Anda di halaman 1dari 15

Paramita Vol. 21, No.

2 - Juli 2011

TRADISI INTELEKTUAL ULAMA JAWA:


SEJARAH SOSIAL INTELEKTUAL
PEMIKIRAN KEISLAMAN
KIAI SHALEH DARAT
Mukhamad Shokheh
Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang

ABSTRACT ABSTRAK

Kiai Shaleh Darat including one of the scholars Kiai Shaleh Darat termasuk salah satu ulama
of Islamic intellectual tradition of Java developers pembangun tradisi intelektual Islam Jawa pada
in a productive period of pre-modernism. The periode pra modernisme yang produktif. Karya
main work of scholars in the field of fiqh Shaleh utama Kiai Shaleh Darat dalam bidang fiqh
Darat is a book Majmoo'at al-Shari'a al-Kafiyat adalah kitab Majmu’at al-Syariat al-Kafiyat li al-
li al-Awam a Javanese language books of fiqh in Awam sebuah kitab fiqh berbahasa Jawa
Arabic Pegon lettered. Socio-political conditions berhuruf Arab Pegon. Kondisi sosial politik Jawa
of Java in the late 19th century, showed the ma- pada akhir abad ke-19 memperlihatkan mayoritas
jority of its people are Muslims who lay in reli- masyarakatnya adalah muslim yang awam
gious understanding who are under control of dalam pemahaman keagamaan yang berada
the colonial goverment. This is the background dibawah penguasaan pemerintah kolonial. Hal
for Kiai Shaleh Darat in writing the book in local inilah yang mendasari Kiai Saleh Darat menulis
language. Book Majmoo'at al-shari'ah al-Kafiyat kitab dengan bahasa lokal. Kitab Majmu’at al-
li al-Awam is one book that was written by Kiai syari’ah al-Kafiyat li al-Awam merupakan salah
Saleh Darat. This book explains the basics of satu kitab yang ditulis Kiai Saleh Darat. Kitab
Islam, such as the nature of Islamic religion, ini menerangkan dasar-dasar agama Islam,
faith and charity, fiqhiyah theories, such as puri- seperti hakikat agama Islam, iman dan ihsan,
fication, prayers, alms, fasting and rituals of teori-teori fiqhiyah, seperti bersuci, shalat, zakat,
hajj. Mu `amalat issues were also discussed such puasa dan manasik haji. Masalah-masalah
as buying and selling, usury, marriage. Based on mu’amalat juga dibahas seperti jual beli, riba,
the results of this study, it is concluded that Kiai pernikahan. Berdasarkan hasil penelitian ini
Shaleh Darat’s thought was influential enough, disimpulkan bahwa pemikiran Kiai Saleh Darat
both among his scholar and society in general. cukup berpengaruh, baik dikalangan santrinya
maupun masyarakat secara umum.
Keywords: intellectual tradition, scholars,
Islamic Thought
Kata kunci: Tradisi intelektual, ulama,
Pemikiran Islam

PENDAHULUAN Islam di masyarakat Nusantara dan


Jawa pada khususnya. Masuknya orang
Proses Islamisasi di Nusantara -orang Jawa menjadi penganut agama
dan Jawa pada khususnya tidak bisa Islam ini, menurut cerita rakyat Jawa
dilepaskan dari peran sentral para karena peran dakwah para ulama wali-
ulama. Keberadaan ulama bisa disebut songo yang sangat tekun dan mema-
paling berjasa dalam memperkenalkan hami kondisi sosio kultural masyarakat

Paramita Vol. 21 No. 2 - Juli 2011 [ISSN: 0854-0039]149


Hlm. 149-163
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

Jawa. Para wali ini menggunakan jalur kurang dikenal baik, oleh kalangan
pendekatan kultural dan edukasional. peneliti Islam maupun kaum muslimin
Selanjutnya Islamisasi dijalankan oleh sendiri. Kajian mengenai pemikiran
para ulama sebagai elit masyarakat keislaman oleh ulama Jawa merupakan
yang memiliki pengaruh demikian besar lapangan studi yang sangat diabaikan
terutama menyangkut tanggung jawab khususnya pada periode abad 19. Posisi
terhadap nilai-nilai agama. Pemikiran Jawa yang terletak pada pinggiran
kritis para ulama telah melahirkan se- dunia Islam, memunculkan suatu ten-
buah kebudayaan yang dinamis dan densi di kalangan Islamicist untuk men-
membentuk warna kehidupan keaga- inggalkannya dalam setiap diskusi ten-
maan dalam masyarakat. Termasuk juga tang Islam. Ada asumsi wilayah ini ti-
dalam hal ini adalah peran ulama dalam dak memiliki pusat tradisi Islam yang
menyebarluaskan pengetahuan melalui kokoh. Islam di Jawa selama ini dinilai
pemikiran-pemikirannya. sebagai Islam campuran yang dipenga-
Di Indonesia, yang termasuk ka- ruhi oleh tradisi lokal, berbeda dengan
wasan kebudayaan Melayu, perkemban- Islam di pusat-pusat Islam di Timur
gan tradisi pemikiran Islam dapat di- Tengah.
bagi dalam dua periode: periode per- Ulama di Jawa juga termasuk
tama adalah tradisi intelektual yang dalam jaringan intelektual ulama mus-
berkembang sebelum bersentuhan den- lim internasional dengan beragam karya
gan paham pembaharuan Jamaluddin al yang dihasilkannya. Pada umumnya
Afgani, Muhammad Abduh, Muham- para ulama Jawa lebih suka menulis
mad Iqbal dan sebagainya. Sedangkan dalam bahasa Arab, terutama apabila
pemikiran yang kedua adalah mereka menulis tentang fiqh. Diantara
pemikiran yang berkembang setelah ulama Jawa, Kiai Shaleh Darat termasuk
terkena sentuhan modernisme. Tradisi ulama abad XIX yang produktif
intelektual ulama periode pertama mis- menghasilkan karya tulis. Karya utama
alnya dikembangkan oleh: Hamzah Fan- Kiai Shaleh Darat dalam bidang fiqh
suri, Nurrudin Ar Raniri, Syamsuddin adalah kitab Majmu’at al-Syariat al-
Sumaterani, Syekh Nawawi, KH Shaleh Kafiyat li al-Awam sebuah kitab fiqh ber-
Darat, Mahfudz at Termasi. Sedangkan bahasa Jawa berhuruf Arab Pegon.
dalam periode kedua berkembang Pemikiran-pemikiran besar dan
pemikiran yang dipengaruhi oleh mod- penerbitan berbagai karya keilmuan KH
ernisme Islam, seperti pemikiran HOS Shaleh Darat yang berpengaruh,
Cokroaminoto, H Agus Salim, KH penting dilihat dalam konteks sosio his-
Ahmad Dahlan, Syaihk A Sorkati, M. toris tempat pemikiran tersebut muncul,
Natsir. Dalam perkembangan lebih lan- tumbuh dan berkembang. Pengaruh
jut terlihat bahwa pemikiran Islam pemikiran Kiai Saleh Darat terhadap
senantiasa berusaha merumuskan dan kehidupan masyarakat juga menarik
memberikan jawaban terhadap masalah untuk dikaji. Kajian ini bertujuan men-
yang timbul dalam proses modernisasi gungkapkan dan menganalisis
dan pembangunan. misalnya dikem- pemikiran Kiai Shaleh Darat, mengung-
bangkan oleh Nurcholis Madjid, kapkan gambaran kondisi sosial keaga-
Jalaluddin Rahmat, Abdurrahman Wa- maan masyarakat Semarang dan seki-
hid, AM Syaefuddin, Kuntowijoyo, A. tarnya pada akhir abad ke-19, serta
Syafi’i Ma’arif . mengungkapkan pengaruh pemikiran
Tradisi intelektual Islam tersebut, Kiai Saleh Darat terhadap kehidupan
terutama pada periode pra modernisme masyarakat.

150
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

Dari sudut etimologis, ulama penasehat, sebagai guru, sebagai kon-


adalah bentuk jamak dari kata tunggal sultan kehidupan baik bidang rohani
alim, yang berarti orang yang mengeta- maupun bidang mata pencaharian. Dari
hui atau berpengetahuan tentang. Se- pengertian di atas secara sosisologis
dangkan alim adalah seorang yang ulama menempati posisi yang penting.
memiliki atribut ’ilm. Ilm adalah masdar Dari pertumbuhan dan perkem-
taukid dari kata kerja ‘alima yang berarti bangannya, ulama di Jawa dapat dikate-
pengetahuan (knowledge). Ulama juga gorikan menjadi empat tipologi yaitu:
diartikan sebagai orang yang mendalam pertama adalah golongan ulama yang
ilmu dan pengetahuannya tentang merangkap sebagai penguasa pusat pe-
agama Islam beserta cabang-cabang merintahan. Termasuk golongan ini
dalam urusan agama Islam (Hasyim, adalah Sunan Giri dengan keturun-
1998: 15). annya dan Sunan Gunung Jati. Tipe
Ulama adalah bagian yang tidak kedua adalah golongan ulama yang ma-
terpisahkan dari Islam. Di dalam Al sih berdarah bangsawan. Hal ini dapat
Qur’an, kata ulama ditemukan pada terjadi karena seringnya para bangsa-
dua tempat: QS Al Fatir: 28 dan QS As wan ataupun raja mengawinkan puter-
Syuara’ ayat 196-197. Dari kedua ayat anya dengan ulama atau keluarga
tersebut ulama diartikan sebagai orang ulama. Tipe ketiga adalah golongan
yang memiliki pengetahuan ilmu agama ulama sebagai alat birokrasi kerajaan/
dan ilmu pengetahuan kealaman yang tradisional. Tipe keempat adalah golon-
dengan pengetahuan yang dimiliki gan ulama pedesaan yang hidup di desa
dipergunakan untuk mengantarkan -desa dan tidak ada jalur dengan bi-
pada rasa khasyyah (takut atau tunduk) rokrasi. Kaum ulama desa ini bekerja
kepada Allah SWT. Selain itu dalam secara independen menurut ke-
konteks masyarakat Islam, ulama sering mauannya sendiri untuk mengembang-
diidentifikasikan sebagai pewaris para kan agama Islam di daerahnya. Terma-
nabi (al ‘ulamaau warosyatuull anbiyaai). suk dalam tipe ini adalah kaum ulama
Pengidentifikasian ini mengacu kepada pengembara dan ulama yang menetap
fungsi ulama sebagai pengemban di daerah perdikan (Adaby Darban,
risalah kenabian yang disampaikan 1988).
kepada umat manusia. Terlepas dari beberapa tipologi
Ulama dalam kehidupan masyara- diatas, yang dimaksud ulama dalam
kat Jawa sering disebut dengan sebutan tulisan ini adalah mereka yang memiliki
kyai, lebih dikenal sebagai pemuka keahlian dalam bidang keilmuan Islam
agama Islam yang dalam dirinya dan dengan konsisten mengamalkan
memiliki otoritas kharismatik karena ilmunya, sehingga mendapatkan penga-
ketinggian ilmu agamanya, kesale- kuan dari masyarakat muslim secara
hannya dan kepemimpinannya. Bi- luas. Dengan demikian, keulamaan ti-
asanya ulama dijadikan uswatun dak semata-mata dikarenakan gelar
khasanah atau contoh panutan yang baik keilmuan, tetapi juga melalui pembuk-
dalam lingkungan masyarakatnya. tian nyata yang diwujudkan dengan si-
Ulama tetap merupakan suatu kelom- kap dan tingkah-laku, sehingga mereka
pok yang diakui eksistensinya. Secara dapat menjadi mediator dalam meme-
sosial mereka dekat dengan rakyat den- cahkan persoalan-persoalan yang diha-
gan pola hubungan yang bersifat per- dapi umat Islam. Disini paling tidak ada
sonal. Oleh masyarakat, ulama menda- dua hal sebagai syarat minimal seseo-
pat tempat yang terhormat sebagai rang dapat disebut ulama: (1) memiliki

151
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

keilmuan yang tinggi setelah dia me- kankan pentingnya pendidikan sepan-
nempuh belajar yang cukup lama, dan jang hayat bagi umatnya. Upaya men-
(2) pengakuan masyarakat akan cari ilmu pengetahuan merupakan ke-
ketaatannya terhadap ajaran Islam yang wajiban setiap muslim, laki-laki atau-
dibuktikan dengan perbuatan nyata. pun perempuan. Islam mendorong pen-
Tradisi berasal berasal diadopsi gikutnya menuntut ilmu sejauh mung-
dari kata tradition. Tradisi dimaknai kin, meskipun sampai ke Cina. Motivasi
sebagai adat-istiadat yang secara turun religius ini bisa ditemukan dalam tradisi
temurun (dari nenek moyang) dan ma- rihlah (mengembara). Tradisi utama
sih dijalankan dalam masyarakat (Tim yang disebut ar rihlah fi thalab al ilm
Penyusun, 2001: 1208). Hal ini senada (pengembaraan dalam rangka mencari
dengan pendapat Edward Shils yang ilmu) merupakan bukti besarnya rasa
menyatakan tradisi sebagai pewarisan keingin tahuan di kalangan para ulama.
budaya secara turun temurun dari gen- Secara historis, tradisi keilmuan
erasi ke generasi dari masa lalu ke masa Islam telah terbangun cukup lama. Is-
sekarang baik berupa objek fisik mau- lam mengajarkan bahwa perjalanan atau
pun konstruksi budaya melalui wahana kewajiban mencari ilmu tidak ada ujung
lisan, tulisan maupun tindakan (Shils, akhirnya. Salah satu aspek penting dari
1981: 12). Sedangkan intelektual berarti tradisi pencarian ilmu di kalangan umat
totalitas pengertian atau kesadaran teru- Islam dapat dilihat dari sistem pendidi-
tama yang menyangkut pemikiran dan kan pesantren. Hal ini misalnya terlihat
pemahaman (Tim Penyusun, 2001: 437). dari penekanan kepada murid-murid
Menyoroti tradisi intelektual (santri) untuk berkelana dari satu
dalam Islam hendaknya perlu menyer- pesantren ke pesantren yang lain dalam
takan pemahaman konseptual tentang rangka mencari guru yang paling masy-
motivasi yang melekat pada proses bela- hur dalam berbagai cabang pengeta-
jar mengajar yang dilakukan kaum mus- huan Islam. Ketika penguasa muslim
limin sepanjang sejarah dengan pene- Jawa cenderung menjadi pendukung
kanan pada periode awal. Di dalam Is- ilmu pengetahuan Islam, tradisi
lam, ilmu pengetahuan mendapatkan akademik dalam masyarakat menjadi
prioritas yang sangat istimewa. Allah sangat tampak. Pembangunan tradisi
akan mengangkat derajat orang-orang akademik ini juga menjadi salah satu
yang beriman diantaramu dan orang titik perhatian dari walisongo pada
yang diberi ilmu beberapa derajat( QS abad 15-16. Hal ini terlihat dari petuah
Al Mujadilah (58): 11). Selain itu meru- pertama catur piwulang Sunan Drajat,
pakan bukti yang signifikan bahwa wa- yang berbunyi: paring teken marang kang
hyu yang pertama kali turun dan diter- kalunyon lan wuta, yang berarti: berilah
ima oleh Muhammad SAW yakni QS Al tongkat (petunjuk) kepada mereka yang
’Alaq: 1-5 adalah dimulai dengan perin- menapaki jalan licin dan buta. Tradisi
tah ilahi ”iqra” (bacalah). Ayat berikut- akademik ini terus berlanjut. Pada abad
nya menegaskan bahwa dengan pena (al 16-18 di Jawa sudah berkembang
-qalam) Allah mengajar manusia bagai- adanya tradisi santri kelana (Suryo,
mana dan apa yang belum diketahui. 2000) dan tradisi berdebat di pesisir
Ayat ini menunjukkan arti penting utara Jawa. Pada abad XVII-XVIII, tra-
membaca sebagai suatu aktivitas in- disi orang Jawa melakukan perjalanan
telektual dan menulis yang dilambang- dalam rangka belajar terus tumbuh
kan dengan al- qalam dalam proses be- subur dengan munculnya kelompok
lajar mengajar secara luas. Islam mene- sarjana-sarjana muslim baru dan para

152
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

sufi yang tersebar di seluruh Jawa, gan memahami kecenderungan atau


khususnya di pesisir utara. Para santri kepentingan sebuah gagasan keaga-
pengelana pergi dari satu pesantren ke maan itu dalam konteks sosial, kebu-
pesantren lainnya dalam rangka menun- dayaan, ekonomi bahkan politik. Sejarah
tut ilmu pengetahuan dari seorang guru sosial intelektual merupakan salah satu
yang lebih terkenal. Perlu diperhatikan aspek dari kajian ilmu sejarah. Oleh
bahwa tradisi menuntut ilmu pengeta- karenanya metode penelitian sejarah
huan di Jawa pada abad XVII hingga tetap menjadi kunci pokok penelitian,
XIX ditunjukkan secara jelas dengan sedangkan ilmu-ilmu lain sifatnya
adanya sebuah catatan lokal yang ditu- hanya membantu untuk mempertajam
lis pada seperempat pertama abad XIX, analisis. Penelitian historis ini memiliki
yaitu Kitab Tjentini (Pakubuwono V, empat tahapan pokok: (1) heuristik,
2005). yaitu pengumpulan sumber-sumber se-
Tradisi pemikiran ulama Jawa me- jarah, (2) verifikasi (kritik sejarah, keab-
rupakan fenomena yang sangat menarik sahan sumber) (3) interpretasi: analisis
untuk terus ditulis. Sepengetahuan pe- dan sintesis, dan (4) penulisan.
nulis belum ada kajian yang secara kom- Penelitian ini akan berawal dari
prehensif membahas mengenai tradisi kajian teks. Pengumpulan bukti sejarah
intelektual Ulama Jawa yang mengupas dimulai dengan pencarian dokumen-
pemikiran keislaman Kiai Shaleh Darat dokumen, baik primer dan sekunder.
dengan menggunakan pendekatan se- Semua karya atau tulisan Kiai Shaleh
jarah sosial. Ada beberapa tulisan men- Darat dijadikan sumber primer dalam
genai Kiai dan Ulama akan tetapi belum melacak pemikirannya. Penulis berhasil
mengupas mengenai tradisi intelektual menemukan kitab-kitab karangan Kiai
KH Shaleh darat secara komprehensif, Saleh Darat. Kitab yang dipergunakan
diantaranya karya Abdullah Salim, M. dalam penulisan ini, yaitu Majmu’at al-
Muchoyyar, Ghazali Munir, KH A. Aziz Syari’at, Matn al Hikam dan Kitab Tarja-
Masyhuri. Dari beberapa tulisan yang mah Sabil al ‘Abid.
dimuka belum ada satupun yang meng- Selain dari kitab tulisan Kiai Saleh
kaji secara komprehensif proses pem- Darat, penulis memperoleh dokumen
bentukan tradisi intelektual Ulama Jawa mengenai aktivitas dakwah Islam di Se-
yang megupas pemikiran keislaman marang seperti: Gewestelijk Bestuur Der
Kiai Shaleh Darat secara komprehensif. residentie Semarang, dari Arsip Nasional
Untuk itu tulisan ini akan berusaha un- Republik Indonesia (ANRI). Penulis
tuk mengisi kekosongan tersebut. juga menggunakan Volkstelling 1930,
untuk menyajikan data statistik kepen-
dudukan kota Semarang. Data-data ten-
METODE PENELITIAN tang kehidupan sosial keagamaan
masyarakat Semarang abad ke-19 sam-
Studi ini menganalisis perkem- pai awal abad ke-20, terdapat dalam Ko-
bangan tradisi intelektual Ulama Jawa ran Selompret Melajoe yang ada di Per-
pada abad 19-20 dengan pendekatan pustakaan Nasional, maupun laporan-
Sejarah Sosial Intelektual. Maksud dari laporan politik dan keagamaan di
pendekatan sejarah sosial intelektual ANRI.
disini adalah membuat rekonstruksi Untuk melengkapi sumber primer
masa lampau secara sistematis dan ob- diperlukan sumber sekunder. Sumber
jektif terhadap hasil pemikiran atau ga- sekunder berupa tulisan atau kajian lain
gasan keagamaan Kiai Saleh Darat den- yang membahas pemikiran Kiai Saleh

153
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

Darat. Semua data yang ditemukan ke- mengalami kemajuan pesat. Hal ini
mudian dikumpulkan. Setelah semua disebabkan difungsikannya pelabuhan
data dikumpulkan, selanjutnya dilaku- Semarang sebagai pelabuhan dagang
kan penyeleksian melalui tahapan kritik dan difokuskannya wilayah ini sebagai
intern untuk menentukan autentisitas pusat penyiaran agama Islam. Didu-
atau keaslian sumber dan kritik ekstern kung oleh keberadaan pelabuhan dan
untuk menilai kredibilitas sumber. Data perdagangan yang maju pesat, Sema-
yang valid kemudian diinterpretasi rang tumbuh menjadi kota pelabuhan
(dianalisis dan ditafsirkan). Pada tahap yang termasyhur (Mohammad, 1995: 9).
analisis ini teknik analisa yang dipakai Semarang telah bertindak sebagai pusat
adalah teknik analisis isi (content analy- transaksi antar daerah pedalaman
sis), analisis situasional (action frame of (hinterland) dan daerah seberang
analysis) dan analisis hermeneutika (foreland). Oleh karena itu Semarang
sosial (social hermeneutics). tidak hanya menjadi simpul jaringan
ekonomi pedalaman Jawa bagian tengah
saja, melainkan juga menjadi salah satu
HASIL DAN PEMBAHASAN simpul penting jaringan perdagangan
laut baik di Nusantara maupun perda-
Di Bawah Bayang Kolonial: Semarang gangan internasional.
Akhir Abad Ke-19 Pada permulaan abad ke-16
bangsa Portugis datang dan membuka
Berbicara mengenai Semarang pemukiman disekitar wilayah yang
pada periode kolonial, tidak bisa sekarang disebut “kota lama”, daerah
dilepaskan dari Semarang sebagai se- sekitar Gereja Blenduk yang dibangun
buah nama Kabupaten, Karesidenan, pada tahun 1745. Selanjutnya orang-
dan juga kota (Gemeente). Sejak jaman orang Belanda menyusul bangsa Por-
Mataram I, ketika Bergota menjadi ban- tugis tiba di Semarang pada permulaan
dar kerajaan diperkirakan daerah di se- abad ke-17. Orang-orang Belanda mem-
kitar pelabuhan Semarang telah banyak bangun pemukiman sendiri dengan
penghuninya. Munculnya Semarang mendirikan benteng segi lima “de
sebagai sebuah kota yang ramai, tidak Vijfhoek” pada tahun 1646. Sementara itu
bisa dilepaskan dari peran Ki Ageng orang-orang Jawa (penduduk asli) telah
Pandan Aran yang telah membuka menempati rumah pemukiman di
daerah Tirang Amper. Di tempat yang sepanjang kanan-kiri Kali Semarang,
baru di Pulau Tirang atau terkenal den- serta di kampung-kampung Jawa
gan nama Tirang Amper, Ki Ageng Pan- seperti di Kaligawe, Poncol, Depok,
dan Arang segera bekerja keras men- Randusari, Pengapon, Darat.
jalankan tugas mengislamkan para ajar Kota Semarang yang semula
yang bertempat tinggal di Pulau Tirang hanya terletak di Kota Benteng di
dan daerah-daerah disekitarnya. Setelah daerah Tawang sampai Heerenstraat,
usahanya berhasil, ia kemudian t e la h me lua s se ca ra m en ye luruh .
mendirikan pondok di daerah Pegisi- Wilayahnya berkembang mulai dari
kan. Ki Ageng Pandan Arang adalah daerah Randusari sampai ke Kali Gawe.
pendiri kota Semarang sekaligus bupati Pemukiman penduduknya tak lagi
Semarang yang pertama. berkelompok menurut ras-ras bangsa
Semarang, yang dipetakan sebagai dan suku-suku bangsa, tetapi telah me-
sebuah kota pertama kalinya oleh van mecah dan berhimpun secara homogen.
Bemmelen pada 1695, sebenarnya telah Orang-orang Jawa telah mendiami pe-

154
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

mukiman dengan pola yang teratur. tempo dulu di kalangan masyarakat Se-
Orang Belanda mulai membuka tembok marang juga terdapat kepercayaan pada
benteng di sekelilinginya tahun 1758, hal-hal yang berbau mistik. Masyarakat
dan mulai membangun rumah-rumah Kota Semarang mempercayai ke-
villa di sepanjang Jalan Bojong sampai beradaan Setan dan makhluk halus.
Randusari. Orang-orang Cina yang mu- Pada waktu itu, di Semarang dikenal
lai meluaskan tempat tinggalnya di seki- beberapa istilah untuk menyebut nama-
tar Pencinan. nama mahluk halus, seperti: Glundung
Banyaknya pendatang dan sejalan pecengis, Setan usus, Gendruwo, Wewe,
dengan kemajuan perdagangan di Se- Sundel bolong, Tetekan, Tuyul, dan Nyai
marang, maka orang-orang Tionghoa Blorong. Beberapa jalan dan kawasan
pun ramai mengembangkan kebi- yang di Semarang terkenal sebagai ka-
asaannya berjudi di wilayah ini. Kebi- wasan angker antara lain: Jalan
asaan berjudi ini berkonsentrasi di ka- Bubakan, Kerkof, Kampung Karang Ke-
wasan Gang Pinggir Pecinan. Dampak bon. Fenomena mistis ini juga bisa dia-
dari arena perjudian itu, di sekitar mati dari respon masyarakat Semarang
daerah tersebut kemudian berdiri tem- terhadap fenomena bencana alam.
pat-tempat gadai bagi para penjudi agar Selompret Melajoe Edisi No 21 Septoe 27
bisa cepat mendapatkan uang. Perkem- Mei 1865. memberitakan pada hari Ju-
bangan penduduk yang datang dari ber- mat tanggal 19 Mei 1865 di Semarang
bagai daerah ke Semarang serta kemak- terjadi lindu (tanah goyang). Sebagian
muran materi yang mereka hasilkan, dari masyarakat kemudian berspekulasi
turut mempengaruhi perilaku dan gaya dengan mengatakan bahwa yang pikul
hidup masyarakatnya. Salah satunya bumi capek, sehingga tangannya ge-
adalah perilaku gemar berjudi. Adanya metar, ada yang menyatakan ular besar
perjudian dengan segala implikasinya di dalam bumi baru berjalan. Meski
mempengaruhi kondisi keimanan dan demikian, ada juga yang sudah
akhlak masyarakat Semarang mengerti mengenai ilmu bumi menyata-
(Selompret Melajoe, 1903 Edisi No 73). kan bahwa penyebab lindu adalah
Dibandingkan dengan masyarakat pergeseran lapisan tanah di perut bumi.
yang hidup di kota-kota lain di pesisir Semarang tumbuh menjadi sebuah
utara Pulau Jawa, pada pertengahan kota besar setelah tahun 1870. Peruba-
abad ke-18 masyarakat di Kota Sema- han-perubahan politik, sosial dan bu-
rang memiliki kekh us us an, yait u daya telah terjadi di kota ini. Semarang
memiliki hobi suka mengadakan pesta tumbuh menjadi kota kolonial multiet-
yang mewah disertai dengan dansa- nis, dengan disertai masalah-masalah
dansa. Domine Valentijn, mencatat sosial di dalamnya. Keresahan sosial di
bahwa hobi masyarakat Kota Semarang Semarang pada abad ke-19 di Semarang,
tersebut tidak hanya terbatas di kalan- ditampakkan dalam bentuk aksi krimi-
gan para pejabat tinggi Belanda saja, nalitas seperti: pencurian, mabuk-
namun juga hidup dikalangan pejabat mabukan, perjudian, pelacuran. Be-
tinggi orang-orang Jawa. Bahkan yang berapa pelanggarnya adalah orang-
menarik lagi, dalam pesta pora tersebut orang Eropa, Indo (Eurasia) dan orang-
ikut hadir seorang domine Semarang orang militer. Masalah–masalah terse-
yang begitu gembira hingga seakan lupa but timbul sebagai akibat dari rendah-
akan dirinya, telah ikut serta bersorak- nya moral orang-orang Eropa. Alkohol
sorak (Budiman., 1975: Edisi 24 hlm 2). dan rumah-rumah minum diperkenal-
Seperti di daerah-daerah lain, kan oleh orang-orang Eropa, dan pela-

155
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

kunya kebanyakan adalah militer. grafis, Kota Semarang memiliki kom-


Orang Eropa juga terlibat dalam usaha posisi etnik yang plural. Namun
perjudian gelap. Pada tahun 1886-1887 demikian, sebagaimana kota-kota lain di
perjudian gelap meningkat jumlahnya Jawa, pluralitas tersebut disederhana-
dan perempuan-perempuan Eropa kan sedemikian rupa oleh kebijakan
adalah penjudi kelas berat. Pada waktu politik administrasi pemerintah kolonial
yang sama pelacuran diantara orang- berdasarkan garis ras. Hasilnya, Pemer-
orang Eurasia juga meningkat (Suryo, intah Kolonial mengklasifikasikan pen-
1989: 243-244). duduk Kota Semarang menjadi empat
Perkembangan penting lain yang kategori besar, yaitu golongan bumiput-
terjadi di Kota Semarang sampai dengan era, Eropa, Cina, dan Timur asing lain-
awal abad ke-20 adalah pertumbuhan nya.
penduduk. Menurut catatan resmi, Kota Adapun di puncak struktur sosial
Semarang pada akhir abad ke-19 meru- adalah golongan Eropa. Orang Cina dan
pakan kota nomor tiga yang paling Timur Asing lainnya yang meliputi
padat penduduknya di seluruh Pulau orang-orang Arab, India dan Pakistan,
Jawa (PJ Veth, 1907: 20). Pada tahun menempati kedudukan satu tingkat le-
1900 tercatat penduduk Kota Semarang bih rendah dibandingkan Golongan
berjumlah 89.286 jiwa, angka ini terdiri Eropa. Mereka umumnya bermata pen-
atas 70.426 jiwa bumiputera, 4.800 jiwa caharian sebagai pedagang dan sektor
orang Eropa, 12.372 jiwa orang Cina, 724 jasa. Orang-orang Cina bermukim di
jiwa orang Arab, orang Timur Asing wilayah yang sekarang ini dikenal seba-
lainnya 964 jiwa (Regeeringsalmanak voor gai kawasan Pecinan. Dalam stuktur
Nederlandsch-Indie, 1902: 9). sosial masyarakat Kota Semarang,
Sementara itu data jumlah pen- golongan bumiputera sebagian besar
duduk pada tahun 1920, jumlah popu- berada dalam strata sosial terbawah.
lasi penduduk bumiputera tercatat men- Pada umumnya mereka bekerja sebagai
jadi 126.628, orang Eropa 10.151 jiwa, petani, nelayan, pedagang kecil, keraji-
orang Cina 19.727 jiwa, orang Timur As- nan, buruh pabrik, kuli pelabuhan. Se-
ing lainnya 1.530 jiwa, sehingga total cara umum golongan bumiputera me-
jumlahnya mencapai 158.036. Data dari meluk agama Islam. Walaupun juga di-
tahun 1930 menunjukkan bahwa jumlah jumpai adanya golongan Jawa Kristen.
total penduduk Kota Semarang adalah Menurut data statistik 1861, jumlah pen-
217.796 jiwa. Angka itu mencakup orang duduk Kota Semarang seluruhya 78.521
bumiputera yang berjumlah 175.457 orang, dengan perincian berdasar etnis
jiwa, orang Eropa sejumlah 12.587 jiwa, (data ini juga mencerminkan jumlah pe-
orang Cina 27.423 dan orang Timur As- meluk agama) .
ing lainnya sebanyak 2.329 jiwa. Dari data itu, yang menarik
Sebagai sebuah kota pelabuhan, adalah disebutkannya jumlah pengikut
Kota Semarang merupakan kota tempat agama Kristen dari kalangan Jawa. Hal
bertemunya berbagai kelompok sosial ini semakin memperjelas bahwa kondisi
dan berbagai macam kebudayaan. Ke- keagamaan masyarakat Semarang
hadiran penduduk dengan latar be- waktu itu memang beragam. Berdasar-
lakang yang beragam, baik etnik, kan data di muka, secara kasar dapat
agama, kebudayaan dan sebagainya me- diperkirakan bahwa jumlah orang
rupakan bagian dari karakteristik Kota Eropa adalah cerminan penganut Kris-
Semarang. Oleh karena itu, tidak ten. Sedangkan orang Arab, Bugis, Me-
mengherankan apabila dari segi demo- layu, Jawa Madura mencerminkan pen-

156
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

Tabel 1 Jumlah Penduduk menurut Agama


No Golongan Etnis Jumlah (Jiwa)
1 Eropa 3110
2 Cina 6985
3 Arab 465
4 Jawa Kristen 125
5 Bugis, Melayu lainnya 1829
6 Jawa Madura 66.132

Sumber: AVR, Staat de Bevolking tahun 1861

ganut Islam. Dengan demikian, pen- nealogi dan transmisi intelektual Kiai
ganut Islam menurut data tahun 1861 Saleh Darat. Pada tahap sosialisasi
kira-kira berjumlah 68.226 orang. Jum- primer, Kiai Saleh Darat dibesarkan
lah tersebut tentunya belum bisa mem- dalam lingkungan keluarga santri dan
berikan gambaran mengenai kualitas pejuang yang gigih. Dalam sosialisasi
keislaman dari para penganutnya. sekunder, Kiai Saleh Darat memper-
dalam ilmu agamanya pada ulama-
ulama besar di Jawa. Di antara mereka
Kiai Saleh Darat: Karya dan itu adalah Muhammad Syahid yang
Pemikirannya memim pin pondok pesantren di
Waturoyo, Margoyoso, Kajen, Pati. Di
Kiai Saleh Darat memiliki nama sini ia mempelajari beberapa kitab fiqh,
lengkap Muhammad Saleh bin ’Umar al seperti Fath al-Qarib, Fath al Mu’in, Min-
-Samarani. Lahir di Kedung Cumpleng, haj al-Qawim, Syarh al-Khathib, dan Fath
Mayong, Jepara pada 1820 dan mening- al Wahhab. Ia juga belajar kepada Raden
gal di Semarang pada 1903. Disebut Kiai Muhammad Shalih bin Asnawi Kudus
Saleh Darat karena, sepulangnya dari tentang tafsir Jalalain. Dari Ishak Dama-
Haramanyn, dia tinggal dan mengabdi- ran, Semarang, ia belajar nahwu dan
kan dirinya di Pesantren Darat, Sema- sharaf, dan kepada Abu Abdullah Mu-
rang yang diasuh oleh Kiai Murtado hammad Al-Hadi bin Baiquni, seorang
yang kemudian menjadi mertuanya. Mufti Semarang, ia belajar ilmu falak.
Ayah Kiai Saleh Darat adalah seorang Selanjutnya, ia juga menjadi murid
tokoh pejuang dalam Perang Dipone- Ahmad Bafaqih Ba’alawi di Semarang,
goro (1825-1930). Kiai Haji ’Umar, meru- tempat ia belajar tentang Jauharat al-
pakan salah seorang kepercayaan Tauhid karya Syaikh Ibrahim Al-Laqani
Pangeran Diponegoro di Jawa bagian dan Minhaj al-Abidin karya Al-Ghazali.
utara di samping Kiai Haji Syada’ dan Kepada Kiai Zaid, Kiai Shaleh Darat be-
Kiai Murtadlo. Kiai lain yang turut serta lajar kitab Fath al-Wahhab. Ia juga belajar
dalam Perang Diponegoro, yang ada tentang Sittin Mas’alah kepada Syaikh
hubungannya dengan pembahasan ini Abdul Ghani Bima di Semarang.
antara lain Haji Hasan Bashari yang ber- Ketika pergi haji, Kiai Shaleh Da-
tugas di daerah Kedu, Kiai Darda dari rat belajar kitab Umm al Barahin yang
Kudus dan Kiai Jamsari dari Surakarta. membahas ilmu aqaid kepada Syaikh
Dengan meminjam konsep ten- Muhammad Al-Maqri Al-Makki.
tang sosialisasi, kita dapat melacak ge- Kepada Syaikh Muhammad ibn Su-

157
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

laiman Hasballah yang mengajar di akhir abad ke-19 memperlihatkan


Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi, ia bahwa mayoritas masyarakat adalah
belajar kitab fiqh Fath al-Wahhab, Syarh al muslim yang awam dalam pemahaman
–Kathib, dan Alfiyah ibn Malik dalam keagamaan. Disisi lain Jawa, juga
nahwu. Dari Syaikh Muhammad ibn Su- berada dibawah penguasaan pemerin-
laiman Hasballah ini, Saleh Darat men- tah kolonial, yang mengawasi dan mem-
dapat ijazah. Dari al-’Allamah Sayyid batasi ruang gerak para kiai dalam ber-
Ahmad ibn Zaini Dahlan (1232- dakwah. Hal inilah yang ikut men-
1304H/1817-1886), mufti Syafi’iyah dan dasari Kiai Saleh Darat bergerak dengan
ulama besar yang sangat berpengaruh dakwah intelektual untuk masyarakat
di Masjid al-Haram Makkah, Shaleh Da- awam dengan cara menulis kitab den-
rat belajar Ihya ’Ulum al-Din karya Al- gan bahasa lokal.
Ghazali dan memperoleh ijazah. Guru
berikutnya tempat Shaleh Darat belajar
al-Hikam karya ibn ’Athaillah adalah Al- Kitab Majmu’at al-Syariat al-Kafiyat li
’Allamah Ahmad Nahrawi Al-Mishri Al al-Awam: Tata cara beribadah untuk
-Makki. Ia belajar pula kitab Ihya’ juz 1 orang awam
dan 2 kepada Sayyid Muhammad Shalih
Al-Zawawi Al-Makki, salah seorang Kitab Majmu’at al-syari’ah al-
guru yang mengajar di Masjid Nabawi. Kafiyat li al-Awam atau lebih dikenal se-
Kitab ini juga ia pelajari dari Syaikh Yu- bagai kitab Majmu’ merupakan kumpu-
suf Al- Sanbalawi Al-Mishri. Gurunya lan hukum Islam. Pada bagian awal dari
yang lain, yaitu seorang mufti Hanafi- buku ini menerangkan dasar-dasar
yah di Makkah, Syaikh Jamal. Ia belajar agama Islam, seperti hakikat agama Is-
kepadanya tentang tafsir Al-Qur’an. lam, iman dan ihsan. Pembahasan dilan-
Dilihat dari guru-guru dan kitab- jutkan dengan masalah yang berhubun-
kitab yang dipelajarinya, tentunya Kiai gan dengan teori-teori fiqhiyah, seperti
Shaleh Darat merupakan salah seorang masalah taharah (bersuci), salat, zakat,
ulama yang otoritatif dalam ilmu puasa dan manasik haji. Masalah-
keisalaman. Hal ini mengingat, bahwa masalah mu’amalat juga dibahas seperti
dalam tradisi pesantren demikian kata masalah jual beli, riba, pernika-
Zamakhsyari Dhofier (1990: 22) pengeta- han.Walaupun masalah-masalah ushu-
huan keislaman seseorang diukur oleh luddin dan akhlak juga di singgung di
jumlah buku yang telah pernah dipela- dalam kitab ini, tetapi masalah yang
jarinya dan kepada ulama mana ia telah berhubungan dengan syariat cukup
berguru. dominan. Karenanya kitab ini dimasuk-
Pada akhir abad ke-19 dan awal kan dalam kategori kitab fiqh.
abad ke-20, banyak ulama Nusantara Secara keseluruhan kitab Majmu’
yang menulis kitab besar, di antaranya yang dikaji ini jumlah halamannya ada
berbahasa Arab. Kiai Shaleh Darat ter- 279, dengan rincian sebagai berikut: Aqi-
masuk kategori kiai yang mengambil dah, bab salat, bab zakat, bab puasa, ki-
pilihan lain atas karyanya. Beliau ban- tab al Hajj wa al Umrah, Bab al Bai wa
yak menulis kitab menggunakan bahasa Ghairihi, Kitab al Halal wa al Haram,
Jawa ala Semarang serta ditulis dengan Kitab al Qardh (bagi untung), Kitab al
huruf Arab Pegon. Kitab-kitabnya ditu- Ijarah, Kitab Al Ahkam al Nikah, Bab al
lis dengan bahasa yang mudah dipa- Dzabah, Kitab al I’taq, Penjelasan Penga-
hami. Dari hasil penelitian ini diketahui rang Majmu’. Dari gambaran tersebut,
bahwa kondisi sosial politik Jawa pada maka dapatlah diringkas bagian kitab

158
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

Majmu’ sebagai berikut: Bagian pertama hadap mereka (Muhammad Salih Ibn
yang membahas tentang aqidah dan Umar. Majmu’at asy syari’at, hlm 25)
moral, bagian kedua bahasan fiqihnya Pernyataan Kiai Saleh merupakan
meliputi: (a) Ibadah, (b). Muamalah, dan uraian yang materinya diambil dari Al
(c) Munakahat Qur’an dan Hadis, agar orang tidak
mengikuti perilaku non muslim.
Pengharaman terhadap orang yang
Akidah dan Moral dalam Kitab Ma- meniru perilaku orang selain ahl al Islam
jmu’ adalah berdasarkan sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dari
Isi kitab Majmu’ pada bagian ini Umar Ibn Khattab sebagai berikut: Laisa
terdiri atas 56 halaman. Pada bagian minna man tasabbaha bighoirina, artinya:
mukadimah pengarang membuka den- Tidak termasuk golonganku bagi orang
gan tahmid, kemudian menjelaskan yang menyerupai selain golonganku.
pentingnya mencari ilmu bagi setiap Uraian tentang akhlak dalam kitab
muslim, baik laki-laki maupun perem- Majmu’ tidaklah banyak. Penulis menu-
puan. Pada bagian ini terdiri atas 12 liskan perihal adanya dosa besar dan
pasal dan satu bab. Pasal-pasal ini mem- dosa kecil. Penulis mencontohkan dosa
bicarakan rukun Iman, rukun Islam besar seperti syirik, murtad, meninggal-
yang disertai penjelasan seperlunya, se- kan Salat wajib, membunuh orang, zina,
peri pada pasal 10 dibicarakan tentang merampok, membakar rumah orang,
konsep murtad yang akan merusakkan minum arak, sumpah palsu, makan
keislaman seseorang. Hal ini dijelaskan harta anak yatim. Adapun yang terma-
dengan gamblang oleh penulis dalam suk dosa kecil, penulis mencontohkan
kitab Majmu’. seperti makan makanan yang haram,
Pernyataan dalam kitab tersebut berbohong, menipu dalam jual beli,
merupakan penjelasan Kiai Saleh Darat menipu dalam timbangan dan takaran,
dalam merespon situasi masyarakat memukul orang Islam tanpa hak, men-
Jawa berkaitan dengan suasana pergau- diamkan orang lebih dari tiga hari, men-
lan dengan masyarakat non muslim cabik-cabik pakaian ketika tertimpa
yang menurutnya bertentangan dengan musibah, dan lain-lain
Islam, sekaligus merupakan ekspresi
kebencian Kiai Saleh Darat terhadap
pemerintah kolonial Belanda pada saat Ibadah dalam Kitab Majmu’
itu. Adapun mengenai larangan sampai
mengharamkan dan bahkan sampai Bahasan bidang ibadah meliputi
mengkufurkan kepada orang yang me- salat, zakat, puasa dan haji. Bahasan
makai pakaian yang digunakan oleh salat diawali bab taharah. Dalam bab
orang selain orang Islam, seperti me- salat dibicarakan tentang niat, syarat
makai baju, jas, topi dan dasi, karena rukun salat, ketentuan salat berjamaah,
pakaian-pakaian itu merupakan meru- imam dan makmum, salat Jumat, salat
pakan simbol dari kaum kolonial yang bagi musafir, dua salat hari Raya Idul
dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran Fitri dan Idul Adha, serta Salat Gerhana.
Islam. Dengan demikian, tampaklah si- Bab zakat dalam kitab Majmu’, dibahas
kap keras Muhammad Salih terhadap tentang nisab harta yang wajib dizakati,
pemerintah kolonial dengan tutur ba- baik harta berupa emas, perak, maupun
hasa yang halus, meskipun tidak men- ternak yang kena wajib zakat. Zakat
gurangi substansi penentangannya ter- fitrah juga dibicarakan di sini. Dalam

159
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

bab puasa atau Kitab al-Shaum dibicara- Jadi dalam masalah mu’amalah
kan tentang saat dimulainya berpuasa yang dibicarakan di sini adalah masalah
bagi orang Islam awam. Ketentuannya -masalah yang biasa dibicarakan dalam
adalah, kalau sudah ada tanda-tanda kitab-kitab fiqih, bahkan tampak lebih
yang biasa digunakan untuk mengawali sederhana disesuaikan kebutuhan pem-
Ramadhan seperti suara bedug yang bacanya, orang awam (Majmu’at asy
ditabuh, suara meriam atau lampu yang syariat, hlm 174)
dipasang di menara masjid.
Kemudian berturut-turut dibicara-
kan yang membatalkan puasa, macam- Munakahat dalam Kitab Majmu’
macam puasa dan ukuran fidyah puasa.
Uraian puasa ini dilengkapi dengan hal Bidang munakahat ini mendapat
i’tikaf dan membayar kafarat bagi yang porsi bahasan yang terbanyak dalam
melanggar ketentuan berpuasa, seperti kitab Majmu’, setelah itu bab salat. Pem-
mengumpuli istri di siang hari. Bahasan bahasan mengenai bab munakahat diulas
haji dalam kitab Majmu’ diawali dengan dari halaman 174-258, sedang bab salat
uraian keutamaan baitullah. Kemudian dari halaman 41 sampai halaman 86.
disampaikan nasihat kepada mereka Porsi yang banyak dalam hal munakahat,
yang memasuki kota Makkah. Ke- telah menjadikan kitab Majmu’ sebagai
mudian penulis membicarakan syarat- kitab yang patut dipelajari bagi calon
syarat wajib haji, keutamaan berhaji dan pengantin laki-laki. Uraian dalam
berumrah. Dibicarakan juga rukun haji bidang munakahat memang agak rinci
dan rukun umrah. Seterusnya diterang- dan diminati orang awam. Uraian terse-
kan tentang wukuf di Arafah, tentang but antara lain : (a) Anjuran untuk meni-
mabit di Muzdalifah, tentang thawaf dan kah disertai dalil-dalil, (b) Manfaat
sa’i, tentang bercukur dan lain-lain. menikah, (c) Ketentuan cara memilih
Uraian tentang haji ditutup dengan istri, d) Hal meminang, (e) Tentang ru-
pesan kepada peziarah untuk menerap- kun nikah serta syarat calon pengantin,
kan tata kesopanan pada saat ziarah di syarat wali serta syarat-syarat saksi, (f)
makam Rasul. Tentang ibadah qurban Pembicaraan tentang akad nikah, (g)
yang disembelih pada hari raya haji, di- Status nikah orang dewasa. Di bagian
bahas di bagian tersendiri pada halaman ini dibicarakan secara hati-hati tentang
265 sebelum bab akikah yang dibahas adil yang menjadi syarat diperbo-
dalam kitab Majmu, pada halaman 270. lehkannya beristri lebih dari satu. Juga
pandangan istri terhadap suami yang
Muamalah dalam Kitab Majmu’ akan menikah lagi. Jika istri berkeber-
atan kalau suami kawin lagi karena ti-
Yang dibicarakan dalam bidang dak bisa menerima hukum syariat Allah
ini meliputi, bab jual beli, soal riba, soal tentang berpoligami, maka istri tersebut
hutang piutang, usaha yang halal dan telah murtad. Tapi kalau istri tersebut
haram, jual beli yang dilarang agama, berkeberatan kalau suami menikah lagi
meminjam barang, soal ghashab, hal bagi karena atas dasar cemburu, ini masalah
untung dalam usaha bersama, bagi hasil lain, (h)Masalah kafa’ah, kesepadanan
dalam penggarapan saah atau ladang antara suami dan istri, i) Mereka yang
dan hal perburuhan atau menerima im- tidak boleh dinikahi, (j) Hal-hal yang
balan upah karena memberikan jasa, dapat merusakkan pernikahan (fasakh),
dan menerima uang karena persewaan (k) Bab mahar, (l) Tata cara akad nikah,
tertentu. (m) Hal walimah, (n) Adab Mu’asyarah,

160
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

(o) Bab iddah (masa tunggu bagi istri yang tidak menguasai bahasa Arab den-
yang d i ce ra i ata u dit in gga l mati gan baik.
suaminya), (p) Masalah rujuk bagi istri
yang pernah dicerai, (q) Tentang hudud
(penjatuhan hukuman kepada suami Kiai Saleh Darat dan Transmisi In-
atau istri yang melakukan zina) telektual

Seorang kiai, dalam tradisi


Kitab Majmu’: Pengaruh Terhadap Ke- pesantren, tidak akan memiliki status
hidupan Masyarakat dan kemasyhuran, hanya karena kepri-
badian yang dimilikinya. Tetapi, ia men-
Sumber utama penulisan Kitab jadi kiai karena ada yang mengajarnya,
Majmu’at al-Syari’ah adalah Ihya’ ‘Ulum dan pada dasarnya, ia mewakili watak
al-Din jilid I dan II karya Al-Ghazalin, al pesantren serta gurunya dari tempat ia
-Durar al- Bahiyyah karya Sayyid Bakri, belajar. Keabsahan ilmunya serta jami-
al-Iqna’ dan Mugni al-Muhtaj, keduanya nan yang ia miliki sebagai murid kiai
karya Al-Khatib Al-Syarbini, dan Fath al terkenal dapat ia buktikan melalui mata
-Wahhab karya Zakariyya Al-Anshari. rantai transmisi yang ia tulis secar tera-
Naskah kitab ini ditulis oleh Jazuli, seo- tur, serta diakui oleh kiai lainnya yang
rang juru tulisnya pada 1309H/1892 masyhur, yang sezaman dengannya. Ini
dan dicetak pada 1897. Tampaknya, dari berarti kiai yang tidak memiliki mata
sejumlah kitab fiqh seperti Fath al- rantai transmisi tidak akan laku.
Wahhab, Syarh al-Khathib dan Ihya’sangat Rantai transmisi dalam tradisi
menentukan karakter isi kitab Majmu’at pesantren, disebut dengan sanad, dan
al-syari’ah. Kitab ini sangat terkenal dan setiap cabang ilmu dalam Islam
m a s i h t e t a p d i p a k a i d i k a l a n ga n memiliki standar dari sanad-nya sendiri
masyarakat Muslim di Jawa Tengah. berdasarkan otoritas seseorang dalam
Kitab ini dicetak di beberapa tempat bidang ilmu tertentu. Dalam hal ini Mu-
seperti Singapura dan Bombay. Dalam hammad Salih telah mencantumkan
edisi cetak ulang oleh penerbit Toha Pu- sanadnya secara lengkap dalam bidang
tra, tebal buku ini mencapai 279 hala- ilmu tertentu, baik ketika belajar di Jawa
man. maupun di Mekkah. Seperti dinyatakan
Kitab-kitab Majmu’ karya Kiai dalam karya tulisnya berjudul: “al-
Shaleh Darat sangat dihargai, terutama Mursyid al-Wajiz” pada bagian akhir.
oleh kalangan awam yang tidak men- Kiai Saleh Darat memiliki murid
guasai bahasa Arab tetapi memiliki has- pada Pesantren yang didirikannya. Dari
rat yang besar untuk mempelajari masing-masing murid tersebut, berkem-
agama Islam. Menurut Bruinessen (1999: bang lagi dan demikian seterusnya. Para
128), kitab ini merupakan satu-satunya alumni dari pesantren Darat, yang di-
kitab fiqh berbahasa Jawa yang sangat asuh Kiai Saleh Darat pada umumnya
penting. Kitab Majmu’at al-Syari’ah ini kemudian mendirikan pondok
cukup memasyarakat dan sangat ber- pesantren dan atau memiliki murid atau
pengaruh di kalangan masyarakat Mus- santri yang tidak sedikit. Diantara para
lim Jawa. Kitab ini harus dipelajari sebe- kyai yang pernah belajar kepada Kiai
lum seseorang dibaiat menjadi anggota Saleh Darat, antara lain: (a) Syaikh
Tarekat Naqsyabandiyah. Di pesantren Mahfudz at-Tirmisi (1258-1338 H/1866-
Kempek Cirebon, Kitab Majmu’at al- 1919 H), terkenal spesialis ahli hadits.
Syari’ah diajarkan kepada santrinya (b) K.H. Ahmad Dahlan,(1868 – 1923),

161
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

pendiri Muhammadiyah, (c) K.H. dikenal sebagai kitab Majmu’ yang berisi
Hasyim Asy’ari (1871 – 1947) pendiri kumpulan hukum Islam (kitab fiqh).
Nahdlatul ‘Ulama, dan pondok Pemikiran Kiai Saleh Darat cukup
pesantren Tebuireng Jombang, (d) berpengaruh baik dikalangan santrinya
K.Idris (w. 1341 H/1927 M) dari Solo lewat mata rantai transmisi intelektual-
yang membuka kembali pondok nya. Maupun di kalangan masyarakat
pesantren yang didirikan oleh Kiai Jam- secara umum pada waktu itu dan
sari, prajurit Diponegero yang ditawan bahkan sampai sekarang. Kitab Ma-
Belanda., (e) K.H. Tahir, penerus pon- jmu’at al-Syari’ah merupakan satu-
dok Pesantren Mangkang Wetan, Sema- satunya kitab fiqh berbahasa Jawa yang
rang, (f) K.H. Sahli, Kauman, Semarang. sangat penting dan sangat berpengaruh
(g) K.H. Hasan ibn Sya’ban (w. di kalangan masyarakat Muslim Jawa.
1364H/1946), Semarang, ahli falak, yang Oleh karena itu disarankan : (1) per-
pernah menulis sebuah artikel untuk lunya dilakukan penelitian-penelitian
memberi komentar atas salah satu bab terhadap naskah-naskah keagamaan
karya tulis Muhammad Salih “Majmu’ baik yang sudah dicetak maupun yang
asy-Syari’at”, (h) K.H. Dimyati (w. 1934) belum yang berbahasa daerah, lebih
dari Tremas, pimpinan periode ke-3 khusus lagi karya ulama berbahasa Jawa
Pondok Pesantren Tremas, (i) KH Khalil seperti karya Kiai Saleh Darat; (2)
(w. 1358H/ 1940 M), pendiri pondok Penelitian terhadap kitab Majmu’at al-
pesantren Rembang, (j) KH. Munawir Syari’ah masih bisa dikembangkan lagi
(w.1358 H/ 1940) pendiri pondok misalnya untuk mengungkap tentang
pesantren Krapyak Yogyakarta, (k) KH. dakwah Islam di masa kolonial, Praktek
Ridwan ibn Mujahid (w. 1368/ 1950), beragama masyarakat Jawa pada masa
Semarang, (l) Kiai Ali Barkah, Sema- kolonial, relasi Muslim-Kristen pada
rang, (m) Kiai Penghulu Tafsir Anom, Masa kolonial, dan sebagainya.
Penghulu Keraton Surakarta, (n) KH
Sajad, pendiri pondok pesantren Sen-
dangguwa, Semarang. DAFTAR PUSTAKA

Al-Samarani, Muhamad Shalih. t.th. Ma-


SIMPULAN jmu’at al-Syariat al-Kafiyat li al-
Awam. Semarang: Toha Putra.
Kondisi sosial politik Jawa pada -----. T.th. Matn al Hikam. Kitab penjelas al
akhir abad ke-19 memperlihatkan Hikam karya al Syaikh Ahmad bin
bahwa mayoritas masyarakat adalah ’Athaillah al Sukandary. Edisi cetak
muslim, akan tetapi masih awam dalam ulang. Semarang: Toha Putra.
pemahaman keagamaan. Disisi lain -----. T.th. Tarjamah Sabil al ‘Abid. Edisi
Jawa juga berada dibawah penguasaan cetak ulang. Semarang: Toha Pu-
pemerintah kolonial, yang mengawasi tra.
dan membatasi ruang gerak para kiai Adaby Darban, Ahmad. 1988. ”Ulama di
dalam berdakwah. Hal inilah yang ikut Jawa: Perspektif Sejarah”. Laporan
mendasari Kiai Saleh Darat bergerak Penelitian. UGM.
dengan dakwah intelektual untuk Budiman, Amen. 1978. Semarang Ri-
masyarakat awam dengan cara menulis wayatmu Dulu I. Semarang: Tan-
kitab dengan bahasa lokal. Salah jung Sari.
satunya adalah Kitab Majmu’at al- Bruinessen, Martin Van. 1999. Kitab
syari’ah al-Kafiyat li al-Awam atau lebih Kuning Pesantren dan Tarekat.

162
Paramita Vol. 21, No. 2 - Juli 2011

Bandung: Mizan. Selompret Malajoe Edisi tahun 1863 Sam-


Dhofier, Zamakhsary. 1980. Tradisi pai Tahun 1903.
Pesantren: Studi Tentang Pandangan Shils, Edward. 1981. Tradition. Chicago:
Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES. The University of Chicago Press.
Djoened Poesponegoro, Marwati dan Stibbe. D. G. 1919. Encyclopaedie Van
Nugroho Notosusanto. 1993. Se- Nederlandsch Indie. Tweede Druk,
jarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Leiden: ‘s-Gravenhage Martinus
Balai Pustaka. Nijhoff.
Hasyim, Umar. 1998. Mencari Ulama Pe- Suminto, Aqib. 1996. Politik Islam Hindia
waris Nabi: Selayang Pandang Se- Belanda. Jakarta: LP3ES.
jarah Para Ulama. Jakarta: Bina Suryo, Djoko. 2000. ”Tradisi Santri
Ilmu. Dalam Historiografi Jawa: Penga-
Masyhuri, KH Aziz. 2007. 99 Kiai Pondok ruh Islam di Jawa”, Makalah. Semi-
Pesantren Nusantara: Riwayat, Per- nar Pengaruh Islam terhadap Bu-
juangan dan Doa. Yogyakarta: Ku- daya Jawa, 31 November 2000.
tub. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indo-
Mohammad, Djawahir. 1995. Semarang nesia Edisi Ketiga. 2001. Kamus
Sepanjang Jalan Kenangan. Sema- Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
rang: Penerbit Aktor Studio. Jakarta: Balai Pustaka.

163

Anda mungkin juga menyukai