Anda di halaman 1dari 12

Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan


Kedokteran Keluarga

Zahra Zettira, Merry Indah Sari


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex. Menurut World Health
Organization (WHO), sepertiga penduduk dunia tertular TB, dimana pada tahun 2000, lebih dari 8 juta penduduk dunia
menderita TB aktif. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan terjadi pada
lebih dari 70% usia produktif. Puskesmas dalam pelayanan primer membantu dalam memutus rantai penyebaran penyakit
TB. Pendekatan kedoteran keluarga memberikan tatalaksana secara holistik dengan meningkatkan fungsi keluarga.Data
primer diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis), pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah untuk melengkapi data
keluarga, data psikososial, dan lingkungan. Data sekunder diperoleh dari rekam medis pasien di Puskesmas. Penilaian
dilakukan berdasarkan diagnosis holistik dari awal, proses, dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil disajikan
dalam format case report.Pasien memiliki derajat fungsional 1 dengan Tuberkulosis memiliki faktor resiko internal yaitu
tidak memperhatikan keluhan awal sehingga keluhan bertambah berat, upaya kesadaran pasien dalam menghindari faktor
resiko yang dapat menimbulkan kekambuhan penyakit dan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Faktor resiko
eksternal yaitu kurangnya dukungan dan pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien, lingkungan rumah dan kerja yang
berdebu. Kemudian dilakukan edukasi terhadap pasien dan keluarganya mengenai obat yang harus dikonsumsi, efek
samping serta perubahan gaya hidup. Setelah dilakukan evaluasi terdapat kepatuhan dalam minum obat dan perubahan
gaya hidup kearah pola gaya hidup bersih dan sehat.Masalah klinis yang kompleks membutuhkan waktu yang lama dan
kerjasama antara petugas kesehatan dan keluarga. Dimana petugas tidak hanya menyelesaikan masalah klinis pasien, tetapi
juga mencari dan memberi solusi atas permasalahan – permasalahan dalam lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
pasien dan keluarga.

Kata kunci: kasus baru, kedokteran keluarga, TB paru

New Case of Active Tuberculosis Disease Management Through Family


Medicine Approach
Abstract
Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis infection. Based on WHO, a third of global population
infected by tuberculosis, on 2000 there are more that 8 billions global population are patient of tuberculosis. Prevalention
number of TB in Indonesia on 2009 is 100 per 100000 of population and happend in more then 70% productive age.
Puskesmas which is a primary service care should to break the Tuberculosis transmittion. Family medicine approach give a
treatment holisticly to increase of family function.The primary data obtained through anamnesis (autoanamnesis), physical
examination, laboratory examination, home visit to assess the condition of the home and family. Secondary data were
obtained from medical records of patients at the health center. Assessment is based on a holistic diagnosis early, the
process and the end of quantitative and qualitative studies. The results are presented in the form of case report.
Patient who had a degree of fungtional 1 with Tuberculosis had internal risk factor are do not pay attention to the initial
complaint to severe complaints, patient awareness efforts in avoiding the risk factors that can lead to disease recurrence
and lack of knowledge about disease. External risk factor are the lack of support and the patient’s family knowledge about
the disease, and dusties environment. The do educate patients and families about drugs that should be cansumed and
eaten right, side effect of the drug and life style modification. After the evaluation there are patient compliance in eaten
drugs and life style modification to the health.Complex clinical problem requires a long time and cooperation among healts
are workers and family. Where officers not only solve the problem of clinical patients, but also seek and provide solutions
to the problems in the environtment that affect the health of the patient and family.

Keywords: family medicine, new case, tuberculosis.

Korespondensi: Zahra Zettira, S.Ked., alamat Pondok Arbenta Kos Jl. Soemantri Brodjonegoro, Gedung Meneng, Bandar
Lampung, HP 081273430166, e-mail Rharha_smanda@yahoo.com

Pendahuluan ke orang lain melalui transmisi udara (droplet


Tuberkulosis paru (TB paru) adalah dahak pasien TB paru).1
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Menurut World Health Organization
Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat (WHO) dalam satu tahun, kuman M.
ini menjadi masalah kesehatan penting di tuberculosis telah membunuh sekitar 2 juta
dunia. TB paru dapat menyebar dari satu orang jiwa, dan WHO diperkirakan bahwa pada tahun

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |68


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

2002-2020 ada sekitar 2 miliar orang yang sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat
terinfeksi kuman ini, di mana 5-10% di antara mencapai angka penemuan kasus (CDR) 70%
infeksi akan berkembang menjadi penyakit, dan hanya lima provinsi menunjukkan
40% di antara yang sakit dapat berakhir dengan pencapaian 70% CDR dan 85% kesembuhan.6
kematian. Perkiraan dari WHO, yaitu sebanyak Saat ini Provinsi Lampung termasuk yang
2-4 orang terinfeksi tuberkulosis setiap angka CDR nya masih dibawah 70%. Namun
detiknya dan hampir 4 orang setiap menit walaupun demikian program Penanggulangan
meninggal karena tuberkulosis. Kecepatan TB di Provinsi Lampung menunjukkan adanya
penyebaran tuberkulosis bisa meningkat lagi perbaikan dari tahun ke tahun, meski belum
sesuai dengan peningkatan penyebaran Human dapat mencapai semua target nasional
Immunodeficiency Virus (HIV)/Acuired program.7
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan Peran dokter keluraga dalam
munculnya kasus TB-MDR (multy drug penatalaksanaan TB paru sangatlah penting
resistant) yang kebal terhadap bermacam obat. yang tidak memandang seorang pasien sebagai
Pada tahun 2013 WHO memperkirakan ada 8,6 seseorang individu melainkan sebagai suatu
juta kasus baru TB (13% merupakan koinfeksi unit keluarga yang penatalaksanaannya secara
dengan HIV) dan 1,3 juta orang meninggal holistik dan komprehensif. Dokter sebagai
karena tuberkulosis di mana diantaranya pintu pertama yang akan diketuk oleh
940.000 orang dengan HIV negatif dan 320.000 penderita dalam menolong penderita TB, harus
orang dengan HIV dan tuberkulosis positif.2,3 selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya
Indonesia menduduki peringkat ke-3 yang sering diabaikan adalah memberikan
dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia edukasi atau pendidikan kesehatan.Pendidikan
setelah India dan China. Jumlah pasien TB di kesehatan kepada penderita dan keluarganya
Indonesia adalah sekitar 5,8% dari total jumlah akan sangat berarti bagi penderita, terutama
pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan bagaimana sikap dan tindakan, serta cara
setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru untuk mencegah penularan.8
dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka
prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 Kasus
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB Studi ini merupakan laporan kasus. Data
terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Oleh primer diperoleh melalui anamnesis
karena itu kerugian ekonomi akibat TB juga (autoanamnesis dan alloanamnesis dari anak
cukup besar.3,4 pasien), pemeriksaan fisik dan kunjungan ke
Terdapat tiga faktor yang menyebabkan rumah. Data sekunder didapat dari rekam
tingginya kasus TB di Indonesia. Waktu medis pasien. Penilaian berdasarkan diagnosis
pengobatan TB yang relatif lama (enam sampai holistikdari awal, proses, dan akhir studi secara
delapan bulan) menjadi penyebab penderita TB kualitiatif dan kuantitatif.
sulit sembuh karena pasien TB berhenti Ny. P, 45 tahun dengan pendidikan
berobat (drop) setelah merasa sehat meski terakhir SD berdomisili di Krawang Sari, saat ini
proses pengobatan belum selesai. Selain itu, pasien sudah tidak bekerja. Pasien datang ke
masalah TB diperberat dengan adanya Puskesmas Tanjung Sari dengan keluhan batuk
peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berdahak sejak ±4 minggu yang lalu, yang tidak
berkembang cepat dan munculnya kunjung sembuh. Batuk disertai dengan dahak
permasalahan TB-Multi Drugs Resistant(MDR, berwarna putih kental dan sulit
kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain dikeluarkan,batuk semakin memberat pada
adalah adanya penderita TB laten, dimana malam hari, timbul secara tiba-tiba dan terus-
penderita tidak sakit namun akibat daya tahan menerus, disertai demam yang tidak terlalu
tubuh menurun, penyakit TB akan muncul.4,5 tinggi dan berkeringat pada malam hari. Pasien
Meskipun secara nasional menunjukkan juga mengeluhkan nafsu makan yang menurun
perkembangan yang meningkat dalam sehingga pasien merasa lemas dan mengalami
penemuan kasus dan tingkat kesembuhan, penurunan berat badan.
pencapaian di tingkat provinsi masih Pasien pergi berobat ke Puskesmas
menunjukkan disparitas antar wilayah. Dari Tanjung Sari untuk mengobati keluhan
data pencapaian target pengendalian TB per batuknya namun setelah obat habis keluhan
provinsi tahun 2009, diketahui bahwa kembali dirasakan. Akhirnya pasien berobat

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |69


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

kembali ke puskesmas dan dicek sputum. 2. Pemeriksaan Fisik


Hasilnya pasien dinyatakan menderita Keadaaan umum: tampak sakit ringan;
tuberkulosis. suhu: 36 oC; tekanan darah: 110/80
Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya mmHg; frekuensi nadi: 86x/menit;
disangkal. Pasien memiliki riwayat kontak frekuensinafas: 20x/menit; berat badan:
dengan penderita seperti ini sebelumnya. Ada 45 kg; tinggi badan: 155 cm; IMT: 19.
seseorang di lingkungan kerja yang memiliki 3. Status Generalis:
batuk lama dan mengalami pengobatan TB. Mata, telinga, dan hidung dalam batas
Riwayat pernah mendapat pengobatan TB normal. Tenggorokan faring tidak
disangkal. Ny. P (pasien) merupakan seorang hiperemis, tonsil T1-T1, KGB leher tidak
ibu yang tinggal bersama suami, tiga orang teraba. Regio thoraks: cor dan pulmo
anaknya, menantu, dan seorang cucunya yang dalam batas normal, regio abdomen
masih berusia satu bulan sehingga sangat dalam batas normal.
beresiko tertular penyakit yang diderita Ny.P 4. Status lokalis
dikarenakan sistem imunnya yang belum Regio thorak posterior
terbentuk sempurna.  I: simetris, scar (-), tumor (-), warna
Sejak didiagnosis penyakit TB paru oleh sama dengan kulit sekitar, retraksi
dokter puskesmas pasien berhenti berkerja dan intercostal (+)
melakukan aktifitas kesehariannya di  P: nyeri tekan (-), fremitus kanan = kiri
lingkungan rumah. Sebelumnya pasien bekerja  P: sonor/sonor
sebagai buruh disalah satu pabrik makanan  A: vesikuler (+/+), rhonki (+/+),
ringan, namun setelah sakit batuk yang wheezing (-/-)
dideritanya pasien memutuskan untuk fokus Regio thorak anterior
pada penyembuhan penyakitnya. Pasien  I: simetris, scar (-), tumor (-), warna
biasanya makan tiga kali sehari. Makanan yang sama dengan kulit sekitar, retraksi
dimakan cukup bervariasi, namun seringkali intercostal (+)
pasien hanya makan sedikit-sedikit karena  P: nyeri tekan (-), fremitus kanan = kiri,
merasakan mual dan tidak nafsu makan. Pasien
ictus cordis tidak teraba
tidak memiliki kebiasaan makan makanan
 P: sonor/sonor, batas jantung dalam
tertentu. Pasien tidak memiliki riwayat
batas normal
merokok. Pasien tidak memiliki kebiasaan
 A:vesikuler (+/+), rhonki (+/+),
berolahraga yang teratur. Pasien tidak memiliki
wheezing (-/-), BJ I-II regular, murmur (-
kebiasaan minum alkohol. Dikeluarga Ny.P
), gallop (-)
yang bekerja adalah suaminya dan seorang
5. Status neurologis:
anaknya, suaminya bekerja sebagai seorang
Reflek fisiologis normal dan refleks
buruh di pabrik yang sama. Ny. E yang
patologis (-).Pemeriksaan motorik dan
merupakan anak pertama bekerja sebagai guru
sensorik pasien tidak ada kelainan.
swasta. Apabila terdapat keluhan pasien dan
6. Pemeriksaan penunjang
keluarganya sering membeli obat di warung,
Pada pemeriksaan BTA SPS didapatkan
setalah keluhan bertambah berat dan
BTA +++.
mengganggu aktivitas pasien dan keluarga
7. Data Keluarga
pergi berobat ke puskesmas.
Bentuk keluarga pada pasien ini adalah
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
keluarga extended. Terdapat gangguan
fisik, didapatkan data-data pasien sebagai
pada fungsi keluarga berupa fungsi
berikut:
biologis berupa gangguan pada fungsi
1. Data klinis
paru, perilaku kesehatan keluarga dan
Keluhan berupa batuk berdahak sejak
lingkungan rumah.
empat minggu yang lalu. Kekhawatiran
keluhan terus berlanjut, dan menganggu
aktivitas pasien. Harapan bisa sembuh
total dan dapat melakukan aktivitas tanpa
khawatir akan terjadi kekambuhan dan
penyakit menjadi lebih berat.

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |70


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

belakang rumah dekat dapur dengan


bentuk jamban jongkok, dan dapur yang
bersih dan cukup luas.
9. Denah rumah
Denah rumah Ny.P dijelaskan pada
gambar 3.

Gambar 1. Genogram Keluarga Ny.P

Gambar 3. Denah Rumah Ny.P

Diagnostik Holistik Awal


1. Aspek Personal
a. Alasan kedatangan: batuk sejak ±4
Gambar 2. Hubungan Antar Keluarga Ny.P minggu yang lalu.
b. Kekhawatiran:batuk yang diderita tidak
8. Data Lingkungan Rumah dapat disembuhkan dan dapat
Pasien tinggal bersama dengan suami, tiga menularkan kepada orang-orang
orang anak, menantu, dan satu orang disekitar
cucu. Jarak dari rumah ke puskesmas lebih c. Persepsi: batuk sulit disembuhkan
dari 5 km. Rumah berukuran 12,5 m x 7 m karena pengobatan yang tidak cocok
tidak bertingkat, memiliki tiga buah kamar d. Harapan: batuk lama yang diderita
tidur, ruang tamu, dan dapur. Lantai dapat disembuhkan.
rumah dilapisi semen yaitu ruang tamu, 2. Aspek Klinik
ruang keluarga, dapur, dan kamar mandi, Kasus baru TB paru BTA +++ (ICD 10 A15.0)
dinding sebagian terbuat dari tembok bata 3. Aspek Risiko Internal
yang belum di cat. Sedangkan pada kamar a. Pengetahuan yang kurang tentang
mandi sebagian dindingnya masih penyakit TB paru.
berdindigkan papan. Atap rumah langsung b. Pengetahuan yang kurang mengenai
berhubungan dengan genteng, debu pentingnya tindakan pengobatan
sering terlihat di lantai rumah. preventif dibandingkan kuratif.
Penerangan dan ventilasi baik, setiap c. Pengetahuan yang kurang tentang
ruangan dilengkapi jendela dan selalu pencegahan penularan TB paru ke
dibuka lebar setiap paginya. Rumah sudah anggota keluarga lainnya.
menggunakan listrik. Rumah berada di d. Pengetahuan yang kurangtentang
lingkungan yang kurang bersih. Sumber air efektifitas terapi gizi terhadap
berasal dari sumur, digunakan untuk perkembangan perbaikan klinisTB paru.
minum, mandi, dan mencuci. Limbah
dialirkan ke got, memiliki satu kamar
mandi dan jamban yang terletak di bagian

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |71


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

4. Aspek Risiko Eksternal pasien tetap minum obatnya dan tidak


a. Psikososial keluarga: keluarga kurang berhenti minum obat
memahami tentang penyakit pasien g. Konseling kepada pasien untuk
namun memberi dukungan yang baik mengalihkan stress psikososial dengan
serta bersedia menjadi pengawas hal-hal bersifat positif
minum obat h. Edukasi mengenai gaya hidup bersih
b. Lingkungan tempat tinggal: keadaan dan sehat seperti tidak merokok serta
rumah dengan ventilasi dan fungsi dari ventilasi dalam rumah.
pencahayaan yang sesuaisehingga 2. Medikamentosa
cahaya matahari banyak yang masuk OAT-FDC tablet sehari tiga kali sehari
kedalam rumah (Guideline WHO dan PDPI 2011).
c. Lingkungan kerja: riwayat kontak
dengan teman kerja yang mengalami Family Focused
batuk lama 1. Konseling mengenai penyakit TB pada
d. Sosial ekonomi: biaya hidup pasien pasien dan keluarganya
ditanggung oleh suaminya yang cukup 2. Konseling mengenai penyakit TB yang dapat
untukmemenuhi kebutuhan sehari- menular dengan anggota keluarga lainnya
hari. yang dapat dicegah dengan pemakaian
masker, dan tidak membuang dahak
Tatalaksana sembarangan (di wc/ kotak sampah
Penatalaksanaan pada pasien ini didapur/ asbak)
dilakukan dengan mengintervensi pasien 3. Konseling kepada pasien untuk pemberian
beserta keluarga sebanyak 3 kali. Intervensi imunisasi BCG kepada cucunya yang masih
yang diberikan pada pasien ini adalah edukasi berusia satu bulan untuk pencegahan
dan konseling mengenai penyakitnya, terhadap TB
pencegahan agar tidak terjadi komplikasiyang 4. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk
terbagi atas patient center, family focus dan berperan dalam mengingatkan pasien
community oriented. mengenai rutinitas minum obat
Patient center 5. Edukasi dan motivasi mengenai perlunya
1. Non medikamentosa perhatian dukungan dari semua anggota
a. Konseling mengenai pentingnya tipe keluarga terhadap perbaikan penyakit
pengobatan preventif dibandingkan pasien
kuratif 6. Deteksi dini kuman TB pada keluarga yang
b. Konseling mengenai penyakit TBpada tinggal serumah dengan pasien.
pasien
c. Konseling kepada pasien untuk Community Oriented
melakukan kontrol rutin jika ada Konseling mengenai pencegahan dan
keluhan dan mengambil obat di penularan penyakit TB yang berdampak pada
Puskesmas jika obatnya habis orang disekitarnya dalam satu komunitas.
d. Konseling kepada pasien untuk Konseling yang diberikan mengenai penyakit
memeriksakan kembali dahaknya tindakan yang dilakukan penderita TB agar
setelah dua bulan dan enam bulan tidak menularkan ke tetangga seperti
pengobatan pemakaian masker dan tidak membuang dahak
e. Konseling kepada pasien untuk makan sembarangan (got dan sawah disamping
makanan yang bergizi berupa tinggi rumahnya).
kalori dan tinggi protein Intervensi dilakukan sebanyak tiga kali.
f. Konseling kepada pasien efek samping Setelah itu, makadapat dilakukan diagnosis
obat yang timbul seperti buang air kecil holisik akhir.
akan berwarna merah yang
menandakan itu bukanlah darah hanya Diagnostik holistik akhir
menandakan reaksi obat. Selain itu 1. Aspek Personal
juga bisa timbul gatal-gatal dan kepala a. Kekhawatiran pasien terhadap
terasa pusing. Hal ini dilakukan agar penyakitnya yang tidak dapat
disembuhkan sudah mulai berkurang

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |72


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

dengan meyakini pola pengobatan membiasakan makan dengan pola diet


yang rutin dan teratur serta tinggi kalori dan tinggi protein.
mengurangi risiko penularan ke orang- 4. Aspek Risiko Eksternal
orag sekitar dengan menerapkan cara- a. Psikososial keluarga: keluarga lebih
cara pencegahannya memahami penyakit pasien dan
b. Harapan batuk sudah mulai berkurang memberi dukungan yang baik serta
dengan cara rutn meminum obat dan bersedia menjadi pengawas minum
sudah yakin dapat sehat seperti obat
sediakala b. Lingkungan tempat tinggal: keadaan
c. Persepsi mengenai batuk yang diderita rumah dengan ventilasi dan
pasien dapat disembuhkan dengan pencahayaan yang sesuai sehingga
pengobatan yang telah dianjurkan cahaya matahari banyak yang masuk
dokter dan kesembuhan tidak kedalam rumah
berkaitan dengan ketidakcocokan obat. c. Lingkungan kerja: pasien sudah tidak
2. Aspek Klinik ada kontak dengan teman kerja yang
Kasus baru TB paru BTA +++ (ICD 10 A15.0) mengalami batuk lama
3. Aspek Risiko Internal d. Sosial ekonomi: biaya hidup pasien
a. Pengetahuan yang lebih baik tentang ditanggung oleh suaminya yang cukup
penyakit TB paru untuk memenuhi kebutuhan sehari-
b. Pengetahuan yang cukup mengenai hari.
tindakan pengobatan preventif dan 5. Derajat Fungsional
keuntungan yang didapatkan Derajat fungsional yang didapatkan adalah
c. Pengetahuan yang cukup tentang satu (1), yaitu mampu melakukan
pencegahan penularan TB paru ke pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada
anggota keluarga lainnya kesulitan).
d. Pengetahuan yang cukup tentang
efektifitas terapi gizi terhadap
perbaikan klinis dan mulai

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |73


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Patient Center
Non-farmakologi
Asuransi - Konseling mengenai
Kesehatan Tuberkulosis
45 tahun
- Konseling untuk
melakukan kontrol rutin
Family focus dan mengambil obat di
-Tb
- Edukasi Paru Puskesmas jika obatnya
Ventilasi
penyakitTB, faktor habis
pencahayaan -Riwayat
resiko, cara kontak degan - Konseling mengenai
penularan,penceg dan pasien TB jadwal pemeriksaan
ahan kepadatan -Pola makan dahak
- Keluarga hunian yang yang tidak - Diet tinggi kalori dan
mengawasi teratur Keluarga
sesuai tinggi protein
-Khawatir tdak
rutinitas minum sembuh yang -Konseling untuk
standar
obat pasien -Aktifitas fisik supportive mengalihkan stress
-Dukungan pasien kurang psikososial dengan hal-
terhadap penyakit - Pengetahuan hal bersifat positif.
pasien tentang TB - Edukasi mengenai
- Deteksi dini gaya hidup sehat dan
Keadaan
kuman TB pada fungsi dari ventilasi
ekonomi rumah.
keluarga yang
keluarga yang Jarak ke fasilitas kesehatan
tinggal serumah
cukup yang jauh Farmakologi

- Rifampicin 150 mg
Keterangan: - Isoniazid 75 mg
-Pirazinamide 400
: Pencegahan Primer mg
: Pencegahan Sekunder - Etambutol 275 mg
: Pencegahan Tersier Community Oriented
a. Penyuluhan kepada
petugas kesehatan di desa
tentang TB
b. Konseling kader desa
mengenai imunisasi BCG
c. Penyuluhan terjadwal
kepada masyarakat
mengenai TB paru .

Gambar 4. Skema Pendekatan Holistik dan Penatalaksanaan Komprehensif

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |74


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Pembahasan mendapatkan hasil +++. Pada pasien


Tuberkulosis adalah penyakit menular dengan dugaan sakit TB paru dapat dilakukan
langsung yang disebabkan oleh kuman TB beberapa pemeriksaan penunjang, antara lain:
(Mycobacterium tuberculosis). Umumnya radiologi (foto toraks), pemeriksaan
penularan melalui droplet infection. Sebagian bakteriologi dapat berasal dari dahak, cairan
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus,
juga mengenai organ tubuh lainnya.2,5 Menurut bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
American Thoracic Society dan WHO 1964 (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, feses, dan
diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah jaringan biopsi. Kemudian dapat dilakukan
dengan menemukan kuman Mycobacterium pemeriksaan biakan kuman, dan pemeriksaan
tuberculosae dalam sputum atau jaringan paru penunjang lain seperti analisis cairan pleura,
secara biakan.3 Berikut adalah alur diagnosis pemeriksaan histopatologi jaringan,dan
2,3,4
TBC paru pada orang dewasa. pemeriksaan darah.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan
bakteriologi sputum dengan hasil pemeriksaan
BTA SPS +++, dimana diagnosis TB paru BTA
positif adalah bila:
1. Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA
positif, atau
2. Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif
dan didukung hasil pemeriksaan foto
thoraks sesuai dengan gambaran TB yang
ditetapkan oleh klinisi, atau
3. Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif
ditambah hasil kultur M. Tuberculosis
positif.
Interprestasi BTA SPS +++ adalah ditemukan
>10 BTA dalam satu lapang pandang.2,5,6
Gambar 5. Alur Diagnosis TB2 Di puskesmas pasien diberikan terapi
farmakologis berupa obat paket TB (FDC) tiga
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kali sehari. Pemberian terapi tersebut sudah
anamnesis yaitu riwayat mengenai gejala cukup tepat. FDC atau Fixed Dose Combination
respiratorik seperti batuk lebih dari tiga merupakan obat yang digunakan dalam
minggu, sesak napas, dan nyeri dada, pengembangan strategi DOTS atau Directly
sedangkan pada gejala sistemik ditemukan Observed Treatment Strategy untuk
adanya demam dan keringat malam, mengontrol epidemi TB dan sudah merupakan
penurunan berat badan, malaise, dan rekomendasi dari WHO. FDC pada fase intensif
anoreksia.2,4 Pada pasien, Ny. P, diagnosis dengan dosis harian berisi 150 mg rifampisin,
kasus baru TB paru ditegakkan berdasarkan 75 mg isoniazid, 400 mg pirazinamid, dan 275
anamnesis, pasien mengalamibatuk berdahak mg etambutol. Dengan berat badan 38-54 kg,
selama ±4 minggu, disertai demam yang tidak diberikan tiga tablet dalam sehari.2,4,8
terlalu tinggi, berkeringat pada malam hari, Pelaksanaan pembinaan pada pasien ini
penurunan berat badan, serta belum pernah dilakukan dengan mengintervensi pasien
mengonsumsi OAT. Salah satu teman di tempat beserta keluarga sebanyak tiga kali, dimana
pasien bekerja mengalami keluhan yang sama. dilakukan kunjungan pertama pada tanggal 4
Tempat tinggal pasien yang kurang bersih, Maret 2017. Pada kunjungan keluarga pertama
halaman berupa tanah dan pasir, serta atap dilakukan pendekatan dan perkenalan
kamar belum di plavon yang membuat debu di terhadap pasien serta menerangkan maksud
lantai merupakan pemicu terjadinya batuk. dan tujuan kedatangan, diikuti dengan
Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya anamnesis tentang keluarga dan perihal
retraksi interkostal dan terdengar bunyi ronkhi penyakit yang telah diderita. Dari hasil
basah halus. Pada pasien dilakukan kunjungan tersebut, sesuai konsep Mandala of
pemeriksaan sputum BTA SPS dan Health, dari segi perilaku kesehatan pasien
masih mengutamakan kuratif daripada

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |75


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

preventif dan memiliki pengetahuan yang lingkungan rumah pasien berisiko dalam
kurang tentang penyakit-penyakit yang masalah kesehatan, untuk hal ini pasien
iaderita. Konsep mandala of health mencakup diberikan edukasi untuk tetap menggunakan
beberapa komponen penting yaitu human masker. Pola makan belum sesuai dengan
biology, lingkungan psikososial, ekonomi dan anjuran dokter, pasien belum mengkonsumsi
lingkungan rumah serta lingkungan tempat makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Pasien
tinggal. lebih memilih makan apa yang ia mau tanpa
Human biology, pasien merasakan memperhatikan kondisi penyakitnya. Dalam hal
penyakit TB paru yang dideritanya ini memungkinkan proses pemulihan pasien
menimbulkan keluhan-keluhan yang terhambat, jadi pasiendiedukasi mengenai
menggangu aktifitasnya. Pasien tidak tahu asupan gizi yang harus terpenuhi sesuai
kalau penyakit TB harus rutin minum obat serta kebutuhan energi harian Ny. P.
melakukan kontrol ke pelayanan kesehatan. Dalam hal lingkungan tempat tinggal
Untuk hal ini pasien diberikan edukasi bahwa terdapat beberapa faktor risiko yang
pengobatan TB paru harus rutin minum obat mempengaruhi kejadian TB paru yaitu
dan kontrol ke pelayanan kesehatan untuk pencahayaan rumah, luas ventilasi dan
mengetahui perbaikan klinis pasien, hal ini kepadatan hunian. Menurut Kemenkes RI
sejalan dengan teori bahwa pengobatan TB No.829/MenKes/SK/VII/1999 pencahayaan
paru yang harus teratur dan rutin.2 yang memenuhi syarat dengan intensitas
Lingkungan psikososial, pasien merasa minimal ≥ 60 lux. Pencahayaan berasal dari
bahagia dengan keadaan keluarganya saat ini, cahaya alami (cahaya matahari) dipengaruhi
hubungan antar anggota keluarga juga letak dan lebar jendela, untuk mendapatkan
terbilang dekat dan jarang mengalami suatu pencahayaan secara maksimal jendela paling
masalah. Sehingga halini dapat mendukung sedikit luasnya 20% dari luas lantai ruangan.9
pasien dalam menjalani pengobatan yang Keadaan rumah Ny.P sudah ideal, cukup luas,
dapat dilihat dari seluruh anggota keluarga dan memiliki pencahayaan baik. Berdasarkan
memberikan dukungan serta bersedia menjadi hasil pengamatanmenunjukkan bahwa kondisi
pengawas minum obat. fisik rumah (pencahayaan) kamar Ny.P yang
Ekonomi, uang untuk memenuhi menderita TBparu memenuhi syarat yaitu
kebutuhan rumah tangga bergantung pada luasnya 20% dari lantai ruangan.
suaminya sebagai tulang punggung keluarga Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi
yang berkerja sebagai buruh. Pasien kondisi atmosfer yang menyenangkan dan
mengatakan bahwa dengan pendapatan menyehatkan manusia. Secara umum,
tersebut sudah cukup untuk memenuhi penilaian ventilasi rumah dengancara
kebutuhan sehari-hari Mengenai jaminan membandingkan antara luas ventilasi dan luas
kesehatan pasien memiliki asuransi BPJS dan lantai rumah. Secara umum menurut
pasien sering menggunakannya untuk Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999
melakukan pengobatan atas penyakitnya. luas ventilasi yang memenuhi syarat 10-20%
Lingkungan rumah, hubungan dari luas lantai. Berdasarkan hasil pengamatan
pasiendengan tetangga sekitar rumah terjalin menunjukkan bahwa luas ventilasi kamar Ny.P
akrab, pasien dan keluarga juga mengikuti yang menderita TB paru memenuhi syarat lebih
kegiatan pengajian rutin yang diselenggarakan banyak dari pada yang memenuhi syarat yaitu
lingkungan sekitar. Dalam hal ini pasien luasnya 20% dari lantai ruangan.
memiliki hubungan antar tetangga yang baik Rumah Ny. P dihuni oleh tujuh orang
sehingga dapat terhindar dari stress psikososial dengan luas rumah 12,5 x 7 m terdapat tiga
yang dapat memperberat penyakit pasien. kamar, dua kamar dengan ventilasi yang baik
Lingkungan fisik, pemukiman cukup padat dan pencahayaan baik namun terdapat satu
penduduk dan lingkungan tampak kurang kamar yang tidak memiliki ventilasi namun
bersih dan rapih, dimana dekat rumah pasien tetap mendapatkan pencahayan disiang hari
terdapat bangunan yang sedang dibangun. melalui atap. Tiap kamar memiliki luas 3 x 3 m.
Lingkungan rumah pasien juga termasuk Kepadatan penghuni adalah perbandingan
lingkungan yang banyak debu dimana jalanan antara luas lantai rumah dengan jumlah
masih beralaskan tanah dan banyak mobil anggota keluarga dalam satu rumah tinggal 10.
besar yang melewati jalanan tersebut sehingga Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh
J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |76
Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

perumahan biasa dinyatakan dalam m² per Media-media ini membahas


orang. tentang penyakit TB mulai dari penyebab,
Menurut Kementerian kesehatan RI gejala klinis, komplikasi, penatalaksanaan
No.829/Menkes/SK/VII/1999 luas ruang tidur hingga pencegahan yang dapat dilakukan. Yang
minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan dalam hal ini ditekankan pada cara penularan
lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang penyakit, gaya hidup sehat berupa aktifitas fisik
tidur, kecuali anak dibawah umur lima tahun. yang benar dan baik, serta tidak lalai dalam
Kepadatan penghuni kamar tidur yang tidak minum obat pada penyakit TB. Mengingat
memenuhi syarat (<4 m2/orang tidak termasuk pasien juga memiliki keluarga yang setiap hari
balita) akan menghalangi proses pertukaran berkontak langsung dengan pasien dan dapat
udara bersih sehingga kebutuhanudara bersih menjadi salah satu faktor resiko terkena
tidak terpenuhi dan dapat menjadi penyebab penyakit TB. Intervensi ini dilakukan dengan
terjadinya TB paru. Semakin banyak jumlah tujuan untuk mencegah penularan penyakit ke
penghuni ruangan semakin cepat udara anggota keluarga yang lain, merubah gaya
didalam ruangan mengalami pencemaran dan hidup pasien berupa menggunakan masker
jumlah bakteri di udara akan selalu dan membuang dahak pada tempatnya,
bertambah.Berdasarkan hasil pengamatan diet tinggi kalori tinggi protein dan aktifitas
menunjukkan bahwa kepadatan hunian kamar olahraga yang rutin, serta pola berpikir
Ny.P memenuhi syarat dengan luas 9 m2 yang mengenai penyakit TB meskipun untuk
dihuni oleh dua orang.Kepadatan hunian ruang merubah hal tersebut bukanlah hal yang dapat
tidur merupakan perbandingan antara luas dilihat hasilnya dalam kurun waktu yang
ruang tidur dengan jumlah individu semua singkat.
umur yang menempati ruang tidur tersebut.10 Ada beberapa langkah atau proses
Semakin banyaknya penghuni, maka kadar sebelum orang mengadopsi perilaku baru.
oksigen bebas dalam ruangan menurun Pertama adalah kesadaran (awareness),
(<20,7%) dan diikuti oleh peningkatan CO2 dimana orang tersebut menyadari stimulus
bebas (>0,04%) sehingga daya tahan tubuh tersebut.Kemudian dia mulai tertarik (interest).
penghuninya menurun, ruangan yang Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang-
sempitakan membuat nafas sesak dan mudah nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut
tertular penyakit dari anggota keluarga lain. 11 (evaluation). Setelah itu, dia akan mencoba
Untuk mengurangi risiko menderita TB melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus
paru, Ny. P dan keluarga diberikan (trial). Pada tahap akhir adalah adoption,
pengetahuan mengenai cara pengendaliannya, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
yaitu anggota keluarga yang menderita kesadaran, dan sikapnya.Ketika intervensi
penyakit TB paru, Ny. P, harus tidur terpisah dilakukan, keluarga juga turut serta
dengan anggota keluarga lain, menutup mulut mendampingi dan mendengarkan apa yang
saat batuk atau bersin, meludah pada tempat disampaikan pada pasien.9,10
khusus yaitu pot sputum, jangan menggunakan Edukasi yang diberikan berupa pola
alat-alat makan dan minum secara bersamaan hidup bersih dan sehat, rumah yang bersih,
dengan orang lain ketika menderita penyakit makanan yang sehat, pentingnya minum obat
TB paru, serta selalu mencuci tangan. dan dampak bila tidak minum obat,
Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal menghindari faktor yang dapat
11 Maret 2017, dengan tujuan intervensi memperberat,cara penularan penyakit, dan
terhadap pasien.Pada kunjungan kedua ini juga selalu memakai alat pelindung diri (masker).
di lakukan pemeriksaan tanda vital dan Dengan tujuan pasien minum obat secara
pemeriksaan fisik thorax terhadap pasien dan teratur, mengoreksi status gizi dan dapat
didapatkan TD 120/80 mmHg, RR 20×, nadi memutus rantai penyebaran TB. Kondisi berat
88×, dan suhu 36,2°C. Pada pemeriksaan fisik badan Ny.P yaitu 45 kg dan Index Masa Tubuh
bunyi ronki basah halus tidak terdengar (IMT) didapatkan normal yaitu 19. Berdasarkan
seberat saat pertama kali. Pasien diberikan penghitungan kebutuhan energi harian Ny.P
intervensi dengan menggunakan media utama dengan rumus Basal Metabolic Rate (BMR) x
flipchart yang berisi pengetahuan mengenai TB level aktivitas didapatkan kebutuhan energi
(kalender) dan masker. sebesar 1.968 kkal. Macam diet untuk terapi TB
paru terbagi menjadi dua yaitu :

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |77


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

 Diet Tinggi Energi Tinggi Protein 1 (TETP


1). Energi : 2600 kkal, protein 100 gr. Kesimpulan
 Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP Ny.P didiagnosis kasus baru TB paru BTA
II). Energi : 3000 kkal, protein 125 gr.12 +++ Penatalaksanaan yang diberikan juga
Penderita TB paru dapat diberikan salah sudah sesuai dengan guideline WHO dan PDPI
satu dari dua macam diet TETP sesuai tingkat 2011. Terdapat perubahan prilaku pada
penyakit penderita. Pada Ny. P disarankan Ny.Psetelah pasien diberikan intervensi yaitu
mengikuti diet TETP 1 (Energi : 2600 kkal dan Ny.P sudah menerapkan gaya hidup bersih dan
protein: 100 gr)dikarenakan kondisi Ny. P yang sehat yang terlihat dari pola makan yang sehat,
cukup baik, status gizi dalam batas normal, dan tidak merokok, menggunakan masker, dan
tidak mengalami komplikasi apapun. Jadi aktifitas latihan jasmani yang baik.
didapatkan perhitungan karbohidrat
(60%)sebesar 1.560 kkal yang dapat diperoleh Daftar Pustaka
dari nasi tim, kentang rebus, atau oat. Lemak 1. Center For Disease Control and Prevention
(20%) sebesar 520 kkal yang dapat diperoleh (CDC). Reported tuberculosis in United
dari olive oil, kedelai, dan kacang-kacangan. Stated, 2008. Atlanta, GA: U.S. Department
Protein (20%) sebesar 520 kkal yang dapat of Health and Human Services; 2009.
diperoleh dari ayam, ikan, tempe, dan tahu 2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
rebus.Edukasi juga memuat tentang gayahidup Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
yang baik dengan pengolahan latihan jasmani tuberkulosis di Indonesia. Jakarta:
sesuai dengan kondisi penyakit pasien. Latihan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2006.
jasmani dibagi menjadi 3-4x aktivitas/minggu. 3. WHO.Tuberculosis. New York: WHO Media
Edukasi ini disampaikan dengan bantuan media Centre; 2006.
flipchart berupa kalender yang berisi informasi 4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
mengenai TB. Pedoman nasional penanggulangan
Kunjungan ketiga dilakukan pada tanggal tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
18 Maret 2017, saat dilakukan kunjungan Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
pasien sedang membersihkan rumah dan 5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. TB
menggunakan masker, pasien juga berkata update 2011; 2011 May 7-8. Bogor.
bahwa keluhan batuk masih ada namun sedikit Indonesia: Perhimpunan Dokter Paru
berkurang. Pasien dan keluarganya juga sudah Indonesia; 2011.
terlihat mulai menjalani gaya hidup sehat 6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
meskipun belum sepenuhnya diterapkan. TBC masalah kesehatan dunia. Jakarta:
Pasien mengatakan bahwa ia mulai makan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
tepat waktu, istirahat cukup, dan 2011.
membereskan rumah serta membuka pintu 7. Puskesmas Panjang. Profil kegiatan
rumah saat pagi untuk pertukaran udara. Puskesmas Panjang tahun 2014.
Pasien juga mengatakan bahwa badannya Bandarlampung: Puskesmas Panjang; 2014.
terasa lebih sehat. Suami, anak dan menantu 8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
pasien juga sudah mengetahui cara penularan Strategi nasional pengendalian TB di
dari TB sehingga tidak takut lagi untuk Indonesia 2010-2014. Jakarta: Kementerian
berkontak langsung dengan pasien. Selain itu, Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
pasien telah meningkatkan aktifitas latihan 9. Reviono, Suradi, Adji M, Sulaeman ES.
jasmaninya sesuai dengan kondisi penyakit Hubungan modal sosial dan pencapaian
pasien. case detection rate tuberkulosis puskesmas
Pasien juga rutin datang ke puskesmas kabupaten karanganyar. J Respir Indo. 2015;
untuk mengambil obat. Dalam kunjungan kali 35(1):28-38.
ini juga tetap dilakukan motivasi kepada pasien 10. Keman S. Kesehatan perumahan dan
dan keluarganya. Hal ini dilakukan agar pasien lingkungan pemukiman. Jurnal Kesehatan
dan keluarga senantiasa menerapkan gaya Lingkungan. 2005; 2(1):29-42.
hidup sehat yang pada akhirnya meningkatkan 11. Ovalia D. Hubungan kondisi rumah terhadap
kualitas hidup pasien dan anggota keluarga kejadian tuberkulosis BTA positif.
lainnya. Samarinda Kal-Tim; 2009.

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |78


Zahra | Penatalaksanaan Kasus Baru TB Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

12. Almatser S. Penuntun diit tuberkulosis.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utara; 2004.

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 3|Juni 2017 |79

Anda mungkin juga menyukai