencana

persalinansesuai dengan perannya masing-masing

h) Ibu mendapatkan pelayanan kontrasepsi pasca persalinan


29

i) Adanya kerjasama yang mantab antara bidan, petugas pustu, forum

peduli KIA/Pokja Polindes dan dukun bayi(bila ada),pendamping

persalinan10.

8. Komponen P4K dengan stiker

a) Pencatatan ibu hamil

b) Dasolin/ tabulin

c) Donor darah

d) Transport/ ambulance desa

e) Suami/keluarga menemani ibu pada saat bersalin

f) Inisiasi menyusui dini

g) Kunjungan nifas

h) Kunjungan rumah10.

9. Latar Belakang Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K)

Dalam rangka pencapaian target sasaran rencana pembangunan

jangka menengah bidang kesehatan (RPJMN-KN) 2004-2009 yaitu AKI

226/100.000 kelahiran hidup dan target pencapaian Millenium

Development Goals (MDG’s) yaitu AKI menjadi 102/100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2020, perlu dilakukan upaya terobosan yang efektif dan

berkesinambungan10.
30

Sebagian besar kematian ibu di sebabkan oleh penyebab langsung

yaitu perdarahan, infeksi, eklampsi, persalinan lama dan komplikasi

abortus. Disamping itu, kematian ibu juga dilatar belakangi oleh

rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kedudukan dan

peran perempuan,faktor sosial budaya, serta faktor transportasi yang

kesemuanya berpengaruh pada munculnya dua keadaan yang tidak

menguntungkan:

a) Tiga terlambat.

Yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil

keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat

mendapatkan pelayanan fasilitas kesehatan12.

b) Empat terlalu

Yaitu terlalu muda melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu

rapat jarak melahirkan, dan terlalu tua untuk melahirkan12.

10. Strategi Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K)

Mengingat penyebab dan latar belakang kematian ibu yang sangat

kompleks dan menyangkut bidang-bidang yang ditangani oleh sektor baik

lingkungan pemerintah maupun swasta maka upaya percepatan penurunan

AKI memerlukan penanganan yang menyeluruh terhadap masalah yang

ada dengan melibatkan sektor terkait12.

Untuk menanggulangi permasalahan tersebut telah dilakukan upaya

percepatan penurunan AKI. Pada tahun 2000 departement kesehatan telah


31

mencanangkan Making Pregnancy Strategy (MPS) yang merupakan

strategi terfokus dalam penyediaan dan pemantapan pelayanan dengan 3

kata kunci MPS yaitu:

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

b. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang

adekuat.

c. Setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan

kehamilan yang tidak di inginkan dan penanganan komplikasi

keguguran12.

Dari pengalaman lapangan, ditemukan bahwa kemampuan dalam

berkomunikasi merupakan kunci keberhasilan untuk dapat membangun

kepercayaan masyarakat terhadap bidan. Melalui P4K dengan stiker,

masyarakat diharapkan dapat mengembangkan norma sosial bahwa cara

yang aman untuk menyelamatkan ibu hamil,bersalin,nifas dan perawatan

bayi baru lahir ke bidan atau tenaga kesehatan yang terampil di bidang

kebidanan, sehingga kelak dapat mencapai Visi Departemen Kesehatan

yaitu “Masyarakat mandiri untuk hidup sehat” 12.

11. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program P4K

Perilaku kesehatan masyarakat dalam pelaksanaan program P4K

dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni:

a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-


32

hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya12.

b. Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti, puskesmas, rumah

sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan

praktek swasta. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan12.

c. Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan. Termasuk juga

disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun

pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku

sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan

sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan

perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan

para petugas terlebih lagi petugas kesehatan. Di samping itu, undang-

undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat

tersebut12.
33

C. Konsep efektivitas

1. Pengertian efektivitas

Menurut beberapa penulis pengertian efektivitas antara lain:

a. Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem

dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan

sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa

memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya13.

b. Efektivitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang

tepat untuk jangka waktu yang panjang pada suatu organisasi ataupun

program tertentu14.

c. Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana

dalam jumlah tertentu yang secara dasar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya15.

Jadi efektivitas menurut beberapa pengertian diatas adalah seberapa

jauh tercapainya tujuan yang terlebih dahulu telah direncanakan. Atau

dapat dikatakan efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan sejauh

mana tujuan (kualitas, kuantitas dan waktu) telah dicapai15.

2. Cara mengukur efektivitas

Untuk mengetahui keberhasilan atau efektivitas suatu program dapat

dilakukan 4 langkah dasar yaitu:

a. Mengukur peran masyarakat

Pengukuran peran masyarakat ini dilakukan sebelum pelaksanaan

program, di dalam hal ini di identifikasi dengan jelas mengenali peran


34

masyarakat. Dalam fase ini juga perlu dilakukan observasi dan interview

mendalam terhadap semua pihak yang terlibat dengan masyarakat serta

dalam program. Dari hasil observasi saat ini dan peran masyarakat yang

di harapkan dapat ditetapkan alat ukur sehingga nantinya dapat pula

ditentukan prioritas-prioritas pembangunan kesehatan yang lain15.

b. Memonitor pelaksanaan program

Pada langkah monitoring progrm ini perlu diamati partisipasi

masyarakat di dalam pelaksanaan program tersebut, apakah program

tersebut memuaskan yang dapat dimengerti lebih baik oleh masyarakat

serta petugas kesehatan itu sendiri dan lebih jauh lagi adalah usaha

untuk mengukur tingkat pemahaman masyarakat sebelum dan sesudah

pelaksanaan sosialisasi program15.

c. Mengukur tenggang waktu

Setiap orang memiliki kemampuan menangkap pengetahuan

berbeda, tidak semua orang mampu secara langsung berubah sehingga

dapat di prediksi akan tenggang waktu antara perubahan yang

diharapkan dengan berakhirnya waktu pelaksanaan sosialisasi

program/munculnya program baru. Pengukuran tenggang waktu tersebut

untuk mengukur seberapa besar dampak dari program yang

dilaksanakan. Semakin kecil tenggang waktu yang terjadi maka akan

semakin cepat dampak perubahan yang terjadi15.


35

d. Pemberian penilaian akhir

Pada langkah terakhir tentunya hasil pelaksanaan program di catat

dan di komunikasikan secara terbuka kepada masyarakat melalui suatu

forum. Dalam forum tersebut juga dicantumkan rencana kegiatan yang

mampu memperbaiki kekurangan dari pelaksanaan program yang

dilakukan. Pada akhirnya perlu dijelaskan dengan baik kepada seluruh

masyarakat untuk pembangunan kesehatan bukan semata-mata tanggung

jawab pemerintah dan aparat-aparatnya tetapi juga tanggung jawab

masyarakat16.

D. Konsep hubungan pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan

efektivitas program P4K

Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan

masyarakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan.

Pemberdayaan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi

kesehatan. keluarga dan masyarakat merupakan salah satu dari strategi

global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga

pemberdayaan keluarga dan masyarakat sangat penting untuk dilakukan

agar keluarga dan masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan

kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan6.

Pemberdayaan keluarga dan masyarakat adalah upaya atau proses untuk

menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam

mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan


36

kesejahteraan mereka sendiri. Batasan pemberdayaan dalam bidang

kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Pemberdayaan

masyarakat adalah upaya aktif bidan untuk melibatkan unsur-unsur

masyarakat secara parsitipatif dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi

kegiatan kesehatan ibu dan anak termasuk kegiatan perencanaan persalinan

dan pasca persalinan. Melalui Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang ditempelkan di rumah ibu

hamil, maka setiap ibu hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara tepat.

Dengan data dalam stiker, suami, keluarga, kader, dukun, bersama bidan di

desa dapat memantau secara intensif keadaan dan perkembangan kesehatan

ibu hamil. Selain itu agar ibu hamil mendapatkan pelayanan yang sesuai

standar pada saat antenatal, persalinan dan nifas sehingga proses persalinan

sampai dengan nifas termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman dan

selamat6.
37

E. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Ibu hamil Efektifitas program P4K:
efektivitas program P4K :
a. Faktor predisposisi (predisposing 1. Efektif
factor) : pengetahuan, sikap, tradisi 2. Cukup efektif
dan kepercayaan , sistem nilai, tingkat 3. Kurang efektif
pendidikan, tingkat sosial ekonomi 4. Tidak efektif
b. Faktor pemungkin (enabling factor) :
ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan
c. Faktor penguat (reinforcing factor) :
keluarga dan mayarakat

Pemberdayaan keluarga dan


mayarakat :
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1. Bagan Kerangka konsep Penelitian Hubungan pemberdayaan


keluarga dan masyarakat dengan efektivitas pelaksanaan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
38

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan efektivitas Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian

yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi akurasi suatu hasil. Desain penelitian merupakan hasil akhir

dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan

bagaimana suatu penelitian bisa ditetapkan17.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian korelasional, yaitu

merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada

suatu situasi atau kelompok subyek. Penelitian menggunakan pendekatan

cross sectional dimana pengumpulan data dilakukan sekaligus pada satu

waktu, artinya tiap subyek penelitian diobservasi sekali saja tanpa ada follow

up17.

9
40

B. Kerangka kerja

Populasi
Seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bantur Kabupaten Malang

Sampling
Simple random sampling

Sampel
Sebagian ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bantur Kabupaten Malang

Pengumpulan Data

Pemberdayaan keluarga dan Efektivitas program P4K


masyarakat (kuesioner)
(kuesioner)

Pengolahan data
Editing, Coding, Tabulating, Scoring, Klasifikasi,

Uji statistik rho spearman

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Kerja Penelitian pemberdayaan keluarga dan


masyarakat dengan efektivitas pelaksanaan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di Puskesmas Bantur
Kabupaten Malang
41

C. Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Bantur Kabupaten Malang, sejumlah 50 orang.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagian ibu hamil di

polindes di wilayah kerja puskesmas Bantur yang memenuhi kriteria

penelitian.

3. Tehnik sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, yaitu

teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu17.

4. Besar sampel

Besar sampel dalam suatu penelitian dapat ditetapkan dengan

menggunakan rumus17:

N
n=
1 + N (d)2

Keterangan :

n = jumlah sampel
42

N = jumlah populasi

d = tingkat kesalahan yang dipilih17.

Dari rumus diatas ditentukan sampel sebagai berikut:

50
n=
1 + 50 (0,05)2

50
n=
1 + 50 (0,05)2

n = 44,44 dibulatkan menjadi 45

Jadi besar sampel sejumlah 45 orang.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab

perubahan timbulnya variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel independen adalah : pemberdayaan keluarga dan

masyarakat.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi, akibat dari

adanya variabel bebas.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

efektivitas Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K).
43

E. Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional


Definisi Alat Ska
Variabel Parameter kriteria
operasional ukur la
Pemberda- Upaya yang Indikator pemberdayaan keluarga dan Kuesio Ord Skor
yaan telah masyarakat : ner inal ya = 1
keluarga dilakukan 1. Pemungkinan (enabling) tidak = 0
dan bidan desa 2. Penguatan (empowering)
masyarakat dalam Kriteria:
3. Perlindungan (protecting)
mengoptimal 1. Baik : 76-
4. Pendukungan (supporting)
-kan peran 100%
keluarga dan 5. Pemeliharaan (foresting)19. 2. Cukup: 56-
masyarakat 75%
dalam 3. Kurang: <
mendukung 56%17.
program P4K
dilihat dari
perspektif
ibu hamil.
Efektifitas Ketercapaian Indikator program P4K : Kuesio Ord Skor
program tujuan atau 1. Ibu hamil terdata dan rumahnya ner inal ya = 1
persalinan manfaat tertempel stiker P4K tidak = 0
dan program 2. Bidan memberikan pelayanan
pencegah- perencanaan antenatal sesuai dengan standart Kriteria:
an persalinan 3. Ibu hamil dan keluaganya 1. Efektif
komplikasi dilihat dari mempunyai rencana persalinan ≥ 76%
aspek ibu termasuk KB yang dibuat bersama 2. Cukup efektif :
hamil dengan penolong persalinan 56 – 75%
4. Bidan menolong persalinan sesuai 3. Kurang efektif:
standart 40%– 55%
5. Bidan memberikan pelayanan sesuai 4. Tidak efektif :
standart < 40% 17.
6. Keluarga menyiapkan biaya
persalinan, kebersihan dan kesehatan
lingkungan
7. keterlibatan tokoh masyarakat baik
formal maupun non formal dan
forum peduli KIA/Pokja polindes
dalam rencana persalinansesuai
dengan perannya masing-masing
8. Ibu mendapatkan pelayanan
kontrasepsi pasca persalinan
9. Adanya kerjasama antara bidan,
petugas pustu, forum peduli
KIA/Pokja Polindes dan dukun
bayi10.
44

F. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan 1 - 30 Februari 2019, di wilayah

kerja Puskesmas Bantur Kabupaten Malang.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.Uji validitas instrumen

disimpulkan berdasarkan nilai koefisien validitas yang dihitung menggunakan

uji statistic product moment. Dari hasil uji validitas didapatkan hasil nilai r

hitung pada semua soal lebih besar dari nilai r tabel (0,360), dengan demikian

disimpulkan bahwa seluruh soal valid. Pengujian reliabilitas dihitung dengan

menggunakan formula Cronbach’s alpha. Jika nilai Cronbach's Alpha lebih

besar dari 0,600 maka kuesioner dapat dikatakan reliabel (Arikunto, 2010).

Hasil uji realibilitas menggunakan formula Cronbach’s alpha terhadap

10 item soal pada kuesioner pemberdayaan keluarga dan masyarakat,

didapatkan nilai Cronbach's Alpha = 0,893. Hasil uji realibilitas untuk 10

soal kuesioner efektivitas program P4K, didapatkan nilai Cronbach's Alpha =

0,907. Kedua nilai Cronbach's Alpha tersebut diatas 0,600. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa seluruh soal tersebut reliabel17.

H. Prosedur Pengumpulan data


45

Metode pengumpulan data adalah suatu usaha untuk memperoleh data

dengan metode yang ditentukan oleh peneliti18.

Adapun Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Peneliti mendapat izin penelitian dari Direktur Surya Mitra Husada Kediri

dan Kepala Puskesmas Bantur.

2. Peneliti mendata ibu hamil yang melakukan kontrol di Puskesmas Bantur,

menjadikannya sebagai anggota populasi, kemudian menuliskan nama

responden dalam gulungan kertas,

3. Selanjutnya peneliti melakukan pengundian dengan cara mengambil secara

acak gulungan kertas sampai didapatkan calon responden sejumlah yang

dibutuhkan.

4. Peneliti mendatangi responden ke rumahnya, menjelaskan perihal

penelitian, meminta persetujuan dilakukan penelitian, jika bersedia,

responden menandatangani persetujuan menjadi responden.

5. Diperkirakan waktu yang dibutuhkan peneliti untuk masing-masing

responden adalah selama 1 jam. Peneliti mampu melakukan pengambilan

data selama 8 jam per hari. Sehingga estimasi waktu yang dibutuhkan

untuk seluruh kegiatan penelitian adalah selama 25-30 hari.

6. Proses pengambilan data diawali dengan pendekatan dan informed concent

kepada responden yang memenuhi kriteria penelitian.

7. Setelah responden bersedia, peneliti memberikan kuesioner kepada

responden.
46

8. Pengisian kuesioner dengan didampingi peneliti, sehingga apabila ada hal

yang kurang jelas, peneliti dapat menjelaskan sampai responden mengerti

maksudnya, dan dipastikan semua pertanyaan dalam kuesioner diisi

semua.

I. Analisa Data

1. Analisa Univariat

a. Editing

Memeriksa kembali data yang terkumpul melalui kuesioner dan

memastikan semua jawaban responden terisi sesuai pertanyaan. Jika

terdapat kuesioner yang belum terisi atau tidak sesuai dengan petunjuk

atau antara pertanyaan dengan jawaban tidak sesuai, maka responden

dipersilahkan untuk mengisi kembali kuesioner yang masih kosong dan

tidak sesuai. Kuesioner yang terkumpul telah terisi sesuai dengan

pertanyaan dan pernyataan.

b. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data maka data yang telah

terkumpul diberi tanda sesuai dengan kategori yang telah disediakan.

Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan tabulasi

data.

1) Trimester kehamilan

a) Trimester 1 kode 1

b) Trimester 2 kode 2

c) Trimester 3 kode 3
47

2) Paritas

a) Primipara kode 1

b) Multipara kode 2

c) Grande Multipara kode 3

3) Pemberdayaan keluarga dan masyarakat

a) Baik kode 3

b) Cukup kode 2

c) Kurang kode 1

4) Efektifitas program persalinan dan pencegahan komplikasi

a) Efektif kode 4

b) Cukup efektif kode 3

c) Kurang efektif kode 2

d) Tidak efektif kode 1

c. Scoring

Scoring yaitu pemberian skor atau nilai terhadap bagian-bagian

yang perlu diberi skor18.

1) Jawaban ya = 1

2) Jawaban tidak = 0

Nilai pada masing-masing item pertanyaan kemudian dijumlahkan

selanjutnya hasilnya diolah dengan rumus17:

Sp
N= x 100 %
Sm

Keterangan :
48

N : Nilai

Sp : Skor yang didapat

Sm : Skor maksimal17

Pemberdayaan keluarga dan Masyarakat :

1) Baik : 76 – 100 %

2) Cukup : 56 – 75 %

3) Kurang : < 56 %

Efektifitas program persalinan dan pencegahan komplikasi :

1) Efektif = skor ≥ 76%

2) Cukup efektif = skor 56 – 75%

3) Kurang efektif = skor 40%– 55%

4) Tidak efektif = skor < 40% 18.

Setelah proses klasifikasi data selesai selanjutnya data tersebut

diubah kedalam bentuk prosentase yang mana frekuensi yang muncul

dibagi jumlah responden yang ada, kemudian dikalikan 100 %; maka

jika dirumuskan:

P=
∑ F x100%
N

Keterangan:

P : Nilai akhir/ prosentase

F : Frekuensi

N : Jumlah responden
49

Selanjutnya interpretasi data responden dilakukan dengan

ketentuan18 :

1. 100 % : Seluruh responden

2. 76 – 99 % : Hampir seluruh responden

3. 51 – 75 % : Sebagian besar

4. 50 % : Setengah dari responden

5. 25 – 49 % : Hampir setengah dari responden

6. 1 – 24 % : Sebagian kecil dari responden

7. 0% : Tidak satupun dari responden18.

d. Tabulating

Setelah data terkumpul, kemudian ditabulasi dan dikumpulkan

sesuai dengan variabel yang diteliti18.

2. Analisa bivariat

Karena penelitian bertujuan untuk menganalisa hubungan antara kedua

variabel yang keduanya berskala ordinal, maka peneliti menggunakan uji

statistik rho Spearman.11 Penarikan kesimpulan didasarkan pada hasil

penghitungan nilai signifikansi dibandingkan dengan nilai α yang ditetapkan

yaitu sebesar 0,05. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari nilai α (0,05)

berarti hipotesis diterima, dapat disimpulkan ada hubungan di antara kedua

variabel17.

I. Etika Penelitian

1. Informed Consent
50

Informed consent adalah proses pemberian informasi yang cukup

dapat dimengerti kepada individu mengenai partisipasinya dalam

pembuatan karya ilmiah. Ini meliputi pemberian informasi kepada peserta

mengenai hak-hak dan tanggung jawab mereka dalam pembuatan karya

ilmiah dan mendokumentasikan sifat kesepakatan. Peneliti memastikan

bahwa setiap individu mengetahui sifat dari pembuatan karya ilmiah,

implikasi partisipasi, berpartisipasi dan bahwa individu dapat memutuskan

dengan bebas apakah berpartisipasi atau tidak dalam pembuatan karya

ilmiah, tanpa ketakutan adanya pembalasan17.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama

responden tetapi lembar tersebut diberi kode. Anominitas menuju pada

tindakan merahasiakan nama peserta terkait dengan partisipasi mereka

dalam pembuatan karya ilmiah17.

3. Kerahasiaan (Confidetiality)

Kerahasiaan mengacu pada tanggungjawab peneliti untuk

melindungi semua data yang dikumpulkan dalam lingkup pembuatan karya

ilmiah, dari pemberitahuan kepada yang lain. Individu yang setuju untuk

berpartisipasi dalam riset mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa

informasi yang dikumpulkan ini atau tentang mereka tetap bersifat

pribadi17.

Anda mungkin juga menyukai